Anda di halaman 1dari 8

FILSAFAT ILMU

OLEH :

KELOMPOK VII

Andi yusuf anugrah


Hasnawati mardan
Nurhikma

Poltekkes Kemenkes Makassar


Jurusan Fisioterapi
PENDAHULUAN

BAB 1

A. Filsafat Ilmu

Pengantar filsafat ilmu tidak terlepas dari kata filsafat dan ilmu filsafat adalah
berfikir secara mendalam tentang sesuatu tanpa melihat dogma dan agama dalam mencari
kebenaran sedang ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang(pengetahuan) yang
disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang itu. Sebagaimana yang di rumuskan para
ahli Sebagaimana yang dikutip A. Susanto dalam Filsafat Ilmu sebagai berikut :

1. Menurut Berry Filsafat Ilmu adalah penelaahan tentang logika intern dan teori
teori ilmiah dan hubungan hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang
metode ilmiah. Bagi Berry, filsafat ilmu adalah ilmu yang di pakai untuk menelaah
tentang logika, teori teori ilmiah serta upaya pelaksanaannya untuk menghasilkan
suatu metode atau teori ilmiah.
2. May Brodbeck, Filsafat ilmu adalah suatu analis netral yang secara etis dan falasafi,
pelukisan dan penjelasan mengenai landasan landasan ilmu menurut Brodbck, ilmu
itu harus bisa menganalisis, menggali, mengkaji bahkan melukiskannya sesuatu
secara netral , etis dan filosofis sehingga ilmu itu bisa di manfaatkan secara benar
dan relevan.
3. Lewis White Filsafat ilmu atau philosophy of science adalah ilmu yang mengkaji
dan mengevaluasi metode metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan
dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.Lebih jauh Lewis
menjelaskan Filsafat ilmu adalah ilmu yang mempertanyakan dan menilai metode
metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha
ilmiah sebagai suatu keseluruhan. Melalui filsafat ilmu ini kita akan mampu
memahami dan menetapkan akan arti pentingnya usaha ilmiah, sebagai suatu
keseluruhan
4. A. Cornelius Benyamin, mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah studi sistematis
mengenai sifat dan hakikat ilmu, khususnya yang berkenaan dengan metodenya,
konsepnya, kedudukannya di dalam skhema umum disiplin intelektual. Benyamin lebih
melihat sifat dan hakikat ilmu ditinjau dari aspek metode, konsep, dan
kedudukannya dalam disiplin keilmuan.
5. Robert Ackermann filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat
pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap pendapat pendapat
lampau yang telah dibuktikan atau dalam rangka ukuran ukuran yang
dikembangkan dari pendapat pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian
jelas bukan suatu cabang ilmu yang bebas dari praktik ilmiah senyatanya.
6. Peter Caw filsafat ilmu adalah suatu bagian filsafat yang mencoba berbuat bagi
ilmu apa yang filsafat umumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia.
Filsafat melakukan dua macam hal di satu pihak, ini membangun teori teori tentang
manusia dan alam semesta, dan menyajikannya landasan bagi keyakinan dan
tindakan di pihak lain, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat
disajikan sebagai suatu landasan bagi tindakan termasuk teori teori nya sendiri
dengan harapan dan penghapusan tidak ajegan dan kesalahan. Caw yakin bahwa
melalui filsat ilmu seseoang membangun dua hal, menyajikan teori sebagai
landasan bagi keyakinan tindakan dan memeriksa secara kritis segala sesuatu
sebagai landasan bagi sebuah keyakinan atau tindakan.
7. Alfred Cyril Ewing Filsafat ilmu menurutnya adalah salah satu bagian filsafat
yang membahas tentang logika, di mana di dalamnya membahas tentang cara yang
di khususkan metode metode dari ilmu ilmu yang berlainan . Lebih lanjut
menjelaskan tanfa penguasaan filsafat ilmu, maka akan sulitlah seseorang dalam
usahanya untuk memahami tentang ilmu secara baik dan profesional.
8. The Liang Gie Merumuskan Filsafat ilmu merupakan segenap pemikiran reflektif
terhadap persoalan persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan
ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi kehidupan manusia. Bagi Gie,
filsafat ilmu bukan hanya di pahami sebagai ilmu untuk mengetahui metode dan
analisis ilmu ilmu lain, tetapi filsafat ilmu sebagai usaha seseorang dalam
mengkaji persoalan persoalan yang muncul melalui perenungan yang mendalam
agar dapat diketahui duduk persoalannya secara mendasar sehingga dapat di
manfaatkan dalam kehidupan manusia.
9. Menurut Beerling, filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri ciri mengenai
pengetahuan ilmiah dan cara cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut.
Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat pengetahuan atau epistemologi yang
secara umum menyelidiki syarat syarat serta bentuk bentuk pengalamn manusia
juga mengenai logika dan metodologi.
10. Jujun S, Suriasumantri menjelaskan bahwa filsafat ilmu merupakan suatu
pengetahuan atau epistemologi yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar
gejala alamiah tak lagi merupakan misteri, secara garis besar, Jujun menggolongkan
pengetahuan menjadi tiga kategori umum, yakni 1) pengetahuan tentang yang baik
dan yang buruk yang disebut juga dengan etika 2) pengetahuan tentang indah dan
jelek, yang disebut dengan estetika atau seni 3) pengetahuan tentang yang benar
dan salah, yang disebut dengan logika.
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH FILSAFAT ILMU

Sejarah Filsafat ilmu pengetahuan tidak terlepas dari priodisasi sejarah terdahulu
yaitu sejak dari cara berpikir yang sangat sederhana hingga cara berfikir modern zaman
kemajuan ilmu pengetahuan modern yang dikelompokkan kedalam beberapa masa yaitu :

1. Zaman prasejarah. Zaman prasejarah sering juga disebut zaman batu tua atau manusia
purba. Pada zaman ini manusia telah mampu menciptakan konsep tentang alat sebagai
perkakas untuk keperluan kehidupan manusia hal ini menunjukkan telah ada pemikiran
menuju arah ilmu pengetahuan pada masa ini manusia. Kemudian pada masa ini
mereka sudah mampu memelihara tanaman dan hewan liar hingga menjadi hewan dan
tanaman yang kualitasnya sesuai serta memenuhi kebutuhan manusia.
2. Zaman sejarah. Zaman sejarah disebut juga dengan zaman batu muda atau zaman
peradaban dan pertanian. Pada masa ini manusia ini manusia telah mempunyai
kemampuan menulis, membaca dan menghitung sehingga setiap peristiwa dapat dicatat
dan dapat memperkecil kesalahan. Di zaman ini telah dapat memasyarakatkan
pengetahuan secara luas walaupun disampaikan lisan. Kemajuan pengetahuan terlihat
pesat dengan bukti lahirnya kerajaan-kerajaan besar seperti Mesir, Babilonia dan juga
kerajaan-kerajaan lain yang lahir di India dan Cina.
3. Zaman logam. Zaman logam ini masuk kategori kebudayaan klasik. Pada masa ini
perkembangan ilmu lebih pesat lagi, yaitu telah ditemukannya logam yang diolah
sedemikian rupa menjadi sebuah perhiasan yang indah dan mahal harganya. Kemampuan
yang tinggi, kemudian dipakai untuk hal-hal diabadikan dalam bentuk patung yang
sekarang masih tersimpan dalam museum, bernilai artistik tinggi, misalnya patung
nefertili, istri raja Firaun di Mesir.
4. Zaman Yunani dan Romawi. Perkembangan know how di masa ini tingkatannya lebih
maju dari zaman sebelumnya. Pengetahuan empiris berdasarkan sikap receptive attitude
mind, artinya bangsa Yunani tidak dapat menerima empiris secara pasif reseptif karena
mereka memiliki jiwa an inquiring attitude
5. Filsafat ilmu pada masa islam. Ilmu pengetahuan dan teknologi lahir dari kandungan
islam yaitu menemukan metode ilmiah menjadi kunci rahasia pembuka rahasia alam yang
jadi perintis modernisasi eropa dan Amerika. Percobaan-percobaan yang dilakukan
dalam dunia islam mirip dengan percobaan trial and erorr untuk membuat logam emas
yang sangat berharga lahirlah metode kimia (alkimia) dan penemuan dalam kedokteran
ialah salmak dari sini lahirlah pemikir pemikir dalam islam seperti Ibnu Sina Ibnu
Rusd, al-Rasi.
6. Filsafat ilmu pada abad kegelapan, pada masa ini bangsa Romawi lebih sibuk dengan
masalah-masalah keagamaan yang terus mempelaari dosa dan bagaimana cara
menghapuskannya. Bangsa Romawi pada masa ini tidak memperhatikan soal
pengetahuan dan soal duniawi sehingga kerajaan romawi runtuh maka masa ini dikenal
sebagai masa kegelapan.
7. Filsafat ilmu pada abad ke 18 dan 19 . pada masa ini kecepatan perkembangan ilmu
pengetahuan pada abad-abad berikutnya sangat menakjubkan, Ilmu pengetahuan empiris
makin mendominasi ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan pada akhir abad 18 di
dominasi oleh pengetahuan dibidang fisika.

B. Pengantar Filsafat Ilmu dan Tujuannya

Lebih lanjut Jujun S menjelaskan pengantar filsafat ilmu merupakan bagian


dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu
(pengetahuan ilmiah) Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri
ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu ilmu
alam dengan ilmu sosial, namun karena permasalahan permasalahan teknis yang
bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu ilmu sosial.
Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing masing bidang yang ditelaah,
yakni ilmu ilmu alam atau ilmu ilmu sosial dan tidak mencirikan cabang filsafat
yang bersifat otonom, ilmu memang berbeda dari pengetahuan pengetahuan secara
filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsif antara ilmu ilmu alam dan
ilmu ilmu sosial dimana mempunyai ciri ciri keilmuan yang sama.

C. TUJUAN FILSAFAT ILMU

Tujuan Filsafat ilmu sebagaimana yang disebutkan sebagai berikut :

1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami
sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu diberbagai bidang
sehingga kita mendapatkan gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
3. Menjadi pedoman para insan akademis di perguruan tinggi dalam mendalami studi
diperguruan tinggi, terutama persoalan yang ilmiah dan yang non ilmiah.
4. Ruang lingkup

Bidang garapan Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang


menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan
aksiologi.

1. Ontologi ilmu
meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren
dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan
bagaimana (yang) Ada itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah
menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai
nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat
bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada
sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.

2. Epistemologi ilmu
meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk
mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan
dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita
pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal
dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik,
sehingga dikenal adanya model-model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme,
kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai
variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model
epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seped teori ko-
herensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.

3. Akslologi llmu
meliputi nilal-nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita
yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasansimbolik atau pun
fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai
suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam
melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.
Dalam perkembangannya Filsafat llmu juga mengarahkan pandangannya pada
Strategi Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal
pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan
ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan

D. Implikasi Mempelajari Filsafat Ilmu

Rizal dan Misnal (2001: 53) mengungkapkan beberapa implikasi mempelajari


filsafat ilmu yaitu sebagai berikut

Bagi seseorang yang mempelajari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang
memadai tentang ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya ilmuan memiliki
landasan berpijak yang kuat. Ini berarti ilmuan sosial perlu mempelajari ilmu-ilmu
kealaman secara garis besar, demikian pula seorang ahli ilmu kealaman perlu memahami
dan mengetahui secara garis besar tentang ilmu-ilmu sosial. Sehingga ilmu yang satu
dengan ilmu yang lainnya saling menyapa, bahkan dimungkinkan terjalinnya kerjasama
yang harmonis untuk memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan.

Menyadarkan seorang ilmuan agar tidak terjebak kedalam pla pikir menara
gading, yakni hanya berfikir murni dalam bidangnya tanpa mengkaitkannya dengan
kenyataan yang ada diluar dirinya. Padahal setiap aktifitas keilmuan nyaris tidak dapat
dilepaskan dari konteks kehidupan sosial-kemasyarakatan.
DAFTAR PUSTAKA

Beni, Ahmad Saebani (2009), Filsafat Ilmu. Bandung: Pustaka Setia.

Gie, The Liang. (2000). Pengantar filsafat ilmu. Yogyakarta: Liberty

Mustansyir, Rizal. dan Munir, Misnal. (2001). Filsafat ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
(anggota IKAPI).

Tafasir, Ahmad. (2010). Filsafat Ilmu. Bandung: Rosda

Anda mungkin juga menyukai