Anda di halaman 1dari 4

Contoh Cara Berfikir menurut filsafat

Ada tiga orang tukang batu yang sedang


memasang batu tembok sebuah gudang yang
sedang dalam proses pembangunan.
Kepada mereka diajukan pertanyaan yang sama
Apa yang sedang Anda lakukan?

Tukang batu yang pertama tampak heran


mendengar pertanyaan itu. Ia seolah-olah berfikir,
sudah jelas sedang menyusun batu-batu, kok
masih ditanya juga. Lalu ia menjawab sedang
meletakkan batu-batu!.
Tukang batu yang kedua menjawab sambil
tersenyum kecil Saya sedang mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.

Tukang batu yang ketiga, tampak berfikir sebentar.


Lalu dengan mata yang menerawang ia menjawab,
Saya sedang membangun tempat ibadah. Suatu
saat nanti orang-orang akan beribadah dan nama
Tuhan akan dimuliakan di tempat ini.
Jawaban manakah yang benar? Kalau kamu adalah
salah seorang tukang batu itu, apakah jawaban
kamu?
Tukang batu pertama memberi jawaban yang
REALISTIS. Betul, ia sedang meletakkan batu-batu.
Itulah rutinitas pekerjaannya. Jawaban ini
menggambarkan perasaan lelah dan bosan, tapi
jujur. Pekerjaan apapun yang kita pilih pasti ada
saat-saat lelah dan bosan.

Tukang batu kedua memberi jawaban yang


PRAGMATIS. Tiap orang perlu makan. Sebab itu
setiap pekerjaan perlu diberi imbalan atau upah
yang seimbang dengan hasil kerja. Semua
pekerjaan menyangkut urusan hidup.
Tukang batu yang ketiga memberi jawaban yang
idealistis. Jawabannya terdengar seperti membual,
namun mengandung visi yang jauh ke depan. Ia
menyadari bahwa ia hanya tukang batu, namun ia
memandang pekerjaan bukan hanya sekedar meletakkan
batu-batu dan bukan hanya sekedar meletakkan mencari
nafka. Ia melihat dirinya sebagai bagian dari suatu
pekerjaan luas dan integral.

Tidak banyak orang berfikir seperti tukang batu ketiga.


Kebanyakan orang hanya berikir seperti tukang batu
pertama dan kedua. Jawabannya benar tetapi pekerjaan
demikian membosankan.
Jadi hidup harus mempunyai visi seperti pada jawaban
tukang ketiga.

Anda mungkin juga menyukai