0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
124 tayangan4 halaman
Profesor menggunakan toples mayonaisse kosong untuk mendemonstrasikan konsep prioritas kepada murid-muridnya. Ia mulai dengan meletakkan batu-batu besar ke dalam toples untuk menggambarkan hal-hal paling penting dalam hidup. Kemudian ia memasukkan kerikil ke celah antara batu untuk mewakili hal-hal yang membuat hidup nyaman. Terakhir, ia menuangkan pasir untuk mengisi ruang tersisa dan menggambarkan hal
Profesor menggunakan toples mayonaisse kosong untuk mendemonstrasikan konsep prioritas kepada murid-muridnya. Ia mulai dengan meletakkan batu-batu besar ke dalam toples untuk menggambarkan hal-hal paling penting dalam hidup. Kemudian ia memasukkan kerikil ke celah antara batu untuk mewakili hal-hal yang membuat hidup nyaman. Terakhir, ia menuangkan pasir untuk mengisi ruang tersisa dan menggambarkan hal
Profesor menggunakan toples mayonaisse kosong untuk mendemonstrasikan konsep prioritas kepada murid-muridnya. Ia mulai dengan meletakkan batu-batu besar ke dalam toples untuk menggambarkan hal-hal paling penting dalam hidup. Kemudian ia memasukkan kerikil ke celah antara batu untuk mewakili hal-hal yang membuat hidup nyaman. Terakhir, ia menuangkan pasir untuk mengisi ruang tersisa dan menggambarkan hal
KELAS: IXA MAPEL: BAHASA INDONESIA BATU,KERIKIL,dan PASIR Pada awal kelas filsafat di Universitas, Profesor berdiri dengan beberapa item yang terlihat berbahaya di mejanya. Yaitu sebuah toples mayonaisse kosong, beberapa batu, beberapa kerikil, dan pasir. Pelajar memandang benda- benda tersebut dengan penasaran. Mereka bertanya- tanya, apa yang ingin Profesor lakukan dan mencoba menebak apa yang akan terjadi. Tanpa mengembalikan sepatah kata apapun, Profesor mulai meletakkan batu-batu kecil kedalam toples mayonaisse satu per satu. Para siswa pun bingung, Namun Profesor tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu. Setelah batu-batu itu sampai ke leher tabung, Profesor berbicara untuk pertama kalinya hari itu. Dia bertanya kepada siswa apakah mereka pikir toples sudah penuh. Para siswa setuju bahwa toples tersebut sudah penuh. Profesor itu lalu mengambil kerikil di atas meja dan membuka menikahkan kerikil tersebut ke dalam toples. Kerikil kecil ini menemukan celah di antara batu-batu besar. Profesor itu kemudian mengguncang toples ringan ini untuk kerikil diselesaikan pada celah yang tersedia di dalam stoples. Ia kemudian bertanya kembali kepada siswa apakah toples itu sudah penuh, dan siswa kembali menjawab toples itu sudah penuh. Para siswa sekarang tahu apa yang akan dilakukan Profesor selanjutnya, tatapi mereka masih tidak mengerti apa yang dilakukan oleh Profesor. Profesor itu mengambil pasir dan dan menuangkannya ke dalam toples mayones. Pasir, seperti yang di harapkan, mengisi setiap ruang yang diterima dalam toples. Profesor bertanya terakhir pada murid-muridnya, apakah toples sudah penuh, dan dijawab lagi: YA. Profesor itu kemudian menjelaskan bahwa toples mayones adalah anologi untuk kehidupan. Dia menyamakan batu dengan hal yang paling penting dalam hidup, yaitu: Kesehatan, Pasangan kamu, Anak-anak kamu, dan semua hal yang membuat hidup yang lengkap Dia kemudian membandingkan kerikil untuk hal-hal yang membuat hidup anda nyaman seperti pekerjaan anda, rumah anda, dam mobil anda. Akhirnya, ia menjelaskan pasir adalah hal-hal kecil yang tidak terlalu penting di dalam hidup anda. Profesor menjelaskan, mengganti pasir terlebih dahulu di toples akan meyebabkan tidak ada ruang untuk batu atau kerikil. Demikian pula, mengacaukan hidup anda dengan hal-hal kecil akan menyebabkan anda tidak memiliki ruang untuk hal-hal besar yang benar-benar berharga. PESAN MORAL Menyambut segala sesuatu yang penting demi kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan. Luangkan waktu untuk bersama dengan anak-anak dan pasangan anda. Selesaikan pekerjaan anda kompilasi di kantor, jangan saat anda sedang berkomunikasi dengan keluarga. Dendam terhadap seseorang tidak akan bermanfaat bagi anda. Dapatkan prioritas Anda sekarang dan bedakan antara batu, kerikil, dan pasir