Anda di halaman 1dari 112

SERI KRISTEN SEJATI

Keindahan
Hidup
Kristiani

(BUKU PEMBINAAN LANJUTAN SETELAH KATEKISASI)


Cetakan pertama Mei 2012

Para Kontributor:
GI. Alex Mirza N. Hukom, Pdt. Benny Solihin, Pdt. Hari Sudjatmiko
Pdt. Hendra G. Mulia, Pdt. Jeffrey Siauw, Pdt. Paulus Kurnia,
Pdt. Reggy Andreas.
(nama disusun berdasarkan abjad)

Editor: Pdt. Hari Sudjatmiko

Diterbitkan oleh:
Sub Bidang Pengajaran
Bidang Pembinaan
Sinode Gereja Kristus Yesus
KATA PENGANTAR
Buku Keindahan Hidup Kristiani adalah salah satu dari 3 modul pembinaan
“Seri Kristen Sejati” yaitu:
1. Keindahan Hidup Kristiani.
2. Kelimpahan Hidup Kristiani.
3. Keberanian Hidup Kristiani.

Bahan pembinaan “Seri Kristen Sejati” dirancang sebagai bahan tindak


lanjut setelah seseorang mengikuti kelas katekisasi dan dapat pula digu-
nakan oleh orang Kristen pada umumnya yang hendak bertumbuh di dalam
kehidupan kerohaniannya. Di dalam setiap modul terdapat 8 bahan.

Buku Keindahan Hidup Kristiani hendak membantu orang Kristen untuk


mengalami keindahan hidup sebagai orang Kristen. Keindahan hidup sebagai
orang Kristen acapkali tidak dinikmati oleh orang-orang Kristen, karena me-
reka tidak mengetahui bagaimana seharusnya kehidupan itu dijalankan. Ada
pula orang Kristen yang tidak menikmati keindahan kehidupan kristianinya,
karena mereka memiliki pemahaman yang keliru tentang hidup sebagai orang
Kristen. Buku Keindahan Hidup Kristiani dikemas begitu rupa agar buku ini
dapat menolong dan membimbing kehidupan orang Kristen, sehingga orang
Kristen yang telah terlatih dengan buku ini akan dapat membiasakan diri me-
reka dengan pola yang telah mereka lakukan melalui buku ini.

Untuk maksud dan tujuan di atas, maka buku Keindahan Hidup Kristiani
disusun di dalam 2 bagian yaitu bacaan dan jurnal kehidupan. Bacaan di-
maksudkan agar pembaca dapat memahami topik yang sedang dibahas. Jurnal
kehidupan dimaksudkan agar pembaca dapat menerapkan di dalam 6 hari ke
depan hal-hal yang mereka telah pahami melalui bacaan yang mereka telah
baca. Buku Keindahan Hidup Kristiani dapat diselesaikan di dalam 8 minggu
atau kurang lebih 2 bulan, jika dipergunakan secara terus menerus (setiap
hari). Doa dan harapan kami adalah agar semakin hari Anda menyadari bah-
wa hidup kristiani itu indah dan kehidupan Anda semakin indah di hadapan
Tuhan dan sesama, sehingga Anda memuliakan Tuhan dan menjadi berkat
bagi sesama. Selamat bertumbuh di dalam Kristus!

Bidang Pembinaan
Sinode Gereja Kristus Yesus


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................ 3

Daftar Isi ......................................................................................... 5

Bab 1: Menata Kehidupan .............................................................. 7

Bab 2: Karya Agung Allah . ............................................................ 23

Bab 3: Menikmati Makanan Rohani ............................................... 37

Bab 4: Hidup Dalam Firman Tuhan . .............................................. 47

Bab 5: Bersekutu Dengan Allah . .................................................... 61

Bab 6: Mendengarkan Tuhan ......................................................... 73

Bab 7: Perubahan Hidup ................................................................ 87

Bab 8: Proses yang Berkelanjutan .................................................. 99


Bab 1
MENATA
KEHIDUPAN
“Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil
kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal,
akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu,
sesudah kamu menderita seketika lamanya.”
(1 Petrus 5:10)

B anyak analogi yang bisa dipakai untuk menggambarkan kehidupan


manusia. Ada yang berpendapat bahwa kehidupan seorang manu-
sia itu bagaikan sebuah kado, sebuah petualangan, sebuah sandiwara,
sebuah permainan, sebuah nyanyian atau lagu, sebuah perjalanan, se-
buah sasaran, dan lain sebagainya. Hidup kita ini juga dapat diibaratkan
sebagai sebuah puzzle.

Puzzle adalah suatu bentuk permainan teka-teki berupa sehelai ker-


tas karton (atau media lainnya) berlukiskan gambar indah yang terdiri
dari potongan-potongan kertas karton bergambar tersebut. Tantangan
dari permainan puzzle ini ialah: si pemain diminta kecakapannya untuk
menyusun potongan-potongan karton bergambar sampai pada akhirnya
dia berhasil memecahkan misteri gambar yang seutuhnya.

Alat-alat dan cara-cara puzzle ini dimainkan secara lebih terinci dapat
disebutkan di sini.
• Puzzle adalah sebuah permainan memecahkan misteri sebuah gam-
bar. Gambarnya itu sendiri sudah tersedia namun perlu ditebak.
• Gambar tersebut terpotong-potong menjadi: 10, atau 20, atau 50,
atau 100, atau 300, atau 500, atau 1000, atau 1500, bahkan ada yang
Menata Kehidupan 
sampai 5000 atau lebih.
• Semakin banyak potongannya (dalam bahasa Inggrisnya: piece), se-
makin sulit pula menyusun pieces itu sampai akhirnya gambar ber-
hasil disusun atau ditebak.
• Setiap potongan memiliki bentuk yang unik dan tidak ada yang per-
sis sama.
• Pada puzzle yang potongan-potongannya minimal terdiri dari 500
buah, biasanya membutuhkan kesabaran, ketelitian, ketekunan, dan
waktu yang relatif panjang untuk diselesaikan.
• Dalam kondisi tertentu, misalnya: puzzle itu bukan barang yang baru
dan pernah dimainkan berkali-kali, ternyata ada satu potongan atau
piece yang hilang. Akibatnya tingkat kesulitan untuk memecahkan
puzzle ini bertambah. Dan biasanya si pemain baru tahu bahwa ada
satu potongan yang hilang setelah semua potongan dipasang. Jika
satu potong puzzle yang hilang sudah membuat si pemain begitu
repot, apalagi jika yang hilang lebih dari satu potong!

Sebagai orang-orang Kristen yang mau bertumbuh baik secara kero-


hanian, iman, maupun kepribadian sehari-harinya, pertanyaan-perta-
nyaan berikut ini patut kita pikirkan dan temukan jawabannya sesuai de-
ngan firman Tuhan. Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud, misalnya:
bagaimana kita memahami siapa diri kita, bagaimana seharusnya kita
memandang dengan tepat tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan
kehidupan kita, dan bagaimana rencana Allah terhadap kehidupan baru
kita di dalam Kristus. Itu baru beberapa contoh pertanyaan. Di dalam
sesi ini, analogi puzzle akan digunakan untuk mempermudah pemba-
hasan isu-isu penting di atas. Tujuan bahasan dengan topik “Menata
Kehidupan” ini ialah agar setelah kita percaya, menerima Kristus se-
bagai Tuhan, dan dibaptiskan, perjalanan hidup kita harus dilanjutkan
sampai menemukan keindahan di dalamnya – walaupun untuk itu ada
liku-likunya dan terkadang dihantui dengan kehidupan masa lalu kita;
juga agar kita memahami bahwa perjalanan hidup kita itu adalah seba-
gai berikut :

 Menata Kehidupan
A. Potongan-potongan Kehidupan Kita

Seperti pada puzzle yang terdiri dari puluhan bahkan ratusan potong-
an gambar, demikian pula dengan kehidupan kita sebagai orang-orang
Kristen. Kehidupan kita belum sepenuhnya utuh, terpotong-potong, ti-
dak nyambung, tidak jelas potretnya seperti apa. ‘Potongan-potongan’
kehidupan kita itu bisa berupa: satu perangkat kepribadian kita, para
anggota keluarga kita, para sahabat kita, kerohanian kita, persoalan hi-
dup kita, masa lalu kita, masa kini kita, masa depan kita, berbagai peris-
tiwa, ujian, pencobaan, kesuksesan dan kegagalan, dan banyak lagi
yang lain. ‘Potongan-potongan’ itu merupakan campuran antara hal-hal
yang baik dan yang jahat, yang menyenangkan dan yang menyedihkan,
yang menggirangkan hati dan yang penuh dengan air mata, yang mem-
bahagiakan dan yang menyengsarakan, yang menyemangati dan yang
membuat putus asa, yang membangun dan yang merusak, yang terang
dan yang gelap, yang kelihatan dan yang tersembunyi, yang dapat di-
mengerti dan yang tidak dapat dipahami, yang dapat diterima dan yang
tidak masuk akal, yang memperkenankan hati Tuhan dan yang menyu-
sahkan Tuhan.

Dan ‘potongan-potongan’ itu relatif banyak sekali, berserakan di


mana-mana, tidak teratur, tidak jelas bentuknya – mungkin seperti kon-
disi bumi sebelum penciptaan (Kejadian 1:1-2). Setiap orang memi-
liki jumlah potongan masing-masing: ada yang sedikit, ada yang ba-
nyak, ada yang sekarang masih sedikit namun bertambah banyak dan
‘berkembang biak’ tanpa sanggup ditelusuri kejadiannya, ada yang
banyak lalu semakin berkurang dari waktu-ke-waktu. Dari banyaknya
potongan ini, kita dapat memahami betapa rumitnya kehidupan seorang
manusia itu, baik sebelum dia mengenal Kristus, maupun sesudah me-
miliki hidup baru di dalam Kristus. Alkitab menunjukkan bahwa dosa
telah membuat kehidupan manusia kehilangan kemuliaan Allah (Roma
3:23). Tetapi oleh anugerah Allah, seorang manusia baru dipimpin Allah
untuk membenahi dan menangani ‘potongan-potongan’ kehidupannya
sesuai dengan kekuatan kuasa Allah dan rencana-Nya.

Menata Kehidupan 
B. Keunikan Diri Kita dalam Gambar Allah

Dalam puzzle, setiap potongan tidak persis sama. Lekukan, ukuran,


dan gambarnya berbeda dari satu piece ke piece lainnya. Sama hal de-
ngan hakekat seorang individu ciptaan Allah. Dalam gambar dan rupa
Allah, kita diciptakan dengan begitu unik dan berharga. Setiap individu
itu unik: kepribadiannya, sifat-sifat dan karakternya, cara berpikirnya,
pola perilakunya, seluruh keberadaan hidupnya di hadapan Allah. Se-
lain hal-hal tadi, setiap individu juga memiliki jalan, persoalan, dan
peristiwa kehidupan yang unik, tidak ada yang persis sama dengan
kondisi individu yang lainnya. Hal-hal ini dapat menolong kita untuk
menyadari bahwa kita harus menerima diri dengan segala pergumulan
atau persoalan hidupnya sebagaimana adanya. Bahkan kita perlu meng-
ucap syukur akan keberadaan kita di hadapan Dia. Tuhan Yesus pernah
berkata bahwa sebagai Gembala yang baik Dia memberi kita kehidupan
sampai berkelimpahan (Yohanes 10:10b). Dialah pemuas hidup kita.
Kita harus senantiasa belajar merasa cukup dengan segala keberadaan
diri dan segala kondisi di luar diri kita setiap harinya.

Pada suatu hari seseorang pemudi berumur 22 tahun datang kepada


saya dengan berbagai keluhan: mulai dari soal jerawat yang banyak
bermunculan di wajahnya, tubuhnya merasa kurang tinggi, sampai ke
soal kepribadiannya: terlalu pendiam, kurang bisa bergaul; ditambah
dengan kondisi ekonomi keluarga yang serba pas-pasan. Dia tidak per-
nah merasa lelah untuk membanding-bandingkan kondisi hidupnya de-
ngan teman-teman sekampus dan segerejanya. Dia merasa rendah diri
dan malu sehingga ingin agar Tuhan merubah kondisinya.

Namun setelah dia mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus,


dia tidak lagi mempersoalkan kondisi dirinya itu. Dia mengerti bahwa
sebagian besar di dalam kepribadian dan kehidupannya memang harus
diterima sebagaimana adanya sesuai dengan karunia Allah, dan seba-
gian yang lainnya harus dikoreksi dan dikembangkan. Dia pergi secara
rutin ke dokter ahli yang menangani jerawat. Dia juga belajar di inter-
net secara cuma-cuma tentang bagaimana berkomunikasi dan bergaul

10 Menata Kehidupan
dengan sesamanya. Hampir setiap waktu hatinya mengalami perasaan
sukacita dan leluasa.

Waktu berjalan dengan begitu cepatnya. Setelah 4 tahun berlalu,


gadis itu kini menjadi seorang tenaga profesional yang percaya diri,
kelihatan lebih cantik dan ceria, dan banyak pria yang tidak memiliki
alasan untuk merendahkannya. Kuncinya terletak pada bagaimana dia
dapat menerima dirinya sebagai ciptaan unik Tuhan dan sebagai cip-
taan baru (2 Korintus 5:17).

C. Gambar atau Potret Hidup Kita di Mata-Nya

Sama seperti pada potongan-potongan bergambar atau berpotret pada


puzzle. Walaupun gambar atau potret tersebut terpotong-potong, namun
gambar asalnya memang sudah dirancang, dilukis atau terpotret, dan
pasti, tidak berubah. Tahukah Saudara bahwa Allah telah memiliki dan
menyimpan ‘potret’ kehidupan setiap anak-Nya. Kita tidak pernah tahu
potret diri kita yang seutuhnya kecuali Dia saja. Allah telah memutus-
kan untuk dapat terus memimpin, memelihara, dan membawa hidup
kita sesuai dengan potret yang ada ditangan-Nya. Kita diminta untuk
tidak hidup di dalam belenggu ketakutan, kecemasan, kekuatiran, dan
keputus-asaan untuk mendapatkan potret kehidupan buatan kita sen-
diri. Kita hanya diminta untuk mengerjakan hal-hal yang seharusnya
menjadi bagian kita. Rasul Paulus mengingatkan agar kita hidup sema-
kin serupa dengan Kristus (Roma 8:29a). Untuk itu kita diminta agar
hidup menaati firman Tuhan. Firman itulah yang akan mengarahkan
kehidupan kita selama di dunia ini sampai akhirnya kehidupan kita itu
menjadi sebuah gambar atau potret yang sejak semula telah dirancang
Allah.

Saya masih ingat tentang kehidupan dan pelayanan salah seorang


Reformator abad ke-16 bernama John Calvin. Setelah menyelesaikan
studi teologi doktoralnya, dia diminta untuk melayani di kota Genewa,
Swiss, Eropa Barat. Setelah suatu masa yang pendek, dia memutuskan
untuk meninggalkan Genewa. Tak lama kemudian, dia dipanggil lagi
Menata Kehidupan 11
untuk melayani di kota yang sama, di Genewa. Setelah melalui pergu-
mulan-pergumulan tertentu, akhirnya dia penuhi undangan pelayanan
di kota itu, tetapi hanya ingin melayani satu tahun saja. Waktu berjalan
begitu cepat, tanpa disadarinya, Calvin justru menghabiskan sedikitnya
25 tahun di Genewa. Siapa yang menyangka? Dalam waktu yang pan-
jang itu, pengabdian dan kontribusi John Calvin bagi Genewa dan du-
nia sangat luar biasa. Di zaman itu, hingga sekarang, sejarah mencatat
bahwa Kota Genewa merupakan salah satu kota di Eropa Barat yang
pernah tertata secara baik terutama di dalam soal administrasi kepemer-
intahan. Selain itu, di kota ini justru Calvin banyak mengajarkan firman
Tuhan sambil menyelesaikan ratusan karya tulis teologi yang sampai
hari ini menjadi berkat bagi ribuan pelajar teologi Kristen. Itulah potret
kehidupan Calvin yang mengejutkan Calvin sendiri.

D. Kehidupan Kita di dalam Pembentukan-Nya

Kita yang pernah memainkan puzzle memiliki pengalaman yang mi-


rip. Untuk memecahkan persoalan puzzle yang potongan-potongannya
cukup banyak membutuhkan konsentrasi, ketekunan, kesabaran, dan
kemauan yang keras untuk mencoba dan mencoba terus sampai ber-
hasil. Satu potongan demi satu potongan dipasang ke posisi yang se-
mestinya. Prosesnya relatif memakan banyak waktu. Puzzle tidak bisa
diselesaikan dalam sekejap mata tetapi mengikuti sebuah proses yang
panjang: mengamati, menganalisa, memasang, mencabut, memasang
lagi, kadang-kadang perlu merombak semua pekerjaan sebelumnya.
Kehidupan kita juga selalu berada di dalam proses. Selama kita berna-
fas, kehidupan kita terus berada di dalam proses pembentukan Tuhan
supaya kita boleh semakin serupa dengan Kristus.

Di dalam 2 Korintus 4:16, secara positif rasul Paulus melihat bahwa


pembentukan diri dan kehidupannya merupakan pekerjaan Roh Kudus
yang senantiasa membarui keseluruhan kepribadian dia dari sehari ke
sehari: karakternya, sifat-sifat kemanusiaannya, pola pikirnya, isi pikir-
annya, kecenderungan hatinya, kepekaan rohaninya, dan pada akhirnya
kematangan atau kedewasaan jiwanya sesuai dengan kehendak Kris-
12 Menata Kehidupan
tus.

Saya pernah memperhatikan seorang paman berumur 60 tahun. Dia


diajak ke gereja oleh seorang penginjil perempuan di sebuah gereja
lokal. Penginjil itu memberikan sebuah pekerjaan rutin di gereja se-
hingga sang paman ini bisa mengantongi sedikit uang saku untuk keper-
luan hidupnya sehari-hari. Pada tahun yang kedua, sang paman diinjili
sampai akhirnya dia mau percaya dan menerima Yesus Kristus seba-
gai Tuhan dan Juruselamatnya. Lalu ini yang terjadi selanjutnya. Atas
pemrosesan dan pembentukan Roh Kudus, dia mengalami perubahan
hidup yang luar biasa: dari seorang pemarah, menjadi peramah; dari
seorang pencandu rokok, lalu berhenti merokok sampai akhir hidupnya
16 tahun setelah dia bertobat. Dari seorang pemuram, menjadi seorang
yang penuh sukacita; dari seorang pengeluh, menjadi seorang yang
bisa menerima keadaan hidup sebagaimana adanya. Dalam proses itu,
segala-galanya tidak selalu berjalan dengan baik dan menyenangkan.
Dia pernah diejek oleh teman-teman tetangganya gara-gara dia pergi
ke gereja. Istrinya marah-marah jika dia menghabiskan sedikit waktu
untuk berkumpul dengan anggota jemaat di gereja pada hari Minggu.
Anak lelakinya yang pengangguran selalu meminta uang jajan dari
sang ayah yang baru bertobat, dan 3 tahun sebelum ia dipanggil Tuhan,
ia mengidap penyakit paru-paru akut. Namun dia melihat semua perso-
alan hidupnya dengan ‘kacamata’ yang baru, yaitu bahwa semuanya itu
merupakan bagian dari proses pembentukan kehidupan.

E. Ruang Kosong yang Diizinkan-Nya

Saya pernah mencoba memasang potongan-potongan puzzle di rumah


saudara sepupu. Ada 150 pieces menurut angka yang tertera pada
dusnya. Awalnya begitu mudah, tapi lama kelamaan saya mulai ke-
walahan. Saya terus mencoba tanpa mau mudah menyerah. Waktu sudah
berjalan hampir satu jam namun di pemasangan 10 pieces terakhir ke-
pala saya mulai pusing. Sepertinya ada yang salah di pemasangan yang
sebelumnya. Saya mulai merombak area tertentu yang saya duga tidak
beres. Proses pemasangan terus dilanjutkan namun tidak kunjung sele-
Menata Kehidupan 13
sai. Lewat kurang-lebih 90 menit saya hampir menyerah. Keponakan
saya tiba-tiba muncul dan membantu. Dia memang seorang penolong
yang kompeten di bidang puzzle rupanya. Dalam waktu 6 menit puzzle
selesai sudah dengan satu kenyataan: ternyata ada satu piece yang hi-
lang. Saya tidak menduga sebelumnya apalagi curiga. Walaupun secara
keseluruhan, gambar terlihat dengan jelas tetapi tetap tidak sempurna
karena ada satu lubang yang tidak terisi satu piece yang terakhir.

Kalau dikaitkan dengan kehidupan setiap orang di dunia ini, mau


tidak mau kita harus mengakui hidup itu tidak ada yang sempurna. Dan
jangan pernah bermimpi untuk memilikinya walau cuma untuk sesaat.
Banyak hal yang bisa membuat hidup kita tidak sempurna, antara lain:
masa lalu hidup kita yang cukup kelam, pengalaman-pengalaman trau-
matis kita, kegagalan-kegagalan, pengalaman pernah dirampok dan
dicederai oleh pihak-pihak tertentu. Pasangan hidup dan anak-anak
kita juga tidak sempurna. Bahkan, kehidupan para rohaniwan dan pem-
bimbing rohani kita juga tidak sempurna. Kehidupan tokoh-tokoh di
Alkitab juga sarat akan ketidaksempurnaan. Yakub menipu ayahnya.
Paman Yakub menipu dia ketika ingin mendapatkan Rahel. Musa tidak
diizinkan masuk ke Kanaan. Musa gagap, Gideon miskin. Yunus tidak
taat. Daud berselingkuh dengan Batsyeba. Salomo tidak puas dengan
cuma memiliki satu istri. Petrus yang pemberani malah menyangkal
Tuhannya sendiri. Para murid Yesus saling meminta agar diakui siapa
yang paling besar di antara mereka. Para imam dan ahli Taurat orang
Yahudi yang pandai Kitab Suci, praktek kehidupannya dikritik pedas
oleh Tuhan Yesus. Kita juga bisa menemukan ketidaksempurnaan dari
tokoh-tokoh Alkitab lainnya.

Sisi gelap, pengalaman menyedihkan, kejadian yang membuat kita


terluka atau kurang percaya diri atau kehilangan harga diri, segala ben-
tuk keterbatasan, yang kita sebut sebagai ‘lubang-lubang’ merupakan
bagian dari seluruh totalitas kehidupan tidak sempurna kita. Seringkali
kita juga kehilangan satu ‘potongan’ (piece) yang kita harapkan atau
dambakan atau impikan dalam kehidupan ini. Tetapi kita tidak perlu
merasa terpukul atau kehilangan oleh karena hal itu semua. Seringkali

14 Menata Kehidupan
hal-hal itu terjadi di dalam kehidupan kita atas seizin Allah. Artinya:
ketika peristiwa terjadi melawan hukum-Nya, Allah tidak berinter-
vensi. Dia membiarkan semuanya terjadi walaupun Dia tetap meng-
awasi kita. Kita memiliki Sang Penolong, Penghibur, Sahabat karib,
Juruselamat, Pemimpin sempurna, yakni Allah Tritunggal. Allah kita
tahu dan mengerti semua persoalan dan kekurangan di kehidupan kita
masing-masing. Dia menyediakan pengampunan, kesempatan kedua,
jalan keluar, kekuatan, dorongan, dan semua yang kita perlukan. Kunci
kekuatan dan harapan kita ada di dalam kuasa Tuhan. Coba simak 2
Korintus 4:7-12.

F. Bagian Kita sebagai Karya Agung-Nya

Dari liku-liku memasang puzzle yang rumit, saya belajar banyak hal.
Sukses atau gagal tidak menjadi masalah. Itu hanya sebuah permainan
teka-teki. Saya belajar sedikitnya tentang bagaimana melakukan se-
buah analisa, tentang kesabaran, tentang daya juang, dan tentang tang-
gung jawab. Jika saya cepat menyerah, paling sedikit saya merasa malu
pada diri sendiri. Jadi, saya harus berjuang dan mengerjakan bagian
saya sampai gambarnya selesai dipecahkan. Di dalam Alkitab, gam-
bar sempurna tentang diri kita ada di tangan Tuhan. Kita adalah salah
satu karya Agung-Nya. Di sisi yang lain, Tuhan juga telah mengerjakan
karya Agung-Nya di dalam Kristus Yesus yang sudah menjadi kur-
ban demi pengampunan bagi orang-orang berdosa. Barangsiapa yang
mengerti dan mau membuka hatinya untuk mempercayai Yesus sebagai
Tuhan dan Juruselamatnya, dosa-dosanya diampuni dan dia memiliki
kehidupan yang kekal. Karya Agung Allah ini masih belum dialami
oleh milyaran orang tersesat secara rohani di dunia ini. Adalah bagian
kita setelah diselamatkan untuk mencari calon-calon murid Kristus se-
lama masih ada kesempatan (Matius 28:19-20).

Ketika saya menerima Tuhan di tahun 1976 dan kehidupan saya


dibuat baru melalui pekerjaan Roh Kudus, Pertama-tama, saya meng-
alami sukacita yang luar biasa; Kedua, dari hari-ke-hari sifat, karak-

Menata Kehidupan 15
ter, dan kemauan saya diubahkan. Ketiga, saya digerakkan oleh Roh
Kudus untuk memberitahukan teman-teman saya tentang Juruselamat
saya. Saya giat melayani Tuhan di gereja, saya mengikuti kursus-kur-
sus penginjilan pribadi, saya terjun memperkenalkan Kristus ketika ada
peluang, khususnya di kalangan kolega sekantor saya. Adalah anugerah
Tuhan juga yang akhirnya saya dipanggil untuk menjadi seorang hamba
Tuhan secara penuh waktu walaupun ketika saya harus pergi ke semi-
nari Alkitab di tahun 1982, saya harus meninggalkan jabatan penting
saya di perusahaan, penghasilan besar saya dari pekerjaan profesional
saya, cita-cita saya untuk menjadi seorang ahli audit keuangan, serta
mobil kesayangan saya. Saya tunduk kepada proses pembentukan dan
panggilan Ilahi yang Tuhan kerjakan di dalam diri saya. Saya adalah se-
bagaimana adanya saya: penuh kekurangan, tidak sempurna, masih ba-
nyak membuat kesalahan secara berulang-ulang, namun satu hal yang
pasti bahwa hingga saat ini saya masih berkomitmen untuk menger-
jakan bagian saya sebagai anggota tubuh Kristus, yakni melayani dan
menolong orang lain memahami jalan ke surga. Bagian saya adalah
memenuhi harapan Bapa surgawi.

G. Penutup

Setelah kita diselamatkan dan dibaptiskan di dalam nama Bapa dan


Anak dan Roh Kudus, Tuhan masih mempunyai urusan penting dengan
kita. Salah satu urusan penting itu berkenaan dengan rencana agung-
Nya bagi seisi dunia ini sebelum segalanya berakhir. Untuk itu, Dia
ingin memakai kita. Untuk dipakainya kita diproses, dipersiapkan, dan
dipimpin ke jalan yang Dia kehendaki sesuai dengan prinsip-prinsip fir-
man-Nya. Tetapi di dalam perjalanan hidup kita sebagai anak-anak-Nya
menuju ke tempat yang Dia sesungguhnya inginkan – ternyata penuh
dengan teka-teki yang perlu dipecahkan. Mengapa? Karena kehidupan
kita itu bagaimana sebuah puzzle. Tidak utuh, banyak potongan-po-
tongan yang perlu dikumpulkan dan dirangkai sesuai dengan kemauan
Tuhan. Yang penting kita mau taat pada pimpinan dan kehendak Tuhan
yang sudah menyelamatkan kita – dengan sebuah tujuan.

16 Menata Kehidupan
Jurnal Kehidupan

Hari ke-1: Potongan-potongan kehidupan Anda.

Sebutkan ‘potongan-potongan’ besar kehidupan Anda yang sangat


mempengaruhi cara pandang, gaya hidup, tutur kata, dan perilaku Anda
sehari-hari. Tentunya ada ‘potongan’ yang positif dan yang negatif.
Apa yang akan Anda perbuat dengan ‘potongan-potongan’ kehidupan
tersebut? (Petunjuk: Pilihlah ‘potongan’ yang menjadi prioritas Anda
dalam 6 bulan ke depan)

Menata Kehidupan 17
Hari ke-2: Keunikan diri Anda dalam gambar Allah.

Apa saja yang Anda sadari tentang keunikan diri Anda? (Petunjuk:
pikirkan kekuatan-kekuatan Anda dan daftarkan hal-hal yang Anda
butuhkan perhatian khusus untuk dikembangkan)

18 Menata Kehidupan
Hari ke-3: Gambar atau potret hidup Anda di mata-Nya.

Untuk menemukan gambar atau potret kehidupan Anda sesuai dengan


rancangan Tuhan, apa saja yang perlu Anda lakukan? (Petunjuk: mung-
kin potret kehidupan Anda tetap merupakan sebuah misteri sampai
Anda mati)

Menata Kehidupan 19
Hari ke-4: Kehidupan Anda di dalam pembentukan-Nya.

Pembentukan apa yang sedang Tuhan kerjakan di dalam kehidupan


Anda? Apa kira-kira hasil akhir dari pembentukan itu secara konkret?
(Petunjuk: Hindari yang abstrak dalam jurnal hari ini, tuliskan yang
se-nyata dan se-realistis mungkin)

20 Menata Kehidupan
Hari ke-5: Ruang kosong yang diizinkan-Nya.

Tuliskan kesedihan paling mendalam yang masih tersimpan dan mem-


pengaruhi hidup Anda hari ini. Prinsip-prinsip rohani apa yang dapat
Anda petik dari bacaan 2 Korintus 4:7-12? Apa rencana Anda untuk
menangani perasaan sedih itu? (Petunjuk: mungkin Anda perlu untuk
menghubungi seorang konselor Kristen?)

Menata Kehidupan 21
Hari ke-6: Bagian Anda sebagai karya agung-Nya.

Menurut Anda, apa bagian yang perlu Anda kerjakan bagi Kerajaan
Allah mulai saat ini? Jika Anda sudah menjalani bagian Anda di masa
yang lalu, bagaimana Anda dapat melakukan itu lebih baik lagi di masa
yang akan datang? (Petunjuk: harap menuliskannya secara terperinci,
seperti ketika membuat sebuah action plan)

22 Menata Kehidupan
bab 2
KARYA AGUNG
ALLAH
“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam
Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik,
yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau,
supaya kita hidup di dalamnya.”
(Efesus 2:10)

P ada abad pertengahan, seorang seniman sering mengerjakan satu


karya seni berbulan-bulan lamanya. Di situ ia menuangkan seluruh
bakat dan kemampuan seninya dengan satu tujuan, yakni bila telah sele-
sai, ia akan mempertunjukkan karyanya itu di paguyuban para seniman
dengan harapan karyanya akan disebut masterpiece atau karya yang
agung dan ia mendapat julukan master. Betapa bangganya seorang se-
niman bila ia mampu menghasilkan suatu karya agung. Ketika orang-
orang melihat karya agungnya, maka mereka akan memuji kreatifitas
dan kemampuannya.

Namun, untuk menghasilkan sebuah karya agung tidak mudah.


Paling tidak, ada dua kualitas yang harus dipenuhi: Pertama, indah;
Kedua, unik. Artinya, berbeda dengan yang lain, hanya satu-satunya.
Menghasilkan suatu karya dengan dua persyaratan ini tidak mudah,
tetapi sekali saja menghasilkannya, luar biasa.

Anda adalah suatu karya agung, suatu mahakarya yang luar biasa.
Diri Anda indah dan unik. Anda adalah karya agung Allah. Anda adalah
mahakarya Allah yang diciptakan untuk kemuliaan-Nya.

Karya Agung Allah 23


A. Karena kita ini buatan Allah (Efesus 2:10a)

Keindahan diri kita justru terletak pada keagungan Pencipta kita. Ayat
10a mengatakan, “Karena kita ini buatan Allah.” Paulus sedang meng-
ingatkan jemaat Efesus bahwa baik dirinya yang Yahudi maupun je-
maat Efesus yang sebagian besar adalah orang-orang Yunani adalah
buatan Allah. Dalam konsep Alkitab, pengertian bangsa Yahudi dan
Yunani adalah mencakup semua bangsa. Frasa dalam ayat ini meng-
ingatkan kita pada Kejadian 1:1, “Pada mulanya Allah menciptakan
langit dan bumi.” Allah adalah sumber utama dari keberadaan alam se-
mesta, sumber utama dari kehidupan manusia dan sekaligus merupakan
fokus kehidupan yang menggerakkan manusia. Allah selalu menjadi
yang awal. Sebelum manusia ada, Allah sudah ada. Sebelum manusia
bekerja, Allah sudah bekerja. Sebelum manusia berkarya, Allah sudah
berkarya.

Kata “buatan Allah” bahasa Yunaninya adalah “poeiema”. Dalam


bahasa Inggris kata ini menjadi “poem” yang artinya adalah puisi. Ini
bisa diartikan bahwa setiap manusia adalah ‘puisi’ Allah. Karena yang
menulis ‘puisi’ itu adalah Allah sendiri, maka Anda sudah tentu meru-
pakan ‘puisi-puisi’ yang indah, yang berkualitas karya agung.

Semua yang diciptakan Allah pasti luar biasa, tetapi manusia jauh
lebih luar biasa daripada ciptaan yang lain. Manusia dibuat dengan
“dahsyat dan ajaib” segambar dan serupa dengan Allah. Tuhan telah
membentuk kita menjadi manusia yang memiliki bentuk fisik, spiritual,
dan talenta-talenta yang berbeda-beda dan menenunnya ketika kita ma-
sih berada di dalam kandungan ibu kita.

Mungkin Anda masih ragu karena Anda tidak melihat sesuatu pun
yang indah dalam diri dan hidup Anda. Di mata Allah, Anda adalah
karya agung-Nya. Anda adalah ‘puisi’-Nya yang indah.

Apa pun yang orang lain katakan tentang Anda, itu tidak terlalu pen-
ting. Yang terpenting adalah apa yang Tuhan katakan tentang Anda,
24 Karya Agung Allah
“You are a masterpiece of God.” Kamu adalah karya agung-Ku. Kamu
adalah ‘puisi’-Ku.

B. Diciptakan di dalam Kristus Yesus (Efesus 10:10b)

Sebagai anak-anak Tuhan, kita memiliki keunikan yang luar biasa


dibanding dengan orang-orang yang belum percaya. Setiap manusia di
dunia ini diciptakan oleh Tuhan hanya satu kali, kecuali orang-orang
percaya, termasuk Anda. Kita diciptakan Allah dua kali. Pertama, kita
ini buatan Allah. Kedua, diciptakan di dalam Kristus Yesus.

Diciptakan dua kali bukan karena buatan yang pertama kurang baik.
Dalam kitab Kejadian pasal 1, kita melihat bahwa setiap kali Allah sele-
sai menciptakan alam semesta dengan segala isinya, termasuk manusia,
Alkitab mengatakan bahwa “Allah melihat bahwa semuanya itu baik.”
Kita dibuat dua kali karena ‘puisi’ yang lama itu telah rusak karena
dosa. Kebebasan yang diberikan oleh Allah kita pergunakan dengan
salah sehingga gambar dan rupa Allah yang ada dalam diri kita menjadi
rusak total. ‘Puisi’ itu tidak lagi mampu memancarkan keindahan yang
seharusnya dipancarkannya.

Dalam Efesus 2:1, Paulus berkata “Kamu dahulu sudah mati karena
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.” Dosa telah merusak se-
gala yang baik yang Allah ciptakan. Dosa juga merusak moral dan hi-
dup kita. Di mata Allah, kita tidak lagi hidup sebagaimana yang Allah
inginkan. Kita telah mati. Semua makhluk hidup yang telah mati mem-
punyai dua ciri utama. Pertama, ketidakberdayaan. Orang yang mati
tidak mampu melakukan apa-apa, ia tidak berdaya. Pada waktu kita
hidup di dalam dosa, kita tidak mampu lagi menjadi tuan atas diri kita.
Pikiran dan hati kita telah ditawan oleh dosa dan menjadi budak dosa.
Kita tidak bisa berkata tidak kepada dosa, kita tidak berdaya. Kedua
adalah mengalami pembusukan. Sesuatu yang telah mati, lambat laun
akan membusuk. Kematian rohani menyebabkan jiwa kita mengalami
pembusukan. Sesuatu yang mati lambat laun akan membusuk. Kema-
tian rohani menyebabkan jiwa kita mengalami pembusukan. Makin
Karya Agung Allah 25
hari watak kita, karakter kita, dan hati kita makin tidak baik. Hidup kita
bukan makin kudus, tetapi makin kotor. Segala sesuatu yang jahat, licik
dan najis tersimpan dalam hati kita dan kita melakukannya. Namun
pada ayat 4 Paulus berkata, “Tetapi, Allah yang kaya dengan rahmat,
oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita,
telah menghidupkan kita ....“

‘Puisi’ rusak yang tidak lagi memancarkan keindahan Pencipta-


nya itu, yang hanya layak dibuang dalam api pembakaran, oleh karena
anugerah Allah dihidupkan kembali.

Dalam ayat 10b dikatakan “diciptakan di dalam Kristus Yesus.” Kata


“diciptakan” dalam bahasa Yunaninya “ktizo”, sejajar dengan kata
“barah” dalam bahasa Ibrani (Kejadian 1:1). Kedua kata ini hanya
digunakan bila pelaku penciptaan itu adalah Allah. Kata “diciptakan”
yang berbentuk pasif mempunyai pengertian bahwa dalam penciptaaan
ulang itu manusia pasif, tidak ada andil sedikit pun di dalamnya. Perbu-
atan “menciptakan” dilakukan oleh Allah, hanya oleh Allah anugerah-
Nya di dalam Kristus Yesus. Ini ditegaskan dalam ayat 8-9 :“Sebab
karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
usahamu tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan
ada orang yang memegahkan diri.”

Penciptaan ulang ‘puisi’ tersebut memerlukan pengorbanan yang


sangat mahal. ‘Puisi’ yang telah cemar itu hanya bisa dibersihkan oleh
darah Kristus sendiri melalui kematian-Nya di kayu salib. Murka Allah
yang menyala-nyala yang seharusnya ditimpakan kepada kita, telah Ia
timpakan kepada Anak-Nya sebagai tumbal penebus dosa kita.

Setelah itu, Allah tidak lagi murka kepada kita, bahkan Ia meng-
hidupkan, membangkitkan dan juga memberikan kita tempat untuk me-
merintah bersama-sama dengan Dia (ayat 5, 6). Kita yang dulu adalah
musuh Allah, diampuninya, diperdamaikan, bahkan dijadikan rekan
sekerja-Nya. Benarlah apa yang dikatakan Paulus dalam 2 Korintus
5:17, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:

26 Karya Agung Allah


yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” Ini-
lah keunikan kita.

Keunikan kita bukan hanya sampai di sana. Setiap kita yeng telah
menjadi ciptaan baru oleh Roh-Nya dilengkapi dengan karunia-karunia
yang unik. Allah tidak pernah menduplikasi karya-Nya. Ia seniman ter-
besar yang tidak pernah kehabisan kreaktifitas. Tidak satupun dari kita
yang dibuat-Nya sama, juga dalam karunia-karunia-Nya. Penciptaan
kedua itu membuat kita begitu unik.

Kita adalah karya agung Allah. Kita diciptakan dengan indah dan
unik. Jangan meremehkan apa yang Tuhan ciptakan dengan dahsyat
dan ajaib. Kita harus menghargai diri kita dan melihat diri kita seba-
gaimana Allah melihat kita. Kita diberi-Nya karunia-karunia, talenta-
talenta, kelebihan-kelebihan yang sangat unik.

C. Untuk melakukan pekerjaan baik (Efesus 2:10c)

Untuk apa kita dijadikan karya agung-Nya? Apa tujuan-Nya? Ayat


10c mengatakan bahwa tujuan Allah menyelamatkan kita adalah “un-
tuk melakukan pekerjaan baik.”

Pada waktu Tuhan menciptakan dan menyelamatkan manusia, Ia


mempunyai rancangan yang indah di dalam diri manusia. Rancangan-
Nya itu tidak terbatas hanya berbicara tentang ekonomi yang dipulih-
kan, penyakit yang disembuhkan dan segala berkat-berkat yang dilim-
pahkan dalam hidup ini, melainkan juga berbicara soal sesuatu yang
baru yang harus manusia lakukan, yaitu melakukan pekerjaan baik.
Pekerjaan baik itu dilakukan bukan agar kita memperoleh keselamatan,
tetapi karena kita telah diselamatkan. “Salvation is not ‘by works’ but
‘for works’ .”

Melakukan “pekerjaan baik” (to do “good works”) adalah tindakan-


tindakan kreatif dan positif yang kita lakukan untuk kepentingan orang
lain, bukan untuk kepentingan diri kita sendiri. Lawan dari “good
Karya Agung Allah 27
works” adalah “evil works,” yaitu tindakan yang hanya tertuju untuk
kepentingan diri sendiri tanpa pernah memikirkan perasaan dan kesu-
litan orang lain.

Lalu sebenarnya apa tujuan melakukan pekerjaan-pekerjaan baik


itu? Apakah untuk nama baik atau kemuliaan diri sendiri? Bukan! Per-
buatan baik itu mempunyai tujuan final yaitu untuk kemuliaan Allah.
Suatu karya agung dibuat oleh penciptanya bukan untuk nama baik
karya agung itu sendiri, tetapi untuk nama baik penciptanya. Manusia
tidak boleh mempunyai tujuan hidup untuk kemuliaan dirinya sendiri,
apalagi ia adalah karya agung Allah. Tuhan Yesus berkata kepada para
murid-Nya, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan
orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan
Bapamu yang di surga” (Matius 5:16).

Jika manusia tidak boleh mempunyai tujuan hidup untuk kemuliaan


dirinya sendiri, salahkah Allah jika Ia mempunyai tujuan untuk dimu-
liakan oleh manusia? Tidak! Mengapa? J.I. Packer berkata bahwa Allah
boleh mempunyai tujuan untuk kemuliaan diri-Nya sendiri karena Dia
adalah Allah, Pencipta. Sebaliknya, manusia tidak boleh, karena manu-
sia bukan Allah. Orang-orang yang bersikeras bahwa Allah tidak boleh
memuliakan diri-Nya sendiri sesungguhnya meminta Allah berhenti
menjadi Allah. Dan tidak ada penghujatan yang lebih besar daripada
menghendaki hal seperti ini. Ajaibnya, pada saat manusia hidup hanya
untuk kemuliaan Allah, manusia menemukan kemuliaannya sendiri
dan menikmati kepuasan hidup yang tertinggi yang tidak akan pernah
ia capai dengan tujuan hidup yang lain. Jadi, maksud untuk melakukan
pekerjaan baik adalah agar nama Allah dimuliakan melalui hidup kita.

Allah tidak menyelamatkan kita supaya kita bisa hidup dalam ruang
nyaman (comfort zone) kita. Tetapi, Ia ingin agar kita, sebagai karya
agung-Nya, hidup dengan memancarkan kemuliaan Allah sehingga se-
tiap orang yang melihat kita kagum dan memuji Sang Pencipta. Peker-
jaan baik seharusnya manjadi gaya hidup dari orang-orang yang telah
mendapat kasih karunia Allah yaitu dengan melakukan pekerjaan baik.

28 Karya Agung Allah


Karya agung itu harus memancarkan keindahan Sang Pencipta.

D. Yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya


kita hidup di dalamnya (Efesus 10:10d)

Bagian ini mengandung arti bahwa pekerjaan-pekerjaan baik itu di-


siapkan Allah untuk orang-orang yang telah dihidupkan, dibangkitkan
dan didudukkan bersama-sama dengan Kristus. Dengan kata lain, pe-
kerjaan-pekerjaan baik itu diperuntukkan bagi para karya agung-Nya.
Tentu saja setiap karya agung-Nya mempunyai “kavling” yang ber-
beda-beda, sesuai dengan apa yang telah Tuhan tentukan. Satu hal yang
perlu kita yakini, bila Tuhan telah menyiapkannya, maka Tuhan juga
akan memberi kemampuan untuk mengerjakannya. Paulus berkata,
“Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi
untuk setiap perbuatan baik” (2 Timotius 3:17). Perlengkapan itu su-
dah diberi oleh Tuhan kepada kita. Sekarang persoalannya bukan “bisa
atau tidak bisa” melainkan “mau atau tidak mau.” Tuhan ingin kita
melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya, kemampuan akan datang
menyusul.

Sebagai karya agung Allah, kita tidak mungkin berdiam diri atau ha-
nya hidup bagi diri sendiri. Itu tidak sesuai dengan rencana Allah yang
menciptakan kita untuk menjadi karya agung-Nya. Ada “kavling ke-
baikan” yang Allah tetapkan untuk kita kerjakan. Masing-masing kita
mendapat “kavling” yang berbeda-beda. Mari kita singsingkan lengan
baju kita dan terjun mengerjakannya. Jangan tunggu lagi, jangan berda-
lih lagi. Ada banyak perbuatan-perbuatan baik yang harus kita kerjakan
bagi sesama kita. Mereka membutuhkan Kristus. Bagaimanakah orang-
orang seperti itu bisa dijangkau bila tidak ada yang memberitakannya?
Bagaimana mereka bisa mendengar bila kita para karya agung-Nya
tidak rela untuk meluangkan waktu dan bersahabat dengan mereka?
Demi Tuhan yang telah mengasihi Anda, kasihilah Tuhan dengan me-
ngasihi orang-orang yang dikasihi Tuhan itu.

Karya Agung Allah 29


E. Penutup

Jangan pernah lupa bahwa kita ini karya agung Allah. Apa pun pendapat
orang tentang kita, tidak membuat perbedaan apa pun. Di mata Allah
kita ini tetap karya agung-Nya yang diciptakan dengan harga yang sa-
ngat mahal, yaitu darah Anak-Nya sendiri, Yesus Kristus. Ia ingin kita
hidup untuk kemuliaan-Nya dengan cara melakukan perbuatan-perbu-
atan baik yang telah disiapkan sebelumnya.

30 Karya Agung Allah


Jurnal Kehidupan

Hari ke-1: Sikap seorang karya agung Allah sehari-hari.

Alkitab mengajarkan bahwa diri Anda adalah karya agung Allah. Coba
Anda menjalani kehidupan hari ini dengan kesadaran bahwa Anda
adalah karya agung Allah. Hal-hal apa yang perlu ada di dalam sikap
Anda hari ini dan coba aplikasikan.

Karya Agung Allah 31


Hari ke-2: Kemerdekaan seorang karya agung Allah.

Anda diciptakan di dalam Kristus Yesus memberikan implikasi bahwa


Anda tidak lagi di bawah kekuasaan dosa atau Anda sesungguhnya su-
dah merdeka dari kungkungan dosa. Sekarang Anda bisa dengan bebas
menyatakan bahwa Anda adalah masterpiece Allah. Coba Anda lihat
diri Anda, adakah dosa tertentu yang masih mengikat Anda dan selama
ini Anda menganggapnya sebagai hal yang tidak dapat Anda hindari.
Mulai hari ini katakan pada diri Anda sendiri bahwa Anda karya agung
Allah diciptakan di dalam Kristus dan Anda sudah merdeka dari ikatan
tersebut, kemudian hiduplah sebagai orang merdeka dari dosa.

32 Karya Agung Allah


Hari ke-3: Keluar dari comfort zone (zona nyaman).

Hari ini Anda harus belajar keluar dari comfort zone Anda yang mem-
buat Anda tidak bisa memancarkan kemuliaan Allah bagi orang lain.
Wilayah nyaman apakah yang Anda rasa menghalangi Anda untuk me-
nyatakan kemuliaan Allah dan hari ini di dalam anugerah Allah keluar-
lah dari wilayah nyaman Anda.

Karya Agung Allah 33


Hari ke-4: Melihat dan berbuat.

Cobalah pada hari ini Anda lebih memperhatikan sekitar Anda dan
pikirkan perbuatan baik apakah yang Allah ingin untuk Anda kerjakan
dari apa yang Anda lihat tersebut dan lakukanlah.

34 Karya Agung Allah


Hari ke-5: Apa kata Allah?

Coba Anda pikirkan apa kata Allah tentang diri Anda sebagai karya
agung-Nya yang ditebus dengan harga mahal yaitu dengan darah
Yesus Kristus, ketika Anda gagal di dalam pencapaian Anda. Ada 2
pilihan, Pertama, “Aku muak denganmu dan Aku membuang engkau;
atau Kedua, “Aku mengasihimu dan Aku akan menopangmu.” Ketika
Anda sadar bahwa Anda adalah karya agung Allah di dalam Kristus,
maka pilihan ke-2 lah yang harusnya terlintas di dalam pikiran Anda.
Bagaimanakah sikap Anda ketika Anda gagal ketika Allah bersikap di
dalam pilihan ke-2? Hiduplah seperti itu hari ini.

Karya Agung Allah 35


Hari ke-6: Respons terhadap apa kata orang lain.

Hari ini adalah hari terakhir untuk jurnal tema bab ini. Kemarin Anda
memikirkan apa kata Allah tentang Anda, sekarang pikirkan apa kata
orang tentang diri Anda. Setelah Anda melewati bahan bacaan bab ini
dan 5 hari jurnal, bagaimanakah Anda menyikapi pendapat orang ten-
tang diri Anda baik yang positif mau pun yang negatif?

36 Karya Agung Allah


bab 3
Menikmati
makanan rohani
“tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN,
dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air,
yang menghasilkan buahnya pada musimnya,
dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”
(Mazmur 1:2-3)

K ehidupan orang Kristen digambarkan sebagai sebuah pohon yang


ditanam di tepi aliran air, gambaran pohon yang segar, bertumbuh
dan penuh buah. Tetapi sayang sekali kebenaran ayat ini tidak terwujud
dalam hidup orang Kristen. Selain dari kehidupan ritual seperti ke gere-
ja tiap Minggu, berdoa dan membaca Alkitab, kehidupan orang Kristen
tidak dapat dibedakan dengan orang non Kristen lainnya. Buah-buah
rohani tidak nampak dalam kehidupan orang Kristen.

Mengapa hal ini dapat terjadi? Bukankah orang Kristen membaca


Alkitabnya? Bukankah orang Kristen percaya bahwa Alkitab adalah
firman Allah yang dapat menjadikan hidup kita seperti pohon yang di-
tanam di tepi aliran air? Namun, mengapa perubahan kehidupan tidak
nampak dalam kehidupan orang Kristen? Mengapa firman Tuhan yang
berkuasa untuk mengubahkan tidak nampak dalam kehidupan orang
Kristen? Kesalahan pasti tidak terletak dalam Alkitab, tetapi kesalahan
ada dalam cara kita membaca Alkitab.

Menikmati Makanan Rohani 37


A. Bagaimana Membaca Alkitab Agar Dapat Bertum-
buh?

Pemazmur mengajar kita untuk bukan saja membaca, tetapi juga un-
tuk “merenungkannya siang dan malam.” Disiplin yang selama ini
kita jalankan adalah membaca Alkitab tanpa “mengunyahnya” dengan
teliti. Pembacaan yang demikian tidak akan dapat menjadi pembacaan
yang formatif (bersifat membentuk kita) karena ia akan menjadi seke-
dar pengisi otak dan menjadi suatu pengetahuan belaka.

Kata “merenungkan” (bahasa Ibraninya “hagah”) biasanya dipakai


untuk menunjuk pada pembacaan yang berkenaan dengan roh dan jiwa
manusia. “Merenungkan” bukanlah sekedar menelan makanan yang
masuk ke dalam mulut. Ia seperti orang yang memakan sebuah per-
men, merasakan manis dan rasanya permen itu. Perlahan-lahan ia me-
nikmatinya sampai habis.

”Merenungkan” firman Tuhan juga demikian. Kita tidak membaca


dengan tergesa-gesa untuk menyelesaikan tugas rohani kita. Dalam
membaca kita menyerahkan diri kita kepada Roh Kudus yang meng-
antar kita pada pengertian firman Tuhan di depan hadirat Kristus, dan
mengizinkannya untuk mengubah atau membentuk kita.

Pembacaan yang demikian juga membutuhkan praktek dalam ke-


hidupan. Kita tidak mungkin dapat berenang hanya dengan sekedar
membaca buku bagaimana berenang dengan baik. Kita perlu untuk
mempraktekkan teori-teori yang kita baca dengan mencoba berenang,
sesuai dengan teori yang diberikan. Perenungan firman Tuhan juga ber-
jalan demikian. Setelah kita membaca, perenungan kita tidak selesai
disitu, tetapi kita perlu meneruskan melihat kebenaran firman Tuhan itu
dalam hidup kita sehari-hari. Pemazmur mendorong kita untuk mere-
nungkannya “siang dan malam,” dan bukan hanya pada beberapa menit
kita melakukan saat teduh kita.

38 Menikmati Makanan Rohani


B. Bagaimana Merenungkan Firman Tuhan Setiap
Hari?

Tentu bukan maksud pemazmur kita memakai seluruh waktu kita dalam
keseharian hanya untuk merenungkan firman Tuhan dalam hidup kita.
Namun, dalam sela-sela kegiatan kita tiap hari, firman Tuhan dapat
menjadi pokok refleksi. Pencetakan Alkitab memberi dua pengaruh. Di
satu pihak, Alkitab dapat dengan mudah disebarkan dan dibaca oleh
jutaan orang ke seluruh dunia. Di lain pihak, pencetakan Alkitab mem-
buat memori kita tidak bekerja lagi. Orang Israel pada waktu dahulu
tidak mempunyai Alkitab pribadi. Mereka mendengarkan firman Tuhan
dan menghafalkannya. Namun, sekali firman Tuhan dapat dengan mu-
dah dibaca kita tidak lagi menghafal Alkitab. Alkitab yang kita miliki
tidak membantu kita untuk mengingatnya, tetapi justru membantu kita
melupakannya.

Hal ini serupa dengan nomor telepon. Sebelum ada memori dalam
telepon genggam kita, kita dapat mengingat nomor telepon teman-te-
man dekat dan tentunya keluarga kita. Namun, sekali nomor-nomor
tersebut tercatat dalam memori telepon kita, kita tidak lagi dapat meng-
ingatnya, bahkan nomor telepon orang yang paling dekat dengan kita.

Bila kita memiliki disiplin untuk melakukan saat teduh setiap hari,
setelah kita membaca Alkitab, kita cenderung untuk tidak memperhati-
kannya lagi karena prosedur pembacaan kita selesai setelah kita menu-
tup saat teduh kita. Dan kita seperti orang yang bercermin, “Baru saja
ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana
rupanya” (Yakobus 1:24). Bagi kita, firman yang kita baca seperti no-
mor telepon yang telah dimasukkan ke dalam telepon genggam kita.
Selesai membaca kita tidak lagi mengingatnya karena kita tahu kita
dapat kembali melihatnya bilamana saja kita mau. Membaca Alkitab
dengan cara yang demikian membuat kebenaran Alkitab menjadi ke-
benaran masa lalu belaka. Kebenaran Alkitab itu menjadi kebenaran
dalam hidup orang-orang Kristen pada masa lalu, tetapi tidak merupa-

Menikmati Makanan Rohani 39


kan bagian yang kita alami pada masa kini.

Alkitab adalah firman Tuhan dimana kita memperoleh kesaksian


Allah sendiri mengenai diri-Nya. Ia berfirman kepada kita, menegur,
menghibur dan menguatkan kita melalui firman-Nya. Ia memberkati,
menunjukkan jalan dan menyertai kita. Perenungan Alkitab tidak ber-
henti setelah kita membacanya. Kita harus mengizinkan firman Tuhan
itu tetap berbicara kepada kita, menegur kita atau menguatkan kita
sewaktu kita menjalani hari-hari kita. Hanya dengan demikian kita
dapat membuat kebenaran-kebenaran Alkitab pada masa lalu bekerja
juga pada masa sekarang. Dengan cara demikian kita dapat membuat
Alkitab tetap relevan dalam setiap kegiatan yang kita lakukan.

Pembacaan seperti ini tidak dapat dilakukan dengan terburu-buru.


Banyak orang Kristen yang membaca Alkitab dengan mengejar target.
Pada akhir pembacaan, yang ia dapatkan sesuai dengan tujuan pemba-
caannya yakni target yang tercapai atau tidak tercapai. Ia tidak mendapat
manfaat rohani yang sungguh dalam pembacaannya itu. Dan memang
itu bukan merupakan tujuan dalam pembacaannya. Orang Kristen yang
ingin bertumbuh dalam pembacaannya membaca dengan satu tujuan,
yakni membuka diri bagi firman Tuhan untuk berkata-kata dalam kehi-
dupan sehari-harinya dan mengubahnya.

40 Menikmati Makanan Rohani


Jurnal Kehidupan

Hari ke-1: Belajar merenungkan firman Tuhan.

Sebagaimana Anda membaca Alkitab setiap hari, demikian pula hari ini
Anda membaca Alkitab. Hari ini dan seterusnya mulai latihlah diri Anda
bukan saja membaca Alkitab, namun juga belajar merenungkannya se-
bagaimana diajarkan di dalam bab ini. Cobalah Anda membaca bagian
firman Tuhan yang Anda baca hari ini dengan lebih cermat lagi sambil
dipikirkan apa yang dimaksudkan oleh firman Tuhan itu. (Caranya:
Bacalah bagian tersebut berulang-ulang setidaknya 3-4 kali di mana
setiap pengulangan pembacaannya semakin diperlambat kecepatannya
agar Anda dapat menyimak setiap kata dan mulai memikirkan apa yang
dimaksud oleh firman Tuhan). Catatlah apa yang Anda dapatkan dari
perenungan tersebut.

Menikmati Makanan Rohani 41


Hari ke-2: Merasakan Hati Tuhan.

Hari ini Anda kembali membaca Alkitab sesuai dengan jadwal bagian
yang harus Anda baca. Praktekkan kembali dengan bahan hari ini apa
yang Anda lakukan di dalam merenungkan firman Tuhan kemarin. Se-
bagai tambahannya adalah coba Anda pikirkan dan rasakan apa yang
ada di hati Tuhan bagi Anda secara pribadi. Catatlah itu baik-baik dan
biarlah bagian itu mengiringi perjalanan hidup Anda hari ini untuk te-
rus direnungkan.

42 Menikmati Makanan Rohani


Hari ke-3: Mengalami Keterlibatan Tuhan.

Praktekkan kembali seluruh langkah-langkah yang telah Anda lakukan


di hari pertama dan kedua di dalam merenungkan firman Tuhan hari
ini. Apa yang Anda dapatkan dari maksud hati Tuhan bagi Anda pribadi
hari ini, mintalah kepada Tuhan agar Anda merasakan pengalaman ke-
terlibatan Tuhan di dalam menghidupi pesan tersebut hari ini. Di dalam
menjalani kehidupan hari ini, selain Anda mengingat apa yang menjadi
pesan firman Tuhan, coba Anda perhatikan apakah Anda mengalami
Allah melalui pesan firman Tuhan tersebut. (Jikalau belum, tidak perlu
kecewa, karena memang belum waktunya atau bukan waktunya, tetap
camkanlah pesan firman itu di dalam hati Anda.)

Menikmati Makanan Rohani 43


Hari ke-4: Bagikanlah pesan firman Tuhan.

Hari ini, Anda perlu melakukan perenungan firman Tuhan sebagaimana


hari pertama sampai dengan hari ketiga. Namun agar memperkaya Anda
di dalam perenungan firman Tuhan hari ini, coba Anda pikirkan kepada
siapakah Anda akan bagikan pesan firman Tuhan, bukan dengan se-
mangat menasehati tetapi dengan semangat berbagi. Lihatlah betapa
kayanya perenungan Anda hari ini. Catatlah apa yang Anda alami hari
ini.

44 Menikmati Makanan Rohani


Hari ke-5: Mengatasi kesulitan Anda.

Setelah Anda melalui 4 hari pelatihan, hari ini Anda kembali melaku-
kan sebagaimana di hari pertama sampai dengan keempat. Hari ini co-
balah Anda mencatat kesulitan-kesulitan apa yang Anda alami selama
ini, coba pikirkan langkah-langkah apa yang dapat Anda lakukan seba-
gai jalan keluar atau setidaknya menjadi solusi bagi kesulitan Anda dan
doakan.

Menikmati Makanan Rohani 45


Hari ke-6: Siapkan buku catatan perjalanan rohani Anda.

Hari ini adalah hari terakhir pelatihan Anda dengan pelajaran bab ini.
Agar kelangsungan kebiasaan yang baik yang telah Anda lakukan tetap
dapat dilakukan, siapkanlah buku catatan khusus untuk mencatat perja-
lanan rohani Anda dengan firman Tuhan. Mulai hari ini dan seterusnya
Anda mencatatkan langkah-langkah di hari pertama sampai dengan ke
lima di dalam perenungan firman Tuhan di dalam buku catatan khu-
sus dan evaluasilah atau bacalah kembali apa yang telah Anda tulis di
dalam catatan khusus tersebut setelah melewati beberapa hari.

46 Menikmati Makanan Rohani


bab 4
HIDUP DALAM
FIRMAN TUHAN
“Sekiranya hidupku tentu untuk berpegang pada ketetapan-Mu!”
(Mazmur 119:105)

M enjadi percaya kepada Yesus Kristus bukanlah akhir dari perja-


lanan hidup seorang Kristen di dalam dunia. Bahkan sesungguh-
nya, menjadi percaya itu baru merupakan awal dari perjalanan sampai
akhir hidup yang seharusnya membentuk seorang percaya menjadi de-
wasa di dalam hidup imannya. Perjalanan yang tidak mudah, tetapi ber-
harga. Dalam perjalanan iman itu, setiap orang percaya membutuhkan
firman Tuhan dalam hidupnya. Melalui firman Tuhan, orang percaya
ditolong untuk menjalani hidupnya. Dalam hal ini, firman Tuhan bukan
sekadar untuk diketahui, tetapi untuk dihidupi dan ditaati. Dalam keta-
atan itulah orang percaya mendapatkan manfaat dari firman Tuhan.

A. Pelita dan Terang Kehidupan

“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”


(Mazmur 119:105)

Alkitab menggambarkan peran firman Tuhan sebagai penuntun jalan


kehidupannya (Mazmur 119:105). Dengan firman Tuhan, seorang per-
caya dibimbing langkah demi langkah seumur hidupnya. Hal itu seperti
lampu mobil yang menyorot jalan di depan kita. Orang yang menyetir
yang ada di dalam mobil hanya akan melihat jalan sejauh lampu itu me-
nyorot. Dia akan melihat lebih jauh lagi, hanya ketika mobil itu berge-
rak maju. Dengan bergerak maju, maka lampu mobil juga bergerak me-
Hidup Dalam Firman Tuhan 47
nunjukkan jalan selanjutnya. Jika mobil itu berhenti, maka lampu itu
pun tidak akan bergerak maju. Demikianlah firman Tuhan bagi hidup
orang percaya. Dia menjadi pelita dan terang yang menunjukkan apa
yang seharusnya dilakukan orang percaya. Untuk mendapatkan man-
faat yang sepenuhnya, maka jalan yang ditunjukkan oleh pelita dan
terang itu perlu diikuti. Dengan setia mengikuti pelajaran dari firman
Tuhan, seorang percaya dibimbing untuk terus berjalan maju dalam ke-
hidupan imannya.

Itu berarti untuk mendapatkan manfaat Alkitab sepenuhnya, seorang


percaya tidak cukup hanya membaca dan menjadi tahu kebenaran fir-
man Tuhan. Seorang percaya perlu hidup sesuai dengan firman Tuhan.

B. Penjaga Perilaku

“Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih?


Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu..”
(Mazmur 119:9)

Selain itu, Pemazmur menyatakan bahwa orang percaya menjaga


kelakuannya bersih melalui firman Tuhan (Mazmur 119:9). Dalam
hidup di dunia, setiap orang percaya akan selalu bergumul dengan
perilaku yang tidak benar. Godaan akan datang dari lingkungan, diri
sendiri, dan/atau Iblis yang mau menjatuhkan orang percaya. Dalam
pergumulan untuk bisa mempertahankan hidup kudus, maka Tuhan su-
dah memberikan firman-Nya. Paulus bahkan menyatakan bahwa Tuhan
sudah memberikan perlengkapan untuk setiap perbuatan baik melalui
firman Tuhan (2 Timotius 3:16-17). Dengan demikian, seharusnya se-
tiap orang percaya bisa melakukan setiap perbuatan yang baik. Syarat-
nya adalah dia mau mempelajari dan melakukan firman Tuhan dalam
hidupnya.

Dengan kata lain, firman Tuhan berfungsi seperti seorang penjaga.


Penjaga itu mengawasi, mengingatkan, menegur, dan menolong agar
seorang percaya tetap berjalan atau berada di area yang seharusnya.
48 Hidup Dalam Firman Tuhan
Jadi, dengan adanya firman Tuhan, seorang percaya dijaga untuk ja-
ngan menjauh dari Tuhan, dijaga untuk jangan hidup dalam dosa, di-
jaga untuk tetap berjalan dalam kehendak Tuhan. Itu semua terjadi ke-
tika seorang percaya mempelajari dan melakukan firman Tuhan dalam
hidupnya.

C. Untuk Meneguhkan Kasih Kita Kepada Tuhan

“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti


segala perintah-Ku.”
(Yohanes 14: 15)

“Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya,


dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku,
ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia
dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.”
(Yohanes 14:21)

Manfaat lain dari melakukan firman Tuhan adalah untuk meneguhkan


kasih seorang percaya kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menyatakan
bahwa seorang yang mengasihi Dia akan memegang dan melakukan
perintah-Nya (Yohanes 14:15, 21). Itu seperti seorang anak kecil yang
ditugaskan oleh orang tuanya untuk melakukan sesuatu. Ada banyak
hal yang bisa menggoda dia untuk mengabaikan tugas dari orang tuanya
itu, tetapi semakin dia mengasihi orang tuanya, semakin dia berusaha
untuk tetap menaati pesan dari orang tuanya tersebut. Godaan mungkin
datang, tetapi ketika dia mengingat orang tua yang dikasihinya, maka
dia akan mencoba untuk mengabaikan godaan tersebut dan tetap mena-
ati perintah orang tuanya.

Demikian juga dengan sikap orang percaya terhadap firman Tuhan.


Kita bisa banyak tahu firman Tuhan, kita bisa banyak membaca firman
Tuhan, tetapi membaca dan menjadi tahu belum cukup membuktikan
bahwa kita sungguh mengasihi Tuhan. Bukti kasih kita kepada Tuhan
adalah ketika apa yang kita ketahui itu kita terapkan dalam hidup kita
Hidup Dalam Firman Tuhan 49
sehari-hari. Godaan mungkin datang untuk mengabaikan firman Tuhan,
tetapi ketika mengingat Tuhan yang kita kasihi, maka kita tidak ingin
mengecewakan atau membuat hati-Nya sedih. Kita tetap mencoba
melakukan firman-Nya.

D. Melakukan Seluruh Firman

“Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah


diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”
(2 Timotius 3:17)

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah melakukan firman Tuhan
secara utuh. Paulus menyatakan, “tiap-tiap manusia kepunyaan Allah
diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Timotius 3:17) dan per-
lengkapan itu adalah firman Tuhan (2 Timotius 3:16). Gambaran Pau-
lus di bagian tersebut adalah bahwa “segala tulisan yang diilhamkan
Allah” (yaitu firman Allah) mempunyai manfaat. “Segala tulisan” yang
dimaksud oleh Paulus itu mencakup keseluruhan firman Tuhan. Ini ber-
arti setiap orang percaya dipanggil untuk memahami dan melakukan
firman Tuhan tanpa pilih-pilih. Setiap orang percaya tidak boleh me-
milih bagian tertentu saja yang mau dia taati. Jika itu bagian yang me-
nyenangkan, maka dia mau taat. Jika itu bagian yang tidak disukainya,
maka dia tidak mau menaatinya. Ini tidak boleh terjadi demikian.

Setiap bagian firman Tuhan perlu dipelajari untuk dipahami. Akan


tetapi sesudah memahaminya, setiap bagian tersebut harus dilakukan
dalam hidup berimannya. Tentu saja pertumbuhan iman dan pema-
haman firman mempengaruhi bagaimana dan berapa banyak firman
yang seorang percaya lakukan. Akan tetapi setiap orang percaya tidak
boleh mengabaikan bagian manapun dari firman yang sudah diketa-
huinya untuk dilakukannya.

50 Hidup Dalam Firman Tuhan


E. Cara Praktis Untuk Hidup Sesuai Firman Tuhan

Jika sedemikian pentingnya kita hidup dan melakukan firman Tuhan,


maka tentu kita perlu memikirkan dengan sungguh bagaimana melaku-
kan firman Tuhan dalam hidup kita. Berikut diberikan beberapa hal
praktis untuk melakukan firman Tuhan.

Hal pertama yang perlu dilakukan untuk hidup di dalam firman


Tuhan adalah melakukan yang realistis dan mulai dari hal yang seder-
hana dulu untuk dilakukan. Jangan kita berpikir terlalu muluk, misalnya
dengan mengambil tekad “Saya mau berdamai dengan kawan saya itu,”
(padahal kita sudah lama tidak bertemu dengan dia, bahkan kita tidak
tahu dia ada di mana) atau “Saya mau memberitakan Injil ke pedalaman
Afrika besok,” (padahal kita adalah seorang mahasiswa yang memiliki
tanggung jawab di rumah dan kuliah kita). Lebih baik kita bertekad
untuk berdamai dengan anggota keluarga atau teman pelayanan yang
memang kita masih sering bertemu dan mungkin pernah kita sakiti ha-
tinya. Atau kita mulai memberitakan Injil kepada teman-teman di seki-
tar kita. Tentu kita juga mesti terbuka terhadap kemungkinan berdamai
dengan teman yang sudah lama kita tidak bertemu itu atau kemung-
kinan Tuhan memanggil kita untuk menjadi tenaga misi ke pedalaman
Afrika, tetapi kita mesti memulai ketaatan kepada firman Tuhan dengan
hal-hal yang memang memungkinkan untuk kita lakukan pada saat ini.
Dalam kesediaan untuk menaati firman Tuhan, ketika Tuhan membuka
jalan untuk melakukan firman-Nya lebih luas lagi, maka kita pun mesti
menaati firman tersebut.

Hal kedua, baiklah kita jangan menunda-nunda untuk menaati fir-


man Tuhan. Seringkali seorang percaya menunda melakukan apa yang
dipelajarinya. Akibatnya, sesudah beberapa waktu, pemahaman itu ter-
lupakan dan kerinduan untuk melakukan firman Tuhan tersebut menjadi
berkurang. Kalau sudah demikian, biasanya kita tidak melakukannya.
Karena itu, penting sekali untuk mulai melakukan firman Tuhan sese-
gera mungkin. Jika Tuhan menggerakkan kita untuk melakukan per-
damaian dengan keluarga kita, maka segeralah hubungi keluarga kita
Hidup Dalam Firman Tuhan 51
itu dan berdamai. Jika Tuhan menggerakkan kita untuk memberitakan
Injil, maka segeralah mulai melakukannya. Jangan tunda, karena hari
esok bukan milik kita.

Kemudian, hal ketiga, kita perlu membiasakan untuk menghafalkan


firman Tuhan yang mendasari perbuatan tersebut. Pemazmur menyata-
kan bahwa dirinya menyimpan janji Tuhan dan firman-Nya tidak akan
dilupakan agar dia tidak berdosa terhadap Tuhan (Mazmur 119:11, 16).
Adalah baik jika kita pun meneladani kebiasaan Pemazmur itu. Perin-
tah yang ingin kita lakukan, kita coba hafalkan. Setiap kali kita tergoda
untuk mengabaikan firman Tuhan tersebut, maka apa yang kita hafal-
kan akan mengingatkan kita. Jika kita mengalami kesulitan menghafal-
kan firman Tuhan, ada baiknya kita memiliki buku catatan kecil yang
berisikan tekad dan ayat yang mendasarinya.

Lalu, hal keempat yang perlu kita miliki adalah Teman/Sahabat ro-
hani yang sehati dan sedia untuk mengingatkan kita. Penulis kitab Peng-
khotbah menyatakan pentingnya seorang teman untuk membantu kita
(Pengkhotbah 4:9-11). Sahabat rohani ini bukan seorang yang sekadar
tempat kita bercerita. Bukan juga sekadar seorang yang tahu pergu-
mulan kita. Sahabat rohani ini adalah seorang yang bisa kita bagikan
pergumulan kita, yang tahu pergumulan kita, dan yang mau mendoakan
serta mengingatkan kita akan tekad-tekad kita untuk menaati firman
Tuhan. Karena itu, carilah sahabat rohani itu dalam gereja dimana kita
biasa beribadah. Itu bisa kita dapatkan melalui persekutuan komisi atau
persekutuan doa di gereja, rekan pelayanan, pasangan hidup kita, atau
dalam kelompok-kelompok kecil di gereja. Ceritakanlah dan bagikan
pergumulan kita untuk menaati firman Tuhan dengan sahabat rohani
kita itu. Biarlah sahabat-sahabat rohani ini menjadi berkat yang me-
nguatkan dan mendoakan kita untuk berjuang dalam kehidupan iman
di dunia ini.

Hal kelima adalah kita perlu memiliki kesiapan hati dan kewaspadaan
untuk menghadapi kesulitan dan tantangan dalam menerapkan firman
Tuhan. Kita perlu ingat bahwa kita ada di dalam dunia yang tidak

52 Hidup Dalam Firman Tuhan


sependapat dengan firman Tuhan, maka tentu saja kita akan mengha-
dapi penolakan dan tantangan dari dunia sekeliling kita. Seringkali pe-
nolakan yang kita dapatkan ketika kita ingin melakukan firman Tuhan
membuat kita mundur dan tidak mau mencoba lagi. Itu terjadi karena
kita tidak siap menghadapi penolakan itu. Sebaliknya kalau hati kita
siap dan waspada, maka kesulitan dan tantangan yang muncul tidak
akan dengan mudah membuat kita mundur untuk mencoba lagi. Kita
akan mau mencoba lagi untuk menaati firman Tuhan.

Terakhir, kita harus menyadari dan bergantung penuh pada kuasa


dan pimpinan Roh Kudus. Setiap kita mesti menyadari bahwa ketaatan
dan kemampuan untuk menaati firman Tuhan bukanlah bergantung
pada kemampuan kita. Jika kita bergantung pada kekuatan kita, maka
kita akan gagal. Kekuatan kita sesungguhnya hanya ada pada Roh Ku-
dus yang memampukan kita untuk berjuang dalam iman. Karena itu,
kita harus selalu berdoa dan berharap pada kuasa dan pimpinan Roh-
Nya. Dalam anugerah dan kasih-Nya kita akan dapat bertahan untuk
melakukan firman-Nya.

Hidup Dalam Firman Tuhan 53


Jurnal Kehidupan

Hari ke-1: Mengevaluasi diri terkait firman Tuhan.

Pikirkanlah bagian firman Tuhan yang Anda baca atau yang sudah Anda
ketahui, tetapi belum Anda lakukan. Apa sebab Anda belum melaku-
kannya? Pikirkanlah cara yang realistis dan sederhana untuk melaku-
kan bagian firman tersebut pada hari ini dan cobalah lakukan firman
tersebut.

54 Hidup Dalam Firman Tuhan


Hari ke-2: Tidak menunda untuk melakukan firman Tuhan.

Apakah bagian firman Tuhan yang Anda pelajari hari ini? Apakah ada
tekad yang Anda ambil untuk dilakukan? Segeralah lakukan, jangan
tunda. Di akhir hari ini, bersyukurlah dan pelajari apa yang Anda dapat-
kan dari melakukan firman Tuhan dengan segera.

Hidup Dalam Firman Tuhan 55


Hari ke-3: Belajar mengingat firman Tuhan.

Dari bagian firman Tuhan yang Anda baca hari ini, pilihlah ayat yang
mendukung tekad untuk melakukan firman Tuhan dan berusahalah un-
tuk menghafalkannya. Apakah ada kesulitan untuk mulai membiasakan
mengingat bagian firman yang akan dilakukan? Cobalah cari cara un-
tuk mengingat bagian firman Tuhan.

56 Hidup Dalam Firman Tuhan


Hari ke-4: Miliki sahabat rohani.

Apakah Anda memiliki seorang teman/sahabat rohani yang sehati dan


bersedia untuk mengingatkan kita? Apakah Anda memiliki seorang
yang bisa diajak untuk menjadi teman/sahabat rohani? Cobalah ajak
dan mulai bergumul bersama untuk menjadi pelaku firman Tuhan.

Hidup Dalam Firman Tuhan 57


Hari ke-5: Pulihkan Tekad Anda.

Pernahkah Anda mundur dari melakukan firman Tuhan karena adanya


kesulitan dan tantangan? Jika ya, cobalah siapkan hati untuk melaku-
kannya lagi. Hati yang siap dan waspada untuk menghadapi kesulitan
dan tantangan akan menolong untuk melakukan firman Tuhan.

58 Hidup Dalam Firman Tuhan


Hari ke-6: Kemajuan Anda dalam melakukan firman Tuhan.

Di akhir jurnal bahan ini, ujilah seberapa banyak kemajuan Anda dalam
melakukan firman Tuhan. Apakah Anda makin rindu untuk melakukan
firman Tuhan? Dalam semua itu, seberapa banyak Anda berdoa dan
berharap pada kuasa dan pimpinan Roh Kudus? Ingatlah selalu bahwa
keberhasilan kita menaati firman Tuhan bergantung sepenuhnya pada
kuasa dan pimpinan Roh Kudus. Karena itu, teruslah berdoa dan ber-
serah pada Dia yang memberi kekuatan dan kemampuan untuk melaku-
kan firman-Nya.

Hidup Dalam Firman Tuhan 59


bab 5
BERSEKUTU
DEnGAN ALLAH
“TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya,
pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.”
(Mazmur 145:18)

D r. Madison, yang mengajar matematika di Universitas Vanderbilt


selama bertahun-tahun, sebelum memberi ujian, biasanya mem-
beri tahu murid-muridnya begini: “Hari ini saya akan memberi dua
ujian – satu ujian dalam mata pelajaran trigonometri, dan satunya lagi
ujian dalam kejujuran. Saya berharap kalian bisa lulus dalam kedua-
nya. Jika kalian gagal dalam salah satunya, lebih baik gagal dalam
trigonometri.” Ungkapan Dr. Madison itu banyak memberikan moti-
vasi bagi murid-muridnya. Memang beberapa orang tidak lulus dalam
trigonometri, tapi tak seorang pun yang tidak lulus dalam ujian keju-
juran.

Di tengah-tengah kemunafikan dan kepalsuan ibadah dari tokoh-to-


koh agama waktu itu, Yesus menampilkan sebuah kejujuran seorang
Anak Allah. Hal ini nampak dalam doanya yang sangat terkenal, yang
dipanjatkan di sebuah taman yang bernama Getsemani. Yesus tanpa
rasa malu berdoa dalam kemanusiaan-Nya yang sama seperti manusia
lainnya. Dia gentar menghadapi saat-saat kematian-Nya yang penuh
penderitaan. Dia tidak menutupi bagaimana suasana hati-Nya: “Hati-
Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya” (Matius 26:38). Dalam
kitab Lukas dituliskan: “Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-
sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang ber-
tetesan ke tanah” (Lukas 22:44). Tapi Yesus dalam natur kemanusiaan-

Bersekutu Dengan Tuhan 61


Nya memperoleh kemenangan, karena akhirnya Dia berkata: “tetapi
bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Lu-
kas 22:42). Dalam doa yang penuh pergumulan itu, Yesus telah meng-
alami kemenangan-Nya, karena Dia serahkan otoritas itu pada Bapa-
Nya. Kehendak Bapa adalah supaya manusia diselamatkan dalam darah
Anak Tunggal Bapa, yaitu Yesus yang telah mati di atas kayu salib.

Kisah pergumulan dan kehidupan doa Yesus dengan Bapa-Nya di


atas memberikan suatu inspirasi bagi kita yang hidup di masa kini,
tentang berkomunikasi dengan Tuhan dan menjadikan doa merupakan
bagian yang tidak terpisahkan di dalam seluruh aspek kehidupan kita
sebagai orang percaya, baik saat suka maupun duka.

Seringkali kita merasa kagum waktu mendengar ada orang-orang


Kristen yang menetapkan doa sebagai prioritas dalam pelayanan me-
reka. Mengapa demikian? Karena kita mengagumi bagaimana caranya
mereka bisa begitu akrab bersekutu pribadi dengan Tuhan dalam doa
berjam-jam lamanya, mereka melakukan kebiasaan doa yang begitu di-
siplin dan sungguh-sungguh menghidupi doanya.

Kalau kita merefleksikan kepada diri kita sendiri, kita mungkin


menyadari bahwa selama bertahun-tahun sebagai orang Kristen, kehi-
dupan doa kita kondisinya naik-turun. Sekalipun kita dibesarkan dalam
lingkungan keluarga Kristen yang saleh dan taat, kita begitu aktif dan
giat dalam pelayanan di gereja, namun persekutuan pribadi kita dalam
doa umumnya “datar” dan “biasa” saja.

Bahkan kalau kita mau jujur, dalam kehidupan pelayanan kita di


gereja Tuhan, kita bisa menggunakan waktu berjam-jam untuk hal-hal
yang lain, tapi begitu sedikit waktu yang kita gunakan untuk berdoa!

A. Meneladani Yesus

Tokoh penting yang kita teladani dalam kehidupan doanya adalah


Tuhan Yesus sendiri. Murid-murid Tuhan Yesus sudah bertahun-tahun
62 Bersekutu Dengan Tuhan
menyaksikan dan mendengarkan khotbah yang hebat dari Tuhan Yesus,
namun tidak ada di dalam Alkitab bahwa para murid Yesus memohon
kepada-Nya: Ajarlah kami berkhotbah!

Murid-murid Tuhan Yesus juga sudah bertahun-tahun mendampingi


pelayanan Tuhan Yesus, berulang kali melihat dan menyaksikan mujizat
yang hebat dari Tuhan Yesus, namun tidak pernah dicatatkan dalam
Alkitab bahwa para murid Yesus memohon kepada-Nya: Ajarlah kami
melakukan mujizat!

Namun dalam Lukas 11:1 di sana kita membaca, bahwa pada waktu
murid-murid Tuhan Yesus menyaksikan Tuhan Yesus berdoa, dicatat
dalam bagian firman itu bahwa para murid Tuhan Yesus memohon ke-
pada-Nya: Tuhan, ajarlah kami berdoa!

Ingat, murid-murid Tuhan Yesus sesungguhnya adalah bangsa Yahu-


di yang sebenarnya sejak kanak-kanak mereka sudah diajari oleh para
imam dan pengajar agama masa itu bagaimana caranya berdoa. Tentu
murid-murid Tuhan Yesus pasti sudah bisa berdoa, bahkan mungkin
mereka sudah bisa menghafalkan beberapa doa yang lazim dipanjatkan
oleh orang Yahudi pada masa itu. Namun mereka masih memohon ke-
pada Tuhan Yesus: Ajarlah kami berdoa.

Masih ingatkah Saudara, Yesus pernah meneteskan keringat ber-


campurkan darah sebagai tanda begitu bergumul dan penuh ketakutan,
bukan pada waktu berada di ruang sidang sewaktu diperhadapkan pada
Pontius Pilatus! Bukan juga pada waktu berada di ruang sidang para
Mahkamah Agama Yahudi yang memfitnah Dia! Bahkan bukan juga
pada waktu Yesus naik ke atas kayu salib di Golgota!! Dicatatkan dalam
firman Tuhan, Tuhan Yesus meneteskan keringat bercampurkan darah
pada waktu berdoa di Getsemani!!

Bagi Yesus, doa bukan sebagai persiapan memasuki peperangan, na-


mun doa itu merupakan peperangan rohani itu sendiri! Doa bagi Tuhan
Yesus bukan sarana untuk memperoleh kekuatan, tapi justru merupa-

Bersekutu Dengan Tuhan 63


kan kekuatan itu sendiri. Doa bagi Yesus bukan untuk memperoleh ke-
hidupan, tapi justru merupakan kehidupan itu sendiri.

B. Awal Kebangunan Rohani

Kalau kita menyaksikan dalam seluruh rangkaian perjalanan sejarah


gereja Tuhan mulai dari kisah yang dicatat dalam kitab Kisah Para Ra-
sul hingga sejarah gereja masa kini, seluruh Gerakan Rohani besar yang
pernah terjadi dalam Gereja Tuhan selalu dibangun di atas dasar doa.
Melalui doa orang-orang percaya, Allah mengalami perkara-perkara
besar!

Doa yang sesungguhnya bukan terletak pada susunan kata-kata yang


bagus, tetapi pada ketulusan hati mengungkapkannya di dalam tutur
kata.

Doa yang sesungguhnya bukan terletak pada panjang atau pendeknya


waktu kita berdoa, melainkan pada kesungguhan saat kita datang ke-
pada Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus berdoa begitu lama di Taman
Getsemani, sampai murid-muridnya tertidur. Namun Tuhan Yesus juga
pernah mengajarkan kita memanjatkan doa yang singkat, padat dan
lengkap dalam Doa Bapa Kami.

Doa bukan terletak pada sistematisnya isi doa kita, tapi pada keya-
kinan bahwa Allah mendengar dan mempedulikan doa kita (Yakobus
5:16). Artinya, doa yang penuh kuasa adalah doa yang dipanjatkan de-
ngan penuh iman. Namun iman yang dimasudkan bukannya mengi-
mani keinginan, perasaan atau akal pikir kita sendiri, tapi iman yang
benar adalah mengimani apa yang Allah ingin kita lakukan. Artinya,
bukan berdasarkan pada kita suka atau tidak suka, tapi terletak pada apa
yang menjadi keputusan Allah atas diri kita.

64 Bersekutu Dengan Tuhan


C. Kehidupan Doa: Mulailah Sekarang!

Sebenarnya salah satu ciri orang yang sudah lahir baru dan menerima
keselamatan dari Tuhan Yesus adalah adanya kerinduan berdoa kepada
Allah. Berdoa berarti bersekutu dengan berkomunikasi dengan Allah
Bapa kita. Doa bukan sekedar sarana untuk meminta-minta sesuatu ke-
pada Allah. Melalui doa kita membuka hati kita pada Allah sekaligus
seruan hati kita kepada Allah. Berdoa bagaikan halnya dua orang yang
saling mengasihi bersekutu dengan indah, terbuka dan penuh dengan
kedekatan.

Allah ingin kita mengasihi Dia, bahkan Ia merindukan kita untuk


bersekutu dengan Dia. Dia ingin kita berbicara kepada-Nya. Ketika
kita memiliki kehidupan doa yang tekun dan penuh kerinduan, maka
kita mengalami hubungan dekat dengan Allah. Melalui Tuhan Yesus
dengan karya-Nya di atas kayu salib, maka persekutuan yang indah
dengan Allah bisa kita alami karena kita, orang-orang percaya, sudah
diperdamaikan oleh darah Tuhan Yesus dengan Allah. Oleh karena itu,
doa sebagai aktifitas persekutuan kita dengan Allah merupakan kasih
karunia dari Allah di dalam Kristus Yesus. Allah suka mendengar doa-
doa kita. Apabila kita selalu membuka hati kita kepada-Nya, kita akan
semakin mengenal dan mengasihi Dia.

Kehidupan doa Tuhan Yesus banyak dicatat di dalam Injil Lukas. In-
jil Lukas mencatat bahwa Tuhan Yesus berdoa di dalam pelbagai situasi
dan kondisi. Tuhan Yesus mengekspresikan doa sebagai sebuah relasi
yang intim dengan Bapa seperti Ia menyendiri untuk berdoa (Lukas
5:16; 6:12; 9:18; 9:28; 11:1;22:41) .

Bagaimana dengan doa kita. Semakin bersemangat berdoa, ataukah


sudah mulai lesu? Jangan takut, datanglah kembali kepada Yesus. Mari
kita belajar dari Tuhan Yesus dengan menjadikan doa merupakan ba-
gian yang tak terpisahkan di dalam seluruh aspek kehidupan kita di
dalam ketulusan dan keterbukaan di hadapan Allah.

Bersekutu Dengan Tuhan 65


Jurnal Kehidupan

Hari ke-1: Persekutuan doa pribadi.

Ingat-ingat, kapan terakhir Saudara melakukan Persekutuan Doa Pri-


badi dengan Tuhan? Yang dimaksud Persekutuan Doa Pribadi di sini
bukan sekedar memanjatkan doa bangun/menjelang tidur, doa makan
atau doa berangkat sekolah/bekerja; namun yang dimaksud di sini yaitu
waktu khusus yang Saudara pakai untuk berdoa sebagai ungkapan syu-
kur, pujian, penyembahan, pengakuan dosa atau juga untuk kebutuhan
pribadi, keluarga, gereja, atau doa untuk bangsa dan negara. Kalau itu
Anda sudah lama tidak melakukannya, hari ini cobalah menuliskan be-
berapa pokok doa khusus yang menjadi pergumulan atau beban Sauda-
ra untuk didoakan secara pribadi.

66 Bersekutu Dengan Tuhan


Hari ke-2: Kehidupan Doa Yesus.

Mari hari ini kita belajar seperti Tuhan Yesus, yang sekalipun Dia adalah
Allah, namun Dia juga tetap memiliki waktu persekutuan doa pribadi
dengan Bapa-Nya. Coba renungkan Markus 1:32-39. Yesus begitu sibuk
hari itu melakukan pelayanan yang tentu sangat lelah secara fisik. Tapi
di ayat 35 menyebutkan, “pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap....
Ia (= Yesus) berdoa di sana”. Bahkan murid-murid Yesus waktu men-
cari Yesus, mereka tahu persis dimana Yesus berada; itu artinya Yesus
memang biasa rutin berdoa ditempat itu!! Tuliskan tekad Saudara untuk
memiliki kebiasaan berdoa seperti Yesus. (Saran: milikilah waktu doa
yang tetap setiap hari dengan menyediakan waktu yang cukup untuk
berdoa sebagai disiplin rohani Anda)

Bersekutu Dengan Tuhan 67


Hari ke-3: Jika ada pergumulan berat.

Baca perikop Matius 26:36-46, lalu bandingkan perikop ini dengan ba-
gian dalam Lukas 22:39-46. Kisah pergumulan yang sangat berat yang
dirasakan Tuhan Yesus menjelang penyiksaan dan penyaliban-Nya
dibawa-Nya dalam doa di Taman Getsemani. Jika Saudara memiliki
pergumulan apapun, tuliskan di bawah ini, dan apa yang ingin Allah
perbuat bagi Saudara. Ingatlah, setelah menuliskannya bawalah seluruh
pergumulan Saudara tersebut dalam doa kepada-Nya.

68 Bersekutu Dengan Tuhan


Hari ke-4: Bawa rencana kehidupan dan pelayanan Anda dalam
doa.

Mungkin selama ini, Anda sudah merencanakan, mempersiapkan dan


merancang dengan sangat baik untuk setiap jadwal kegiatan kehidupan
dan pelayanan Anda. Sudah cukup banyak waktu dipakai untuk mem-
persiapkan segala hal, tapi sedikit waktu yang Anda pakai untuk mem-
bawanya dalam doa. Sekarang tuliskan dengan kalimat singkat program
atau pelayanan Saudara, dan gunakan banyak waktu untuk menyerah-
kan kepada Allah dalam doa.

Bersekutu Dengan Tuhan 69


Hari ke-5: Turut dalam komunitas doa.

Salah satu pendorong semangat berdoa adalah adanya saudara-saudara


seiman lain yang bersama-sama turut dalam persekutuan doa. Bertekad-
lah mulai ikut menghadiri secara aktif dan rutin dan tuliskan tekad Anda
di bawah ini bahwa Anda segera akan mengikuti persekutuan doa di ge-
reja, sehingga memberi motivasi dan sekaligus informasi pokok-pokok
doa tambahan yang perlu Anda doakan dalam doa pribadi.

70 Bersekutu Dengan Tuhan


Hari ke-6:

Waktu yang paling tepat untuk mulai memiliki kebiasaan yang baik
untuk berdoa adalah “sekarang”. Oleh karena itu, mulailah membuat
jurnal doa harian Anda seperti contoh di bawah ini. Buatlah model se-
perti contoh di buku atau lembaran, dan biasakan melakukan hal ini
bersamaan dalam saat teduh harian dan doa harian Anda.

Hari: ______________ Tanggal: __________________


Bacaan firman Tuhan: _______________________________

Pesan Allah kepada saya hari ini:

Janji dari Allah:

Perintah yang harus ditaati:

Bagaimana penerapannya dalam kehidupan saya:

Pokok Doa hari ini:

Bersekutu Dengan Tuhan 71


bab 6
MendengarKAN tuhan
“Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar
seperti seorang murid.”
(Yesaya 50:4b)

B anyak orang Kristen tidak merasa kesulitan untuk berbicara kepa-


da Tuhan, tapi tidak pernah berpikir untuk mendengarkan Tuhan.
Kita bisa bicara kepada-Nya tetapi tidak pernah berpikir bahwa Dia
bisa membalas bicara kepada kita. Kita bisa membayangkan Tuhan
memberikan kekuatan, menolong sehingga ‘semua lancar’, tapi tidak
bicara, menegur, mengingatkan, dan menuntun. Padahal kalau Tuhan
adalah Allah yang hidup, yang tidak pernah meninggalkan kita, yang
berelasi dengan kita, bagaimana mungkin kita mengharapkan Dia ber-
diam diri? Dallas Willard menuliskannya dengan baik sekali:

“Sulit dipercaya bahwa dua pribadi yang berelasi begitu


intim…tidak berbicara dengan eksplisit satu sama lain.
Roh yang tinggal di dalam kita tidak bisu, membatasi diri-
Nya hanya kadang-kadang memberikan sentuhan, pera-
saan hangat, gambaran yang luar biasa atau situasi yang
membuat merinding…Bagaimana mungkin ada relasi pri-
badi, perjalanan yang pribadi dengan Allah – atau dengan
siapa saja – tanpa komunikasi yang pribadi?” 

A. Pendahuluan

Mendengarkan Tuhan? Bagaimana caranya? Atau lebih tepat, dengan



Dallas Willard, Hearing God: Developing a Conversational Relationship With God (Downers Grove,
IVP, 1999), 22.
Mendengarkan Tuhan 73
cara apa Tuhan berbicara? Apakah hanya melalui Alkitab atau juga me-
lalui cara yang lebih pribadi? Apakah terdengar jelas atau hanya berupa
suara di hati? Kalau hanya suara di hati, bagaimana kita tahu bahwa itu
adalah Tuhan yang berbicara?

B. Tuhan Berbicara

Alkitab tidak pernah menceritakan tentang Tuhan yang ‘bisu’. Dalam


Perjanjian Lama, Allah aktif berbicara kepada umat Israel dan Dia cam-
pur tangan dalam kehidupan mereka terus-menerus. Demikian pula di
dalam Perjanjian Baru, Tuhan tidak berhenti bicara kepada umat-Nya
setelah Yesus naik ke surga, sebaliknya Ia terus berbicara, membimbing,
aktif terlibat dalam kehidupan umat-Nya. Umat Tuhan begitu intim de-
ngan Tuhan, berbicara kepada-Nya dan mendengar Dia. Pertanyaannya
adalah apakah Tuhan menawarkan keintiman yang sama kepada kita di
zaman sekarang ini?

Sebagian orang berpikir bahwa sejak Alkitab selesai dituliskan,


Tuhan hanya berbicara kepada umat-Nya melalui Alkitab dan tidak
lagi secara pribadi. Suara Tuhan adalah melalui Alkitab dan yang ha-
rus kita lakukan adalah mempelajarinya sebaik-baiknya dan menerap-
kannya dalam hidup kita. Itulah bimbingan Tuhan. Tapi tidak pernah
Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan berhenti berbicara kepada umat-
Nya setelah Alkitab selesai dituliskan. Surat Yakobus bahkan meng-
ajarkan orang Kristen untuk meminta hikmat atau bimbingan Tuhan
secara pribadi ketika menghadapi berbagai pencobaan: “Tetapi apa-
bila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia me-
mintakannya kepada Allah, -- yang memberikan kepada semua orang
dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit --, maka hal
itu akan diberikan kepadanya” (Yakobus 1:5). Dan jelas surat Yakobus
tidak bermaksud mengatakan bahwa bimbingan itu hanya berlaku bagi
mereka di zaman itu.

74 Mendengarkan Tuhan
Ada dua hal yang perlu kita perhatikan disini:
Pertama, Tuhan memang berbicara melalui Alkitab. Tetapi Alkitab bu-
kanlah sekedar kitab sejarah, cerita tentang orang-orang masa lalu yang
sudah meninggal, cerita tentang bagaimana dulu Tuhan berhubungan
dengan mereka. Tidak! Kesalahan banyak orang Kristen adalah mem-
baca Alkitab seperti buku yang mati dan seolah-olah Tuhan juga adalah
Tuhan yang mati yang hanya menitipkan pesan kepada kita di dalam
Alkitab! Padahal Alkitab adalah firman Tuhan yang hidup kepada ma-
nusia yang hidup. Alkitab juga adalah kata-kata Tuhan yang hidup un-
tuk kita yang hidup hari ini di zaman ini. Maka membaca Alkitab bukan
mencari prinsip hidup, prinsip moralitas atau kata-kata mutiara, tetapi
mencari apa yang Tuhan ajarkan, nyatakan, tunjukkan kepada kita di
masa kini.

Bukan berarti kita bisa sesuka kita menafsirkan Alkitab sesuai situa-
si yang kita hadapi hari ini. Alkitab mencatat isi hati dan tindakan yang
Allah nyatakan kepada orang di masa lampau. Kita harus mempelajari
Alkitab dengan benar, apa yang dimaksudkan Tuhan di masa lampau
itu. Tetapi langkah berikutnya adalah apa yang ingin dikatakan oleh
Tuhan yang sama, Tuhan yang hidup itu kepada kita melalui semua
kalimat, cerita, dan penyataan itu kepada kita.

Satu contoh praktis adalah tentang saat teduh. ‘Saat teduh’ adalah
istilah yang dipakai orang Kristen untuk menyebut waktu khusus untuk
membaca Alkitab dan berdoa. Tidak jelas siapa yang pertama kali me-
ngeluarkan istilah ini, tetapi istilah yang dia pakai sangat menarik. Dia
tidak menyebutnya sebagai ‘saat membaca Alkitab’ atau ‘saat berdoa’
tetapi ‘saat teduh’. Sebuah waktu yang dipakai untuk teduh, tenang, dan
menemukan kedamaian. Kita tahu isinya adalah membaca Alkitab dan
berdoa, tetapi penekanannya adalah pada keteduhan yang kita temukan
waktu membaca Alkitab dan berdoa.

Bagaimana pun bagusnya, istilah itu sudah menjadi ‘istilah teknis’


untuk menunjuk suatu kegiatan. Dan celakanya kegiatan yang kita
maksud biasanya adalah: membaca artikel dari buku renungan harian

Mendengarkan Tuhan 75
(baik lewat buku ataupun online)! Kita bisa lakukan itu sambil duduk
di bis, atau sambil membaca di handphone atau komputer kita. Maka
kalau kita ditanya, “Apakah sudah bersaat teduh?”, asalkan kita sudah
membaca artikel itu, kita akan berkata “Sudah!”

Saat teduh isinya adalah membaca Alkitab dan berdoa. Lebih dalam
lagi, saat teduh adalah waktu khusus dengan Tuhan. Kita berbicara
kepada-Nya dan mendengar suara-Nya. Kita bersekutu dengan Dia.
Mengapa lalu ini diganti dengan membaca artikel renungan? Membaca
buku renungan di bis atau artikel renungan online tidak salah. Tetapi
benarkah kita menemukan keteduhan? Merasakan duduk diam, tenang,
mencari wajah Tuhan, mendengarkan Dia berbicara dan menerima da-
mai-Nya? Benarkah itu adalah saat yang T-E-D-U-H bagi kita? Cara
kita membaca Alkitab menunjukkan apakah kita percaya bahwa Tuhan
adalah Tuhan yang hidup atau tidak.

Kedua, Roh Kudus bisa memberikan bimbingan, teguran, penghi-


buran kepada kita secara pribadi. Cerita-cerita di bawah ini banyak kita
dengar dialami oleh orang Kristen sebagai cara Tuhan berbicara kepada
kita:
• Seorang anak remaja berada di tengah keluarga dan lingkungan yang
tidak mungkin mengizinkan dia untuk percaya kepada Kristus. Be-
berapa kali dia bertemu dengan orang Kristen, mendengar tentang
Kristus, tapi tidak percaya. Suatu malam dia melihat tanda salib dan
dia percaya.
• Seorang ibu terbangun di suatu malam karena mimpi buruk. Di
dalam mimpi itu ia melihat salah seorang saudaranya mengalami
kecelakaan. Dia segera duduk dan berdoa untuk saudaranya itu.
Keesokan paginya dia mendapat berita bahwa saudaranya yang dia
doakan itu hampir mengalami kecelakaan fatal malam itu tapi ber-
hasil lolos. Dan kejadiannya adalah tepat pada jam dia terbangun
malam itu.
• Seorang Kristen yang sangat marah kepada temannya berdoa kepa-
da Tuhan. Di dalam doanya dengan marah dia menceritakan kepada
Tuhan apa yang dilakukan teman itu kepadanya dan betapa salah-

76 Mendengarkan Tuhan
nya temannya itu. Sebelum selesai berdoa, dia sadar Tuhan berkata:
“Apakah kamu berhak marah seperti ini? Apakah kamu tidak pernah
berbuat salah kepada orang lain? Kalaupun dia salah, mengapa kamu
tidak ampuni dia?” Dan dia menutup doanya dengan meminta am-
pun.
• Seorang bapak memberi nasihat kepada temannya tentang hubungan
suami dan istri yang baik. Tanpa tahu mengapa, salah satu nasihat
yang dia berikan kepada temannya itu terngiang terus di telinganya
sendiri! Dan karena itu dia memperbaiki hubungannya dengan istri-
nya.

Ada banyak sekali kisah-kisah seperti di atas. Tuhan bukan saja


berbicara melalui apa yang tertulis di dalam Alkitab tapi juga secara
spesifik kepada kita di dalam situasi kita. Tetapi kita harus ingat bah-
wa Tuhan tidak akan menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan
Alkitab. Tuhan tidak pernah berubah pikiran. Maka bimbingan, teguran
ataupun penghiburan yang Dia nyatakan tidak akan bertentangan de-
ngan apa yang Dia katakan di dalam Alkitab.

Alkitab berkata, “…janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah


roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah…” (1 Yohanes 4:1).
Karena banyak suara di dunia ini yang bicara kepada kita, kita harus
menguji apakah suara itu berasal dari Tuhan atau bukan. Tidak ada pa-
tokan yang pasti. Tetapi mungkin beberapa hal yang harus kita perhati-
kan adalah: Apakah isinya sesuai dengan Firman yang tertulis – Alkitab
kita, atau sesuai dengan prinsip kebenaran Alkitab?

Kadang-kadang dalam situasi tertentu, ada orang yang mengatakan


“Tuhan memberitahukan saya bahwa saya harus melakukan ini dan itu”
atau “Tuhan berkata kamu harus lakukan ini dan itu”. Jangan cepat
percaya dan jangan cepat tidak percaya. Tapi ujilah dahulu. Setiap be-
rita harus sesuai dengan Alkitab. Kalau Tuhan bicara melalui dia untuk
kita, Dia akan memberikan keyakinan yang sama dalam hati kita jika
kita juga mencari kehendak-Nya dengan jujur. Kalau berita itu adalah
untuk komunitas, maka pasti berita itu akan dikonfirmasi oleh orang-

Mendengarkan Tuhan 77
orang lain dalam komunitas itu (bandingkan dengan Kisah Para Rasul
15:28).

Seorang teolog memberikan peringatan yang sangat baik bahwa


salah satu hal yang harus kita ingat adalah: “Sebagai anak-anak Tuhan,
kita cukup penting bagi Tuhan untuk Dia mau bicara kepada kita, tetapi
karena Tuhan bicara kepada kita bukan berarti kita lebih penting dari
orang lain”. Tuhan bisa dan akan bicara kepada setiap anak-anak-Nya
yang mau mendengar. Maka tidak ada orang yang boleh mengklaim
bahwa dia “punya karunia khusus” mendengar Tuhan berbicara karena
Tuhan bisa berbicara kepada setiap orang.

Dan di sinilah masalahnya. Kalau Tuhan terus bicara kepada kita,


maka masalahnya sebetulnya adalah apakah kita mendengarkan Dia?
Tuhan tentu bisa memaksa kita untuk mendengar Dia. Dia bisa pegang
bahu kita dan mengguncang-guncangkannya sampai kita mau mende-
ngar Dia. Tetapi Tuhan seringkali tidak selalu memilih cara itu, karena
Dia berdaulat memilih bicara dengan cara-Nya sendiri. Kita tidak men-
dengar Tuhan berbicara, tidak mengindikasikan bahwa Tuhan tidak
berbicara kepada kita, melainkan karena kita memang tidak mempu-
nyai keinginan atau kerinduan mendengarkan Dia.

Kadang Tuhan memang “mengguncang-guncang bahu kita”, seperti


yang dialami oleh orang Israel. Tetapi anehnya itu pun tidak membuat
mereka memperhatikan Dia. Nabi-nabi sudah dikirim, tanda dan mu-
jizat besar sudah diberikan, mereka tetap tidak menanggap. Sampai
akhirnya Tuhan “mengguncang bahu” mereka dengan sangat mengeri-
kan dengan membuang mereka ke Babel, barulah mereka memperha-
tikannya. Saulus “diguncang” Tuhan sampai menjadi buta, baru mau
mendengar. Sebagian dari kita pun mungkin pernah “diguncang” Tuhan
dengan keras sampai menjadi percaya. Tetapi setelah kita menjadi per-
caya, mengapa Tuhan harus “mengguncang-guncang bahu” kita lagi?
Mengapa kita tidak membiarkan Dia bicara kepada kita dengan lem-

Klaus Issler, Wasting Time With God: A Christian Spirituality of Friendship With God (Downer Grove:
IVP, 2001), 179.

78 Mendengarkan Tuhan
but? Mengapa kita tidak mendengarkan apa yang Dia katakan dengan
penuh kasih? Kita harus memiliki hati mau dan rindu mendengarkan
Tuhan dan mau melakukan kehendak Tuhan

Terakhir, paling tidak ada dua hal yang diajarkan oleh Yesaya untuk
mendengar Tuhan:
Pertama, ia berkata, “Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku
untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan Allah telah membuka
telingaku, dan aku tidak akan memberontak, tidak berpaling ke be-
lakang.” (Yesaya 50:4-5). Ia menekankan sesuatu yang regular, terus
menerus, ‘setiap pagi’ Tuhan mempertajam pendengarannya untuk
mendengar seperti seorang murid. Jika kita membiasakan diri mencari
Tuhan dalam hidup kita sehari-hari, telinga hati kita akan makin ter-
biasa mendengar Dia. Tapi kalau kita hanya mencari petunjuk Tuhan
ketika kita sedang putus asa atau ketakutan, maka tidak heran kita tidak
pernah peka mendengar suara-Nya dalam hidup kita.

Kedua, syarat lain yang secara eksplisit disebutkan oleh Yesaya
adalah melakukan tindakan kasih kepada mereka yang membutuhkan.
Ia berkata, “apabila engkau melihat orang yang telanjang, …memberi
dia pakaian…pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN
akan menjawab,…apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar
apa yang kau inginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertin-
das… TUHAN akan menuntun engkau senantiasa…” (Yesaya 58:7-11).
Tuhan memberikan bimbingan-Nya kepada mereka yang mengasihi
Dia dan mengasihi sesama (dua hal yang tidak bisa dipisahkan).

C. Kesimpulan

Di satu sisi, Tuhan berbicara. Di sisi lain, kita mendengar. Sepertinya


sederhana dan sangat alami sekali, ada yang berbicara dan ada yang
mendengar. Tapi dalam kenyataannya tidak semudah itu karena kita
seringkali tidak mau mendengar Tuhan, tidak memberi kesempatan un-
tuk Dia berbicara, dan tidak membuka hati untuk mau menerima suara-

Mendengarkan Tuhan 79
Nya.

Kesulitan kita juga berhubungan dengan bagaimana membedakan
mana suara Tuhan dan mana yang bukan. Kesulitan ini tidak boleh
membuat kita menutup kemungkinan bahwa Tuhan berbicara kepada
kita. Alkitab, firman Tuhan yang tertulis, adalah standar kita untuk me-
nilai mana yang dari Tuhan dan mana yang bukan.

Akhirnya, Tuhan menawarkan keintiman yang sama kepada kita
seperti kepada tokoh-tokoh iman yang kita baca kisah-Nya di dalam
Alkitab. Rindukah kita mengalami itu?

80 Mendengarkan Tuhan
Jurnal Kehidupan
(Bacalah dan lakukanlah setiap hal yang ditulis di bawah ini mulai dari pagi
hari. Pada malam hari, tuliskan pengalaman Anda secara singkat.)

Hari ke-1: Ingat-ingat perkataan firman Tuhan.

Bacalah satu bagian Alkitab. Cobalah mengerti artinya dengan jelas,


baca berulang-ulang, baca bagian sebelumnya dan sesudahnya. Lalu
coba renungkan apa yang Tuhan ingin katakan kepada Anda melalui
bagian itu. Sepanjang hari ini, ingat-ingat terus apa yang sudah Tuhan
sampaikan itu.

Mendengarkan Tuhan 81
Hari ke-2: Peka kepada suara Tuhan melalui orang lain.

Hari ini cobalah untuk melatih diri peka mendengar suara Tuhan me-
lalui orang lain. Apa yang Anda dengar hari ini, apa yang orang lain
katakan kepada Anda hari ini, mungkin menjadi bimbingan Tuhan un-
tuk menuntun Anda atau untuk Anda memikirkan sesuatu.

82 Mendengarkan Tuhan
Hari ke-3: Mengenal lebih dalam sifat Tuhan.

Pikirkanlah satu saja sifat Tuhan yang Anda ingin renungkan, misalnya:
kasih, adil, berkuasa, atau yang lainnya. Berdoalah minta Tuhan tolong
supaya hari ini Anda mengenal sifat itu lebih dalam. Sepanjang hari ini,
pikirkan terus sifat Tuhan itu, dan lihat bagaimana Tuhan membimbing
Anda mengenalnya melalui berbagai hal yang terjadi hari ini.

Mendengarkan Tuhan 83
Hari ke-4: Menemukan makna dari sekitar.

Kadang Anda keluar rumah, melakukan berbagai kegiatan, kembali ke


rumah “tanpa” melihat apa-apa karena serba terburu-buru. Coba per-
hatikan dengan lebih detail lingkungan sekitar Anda, mungkin bunga
di depan rumah, penjual bakmi di seberang jalan, office boy di kantor.
Rasakan apa yang muncul dalam hati Anda.

84 Mendengarkan Tuhan
Hari ke-5: Melatih bersekutu dengan Allah di dalam keseharian.

Alangkah baiknya untuk bicara dan mendengar Tuhan setiap


saat. Mari mulai melatih diri  dengan lebih   sederhana. Hari ini,
coba tiga kali   mengingat Tuhan, bicara dengan Dia, sejen-
ak diam dan memberi kesempatan Dia bicara. Anda bisa laku-
kan di pagi hari, siang hari dan malam hari. Setiap kali de-
ngan sungguh-sungguh fokuskan seluruh perhatian pada Tuhan.

Mendengarkan Tuhan 85
Hari ke-6: Mengingat orang lain.

Hari ini ketika berdoa, dengan tenang minta Tuhan munculkan nama
orang yang harus kita doakan. Berdoalah untuk setiap orang yang na-
manya dimunculkan Tuhan dalam ingatan Anda. Khusus untuk hari
ini, tuliskan langsung nama-nama orang itu dan pokok doa Anda untuk
dia.

86 Mendengarkan Tuhan
bab 7
PERUBAHAN HIDUP
“Karena itu, saudara-saudara,
demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu,
supaya kamu mempersembahkan tubuhmu
sebagai persembahan yang hidup, yang kudus
dan yang berkenan kepada Allah:
itu adalah ibadahmu yang sejati.
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:
apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
(Roma 12:1-2)

A lkitab menuliskan: ”Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia


adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya
yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17). Itulah yang terjadi ke-
tika seseorang percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan
secara pribadi. Di dalam bahasa Alkitab, hal itu adalah peristiwa lahir
baru atau dilahirkan kembali atau regenerasi. Pertanyaannya adalah
apakah dilahirkan kembali merupakan hal yang sangat penting bagi
seorang manusia? Tuhan Yesus berkata:

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan


kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” (Yohanes 3:3) dan

“Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu ha-


rus dilahirkan kembali.” (Yohanes 3:7)

Perubahan Hidup 87
Jadi betapa pentingnya seorang manusia itu dilahirkan kembali, sebab
jikalau ia tidak dilahirkan kembali, maka ia tidak dapat melihat Kera-
jaan Allah. Melihat Kerajaan Allah maksudnya adalah mengalami Ke-
rajaan Allah.

Sebenarnya perubahan apa yang terjadi ketika seseorang dilahir-
kan kembali, sebagaimana yang ditulis di dalam 2 Korintus 5:17 yaitu
“menjadi ciptaan baru”? Pertama-tama, adalah perubahan secara natur
yaitu menerima pengampunan dari seluruh dosa, hati dan pikiran di-
sucikan dari seluruh dosa dan dilepaskan dari kuasa dosa, juga menga-
lami pembaruan hati dan pikiran; Kedua, perubahan secara status yaitu
menjadi anak-anak Allah. Peristiwa kelahiran kembali adalah peristiwa
yang satu kali terjadi dan tidak perlu terjadi berkali-kali. Seorang yang
sudah dilahirkan kembali disebut sebagai orang Kristen.

Sebagai orang Kristen, Allah menghendaki ia bertumbuh di dalam
seluruh aspek kehidupannya dan aspek kerohanian memegang peranan
yang amat penting di dalam kehidupan seorang Kristen. Oleh karena
itu, Allah terus bekerja di dalam diri orang Kristen melalui Roh Ku-
dus untuk memberikan pertumbuhan rohani di dalam diri orang Kristen
dan pertumbuhan rohani merupakan proses yang berlangsung seumur
hidup. Proses pertumbuhan rohani ini disebut dengan proses sanctifi-
cation (proses pengudusan). Proses pengudusan bertujuan agar orang
Kristen semakin serupa dengan Kristus.

Bahan ini hendak menolong kita, sebagai orang Kristen, memahami
dan mengalami bagaimana proses pengudusan itu terjadi di dalam ke-
hidupan orang Kristen dan yang kita sebut sebagai transformasi hidup
di dalam bahan ini.

Transformasi Kehidupan Orang Kristen

Roma 12:2 menasehatkan kita sebagai orang Kristen: “Janganlah


kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pem-
baharuan budimu”. Tuhan Yesus tidak pernah bermaksud menyela-
88 Perubahan Hidup
matkan kita untuk masuk ke surga, namun kehidupan kita masih tetap
serupa dengan dunia ini. Yang Allah kehendaki dari tindakan penye-
lamatan-Nya adalah agar orang percaya tidak menjadi serupa dengan
dunia ini, melainkan “menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya”
(Roma 8:29). Bagaimana orang Kristen tidak menjadi serupa dengan
dunia ini adalah dengan menjadi serupa dengan Kristus. Ketika orang
Kristen tidak menjadi serupa dengan Kristus, maka ia akan menjadi
serupa dengan dunia ini. Jadi bagi orang Kristen hanya ada satu pi-
lihan yaitu mau atau tidak mau menjadi serupa dengan Kristus. Ketika
orang Kristen tidak mau menjadi serupa dengan Kristus, maka kon-
sekuensinya adalah ia menjadi serupa dengan dunia ini. Namun ketika
orang Kristen mau menjadi serupa dengan Kristus, maka ia harus mau
melaksanakan proses menjadi serupa dengan Kristus. Transformasi ke-
hidupan menuju kepada keserupaan dengan Kristus.

Bagaimana kita mengerti tentang transformasi kehidupan sebagai
orang Kristen?
1. Transformasi ini bersifat terus menerus di dalam kehidupan orang
Kristen.
2. Transformasi ini adalah pekerjaan Allah di dalam diri orang Kris-
ten.
3. Transformasi ini adalah perubahan batiniah yang berdampak kepada
perilaku yang nyata dari orang Kristen.
4. Transformasi ini menuntut kesediaan orang Kristen menjadi seorang
murid Kristus.

1. Transformasi bersifat terus menerus di dalam kehi-


dupan orang Kristen.

Kata “berubahlah” di dalam Roma 12:2 menggunakan bentuk waktu


sekarang dan terus menerus. Jadi tranformasi kehidupan terjadi seumur
hidup kita.

Perubahan Hidup 89
2. Transformasi kehidupan adalah pekerjaan Allah di
dalam diri orang Kristen.

Bagaimanakah ajaran Alkitab secara praktis tentang bagaimana Allah


bekerja di dalam diri orang percaya terkait dengan transformasi kehi-
dupan orang percaya?
1. Allah bekerja di dalam diri orang Kristen untuk memiliki kemauan
maupun di dalam mengerjakannya. (Filipi 2:13)
Ketika seorang Kristen memiliki persekutuan yang baik dengan
Tuhan, maka sebenarnya ia sedang mengizinkan Tuhan bekerja di
dalam dirinya. Tidak heran ketika orang Kristen memiliki perse-
kutuan yang baik dengan Tuhan, ia memiliki kemauan yang kuat
untuk berubah dan juga melayani. Transformasi bukanlah hal yang
mudah terjadi pada diri kita, karena pada umumnya secara alamiah
transformasi mengganggu kenyamanan kita. Oleh karena itu, trans-
formasi kehidupan merupakan pekerjaan Allah di dalam diri orang
Kristen sehingga orang Kristen memiliki kesadaran dan kemauan
untuk berubah.

2. Allah bekerja melalui firman-Nya yang penuh kuasa. (Yohanes


15:3; Yohanes 15:7; Ibrani 4:12)
Sebagaimana Allah menciptakan segala sesuatu dengan firman-
Nya demikianlah Ia menjadikan kita ciptaan baru dengan firman-
Nya. Juga proses transformasi di dalam kehidupan kita juga terjadi
melalui firman-Nya. Transformasi kehidupan orang Kristen terjadi
ketika orang Kristen tinggal di dalam firman Tuhan yaitu mere-
nungkannya setiap hari dan menjalankan firman Tuhan setiap hari.
Melalui firman Tuhan, kehidupan orang Kristen diterangi sehingga
orang Kristen dimampukan melihat kebenaran dan kebenaran itu-
lah yang memerdekakan.

3. Allah bekerja melalui gereja-Nya. (Efesus 4:16)


Ketika seseorang menjadi seorang Kristen, sesungguhnya ia adalah
bagian dari tubuh Kristus atau gereja. Sejak awal Allah mencip-

90 Perubahan Hidup
takan manusia adalah manusia yang rohani dan sosial. Demikian
juga   ketika Allah menjadikan seseorang manusia yang baru di
dalam Kristus, selain Ia menjadikan manusia yang rohani, juga
menjadikan manusia itu berada di dalam persekutuan dengan orang-
orang Kristen lainnya. Allah memakai gereja-Nya bagi transforma-
si kehidupan dari orang Kristen. Selain melalui pengajaran firman
Tuhan yang ada di dalam gereja, persekutuan dengan orang percaya
serta pelayanan bersama merupakan cara Allah mengerjakan suatu
transformasi di dalam diri setiap orang Kristen.

4. Allah bekerja melalui pengalaman kehidupan orang Kristen. (Ibra-


ni 12:10)
Kehidupan orang Kristen merupakan jalur pendidikan yang Allah
sediakan bagi setiap orang Kristen. Pergumulan kehidupan meru-
pakan cara Allah mentransformasi orang Kristen.

3. Transformasi kehidupan adalah perubahan batiniah


yang berdampak kepada perilaku yang nyata dari orang
Kristen.

Kata “budi” di dalam Roma 12:2 menunjuk kepada aspek batiniah dari
orang Kristen yang menyangkut pikiran, perasaan dan kehendak kita.
Di sini kita melihat kaitan yang erat antara kerohanian kita dengan pi-
kiran, perasaan dan kehendak kita. Sebagaimana tertulis di dalam Roma
8:5 “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal
yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-
hal yang dari Roh.”

Perubahan di dalam pikiran, perasaan dan kehendak kita akan berdam-


pak kepada keputusan dan perilaku kita sehari-hari. Perubahan di dalam
pikiran, perasaan dan kehendak kita membuat kita mengenal kehendak
Allah.

Perubahan Hidup 91
4. Transformasi kehidupan menuntut kesediaan orang
Kristen menjadi seorang murid Kristus.

Transformasi kehidupan merupakan pekerjaan Allah di dalam diri orang


Kristen dan menuntut kesediaan orang Kristen untuk menjadi seorang
murid Kristus. Menjadi seorang murid Kristus maksudnya adalah ke-
relaan untuk belajar mengikuti kehendak Allah. Berarti ia harus rela
menyangkal diri dan memikul salibnya setiap hari.

Apa dampak dari transformasi kehidupan orang Kristen?


a. Kehidupan orang Kristen memuliakan Tuhan dan menjadi ke-
saksian bagi dunia ini.
Kehidupan orang Kristen yang memuliakan Tuhan dan menjadi ke-
saksian bagi dunia tidak hanya meliputi apa yang dikerjakan, juga
terkait dengan orangnya. Atau di dalam bahasa Inggris dikatakan
Being dan Doing terkait erat satu sama lainya. Bahkan Being sa-
ngat menentukan Doing seseorang. Transformasi terkait dengan
Being dan berdampak kepada Doing seseorang.

b. Orang Kristen menjadi orang yang efektif di dalam kehidup-


annya.
Kita sadar atau tidak, maka efektifitas kehidupan kita seringkali
bukan tergantung kepada hal-hal yang di luar kita, melainkan hal-
hal yang ada di dalam diri kita yaitu pikiran, perasaan dan kehen-
dak kita; kebiasaan-kebiasaan kita. Efektifitas juga bukan sekedar
terkait dengan keterampilan seseorang, melainkan juga terkait de-
ngan karakternya. Efektifitas seseorang bukan sekedar bergantung
kepada kerja kerasnya, melainkan juga hikmat yang diperlukan un-
tuk memutuskan dan mengerjakan sesuatu.

92 Perubahan Hidup
Jurnal Kehidupan

Hari ke-1: Satu hal saja.

Coba hari ini Anda pikirkan adakah satu hal di dalam diri Anda yang
Anda sungguh-sungguh ingin diubahkan oleh Tuhan, karena menurut
Anda hal tersebut menghalangi Anda untuk dapat dipakai Tuhan secara
efektif di dalam kehidupan sehari-hari. Coba Anda pikirkan apa yang
hendak Anda perbuat hari ini terkait dengan hal yang hendak Anda
diubahkan. Doakanlah dan serahkan kepada Tuhan dan mohon perto-
longan-Nya.

Perubahan Hidup 93
Hari ke-2: Harga yang harus dibayar.

Anda lanjutkan apa yang telah menjadi tekad Anda kemarin. Hari ini
coba Anda pikirkan harga apa yang harus Anda bayar yaitu penyang-
kalan diri dan salib yang harus Anda pikul karena Anda hendak meng-
alami perubahan sebagaimana tekad Anda kemarin. Apakah hari ini ada
kemungkinan Anda harus belajar menyangkal diri dan memikul salib
karena tekad Anda tersebut? Doakan dan mohon Tuhan menguatkan
dan menolong Anda.

94 Perubahan Hidup
Hari ke-3: Firman Tuhan yang menopang.

Terkait dengan tekad Anda, adakah ayat firman Tuhan yang Anda rasa
sangat relevan dengan tekad Anda tersebut dan apa janji firman Tuhan
yang dapat menguatkan Anda dan menjadi pegangan Anda? Doakan
dan mintalah Tuhan selalu mengingatkan firman Tuhan tersebut.

Perubahan Hidup 95
Hari ke-4: Saudara seiman sebagai penopang.

Terkait dengan tekad Anda, adakah seorang anak Tuhan, yang begitu
dekat dengan Anda dan Anda dapat mempercayainya, dimana Anda
dapat berbagi tekad Anda itu agar Anda mendapat dukungan dan ke-
kuatan melalui doanya. Atau jika Anda tidak mempunyai orang yang
demikian, apakah Anda telah menjadikan gereja sebagai wadah yang
kondusif bagi hal yang hendak Anda diubahkan? Apa kenyataannya?
Doakan hal ini.

96 Perubahan Hidup
Hari ke-5: Menghadapi tantangan.

Setelah melalui beberapa hari dengan tekad Anda, coba perhatikan


pengalaman kehidupan sehari-hari Anda manakah yang terkait lang-
sung dengan pergumulan Anda baik itu yang bersifat mendukung tekad
Anda maupun yang bersifat menyulitkan Anda? Bagaimana hal yang
menyulitkan Anda tersebut melatih diri Anda?

Perubahan Hidup 97
Hari ke-6: Mengingat berkat Tuhan.

Perubahan diri Anda merupakan proses yang berkelanjutan dan tidak


berhenti sampai hari ini saja. Hari ini ingat-ingat kembali perjalanan
dari tekad Anda, apakah berkat Tuhan bagi Anda? Bersyukurlah hari ini
atas segala berkat Tuhan tersebut.

98 Perubahan Hidup
bab 8
proses yang BERKELANJUTAN
“Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan
akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.
Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya.”
(2 Petrus 3:18)

K ehidupan manusia sejak ia lahir secara fisik sewajarnya harus terus


bertumbuh dan berakhir pertumbuhannya pada saat ia meninggal
dunia. Namun bagaimana dengan kognitif (akal budi) dan afektif (pera-
saan) seorang manusia? Seharusnya pertumbuhan fisik manusia disertai
dengan pertumbuhan secara kognitif dan afektif. Namun kenyataannya
kita menemukan pertumbuhan fisik dan pertumbuhan kognitif/afektif
tidak berlangsung paralel. Hal ini menunjukkan bahwa manusia lebih
memperhatikan hal yang bersifat fisik daripada hal yang bersifat ba-
tiniah. Demikian juga dengan kerohanian, berapa banyak orang Kristen
telah berhenti bertumbuh di dalam kerohaniannya setelah ia dibaptis.
Oleh karena itu, kita perlu mempelajari bahan ini agar kita menyadari
dan termotivasi untuk terus bertumbuh di dalam kerohanian kita.

A. Bertumbuh adalah Proses Seumur Hidup

Ada 2 pesan penting dari 2 Petrus 3:18 tentang pertumbuhan:


1. Bertumbuh itu merupakan tanggung jawab setiap orang.
Ketika rasul Petrus menulis bertumbuhlah, maka ia tidak sedang
meminta atau memohon, melainkan ia memerintahkan kita untuk
bertumbuh secara aktif. Hal ini menggambarkan bahwa pertum-
buhan kita adalah tanggung jawab kita. Anda tidak dapat meletak-
kan tanggung jawab pertumbuhan diri Anda kepada orang lain.
Proses Yang Berkelanjutan 99
Bagaimana pun seorang ibu menyediakan makanan yang baik bagi
anak-anaknya, maka anak-anaknya mempunyai tanggung jawab un-
tuk memakan makanan yang disediakan agar ia bisa bertumbuh de-
ngan baik. Bagaimana pun orangtua membiayai sekolah anaknya,
maka anaknya mempunyai tanggung jawab untuk belajar agar bisa
bertumbuh. Anda tidak dapat menyalahkan siapa pun jika Anda tidak
bertumbuh dengan baik.

2. Bertumbuh adalah proses terus-menerus seumur hidup.


Bertumbuh bukan peristiwa yang sekali-sekali, melainkan peristiwa
yang terus menerus dan seumur hidup kita. Bertumbuh juga bukan
peristiwa yang terjadi di dalam satu bagian dalam kehidupan kita,
melainkan di dalam keseluruhan kehidupan kita. Bertumbuh adalah
proses seumur hidup kita. Selama Anda hidup, Anda tidak boleh ber-
henti bertumbuh.

B. Mengapa Anda harus bertumbuh seumur hidup?


1. Pertumbuhan adalah konsekuensi dari kehidupan.
Salah satu ciri dari hidup adalah pertumbuhan. Berhenti bertumbuh
merupakan awal dari proses kemerosotan kualitas hidup itu sendiri.
Pertumbuhan adalah konsekuensi dari hidup. Sebagaimana hal itu
terjadi dalam hal jasmani Anda, demikian juga dalam kerohanian
Anda. Hal-hal jasmani sudah menjadi perhatian kita, karena perkara
jasmani dapat kita lihat dan rasakan seperti kurus atau gemuk, cerah
atau lesu, haus atau lapar. Tubuh memberikan sinyal yang kuat ke-
pada kita. Namun tidak demikian dengan kerohanian. Kerohanian
kita seringkali tidak memberikan sinyal yang cukup kuat untuk kita
menyadari bahwa ia pun harus diperhatikan pertumbuhannya. Siny-
al-sinyal krisis kerohanian seringkali kita anggap bukan sebagai kri-
sis kerohanian, sehingga seringkali kita mengabaikan saja dan sep-
ertinya kita tidak mengalami apa-apa. Padahal hampir semua aspek
dalam kehidupan kita terkait erat dengan kerohanian seperti sistim
nilai kita yang mempengaruhi kita di dalam pengambilan keputusan;
falsafah hidup kita; sikap kita terhadap orang lain dan diri kita sen-
diri; tujuan hidup kita; motif perbuatan-perbuatan kita; semangat
100 Proses Yang Berkelanjutan
dan ketekunan kita.

2. Pertumbuhan menjadikan kita bisa berfungsi sesuai dengan


maksud Tuhan.
Bayi meskipun ia lahir memiliki hidup dan lahir dengan sempurna,
namun tetap kita akui bahwa perlengkapan yang ia miliki belum
sepenuhnya dapat berfungsi sebagaimana maksud dan tujuan dari
perlengkapan yang diberikan itu. Baik matanya, lehernya, mulutnya,
tangannya, dan kakinya masih belum berfungsi sebagaimana seharus-
nya. Melalui proses pertumbuhan, maka semua perlengkapan yang
dimilikinya akan berfungsi dan semakin bertumbuh, maka fungsi
perlengkapan tubuhnya semakin sesuai dengan maksud dan tujuan-
nya. Pertumbuhan fisik saja tidak memadai, manusia memerlukan
pertumbuhan rohani. Pertumbuhan rohani membuat kita dapat ber-
fungsi sebagaimana maksud dan tujuan Tuhan di dalam kehidupan
kita. Pada dasarnya tubuh jasmani kita melaksanakan apa yang ada
di dalam batin kita dan salah satu yang sangat memberi pengaruh
yang amat besar adalah kerohanian kita. Kerohanian kita mempe-
ngaruhi cara kita berpikir, perasaan dan emosi kita, juga mempenga-
ruhi kehendak kita.

3. Pertumbuhan adalah proses peremajaan.


Kita tidak dapat menyangkali bahwa tubuh kita selalu bertumbuh
meski adakalanya tidak dapat kita lihat dengan mata jasmani kita se-
perti pergantian sel-sel yang mati dengan sel-sel yang baru. Pertum-
buhan itu harus terus terjadi agar terjadi peremajaan. Demikian juga
dengan kerohanian kita, pertumbuhan rohani memberikan kesegaran
di dalam kehidupan kita. Dengan kesegaran itu kita mempunyai ke-
kuatan baru untuk menanggung beban kehidupan ini.

4. Pertumbuhan menjadikan kita sanggup beradaptasi.


Salah satu manfaat yang jelas dari pertumbuhan adalah kemampuan
beradaptasi. Kemampuan adapatasi adalah kemampuan yang pen-
ting bagi manusia. Pertumbuhan baik jasmani maupun rohani mem-
buat kita memiliki kemampuan adaptasi yang baik. Kegagalan untuk

Proses Yang Berkelanjutan 101


beradaptasi banyak menimbulkan permasalahan di dalam kehidupan
manusia baik di dalam relasi maupun dengan situasi dan kondisi.
Kemampuan adaptasi ini terkait dengan kemampuan memberikan
respons yang proporsional terhadap perubahan-perubahan yang di-
alami.

5. Pertumbuhan memampukan kita mencapai impian atau kerin-


duan kita.
Pertumbuhan juga membuat kita sanggup mencapai impian atau ke-
rinduan kita. Pertumbuhan yang tersendat akan membuat kita keku-
rangan kemampuan untuk mencapai apa yang menjadi impian dan
kerinduan kita.

C. Pertumbuhan untuk sebuah sasaran

“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga diten-
tukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-
Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak
saudara.” (Roma 8:29)

“Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya


dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa
dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh ke-
bangkitan dari antara orang mati.” (Filipi 3:10-11)

Pertumbuhan seorang percaya bukan tanpa sasaran yang jelas dan bu-
kan tanpa ukuran. Sasaran dan ukuran dari pertumbuhan orang percaya
adalah mencapai keserupaan dengan Kristus. Menjadi seorang Kristen
yang sejati adalah menjadi seorang yang memiliki goal serupa dengan
Kristus dan untuk mencapai goal tersebut harus menjalani proses per-
tumbuhan seumur hidup. Pertumbuhan rohani seorang Kristen tidak
bisa berhenti atau hanya puas seadanya saja. Pertumbuhan rohani yang
terhenti bukan hanya tidak bertumbuh, tetapi bisa juga mengalami ke-
merosotan rohani.
102 Proses Yang Berkelanjutan
“Tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita
bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Ke-
pala.” (Efesus 4:15)

Renungkan sejenak: Coba pikirkan, dalam hal apa saja kita bertum-
buh menurut Efesus 4:15? Ke arah siapakah kita bertumbuh terus?

D. Karakteristik dari pertumbuhan

a. Pertumbuhan adalah proses yang tidak mudah.


“Bertumbuhlah terus menerus di dalam kasih karunia . . .”

Berbicara bertumbuh di dalam kasih karunia berarti pertumbuhan


seorang Kristen adalah melalui pengalaman kehidupan yang dijalani-
nya. Rasul Paulus mengatakan: “Tetapi karena kasih karunia Allah aku
adalah sebagaimana aku ada sekarang,” (1 Korintus 15:10a). Di ba-
gian lain Tuhan berkata kepada Rasul Paulus terkait dengan doanya:
“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahan-
lah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (2 Korintus 12:9a). Pertumbuhan
seorang Kristen terjadi melalui kehidupan yang tidak mudah. Semakin
tidak mudah semakin bergantung kepada Tuhan dan semakin mera-
sakan kasih karunia Allah.

Kenyataan dari orang Kristen yang bertumbuh di dalam kasih karunia:


1. Kehidupan penuh dengan rasa syukur dan sukacita.
2. Kehidupan penuh dengan kasih kepada orang lain.
3. Kehidupan penuh pengharapan.
4. Kehidupan penuh dengan antusias.
5. Kehidupan penuh dengan pengampunan.
6. Kehidupan dilakukan dengan yang terbaik.

Renungkan sejenak: Apa yang dihasilkan dari pertumbuhan dengan


proses yang tidak mudah ini?
(Coba baca 2 Korintus 12:9b) Rasul Paulus mengatakan: “Most gladly
therefore will I rather glory in my weaknesses, . . .”(ASV).
Proses Yang Berkelanjutan 103
b. Pertumbuhan adalah proses mengenal Tuhan.
“dan di dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus
Kristus.”

Kekristenan adalah Kristus. Kristus adalah penyataan Allah. Mengenal


Kristus adalah mengenal Allah. Pengenalan kita kepada Tuhan tidak
tanpa penyataan Allah. Pengenalan kita kepada Tuhan sejauh penyata-
an Allah. Roh Kudus menginspirasikan para penulis Alkitab untuk me-
nuliskan firman Tuhan agar kita boleh mengenal Tuhan.

Apa kenyataan dari mengenal Tuhan?
1. Mengenal Tuhan nyata dengan memiliki persekutuan kasih dengan
Tuhan.
2. Mengenal Tuhan nyata dengan memiliki iman kepada Tuhan seba-
gaimana yang dinyatakan di dalam Alkitab.
3. Mengenal Tuhan nyata dengan hidup di dalam jalan-jalan-Nya seba-
gaimana dinyatakan di dalam firman Tuhan.
4. Mengenal Tuhan nyata dengan mengenal maksud, tujuan dan ren-
cana Tuhan.

Rangkuman
1. Kita tidak boleh berhenti bertumbuh di dalam kerohanian kita.
2. Pertumbuhan rohani harus memiliki arah dan tujuan sesuai dengan
yang Alkitab paparkan kepada kita.
3. Pertumbuhan rohani terkait dengan pengenalan akan Tuhan dan
pengalaman bersama dengan Tuhan.
4. Pertumbuhan rohani menyentuh seluruh aspek di dalam kehidupan
kita setiap hari.

104 Proses Yang Berkelanjutan


Jurnal Kehidupan

Hari ke-1: Kehidupan yang penuh rasa syukur dan sukacita.

Apakah kesulitan atau kesusahan Anda hari ini dan bagaimana Anda
dapat bersyukur dan bersukacita dengan Anda merenungkan akan kasih
karunia Tuhan hari ini atas diri Anda?

Proses Yang Berkelanjutan 105


Hari ke-2: Kehidupan penuh dengan kasih kepada orang lain.

Nyatakan kasih Anda yang nyata kepada setiap orang yang Anda temui
di dalam kehidupan Anda hari ini dan tuliskan kebaikan apa yang telah
Anda nyatakan hari ini.

106 Proses Yang Berkelanjutan


Hari ke-3: Kehidupan penuh pengharapan.

Pengharapan itu nyata melalui opitimisme di dalam Tuhan karena kasih


karunia-Nya yang besar dan hal itu nyata melalui ungkapan tutur kata
Anda yang positif. Cobalah Anda nyatakan pengharapan itu hari ini di
dalam kehidupan Anda melalui tutur kata yang Anda ungkapkan. Coba
tuliskan tutur kata Anda yang penuh pengharapan hari ini.

Proses Yang Berkelanjutan 107


Hari ke-4: Kehidupan penuh dengan antusias.

Setiap orang yang menerima hadiah yang istimewa akan memiliki an-
tusiasme yang tinggi. Kasih karunia Tuhan Yesus itu begitu luar biasa
bagi kehidupan Anda bahkan kehidupan Anda itu sendiri adalah ka-
sih karunia. Kenyataan dari Anda begitu menghargai kehidupan Anda
yaitu dengan menjalankannya penuh antusiasme. Lakukan setiap aspek
kehidupan Anda hari ini dengan antusiasme yang tinggi dan tuliskanlah
pengalaman Anda hari ini.

108 Proses Yang Berkelanjutan


Hari ke-5: Kehidupan penuh dengan pengampunan.

Kehidupan Anda adalah kasih karunia Tuhan bukan karena Anda baik
dan benar, namun meskipun Anda tidak baik dan tidak benar. Menyadari
kasih karunia Tuhan atas Anda, akan mendorong Anda memiliki hati
yang mengerti akan keberadaan orang lain, sehingga Anda rela meng-
ampuni kesalahan orang lain. Hari ini lakukanlah hal itu dan tuliskan-
lah pengalaman Anda.

Proses Yang Berkelanjutan 109


Hari ke-6: Kehidupan dilakukan dengan yang terbaik.

Menyadari kasih karunia Tuhan begitu mahal nilainya dan kasih karu-
nia Tuhan itu memampukan Anda di dalam segala kelemahan Anda,
maka karena kasih karunia Tuhan itu membuat Anda melakukan yang
terbaik di dalam setiap aspek kehidupan Anda. Hari ini lakukan segala
sesuatu dengan memberi yang terbaik dan ceritakan bagaimana hari ini
Anda telah melakukan yang terbaik.

110 Proses Yang Berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai