Anda di halaman 1dari 3

Seorang seniman sedang menyelesaikan sebuah patung perunggu yang dibuatnya.

Ia terus memahat
dengan hati-hati bagian-bagian kecil dari patung itu. "Sempurna!" pikir seorang pengamat seni yang
sedari tadi memperhatikannya. Tapi ia heran karena melihat seniman itu tidak pernah berhenti memoles
patung itu. Ia pun bertanya, "Patung ini sudah sempurna. Kapan engkau menyelesaikannya?" Seniman
itu menjawab, "Patung ini tidak akan pernah selesai. Saya akan terus mengerjakannya sampai ada orang
yang datang untuk membeli dan mengambilnya." Pengamat seni itu begitu terkejut dengan jawaban itu.

Oleh anugerah-Nya kita yang berdosa, telah dibenarkan oleh Kristus dan diselamatkan-Nya. Namun
karya-Nya bagi hidup kita tidak berhenti di situ, Allah terus "memoles" sampai Ia mendapati hidup kita
sempurna di mata-Nya. Allah menghendaki hidup kita sempurna, serupa dengan Kristus. Seperti halnya
seorang seniman yang membuat penyelesaian akhir dari patung mahakaryanya, Tuhan tidak berhenti
"memoles" dan mengusahakan agar kehidupan kita bertumbuh dan menghasilkan buah tanpa batas!

Terus memiliki kehidupan rohani yang bertumbuh dalam segala hal ke arah Kristus dan hidup untuk
memuliakan Dia adalah polesan-polesan akhir yang harus terjadi dalam hidup kita. Sekalipun ada saat di
mana kemunduran terjadi, janganlah membuat diri kita berkecil hati. Roh Kudus terus menolong kita
dan membentuk kita hingga mencapai kesempurnaan seperti yang dikehendaki-Nya.
--SYS/www.renunganharian.net

(e-RH) 15 Juni -- EFESUS 4:1-16 - MENGATAKAN


KEBENARAN DENGAN KASIH
POSTED ON 22.10 // LEAVE A COMMENT

e-RH(c) ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
++++++++
                           e-Renungan Harian
      Sarana untuk bertumbuh dalam iman & menjadi saksi Kristus
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
+++++ YLSA
Tanggal: Selasa, 15 Juni 2021
Bacaan : EFESUS 4:1-16
Setahun: Ayub 1-4
Nats: Sebaliknya, dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam
kasih, kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang
adalah Kepala. (Efesus 4:15)

Renungan:

MENGATAKAN KEBENARAN DENGAN KASIH

Dalam relasi kita dengan sesama, baik itu dalam rumah tangga, di tempat
kerja atau di gereja, kita pasti bekerja sama dengan banyak orang.
Persilangan hubungan ini berpotensi melahirkan beragam masalah. Kita
hidup saling memperhatikan, saling menilai, bahkan saling mengkritik.
Ketika ada sesuatu yang salah, kita bertanggung jawab menegur atau
mengingatkan mereka. Di sinilah sering kali timbul konflik. Saat kita
mengatakan kebenaran, seseorang bisa saja tersinggung, marah-marah,
atau menganggap kita mempermalukan mereka. Akibatnya, hubungan
semakin runyam.

Rasul Paulus menasihati jemaat Efesus tentang hal ini. Dalam kehidupan
komunitas dengan berbagai perbedaan, kita harus "berpegang kepada
kebenaran di dalam kasih" (ay. 15). Frasa ini diterjemahkan dari bahasa
Yunani "alētheuontes de en agapē" yang seharusnya lebih tepat
diterjemahkan dengan "mengatakan kebenaran di dalam kasih". Jadi saat
kita mengatakan kebenaran, hendaknya kita melakukannya dengan kasih
Allah.

Pertama, ini berbicara tentang motivasi atau alasan mengapa kita


mengatakan kebenaran. Bukan demi kepentingan sendiri, cari nama,
hendak menjatuhkan atau mempermalukan orang lain. Bukan! Melainkan
karena kita mengasihinya, maka kita pun ingin ia hidup berkenan kepada
Allah. Kedua, ini berbicara tentang cara kita mengatakan kebenaran
tersebut. Apakah dengan penuh penghakiman, arogansi dan tidak
menjaga reputasi atau harga diri orang lain? Saat kita melakukannya
dalam kasih, maka hal-hal inilah yang perlu kita perhatikan. --
HT/www.renunganharian.net
  
ALASAN DAN CARA KITA MENGATAKAN KEBENARAN KEPADA SESEORANG,
SANGAT MEMENGARUHI BAGAIMANA MEREKA AKAN MENANGGAPINYA.

Shalom teman-teman, Hayoo kakak mau tanya nih, siapa disini yang dari SD suka pelajaran
matematika? Wuaa ada yang suka, tapi banyak juga yang gak suka yah.. Memang sih yaa
matematika bagi sebagian anak merupakan pelajaran yang kurang disukai nih. Tapi kakak sendiri
waktu kecil suka matematika loh, karena mamanya kakak ajarinnya dengan berbagai cara yang
menarik. Kalau penjumlahan dan pengurangan mungkin gak begitu sulit, tapi pas perkalian dan
pembagian wuahh sedikit lebih rumit, terutama ketika kakak baru pertama kali diajarin. Nah
kakak ingat nih waktu mama kakak ajarin operasi pembagian, mamanya kakak ajarinnya dengan
buah jeruk. Satu jeruk dibagi dua? Beliau membelah jeruknya, dan hasilnya setengah jeruk, dua
potong. Jadi jawabannya setengah. Nah mamanya kakak ajarinnya dengan telaten, karena kakak,
seperti anak-anak lainnya, punya begitu banyak pertanyaan. Maka dari itu, dibutuhkan trik
khusus dan metode menarik untuk mengajarkannya bahkan hingga harus mengajak kakak
bermain lebih dahulu. Sejak hari itu, ketika kakak dikasih soal pembagian, kakak selalu ikuti
dan bayangin cara mama kakak potongin jeruk. Dari tidak tahu, kemudian menjadi tahu, lalu
mempelajari hal-hal lain yang jauh lebih rumit. Itu namanya tumbuh.

JIKA ALLAH MENDAPATI HIDUP KITA SUDAH SEMPURNA, MAKA SAAT ITULAH IA AKAN BERHENTI
MEMOLES KITA.

Anda mungkin juga menyukai