Anda di halaman 1dari 376

i

“Sangat mudah terjebak dalam tekanan hidup setiap hari dan ingin
hidup untuk sesuatu yang paling bermakna. Buku John Bevere yang
hebat Digerakkan oleh Kekekalan akan memotivasi, menginspirasi, dan
membekali Anda untuk menjalani hidup hari ini sedemikian rupa
sehingga akan berdampak pada keabadian.”
—CRAIG GROESCHEL, Pendeta Life Church dan penulis
#Struggles: Following Jesus in a Selfie-Centered World

“Digerakkan oleh Kekekalan adalah jawaban atas eksplorasi Anda terhadap


kehidupan yang penuh tujuan. Pesan penting ini akan memposisikan
Anda untuk berpikir melampaui hari-hari Anda. Buku ini harus dibaca!”
—JOHN C. MAXWELL, penulis buku terlaris dan pembicara

“Edisi ulang tahun Digerakkan oleh Kekekalan kesepuluh tahun yang


ditulis oleh teman saya John Bevere adalah pengingat yang luar biasa
bahwa hidup ini lebih dari sekadar jumlah hari-hari kita. Anda akan
menemukan kedamaian dan pengharapan karena buku ini mengingatkan
Anda untuk menyelaraskan hidup dengan panggilan yang lebih tinggi.”
—STEVEN FURTICK, Pendeta, Elevation Church dan Penulis terlaris
New York Times

“Digerakkan oleh Kekekalan, John menggunakan Kitab Suci untuk


menjelaskan betapa pentingnya bagi kita untuk memiliki pola pikir yang
terfokus pada keabadian. Saya percaya pengajarannya akan membantu
orang-orang percaya di dalam Kristus untuk beroleh hikmat dan
pengertian yang lebih besar tentang bagaimana cara mereka bisa hidup
dengan cara demikian hari ini.”
—JOYCE MEYER, penulis buku terlaris dan guru Alkitab
“Digerakkan oleh Kekekalan berani mengupas salah satu ‘misteri’ besar
eksistensi manusia: keabadian. Dengan kejelasan dan ketelitian yang
menunjukkan sifat semua karyanya, John Bevere meneliti hikmat Alkitab
tentang hal ini, mengilhami para pembacanya agar menjalani kehidupan
kekal yang jauh melampaui diri mereka sendiri.”
—BRIAN HOUSTON, senior pastor of Hillsong Church

“Digerakkan oleh Kekekalan harus dibaca setiap tahun untuk setiap orang
yang ingin membangun warisan abadi dan meninggikan kerajaan Allah.
Dengan dukungan Alkitabiah secara terperinci, John menantang dan
mengilhami para pembaca agar memanfaatkan sebaik mungkin sumber
daya mereka yang paling berharga—waktu mereka di bumi—sehingga
mereka bisa memiliki dampak terbesar untuk kekekalan. Buku ini adalah
klasik kontemporer!”
—CHRIS HODGES, Pendeta Senior, Church of the Highlands dan
penulis Fresh Air and Four Cups

“Dalam Digerakkan oleh Kekekalan, John Bevere menyederhanakan


kekekalan dan menciptakan sebuah contoh menarik tentang bagaimana
keputusan kita hari ini akan bergema melampaui napas terakhir kita.
Jangan lewatkan ini.”
—MARK BATTERSON, penulis terlaris New York Times dari The Circle
Maker dan Gembala National Community Church

“Dalam Digerakkan oleh Kekekalan, John Bevere menantang pembaca


untuk selalu termotivasi oleh apa yang kekal. John adalah seorang teman
baik dan saya merasa terhormat untuk merekomendasikan buku ini.”
—JENTEZEN FRANKLIN, pastor senior Free Chapel, Gainesville, GA,
dan penulis buku terlaris New York Times
“Digerakkan oleh Kekekalan akan mengubah perspektif waktu Anda
dan bagaimana Anda memanfaatkannya. John dengan cemerlang
menyingkapkan kebenaran Alkitabiah yang akan memampukan Anda
untuk hidup setiap hari dengan sebuah tujuan yang melampaui realitas
Anda yang fana.”
—BISHOP T.D. JAKES, penulis terlaris New York Times dan CEO dari
TDJ Enterprises

“Wow! Hebat, memukau, merendahkan hati. Saya tidak sanggup


menghentikannya. Saya ingin semua orang membacanya. Mohon
luangkan waktu untuk buku ini.”
—BILL MCCARTNEY, Promise Keepers
Driven by Eternity, Bahasa Indonesia, by John P. Bevere
Special 10th Anniversary Edition
© 2018 Messenger International
www.MessengerInternational.org
Originally published in English as Driven by Eternity
ISBN: 978-0-446-57866-0

Additional resources in Bahasa Indonesia by John & Lisa Bevere are available for
free download at: CloudLibrary.org

This resource has been distributed to leaders and emergent leaders FREE OF CHARGE
and is not to be sold. It is a gift from Messenger International, the Ministry of John and Lisa Bevere.
You are encouraged to duplicate, virally distribute, use extracts or otherwise share
this teaching with others.

To contact the author : JohnBevere@ymail.com

Printed in Indonesia.

Digerakkan oleh Kekekalan ditulis oleh John P. Bevere


Edisi Khusus Penerbitan Ulang pada Tahun ke-10

©2018 Messenger International


MessengerInternational.org
Awalnya diterbitkan dalam bahasa Inggris berjudul Driven by Eternity
ISBN: 978-0-446-57866-0

Bahan-bahan pengajaran tambahan dalam bahasa Indonesia dapat diunduh secara gratis
di: CloudLibrary.org

Buku ini disebarkan secara CUMA-CUMA kepada para pemimpin Kristen dan calon pemimpin Kristen
yang akan muncul kemudian dan bukan untuk diperjualbelikan.
Ini adalah hadiah dari Messenger International, lembaga pelayanan John dan Lisa Bevere.

Untuk menghubungi penulis (disarankan dengan Bahasa Inggris): JohnBevere@ymail.com

Penerjemah: Slamat P. Sinambela & Rosida Widyastuti


Penyunting dan proofreader: Slamat P. Sinambela
Layouter: Yosua A. Sirait

Dicetak di Indonesia.
Saya mempersembahkan buku ini....
Bagi semua yang bekerja keras tanpa kenal lelah
membangun kehidupan banyak orang untuk selama-lamanya.
Teguhkanlah hati dalam pencarianmu.
Kedatangan-Nya sudah pasti dan upah-Nya adalah berada bersama-Nya.
“Inilah hidup yang kekal itu,
yaitu bahwa mereka mengenal Engkau,
satu-satunya Allah yang benar,
dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”
YOHANES 17:3
Daftar Isi

Digerakkan oleh Kekekalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .i


Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .xi
Tentang Buku Ini . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .xiii
Kata pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xv
Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

Bagian 1
Bab 1: Yang Kekal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
Bab 2: Kerajaan Affabel: Kehidupan di Endel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27

Bab 3: Kerajaan Affabel: Hari Penghakiman I. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49

Bagian 2
Bab 4: Rumah Kekal bagi Orang Mati . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 75

Bab 5: Hukuman Bagi Yang Sesat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 97

Bagian 3
Bab 6: Kejatuhan Besar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 133

Bab 7: Dasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 165

Bagian 4
Bab 8: Kerajaan Affabel: Hari Penghakiman II . . . . . . . . . . . . . . . . 179

Bab 9: Surga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 207

Bab 10: Takhta Pengadilan Kristus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 229


Bagian 5
Bab 11: Tempat Kediaman Allah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 247

Bab 12: Dipanggil oleh Allah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 263

Bagian 6
Bab 13: Pelipatgandaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 291

Bab 14: Pengaruh pribadi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 323

Lampiran: Cara Menerima Keselamatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 343

Catatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 347
Tentang Buku Ini

riven by Eternity (Digerakkan oleh Kekekalan) dapat dibaca dari


D sampul muka hingga belakang seperti halnya buku-buku lain. Bagi
mereka yang ingin menggunakan buku ini sebagai studi individu atau
kelompok, buku ini telah dibagi menjadi enam bagian, yang masing-
masing diikuti oleh serangkaian pertanyaan diskusi. Studi ini diran-
cang untuk digunakan selama enam minggu, tetapi silakan disesuaikan
menurut kebutuhan Anda.
Bagian dan bab-bab yang terkait adalah sebagai berikut:

Bagian 1 Bab 1-3


Bagian 2 Bab 4-5
Bagian 3 Bab 6-7
Bagian 4 Bab 8-10
Bagian 5 Bab 11-12
Bagian 6 Bab 13-14

Jika Anda membaca buku ini sebagai bagian dari studi Driven by
Eternity (Digerakkan oleh Kekekalan), kami menyarankan agar Anda
menyaksikan atau mendengarkan sesi pengajaran setiap minggu dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan diskusi untuk bagian yang terkait
dalam sebuah kelompok. Kemudian masing-masing anggota kelompok
membaca bab-bab buku yang terkait sebelum pertemuan berikutnya.
Ada satu sesi pengajaran untuk studi setiap minggu tersebut.

Untuk mengilustrasikan pengajaran dalam Digerakkan oleh Keke-


kalan, John memasukkan sebuah cerita seperti perumpamaan yang
mencengangkan tentang kerajaan Affabel, yang dipimpin oleh Raja
Jalyn yang mengagumkan dan dihuni oleh beberapa karakter, dengan

xiii
sifat yang ada di dalam dan memengaruhi kehidupan kita setiap hari.
Inilah ilustrasi dinamis yang sangat menarik dari pesan Digerakkan oleh
Kekekalan bahwa, dengan karakter yang fiktif namun sesuai dengan re-
alitas, akan memudahkan Anda, pada pembaca, untuk lebih mengetahui
dan memahami berbagai rahasia dan misteri kerajaan Allah.
Anda dapat segera menemukan kisah Affabel di Bab 2, 3 dan 8 dalam
buku ini. Kisah ini ditandai dengan simbol ini di Halaman Daftar
Isi.
Cerita ini juga dimainkan dengan hebat dalam Teater Audio Affa-
bel yang tersedia dalam video streaming John Bevere dan sumber materi
yang dapat diunduh dari situs web: CloudLibrary.org

Selamat menikmati!
Kata Pengantar

uatu hari akan tiba waktunya ketika kita masing-masing akan berdiri
S di hadapan Allah. Pertanyaannya adalah, akankah kita siap?
Alkitab menasihati kita, “Karena itu, saudara-saudaraku, berusa-
halah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh.”
(2 Petrus 1:10 NET). Kata kuncinya di sini adalah sure (teguh, yakin).
Pernahkah Anda merasa yakin tentang sesuatu namun kemudian
menyadari bahwa ternyata Anda salah? Tentu menjengkelkan, bukan?
Sebagai seorang pria, saya sering merasa yakin benar mengenai rute,
petunjuk, prosedur, formula, atau metode tertentu, namun kemudian
menyadari bahwa ternyata saya tersesat di lingkungan yang salah atau
akibatnya proyek, perakitan, atau formula tersebut harus diulang kem-
bali, namun kali ini mengikuti petunjuk yang benar. Ini tentu bikin frus-
trasi. Saya sudah menyia-nyiakan bahan bakar, waktu, sumber daya, atau
uang. Saya merasa yakin benar, padahal kenyataannya tidak.
Saya tidak ingin melakukan kesalahan yang sama mengenai kekekalan.
Menulis buku ini secara pribadi berdampak lebih besar bagi saya
melebihi yang lain. Sejak dirilis satu dekade lalu, laporan yang tak ter-
hitung jumlahnya tentang banyak kehidupan yang diubahkan telah
masuk kepada saya dan tim. Ketika kami membahas tugas merevisi dan
memperbarui buku ini sebelum merilisnya ulang, yang nyaris membuat
patah semangat, saya tahu bahwa kami tetap harus melakukannya. Saya
merasa yakin bahwa pesan di halaman ini begitu mendesak dan pen-
ting. Sebagai pelayan kabar baik tentang Kristus, kita memiliki panggilan
yang tidak lebih besar selain mempersiapkan orang lain menuju keke-
kalan dengan kasih karunia dan kebenaran. Semoga Anda selamanya
tetap berdiri teguh.
Fakta yang serius adalah bahwa ketika kita berdiri di hadapan Sang
Pencipta kita, sudah terlambat untuk mengulang kembali. Harapan dan
doa saya adalah bahwa ketika Anda membaca atau menyimak ulang

xv
pesan ini, Roh Kudus akan memakainya untuk menggerakkan Anda
pada potensi kekal Anda yang terbesar, yang selamanya diubahkan oleh
kasih karunia dan rahmat-Nya.

Hormat kami,
John Bevere
Mei 2017
Pendahuluan

pakah yang menarik perhatian kita dari kata kekekalan—yang bah-


A kan, berpotensi membawa dampak bagi seluruh bangsa? Demikian-
lah kisah Arthur Stace, seorang warga Australia yang lahir dalam
kehidupan yang penuh kekalutan pada pergantian abad ini. Hidupnya
bak seorang gelandangan, penuh dengan kejahatan kecil dan alkohol-
isme antara Perang Dunia Pertama dan Depresi Besar. Segalanya berubah
ketika ia bertemu Yesus pada 6 Agustus 1930, dan tak lama kemudian
ia mendengar seruan pendetanya, “Saya berharap saya bisa menyerukan
kekekalan di seluruh jalanan Sidney!” Ia merasa tergerak untuk mewu-
judkan seruan ini menjadi kenyataan.
Arthur bangun setiap pagi, berdoa selama satu jam, dan mening-
galkan rumahnya antara pukul 5.00 hingga 5.30 untuk pergi ke mana
pun dia merasa Tuhan menuntun dia. Selama berjam-jam ia menulis satu
kata, kekekalan, kira-kira setiap seratus kaki di trotoar Sidney. Selama
lebih dari dua puluh tahun karyanya menjadi sebuah misteri. Siapa-
kah yang menulis satu kata ini yang menyebabkan tak terhitung ribuan
orang yang berhenti sejenak dan merenungkan maknanya, baik sejenak
maupun beberapa saat lamanya? Apakah pria misterius ini menangkap
dampak dan bagian dari kekuatan kata ini? Tidak sampai tahun 1956
ketika akhirnya teka-teki itu terpecahkan.
Dua tahun setelah kematian Arthur pada tahun 1967, penyair Sid-
ney, Douglas Stewart menerbitkan kata-kata ini dan mengabadikan per-
kataan pengkhotbah grafiti ini:

Sang penyair pemalu yang misterius Arthur Stace


Yang karyanya hanya satu kata yang sangat berkuasa
Berjalan di kedalaman maksimal ruang dan waktu
Dan di sanalah perkataannya diucapkan dan ia mendengar
KEKEKALAN, KEKEKALAN, kata itu berdentam bagaikan lonceng
Merdu terdengar dari surga, muram dari neraka.

1
Khotbah satu kata yang menyentuh sebuah bangsa. Pesan Arthur
diabadikan dari generasi ke generasi oleh arsitek Ridley Smith, yang
menuangkannya ke dalam pelat tembaga di Sydney Square. Pesan itu
kemudian disaksikan oleh lebih dari empat miliar jiwa di seluruh dunia
saat mereka menonton Upacara Pembukaan Olimpiade Sidney di tele-
visi, dan sekali lagi ketika pesan itu terpampang pada perayaan kembang
api di Sydney Harbor Bridge pada malam milenium baru.
Kekekalan menarik perhatian seluruh umat manusia. Tidak ada
ras, suku, atau gender sanggup menahan daya tariknya. Kita diciptakan
dengan kekekalan dalam hati kita dan menyadari rahasia kelanjutan ke-
beradaan kita yang imanen. Oleh karena itu, sangat bijaksana bila mem-
pelajari lebih dalam tentang apa yang Pencipta kita firmankan mengenai
kekekalan. Lagi pula, Firman-Nya berkata, “Juga seterusnya Aku tetap
Dia, dan tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku; Aku melaku-
kannya, siapakah yang dapat mencegahnya?” (Yesaya 43:13 TLB). Inilah
alasan Anda memilih buku ini. Saya percaya pilihan Anda bijaksana.
Marilah kita berdoa bersama sebelum memulai. Saya sudah menaik-
kan doa ini dengan lantang dalam studi saya sebelum Anda berdoa de-
ngan saya sekarang:

Ya Allah yang Kekal, Pencipta segalanya, dan Tuhan Semesta Alam,


aku datang kepada-Mu di dalam nama Yesus Kristus, Putera-Mu.
Aku mohon dalam sepakat dengan hamba-Mu John Bevere hari ini
agar Engkau mengurapi mataku untuk melihat dan telinga untuk
mendengar, dan kiranya Engkau memberiku hati untuk mengetahui
dan memahami apa yang Engkau firmankan kepadaku melalui pesan
ini. Aku membutuhkan pertolongan Roh Kudus untuk mengetahui
kehendak dan jalan-jalan-Mu bagi hidupku. Inilah keinginanku
untuk menyenangkan-Mu sepanjang umur hidupku dan untuk se-
lama-lamanya. Tunjukkanlah tidak hanya jalan-jalan-Mu tetapi juga
hati-Mu sehingga aku mengenal Engkau, karena inilah hidup yang

2 Digerakkan oleh Kekekalan


kekal: untuk mengenal Engkau lebih intim sebagai Bapa Surgawiku.
Terima kasih atas kasih setia, anugerah, dan kemurahan-Mu yang
menakjubkan.

Mari kita mulai, ketahuilah Roh Kudus akan memberi Anda wa-
wasan dan pengertian yang tidak bisa Anda peroleh sendiri. Menarik
sekali!

3
Bagian 1
BAB 1

Yang Kekal
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian
. . . dan teguhkanlah perbuatan tangan kami,
ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu.
— Ma z m u r 9 0 : 1 2 , 1 7 NLT

ebanyakan orang ingin menjalani kehidupan yang berharga. Ini


K merupakan aspirasi yang benar dan saleh. Itulah permohonan Musa
dalam doa tersebut di atas. Ia mengawali dengan memohon hikmat
untuk menghitung hari-hari. Banyak hal yang hilang dalam hidup ini
yang dapat dipulihkan; namun, waktu yang disia-siakan tidak pernah
dapat diperoleh kembali. Setelah matahari terbenam, hari akan sela-
manya hilang.
Doa Musa diakhiri dengan, “teguhkanlah perbuatan tangan kami.”
Ucapan ini diulang. Mengapa? Musa tidak mempersoalkan tata bahasa
atau hafalan. Sebaliknya, ini merupakan gaya sastra yang ditemukan
dalam tulisan Ibrani. Pengulangan adalah suatu bentuk penekanan.
Dalam bahasa Inggris, apabila kita ingin menekankan pentingnya se-
buah kata atau frasa, kita memiliki beberapa metode yang tersedia. Kita
bisa menggunakan huruf tebal, huruf miring, garis bawah, huruf kapital,
atau menambahkan tanda seru untuk penekanan. Semua ini adalah cara
untuk menarik perhatian pembaca pada sesuatu yang sangat penting.
Namun, para penulis Ibrani akan menulis kata atau frasa dua kali untuk
memberi penekanan, dan tidak bermaksud melebih-lebihkan—mereka
selalu cermat dengan penggunaan kata-kata mereka. Fakta bahwa frasa
ini diulang dua kali dalam Alkitab menunjukkan bahwa keberhasilan

7
tidak hanya kehendak Allah bagi kita, tetapi Dia juga sangat mengingin-
kannya. Dialah yang telah menempatkan penekanan pada frasa itu.
Kita diciptakan untuk menikmati keberhasilan. Allah ingin hidup
kita berharga! Inilah keinginan Allah pertama-tama, bukan keinginan
kita. Dia ingin hal ini diketahui di seluruh Alkitab. Saya akan menyebut-
kan dua hal saja. Yang pertama, “TUHAN, Allahmu, akan melimpahi
engkau dengan kebaikan (keberhasilan) dalam segala pekerjaanmu”
(Ulangan 30:9 NLT). Perhatikan kata segala, tidak beberapa hal!
Sekali lagi kita membaca: “Janganlah engkau lupa memperkatakan
kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya eng-
kau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya,
sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil (good success) dan
engkau akan beruntung (prosperous)” (Yosua 1:8).
Dibutuhkan hikmat ilahi untuk menikmati keberhasilan. Kitab Suci
menyatakan, “Siapa memperoleh akal budi, mengasihi dirinya; siapa ber-
pegang pada pengertian, mendapat kebahagiaan (keberhasilan).” (Amsal
19:8 TLB). Hikmat memberi kita pengetahuan dan kemampuan untuk
menentukan pilihan yang tepat pada waktu yang tepat. Hikmat tidak
hanya peka secara rohaniah; hikmat adalah untuk semua orang yang
takut akan TUHAN dan berada di dalam Kristus. Jika tujuan Anda ada-
lah membangun sebuah kehidupan yang bermakna kekal, Anda harus
melakukannya melalui hikmat ilahi—dan itulah seluruh makna dari
pesan ini.
Hikmat melahirkan keberhasilan, yang mendatangkan kenikmatan
dan upah yang kekal: “Jikalau engkau bijak, kebijakanmu itu bagimu
sendiri” (Amsal 9:12 NIV). Tidak hanya Tuhan menginginkan keberha-
silan Anda, tetapi Dia juga rindu untuk memberi upah bagi Anda atas
keberhasilan itu. Sekali lagi kita membaca, “TUHAN mengetahui hari-
hari orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-la-
manya” (Mazmur 37:18 TLB).
Fakta bahwa Allah menginginkan kita untuk berhasil telah
ditekankan dalam segmen gereja yang baik dalam beberapa tahun ter-

8 Digerakkan oleh Kekekalan


akhir sebagaimana mestinya. Namun, sering kali keberhasilan dianggap
sebagai cara masyarakat mendefinisikannya daripada cara Allah meman-
dangnya. Keberhasilan ini dilihat melalui pandangan yang fana daripada
yang abadi. Pandangan ini mengaburkan visi dan pemahaman kita, yang
menghasilkan pencarian yang menyesatkan.
Suatu hari kita semua akan berdiri di hadapan Hakim alam semesta,
Yesus Kristus. Jika kita telah menjadikan masa hidup kita berharga de-
ngan hikmat ilahi, kita akan diberi upah untuk selama-lamanya. Jika kita
sudah tersesat dalam segala pekerjaan kita, kita akan dihukum ataupun
mengalami kerugian kekal. Jadi hal yang bijaksana adalah dengan meng-
habiskan beberapa jam untuk mengetahui apa yang Dia kehendaki.
Inilah fokus dari buku ini: membuat hidup Anda berharga tidak
hanya hari ini tetapi untuk selama-lamanya. Alkitab cukup jelas men-
jabarkan tentang bagaimana cara melakukannya. Jika kita termotivasi
oleh hal yang abadi, marilah kita mulai dengan memahaminya terlebih
dahulu.

Kekekalan
Bacalah dengan saksama dua ayat kitab suci ini:

“. . . tidak tercapai oleh pengetahuan kita...” (Ayub 36:26 TLB)

“. . . Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.”


(Pengkhotbah 3:11)

Kekekalan. Apakah maksudnya? Bagaimana mendefinisikannya?


Bagaimana bisa memahaminya? Salah satu kamus mendefinisikan se-
bagai infinite time1 yaitu waktu yang tak terbatas; namun yang lain se-
bagai the state of existing outside of time2 yaitu kondisi yang ada di luar
waktu. Bagaimana mungkin satu kamus menentukan kekekalan yang

yang kekal 9
ada dalam konteks waktu sementara yang lain mendefinisikannya berada
di luar waktu? Dan mengapa hal ini perlu disangsikan lagi? Apakah kita
tidak perlu mempertanyakan salah satu dari dua buku ilmu pengetahuan
jika keduanya mendefinisikan sesuatu di dunia kita sebagai sesuatu yang
ada dalam keadaan yang berbeda? Misalkan satu buku mendefinisikan
ikan sebagai vertebrata yang hidup di dalam air, sementara laporan lain
menyatakan ikan hidup di lingkungan yang bebas dari air. Kita akan
segera menyimpulkan bahwa salah satu makna tersebut salah dan mem-
buangnya. Jadi mengapa kita tidak mempertanyakan dan membuang
salah satu definisi kamus mengenai kekekalan?
Yang benar adalah bahwa kekekalan tidak dapat dipahami secara akal
budi. Pikiran kita terbatas, terhambat untuk memahami konsep yang
abadi atau kekal.
Izinkan saya untuk menggambarkannya. Luangkan waktu sejenak
dan bayangkan di manakah ujung alam semesta. Pikirkan batas luarnya.
Jika bisa, maka apa yang Anda temukan di batas luarnya? Dinding? Ter-
buat dari apakah itu? Seberapa tebal? Apakah sisi luar dinding menjadi
batas yang tepat dari ujung alam semesta? Jika demikian, apa yang ada
di luar tembok? Lebih banyak ruang? Bukankah ini merupakan kelan-
jutan dari alam semesta? Di manakah ujungnya? Dapatkah pikiran Anda
memahami alam semesta yang tak berujung pangkal? Berhentilah sesaat
dan renungkan hal itu.
Atau bagaimana dengan jurang maut? Dapatkah Anda membayang-
kan terjun ke sebuah lubang di mana Anda tidak pernah mendarat? Anda
tidak akan pernah membentur atau bahkan melihat dasarnya. Anda terus
terjun selama-lamanya. Dua hal, bukan hanya satu, demikian singkatnya
penalaran kita dalam hal ini: pertama, bahwa tidak ada dasar pada lubang
itu; kedua, kita mengalami waktu jatuh yang tiada akhirnya. Memang
sulit dipahami, dan kedengarannya seperti sebuah konsep fiksi ilmiah,
namun tempat tersebut disebutkan tujuh kali dalam Alkitab.
Bagaimana dengan Allah sendiri, Sang Pencipta manusia? Ber-
hentilah sejenak dan merenungkan permulaan-Nya—atau saya harus

10 Digerakkan oleh Kekekalan


mengatakan, tanpa awal. Alkitab menyatakan bahwa Dia adalah “dari
selama-lamanya sampai selama-lamanya.” Jika Dia tidak lahir—jika
tidak ada orang yang menciptakan-Nya—lalu bagaimana Dia menjadi
sebagaimana adanya Dia? Bagaimana Dia berevolusi?
Kebenarannya adalah Dia tidak berevolusi menjadi Allah, sebab pe-
mazmur menyatakan, “Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi
dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-la-
manya Engkaulah Allah. Sebelum gunung-gunung melahirkan, atau per-
nah Anda telah membentuk bumi dan dunia, bahkan dari kekal sampai
kekal, Anda adalah Tuhan” (Mazmur 90:2). Renungkan hal ini sejenak.
Jika Anda merenungkannya, Anda akan mencegah penalaran intelektual
Anda karena kitab Ayub menyatakan, “Tidak ada yang bisa memahami
kekekalan.”

Ditaruh Dalam Hati Kita


Yang sebenarnya dinyatakan tak terjangkau oleh pikiran logis kita dita-
ruh di dalam hati kita oleh Sang Pencipta. Kekekalan diketahui di dalam
hati kita. Kekekalan ini lahir di setiap manusia. Inilah sebabnya mengapa
“Orang bebal berkata dalam hatinya: Tidak ada Allah.” (Mazmur 14:1).
Perhatikan Alkitab tidak menyatakan, “Orang bebal berkata dalam
pikirannya.” Banyak penganut ateis yang secara tegas menyangkal ke-
beradaan Allah, namun dalam hati mereka tahu bahwa Dia ada, karena
kekekalan tertanam di situ. Mereka belum mengeraskan hati mereka
hingga keadaan yang benar-benar memburuk.
Saya memiliki seorang teman yang, tahun lalu, adalah seorang ateis
yang gigih—atau demikian menurut dia. Ia tidak akan mengizinkan
siapa pun bersaksi kepadanya. Bahkan, suatu hari ia merobek Alkitab
dari tangan seorang rekan kerja, melemparnya ke tanah, dan mengin-
jak-injaknya, mengutuki orang itu dan Alkitabnya. Ia menuding pria
Kristen ini lemah dan bodoh.

yang kekal 11
Kemudian, setelah bertahun-tahun mengaku sebagai penganut
ateisme, pria itu menderita sakit dada yang parah. Dokter menganjurkan
dia untuk menjalani operasi pemeriksaan. Mereka langsung menyim-
pulkan dan memberitahunya bahwa ia memiliki waktu kurang dari dua
puluh empat jam untuk bertahan hidup.
Sementara ia berbaring di tempat tidur malam itu, ia menyadari
bahwa ia akan pergi ke tempat tinggalnya yang kekal dan tempat itu
sama sekali tidak diinginkannya. Bagaimana dia tahu itu, padahal ia
tidak mengizinkan siapa pun membagikan Kitab Suci kepadanya? Mung-
kinkah ia memiliki kekekalan yang terpendam dalam hatinya? Sama se-
perti Kitab Suci menyatakan tentang seluruh umat manusia, “Karena apa
yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah
telah menyatakannya kepada mereka” (Roma 1:19 TLB).
Malam itu jantung teman saya berhenti berdetak. Ia meninggalkan
tubuhnya dan turun ke dalam kegelapan yang pekat. Suasana begitu gelap
gulita sehingga ia merasa kegelapan menyelimutinya; tidak ada secercah
cahaya yang bisa terlihat. Setelah terjun beberapa saat lamanya, ia men-
dengar jeritan mengerikan dari jiwa-jiwa yang tersiksa. Ia terseret oleh
kekuatan yang sangat besar sampai ke gerbang neraka ketika tiba-tiba ia
mampu tertarik kembali ke tubuhnya. Ia telah hidup kembali.
Keesokan harinya ia menghubungi satu-satunya orang Kristen yang
ia kenal. Temannya datang dan memberitakan Injil keselamatan melalui
Yesus Kristus. Setelah pria itu menerima Yesus Kristus dalam hidupnya
sebagai Tuhan dan Juruselamat, temannya berdoa bagi kesembuhannya.
Tiga minggu kemudian dia berjalan keluar dari rumah sakit. Ia bertahan
hidup selama beberapa dekade berikutnya sebelum ia menerima upah
kekalnya. Ia adalah mukjizat yang hidup.
Sebagai seorang ateis, orang ini menyatakan bahwa tidak ada Allah,
namun kekekalan terpendam di dalam hatinya. Di sisi lain, orang bebal
adalah orang yang tidak hanya menyangkal Allah dalam pikirannya tetapi
juga telah menolak dalam hatinya sampai kedalaman hati nuraninya
yang telah membeku. Ia berada di luar jangkauan. Memang penting me-

12 Digerakkan oleh Kekekalan


megang teguh keyakinan akan kecerdasan Anda. Hal itu dapat diubah.
Tetapi hal yang berbeda adalah apabila Anda benar-benar mengeraskan
hati. The New Unger’s Bible Dictionary memberikan definisi ini: “Dalam
Kitab Suci, ‘orang bebal’ adalah terutama orang yang mengabaikan takut
akan Allah dan berpikir dan bertindak seolah-olah dengan mudahnya ia
bisa mengabaikan prinsip-prinsip abadi akan kebenaran Allah.”3
Orang bebal sebenarnya mengakui Allah dalam pikirannya, tetapi
ia menyangkal keberadaan-Nya di dalam hatinya, yang tercermin dalam
cara hidupnya. Takut akan Allah adalah apa yang membuat hati kita tetap
berada dalam jangkauan Roh Kudus. Jika ini hilang, tidak ada harapan
yang tersisa bagi kita. Paulus berkata, “Hai saudara-saudaraku, baik yang
termasuk keturunan Abraham, maupun yang takut akan Allah, kabar ke-
selamatan itu sudah disampaikan kepada kita.” (Kisah Para Rasul 13:26).
Hanya mereka yang takut akan Allah yang mampu mendengar firman
tentang kehidupan kekal.

Definisi Kekekalan
Kekekalan telah terpendam di dalam hati kita, meskipun rasanya mus-
tahil untuk memahaminya dengan pikiran kita. Jadi dalam mendefi-
nisikannya, saya meminta Anda untuk mendengarkan dengan hati.
Bahkan, sama perlunya bagi Anda untuk mendapatkan keuntungan dari
seluruh buku ini. Bagaimana cara melakukannya? Pertama-tama, akui-
lah kebutuhan Anda akan Roh Kudus untuk membimbing Anda, dan
mohon pertolongan-Nya. Dia akan bersatu dengan manusia batin dan
bukan pikiran Anda. Kedua, berhentilah sejenak untuk merenungkan
dan bermeditasi ketika hati Anda tersentuh atau terpikat oleh pernyataan
akan kebenaran. Jangan buru-buru melewatkan buku ini; jika demikian,
maka manfaat yang Anda terima akan terbatas.
Untuk menerima dampak penuh dari firman Allah yang kekal bagi
Anda, terapkan dua langkah ini dan Anda akan berubah selamanya.
Daud mengatakan, “Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya

yang kekal 13
aku jangan berdosa terhadap Engkau” (Mazmur 119:11). Jangan hanya
membaca untuk pemahaman akal budi, yang dapat dengan mudah ter-
lupakan atau hilang, tetapi biarlah Firman Allah tersembunyi di dalam
hati Anda melalui perenungan dan doa.
Kekekalan adalah untuk selama-lamanya; tidak ada akhirnya.
Namun, ini bukan hanya persoalan waktu yang tidak berkesudahan,
karena kekekalan tidak bergantung pada waktu. Kekekalan melampaui
waktu. Berbicara mengenai kekekalan semata-mata dalam hal durasi
yang kekal berarti melewatkan seluruh gambarannya.
Untuk menangkap maksud kekekalan, kita harus berpaling kepada
Allah sendiri. Dia tidak terbatas dalam kuasa, pengetahuan, hikmat,
pengertian, atau kemuliaan—demikianlah beberapa di antaranya. Dia
selalu ada; dulu dan sampai selama-lamanya Dia tetap Allah. Dia disebut
“Bapa yang Kekal” (Yesaya 9:5). Terjemahan harfiah Young mengenai
kalimat tersebut berbunyi “Father of Eternity.”4 Dia disebut “King of
eternity” atau Raja segala zaman (1 Timotius 1:17 AMP). Semua yang
abadi ditemukan di dalam Dia; bahkan, kekekalan itu sendiri ditemu-
kan di dalam Dia. Semua yang berada di luar Dia adalah fana dan akan
berubah. Tidak peduli seberapa baik, mulia, berkuasa, atau kekal keliha-
tannya, pada akhirnya semua itu akan berakhir. Bahkan bumi dan alam
semesta akan berlalu, tetapi Dia tidak akan pernah berubah:

Dan: Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi,


dan langit adalah buatan tangan-Mu. Semuanya itu akan binasa,
tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang
seperti pakaian; seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan
seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan
tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan. (Ibrani 1:10-12 NLT)

Dia bukan hanya tak berkesudahan, tetapi Dia juga tetap sama. Al-
kitab menyatakan:

14 Digerakkan oleh Kekekalan


“Sebab: Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala
kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan
bunga gugur, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya. Inilah
firman yang disampaikan Injil kepada kamu.” (1 Petrus 1:24-25)

Allah itu kekal; karena itu, apa yang Dia firmankan adalah kekal. Dia
tidak bisa berdusta, apa saja yang difirmankan-Nya tidak pernah gagal.
Jika tidak demikian, maka semua akan jatuh ke dalam kegelapan yang
pekat, karena Dia adalah terang dan menjunjung tinggi segala sesuatu
dengan Firman-Nya.
Firman-Nya tidak akan pernah berubah, atau jika tidak maka Dia
tidak akan lagi kekal. Itulah dasar yang teguh yang di atasnya kita dapat
membangun kehidupan kita.

Hukuman Kekal
Banyak orang di zaman sekarang tidak membangun hidup mereka pada
sesuatu yang abadi (Firman Allah) tetapi lebih pada pemikiran budaya,
tradisi, asumsi, dan perasaan tentang siapakah Allah. Ini tidak hanya ber-
laku bagi orang yang bukan Kristen tetapi juga banyak orang percaya.
Sungguh suatu hal yang menakutkan apabila percaya bahwa sesuatu
yang fana merupakan kebenaran abadi. Jika seseorang berbuat demikian,
maka dasar mereka sudah rusak. Mereka sedang mempersiapkan diri
untuk terjun bebas. Mereka percaya kebohongan dan berada dalam
keadaan tersesat.
Saya heran pada berapa banyak orang yang saya temui yang melan-
daskan hidup mereka pada apa yang fana. Beberapa orang memberitahu
saya tentang Allah dan kepercayaan mereka pada Anak-Nya, tetapi Pri-
badi yang mereka nyatakan bukanlah Pribadi yang terungkap dalam Fir-
man-Nya. Penyesatan mengakar kuat. Bagaimana mungkin mereka bisa
percaya pada apa yang semata-mata mereka bayangkan dalam pikiran

yang kekal 15
mereka sendiri, ide-ide yang dibentuk oleh masyarakat yang telah dinya-
takan bertentangan dengan sifat Allah? Yesus berkata:

Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia


sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang
akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab Aku berkata-kata
bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah
yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku
katakan dan Aku sampaikan. (Yohanes 12: 48-49)

Ada Hari Penghakiman, yang telah ditetapkan sejak dunia dija-


dikan (lihat Kisah Para Rasul 17:31). Hari itu tidak akan mendatangkan
wahyu baru mengenai kebenaran; namun, hari itu akan mengukur segala
sesuatu menurut apa yang telah difirmankan. Firman Allah, yang saat
ini kita miliki, akan menghakimi kita di hari terakhir. Inilah kekeka-
lan. Inilah kesudahannya. Tidak ada pengecualian, perubahan, atau
perbaikan. Bukankah sangat berguna bagi kita apabila mengetahui dan
hidup menurut apa yang Dia firmankan—daripada berasumsi tentang
apa yang difirmankan-Nya?
Hukuman yang dilaksanakan hari itu disebut kekal (lihat Ibrani 6:2).
Dengan kata lain, keputusan yang dibuat hari itu—yang akan didasar-
kan pada bagaimana kita menyelaraskan hidup kita dengan Firman Allah
yang kekal—akan menentukan bagaimana kita menghabiskan seluruh
kekekalan! Tidak akan pernah ada perubahan apa pun pada keputusan
itu, yang merupakan hukuman kekal.
Begitu banyak orang, baik orang percaya maupun tidak, yang dengan
bodoh membiarkan penghakiman yang sudah ditetapkan itu bergerak
cepat menghampiri mereka tanpa pemberitahuan. Mereka telah meyakini
pengharapan palsu dalam beberapa konsep yang tidak ditemukan dalam
Alkitab. Beberapa orang berpikir bahwa Allah akan memperhitungkan
semua kebaikan yang telah mereka perbuat, dan jika perbuatan baik itu
melebihi yang buruk, maka mereka akan beroleh kemurahan. Orang

16 Digerakkan oleh Kekekalan


lain yang mengakui pengalaman lahir baru telah berpikir bahwa mereka
tidak akan berdiri di hadapan Yesus sebagai Hakim karena Dia adalah
Juruselamat mereka. Mereka percaya bahwa mereka terbebas dari segala
bentuk penghakiman. Namun mereka akan sangat terkejut. Kemudian
ada beberapa orang yang berpikir semuanya akan berjalan baik. Mereka
percaya pada kemurahan yang tidak alkitabiah.
Tak satu pun dari konsep tersebut yang sesuai dengan apa yang di-
ungkapkan dan diajarkan dalam Perjanjian Baru. Konsep-konsep ini dan
banyak lagi lainnya yang telah dirancang orang-orang dalam imajinasi
mereka sendiri adalah hal yang fana dan tidak akan bertahan pada hari
itu. Akan ada laki-laki dan perempuan yang sangat terguncang, dan
saya sendiri berpikir bahwa akan ada lebih banyak orang yang mengaku
Kristen daripada orang-orang tidak beriman yang terguncang pada Hari
Penghakiman kelak.

Keberanian Percaya Pada Hari Penghakiman


Kita tidak perlu menyongsong hari penghakiman dalam ketakutan. Kita
bisa menghadapinya dengan keberanian percaya:

Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita
mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama
seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. (1 Yohanes 4:17 NLT)

Perhatikan kata-kata “Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di


dalam kita.” Kunci yang akan memberikan kita keberanian percaya pada
hari penghakiman adalah kasih Allah yang dijadikan sempurna (atau de-
wasa) dalam diri kita.
Nah, dalam hal inilah banyak jemaat di gereja menjadi goyah. Me-
reka memandang kasih Allah dalam hal fana, tidak kekal. Ada sebuah
pengertian akan kasih dan kebaikan yang dijunjung tinggi oleh ma-
syarakat dan banyak jemaat di gereja, tetapi ditentukan oleh standar ma-

yang kekal 17
nusia. Konsep-konsep ini sebenarnya bertentangan dengan kasih Allah.
Saya akan menerangkan beberapa contoh yang umum.
“Kami saling mencintai dan berencana menikah.” Hal ini sering di-
nyatakan ketika dua orang melakukan hubungan seks di luar nikah. Ini
tidak hanya berdosa bahkan meskipun mereka tetap meneruskan dan
menikah, namun sering kali saya menyaksikan bahwa orang-orang yang
membuat pernyataan seperti ini akhirnya tidak menikah. Mereka sudah
lupa nasihat yang tegas, “Hendaklah kamu semua penuh hormat terha-
dap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab
orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah. Pernikahan harus
dihormati oleh semua, dan tempat tidur pernikahan terus murni, karena
Allah akan menghakimi pezinah dan semua sundal” (Ibrani 13:4 NIV).
Perhatikan penulis Ibrani tidak mengatakan, “pezinah dan orang-orang
sundal yang tidak datang ke gereja.” Tidak, tetapi semua orang yang
menjalani gaya hidup ini.
“Saya tahu tindakan ini tidak benar, tetapi ini akan membantu me-
nutup transaksi, dan kami akan memastikan mereka mendapatkan per-
lakuan yang adil.” Pengusaha sering mengatakan ini ketika mereka ingin
menjamin penjualan yang mereka yakini baik bagi pelanggan tetapi
mereka perlu sedikit memutarbalikkan fakta agar lebih maju. Ini bukan
hanya dosa kebohongan, tetapi transaksi itu hampir selalu menguntung-
kan bagi satu pihak yang membuat pernyataan itu. Apakah mereka lupa
peringatan yang menyatakan, “Tetapi... semua pendusta (orang-orang
yang dengan sengaja menyampaikan dusta melalui kata-kata atau per-
buatan)—mereka [semua] akan mendapat bagian mereka di dalam la-
utan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang
kedua.” (Wahyu 21:8 AMP)?
“Apa yang saya katakan tentang dia adalah kebenaran.” Orang se-
ring mengatakan ini ketika berbicara negatif (bergosip atau memfitnah)
tentang sesama rekan kerja, teman, bos, dan lain-lain. Faktanya adalah,
Anda bisa saja 100 persen benar dan tetap salah sesuai dengan stan-
dar yang kekal. Jika Anda ingat, anak bungsu Nuh, Ham, melaporkan

18 Digerakkan oleh Kekekalan


ketelanjangan dan keadaan ayahnya yang mabuk berat secara akurat ke-
pada saudara-saudaranya. Namun, sebagai akibat dari tidak menghor-
mati ayahnya, kutuk menimpa garis keturunannya yang berlangsung
secara turun-temurun. Orang-orang yang bergosip dan memfitnah telah
melupakan nasihat kepada orang percaya yang menyatakan, “Sauda-
ra-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalah-
kan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri
di ambang pintu.” (Yakobus 5:9 NLT)?
Contoh-contoh ini tidak akan ada habisnya, tetapi standar umum
yang berlaku adalah bahwa mereka bertentangan dengan kehendak Allah
yang kekal. Fakta yang menakutkan adalah banyak orang yang hidup
dengan cara demikian dan membuat pernyataan yang tampaknya tidak
berbahaya namun tetap datang ke gereja, bertingkah laku sangat baik,
dan dipandang sebagai warga teladan. Tetapi bagaimana mereka dapat
mengukur batas sampai yang kekal?
Yohanes memberi jawaban untuk menyempurnakan (mengembang-
kan) kasih Allah sebelum ini dalam suratnya:

Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia [Aku mengetahui,


mengenal, memahami, dan berkenalan dengan-Nya (Yesus Kristus)],
tetapi ia tidak menuruti (ajaran) perintah-Nya, ia adalah seorang pen-
dusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran [Injil]. Tetapi barangsiapa
menuruti (harta karun) firman-Nya [yang mengingat perintah-Nya,
yang mematuhi pesan-Nya secara keseluruhan], di dalam orang itu
sungguh sudah sempurna kasih Allah... (1 Yohanes 2:4-5 AMP)

Ingatlah bahwa inilah kasih Allah yang sempurna (matang) yang


memberi kita keberanian percaya untuk berdiri di hadapan Hakim kita.
Yohanes menjelaskan bahwa kasih Allah disempurnakan untuk me-
matuhi perintah-perintah-Nya, bukan berperilaku dengan cara yang
baik di mata masyarakat. Perlu diingat bahwa Hawa tidak tertarik pada
sisi jahat dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat;

yang kekal 19
namun, dia tertarik pada sisi yang baik! “Perempuan itu melihat, bahwa
buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya” (Kejadian
3:6 TEV). Penalaran manusia dapat menciptakan bentuk keindahan dan
kebaikan yang bertentangan dengan kasih Allah yang kekal.
Alkitab juga menyatakan bahwa kita tidak dapat mematuhi sebagian
dari perintah Allah dan percaya bahwa kita akan memiliki keberanian
percaya pada Hari Penghakiman. Ini terjadi ketika kita secara cermat
menuruti seluruh Firman-Nya sehingga kasih Allah sempurna. Inilah
sebabnya mengapa Allah memberi kita kasih karunia: yaitu memberi
kita kuasa untuk menuruti firman-Nya sepenuhnya, sedemikian rupa
sehingga berkenan bagi-Nya. “Jadi, karena kita menerima kerajaan yang
tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah ke-
pada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat
dan takut.” (Ibrani 12:28).
Kuncinya adalah mengetahui keinginan Raja dan apakah yang
Dia harapkan, bukan apa yang tampaknya baik bagi masyarakat atau
penalaran manusia. Oleh karena itu Allah menasihati kita, “Janganlah
kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pemba-
haruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak
Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
(Roma 12:2). Apa yang tampaknya baik bagi budaya kita mungkin me-
rupakan penghinaan terhadap keinginan Allah—yang abadi.
Izinkan saya menerangkannya. Saat ini saya duduk di sebuah hotel
di Singapura, di mana saya akan berkhotbah di hadapan hampir dua
puluh ribu orang akhir pekan ini. Saya pernah mengunjungi negeri yang
hebat ini beberapa kali. Saya juga memberitakan Injil di Belanda bebe-
rapa kali. Di Belanda, tidak melanggar hukum apabila memiliki ganja.
Orang-orang di sana bisa merokok secara legal dan tanpa takut hu-
kuman. Namun, di Singapura jika ketahuan memiliki sejumlah narkoba
(sekalipun dalam jumlah kecil), Anda akan ditangkap dan diganjar hu-
kuman berat. Jika tertangkap basah dengan narkoba tertentu, sanksinya
adalah hukuman mati dengan cara digantung! Apabila Anda terbang ke

20 Digerakkan oleh Kekekalan


Singapura, kebijakan ini tertulis tepat di kartu kedatangan: “Kematian
bagi para pelaku perdagangan narkoba menurut Hukum Singapura.”
Nah, bisakah Anda bayangkan jika seorang pemuda Belanda yang
secara rutin merokok ganja bepergian ke Singapura dan membagikan
ganjanya dengan warga Singapura? Dia dengan senang hati berkata ke-
pada teman-teman barunya, “Hei Sobat, ini barang bagus, lho. Obat ini
bisa menenangkanmu, membuatmu teler, dan menghilangkan frustrasi.
Ingin mencobanya sedikit? Aku akan senang berbagi denganmu.”
Pemuda ini segera tertangkap. Ia terguncang. Pertanyaan pertama
yang keluar dari mulutnya kepada polisi adalah, “Mengapa kamu
menangkapku?”
Hari pengadilan tiba. Pemuda asal Belanda ini berdiri di pengadilan
di hadapan hakim, percaya dengan sepenuh hati bahwa ini hanya kebe-
tulan. Hakim mengumumkan kesalahan dan hukumannya.
Pria itu, masih terguncang, berkata, “Yang Mulia, di tempat asal saya
tidak masalah berbagi ganja dengan teman-teman.”
Hakim kemudian berkata, “Kamu tidak berada di Belanda. Ini Singa-
pura, dan di negara ini, perbuatan itu melanggar hukum!”
Keyakinan pemuda asal Belanda itu sirna; ia tidak memiliki alasan
untuk membela diri. Tidak ada jalan lain. Ia sedang berdiri di hadapan
pengadilan tertinggi di negeri itu, dihukum tanpa pembelaan.
Sementara saya sedang berada di Singapura beberapa tahun yang
lalu, seorang pemuda Amerika tertangkap basah karena merusak sebuah
mobil. Ia ditangkap, dihakimi bersalah, dan diganjar hukuman cambuk
dengan rotan. Inilah hukuman yang menimbulkan cedera fisik secara
permanen dengan mencambuk orang pada punggung dengan sejenis ta-
naman bambu yang diberi bahan kimia. Putusan itu tampak ekstrem.
Bahkan Presiden Amerika Serikat berupaya membantu meringankan
hukuman pemuda itu. Namun, tidak berhasil. Pemuda itu melanggar
hukum Singapura dan harus menjalani hukumannya.
Kita semua akan berdiri di hadapan pengadilan tertinggi dari alam
semesta. Keputusan pengadilan ini akan selama-lamanya kekal. Banyak

yang kekal 21
orang akan terguncang dengan putusan atas kehidupan mereka, tetapi
sebetulnya tidak harus. Anda tidak perlu demikian.
Siapkah Anda? Menurut Firman Allah, kita bisa berada di hadapan
Hakim alam semesta dengan keberanian percaya. Buku ini dirancang
untuk membantu Anda mempersiapkan diri. Jika pemuda asal Belanda
itu membutuhkan waktu untuk belajar dan mempersiapkan diri sebelum
memasuki Singapura, ia akan terhindar dari hukuman berat. Jauh lebih
penting bagi kita untuk mempersiapkan diri sebelum menghadapi peng-
hakiman kita sendiri, karena keputusan yang ditetapkan pada Takhta
Pengadilan adalah untuk selama-lamanya.

Upah
Sesungguhnya lebih dari satu penghakiman akan dijalankan dalam
kekekalan. Akan ada penghakiman bagi orang-orang yang tidak beri-
man, bagi orang percaya, dan bahkan bagi malaikat. Keputusan yang
ditetapkan akan berbeda-beda. Akan ada kerugian dan hukuman, dan
akan ada upah. Kita akan membahas hal ini secara mendalam dalam bab-
bab berikutnya, tetapi izinkan saya menjelaskannya sekali lagi bahwa
keputusan yang ditetapkan akan abadi. Ini tidak bisa terlalu ditekankan
lebih jauh lagi; cobalah sekali lagi untuk memahaminya tanpa putus-pu-
tusnya! Inilah kehendak Allah agar kita tahu hal ini sebelumnya dan agar
kita bekerja untuk upah yang datang karena menuruti Firman-Nya. Pau-
lus mengatakan:

Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan


semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang
mendapat hadiah? Karena itu larilah [dalam perlombaanmu] begitu
rupa, sehingga kamu memperolehnya [upah]! Tiap-tiap orang yang
turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya
dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh
suatu mahkota yang fana, tetapi kita [melakukannya untuk mene-

22 Digerakkan oleh Kekekalan


rima mahkota berkat yang kekal] untuk memperoleh suatu mahkota
yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan [yang pasti] dan
aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi [seperti
petinju] aku melatih tubuhku [memperlakukannya secara keras,
mendisiplinkannya secara ketat] dan menguasainya seluruhnya . . .
(1 Korintus 9:24-27 AMP)

Paulus dengan jelas mengatakan, “Sebab itu aku tidak berlari tanpa
tujuan [yang pasti].” Versi lain mengatakan seperti ini: “Sebab itu aku
berlari langsung ke tujuan dengan sepenuh hati dalam setiap langkah”
(ayat 26 NLT—terjemahan harfiah New Living Translation). Demikian-
lah tepatnya yang harus diperbuat setiap manusia—berlari dengan ke-
pastian dan tujuan untuk menang. Kita tidak berlomba dengan orang
lain, hanya diri kita sendiri.

Digerakkan Oleh Kekekalan


Semata-mata berpikir bahwa semuanya akan berjalan baik di Takhta
Pengadilan itu tidaklah cukup. Kita tidak punya alasan, karena Allah
telah menjadikan kehendak-Nya tersedia bagi kita. Akan ada beberapa
orang pada waktu penghakiman yang percaya bahwa mereka telah ber-
buat baik dibandingkan orang-orang di sekitar mereka, namun mereka
tidak akan membiarkan hal yang kekal untuk mengarahkan dan mem-
bangkitkan hidup mereka. Oleh karena itu judul buku ini: Digerakkan
oleh Kekekalan.
Kata digerakkan (driven) berarti “mendorong.” Kata ini juga berarti
“membimbing, mengendalikan, atau mengarahkan.” Definisi lain adalah
“memberikan gaya dorong.” Apakah yang membimbing dan memotivasi
hidup kita di bumi ini? Apakah hal yang kekal atau yang fana? Apakah
didasarkan pada hikmat ilahi? Ataukah kita membandingkan diri kita
dengan orang lain? Apakah kita mendengarkan sanjungan, tradisi, atau
mitos yang dinyatakan di mimbar-mimbar atau sekolah tertentu? Apa-

yang kekal 23
kah dasar yang telah kita bangun atas kehidupan kita akan bertahan di
hadapan Allah pada Takhta Pengadilan, atau apakah segala upaya kita
akan selamanya sirna? Ingatlah, kita sudah tahu apa yang akan menjadi
standar pada penghakiman kita: “...firman yang telah Kukatakan, itulah
yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.” (Yohanes 12:48).
Banyak orang yang mengaku Kristen akan terguncang ketika mereka
berdiri di hadapan Yesus Kristus pada hari penghakiman. Mereka ada-
lah orang-orang yang memperoleh jaminan dalam bagian yang diajarkan
pada Perjanjian Baru tetapi lalai untuk menyelidiki seluruh gambaran itu
dengan tekun. Pertanyaan saya adalah: apakah Anda ingin mengetahui
kebenaran setelah keputusan kekal itu ditetapkan namun terlalu terlam-
bat untuk mengubahnya, atau apakah sekarang Anda ingin tahu dengan
standar apakah Anda akan dihakimi?
Bab berikutnya akan diawali dengan sebuah alegori yang akan ber-
lanjut ke bab berikutnya. Bacalah dengan cermat dan ingatlah setiap
detailnya, karena kita akan lebih sering menyebutnya kembali. Cerita
ini kemudian akan berakhir dalam bab delapan, dan kebenaran yang
terkandung di dalamnya akan dibahas pada seluruh sisa bab di buku
ini. Buku ini berkisah di seputar alegori ini, jadi jangan membacanya
sepintas lalu. Anda mungkin juga ingin membacanya kembali selama
pengajaran berlangsung.
Allah telah berurusan dengan saya secara pribadi tentang sebagian
besar topik yang dibagikan dalam buku ini. Saya akan membagikan ba-
nyak kesalahan saya sendiri, yang telah diteliti oleh Roh Kudus di bawah
mikroskop kebenaran-Nya. Harapan saya adalah kiranya buku ini akan
menggerakkan Anda agar dengan tekun menyelidiki Kitab Suci, se-
hingga Anda dapat memiliki dasar yang kuat untuk berdiri teguh pada
hari penghakiman. Saya akan membagikan beberapa kesalahpahaman
terbesar dalam masyarakat kita yang membuat para pria dan perem-
puan bertumbuh lebih menyimpang dari Pribadi yang mereka akui se-
bagai Juruselamat. Anda akan terkejut, terguncang, dan kadang-kadang
dihajar, tetapi semua itu akan diikuti dengan janji, pengharapan, dan
penghiburan.

24 Digerakkan oleh Kekekalan


Jika Anda berani, inginkanlah kebenaran, dan miliki hati yang ter-
tuju pada Allah, kemudian mari kita lanjutkan. Anda akan senang karena
keputusan ini! Renungkanlah dalam hati nasihat berikut ini:

Supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya,


berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan
kita. Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin
menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sung-
guh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang
baik dan berguna bagi manusia. (Titus 3:7-8 The Message).

yang kekal 25
BAB 2

Kerajaan Affabel:
Kehidupan di Endel
Dan Ia [Yesus] mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan
kepada mereka (ilustrasi atau perbandingan yang diuraikan
selain dari kebenaran untuk menjelaskan kepada mereka) . . .
— Ma rk u s 4 : 2 A MP

uatu ketika ada dunia yang mirip dengan dunia kita sendiri namun
S berbeda dalam berbagai hal. Di dunia tersebut tidak ada negara ba-
gian yang berdiri sendiri, hanya ada satu kerajaan besar yang bernama
Affabel. Meskipun kerajaan ini membentang di seluruh penjuru dunia,
hanya ada satu ibu kota yang menjalankan seluruh kepemimpinan. Ibu
kota itu disebut Kota Besar Affabel, yang mulai saat ini akan kita sebut
sebagai Affabel.
Kota yang menawan ini dipimpin oleh seorang raja yang hebat ber-
nama Jalyn. Raja Jalyn sangat dipuja dan dikagumi oleh rakyatnya. Ia
memancarkan kedalaman kasih yang tampaknya tiada habis-habisnya.
Ia kuat dan bijaksana, namun juga baik dan memiliki selera humor yang
tinggi. Sekalipun sikapnya berwibawa, Jalyn juga ramah. Berada bersama
dia rasanya seperti dilingkupi suasana penuh kebajikan. Kehadirannya
mengangkat setiap aspek kehidupan ke tingkat yang lebih tinggi. Visi
dan pandangannya ke depan sangat mencengangkan, dan ia memiliki
kemampuan luar biasa untuk melihat melampaui tindakan orang-orang
jauh ke kedalaman motif hati mereka.
Ayah Jalyn, yang mendirikan Affabel, dikenal sebagai Bapa Raja
Pendiri. Setelah perintah ditetapkan, ia mengalihkan seluruh pucuk

27
pimpinan kerajaan kepada putranya. Penduduk kota besar itu membantu
menjalankan pemerintahan Jalyn di wilayah terpencil di kerajaan itu.
Hal ini dilakukan melalui sistem hierarki kewenangan dan kepemim-
pinan di kota yang berkuasa itu.
Kota ini sangat besar, dengan daratan sekitar dua ratus mil persegi.
Kota ini dirancang sangat bagus sehingga meskipun padat penduduknya,
namun tidak pernah terasa penuh sesak. Kota ini adalah gabungan dari
daerah pinggiran, pemukiman kota, dan vila-vila.
Terletak di daerah dataran, yang membentang ke arah ujung barat
Affabel, terdapat hunian sederhana kaum buruh. (Rumah sederhana
mereka dianggap luar biasa mewah di dunia kita sekarang.) Walaupun
pekerjaan mereka sangat berat, warga tersebut sangat bersyukur karena
telah menetap di kota raja ini.
Daerah pegunungan di perbatasan utara dan selatan adalah rumah
bagi para seniman. Mereka adalah orang-orang yang terampil di bidang
seni kreatif musik, menulis, melukis, dan desain. Rumah ini memiliki
pemandangan yang indah dan lebih luas dari rumah buruh.
Bagian yang paling memukau dari kota ini adalah kawasan timur,
yang terdiri dari vila-vila megah. Daerah ini dikenal sebagai Pusat Kera-
jaan. Lingkungan luas inilah tempat raja tinggal dan menghabiskan se-
bagian besar waktunya. Kawasan ini juga merupakan tempat kediaman
bagi orang-orang yang bekerja paling dekat dengan raja; di sinilah pe-
merintahan dan para pemimpinnya bergaul dan bekerja bersama-sama.
Pusat Kerajaan menonjol seperti sebuah permata di atas tebing yang
menghadap ke pantai Laut Besar. Angin sepoi-sepoi tak henti-hentinya
berembus dari laut biru dan menyejukkan kota. Perairan tersebut di-
batasi oleh pantai pasir putih yang paling bersih, yang keindahannya
hanya terkalahkan oleh taman-taman kerajaan. Taman ini terletak di
seluruh Pusat Kerajaan, menambahkan warna-warni dan semangat di se-
tiap belokan. Tidak diragukan lagi inilah tempat kediaman yang paling
didambakan di Affabel. Keindahan setiap rumah hanya terlampaui oleh
kemegahan istana raja.

28 Digerakkan oleh Kekekalan


Di tengah-tengah Affabel, terdapat pohon kehidupan. Hanya para
pengikut raja yang memiliki hak istimewa untuk menyantap buah yang
menakjubkan ini. Buah ini tidak hanya lezat dan sedap dipandang mata;
namun juga memiliki kekuatan ajaib dalam daging buahnya yang ber-
aroma semerbak.

Masyarakat Endel
Di sebelah barat dataran Affabel terdapat Hutan Belantara Luar, yang
membentang selama hampir enam puluh mil ke Sungai Besar Adonga.
Setelah menyeberangi Adonga, Anda akan menemukan bagian lain dari
kerajaan ini, yang disebut Endel. Saat lahir, anak-anak dari warga Affabel
segera dibawa ke provinsi Endel. Sebelum lewat minggu pertama setelah
kelahiran, mereka dipercayakan pada asuhan para perawat raja.
Setelah warga muda ini—atau disebut juga warga Endel—berusia
lima tahun, mereka dibawa ke Sekolah Endel tempat mereka menerima
didikan selama jangka waktu sepuluh tahun. Di sana mereka belajar cara
hidup Affabel dan tentang Raja Jalyn agung.
Hanya perawat raja dan para guru yang telah menikmati kesempatan
untuk bertemu Jalyn. Setiap lima tahun atau lebih, Jalyn akan mengun-
jungi Endel secara diam-diam untuk berbagi kasih sayang dengan seko-
lah dan anak-anak di sana. Ia tidak pernah membiarkan kehadirannya
diketahui semua orang, meskipun demikian, kebaikannya jelas terpancar
di setiap aspek Endel.
Sepuluh tahun di Sekolah Endel bertujuan mempersiapkan masa
depan para siswa. Pada usia lima belas tahun, mereka akan memiliki
masa yang singkat untuk menerapkan semua yang telah diajarkan ke-
pada mereka. Dalam rentang waktu ini mereka akan diberi kepercayaan
untuk memegang bagian kekayaan dan tanggung jawab. Bagaimana
mereka menjalani masa muda dan segala sumber daya mereka akan di-
tentukan oleh bagaimana dan di mana mereka akan menghabiskan sisa
hidup mereka, yang di dunia mereka berkisar seratus lima puluh tahun.

kerajaan affabel: kehidupan di endel 29


Sekalipun musim ujian persisnya adalah lima tahun, setiap siswa tidak
akan menyadarinya. Mereka semua diberitahu bahwa rentang waktu itu
tidak akan melebihi sepuluh tahun. Pada akhir masa ini, masing-masing
siswa akan menghadap raja untuk menyampaikan catatan tentang pi-
lihan hidup mereka.
Masa ujian ini menentukan kesetiaan siswa. Mereka yang menuruti
peraturan Jalyn melalui perkataan dan tindakan mereka berarti menga-
kui kepemimpinannya. Mereka akan diakui sebagai warga Affabel. Pi-
lihan mereka akan menjamin upah yang sesuai bagi mereka.
Namun, jika para siswa membangkang dan hidup sesuai kemauan
mereka sendiri selama musim ujian, mereka akan diasingkan ke tanah
Lone. Lone adalah padang gurun yang gelap pekat dan kelam di mana
kesepian dan keputusasaan mencengkam.
Di sana orang-orang yang membangkang akan menderita siksaan
berat dan penjara seumur hidup. Orang pertama yang dibuang ke tem-
pat kehancuran ini adalah Dagon, yang menjadi penguasa gelap pendiri
Lone. Sekalipun ia telah memberontak terhadap Jalyn bertahun-tahun
sebelumnya, pengaruhnya masih melekat di tanah Endel. Warga Endel
yang mengakui kekuasaan Jalyn akan terbebas dari kuasa gelap Dagon.
Namun, mereka yang menolak melayani Jalyn akan tetap berada di
bawah pengaruh penguasa yang sudah jatuh dalam dosa ini.
Untuk menghalangi masuknya setiap kuasa kegelapan di kerajaan-
nya, Raja Jalyn agung terpaksa menetapkan sebuah keputusan untuk
melindungi integritas dan infrastruktur sosial Affabel. Barang siapa yang
mengikuti jalan Dagon dan menolak mengakui Jalyn sebagai raja melalui
perkataan dan tindakan mereka akan dibuang selama sisa hidup mereka
ke tanah Lone.
Jadi demikianlah cerita kita. Kita akan mengikuti kehidupan lima
siswa Endel. Nama mereka adalah sebagai berikut: Merdeka, Sesat,
Lemah Hati, Egois, dan Amal. Saya akan memperkenalkan mereka
masing-masing.

30 Digerakkan oleh Kekekalan


Merdeka
Merdeka terus mempertanyakan keberadaan Affabel. Anak muda ini be-
nar-benar tidak percaya ada orang yang disebut Jalyn, yang tidak pernah
ia jumpai atau lihat, yang tidak hanya menuntut kesetiaannya, tetapi
juga kepatuhan yang ketat pada “daftar aturan.” Dia menduga ini hanya
siasat untuk mengekang dirinya dan siswa-siswa lain di bawah kendali
para guru. Dengan penuh penghinaan, ia menolak untuk mengikuti ke-
las-kelas dan belajar tentang kerajaan fantasi ini.
Merdeka mengejek siswa lain yang percaya omong kosong seperti
itu. Ia berniat hidup seakan-akan ia merasa betah dan tetap bebas dari
hukum Jalyn. Satu-satunya pengecualian adalah jika maklumat raja
menyampaikan tujuannya. Maka ia akan patuh, tetapi itu pun hanya
karena niatnya. Ia tidak ragu memberitahu orang lain bahwa ia tidak
akan menyerahkan hidupnya pada kehendak orang lain.

Sesat
Sesat tidak mempertanyakan keberadaan Affabel. Anak muda ini per-
caya pada Raja Jalyn dan bahkan senang akan janji-janjinya. Dengan
pikiran dan ucapannya, ia setuju pada ajaran dan kebijakan sekolah,
namun sebagian besar gaya hidupnya bertentangan dengan ajaran me-
reka. Ia menyatakan kesetiaannya kepada raja dan ajaran-ajarannya dan
ikut berpartisipasi dalam pesta-pesta sekolah ketika mereka bergembira
ria, tetapi jika ia tidak melihat ada keuntungan bagi dirinya sendiri, pan-
dangannya cepat berubah. Gaya hidupnya bertentangan dengan gaya
hidup para pengikut sejati Jalyn, dan karena kepribadiannya yang kuat, ia
secara licik memikat orang lain ke dalam jalan-jalannya. Ia tidak pernah
berhenti memikirkan musim ujian dan penghakimannya yang tertunda.
Sesat bisa bergaul akrab dengan Merdeka, sekalipun mereka tidak
sepakat tentang keberadaan Jalyn. Sesat adalah orang yang menyenang-
kan dan mereka berdua memiliki kepentingan yang sama, sehingga
Merdeka senang berada bersamanya.

kerajaan affabel: kehidupan di endel 31


Lemah Hati
Lemah Hati adalah orang yang paling antusias dari semua siswa. Gadis
muda ini sering angkat bicara di kelas dan terus-menerus mencapai nilai
terbaik. Ia sangat aktif dan biasanya memulai kegiatan ekstrakurikuler
untuk membantu meningkatkan keterlibatan siswa dalam masyarakat.
Siapa pun yang menilai semua siswa akan mengatakan dialah yang paling
bersemangat tentang Jalyn.

Egois
Egois juga percaya pada Jalyn dan ajaran-ajarannya. Anak muda ini tidak
meragukan keberadaan Affabel dan juga cukup vokal. Ia percaya bahwa
Jalyn adalah seorang penguasa hebat dan hakim yang baik sehingga ia
akan mengasihani semua orang yang mengaku setia kepadanya. Namun
anak muda ini berfokus pada persepsinya yang terbatas tentang ajaran
dan karakter Jalyn. Ia telah lupa bahwa Jalyn adalah pemimpin yang adil
dan suci serta penuh welas asih dan penyayang. Jadi Egois telah mengem-
bangkan pandangan yang menyimpang tentang siapa Jalyn sebenarnya.
Ia percaya bahwa Sesat, Lemah Hati, dan Amal pasti akan menjadi ba-
gian dari kerajaan Jalyn yang masyhur, meskipun ia agak prihatin dengan
pertentangan Merdeka.
Egois percaya semua yang mengakui Jalyn secara verbal dan menja-
lani kehidupan yang tidak melanggar setiap hukum utama akan mem-
peroleh jalan masuk ke Affabel. Namun, sesuai dengan namanya, Egois
senang mencari kepentingan diri sendiri, dan sering kali kebaikan yang
diperbuatnya termotivasi oleh keuntungan pribadi. Kadangkala, ia ter-
motivasi oleh belas kasihan, tetapi ketika dorongan mulai mendesak,
Egois mulai mencari kepentingannya sendiri.

32 Digerakkan oleh Kekekalan


Amal
Perempuan muda kita yang terakhir, Amal, adalah salah satu orang yang
bersungguh-sungguh dan mematuhi hukum Raja Jalyn. Ia tidak hanya
belajar prinsip-prinsip sang raja, tetapi juga berupaya mengetahui inti
di balik setiap perintahnya. Ia menghabiskan banyak waktu untuk me-
ngetahui dan memahami kehendak Jalyn. Ini berarti berjam-jam belajar
dan bebas mengabdikan dirinya demi kebaikan sekolah dan masyarakat
Endel. Ia tahu setelah usianya mencapai lima belas tahun, waktunya sa-
ngat singkat untuk mewujudkan keinginan sang raja agung. Tujuannya
adalah hidup sepenuhnya demi kejayaan Jalyn, dan ia tidak akan mem-
biarkan apa pun yang akan menguntungkan dirinya menghalangi tujuan
utama ini.
Amal mencintai Jalyn dan merindukan momen untuk berjumpa
dengannya. Ia sungguh-sungguh mematuhi sang raja dan sering berbi-
cara dengan orang lain tentang kebaikannya. Karena itu ia sering diejek
dan diasingkan. Walaupun ia telah menderita karena kesetiaannya yang
teguh kepada hukum Jalyn, tidak ada yang akan menghalangi dia untuk
tetap setia kepada sang raja.

Para Lulusan
Kelima warga Endel ini menginjak usia lima belas tahun. Akhirnya hari
yang ditentukan telah tiba, dan mereka lulus bersama-sama dengan dua
ribu siswa lainnya. Masing-masing diberi kepercayaan dengan komisi
tertentu dan jumlah dana awal yang sesuai. Jumlah ini telah ditetapkan
oleh Jalyn dan didistribusikan oleh kepala sekolah setelah kelulusan.
Di antara kelima siswa tersebut, pembagian itu demikian: Merdeka
menerima investasi lima puluh lima ribu, Sesat dan Lemah Hati masing-
masing menerima empat puluh ribu, Egois menerima dana paling besar
yaitu tujuh puluh lima ribu, dan Amal menerima dua puluh lima ribu.
Dengan uang di tangan mereka, warga muda ini dilepas dengan bebe-
rapa instruksi terakhir.

kerajaan affabel: kehidupan di endel 33


Penjual
Meskipun Merdeka jarang mengikuti kelas, ia merasa sepertinya beberapa
ajaran masih memenuhi otaknya. Ada saat-saat ketika ia bertanya-tanya
apakah kekonyolan sekolah itu benar-benar bisa menjadi kenyataan. Jika
demikian, ia berharap perilakunya tidak akan memengaruhi bagian in-
vestasi yang akan diberikan kepadanya setelah lulus sekolah.
Tangan Merdeka gemetar saat ia menerima amplop berisi bagian
yang dipercayakan kepadanya. Setelah membukanya, ia harus menekan
rasa kagetnya sekaligus merasa lega setelah melihat jumlah yang telah
diberikan kepadanya. Ia bahkan lebih bersemangat lagi ketika menyadari
bahwa ternyata ia menerima lima belas ribu lebih banyak dari Lemah
Hati dan dua kali lipat lebih besar dari Amal. Ia berpikir, Buang-buang
uang saja! Amal dan Lemah Hati menghabiskan waktu mereka di kelas-ke-
las yang tidak berguna dan meluangkan begitu banyak jam ekstra, dan kini
mereka mendapat sedikit bagian yang dapat dipamerkan.
Pengalaman ini benar-benar menambah keyakinan Merdeka bahwa
Jalyn itu fiktif. Ia berpikir bahwa beberapa orangtua siswa, yang menghi-
lang beberapa tahun silam, telah meninggalkan uang ini. Pandangannya
berkembang bahwa kisah Raja Jalyn hanya tipu muslihat belaka yang
diciptakan oleh pihak sekolah untuk mengekang kehidupan anak-anak
mereka dan mencegah mereka menjadi pemikir bebas.
Setelah beberapa minggu merayakan kelulusannya, Merdeka me-
nyadari bahwa ia harus mendirikan sebuah usaha. Ia mulai panik melihat
begitu cepatnya ia mulai kehabisan dana bagiannya.
Merdeka memulai usaha penjualan mobil dan menyadari bahwa ia
adalah seorang penjual hebat. Usahanya berjalan sangat lancar. Banyak
lulusan baru menggunakan sebagian dana awal mereka untuk membeli
mobil bekas atau bahkan baru dari koleksi Merdeka. Saat keuangannya
berlipat ganda, ia mengembangkan usaha bisnis lain dan juga meraup
sukses di bidang itu. Karena asetnya bertambah, ia mengembangkan dan
meningkatkan gaya hidup pribadinya. Ia segera menyadari bahwa uang
adalah sumber pengaruh yang menakjubkan, dan tampaknya memi-

34 Digerakkan oleh Kekekalan


liki kekuatan untuk membeli kebahagiaan. Kekayaan, aset, dan gaya
hidupnya yang berkembang pesat juga memiliki kekuatan untuk memi-
kat para gadis, yang membuat hidup rasanya lebih menyegarkan.
Merdeka tidak menghadiri pertemuan mingguan masyarakat, tetapi
ia masih dianggap sebagai warga negara yang sangat baik oleh sebagian
besar orang karena mereka menghargai dukungannya terhadap proyek-
proyek masyarakat. Ternyata hidup tidak bisa lebih baik bagi warga Endel
yang suka bekerja keras ini.

Pembangun dan Pengembang


Sesat lebih bahagia lagi merayakan bersama Merdeka selama beberapa
minggu. Walaupun ia tidak menerima banyak seperti yang didapat-
kan orang lain, ia senang bagiannya lebih besar dari Amal. Ini mene-
gaskan persepsinya yang menyimpang tentang Jalyn sebagai raja yang
sangat murah hati sehingga persoalan tertentu sebenarnya tidak menjadi
masalah.
Sesat bebas berhubungan seksual dengan beberapa gadis yang dia
kencani di sekolah, meskipun ini bertentangan dengan ajaran yang dia
terima. Ia melihat tidak ada konflik di dalamnya karena ia sangat percaya
pada Jalyn dan kerajaannya. Ia telah membentuk pendekatannya sendiri
pada kehidupan: Selama aku terus menegaskan kesetiaanku kepada Jalyn
dan tidak terlalu menyakiti siapa pun, aku akan tetap memiliki kedudukan
yang baik di hadapan raja. Ia berpikir Jalyn memahami bahwa setiap
orang memiliki kebutuhan dan tidak ada yang sempurna. Ia yakin semua
kesalahannya akan terbayar pada hari penghakiman oleh kemurahan dan
anugerah Jalyn karena ia percaya kepada raja dengan sepenuh hati. Be-
berapa minggu setelah lulus, Sesat memulai usahanya sendiri.
Ia menjadi seorang pembangun rumah. Awalnya, ia berjuang untuk
mencari pelanggan. Model rumahnya sangat unggul dalam segala hal,
tetapi ia tidak bisa menemukan pembeli yang berkomitmen. Beberapa
orang berpikir harganya selangit; yang lain hanya tidak mampu membeli
rumah bagus seperti itu. Karena putus asa, Sesat menurunkan harganya.

kerajaan affabel: kehidupan di endel 35


Sesat masih menggunakan model rumahnya yang bagus untuk
menarik pelanggan. Dia terus mengumbar janji-janji seperti sebelum-
nya, tetapi ia mulai memasukkan bahan bangunan dari kelas yang jauh
lebih rendah dari yang sebelumnya dia tampilkan atau janjikan. Bahkan,
beberapa bahan bangunannya melanggar peraturan dan standar Endel.
Sesat berdalih bahwa para anggota parlemen yang mengatur undang-un-
dang ini terlalu berhati-hati. Ia yakin bahan pilihannya akan tetap ber-
tahan di bawah tekanan atau kondisi cuaca apa pun. Karena rumah
Sesat ini tampaknya memberikan penawaran yang bagus, maka warga
Endel mulai tertarik menandatangani kontrak lebih cepat daripada pem-
bangunan rumah itu. Bisnis akhirnya bertumbuh.
Selang beberapa tahun, Sesat memutuskan untuk beralih ke pengem-
bangan lahan. Ia lelah dengan keluhan para pelanggan. Ia merasa, setelah
lahan itu terjual, ia akan terbebas dari semuanya. Ia tidak akan berurusan
dengan perbaikan barang-barang jaminan lagi.
Sesat sangat gembira ketika menemukan sebuah lahan dengan harga
sekitar seribu per are. Transaksi itu tampaknya mustahil untuk terwu-
jud. Tetapi penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan dataran itu adalah
lahan banjir. Informasi ini hanya diketahui oleh segelintir orang, yang
semuanya adalah teman-teman Sesat. Ia membujuk anggota dewan kota
yang adalah salah satu teman Merdeka untuk menyetujui pembangunan-
nya tanpa pengujian geologi yang layak. Bagaimanapun, tidak pernah
ada banjir semasa hidupnya, memangnya ada masalah? Transaksi itu ber-
jalan lancar tanpa hambatan. Setelah ini, tampaknya kehidupan tidak
bisa lebih baik bagi pengusaha muda ini.

Asisten Guru
Tak lama setelah lulus, Lemah Hati berkumpul dengan beberapa teman
perempuan untuk belanja di akhir pekan. Menurutnya kegiatan ini baik
karena dua alasan: pertama, menghabiskan waktu untuk merayakan ber-
sama teman-teman terdekatnya; dan kedua, membeli pakaian dan akse-

36 Digerakkan oleh Kekekalan


sori yang akan dia perlukan untuk karier barunya. Keinginan terdalam
Lemah Hati adalah menjadi asisten guru di Sekolah Endel. Seingatnya
ia tidak pernah menginginkan sesuatu yang lebih lagi. Wawancaranya
adalah hari Jumat depan.
Pada hari belanja kedua, salah satu teman Lemah Hati, si Gosip, ber-
cerita kepadanya tentang bagaimana seorang teman, Fitnah, telah mem-
beritahu kepala sekolah bahwa Lemah Hati telah tidur dengan salah satu
siswa putra. Lemah Hati terbakar amarah saat mendengar isapan jempol
ini. Kabar burung ini bisa menghambat peluangnya bergabung sebagai
asisten guru. Ini benar-benar berita bohong tanpa setitik pun kebenaran
di dalamnya. Ia telah menjaga dirinya tetap suci sepanjang masa seko-
lahnya. Ia merasa Fitnah pasti sengaja melakukan ini semata-mata karena
sirik dan bahkan mungkin benci.
Lemah Hati naik pitam. Ia amat tersinggung, dan selama akhir pekan
pikirannya diliputi pengkhianatan oleh orang yang sudah dianggapnya
teman ini. Ia bersumpah akan membuat Fitnah membayar atas apa yang
telah diperbuatnya.
Hari wawancara tiba, dan Lemah Hati terkejut, karena ternyata ia
dipilih untuk sebuah posisi. Kepala sekolah memberitahu bahwa ia me-
mang mendengar rumor itu, tetapi setelah diselidiki, ia yakin berita itu
tidak benar.
Lemah Hati tidak hanya mendapatkan sebuah posisi, ia ditugaskan
sebagai asisten dari salah satu guru favoritnya. Namanya Mendua Hati,
dan dialah salah satu guru yang paling berbakat di sekolah. Usianya dua
puluh lima tahun dan telah mengajar para warga muda Endel selama
beberapa tahun. (Penghakiman untuk guru tidak berawal pada usia dua
puluh tahun, seperti halnya dengan yang lain, tetapi ketika mereka beru-
sia tiga puluh.) Lemah Hati takjub karena ia dipilih untuk bekerja sama
dengan seorang pemimpin yang dinamis.
Semester dimulai, dan segala sesuatu berjalan sangat baik, tetapi
Lemah Hati masih menyimpan sakit hati yang mendalam terhadap bekas
temannya. Tidak peduli seberapa baik keadaannya saat ini, tampaknya ia
tidak bisa menerima pengkhianatan Fitnah.

kerajaan affabel: kehidupan di endel 37


Sekalipun segalanya tampak hebat, masalah muncul tanpa kentara.
Nama Mendua Hati adalah indikasi tentang siapa dia sebenarnya. Ia
hidup satu sisi sebagai guru tetapi di sisi lain dalam kehidupan priba-
dinya. Penilaiannya paling kejam, karena sebagai guru, ia memiliki hak
istimewa untuk secara pribadi menemui Jalyn.
Suatu malam ketika Lemah Hati dan Mendua Hati sedang berdua,
guru itu berusaha merayunya. Merasa kaget dan marah, Lemah Hati
segera meninggalkannya. Pria itu tidak menyerah tetapi tetap menge-
jarnya selama beberapa minggu berikutnya. Lemah Hati mulai menyang-
sikan reaksinya sendiri dan mengindahkan bujukan pria itu karena dia
adalah seorang pria yang begitu hebat dan berpengetahuan luas. Lemah
Hati menikmati perhatiannya. Mendua Hati begitu lemah lembut dan
baik hati dan dianggap sebagai salah satu pria yang paling memikat di
masyarakat. Setelah pergumulan batin yang panjang, Lemah Hati ak-
hirnya menyerahkan kegadisannya kepada Mendua Hati, dan keduanya
terlibat dalam hubungan gelap yang penuh gairah.
Lemah Hati tidak pernah mengenal perasaan yang menggembirakan
seperti gairah dan cinta. Setiap kali ia melihat Mendua Hati, hatinya ter-
pincut. Angan-angan tentang perjumpaan dengan pria itu di malam hari
menyita pikirannya dan untuk sementara waktu mampu mengalihkan
perhatiannya dari rasa sakit hati yang mendalam dan terpendam yang
masih tersimpan terhadap Fitnah.
Namun, setelah empat bulan, Mendua Hati tiba-tiba mencampak-
kannya. Lemah Hati putus asa dan hancur; ia harus tahu apa sebabnya.
Ia mengungkapkan kembali setiap pertemuan itu di benaknya dan me-
nekan pria itu untuk menuntut jawaban. Akhirnya Mendua Hati me-
ngatakan bahwa ia telah mendengar laporan Fitnah tentang kisah masa
lalunya dengan sesama siswa. Tentu saja ini bukan alasan sebenarnya
dari perubahan kasih sayangnya; pria itu sudah kehilangan minat pada
Lemah Hati. Ia siap melancarkan rayuan maut pada perempuan muda
lain di komunitas itu. Perempuan muda sulit untuk menahan kekuatan
daya pikat dan bujuk rayu guru beken ini.

38 Digerakkan oleh Kekekalan


Lemah Hati meradang. Ia tidak tahan membayangkan bertemu de-
ngan Mendua Hati setiap hari. Karena merasa tidak sanggup lagi ber-
tahan, ia segera mengundurkan diri dari posisinya di sekolah.
Setelah beberapa hari mendongkol, Lemah Hati membuka salon ke-
cantikan dengan bagian dananya yang masih tersisa dari empat puluh
ribu. Ia berhenti menghadiri pertemuan mingguan di sekolah meskipun
Jalyn memerintahkan rakyatnya agar tidak meninggalkan pertemuan
tersebut. Lemah Hati tidak ingin berhubungan dengan orang-orang mu-
nafik, dan sebagian besar orang di pertemuan itu tampaknya demikian.
Lemah Hati makin mengeraskan hati dari hari ke hari. Ia jarang
menyebutkan sekolah atau Jalyn. Sikap acuh tak acuh dan sinisme
menggantikan semangat yang sebelumnya kelihatan semangat membara.
Ketika ditanya, Lemah Hati tetap mengakui kesetiaannya kepada Jalyn,
tetapi dalam hati ia menyalahkan raja itu karena membiarkan seorang
pria bejat menjadi guru di sekolahnya.
Ketika hari-hari ujiannya selesai, Lemah Hati menjadi seorang pe-
rempuan yang sangat terluka dan pahit, sekalipun ketika ditanya, ia akan
tegas menyangkalnya. Ia menghabiskan sisa harinya berusaha untuk tetap
tenang di hadapan orang-orang yang telah menyakitinya begitu dalam.

Walikota Endel
Dan sekarang kita beralih ke Egois. Ia hanya takjub dengan jumlah uang
yang diterimanya. Ia merayakan, tetapi ia tahu benar bahwa ajaran Jalyn
adalah agar menjauhkan diri dari pesta pora terlarang. Setelah istirahat
beberapa hari, ia mulai berinvestasi. Dagangannya terbukti mengun-
tungkan, dan dengan cepat ia melipatgandakan dana awalnya. Sementara
keuangannya bertambah, popularitasnya terus meningkat di kalangan
teman-temannya.
Egois membeli sebuah rumah di salah satu lingkungan paling bagus
di Endel dan mengundang orang-orang yang berpengaruh dan berkuasa
ke rumahnya. Para pejabat pemerintah, atlet profesional, eksekutif bisnis,
dan tokoh-tokoh lainnya menikmati keramahannya. Dengan cepat

kerajaan affabel: kehidupan di endel 39


ia menjadi salah satu orang yang paling memiliki banyak koneksi di
masyarakat itu.
Setelah tiga tahun, Egois memutuskan untuk mencalonkan diri
menjadi walikota Endel dan menang telak karena kekuatan dana dan
hubungan sosialnya. Setelah berdinas, ia menemukan dirinya dihadap-
kan pada banyak keputusan. Salah satunya berhubungan dengan seko-
lah. Karena peningkatan populasi, ada kebutuhan mendesak untuk lebih
banyak ruang. Ini berarti membeli lahan dan mendapatkan kontraktor,
biaya bangunan, dan segala sesuatu yang diperlukan untuk memperleng-
kapi sekolah.
Langkah pertama adalah mengumpulkan dana bagi komunitas itu.
Dalam pertemuan kota mingguan, Egois menampung kebutuhan me-
reka untuk dana yang lebih besar. Pada akhir kampanye penggalangan
dana, ia memberikan investasi hanya di bawah seribu.
Lalu tibalah keputusan yang sulit. Sekolah akhirnya sudah memiliki
cukup dana untuk membeli sebidang tanah tertentu. Transaksi itu ber-
jalan mulus, dan harganya masih dalam batas anggaran mereka. Namun,
ada sebuah pusat perbelanjaan besar yang ingin membeli tanah yang
sama. Dewan kota terpecah. Sekolah adalah organisasi nirlaba, sehingga
tidak akan menghasilkan penerimaan pajak apa pun. Di sisi lain, pusat
perbelanjaan akan mendatangkan keuntungan dalam sejumlah besar
penerimaan pajak dan menciptakan lapangan kerja tambahan bagi warga
kota.
Karena dewan terpecah, pemungutan suara harus diadakan oleh wa-
likota. Egois mengalami konflik batin. Pemilik pusat berbelanjaan sangat
mendukung kampanyenya dengan menyumbangkan sejumlah besar
dana serta memanfaatkan pengaruh mereka atas namanya. Mereka juga
telah menjadi tamu di rumahnya pada beberapa kesempatan.
Egois memberikan suara untuk mendukung pusat perbelanjaan. Ia
membenarkan pilihannya kepada publik dengan menyatakan bahwa
semua itu demi kebaikan seluruh warga Endel. Ia telah membuka jalan
bagi lebih banyak peluang kerja serta peningkatan pendapatan kota. Ia

40 Digerakkan oleh Kekekalan


mengusulkan kepada sekolah agar menggali berbagai pilihan mereka
untuk memperluas fasilitas mereka saat ini, meskipun ia tahu hal ini tidak
mudah dilaksanakan. Pilihannya mengecewakan para pengikut Jalyn
yang tulus, tetapi masyarakat umum bertepuk tangan atas keputusannya.
Masa dua tahun Egois mulai mendekat, dan sudah waktunya ber-
kampanye untuk pemilihan kembali. Merasa sedikit menyesal, ia mem-
berikan kontribusi pribadi sebesar lima ribu ke Sekolah Endel. Selain itu
ia berjanji untuk mendapatkan sebidang tanah lain yang siap bangun
dan cocok bagi mereka. Ini membantunya mendapatkan kembali keper-
cayaan dari banyak pengikut Jalyn. Tampaknya pemimpin muda ini de-
ngan mudah akan memenangkan masa jabatan kedua.

Pemilik Restoran
Setelah lulus, Amal memberikan sepertiga dari investasi dua puluh lima
ribu sebagai kontribusi untuk kampanye lahan Sekolah Endel. Ia ber-
terima kasih atas semua yang telah ia pelajari dari para guru dan ingin
mengungkapkan rasa syukurnya. Dengan sisa dua puluh dua ribu, Amal
akhirnya mampu memulai sebuah restoran.
Amal mencintai segala sesuatu yang berhubungan dengan seni
kuliner. Ditambah lagi fakta bahwa ia adalah seorang pengusaha cerdas,
menjalankan sebuah restoran tampaknya menjadi cara terbaik untuk
memanfaatkan bakatnya dan melayani masyarakat. Ia mampu men-
datangkan beberapa koki terbaik di negeri itu. Dengan menyelaraskan
pengetahuan mereka, ia menyusun sebuah menu yang luar biasa. Resto-
rannya segera meraup untung besar.
Meskipun Amal memenangkan penghargaan untuk restorannya, ia
selalu mengakui keberhasilannya diperoleh karena kebijaksanaan Jalyn.
Dalam beberapa wawancara, ia berulang kali mengucapkan terima kasih
pada mantan guru-gurunya dan memuji para karyawannya yang hebat.
Ia menolak membual tentang usahanya atau mengklaim keberhasilannya
sebagai usahanya sendiri. Ia tahu semua itu hanya karena Jalyn.

kerajaan affabel: kehidupan di endel 41


Amal memanfaatkan kemakmurannya demi membantu masyarakat
maupun Sekolah Endel. Ia memberikan kontribusi makanan untuk dapur
umum sekolah. Sering kali ia menyisihkan waktu di malam hari untuk
bekerja di antrean makanan untuk program penjangkauan masyarakat.
Ia senang menyajikan makanan panas bagi orang miskin. Ia berkomit-
men untuk memberikan 25 persen dari seluruh keuntungan restorannya
kepada sekolah. Pada akhir masa lima tahun, ia telah memberikan dana
investasi lebih dari dua ratus ribu.
Amal selalu mengulurkan tangan bagi orang lain yang bekerja keras
tetapi sulit untuk memenuhi tujuannya. Selain bantuan keuangan, ia
juga rajin berbagi prinsip-prinsip Jalyn tentang kebijaksanaan dan keber-
hasilan. Ia terus-menerus mengatakan kepada orang-orang yang diban-
tunya tentang bagaimana ia tidak akan pernah berhasil kalau bukan
karena Jalyn.
Meskipun restoran Amal mendulang sukses, ia tidak pernah terlibat
dalam berbagai kegiatan sosial di rumah Egois. Ia juga tidak diminta ikut
berpartisipasi dalam peran kepemimpinan dalam masyarakat. Ia dipan-
dang terlalu radikal dalam kepatuhannya terhadap Jalyn. Disisihkan oleh
para warga Endel yang berpengaruh tidak akan mencegah atau mengha-
langi langkah Amal. Ia berfokus untuk menjangkau orang-orang yang
kurang beruntung. Ia mencintai pertemuan mingguan di sekolah dan
selalu menawarkan diri untuk mengulurkan tangan dengan bersedekah
atau melayani dalam berbagai peran. Amal adalah seorang perempuan
muda yang bahagia.

Hari Penghakiman yang Ditetapkan


Hari terakhir ujian tiba. Mereka yang hendak dihakimi tahu bahwa hari
itu akan tiba sewaktu-waktu dalam lima tahun ke depan karena lima
tahun pertama sudah berlalu. Tidak ada yang membayangkan waktu
akan bergulir begitu cepat.
Hari ini berawal seperti biasanya, tetapi berakhir sangat berbeda.
Pada larut malam, Para Pengawal Kerajaan Affabel menyapu bersih dua

42 Digerakkan oleh Kekekalan


ribu lulusan. Kepergian mereka secara diam-diam terjadi sementara
warga Endel lainnya sedang terlelap.
Dua ribu warga muda ini diantar melalui lorong rahasia. Lorong itu
adalah terowongan panjang yang membawa mereka ke bawah Sungai
Adonga. Setelah melewati terusan, mereka melakukan perjalanan dua
hari berikutnya melintasi padang gurun tandus. Sepanjang perjalanan,
Kepala Penjaga menyediakan setiap kebutuhan mereka mulai dari perse-
diaan makanan, air, dan perlengkapan.
Para penjaga itu baik hati namun pendiam. Seluruh energi mereka
difokuskan pada tugas di hadapan mereka. Walaupun mereka mau men-
jawab beberapa pertanyaan, warga muda Endel itu mengajukan per-
tanyaan lain yang tidak diizinkan untuk dijawab. Jawaban standar para
penjaga atas pertanyaan-pertanyaan ini adalah, “Semua akan diketahui
pada waktunya nanti.” Jawaban ini hanya menambah penasaran para
musafir ini.
Warga muda Endel ini hampir tidak memperhatikan ketidak-
nyamanan padang gurun selama mereka singgah sebagai orang asing
menuju kota yang sudah lama ditunggu-tunggu. Saat fajar hari ketiga
mulai menyingsing, mereka mencapai puncak sebuah bukit. Di sana, di-
bayang-bayangi mentari pagi, terdapat kota yang megah. Affabel bahkan
lebih megah daripada yang pernah mereka bayangkan.
Begitu mereka mendekati kota itu, pewahyuan tentang keajaiban-
nya bertambah dan makin berkembang. Bahkan saat mereka mendekati
dataran itu, tampak jelas Affabel tidak ada bandingannya. Endel begitu
kecil dibandingkan dengan daerah pinggiran kota ini.
Ketika para pria dan perempuan Endel itu memasuki bagian te-
ngah kota, mereka menemukan bahwa segala sesuatu di Affabel begitu
cemerlang. Inilah tempat menakjubkan di mana burung-burung tidak
hanya bernyanyi tetapi juga memiliki karunia bahasa. Lagu mereka yang
merdu dan mengagumkan menafsirkan keindahan yang mereka lihat
dan bertujuan untuk lebih memuji-muji kemuliaan kota itu.
Ini tidak terlalu mengherankan bagi warga muda Endel itu, yang
bahkan telah mendengar kuda-kuda para Pengawal Kerajaan berbicara.

kerajaan affabel: kehidupan di endel 43


Binatang mulia ini tidak hanya berbicara satu sama lain, tetapi juga ber-
bicara dengan pengendara mereka. Tampak jelas ada hubungan kasih sa-
yang antara kuda dan penunggangnya. Sekarang sudah jelas bahwa semua
makhluk di Affabel telah dikaruniai kemampuan bicara dan kekuatan
kasih sayang dan sukacita.
Setiap kali warga muda Endel itu berbelok, mereka menyaksikan pe-
mandangan yang menggetarkan hati. Mereka terbius oleh daya pesona
Affabel. Udaranya saja begitu menyegarkan. Rasanya seperti mendatang-
kan kejernihan pikiran dan kekuatan bagi tubuh mereka yang letih sepan-
jang perjalanan. Gemercik air yang mengalir di seluruh kota memikat
hati mereka. Entah bagaimana semua tampak lebih nyata, seolah-olah
berkilau penuh energi. Alunan musik yang membius meresap ke dalam
suasana itu dan menenangkan jiwa mereka yang bergirang dengan rasa
damai yang tak kunjung sirna. Segala sesuatu mulai dari tanaman pa-
ling kecil hingga udara sekitarnya tampak lebih hidup; semuanya memi-
liki kekuatan untuk memancarkan kehidupan. Setiap elemen melimpah
ruah di negeri ajaib ini.
Para warga muda ini tidak tahan untuk mengulurkan tangan dan
menyentuh segala sesuatu dalam jangkauan mereka saat mereka mele-
wati persimpangan jalan di kota besar itu. Mereka ingin sekali berlari
bebas dan mengeksplorasi segala sesuatu tetapi menyadari bahwa hal itu
tidak akan diizinkan saat ini.
Mereka dibimbing langsung ke ruang tunggu luas dari sebuah audi-
torium yang sangat besar. Di sini laki-laki dan perempuan dipisahkan.
Bangunan superbesar yang menampung orang-orang muda ini begitu
luas sehingga tampaknya memiliki kapasitas tak terbatas. Paling tidak
seratus ribu orang bisa tertampung di dalam ruangan berdinding marmer
itu tanpa kesulitan.
Di ruang tunggu, warga muda Endel ini diizinkan untuk menyegar-
kan diri di pemandian atau pancuran berbau harum dan diberi jubah
untuk persiapan pertemuan dengan sang raja. Mereka semua terlalu gi-
rang ketika harus membuang pakaian mereka yang berdebu dari Endel.

44 Digerakkan oleh Kekekalan


Pakaian lama mereka tampak kumal dan janggal di kota gemerlap ini.
Keinginan mendalam untuk tinggal di Affabel terjalin dengan sendirinya
bahkan seakan-akan merasuk dalam serat pakaian masing-masing warga
muda Endel ini. Mereka memiliki perasaan betah yang paling aneh.
Setelah mandi dan berpakaian, kelompok ini berkumpul lagi untuk
makan. Perjamuan sarapan ini diadakan di halaman megah tempat me-
reka diizinkan untuk makan dan persekutuan selama waktu yang singkat.
Usai makan, kelompok itu dipisah lagi, kali ini menurut nama masing-
masing. Amal, Egois, dan kira-kira lima ratus orang lainnya dibawa ke
sebuah ruang yang berdekatan di sebelah kanan. Lemah Hati, Sesat, dan
Merdeka dengan seribu lima ratus sisanya dibimbing ke auditorium lain
di sebelah kiri. Ketika memasuki aula, mereka memperhatikan masing-
masing aula memiliki nama yang tertulis di atas ambang pintunya. Na-
ma-nama ini tampak aneh dan ditulis dalam bahasa yang tidak dikenal
oleh para kaum muda Endel ini. Nama salah satu auditorium adalah
Aula Kehidupan; yang lain, Aula Keadilan.

Aula Keadilan dan Kehidupan


Saat Merdeka melewati ambang pintu ke aula di sebelah kiri, pikiran-
nya sangat kacau, bahkan nyaris ketakutan. Ia membangkitkan kembali
kenangan sekolahnya dan mencoba menghibur diri dengan apa yang ia
dengar sekilas tentang Jalyn. Semuanya tampak begitu membingungkan
sekarang. Kini ia merasa menyesal karena telah melewatkan begitu ba-
nyak pelajaran di kelas di masa silam.
Tentu saja, ia sudah salah sangka; kota ini dan rajanya memang ada.
Ia mencoba membendung ketakutannya yang memuncak dan berfokus
pada apa yang diingatnya tentang sifat Jalyn yang welas asih dan pe-
nyayang. Saat ini, ia tidak ingin memikirkan keadilan dan kekudusan
Jalyn, meskipun pikiran itulah yang sekarang menyita perhatiannya. Ia
berupaya menenangkan dirinya sendiri dengan mengingat cara hidupnya
ketika menjadi warga negara yang baik dan mendukung berbagai pe-
layanan sukarelawan di masyarakat.

kerajaan affabel: kehidupan di endel 45


Menghirup napas dalam-dalam, Merdeka mulai melihat-lihat seke-
liling dan menyadari keadaannya. Ia memperhatikan bahwa ternyata ia
berada di antara beberapa orang yang terburuk di Endel. Ia mengenali
para pencuri, penipu, dan pemabuk. Ada pula orang-orang yang jarang
bekerja dan mereka yang bekerja dengan menghalalkan segala cara demi
keuntungan diri sendiri. Ketakutannya memuncak, namun tepat ke-
tika kepanikan mengancam hendak menguasainya, ia menangkap sosok
Lemah Hati.
Merdeka menutup mata dan mengembuskan napas lega. Ia segera
mengingat gadis itu sebagai salah satu pengikut Jalyn paling vokal dan
antusias di kelasnya. Apakah ia tidak salah dengar bahwa gadis itu bahkan
telah bekerja di sekolah? Jika ia berada di aula ini bersamanya, kemung-
kinan besar semua ini adalah demi kebaikannya.
Ketika Merdeka beranjak ke arah Lemah Hati, ia berpapasan dengan
Sesat. Pertanda bagus! Meskipun ia telah kehilangan kontak dengan
Lemah Hati, Merdeka tahu bahwa pemuda itu adalah seorang beriman
yang saleh. Mereka bahkan biasa berdebat tentang Jalyn. Saat ia memeluk
kawan lamanya, suasana hati Merdeka benar-benar berubah.
Sesat adalah orang yang periang dan bersikap positif. Kedua pria ini
terlibat dalam percakapan sementara seluruh ketakutan Merdeka mereda.
Kemurahan Jalyn bahkan lebih besar daripada yang mereka tahu. Li-
hatlah begitu bebasnya Jalyn mengampuni orang-orang yang menurut
Merdeka tidak pernah terbayangkan akan menerimanya. Bagaimana ini
mungkin terjadi? Bukankah itu guru besar Mendua Hati yang agak jauh
dari mereka? Merdeka merasa lebih yakin bahwa semuanya akan baik-
baik saja. Namun, ia sedikit terusik karena tidak tampak batang hidung
Amal dan Egois. Ia juga merasa sulit mengabaikan beberapa orang yang
menangis di sudut ruangan. Tetapi mungkin mereka hanya terguncang
oleh kebaikan Jalyn.
Aula lainnya juga dipenuhi dengan emosi. Teman-teman yang telah
kehilangan kontak setelah lulus merasa sangat senang bisa bertemu kem-
bali. Ada kegembiraan luar biasa yang mendominasi setiap percakapan:

46 Digerakkan oleh Kekekalan


mereka akan segera melihat Jalyn! Waktunya telah tiba untuk memasuki
tujuan sejati dan masa depan mereka yang telah dijanjikan.
Semua orang meributkan tentang keajaiban kota ini. Mereka selalu
tahu inilah tempat yang lebih baik daripada Endel, namun kesan awal
melebihi harapan mereka. Semua ini lebih dari yang bisa mereka pahami.
Benarkah mereka akan menghabiskan sisa hidup di tempat yang mulia
ini? Siapa pun akan rela membersihkan lantai demi mendapat kehor-
matan itu! Semua yang menunggu di aula ini tahu bahwa mereka akan
mengikut Jalyn, namun seiring waktu berlalu, sikap khidmat menguasai
ruangan ini. Apakah mereka telah terbukti setia? Waktu yang akan segera
berbicara. Semangat terjalin dengan rasa takut ketika hamba-hamba
yang rendah hati ini menantikan raja mereka.
Yang pertama harus dihakimi adalah mereka yang menunggu di Aula
Kehidupan. Namun, kita akan kembali kepada mereka nanti. Untuk saat
ini, kisah ini akan membawa kita ke dalam Aula Keadilan.

Panggilan
Waktu itu tengah hari. Penghuni Aula Keadilan telah kembali merasa
nyaman dan yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja bagi mereka.
Mereka mengaitkan sesuatu yang tampak membingungkan atau di luar
akal sehat dengan kemurahan hati Jalyn atau misteri jalan-jalannya. Pe-
mikiran ini menghibur mereka.
Orang pertama dari seribu lima ratus warga muda Endel di aula
yang dipanggil adalah Merdeka. Empat Pengawal Kerajaan datang untuk
mengawalnya ke Aula Besar Penghakiman. Dalam upaya mengurangi
suasana khidmat, ia tersenyum dan mengedipkan mata pada salah satu
penjaga yang kebetulan melakukan kontak mata dengan dia saat mereka
meninggalkan ruangan. Ia terkejut ketika tidak mendapat respons.
Saat ia mendengar pintu aula menutup di belakangnya, Merdeka
kembali bertanya-tanya. Jantungnya berdegup kencang seperti dentam
drum. Bunyinya sangat keras sehingga ia membayangkan para penjaga

kerajaan affabel: kehidupan di endel 47


mendengarnya, tetapi jika mereka memang mendengarnya, mereka toh
tidak memberi respons apa pun. Ia berharap Sesat bisa ikut bersamanya.
Ia akan segera berdiri di hadapan Sang Hakim dan ia lebih suka tidak
sendirian. Merdeka dengan cepat kehilangan kepercayaan dirinya.
Sebelum mereka memasuki Aula Besar, salah satu penjaga mem-
beri penjelasan kepada Merdeka tentang protokol yang sesuai. Merdeka
manggut-manggut, meskipun merasa takut jika ia akan lupa apa yang
telah disampaikan. Denyut nadinya berdetak di telinganya dan me-
ngancam hendak merusak pendengarannya. Penjaga itu memberi isyarat
penghargaannya atas pemahaman Merdeka terhadap prosedur itu, dan
pintu-pintu aula membuka lebar.
Ketika Merdeka menapakkan langkah pertamanya ke aula besar, ia
menyadari tubuhnya gemetar. Butir-butir keringat dingin mengucur di
alis tipisnya. Ia benar-benar bingung karena apa yang dilihatnya telah
membuatnya tercengang!

48 Digerakkan oleh Kekekalan


BAB 3

Kerajaan Affabel:
Hari Penghakiman I
Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak
dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatu
pun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, supaya
genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: “Aku mau
membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau
mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.”
— Ma t i u s 1 3 : 3 4 - 3 5 TL B

ebelum melanjutkan alegori kita, saya ingin menyoroti pernyataan


S Yesus tentang penghakiman yang akan datang sekali lagi. Dia menya-
takan dalam Yohanes 12:48, “firman yang telah Kukatakan, itulah yang
akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.” Kita sudah tahu standar
yang akan digunakan untuk menghakimi kita di hadapan takhta-Nya:
Kitab Suci.
Karena itu, angka-angka superscript (kutipan) akan muncul dalam
banyak pernyataan Jalyn di beberapa adegan Aula Penghakiman berikut
ini. Angka-angka ini merujuk pada kitab suci dari berbagai terjemahan,
yang referensinya dapat ditemukan pada akhir buku ini. Sebagian besar
perkataan Jalyn terdiri dari ayat-ayat kitab suci yang disusun sesuai de-
ngan yang berlaku pada beberapa tokoh dalam cerita kita.
Dengan pemikiran ini, marilah kita kembali ke Affabel.

49
Pengadilan Merdeka
Aula Besar ternyata lebih spektakuler dari yang Merdeka bayangkan.
Jika diberi kesempatan untuk melaporkan pengalamannya kepada seribu
lima ratus orang yang masih menunggu di belakangnya, tidak ada ka-
ta-kata atau kriteria tertentu untuk menggambarkan kemegahannya.
Arsitekturnya membuat segala sesuatu yang dia lihat di Endel tampak
ketinggalan zaman. Auditorium itu mungkin dipadati oleh seratus ribu
orang yang hadir. Merdeka belum pernah melihat begitu banyak orang
di satu tempat pada satu waktu.
Saat ia berjalan mendekat, Merdeka melihat sekilas beberapa warga
Affabel. Ia memperhatikan wajah mereka penuh wibawa dan berseri-seri.
Kemudian, setelah merenungkannya, ia tertegun oleh keagungan me-
reka yang mencengangkan. Seolah-olah mereka berasal dari dunia lain.
Transformasi ini adalah karena mereka semua diizinkan untuk makan
dari pohon kehidupan.
Merdeka bertanya-tanya, Mungkinkah orang-orang ini bekas warga
Endel? Kemudian ia menangkap satu sosok yang dikenalnya. Namanya
Amal. Perempuan itu beberapa tahun lebih tua dari Merdeka, dan ia
ingat bagaimana Amal terus-menerus diolok-olok karena penampilan
jeleknya. Sekarang ia sangat cantik. Parasnya tetap sama, itu membuat-
nya mudah dikenali, tetapi entah bagaimana ia sekarang lebih cantik
daripada yang pernah dikenalnya di Endel. Bahkan, ia melihat semua
orang—bahkan yang paling tidak cantik—jauh lebih memikat daripada
yang pernah dia lihat di tanah kelahirannya.
Setelah pulih dari rasa kagetnya, Merdeka melihat semua orang yang
hadir berfokus pada sebuah area tepat di depannya. Rasanya seperti tidak
ada yang pernah dilihatnya.
Itulah singgasana. Namun penjelasan ini tidak layak, karena tem-
pat itu memang takhta yang paling megah. Mata Merdeka terpaku pada
orang yang duduk di atasnya, dan dalam sekejap ia menyadari sumber
dari seluruh keagungan kota ini. Semuanya berawal dari orang yang
duduk di atas takhta itu. Orang ini pasti Jalyn, pikir Merdeka. Tiba-tiba
ia amat percaya pada orang yang tadinya dia tolak mentah-mentah.
50 Digerakkan oleh Kekekalan
Roman Jalyn tampan namun tegas, setidaknya saat itu. Mengagum-
kan tetapi menakutkan adalah deskripsi yang lebih akurat. Seluruh
penampilannya memikat, namun seiring langkah Merdeka mendekat ke
arahnya, rasa ngeri terus tumbuh dalam hatinya. Setiap kepercayaan diri
yang pernah dia miliki sekarang benar-benar musnah. Apa yang akan
terjadi padanya?
Merdeka mencoba tetap tenang dengan mengulangi kata-kata pada
dirinya sendiri bahwa ia mendekati seorang pemimpin yang penuh belas
kasihan. Ia mengalami konflik batin karena mulai ragu apakah ia akan
menerima hukuman yang baik.
Ketika Merdeka meneruskan langkahnya, ia diperintahkan untuk
tetap berada di atas panggung sempit. Menjulang tinggi di depannya di
atas takhta itu adalah Jalyn. Ia memiliki karakter yang tegas dalam men-
capai tujuannya, dan ia berbicara kepada kumpulan orang itu:
“Semua . . . harus mengetahui dan memahami bahwa Akulah yang
menguji batin (pikiran, perasaan, dan tujuan) dan hati [yang terdalam],
dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang [upah atas
apa yang telah kamu kerjakan] menurut perbuatannya.”1
Merdeka menyimak bersama dengan yang lain ketika tiba-tiba Jalyn
menatapnya tajam dan memerintahkan, “Berilah pertanggungan jawab
atas urusanmu.”2
Sebelum Merdeka bisa mengucapkan sepatah kata, sebuah hologram
muncul dan mulai memutar kembali hidupnya di Endel dari hari per-
tama sekolah sampai sebelum hari ini. Setiap perbuatan, kata, dan motif
ditampilkan dan diungkapkan kepada banyak saksi ini. Ia terpesona oleh
pewahyuan yang sekarang dia miliki tentang Jalyn: “Dan tidak ada suatu
makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu
telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus
memberikan pertanggungan jawab.”3
Merdeka merasa jijik saat menyaksikan kebodohan, kejahatan, dan
keegoisannya sendiri diputar ulang. Menghadapi semua kenyataan ini
di hadapan banyak orang adalah hal yang tak terduga, memalukan, dan

kerajaan affabel: hari penghakiman i 51


mengguncang. Apa yang tampakya sepele dan bahkan tidak merugikan
di Endel sekarang tampak mengerikan di hadapan hakim yang mulia dan
warga agung Affabel. Ia merasa ngeri dengan tingkah lakunya sendiri.
Bagaimana mungkin ia bisa salah arah, tidak peka, begitu bodoh? Ia
berupaya mencari secercah harapan dan menemukannya; ia merasa ada
lebih banyak perbuatan baik daripada yang buruk.
Ketika pemutaran ulang hidupnya sudah berakhir, ia merasa lega,
meskipun ia menantikan caci maki yang mengerikan dan beberapa ben-
tuk hukuman. Ia akan senang karena setidaknya ia berada dalam kum-
pulan orang itu. Ia merasa yakin bahwa Jalyn akan mempertimbangkan
kebaikannya daripada keburukannya.
Jalyn kemudian bertanya kepada Kepala Juru Tulis, “Apakah nama
Merdeka ditemukan dalam Kitab Kehidupan?”
Tanpa ragu Kepala Juru Tulis menjawab, “Tidak, Tuanku.”
Jalyn kemudian berbicara. “Merdeka, kamu bersalah karena memilih
sifat jahat dan harus dibawa ke tanah sunyi Lone untuk menghabiskan
sisa hidupmu dalam siksaan gelap gulita, keputusasaan, dan kesepian.”
Terperangah, Merdeka berseru, “Tuan, mengapa?”
“Kamu tidak percaya padaku,” jawab Jalyn. “Gurumu mengajarkan,
‘jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam
dosamu.’4 Mereka juga mengajarkan, ‘Dan keselamatan tidak ada di
dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit
ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita
dapat diselamatkan.’ ”5
Merdeka melanjutkan, “Tetapi Tuan Jalyn, bagaimana dengan per-
buatan baikku? Apakah itu tidak lebih besar daripada perbuatan jahatku?”
Raja Jalyn menjawab, “Ini bukan soal berapa besar atau kecil kamu
telah melanggar hukum, ‘Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum
itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap
seluruhnya.’ ”6
Merdeka mengerahkan seluruh keberaniannya dan membalas, “Lalu
bagaimana orang bisa diselamatkan?”

52 Digerakkan oleh Kekekalan


Jalyn tidak segera menanggapi pertanyaan ini melainkan melirik ke
seorang warga perempuan Affabel. Tampaknya ia adalah penguasa di
bawah kekuasan Jalyn, karena ia duduk di singgasana yang sama tetapi
lebih kecil. Wanita itu berbicara. “Apakah gurumu tidak memberita-
humu? ‘Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu
bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Jalyn, itu bukan hasil peker-
jaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.’ ”7
Jalyn menyimak, dan berkata, “Dahulu kala aku membayar harga
atas hukum yang telah dan akan dilanggar oleh warga. Rasanya tidak
mungkin bagi siapa pun untuk tidak berbuat dosa terhadap aku atau
menebus diri mereka sendiri atas pengkhianatan mereka, tetapi karena
aku mencintai semuanya, aku membayar kesalahan mereka sendiri. Jadi
keselamatan adalah hadiah yang tidak dapat diperoleh; kamu tidak bisa
melakukan perbuatan baik untuk mendapat kewarganegaraan di Affabel.
Kamu beroleh jalan dengan percaya kepadaku. Namun kamu menolak
apa yang kuperbuat demi menyelamatkan hidupmu.”
Tertegun, Merdeka termenung beberapa saat, kemudian dengan te-
nang menjawab, “Aku mengerti.” Ia merasa seolah-olah ia akan teng-
gelam dalam lautan keputusasaan. Mencari cara untuk bertahan, ia
bertanya, “Lalu apa pun yang kuperbuat tidak ada artinya?”
Jalyn menjawab, “Sekali lagi ada tertulis, ‘Karena orang-orang yang
hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu
apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka
sudah lenyap. Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan
mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya tak ada lagi baha-
gian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari.’8 Dan
lagi, ‘Karena tidak ada masa depan bagi penjahat, pelita orang fasik akan
padam.’ ”9
Merdeka tertegun mendengar kata-kata Jalyn dan tetap bungkam.
Ia menyayangkan semua kelas yang ia lewatkan di masa silam. Andai ia
tidak sering bolos, mungkin ia telah mendengar kebenaran itu dan tidak
melakukan kesalahan fatal dengan hidupnya.

kerajaan affabel: hari penghakiman i 53


Di saat-saat keheningan berikutnya, pikiran lain muncul di benak-
nya. Pikiran itu sempat membuatnya terhibur sepanjang hari. Ia me-
ngumpulkan keberaniannya lagi dan berkata, “Ya, yang Tuan katakan
memang benar, tetapi, Tuan Jalyn, Tuan adalah seorang raja penyayang!
Mana mungkin Tuan tega mengusir aku jika memang demikian?”
Jalyn menjawab, “Aku memang seorang raja yang murah hati, dan
itulah sebabnya aku mengusirmu. Dengan memilih untuk menghabiskan
waktumu di Endel sebagaimana yang kamu lakukan, kamu sudah memi-
lih sifatmu untuk selama-lamanya, yaitu sifat raja kegelapan Dagon.
Mana mungkin aku bisa bermurah hati, jujur, dan penuh kasih jika aku
mengizinkan perbuatan jahatmu mencemari kemurnian kota agung ini?
Itu berarti aku akan menempatkan warga Affabel yang tidak bersalah
dalam bahaya. Sifat pilihanmu akan segera muncul sehingga merusak
ribuan orang yang tulus hati. Kamu telah memilih jalanmu sendiri.
Kamu akan mendapat upah atas perbuatanmu persis seperti orang yang
kamu ikuti, Dagon. Jika aku memberimu lebih sedikit dari yang kuberi-
kan padanya, maka aku akan menjadi seorang pemimpin yang tidak adil,
padahal kenyataannya tidak demikian!”
Jalyn kemudian berbicara kepada seluruh orang dan mengutip pepa-
tah kuno ayahnya. “Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung
akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan.” 10
Yang terjadi selanjutnya menyebabkan seluruh orang menjadi khid-
mat. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya, “Ikatlah kaki dan ta-
ngannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling
gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab banyak yang
dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”11
Jeritan ngeri dan penderitaan karena rasa takut meliputi Merdeka
ketika ia diikat oleh Kepala Pengawal dan digiring ke arah pintu samping
auditorium. Namun tak sedikit pun suara terdengar di antara ribuan
orang yang hadir. Mereka menyaksikan dalam kesedihan karena salah
satu orang yang sangat tidak bijaksana menyia-nyiakan hidupnya telah
digiring keluar untuk menerima hukuman seumur hidup.

54 Digerakkan oleh Kekekalan


Setelah keluar dari gedung, Merdeka ditempatkan di ruang tunggu
yang luas lainnya. Di sini ada ribuan sel jeruji kecil, yang mengurung
para tahanan sampai jumlah semua orang yang akan dihukum ke peng-
asingan sudah habis. Di atas pintu masuk ke area ini tertulis kata-kata
demikian:

Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan


memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui
pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu. Tetapi anjing-anjing dan
tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh,
penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai
dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar.12

Merdeka menatap tulisan itu. Amarah menggelegak dalam dirinya.


Sekarang ia benar-benar berada di bawah pengaruh sifat aslinya. Setiap
kebaikan dalam karakter dia sebelumnya sekarang ditelan oleh watak
jahat yang telah dipilihnya. Perilakunya cepat memburuk menjadi se-
perti anjing gila. Tanpa pengaruh raja, ia sangat dikuasai oleh pikiran-
pikiran yang keji.

Sesat di Hadapan Jalyn


Beberapa jam berlalu. Banyak orang sudah dipanggil keluar dari Aula
Keadilan; yang masih menunggu di antara beberapa ratus orang yang
tersisa adalah Sesat, Lemah Hati, dan Mendua Hati. Sesat masih bersikap
optimis, dan sikapnya membuat yang lain juga berharap.
Pintu-pintu dibuka dan empat Pengawal Kerajaan sekali lagi muncul,
kali ini memanggil Sesat. Ketegangan seakan mencengkeram dia, dan ia
mulai gemetar. Waktunya telah tiba. Untuk menutupi kegugupannya,
karena ia memang pintar melakukannya, ia berkata kepada orang-orang
yang masih tinggal, “Nah, sobat, sekarang giliranku!”

kerajaan affabel: hari penghakiman i 55


Setelah Sesat diberitahu tentang protokolnya, pintu ke Aula Peng-
hakiman terbuka dan ia dikawal menyusuri lorong utama. Ia mengalami
perasaan yang sama seperti yang dirasakan Merdeka. Ia juga menyaksikan
begitu luas dan indahnya aula dan raut para warga. Saat ia berjalan me-
nyusuri lorong, ia mengenali beberapa orang yang dikenalnya dari Seko-
lah Endel yang telah lulus satu atau dua tahun sebelum dia. Ia mengenali
lebih banyak warga dibanding yang dikenali Merdeka karena Sesat ham-
pir tidak pernah melewatkan pertemuan di sekolah.
Ia mengenali satu orang yang sering bolos sekolah yaitu seorang pria
bernama Kejam. Dialah salah satu orang yang paling terkenal jahat di
masyarakat. Sesat menghentikan langkahnya, bertanya-tanya, apa yang
dilakukan Kejam di sini? Kepala Pengawal memberi isyarat kepada Sesat
bahwa tidak masalah berbicara dengan orang ini.
Sesat berjalan ke arah Kejam dan bertanya, “Betulkah kamu Kejam?”
Pria itu menjawab, “Namaku pernah dikenal sebagai Kejam,
tetapi pada Takhta Pengadilan, Raja Jalyn mengubah namaku menjadi
Berdamai.”
Sesat berseru, “Bagaimana mungkin kamu bisa sampai ke sini? Kamu
dianggap sebagai orang jahat oleh sebagian besar masyarakat kita. Kamu
tidak pernah masuk sekolah dan bahkan paling menentang Jalyn lebih
dari siapa pun yang kukenal.”
Berdamai menjawab, “Ya, memang benar. Tetapi aku benci siapa di-
riku dan apa yang kulakukan. Karena tidak bersekolah, aku belum per-
nah mendengar perkataan Jalyn yang mengubah kehidupan. Namun,
seminggu sebelum Hari Penghakiman, aku pergi makan ke restoran
Amal. Ia tahu hidupku hancur dan entah bagaimana ia bisa mengetahui
kepedihanku. Ia membayar makan malamku dengan satu syarat: agar
aku tinggal dan mengobrol dengan dia. Ia kemudian menghabiskan dua
jam memberitahuku tentang Jalyn, semua kebaikannya, keselamatannya,
dan tentang tempat yang disebut Affabel ini.”
Berdamai melanjutkan, “Ia menjelaskan bahwa belum terlalu terlam-
bat bagiku untuk menyerahkan hidupku kepada pemimpin hebat ini.

56 Digerakkan oleh Kekekalan


Aku masih bisa beroleh pengampunan tanpa syarat dan diterima sebagai
warga dalam kerajaannya. Kasih Jalyn melingkupiku dan aku berjanji
menyerahkan sepanjang umur hidupku pada pemerintahannya. Sekali-
pun aku hanya mampu melayani dia di Endel selama seminggu, aku
melakukannya dengan segenap hati. Aku menjumpai orang-orang yang
telah kutindas atau kurampas dan minta pengampunan mereka. Dalam
beberapa kasus, aku bahkan mengembalikan lebih dari yang pernah
kuambil.”
Sesat termangu-mangu. Ia kembali menatap pengawal, yang meng-
anggukkan kepalanya dengan tegas. Kemudian Berdamai melangkah
kembali ke tempatnya, dan Sesat terus menuju ke takhta.
Saat Sesat berjalan, ia terus merenungkan apa yang baru saja dide-
ngarnya. Ia telah mendengar tentang kemurahan besar Jalyn tetapi seka-
rang baru menyaksikannya sendiri dengan cara yang mencengangkan.
Kejam adalah salah satu orang paling keji yang pernah dikenalnya, dan
sekarang dia sangat berwibawa seperti yang lain. Sesat lebih yakin dari
sebelumnya bahwa ia akan beroleh kemurahan Jalyn karena ia sangat
percaya kepadanya.
Setelah Sesat berdiri di depan takhta, ia diperintahkan yang sama
seperti Merdeka: “Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu.”
Sama seperti Merdeka, Sesat menyaksikan hidupnya dari hari per-
tama sekolah sampai sehari sebelumnya dalam hologram tiga dimensi.
Yang melegakan, ia menyaksikan kehadirannya yang rajin di sekolah dan
dukungan vokal terhadap Jalyn di hadapan kumpulan orang itu.
Namun, Sesat segera terperangah. Gaya hidupnya telah mendakwa
dia. Ia telah membenarkan jalan-jalannya, tetapi ketika semua per-
buatannya terpampang di hadapan hakim agung dan para saksi yang
suci secara moral, ia merasa hina dan malu. Ketika hubungan seksualnya
diketahui di hadapan kumpulan orang berwibawa ini, rasanya ia ingin
merangkak ke dalam lubang dan bersembunyi.
Tidak hanya perbuatannya yang diperlihatkan tetapi juga niat
dan motifnya. Bagaimana mungkin Jalyn bisa mengetahui segalanya?

kerajaan affabel: hari penghakiman i 57


Bagaimana mungkin ia bisa menghakimi Sesat atas segala hal yang
tidak diketahui orang lain? Rahasianya yang paling dalam tidak lagi
tersembunyi. Seluruh kumpulan orang-orang menyaksikan betapa besar
nafsunya untuk mengeruk banyak keuntungan dalam transaksi bisnisnya,
penjualan rumah, dan pengembangan lahannya. Mereka melihat fitnah
dan gosip yang lazim digunakannya demi memperoleh apa yang ia ingin-
kan. Tampaknya semua yang dia lakukan didorong oleh keinginan untuk
memperoleh lebih banyak dari yang diperlukan.
Ia mengikuti jalannya sendiri dalam segala hal, dan menginginkan
segalanya untuk dirinya sendiri. Tidak perlu berdebat dengan fakta-fakta.
Namun, Sesat menghibur dirinya sendiri setelah mengetahui bahwa
semua ini tidak penting karena ia percaya pada Jalyn dan mengaku setia
kepadanya.
Setelah kehidupan Sesat diperiksa sepenuhnya, Jalyn berpaling ke-
pada Juru Tulis Kerajaan dan bertanya, “Apakah Sesat ditemukan dalam
Kitab Kehidupan?”
Juru tulis menjawab, “Tidak, Tuan.”
Jalyn mengumumkan, “Sesat, kamu bersalah karena menyangkal
aku. Kamu akan dibawa ke tanah sunyi Lone untuk menghabiskan sisa
hidupmu dalam siksaan gelap gulita, keputusasaan, dan kesepian.”
Sesat merasa lumpuh karena terguncang. Otaknya berpacu. Tidak,
ini pasti kekeliruan. Tidak mungkin terjadi seperti ini! Aku percaya kepada
Jalyn. Apa maksudnya, “menyangkal aku”?
Ia berseru, “Bagaimana aku menyangkal Tuan?”
Jalyn menjawab, “Apakah kamu tidak menyimak ketika gurumu
memperingatkan bahwa ‘Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi de-
ngan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia.’?”13
Sekali lagi Sesat membalas, “Tetapi, Raja Agung, aku masuk sekolah.
Aku sangat rajin sehingga tidak pernah membolos, dan bahkan terlibat
dalam berbagai kegiatan. Aku bahkan menyebutmu Tuan!”
Jalyn segera berkata, “Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan,
Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?14 Apa-

58 Digerakkan oleh Kekekalan


kah kamu tidak mendengar perintahku ketika aku berkata bahwa tidak
semua orang yang terdengar beriman adalah orang-orang yang benar-be-
nar saleh? Mereka bisa saja menyebut aku sebagai ‘Tuhan’ tetapi tetap
tidak akan sampai ke Affabel. Karena pertanyaan yang menentukan
adalah apakah mereka mematuhi Bapaku. Pada Hari Penghakiman ba-
nyak orang akan berseru kepadaku, ‘Tuhan, Tuhan, kami mengabarkan
kepada orang lain tentang Tuanku dan menggunakan namamu. Tetapi
pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata:
Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu seka-
lian pembuat kejahatan!’ ”15
Sesat panik. “Tetapi aku punya iman. Aku percaya kepada Tuan, se-
hingga sesuai dengan firmanmu, aku pasti diselamatkan! “
Jalyn adalah orang yang sabar namun tegas. Ia menatap salah satu
warga dalam kumpulan orang-orang, seorang mantan guru di sekolah
yang kini duduk di singgasana yang lebih kecil. “Bacakan kepada Sesat
apa yang kamu ajarkan di kelasmu.”
Pria ini membaca dari tulisan suci, “Apakah gunanya, saudara-sauda-
raku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia
tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?
Iman seperti itu tidak bisa menyelamatkan siapa pun. Tidak cukup hanya
dengan memiliki iman. Iman yang tidak disertai dengan perbuatan baik
sama sekali bukan iman—maka iman itu pada hakekatnya adalah mati
dan tidak berguna. Tetapi mungkin ada orang berkata: “Padamu ada
iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan menjawab dia: “Tunjukkan-
lah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjuk-
kan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.” Engkau percaya,
bahwa hanya ada satu Jalyn saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga
percaya akan hal itu dan mereka gemetar. Hai manusia yang bebal, mau-
kah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah
iman yang kosong?”16
Jalyn menegaskan, “Kamu mengatakan kamu memiliki iman, namun
iman bukanlah iman kecuali jika disertai dengan tindakan ketaatan yang

kerajaan affabel: hari penghakiman i 59


sesuai. Tidak cukup hanya dengan mengatakan kamu percaya, bahkan
setan juga percaya tetapi tentu saja tidak diselamatkan. Mereka yang
sungguh-sungguh percaya akan menunjukkan perubahan sifat dan tidak
lagi menghasilkan buah dari yang jahat. Kamu akan terus menghasil-
kan buah dari penguasa jahat Dagon, yang hanya membuktikan bahwa
kamu tidak pernah sungguh-sungguh percaya kepadaku dengan segenap
hatimu.”
Sesat merasa sulit memahami semua yang dikatakan. Ia membalas,
“Tetapi bagaimana dengan orang jahat itu, Kejam? Aku lebih baik dari
dia! Bagaimana mungkin Tuan tega membiarkan dia masuk, sementara
mengusir aku keluar? Tuan tidak adil!”
Jalyn menjawab, “Tetapi kamu berkata: Tindakan Tuhan tidak tepat!
Dengarlah dulu, hai kaum Israel, apakah tindakan-Ku yang tidak tepat
ataukah tindakanmu yang tidak tepat? Sebaliknya, kalau orang fasik ber-
tobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan
kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya. Ia insaf dan bertobat dari
segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.”17
Frustrasi dan marah, Sesat berteriak-teriak, “Tetapi aku mengabar-
kan perintahmu dan bersaksi kepada orang-orang tentangmu. Aku bah-
kan menawarkan diri dan menggantikan mengajar di sekolah!”
Jalyn, sekarang bersikap tegas, menjawab, “Apakah urusanmu
menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan
mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesam-
pingkan firman-Ku? Jika engkau melihat pencuri, maka engkau berkawan
dengan dia, dan bergaul dengan orang berzinah. Mulutmu kaubiarkan
mengucapkan yang jahat, dan pada lidahmu melekat tipu daya. Engkau
duduk, dan mengata-ngatai saudaramu, memfitnah anak ibumu. Itu-
lah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka,
bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau
dan membawa perkara ini ke hadapanmu.”18
Sesat bungkam seribu bahasa. Pikirannya terguncang, tetapi tidak
ada lagi yang bisa dikatakan dalam pembelaannya.

60 Digerakkan oleh Kekekalan


Beberapa saat berlalu. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya,
“Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kege-
lapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”19
Ketika Kepala Pengawal mendekat, Sesat melontarkan kata-kata
kotor kepada Jalyn, para pengawal, dan warga Affabel. Dengan membabi
buta, ia meronta-ronta keras. Setiap kebaikan dalam dirinya lenyap oleh
kemunculan sifat aslinya.
Tangan dan kaki Sesat diikat dan digiring keluar dari auditorium,
sambil mencaci-maki di sepanjang perjalanan. Seperti Merdeka, ia di-
tahan di kurungan sampai penghakiman selesai.
Setelah Sesat keluar dari auditorium, Jalyn berbicara kepada kum-
pulan saksi: “Ada keturunan yang menganggap dirinya tahir, tetapi
belum dibasuh dari kotorannya sendiri.”20

Lemah Hati di Hadapan Jalyn


Kurang dari seratus yang tersisa di Aula Keadilan. Lemah Hati dan
Mendua Hati berada di antara mereka. Lemah Hati tetap berada sejauh
mungkin dari Mendua Hati, karena ia menyimpan kebencian yang pahit
terhadap dia. Pria itu juga menghindarinya.
Keempat Pengawal Kerajaan masuk dan memanggil Lemah Hati.
Gadis itu gugup memikirkan ke mana dia akan pergi tetapi bersyukur
karena akan meninggalkan Mendua Hati. Seperti yang lain sebelum dia,
Lemah Hati dibimbing ke pintu masuk aula besar, diberi penjelasan ten-
tang protokolnya, dan digiring masuk.
Ketika Lemah Hati melewati warga Affabel, ia juga mengenali ba-
nyak orang yang telah pergi mendahului dia. Kebanyakan tidak bersikap
vokal dan berapi-api tentang iman mereka seperti dirinya ketika masih
sekolah. Lemah Hati tercengang melihat sejumlah orang hadir yang dia
kira seharusnya tidak ada di situ.
Lemah Hati mendekati singgasana dan melihat beberapa takhta yang
lebih kecil di sekitarnya. Ia mengenali beberapa guru dan orang lain yang

kerajaan affabel: hari penghakiman i 61


dia pandang sebagai pemimpin dalam kerajaan. Namun, lebih banyak
lagi yang membuatnya tercengang yang kini duduk di beberapa takhta
kecil. Mereka adalah warga Endel yang kurang terkenal. Ada juga bebe-
rapa orang yang kaya-raya. Bagaimana mungkin orang kaya bisa duduk di
tempat kehormatan? pikirnya.
Sebelum pikirannya bisa menjawab, ia mendengar suara Jalyn. “Beri-
lah pertanggungan jawab atas urusanmu.”
Hologram menampilkan hidupnya. Lemah Hati sangat gembira
dengan ulasan periode sekolahnya. Semua pekerjaan sukarela, studi tam-
bahan, dan kepemimpinan kelas menjadi pertanda baik untuknya. Ia
bangga dengan keberanian dan ketekunannya. Namun, suasana hatinya
berubah ketika diperlihatkan responsnya atas kebohongan Fitnah. Jelas
ia menolak untuk melepaskan sakit hatinya. Masalah hatinya terungkap,
dan itu tidak bagus.
Kemudian hubungan gelapnya dengan Mendua Hati berawal. Ia
tidak pernah bertobat atas keterlibatannya dengan pria itu. Ia selalu
merasa menjadi korban dan menimpakan seluruh kesalahan pada Fitnah
dan Mendua Hati. Ini menyebabkan dia tidak pernah bertanggung jawab
atas pilihannya. Saat hidupnya terpampang, ia melihat kemarahan, kepa-
hitan, dan keinginan untuk balas dendam makin berkembang. Sekalipun
ia telah berhasil menyembunyikan beberapa masalah ini, ia tidak pernah
membereskan akar permasalahannya. Ini terungkap dengan sendirinya,
tidak hanya dalam sakit hati yang berkepanjangan terhadap Mendua
Hati dan Fitnah tetapi bahkan sebenarnya ia juga menyalahkan Jalyn atas
kesengsaraannya. Bagaimana mungkin Jalyn bisa membiarkan seorang
pria seperti Mendua Hati untuk mengajar di sekolahnya? Kebencian dan
sikapnya yang tidak mau mengampuni dibeberkan dengan kejam dan
tanpa henti.
Ketika ulasan itu selesai, kini jelas bahwa Lemah Hati adalah seorang
wanita sakit hati yang tidak memiliki kebaikan terhadap orang lain.
Namun, bahkan setelah semua terungkap di hadapan kumpulan besar
ini, ia yakin komitmen dirinya yang teguh sebelumnya akan mendapat

62 Digerakkan oleh Kekekalan


kemurahan sang raja. Ia takut akan hardikan tetapi tidak pernah mera-
malkan apa yang akan terjadi berikutnya.
Jalyn berpaling kepada Kepala Juru Tulis. “Apakah nama Lemah Hati
ditemukan dalam Kitab Kehidupan?”
Juru tulis menjawab, “Tidak, Tuan.”
Jalyn menyatakan keputusannya. “Lemah Hati, kamu bersalah karena
menyimpang dari kebenaran dan menyangkal aku dengan pengkhia-
natan. Kamu akan dibawa ke tanah sunyi Lone untuk menghabiskan sisa
hidupmu dalam siksaan gelap gulita, keputusasaan, dan kesepian.”
Lemah Hati tertegun tak terlukiskan. Ia bahkan lebih terguncang
daripada orang lain sebelum dia. Tidak mungkin! Ia terjebak dalam
mimpi buruk—tidak, mimpi mengerikan—dan bagaimanapun ia harus
bangun sendiri! Barangkali ia telah salah mengerti.
Tak percaya, ia bertanya, “Jalyn, apakah Tuan mengatakan aku akan
dibawa ke tanah Lone yang ditakuti banyak orang?”
“Ya, Lemah Hati, memang benar,” jawab raja.
“Bagaimana mungkin, Tuan Jalyn? Aku percaya padamu. Ini jelas
terlihat pada ulasan hidupku. Aku punya kehidupan bagus menurut
keyakinanku. Memang hatiku mengeras dan kasih dalam diriku sudah
mati, tetapi itu bukan salahku. Ini kesalahan Fitnah dan Mendua Hati.
Pengkhianatan mereka menyebabkan hatiku menjadi dingin.”
Jalyn menjawab, “Apakah kamu lupa peringatanku melalui semua
gurumu? ‘Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih
kebanyakan orang akan menjadi dingin. Tetapi orang yang bertahan
sampai pada kesudahannya akan selamat.’21 Kamu tidak bertahan sam-
pai akhir.”
Lemah Hati melanjutkan, “Tetapi, Tuan Jalyn, aku adalah orang
benar karena kepercayaanku kepada Tuan. Aku mungkin telah kehi-
langan kesaksianku, tetapi aku percaya bahwa setelah seseorang dise-
lamatkan, mereka akan selalu selamat dan tidak pernah bisa kehilangan
keselamatan mereka. Bahkan beberapa guru menyatakan hal ini. Menurut
mereka, tidak seorang pun bisa merebut aku dari tangan Tuan.”

kerajaan affabel: hari penghakiman i 63


Jalyn menjawab, “Ya, memang benar. Tidak seorang pun bisa mere-
butmu dari tanganku, tetapi aku tidak pernah mengatakan bahwa
kamu tidak bisa pergi begitu saja. Kamu sendiri yang memiliki kuasa
itu. Sebab bukankah kamu membaca tulisan suci? ‘Sebab jika mereka,
oleh pengenalan mereka akan Tuan dan Juruselamat kita, Jalyn, telah
melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di
dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang
semula. Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak per-
nah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian
berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka.’22 Jika
aku menyatakan lebih baik bagi orang-orang tersebut tidak tahu jalan
kebenaran karena keadaan mereka sekarang lebih buruk daripada sebe-
lum diselamatkan, bagaimana mungkin kamu bisa percaya bahwa tidak
mungkin kehilangan keselamatan? Jika keselamatan tidak akan pernah
bisa hilang, lalu bagaimana keadaan mereka bisa menjadi lebih buruk
dari sebelumnya?
“Mengapa kamu mendengarkan guru-guru yang mengajarkan hal
yang bertentangan dengan apa pun yang kuajarkan? Aku mencatatnya
dengan cermat sehingga semua orang bisa mengetahui jalan kebenaran.
Mengapa kamu membiarkan dirimu sesat? Jika kamu percaya apa yang
kukatakan, tentu kamu akan membereskan kepahitan dalam hatimu.
Namun sebaliknya kamu membiarkannya tumbuh tak terkendali karena
kenyamanan palsu akan jaminan tanpa syarat dan kini menghadapi
penghakiman yang bisa dicegah.”
Lemah Hati memohon, “Tetapi bagaimana dengan semua kebaikan
yang kuperbuat?”
Raja Jalyn menjawab, “Jikalau orang benar berbalik dari kebenaran-
nya dan melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan
oleh orang fasik -- apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilaku-
kannya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah
setia dan karena dosa yang dilakukannya. Tetapi kamu berkata: Tindakan
Tuhan tidak tepat! Dengarlah dulu... apakah tindakan-Ku yang tidak

64 Digerakkan oleh Kekekalan


tepat ataukah tindakanmu yang tidak tepat? Kalau orang benar berbalik
dari kebenarannya dan melakukan kecurangan sehingga ia mati, ia harus
mati karena kecurangan yang dilakukannya.’23 Sama seperti yang tertu-
lis; kebaikan dan kesalehanmu dilupakan dan tidak akan diperhitungkan
bagimu.”
Masih bersikeras, Lemah Hati berkata, “Tetapi Tuan, engkau me-
ngatakan jika aku mengakuimu sebagai juru selamatku, namaku akan
tertulis di dalam Kitab Kehidupan. Bagaimana mungkin nama itu sudah
tidak ada lagi? Mengapa juru tulis tidak dapat menemukan namaku?
Bagaimana mungkin nama itu telah terhapus?”
Tuan Jalyn, sabar namun tegas, menjawab, “Apakah kamu tidak
mendengar apa yang dinyatakan sebelumnya? ‘Tetapi orang yang ber-
tahan sampai pada kesudahannya akan selamat.’24 Mereka yang bertahan
sampai hari penghakiman adalah mereka yang menang, dan aku menya-
takan terang-terangan, ‘Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian
putih yang demikian; aku tidak akan menghapus namanya dari kitab
kehidupan.’25 Jika aku menyatakan bahwa aku tidak akan menghapus
nama seseorang dari kitab kehidupan, itu berarti namanya bisa saja ter-
hapus. Jika tidak, maka aku seharusnya mengatakan, ‘Jika kamu meng-
akui aku sebagai tuan, namamu selamanya akan terdapat dalam Kitab
Kehidupan.’ ”
Lemah Hati memohon, “Bagaimana mungkin Tuan tega mengirim
aku ke Lone, tempat di mana orang hidup yang sudah mati dikirim?”
Jalyn berpaling ke salah satu penguasa. “Bacakan tulisan kuno yang
telah diberitahukan kepada warga Endel.”
Penguasa itu membacakan, “Orang yang menyimpang dari jalan akal
budi akan berhenti di tempat arwah-arwah berkumpul.”26
Lemah Hati termangu-mangu. Lalu kata raja itu kepada ham-
ba-hambanya, “Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu
ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan
kertak gigi.”27

kerajaan affabel: hari penghakiman i 65


Saat Kepala Pengawal mendekat, Lemah Hati mengutuki Jalyn. Ia
dikuasai oleh kepahitan hatinya yang begitu hebat dan terikat oleh sifat
berdosanya kedua kali (lihat Yudas 12). Ia seperti pohon musim gugur
yang terbantun dengan akar-akarnya tanpa buah kebenaran yang tersisa.
Tangan dan kaki Lemah Hati diikat dan dibawa ke pintu samping
auditorium. Ia juga ditahan di salah satu kurungan. Setelah ia mening-
galkan auditorium, Kepala Juru Tulis menerangkan jemaat saksi:

“Saudara-saudari, sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah


memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi
korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian
yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan
menghanguskan semua orang durhaka. Sebab kita mengenal Dia yang
berkata: ‘Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut
pembalasan.’ Dan lagi: ‘Tuhan akan menghakimi umat-Nya.’ Ngeri
benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.”28

Pengadilan Mendua Hati


Orang terakhir yang dipanggil keluar dari Aula Keadilan adalah Men-
dua Hati. Ia mengenal hukum Jalyn dan sudah tahu keputusannya tidak
akan menguntungkan. Ia akan segera mengetahui betapa banyak harga
pelanggarannya.
Mendua Hati menciut ketika dikawal ke dalam gedung pengadilan
dan harus dibimbing oleh para pengawal untuk mendekati Takhta Pe-
ngadilan Jalyn. Hidupnya diulas, dan ia juga mendengar nada suara
sedih ketika namanya tidak ditemukan di dalam Kitab Kehidupan.
Jalyn dengan tegas mengumumkan, “Mendua Hati, kamu bersalah
atas pengkhianatan, menyimpang jauh dari kebenaran, dan menjadi batu
sandungan. Kamu akan dibawa ke tanah sunyi Lone, di mana kamu akan
menerima hukuman dan siksaan terhebat.”

66 Digerakkan oleh Kekekalan


Mendua Hati mendengarkan dengan rasa ngeri, kemudian memo-
hon, “Tetapi tuan, aku seorang guru di sekolah. Aku mempersembahkan
hidupku demi Tuan.”
Jalyn menjawab, “Kamu seorang guru, tetapi apakah kamu tidak
membaca dari buku yang kamu ajarkan? ‘Saudara-saudaraku, jangan-
lah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu,
bahwa sebagai guru kita akan dihakimi Jalyn menurut ukuran yang lebih
berat.’”29
Mendua Hati membalas, “Bagaimana mungkin aku bisa menjadi
batu sandungan?”
Nada Jalyn menjadi lebih keras. “Kamu menyebabkan banyak anak
tersandung dan jatuh untuk selama-lamanya. Lemah Hati adalah salah
satu contohnya. Ia dipercayakan kepadamu. Aku memberimu wewenang
untuk melindunginya, bukan memanfaatkan dia demi keuntunganmu
sendiri. Kamu menggunakan pengaruhmu untuk memuaskan nafsumu
dan mencabuli dia dan yang lainnya. Seorang saudari sudah terluka
dan kamu, yang seharusnya mendatangkan kesembuhan, mengambil
keuntungan dari dia. Kamu menghancurkan imannya. Ia telah dijatuhi
hukuman Lone. Tentunya kamu ingat peringatan yang kusampaikan:
“Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya
ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya
lalu ia dibuang ke dalam laut.’ ”30
Mendua Hati memohon, “Jalyn, aku tahu bahwa aku harus diusir
ke Lone, tetapi mengapa harus menerima siksaan terhebat? Mengapa
Tuan begitu keras padaku? Aku adalah salah satu dari hambamu, bukan
orang yang tidak beriman. Aku tidak seperti Merdeka, yang tidak ada
hubungannya dengan Tuan. Mengapa?”
Jalyn, masih tegas, berkata, “Kamu tahu dan mengajarkan tulisan-tu-
lisan kuno. Mengapa kamu mengajukan pertanyaan ini kepadaku? Aku
akan mengingatkanmu sehingga kamu mungkin ingat kata-kata ini.
Tulisan-tulisan kuno yang jelas: “Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat
dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai

kerajaan affabel: hari penghakiman i 67


memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan... maka
tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan
pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan mem-
buat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Adapun hamba
yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan per-
siapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan me-
nerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak
tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan
menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi,
dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak diper-
cayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’ ”31
Jalyn melanjutkan, “Merdeka tidak menyadari pelanggarannya.
Kamu memiliki kesadaran dan pengetahuan. Hukumannya, meskipun
berat, akan lebih ringan daripada hukumanmu sendiri. Untukmu, aku
sudah menyediakan tempat... di dunia kekelaman.’ ”32
Jalyn kemudian memerintahkan Kepala Pengawal, “Ikatlah kaki dan
tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling
gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”33
Saat Kepala Pengawal mendekat, Mendua Hati memuntahkan ka-
ta-kata kotor kepada Jalyn, pengawal, dan warga Affabel. Ia menjadi ga-
rang dan bahkan mencoba secara fisik menyerang Jalyn. Sifat sejatinya
benar-benar terungkap sekarang. Setiap kebaikan dalam dirinya sirna
karena sikapnya yang bermuka dua. Tangan dan kakinya terikat dan di-
giring keluar pintu samping auditorium, mencaci-maki sepanjang per-
jalanan. Ia bergabung dengan seribu lima ratus orang lainnya yang segera
diangkut ke tanah Lone.
Begitu Mendua Hati keluar auditorium, Kepala Juru Tulis menutup
bukunya dan berseru: “Penghakiman yang engkau buat sungguh adil.
Mereka mendapatkan apa yang layak mereka terima!”
Sebuah suara dari altar menjawab, “Benar dan adil segala
penghakiman-Mu!”34

68 Digerakkan oleh Kekekalan


Tanah Sunyi Lone
Seribu lima ratus orang Endel yang dihukum dan dikurung itu
dikawal oleh Pengawal Kerajaan pada dua minggu perjalanan ke tanah
kelam Lone. Perjalanan ini membawa mereka ke Gurun Besar Api, di
mana panas yang naik dari tanah yang kering kerontang sungguh tak
tertahankan. Sekonyong-konyong, di tengah-tengah perjalanan entah di
mana, di mana panas paling tak tertahankan, tampak sebuah bangunan
yang sangat besar dan menjulang tinggi di kejauhan. Saat mereka
mendekat, orang-orang hukuman itu mampu membaca tanda: “Tanah
Sunyi Lone.”
Setelah memeriksa lebih dekat, mereka menyadari bangunan besar itu
tidak punya jendela atau bukaan lainnya selain satu pintu besar pada ba-
gian bawah. Melewati pintu, mereka mendengar seperti jeritan puluhan
ribu orang yang berasal dari dalam. Beberapa saat kemudian mereka bisa
mendengar suara memohon kepada Kepala Penjaga, yang berasal dari
orang-orang yang berada dalam penjara di dekat pintu masuk.
“Bukankah sudah cukup lama? Tolong minta belas kasihan demi
kami. Hukuman kami terlalu berat untuk ditanggung!”
“Sudah berapa lama mereka berada di tempat ini?” tanya Merdeka
kepada seorang penjaga.
“Waktu mereka berkisar dari satu hingga 129 tahun.”
Sesat terkejut. Bagaimanapun ia berpikir semua yang telah terjadi
dalam dua minggu terakhir ini akan berubah menjadi mimpi buruk atau
taktik untuk menakut-nakuti. Ia bertanya kepada penjaga yang sama,
“Benarkah di tempat ini aku akan menghabiskan sisa hidupku?”
“Iya. Persis seperti kamu telah diperingatkan sewaktu di Endel.”
Mereka yang dijadwalkan untuk hukuman yang lebih berat ditem-
patkan di tingkat yang lebih tinggi dalam bangunan logam di mana
panas lebih menghanguskan. Mereka yang tidak tahu kebenaran tetapi
masih melakukan perbuatan yang layak mendapatkan pengasingan akan
ditempatkan di bagian bawah bangunan besar itu. Bahkan penempatan
ini rasanya tak tertahankan meski hanya untuk satu hari, apalagi lebih
dari seratus tahun!
kerajaan affabel: hari penghakiman i 69
Penderitaan di kediaman Mendua Hati sungguh tak terbayangkan,
bahkan lebih berat daripada nasib mereka yang berada di tingkat pa-
ling atas dari bangunan itu. Ia dibawa ke penjara bawah tanah, dekat
batu belerang panas. Baunya saja tak tertahankan, apalagi tanpa ventilasi,
panasnya lebih hebat daripada lokasi lain di Lone. Tempat ini tidak be-
rada di dalam bangunan tetapi jauh dalam perut bumi. Ini pasti tempat
penderitaan dan siksaan terhebat. Di sinilah Mendua Hati akan men-
derita seorang diri. Area ini cukup luas untuk memisahkan orang-orang
yang mendapat hukuman setara. Mereka tidak mampu mendengar suara
apa pun kecuali suara mereka sendiri.
Setelah orang-orang hukuman itu aman terkurung, Kepala Penjaga
berjalan ke pintu masuk. Ketika pintu besi besar menutup di belakang-
nya, tak setitik pun cahaya dapat ditemukan dalam batas-batas bangunan
itu. Jiwa-jiwa malang yang berada di dalamnya akan menghabiskan lebih
dari 125 tahun dalam kegelapan dan kesepian. Satu-satunya harapan
akan cahaya mereka adalah ketika sejumlah tahanan baru dibawa masuk
setahun sekali. Namun tidak semua orang bahkan melihatnya, hanya
mereka yang berada di dekat pintu besar. Yang lain, seperti Mendua
Hati, tidak akan pernah lagi melihat cahaya siang hari. Baginya, kege-
lapan yang paling kelam ditetapkan sebagai hukuman.

Renungan
Keempat warga Endel ini menyesali keberadaan mereka karena pilihan
yang tidak menuruti kebenaran. Seorang diri, mereka terus-menerus
mengutuki kebodohan mereka sendiri karena tidak mengindahkan sabda
Jalyn, yang telah diterima di tanah Endel. Mereka akan berbuat apa saja
demi beroleh kesempatan kembali dan mengubah nasib mereka. Oh,
betapa mereka berharap andai saja mereka tidak tunduk pada mayoritas
orang atau mendengarkan pendapat populer pada zaman mereka! Jika
mereka mampu mengulangnya, masing-masing akan menolak pikiran

70 Digerakkan oleh Kekekalan


bodoh mereka sendiri dan menganut tulisan-tulisan kuno, yang tidak
pernah berubah dan tidak pernah bisa dilanggar.
Orang-orang hukuman itu tersiksa oleh gambaran tentang Affabel,
kerajaan yang paling hebat. Dalam penderitaan yang tak putus-putus-
nya, mereka masih bisa melihat keindahan kota itu sekalipun menge-
capnya selama beberapa waktu. Perbedaan kontras itu makin membuat
mereka tersiksa. Panas api yang menyala-nyala, bau asap, dan kegelapan
Lone justru makin menegaskan kebenaran itu. Keindahan yang tadinya
mereka miliki, kini harus mereka tinggalkan semuanya gara-gara kebo-
dohan mereka sendiri.
.

kerajaan affabel: hari penghakiman i 71


Pertanyaan Diskusi
BAGIAN 1: BAB 1–3

1. Sebelum mulai membaca buku ini, bagaimanakah Anda akan


mendefinisikan keberhasilan? Bagaimana tujuan, prioritas, dan ke-
biasaan Anda mencerminkan definisi tersebut? Dengan cara apakah
perspektif Anda ditantang atau ditegaskan oleh apa yang Anda baca
di bagian ini?

2. Ketika kita mempertimbangkan gravitasi dari sebuah konsep seperti


kekekalan, tampaknya tidak masuk akal berpikir bahwa siapa pun
bisa yakin pada penilaian yang menentukan nasib kekal mereka.
Namun itulah janji dalam 1 Yohanes 4:17. Kita akan mengung-
kapkan pemikiran ini sepanjang sisa bagian ini—tetapi bisakah
Anda menjelaskan, berdasarkan apa yang Anda ketahui sekarang,
menurut Anda dari manakah keberanian percaya itu berasal?

3. Pada bagian ini, Anda diperkenalkan pada kerajaan Affabel, sebagai


gambaran hubungan antara kehidupan di bumi dan nasib kekal
kita. Apakah yang paling menonjol menurut Anda tentang kerajaan
ini dan pemerintahannya? Adakah sesuatu yang menggairahkan
atau mengejutkan Anda? Bagaimana terang Kitab Suci menerangi
unsur-unsur dari cerita ini?

4. Marilah kita membahas tentang warga Endel. Apakah reaksi Anda


terhadap keempat hukuman yang pertama? Apakah Anda mengira
hukuman ini berbeda? Jika demikian, mengapa?

5. Apakah pertanyaan atau masalah Anda yang paling mendesak saat


kita melangkah lebih lanjut dalam studi kita?

72 Digerakkan oleh Kekekalan


Bagian 2
BAB 4

Rumah Kekal bagi Orang Mati


Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud
perumpamaan itu. Lalu Ia menjawab: Kepadamu diberi
karunia untuk [makin] mengetahui (mengenal dan
memahami lebih kuat dan jelas) rahasia Kerajaan Allah . . .
— Lu k a s 8 : 9 - 1 0 A MP

alam empat bab berikutnya, kita akan berhenti sejenak dari alegori
D kita dan berfokus pada kebenaran tertentu yang diungkapkan oleh
penilaian Merdeka, Sesat, Lemah Hati, dan Mendua Hati. Kemudian
kita akan menyelesaikan alegori ini dengan mendiskusikan Egois dan
Amal dan seluruh sisa buku ini berfokus pada kebenaran yang diung-
kapkan oleh kehidupan mereka. Bagian yang lebih bagus, buku ini akan
berfokus pada manfaat abadi bagi mereka yang mengikut Yesus Kristus.

Kebenaran Dasar
Dalam alegori ini, Jalyn menggambarkan Yesus Kristus, dan Bapa Raja
adalah Allah Bapa Mahakuasa. Dagon adalah Setan, kehidupan di Endel
melambangkan kehidupan manusia di muka bumi, dan Affabel mencer-
minkan kota surgawi Allah. Tanah sunyi Lone merupakan Lautan Api, di
mana setiap individu yang tanpa anugerah Yesus Kristus akan mengha-
biskan waktu untuk selama-lamanya. Setiap individu yang dibahas dalam
bab sebelumnya mewakili berbagai skenario dari orang-orang yang sela-
manya akan dihukum; Firman Allah menguraikan hal ini dengan jelas.

75
Ya, Anda membacanya dengan benar, dihukum untuk selama-la-
manya. Dalam persiapan untuk menulis pesan ini, saya bergumul ten-
tang bagaimana cara menggiring para pembaca ke bagian yang dapat
terhubung dengan apa yang disebut Alkitab sebagai “penghakiman
kekal.” Bacalah baik-baik berikut ini:

Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran ten-
tang Kristus (Mesias) dan beralih kepada perkembangannya yang
penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar . . . dan hukuman kekal.
[Semua ini adalah hal-hal yang seharusnya engkau ketahui sejak
lama.] (Ibrani 6:1-2 AMP)

Seperti yang Anda lihat, saya meninggalkan lima doktrin dasar lain-
nya, beberapa di antaranya adalah pertobatan dari perbuatan yang sia-sia
dan iman kepada Allah, untuk menekankan bahwa penghakiman dan
hukuman kekal adalah ajaran dasar Kristus.
Salah satu kamus mendefinisikan dasar sebagai “yang merupakan
bagian pokok, esensial, atau fundamental.”1 Inilah bagian penting yang
harus kita miliki sejak awal sebagai dasar untuk membangun; inilah
fondasi. Untuk memahaminya, cobalah pertimbangkan sistem pendi-
dikan kita. Di sekolah dasar, kita mendapatkan perangkat dasar yang
digunakan untuk lebih membangun pendidikan kita, seperti membaca,
menulis, dan berhitung. Apabila tidak memiliki semua ini sebagai dasar,
kita tidak akan pernah memiliki kemampuan untuk mengembangkan
pendidikan yang layak. Hal yang sama berlaku bagi orang percaya. Jika
kita tidak memiliki penghakiman kekal yang ditanamkan dengan kuat
dalam pemahaman kita, maka kita tidak akan mampu membangun ke-
hidupan yang layak di dalam Kristus. Hal ini dapat dibandingkan de-
ngan mencoba meningkatkan pendidikan tanpa bisa membaca, menulis,
menjumlah, atau mengurangi.
Namun, saya telah menemukan setelah hampir dua puluh tahun
perjalanan pelayanan bahwa banyak orang—dan saya termasuk pengi-

76 Digerakkan oleh Kekekalan


kut setia Yesus Kristus—tidak menyadari masalah ini. Perhatikan penulis
menyatakan, “Semua ini adalah hal-hal yang seharusnya engkau ketahui
sejak lama.” Ia tidak mengatakan kita harus mengenali masalah ini tetapi
sepenuhnya atau benar-benar mengetahui. Kata-katanya, “sejak lama”
hanya menekankan bahwa ini merupakan fondasi dari iman dasar kita,
sebagaimana kemampuan untuk membaca dan menulis adalah untuk
tujuan pendidikan kita.
Kita akan segera melihat mengapa “hukuman kekal” adalah ajaran
dasar yang harus kita pahami untuk membangun kehidupan Kristen
yang sehat. Ingatlah hal ini ketika Anda terus membaca. Tanpa pema-
haman ini, mungkin terlalu sulit untuk mencerna apa yang akan kita
bahas, dan Anda mungkin terdorong untuk berpikir, apa gunanya?

Neraka—Kiasan atau Nyata


Sebelum mulai menulis buku ini, saya bergumul dengan pemikiran ini:
Bagaimana cara menyampaikan kepada generasi yang “hidup pada zaman
sekarang” tentang realitas dari keputusan kekal yang akan segera dibuat
tentang kehidupan kita oleh Hakim alam semesta? Setelah beberapa hari
pergumulan, pemikiran lain muncul dalam doa. Saya menyadari bahwa
Yesus, untuk menyampaikan kebenaran rohani kepada pikiran manusia,
menceritakan perumpamaan. Jadi demikianlah ide untuk alegori tentang
Affabel.
Saat saya menulis tentang penghakiman setiap individu di Affabel
dan hukuman mereka seumur hidup di tanah Lone, saya menggigil ke-
takutan. Bahkan, saya menulis bagian akhir dari bab sebelumnya dalam
perjalanan pulang naik pesawat pada suatu minggu malam. Saya berkhot-
bah tiga kali hari itu. Asisten saya sedang tertidur lelap, tetapi saya tidak
bisa berhenti mengetik. Begitu tiba di rumah setelah tengah malam, saya
tidak bisa tidur, ketakutan membayangkan semua orang yang akhirnya
akan menemukan diri mereka berada dalam situasi buruk yang tak ter-
katakan disebut Lautan Api—dan, menurut Yesus, itu akan menimpa
sebagian besar orang:

rumah kekal bagi orang mati 77


“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan
luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang
masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang
menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”
(Matius 7:13-14 TEV).

Saat berbaring di tempat tidur malam itu, saya merenungkan kem-


bali ke masa beberapa tahun silam ketika saya diminta untuk memberi-
takan Injil ke penjara pria dengan sistem keamanan terbaik di Afrika
Selatan. Saya ingat ketika berjalan ke tempat menyeramkan itu, me-
nyaksikan kengerian seperti bau busuk, kondisi hidup yang menjijikkan,
dan sel-sel yang mengurung dua puluh hingga tiga puluh orang dengan
ranjang berimpitan yang hanya berjarak beberapa inci satu sama lain.
Bahkan ada kondom tergantung di dinding. Saya pernah melayani di
beberapa penjara di Amerika, tetapi tidak pernah melihat kondisi yang
tiada berpengharapan seperti itu. Penjara kita tampak seperti klub-klub
olahraga sebagai bandingannya.
Rasanya sulit membayangkan tinggal selama seminggu di tempat
keji itu, apalagi empat puluh hingga lima puluh tahun. Sebagian besar
tahanan berada di sana seumur hidup. Anda bisa melihat keputusasaan
terpancar di wajah orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus. Saya
hampir bisa mendengar pikiran mereka berkata: Setidaknya suatu hari
aku akan keluar dari sini lewat kematian. Namun di sisi lain, mereka
takut pada misteri kenyataan tentang kematian. Ini memang dilema
yang sangat menakutkan. Mereka benar-benar berada dalam keputus-
asaan. Jika tadinya Anda hidup di dunia bebas—seperti halnya mereka
semua—dan menghadapi tempat seperti ini selama sisa hidup Anda, ini
hanya akan menjadi siksaan belaka.
Sementara berada di sana, saya berpikir bahwa sekalipun menge-
rikan, tempat itu indah dibandingkan dengan neraka. Setidaknya para
narapidana memiliki sahabat dan sinar matahari yang menembus melalui
beberapa jendela berjeruji di penjara ini. Di neraka, tidak akan ada saha-
bat atau cahaya, kecuali nyala api yang tidak pernah padam.

78 Digerakkan oleh Kekekalan


Dalam Lautan Api, tidak akan ada pertolongan, selama-lamanya;
banyak jiwa akan berada dalam penderitaan hebat tak henti-hentinya!
Di neraka, orang-orang tidak bisa berpikir, Suatu hari aku akan keluar
dari tempat ini. Mereka telah menerima hukuman kekal!
Karena ini salah satu ajaran dasar-Nya, Yesus sering membahas ten-
tang neraka, jauh lebih sering daripada tema yang sering disampaikan
dari mimbar akhir-akhir ini. Dia tidak bermaksud bahwa mengemuka-
kan gambarannya—termasuk siksaan serta fakta bahwa kondisi itu tidak
pernah berakhir—adalah karena kurangnya belas kasihan. Sebaliknya
Dia menganggapnya sebagai dasar untuk menjangkau kita sebagai Gem-
bala yang Baik. Oleh karena itu, pembahasan dan ajaran tentang hal
itu dimotivasi oleh kasih, karena segala yang Dia perbuat dan ajarkan
keluar dari hati yang penuh belas kasihan. Jadi pertanyaan saya adalah,
apakah kita melakukan pelayanan terbaik kepada orang-orang dengan
tidak menyebutkan neraka dari mimbar-mimbar kita hari ini? Inikah
kasih sejati?
Ada beberapa nama yang diberikan untuk neraka dalam Alkitab.
Sheol atau dunia orang mati (dalam Perjanjian Lama saja), Hades, dan
kuburan adalah beberapa nama yang diberikan untuk ruang-ruangan
maut sementara. Gehenna (Ben-Hinom) dan Lautan Api adalah nama
yang diberikan untuk neraka yang kekal. Kita akan membahas perbe-
daan antara penghubung dan kekal tak lama lagi.
Alkitab menyebutkan neraka adalah tempat yang nyata, bukan kiasan
sebagaimana masyarakat kita telah berupaya untuk mempromosikan-
nya. Dalam Bilangan 16 bumi membuka mulutnya dan menelan tiga
keluarga hidup-hidup ke sheol (dunia orang mati) di hadapan banyak
saksi. Dalam Perjanjian Baru, kita tahu mengenai Antikristus dan Nabi
Palsunya, “Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang
menyala-nyala oleh belerang.” (Wahyu 19:20 AMP). Mereka tidak ser-
ta-merta mati dengan jiwa mereka dibawa ke tempat ini; bukan, tubuh
jasmani dan jiwa mereka dilemparkan ke dalam Lautan Api.

rumah kekal bagi orang mati 79


Lazarus dan Orang Kaya
Dalam Injil Lukas, Yesus menceritakan suatu kejadian nyata yang melibat-
kan orang kaya yang hanya tinggal seorang diri, mengabaikan pengemis
yang setiap hari berbaring di depan rumahnya. Kita tahu ini bukan
perumpamaan karena Yesus membuka cerita ini dengan, “Ada seorang
kaya.” Kedua, Dia menggunakan nama Abraham dan memberikan nama
khusus untuk pengemis, Lazarus. Ini bukan kebiasaan Yesus memberi
nama atau menyebutkan orang sebenarnya dalam perumpamaan-Nya.
Kemudian matilah Lazarus dan dibawa oleh malaikat-malaikat ke
pangkuan Abraham, yang merupakan tempat penantian penghiburan
bagi orang-orang kudus Perjanjian Lama sampai Yesus membuka jalan
bagi mereka untuk datang ke hadirat Allah di surga. Lalu matilah orang
kaya itu dan menemukan dirinya berada di Hades. Kita membaca:

“. . . di alam maut (Hades) ia memandang ke atas, dan dari jauh


dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia
berseru, katanya: ‘Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus,
supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan
lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.’ ”
(Lukas 16: 23-24 TEV)

Perhatikan bahwa orang kaya ini sangat kesakitan. Terjemahan lain


menggunakan kata-kata penderitaan, kesedihan, dan siksaan. Dengan
kata lain, penderitaan itu sangat luar biasa. Neraka adalah tempat siksaan
secara sadar. Juga perhatikan bahwa orang itu mengenali Abraham serta
Lazarus dan mereka juga bisa mengenalinya. Orang-orang di sana sama
halnya seperti manusia biasa di neraka; mereka masih memiliki kemam-
puan penalaran, emosi, kehendak, sifat fisik, dan indra. Orang ini bisa
melihat, mendengar, dan merasakan kesakitan. Mereka juga memiliki
beberapa bentuk kedagingan; Anda dapat melihat keinginan kuat orang
kaya itu hanya untuk menyejukkan lidahnya. Yesus mengatakan bahwa
tubuh maupun jiwa secara abadi dibinasakan di dalam neraka (lihat Ma-

80 Digerakkan oleh Kekekalan


tius 10:28). Dengan kata lain, daging orang-orang akan terus menderita
dan dibinasakan oleh nyala api dan cacing-cacing.
Perhatikan juga bahwa orang kaya itu memohon belas kasihan, seperti
orang-orang yang memohon ampun di penjara Lone dalam alegori kita.
Neraka adalah sebuah tempat tanpa jalan keluar, untuk selama-lamanya!
Tak seorang pun yang akan pernah datang dari luar untuk menghibur
para penghuninya, meskipun pertolongan tersebut sangat dinantikan.
Tampaknya ini tidak akan pernah menjadi kenyataan. Abraham harus
mengingatkan orang kaya ini, “Selain dari pada itu di antara kami dan
engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang
mau pergi dari sini [untuk mendatangkan penghiburan] kepadamu atau-
pun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menye-
berang” (Lukas 16:26 NLT). Saya kenal seseorang yang mengalami
neraka; kemudian ia melaporkan bahwa ia melihat setiap orang berseru
bahwa siksaan itu terlalu berat untuk ditanggung. Inilah yang Anda den-
gar ketika orang kaya ini menangis dalam ayat di atas.
Teruslah membaca:

“Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah me-


nerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala
yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat men-
derita....”
Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa,
supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada
lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sung-
guh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat
penderitaan ini.” (Lukas 16:25, 27-28 TEV)

Anda pernah mendengar tentang pepatah lama, “Kesengsaraan se-


nang berteman.” Mengapa tidak berlaku di sini? Mengapa orang kaya ini
tidak ingin orang lain ada di sana bersama dia? Jawabannya adalah bahwa
di neraka tidak ada persahabatan atau persekutuan. Beberapa orang ber-

rumah kekal bagi orang mati 81


pikir akan ada pesta-pora di neraka; orang lain berpikir mereka akan
bersenang-senang dengan teman-teman mereka. Jika memang demikian,
orang kaya ini pasti ingin semua rekan terdekatnya untuk bergabung
dengannya, tetapi ia putus asa melihat tak satu pun mereka datang ke
tempat siksaan ini. Neraka adalah tempat kesunyian dan keputusasaan.
Tempat ini juga merupakan tempat peringatan kekal, yang saya yakin
adalah salah satu siksaan hebat.
Simaklah bagaimana Abraham merespons permohonan orang kaya
itu kepada saudara-saudaranya:

“Tetapi kata Abraham: ‘Ada pada mereka kesaksian Musa dan para
nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.’
“Jawab orang itu: ‘Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang
yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan ber-
tobat.’
“Kata Abraham kepadanya: ‘Jika mereka tidak mendengarkan ke-
saksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan,
sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’ ”
(Lukas 16:29-31 TEV)

Ada kebenaran teguh yang disampaikan di sini. Banyak orang menyu-


kai pengalaman luar biasa untuk membuktikan kepada diri sendiri atau
orang lain tentang keabsahan Injil. Namun Yesus menunjukkan kepada
kita bahwa tidak ada yang lebih besar selain dari Firman Allah yang mem-
berikan keyakinan yang dibutuhkan untuk mengikut Allah sepenuhnya
sampai akhir. Jangan salah paham. Kebanyakan yang menyaksikan hal
bersifat supranatural akan menjadi tercengang dan berubah untuk se-
mentara waktu, tetapi mereka tetap tidak akan berpegang teguh pada
keyakinan dalam hati mereka dengan semua pengalaman ini.
Ketika saya masih remaja—seorang pemuda duniawi dan senang
berpesta-pora—ayah saya mengajak saya menonton film The Ten Com-
mandments yang dibintangi oleh Charlton Heston. Masih teringat jelas

82 Digerakkan oleh Kekekalan


waktu itu mata saya terpaku pada layar lebar ketika bumi menganga dan
menelan orang-orang itu ke dalam neraka; kejadian itu sangat menggun-
cang hati saya. Ketika berjalan keluar dari teater, hidup saya serta-merta
berubah. Saya menjadi lebih baik dan bertingkah laku berbeda hanya
selama sekitar satu minggu, namun segera kembali ke cara-cara hidup
lama saya. Mengapa? Karena saya belum pernah mendengar Firman
Allah, bertobat dari cara hidup saya, dan berkomitmen sungguh-sung-
guh kepada Yesus agar kasih karunia-Nya mengubah saya.
Teman-teman saya dan saya juga memiliki pengalaman luar biasa
lainnya yang mengguncang hati saya, tetapi saya tidak berubah oleh
pengalaman supranatural apa pun. Hingga tak lama kemudian salah
satu saudara dari kelompok persaudaraan di perguruan tinggi datang ke
kamar saya dan menyampaikan Firman Allah melalui Injil Yesus Kristus
yang mengubah hidup saya. Kita secara khusus diberitahu, “Jadi, iman
timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma
10:17), dan, “Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih
yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang
hidup dan yang kekal.” (1 Petrus 1:23 BIS). Karena alasan ini, sangat
penting agar kita mengajar dan memberitakan Firman Allah, bukan
hanya pengalaman kita.
Di sisi lain, setelah menjelaskan ini, sekarang izinkan saya me-
nekankan fakta bahwa: jika pengalaman melengkapi atau membantu me-
neguhkan Firman Allah, maka artinya pengalaman itu dahsyat dan bahkan
diperlukan. Kesaksian berperan besar dalam memberitakan Injil, tetapi
Firman Allah harus diterima dan diyakini yang akan menyebabkan kita
tunduk untuk selama-lamanya.

“Mengapa Aku Pergi ke Sini?”


Nah, sekarang izinkan saya berbagi kesaksian yang akan melengkapi apa
yang telah kita bahas dari Kitab Suci. Saya dan istri saya duduk di ruang
tamu seorang teman suatu malam, dan teman saya bercerita kepada

rumah kekal bagi orang mati 83


kami tentang apa yang terjadi padanya saat masih muda. Ia dibesarkan
di Karibia dan selama musim hujan ia terperosok ke dalam lubang yang
digunakan untuk menampung air hujan pada pekerjaan konstruksi. Ka-
kaknya melompat dan mencoba menyelamatkannya tetapi tidak berha-
sil, jadi kakaknya segera keluar dan berlari minta bantuan, karena teman
kami tidak bisa berenang. Saat bantuan tiba, ia telah mati selama kurang
lebih tiga puluh menit.
Menurut penuturannya, setelah ia meninggalkan tubuhnya, seluruh
indranya masih utuh. Ia merasa tubuhnya tertarik dengan cepat menuju
kegelapan yang sangat pekat. Kegelapan itu begitu kelam hingga ia bah-
kan tidak bisa melihat tangannya sendiri di depan wajahnya; suasana
sekitarnya begitu gelap gulita sehingga ia merasa seolah-olah kegelapan
menyelimutinya. Katanya, “Ketakutan itu begitu hebatnya hingga aku
berpikir, ini tidak mungkin lebih buruk lagi. Namun semakin aku melun-
cur turun, ketakutan itu makin hebat. Aku belum pernah mengalami ke-
takutan seperti itu di dunia ini. Sulit untuk menggambarkannya dengan
kata-kata.”
Ia melanjutkan, “Lalu kulihat lampu berkedip-kedip, dan aku tahu,
aku sedang menuju neraka. Aku mulai berteriak, ‘Mengapa aku pergi
ke sini? Aku orang Kristen!’” Ibu dan ayah teman kami ini adalah orang
yang beriman teguh, tetapi ia hanya pergi ke gereja karena orang tuanya
menyuruh dia sehingga ia tidak punya pilihan lain.
Ia kemudian mendengar jeritan ketakutan dan siksaan. Saya masih
ingat jelas ia berkata, “John dan Lisa, ada teriakan yang sudah biasa. Lalu
ada teriakan lain yang membuat darah bisa membeku di urat nadimu.
Inilah jeritan-jeritan yang kudengar.
“Lalu aku berhadapan dengan makhluk bersisik yang terus berkata,
‘Datanglah kemari. Kamu milikku.’
“Aku bergulat dengan makhluk itu. Awalnya aku hanya bisa bung-
kam karena rasa takut luar biasa, tetapi kemudian aku berteriak, ‘Lepas-
kan aku, lepaskan aku!’ ”

84 Digerakkan oleh Kekekalan


“Lalu tiba-tiba aku merasakan teriakanku sendiri dalam tubuhku
dan menggigit dokter yang jarinya memegang tenggorokanku—begitu
kata ibuku setelah aku menjelaskan kepadanya pengalamanku. Di saat
yang sama, ibuku sedang duduk di luar ruang operasi (sekarang di rumah
sakit) dan berseru kepada Allah, ‘Bapa jika Engkau mengembalikan pu-
traku, aku akan menyerahkan dia kepada-Mu untuk selama-lamanya!’ ”
Teman kami merintis pelayanan di Karibia di kemudian hari.
Anda mungkin menyangsikan pengalaman orang ini; namun, cukup
banyak pria, wanita, dan anak-anak yang telah mengalami kejadian se-
rupa. Pengalaman mati suri atau near death experiences (NDE) cukup
sering dihadapi beberapa dokter yang telah menelitinya.
Salah satu peneliti tersebut adalah seorang pria bernama Melvin
Morse, seorang dokter yang melakukan penelitian ekstensif pada anak-
anak yang mengalami NDE. Dr. Morse meneliti dua kelompok anak.
Kelompok pertama 121 pasien terdiri dari anak-anak yang sakit kritis
tetapi tidak mati suri. Mereka terikat dengan mesin paru-paru buatan,
dalam perawatan intensif atau pengobatan berat, dan berkisar antara usia
3 hingga 16 tahun. Tidak satu pun dari mereka dilaporkan meninggal-
kan tubuh mereka.
Kelompok kedua, yang terdiri dari dua belas anak dari kelompok
usia yang sama, mengalami gagal jantung akibat tenggelam, kecelakaan
mobil, serangan jantung, dan sejenisnya. Dalam kelompok kecil ini,
setiap anak dari dua belas pasien telah merasakan pengalaman keluar
dari tubuh. Beberapa anak telah melihat tubuh mereka sekilas dan men-
jelaskan kepada dokter tentang prosedur yang mereka gunakan saat me-
nangani anak-anak ini.
Beberapa orang mungkin berpikir pengalaman teman kami itu hanya
berhalusinasi; namun, studi yang dilakukan pada anak-anak lain ini akan
menunjukkan sebaliknya. Selain itu, mana mungkin ia telah berhalusi-
nasi padahal secara klinis ia sudah mati selama hampir tiga puluh menit?

rumah kekal bagi orang mati 85


Hades Versus Lautan Api
Teman kami, serta orang lain yang saya kenal yang telah mengalami ne-
raka, melihat tempat siksaan sementara yang disebut Hades. Ini bukan
tempat tinggal abadi orang-orang yang berada di luar keselamatan. Seba-
liknya, inilah tempat penantian siksaan di mana mereka ditahan sampai
hari Pengadilan Takhta Putih yang Besar. Tempat permanen di mana ma-
nusia, setan, dan malaikat yang jatuh akan menghabiskan waktu untuk
selama-lamanya setelah penghakiman mereka disebut Lautan Api. Hal
ini jelas terlihat dalam ayat-ayat Kitab Suci berikut:

Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk
di atasnya... Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di
dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang
mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing
menurut perbuatannya [menurut motif, tujuan, dan perbuatan me-
reka]. Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam
lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan [nama]
setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab
kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.
(Wahyu 20:11, 13-15 AMP; dua pernyataan dalam kurung ditiada-
kan untuk petunjuk)

Pertama-tama saya ingin menunjukkan bahwa semua orang yang


berada di tempat siksaan sementara, Hades, dibawa di hadapan penga-
dilan. Setelah putusan ini selesai, semua yang bersalah dan seluruh orang
yang melakukan pelanggaran hukum akan dilemparkan ke dalam La-
utan Api—segalanya termasuk setan, malaikat yang jatuh, dan ya, bah-
kan Hades sendiri.

86 Digerakkan oleh Kekekalan


Penglihatan Tentang Lautan Api
Saya dan istri saya memiliki teman-teman orang Yunani. Sang istri, ber-
nama Joy, adalah pendeta generasi ketiga. Neneknya lahir dan dibesarkan
di Yunani dan sejak muda mulai mencari Allah. Pertanyaannya kepada
orang-orang di sekitarnya ditanggapi dengan sikap apatis dan cercaan. Ia
ingin pergi ke gereja, tetapi ia diperingatkan bahwa “tidak ada Allah” dan
supaya menghentikan omong kosong itu.
Suatu hari, ketika nenek Joy membawakan tarian rakyat bersama
teman-temannya di alun-alun desa selama festival Yunani, sebuah suara
berbicara kepadanya dan berkata, “Efrosyni, carilah tarian abadi.”
Ia terperanjat! Siapa yang bicara itu? ia bertanya-tanya. Seketika itu
juga, ia berhenti menari dan berlari pulang, berharap menemukan bebe-
rapa petunjuk. Saat ia berlari, beban dahsyat mulai menindihnya seperti
benda berat di punggungnya.
Begitu berada di dalam rumahnya, Efrosyni langsung pergi ke kamar
tidurnya, berlutut, dan mulai menangis. Ia ingin berbicara dengan
suara itu. Siapa yang sedang berbicara dengannya? Apa yang diucapkan
padanya? Apa yang berusaha disampaikannya? Semua pertanyaan ini
menyiksa pikirannya—tetapi cuma sebentar. Tak lama kemudian setelah
Efrosyni menyentuh lantai, ia merasakan sesuatu menyerupai api mema-
suki kamar, meliputi dirinya. Seketika ia rebah dan muncullah sebuah
penglihatan.
Dalam penglihatan itu ia melihat malaikat datang kepadanya berju-
bah putih. Malaikat itu mengangkat tubuhnya dan membawa dia ke se-
buah tempat bercahaya remang-remang. Ia ditinggalkan di sana. Ketika
ia melihat dengan jelas, ia tersadar penuh kekaguman melihat dirinya
sedang berdiri di depan tempat penyaliban di Golgota. Tuhan terpaku di
kayu salib, darah menetes dari luka-luka-Nya. Ia menyaksikan penderi-
taan di wajah-Nya selama Dia sedang disiksa.
Di saat yang sama, Efrosyni mendengar teriakan datang dari ke-
jauhan. Ia berpaling dan mencari arah datangnya suara itu dan melihat
jurang besar antara salib dan tempat di seberang jurang, di mana gelom-

rumah kekal bagi orang mati 87


bang besar api menyembur dari dalam bumi. Itulah lautan api. Ia bisa
mendengar jeritan yang tampaknya terdengar seperti kumpulan besar
orang. Mereka mengutuki Allah. Waktu itu ia merasa sebuah kekuatan
mendorong kepalanya ke bawah ke arah jurang yang menganga di bumi,
dan suara yang dia dengar sebelumnya berbicara padanya berkata, “Inilah
tempat di mana seharusnya kamu juga berada.”
Ia sangat ngeri! Ia mulai meratap dan mohon ampun. Ia tersungkur
di kaki salib, memikul beban berat di punggung yang dia rasakan se-
belumnya. Ia tinggal di sana menangis selama beberapa waktu. Ketika
suara itu, yang penuh kasih dan belas kasihan, berbicara dengannya lagi,
katanya, “Dia melakukannya untukmu! Dia mati untukmu! Jika kamu
mohon ampun dan menerima pengorbanan-Nya untukmu, kamu tidak
perlu pergi ke sana [ke dalam lautan api]!”
Saat itu, Efrosyni bahkan meraung-raung lebih keras, segera menang-
gapi apa yang dikatakan suara itu. Ia mohon ampun, dan tak lama kemu-
dian beban yang telah dipikulnya terangkat dan terguling ke kaki salib.
Efrosyni mendongak dan menatap Tuhan Yesus berdiri di depan-
nya, dalam wajah kemuliaan-Nya. Tuhan Yesus mengangkatnya dan
membawa dia ke arah bukit hijau yang paling elok. Ia sekarang dapat
berkomunikasi dengan-Nya melalui pikirannya. Ia akan mengajukan
pertanyaan, dan Dia akan menjawab. Sungguh menakjubkan! Ia ber-
tanya kepada-Nya ke mana mereka akan pergi dan Dia berkata, “Untuk
bertemu Bapamu di surga!”
Saat mereka mendekati puncak gunung, ia bisa melihat cahaya
yang terpancar dari sebuah gerbang. Musik dan nyanyian malaikat yang
merdu terdengar dari bunga-bunga dan pepohonan di sekitarnya. Me-
reka mencapai puncak dan memasuki gerbang. Sungguh menakjubkan.
Keindahannya tak terlukiskan!
Mereka langsung menuju takhta. Efrosyni tidak melihat wajah Allah
yang terselubung, tetapi ia melihat sebuah buku besar dan tangan yang
terjulur keluar dari awan-awan. Tangan ini mulai menulis. Ia mem-
bungkuk untuk melihat apa yang sedang ditulis, dan dengan takjub ia

88 Digerakkan oleh Kekekalan


melihat namanya tertulis dalam Kitab Kehidupan! (Meskipun waktu itu
ia tidak tahu kalau buku ini adalah Kitab Kehidupan.)
Ketika Bapa surgawi menuliskan namanya di dalam Kitab Ke-
hidupan, Dia berkata, “Selamat datang di keluarga ini!” dan memberi
Efrosyni sebuah kecupan di dahi. Waktu itu, ia melihat barisan malaikat
membentuk lingkaran selagi mereka mulai menari dan bernyanyi sambil
bersuka ria! Ia bisa mengenali namanya dinyanyikan oleh para malaikat
selagi mereka menari. Ia bergabung dengan mereka. Kelak di kemudian
hari ia baru tahu bahwa yang para malaikat lakukan adalah perayaan
besar untuk menghormatinya karena ia telah diselamatkan.
Setelah beberapa saat, Tuhan berbicara kepadanya dan mengatakan
sudah waktunya bagi dia kembali ke bumi karena Dia memiliki peker-
jaan besar yang direncanakan baginya. Ia harus melewati ujian yang be-
rapi-api demi nama-Nya, tetapi Dia akan besertanya, dan setelah semua
ini selesai, ia akan kembali bersama Dia untuk selama-lamanya.
Seketika itu juga, Efrosyni mendapati dirinya kembali kamarnya. Ia
sangat kecewa karena kembali ke bumi setelah perjalanan surgawi yang
baru saja dialaminya, tetapi ia tidak punya pilihan lain.
Ketika tersebar berita di desa tentang pengalaman Efrosyni, penga-
niayaan dimulai. Diawali dengan ayahnya, yang mengancam akan mem-
bunuhnya dengan kapak jika ia tidak melepaskan apa yang dia percayai.
Ia bersikeras kepada ayahnya bahwa ia tidak pernah bisa mengabaikan
apa yang telah dialaminya.
Penganiayaan sangat intensif sampai satu malam, kakak Efrosyni
mendatanginya dan memperingatkan bahwa orang-orang tertentu be-
rencana datang keesokan harinya dan menggiring dia ke alun-alun desa,
di mana gereja Ortodoks Yunani berada. Mereka akan mengeluarkan
patung suci Maria, dan jika ia tidak sujud menyembah dan menci-
umnya, mereka akan menuangkan bensin ke sekujur tubuhnya lantas
membakarnya.
Efrosyni tidak percaya jika orang-orang akan berani bertindak sejauh
itu, tetapi tampaknya mereka telah bertekad untuk melaksanakannya,

rumah kekal bagi orang mati 89


karena di malam yang sama malaikat Tuhan menjumpai Efrosyni muda
dan membangunkan dia dengan menepuk bahunya.
Begitu ia terjaga, malaikat menyuruhnya segera berpakaian dan
pergi ke pintu depan. Ia patuh, dan ketika kakinya menginjak teras, ia
merasa seseorang mengangkatnya dari tanah. Secara fisik ia dibawa dari
rumahnya ke tempat yang aman di desa lain sejauh beberapa mil.

Siksaan yang Tak Terbayangkan


Nenek Joy tidak melihat Hades. Ia melihat Lautan Api, yang juga dise-
but “kematian kedua.” Jalan hidupnya berubah karena ia memilih untuk
mengikut Yesus Kristus dengan sepenuh hati. Alkitab mengatakan:

“Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya,


orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal,
tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pen-
dusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang
menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.”
(Wahyu 21:8 TLB).

Perhatikan inilah lautan yang “menyala-nyala oleh api dan belerang.”


Sulfur atau belerang adalah zat non-logam yang menyala-nyala oleh panas
hebat dan menghasilkan bau yang sangat tidak menyenangkan. Banyak
orang yang telah menggambarkan neraka akan menyebutkan aromanya
yang kurang sedap. Mereka menggambarkan baunya “tak tertahankan.”
Bahkan, orang-orang yang saya kenal yang telah mengalami dunia orang
mati ini memberitahu bahwa tidak ada cara yang tepat untuk menjabar-
kan dalam bahasa sehari-hari tentang siksaan dan kengerian yang dapat
diterima akal sehat.
Perhatikan juga istilah kematian kedua. Yesus berkata, “Siapa berte-
linga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada je-
maat-jemaat: [Artinya yang hendak Dia katakan adalah bukan kepada

90 Digerakkan oleh Kekekalan


orang-orang yang tidak percaya.] Barangsiapa menang, ia tidak akan
menderita apa-apa oleh kematian yang kedua. (Wahyu 2:11).
Anda mungkin merasa aneh karena Yesus mengatakan ini kepada ge-
reja-gereja. Namun, perhatikan di ayat di atas bahwa kita melihat tiga
kategori utama dari orang-orang yang akan terbakar di lautan api. Yang
pertama adalah mereka yang berpaling dari-Nya. Yang kedua adalah me-
reka yang tidak setia kepada-Nya. Yang ketiga adalah orang-orang ber-
dosa yang tidak pernah berjalan dengan-Nya sama sekali. Dua kelompok
pertama menggambarkan orang-orang yang pernah ada di gereja.
Ingatlah tiga orang pertama yang kita bahas dalam alegori kita:
Lemah Hati, Sesat, dan Merdeka. Dua di antara mereka aktif di Sekolah
Endel, yang merupakan gambaran gereja. Kita akan segera membahas
hal ini secara mendalam.
Kematian kedua adalah penderitaan di Lautan Api untuk selama-la-
manya. Sekali lagi, pikirkan tentang bab pertama ketika kita membahas
kekekalan: selama-lamanya, tiada akhir, tanpa pertolongan, tidak ada
jalan keluar! Beberapa orang berpikir bahwa penderitaan ini akhirnya
akan berakhir, namun ini jelas bertentangan dengan apa yang diajarkan
Firman Allah yang menyatakan, “mereka disiksa siang malam sampai se-
lama-lamanya.” (Wahyu 20:10).
Untuk lebih menunjukkan bahwa penderitaan ini tidak pernah ber-
akhir, Yesus menyebutkan hal ini tentang semua yang tidak mematuhi
firman-Nya: “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal,
tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.” (Matius 25:46).
Perhatikan kata-kata “tempat siksaan yang kekal.” Dengan kata lain,
hukuman itu tidak pernah berakhir. Namun untuk selama-lamanya!
Yesus berkata:

“Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih


baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu
dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka (Ge-
henna).” (Markus 9:47 AMP)

rumah kekal bagi orang mati 91


Seperti yang dapat Anda lihat di sini, Yesus berbicara tentang Ge-
henna, Lautan Api. Sekarang lihat apa yang Dia katakan dalam terje-
mahan yang berbeda:

Dan jika matamu membuatmu kehilangan imanmu, cungkillah!


Lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah hanya dengan ber-
mata satu daripada dengan bermata dua dan dicampakkan ke dalam
neraka. Di sana ulat-ulat bangkai tidak pernah mati dan api tidak
pernah padam. (Markus 9:47-48 TEV—terjemahan harfiah Today’s
English Version)

Perhatikan bahwa cacing-cacing yang memakan mereka tidak pernah


mati, yang berarti mereka terus-menerus makan sesuatu. Mari kita ban-
dingkan dengan hal yang alamiah. Setelah seseorang secara fisik mening-
gal, cacing-cacing memakan dagingnya sampai habis dan hanya tersisa
tulang-belulang, dan kemudian cacing mati. Cacing-cacing di Gehenna
ini tidak pernah mati karena apa yang mereka makan tidak pernah habis.
Salah satu orang yang pernah melihat neraka melaporkan bahwa ia me-
lihat cacing-cacing besar memakan daging orang-orang yang disiksa di
dalam api, namun tidak peduli berapa lama mereka telah berada di ne-
raka, mereka masih memiliki daging yang terus digerogoti cacing-cacing
itu.
Ya, Anda benar—tempat ini memang tak terbayangkan! Yang harus
kita ingat adalah awalnya Allah tidak menciptakan Lautan Api bagi ma-
nusia. Simaklah apa yang Yesus katakan kepada orang-orang yang dilem-
parkan ke tempat menyeramkan ini:

“Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya:


Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, en-
yahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan
malaikat-malaikatnya.’ ” (Matius 25:41)

92 Digerakkan oleh Kekekalan


Lautan Api diciptakan untuk iblis dan malaikat-malaikat yang telah
jatuh, bukan manusia. Namun, iblis menyesatkan dan membawa serta
banyak orang bersamanya menuju hukuman kekal. Ini sama halnya
dengan apa yang kita lihat dalam alegori kita: pengaruh Dagon meng-
akibatkan banyak orang tersesat, dan kemarahan Jalyn, yang awalnya
ditujukan kepada Dagon, harus diarahkan kepada mereka yang tunduk
pada pengaruhnya. Jika tidak, Jalyn tentu tidak akan bersikap adil.

Semuanya Baik Untuk Selama-lamanya


Kita melihat betapa dahsyatnya murka Jalyn pada bab sebelumnya. Kitab
Suci menyatakan bahwa pria atau wanita yang minum dari “anggur dari
murka Allah... akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata ma-
laikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba. Maka asap api
yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya” (Wahyu
14:10-11).
Sekali lagi, pikirkan “sampai selama-lamanya.” Ingat diskusi kita ten-
tang kekekalan dalam bab pertama? Mencoba memahami tentang tak
berkesudahan? Anda tidak dapat memahaminya dengan pikiran, tetapi
Anda dapat mencernanya dalam hati. Karena alasan ini, Allah meratapi
seluruh generasi yang tidak mau mendengarkan Dia, firman-Nya:

“Kiranya hati mereka selalu begitu, yakni takut akan Daku dan ber-
pegang pada segala perintah-Ku, supaya baik keadaan mereka dan
anak-anak mereka untuk selama-lamanya!” (Ulangan 5:29)

Perhatikan kata untuk selama-lamanya. Andai saja orang-orang ini


dimotivasi oleh apa yang kekal—yaitu digerakkan oleh kekekalan! Perha-
tikan juga Allah berfirman “selalu berpegang pada segala perintah-Ku.”
Dia tidak berfirman “untuk sementara waktu berpegang pada segala pe-
rintah-Ku.” Dia juga tidak berfirman “selalu berpegang pada sebagian
dari perintah-Ku.” Tidak, namun selalu berpegang pada semuanya! Kita

rumah kekal bagi orang mati 93


diperintahkan untuk mematuhi kehendak-Nya sepenuhnya serta tak
henti-hentinya.
Anda mungkin berpikir, saya belum berpegang pada segala perin-
tah-Nya. Saya pasti akan terbukti bersalah pada hari penghakiman! Ya,
memang benar. Hukum Allah mengidentifikasi dan membuktikan
bahwa setiap manusia tidak memenuhi standar Allah yang mulia dan
akan terbukti bersalah di penghakiman kelak. Tidak ada yang bisa tahan
berdiri di hadapan Allah dan berkata, “Aku telah menjalani kehidupan
yang layak di kerajaan-Mu dan tidak pantas dihukum selama-lamanya.”
Alasan dari kegagalan ini adalah bahwa awalnya, di taman Eden, ma-
nusia sengaja menentang Allah. Dalam melakukannya, ia menerima sifat
dosa. Dengan tindakan pelanggarannya, ia menjadikan dirinya budak
Setan, terikat pada wewenangnya. Tidak ada cara lain ia bisa menebus
atau menyelamatkan dirinya sendiri. Sifat dosa ini akan diturunkan ke
setiap keturunan Adam dan Hawa, yaitu seluruh umat manusia, karena
kita dilahirkan dengan sifat orangtua kita.
Dengan kasih yang tulus murni, Allah berjanji bahwa meskipun ma-
nusia bertanggung jawab penuh atas kejatuhannya, Tuhan akan mengi-
rimkan Juruselamat untuk menyelamatkan kita. Juruselamat itu adalah
Yesus Kristus. Kedatangan-Nya sudah diramalkan ratusan tahun sebe-
lum kelahiran-Nya bahwa Dia akan dilahirkan dari seorang perempuan
muda (lihat Yesaya 7:14). Bapa-Nya adalah Allah dan ibunya adalah se-
orang anak dara bernama Maria, keturunan Raja Daud. Ini harus ter-
jadi demikian, karena jika kedua orangtua adalah manusia, Yesus akan
terikat dengan sifat Adam. Dia akan menjadi hamba dosa. Dia tidak bisa
menjalani hidup yang sempurna dan karena itu tidak bisa menebus kita.
Namun, Dia harus lahir dari seorang perempuan karena laki-laki sudah
jatuh dalam dosa, dan bayi itu adalah manusia yang akan membayar
harga atas pelanggaran kita. Jadi Yesus adalah seratus persen Allah dan
seratus persen manusia.
Ketika Yesus disalib, Dia menanggung seluruh dosa kita atas diri-Nya
sendiri dan mencurahkan darah-Nya sampai mati, rela membayar harga

94 Digerakkan oleh Kekekalan


atas dosa kita. Namun, karena Dia hidup sempurna dalam kebenaran,
Bapa membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan
Dia di sebelah kanan-Nya. Raja Daud, yang juga seorang nabi dan nenek
moyang Yesus, telah melihat ke depan apa yang akan terjadi setelah pe-
nyaliban Yesus lebih dari seribu tahun sebelum terjadi. Petrus mengutip
kata-katanya pada hari Pentakosta dengan menyatakan:

“Tetapi ia adalah seorang nabi [Raja Daud] dan ia tahu, bahwa


Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa
Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas
takhtanya. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara
tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak
ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak
mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan
tentang hal itu kami semua adalah saksi. (Kisah Para Rasul 2:30-32)

Yesus dibangkitkan dari antara orang mati demi membebaskan kita.


Perhatikan Petrus menyatakan bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam
dunia orang mati, yang secara otomatis memberitahu kita bahwa Dia
pernah berada di sana. Kapan Dia ada di sana? Pada suatu waktu an-
tara salib dan kebangkitan. Yesus mengecap kematian, atau neraka, bagi
semua orang sehingga kita tidak perlu menerima hukuman kekal. Seka-
rang ketika kita meninggalkan kehidupan yang berfokus pada diri kita
sendiri dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada kekuasaan-Nya,
apa yang Dia perbuat bagi kita—mencurahkan darah-Nya dan menge-
cap kematian—menjadi tebusan untuk menebus kita kembali dan pem-
benaran kita di hadapan Allah. Kita ditempatkan dalam kedudukan yang
benar dengan kebenaran-Nya dan dapat berdiri dengan keberanian per-
caya di hadapan takhta pengadilan-Nya. Puji Tuhan selama-lamanya!
Dengan demikian kita secara eksplisit diingatkan, “Sebab karena
kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu,
tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang
yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8-9 NLT).

rumah kekal bagi orang mati 95


Jika Anda belum pernah bertobat dari kehidupan yang terpisah
dari Allah, tidak mengakui segala dosa Anda, dan menyerahkan diri
sepenuhnya pada kekuasaan Yesus, maka saat ini segeralah beralih pada
lampiran di bagian belakang buku ini. Pada bagian tersebut saya men-
jelaskan rencana Allah bagi keselamatan Anda dan berdoa dengan Anda
untuk menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Kebanyakan orang percaya sangat fasih menyebutkan apa yang telah
saya tulis dalam beberapa halaman terakhir ini. Namun, saya telah mene-
mukan banyak orang percaya tidak sepenuhnya memahami apa yang saya
bahas dalam beberapa bab berikutnya. Bahkan, banyak orang yang me-
ngaku Kristen akan terkejut pada kebenaran sederhana yang terungkap
dalam ayat-ayat Kitab Suci yang akan kita baca pada halaman berikut-
nya. Kita juga akan menemukan dalam bab-bab yang berikutnya tentang
mengapa kebenaran mengenai hukuman kekal adalah pengetahuan dasar
yang harus dimiliki setiap orang percaya untuk pertumbuhan yang sehat.

96 Digerakkan oleh Kekekalan


BAB 5

Hukuman bagi Yang Sesat


Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah
berlangsung secara jujur . . .
— Ro m a 2 : 2

esus datang untuk menyelamatkan kita dari hukuman dosa yang


Y kekal, yang awalnya ditujukan kepada Setan dan para pengikutnya.
Hidup-Nya yang dikorbankan bagi kita mengungkapkan kasih Allah
yang sungguh menakjubkan.
Pikirkanlah. Tuhan menciptakan manusia, beserta binatang, burung,
serangga, makhluk laut, dan seisi bumi—termasuk atmosfernya—sem-
purna pada mulanya. Kita membaca, “Maka Allah melihat segala yang
dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.” (Kejadian 1:31). Dia kemudian
menempatkan ciptaan yang sempurna di tangan manusia untuk meng-
usahakan dan memeliharanya. Sebagaimana pemazmur menyatakan,
“Langit itu langit kepunyaan TUHAN, dan bumi itu telah diberikan-
Nya kepada anak-anak manusia.” (Mazmur 115:16 TEV). Inilah tang-
gung jawab Adam untuk melindungi bukan hanya dirinya sendiri tetapi
seluruh ciptaan dari Lucifer, musuh utama Allah.
Allah tidak menginginkan robot yang tidak bisa bebas memilih untuk
mengasihi, taat, dan menjalin hubungan dengan-Nya. Jadi, dari segu-
dang pohon yang ada di taman itu, hanya satu pohon yang dibarengi
dengan perintah berikut: “Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini ke-
pada manusia: ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya
dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang

97
jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau me-
makannya, pastilah engkau mati.’ ” (Kejadian 2:16-17 TEV).
Kematian yang Allah sebutkan bukanlah tentang kematian fisik,
sebab Adam tidak mengalami kematian fisik sampai beberapa tahun se-
sudahnya (walaupun ini juga merupakan akibat dari pelanggarannya).
Sebaliknya, Tuhan menunjukkan kepada manusia bahwa yang akan
dipisahkan dari kehidupan Allah dan mengambil sifat Lucifer, yaitu
kematian.
Setelah beberapa waktu lamanya, Lucifer memperdayakan Hawa
dengan menyesatkan karakter Allah di matanya. Ia mampu mengalih-
kan fokus perempuan itu dari semua pohon yang tersedia dan ke pohon
terlarang. Setelah perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik
untuk dimakan dan sedap kelihatannya, ia memakannya. Ini karena
ia sekarang menganggap Tuhan sebagai seorang pengambil dan bukan
Pemberi. Namun saat ini, umat manusia masih belum jatuh. Tidak lama
kemudian sampai suami Hawa memakan buah dari pohon itu sehingga
ciptaan Allah menerima sifat kematian. Dengan demikian, dosanya lebih
besar. Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah
yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa. (lihat 1 Timotius 2:14).
Akibatnya, tidak hanya Adam tetapi seluruh ciptaan yang diperca-
yakan kepadanya segera menerima sifat kematian. Sebelum pelanggaran
Adam, binatang tidak melahap dan makan daging, mereka juga tidak
mati. Angin topan, gempa bumi, badai, kelaparan, penyakit, dan wabah
penyakit tidak ada. Semua ini diakibatkan karena manusia tidak meme-
lihara apa yang Tuhan percayakan kepadanya. Kita membaca:

Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan


oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah
menaklukkannya, tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu
sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan
masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. (Roma
8:20-21 NLT)

98 Digerakkan oleh Kekekalan


Alam tidak dikutuk dengan kematian karena pilihannya sendiri me-
lainkan oleh karena pelanggaran manusia kepada Allah. Adam tidak me-
lindungi apa yang sudah dipercayakan kepadanya. Ia menaklukkan bukan
hanya alam tetapi juga dirinya sendiri, istrinya, dan seluruh keturunan
mereka berikutnya dari apa yang awalnya merupakan kutukan Lucifer:
pemisahan dari Allah. Sungguh sesat! Pelanggaran besar!
Saat ini, Allah bisa saja mengatakan, “Manusia, yang Kukasihi, Ku-
berkati, dan Kuciptakan sempurna, lebih memilih Lucifer daripada Aku.
Biarkan saja mereka semua pergi ke Lautan Api dan Kami (Bapa, Anak,
dan Roh Kudus) akan mengawali semuanya kembali. Kami akan men-
ciptakan alam semesta lain dengan makhluk yang akan tetap setia dan
mengasihi Kami sebagaimana Kami mengasihi mereka.”
Jika Tuhan telah melakukan demikian, Dia akan tetap sempurna
dalam keputusan-Nya. Namun karena kasih-Nya yang mahahebat, Dia
berjanji kepada umat manusia bahwa Dia akan mengirimkan Penebus
untuk membebaskan kita dari belenggu yang mengikat diri kita. Penebus
itu adalah Anak-Nya, yang bersama-Nya Dia menciptakan langit dan
bumi. Dengan kata lain, Dia akan membayar harga yang mahal atas do-
sa-dosa kita dan sifat kematian padahal Dia tidak berbuat apa-apa ke-
cuali mengasihi kita dari awal. Inilah kasih yang mahadahsyat.
Demikanlah alasan untuk Kalvari. Sungguh mencengangkan ketika
orang-orang Kristen bungkam ketika seorang yang tidak percaya berkata,
“Mana mungkin Allah yang penuh kasih mengirimkan orang-orang yang
belum mendengar Injil ke neraka?” Jawabannya sederhana, “Itu bukan
kesalahan-Nya tetapi kesalahan kita sendiri.” Yesus membayar harga yang
mahal untuk membebaskan umat manusia.
Kemudian, Dia mengatakan kepada mereka yang sudah memahami
kabar baik ini agar pergi ke seluruh dunia, mengabarkan kepada mereka
yang belum pernah mendengar bahwa kita telah ditebus dari kutuk dosa
yang kita bebankan pada diri kita sendiri dan atas segenap ciptaan. Kita
harus memberitakan kabar bagi generasi kita. Allah telah melakukan
bagian-Nya!

hukuman bagi yang sesat 99


Kita Menerima Sifat Allah
Tidak hanya hukuman atas dosa-dosa kita yang ditebus oleh Yesus, tetapi
di dalam Dia, kita juga telah menerima sifat baru menurut gambar dan
rupa Allah. Kita tidak lagi menghambakan diri lagi kepada dosa. Ketika
seseorang menyerahkan hidupnya sepenuhnya kepada Yesus, ia menjadi
ciptaan baru.

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang
lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
(2 Korintus 5:17 TLB)

Kita benar-benar mati ketika kita menerima Yesus Kristus sebagai


Tuhan. Sifat lama kita mati, disalibkan dengan Kristus di mata Allah.
Seorang ciptaan baru dengan sifat Allah terlahir. Jadi kita dilahirkan kem-
bali. Sekarang kita bebas dari sifat yang pernah menguasai hidup kita.
Sebagaimana Kitab Suci dengan jelas menunjukkan, “Dengan demikian
kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam ke-
matian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang
mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup
yang baru... manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa
kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada
dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Jadi jika kita
telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga de-
ngan Dia. (Roma 6:4, 6-8 NLT). Kita sekarang bisa hidup menurut sifat
Kristus, bukan sifat yang mengikat kita karena pelanggaran Adam.
Karena itu sungguh bodoh jika seorang Kristen memandang hina
seseorang yang belum menerima Yesus sebagai Tuhan mereka hanya
karena gaya hidup mereka. DNA rohani orang ini adalah berbuat dosa,
dan hanya itu yang mereka perbuat. Yang aneh dan benar-benar tidak
wajar adalah “orang percaya” yang biasa atau sengaja berbuat dosa.
Alasan saya menempatkan orang percaya dalam tanda kutip adalah
bahwa orang yang berbuat dosa dapat menyatakan Yesus sebagai Juru-

100 Digerakkan oleh Kekekalan


selamat dan Tuhan mereka, tetapi kenyataannya tidak demikian. Jika
benar demikian, orang itu akan menunjukkan sifat ilahi dalam hidup
mereka. Yesus menjelaskan hal ini dengan mengatakan:

“Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik,


sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak
baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang
baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik,
pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu
akan mengenal mereka.” (Matius 7:17-20 TLB)

Penjelasan Yesus di sini tidak rumit, dan sudah pasti tidak bisa di-
ubah. Apa yang dihasilkan bukanlah buah. Inilah sifat dari pohon itu.
Namun, sifat pohon itu tampak dari buahnya.
Jika Anda mendekati semak-semak yang menghasilkan blueberry segar,
Anda tahu semak itu layak dimakan. Di sisi lain, jika Anda menemukan
buah itu beracun, maka semak itu tidak layak dimakan. Bukti bahwa
pohon itu baik atau beracun adalah dari jenis buah yang dihasilkannya.
Meski demikian, Yesus mengatakan bahwa cara untuk mengidentifikasi
orang Kristen sejati adalah bukan dari apa yang mereka ucapkan, betapa
salehnya mereka kelihatannya, atau seberapa sering mereka menghadiri
pertemuan Kristen. Melainkan apa yang mereka perbuat! Apakah buah
mereka tanpa pamrih dan berfokus pada kerajaan? Atau mementingkan
diri sendiri dan berfokus pada duniawi, seperti rasul Yohanes menjelas-
kan dalam suratnya:

Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya.


Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di
dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keing-
inan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah
berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap

hukuman bagi yang sesat 101


dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah
tetap hidup selama-lamanya. (1 Yohanes 2:15-17 Message)

Butuh waktu lama bagi Lisa dan saya untuk meyakinkan anak-anak
kami tentang kebenaran ini. Mereka masuk sekolah Kristen dan meng-
amati banyak teman sekelas yang secara rutin menghadiri gereja dengan
orangtua mereka dan mengaku sebagai orang Kristen tetapi biasanya
menghasilkan buah yang memuaskan diri sendiri, seperti yang terlihat
dalam kitab suci di atas, dan bukan buah seperti Kristus. Teman-teman
sekelas ini hidup untuk kepentingan diri mereka sendiri dan tidak meng-
inginkan, mencari, dan senang melakukan kehendak Allah.
Situasi anak-anak kita di sekolah hanya satu contoh yang tak ter-
hitung jumlahnya yang bisa saya sampaikan. Masalah ini ditemukan
di rumah-rumah, dunia bisnis, dan bahkan gereja dan pelayanan. Ada
banyak orang yang mengaku Kristen namun belum menghasilkan buah
namun menunjukkan sebaliknya.

“Pertobatan” Khusus
Injil yang kita beritakan sudah dibelokkan, dengan penekanan untuk
menerima Yesus dengan memanjatkan doa orang berdosa. Kita mengaku
Dia sebagai “Tuhan,” dan setelah itu, kita diselamatkan selamanya.
Namun bukan ini yang diajarkan Yesus. Dia mengatakan, “Bukan se-
tiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang
di sorga.” (Matius 7:21 NIV).
Jika kita hanya mendengarkan pernyataan Yesus—tanpa menya-
ringnya selama bertahun-tahun khotbah, mengajar, menulis, dan me-
nyanyi dengan cara tidak seimbang—kita akan memandang Injil di
zaman modern bertentangan dengan hal itu. Perkataan Yesus tidak bisa
lebih jelas: bukan setiap orang yang telah menaikkan doa orang berdosa
yang mengaku Dia sebagai Tuhan yang akan masuk ke surga. Dan jika

102 Digerakkan oleh Kekekalan


mereka tidak masuk ke surga, hanya ada satu alternatif, seperti yang kita
lihat dalam bab sebelumnya.
Mari kita tinjau layanan penginjilan khusus. Penginjil menyam-
paikan pesan “datanglah kepada Yesus dan dapatkan berkat”. Ia men-
ceritakan bagaimana Yesus akan memberi kita sukacita, damai sejahtera,
kemakmuran, kebahagiaan, kesehatan, surga, dan sebagainya. Jangan
salah paham. Ini kerinduan Allah untuk memberkati kita. Tetapi Yesus
tidak pernah menggunakan berkat untuk memikat orang-orang agar
mengikut Dia.
Setelah tiga puluh lima menit atau lebih bicara panjang lebar, peng-
khotbah itu meminta hadirin menundukkan kepala mereka. Ia bertanya
kepada mereka, jika mereka mati malam ini, akankah mereka masuk ke
surga? Dalam beberapa situasi, ia dapat mendorong mereka yang hadir
untuk berpaling ke orang-orang di sebelah kiri dan kanan mereka dan
mengajukan pertanyaan yang sama untuk membantu meneguhkan me-
reka. Akankah mereka masuk ke surga jika mereka mati malam ini? “Jika
mereka tidak bisa mengatakan ya,” kata pemimpin itu, “peganglah ta-
ngan mereka dan ajaklah mereka ke depan.”
Ketika para calon petobat baru melangkah ke depan, lagu-lagu yang
sesuai dengan suasana hati seperti favorit tahun 90-an “Just As I Am”
dinyanyikan. Dalam situasi lain, para hadirin hanya bertepuk tangan dan
tersenyum ketika para musisi memainkan lagu kemenangan untuk ba-
risan depan.
Setelah semua maju, sang pengkhotbah meminta mereka menun-
dukkan kepala dan mengulang doa umum seperti, “Bapa, aku mengaku
berdosa. Ampunilah dosaku. Hari ini aku meminta Yesus masuk dalam
hidup saya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Terima kasih karena telah
menjadikan aku anak-Mu. Dalam nama Yesus, amin.”
Para hadirin bersorak-sorai, musik mengalun, dan orang-orang yang
baru “bertobat” itu meninggalkan pertemuan “sebagaimana adanya
mereka sebelumnya.” Hanya saja, sekarang mereka disesatkan. Tidak
disebutkan tentang pertobatan dari gaya hidup yang tidak taat, me-

hukuman bagi yang sesat 103


nyangkal keinginan mereka sendiri untuk menaati kehendak Allah, dan
kehilangan nyawa mereka demi Kristus. Mereka sudah mengakui Yesus
sebagai Tuhan mereka, tetapi tidak ada perubahan hati. Yesus sekarang
hanya menjadi bagian dari hidup mereka.
Nah, saya akan memberitahu Anda, Raja di atas Segala Raja dan
Tuhan atas Segala Tuhan tidak datang ke dalam hidup siapa pun sebagai
yang kedua—atau bahkan yang pertama—di antara kekasih saingan
lainnya. Dia hanya datang sebagai Raja kita seutuhnya dan secara mu-
tlak, tanpa ada orang, benda, atau kegiatan lain yang berlomba-lomba
mengisi tempat-Nya dalam hati kita. Dia harus menjadi Tuhan, yang
berarti penguasa dan pemilik tertinggi—maksudnya hidup ini bukanlah
milik kita lagi.
Renungkan hal itu. Bersediakah Anda menikah dengan seseorang
yang memberitahu bahwa mereka akan setia kepada Anda beserta
kekasih mereka yang lain, tetapi Anda akan menjadi yang pertama? Bu-
kankah konyol bila mengatakan hal itu kepada Raja semesta alam? Dia
akan menerima pengantin yang mengatakan, “Engkaulah yang pertama
dari semua kekasihku yang lain”? Tidak ada hubungan perjanjian dalam
aturan seperti itu, tidak mungkin ada penyatuan bersama. Sungguh
suatu penyesatan!
Orang-orang yang baru “bertobat” ini tidak mengizinkan salib me-
matikan ego, kehidupan duniawi mereka dan membuka ruang untuk
sifat baru Yesus yang akan dibentuk di dalamnya. Semua itu ditukar
demi kehidupan yang lebih baik di sini dan janji surgawi. Ini menarik.
Di banyak negara di mana orang-orang Kristen dianiaya, mereka datang
kepada Yesus setelah mengetahui mereka akan kehilangan nyawa mereka.
Zaman sekarang di masyarakat Barat, kita datang kepada Yesus demi ke-
hidupan yang lebih baik dan masuk ke surga. Namun sesungguhnya kita
juga harus kehilangan nyawa karena Dia.
Saat ini, banyak Penginjilan tertentu dalam masyarakat kita yang
aktif dalam penyesatan sebagai akibat dari gambaran Injil yang sudah kita
beritakan. Para petobat baru mungkin tergugah oleh “iman” baru me-

104 Digerakkan oleh Kekekalan


reka, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan Kristen, menghadiri gereja,
dan bahkan terlibat dalam penjangkauan jiwa karena semuanya masih
segar dan menarik. Rasanya seperti berada di sebuah klub baru, menjajal
olahraga baru, menghadiri sekolah baru, atau menjalani pekerjaan baru.
Sungguh menyegarkan hati dalam hal ini. Tetapi orang-orang Kristen
ini tidak mematuhi apa yang Yesus perintahkan kepada semua pengikut
sejati: membayar harga mengikut Dia dan kemudian mengambil kepu-
tusan kekal untuk menyerahkan hidup mereka bagi pelayanan-Nya (lihat
Lukas 14:27-33).

Kehilangan Untuk Mendapatkan


Ini berarti pertukaran. Kita harus menyerahkan seluruh hidup kita, dan
sebagai gantinya, kita mendapatkan hidup-Nya (sifat). Yesus berulang
kali menyampaikan hal ini. Kata-Nya:

“Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya


[melalaikan, mengabaikan, menyangkal, dan melupakan dirinya
sendiri dan kepentingannya sendiri], dan [bergabunglah dengan-Ku
sebagai murid dan hadirilah Pesta-Ku] memikul salibnya dan mengi-
kut Aku [terus-menerus, berpegang teguh kepada-Ku]. (Markus 8:34
AMP)

Kita harus terus berpegang teguh kepada-Nya. Keselamatan bukan


hanya doa satu kali dan kemudian hidup seperti sediakala, kecuali jika
Anda memang sekarang berada di klub “Kristen” dan terikat dengan
surga. Yesus melanjutkan, “Karena siapa yang mau menyelamatkan
nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan
nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.”
(Markus 8:35 NLT). Terjemahan harfiah Amplified Bible menyatakan
demikian: “Barangsiapa kehilangan nyawanya [yang hanya ada di bumi]
karena Aku dan Injil, ia akan menyelamatkannya [kehidupan rohaninya
yang lebih tinggi, di kerajaan Allah yang kekal].”

hukuman bagi yang sesat 105


Inilah yang disebut pertukaran definitif. Kita menyerahkan hak-hak
kita sebagai pemilik hidup kita. Dengan melakukan hal ini kita dimam-
pukan untuk mengikuti kehendak-Nya. Sebagai balasannya, kita me-
nerima kehidupan kekal-Nya. Dalam Injil yang diberitakan sekarang
ini, kita sudah tidak menekankan aspek ini yang sangat penting dalam
mengikut Yesus. Kita hanya diberitahu manfaatnya. Pada dasarnya, kita
telah memberitakan janji-janji kebangkitan tanpa memberitakan dampak
dan panggilan salib.
Ini dapat dibandingkan dengan seorang pemuda yang menyaksikan
iklan perekrutan militer di televisi. Ia mengamati seorang pria angkatan
laut keren seusianya mengenakan seragam rapi dan berdiri di atas gela-
dak kapal yang mengagumkan, berlayar di laut terbuka di bawah langit
bak kristal yang indah dan tersenyum ke arah teman-temannya. Iklan
ini kemudian menunjukkan sang pelaut berada di berbagai pelabuhan di
seluruh dunia—dan semua ini dapat dinikmati secara cuma-cuma.
Pemuda ini segera pergi ke bagian perekrutan dan mendaftarkan diri.
Saking gembiranya, ia tidak membaca syarat-syarat untuk bergabung
karena begitu terfokus pada manfaatnya. Sekarang ia akan memiliki ke-
sempatan untuk melihat dunia, menjadi bagian dari militer besar, dan
berkenalan dengan banyak teman baru.
Namun, pria itu segera mengetahui dalam pelatihan dasar bahwa
ia tidak bisa tidur sampai jam sembilan pagi seperti kebiasaannya. Ia
diperintahkan untuk memotong rambut panjangnya yang dia sayangi.
Ia tidak bisa pergi ke berbagai pertemuan sosial karena ia tidak bisa
meninggalkan pos lebih dari beberapa hari per bulan. Yang paling buruk
dari semuanya, jadwalnya sangat ketat sehingga tidak memungkinkan
waktu untuk bergaul dengan orang lain. Sementara itu, ia membersihkan
kamar mandi dan ruang makan dan menjalani push-up dan latihan berat
lainnya. Ia kehilangan banyak waktu luang yang pernah dia miliki dan
langsung ambruk di tempat tidur setiap malam karena kelelahan.
Pemuda itu masih berharap, karena ia tahu ia akan segera berada di
kapal. Setelah pelatihan dasar selesai, ia ditugaskan ke sebuah kapal—

106 Digerakkan oleh Kekekalan


tetapi itu cuma padat karya, hanya saja sekarang pekerjaan ini berada di
laut lepas. Lalu pecahlah perang, dan di luar perhitungannya, pria itu
mendapati dirinya ikut bertempur.
Pria itu mendaftar karena wajib militer menawarkan kehidupan yang
tidak pernah mampu dia berikan bagi dirinya sendiri, dan selain itu juga
gratis. Sayangnya ia tidak mencatat setiap detail ketika berada di kantor
perekrutan: bahwa hidup ini adalah cuma-cuma, tetapi membayar harga
seluruh kebebasannya. Dalam banyak hal, pemuda ini sekarang kecewa.
Ia merasa tertipu. Di matanya, ia ditawari paket yang hanya menunjuk-
kan manfaatnya tetapi tidak mengetahui harga pribadinya.
Kita telah memberitakan Injil yang berbicara tentang keselamatan
secara cuma-cuma, yang tentu saja akurat, tetapi kita sudah lalai untuk
memberitahu para calon petobat baru bahwa keselamatan ini akan mem-
bayar harga kebebasan mereka. Ketika saya berbicara tentang kebebasan,
ini bukan persoalan kebebasan sesungguhnya tetapi yang dirasakan,
sebab semua orang di luar Kristus telah terikat dosa. Mereka adalah
hamba sekalipun mereka mungkin sungguh-sungguh yakin bahwa me-
reka bebas.
Ini bisa dibandingkan dengan film The Matrix. Beberapa tahun lalu
putra sulung saya menyewa versi editan dari film ini suatu malam dan
menunjukkannya kepada keluarga kami, dan saya melihat sebuah kesa-
maan yang menakjubkan.
The Matrix mengajukan sebuah pertanyaan menarik: “Bagaimana
Anda tahu perbedaan antara dunia mimpi dan dunia nyata jika Anda
tidak terbangun dari mimpi?”1
Dalam film ini, kehidupan abad kedua puluh mengalir sebagaimana
biasanya, atau tampaknya memang demikian. Kenyataannya, cerita ini
dimulai di akhir abad kedua puluh satu. Manusia mengembangkan ke-
cerdasan buatan, yang disebut sebagai Mesin. Mesin ini menguasai bumi,
dan manusia saling bertikai. Dalam perebutan kekuasaan berikutnya,
dunia hancur dan Mesin yang menang.

hukuman bagi yang sesat 107


Mesin menemukan bahwa mereka dapat berupaya bertahan hidup
menggunakan listrik yang dihasilkan oleh tubuh manusia, sehingga
mereka menciptakan ilusi hebat untuk menipu manusia agar melayani
mereka. Dunia tampaknya masih berjalan normal (dan pada abad kedua
puluh), tetapi sebenarnya tubuh manusia tertampung dalam ruang-ru-
ang pada “ladang” besar. Pikiran mereka terhubung ke sebuah program
realitas virtual seluruh dunia yang disebut Matrix, yang merupakan si-
mulasi kehidupan normal. Kebebasan yang dirasakan manusia tidak
nyata. Intinya, mereka adalah budak.
Pada tahap inilah film dibuka dengan kelompok pilihan pria dan
wanita yang telah mencari jalan keluar dari Matrix, karena menemukan
jati diri mereka sesungguhnya. Mereka membentuk koloni yang disebut
Zion di dunia nyata, yang dinyatakan tak bernyawa. Beberapa dari me-
reka masuk kembali ke Matrix untuk melawan Mesin dan membebaskan
umat manusia. Pertempuran itu begitu sengit dan kehidupan juga tidak
mudah, tetapi para pejuang lebih tertarik pada kebebasan sejati daripada
hidup dalam kebohongan karena kebebasan palsu. Mereka lebih suka
memiliki kebebasan dengan kesulitan daripada perbudakan dengan ke-
nyamanan yang menyesatkan.
Di sinilah kita melihat kesamaannya. Banyak orang tidak percaya
yang memandang orang Kristen sebagai budak, dalam perbudakan dan
kehilangan kebebasan sementara mereka sendiri bebas. Namun ke-
nyataannya, orang-orang di luar Kristus adalah orang-orang yang terikat,
seperti mereka yang hidup dalam kebohongan di ladang namun diperbu-
dak oleh Mesin. Mereka adalah budak dosa.

Sulitnya Menjadi Orang Kristen


Bukan hanya mereka yang belum pernah mendengar atau menolak Injil
yang berada dalam perbudakan. Banyak para “petobat” tertentu dari
generasi ini juga diperbudak oleh dosa. Kita telah menciptakan dilema
ini dengan lalai mewartakan pesan lengkap tentang apakah sebenarnya

108 Digerakkan oleh Kekekalan


makna mengikut Yesus. Banyak orang menganggap mereka bebas pada-
hal kenyataannya tidak, dan itu terbukti dalam gaya hidup mereka. Yesus
berkata:

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat


dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap (selamanya) tinggal
dalam rumah, tetapi anak [di rumah itu] tetap tinggal dalam rumah.
Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu [menjadikanmu manusia
bebas], kamu pun benar-benar merdeka.” (Yohanes 8:34-36 AMP)

Kata-kata ini mengulangi kebenaran yang didapatkan dalam contoh


tentang pohon buah itu. Jika seseorang terbiasa berbuat dosa, itulah bukti
bahwa ia masih menjadi hamba dosa. Ia bukan anak, sifat aslinya tidak
berubah. Ia mungkin berpikir sudah bebas karena ia mengaku dalam doa
orang berdosa, namun ia belum bebas menyerahkan “hak-hak” pribadi-
nya untuk mengikut Yesus. Ia masih menginginkan kebebasannya (yang
palsu) beserta berbagai manfaat keselamatan. Anda tidak dapat memiliki
keduanya! Seperti yang dinyatakan sebelumnya, orang-orang ini mung-
kin memulai pengalaman “lahir baru” dengan sukacita, kegembiraan,
dan gairah karena semuanya masih segar dan baru. Namun, akhirnya
sifat mereka yang tidak berubah akan tampak—tetapi sifat ini akan ter-
lihat di kalangan orang Kristen dan akan terselubung dalam bahasa dan
gaya hidup injili. Inilah sebabnya mengapa hal ini sangat menyesatkan.
Namun Perjanjian Baru secara khusus memperingatkan tentang penye-
satan ini.
Paulus menulis, “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan
datang masa yang sukar (difficult)” (2 Timotius 3:1 TLB). Kita hidup
di hari-hari terakhir. Tidak diragukan lagi, seluruh ayat kitab suci kena-
bian mengungkapkan Yesus akan segera datang kembali. Paulus melihat
ke depan pada masa kita sebagai periode paling sukar menjadi seorang
Kristen.

hukuman bagi yang sesat 109


Beberapa terjemahan lain menggunakan kata-kata perilous (berba-
haya) dan terrible (gawat) dalam menggambarkan masa kita. Kenapa
demikian? Saat memeriksa zaman Paulus, kita melihat ia menghadapi
pertentangan besar. Ia menerima tiga puluh sembilan bilur di punggung-
nya akibat dicambuk pada lima kesempatan yang berbeda. Tiga kali di
waktu terpisah, ia dipukuli dengan batang kayu. Sekali, ia dilempari
batu, dan ia menghabiskan beberapa tahun di penjara. Ia menghadapi
penganiayaan sengit di mana pun ia berpaling. Namun ia mengatakan
zaman kita akan lebih sukar menjadi seorang Kristen! Mengapa? Ia mem-
berikan alasannya:

Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang.


Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan
menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan
tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu
mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat
mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat,
tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari
pada menuruti Allah. (2 Timotius 3:2-4 NIV)

Dalam memeriksa pernyataan ini, Anda mungkin masih bertanya-


tanya apakah sebenarnya maksud Paulus. Bagaimana daftar ini berbeda
dari zamannya? Orang-orang di masyarakatnya memiliki seluruh sifat
ini. Mereka mencintai diri sendiri dan cinta akan uang. Mereka tidak
kudus, tak kenal ampun, dan sejenisnya. Petrus bahkan mengatakan
pada hari Pentakosta, “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang
jahat (sesat, keji, tidak adil) ini” (Kisah Para Rasul 02:40 AMP). Jadi
mengapa Paulus memisahkan generasi kita yang memiliki sifat-sifat ini,
menyebabkan masa kita menjadi waktu yang paling sukar menjadi se-
orang Kristen?
Selanjutnya ia memberikan alasannya: “Secara alamiah [meski-
pun] mereka menjalankan ibadah mereka (agama yang hakiki), tetapi

110 Digerakkan oleh Kekekalan


pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya [perilaku mereka
memungkiri kebenaran pengakuan iman mereka]. Jauhilah mereka itu!
(2 Timotius 3:5 AMP). NKJV menyatakan mereka “memiliki bentuk
kesalehan tetapi menyangkal kekuatannya.”
Jadi Anda dapat melihat apa yang menjadikan sukar menjadi orang
Kristen pada generasi kita. Akan ada banyak orang (menurut beberapa
referensi lain dalam Perjanjian Baru) yang mengaku Kristen, lahir baru,
atau diselamatkan yang tidak mau mengizinkan salib mematikan ke-
hidupan demi kepentingan mereka sendiri. Mereka tidak mau mengam-
bil keputusan untuk meninggalkan semua hak dan nafsu mereka sendiri
demi mengikut Yesus. Mereka sungguh-sungguh percaya bahwa Dia
adalah Juruselamat mereka, tetapi mereka menerima Dia karena fakta
tentang apakah yang bisa Dia perbuat bagi mereka dan bukan siapa-
kah Dia. Ini tidak ada bedanya dengan seorang wanita yang menikah
dengan pria demi uangnya. Ia mungkin menikah karena cinta, tetapi
cinta karena alasan yang salah. Dari motif seperti itu, banyak orang akan
mencari Yesus demi keselamatan, komunitas, keberhasilan dalam hidup,
dan pintu masuk ke surga di alam baka. Mereka percaya dengan tulus
hati bahwa Kristus adalah Juruselamat mereka, tetapi mereka tidak akan
pernah mau melepaskan kendali atas kehidupan mereka sendiri.
Selanjutnya Paulus mengatakan bahwa orang-orang “percaya” ini
akan “yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat me-
ngenal kebenaran” (ayat 7). Mereka akan menghadiri kebaktian, kelom-
pok rumah, dan pertemuan lainnya, mendengar Firman Allah, namun
tidak ada perubahan hidup.

Garis Batas Buram


Kesukaran ditemukan dalam garis batas yang kabur. Mari kita lihat se-
seorang yang mementingkan diri sendiri, namun yang mengakui pe-
ngalaman lahir baru, bicara bahasa seorang beriman sejati, berteman
dengan orang-orang saleh, dan bahkan bersemangat mengikuti berbagai

hukuman bagi yang sesat 111


pertemuan orang-orang percaya—namun tidak ada perubahan sifat
mereka. Pada dasarnya, orang ini tanpa sadar menjadi seorang penyesat,
dan kesukaran muncul dalam fakta bahwa sifat menipu diri sendiri itu
menyebar bak penyakit.
Yang lainnya melandaskan hidup mereka pada “norma” dalam bu-
daya Kristen, dan norma ini tidak sinkron dengan cara hidup surga, se-
hingga membuatnya sulit untuk menjadi orang percaya sejati. Di zaman
Paulus, jika Anda adalah orang percaya, hidup Anda dalam bahaya setiap
jam. Tidak perlu diragukan lagi—jika Anda mengaku setia kepada Yesus,
Anda menempatkan hidup Anda pada garis batas.
Dalam 2 Timotius 3, Paulus melanjutkan:

Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku,


imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku. Engkau telah ikut
menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di
Antiokhia dan di Ikonium dan di Listra. Semua penganiayaan itu
kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku dari padanya. Memang
setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan
menderita aniaya, sedangkan orang jahat dan penipu akan bertam-
bah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan. (2 Timotius 3:10-13
NLT)

Paulus menegaskan. Bukan hanya apa yang dia ajarkan yang mem-
buktikan Timotius bisa percaya padanya. Keteguhannya juga ditemukan
dalam cara dan tujuan hidupnya (yang digerakkan oleh kekekalan, yang
akan kita lihat nanti dalam buku ini). Kesaksian Paulus bukanlah doa-
doa yang terjawab, tanda-tanda ajaib yang mengikutinya, popularitas
pelayanannya, atau bahkan kemampuan yang sangat hebat untuk me-
ngajarkan Firman Allah. Tidak, itu bukan sifat-sifat yang dia sebutkan.
Itu adalah gaya hidupnya. Inilah yang tadinya dan sekarang tetap men-
jadi faktor yang menentukan.

112 Digerakkan oleh Kekekalan


Berikutnya Paulus mengatakan bahwa “orang jahat dan penipu” akan
bertambah jahat. Sekarang, kita semua tahu bahwa kita harus tetap men-
jauh dari orang yang jahat. Namun, penipu—orang-orang yang memiliki
identitas luar yang tidak sesuai dengan sifat mereka sesungguhnya—ada-
lah yang paling berbahaya. Mereka adalah orang-orang yang mengaku
dan memiliki bentuk Kekristenan, tetapi perilaku mereka tidak menun-
jukkan bukti kuasa kasih karunia yang mengubah kehidupan. Perhatikan
Paulus berkata bahwa tidak hanya menyesatkan orang lain, tetapi mereka
sendiri juga akan disesatkan.
Ini sangat tepat menggambarkan Sesat dalam alegori kita. Pemuda
ini aktif di Sekolah Endel, mengaku menjadi pengikut yang taat, dan
sungguh-sungguh percaya bahwa ia berada dalam kedudukan yang baik
dengan raja. Ia lebih menekankan pada pengakuan kesetiaannya ke-
timbang kehidupan yang mengungkapkan kesetiaannya. Tidak hanya
disesatkan, tetapi ia juga menyesatkan orang lain. Karena standar yang
ditetapkan Sesat tersebut, banyak yang dikompromikan, mulai dari ga-
dis-gadis yang dia tiduri hingga banyak orang yang ia pengaruhi melalui
pesannya dalam dewan siswa.
Anda mungkin bertanya, “Pesan? Ia bukan guru.” Oh ya, maksud
saya pesan, sebab cara kita hidup menyampaikan jauh lebih nyaring dari-
pada apa yang kita ucapkan. Bagi para pelajar di Endel yang setia kepada
Jalyn, ini merupakan pergumulan agar tidak dipengaruhi oleh kepriba-
dian kuat dan gaya hidup Sesat. Mereka yang tidak berdiri teguh akan
takluk pada pengaruhnya.
Pergumulan inilah yang diperingatkan bukan hanya oleh Paulus
tetapi juga oleh banyak penulis lain Perjanjian Baru. Yudas mengatakan:

Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh


berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama,
aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati
kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman
yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus. (Yudas 3 TEV)

hukuman bagi yang sesat 113


Perhatikan desakan dalam pernyataannya. Yudas ingin membahas
hal-hal ajaib yang kita bagikan dalam keselamatan, tetapi ia harus menu-
lis tentang sesuatu yang berbeda. Ia harus menasihati umat Allah supaya
tetap berjuang untuk mempertahankan iman. Apakah perjuangan ini? Ia
menjelaskan dengan mengatakan:

Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di


tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan
untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang me-
nyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa
nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan
Tuhan kita, Yesus Kristus. (Yudas 4 TEV)

Perjuangan ini adalah melawan pengaruh yang diciptakan oleh


orang-orang yang telah menyelewengkan kasih karunia Allah untuk
membenarkan gaya hidup kefasikan mereka. Serangan ini lebih mema-
tikan daripada penganiayaan habis-habisan terhadap gereja. Ini lebih
berbahaya daripada hukum yang menentang prinsip-prinsip Alkitab,
misalnya seperti hukum yang melegalkan aborsi, penggunaan ganja, dan
pernikahan sesama jenis atau mengharuskan sekolah untuk mengajarkan
evolusi. Serangan ini adalah pengaruh yang lebih kuat daripada pemu-
jaan atau agama palsu mana pun. Ini sangat fatal!
Anda mungkin bertanya bagaimana hal ini berlaku pada orang-orang
di gereja. Orang-orang yang disebutkan oleh Yudas tersebut menolak
atau menyangkal Yesus Kristus. Tidak ada orang yang bisa melakukan
perbuatan itu di gereja masa kini dan masih diterima sebagai seorang
Kristen.
Tetapi apakah yang membuat Anda berpikir bahwa orang-orang
percaya lebih rentan pada zaman Yudas? Simak lagi baik-baik. Orang-
orang ini masuk menyelusup di tengah-tengah kita tanpa disadari. Tidak
ada yang mampu berdiri di sidang jemaat kita saat ini (atau di zaman
Yudas), dengan mulut mereka mengakui penolakan terhadap Yesus Kris-

114 Digerakkan oleh Kekekalan


tus, dan tetap tidak ketahuan. Jadi, bagaimana orang-orang ini menolak
Dia? Jawabannya ditemukan dalam kitab lain dari Perjanjian Baru: “Me-
reka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka
menyangkal Dia.” (Titus 1:16 NLT). Mereka menyangkal Dia dengan
gaya hidup mereka, bukan kata-kata mereka. Bahkan, mereka mengaku
mengenal Allah. Mereka mengakui Yesus sebagai Tuhan mereka. Tetapi
mereka berkomunikasi sebaliknya dengan perbuatan mereka. Ingat, me-
reka tidak hanya menyesatkan orang lain. Mereka juga menyesatkan diri
mereka sendiri. Dengan kata lain, dengan segala ketulusan saya menga-
takan, mereka percaya bahwa mereka orang Kristen.

Kasih Karunia Allah yang Sejati


Yudas menyatakan bahwa orang-orang ini menyalahgunakan pesan kasih
karunia Allah. Ini sangat lumrah terjadi di hari-hari akhir karena aja-
ran kita telah membuka pintu untuk itu. Kita telah mengajarkan kasih
karuna sebagai selubung perlindungan Allah bagi gaya hidup duniawi
dan bahkan durhaka. Anda pasti sering mendengar pola pikir ini dari
banyak orang di gereja, yang memberikan pernyataan umum seperti
demikian, “Aku memang hidup bukan dengan cara sebagaimana mesti-
nya, tetapi syukur kepada Allah atas kasih karunia-Nya.” Ini penyesatan
serius. Kitab Suci tidak mengajarkan kasih karunia sebagai Pembalut
Luka melainkan sebagai hadirat Allah yang memberi kuasa dalam diri kita
untuk melakukan apa yang dituntut oleh kebenaran dari kita.
Kasih karunia telah diajarkan hanya sebagai rahmat Allah yang tidak
layak diterima. Kasih karunia memang rahmat-Nya dan tidak bisa dibeli
atau diperoleh. Namun, kasih karunia juga memberi kita kuasa untuk
menaati-Nya, dan bukti bahwa kita benar-benar menerima kasih karunia
adalah gaya hidup kita yang saleh. Ketaatan kita kepada Firman Allah
menegaskan realitas kasih karunia dalam hidup kita. Karena alasan ini,
Yakobus mengatakan:

hukuman bagi yang sesat 115


“...Jika iman itu tidak disertai perbuatan (didukung oleh perbuatan
dan tindakan ketaatan), maka iman itu pada hakekatnya adalah mati
(tidak berlaku, kehilangan kuasa). Tetapi mungkin ada orang berkata
[kepadamu kemudian]: “Padamu [mengatakan kamu] ada iman dan
padaku ada perbuatan [baik]”, aku akan menjawab dia: “Tunjuk-
kanlah kepadaku imanmu [diduga] itu tanpa perbuatan [baik] [jika
engkau dapat], dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari
perbuatan-perbuatanku [yang baik].” Engkau percaya, bahwa hanya
ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan
hal itu dan mereka gemetar... (Yakobus 2:17-19 AMP)

Yakobus mengidentifikasi kesenjangan yang besar dalam pengajaran


kita di masa sekarang. Kita menunjukkan ayat kitab suci seperti, “Perca-
yalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan
seisi rumahmu” (Kisah Rasul 16:31). Jika semata-mata percaya bahwa
Yesus ada dan bahwa Dia adalah Anak Allah adalah yang diperlukan agar
dapat diselamatkan, maka sebagaimana Yakobus menunjukkan, setan
akan diselamatkan karena mereka percaya. Sungguh menggelikan! Untuk
menjabarkan maksudnya lebih jauh, Yakobus menunjukkan bahwa setan
saja gemetar ketakutan di hadapan Allah. Dengan kata lain, setan takut
akan Dia melebihi orang-orang yang mengatakan bahwa mereka memi-
liki iman, tetapi kurangnya tindakan yang sesuai dengan ketaatan.
Bukti bahwa kita benar-benar diselamatkan oleh kasih karunia Yesus
Kristus adalah bahwa kita memiliki gaya hidup yang dapat membukti-
kannya. Inilah sebabnya mengapa Rasul Yohanes menyatakan:

Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita
menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku me-
ngenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang
pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa
menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna
kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia.

116 Digerakkan oleh Kekekalan


Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup
sama seperti Kristus telah hidup. (1 Yohanes 2:3-6)

Yohanes dengan jelas menyatakan bukti bahwa kita memang me-


ngenal Yesus Kristus adalah menuruti perintah-perintah-Nya. Orang
yang mengatakan dia mengenal Yesus tetapi tidak menuruti Firman-Nya
adalah seorang pendusta, di dalamnya tidak ada kebenaran, meskipun ia
mengaku dengan mulut tentang pengetahuan akan Firman Allah.
Karena alasan inilah, Yohanes mengatakan, “Anak-anakku, hal-hal
ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun
jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada
Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil” (1 Yohanes 2:1-2).
Perhatikan Yohanes tidak mengatakan, “Hal-hal ini kutuliskan ke-
pada kamu sehingga ketika kamu berbuat dosa, kamu mempunyai se-
orang pengantara.” Tidak, tujuannya adalah agar jangan berbuat dosa.
Kita memiliki kuasa kasih karunia Allah sehingga kita mampu meng-
arahkan pandangan kita pada kehidupan seperti Kristus (sebagaimana
1 Yohanes 2:6 mengatakan, kita “hidup sama seperti Kristus telah
hidup”), sebab kita bebas dari kendali atas sifat pemberontakan. Tetapi
jika kita takluk pada dosa, kita memiliki Pengantara.
Pekerjaan orang percaya adalah bahwa kita sekarang memiliki ke-
mampuan untuk melayani Allah kita menurut cara yang berkenan:

Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan,


marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut
cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.
(Ibrani 12:28)

Nah, demikianlah. Kasih karunia memberi kita kuasa untuk me-


layani Allah menurut cara yang berkenan.
Mengapa kita tidak memberitakan seluruh Injil, namun hanya se-
tengah berita itu? Ya, keselamatan adalah hadiah—yang tidak dapat

hukuman bagi yang sesat 117


dibeli dan tidak dapat diperoleh. Semua betul. Namun, kita lupa mem-
beritahu orang-orang bahwa satu-satunya cara untuk menerima kesela-
matan adalah dengan menyerahkan hidup kita dan mengakui ketuhanan
Yesus. Dalam melakukannya, kita akan diberi kuasa oleh kasih karunia
untuk hidup sesuai dengan sifat-Nya. Sama seperti Petrus menulis:

Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh penge-


nalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita. Karena kuasa ilahi-Nya
telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna
untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah
memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. Dengan jalan
itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga
dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian
dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membi-
nasakan dunia. (2 Petrus 1:2-4 NIV)

Perhatikan beberapa hal: bahwa kita telah diberikan kasih karunia


melalui pengenalan akan Yesus Kristus, bahwa kasih karunia adalah
kuasa ilahi-Nya yang menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang
berguna untuk hidup yang saleh, dan cara hidup yang saleh ini sesuai
dengan kodrat ilahi-Nya. Dengan demikian kita telah ditebus dari pe-
nyimpangan yang memasuki dunia melalui Adam, yang telah berkem-
bang melalui hasrat manusia yang bertentangan dengan Allah. Jangan
biarkan siapa pun, baik dengan perkataan maupun perbuatan, mencegah
Anda untuk hidup dalam sifat ilahi yang diberikan kepada Anda. Paulus
dengan jelas menyatakan:

Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia


sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan
dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana,
adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan
penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan

118 Digerakkan oleh Kekekalan


kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus,
yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita
dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu
umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik. Beritakanlah
semuanya itu. (Titus 2:11-15 BIS)

Kasih karunia Allah mengajarkan kita untuk meninggalkan segala


kefasikan dan keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil,
dan beribadah. Para guru mengajar dan memberdayakan kita, dan itulah
yang dikerjakan kasih karunia Allah dalam hidup kita.
Perhatikan bahwa kita harus memberitakan semuanya itu. Bah-
kan, selanjutnya Paulus mengatakan, “Perkataan ini benar dan aku mau
supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah
percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan
yang baik” (Titus 3:8).
Kita harus sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang
baik oleh kuasa kasih karunia Allah dalam hidup kita. Kita tidak memi-
liki kasih karunia sebelum kita diselamatkan. Begitu pula dengan orang-
orang suci di Perjanjian Lama. Inilah kasih karunia Allah kepada kita
melalui Yesus Kristus.
Inilah sebabnya mengapa Yesus mengatakan bahwa di masa Perjan-
jian Lama, Anda dianggap seorang pembunuh dalam bahaya neraka jika
Anda merenggut kehidupan alamiah seseorang. Namun, dengan kasih
karunia, yang harus Anda lakukan adalah jika mengatakan saudaramu
bodoh, berprasangka buruk, menolak untuk memaafkan, atau menyim-
pan bentuk lain dari kebencian, maka Anda akan berada dalam bahaya
api neraka (lihat Matius 5:21-22). Mengapa? Kita sekarang memiliki
kemampuan untuk hidup sesuai dengan kodrat Allah, lahir dan batin,
melalui kuasa kasih karunia.

hukuman bagi yang sesat 119


Dengan Yakin Menguatkan
Perhatikan bahwa dalam Titus 3:8, kita dinasihati agar dengan yakin me-
nguatkan atau mengajarkan hal-hal ini. Anda paham? Saya menemukan
hal-hal ini jarang dibicarakan dari mimbar atau di antara orang-orang
percaya saat ini, apalagi terus-menerus. Karena itu, kita telah hanyut
dibawa arus terlalu jauh dari pemahaman akan pentingnya menjaga per-
buatan baik melalui kasih karunia Allah. Intinya kita membiarkan kuasa
yang ada dalam diri kita tetap pasif karena kurangnya kepercayaan dan
pengenalan. Iman kita, yang beroleh jalan masuk pada kasih karunia,
harus tetap aktif melalui verbalisasi kepercayaan kita. Paulus mengatakan,
“Dan aku berdoa, agar persekutuanmu di dalam iman turut mengerja-
kan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk Kristus” (Filemon
6 KJV).
Jika kita tidak menegaskan hal ini terus-menerus, maka kita akan ha-
nyut dibawa arus terlalu jauh dari kebenaran. Hal ini jelas terlihat dalam
Ibrani:

Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita
dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus. Sebab kalau firman
yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap berlaku,
dan setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang
setimpal, bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan
keselamatan yang sebesar itu . . . (Ibrani 2:1-3)

Dengan menegaskan hal ini terus-menerus, kita mengutamakan hal-


hal keabadian yang mendesak yang mencegah supaya kita jangan hanyut
dibawa arus.
Saya ingat ketika saya biasa memancing ikan saat masih kecil. Se-
mentara teman-teman saya dan saya berfokus pada memancing, perahu
kami, jika tidak ditambatkan, akan hanyut dibawa arus tanpa kami
sadari. Kami akan mencari empat puluh lima menit kemudian dan bah-
kan tidak mengenali lokasi kami. Hanyut dibawa arus terjadi karena
pikiran kami terpaku pada hal-hal lain, yaitu memancing.
120 Digerakkan oleh Kekekalan
Dinamika ini cukup mahal bagi beberapa orang, karena sudah ba-
nyak orang yang memancing di sungai tertentu telah tersesat ke air ter-
jun mematikan. Tak terhitung banyaknya orang yang menemui ajalnya
karena hanyut dibawa arus terlalu jauh dari tempat mereka pertama kali
berada.
Hal yang sama berlaku dengan hal-hal penting tentang kekekalan.
Jika Allah berfirman supaya kita menegaskan hal ini terus-menerus,
maka itulah seharusnya penekanan kita. Mengapa kita tidak menguta-
makan kuasa kasih karunia, yang memberikan kita kemampuan untuk
mempertahankan gaya hidup ketaatan yang saleh?
Saya menemukan bahwa gereja mula-mula melakukan ini. Saya me-
meriksa beberapa tulisan para bapa gereja mula-mula dan menemukan
mereka mengajarkan hal-hal yang tampaknya asing bagi ajaran kita di
masa sekarang—tetapi mereka tidak mengajarkan hal-hal yang ber-
tentangan dengan Kitab Suci. Para bapa Kristen beberapa abad pertama
percaya bahwa hasil usaha memainkan peran penting dalam memberi-
kan bukti keselamatan kita. Mari kita lihat beberapa contoh.
Orang pertama yang akan saya kutip adalah Polikarpus (69-156 M),
uskup gereja di Smyrna dan pendamping Rasul Yohanes yang dalam usia
tuanya ditangkap dan dibakar. Ia menulis: “Banyak keinginan untuk
masuk ke sukacita (keselamatan) ini, mengetahui bahwa karena kasih
karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu.”2 Per-
nyataan ini akan diterima di kalangan Injili di zaman sekarang. Kita
telah menekankan fakta bahwa kita tidak diselamatkan oleh perbuatan
baik kita sendiri. Namun, Polikarpus juga menulis kepada orang per-
caya, “Dia yang membangkitkan-Nya dari antara orang mati juga akan
membangkitkan kita—jika kita melakukan kehendak-Nya dan menuruti
perintah-perintah-Nya dan mengasihi apa yang Dia kasihi, menjaga diri
kita dari segala kelaliman.”3 Anda tidak akan sering mendengar hal ini
disampaikan dari mimbar-mimbar kita di masa sekarang.
Perhatikanlah kata jika. Kita diberitahu bahwa kita harus melakukan
kehendak Allah dan menuruti perintah-perintah-Nya supaya dibangkit-

hukuman bagi yang sesat 121


kan dalam kebangkitan orang percaya. Tidak lama lagi Anda akan meli-
hat juga bahwa inilah yang dikatakan Yesus.
Orang berikutnya yang akan saya kutip adalah Klemens dari Roma
(30-100 M), pendamping rasul Paulus dan Petrus dan pengawas di gereja
Roma. Ia menulis, “Kita tidak dibenarkan oleh diri kita sendiri, bukan
dengan ibadah ataupun hasil usaha kita sendiri. Tetapi dengan iman yang
melaluinya Allah telah membenarkan semua orang.”4 Pernyataan ini juga
akan diterima secara luas di kalangan Kristen saat ini. Namun, Klemens
juga menulis kepada orang percaya, “Sangat penting jika kita selekasnya
berbuat baik. Sebab Dia sudah memperingatkan kita, “Ia akan membalas
setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka
yang dengan tekun berbuat baik.” (Roma 2:6-10)5
Mungkinkah ini sebabnya Paulus menyatakan, “Kepada pengli-
hatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat. Tetapi mula-mula
aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusa-
lem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain,
bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melaku-
kan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu”? (Kisah Para
Rasul 26:19-21) Terjemahan harfiah versi NLT mencatat kata-katanya
demikian “. . . dan membuktikan bahwa mereka telah berubah melalui
hal-hal baik yang mereka lakukan.” Karena Paulus menekankan hal ini,
tampaknya sesuai sehingga temannya, Klemens dari Roma, melakukan
hal yang sama.
Pemimpin berikutnya yang ingin saya tunjukkan adalah Klemens
dari Aleksandria (150-200 M). Ia adalah seorang pemimpin di gereja
Aleksandria, Mesir, dan bertanggung jawab sekolah pengajaran bagi
orang percaya baru. Ia menulis tentang orang-orang yang belum per-
caya: “Bahkan jika mereka melakukan pekerjaan baik sekarang, maka
tidak ada untungnya bagi mereka setelah kematian, jika mereka tidak
memiliki iman.”6
Pernyataan ini juga akan sungguh-sungguh diterima dengan baik
di kalangan kaum Injili di masa sekarang. Kita tahu, sebagaimana saya

122 Digerakkan oleh Kekekalan


sudah menunjukkan dalam beberapa bab terakhir, bahwa tidak peduli
seberapa banyak pekerjaan baik yang sudah dilakukan oleh seorang per-
caya, mereka tetap tidak bisa beroleh jalan masuk ke Kerajaan Allah yang
kekal. Karena kasih karunia Allah, kita diselamatkan. Namun, simaklah
apa yang Klemens tulis kepada orang percaya:

Barang siapa memperoleh kebenaran dan membedakan dirinya


dalam pekerjaan baik akan mendapatkan hadiah hidup yang kekal . . .
Beberapa orang dengan benar dan cukup memahami bagaimana
Allah memberikan kuasa yang diperlukan (supaya diselamatkan),
tetapi memberikan sedikit makna pada pekerjaan yang menuntun
pada keselamatan, mereka tidak melakukan persiapan seperlunya
untuk mencapai tujuan pengharapan mereka.7

Beberapa dari Anda mungkin berpikir, kedengarannya orang-orang ini


tidak membaca Perjanjian Baru. Tetapi tidak demikian. Dalam bukunya
Evidence that Demands a Verdict, Josh McDowell menunjukkan bahwa
Klemens dari Aleksandria mengambil 2.400 kutipannya dari semua ke-
cuali tiga kitab di Perjanjian Baru.8 Hal yang sama berlaku pada per-
nyataan lain yang dikutip di sini. Sebaliknya, saya harus mengatakan
bahwa banyak buku di toko buku Kristen saat ini sangat sedikit me-
ngutip Alkitab di dalamnya. Mungkinkah kita telah hanyut dibawa arus
karena kita belum menegaskan apa yang penting secara terus-menerus?

Injil Tidak Lengkap


Sayangnya, kebanyakan kita mengutip ayat kitab suci seperti, “Sebab jika
kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan per-
caya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara
orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (Roma 10:9). Kita memberi-
tahu orang-orang bahwa yang harus mereka lakukan adalah menaikkan
doa ajaib dan serta-merta mereka akan diselamatkan.

hukuman bagi yang sesat 123


Tetapi mengapa tidak kita mengindahkan dan mengajarkan kata-kata
Yesus sendiri? Dia mengatakan, “Mengapa kamu berseru kepada-Ku:
Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”
(Lukas 6:46) Seperti yang kita lihat, Tuhan (Lord) berarti penguasa
tertinggi. Ini bermakna kepemilikan. Jadi Yesus memperingatkan, “Ja-
ngan panggil Aku Tuhan jika kamu masih mempertahankan hidupmu
sendiri. Lebih baik panggil Aku ‘Nabi Besar’ atau ‘Guru’ sehingga kamu
tidak menipu dirimu sendiri. “
Sekarang mari kita menguji kembali pernyataan Yesus yang mem-
buka seluruh diskusi kita ini: “Bukan setiap orang yang berseru kepa-
da-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Matius
7:21a NIV).
Sebagaimana telah kita ketahui, bukan setiap orang yang memang-
gil Yesus Kristus Tuhan akan berada di surga. Pernyataan ini dengan
tegas mengatakan bahwa hanya menaikkan “doa orang berdosa” tidak
mendapatkan tempat bagi kita di surga. Dalam hal ini, pertanyaan saya
adalah: siapa yang akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga?
Yesus menjawab dengan mengatakan, “melainkan dia yang melaku-
kan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 7:21b BIS).
Menarik. Ini hampir mirip dengan pernyataan Polikarpus. Jadi tidak
hanya mengakui Yesus, namun juga mengakui Yesus dan melakukan ke-
hendak Allah, yang akan membawa kita ke dalam surga. Dan satu-satunya
cara kita bisa melakukan kehendak Tuhan adalah melalui kasih karunia
yang Dia anugerahkan kepada kita apabila kita merendahkan diri de-
ngan menyangkal hidup kita sendiri dan menerima Dia sebagai Tuhan.
Ini sama sederhananya seperti mengakui, tetapi bagian yang sulit adalah
menundukkan diri kita sepenuhnya kepada realitas akan kekuasaan-Nya.
Sekarang simaklah mengapa saya menekankan hal ini dengan penuh
semangat:

“Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: ‘Tuhan,


Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir

124 Digerakkan oleh Kekekalan


setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi na-
ma-Mu juga?’ Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada
mereka dan berkata: ‘Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah
dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!’” (Matius 7:22-23
TEV)

Pada akhir tahun 1980-an, Allah memberi saya penglihatan. Saya


melihat begitu banyak kumpulan orang sehingga Anda tidak bisa me-
lihat ujungnya. Seperti lautan manusia. Saya tahu tidak ada ateis dalam
kelompok ini, tidak ada orang-orang mengaku diri berdosa, tidak ada
penganut agama lain. Sebaliknya, semua mengaku sebagai orang Kristen.
Kumpulan orang ini menghadap Takhta Pengadilan dan sepenuhnya ber-
harap untuk mendengar Yesus berkata, “Masuklah dan turutlah dalam
kebahagiaan Tuanmu, Kerajaan Allah.” Sebaliknya mereka mendengar
kata-kata, “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
(Matius 7:23).
Saya menyaksikan kekagetan dan kengerian di wajah mereka. Dapat-
kah Anda membayangkan perasaan aman dalam keselamatan yang tidak
Anda miliki? Dapatkah Anda membayangkan diasingkan dalam api
neraka selamanya padahal Anda sepenuhnya percaya bahwa Anda teri-
kat dengan surga? Selama-lamanya harus menghadapi kenyataan bahwa
Anda, dan mungkin orang-orang yang memberitakan kepada Anda, be-
gitu menganggap enteng tujuan kekal Anda?
Adakah ruang bagi pesan pencari damai yang mengabaikan teguran
Yesus?
Dapatkah Anda memahami mengapa kita harus memberitakan
seluruh maksud Allah, bukan hanya yang positif atau bermanfaat? Ya,
kita senang akan hal-hal yang bermanfaat, dan sudah semestinya kita
memberitakan dan menikmatinya. Namun tidak dengan mengabaikan
perintah dan peringatan ayat-ayat Kitab Suci!
Saya pernah menyatakan dalam sebuah konferensi tentang alasan
saya memberitakan semua kebenaran ini adalah bahwa “saya tidak ingin

hukuman bagi yang sesat 125


orang berseru pada saya di hari Penghakiman, ‘Kenapa kamu tidak me-
ngatakan yang sebenarnya?’ sementara darah mereka menetesi tangan
saya!”
Setelah sesi saya, seorang pendeta spontan mendekati saya agak gusar.
Bahkan, ia marah-marah. Katanya, “Beraninya kamu menyampaikan te-
ologi Perjanjian Lama pada kami para pendeta. Tidak akan ada darah
yang menetesi tangan saya karena tidak memberitakan seluruh Injil.” Ia
jelas menyukai aspek-aspek positif dari Firman Allah tetapi menghindari
setiap bagian yang konfrontatif.
Jawab saya, “Sobat, perhatikan apa yang Paulus tegaskan kepada para
pemimpin di Efesus.” Dengan Alkitab di tangan, saya membuka Kisah
Para Rasul dan meminta dia membacanya: “Sebab itu pada hari ini aku
bersaksi kepadamu, bahwa aku bersih, tidak bersalah terhadap siapa pun
yang akan binasa. Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud
Allah kepadamu.” (Kisah Para Rasul 20:26-27).
Ia menatap saya terkesima, mata dan mulutnya terbuka lebar. Ka-
tanya, “Setiap kali membaca Perjanjian Baru, saya tidak pernah mem-
perhatikan ini.” Kemudian kami segera terlibat dalam percakapan yang
ramah. Ketika kami mengobrol, saya menyebutkan bahwa untuk me-
mimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus, kita tidak
hanya harus mengajar tetapi juga memperingatkan mereka (lihat Kolose
1:28). Apakah peringatan kita? Agar tidak hanyut dibawa arus terlampau
jauh dari kebenaran. Agar tidak terpengaruh oleh pesan yang disebarkan
oleh para pendusta yang membujuk bukan hanya diri mereka sendiri,
tetapi juga banyak orang lain supaya mereka menjauhi ibadah.
Dalam Kisah Para Rasul 20, Paulus berada bersama dengan jemaat
Efesus beberapa waktu lamanya. Ia sangat mengasihi mereka dan tahu
melalui Roh Allah bahwa ia tidak akan melihat mereka lagi sampai di
surga kelak. Pikirkan betapa hati-hatinya Anda akan memilih kata-kata
yang tepat, karena mengetahui inilah perkataan terakhir bagi orang-
orang yang sudah seperti anak-anak Anda sendiri. Nasihat perpisahan
Paulus adalah:

126 Digerakkan oleh Kekekalan


Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena
kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk
menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah
Anak-Nya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-seri-
gala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan
menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan
muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha
menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut
mereka. Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun
lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati
kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata.
(Kisah Para Rasul 20:28-31 NIV)

Bagaimana orang-orang ini menyimpangkan kebenaran? Mungkin


dengan kata-kata, tetapi kemungkinan besar dengan tindakan. Perhati-
kan bahwa Paulus merasa sangat yakin tentang hal ini sehingga ia tidak
berhenti mengingatkan kepada jemaat Efesus siang dan malam selama
tiga tahun. Sekali lagi, kita melihat penekanannya. Kita harus menegas-
kan hal ini terus-menerus.

Allah Sumber Kasih dan Keadilan


Dalam alegori kita, Anda bisa merasakan kekagetan dan penderitaan
Sesat. Anda terkesima membayangkan penjara bawah tanah Lone yang
menakutkan. Anda merasa ngeri memikirkan 130 tahun dalam kege-
lapan dan panas yang tak tertahankan, sel siksaan dengan udara yang
terkontaminasi. Namun ini tidak bisa dibandingkan dengan apa yang
akan dihadapi para pria dan wanita yang tak terhitung jumlahnya jika
kita tidak memberitakan seluruh perintah Allah.
Jika Anda ingat, Jalyn penuh kasih dan adil. Dalam pengadilannya,
kasih itu terungkap dalam fakta bahwa ia tidak bisa mengizinkan se-
seorang yang memiliki sifat dan karakter Dagon masuk ke kota Affabel.

hukuman bagi yang sesat 127


Jika ia melakukannya, orang itu akan memutarbalikkan dan mencemari
seluruh kota, termasuk seluruh penghuninya. Kasih Jalyn melindungi
orang yang tak bersalah.
Selain itu, Jalyn adil dalam hal ia tidak bisa membiarkan seseorang
yang memiliki sifat Dagon menerima hukuman atas pemberontakan
yang lebih rendah dari Dagon sendiri. Karena alasan ini, semua orang
yang tidak memilih untuk mengikuti Jalyn harus diasingkan ke penjara
bawah tanah Lone yang sama.
Meski begitu, kasih Allah tidak dapat mengizinkan seseorang yang
memiliki sifat Setan masuk ke kota yang kekal selamanya. Ia akan
bersikap tidak adil dengan menghukum Setan dan para pengikutnya ke
Lautan Api kekal sementara membuat pengecualian bagi mereka yang
berada di bawah kekuasaan Setan dan yang memilih mempertahankan
sifatnya. Semua yang memiliki sifat Setan akan dihukum bersama dia ke
Lautan Api untuk selama-lamanya. Allah, sekarang dan selamanya, ada-
lah penyayang dan adil, dan kemuliaan-Nya akan diberitakan di seluruh
bumi.

128 Digerakkan oleh Kekekalan


Pertanyaan Diskusi
BAGIAN 2: BAB 4–5

1. Sebelum membaca bagian ini, apakah Anda telah menetapkan hu-


kuman kekal sebagai doktrin dasar yang perlu dipahami bagi orang
Kristen? Apa yang terjadi ketika kita memuridkan orang tanpa be-
nar-benar menyelami hal ini?

2. Banyak orang Kristen tidak memberitahu orang lain tentang realitas


neraka karena mereka takut jika terdengar negatif atau menghakimi.
Tetapi membicarakan hal-hal ini sebenarnya merupakan tindakan
belas kasihan. Seperti apakah rupanya bagi orang percaya (sebagai
individu dan dalam lingkungan gereja) yang membahas masalah ini
atas dasar kasih?

3. Bagaimana Anda menjelaskan hubungan antara iman dan buah


(atau hasil usaha)? Jika keselamatan adalah upah, mengapa yang
kita perbuat berkaitan dengan apa yang kita percayai?

4. Dalam bab lima, kita membahas pemikiran bahwa kita cenderung


membagikan janji-janji Injil tanpa berbicara tentang dampak kepu-
tusan untuk mengikut Yesus pada kehidupan seseorang. Mengapa
kehidupan yang tunduk kepada ketuhanan Kristus sebenarnya
kebih kaya daripada kehidupan di mana kita hanya menerima man-
faat spiritual tanpa harus mengubah cara hidup kita?

5. Pikirkan tentang segala sesuatu yang telah Anda pelajari sejauh


menyangkut keselamatan, penghakiman, dan dampak kehidupan
yang sekarang kita miliki pada kekekalan. Bagaimana wawasan bab
lima tentang sifat kasih karunia ini berdampak pada pandangan
Anda tentang topik-topik ini ke depan nanti?

hukuman bagi yang sesat 129


Bagian 3
BAB 6

Kejatuhan Besar
“Tetapi orang yang bertahan sampai pada
kesudahannya akan selamat.”
— Ma t i u s 2 4 : 1 3 T EV

ekarang tiba waktunya kita sampai pada kebenaran yang dicerminkan


S oleh Mendua Hati dan Lemah Hati. Suatu waktu mereka benar-be-
nar mengikuti Jalyn. Namun, yang satu tidak mengikuti dengan motif
yang benar, dan yang lain akhirnya berpaling dari jalan-jalannya untuk
selama-lamanya. Akhir bagi keduanya adalah fatal.

“Membaca yang Kita Percayai” Atau “Percaya Apa


yang Kita Baca”
Saya telah menemukan bahwa beberapa kebenaran yang akan kita bahas
dalam bab ini bersifat kontroversial di antara beberapa orang di kalangan
Injili. Namun, jika kita menginginkan kebenaran dan jujur dengan diri
kita sendiri, penyelidikan Alkitab secara menyeluruh seharusnya meng-
hilangkan kontroversi. Jadi sebelum kita mulai memeriksa apa yang
Alkitab ungkapkan mengenai orang-orang seperti Mendua Hati dan
Lemah Hati, izinkan saya pertama-tama bertanya apakah Anda bersedia
membaca dengan hati dan pikiran terbuka.
Salah satu rintangan terbesar ketika kita mulai mengetahui kehendak
Allah adalah ketika membaca Kitab Suci, kita membaca apa yang kita
percayai daripada percaya apa yang kita baca. Membaca apa yang kita per-

133
cayai terjadi ketika kita memilih untuk memandang kebenaran melalui
lensa yang kotor. Noda ini dihasilkan dari pengetahuan yang tidak benar
yang diperoleh dari orang lain atau diajarkan oleh denominasi kita, atau
dari praduga kita tentang Allah dan jalan-jalan-Nya. Hal ini sangat ber-
bahaya karena dapat menuntun kita pada penyesatan. Contoh ini terli-
hat dalam kitab Ayub.
Baru-baru ini ketika saya mengambil Alkitab, dan sebelum saya sem-
pat membukanya, saya mendengar Roh Allah berkata, “Bukalah kitab
Ayub dan mulailah baca dari pasal tiga puluh dua.” Saya segera mem-
buka pasal ini dan menyadari bahwa itulah awal pesan Elihu.
Sedikit latar belakang kisah tersebut. Setelah Ayub mengalami tra-
gedi besar, persepsinya tentang jalan-jalan Allah serta-merta menjadi
buruk karena penderitaan dan kemalangannya.
Kini ia memandang Allah melalui pengalamannya dan bukan men-
cari Allah untuk memohon hikmat-Nya (lihat Yakobus 1:2-8). Seiring
waktu, alasan ini bergerak ke arah pembenaran diri. Tiga teman Ayub,
yang berbicara dalam beberapa pasal sebelum pasal yang saya baca waktu
itu, tiba-tiba menjadi para ahli teolog dadakan yang secara keliru beru-
saha menafsirkan sendiri tragedi Ayub. Hal ini justru membuat keadaan
menjadi lebih buruk lagi. Mereka tidak menemukan cara untuk mem-
bantah alasan kedegilan Ayub dan tanpa mengutuki dia.
Elihu, yang paling muda dari kelompok itu, menunggu cukup lama
untuk mendengar hikmat Allah dari Ayub atau ketiga temannya. Tetapi
ketika ia melihat ketiga temannya tidak bicara apa-apa lagi, akhirnya
ia angkat bicara: “Ketahuilah, aku telah menantikan kata-katamu, aku
telah memperhatikan pemikiranmu, hingga kamu menemukan kata-kata
yang tepat. Kepadamulah kupusatkan perhatianku, tetapi sesungguhnya,
tiada seorang pun yang mengecam Ayub, tiada seorang pun di antara
kamu menyanggah perkataannya. Jangan berkata sekarang: Kami sudah
mendapatkan hikmat; hanya Allah yang dapat mengalahkan dia, bukan
manusia” (Ayub 32:11-13 TEV).

134 Digerakkan oleh Kekekalan


Selanjutnya Elihu menegur semua orang. Katanya, “menurut he-
matmu apakah Allah harus melakukan pembalasan karena engkau yang
menolak?” (Ayub 34:33 NLT) Oh, betapa akurat ia berbicara tentang
kesalahan yang begitu umum hari ini. Inilah salah satu akar utama dari
teologi sesat di gereja: kita membiarkan pengalaman kita menafsirkan Fir-
man Allah daripada membiarkan Firman Allah membangun kebenaran!
Elihu tidak membahas nalar manusia atau teologi yang dibentuk
oleh peristiwa, kejadian, atau praduga tentang siapakah Allah. Sebali-
knya, tanpa merusak kebenaran, ia membicarakan Firman Allah yang
murni. Setelah ia menyimpulkan ucapannya, kita membaca:

Maka dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub: “Siapakah dia


yang menggelapkan keputusan dengan perkataan-perkataan yang
tidak berpengetahuan? Bersiaplah engkau sebagai laki-laki! Aku akan
menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku.” (Ayub 38:1-3
TEV)

The Amplified Bible mencatat pertanyaan Allah sebagai berikut,


“Siapakah dia yang menggelapkan keputusan dengan perkataan-per-
kataan yang tidak berpengetahuan?” Inilah yang terjadi ketika kita
menyaring perkataan-perkataan Allah melalui pengalaman kita, opini
orang lain, teologi yang keliru, atau ide-ide yang terbentuk sebelumnya
tentang siapa Allah. Kita menggelapkan nasihat-Nya, sehingga tidak
bebas tersedia bagi semua orang yang kita pengaruhi. Kita sebetulnya
menyembunyikan kebenaran dari orang-orang yang berusaha mengeta-
huinya. Inilah sebabnya mengapa Allah begitu marah terhadap Ayub,
dan teman-temannya—dan Dia sangat murka saat ini ketika kita me-
nyatakan jalan-jalan-Nya dengan cara tidak benar. Kita mencegah orang-
orang untuk mengetahui kebenaran!
Tuhan kemudian menghabiskan empat pasal berikutnya untuk
mengungkapkan firman-Nya kepada Ayub. Setelah Dia selesai, Ayub
dengan menyesal berkata:

kejatuhan besar 135


“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan
tidak ada rencana-Mu yang gagal. Firman-Mu: Siapakah dia yang
menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa
pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib
bagiku dan yang tidak kuketahui. Firman-Mu: Dengarlah, maka Aku-
lah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau
memberitahu Aku. Hanya dari kata orang saja aku mendengar ten-
tang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku
duduk dalam debu dan abu.” (Ayub 42:2-6 TEV).

Perhatikan Ayub berkata, “Hanya dari kata orang saja aku men-
dengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang
Engkau.” Ada kebenaran yang berkuasa dalam hal ini. Kitab Suci me-
nyatakan bahwa kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam
kemuliaan yang semakin besar saat kita melihat Tuhan (lihat 2 Korin-
tus 3:18), tidak seperti kita mendengar tentang Dia. Yesus adalah Firman
Allah yang hidup. Untuk melihat Dia berarti harus mengenal-Nya, me-
ngetahui jalan-jalan-Nya.
Inilah kebenaran yang diungkapkan pada seseorang. Kita mendengar
Firman Allah, tetapi tidak ada perubahan sampai kita diterangi. Ketika
pemahaman Firman Allah memasuki hati kita, kita berseru, “Aku paham,
aku paham!” Saat itu kita diterangi dan selanjutnya diubah menjadi se-
rupa dengan-Nya.
Inilah kebenaran rohani yang memotivasi Paulus untuk berdoa,
“Karena itu... aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu.
Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada
Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia
memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia
dengan benar. Dan supaya Dia menjadikan mata hatimu terang” (Efesus
1:15-18). Ayub sekarang lebih terang tidak seperti sebelumnya, meski-
pun ia hidup sangat saleh sebelum tragedi itu. Kini ia mengenal Allah
pada level yang lebih tinggi.

136 Digerakkan oleh Kekekalan


Setelah Allah selesai berbicara kepada Ayub, Dia menyebut Elifas,
salah satu teman Ayub, dan berfirman, “Murka-Ku menyala terhadap
engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar
tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub” (Ayub 42:7 TEV) .
Tuhan tidak mengabaikan begitu saja ketika kita menggambarkan
Dia atau jalan-jalan-Nya dengan cara tidak benar. Ini berarti menggelap-
kan nasihat dan merampas hak-Nya. Karena alasan ini, saya merasa aneh
bila orang-orang begitu cepat menguraikan sebuah teologi yang tidak
didukung oleh seluruh nasihat Kitab Suci. Oh, betapa menakutkan!
Bagaimana mungkin kita bisa mengenal kebenaran jika kita tidak berse-
dia diajar atau dikoreksi oleh kebenaran itu?
Setelah saya selesai membaca kitab Ayub, Tuhan berbicara sesuatu
kepada saya yang menjawab banyak pertanyaan. Dia menyatakan, “Nak,
apakah kamu memperhatikan bahwa Aku tidak hadir di tempat kejadian
sementara Ayub atau teman-temannya bicara tentang Aku secara tidak
benar? Hadirat-Ku tidak nampak sampai seseorang berdiri dan menyua-
rakan kebenaran.”
Saya tercengang oleh apa yang telah Allah taruh dalam hati saya dan
mulai merenungkan pernyataan-Nya. Lalu saya mendengar Dia berfir-
man lagi, “Inilah sebabnya mengapa begitu banyak individu, gereja, atau
denominasi tidak mengalami hadirat dan kuasa-Ku yang mengubah ke-
hidupan. Mereka tidak memberitakan Firman-Ku yang murni melain-
kan interpretasi atau penalaran mereka sendiri yang sudah disaring, tidak
ada bedanya dari Ayub atau teman-temannya. Mereka menggelapkan
nasihat-Ku dengan kata-kata mereka yang tanpa pengetahuan.”
Jika kita ingin mengetahui realitas hadirat dan kuasa Allah, kita
harus mengetahui kebenaran tanpa merusaknya. Karena itu, selama
kita terus meneliti apa yang Alkitab ungkapkan tentang penghakiman
Allah, jangan izinkan pendapat tentang Allah, teologi sesat, atau keadaan
mengubah pemahaman Anda tentang apa yang telah Dia firmankan.
Sebaliknya, carilah Dia dalam Firman Allah yang dinyatakan sehingga
Anda akan diterangi untuk mengenal jalan-jalan-Nya.

kejatuhan besar 137


Mengikut Untuk Beroleh Keuntungan
Marilah pertama-tama kita membahas nasib Mendua Hati. Kita akan
mengawali dengan kembali pada perkataan Yesus yang kita bahas di bab
sebelumnya:

“Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: ‘Tuhan,


Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir
setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi na-
ma-Mu juga?’ Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada
mereka dan berkata: ‘Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah
dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!’” (Matius 7:22-23
TEV)

NKJV menerjemahkan jawaban Yesus demikian, “Aku tidak pernah


mengenal kamu; enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat keja-
hatan!” Versi ini adalah tafsiran yang lebih dekat dengan aslinya. Kata
Yunani untuk pelanggaran hukum (anomia) berarti tindakan yang ber-
tentangan dengan hukum atau kehendak Allah. Sederhananya, itu ber-
arti tidak tunduk pada otoritas Allah.
Yesus juga mengawali gambaran tentang pelanggaran hukum dengan
kata kebiasaan (practice), yang menunjukkan bahwa bukan berarti orang
yang kadang-kadang tersandung atau bahkan seorang bayi dalam Kristus
yang berjuang untuk bebas. Sebaliknya, Dia menggambarkan orang yang
hidup bertentangan dengan apa yang berkenan bagi Allah dan meng-
abaikannya, membenarkan hal itu, atau hanya mempermainkannya.
Karena itulah maka perkataan Yesus berlaku pada orang yang tersesat,
seperti Sesat, atau orang yang tidak setia, seperti Mendua Hati.
Banyak orang yang Yesus sebutkan di sini akan mendengar per-
nyataan tentang penghakiman yang akan bergema dalam jiwa mereka
untuk selama-lamanya di wilayah terkutuk ini. Sangat penting agar kita
tidak mengabaikan atau menganggap enteng peringatan Tuhan ini.

138 Digerakkan oleh Kekekalan


Mari kita perhatikan lebih cermat pada kelompok kedua yang Yesus
sebutkan pada ayat kitab suci di atas. Sebagian dari mereka yang berpa-
ling dari Kerajaan Allah adalah orang-orang yang mengusir setan dalam
nama Yesus.
Siapakah orang-orang ini? Mungkinkah mereka adalah para pria dan
perempuan yang menggunakan nama Yesus hanya untuk mengusir setan
tanpa hubungan lain dengan Tuhan Yesus? Untuk menemukan jawaban-
nya, maka kita harus melihat Kisah Para Rasul.

Juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di ne-


geri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang
kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya: “Aku menyumpahi
kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus.” Mereka yang
melakukan hal itu ialah tujuh orang anak dari seorang imam kepala
Yahudi yang bernama Skewa. Tetapi roh jahat itu menjawab: “Yesus
aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?”
Dan orang yang dirasuk roh jahat itu menerpa mereka dan meng-
gagahi mereka semua dan mengalahkannya, sehingga mereka lari dari
rumah orang itu dengan telanjang dan luka-luka.
(Kisah Para Rasul 19:13-16 NLT)

Mustahil bagi para tukang jampi ini untuk mengusir setan dalam
nama Yesus! Ada kebenaran yang diperlihatkan pada catatan ini: Untuk
mengusir setan, tidak cukup hanya dengan menyebut nama Yesus saja.
Anda harus menjalin hubungan dengan Dia yang memikulnya. Anda
harus benar-benar menjadi pengikut Kristus, tidak seperti orang-orang
yang kita bahas di bab sebelumnya.
Kini Anda mungkin berpikir, Tetapi Yesus berkata Dia tidak pernah
mengenal mereka. Bagaimana mungkin mereka bisa mengusir setan dan
mengadakan mujizat dalam nama-Nya? Bagaimana ini bisa terjadi?
Ada orang-orang yang sungguh-sungguh mengikut Yesus demi man-
faat keselamatan tetapi melakukannya semata-mata karena motif keun-

kejatuhan besar 139


tungan pribadi. Mereka tidak pernah ingin mengenal hati Allah; yang
mereka inginkan hanya kuasa dan berkat-Nya. Paulus memperingatkan
bahwa orang-orang ini “tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan
kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan”
(1 Timotius 6:5).
Orang-orang ini mencari Yesus demi kepentingan pribadi, sehingga
ibadah mereka kepada Dia didorong oleh keuntungan, bukan digerak-
kan oleh kasih. Yesus tidak akan mengenal mereka, karena kita membaca,
“Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.” (1 Korintus
8:3).
Ia dikenal oleh Allah. Kata dikenal ini tidak berarti hanya tahu ten-
tang seseorang, sebab Allah tahu segala sesuatu tentang semua orang. Dia
Mahatahu! Sebaliknya, ini berarti keintiman. Amplified Bible menunjuk-
kan demikian: “Tetapi jika seseorang sungguh-sungguh mengasihi Allah
[dengan penghormatan penuh kasih, ketaatan tanpa batas, dan penga-
kuan syukur atas berkat-Nya], ia dikenal oleh Allah [diakui layak mene-
rima keintiman dan kasih-Nya, dan ia dimiliki oleh-Nya].”
Yesus berkata kepada orang banyak pada Hari Penghakiman, “Aku
tidak pernah mengenal kamu.” Jadi orang-orang yang tidak mengasihi
Allah (yang sudah jelas karena mereka tidak memberikan ketaatan tanpa
batas, penghormatan penuh kasih, dan pengakuan syukur kepada-Nya)
tidak dikenal akrab oleh Bapa atau Yesus—bahkan meskipun mereka
telah berpaling kepada-Nya untuk beroleh keselamatan. Mengasihi Yesus
berarti Anda menyerahkan nyawa bagi-Nya. Anda tidak lagi hidup untuk
diri sendiri tetapi bagi Dia.
Yudas adalah salah satu contoh. Dia bergabung dengan Yesus. De-
ngan pengorbanan besar yang dia lakukan demi mengikut Dia, tampak-
nya ia mengasihi Allah. Yudas meninggalkan semuanya untuk bergabung
dengan tim pelayanan Yesus dan pergi ke jalanan dengan Tuhan. Ia ber-
ada dalam tekanan penganiayaan dan bahkan ketika anggota staf lainnya
mengundurkan diri (lihat Yohanes 6:66). Ia tidak mundur. Ia mengusir
setan, menyembuhkan orang sakit, dan memberitakan Injil (lihat Lukas
9:1).

140 Digerakkan oleh Kekekalan


Namun, niat Yudas tidak benar sejak awal. Ia tidak pernah menyesali
motifnya untuk mencari kepentingan diri sendiri. Karakternya terung-
kap oleh pernyataan berikut: “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku,
supaya aku...” (Matius 26:15). Ia berbohong dan membujuk demi beroleh
keuntungan (lihat Matius 26:25), mengambil uang dari perbendaharaan
pelayanan Yesus untuk penggunaan pribadi (lihat Yohanes 12:4-6), dan
daftar ini masih panjang. Ia tidak pernah akrab mengenal Tuhan meski-
pun ia menghabiskan tiga setengah tahun dalam hadirat-Nya sebagai
murid. Karena inilah Yesus berkata tentang dia, “Bukankah Aku sendiri
yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di an-
taramu adalah Iblis. Yang dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon
Iskariot” (Yohanes 6:70-71).
Ada orang-orang seperti Yudas yang rela berkorban besar bagi pe-
layanan—bahkan membebaskan orang-orang dari penindasan setan,
menyembuhkan orang sakit, memberitakan Injil, dan percaya kepada
Yesus untuk beroleh keselamatan—tetapi yang tidak pernah akrab me-
ngenal Yesus. Pekerjaan mereka seluruhnya dilakukan karena dorongan
untuk keuntungan diri sendiri, bukan karena kasih kepada Allah. Ini
sangat tepat menggambarkan Mendua Hati dalam alegori kita. Ia mengi-
kut Jalyn karena ia menyukai pengaruh dan kekuasaan yang raja berikan
kepadanya. Sejak awal, motifnya tidak berakar dari kasih kepada Jalyn.
Sebab itu, hukuman paling berat telah tersedia. Yesus berkata ten-
tang Yudas, “Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dila-
hirkan.” (Matius 26:24). Kepada para pemimpin agama yang melayani
Allah karena motif keuntungan dan memanfaatkan orang-orang dalam
nama Tuhan, Dia mengatakan, “Sebab itu kamu pasti akan menerima
hukuman yang lebih berat.” (Matius 23:14). Para pria dan perempuan
ini, seperti Mendua Hati, akan mendapati diri mereka berada di tempat
neraka tergelap dan paling menyiksa.

kejatuhan besar 141


Mengorbankan Keselamatan
Apa yang baru saja kita bahas tersebut sangat tepat menggambarkan
kisah Mendua Hati dalam alegori kita. Namun, bagaimana dengan
Lemah Hati? Ia benar-benar menjalin hubungan dengan Jalyn—bahkan
mengasihinya—namun ia tidak bertahan sampai akhir. Apakah Alkitab
mengungkapkan hal ini juga? Mari kita memulai penyelidikan kita ten-
tang pertanyaan ini dengan perkataan Nabi Yehezkiel:

“Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan


kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik
-- apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak
akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan
karena dosa yang dilakukannya.” (Yehezkiel 18:24)

Pertama dan yang terutama, Allah menyebutkan orang benar, bukan


orang yang mengira dirinya benar padahal kenyataannya tidak demikian.
Tentu saja ini bukanlah orang yang sama seperti penyesat atau penipu
yang kita bahas dalam bab sebelumnya.
Allah berfirman bahwa Dia tidak akan mengingat-ingat lagi segala
kebenaran orang ini. Ketika Allah melupakan sesuatu, itu berarti seolah-
olah tak pernah terjadi. Kita bicara tentang Allah yang menghapus dosa
kita, menjauhkannya sejauh timur dari barat dan menguburnya dalam
tubir-tubir laut kelupaan, namun tentu saja Dia tidak demikian. Dia
menyatakan, “Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesa-
lahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.” (Ibrani 8:12).
Allah tidak lagi mengingat dosa-dosa kita setelah kita menerima Yesus
sebagai Tuhan. Iblis mencoba mendakwa kita, tetapi Allah berfirman
bahwa Dia tidak lagi mengingat dosa-dosa kita. Jadi dalam pikiran-Nya,
seolah-olah kita tidak pernah berdosa.
Nah, demikian pula sebaliknya. Apabila Allah berfirman bahwa ke-
benaran seseorang tidak akan diingat-ingat, artinya Dia akan lupa setelah
Dia mengenalnya. Hubungan ini terbatas.

142 Digerakkan oleh Kekekalan


Sekarang mari kita meneliti lebih jauh tentang apa yang Alkitab nya-
takan tentang seorang percaya yang terus menyimpang dari keselamatan
mereka. Rasul Yakobus menulis:

Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari


kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik, ketahuilah,
bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya
yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan me-
nutupi banyak dosa. (Yakobus 5:19-20)

Poin pertama yang patut diperhatikan dapat ditemukan dalam per-


nyataan, “Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu...” Yakobus tidak
berbicara dengan orang-orang yang hanya berpikir mereka adalah orang
Kristen. Dia berbicara tentang seorang percaya yang menyimpang dari
jalan kebenaran. Dalam bagian ini, seorang saudara yang menyimpang
dari kebenaran disebut orang berdosa. Bukan berarti ia tidak lagi dila-
hirkan kembali; bukan, dia biasa berbuat dosa dan perlu kembali pada
ketaatan. Namun, jika ia tetap berada dalam jalan-jalannya yang sesat,
Yakobus menjelaskan hasil akhirnya adalah maut pada jiwa itu—jiwa
yang terhilang—jika tidak ada jalan untuk kembali kepada Allah (ber-
tobat). Amsal menegaskan hal ini dengan menyatakan: “Orang yang
menyimpang dari jalan akal budi akan berhenti di tempat arwah-arwah
(orang mati) berkumpul” (Amsal 21:16 AMP).
Amsal menegaskan kata-kata Yakobus dengan menunjukkan bahwa
tempat tinggal akhir dari orang yang menyimpang dari jalan Allah tanpa
berpaling kembali kepada kebenaran adalah kumpulan orang mati, yaitu
Hades—dan akhirnya, Lautan Api.

Kitab Kehidupan

Kitab Kehidupan disebutkan delapan kali dalam Perjanjian Baru. Paulus


dan Yohanes menulis bahwa semua yang akan menghabiskan waktu

kejatuhan besar 143


selama-lamanya dengan Yesus akan tercatat dalam kitab ini. Nama-
nama kita tertulis di dalamnya saat kita dilahirkan kembali.
Ingatlah kesaksian Efrosyni dari bab empat. Setelah gadis muda
Yunani ini menyerahkan hidupnya kepada Yesus, Allah Bapa menulis
namanya dalam Kitab Kehidupan dan berkata kepadanya, “Selamat
datang di keluarga ini!” Demikian pula Paulus menulis kepada sesama
orang percaya, “Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku
yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan
aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-
kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab
kehidupan.” (Filipi 4:3 NLT).
Demikian pula sebaliknya. Semua orang yang tidak tercatat dalam
Kitab Kehidupan akan terhilang. Simaklah apa yang dinyatakan dalam
kitab Wahyu: “Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis
di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.”
(Wahyu 20:15).
Yohanes dengan tegas menyatakan bahwa orang-orang yang akan
diterima dalam kota Allah yang kekal adalah “hanya mereka yang
namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba” (Wahyu
21:27). Sisanya akan mendapati diri mereka berada dalam kumpulan
orang mati.
Dalam Wahyu 3, Yesus berbicara kepada salah satu jemaat—bukan
kota, bukan sekelompok orang yang terhilang, bukan penyembah ilah-
ilah palsu, dan bukan jemaat “seharusnya”. Ia berbicara kepada orang-
orang yang sungguh-sungguh kepunyaan-Nya dan memperingatkan:
“Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian;
Aku tidak akan menghapus (blot out) namanya dari kitab kehidupan”
(Wahyu 3:5). Amplified Bible mencatat firman-Nya demikian “Aku tidak
akan menghapuskan (erase) atau menghapus (blot out) namanya dari Kitab
Kehidupan.”
Apakah Anda memperhatikan kata menghapuskan (erase)? Satu-satu-
nya cara nama Anda dihapuskan dari Kitab Kehidupan adalah karena

144 Digerakkan oleh Kekekalan


awalnya pernah tercatat di situ. Hanya mereka yang benar-benar dila-
hirkan kembali melalui iman di dalam Yesus Kristus yang tertulis dalam
Kitab Kehidupan. Orang-orang tidak percaya dan bahkan sesat yang
tidak pernah sungguh-sungguh berjalan dengan Yesus tidak pernah ter-
tulis dalam kitab ini, sehingga nama mereka tidak bisa dihapuskan. Dia
berbicara kepada orang-orang yang berada “dalam keluarga.”

Penglihatan Serius

Ada seorang hamba Allah yang mengabdi dengan setia dalam pelayanan
selama hampir tujuh puluh tahun pada abad kedua puluh. Pengaruhnya
dalam tubuh Kristus sangat monumental, dengan buku-bukunya yang
tercetak berjumlah lebih dari 65.000.000 dan sekolah Alkitab-nya yang
meluluskan lebih dari 20.000 orang.
Ia menulis tentang topik ini dalam salah satu bukunya. Ia mencatat
bahwa pada tahun 1952, Yesus menampakkan diri kepadanya dalam
suatu penglihatan dan menunjukkan kepadanya seorang istri pendeta
yang ia kenal akrab. Istri pendeta itu mulai percaya kebohongan bahwa
kecakapan dan kecantikannya terbuang sia-sia dalam pelayanan. Seiring
waktu pikiran wanita itu tersita oleh ketenaran, popularitas, dan kekayaan
yang dapat dia miliki di dunia ini. Akhirnya ia menyerah, meninggalkan
suaminya, dan pergi mencari keberhasilan yang dia inginkan.
Tuhan secara khusus bicara kepada pendeta ini, “Wanita ini adalah
anak-Ku,” dan kemudian memerintahkan dia agar tidak berdoa un-
tuknya. Berikut ini dikutip langsung dari bukunya:

“Tuhan, apa yang akan terjadi padanya?” Aku bertanya.


“Ia akan menghabiskan waktu untuk selama-lamanya di daerah
terkutuk, di mana ada tangisan dan kertak gigi,” Dia menjawab. Dan
dalam penglihatan itu, aku melihat wanita itu pergi ke dalam lubang
neraka. Aku mendengar jeritannya yang menyeramkan.

kejatuhan besar 145


“Wanita ini adalah anak-Mu, Tuhan. Ia dipenuhi dengan
Roh-Mu dan mengambil bagian dalam pelayanan. Namun Engkau
memerintahkan supaya aku tidak berdoa untuknya. Aku tidak bisa
memahaminya!”
Tuhan mengingatkan aku pada ayat Kitab Suci berikutnya:
“Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang
tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan
Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat
dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan
maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa” (1 Yo-
hanes 5:16).
Aku berkata, “Tetapi Tuhan, aku selalu percaya bahwa dosa se-
bagaimana yang dimaksud dalam ayat ini adalah kematian fisik, dan
orang itu diselamatkan sekalipun ia telah berbuat dosa.”
“Tetapi Kitab Suci tidak menyatakan kematian fisik,” Tuhan
menjelaskan. “Engkau hanya menambahinya. Jika engkau membaca
seluruh pasal lima dari kitab Yohanes Pertama, maka engkau akan
melihat bahwa perikop itu berbicara tentang kehidupan dan kema-
tian—kehidupan rohani dan kematian rohani—dan inilah kematian
rohani. Ini mengacu pada seorang percaya yang dapat berbuat dosa
yang mendatangkan maut, dan karena itu Aku berfirman supaya
engkau tidak berdoa untuk itu. Aku memerintahkanmu agar tidak
berdoa bagi wanita ini karena dia berbuat dosa yang mendatangkan
maut.”
“Ini benar-benar mengusik teologiku, Tuhan. Bisakah Engkau
menjelaskannya lebih lanjut?” aku bertanya. (Kadangkala teologi kita
perlu terusik jika tidak sejalan dengan Firman.)
Yesus mengingatkan aku pada Kitab Suci berikut:
Ibrani 6:4-6 (KJV)
4 Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang
pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah
mendapat bagian dalam Roh Kudus,

146 Digerakkan oleh Kekekalan


5 dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan
karunia-karunia dunia yang akan datang,
6 namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui
sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab
mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka
dan menghina-Nya di muka umum.1

Ada kualifikasi tertentu yang perlu dicatat dalam ayat Kitab Suci
tersebut di atas. Pertama, memungkiri imannya (murtad) berarti seseo-
rang pasti diterangi hatinya dan pernah mengecap karunia surgawi. Ini
akan berlaku bagi mereka yang telah menerima Yesus, karena Dia ada-
lah karunia surgawi. Kedua, orang tersebut pasti dipenuhi dengan Roh
Kudus. Ketiga, ia pasti mengecap Firman Allah yang baik dan kuasa atas
dunia yang akan datang. Dari daftar ini kita bisa melihat bahwa ini tidak
mencakup bayi Kristen, namun hanya orang percaya yang dewasa.
Di masa lalu, beberapa orang mendatangi saya sambil mencucurkan
air mata mengatakan bahwa suatu ketika mereka pernah mengatakan
kepada Tuhan bahwa mereka tidak ingin melayani Dia lagi. Kemudian
mereka merasa sangat menyesal dan bertobat. Mereka mengalami keta-
kutan hebat ketika menjumpai ayat ini dan beberapa ayat lain seperti itu
di Alkitab mereka. Namun, adakalaya bayi melakukan hal-hal konyol
karena kebodohan, dan Tuhan tahu itu. Penulis kitab Ibrani tidak ber-
bicara tentang seorang bayi di dalam Kristus tetapi tentang orang yang
matang.
Untuk melayani penghiburan bagi jiwa-jiwa yang gelisah ini, saya
memberitahu mereka bahwa jika mereka tetap berbuat dosa yang men-
datangkan maut (seperti yang tertulis di atas), mereka tidak akan memi-
liki keinginan untuk kembali dalam persekutuan dengan Yesus. Fakta
bahwa mereka lapar akan Dia dan memang bertobat, yang disertai de-
ngan buah-buah roh, berarti bahwa Roh Kudus menarik mereka kem-
bali ke dalam persekutuan. Tidak ada keinginan akan keintiman dengan
Yesus atau hidup kudus jika orang-orang ini terus menyimpang dari ke-

kejatuhan besar 147


benaran, seperti yang dilakukan wanita dalam penglihatan sang pendeta
tersebut.
Yesus berkata bahwa wanita ini benar-benar anak Tuhan. Pendeta
yang menulis kesaksian ini dibesarkan dalam sebuah denominasi di
mana banyak yang tidak percaya seseorang bisa menyimpang jauh dari
keselamatan mereka; mereka percaya pada jaminan kekal tanpa syarat.
Inilah sebabnya mengapa ia berkata, “Ini benar-benar mengusik teo-
logiku.” Sebagai anak Allah, nama wanita itu tertulis di dalam kitab ke-
hidupan. Ia tidak tahan menderita tetapi tetap kembali ke dunia; karena
itu, namanya dihapuskan, sama seperti Yesus memperingatkan jemaat
di Wahyu 3. Wanita itu memilih pergi menjauh untuk selama-lamanya.
Ia bukanlah “pemenang.” Karena alasan ini, penulis Ibrani mengatakan
bahwa tidak mungkin bagi orang seperti ini akan dipulihkan. Sekarang
dia sudah dua kali mati. Ia pernah mati dalam dosa, kemudian mewarisi
hidup yang kekal, tetapi mati dalam dosa lagi dengan tetap menyimpang
(lihat Yudas 12).
Begitu seseorang berada pada keadaan ini, mereka tidak pernah lagi
terlahir kembali. Inilah sebabnya mengapa penulis Ibrani mengatakan
“tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka berto-
bat.” Jadi sungguh keliru bila berpikir kita dapat menjumpai situasi di
mana orang dapat dilahirkan kembali sekali lagi.
Sekali lagi, izinkan saya mengulanginya: jika seseorang berbuat dosa,
mereka tidak akan pernah lagi memiliki keinginan untuk bertobat dan
hidup sungguh-sungguh bagi Yesus. Tidak ada yang bisa menarik kita ke-
pada Yesus kecuali Roh Kudus. Begitu orang percaya sejati menyimpang
sebagai akibat kemurtadan mereka—seperti dalam kasus wanita yang
dijelaskan sang pendeta ini—Dia tidak akan berbalik. Karena itu, Roh
Kudus tetap sabar. Dia tidak akan menyerah dengan mudah.

148 Digerakkan oleh Kekekalan


Dunia Kekelaman
Rasul Petrus memberi kita pemahaman lebih lanjut. Dia mengatakan,

Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruse-
lamat kita, Yesus Kristus . . . (2 Petrus 2:20 NLT)

Pertama, mari kita berhenti sejenak dan meneliti siapakah yang di-
maksud Petrus. Jika seseorang telah lolos dari kecemaran (kejahatan)
dunia melalui pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat Yesus Kristus, ini
pasti akan menjadikan mereka pengikut Kristus. Mereka tidak akan ter-
masuk dalam kategori penyesat yang dibahas dalam bab sebelumnya—
orang yang mengaku mengenal Allah, padahal kenyataannya tidak.
Sebaliknya, orang-orang ini sesungguhnya terhindar dari penyimpangan
dunia ini oleh kasih karunia Tuhan Yesus. Tidak ada keraguan Petrus
menyebut orang-orang yang benar-benar telah dilahirkan kembali.
Selanjutnya, kita membaca:

. . . telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi


terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk
dari pada yang semula. Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika
mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenal-
nya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan
kepada mereka. (2 Petrus 2:20-21 NLT)

Petrus menyampaikan pesan kepada orang-orang Kristen yang telah


menyerahkan diri mereka kembali pada perbudakan dosa. Karena itu
bagi mereka akan lebih baik jika mereka tidak pernah mengenal realitas
keselamatan melalui Yesus Kristus. Mereka tetap memilih kesenangan,
nafsu, dan keangkuhan hidup melebihi ketaatan untuk hidup kudus.
Mengapa lebih baik jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebe-
naran? Yudas menjawab ini. Seperti Petrus, Yudas menegur orang-orang
yang menyimpang dari keselamatan mereka. Ia menyatakan, “Celakalah

kejatuhan besar 149


mereka, karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain dan karena
mereka, oleh sebab upah, menceburkan diri ke dalam kesesatan Bileam,
dan mereka binasa karena kedurhakaan seperti Korah” (Yudas 11).
Kain, Bileam, dan Korah semuanya memiliki hubungan dengan
Tuhan pada suatu waktu. Dua dari mereka adalah pelayan Tuhan. Ke-
salahan Kain adalah pemberontakan secara terang-terangan kepada
Allah, Bileam adalah cinta uang, dan Korah adalah kedurhakaan terha-
dap otoritas yang telah diamanatkan.
Yudas melanjutkan:

Mereka inilah noda dalam perjamuan kasihmu, di mana mereka tidak


malu-malu melahap dan hanya mementingkan dirinya sendiri; me-
reka bagaikan awan yang tak berair, yang berlalu ditiup angin; mereka
bagaikan pohon-pohon yang dalam musim gugur tidak menghasilkan
buah, pohon-pohon yang terbantun dengan akar-akarnya dan yang
mati sama sekali. Mereka bagaikan ombak laut yang ganas, yang
membuihkan keaiban mereka sendiri; mereka bagaikan bintang-bin-
tang yang baginya telah tersedia tempat di dunia kekelaman untuk
selama-lamanya. (Yudas 12-13)

Dalam gereja mula-mula, perjamuan kasih adalah makan malam


di mana para anggota berkumpul bersama-sama sebagai ungkapan hu-
bungan dekat mereka dengan Allah dan dengan satu sama lain. Per-
jamuan kasih biasanya diakhiri dengan sakramen perjamuan kudus.2 Di
sini kita belajar fakta yang paling serius: tidak semua orang yang berjalan
menyimpang dari keselamatan akan meninggalkan gereja yang teror-
ganisasi, seperti halnya yang dilakukan wanita dalam penglihatan sang
pendeta. Hal ini menjadikan orang-orang seperti itu paling berbahaya
karena pengaruh mereka pada bayi-bayi rohani, yang memiliki hati nu-
rani lemah, dan orang-orang terluka yang bisa berakibat fatal.
Korah adalah contoh dari gambaran orang tersebut. Ia adalah se-
orang rekan pelayan Harun, tetapi ia berkata kepada Musa dan Harun,

150 Digerakkan oleh Kekekalan


“Sekarang cukuplah itu! Segenap umat itu adalah orang-orang kudus,
dan TUHAN ada di tengah-tengah mereka. Mengapakah kamu mening-
gi-ninggikan diri di atas jemaah TUHAN?” (Bilangan 16: 3 NLT)? Pe-
ngaruh Korah menyebabkan hukuman maut menimpa 250 pemimpin
dan 14.700 umat!
Yudas memberitahu kita bahwa orang-orang murtad ini, yang dise-
but sebagai noda, tetap tinggal dalam jemaat kita. Mereka memiliki rasa
aman yang palsu dalam sikap santun begitu mereka masuk, tetapi mereka
telah menyesatkan dengan hidup untuk melayani diri mereka sendiri dan
telah kehilangan rasa takut akan Allah. Perhatikan ketika Korah menga-
takan bahwa Allah “ada di tengah-tengah mereka.” Ia juga hidup dalam
rasa aman palsu, karena hari berikutnya bumi terbuka dan menelannya
hidup-hidup ke dalam neraka.
Akibatnya, orang-orang murtad ini masih mengetahui bahasa orang
Kristen. Mereka akan bergaul dengan orang-orang percaya lainnya,
tetapi Anda tidak akan menemukan mereka di antara para pemenang
saat kedatangan Yesus kembali. Dia datang bagi gereja yang tidak bercela
(lihat Efesus 5:27).
Yudas menunjukkan bahwa orang-orang ini mati dua kali. Bagaimana
Anda bisa mati dua kali? Bisa jadi Anda pernah mati dalam dosa, kemu-
dian menerima hidup kekal melalui kelahiran baru, tetapi secara tragis
mati lagi melalui perbuatan dosa terus-menerus tanpa bertobat. Ingat,
Yakobus menyatakan bahwa jika seorang Kristen menyimpang dari ke-
benaran dan tetap berada dalam keadaan itu, jiwanya akan mati. Dan
Yohanes mengatakan, ada dosa yang mendatangkan maut bagi orang
percaya. Keduanya mengacu pada orang yang mati dua kali.
Perhatikan Yudas menyatakan, “yang baginya telah tersedia tempat
di dunia kekelaman (the blackness of darkness) untuk selama-lamanya.”
Dunia kekelaman berarti hukuman kekal paling berat. Ini terlihat jelas
dalam perkataan Yesus tentang kedatangan-Nya dan penghakiman. Dia
berkata:

kejatuhan besar 151


“Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga
ketika ia datang.... Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan ber-
kata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai
memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan
makan minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada
hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketa-
huinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan
orang-orang yang tidak setia. Adapun hamba yang tahu akan ke-
hendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak
melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak
pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan
melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima
sedikit pukulan.” (Lukas 12:37, 45-48)

Ada begitu banyak makna dalam ayat-ayat ini. Izinkan saya menun-
jukkan beberapa pokok penting. Pertama-tama, perhatikan bahwa ia
adalah hamba, bukan orang luar, atau orang kafir, atau orang berdosa.
Ia tahu kehendak tuannya namun berbuat sesuatu yang justru berten-
tangan. Ini tidak berkaitan dengan perilaku Merdeka; ia termasuk dalam
kategori orang-orang yang tidak tahu dan menerima sedikit pukulan. Ini
juga tidak bisa berlaku untuk Sesat. Ia berpikir dirinya adalah seorang
hamba, namun menurut Jalyn, ia tidak pernah menjadi hamba yang
benar. Orang yang Yesus sebutkan di sini disebut seorang hamba, dan ia
sepenuhnya paham akan kehendak tuannya. Dia adalah salah satu orang
yang berjalan menyimpang dari keselamatannya.
Perhatikan bahwa orang itu memukul sesama rekannya ham-
ba-hamba. Ini berbicara tentang gaya hidup yang mengambil keuntun-
gan dari orang lain demi kepentingan atau kesenangan pribadi. Dan kita
melihat cara hidup orang ini waktu itu. Ia makan, minum, dan mabuk.
Ia hidup untuk melayani dirinya sendiri. Ingatlah Yudas menyatakan
bahwa orang murtad itu berpesta pora dengan orang percaya lainnya
tanpa takut akan Tuhan. Mereka hanya melayani diri mereka sendiri.

152 Digerakkan oleh Kekekalan


Semua keputusan mereka, bahkan meskipun tampaknya mulia, adalah
demi keuntungan mereka sendiri.
Akhirnya, perhatikan bahwa terkait dengan hukuman hamba ini,
kita tahu bahwa ia ditugaskan atau dikirim ke tempat orang-orang tidak
percaya (yang tidak pernah diselamatkan). Orang-orang tidak percaya
hanya menerima sedikit pukulan, tetapi hamba yang tahu akan kehen-
dak tuannya dan menyimpang dari jalan itu akan menerima banyak pu-
kulan—sehingga menunjukkan bahwa ia akan menerima hukuman yang
paling berat dalam Lautan Api, atau dunia kekelaman, selama-lamanya!

Kepahitan yang Tidak Mengampuni


Ini tentu akan berlaku pada Lemah Hati (sekaligus Mendua Hati).
Lemah Hati tahu bahwa kehendak Jalyn adalah memaafkan, namun ia
menolak. Ia memilih untuk memendam sakit hati yang mendalam atas
pengkhianatan Fitnah. Kepahitannya membuka pintu terhadap kecema-
rannya. Karena alasan ini, kita membaca agar umat Allah “Jagalah supaya
jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar
jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang
mencemarkan banyak orang” (Ibrani 12:15).
Dalam pencarian ayat-ayat kitab suci Perjanjian Baru maupun
melalui pengalaman bertahun-tahun dalam pelayanan, saya telah belajar
bahwa perangkap terbesar untuk menarik orang menjauh dari perjalanan
mereka dengan Allah adalah hati yang tidak mengampuni. Seperti yang
terjadi dengan Lemah Hati, hati yang tidak mengampuni membuka
pintu terhadap segala jenis keyakinan dan perilaku yang menyimpang
lainnya.
Dalam Matius 18, Yesus menceritakan perumpamaan tentang se-
orang raja besar dalam proses perhitungan rekeningnya. Seorang hamba
yang berutang sepuluh ribu talenta dibawa ke hadapannya. Nah, talenta
bukanlah ukuran uang tetapi ukuran berat. Ukuran ini digunakan untuk

kejatuhan besar 153


mengukur emas (lihat 2 Samuel 12:30), perak (lihat 1 Raja-raja 20:39),
dan logam dan komoditas lain. Dalam perumpamaan ini, talenta me-
rupakan ukuran utang, jadi kita bisa berasumsi bahwa Yesus merujuk
pada unit pertukaran seperti emas atau perak. Mari kita asumsikan itu
adalah emas.
Talenta biasa adalah setara dengan kira-kira tujuh puluh lima pon
(37,5 kg). Inilah berat penuh yang bisa dibawa seseorang (lihat 2 Ra-
ja-raja 5:23). Sepuluh ribu talenta adalah sekitar 750.000 pon atau 375
ton. Jadi hamba ini berutang kepada raja 375 ton emas. Ketika saya
menulis buku ini, harga emas adalah sekitar US $1.200 per ons. Jadi gu-
nakan saja perhitungan matematika. Sepuluh ribu talenta emas bernilai
kira-kira empat belas miliar dolar. Itulah besar utang hamba ini kepada
raja! Poin penting yang Yesus tekankan di sini adalah bahwa hamba ini
berutang sangat besar yang tidak pernah mampu dia bayar.
Raja memerintahkan agar pria ini dan keluarganya dijual sebagai
ganti pembayaran atas utangnya. Maka sujudlah hamba itu di kaki raja
menyembah dia dan memohon belas kasihan padanya, dan akhirnya raja
membebaskannya. Ia bahkan menghapuskan seluruh utangnya.
Kita bisa melihat bahwa dalam perumpamaan ini, raja melambang-
kan Allah Bapa. Orang yang diampuni utangnya adalah seseorang yang
telah menerima pengampunan-Nya melalui Yesus Kristus. Ketika kesa-
lahan dilakukan, utang diberikan. Anda pasti telah mendengar perkataan
berikut, “Dia akan membayar untuk ini.” Pengampunan adalah pem-
batalan utang. Orang ini, seperti kita, dibebaskan dari utang yang tidak
mampu dia bayar.
Namun, kita membaca, “Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu
dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia
menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: ‘Bayar hutangmu!’ ”
(Matius 18:28)
Satu dinar adalah upah sehari. Mari kita asumsikan itu setara dengan
US$100 dalam uang hari ini. Total utang itu adalah sekitar US$10.000.
Jadi ini bukan pelanggaran kecil.

154 Digerakkan oleh Kekekalan


Kita terus membaca, “Maka sujudlah kawannya itu dan memohon
kepadanya: ‘Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.’ Tetapi ia
menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai di-
lunaskannya hutangnya” (Matius 18:29-30). Pria ini telah dihapuskan
dari utang empat belas miliar dolar. Seorang hamba berutang padanya
US$10.000, tetapi orang ini tidak mau menghapuskan utang itu. Ia
bertekad untuk mendesak hamba lain itu agar melunasinya.
Penting untuk dicatat bahwa setiap sakit hati yang kita pendam ter-
hadap satu sama lain, bila dibandingkan dengan pelanggaran awal kita
terhadap Allah, sebanding dengan utang US$10.000 yang dibanding-
kan dengan utang empat belas miliar dolar! Tidak peduli seberapa buruk
seseorang telah memperlakukan Anda, kesalahan mereka tidak seban-
ding dengan pemberontakan kita terhadap Allah. Anda mungkin merasa
tidak ada yang menderita seperti yang Anda rasakan. Anda tidak me-
nyadari betapa kejamnya Yesus diperlakukan. Dia tidak bersalah, domba
tak bercela yang telah disembelih dan menghapuskan utang kita empat
belas miliar dolar.
Seseorang yang tidak bisa memaafkan telah lupa betapa besarnya
utang mereka telah dihapuskan! Apabila Anda memahami bahwa Yesus
sudah membebaskan Anda dari kematian dan siksaan kekal, Anda akan
rela membebaskan orang lain. Tidak ada yang lebih buruk selain berada
dalam lautan api untuk selama-lamanya. Tidak ada bantuan. Cacing-ca-
cing yang tidak pernah mati, dan api yang tidak kunjung padam. Inilah
tempat tujuan kita sampai Tuhan mengampuni kita melalui kematian
Anak-Nya, Yesus Kristus! Jika seseorang tidak bisa memaafkan, mereka
tidak menyadari realitas neraka. Mereka tidak memahami kasih dan pe-
ngampunan Allah.
Mari kita lanjutkan dengan perumpamaan ini:

“Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyam-


paikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh
memanggil orang itu dan berkata kepadanya: ‘Hai hamba yang jahat,

kejatuhan besar 155


seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya
kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu se-
perti aku telah mengasihani engkau?’” (Matius 18:31-33)?

Saya ingin menekankan bahwa Yesus tidak mengacu pada orang-


orang tidak percaya dalam perumpamaan ini. Dia berbicara tentang
hamba-hamba raja, orang-orang percaya yang dilahirkan kembali. Orang
ini telah menerima pengampunan atas utang besar (keselamatan) dan
disebut hamba sang tuan. Orang yang tidak bisa dia maafkan adalah se-
sama hamba. Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa inilah hasil akhir dari
“seorang percaya” yang tetap menolak untuk memaafkan.
Saya menemukan fakta menakjubkan di sini. Ketika mereka men-
dengar semua perumpamaan lainnya dalam Injil, orang-orang harus
menanyakan maknanya. Namun, Yesus memberikan penafsiran atas pe-
rumpamaan ini tanpa diminta. Saya percaya itu karena apa yang Dia
sampaikan begitu jauh di luar norma yang berlaku sehingga Dia harus me-
mastikan orang-orang memahaminya. Berikut adalah interpretasi-Nya:

“Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-al-


gojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.
“Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga
terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni
saudaramu dengan segenap hatimu.” (Matius 18:34-35)

Ada tiga poin utama yang ingin saya tekankan dalam dua ayat ini.
Pertama, hamba yang tidak mengampuni itu diserahkan kepada algo-
jo-algojo. Kedua, ia sekarang harus melunasi utang sebelumnya sebesar
375 ton emas. Dan ketiga, inilah yang Allah Bapa akan perbuat bagi
siapa pun yang tidak memaafkan pelanggaran saudaranya.
Mari kita membahas secara singkat masing-masing poin. Pertama,
kata siksaan berarti tindakan yang menimbulkan rasa sakit luar biasa dan
penderitaan pikiran atau tubuh dan memutar balik dari posisi normal.
Algojo adalah seseorang yang memberikan siksaan.

156 Digerakkan oleh Kekekalan


Seorang percaya yang menolak untuk memaafkan akan disiksa oleh
roh-roh setan. Algojo-algojo ini diberikan izin untuk menimbulkan rasa
sakit dan penderitaan pikiran dan tubuh sesuai kemauannya. Saya se-
ring berdoa bagi orang-orang dalam pelayanan yang tidak bisa menerima
kesembuhan, penghiburan, atau kelepasan hanya karena mereka tidak
mau melepaskan dan memaafkan orang lain dari hati mereka. Kepahitan
ini hampir selalu menyebabkan kemarahan dan pelanggaran terhadap
Allah. Iman seseorang menjadi tercemar, dan jika tidak ada pertobatan
dan pengampunan, akhir hidup mereka akan berakibat fatal.
Poin kedua adalah hamba yang tak kenal ampun ini sekarang harus
membayar utang yang tidak mampu dibayarkan sebelumnya. Ia diminta
melakukan sesuatu yang mustahil! Inilah utang yang Yesus bayarkan di
Kalvari. Anda mungkin merasa ngeri mendengar hal ini, tetapi mende-
ngar kata-kata Yesus di tulisan lain: “Dan jika kamu berdiri untuk berdoa,
ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap
seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-ke-
salahanmu” (Markus 11:25).
Perhatikan siapa yang Yesus maksud di sini. Simaklah perkataan-Nya
“Bapamu yang di sorga.” Allah bukanlah Bapa bagi orang berdosa. Dia
adalah Allah bagi orang berdosa dan Bapa bagi orang percaya. Dan juga,
tidak lazim apabila orang berdosa tersebut berdoa. Jadi jelas bahwa Yesus
berpesan kepada anak-anak Tuhan.
Mari kita lanjutkan. “Tetapi jika kamu tidak mengampuni,” kata
Yesus, “maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni ke-
salahan-kesalahanmu” (Markus 11:26). Ini sangat jelas, yang menuntun
kita pada poin ketiga: jika seseorang menolak untuk mengampuni, me-
reka akan menderita siksaan sampai mereka membayar utang yang tidak
terbayarkan. Ini tidak mungkin, karena tidak ada yang mampu memba-
yar tebusan bagi jiwanya sendiri (lihat Mazmur 49:7 NLT). Yesus me-
ngatakan bahwa jika kamu tidak mengampuni, Bapamu juga tidak akan
mengampuni kesalahanmu. Apakah itu sepadan?

kejatuhan besar 157


Kita tidak berbicara tentang seseorang yang mengalami sakit hati dan
berdoa untuk mengampuni. Kita sedang membahas seseorang seperti
Lemah Hati yang bersikeras menolak untuk mengampuni. Perhatikan
dalam alegori ini bahwa sikapnya yang tidak mengampuni membuka
pintu untuk perbuatan jahat lainnya, dan dia perlahan-lahan menyim-
pang jauh dari pengabdiannya kepada Jalyn. Apakah sakit hati ini se-
padan dengan akhir hidupnya yang fatal? Sekali lagi, inilah sebabnya
mengapa penulis Ibrani dengan tegas memperingatkan kita agar hati-hati
menyelidiki diri kita sendiri dan melepaskan segala bentuk kepahitan,
sebab karena hal inilah banyak orang akan tercemar.
Sekarang kita bisa memahami perkataan Yesus tentang hari-hari
akhir gereja. Dia mengatakan, “dan banyak orang akan murtad dan me-
reka akan saling menyerahkan dan saling membenci... Dan karena makin
bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi
dingin. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan se-
lamat” (Matius 24:10, 12-13).
Perhatikan bahwa tidak sedikit atau bahkan beberapa tetapi banyak
orang yang akan murtad pada zaman kita sekarang. Kata banyak berarti
banyak sekali, sangat banyak, atau sejumlah besar. Sakit hati, atau tidak
mengampuni, akan menyebabkan kedurhakaan, dan kasih kebanyakan
orang akan menjadi dingin.
Kata Yunani kasih yang diterjemahkan di sini adalah agape, yang
menggambarkan kasih Allah yang telah dicurahkan di dalam hati orang
Kristen saat mereka diselamatkan. Yesus tidak berbicara tentang penye-
sat, sebab mereka sebenarnya tidak pernah menerima kasih Allah. Tidak,
Dia sedang berbicara kepada orang-orang percaya, perhatikan yang Dia
katakan, “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan
selamat.” Anda tidak mengatakan kepada orang berdosa atau seorang
penyesat, “Jika kamu bertahan sampai akhir, maka kamu akan selamat.”
Mereka bahkan belum memulai perlombaan!

158 Digerakkan oleh Kekekalan


Menyimpang Dari Iman
Alkitab memperingatkan kita tentang kejatuhan yang akan terjadi
di antara orang-orang percaya pada zaman kita. Paulus mengatakan,
“Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang
bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu [kedatangan Tuhan] ha-
ruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia
durhaka, yang harus binasa” (2 Tesalonika 2: 3). Dan lagi ia menubuat-
kan, “Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemu-
dian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan
ajaran setan-setan” (1 Timotius 4:1).
Mengapa? “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi
menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru
menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka
akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi do-
ngeng” (2 Timotius 4:3-4).
Perhatikan bahwa dalam ayat kitab suci di atas, Paulus mengatakan
ada orang yang murtad atau “menyimpang dari iman” (depart from the
faith). Iman yang dia maksud bukanlah iman khayalan, namun iman
yang benar di dalam Yesus Kristus. Karena orang-orang ini menyimpang
dari iman (murtad), sebenarnya mereka pasti pernah berada di dalamnya
pada suatu waktu.
Saya sudah menyampaikan kebenaran dari hampir setiap penulis
Perjanjian Baru terkait orang-orang percaya yang menyimpang dari iman
yang sejati. Sekarang saya membagikan beberapa tulisan para bapa gereja
mula-mula yang termasyhur, beberapa di antaranya adalah sahabat para
rasul yang menulis Perjanjian Baru. Saya menemukan tulisan-tulisan
mereka berkorelasi langsung dengan firman Allah yang telah kita lihat
dalam Kitab Suci:

Marilah kita berbuat kebenaran sehingga kita dapat diselamatkan


pada akhirnya.
—Klemens dari Roma3

kejatuhan besar 159


Bahkan jika seseorang yang telah melakukan perbuatan paling baik
dalam hidupnya, tetapi akhirnya bergerak cepat menuju kejahatan,
seluruh penderitaannya mula-mula tidak mendatangkan keuntungan
baginya. Karena pada klimaks dari drama ini, ia telah mengorbankan
perannya.
—Klemens dari Aleksandria4

Beberapa orang berpikir bahwa Allah harus menganugerahkan apa


yang telah dijanjikan [untuk diberikan] bahkan kepada orang yang
tidak layak. Sehingga mereka mengubah kemurahan-Nya menjadi
perbudakan-Nya... Sebab bukankah banyak orang telah jatuh [kehi-
langan anugerah]? Bukankah anugerah ini telah diambil dari banyak
orang?
—Tertullian5

Seseorang bisa saja memiliki kebenaran yang diperolehnya, karena itu


sangat mungkin baginya untuk jatuh.
—Origen6

Mereka yang tidak taat kepada-Nya, yang dicabut hak warisnya oleh
Dia, tidak lagi menjadi anak-anak-Nya.
—Irenaeus7

Setelah mendengar sikap saya terhadap kebenaran Kitab Suci ini,


beberapa orang telah berkata keliru kepada saya, “John, Anda adalah
seorang Arminian.” Istilah ini dijelaskan dalam kamus sebagai berikut:
“atau yang berkaitan dengan teologi Jacobus Arminius dan pengikut-
nya, yang menolak doktrin Kalvinis tentang predestinasi dan pilihan dan
yang percaya bahwa kehendak bebas manusia sesuai dengan kedaulatan
Allah.”8
Kepada orang-orang ini saya hanya mengatakan, “Tidak, saya bukan
seorang pengikut Kalvinis ataupun Arminian. Saya seorang Kristen yang
percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang sempurna.”

160 Digerakkan oleh Kekekalan


Jacobus Arminius hidup jauh setelah para penulis Kitab Suci dan
bahkan lama setelah para pemimpin mula-mula yang dikutip di atas.
Jadi bisakah Anda menyebut para penulis ini adalah pengikut Arminian?
Jelas tidak, karena mereka hidup dan menulis sebelum Arminius lahir.
Yang saya tulis bukan pemikiran, konsep, atau keyakinan pribadi melain-
kan kebenaran Perjanjian Baru yang diterangkan dengan jelas. Dan Allah
menerangkan pesan peringatan-Nya sangat jelas bagi kita yang percaya.
Kita harus berhati-hati agar tidak terpaku pada berbagai aliran pemikiran
tetapi harus terbuka pada konteks Kitab Suci yang diilhami oleh Roh
Kudus, sebab:

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk


mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan de-
mikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap
perbuatan baik . . . (2 Timotius 3:16-17 NLT)

Sangat menarik untuk dicatat bahwa para pemimpin palsu, yang


diperingatkan Yesus dan ditegur dengan keras, adalah orang-orang yang
berkumpul di seputar berbagai aliran pemikiran dan mengajar dengan
cara demikian. Namun, jika Anda memperhatikan apa yang dikatakan
Yohanes Pembaptis, Yesus, atau orang lain yang berbicara kebenaran,
berulang kali dilaporkan bahwa mereka “mengajar... sebagai orang yang
berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka (Matius 7:29). Karena ala-
san inilah maka Paulus memerintahkan Titus, “Beritakanlah semuanya
itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu”
(Titus 2:15). Dan kepada Timotius ia menulis, “engkau tinggal di Efesus
dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajar-
kan ajaran lain” (1 Timotius 1:3). Paulus juga memerintahkan Timotius
untuk:

kejatuhan besar 161


Kabarkan dan beritakanlah Firman! Siap sedialah [siap-siaga, bersiap,
dan bersedia] entah kesempatan itu tampaknya baik atau tidak baik.
[Entah tepat atau tidak tepat, entah diterima atau tidak disukai, eng-
kau sebagai pemberita Firman harus menyatakan kepada orang-orang
bagaimana cara hidup mereka yang salah] Dan sadarkan mereka, nya-
takanlah dan perbaiki apa yang salah, peringatkan dan tegorlah dan
nasihatilah mereka, tak kunjung padam dan tak habis-habisnya dalam
kesabaran dan pengajaran (2 Timotius 4:2 AMP—terjemahan harfiah
Amplified Bible)

Dalam Efesus 6, Paulus berdoa supaya “dengan keberanian aku me-


nyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara” (ayat 20). Anda
dapat melihat ini adalah sifat antara semua juru bicara Allah yang
setia. Otoritas mereka ada dalam Firman Allah. Mereka tidak akan me-
nyatukan perasaan pribadi, aliran pemikiran, atau konsensus mayoritas.
Mayoritas kadangkala bisa salah. Kita harus tahu bahwa Allah bersung-
guh-sungguh dengan apa yang Dia firmankan dan menyatakan apa yang
Dia maksudkan!

Menjaga Supaya Jangan Kamu Tersandung


Beberapa orang telah terguncang oleh pesan tentang kehilangan kasih
karunia ini, yang begitu jelas di dalam Kitab Suci. Mereka datang kepada
saya dalam keadaan panik, mengatakan, “Saya pikir kita memiliki ja-
minan kekal.”
Karena itu saya menjawab, “Tentu saja, ya! Kita memiliki jaminan
kekal! Yesus berkata Dia tidak akan kehilangan apa pun yang Bapa se-
rahkan kepada-Nya (lihat Yohanes 18:9) sebab Dia tidak akan pernah
meninggalkan atau melupakan kita. Namun Dia tidak menyatakan
bahwa kita tidak bisa meninggalkan-Nya.” Pernyataan ini biasanya di-
tanggapi dengan tatapan risau. Jadi kemudian saya berkata, “Jika Anda
sungguh-sungguh mengasihi Yesus Kristus, mengapa Anda ingin mun-

162 Digerakkan oleh Kekekalan


dur? Anda tidak akan menyangkal Dia jika Anda sungguh-sungguh
mengasihi-Nya!”
Jika Anda mengasihi Allah, Anda tidak akan kesulitan menaati semua
perintah-Nya! Jika melayani Allah merupakan kewajiban, Anda telah
masuk dalam hubungan legalistik, dan karena itu akan sulit untuk me-
matuhi perintah-perintah-Nya. Kita tidak harus melayani Allah untuk
mendapatkan perkenanan-Nya; kita harus melayani Allah karena kita
sedang jatuh cinta dengan-Nya!
Selanjutnya Yudas memberitahu kita bagaimana cara menjaga kasih
kita tetap segar bahkan meskipun ada pengaruh buruk dalam gereja. Ia
mengatakan, “Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil
menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal”
(Yudas 21). Kita mencari Tuhan tiap-tiap waktu setiap hari. Kita merin-
dukan Dia dan tak putus-putusnya mencari Dia, bahwa Dia akan me-
nyatakan diri-Nya sendiri dengan cara yang lebih dahsyat, sebab “setiap
orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama
seperti Dia yang adalah suci” (1 Yohanes 3:3). Yohanes secara khusus
membicarakan wahyu tentang Yesus Kristus.
Ketika Anda mencari Dia dan persekutuan dengan Roh-Nya, Anda
tidak akan pernah mau mundur. Jadi tidak ada yang dapat diguncang-
kan. Salah satu janji favorit saya di Alkitab adalah pada akhir kitab Yudas.
Bagi orang-orang yang menjaga diri mereka dalam kasih kepada Allah
dengan menantikan wahyu tentang Yesus, Yudas mengatakan:

Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung


dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegem-
biraan di hadapan kemuliaan-Nya, Allah yang esa, Juruselamat kita
oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran,
kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai
selama-lamanya. Amin. (Yudas 24-25)

Inilah doa dan keinginan saya yang sungguh-sungguh untuk Anda!

kejatuhan besar 163


BAB 7

Dasar
. . . tetapi [tanpa kompromi] orang benar
memiliki alas yang abadi.
— A m s a l 1 0 : 2 5 A M P ( t e r j e m a h a n h a r fi ah Am p lif ie d Bible)

ebelum kembali ke alegori Affabel untuk membahas penghakiman


S dan hukuman Egois dan Amal, kita akan menutup apa yang telah
kita diskusikan dalam tiga bab terakhir. Ingatlah bagian ini dari bab
empat:

Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran ten-
tang Kristus (Mesias) dan beralih kepada perkembangannya yang
penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar... penghakiman dan
hukuman kekal (Ibrani 6:1-2 AMP—terjemahan harfiah Amplified
Bible)

Tanpa dasar yang kuat dalam kebenaran tentang penghakiman dan


hukuman kekal mencegah kita untuk membangun kehidupan yang layak
dan sehat di dalam Kristus. Ini dapat dibandingkan dengan mencoba
meningkatkan pendidikan Anda tanpa perangkat dasar yang diperoleh di
sekolah dasar, seperti kemampuan untuk membaca dan menulis.
Mengapa demikian? Dalam penelitian yang saksama terhadap Injil,
Anda akan mencermati bahwa Yesus berbicara dan menjelaskan tentang
neraka lebih daripada Dia menerangkan tentang surga. Dia melakukan
hal ini untuk menanamkan sebuah alas (dasar) dalam diri kita—takut
akan Allah. Berikut adalah salah satu contoh:

165
“Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran
dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar
akan diberitakan dari atas atap rumah. Aku berkata kepadamu, hai
sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang
dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa
lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu
takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa
untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku ber-
kata kepadamu, takutilah Dia!” (Lukas 12:3-5 NLT).

Pernyataan ini kuat dan tepat: mencapai dan mempertahankan se-


buah pemahaman yang baik tentang penghakiman dan hukuman kekal
akan menanamkan secara kuat dan mempertahankan takut akan Allah
dalam hati kita.
Izinkan saya menjelaskannya. Hanya Allah yang bisa memberikan
hukuman kekal di neraka. Apa yang telah kita bicarakan secara tersem-
bunyi akan terungkap oleh terang kemuliaan-Nya pada waktu peng-
hakiman. Bukan hanya kata-kata kita tetapi juga motif, sikap, tindakan,
dan pekerjaan kita akan diketahui. Takut akan Allah membuat kita terus-
menerus menyadari bahwa tidak ada yang bisa disembunyikan dari-Nya,
bahkan hal-hal yang paling rahasia. Kita tahu bahwa tidak ada yang akan
terhindar dari penghakiman-Nya—dan penghakiman-Nya adalah adil.
Jika kita kurang memahami ini, kita bisa menjadi sesat karena percaya
bahwa Allah mengabaikan atau bahkan tidak melihat kedurhakaan, dan
kita akan mencari penghiburan dalam kemurahan non-Alkitabiah yang
tidak pernah ada (seperti Sesat, Lemah Hati, dan Mendua Hati). Kita
bisa dengan mudah menjadi bagian di antara banyak orang di hari-hari
terakhir yang akan menyimpang jauh dari pengabdian yang teguh dan
menuju kedurhakaan.
Mereka yang tidak memiliki dasar ini pasti akan tergelincir ke dalam
rasa takut akan manusia, dan akhirnya kita melayani orang yang kita ta-
kuti. Jika kita takut akan Allah, kita akan taat kepada-Nya bahkan meski-

166 Digerakkan oleh Kekekalan


pun di bawah tekanan. Jika kita takut manusia, kita akan takluk pada
manusia—terutama di bawah tekanan—dan menyimpang pada apa
yang menguntungkan kesenangan, keinginan daging, atau kebanggaan
kita sendiri. Terus-menerus tunduk pada daging akhirnya akan meng-
akibatkan konsekuensi serius. Jadi jika kita tidak memiliki pemahaman
secara sadar tentang penghakiman dan hukuman kekal, kita tidak akan
memiliki patokan tertentu tentang takut akan Allah, penghormatan yang
kudus akan penghakiman Kristus memang merupakan salah satu aspek
dari takut akan Allah. Paulus menyatakannya seperti demikian:

Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya


setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan
yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat. Kami
tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meya-
kinkan orang.... (2 Korintus 5:10-11 TL)

Paulus tidak mengacu pada Pengadilan Takhta Putih Besar (yang


Yesus sebutkan dalam Lukas 12), di mana orang-orang akan dihukum
ke neraka. Dia merujuk pada pengadilan orang percaya. Kita akan mulai
membahas hukuman ini dalam bab berikutnya, tetapi perhatikan bahwa
Paulus menyamakan kursi pengadilan Kristus dengan takut akan Tuhan.
Bahkan, dalam ayat di atas, ia sebenarnya menyebut Takhta Pengadilan
yaitu “takut akan Tuhan.” Intinya adalah, Anda tidak dapat memisah-
kan takut akan Tuhan dari pemahaman tentang penghakiman, dan takut
akan Tuhan adalah kunci untuk hidup sehat.
Simaklah pernyataan nabi Yesaya: “Masa keamanan akan tiba
bagimu; kekayaan yang menyelamatkan ialah hikmat dan pengetahuan;
takut akan TUHAN, itulah harta benda Sion” (Yesaya 33:6 NIV).
Takut yang kudus adalah kunci dasar Allah yang teguh. Ingat dalam
bab-bab sebelumnya, Yesus menubuatkan tentang banyak orang yang
akan melakukan hal-hal yang ajaib demi nama-Nya, tetapi akan berpa-
ling pada hukuman kekal. Tidak mengherankan bahwa, dalam Matius 7,

dasar 167
Yesus segera melanjutkan dengan menjelaskan penyebab kejatuhan me-
reka. Yaitu dasar mereka. Mereka membangun hidup mereka pada pola
pikir dan keyakinan yang tidak mampu bertahan melewati badai ke-
hidupan. Dalam pernyataan Yesus berikut:

“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,


ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di
atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin
melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di
atas batu [dasar Allah yang teguh, takut akan Tuhan].
Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak
melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan
rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah ban-
jir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan
hebatlah kerusakannya” (Matius 7:24-27 TEV)!

Mereka yang telah bertahan sampai akhir mampu bertahan meng-


hadapi badai karena dasar mereka yang teguh. Takut akan Tuhan adalah
dasarnya, yang memberikan stabilitas bagi kita. Inilah gudang kekayaan
Allah. Keselamatan, hikmat, dan pengetahuan-Nya semua tersembunyi
di dalamnya.

Takut Akan Tuhan


Apakah yang dimaksud takut akan Tuhan? Apakah merasa takut kepada
Allah? Tentu saja tidak. Bagaimana kita dapat memiliki keintiman de-
ngan Tuhan (yang merupakan kerinduan-Nya yang terdalam) jika kita
takut kepada-Nya? Ketika Allah hadir untuk menyatakan diri-Nya ke-
pada bangsa Israel, Dia hadir untuk bersekutu dengan mereka seperti
halnya Dia dengan Musa—tetapi mereka semua berlari mundur dan
menolak untuk mendekat. Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu: “Ja-
nganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba

168 Digerakkan oleh Kekekalan


kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu, agar kamu
jangan berbuat dosa” (Keluaran 20:20).
Kata-kata Musa terdengar seperti saling bertentangan, tetapi se-
betulnya tidak demikian. Ia membedakan antara takut Allah dan takut
akan Tuhan, dan tentu ada perbedaan. Orang yang takut kepada Allah
menyembunyikan sesuatu. Ingatlah apa yang Adam lakukan ketika ia
tidak mematuhi perintah di Taman Eden: ia bersembunyi dari hadapan
Tuhan. Di sisi lain, orang yang takut akan Allah akan takut berada jauh
dari-Nya. Ia berlari dari pemberontakan. Jadi definisi pertama dari keta-
kutan yang kudus adalah takut berada jauh dari Allah.
Mari kita terus menyingkapkan maknanya. Takut akan Tuhan adalah
memuliakan, menghormati, menghargai, mematuhi, dan memuja Dia di
atas segalanya atau orang lain. Artinya mengasihi apa yang Dia kasihi dan
membenci apa yang Dia benci. Apa yang berharga bagi-Nya itu berharga
bagi kita; apa yang tidak berharga bagi-Nya juga tidak berharga bagi kita.
Jika kita takut akan Dia, kita akan gemetar mendengar firman-Nya, yang
berarti kita langsung menaati Dia—sekalipun tidak masuk akal, kendati-
pun sakit, atau meskipun kita tidak melihat manfaatnya. Dan kita taat
sampai akhir. Jadi ya, perwujudan dari takut akan Tuhan adalah ketaatan
kepada Firman, jalan-jalan, atau perintah-Nya.
Alkitab memberitahu kita bahwa takut akan Tuhan adalah permulaan
hikmat. Atau kita bisa menyebutnya demikian: dasar hikmat. Hikmat,
yang akan kita diskusikan secara mendalam pada bab-bab berikutnya,
adalah pengetahuan dan kemampuan untuk menentukan pilihan yang
tepat pada waktu yang tepat. Mereka yang menentukan pilihan yang
salah di bawah tekanan akan kekurangan hikmat, dan sumber hikmat
adalah takut akan Tuhan.
Alkitab menyatakan bahwa hidup kita dapat dibandingkan dengan
membangun rumah. Yang pertama adalah dasar; kemudian kita mem-
bangun strukturnya. Kita membaca, “Dengan hikmat rumah didirikan,
dengan kepandaian itu ditegakkan,” (Amsal 24: 3). Jika kita sedang
membangun hidup kita dengan kemampuan untuk menentukan pilihan

dasar 169
yang tepat, maka kita akan membangun hidup sehat yang dengannya
kita akan dapat berdiri dengan keberanian percaya di hadapan Takhta
Pengadilan. Awal atau dasar dari hikmat ini adalah takut akan Tuhan.

Terhindar Dari Kemurtadan


Orang Kristen tidak akan murtad jika mereka memiliki takut akan Tuhan
yang tertanam kuat dalam hati mereka. Kita tidak akan tergelincir atau
hanyut dibawa arus terlampau jauh dari pengabdian teguh kita kepada
Yesus. Kita tidak akan menganggap enteng Firman-Nya atau menafsir-
kannya secara sembarangan. Kita tidak akan bermain-main dengan dosa,
yang menyebabkan hati orang percaya mengeras sehingga mereka ak-
hirnya murtad (lihat Ibrani 3:12-13). Kita akan selalu tahu bahwa apa
yang dilakukan dan diucapkan secara rahasia akan dinyatakan secara
terang-terangan di Takhta Pengadilan.
Simaklah apa yang Allah firmankan kepada Yeremia tentang orang-
orang Perjanjian Baru:

Maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah
mereka. Aku akan memberi mereka satu hati dan satu tingkah
langkah, sehingga mereka takut kepada-Ku sepanjang masa untuk
kebaikan mereka dan anak-anak mereka yang datang kemudian. Aku
akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak
akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada
mereka; Aku akan menaruh takut kepada-Ku ke dalam hati mereka,
supaya mereka jangan menjauh dari pada-Ku (Yeremia 32:38-40).

Perhatikan Allah berfirman bahwa umat-Nya akan “takut kepada-Ku


sepanjang masa... supaya mereka jangan menjauh dari pada-Ku.” Saya
ingat sebuah pertemuan di Malaysia di mana Roh takut akan Tuhan tam-
pak begitu kuat. Orang-orang berada di sana dari seluruh Hemisphere
Timur. Para siswa sekolah Alkitab, pendeta, dan banyak lainnya mema-

170 Digerakkan oleh Kekekalan


dati auditorium tempat saya berkhotbah. Menjelang penutupan ibadah,
banyak yang menangis tak terkendali dan berbaring di seluruh lantai
dekat panggung.
Kengerian akan Tuhan begitu menakjubkan dalam situasi itu, saya
berpikir, John Bevere, sekali saja kamu mengambil satu langkah yang salah,
mengucapkan satu hal yang salah, maka matilah kamu! Apakah itu yang
terjadi? Entahlah, tetapi saya bisa mengatakan bahwa seorang pria dan
seorang perempuan sudah mengambil langkah yang salah dalam situasi
yang sama dalam Perjanjian Baru dan matilah mereka. Akibat langsung
dari hukuman mereka adalah bahwa “Maka sangat ketakutanlah seluruh
jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu” (Kisah Para Rasul
5:11).
Setelah pertemuan di Malaysia ini, sepasang suami istri dari India
mendekati saya dan berkata, “John, kami merasa batin kami sangat
murni.”
Saya menjawab, “Ya, saya juga.”
Keesokan paginya saya sedang berada di kamar hotel dan menemu-
kan ayat ini: “Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya”
(Mazmur 19:9).
Roh Kudus segera berbicara dengan hati saya dan berkata, “Luci-
fer adalah malaikat pemimpin ibadah di surga. Ia diurapi, tampan, dan
diberkati. Namun ia tidak takut akan Aku; ia tidak bertahan selamanya.”
Saya merenungkan hal ini, kemudian saya mendengar, “Seper-
tiga dari para malaikat yang mengelilingi takhta-Ku dan memandang
kemuliaan-Ku tidak takut akan Aku. Mereka tidak bertahan selamanya.”
Saya terkesan dengan apa yang telah Allah ungkapkan. Sekali lagi saya
mendengar, “Adam dan Hawa berjalan-jalan di hadirat kemuliaan-Ku.
Mereka bersekutu dengan Aku, tetapi mereka tidak takut akan Aku.
Mereka tidak bertahan di hadirat-Ku selamanya.”
Takut akan Tuhan memberi kita daya tahan. Dan daya tahan ini
membuat kita secara konsisten taat kepada Firman Allah. Orang-orang
percaya diperingatkan, “Sebab itu, baiklah kita waspada (fear atau takut),

dasar 171
supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan,
sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku.”
(Ibrani 4:1). Sungguh menarik bahwa penulis ayat ini menyatakan takut
bukan kasih. Inilah takut akan Allah yang mencegah kita hanyut kembali
terbawa arus ke dalam dosa.

Seorang Penginjil Terkenal


Ingatan saya tidak akan pernah lekang sewaktu saya mengunjungi seorang
penginjil terkenal yang menjalani tahun terakhir dari hukuman penjara
lima tahun. Kasusnya sudah tersiar di seluruh dunia dan mendatangkan
banyak celaan kepada kerajaan Allah. Namun demikian, selama tahun
pertamanya di penjara, ia mengalami pertemuan yang sesungguhnya
dengan Tuhan. Ketika saya masuk ke lembaga pemasyarakatan itu empat
tahun kemudian, salah satu hal pertama yang dia sampaikan kepada saya
adalah, “John, penjara ini bukan hukuman Allah atas hidup saya; ini ada-
lah rahmat-Nya. Jika aku terus menjalani cara hidup lamaku, aku akan
berakhir di neraka selamanya.”
Nah, sekarang ia menarik perhatian saya. Saya memang sedang
berbicara dengan seorang hamba Allah yang hancur hati, hamba Kris-
tus yang sejati. Saya tahu ia memulai dalam pelayanan dengan kasih
yang sangat besar kepada Yesus. Semangatnya sudah jelas. Saya heran
bagaimana akhirnya ia begitu jauh dari Tuhan padahal masih berada di
puncak pelayanannya. Jadi saya bertanya kepadanya, “Kapan Anda jatuh
karena kehilangan kasih Yesus?”
Ia menatap saya dan menjawab tanpa ragu-ragu, “Tidak!”
Sangat bingung, saya menjawab, “Tetapi bagaimana dengan pemal-
suan surat dan perzinahan yang Anda lakukan pada tujuh tahun silam—
semua yang menyebabkan Anda dipenjara?”
Jawabnya, “John, aku mencintai Yesus selama itu, tetapi aku tidak
takut akan Allah. Dia tidak menjadi otoritas tertinggi dalam hidupku.”
Lalu ia menyatakan sesuatu yang membuat saya terpaku: “John, ada ju-

172 Digerakkan oleh Kekekalan


taan orang Kristen Amerika seperti aku. Mereka menyebut Yesus Juru-
selamat mereka dan mengasihi Dia, tetapi mereka tidak takut akan Dia
sebagai Tuhan tertinggi mereka.”
Sebuah pewahyuan muncul dalam diri saya waktu itu. Saya me-
nyadari bahwa kita bisa saja mengasihi Yesus, tetapi itu saja tidak akan
cukup menjauhkan kita dari kemurtadan. Kita juga harus takut akan
Tuhan. Ingat kata-kata Musa: “Janganlah takut, sebab Allah telah datang
dengan maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut
akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa” (Keluaran 20:20).
Takut akan Tuhan inilah yang memberi kita daya tahan supaya tidak
menyimpang dari ketaatan kita kepada Allah—seperti yang dilakukan
Lucifer, sepertiga dari para malaikat, dan Adam, dan seperti orang-orang
di dalam gereja yang murtad di hari-hari terakhir ini.

Kerjakan Keselamatanmu
Karena alasan ini, Paulus mengatakan kepada kita agar “tetaplah kerjakan
(mengusahakan, melaksanakan tujuan, dan menyelesaikan seluruhnya) ke-
selamatanmu dengan takut dan gentar (tidak mengandalkan diri sendiri,
perhatian serius, kelembutan hati nurani, kewaspadaan terhadap godaan,
dengan penuh rasa takut menjauhi apa pun yang mungkin mendukakan
Allah dan mencemarkan nama Kristus)” (Filipi 2:12 AMP). Kita menger-
jakan dan menyelesaikan keselamatan kita dengan takut dan gentar yang
penuh hormat. Ini membuat kita sadar bahwa setiap pikiran, ucapan,
dan perbuatan akan dibeberkan pada waktu penghakiman. Memiliki ke-
sadaran ini membuat kita rendah hati, waspada, berpikiran bijak, lemah
lembut, dan sadar akan godaan untuk murtad. Kesadaran ini mendorong
kita untuk selalu menjaga diri dari apa saja yang mungkin mendukakan
Allah.
Perhatikan bahwa Paulus tidak mengatakan agar kita menyempur-
nakan seluruhnya atau menyelesaikan keselamatan kita dengan kasih
dan kebaikan. Takut akan Tuhan memberi kita kekuatan supaya tidak

dasar 173
menyimpang jauh dari kasih karunia-Nya ke dalam kehidupan murtad.
Di sisi lain, kasih Allah mencegah kita dari legalisme, yang juga meng-
hancurkan keintiman dengan Allah. Kasih kita kepada Allah juga men-
dorong motif dan niat kita, menjaganya tetap bergairah dan akurat. Kita
harus memiliki kekuatan yang besar dari kasih dan gentar dalam hidup
kita untuk mempertahankan hubungan yang sehat dengan Dia. Karena
inilah maka Paulus menyebut Allah kita Bapa surgawi dan Abba (berarti
Bapa) tetapi juga mengatakan Allah kita adalah api yang menghanguskan
(lihat Ibrani 12:29). Dia adalah kasih, namun Dia juga hakim yang adil
dan suci. Tidak takut akan Dia berarti tidak memiliki keteguhan sela-
manya, dan Yesus berulang kali menyatakan, “tetapi orang yang bertahan
sampai pada kesudahannya akan selamat” (Matius 10:22).

Pengaruh Kita
Alasan lain yang sangat penting supaya kita memiliki pemahaman yang
kuat tentang penghakiman dan hukuman kekal adalah pengaruh kita pada
orang lain. Jika kita tidak memiliki takut akan Tuhan, kita akan membe-
ritakan—baik dengan kata-kata atau dengan tindakan—Injil yang tidak
seimbang. Ini akan membuat orang-orang yang kita pengaruhi rentan
terhadap kemurtadan atau bahkan berdosa untuk selama-lamanya.
Sebagai guru Injil atau pendeta, jika kita tidak memiliki doktrin-dok-
trin dasar ini, kita akan menyampaikan secara panjang lebar tentang prin-
sip-prinsip yang ditemukan dalam Alkitab tentang hidup yang diberkati,
sejahtera, bahagia. Semua prinsip ini akan berguna, karena memang di-
maksudkan demikian. Prinsip tersebut akan menghasilkan kesehatan,
keberhasilan finansial, ketentraman, hubungan yang lebih baik, dan se-
bagainya. Namun, tanpa pemahaman dasar tentang hukuman kekal, kita
akan menghindar untuk memberitakan salib dan harga mengikut Yesus.
Kita akan lebih banyak memberitakan pesan-pesan yang memuaskan diri
sendiri daripada panggilan untuk menyerahkan hidup kita berapa pun
harganya.

174 Digerakkan oleh Kekekalan


Jika kita tidak digerakkan oleh kekekalan, kita akan hidup dan
lebih banyak bicara demi menikmati keuntungan hidup ini dan bukan
memandang kehidupan dari perspektif kekal. Kita akan mengajarkan
orang-orang untuk hidup pada hari ini daripada hidup seperti para bapa
leluhur, yang “Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar,
yang direncanakan dan dibangun oleh Allah” (Ibrani 11:10).
Ya, ada upah dalam hidup ini karena mematuhi prinsip-prinsip Allah.
Kita telah mengajarkannya dengan baik. Tetapi jangan lupa bahwa kita
hanya penghuni sementara di bumi ini. Kita ingin berhasil dalam hidup
ini, tetapi kita harus melakukannya dengan standar surga, bukan dengan
budaya kita. Rumah kita yang sesungguhnya tidak ada di sini.
Bacalah dengan cermat motif orang-orang kudus yang melepaskan
dunia ini demi mengikut Allah:

Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang
tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari
jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang men-
gakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.
Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka
dengan rindu mencari suatu tanah air. Dan kalau sekiranya dalam
hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan,
maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.
Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu
satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah me-
reka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka (Ibrani
11:13-16)

Tanah air yang dirindukan orang-orang kudus ini tampaknya adalah


Kota Allah, Yerusalem Baru, yang akan menjadi fokus kita di seluruh sisa
buku ini. Mereka yang akan tinggal di kota ini disebut pemenang. Upah
mereka tentu akan jauh lebih baik daripada upah terbaik yang dapat di-
tawarkan kehidupan di bumi ini.

dasar 175
Pertanyaan Diskusi
BAGIAN 3: BAB 6–7

1. Apakah manfaat mengikut Kristus yang menurut Anda paling


menggoda melebihi keintiman dengan Yesus sendiri? Apakah yang
mungkin membantu Anda menjaga hati agar tetap selaras dengan
fokus yang tepat?

2. Sungguh pemikiran yang serius jika seorang percaya dapat memilih


untuk menyimpang jauh dari iman mereka. Apakah ini berten-
tangan dengan apa yang Anda percayai? Diskusikan tanggapan
Anda dalam terang kebenaran ini: sebagai orang percaya, kita be-
rusaha untuk merespons tidak hanya dengan gentar tetapi dengan
takut akan Tuhan.

3. Renungkan perumpamaan tentang hamba yang tidak kenal ampun,


yang terdapat dalam Matius 18:23-35. Menurut Anda mengapa
Allah menganggap serius tentang masalah pengampunan?

4. Dengan kata-kata Anda sendiri, gambarkan bagaimana fokus pada


rahmat Allah yang menyimpang—tanpa pengaruh gentar yang
kudus—dapat menuntun orang percaya ke dalam penyesatan.

5. Perspektif kekal kita berpengaruh lebih besar daripada diri kita


sendiri. Kita juga memengaruhi orang lain. Menurut Anda seperti
apakah menyampaikan manfaat duniawi dari mengikut Allah (se-
perti kesehatan, keberhasilan, atau kepuasan) tanpa mengalihkan
penekanan dari apa yang paling berharga?

176 Digerakkan oleh Kekekalan


Bagian 4
BAB 8

Kerajaan Affabel:
Hari Penghakiman II
. . . Akulah yang menguji batin (pikiran, perasaan, dan
tujuan) dan hati [terdalam] orang, dan bahwa Aku akan
membalaskan kepada kamu setiap orang [upah menurut
apa yang telah kamu lakukan] menurut perbuatannya.
— Wa h y u 2 : 2 3 A MP

arilah kita kembali ke alegori kerajaan Affabel untuk mengetahui


M hasil putusan Egois dan Amal. Melalui mereka kita akan belajar
tentang aspek-aspek penting dari penghakiman orang percaya, salah sa-
tunya adalah bahwa tidak semua orang percaya akan diberi upah yang
sama.

Penghakiman Orang Percaya


Penghakiman ini berlangsung di pagi hari tak lama setelah para warga
Endel tiba di Aula Besar. Sekitar lima ratus warga Endel menunggu di
Aula Kehidupan, dengan cemas menantikan pertemuan pertama mer-
eka dengan Raja Jalyn. Amal dan Egois telah menemukan teman-teman
lama maupun baru dan sedang asyik bercakap-cakap ketika sekonyong-
konyong Pengawal Kerajaan memasuki aula. Semua percakapan berhenti
waktu Kepala Penjaga berbicara kepada kelompok itu.
“Tak lama lagi kalian akan menghadap raja. Ia selalu mencintai ka-
lian dan telah merindukan hari ini ketika saatnya kalian akan bersatu.
Sekalipun kalian belum pernah bertemu dia, raja telah melihat kalian.

179
Ia sudah mengetahui hatimu dan melihat buah-buahmu. Ia mengenal
hatimu, motivasi, pikiran, dan perasaanmu serta pekerjaanmu. Tidak ada
yang tersembunyi. Ketahuilah bahwa hukumannya adil. Tak satu pun
akan diabaikan atau disalahpahami.”
Kepala Penjaga selanjutnya memberi mereka instruksi tentang
bagaimana mereka akan diantar ke Aula Besar, serta protokol yang
diperlukan setelah berada di dalam. Setelah pengarahan selesai, ia meng-
umumkan, “Yang pertama pergi menghadap Raja Jalyn adalah Egois.
Majulah sehingga kami bisa mengantarmu ke Aula Besar.”

Egois dan Pengadilannya


Egois menduga ia dipanggil pertama kali karena posisinya sebagai wa-
likota Endel. Ia yakin akan diberi imbalan yang pantas atas kepemi-
mpinannya di wilayah luar raja. Ia ingat bagaimana ajaran dari tulisan
kuno berbicara tentang penghargaan dan posisi pemerintahan di Affabel
bagi orang-orang yang dianggap setia di Endel. Ia telah melihat mas-
yarakatnya berkembang selama masa dua tahun ia menjabat sebagai wa-
likota. Ia merasa percaya diri saat pergi menghadap raja.
Pintu Aula Besar terbuka dan Egois dikawal ke hadapan raja. Ia
terpesona oleh kemegahan auditorium besar ini. Ruangan itu hampir
penuh. Semua hadirin berdiri. Egois heran mengapa ada beberapa kursi
kosong tetapi secepatnya menepis pikiran itu dengan alasan bahwa para
warga memang duduk semaunya sendiri.
Di kejauhan sana, terdapat takhta Jalyn. Singgasana itu ternyata
lebih megah dari yang pernah Egois bayangkan. Ia juga melihat beberapa
takhta kecil yang dianggapnya milik para penguasa di bawah kekuasan
Jalyn. Jantungnya berdetak—ada beberapa kursi namun belum terisi. Ia
merasa yakin, ia akan diberi salah satu takhta kosong itu.

180 Digerakkan oleh Kekekalan


Seorang Kawan Lama
Saat Egois melanjutkan langkahnya, ia terpukau oleh perubahan
menakjubkan pada penampilan mantan warga Endel yang kini mem-
peroleh kewarganegaraan di Affabel. Setelah beberapa langkah menuju
takhta, ia mengenali seorang kawan lama di bagian belakang auditorium.
Namanya Sosial. Ia memiliki sebuah restoran yang sering dikunjungi
Egois. Ia menatap Kepala Penjaga seakan-akan bertanya apakah tidak
masalah bila berbicara. Penjaga itu mengangguk setuju.
Egois mendekat, dan keduanya berpelukan. “Bagaimana kabarmu,
Sosial?” Tanya Egois.
“Baik sekali,” jawab kawan lamanya itu, “tetapi namaku tidak lagi
Sosial. Namun Puas. Tuan Jalyn memberiku nama baru sama seperti
yang dilakukannya dengan semua hambanya setelah mereka menghadap
takhtanya.
“Affabel lebih indah daripada yang pernah kita bayangkan,” lan-
jut Puas. “Aula Besar ini hanyalah sebuah pintu masuk menuju dunia
keindahan, kemegahan, dan keagungan di kota megah ini. Raja tampak
lebih rupawan, penuh kasih, dan berwibawa melebihi siapa pun yang
pernah kita temui atau kenal. Aku sangat bersyukur bisa mengenal dan
melayani Dia. Sungguh suatu kehormatan bisa berada di kerajaannya.
Ini lebih baik dari apa pun yang pernah kita kenal. Andai saja waktu
masih berada di Endel aku tahu akan begini rasanya sekarang, tentu
aku akan hidup dengan cara berbeda. Aku akan lebih berfokus untuk
menyenangkan raja. Aku pasti akan hidup sebagai warga negara yang
lebih baik selama masa hidup singkat di Endel. Andai saja demikian, aku
akan lebih dekat dengan dia sekarang.”
Egois membalas, “Apa maksudmu? Kamu adalah warga negara hebat
di Endel! Kamu mengelola salah satu restoran terbaik dan mensponsori
berbagai acara masyarakat setempat. Kamu sering memberikan kontri-
busi baik keuangan maupun makanan gratis untuk kampanye pengga-
langan dana. Kamu bahkan mengorbankan pendapatan setiap malam
demi melakukan hal ini!”

kerajaan affabel:hari penghakiman ii 181


Puas menggeleng. “Aku melakukan banyak hal untuk mendapat-
kan pengakuan dan penerimaan. Aku juga tahu itu akan menarik lebih
banyak pelanggan. Motifku bukan untuk memberkati tetapi menjamin
keberhasilanku. Seharusnya aku mendengarkan kata-kata Jalyn. Ia ber-
pesan kepada kita, ‘Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau
perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu
atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetang-
gamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengun-
dang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.
Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang
miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.
Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa
untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya
pada hari kebangkitan orang-orang benar.’1 Aku menyumbangkan makan
malam demi kepentinganku sendiri, bukan untuk kebaikan warga. Aku
ingin berada di antara orang yang berpengaruh di Endel.”
Egois menyelidiki lebih jauh. “Tetapi kamu sering berkontribusi bagi
Sekolah Endel. Apakah ini tidak berarti di mata Jalyn?”
Puas membalas, “Aku memang berkontribusi bagi Sekolah Endel,
tetapi tidak sebanding dengan keberhasilan bisnisku. Sebenarnya aku
hanya memberi sebagian kecil. Aku menumpuk banyak keuntungan
restoran ini karena takut gagal. Ini ditambah lagi dengan keinginan
untuk menjalani hidup yang lebih baik. Maksud hatiku sebenarnya ada-
lah untuk memproteksi diriku sendiri. Sebagian kecil yang kuberikan
adalah untuk memuaskan hati nuraniku. Aku terpaksa karena guru-guru
sering membahas pentingnya memberi kepada kerajaan dan bagi mereka
yang membutuhkan. Akhirnya aku memberi karena didasari rasa ber-
salah dan paksaan dan bukan karena belas kasihan dan cinta.”
Puas melanjutkan, “Aku lupa ilustrasi Jalyn tentang janda yang
mencintai kerajaan Affabel. Ingat, dia berkata, ‘Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua
orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab me-

182 Digerakkan oleh Kekekalan


reka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari
kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.’”2
Egois merenungkan pertemuan sosial dan makan malam yang dia
adakan di rumahnya. Tidak ada orang miskin atau bahkan yang kurang
beruntung di sana. Lalu ia teringat investasi lima ribu yang dia dermakan
demi memuaskan orang-orang yang kecewa atas pilihannya karena
menghibahkan lahan ke pusat perbelanjaan daripada sekolah. Waktu itu
ia tidak begitu memikirkannya, tetapi sekarang ia merasa malu memikir-
kan betapa sedikitnya uang yang dia berikan. Bagaimana mungkin ini
adil di hadapan Jalyn?
Perenungan ini terusik oleh komentar Puas selanjutnya. “Jika aku
benar-benar bergairah karena Jalyn dan orang-orangnya,” katanya, “Aku
pasti akan mempersembahkan waktuku dan melayani di sekolah. Jika
semua orang melakukan bagian mereka, beban terangkat, tetapi jika
tidak maka beban itu akan ditanggung oleh beberapa orang saja. Jika
rancangan Jalyn diterapkan, tidak ada orang yang akan terbebani. Bebe-
rapa orang yang memikul beban berat telah mendapat upahnya. Intinya:
sedikit yang kuberikan telah kulakukan untuk memuaskan hati nuraniku
karena kurang berkomitmen kepada kerajaan Jalyn.
“Ketika hidupku diputar ulang, terlihat jelas di hadapan semua
orang bahwa aku hanya hidup demi kenyamanan, keamanan, dan rep-
utasiku sendiri daripada untuk kemuliaannya. Sekarang aku hanyalah
salah satu warga paling hina di kota ini. Meskipun demikian, aku masih
dilimpahi oleh kebaikan Jalyn dan betapa dia sungguh mengasihiku. Aku
benar-benar tidak layak menerima apa pun yang yang kuterima darinya,
tetapi seperti yang akan kamu ketahui tak lama lagi, kasih dan kemu-
rahan hatinya jauh di luar pemahaman kita. Aku berutang besar kepada
kebaikannya yang melimpah sepanjang umur hidupku.”
Kaget, Egois berseru, “Warga paling hina! Apakah maksudmu ada
sistem golongan di sini?”
Puas tersenyum dan berkata, “Ya, semacam itu. Kita sudah pernah
diajarkan tentang ini di Endel, meskipun banyak dari kita yang tidak

kerajaan affabel:hari penghakiman ii 183


pernah menganggapnya serius. Tetapi jauh di dalam hati, kita tahu itu.
Bahkan, kamu mempertimbangkan kebenaran ini waktu masuk ke audi-
torium. Aku mendengar pikiranmu; kamu berharap untuk diberi sebuah
takhta. Kamu tahu hal ini mungkin terjadi dari tulisan-tulisan kuno
yang diajarkan di kelas, meskipun aku ragu jika kamu akan mengakui
keyakinanmu tentang posisimu di masa depan saat berada di Endel.
“Mereka yang setia kepada Jalyn selama masa singkat di Endel adalah
para pemimpin dan warga yang memegang posisi paling menarik dalam
masyarakat ini. Mereka tinggal di bagian kota yang paling indah dan
memiliki hak istimewa untuk sering berinteraksi dengan raja. Orang-
orang yang hidup hanya demi kepentingan diri sendiri selama berada di
Endel diberi posisi di bagian luar kota. Ini juga terlihat di ruang audi-
torium ini. Mereka yang berada di bagian belakang ruangan ini adalah
mereka yang tinggal di dataran rendah. Kita telah diberi pekerjaan padat
karya. Kita adalah yang paling hina di kerajaan ini. Mereka yang me-
nempati golongan menengah mendirikan rumah mereka di pegunungan
dan memegang posisi yang lebih kreatif, sedangkan yang berada di depan
dan di atas takhta tinggal di Pusat Kerajaan di mana raja tinggal. Mereka
memiliki hak istimewa untuk hidup dan bekerja bersama dia. Mereka
inilah yang terbesar di dalam kerajaan.”
Puas menyimpulkan, “Temanku Egois, ketahuilah bahwa Jalyn ada-
lah pemimpin yang adil dan penuh kasih. Apa saja yang dia berikan
kepadamu adalah sebuah upah. Tak satu pun dari kita akan memiliki
kehidupan seperti apa yang ditemukan di bagian paling hina di kota ini
seandainya dia tidak demikian.”
Setelah mengatakan ini, Puas melangkah kembali ke tempatnya.
Kepala Penjaga kemudian memberi isyarat kepada Egois untuk melan-
jutkan berjalan menuju takhta.

184 Digerakkan oleh Kekekalan


Guru Populer
Egois maju beberapa langkah lagi dan memperhatikan orang lain yang
dia kenal dan kagumi yang bernama Motivator. Dia adalah mantan guru
di Sekolah Endel, seseorang yang dianggapnya luar biasa. Guru ini in-
formatif dan pandai bicara, dan kata-katanya selalu menginspirasi Egois
ketika ia berbicara. Pengajar yang hebat ini mengajar sedemikian rupa se-
hingga para siswa tergugah dan merasa puas dengan diri mereka sendiri.
Guru-guru lain juga menggembirakan, tetapi kadangkala mereka tam-
pak sedikit galak dan kata-kata mereka menyebabkan hukuman yang
menyakitkan. Tidak demikian halnya dengan Motivator; mereka akan
selalu merasa gembira begitu keluar dari kelasnya. Bahkan, dia adalah
guru favorit Egois selama ini.
Egois kembali melirik Kepala Penjaga, minta izin untuk berbicara
dengan mantan gurunya. Penjaga itu sekali lagi mengangguk mantap.
Egois mendekati Motivator, dan keduanya saling menyapa dengan
hangat.
Egois tidak sabar untuk bertanya, “Mengapa engkau berada di sini di
barisan belakang?”
“Inilah posisi dan tempatku. Aku adalah salah satu warga Affabel
yang paling rendah. Aku tinggal di dataran dan bekerja sebagai tukang
ledeng.”
“Apa?” seru Egois. “Engkau adalah salah satu guru terbaik Jalyn!
Mana mungkin engkau bisa menjadi salah satu warga terendah? Engkau
seharusnya berada di salah satu takhta.”
“Ada beberapa alasan mengapa aku tidak berada di kalangan kum-
pulan orang banyak ini atau memerintah bersama Jalyn,” kata Motivator.
“Demi mengingat waktu, aku hanya akan memberitahukan akar dari
kebodohanku. Ingat bagaimana semua orang yang berjanji menyerahkan
hidup mereka kepada Jalyn disamakan dengan orang yang membangun?
Kita diajarkan tentang semua ini di sekolah. Salah satu tanggung jawab
utama kami di Endel adalah untuk membangun kehidupan orang lain.

kerajaan affabel:hari penghakiman ii 185


Hal ini diwujudkan melalui pesan-pesan yang kami sampaikan, baik
melalui ucapan, perilaku, atau pekerjaan kami.
“Sebagai seorang pengajar, aku diberi kehormatan dan tanggung
jawab besar. Aku mengajarkan kepada siswa tentang prinsip-prinsip dan
tata cara Jalyn. Namun aku gagal sebagai guru dalam berbagai hal.
“Ajaranku tidak seimbang. Aku hanya menekankan aspek positif dari
melayani Jalyn. Aku memotivasi banyak siswa hanya demi mengejar suk-
ses tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang. Aku tidak me-
ngajarkan kepada mereka bahwa tujuan hidup sebenarnya adalah demi
menyenangkan Jalyn. Aku mengajari mereka bagaimana menggunakan
berbagai cara agar berhasil dalam hidup ini. Akibatnya, aku tidak pernah
memperingatkan mereka akan perangkap dan jerat masyarakat kita.
“Tulisan-tulisan kuno jelas menyatakan supaya aku harus memberi-
takan seluruh nasihat Jalyn. Ini termasuk ‘tiap-tiap orang kami nasihati
dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin
tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Jalyn.’3 Aku mengajar tetapi
lalai untuk memperingatkan. Dengan menjadi guru yang secara eksklu-
sif bersifat positif dan tidak pernah memberi peringatan yang baik, aku
membangun banyak kehidupan yang kurang memuliakan Jalyn.” Kali
ini ia menundukkan kepalanya. “Beberapa dari mereka berada dalam
kebinasaan.”
Melihat kekagetan di wajah Egois, guru menekankan maksudnya.
“Ya, mereka jatuh ke dalam kebinasaan. Banyak yang sekarang men-
diami tanah terkutuk Lone sebagian karena pengajaranku yang tidak
seimbang. Aku tidak memberikan kepada siswa apa yang mereka butuh-
kan—namun memberikan apa yang mereka inginkan. Aku tidak ingin
kehilangan dukungan mereka atau popularitasku. Hal ini menyebabkan
aku membangun dengan cara tidak benar. Aku tidak mencabut bagian
yang lemah dan rusak dalam hidup mereka. Namun aku menutupinya
dengan wawasan yang hanya berfungsi untuk menyulut keinginan me-
reka demi mencari kepentingan diri sendiri.

186 Digerakkan oleh Kekekalan


“Ingatlah peringatan yang disampaikan kepada para pengajar dalam
tulisan-tulisan kuno: ‘Oleh karena, ya sungguh karena mereka menye-
satkan umat-Ku dengan mengatakan: Damai sejahtera!, padahal sama
sekali tidak ada damai sejahtera -- mereka itu mendirikan tembok dan
lihat, mereka mengapurnya -- katakanlah kepada mereka yang mengapur
tembok itu: Hujan lebat akan membanjir, rambun akan jatuh dan angin
tofan akan bertiup!’4 Banyak siswaku membangun dan melindungi hidup
mereka dengan hal-hal yang bersifat sementara. Aku tahu jauh di dalam
hati nuraniku bahwa ini adalah dinding yang rapuh, tetapi aku tidak
memperingatkan mereka. Aku justru mengatakan semuanya baik-baik
saja padahal kenyataannya tidak. Aku mendorong program mereka dan
mengukuhkan penyesatan mereka.
“Namun aku berduka cita karena banyak mantan siswaku sekarang
berada di Lone. Ada beberapa yang berhasil sampai ke Affabel. Tetapi
banyak dari mereka yang hanya menganut ajaran positif ”—menoleh dari
balik bahunya, Motivator menurunkan volume suaranya dan berbisik
“ditemukan di barisan belakang ini. Hidup mereka dihabiskan dengan
sia-sia dan upaya mereka dihanguskan dengan api di hadapan Takhta
Pengadilan ini.”
Egois bertanya, “Hangus di hadapan Takhta Pengadilan?”
“Ya,” jawab guru. “Tidakkah kamu ingat tulisan kuno? ‘Entahkah
orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata,
kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing
orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab
ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing
orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang
tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan
menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti
dari dalam api.’”5
Guru terkenal itu melanjutkan, “Dasar yang dimaksud rasul kuno itu
adalah kekuasaan Jalyn, di mana kita berdua tahu bahwa itulah satu-sa-
tunya cara seseorang bisa masuk kerajaan ini. Namun, setelah kita be-
nar-benar menjadi milik Jalyn, kita harus membangun di atas dasar ini.

kerajaan affabel:hari penghakiman ii 187


“Apabila dibandingkan dengan tulisan-tulisan kuno, hidupku jauh di
bawah standar Jalyn yang adil, dan aku kurang berdampak pada orang-
orang yang kuajar. Aku tidak menggunakan otoritasku untuk meme-
ngaruhi para siswa mengenai prinsip dasar Affabel dan, mau tidak mau,
aku kehilangan upahku. Ingat apa yang dikatakan guru besar, Paulus,
tentang orang-orang yang sudah terpanggil untuk membawa dampak.
‘Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota ke-
megahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-
Nya, kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan
sukacita kami.’6
“Aku tahu betul kebenaran tentang Jalyn ketika pertama kali mulai
mengajar, tetapi aku mengizinkan rasa tidak aman, keinginan akan
penerimaan orang lain, dan kecongkakan memengaruhi aku. Itu tidak
lama sebelum akhirnya aku menyimpang dari apa yang kuketahui. Ak-
hirnya aku mulai hidup seperti apa yang aku khotbahkan. Ketika aku
hanyut terbawa arus, aku tidak bisa ingat peringatan Jalyn dalam ke-
hidupan pribadiku sendiri. Aku tersesat. Perspektif tentang popularitas
dan kemurahan sangat berbeda di sini daripada di Endel. Banyak hal
yang kita anggap bagus di sana dianggap paling sepele di sini.”
Egois bertanya dengan bijaksana, “Motivator, temanku bilang bahwa
Jalyn mengubah nama kita. Apa nama barumu?”
Guru itu tersenyum. “Namaku Rendah Hati.” Kemudian ia memi-
ringkan kepala dan melangkah kembali ke tempatnya. Egois berpaling
kepada Kepala Penjaga, yang mengangguk, menegaskan semua yang
telah dia dengar dari Rendah Hati itu memang benar.
Egois terus melangkah menuju takhta. Ia tidak percaya diri seka-
rang dibanding ketika ia pertama kali dipanggil ke aula. Ia merenungkan
hidupnya. Apakah motifnya? Apakah ia memerintah demi kemuliaan
Jalyn atau karena ambisi yang mementingkan diri sendiri? Bagaimana ia
menjalani hidupnya? Apakah sudah sesuai dengan nasihat Jalyn, atau ia
juga tersesat? Apakah ia membangun orang lain, ataukah ia memanfaat-
kan mereka demi membangun keberhasilannya sendiri?

188 Digerakkan oleh Kekekalan


Sang Penguasa
Egois melewati bagian tengah Aula Besar. Ia memperhatikan para warga
di sini tampak lebih berwibawa, jika itu mungkin. Setiap orang mena-
tapnya dengan penuh kasih dan penerimaan. Ia merasakan kehangatan
dari pancaran mata dan ekspresi wajah mereka. Ini sangat membantu
karena ia tidak merasa cukup yakin tentang dirinya dan apa yang akan
ia hadapi.
Tampaknya butuh waktu berabad-abad lamanya untuk Egois bisa
sampai ke takhta. Seiring langkah demi langkahnya, ia mengulas kembali
begitu banyak aspek dari masa hidupnya di Endel. Ia masih berharap
bahwa ia mungkin akan ditugaskan sebagai penguasa bersama Jalyn
karena keberhasilannya sebagai walikota.
Sekarang Egois berada di tengah-tengah para penguasa di bawah
kekuasaan Jalyn. Ia mengamati pakaian kerajaan mereka dan mahkota di
atas kepala mereka. Masing-masing memegang tongkat kerajaan. Mereka
kelihatan paling agung dari semua warga di kota besar ini. Ia terpesona
melihat betapa manusia bisa tampak begitu mulia.
Di antara para penguasa ini, Egois melihat mantan sekretaris dari
salah satu anggota dewan kota. Kenapa ia duduk di salah satu takhta?
Egois heran. Menurutnya, gadis itu tidak pernah menonjol di sekolah.
Gadis itu lulus setahun sebelum dia. Egois sebenarnya tidak mengenal
dia secara pribadi karena gadis itu bersifat lebih tertutup.
Wanita itu melangkah maju, dan Kepala Penjaga berhenti dan mem-
bungkuk padanya. Ia menyambut Egois dengan pelukan dan senyum
hangat.
“Selamat datang di Affabel, Egois. Namaku Sabar. Jalyn memintaku
bicara denganmu sebelum kamu menghadap dia. Aku adalah salah satu
penguasa di Affabel.”
Egois berbicara tanpa berpikir panjang. “Penguasa? Bagaimana
mungkin kamu bisa menjadi penguasa? Kamu tidak pernah berbuat apa
pun di Endel.” Ia tersipu malu menyadari betapa keterlaluan dan tidak
sensitif pernyataannya itu.

kerajaan affabel:hari penghakiman ii 189


Sabar mengangguk seakan mengerti. “Jangan malu dengan pernyata-
anmu. Tipu daya tidak dapat tersembunyi dalam aula atau di kota besar
ini. Kamu hanya bersikap jujur. Di Endel, kamu khawatir akan citra dan
reputasi. Hal ini menjerat banyak orang untuk bicara dusta meskipun
menyadari kebodohan mereka. Di sini kata-kata sangat penting, tetapi
motif dan niat bahkan lebih penting lagi, karena semua itu selalu keli-
hatan terang-terangan. Kamu akan cukup belajar hal ini tak lama setelah
kamu dihakimi atas setiap kata yang kamu ucapkan di Endel.”
“Setiap kata!” seru Egois. “Maksudmu sepatah kata pun dari setiap
percakapan?”
“Ya,” jawab Sabar, “Setiap kata. Ingat pernyataan Tuan Jalyn dalam
tulisan-tulisan kuno. ‘Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus
dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut
ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula eng-
kau akan dihukum.’7 Setiap kata sia-sia adalah besar mulut, tidak ada ar-
tinya, atau sembrono, yang semuanya bertentangan dengan sifat Jalyn.”
Egois bertanya-tanya, “Aku selalu berpikir bahwa kita harus mem-
berikan pertanggungan jawab atas kebohongan besar atau kebenaran
penting yang kita ucapkan, serta perbuatan baik dan prestasi besar yang
kita capai.” Ia merenung sejenak, lalu melanjutkan, “Apa yang akan
kuhadapi?”
Sabar menjawab, “Tulisan kuno jelas menyatakan, ‘Setiap orang
dikenyangkan dengan kebaikan oleh karena buah perkataan, dan orang
mendapat balasan dari pada yang dikerjakan tangannya.’8 Jadi kamu
akan dihakimi bukan hanya karena semua yang kamu kerjakan tetapi
juga setiap kata yang kamu ucapkan. Ini termasuk bahasa yang jahat,
baik, dan bahkan sia-sia yang terus keluar dari mulutmu. Namun, tidak
hanya kata-kata dan pekerjaan yang akan diuji. Motif di balik semua itu
juga akan diadili. Kamu juga akan dihakimi oleh pikiran-pikiran yang
kamu anut. Jangan lupa bahwa penghakiman Jalyn adalah adil, ‘yang
menguji pikiran dan hati.’9 Sebab ia sendiri menyatakan, ‘Aku, Jalyn,
yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan ke-

190 Digerakkan oleh Kekekalan


pada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan
hasil perbuatannya.’10 Ia tidak hanya menyelidiki setiap tindakan dan
perkataan tetapi juga niat di di baliknya.”
Sabar melanjutkan, “Inilah sebabnya mengapa kamu begitu terke-
jut melihat aku duduk di singgasana. Penilaianmu tentang aku sesuai
dengan keberhasilanku dari sudut pandang Endel. Penghakiman Jalyn
dilihat dari segi yang berbeda; inilah yang akan kamu amati sekarang dan
tak lama lagi akan terlihat jelas. Saudaraku, kamu akan menerima upah
yang adil atas hidupmu di Endel.”
Egois tidak pernah mengalami kebenaran yang kejam seperti ini.
Namun kebenaran itu penuh dengan kasih yang tak pernah dikenalnya.
Kini ia tahu Jalyn pasti penguasa yang pengasih dan penyayang, karena ia
baru saja merasakannya dari salah seorang bawahannya. Perkataan Sabar
adalah koreksi yang terbungkus dalam kasih. Ia menyadari kasih bukan-
lah tentang menyenangkan orang lain; namun tentang kebenaran.
Sabar menelengkan kepalanya. “Raja menantimu.” Kemudian, ia
melangkah kembali ke takhtanya dan Kepala Penjaga memberi isyarat
kepada Egois untuk berjalan sendiri di hadapan takhta. Penjaga akan
menunggu pada deretan panggung yang lebih rendah di mana takhta
para penguasa tingkat bawah berada.

Egois di Hadapan Jalyn


Seperti yang diperintahkan, Egois berhati-hati menaiki tangga ke lantai
panggung tepat di bawah singgasana yang megah. Ia kemudian mendo-
ngak dan menatap sang raja. Tak seorang pun di seluruh kumpulan orang
ini yang tampan, berwibawa, dan agung seperti Jalyn. Keagungannya
begitu menawan dan menakjubkan. Egois belum pernah melihat orang
seperti ini. Ia langsung tahu bahwa tidak ada yang bisa menentang hik-
mat dan kekuatannya.
Menatap mata Jalyn untuk pertama kalinya, Egois menyadari bahwa
raja lebih lemah lembut sekaligus menakutkan daripada yang bisa dia

kerajaan affabel:hari penghakiman ii 191


bayangkan. Matanya menatap tajam ke arah Egois, yang merasa ditelan-
jangi. Sudah jelas tak satu pun tentang dirinya yang tersembunyi di sini.
Egois kehilangan seluruh kepercayaan akan pengadilan yang menyenang-
kan, tetapi ia tidak peduli lagi. Kini yang dia inginkan hanyalah kebe-
naran melebihi apa pun juga.
Jalyn berkata, “Selamat datang di kerajaanku, Egois. Aku sudah me-
rindukan momen ini. Kamu adalah penguasa wargaku di Endel. Apakah
kamu layak untuk memerintah dan duduk di atas salah satu takhta ini
di Affabel?”
Pria ini yang biasanya percaya diri, tidak pernah kehabisan kata-kata,
sekarang bungkam seribu bahasa. Tadinya ia merasa telah melakukan
pekerjaan hebat yang terkemuka di Affabel, tetapi setelah seluruh per-
cakapan sebelumnya di Aula besar, ia mengganggap pikirannya yang pa-
ling mungkin menyesatkan.
Jalyn bertanya kepada seorang penguasa yang berada paling dekat,
“Berapa banyak warga yang menerima pengaruh Egois untuk kerajaanku?”
Beberapa nama disebut. Egois terkejut dan tidak mampu berka-
ta-kata mendengar pernyataan ini.
Raja kemudian bertanya kepada penguasa yang sama, “Berapa jum-
lah warga yang yang terkena pengaruh Sabar untuk kerajaan ini?”
“Lebih dari lima ribu, Tuanku,” jawab penguasa.
“Mana mungkin terjadi?” tukas Egois. “Ia hanya seorang sekretaris,
dan aku adalah walikota. Mana mungkin jumlahku begitu sedikit dan
jumlahnya begitu banyak?”
Jalyn menjawab tegas, “Aku tidak bertanya berapa banyak yang
dipengaruhi tetapi berapa banyak yang dipengaruhi untuk kerajaan ini!”
Nadanya melunak namun tetap tegas. “Bahkan mantan gurumu,
Motivator—yang sekarang dikenal sebagai Rendah Hati—memiliki pe-
ngaruh yang lebih besar dalam kehidupan masyarakat daripada dirimu.
Namun, sangat sedikit pengaruh yang berkembang ke wilayah ini. Inilah
sebabnya mengapa ia tidak menjadi penguasa di kota ini. Pengaruh yang
bertahan pada Takhta Pengadilan ini sesuai dengan cara-caraku dan
kerajaanku.”

192 Digerakkan oleh Kekekalan


Jalyn meneruskan, “Biar kuceritakan kepadamu tentang cara-cara
Sabar memengaruhi lebih dari lima ribu orang. Dengan riang ia mem-
beri sumbangan kepada sekolah, baik secara finansial dan melalui pe-
layanan. Karena itulah, semua yang diuntungkan oleh pelayanan sekolah
telah ditujukan kepadanya.”
Egois membalas, “Tetapi aku juga memberi sumbangan kepada
sekolah.”
Jalyn menjawab, “Kontribusimu termotivasi oleh keinginan untuk
memenuhi tuntutan hati nuranimu atau mempertahankan atau mem-
perbaiki reputasimu. Karena hal ini, maka kamu menerima upah penuh
di Endel. Di sisi lain, Sabar memberi karena hasrat yang besar kepada
kerajaan dan kasih kepada sesama.
“Sabar membimbing seorang pria bernama Brutal untuk me-
layaniku. Saat ini ia sedang berada di Aula Kehidupan untuk menanti
penghakimannya. Ia akan berganti nama menjadi Penginjil karena ia
menjadi seorang komunikator hebat tentang jalan-jalanku. Ia secara
pribadi membawa dampak lebih dari seribu jiwa bagi kerajaan. Seluruh
kehidupan yang dia bangun diserahkan kepada tanggung jawab Sabar
karena Sabar telah membimbing dia untuk melayani aku dan men-
dukung sekolah yang mendidik dia.”
Egois ingat betul Brutal dari Endel. Waktu itu ia menganggap Brutal
terlalu bersemangat dalam keyakinannya. Brutal adalah seorang penu-
lis untuk koran komunitas dan sering berbagi cerita di artikelnya ten-
tang kurangnya komitmen warga terhadap Affabel. Ia juga mengerahkan
banyak warga Endel untuk menghubungi anggota dewan dan meminta
dukungan mereka untuk pengembangan sekolah. Brutal mengutarakan
ketidakpuasannya ketika Egois mengubah pilihannya dan menolak lahan
untuk sekolah. Karena alasan inilah maka Egois tidak menyukai Brutal.
Kini ia merasa malu setelah menyadari bahwa segala daya upaya Brutal
itu sejalan dengan kemajuan Affabel. Bagaimana mungkin Egois begitu
buta?

kerajaan affabel:hari penghakiman ii 193


Jalyn terus menunjukkan cara-cara Sabar memengaruhi kehidupan
warga Endel bagi kerajaan. Ada banyak hal kecil yang ditambahkan
untuk menghitung begitu banyak perbuatan. Sabar memperlakukan
semua orang dengan ramah dari hati yang murni penuh kasih. Ia murah
hati kepada mereka yang membutuhkan, dan berpendirian teguh dalam
sikap tegasnya demi kebenaran.
Setelah selesai membahas Sabar, raja mengulas kehidupan Egois se-
cara panjang lebar. Seperti Sabar sudah mengingatkan, setiap motif, kata,
dan perbuatan dievaluasi.
Egois melihat kebaikan yang telah dia lakukan demi raja tetapi juga
diliputi oleh kesedihan karena begitu banyak hasil pekerjaannya di-
dorong oleh motivasi melindungi diri sendiri, reputasi dan kepentingan
diri sendiri. Saat ulasan selesai, Egois merasa yakin bahwa tamat sudah
riwayatnya.
Egois berseru di hadapan raja, “Aku pantas dihukum seumur hidup.
Aku pantas menerima Lone! Aku telah menyia-nyiakan begitu banyak
hal dan menghasilkan sedikit sekali sebagai imbalan atas talenta dan tang-
gung jawab yang saya miliki.” Kepedihan yang dirasakan Egois sungguh
tak terlukiskan; air mata mengalir di wajahnya. Pria yang tadinya begitu
percaya diri sebelum memasuki Aula Besar sekarang seakan-akan sedang
menggenggam seutas benang untuk berpegangan. Yang tersisa hanyalah
harapan akan kemurahan, tetapi ia tidak yakin ini pun pantas dia per-
oleh. Ia menguatkan dirinya untuk mendengar sang raja mengumumkan
hukumannya ke Lone.
Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya raja berbicara. “Egois, kamu
adalah hambaku. Kamu percaya kepadaku dan tunduk pada pemerintah-
anku, bahkan meskipun kamu sangat menyia-nyiakannya. Aku mencin-
taimu, dan aku menyambutmu masuk ke kerajaanku seumur hidupmu.”
Egois tercengang. Ia mendongak, lalu menangis tersedu-sedu—
bukan tangis kesedihan tetapi sukacita yang luar biasa. Ia diliputi oleh
belas kasihan dan kebaikan raja agung ini. Dalam hitungan detik, se-
bagian besar dari apa yang didengarnya tentang karakter Jalyn menjadi

194 Digerakkan oleh Kekekalan


gamblang. Hanya beberapa detik sebelumnya, ia merasakan kemalangan
dan kepedihan yang tak terbayangkan pernah ada. Ia tidak layak me-
nerima apa pun kecuali menjadi orang buangan. Ia pantas dihukum;
ujian hidupnya sudah menunjukkan hal itu. Kini, dengan kata-kata yang
paling lemah lembut dan murah hati yang pernah ada, raja yang sangat
mengagumkan menyambutnya ke kota yang megah ini. Sungguh rahmat
yang luar biasa! Alangkah menakjubkan kasihnya!
Egois telah menyaksikan apa saja yang diperbuatnya di Endel telah
dihanguskan, tetapi tetap saja dia mendengar kata-kata, “Aku mencin-
taimu, dan aku menyambutmu masuk ke dalam kerajaanku.” Ia me-
ngerti bahwa apa yang dikatakan temannya Puas itu memang benar. Apa
pun yang akan dia terima lebih dari yang seharusnya layak dia terima.
Raja berbicara lagi, “Egois, kamu tidak akan lagi dikenal dengan
namamu sebelumnya. Simak baik-baik, aku memberimu nama baru.
Di kerajaanku, kamu akan dikenal sebagai Bersahaja. Aku sudah me-
nyiapkan tempat tinggal bagimu di dataran, dan pekerjaanmu adalah
penata taman. Meskipun kamu tidak akan menjadi penguasa di kota ini,
kamu akan membantuku memerintah di wilayah luar.”
Egois bertanya, “Memerintah bersama Tuan di wilayah luar?”
Jalyn menjawab, “Semua yang tinggal di kota ini adalah para pe-
nguasa. Wilayahku membentang hingga ke sudut terjauh dari planet
ini; ada banyak kota lain di kerajaanku. Warga kota-kota luar ini tidak
melewati pelatihan di Endel sebagaimana halnya dengan warga Affabel,
mereka juga tidak menghadapi penghakiman. Akibatnya, mereka tidak
memiliki kemampuan unggul seperti yang dimiliki warga kota ini. Seka-
lipun kamu tidak akan menjadi pemimpin di kota Affabel sendiri, kamu
akan membantu aku menjalankan pemerintahan secara global. Tugas
khususmu adalah memimpin dengan melayani dan melatih semua ahli
taman di dua puluh kota di benua Bengilla.”
Egois menundukkan kepalanya dan menangis. Kebaikan raja sung-
guh melimpah.

kerajaan affabel:hari penghakiman ii 195


Raja berjalan ke meja dan mengambil sebuah benda, lalu berbalik
dan kembali menuju Bersahaja. Ia berjalan ke panggung dan berkata,
“Sekarang, ambil dan makanlah sepotong buah ini.”
Bersahaja mengambil buah dari tangan Jalyn dan menyantapnya.
Inilah makanan paling lezat yang pernah dia cicipi. Tampaknya buah ini
mampu menjernihkan pikiran dan hatinya. Pikirannya meluap dengan
kasih dan kerinduan untuk melayani. Saat melahapnya, ia dimurnikan
dari kepedihan dan pikiran gelap sebelumnya. Ia merasa segar, bahagia,
dan penuh harapan dan iman. Tidak butuh waktu lama baginya untuk
menyimpulkan bahwa buah itu berasal dari Pohon Kehidupan terma-
syhur yang diceritakan guru di kelas. Senyum lebar terukir di wajah Ber-
sahaja ketika Jalyn menatapnya dengan girang.
Jalyn kemudian berkata, “Berpalinglah dan menghadaplah ke
keluargamu.”
Bersahaja perlahan berpaling. Ia masih merasa sedikit malu, karena
mengetahui semua orang telah mendengar dan melihat rincian hidupnya.
Ketika ia berbalik, penonton bersorak-sorai dengan tepuk tangan dan te-
riakan sukacita. Musik dimainkan, dan beberapa warga bahkan menari.
Bersahaja hampir tak percaya akan kasih dan penerimaan yang ia rasakan
dari para warga kerajaan ini. Inilah obat mujarab yang mendatangkan
penyembuhan total dari segenap kesalahannya di Endel.
Bersahaja berbalik dan melihat senyum yang paling mulia dan suka
cita di wajah Jalyn. Saat itulah ia memperhatikan mata sang raja. Kedua
mata itu memandang Bersahaja dengan penuh cinta dan kehangatan
yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Kini ia bisa mendengar pikiran
Jalyn, seperti Sabar dan yang lainnya mendengar dia. Pikiran saja itu
penuh penerimaan, kegembiraan, dan penantian selama bertahun-tahun
penuh kebahagiaan untuk menjumpai warga yang begitu dicintainya ini.
Bersahaja tersungkur dan berterima kasih kepada raja. Raja mengangkat
dia berdiri, memberinya pelukan hangat, dan dengan senyum berkata,
“Selamat datang, sobat.”

196 Digerakkan oleh Kekekalan


Kemudian Bersahaja dikawal ke tempatnya ke arah bagian belakang
auditorium, di mana ia akan menunggu keputusan mengenai sesama
warga Endel. Setiap air mata telah mengering. Tidak ada lagi duka cita,
kepedihan, atau tangis. Hal-hal yang lampau telah berlalu.

Amal dan Penghakimannya


Pagi menjelang, dan semua warga dipanggil keluar dari Aula Ke-
hidupan—dengan pengecualian Amal. Ia tetap seorang diri. Ini bukan
beban karena ruangan itu penuh dengan beberapa buku bagus yang di-
tulis oleh para penulis dari kota itu. Ia tengah asyik membaca Sejarah
Affabel Kedua ketika Kepala Penjaga datang memanggilnya. Orang itu
berbicara lembut. “Amal, Raja menantimu.”
Detak jantungnya berpacu penuh sukacita. Kini ia akan memiliki
hak istimewa untuk melihat orang yang ingin dijumpai dan dicintainya.
Ia telah menantikan momen ini selama bertahun-tahun, dan sekarang
saat itu telah tiba. Penjaga tersenyum saat Amal mendekat, dan mereka
berjalan bersama menuju Aula Besar.
Setelah pintu Aula Besar terbuka, Amal diliputi kekaguman oleh
keindahan yang dia lihat. Namun, fokusnya adalah takhta Jalyn di ke-
jauhan. Saat ini yang bisa dia lihat hanya sosoknya. Matanya tertuju pada
hadirin para warga agung Affabel. Oh, sungguh orang-orang yang hebat,
pikirnya. Bagaimana mungkin aku bisa menyebut pria dan wanita mulia
ini rekan-rekanku?
Amal memperhatikan warga semua membungkuk saat ia lewat.
Mengapa para pria dan perempuan yang penuh wibawa ini mau mem-
bungkuk padanya? Mereka tampan dan cantik, berjubahkan kemuliaan
saat ia mendekati takhta. Mereka tampak seperti manusia super. Mana
mungkin orang-orang seperti ini membungkuk, terutama padanya?
Amal mengenali beberapa orang yang dia kenal dari Endel. Senyum
mereka penuh kegembiraan dan kasih untuknya. Ia ingin berhenti se-
jenak dan merangkul setiap orang tetapi merasa itu bukan waktu yang

kerajaan affabel:hari penghakiman ii 197


tepat. Ia melihat Kejam dan tidak kuasa menahan diri lagi. Ia berlari dan
mendekapnya erat-erat. Keduanya bersukacita bersama-sama.
Setelah mereka berpelukan, Kejam membungkuk padanya dan ber-
kata, “Selamat datang di rumah barumu.”
Amal mengatakan, “Mengapa kamu membungkuk padaku, Kejam?
Aku bukan dewa yang patut disembah.”
Warga agung ini menjawab, “Ada perbedaan antara penyembahan
dan kehormatan. Hanya junjungan kita yang harus disembah, tetapi di
kerajaan ini kita menghormati mereka yang melayani kita dengan baik di
Endel. Kita juga menghormati mereka yang memerintah di antara kita.
Kita tidak memahami pentingnya penghormatan di Endel.
“Amal, kamu melayaniku di Endel. Jika bukan karena ketaatanmu
kepada raja, aku tidak akan pernah berada di sini; aku akan tinggal di
tanah terkutuk Lone. Akulah yang pertama dan terutama berutang dan
berterima kasih kepada raja, tetapi aku juga berterima kasih dan ber-
utang kepadamu. Sungguh suatu kegembiraan bisa melayani dan meng-
hormatimu sepanjang umur hidupku.”
Ia melanjutkan, “Amal, namaku bukan lagi Kejam. Tuan Jalyn telah
mengubah namaku menjadi Berdamai di Takhta Pengadilan ini. Akulah
salah satunya yang mungkin menerima rahmat terbesar di hadapan raja
kita.”
Amal menjawab, “Berdamai. Sungguh nama yang hebat. Saudaraku
yang kekasih, aku tidak mengulurkan tangan kepadamu sewaktu di
Endel supaya kamu mau melayaniku sebagai imbalannya. Aku melaku-
kannya karena aku mengasihimu dan peduli akan hidup dan nasibmu.”
“Motifmu adalah alasan yang tepat untuk aku menghormati dan
melayanimu. Kamu akan sangat dihargai oleh raja. Kamu bekerja se-
mata-mata karena kasih kepada Jalyn. Kamu tidak pernah mengulurkan
tanganmu untuk mendapatkan pengakuan dari sesama pengikutmu atau
menerima upah. Jalyn senang pada mereka yang menjangkau orang lain
dengan kasihnya. Sangat penting jika kita bisa menangkap hatinya, bukan
hanya visinya, selama berada di Endel. Kamu melakukan keduanya,

198 Digerakkan oleh Kekekalan


saudariku yang kekasih, dan motif hatimu berdampak padaku. Inilah se-
babnya mengapa aku mengulurkan tangan kepada begitu banyak orang
dengan penuh semangat selama minggu terakhirku di Endel. Kini aku
sudah diberi upah besar atas jerih lelahku meskipun itu singkat.”
Amal tersenyum. “Berdamai, aku sangat senang mendengarmmu.
Aku akan melayanimu seumur hidupku.”
“Amal, kamu sudah berbicara seperti seseorang yang telah tinggal
di Affabel selama bertahun-tahun,” Berdamai menanggapi. “Kita hidup
untuk melayani satu sama lain di kota besar ini. Bahkan, mereka yang
memimpin adalah hamba-hamba terbesar di sini. Kita memiliki tang-
gung jawab yang paling berat, dan inilah suka cita kita untuk menang-
gungnya. Ini berbeda daripada di Endel. Para pemimpin di sini tidak
meminta dilayani melainkan bersukacita karena mereka diberi kesempa-
tan yang lebih besar untuk melayani. Sukacita terbesar dari setiap warga
di sini adalah melayani raja kita terlebih dahulu, baru kemudian sesama
warga—terutama mereka yang memengaruhi kita di Endel—dan ak-
hirnya para warga di luar wilayah ini, di antaranya yang tidak lama lagi
akan kamu ketahui.”
Berdamai menyimpulkan, “Saudariku yang kekasih, aku bangga
padamu. Pergilah menghadap Raja. Ia rindu melihatmu dan memberimu
upah atas pengabdianmu kepadanya.” Setelah itu, keduanya berpelukan.
Amal bergabung dengan kepala penjaga, dan mereka melanjutkan lang-
kah menuju takhta.

Amal di Hadapan Jalyn


Sosok Jalyn kini mulai jelas, karena Amal berada kira-kira sejauh tujuh
puluh lima kaki dari takhta. Saat melewati para penguasa, ia bahkan
tidak melihat mereka membungkuk; tatapannya tertuju pada Jalyn. Ia
terpesona oleh keagungannya yang megah.
Amal menaiki tangga dan, setelah mencapai puncak, bersujud di
hadapan rajanya. Jalyn turun dari takhta dan mengangkat dia berdiri.

kerajaan affabel:hari penghakiman ii 199


Ia bicara dengan penuh kasih. “Amal, hamba-Ku yang kekasih, selamat
datang di kerajaanku. Aku merindukan saat ini, untuk bertemu de-
nganmu secara pribadi.”
Amal menjawab, “Tuanku, seharusnya aku yang sangat merindukan
momen ini. Tuan adalah Rajaku. Kini aku berharap bisa berada di ha-
dapan Tuanku sepanjang umur hidupku sehingga aku dapat melayani
Tuan sepenuhnya.”
Raja lalu berkata, “Marilah dan milikilah kerajaan yang telah diper-
siapkan untukmu sejak penciptaan dunia ini. Sebab ketika aku lapar,
kamu memberi aku makan; ketika aku haus, kamu memberi aku minum;
ketika aku seorang asing, kamu memberi aku tumpangan; ketika aku
telanjang, kamu memberi aku pakaian; ketika aku sakit, kamu melawat
aku; ketika aku di dalam penjara, kamu mengunjungi aku.”
Amal menanggapi dengan terkejut, “Tuan, bilamanakah aku meli-
hat engkau lapar dan aku memberi engkau makan, atau haus dan aku
memberi engkau minum? Bilamanakah aku melihat engkau sebagai
orang asing, dan aku memberi engkau tumpangan, atau telanjang dan
aku memberi engkau pakaian? Bilamanakah aku melihat engkau sakit
atau dalam penjara dan aku mengunjungi engkau?”
Raja menjawab, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala se-
suatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang pa-
ling hina ini, kamu telah melakukannya untuk aku.”11
Jalyn kemudian menunjukkan bagaimana Amal begitu bersema-
ngat melayaninya dengan melayani warganya dan menaati hukumnya.
Hidupnya diulas: setiap kata, perbuatan, pikiran, dan motif hatinya.
Semuanya dibeberkan—pelayanannya, pemberiannya kepada sekolah,
kasih yang dia tunjukkan kepada sesama warga, penolakannya untuk
ikut ambil bagian dalam berbagai kegiatan dan diskusi yang sembrono
atau tidak pantas, penganiayaan yang dia terima karena kecintaannya
kepada Jalyn, jerih lelahnya untuk melayani orang lain melalui resto-
ran, uluran tangannya kepada jiwa-jiwa yang tersesat, masa-masa keluh
kesah dan tangis bagi yang terhilang, sikap tegasnya dalam mengikuti

200 Digerakkan oleh Kekekalan


jalan-jalan Jalyn, keadaannya yang dikucilkan dari berbagai pertemuan
sosial karena gairahnya kepada Jalyn, penolakannya untuk berkasak-ku-
suk tentang sesama warga atau ikut ambil bagian dalam gosip, dan daftar
itu masih panjang.
Amal terkejut mengetahui cara-cara dia membawa dampak dan me-
mengaruhi orang lain. Sebagian besar yang dia perbuat untuk membawa
kemuliaan bagi Jalyn tidak secara sadar direncanakan atau dipikirkan. Ia
hanya mengikuti cara hidup yang diajarkan dalam tulisan-tulisan kuno.
Ada beberapa perbuatan Amal yang dihanguskan. Ini mendatangkan
duka cita dan penyesalan luar biasa atas kesempatan yang hilang atau ke-
salahan yang telah dia perbuat. Namun, hanya sebagian kecil jerih lelah
hidupnya yang musnah.

Upah Amal
Setelah meninjau kata-kata dan pikiran terakhir Amal, raja berpaling ke
salah seorang penguasa yang duduk di dekatnya dan bertanya, “Berapa
banyak jiwa yang menerima pengaruh dari Amal bagi kerajaanku?”
Penguasa itu menjawab, “Tuanku, 5.183. Sedikit lebih dari seper-
enam dari populasi penduduk.”
Amal terkejut. “Bagaimana mungkin bisa begitu banyak?”
Jalyn menjawab, “Ingatlah dalam tulisan-tulisan kuno bahwa aku
berjanji untuk ‘melipatkgandakan benih yang telah kamu taburkan dan
menumbuhkan buah-buah kebenaranmu.’12 Amal, kerajaanku bekerja
menurut prinsip pelipatgandaan.”
Raja kemudian menunjukkan secara lebih rinci bagaimana upaya
ketaatannya berlipat ganda untuk memengaruhi rakyat, meskipun dia
bukan seorang pemimpin di masyarakat. Efek riak itu sungguh menge-
jutkan. Jalyn menambahkan, “Seperti ada tertulis, ‘Ia [orang yang penuh
kebajikan] membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, ke-
benaran-Nya tetap untuk selamanya!’13 Hidup yang dipersembahkan
kepadaku akan menghasilkan efek menyebar, meskipun warga tidak

kerajaan affabel:hari penghakiman ii 201


menyadari sepenuhnya sampai mereka berdiri di hadapan Takhta Penga-
dilan ini. Karena itu, banyak yang tidak taat dalam perkara kecil karena
mereka menganggapnya remeh. Namun sering kali perkara yang tampak-
nya sepele itu menghasilkan tuaian terbesar di kerajaan ini. Kuncinya
adalah ketaatanmu tanpa peduli apa pun keadaannya.”
Jalyn kemudian berkata, “Amal, kamu lihat takhta kosong di sebelah
kiri, yang dekat dengan singgasanaku?”
Amal menjawab, “Ya, Tuanku.”
“Ini akan menjadi takhta tempat kamu duduk, dan kamu akan me-
merintah bersamaku selama sisa hidupmu.”
Amal sangat terkejut. “Tuan, aku tidak layak untuk memerintah.
Aku hanya seorang pemilik restoran. Ada begitu banyak orang yang lebih
berbakat daripada aku. Bagaimana mungkin aku bisa memerintah ber-
sama Tuan di sebuah kerajaan yang megah? Egois adalah seorang pemim-
pin besar di masyarakat kami. Bagaimana dengan dia? Tolong beri aku
pekerjaan yang hanya melayani Tuan atau orang-orangmu.”
Jalyn menjawab, “Egois ada di belakang Aula Besar dan akan men-
jadi penata taman di beberapa bagian kota yang disebut dataran. Ia juga
akan membantu para ahli taman di kota-kota luar terpilih. Namun,
kamu menjadi penguasa karena cinta yang kamu tunjukkan kepadaku
dan orang-orangku. Ketabahan, loyalitas, dan kerendahan hatimu
telah memberimu kehormatan ini. Tidakkah kamu ingat pesanku dari
tulisan-tulisan kuno? ‘Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan
direndahkan (berkedudukan lebih rendah dari orang lain yang dihormati
atau dihargai) dan barangsiapa merendahkan diri (menganggap dirinya
sendiri rendah dan berperilaku yang sesuai dengan itu) ia akan diting-
gikan (naik pangkat).’14 Kamu tidak hanya akan memerintah bersamaku,
tetapi aku sudah menyiapkan rumah yang megah untukmu di pantai
Laut Besar, dekat rumahku di Pusat Kerajaan. Aku tahu betapa kamu
mencintai air dan suara ombak, jadi aku sudah memenuhi keinginan dan
kesenanganmu. Aku memberikan kepada semua hamba yang setia sesuai
keinginan hati mereka.”

202 Digerakkan oleh Kekekalan


Amal tidak sanggup berkata-kata.
Raja melanjutkan, “Kamu akan menjadi gubernur lebih dari sepuluh
wilayah di kota ini. Ada sebelas gubernur lainnya bersama denganmu,
yang mengawasi total 120 wilayah di kota Affabel. Kamu akan bekerja
sama denganku bersama tujuh puluh tujuh penguasa lainnya di kota ini
yang duduk di atas takhta kecil ini. Para penguasa lainnya telah menga-
tur kewenangan pada beberapa bidang seperti pendidikan, pabrik, hi-
buran, seni, dan berbagai bidang lainnya. Tujuh puluh tujuh penguasa
itu, Bapaku, dan aku adalah orang-orang yang merencanakan, membuat
prakiraan, dan mengawasi kehidupan di Affabel. Kamu akan menjadi
salah satu penasihat kepercayaanku dan penghubung antara warga dan
aku.
“Kamu tidak hanya akan memerintah bersamaku di kota ini, tetapi
seperti tujuh puluh tujuh penguasa yang lain, kamu juga harus memiliki
kepemimpinan atas beberapa kota di wilayah luar. Aku memberimu tang-
gung jawab atas dua puluh kota di benua Bengilla. Kamu akan menjadi
perdana menteri di benua ini. Semua orang yang tinggal dan memimpin
di sana wajib melapor kepadamu. Kamu tinggal melapor saja kepadaku.”
Ketika Jalyn berbicara kepada Amal, Bersahaja berdiri di belakang,
penuh sukacita atas sesama teman sekelasnya ini. Namun, kegembiraan-
nya bercampur dengan sedikit penyesalan saat ia memikirkan bagaimana
ia memiliki kesempatan untuk memengaruhi ribuan jiwa bagi kerajaan
namun tidak dilakukannya. Ia bisa menjadi salah satu dari beberapa pe-
nguasa ini yang memiliki hak istimewa untuk bekerja secara langsung ber-
sama Jalyn. Ia bersyukur atas penerimaannya di kerajaan Affabel, tetapi
menyadari bahwa ia telah membuang-buang waktu selama masa singkat
berada di Endel dan itu akan berdampak selama 130 tahun hidupnya.
Raja kemudian berkata kepada Kepala Penjaga, “Bawakan kemari
Mahkota Pemenang dan Tongkat Pemerintahan.”
Setelah Jalyn menerimanya, ia menempatkan mahkota itu di kepala
Amal. “Selamat!” Raja berseru. “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba
yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah
kekuasaan atas sepuluh kota.”15

kerajaan affabel:hari penghakiman ii 203


Kemudian raja menyerahkan tongkat dan berkata, “Kamu tidak akan
lagi disebut Amal, karena aku memberimu nama baru. Kamu akan dise-
but Pemenang yang Kekasih. Sebab, bukankah aku sudah memberitahu
semua warga Endel, ‘Dan barangsiapa menang dan melakukan peker-
jaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa
atas bangsa-bangsa; dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat
besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk—sama
seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku?”16
Jalyn berjalan ke meja di mana terdapat satu potongan buah terakhir.
Ia membawanya kepada Pemenang yang Kekasih dan berkata, “Sauda-
raku dan rekan penguasa kekasih, engkau dapat makan buah dari Pohon
Kehidupan.”
Sementara Pemenang yang Kekasih makan, ia mengalami pember-
sihan dan pemurnian yang dahsyat, sama seperti yang telah dialami
orang lain saat menyantap makanan paling lezat ini. Pikirannya meluap
dengan cinta yang lebih besar, dan hasratnya untuk melayani kian ber-
tambah yang tidak pernah dia ketahui sebelumnya. Ia dimurnikan dari
setiap kepedihan atau pikiran gelap tentang Endel sebelumnya. Segala
sesuatu dijadikan baru. Ia merasa benar-benar disegarkan, bahagia, dan
penuh harapan dan iman. Ia mendongak ke arah Jalyn dan tersenyum.
Kemudian, tanpa tahu persis sebabnya, mereka tertawa gembira bersa-
ma-sama. Inilah awal dari persahabatan seumur hidup.
Jalyn mengiring Awal menuju takhtanya dan berkata, “Pemenang
yang Kekasih, berbaliklah dan menghadaplah pada keluargamu.”
Ia berpaling ke arah gegap gempita tepuk tangan. Sukacita besar
dan tarian melanda hadirin. Hiruk pikuk itu melebihi apa yang telah
disaksikan pada setiap penghakiman lainnya. Suasana penuh dengan su-
kacita riang dan perayaan. Senyum cerah menghiasi wajah Pemenang
yang Kekasih, dan curahan kasih yang melimpah itu membuatnya
kagum. Raja merangkulnya dan dengan sukacita menyatakan, “Baik
sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia... Masuklah
dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu!”17

204 Digerakkan oleh Kekekalan


Demikianlah kesimpulan kisah kita tentang raja agung, hamba-ham-
banya, dan kerajaan Affabel.

Nasihat Pengajaran dan Peringatan


Dalam bab ini kita sudah mengetahui sekilas tentang seperti apakah
penghakiman orang-orang kudus. Saya tidak bisa terlalu menekankan
fakta bahwa kemuliaan Takhta Pengadilan Kristus akan jauh lebih besar
daripada kemuliaan yang digambarkan oleh cerita ini. Namun, alegori
ini menggambarkan banyak kebenaran yang tercermin dalam Kerajaan
Allah.
Rincian dari cerita ini tidak dimaksudkan untuk membangun ke-
benaran, namun untuk memperkuat dan menyatakan hal itu. Ketika
Yesus menceritakan perumpamaan, Anda mengerti maksud yang Dia
sampaikan melalui cerita tersebut dan tidak terpaku pada detail sepele
yang sama sekali tidak memiliki relevansi dengan kebenaran yang Dia
sampaikan.
Meski demikian, saya sudah berusaha berhati-hati menekankan be-
berapa poin penting dari cerita ini yang memiliki relevansi dengan kera-
jaan Kristus yang kekal. Saat Anda selesai membaca buku ini, Anda akan
dapat membaca ulang alegorinya dan mungkin mengumpulkan sedikit
demi sedikit informasi bahkan lebih dalam lagi dari ajaran Alkitab yang
disampaikan dalam bab-bab seputar itu.

kerajaan affabel:hari penghakiman ii 205


BAB 9

Surga
Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajah-Mu, dan
pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-Mu.
— Ma z m u r 1 7 : 1 5

ekarang marilah kita membahas tentang kematian orang benar. Sama


S halnya ada tempat tinggal sementara untuk orang yang tidak percaya,
yang disebut Hades, dan kemudian tempat kediaman akhir, yang disebut
Lautan Api, ada dua tempat tinggal bagi orang percaya yang telah mati.
Tempat kediaman ini disebut oleh kebanyakan orang sebagai surga, tetapi
kitab suci menyebutnya sebagai Yerusalem surgawi. Kediaman akhir bagi
orang benar juga akan disebut Yerusalem, tetapi akan berada di bumi.
Inilah kota yang akan turun dari langit setelah penghakiman akhir. Kota
ini disebut Yerusalem Baru (lihat Wahyu 21:2).

Yerusalem Surgawi
Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup,
Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan
yang meriah, dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya
terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang,
dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna,
dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru... (Ibrani 12:22-24)

Yerusalem Surgawi, atau “Jerusalem above” (lihat Galatia 4:26), ada-


lah sebuah kota, seperti yang digambarkan oleh Affabel dalam alegori

207
kita. Kota ini dibangun di sebuah bukit yang disebut Sion. Bapa dan
Anak tinggal di sana, demikian pula para malaikat yang tak terhitung
jumlahnya. Kumpulan yang meriah dan jemaat sulung tinggal di sana
bersama dengan orang-orang kudus Perjanjian Lama dan orang-orang di
dalam Kristus yang telah mati.
Perhatikan bahwa “roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi
sempurna” juga ditemukan di kota ini. Siapakah orang-orang ini, sebab
penulis telah menuliskan daftar orang-orang kudus Perjanjian Lama
maupun Perjanjian Baru yang telah mati untuk menerima upah mereka?
Ingatlah bahwa ketika kita dilahirkan kembali melalui Roh Allah, kita
menjadi ciptaan baru. Roh kita dijadikan sempurna dalam rupa Kristus
dan kita berada di dalam Dia. Dalam ayat ini penulis tidak mengacu
pada jiwa atau tubuh manusia, namun hanya roh mereka. Saya secara
pribadi percaya bahwa ini mengacu pada orang-orang kudus yang me-
layani Yesus di bumi. Renungkan hal ini! Penulis Ibrani mendorong kita,
“Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta
kasih karunia” (Ibrani 4:16). Takhta kasih karunia terletak di tengah-
tengah kota Allah, dan undangan ini disampaikan kepada kita yang ada
di bumi. Mungkinkah banyak orang yang tinggal di bumi yang sangat
dikenal di ruang takhta karena mereka sering datang melalui doa?
Kita adalah roh beserta jiwa—jiwa adalah gabungan dari akal budi,
kehendak, dan emosi—yang kini hidup dalam tubuh alamiah. Yesus
mengatakan satu-satunya cara kita dapat benar-benar menyembah Allah
adalah dalam “roh dan kebenaran” (Yohanes 4:24). Paulus menekankan
kembali hal ini: “Karena Allah, yang kulayani dengan segenap hatiku
dalam pemberitaan Injil Anak-Nya, adalah saksiku, bahwa dalam doaku
aku selalu mengingat kamu” (Roma 1:9). Karena hati (roh) kita telah
diciptakan menurut gambar Allah dan kita telah dilahirkan kembali, kita
memiliki kemampuan —melalui darah Yesus dan kuasa Roh Kudus—
menghadap ke ruang takhta Allah kapan saja kita memiliki kebutuhan
atau kerinduan untuk menyembah.

208 Digerakkan oleh Kekekalan


Kunjungan ke Surga
Yerusalem surgawi saat ini terletak di sebuah tempat yang disebut surga
ketiga. Ini adalah tempat nyata yang rasul Paulus kunjungi sebelum ke-
matiannya. Dia menulis:

Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya,
namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-pengli-
hatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. Aku tahu
tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau— entah di
dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu,
Allah yang mengetahuinya—orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat
yang ketiga dari sorga. Aku juga tahu tentang orang itu,— entah
di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang
mengetahuinya—ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar
kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
(2 Korintus 12:1-4 NIV)

Para ahli Alkitab setuju bahwa Paulus berbicara tentang dirinya


sendiri. Bahkan, di New Living Translation, ayat dua tercatat demikian,
“Aku diangkat ke tingkat yang ketiga empat belas tahun yang lampau.”
Perhatikan bahwa Paulus tidak tahu apakah ia berada dalam tubuhnya
atau di luar tubuhnya. Ini hanya bisa dijelaskan bahwa surga adalah tem-
pat yang nyata dan bersifat fisik. Saya menemukan ada banyak orang
yang berpikir bahwa surga adalah daerah tak terlihat di mana orang me-
layang-layang seperti hantu. Tidak, surga adalah tempat fisik dengan
jalan, pohon, binatang, bangunan, air, dan sejenisnya.
Saya tahu beberapa orang yang telah pergi ke surga dan kembali,
seperti Paulus, tetapi izinkan saya berbagi salah satu cerita favorit saya.
Saya punya seorang teman, pendeta bernama Greg. Pada bulan Okto-
ber 1979, di malam pertama pelayanannya, ia pulang dari pertemuan
itu mendapati istrinya berjongkok di tangga dan menangis tak terken-
dali. Ia langsung tahu ada sesuatu yang tidak beres. Ia segera tahu bahwa

surga 209
putranya Justin1 yang berumur sepuluh tahun telah membawa televisi
kecil ke kamar mandi untuk menonton pertandingan sepak bola sambil
mandi. Tanpa sengaja ia menarik TV itu ke dalam bak mandi dan terse-
ngat listrik.
Ketika Greg menemukan anaknya, jantung Justin tidak berdetak,
tubuhnya dingin dan membiru, dan matanya membelalak lebar, yang
menunjukkan tidak ada aktivitas otak. Greg pernah menerima pelatihan
pertolongan pertama dan paramedis ketika bekerja sebagai deputi sheriff
untuk Departemen County Sheriff Los Angeles dan telah menyaksikan
banyak kematian. Jika ia telah masuk ke situasi yang sama seperti seorang
polisi, ia akan mengumumkan kematian korban itu dan menghubungi
petugas koroner.
Namun Greg adalah seorang percaya yang mengetahui kuasa doa.
Ia mulai berdoa dan melakukan CPR pada anaknya. Setelah beberapa
menit paramedis tiba, sehingga Greg menyerahkan pekerjaan medis ke-
pada para ahli sambil terus berdoa. Mereka berada di sana selama empat
puluh lima menit tanpa hasil untuk memulihkan Justin. Mesin EKG
sudah berupa garis datar selama waktu itu. Tim paramedis menjadi geli-
sah menantikan orang yang mereka anggap fanatik itu menyerah.
Greg akhirnya berdoa, “Bapa, aku tidak memiliki iman yang lebih
besar. Aku sudah melemahkan imanku, tetapi aku tahu dalam Fir-
man-Mu Engkau berbicara tentang iman yang lain.” (Ia mengacu pada
karunia iman yang disebutkan dalam 1 Korintus 12:9).
Greg berkata ia merasakan sesuatu seperti tangan di atas kepalanya.
Setelah itu, ia merasakan kekuatan dan otoritas yang sangat dahsyat
bangkit dari dalam rohnya, dan ia berseru pada anaknya, “Kamu akan
hidup dan tidak mati, di dalam nama Yesus!”
Sekonyong-konyong mesin EKG mulai berbunyi dengan gerak nadi
yang muncul di layar. Tim paramedis melompat kegirangan. Saat mereka
menurunkan Justin melalui tangga dan masuk ke ambulans, tubuhnya
berubah dari biru menjadi merah muda, matanya sepenuhnya pulih, dan
tubuhnya hangat.

210 Digerakkan oleh Kekekalan


Greg sangat bersemangat. Anaknya masih hidup dan dalam keadaan
baik. Ia juga punya cerita keajaiban luar biasa yang dapat diberitahu-
kan kepada semua temannya tentang apa yang telah Allah perbuat. Yang
tidak dia sadari adalah bahwa perjuangan untuk kehidupan anaknya
baru saja dimulai.
Para dokter melaporkan bahwa anak itu dalam keadaan koma.
Setelah pemeriksaan, mereka menemukan jaringan ginjal yang keluar
dari kateter. Ini berarti, dalam istilah orang awam, bahwa tubuhnya telah
hancur. Mereka mengatakan kepada Greg bahwa jika anaknya hidup, ia
akan menjadi invalid. Kemudian, mereka melaporkan bahwa usia fung-
sionalnya secara sosial adalah seperti bayi tiga bulan, memiliki IQ 0,01.
Singkatnya, setelah tujuh bulan keluarganya berdoa dan menolak
untuk menyerah, Justin tiba-tiba keluar dari koma. Ayahnya berada di
samping tempat tidurnya ketika hal ini terjadi dan mulai mengajukan
beberapa pertanyaan kepada anaknya, dan segera menerima jawabannya.
Justin melanjutkan hingga lulus dari sekolah tinggi, UCLA, dan sekolah
Alkitab, semua dengan pujian. Ia bahkan menjadi presiden kelas senior
di SMA. Hari ini ia sudah menikah dengan bahagia dan memiliki dua
anak.

“Ayah, Aku Sudah Berada Bersama Yesus”


Tiga hari setelah Justin keluar dari rumah sakit, Greg mengamati wajah
putranya bersinar. Ia bertanya, “Apa yang terjadi, Justin?”
Justin menjawab, “Ayah, aku sudah berada bersama Yesus. Ketika
TV mengenai bak mandi, aku tidak merasakan apa-apa. Sosok ma-
laikat besar menyambar lengan kananku dan membawaku keluar dari
tubuhku. Kami terbang melewati sebuah terowongan pada tingkat per-
cepatan yang menakjubkan. Kami mengenai kecepatan cahaya sebelum
mendarat di salah satu jalan surga.”
Selanjutnya Justin memberitahu ayahnya bahwa jalan-jalan itu bukan
keemasan, namun terbuat dari emas murni; sehingga ia bisa melihatnya

surga 211
tembus pandang. Di bumi, emas tidak dapat dimurnikan seluruhnya
seperti di surga, tetapi emas ini transparan dalam keadaan yang paling
murni. Bahkan di bumi, warna ini sering digunakan di jendela untuk
memberi sentuhan warna emas (pikirkan pelindung pada helm astronot
dahulu kala, jendela kokpit jet, atau jendela bangunan tertentu).
Justin bercerita bahwa orang pertama yang menyambutnya di jalan
surgawi adalah para kerabat yang telah meninggal. Ia menyebutkan nama
mereka masing-masing, beberapa di antaranya tidak pernah dia jumpai
atau yang namanya (hanya ayah dan ibunya yang tahu) bahkan tidak
pernah dia kenal. Ada juga seorang wanita bernama Phyllis dalam kelom-
pok penyambutan ini. Ia adalah seorang tetangga yang telah didoakan
ibu Justin untuk menerima Yesus sebulan sebelum Justin tersengat listrik.
Ia meninggal dua minggu setelah pertobatannya.
Justin sedang berbicara dengan semua orang ini ketika tiba-tiba ia
mendengar suara gemerisik dan kelompok di sekelilingnya menyebar. Di
sana berdiri Yesus.
Tuhan membawa Justin keliling surga. Ada banyak jalan dan ba-
ngunan; seperti sebuah kota besar. Bunga-bunga, rumput, dan bahkan
batu semua hidup dan bernyanyi dengan harmonis. Justin mengatakan
tampaknya mereka seolah-olah memuji Allah. Jika ia menginjak rumput
atau bunga, tidak akan hancur. Rumput atau bunga itu segera bergerak
kembali ke posisi sebelumnya. Justin memperhatikan warna-warna yang
cerah dan terang, jauh lebih banyak daripada yang dia lihat di bumi. Bah-
kan ada warna yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Ia juga mendapat
hak istimewa untuk melihat rumah mewah ibu, ayah, dan dua saudara
kandung-Nya.
Kemudian tibalah hal yang mengejutkan: Yesus mengatakan kepada
Justin bahwa ia harus kembali ke bumi. Justin tidak ingin meninggalkan
surga, tetapi Yesus membawanya ke sebuah tempat di mana Dia mem-
buka selubung. Justin bisa melihat ayahnya memanggil dia kembali.
Yesus berkata, “Dia adalah ayahmu dan memiliki kewenangan untuk
memanggilmu kembali.”

212 Digerakkan oleh Kekekalan


Sejak itu, Justin mengatakan kepada ayahnya agar jangan pernah me-
manggilnya kembali jika ia kebetulan mati lagi—saya merasa bagian dari
cerita ini menggelikan ketika Greg menceritakannya kepada saya. Tetapi
surga memang jauh lebih baik daripada bumi sehingga saya menemu-
kan orang-orang yang mengalaminya selalu merasa sangat sulit untuk
kembali.
Paulus juga bergumul dengan hal ini, karena ia mengatakan kepada
jemaat di Filipi, “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi (bebas
dari dunia ini, berangkat) dan diam bersama-sama dengan Kristus—itu
memang jauh lebih baik” (Filipi 1:23 AMP). Tidak hanya lebih baik atau
jauh lebih baik tetapi memang jauh lebih baik! Paulus telah mengalami
Kota Allah dan ingin kembali, tetapi dia memilih untuk tinggal demi
kebaikan bagi kerajaan Allah.
Justin kemudian bercerita kepada ayahnya bahwa usianya tidak se-
puluh tahun ketika ia berada di surga. Ia memiliki tubuh seorang pria
dewasa. Banyak orang, termasuk Justin, percaya bahwa kita semua akan
berumur tiga puluh tiga tahun ketika berada dalam tubuh kemuliaan
kita. Itu masuk akal karena inilah usia Yesus ketika Dia disalibkan, dan
Kitab Suci berkata, “Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita ada-
lah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan
tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan
menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-
Nya yang sebenarnya” (1 Yohanes 3:2 NLT).
Ini hanyalah salah satu dari banyak kisah nyata yang bisa saya
bagikan. Kisah ini, serta Kitab Suci, menunjukkan realitas surga. Mereka
yang merupakan hamba-hamba Yesus yang setia akan masuk ke kota ini
setelah meninggalkan bumi.

Keselamatan Roh, Jiwa, dan Tubuh


Seperti telah disebutkan, roh orang-orang menjadi ciptaan baru ketika
mereka menerima Yesus sebagai Tuhan mereka. Mereka segera dicip-

surga 213
takan ulang dalam rupa Yesus. Hal ini ditegaskan oleh pernyataan rasul
Yohanes: “karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini”
(1 Yohanes 4:17). Seperti yang Anda lihat, Yohanes jelas menyebutkan
orang-orang percaya yang berada di bumi dan bukan mereka yang telah
pergi untuk menerima upah mereka. Seseorang yang benar-benar dila-
hirkan kembali oleh Roh Allah menjadi sempurna dalam roh di sini dan
sekarang.
Setelah roh kita diselamatkan, kemudian dimulailah proses untuk
menyelamatkan jiwa kita. Sebagaimana ditunjukkan sebelumnya, jiwa
terdiri dari pikiran, kehendak, dan emosi kita. Jiwa kita diselamatkan
atau diubah oleh Firman Allah dan ketaatan kita kepada Firman itu.
Rasul Yakobus menegaskan hal ini dengan menyatakan, “Hai sauda-
ra-saudara yang kukasihi... Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor
dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lem-
but firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamat-
kan jiwamu. Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan
hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri
sendiri (Yakobus 1:19, 21-22). Penting untuk dicatat bahwa Yakobus se-
dang berbicara kepada saudara-saudara, bukan orang yang tidak percaya,
mengenai keselamatan jiwa mereka. Ia menekankan kepada pendengaran
dan ketaatan kepada Firman Allah.
Jiwa adalah satu-satunya bagian dari orang yang membantu kita
memastikan tingkat keselamatannya. Kita bekerja sama dengan men-
dengar dan menaati Firman Tuhan, yang akhirnya mempercepat proses
itu—atau, justru sebaliknya, kita memperlambat kemajuan keselamatan
ini dengan mengabaikan apa yang Allah firmankan. Transformasi jiwa
kita sangat penting agar kita menyelesaikan dengan baik sebagai orang
percaya.
Akhirnya, ada satu bagian terakhir dari kita yang harus diselamatkan:
tubuh kita. Bacalah dengan saksama apa yang Paulus tulis tentang hal
ini.

214 Digerakkan oleh Kekekalan


Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi
ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di
sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat
oleh tangan manusia. Selama kita di dalam kemah ini, kita menge-
luh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas
tempat kediaman kita yang sekarang ini, sebab dengan demikian kita
berpakaian dan tidak kedapatan telanjang. Sebab selama masih diam
di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita
mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang
lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup. Tetapi Allahlah yang
justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan
Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan
bagi kita.
Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami
sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari
Tuhan,—sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan
karena melihat—tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami ber-
alih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan. (2 Korintus 5: 1-8
NLT)

Membaca kata-kata ini memberi kita pengharapan besar dan bah-


kan memurnikan jiwa kita. Perhatikan Paulus tidak hanya menyebut-
kan tetapi membahas secara mendalam mengenai kenyataan bahwa kita
akan memiliki tubuh yang kekal. Di bagian lain ia menyatakan, “Karena
yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan
yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati” (1 Korin-
tus 15:53 NIV). Tubuh kita tidak akan berbeda dari tubuh Yesus, sebab
Kitab Suci menyatakan, “kita juga akan menjadi satu dengan apa yang
sama dengan kebangkitan-Nya” (Roma 6:5), dan, “Saudara-saudaraku
yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata
apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus me-
nyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia” (1 Yohanes 3:2).

surga 215
Marilah kita pertimbangkan tubuh Yesus setelah kebangkitan-Nya.
Apa saja sifat yang dimiliki tubuh fisik-Nya, akan kita miliki setelah kita
mengalami keselamatan atas tubuh kita. Marilah kita mulai dengan apa
yang terjadi di makam tepat pagi hari ketika Dia bangkit. Maria Magda-
lena pertama kali menemukan kubur kosong itu dan menangis, berpikir
bahwa tubuh Tuhan telah dicuri.

Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus


berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.
Kata Yesus kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapa-
kah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu
taman, lalu berkata kepada-Nya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil
Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku
dapat mengambil-Nya.” (Yohanes 20: 14-15)

Penampilan Yesus tidak berbeda dari kebanyakan pria normal. Dia


tidak terlihat seperti mahluk asing dari film fiksi ilmiah. Maria tidak
mengenali Yesus, karena ia tidak berani percaya bahwa Dia masih hidup.
Dia melihat Yesus secara brutal dibunuh, dibawa pergi, dan dikuburkan.
Tidak lama kemudian sampai Dia berbicara kepadanya secara pribadi
maka ia baru bisa percaya bahwa itu benar-benar Yesus. Jadi ia mengira
Dia adalah tukang kebun. Karena itu Dia tentu memiliki tubuh yang
sangat mirip dengan tubuh kita.
Tubuh Yesus tampaknya tidak berbeda dari kebanyakan pria normal.
Tetapi kita harus bertanya, apakah Maria mendapat penglihatan tentang
Roh-Nya, ataukah Dia benar-benar memiliki daging? Pertanyaan ini di-
jawab dengan jelas dalam kisah berikutnya ketika Yesus menampakkan
diri kepada murid-murid-Nya. Ia mengatakan, “Mengapa kamu terkejut
dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah
tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah,
karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat
ada pada-Ku” (Lukas 24: 38-39).

216 Digerakkan oleh Kekekalan


Yesus memiliki daging dan tulang! Jadi kita juga akan memilikinya.
Tetapi perhatikan Yesus tidak mengatakan apa pun tentang darah. Itu
karena darah-Nya dipercikkan di Tutup Pendamaian Allah. Sekarang
yang mengalir melalui pembuluh darah-Nya adalah, saya yakin, ke-
hidupan Allah yang mulia.
Yesus juga bisa menyantap makanan jasmani. Kita membaca, “Dan
ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkata-
lah Ia kepada mereka: “Adakah padamu makanan di sini?” Lalu mereka
memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan
memakannya di depan mata mereka” (Lukas 24:41-43).
Yesus makan di hadapan murid-murid-Nya tidak terjadi hanya satu
kali. Ada dua kejadian yang dicatat lainnya: satu di rumah orang-orang
tertentu yang Dia temui di jalan ke Emaus, dan yang lain ketika Dia me-
masak sarapan untuk sebelas murid-Nya di dekat laut. Karena itu, kita
akan mampu makan dalam tubuh kekal kita.
Dalam tubuh kemuliaan-Nya, Yesus bisa berbicara, bernyanyi, ber-
jalan, memegang benda, dan sebagainya seperti layaknya orang normal,
namun Dia juga bisa berjalan menembus dinding dan menghilang dalam
sekejap!
Anda mungkin bertanya, “Dia memiliki daging dan tulang, tetapi
Dia bisa berjalan menembus dinding dan menghilang?” Oh ya. Lihatlah
apa yang Yohanes catat: “Ketika hari sudah malam pada hari pertama
minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan
pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Ya-
hudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah me-
reka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” (Yohanes 20:19 NLT)
Dalam perjumpaan dengan-Nya sendiri, Yesus meminta Tomas
untuk menaruh jarinya di tangan-Nya dan mencucukkan tangannya
pada lambung-Nya. Jadi sekali lagi kita pasti melihat Yesus memiliki
daging dan tulang. Bagaimana mungkin Dia tiba-tiba berdiri di antara
mereka padahal pintu-pintu terkunci? Dia datang melewati dinding dan
muncul begitu saja—dan Dia bisa menghilang dengan mudah, yang juga

surga 217
dicatat. Setelah Dia memecah-mecahkan roti dengan orang-orang yang
Dia jumpai di jalan ke Emaus, kita tahu, “Ketika itu terbukalah mata
mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-te-
ngah mereka” (Lukas 24:31).
Kita juga akan memiliki kemampuan dalam tubuh kita yang diban-
gkitkan untuk menghilang dan muncul kembali di lokasi yang berbeda.
Ini menjelaskan bagaimana kita akan dapat melakukan perjalanan jarak
jauh di langit yang baru dan bumi yang baru. Kita harus melakukan ini,
karena Kota Allah memiliki panjang dan lebar 1.400 mil, belum ter-
masuk jarak dalam perjalanan ke galaksi lain. Kita juga akan dapat me-
layang-layang di udara; ingatlah Yesus melayang ke langit setelah empat
puluh hari berinteraksi dengan murid-murid-Nya. Salah satu hal yang
dilaporkan Justin kepada ayahnya (seperti juga yang telah dilaporkan
oleh orang lain yang saya kenal yang pernah berkunjung ke surga) adalah
bahwa Anda dapat berjalan, melayang-layang, atau segera berpindah ke
suatu tempat. Ada beberapa bagian dari perjalanan keliling Justin dengan
Yesus di mana ia berjalan dan beberapa bagian lain di mana ia mengam-
bang di udara dan melayang-layang ke beberapa lokasi.

Pemerintahan Seribu Tahun Kristus


Kita perlu mengalihkan perhatian ke relokasi Kota Allah, tetapi perta-
ma-tama marilah kita membahas peristiwa yang akan terjadi terlebih da-
hulu. Pada akhir Zaman Gereja, akan ada kesusahan besar tujuh tahun.
Manusia durhaka, antikristus, akan terungkap dan menyesatkan banyak
orang. Ia akan menentang dan meninggikan diri di atas segala yang dise-
but Allah atau disembah. Ia akan menganiaya orang-orang kudus dan
memimpin banyak bangsa menuju kegelapan besar dalam pemberon-
takan terhadap Allah.
Selama periode ini, Tuhan akan datang bagi orang-orang kudus-Nya.
Beberapa orang percaya bahwa itu akan terjadi sebelum masa tujuh
tahun dimulai, orang lain menganggap pertengahan, dan yang lain di

218 Digerakkan oleh Kekekalan


akhir. Persoalan itu tidak akan saya bahas dalam buku ini. Yang penting
adalah apakah kita siap.
Paulus membahas ini “catching away” (pengangkatan) gereja bebe-
rapa kali dalam Perjanjian Baru. Salah satu bagian tersebut berbunyi:

Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat
berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan
turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih da-
hulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan
diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong
Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersa-
ma-sama dengan Tuhan. (1 Tesalonika 4:16-17)

Ini bukan Kedatangan Kristus Kedua karena Yesus tidak akan datang
ke bumi tetapi akan bertemu dengan banyak orang yang setia di angkasa.
Kedatangan Kedua terjadi pada akhir masa kesusahan besar tujuh tahun
dengan kedatangan Yesus di atas kuda putih, memimpin bala tentara
surga, beribu-ribu orang kudus-Nya (lihat Yudas 14).
Antikristus, nabi palsu, pemimpin dunia, dan tentara dari berbagai
bangsa akan berkumpul untuk berperang melawan Tuhan dan bala ten-
tara-Nya. Yesus akan menghantam mereka dengan pedang-Nya dalam
satu hari pertempuran, dan burung-burung di udara akan memakan
daging mereka. Peristiwa ini sering disebut sebagai Harmagedon karena
akan terjadi pada sebuah tempat di lembah Megido, yang membentang
dari Gunung Karmel tenggara ke Yerusalem (lihat Wahyu 16:16; Wahyu
19: 11-21).
Akan ada banyak sekali orang di seluruh dunia yang memberontak
terhadap Tuhan dalam pertempuran ini dan juga menunjukkan kesetiaan
mereka kepada antikristus. Banyak teolog percaya orang-orang ini akan
bertahan dan terus hidup pada zaman berikutnya, yang sering disebut
sebagai pemerintahan seribu tahun Kristus. Mereka akan tetap berada di
negara mereka dan akan tunduk pada aturan global Kristus. Mereka akan
memiliki tubuh alamiah dan terus memenuhi bumi.

surga 219
Jadi pada dasarnya, ada dua jenis orang akan mendiami bumi setelah
tahun kesusahan besar: orang-orang yang selamat dari pertempuran Har-
magedon dan orang-orang kudus yang kembali bersama Yesus. Orang-
orang kudus akan memiliki tubuh kemuliaan dalam rupa Raja Yesus,
dan mereka adalah orang-orang yang memerintah bersama Dia di bumi.
Tidak sulit untuk memahami bagaimana kedua kelompok ini akan ber-
hubungan; itu tidak berbeda dari interaksi Yesus dengan para pengikut-
Nya setelah kebangkitan-Nya. Orang-orang kudus yang dimuliakan ini
akan dapat berbicara, berjalan, makan, dan bersosialisasi dengan orang-
orang yang menghuni tubuh alamiah.
Kitab Suci menunjukkan bahwa selama ini akan ada perdamaian
global—kenyataannya, perdamaian universal—karena Setan dan para
pengikutnya akan terikat selama seribu tahun. Tidak akan ada perang,
prasangka, kebencian, rasa malu, kejahatan, penyakit, dan sebagainya
karena pertobatan besar kepada Allah oleh semua bangsa. Nabi Mikha
menyatakan:

Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung rumah TUHAN


akan berdiri tegak mengatasi gunung-gunung dan menjulang tinggi
di atas bukit-bukit; bangsa-bangsa akan berduyun-duyun ke sana,
dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: “Mari, kita naik ke
gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita
tentang jalan-jalan-Nya dan supaya kita berjalan menempuhnya;
sebab dari Sion akan keluar pengajaran, dan firman TUHAN dari
Yerusalem.” Ia akan menjadi hakim antara banyak bangsa, dan akan
menjadi wasit bagi suku-suku bangsa yang besar sampai ke tempat
yang jauh; mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata
bajak, dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa
tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka
tidak akan lagi belajar perang. Tetapi mereka masing-masing akan
duduk di bawah pohon anggurnya dan di bawah pohon aranya de-
ngan tidak ada yang mengejutkan, sebab mulut TUHAN semesta
alam yang mengatakannya. (Mikha 4:1-4 NLT)

220 Digerakkan oleh Kekekalan


Akan ada kemakmuran global dan sistem keuangan yang terjamin karena
bangsa akan mematuhi hukum-hukum Allah. Ini akan menjadi masa
yang menakjubkan!

Penghakiman Takhta Putih


Setelah akhir seribu tahun, Iblis akan dilepaskan dari penjaranya untuk
sementara waktu. Ia akan diberikan izin untuk pergi keluar dan menye-
satkan bangsa-bangsa. Ini tidak akan termasuk orang-orang kudus dalam
tubuh kemuliaan mereka, hanya mereka yang berada dalam tubuh
alamiah yang memenuhi bangsa-bangsa, orang-orang yang hidup setelah
melewati Harmagedon atau lahir selama Pemerintahan Seribu Tahun.
Para pemberontak akan berkumpul bersama dan mengelilingi kota
Yerusalem untuk berperang, dan kemudian api Allah akan turun dari
langit dan menghanguskan mereka. Iblis akan dilemparkan ke dalam
“lautan api dan belerang” dan disiksa siang malam sampai selama-la-
manya. Ia tidak akan dilepaskan lagi (lihat Wahyu 20:7-10).
Penghakiman Takhta Putih Besar akan segera mengikuti. Hades akan
menyerahkan orang-orang mati dari setiap generasi, mulai dari zaman
Adam hingga pertempuran akhir ini. Semua yang tidak masuk dalam
perjanjian Yehuwa di Perjanjian Lama atau tunduk pada ketuhanan
Yesus sesudah itu akan berdiri di hadapan Raja dan memberikan per-
tanggungan jawab, seperti yang kita lihat pada penghakiman Merdeka,
Sesat, Lemah Hati, dan Mendua Hati. Siapa pun yang namanya tidak
tertulis di dalam kitab kehidupan akan dilemparkan ke dalam Lautan
Api bersama Setan dan para pengikutnya selama-lamanya.

Langit dan Bumi yang Baru


Setelah langit dan bumi yang ada hangus oleh nyala api (lihat 2 Petrus
3:10-13), langit yang baru dan bumi yang baru akan muncul. Rasul Yo-
hanes menulis, “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru,

surga 221
sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut
pun tidak ada lagi” (Wahyu 21:1).
Rasul Yohanes kemudian menjelaskan Yerusalem Baru yang turun
dari surga untuk selama-lamanya berada di bumi. Kota ini disebut se-
bagai mempelai atau pengantin Anak Domba karena ini akan menjadi
rumah bagi semua orang yang ditebus TUHAN, yang mulai dari Adam
hingga mereka yang diterima ke dalam kemuliaan pada kedatangan Kris-
tus yang kedua. Yohanes memberikan seluruh deskripsi tentang Yerusa-
lem Baru ini:

Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang


besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus
itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. Kota itu penuh dengan
kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling
indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal. Dan temboknya
besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas
pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat... Di sebelah timur
terdapat tiga pintu gerbang dan di sebelah utara tiga pintu gerbang
dan di sebelah selatan tiga pintu gerbang dan di sebelah barat tiga
pintu gerbang...
Dan ia, yang berkata-kata dengan aku, mempunyai suatu tong-
kat pengukur dari emas untuk mengukur kota itu serta pintu-pintu
gerbangnya dan temboknya. Kota itu bentuknya empat persegi, pan-
jangnya sama dengan lebarnya. Dan ia mengukur kota itu dengan
tongkat itu: 12.000 stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya
sama. Lalu ia mengukur temboknya: 144 hasta, menurut ukuran ma-
nusia, yang adalah juga ukuran malaikat.
Tembok itu terbuat dari permata yaspis; dan kota itu sendiri dari
emas tulen, bagaikan kaca murni. Dan dasar-dasar tembok kota itu
dihiasi dengan segala jenis permata... Dan kedua belas pintu gerbang
itu adalah dua belas mutiara: setiap pintu gerbang terdiri dari satu
mutiara dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca be-
ning. (Wahyu 21:10-21 NLT)

222 Digerakkan oleh Kekekalan


Kota ini menakjubkan, keajaibannya tidak seperti kota duniawi yang
pernah kita lihat. Kota ini akan memancarkan kemakmuran, keme-
wahan, dan kemegahan. Tidak akan ada korupsi sama sekali karena kota
ini sama sekali murni.
Yohanes meneruskan deskripsinya:

Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih


bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta
Anak Domba itu. Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di se-
berang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang
berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon
itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.
Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta
Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan
beribadah kepada-Nya, dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan na-
ma-Nya akan tertulis di dahi mereka. Dan malam tidak akan ada lagi
di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya ma-
tahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan
memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya. (Wahyu 22:1-5
NLT)

Perhatikan Kitab Suci dengan jelas menyatakan bahwa kita akan me-
lihat wajah Allah. Apa yang Musa rindukan namun tidak diterimanya,
akan kita lihat. Sungguh mengagumkan dan menarik!
Juga perhatikan bahwa daun dari pohon kehidupan akan mem-
bawa kesembuhan bagi bangsa-bangsa. Ini menimbulkan beberapa per-
tanyaan menarik. Siapa yang akan termasuk bangsa-bangsa ini, karena
orang-orang kudus akan tinggal di kota? Siapa yang akan diperintah oleh
orang-orang kudus selama-lamanya? Akankah ada orang-orang yang ter-
lahir alamiah yang hidup selama waktu ini juga? Yesaya menjawab ini.

surga 223
“Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi
yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan
timbul lagi dalam hati. Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk
selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan, sebab sesungguhnya, Aku
menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorak dan penduduknya penuh
kegirangan. Aku akan bersorak-sorak karena Yerusalem, dan bergi-
rang karena umat-Ku; di dalamnya tidak akan kedengaran lagi bunyi
tangisan dan bunyi erang pun tidak.” (Yesaya 65:17-19 NLT).

Sekarang Yesaya beralih untuk berbicara tentang orang-orang di luar


Yerusalem Baru:

Di situ tidak akan ada lagi bayi yang hanya hidup beberapa hari
atau orang tua yang tidak mencapai umur suntuk, sebab siapa yang
mati pada umur seratus tahun masih akan dianggap muda, dan
siapa yang tidak mencapai umur seratus tahun akan dianggap kena
kutuk. Mereka akan mendirikan rumah-rumah dan mendiaminya
juga; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan memakan
buahnya juga. Mereka tidak akan mendirikan sesuatu, supaya orang
lain mendiaminya, dan mereka tidak akan menanam sesuatu, supaya
orang lain memakan buahnya; sebab umur umat-Ku akan sepanjang
umur pohon, dan orang-orang pilihan-Ku akan menikmati pekerjaan
tangan mereka. Mereka tidak akan bersusah-susah dengan percuma
dan tidak akan melahirkan anak yang akan mati mendadak, sebab
mereka itu keturunan orang-orang yang diberkati TUHAN, dan anak
cucu mereka ada beserta mereka. Maka sebelum mereka memanggil,
Aku sudah menjawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku sudah
mendengarkannya. Serigala dan anak domba akan bersama-sama
makan rumput, singa akan makan jerami seperti lembu dan ular
akan hidup dari debu. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang
berlaku busuk di segenap gunung-Ku yang kudus,” firman TUHAN.
(Yesaya 65:20-25 NLT)

224 Digerakkan oleh Kekekalan


Banyak orang yang salah menerapkan ayat ini pada pemerintahan
seribu tahun Kristus. Namun, ayat ini berbicara jelas tentang zaman ke-
tika langit yang baru dan bumi yang baru terjadi. Dengan memeriksa
tulisan-tulisan dari rasul Yohanes maupun Yesaya, kita belajar bahwa ada
orang-orang yang tinggal di luar Kota Allah selama periode ini. Mereka
membangun rumah mereka sendiri dalam masa perdamaian dan kemak-
muran universal yang kekal. Mereka tidak mungkin orang-orang kudus
yang berada di kota suci, sebab mereka akan memiliki rumah mewah
yang sudah disediakan bagi mereka oleh Yesus sendiri (lihat Yohanes
14:2-4).
Perhatikan juga bahwa akan ada keturunan yang lahir dari orang-
orang ini. Ayat ini juga ini tidak bisa mengacu pada orang-orang kudus
yang telah dimuliakan, karena Yesus menjelaskan bahwa orang-orang
dengan tubuh kemuliaan ini tidak akan melahirkan bayi, sebab me-
reka tidak akan menikah. Dia berkata, “Karena pada waktu kebangkitan
orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti ma-
laikat di sorga” (Matius 22:30). Ini adalah fakta lain yang Justin tegaskan
dalam perjalanannya ke surga.
Bangsa-bangsa ini akan mendiami bumi yang baru, memperkayanya
dengan menanam, menuai, dan membangun. Mereka akan bertambah
banyak dan memenuhi bumi tanpa hambatan, seperti yang terjadi pada
Adam dan keturunannya seandainya ia tidak jatuh dalam dosa.
Bagaimana hal ini dapat dijelaskan secara logis? Salah satu kemung-
kinan yang bisa dijelaskan adalah bahwa setelah Pemerintahan Seribu
Tahun dimulai, kehidupan manusia alamiah akan diperpanjang karena
musuh kita yang terakhir—maut—akan dihancurkan (lihat 1 Korintus
15:26). Yesus akan menghancurkan kutuk maut, baik rohani maupun
fisik. Karena itu, manusia berpotensi mengalami periode seribu tahun.
Pada akhir Pemerintahan Seribu Tahun, sangat mungkin bila orang-
orang dalam tubuh alamiah itu diberi karunia hidup selama-lamanya jika
mereka tidak memberontak terhadap Allah ketika Setan sempat dilepas-
kan. Pemazmur menulis, “sebab itu bangsa-bangsa akan bersyukur ke-

surga 225
padamu untuk seterusnya dan selamanya” (Mazmur 45:17 NLT). Salah
satu cara untuk memahami kemungkinan ini adalah dengan meninjau
orang-orang ini yang sama seperti Adam dan Hawa sebelum jatuh dalam
dosa. Adam tidak diciptakan untuk kematian tetapi untuk hidup sela-
ma-lamanya. Karunia ini hilang melalui pelanggarannya; ia mendatang-
kan kutuk kematian dan kehancuran pada keturunannya.
Hanya orang-orang yang ditebus Kristus dengan tubuh kemuliaan
yang akan berada di Yerusalem Baru. Namun, tampak jelas dari Kitab
Suci bahwa mereka yang berada dalam tubuh alamiah akan dapat melaku-
kan perjalanan melalui kota itu, makan dari buahnya, dan menyembah
Tuhan. Ini terlihat dalam tulisan-tulisan Yohanes:

Dan bangsa-bangsa akan berjalan di dalam cahayanya [Yerusalem


Baru] dan raja-raja di bumi membawa kekayaan mereka kepadanya;
dan pintu-pintu gerbangnya tidak akan ditutup pada siang hari, sebab
malam tidak akan ada lagi di sana; dan kekayaan dan hormat bang-
sa-bangsa akan dibawa kepadanya. (Wahyu 21:24-26 NLT)

Awalnya, manusia jatuh pada pencobaan dosa. Hukuman itu ada-


lah maut, baik secara fisik maupun roh, menyebabkan kematian kekal.
Namun, Kejatuhan itu tidak menghalangi Allah dari rencana kekal-Nya
sejak semula bagi manusia di bumi.
Dapatkah Allah mengalami kegagalan pada rancangan-Nya karena
pelanggaran manusia? Tidak. Namun Allah mengubah kekalahan ma-
nusia menjadi berkat melalui penebusan Kristus dengan mengumpulkan
manusia yang jatuh dalam dosa ketika akhirnya orang-orang surgawi yang
dimuliakan akan memerintah atas umat manusia di bumi yang baru.
Ini menolong kita memahami perkataan Yesus dalam kisah hamba yang
setia: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah
setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh
kota” (Lukas 19:17). Mungkin ini kota-kota dalam masa Seribu Tahun
dan masa kekal bumi yang baru?

226 Digerakkan oleh Kekekalan


Seandainya Kejatuhan tidak terjadi, Allah tidak akan memiliki go-
longan orang-orang yang dimuliakan untuk membantu Dia memerintah
dan menguasai bumi dan alam semesta selama-lamanya. Dia mengeta-
hui hal ini terlebih dahulu dalam hikmat-Nya yang kekal; karena alasan
inilah, maka Yesus disebut sebagai “...sejak dunia dijadikan di dalam kitab
kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih” (Wahyu 13:8).
Setelah Pemerintahan Seribu Tahun dimulai, dan masuk ke masa
kekal bumi yang baru, tujuan Allah yang semula—memenuhi bumi ini
dengan manusia alamiah yang akan hidup untuk selama-lamanya—akan
terpenuhi. Perkataan Yesus akan benar-benar terpenuhi: “Datanglah
Kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga” (Matius
6:10). Masa ini akan ada di bumi seperti yang Justin saksikan di surga:
warna-warni baru yang indah, tanaman dan bebatuan hidup yang me-
nyanyikan pujian bagi Allah, arsitektur yang sempurna, air hidup, dan
sebagainya. Sebuah dunia yang luar biasa sempurna!
Yesaya menyimpulkan kitab nubuatnya dengan menyatakan hal ini
tentang zaman bumi yang baru:

Sebab sama seperti langit yang baru dan bumi yang baru yang akan
Kujadikan itu, tinggal tetap di hadapan-Ku, demikianlah firman
TUHAN, demikianlah keturunanmu dan namamu akan tinggal
tetap. Bulan berganti bulan, dan Sabat berganti Sabat, maka seluruh
umat manusia akan datang untuk sujud menyembah di hadapan-Ku,
firman TUHAN. Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai
orang-orang yang telah memberontak kepada-Ku. Di situ ulat-ulatnya
tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam, maka semuanya akan
menjadi kengerian bagi segala yang hidup. (Yesaya 66:22-24 NLT)

Pemikiran ini agak serius, tetapi untuk selama-lamanya, kita dapat


pergi ke tempat tertentu dan menyaksikan nasib yang mengerikan dari
Setan, para malaikatnya, dan manusia yang memberontak terhadap Tuhan.
Barangkali inilah hikmat Allah untuk selalu membiarkan konsekuensi

surga 227
mengerikan dari dosa dan pemberontakan terpampang di hadapan setiap
makhluk. Pikirkan hal ini: Setan jatuh ke dalam pemberontakan tanpa
ada yang mencobai. Jika Allah membiarkan adegan ini berlangsung di
hadapan seluruh ciptaan-Nya untuk selama-lamanya, maka hal ini akan
menjadi efek jera yang berkuasa agar mereka tidak jatuh ke dalam dosa
yang mengerikan seperti Lucifer dan malaikat-malaikatnya.
Seperti yang telah disebutkan, orang-orang kudus yang dimuliakan
akan tinggal di kota Allah, Yerusalem Baru. Mereka akan menerima upah
dan posisi pelayanan mereka kepada Raja yang Kekal untuk selama-la-
manya sebelum Pemerintahan Seribu Tahun pada Takhta Pengadilan
Kristus, yang akan kita selidiki secara mendalam dalam bab berikutnya.

228 Digerakkan oleh Kekekalan


BAB 10

Takhta Pengadilan Kristus


Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu?
Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita
semua harus menghadap takhta pengadilan Allah . . .
Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi
pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.
— Ro m a 1 4 : 1 0 , 1 2

ita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus.” Siapakah


K yang dimaksud Paulus, orang percaya atau tidak percaya? Dalam
memeriksa ayat kitab suci ini menurut konteksnya, tidak ada kesalahpa-
haman: ia berbicara kepada orang percaya. Paulus membahas keseriusan
seorang Kristen yang menghakimi atau memperlihatkan penghinaan ke-
pada sesama saudara, mengatakan bahwa orang-orang yang melakukan
hal ini harus memberi pertanggungan jawab.
Oleh karena itu, tidak hanya orang-orang tidak percaya yang akan
berdiri di hadapan Allah dalam penghakiman—seperti yang terlihat di
bab-bab awal—tetapi seluruh orang Kristen juga akan berdiri di hadapan
takhta Allah untuk memberi pertanggungan jawab tentang kehidupan
mereka di bumi. Hal ini lebih ditekankan dalam surat Paulus kepada
jemaat Korintus, yang kita periksa dalam bab sebelumnya:

. . . dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap
pada Tuhan. Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam
tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan
kepada-Nya. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan

229
Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya,
sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun
jahat. Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami be-
rusaha meyakinkan orang. Bagi Allah hati kami nyata dengan terang
dan aku harap hati kami nyata juga demikian bagi pertimbangan
kamu. (2 Korintus 5:8-11 NLT)

Sekali lagi, jelas Paulus tidak berbicara tentang penghakiman orang


berdosa tetapi orang Kristen. Pernyataannya, “dan terlebih suka kami
beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan,” tidak memberikan
ruang untuk kebimbangan kepada siapa pun yang dia maksud. Tidak
ada orang yang tak percaya yang akan menetap pada Tuhan setelah ia
meninggalkan tubuhnya. Ia akan segera diangkut ke Hades, dan ru-
mahnya yang kekal adalah Lautan Api.
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, orang fasik akan berdiri di ha-
dapan penghakiman yang akhirnya dikenal sebagai Pengadilan Takhta
Putih Besar, yang terjadi lama setelah penghakiman orang percaya yang
dimaksud dalam ayat di atas.
Marilah kita segera meninjau apa yang kita amati dalam bab sebe-
lumnya. Yesus akan kembali ke bumi dengan bala tentara surga, menak-
lukkan antikristus, melemparkan setan ke dalam penjara, dan kemudian
menegakkan pemerintahan-Nya di Yerusalem selama seribu tahun.
Setelah itu, Setan akan dibebaskan dari jurang maut dan akan diizinkan
untuk menyesatkan bangsa-bangsa selama waktu yang singkat. Api
dari langit akan menghanguskan mereka, dan Iblis akan dilemparkan
ke dalam Lautan Api untuk selama-lamanya. Maka semua orang-orang
fasik dan durhaka akan dibangkitkan dari Hades untuk berdiri di ha-
dapan Takhta Putih yang Besar. Yesus menyebut hal ini sebagai kebang-
kitan untuk penghukuman (lihat Yohanes 5:29). Mereka semua yang
namanya tidak tertulis di dalam kitab kehidupan akan dilemparkan ke
dalam Lautan Api.

230 Digerakkan oleh Kekekalan


Di sisi lain, penghakiman orang percaya akan terjadi jauh sebelum
Pengadilan Takhta Putih Besar. Waktu itu tidak dijelaskan dalam Alki-
tab. Namun, kita tahu bahwa masa itu akan berlangsung beberapa saat
setelah gereja terangkat di angkasa dan sebelum pemerintahan seribu
tahun Kristus dimulai. Jadi ada sekitar seribu tahun yang memisahkan
kedua penghakiman besar ini. (Inilah salah satu poin yang tidak tercer-
min dalam alegori Affabel.)
Mengulang pernyataan dari kitab Roma, 2 Korintus 5:10 menya-
takan, “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus.”
Dalam Roma 14 dan 2 Korintus 5, kata takhta pengadilan dalam bahasa
Inggris diterjemahkan dari kata Yunani tunggal bema. Konkordansi Strong
mendefinisikan kata ini sebagai “anak tangga, pijakan kaki, panggung
[mimbar tinggi], yaitu penghakiman [pengadilan hukum].”1 UBS Com-
mentary menyatakan, “Takhta pengadilan adalah mahkamah peradilan
dari pengadilan kota di Kekaisaran Romawi. Paulus menggunakan pe-
rumpamaan ini untuk menyebutkan aktivitas penghakiman Kristus.”2
Berdasarkan semua ini, kita akan menyebut penghakiman orang percaya
sebagai Takhta Pengadilan Kristus.
Takhta Pengadilan Kristus secara harfiah merupakan pengadilan
ilahi Allah. Kitab Suci menyatakan bahwa Bapa telah menyerahkan
penghakiman itu seluruhnya kepada Anak (lihat Yohanes 5:22). Yesus
Kristus bukan hanya Juruselamat kita. Dia juga Hakim kita dan akan
segera menghakimi seisi rumah-Nya sendiri. Cara paling mudah untuk
mendefinisikan kata asli untuk penghakiman adalah menyebutnya se-
bagai keputusan yang dihasilkan dari penyelidikan—keputusan untuk
atau terhadap.
Banyak orang di gereja yang tidak menyadari bahwa mereka akan
memberikan pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka laku-
kan selama masa singkat mereka tinggal di bumi. Banyak yang memiliki
pemikiran salah bahwa semua penghakiman di masa mendatang diha-
puskan oleh keselamatan mereka. Memang, darah Yesus menyucikan
kita dari dosa-dosa yang akan menjauhkan kita dari kerajaan; namun,

takhta pengadilan kristus 231


itu tidak membebaskan kita dari penghakiman tentang bagaimana kita
berperilaku sebagai orang percaya, entah baik ataupun buruk.

Keputusan yang Kekal


Pertimbangan dan keputusan yang diberikan atas kita di takhta penga-
dilan Kristus adalah kekal; itu akan bertahan selama-lamanya, tidak per-
nah yang diubah atau diganti.
Berhentilah sejenak dan renungkan kembali diskusi kita di bab per-
tama ketika kita mencoba memahami kekekalan. Yakobus menyatakan
bahwa hidup sementara kita di bumi adalah uap yang sebentar saja ke-
lihatan lalu lenyap (lihat Yakobus 4:14). Inilah cara kiasannya untuk
membandingkan seumur hidup 80 hingga 100 tahun dengan keke-
kalan. Jika ia memiliki pengetahuan matematika yang kita miliki saat
ini, ia mungkin lebih tepat dalam penggambarannya. Sebagai mahasiswa
matematika, saya belajar di awal pendidikan saya bahwa apa pun yang
dibagi dengan angka tak terbatas adalah nol.

80 tahun ÷ jumlah tak terbatas (kekekalan) = 0


atau
100 tahun ÷ jumlah tak terbatas (kekekalan) = 0

Setiap jumlah terbatas dibagi dengan, atau dibandingkan dengan,


angka tak terbatas adalah nol. Tidak peduli berapa lama Anda hidup di
bumi. Bahkan jika Anda mencapai 150 tahun sebelum meninggal, ke-
hidupan di bumi adalah nol dibandingkan dengan kekekalan. Itu berarti
sebagai orang percaya dalam Yesus Kristus, segala sesuatu yang kita per-
buat di sini dalam rentang waktu nol ini akan menentukan bagaimana
cara kita menghabiskan kekekalan. Ingat, di mana kita menghabiskan
kekekalan ditentukan oleh apa yang kita kerjakan dengan salib Yesus dan
anugrah keselamatan-Nya. Tetapi bagaimana kita akan hidup untuk se-
lama-lamanya di dalam kerajaan-Nya ditentukan oleh cara kita hidup di
sini sebagai orang percaya.

232 Digerakkan oleh Kekekalan


Ingatkah Anda dalam alegori kita tentang bagaimana Egois dan orang
lainnya yang dia jumpai di bagian belakang Aula Besar menyesali cara
mereka menyia-nyiakan waktu singkat mereka di Endel? Bagian yang
baik dari lima tahun mereka di Endel dihabiskan menurut keinginan dan
manfaat mereka sendiri bukannya diberikan sepenuhnya kepada kehen-
dak Jalyn. Mereka menghadapi sisa hidup mereka pada tingkat yang jauh
di bawah potensi mereka, sebab masing-masing memiliki kesempatan
untuk bekerja dan tinggal dekat dengan Jalyn, bahkan memerintah ber-
sama-sama dengan dia di kota itu. Mereka mungkin atau mungkin tidak
menikmati waktu singkat setelah kelulusan mereka dari sekolah. Namun,
kini masa depan mereka telah ditetapkan. Selama 130 tahun ke depan,
gaya hidup mereka adalah akibat langsung dari bagaimana mereka hidup
selama lima tahun yang singkat. Pikirkan hal ini: 130 tahun dibanding-
kan dengan lima tahun. Itu waktu yang sangat lama. Beberapa orang
bahkan hampir hidup lama di bumi. Andai saja Egois dan yang lain mau
mempertimbangkan hal ini sebelum masa mereka di Endel berakhir, ke-
mungkinan besar mereka akan hidup dengan cara yang berbeda.
Betapa seriusnya contoh dalam alegori ini, namun itu hampir tidak
mirip dibandingkan dengan apa yang kita bicarakan. Jadi mari kita coba
skenario lain. Bayangkan ini. Anda diberi waktu satu hari, dan bagaimana
cara Anda menghabiskan waktu dua puluh empat jam saja akan menen-
tukan bagaimana Anda menghabiskan seribu tahun berikutnya. Coba
bayangkan seribu tahun. Itu berarti sebelum kelahiran Amerika Serikat,
sebelum Christopher Columbus berlayar untuk menemukan dunia baru,
bahkan sebelum penaklukan Norman atas Inggris.
Seribu tahun adalah waktu yang sangat lama. Namun upah yang
Anda terima—posisi yang Anda miliki, pekerjaan yang Anda lakukan,
orang-orang yang bekerja dengan Anda, lingkungan tempat Anda ting-
gal, jenis rumah yang Anda huni, pemandangan yang Anda dapatkan
dari rumah Anda, dan segala sesuatu tentang hidup Anda selama seribu
tahun—semuanya akan ditentukan oleh bagaimana Anda menghabiskan
waktu satu hari saja.

takhta pengadilan kristus 233


Apakah Anda berpikir akan memanfaatkannya sebaik mungkin?
Bagaimana Anda akan hidup? Apakah Anda hidup dengan cara yang
berbeda dari yang Anda jalani sekarang? Akankah prioritas Anda ber-
ubah? Apakah mematuhi Tuhan akan menjadi yang lebih mutlak diuta-
makan? Akankah Anda membaca Firman-Nya dengan perhatian lebih
besar dan berusaha lebih tekun mematuhinya? Apakah Anda berusaha
memengaruhi kehidupan orang-orang untuk kerajaan Allah? Apakah
Anda memperlakukan orang dengan cara yang berbeda? Daftar kemu-
ngkinan perubahan gaya hidup ini tak ada habisnya. Namun ini tidak
berarti apa pun dibandingkan dengan apa yang kita bicarakan di sini,
karena satu hari dibagi dengan 365.000 hari (setara dengan seribu tahun)
tetap saja angka tak terbatas—bukan nol.
Mari kita melangkah lebih jauh. Katakanlah cara Anda mengha-
biskan satu hari ini akan menentukan bagaimana cara Anda mengha-
biskan satu juta tahun berikutnya—harta, pekerjaan, orang-orang yang
bekerja dengan Anda, jenis rumah yang Anda huni, lingkungan Anda,
mobil yang Anda kendarai, dan sebagainya! Coba bayangkan jumlah
waktu ini. Kita tidak memiliki titik acuan, karena umat manusia hanya
berada di bumi sekitar enam ribu tahun. Jadi ini berarti 150 kali lebih
lama daripada manusia berada di bumi. Hal itu sendiri hampir tak dapat
diduga. Namun ini juga tidak berarti apa pun dibandingkan dengan apa
yang kita bicarakan, karena satu hari dibagi dengan 365.000.000 hari
(setara dengan satu juta tahun) masih tetap angka tidak terbatas—bukan
nol. Tidak ada bedanya jika saya mengatakan satu miliar atau satu triliun
tahun; Anda masih tetap memiliki angka tak terbatas apabila memban-
dingkannya dengan satu hari.
Jadi tidak peduli berapa lama kita hidup di bumi ini, waktu kita di
sini dibandingkan dengan kekekalan adalah nol. Mungkinkah ini sebab-
nya mengapa Rasul Paulus menasihati kita secara mendesak agar hidup
dengan cara seolah-olah kita menerima upah maksimum? Dalam surat-
nya kepada jemaat di Korintus, ia mengatakan bahwa siapa saja yang
berlomba dalam atletik melakukan hal ini supaya menang, kemudian
mengatakan kepada kita semua:

234 Digerakkan oleh Kekekalan


Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan,
menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk
memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh
suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan
dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku
melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah
memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
(1 Korintus 9:24-27 NLT)

Menurut Paulus, kita menjalani hidup ini dengan satu tujuan: untuk
menerima mahkota abadi yang tidak akan pernah pudar. Dalam ke-
hidupan ini, kita harus berlari untuk menang. Untuk menang, kita harus
mengembangkan disiplin yang teguh dan penguasaan diri serta hidup
dengan pikiran terfokus.
Saya pernah aktif dalam atletik selama bertahun-tahun. Ketika saya
bermain tenis di United States Tennis Association Circuit, Junior Davis
Cup, dan NCAA Division One, saya berlatih keras. Saya berada di la-
pangan sebanyak enam jam per hari, kadang-kadang memasukkan ra-
tusan tembakan bola tertentu dengan pelatih saya dan sesama pemain.
Saya membaca buku-buku tentang ketangguhan mental di lapangan.
Saya berlatih fisik di luar lapangan dengan cara angkat besi, lari, lompat
tali, melempar dan mengoper bola untuk meningkatkan koordinasi tan-
gan-mata—daftar ini hampir tak ada habisnya. Saya begitu terfokus dan
penuh tujuan sehingga ibu saya mengancam akan memindahkan tempat
tidur saya ke lapangan tenis di lingkungan kami. Saya menjauhi aktivitas
atau olahraga lain yang akan menghambat kemajuan saya. Mengapa saya
melakukan ini? Supaya menang. Menjadi juara. Menjadi yang terbaik.
Dan untuk menerima upah karena menjadi yang terbaik.
Ini sedikit berbeda dalam kerajaan Allah. Kita tidak bersaing dengan
orang lain, hanya diri kita sendiri, dan tujuan kita adalah supaya berke-
nan kepada Yesus dalam setiap hal yang kita perbuat (lihat 2 Korintus
5:9). Ketika kita membaca Kitab Suci dengan saksama, kita menyelidiki

takhta pengadilan kristus 235


kehendak Tuhan dalam cara kita memperlakukan orang, apa yang kita
kejar, berapa besar kita memberikan waktu kita, siapa yang kita pengaruhi
untuk selama-lamanya, bagaimana kita memberi bagi kerajaan-Nya dan
orang lain, bagaimana kita memaafkan orang lain, dan lebih banyak lagi.
Kita akan membahas ini lebih mendalam nanti. Intinya: kita harus hidup
supaya menang!

Beragam Upah
Kitab Suci menunjukkan bahwa berbagai upah dan posisi yang kekal
yang diberikan kepada orang-orang percaya tidak hanya berbeda tetapi
juga akan beragam. Semua itu akan berbeda-beda mulai dari memperha-
tikan segala sesuatu yang hilang dan terbakar hingga memerintah bersa-
ma-sama dengan Kristus untuk selama-lamanya (lihat 1 Korintus 3:15;
Wahyu 3:21).
Banyak yang bergeming ketika mereka mendengar istilah hilang dan
terbakar kaitannya dengan kehidupan mereka. Mereka merasa sulit per-
caya bahwa ini bisa terjadi di surga. Namun, ini dijelaskan kepada kita
secara gamblang dalam Kitab Suci.
Sebelum saya membagikan ayat-ayat ini, izinkan saya mengawali
dengan menjelaskan bahwa beberapa kali dalam Kitab Suci, metafora ba-
ngunan yang digunakan untuk menggambarkan kehidupan manusia. Be-
berapa kali, Alkitab berbicara tentang gereja sebagai satu bangunan atau
bait. Dalam kedua penggunaan metafora tersebut, kita digambarkan se-
bagai ahli bangunan dalam hal bagaimana kita memengaruhi kehidupan
kita sendiri, kehidupan orang lain, atau gereja secara keseluruhan. Saya
akan sering memberikan referensi metafora ini sepanjang sisa buku ini.
Pada catatan itu, Paulus dengan jelas menyatakan:

Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah,
bangunan Allah... Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan,
bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorang

236 Digerakkan oleh Kekekalan


pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah
diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas
dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering
atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nam-
pak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak
dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji
oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia
akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita
kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam
api. (1 Korintus 3:9-15 TEV)

Kita sendiri yang menentukan bagaimana kita akan membangun,


dan kita memiliki dua pilihan utama dalam konstruksi kita setiap saat
dalam hidup kita. Salah satunya adalah untuk condong pada hal fana,
yang memuaskan daging (kayu, rumput, atau jerami). Yang lain adalah
untuk hidup sesuai dengan keinginan roh kita yang sudah dilahirkan
kembali, mengikuti Firman Allah yang kekal (emas, perak, dan batu
permata). Bagaimana kita membangun, atau bagaimana kita menjalani
hidup ini, akan menentukan bagaimana kita akan nampak ketika api
hadirat Allah menguji pekerjaan kita.
Tidak hanya akan pekerjaan kita diuji tetapi pikiran, motif, dan niat
kita akan juga akan nampak. Inilah sebabnya mengapa sangat penting
bagi orang percaya untuk secara saksama mendengarkan, memperhati-
kan, dan menyimpan Firman Allah dalam hati kita, sebab firman Allah
“menyingkapkan, menyelidiki, dan memisahkan; ia sanggup memper-
timbangkan setiap pikiran dan tujuan hati” (Ibrani 4:12 AMP—ter-
jemahan harfiah Amplified Bible). Tidak ada hal lain yang bisa masuk ke
kedalaman hati kita seperti Firman-Nya.
Jika kita mendengarkan alasan, logika, psikologi, atau hikmat manu-
sia, kita akan mengarahkan pikiran dan motif hati kita terhadap hal yang
fana, dan kita sering kali benar-benar tidak sadar, seperti Egois sebelum
ia masuk ke ruang pengadilan. Karena alasan ini, Yesus memperingatkan:

takhta pengadilan kristus 237


Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinya-
takan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui
dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar.
Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa
yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia
anggap ada padanya. (Lukas 8:17-18 TEV)

Yesus mengatakan bahwa apa yang kita dengar atau perhatikan yang
masuk ke hati kita dan membentuk pikiran dan tujuan batin kita, itulah
yang akhirnya menentukan bagaimana cara kita membangun hidup kita.
Kita harus secara saksama memperhatikan Firman Allah karena itulah
terang bagi jalan kita. Tanpa Firman Allah kita pasti akan tersesat, se-
perti orang yang menyimpang dari jalannya di malam yang gelap. Anda
mungkin kebetulan tetap tinggal di jalur yang benar untuk sementara
waktu, tetapi akhirnya Anda akan menyimpang.
Begitu kita tersesat, cara kita membangun dapat dengan mudah ter-
motivasi oleh hal yang fana. Hal ini tidak akan nampak sampai terang
Firman Allah bersinar atasnya. Paulus menguatkan ini dengan menga-
takan, “Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu
menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang” (Efesus 5:13
AMP).
Jika kita tersesat, dua hal bisa terjadi. Pertama—dan lebih baik dari
dua pilihan ini—yaitu ketika kita mendengarkan Firman Allah (seperti
yang diberitakan, dibacakan, atau diucapkan oleh teman atau pemim-
pin), sabda itu menginsafkan hati nurani kita. Inilah sebabnya mengapa
sangat penting bagi kita untuk mempertahankan santapan Firman Allah
secara terus-menerus. Jika kita bijak, maka kita akan cepat bertobat dan
mohon ampun atas pikiran, motif, atau maksud kita. Namun, jika hati
nurani kita sudah tumpul karena berulang kali berdosa, maka lebih sulit
untuk mendengar Firman Allah—dan jika hati nurani kita membeku,
ini juga hampir mustahil. Karena alasan inilah, maka Alkitab berbicara
tentang pentingnya menjaga hati nurani kita tetap murni (lihat Amsal

238 Digerakkan oleh Kekekalan


4:23; 2 Timotius 1:3). Jika kita melindungi dan menjaga hati nurani
kita tetap bersih, maka kita dapat dengan mudah merasakan hubungan
Firman Hidup di dalam hati kita.
Pilihan kedua, yang tidak disukai, yaitu motif kita nampak pada
Takhta Pengadilan. Jika ini terjadi, kita kehilangan potensi upah kita.
Jadi, Anda harus bertanya, apakah layak untuk menolak kepastian Fir-
man Allah? Setiap kali Anda melakukannya, hati Anda makin mengeras
dan memasuki keadaan yang jauh lebih sesat. Kita tidak akan menyadari
kondisi kita sendiri dan akan ditelanjangi oleh sinar kemuliaan Allah
pada takhta pengadilan.

Mempersiapkan Masa Depan Kekal


Penghakiman atas hidup kita tidak akan membiarkan apa pun tetap
tersembunyi. Semuanya akan terlihat dan nampak jelas. Inilah sebabnya
mengapa Paulus menyebut Takhta Pengadilan sebagai “takut akan Tuhan
dengan gentar.” Ini berarti penyelidikan motif, niat, pikiran, kata-kata,
tindakan kita, dan sebagainya secara tuntas. Perkataan Paulus dalam 1
Korintus 3:9 dan 12-15, sebagaimana tercantum dalam The Message
Bible, begitu kuat dalam hal bangunan dan penghakiman:

Atau, dengan kata lain, kamu adalah rumah Allah.... Tetapi perha-
tikan bagaimana memilih bahan bangunanmu. Akhirnya ada akan
ujian. Jika kamu menggunakan bahan yang murah atau bermutu
rendah, kamu akan mengetahuinya. Ujian ini akan tuntas dan ketat.
Kamu tidak akan lolos begitu saja tanpa ujian itu. Jika pekerjaanmu
tahan uji, kamu akan mendapat upah; jika tidak, bagian bangunanmu
akan dihancurkan dan diulang kembali. Tetapi kamu tidak akan dii-
hancurkan; kamu akan bertahan—tetapi hanya sebentar. (Terjemahan
harfiah The Message Bible)

takhta pengadilan kristus 239


Saya tidak tahu tentang Anda, tetapi saya tidak ingin hanya bertahan
sebentar di Takhta Pengadilan Kristus. Kita berbicara tentang tujuan
kekal kita di sini. Dapatkah Anda membayangkan berapa banyak orang
akan terguncang? Dalam alegori kita, setiap tokoh tersebut benar-benar
tertangkap basah oleh apa yang mereka hadapi—kecuali Amal, orang
yang sudah dipersiapkan. Yang lain meremehkan doktrin dasar yang se-
harusnya mereka sadari sejak awal.
Saya selalu melihat orang-orang bijak di dunia ini mempersiapkan
masa depan mereka. Ini dimulai dengan bekerja keras di sekolah untuk
membuka peluang bagi karier yang bagus. Setelah memasuki dunia
karier, mereka berusaha membeli rumah untuk menambah modal. Me-
reka juga mengembangkan bermacam-macam tabungan dan Dana Pen-
siun Individu atau IRA (Individual Retirement Account). Beberapa orang
menggunakan kelebihan dana mereka dan berinvestasi sehingga cara ini
akan berhasil bagi mereka. Semua ini dilakukan untuk mempersiapkan
masa depan mereka; mereka tidak ingin didapati kekurangan, terutama
ketika mereka memasuki masa pensiun. Jika orang-orang ini memper-
siapkan diri untuk masa pensiun mereka seperti halnya banyak orang
mempersiapkan diri untuk kekekalan, mereka tidak hanya akan terhin-
dar menuju kesulitan besar. Mereka, tidak seperti banyak orang di gereja,
akan sangat risau dan gentar.
Jadi izinkan saya memberikan sebuah skenario hipotetis. Dapatkah
Anda bayangkan situasi ini pada hari tepat ketika seorang pria pensiun?
Pertama, Jaminan Sosial menderita kerugian besar dan tidak memiliki
sisa dana untuk diberikan kepada pria ini setiap bulan. Tidak hanya itu,
bank yang menyimpan semua uangnya juga tutup dan gulung tikar.
Seluruh tabungannya raib. Kemudian, di hari yang sama, pria ini bangun
dari tidurnya karena kobaran api. Rumahnya terbakar. Ia meloloskan diri
dari rumahnya dengan tidak lebih dari selembar pakaian yang menu-
tup punggungnya, hanya menyaksikan rumahnya ludes dilalap si jago
merah, memusnahkan segala sesuatu yang dimilikinya.

240 Digerakkan oleh Kekekalan


Ini pasti hari yang sangat menyedihkan dalam hidup orang itu.
Namun inilah gambaran tepat yang dijabarkan Paulus, yang sebenarnya
akan terjadi pada beberapa orang Kristen pada Takhta Pengadilan Kris-
tus. Simak lagi perkataannya: “Jika pekerjaannya terbakar, ia akan men-
derita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari
dalam api” (1 Korintus 3:15 NLT). Mereka yang bijaksana dalam ke-
rajaan Allah menyadari bahwa kita tidak bekerja untuk mempersiapkan
masa depan di masa pensiun. Kita sedang mempersiapkan untuk waktu
selama-lamanya!
Orang bijaksana yang saya maksud adalah orang-orang yang me-
rencanakan masa depan kekal mereka. Mereka hidup dengan tujuan
dan mengetahui nasib kekal mereka sedang ditulis menurut cara hidup
mereka di bumi. Ini akan mempersiapkan mereka sebuah pintu masuk
utama ke dalam Kerajaan Allah, bukan masuk begitu saja dengan semua
yang mereka kerjakan sudah terbakar dan musnah. Lihat apa yang Petrus
katakan dalam hal ini:

Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya


panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melaku-
kannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian
kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kera-
jaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.
(2 Petrus 1:10-11 NIV)

Sambutan yang meriah adalah ketika mendengar Tuhan berkata ke-


pada kita, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan
setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan ke-
padamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turut-
lah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25:21).
Baru-baru ini Tuhan memberi saya penglihatan. Saya melihat para
juara kerajaan datang berbaris ke kota Allah. Mereka berpawai mele-
wati jalanan emas dengan kerumunan pria dan wanita mengelu-elukan

takhta pengadilan kristus 241


mereka di pinggir jalan. Raja Yesus menjulang tinggi di atas panggung,
nampak jelas di seluruh kota. Para prajurit yang setia berbaris menaiki
tangga, mempersembahkan kepada Yesus hasil rampasan-Nya semen-
tara kerumunan orang banyak bersorak-sorai sukacita. Dalam pengli-
hatan itu seolah-olah Tuhan berkata kepada para prajurit, “Baik sekali
perbuatanmu.”
Kemudian Tuhan berbicara dalam hati saya. “Apakah kamu ingin
menjadi salah satu prajurit yang membawa buah hasil panen mereka un-
tuk-Ku, ataukah kamu ingin menjadi salah satu orang yang bersorak-so-
rai di pinggir jalan itu?” Saya bertekad, lebih dari sebelumnya, untuk
membuat panggilan dan pilihan saya menjadi lebih pasti. Saya merasa
yakin dengan penuh kesadaran karena saya ingin melihat senyum puas
di wajah Tuhan ketika Dia mengulas hidup saya—bukan tatapan sedih,
mengetahui potensi yang telah Dia berikan kepada saya sudah lenyap.
Saya juga bertekad untuk membuat kebenaran ini diketahui oleh
semua orang yang mengasihi Allah pada generasi saya, agar mereka mau
berjalan bersama saya masuk hadirat-Nya dengan hasil rampasan yang
memang layak bagi-Nya dan melihat senyum Bapa kita yang mulia. Kita
yang menentukan apakah mau atau tidak kita menerima sambutan me-
riah melalui pengabdian kita di sini. Itulah alasan utama untuk bab-bab
berikutnya.

Berikutnya
Bab-bab mendatang akan berisi diskusi tentang beberapa area utama di
mana kita akan dihakimi dan dihargai. Meskipun kesempatan tidak akan
mengizinkan semuanya dibahas panjang lebar di sini, kita akan memba-
has beberapa persoalan yang lebih penting. Sebuah dasar yang baik akan
diletakkan yang di atasnya Anda dapat membangun untuk membuat
hidup Anda berharga untuk selama-lamanya.
Sebagai penutup, bacalah perkataan Petrus perlahan dan biarkan
kata-kata itu berbicara kepada Anda mengenai semua yang telah Anda

242 Digerakkan oleh Kekekalan


baca di bab ini. Anda akan melihat kata-kata kunci dan frasa yang akan
membuat apa yang telah kami jabarkan menjadi lebih hidup. Pernyataan
Petrus juga akan mempersiapkan kita pada apa yang akan segera kami
bahas dalam bab berikutnya:

Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita


segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh
pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kua-
sa-Nya yang mulia dan ajaib.... Justru karena itu kamu harus
dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan ke-
pada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,
dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan
diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan ke-
pada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih
akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila
semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu
akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu
akan Yesus Kristus, Tuhan kita. Karena itu, saudara-saudaraku,
berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu
makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak
akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kamu akan
dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu
Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Karena itu
aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya
itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh
dalam kebenaran yang telah kamu terima. Aku menganggap
sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan
semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku
ini. (2 Petrus 1:3, 5-8, 10-13 Message)

takhta pengadilan kristus 243


Pertanyaan Diskusi
BAGIAN 4: BAB 8–10

1. Mungkin salah satu momen yang paling berdampak dalam peng-


hakiman warga Affabel adalah ketika mereka menerima nama baru.
Pikirkan tentang siapa dan bagaimana Anda sebelum Anda datang
kepada Kristus dan bagaimana Yesus telah mengubah hidup Anda.
Apakah menurut Anda yang merupakan kisah perubahan nama
Anda sendiri sejauh ini?

2. Mengapa menurut Anda meskipun orang-orang percaya mungkin


menderita kerugian besar karena cara mereka hidup, surga bisa
menjadi tempat sukacita di mana setiap air mata dihapuskan?

3. Dengan kata-kata Anda sendiri, jelaskan apa yang membedakan


Amal dari rekan-rekannya pada penghakiman. Apakah teladannya
mengajarkan kita tentang bagaimana kita harus hidup?

4. Hal-hal apakah tentang deskripsi Alkitab mengenai surga dalam


bab sembilan yang mengejutkan Anda? Bagaimana?

5. Bab sepuluh mengandung pernyataan, “Darah Yesus menyucikan


kita dari dosa-dosa yang akan menjauhkan kita dari kerajaan Allah;
namun, itu tidak membebaskan kita dari penghakiman tentang
bagaimana kita berperilaku sebagai orang percaya, entah baik atau-
pun buruk.” Apakah reaksi awal Anda atas pernyataan ini? Apakah
pendapat Anda setelah mempelajari bagian ini?

244 Digerakkan oleh Kekekalan


Bagian 5
CHAPTER 11

Tempat Kediaman Allah


. . . Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan
menjadi tempat kediaman Allah . . .
— Efe su s 2 : 2 2

ami akan membagi penghakiman orang percaya menjadi dua ka-


K tegori utama. Pertama, keterlibatan kita dalam membangun kera-
jaan Allah sesuai dengan panggilan dan upah kita. Kedua, bagaimana
kita membangun kehidupan individu—yang pasti akan mencakup ke-
hidupan kita sendiri. Dalam hal membangun orang lain, fokusnya adalah
pengaruh kita atas mereka; dalam membangun kehidupan kita sendiri,
yaitu bagaimana kita bekerja sama dengan kasih karunia Allah dalam
mengembangkan karakter Kristus. Yang terakhir ini tentu saja akan men-
jadi hasil tambahan dari bagaimana kita menanggapi Firman Allah, dan
apa yang kita percayai dan ketaatan kita pada hal tersebut. Tindakan
dan pekerjaan, kata-kata, pemikiran, dan motif kita semuanya akan diuji
seluruhnya.
Pertama-tama kita akan menyelidiki penghakiman atas peran kita
dalam membangun kerajaan Allah; setelah itu, kita akan membahas ke-
hidupan pribadi kita.

“Apa yang Bisa Kamu Perbuat Untuk-Ku?”


Kemampuan kita untuk membangun kerajaan Allah sepenuhnya di-
dasarkan pada ketaatan kita kepada Roh Kudus karena kita tidak bisa
melakukan apa pun yang bernilai abadi kecuali oleh kasih karunia Yesus

247
Kristus. Kita tahu bahwa, “Jikalau bukan TUHAN yang membangun
rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya” (Mazmur 127:1).
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa kita dapat membangun selain dari
Roh Allah, namun kerja keras tersebut tidak berharga dalam terang
kekekalan. Pekerjaan itu akan dibakar di Takhta Pengadilan. Penting
sekali kita memahami hal ini.
Allah memberitahu sekelompok orang dalam Perjanjian Lama yang
sibuk melayani Dia:

Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku; rumah


apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, dan tempat apakah yang
akan menjadi perhentian-Ku? Bukankah tangan-Ku yang membuat
semuanya ini, sehingga semuanya ini terjadi? demikianlah firman
TUHAN. Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang
yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada fir-
man-Ku. (Yesaya 66:1-2 TEV)

Sederhananya, Tuhan berkata, “Akulah Allah. Apakah kamu me-


nyadari siapakah Aku sebenarnya? Jadi menurutmu apakah yang bisa
kamu perbuat untuk-Ku?” Pemikiran bahwa kita dapat menciptakan se-
suatu yang Allah perlukan bisa dibandingkan dengan sekelompok semut
yang berkata kepada manusia, “Kami akan membangun sebuah rumah
untukmu.” Sungguh konyol! Kita tidak bisa melakukan apa pun dengan
kekuatan kita sendiri untuk melayani dan menyenangkan Allah kita yang
agung, tak terduga, dan mengagumkan. Dia sebenarnya tidak memerlu-
kan kita.
Di sisi lain, Allah kemudian mengidentifikasi siapakah yang dapat
menyenangkan dan memberi-Nya kebaikan: orang-orang yang rendah
hati, bertobat, dan takut dan taat kepada Allah. Mereka adalah orang-
orang yang diberi-Nya hak istimewa untuk membangun rumah-Nya.
Bagaimana mereka bisa memberikan kebaikan pada Allah yang yang
mengagumkan? “‘Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekua-

248 Digerakkan oleh Kekekalan


tan, melainkan dengan roh-Ku,’ firman TUHAN semesta alam” (Za-
kharia 4: 6). Inilah manusia yang bekerja sama dalam ketaatan kepada
Roh Kudus yang membuahkan hasil. Baru kemudian jerih lelah sang
pekerja tidak akan sia-sia.

Rekan Sekerja
Berikut adalah fakta yang mengejutkan: betapapun agung dan menak-
jubkan Tuhan Allah itu, Dia—oleh pilihan-Nya sendiri—membatasi
diri-Nya sendiri dalam hal apa yang Dia kerjakan di bumi ketika Dia
memberikan manusia kuasa atas planet ini pada awalnya. Akibatnya,
Allah bisa saja dibatasi.
Ini mungkin akan mengejutkan Anda, tetapi ada beberapa contoh di
seluruh Alkitab. Keturunan Abraham “menyakiti hati Yang Kudus dari
Israel” (Mazmur 78:41). Dan Yesus berkata kepada para pemimpin ro-
hani bangsa-Nya, “Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak
berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu” (Markus 7:13 AMP).
Kita bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan Allah dalam me-
menuhi tujuan yang dikehendaki-Nya, yang terutama adalah membawa
orang-orang serupa dengan gambar dan rupa Yesus yang dapat menjadi
tempat kediaman-Nya untuk selama-lamanya. Dengan demikian, kita
disebut rekan sekerja:

Karena kami adalah kawan sekerja (pelaksana bersama, sesama


pekerja) Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.
(1 Korintus 3:9 AMP)

Hampir setiap kali Anda mendengar Perjanjian Baru yang mengacu


pada pekerja yang kekal, Anda akan melihatnya disamakan dengan
bekerja di ladang atau di bangunan. Mengapa ladang? Karena bumi ada-
lah ladang di mana pertumbuhan Kerajaan Allah saat ini terjadi. Seluruh
surga bersorak-sorai sambil menyaksikan orang-orang kudus memba-

tempat kediaman allah 249


ngun kerajaan Allah di bumi. Mengapa bangunan? Sebab Allah sedang
mencari tempat tinggal permanen, dan kita adalah batu-batu hidup yang
menciptakan tempat kediaman-Nya.
Petrus menulis, “Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu
hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani” (1 Petrus 2:5 NLT).
Paulus menulis, “...Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi ter-
susun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan” (Efesus 2:20-21
NLT). Jadi intinya, alasan kita untuk berada di bumi adalah untuk mem-
bangun rumah atau bait Allah yang mulia, yaitu dengan membawa orang
lain agar diselamatkan, mengajar, melayani, menolong orang lain, atau
sesuatu yang serupa itu. Masing-masing kita memiliki peran sebagai batu
hidup yang murni dan sebagai ahli bangunan, yang membuat batu hidup
dapat dipasang dan disusun bersama-sama menjadi rumah yang mulia
bagi Allah. Ini menggambarkan tanggung jawab kerajaan dan pribadi di
mana kita semua akan memberi pertanggungan jawab.

Rumah Idaman
Jika saya adalah ahli bangunan rumah idaman, saya akan merancang dan
merencanakan pembangunan rumah sebelum pekerjaan tersebut dimu-
lai. Gambar akan dipersiapkan secara detail mengenai cara membangun
rumah dan bahan bangunan yang dibutuhkan. Tetapi bukan itu saja.
Setiap ahli bangunan rumah tahu bahwa salah satu bagian yang paling
penting dari pekerjaannya adalah menjadwal subkontraktor pada waktu
yang tepat. Subkontraktor ini terdiri dari tukang besi, tukang beton, tu-
kang pipa, tukang pasang ubin, teknisi listrik—daftar ini masih pan-
jang. Mereka adalah orang-orang yang sebenarnya melakukan pekerjaan
mendirikan bangunan. Jika mereka tidak dijadwalkan dengan benar,
kekacauan tidak bisa dihindari. Salah satu contoh adalah penjadwalan
subkontraktor sheetrock (eternit yang terbuat dari gypsum berlapis di an-
tara lembaran kertas tebal) sebelum pemasangan kabel listrik dan lapisan
isolasi.

250 Digerakkan oleh Kekekalan


Jika subkontraktor melakukan pekerjaan yang buruk atau meleset
dari waktu yang telah ditetapkan, maka ahli bangunan akan memanggil
orang lain yang sanggup melakukan pekerjaan itu. Pekerja yang baru
ditunjuk tersebut harus datang dengan pemberitahuan singkat dan
mungkin harus menyingkirkan pekerjaan buruk yang dilakukan oleh
subkontraktor sebelumnya. Meskipun subkontraktor mungkin akan
melebihi jadwal pekerjaan yang telah ditetapkan, ahli bangunan akan
memastikan pekerjaan itu selesai.
Saya juga mengamati bahwa ketika ahli bangunan mengerjakan ru-
mahnya sendiri, ia cukup teliti dalam mencari subkontraktor pilihan. Ia
memastikan mereka memiliki bahan bangunan berkualitas terbaik dan
apa pun yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan
benar. Ia akan mengawasi pekerjaan dengan hati-hati. Allah adalah Ahli
Bangunan Khusus untuk rumah-Nya sendiri, tetapi rumah-Nya adalah
sebuah kota yang terdiri dari orang-orang!
Sering kali di bumi, beberapa rumah tertentu diberi nama khusus.
Misalnya, rumah ratu Inggris diberi nama Istana Buckingham. Di Ame-
rika Serikat, rumah presiden disebut Gedung Putih. Yang lain mungkin
tidak begitu akrab di telinga Anda. Rumah aktris Phyllis Calvert dise-
but Rumah Bukit. Rumah aktor/sutradara Charles Ivan Vance disebut
Oak Lodge. Rumah novelis Charles Dyer disebut Old Wob. Dan daftar
ini masih panjang. Namun, Allah memulai hal ini jauh sebelum kita
melakukannya. Dia menyebut rumah-Nya yang kekal, yang masih dalam
tahap pembangunan, sebagai Sion. Kita membaca:

Sebab TUHAN telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat


kedudukan-Nya: “Inilah tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di
sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya”
(Mazmur 132:13-14).

Jika Anda sudah memiliki hak untuk mendesain rumah impian Anda,
Anda pasti paham kegembiraan dan antisipasi untuk menyelesaikannya.

tempat kediaman allah 251


Anda ingin beristirahat di sana, karena rumah ini adalah tempat di mana
Anda akan menemukan sukacita dan damai sejahtera.
Lisa dan saya memiliki hak istimewa untuk membangun rumah
idaman kami di pertengahan 1990-an. Sementara kami tinggal di Or-
lando, Florida, seorang ahli bangunan rumah pemenang penghargaan
bernama Robert mencintai pelayanan kami dan mendekati kami dengan
menyatakan, “Saya ingin membangun sebuah rumah untukmu.” Waktu
itu kami tinggal di sebuah rumah yang sangat kecil dan memperkirakan
biaya pembangunan itu akan terlalu tinggi. Ketika kami sedang mem-
perhitungkannya, ia berseru, “Saya akan mengerjakannya dengan harga
Allah.” Ternyata, ia tidak mengambil satu sen pun keuntungan dari
rumah itu.
Kami telah memiliki dua rumah sebelum yang satu ini. Keduanya
berupa rumah kecil di kawasan perumahan; ini berarti kami tidak ada
hubungannya dengan desain keduanya. Saya tidak akan pernah melupa-
kan saat Robert datang ke rumah kecil kami beberapa hari setelah pem-
bicaraan awal tersebut, duduk bersama kami di meja dapur, meletakkan
selembar kertas kosong, dan dengan antusias mengatakan, “Gambarlah
rumah impianmu!”
Kami tercengang. Kami tidak menyadari bahwa kami sanggup
melakukan hal tersebut. Istri saya segera bekerja dan mulai menggambar.
Ia telah memimpikan kesempatan ini selama bertahun-tahun. Akhirnya
saya masuk ke proses itu. Rasanya menyenangkan, dan kegembiraan
kami kian bertambah ketika mengetahui bahwa kami sebetulnya bisa
merancang rumah yang kami inginkan. Tidak ada batasan apa pun.
Lantas kami mengawasi rumah impian kami, mencoret-coret di atas
selembar kertas kosong, menemui arsitek dan desainer. Beberapa hari
kemudian Bob menunjukkan kepada kami gambar teknis. Kami tak
sabar menantikan pekerjaan dimulai.
Ketika subkontraktor Robert menggali tanah dan mulai membangun,
kami pergi ke lokasi kerja setiap hari—kadangkala dua kali sehari—se-
lama seluruh proses kontruksi. Kami sangat bersemangat. Rasanya kami

252 Digerakkan oleh Kekekalan


tidak sabar menunggu sisi lain dari rumah itu akan dibangun. Tampaknya
beberapa bulan itu berlangsung selama bertahun-tahun, dan hari-hari
tampaknya serasa berminggu-minggu, karena kami menantikan sesuatu
yang baru sedang dikerjakan di rumah kami dan harapan terakhir pindah
ke rumah itu pada suatu hari. Kami kagum menyaksikan impian yang
kami gambar pada selembar kertas kosong menjadi terwujud di depan
mata kami!
Dalam arti sempit, ini menyerupai emosi dan antisipasi Allah ter-
hadap rumah impian-Nya, tetapi Dia sudah menanti lebih lama dari be-
berapa bulan. Dia sudah menanti-nantikan penyelesaian rumahnya sejak
dunia dijadikan. Kita tahu bahwa, “Bila Tuhan sudah membangun Sion”
(Mazmur 102:16), dan, “Dari Sion, puncak keindahan, Allah tampil
bersinar” (Mazmur 50:2).
Allah telah bekerja di rumah-Nya selama beberapa ribu tahun. Dia
mempersiapkan rencana itu sebelum manusia ditempatkan di bumi. Dia
tahu dalam kemahatahuan-Nya bahwa manusia akan jatuh dalam dosa,
kendati itu bukan rancangan atau pekerjaan-Nya. Jadi dari pengetahuan-
Nya, Dia berencana membangun Sion dari manusia yang telah ditebus.
Allah harus memulai dengan dasar dan batu penjuru, yang tidak lain
adalah Yesus, sang Penebus sendiri. Tentang Dia Bapa berkata, “Sesung-
guhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang
teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh” (Yesaya
28:16 NIV). Karena Bapa mendesain dan merencanakan rumah-Nya se-
belum penciptaan, Yesus disebut “...sejak dunia dijadikan di dalam kitab
kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih” (Wahyu 13:8), dan
Petrus menyatakan, “Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan” (1 Petrus
1:20).
Yesus tidak hanya dasar dan batu penjuru, tetapi Dia juga Kepala
subkontraktor. Yesus tidak melewatkan tugas-Nya; Dia menggenapinya
dengan sempurna. Dalam doa, Dia mengucapkan kata-kata ini kepada
Bapa sebelum penyaliban-Nya: “Aku telah mempermuliakan Engkau di
bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepa-
da-Ku untuk melakukannya” (Yohanes 17:4).

tempat kediaman allah 253


Allah Bapa memulai seluruh rancangan rumah-Nya dengan penjad-
walan Yesus pada waktu yang telah ditentukan (lihat Galatia 4:4). Lalu
Dia merencanakan seluruh subkontraktor. Mereka adalah Anda dan saya.
Namun, seperti yang dinyatakan sebelumnya, kita bukan hanya subkon-
traktor tetapi juga bahan bangunan untuk rumahnya. Seperti yang Pau-
lus katakan, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia
dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Efe-
sus 1:4). Ini berbicara tentang keberadaan kita sebagai bahan bangunan
rumah itu; kita adalah batu hidup.
Allah juga memilih kita sebagai subkontraktor, seperti kita mem-
baca, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk
melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya” (Efesus
2:10 NIV). Perhatikan, Dia mempersiapkan tugas kita sebelumnya.
Tidak disebutkan di bagian mana pun dalam Alkitab bahwa tugas kita
ditetapkan sejak dunia dijadikan—meskipun tentu saja itu mungkin.
Kita tahu bahwa “pekerjaan-Nya sudah selesai sejak dunia dijadikan”
(Ibrani 4:3). Namun, dalam hal tugas pribadi kita sebagai subkontrak-
tor, satu-satunya hal yang kita temukan tertulis adalah bahwa tugas itu
diberikan sebelum kita dilahirkan. Daud menyatakan, “mata-Mu meli-
hat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-
hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya” (Mazmur
139:16 NLT).
Karya hidup kita telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum kita
dibentuk dalam rahim ibu kita. Kebenaran ini ditangkap dalam firman
Allah kepada Yeremia. Dia berfirman, “Sebelum Aku membentuk eng-
kau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum eng-
kau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah
menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa” (Yeremia 1:5 NLT).
Rasul Paulus juga menulis, “Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku
sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya...”
(Galatia 1:15-16). Kesaksian ini hanya menegaskan perkataan Daud,
bahwa kita semua dikuduskan untuk melakukan pekerjaan tertentu bagi
Allah sebelum kita dilahirkan.

254 Digerakkan oleh Kekekalan


Jadi inilah kebenaran yang menakjubkan: Allah menulis sebuah
buku tentang Anda sebelum kelahiran Anda, dan di dalamnya setiap saat
dalam hidup Anda dipersiapkan sebelum setiap hari berlalu! Pertanyaan-
nya adalah, akankah kita memenuhi apa yang direncanakan untuk kita?
Salomo menyatakan:

Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada
untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi;
Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia. Yang se-
karang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah lama ada; dan
Allah mencari yang sudah lalu. (Pengkhotbah 3:14-15)

Begitu banyak yang terkandung dalam ayat-ayat suci ini. Perta-


ma-tama, Allah memiliki sebuah rencana. Tidak satu pun bisa meng-
ambilnya sebelum tergenapi, dan manusia tidak dapat menambahkan
sesuatu pada rencana itu. Namun, Salomo melanjutkan dengan menga-
takan bahwa hal-hal yang saat ini sedang dilakukan berada dalam ren-
cana Allah sebelumnya. Apa yang harus dilakukan di masa mendatang
juga berada dalam rencana Allah sebelumnya. Namun, kita harus mem-
berikan pertanggungan jawab atas apa yang telah dikerjakan! Apakah
kita menjalani apa yang telah Allah tetapkan bagi kita agar tergenapi?
Apakah kita mengacaukannya atau melewatkan tugas kita seluruhnya?
Apakah Dia harus menetapkan orang lain untuk mengerjakan apa yang
telah diperintahkan kepada kita agar mengerjakan rencana utama ini?
Saat ini saya harus membuat pernyataan penting. Setiap orang
memiliki panggilan ilahi dalam hidupnya. Kita masing-masing adalah
bagian penting dari rencana utama rumah Allah. Jadi sangat baik bagi
kita untuk mengetahui kebenaran ini:

Dalam hal panggilan Anda, Anda tidak akan dihakimi menurut apa
yang telah Anda perbuat melainkan apakah panggilan yang harus
Anda kerjakan!

tempat kediaman allah 255


Izinkan saya memberi contoh. Pada Takhta Pengadilan, Yesus mung-
kin mengatakan sesuatu seperti, “Penginjil Anderson, silakan melangkah
maju dan berikan pertanggungan jawab tentang seluruh jiwa yang Aku
kehendaki supaya engkau memberi mereka dampak bagi-Ku.”
Orang itu mungkin menghadap Yesus merasa agak bingung dan ge-
metar, menyatakan, “Tuhan, maksud-Mu Akuntan Anderson, kan? Saya
adalah seorang akuntan dengan perusahaan saya sendiri. Inilah pekerjaan
saya. Bahkan, saya mendirikan banyak gereja dan organisasi nirlaba. Pe-
layanan itu memengaruhi banyak jiwa ke dalam kerajaan-Mu. Apakah
Engkau keliru menganggap saya orang lain?”
Tuhan mungkin membalas, “Tidak. Aku memanggilmu sebelum
engkau lahir untuk memengaruhi dan memenangkan banyak orang di
Asia bagi-Ku. Berikanlah penjelasan tentang di mana mereka berada. Jika
engkau telah menaati-Ku, engkau pasti telah diberi upah sangat besar
atas semua buah yang engkau tuai bagi Kerajaan-Ku. Sekarang sebagai
hasilnya, pekerjaanmu akan dibakar, karena pekerjaan itu bukan dalam
ketaatan kepada-Ku.”
Kemudian kita dapat melihat skenario ini. Yesus mungkin menga-
takan, “Akuntan Jones, silakan melangkah maju dan berikan pertang-
gungan jawab tentang apa yang Kukehendaki untuk engkau kerjakan.”
Orang itu mungkin juga melangkah maju merasa sangat bingung
dan gemetar lalu berkata, “Tuhan, maksud-Mu Pendeta Jones, kan? Saya
adalah seorang pendeta dari sebuah gereja yang memiliki sembilan ratus
anggota. Saya merintis gereja itu dari awal.”
Untuk itu Tuhan mungkin menjawab, “Tidak, Aku memanggilmu
untuk bekerja di dunia perdagangan sebagai akuntan dan membangun
sebuah perusahaan mapan yang akan membantu banyak gereja dan pe-
layanan-Ku agar secara efektif menggenapi apa yang telah Kutetapkan.
Jika engkau sungguh-sungguh mencari-Ku, Aku pasti telah menunjuk-
kan hal ini kepadamu. Maka semua orang yang telah dipengaruhi oleh
pelayanan itu untuk selama-lamanya akan dipercayakan kepadamu; eng-
kau akan diberi upah untuk setiap jiwa. Tetapi sekarang engkau tidak

256 Digerakkan oleh Kekekalan


akan menerima upah apa pun atas apa yang telah engkau kerjakan, sebab
pekerjaan itu bukan dalam ketaatan kepada-Ku.
“Aku juga menetapkan engkau untuk menjadi kepala penerima tamu
di sebuah gereja di seberang kota tempat engkau merintis gerejamu.
Meskipun anggota jemaat gereja ini mencapai lebih dari lima ratus, ang-
gota mereka memengaruhi banyak kehidupan di masyarakat. Andai saja
engkau taat, dua puluh ribu jiwa seluruhnya yang akhirnya mereka jang-
kau juga akan dipercayakan langsung kepadamu karena engkau menjadi
bagian penting dari tubuh Kristus yang telah Kutetapkan bagimu ini.
Karena engkau tidak ada di sana, engkau tidak akan menerima upah
untuk dua puluh ribu jiwa itu.”
Izinkan saya memberikan contoh nyata. Pelayanan kami memiliki
seorang anggota dewan yang merupakan teman baik kami dan meng-
gembalakan sebuah gereja yang berkembang di bagian tenggara Amerika
Serikat. Ia mulai merintis gereja tersebut pada tahun 1991 dengan dua
puluh dua orang, dan sekarang berkembang menjadi empat ribu ang-
gota. Inilah salah satu gereja yang paling mudah menerima pengajaran
karena kelaparan rohani orang-orang ini. Banyak orang telah diselamat-
kan dan dimuridkan di gereja ini.
Gereja ini bertumbuh pesat melalui banyak doa, pengajaran yang
kuat, dan kerja keras, dan mereka membangun gedung yang indah untuk
menampung banyak orang. Setelah beberapa tahun, teman saya meng-
amati seorang pria berambut putih yang terhormat, selalu berpakaian
bagus, menghadiri ibadah. Ia juga memperhatikan bahwa orang ini akan
duduk dan mengikuti ibadah demi ibadah dengan air mata membasahi
wajahnya. Sang pendeta merasa bahwa ini bukan air mata kebahagiaan.
Akhirnya, pria itu mendekati salah satu rekan pendeta dan berce-
rita bahwa pada tahun 1981, Tuhan berbicara jelas kepadanya bahwa
ia harus memulai sebuah gereja di kota itu. Beberapa hari kemudian ia
bermimpi tentang gedung gereja ini di mana ia seharusnya menggem-
balakan. Mimpi itu sangat jelas sehingga ia meminta seorang ahli untuk
menggambarkan penafsiran bangunan yang dilihatnya. Kemudian ia

tempat kediaman allah 257


mengatakan bahwa ia menolak dan mundur dari tugas memulai gereja
itu. Setelah beberapa saat, ia melakukan perjalanan dan melayani di ko-
ta-kota lain untuk waktu yang singkat dan akhirnya berakhir kembali di
dunia bisnis.
Ia kemudian membuka secarik kertas yang dilipat dengan hati-hati
dan memberitahukan rekan pendeta itu penafsiran sang seniman tentang
bangunan yang telah dia gambarkan pada tahun 1981. Ketika rekan pen-
deta melihat gambar itu, ia nyaris terguncang. Ini adalah bangunan yang
telah dibangun teman saya beberapa tahun kemudian, di mana mereka
sekarang bertemu. Sejak itu teman saya melayani penghiburan kepada
orang ini, tetapi pria terhormat ini telah berbagi kesulitan yang dia ha-
dapi untuk melupakannya. (Tentu saja Allah tidak bermaksud agar dia
hidup dalam hukuman, tetapi untuk belajar, bertumbuh, dan mengeta-
hui bagaimana ia dapat secara efektif melayani Tuhan seumur hidupnya.)
Beberapa tahun yang silam saya berbicara tentang topik ini pada
sebuah konferensi besar. Setelah ibadah, seorang pendeta, yang cukup
terguncang dan sedikit jengkel, mendekati salah satu anggota tim kami.
Pemimpin ini mengatakan, “Dia tidak serius dengan apa yang dia ka-
takan malam ini, kan?”
Anggota tim saya menjawab, “Tentu saja dia serius dengan perkata-
annya. Ini Firman Allah. Mengapa, ada yang salah?”
Pendeta itu, yang berusia lebih dari lima puluh tahun, menjawab,
“Ketika saya masih muda, saya punya mimpi jelas tentang tinggal dan
melayani orang-orang dari Filipina. Mimpi itu begitu nyata sehingga
saya percaya bahwa suatu hari saya harus pindah ke sana. Namun, itu
tidak pernah terjadi, dan sekarang saya sudah menggembalakan gereja
saya selama lebih dari tiga puluh tahun.”
Anggota tim kami dengan lemah lembut menjawab, “Yah, apa yang
akan Anda lakukan tentang hal itu?”
Pendeta itu diam seribu bahasa dan melangkah pergi.
Setahun kemudian anggota tim kami mendengar kabar dari pendeta
tersebut. Pemimpin ini telah menyerahkan gerejanya kepada salah seo-
rang rekan pendeta dan kini ia tinggal di Filipina dan sangat menyukai-

258 Digerakkan oleh Kekekalan


nya. Laporan pendeta itu adalah, “Aku merasa untuk pertama kalinya
dalam hidupku, aku melakukan persis seperti yang seharusnya kulaku-
kan sejak dulu.”
Izinkan saya membagikan cerita lain yang menegaskan kebenaran ini.
Beberapa waktu lalu, seorang teman saya menyiapkan makan malam bagi
saya untuk bertemu Navy SEAL (pasukan khusus Angkatan Laut Ame-
rika Serikat). Untuk melindungi identitasnya—karena saat penulisan ini,
ia masih berdinas aktif—saya memberinya nama samaran, Paul. Selama
dua jam saya terpikat oleh rasa kagum mendengarkan kesaksiannya.
Di masa lampau ketika Paul berada di masa akhir remaja dan awal
dua puluhan, ia menyelesaikan dua tahun kuliah Alkitab dan magang di
departemen pemuda di sebuah gereja. Setelah musim panas kedua pada
masa magangnya, Paul dituduh berhubungan seks dengan salah satu
gadis di gereja. Paul berkata, “John, aku tidak tidur dengan dia. Bahkan,
aku menganggap dia tidak menarik! Namun, para pemimpin tidak per-
caya laporan itu begitu saja, mereka terus-menerus mempersoalkan, dan
aku kehilangan segalanya. Mereka meragukan kredibilitasku. Reputasiku
ternoda, dan aku diminta—tanpa benar-benar ditanyai—agar pergi.”
Paul kemudian berkata, “Aku mencari Allah seakan-akan aku tidak
pernah mencari Dia sebelumnya. Suatu hari dalam doa aku mendengar
Allah berbicara jelas, “Aku tidak memanggilmu untuk pelayanan. Aku
memanggilmu untuk masuk kemiliteran.’”
Paul pergi ke kantor perekrutan Angkatan Darat, Angkatan Laut,
dan Angkatan Udara dan tidak memiliki bukti bahwa ia harus mendaftar.
Satu-satunya yang tersisa adalah Navy (Pasukan Khusus Angkatan Laut).
Ketika Paul mendaftar ke Navy, petugas perekrutan memberikan
daftar pekerjaan supaya ia bisa mendaftar. Paul sangat kecewa karena
tidak satu pun dari pekerjaan itu menggerakkan hatinya yang sejalan de-
ngan petunjuk Allah. Karena ia berupaya mati-matian untuk mendaftar
anggota baru, petugas itu kemudian menawarkan beberapa program
khusus dalam Navy. Ketika petugas itu menyebutkan kata SEAL, teman
baru saya itu mengatakan bahwa ia langsung tahu itulah yang dia cari. Ia
selekasnya menandatangani kontrak.

tempat kediaman allah 259


Petugas perekrutan mencoba mencegah Paul karena sangat sedikit
orang yang berhasil lolos program pelatihan SEAL. Bahkan, Paul diberi-
tahu bahwa tidak satu pun dari kantor itu yang pernah berhasil mele-
watinya dan program itu dianggap pelatihan militer paling berat sedunia!
Namun, Paul diliputi dengan kesadaran yang luar biasa, hampir seperti
euforia untuk mengambil langkah pertama menuju perjalanan Allah. Ia
secara tegas bersikeras bahwa inilah yang seharusnya dia ikuti.
Namun, ada beberapa masalah besar. Pertama, Paul tidak tahu
bagaimana cara berenang. Ia harus berdoa dan akhirnya belajar sendiri.
Kedua, yang lebih menarik, ia memiliki sumbatan di telinganya ber-
ulang kali saat masih kecil dan telah menjalani beberapa kali operasi
untuk membuka saluran telinganya. Karena ini, bahkan sebagai seorang
pemuda, jika sedikit air masuk ke telinganya, Paul akan mengalami rasa
sakit menyiksa yang sering diikuti dengan infeksi telinga hebat. Tetapi
ia benar-benar percaya bahwa jika sesuatu itu mudah dicapai dengan
kekuatannya sendiri, itu bukanlah yang Tuhan kehendaki baginya.
Paul belajar berenang sendiri dan berdoa dengan sungguh-sungguh
agar telinganya sembuh. Setiap hari latihan air terasa amat menyakitkan
baginya, tetapi ia pantang menyerah. Suatu hari, setelah sekitar empat
bulan bertekun melewati penderitaan setiap hari, Paul tidak hanya bisa
berenang, tetapi ia bisa menyelam hingga ke kedalaman yang paling
dalam dan sama sekali bebas dari rasa sakit! Ia telah sembuh dan siap
untuk memulai perjalanan menuju tim SEAL.
Paul mengalami kesulitan dan hambatan yang luar biasa dalam mele-
wati program ini, tetapi akhirnya ia berhasil dan diterima masuk ke per-
kumpulan tangguh yang ditempa oleh perang. Ia sudah berada di SEAL
selama lebih dari empat belas tahun dan memiliki berbagai kisah inter-
vensi ilahi pada beberapa misi yang begitu ajaib sehingga menyebabkan
bulu roma saya merinding mendengarnya.
Saya tahu malam itu saya sedang duduk bersama hamba Allah yang
hebat, namun ia tidak dipanggil untuk berdiri di belakang mimbar. Ia
dipanggil untuk menjangkau orang-orang di kemiliteran dan mengabdi

260 Digerakkan oleh Kekekalan


pada bangsa kami dalam kapasitasnya. Hari ini, Paul tidak hanya men-
jadi anggota SEAL tetapi juga instruktur Navy SEAL. Ia mengizinkan
Allah mengoreksi haluan hidupnya sehingga ia bisa memasuki pekerjaan
baik yang Dia rencanakan baginya.
Saya sudah mendengar banyak contoh orang yang, tidak seperti
Paul, melewatkan tujuan hidup mereka. Saya juga telah melihat bebe-
rapa contoh di antaranya. Selama lebih dari dua puluh tahun perjalanan
ke gereja-gereja di seluruh dunia, saya telah melihat beberapa pendeta
senior yang saya tahu dalam hati saya bahwa mereka dipanggil untuk
menjadi sesama rekan sekerja pendeta, para pengusaha yang saya tahu
seharusnya berada dalam pelayanan penuh waktu, dan bahkan pendeta
yang panggilannya saya tahu berada di dunia perdagangan. Saya telah
melihat orang-orang yang tidak berada pada tempatnya di dunia usaha
atau bisnis; mereka bekerja untuk orang lain karena takut akan kegagalan
mereka sendiri. Dan kemudian saya juga melihat orang-orang yang tidak
setia kepada orang lain hanya karena mereka sok ingin menjadi bos.
Saya telah melihat orang menikah di luar kehendak Allah; panggilan
mereka telah terhalang. Yang lainnya telah dipengaruhi atau terjerat oleh
teman-teman tertentu yang menjauhkan mereka dari panggilan mereka.
Saya pernah melihat orang-orang yang terjerat dalam rekreasi, olahraga,
nafsu akan uang atau kekuasaan, atau berbagai skenario lainnya. Con-
toh-contoh ini tidak terbatas, tetapi apa pun situasinya, semua ini men-
jauhkan orang percaya untuk menggenapi peran mereka dalam rencana
induk pembangunan rumah Allah.
Ini pemikiran serius, tetapi kabar baiknya adalah bahwa tidak satu
pun dari kita harus menyimpang dari jalan Allah yang telah ditempat-
kan di hadapan kita. Allah adalah Penulis kisah kita, dan Dia mampu
memimpin kita dalam menggenapinya. Pertanyaan yang sekarang harus
kita lontarkan adalah, bagaimana cara mengetahui apa panggilan saya se-
bagai subkontraktor? Kita akan membahas pertanyaan penting ini dalam
bab berikutnya. Kami juga akan memberikan beberapa wawasan tentang
bagaimana cara kembali jika kita sudah menyimpang dari jalan itu.

tempat kediaman allah 261


BAB 12

Dipanggil oleh Allah


Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya.
— Ro m a 1 1 : 2 9 N LT

anyak orang akan merasa, pemikiran bahwa kita dapat menyimpang


B dari rencana Allah—bahkan menyimpang ke hal-hal yang terlihat
baik atau saleh—itu sangat mengerikan. Respons itu bisa dimaklumi!
Tetapi ingat, kita dipanggil bukan untuk takut akan kegagalan atau hu-
kuman tetapi takut akan Allah. Takut akan Tuhan membuat kita tetap
berada dalam rencana satu Pribadi yang berfirman, “dan telingamu
akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: ‘Inilah jalan, berjalan-
lah mengikutinya,’ entah kamu menganan atau mengiri” (Yesaya 30:21
NLT). Jadi, marilah kita mengalihkan perhatian kita sekarang pada per-
kara tentang bagaimana kita bisa mengetahui posisi kita sebagai ahli ba-
ngunan rumah pribadi Allah.

Pertama: Sudahkah Anda Sungguh-sungguh Mencari Allah?


Ketika ditanya apakah Anda sedang memenuhi tujuan Anda, Anda
mungkin berpikir, saya ingin. Tetapi saya tidak tahu apa panggilan saya!
Barangkali ada beberapa alasan untuk hal ini. Pertanyaan pertama yang
harus ditanyakan pada diri sendiri adalah, sudahkah Anda sungguh-sung-
guh mencari Allah? Kita tahu bahwa Allah memberi upah kepada orang
yang sungguh-sungguh mencari Dia (lihat Ibrani 11:6), bukan mereka
yang secara iseng mencari Dia dalam keheranan atau kebimbangan. Jika
ada yang sungguh-sungguh mencari Allah, sepenuhnya menantikan ja-

263
waban, orang itu akan ditunjukkan apa yang menjadi tujuan mereka
ditempatkan di bumi ini.
Setelah saya diselamatkan di kelompok persaudaraan kampus di Uni-
versitas Purdue, saya mulai mencari kehendak Allah bagi hidup saya. Saya
adalah mahasiswa teknik dan bekerja pada setiap semester di IBM. Salah
satu hal yang memotivasi saya untuk mengetahui panggilan saya, selain
keinginan sederhana untuk menaati Allah, adalah sesuatu yang terjadi
hanya beberapa bulan setelah saya diselamatkan. Waktu itu saya sedang
berada di sebuah kantor dengan sekelompok delapan sampai sepuluh
insinyur yang sedang merayakan tiga puluh delapan tahun pengabdian
seorang pria pada perusahaan. Kami mengobrol santai, dan orang itu
berkata kepada kami semua, “Aku benci melakukan pekerjaan ini setiap
hari selama tiga puluh delapan tahun.” Semua orang di ruang itu ada
yang setuju dan ada pula yang mencibir, kecuali saya. Saya sangat heran.
Sebagai anggota baru di kalangan para profesional berpengalaman,
saya bertanya-tanya mengapa tidak ada orang lain yang berkomen-
tar berbeda. Jadi tanpa pikir panjang saya menyahut, “Mengapa kamu
melakukan pekerjaan ini selama tiga puluh delapan tahun jika kamu
membencinya?”
Ia balas menatap saya dan berkata, “Ini pekerjaan, bung!”
Saya pun mulai mengalami keengganan datang ke kantor. Ayah saya
seorang insinyur, dan ia bilang, itu pekerjaan bagus yang terjamin dan
dibayar dengan gaji lumayan. Tetapi pertemuan ini menyebabkan pan-
dangan saya berubah. Saya berpikir, tidak ada uang, jaminan, atau apa
pun yang akan menjauhkan aku dari alasanku ditempatkan di bumi. Saya
mengambil keputusan saat itu juga bahwa saya akan mengetahui pang-
gilan saya dan langkah berikutnya untuk bergerak ke arah itu.
Saya belajar bahwa Allah akan memberikan seluruh gambaran pang-
gilan hidup Anda jika Anda mencari Dia terlebih dahulu dalam perja-
lanan Anda bersama Dia. Dengan kata lain, Dia akan menunjukkan yang
awal dan yang akhir. Waktu masih muda, Yusuf ditunjukkan bahwa ia
akan menjadi seorang pemimpin besar; bahkan ayah dan saudara-sauda-

264 Digerakkan oleh Kekekalan


ranya akan mengabdi di bawah kekuasaannya. Tidak sampai beberapa
tahun kemudian hal ini tergenapi. Musa tahu bahwa ia akan memimpin
Israel setidaknya empat puluh tahun sebelum waktunya tiba. Dijelaskan
pula bahwa Daud akan menjadi raja ketika ia masih seorang anak muda
yang mengawasi kawanan domba. Baru beberapa tahun kemudian ia
menjadi penguasa Israel. Dan daftar ini terus berlanjut.
Rencana saya adalah menyelesaikan gelar insinyur di Purdue, meraih
gelar MBA di Harvard, dan maju ke manajemen tingkat tinggi di perusa-
haan Amerika. Saya akan menikah dan mengambil beberapa kali liburan
dalam setahun dan memberikan sepersepuluh dari semua yang saya per-
oleh bagi Allah. Itu adalah ide saya melayani Dia.
Semakin saya mencari Allah, semakin saya merasa tertarik pada pe-
layanan. Namun saya tidak suka mendengarnya, tetapi saya cukup pintar
mengetahui bahwa dalam menaati Allah maka saya akan menemukan
kepuasan dan kenikmatan. Setelah saya berkomitmen kepada Dia bahwa
saya akan taat apa pun yang terjadi, Allah mulai menunjukkan gambaran
keseluruhan dari panggilan-Nya bagi saya.
Pada awal 1980-an, Allah sudah menunjukkan bahwa suatu hari saya
akan membawa pengaruh kepada banyak bangsa dengan Firman Allah
selama saya tetap taat kepada-Nya. Tak perlu dikatakan, hal itu mem-
buat saya tercengang. Saya merasa hal ini tidak mungkin bisa tercapai.
Saya adalah pemuda dari kota kecil yang tidak kenal siapa pun dalam
pelayanan di tingkat nasional atau internasional.
Selain itu sama seperti yang Dia perbuat dalam contoh Yusuf atau
Daud, Allah akan menunjukkan kepada kita gambaran akhir tetapi
tidak termasuk semua langkah yang diperlukan untuk menggenapinya.
Hal ini membuat kita tetap teguh dalam iman daripada penalaran. Kita
perlu berusaha menaati apa yang Dia firmankan, kemudian bergerak ke
arah tujuan itu. Namun sering kali, langkah berikutnya mungkin tidak
tampak seolah-olah kita sedang menuju ke arah tujuan tersebut tetapi
ke arah yang berlawanan. Dijual sebagai budak selama sepuluh tahun
setelah menerima mimpi tentang kepemimpinan (seperti halnya Yusuf )

dipanggil oleh allah 265


adalah langkah yang sungguh tidak logis. Inilah sebabnya mengapa kita
tahu, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan jangan-
lah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala
lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu” (Amsal 3:5-6 NLT).
Beberapa bulan kemudian, selama kuliah di tingkat atas, saya ting-
gal di kampus di rumah kelompok persaudaraan sementara setiap maha-
siswa lain pulang ke rumah selama empat hari libur Thanksgiving. Saya
berpuasa dan berdoa, mencari petunjuk dan kehendak Allah bagi hidup
saya. Beberapa bulan kemudian saya menerima petunjuk untuk langkah
berikutnya, dan tampaknya benar-benar berlawanan dengan petunjuk
sewajarnya ke arah pelayanan. Tampaknya logis bagi saya untuk masuk
ke sekolah Alkitab, tetapi Tuhan menunjukkan agar saya mengikuti
wawancara untuk posisi sebagai seorang insinyur. Inilah sebabnya me-
ngapa Allah memerintahkan kita untuk tidak bersandar pada pengertian
kita sendiri!
Saya menghadiri pertemuan dengan banyak perusahaan di kampus
kami dan langsung tahu bahwa saya bekerja untuk Rockwell Corpora-
tion di Dallas, Texas. Ini tidak masuk akal sama sekali karena saya sadar,
tidak ada sekolah Alkitab di Dallas. Saya menerima tiga belas tawaran
kerja di berbagai kota lain—beberapa di antaranya memiliki sekolah Al-
kitab—dan setiap tawaran tersebut menjanjikan lebih banyak uang dari-
pada Rockwell. Namun, saya hanya taat.
Setelah tiba di Dallas, saya masuk ke sebuah gereja, dan Tuhan
menunjukkan kepada saya bahwa saya harus tertanam di sana. Di ge-
reja inilah saya bertumbuh melalui pelayanan, yang merupakan awal dari
perjalanan yang membawa saya ke posisi sekarang.

Kedua: Apakah Anda Tertanam?


Ini membimbing kita pada alasan kedua mengapa banyak orang tidak me-
nemukan kehendak Allah bagi hidup mereka. Mereka tidak menanam-
kan diri mereka di gereja lokal. Firman Allah memberitahu kita, “mereka

266 Digerakkan oleh Kekekalan


yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita”
(Mazmur 92:13).
Mereka yang menanamkan diri mereka di rumah Allah—yang dalam
kehidupan ini berarti gereja lokal—akan bertunas di pelataran Allah kita.
Salah satu aspek dari pelataran Allah kita adalah Takhta Pengadilan Kris-
tus. Jadi kita akan bertunas sekarang dan pada waktu penghakiman jika
kita sudah tertanam kuat di sebuah gereja lokal. Ini adalah rancangan
Allah.
Tuhan, dan bukan manusia, yang menetapkan gereja. Yesus berkata,
“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendi-
rikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Matius
16:18). Perhatikan kata mendirikan. Bagaimana Yesus dapat mendi-
rikan gereja-Nya tanpa secara fisik berada di sini? Jawabannya adalah,
melalui tubuh-Nya—yaitu kita. Sekali lagi, inilah sebabnya mengapa
kita disebut rekan sekerja (subkontraktor). Anugerah, kemampuan, dan
karunia diberikan oleh-Nya, dan Dialah yang memberikan kuasa supra-
natural. Tetapi Dia harus menghasilkan bejana yang taat untuk meng-
genapi pekerjaan-Nya. Pertanyaannya adalah, apakah kita mendirikan
gereja-Nya dengan bekerja bersama Dia, ataukah kita termotivasi oleh
agenda kita sendiri?
Yesus memiliki sebuah gereja global yang dibagi menjadi gereja-gereja
lokal. Salah satu dari banyak contoh ini adalah perkataan-Nya kepada
tujuh gereja lokal dalam kitab Wahyu: jemaat Efesus, Smirna, Pergamus,
Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan Laodikia.
Gereja juga disebut dalam Alkitab sebagai tubuh Kristus. Sama se-
perti gereja secara keseluruhan dibagi menjadi gereja-gereja lokal, jadi
tubuh Kristus secara keseluruhan juga dibagi menjadi beberapa tubuh
lokal.
Tuhan adalah Pribadi yang menempatkan umat-Nya. Paulus menga-
takan, “Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing
secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya”
(1 Korintus 12:18). Pernyataan ini mungkin mengejutkan Anda: kita

dipanggil oleh allah 267


bukanlah orang-orang yang memilih ke mana kita bergereja. Allah yang
memilihnya!
Berhentilah sejenak dan renungkan hal ini selama beberapa saat.
Banyak orang memilih-milih gereja seperti mereka memilih toko dari-
pada bertanya kepada Allah ke mana Dia menghendaki mereka bergereja.
Tetapi bagaimana Anda bisa memenuhi tujuan hidup Anda jika Anda
tidak berada di lokasi tubuh-Nya yang tepat? Setiap bagian dari tubuh
manusia secara cermat terhubung dengan rencana Allah. Tangan akan
mengalami kesulitan jika terhubung dengan tempurung lutut. Meski de-
mikian, kita harus mencari agenda Allah untuk pindah ke sebuah kota
atau bergabung dengan gereja lokal.
Setiap kita memiliki peran dalam gereja lokal. Kita membaca:

Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah


anggotanya. Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Je-
maat: pertama . . . (1 Korintus 12:27-28)

Paulus kemudian memberikan daftar beberapa posisi utama dalam


gereja lokal. Meskipun ia tidak memberikan daftar lengkap, kita tahu
dari referensi Perjanjian Baru lainnya bahwa setiap orang percaya adalah
bagian dari tubuh Kristus, dan kita masing-masing memainkan peran
penting, tidak berbeda dengan anggota tubuh jasmani kita. Jika kita
tidak berfungsi dalam tubuh yang ditetapkan, maka gereja lokal akan
lumpuh—sama seperti tubuh Anda jika salah satu atau lebih dari ang-
gota fisik Anda (seperti kaki, mata, atau ginjal) bekerja secara terpisah,
tidak bekerja sama seluruhnya, atau menjadi terputus.
Kenyataan yang menyedihkan adalah bahwa banyak dari pelayanan
Yesus Kristus tidak tercapai dalam komunitas kita karena gereja-gereja
lokal yang sangat cacat. Mengapa mereka lumpuh? Sering kali itu ter-
jadi bukan karena para pemimpin yang tidak efektif tetapi karena me-
reka yang mengaku orang percaya hidup secara bebas. Dapatkah Anda
bayangkan jika mata—atau kaki atau telapak kaki atau bagian lain dari

268 Digerakkan oleh Kekekalan


tubuh saya—memutuskan akan melakukan apa pun yang mereka ingin-
kan? Sungguh menakjubkan melihat apa yang Allah sanggup perbuat di
Amerika mengingat keadaan gereja-gereja lokal kami.
Sebaliknya, mengapa gereja mula-mula mengalami ledakan pertum-
buhan begitu pesat? Marilah kita periksa dan lihat:

Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam perse-


kutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti
dan berdoa.... Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap
bersatu.... Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul
tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah
masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gem-
bira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai
semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka
dengan orang yang diselamatkan. (Kisah Para Rasul 2: 42-47 NLT)

Apakah Anda melihat bahwa orang-orang percaya ini tertanam di


tubuh lokal? Mereka menyembah bersama-sama, mendengar pesan yang
sama, memiliki visi yang sama dan menjalani hidup bersama-sama. Hal
ini mengakibatkan pertumbuhan gereja yang sehat. Orang-orang me-
layani Tuhan melalui gereja lokal mereka, dan ibadah ini juga meme-
ngaruhi kehidupan rumah tangga mereka.
Bagi jemaat mula-mula, menjadi bagian dari gereja lokal adalah
hidup mereka. Bahkan, masalah muncul kemudian ketika beberapa
janda diabaikan dalam hal pelayanan jamuan. Para rasul memanggil je-
maat lokal dan mengatakan kepada mereka bahwa tidak baik bagi para
pemimpin melalaikan pelayanan Firman Allah untuk melayani meja.
“Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang
terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengang-
kat mereka untuk tugas itu” (Kisah Para Rasul 6:3 NLT).
Perhatikan bahwa para pemimpin tidak mengatakan, “Kami perlu
beberapa sukarelawan. Adakah yang keberatan mencurahkan waktu me-

dipanggil oleh allah 269


reka untuk melayani wanita-wanita ini?” Tidak, semua orang percaya
berkomitmen pada pelayanan karena mereka tertanam di gereja lokal.
Saya secara pribadi percaya bahwa setiap anggota berharap ia akan
dipilih untuk melayani. Tujuh orang dipilih . . .

Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itu pun


berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka.
Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem
makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan
diri dan percaya. (Kisah Para Rasul 6:6-7)

Para rasul menumpangkan tangan pada tujuh orang tersebut. Pe-


ngurapan ini bukan untuk melayani dari mimbar, mengajar kelompok
rumah tangga, memimpin pujian dan penyembahan, atau keluar pada
perjalanan pelayanan. Pengurapan itu untuk melayani makanan bagi
para janda di gereja. Wow!
Namun, perhatikan setelah tujuh orang ini mengambil tempat pe-
layanan mereka dalam tubuh Kristus—meskipun tampaknya pekerjaan
sepele—Firman Allah makin tersebar dan jumlah murid di Yerusalem
makin bertambah banyak. Di sini kita menemukan fakta yang menak-
jubkan. Dalam Kisah Para Rasul pasal 1 sampai 5, kata bertambah di-
gunakan beberapa kali dalam menggambarkan pertumbuhan gereja di
Yerusalem. Berikut adalah beberapa peristiwa:

. . . dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu
jiwa. (Kisah Para Rasul 2:41)

Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang


yang diselamatkan. (Kisah Para Rasul 2:47)

Dan makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya ke-
pada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan.... (Kisah Para Rasul
5:14)

270 Digerakkan oleh Kekekalan


Sampai saat ini, hanya para rasul yang melakukan pekerjaan pe-
layanan di gereja lokal, dan Petrus adalah satu-satunya yang tercatat
sebagai komunikator. Namun, pada suatu waktu orang-orang percaya
itu menyadari bahwa setiap orang memiliki dua tanggung jawab utama.
Pertama, untuk memberitakan dan mengajarkan Injil kepada orang lain.
Kedua, berperan dalam gereja lokal.
Pernyataan bahwa semua orang percaya harus memberitakan kisah
menakjubkan tentang Kebangkitan Yesus dapat ditemukan dalam Kisah
Para Rasul 5:42 – 6:1: “Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran
mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan
Injil tentang Yesus yang adalah Mesias. Pada masa itu, ketika jumlah
murid makin bertambah...” Tidak mungkin ada cara lain bagi Petrus
untuk memberitakan di setiap rumah karena tidak ada radio, televisi,
atau koneksi Internet. Jadi kita tahu bahwa semua orang percaya mulai
memberitakan dan mengajarkan Injil Yesus Kristus kepada tetangga me-
reka. Perhatikan gereja ini mulai berkembang tidak dengan penambahan
tetapi dengan pelipatgandaan. Inilah pertama kalinya dalam kitab Kisah
Para Rasul, Anda akan menemukan pertumbuhan berlipat ganda.
Namun, dinamika pelipatgandaan tidak berhenti hanya sampai di
situ. Setelah orang-orang percaya mengambil posisi pelayanan di gereja
(contohnya adalah orang-orang yang melayani para janda yang membu-
tuhkan), kita membaca bahwa jumlah murid-murid tidak hanya berlipat
ganda tetapi makin bertambah. Makin bertambah adalah pertambahan
eksponensial!
Izinkan saya berbagi dengan Anda perbedaan antara penjumlahan
dan pelipatgandaan besar atau pertambahan eksponensial. Misalnya kita
anggap seorang pendeta memenangkan 10.000 orang bagi Tuhan setiap
bulan. Apakah Anda menganggap pelayanan ini cukup efektif? Mung-
kin demikian. Tetapi apakah Anda tahu berapa lama yang dia butuhkan
untuk menjangkau dunia? Jawaban yang mengejutkan adalah 50.000
tahun—padahal tidak ada orang yang lahir atau mati selama waktu
itu! Periode itu lebih dari delapan kali rentang tahun manusia di bumi.
Mustahil!

dipanggil oleh allah 271


Sekarang saya akan memberi contoh pelipatgandaan besar. Katakan-
lah Anda memenangkan dua orang bagi Tuhan dan membuat mereka
terhubung ke gereja lokal Anda. Kemudian bulan depan, masing-masing
dua orang itu membimbing dua orang lain kepada Tuhan dan mem-
buat mereka terhubung ke gereja itu. Bulan berikutnya masing-ma-
sing empat orang itu melakukan hal yang sama, dan bulan berikutnya
masing-masing delapan orang membimbing masing-masing dua orang
kepada Tuhan dan membuat mereka terhubung ke gereja itu. Jika tren
ini terus berlanjut, tahukah Anda berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk menjangkau seluruh populasi bumi dengan Injil? Jawabannya
adalah hanya tiga puluh tiga bulan. Ya, itu benar, kurang dari tiga tahun!
Inilah pelipatgandaan besar.
Sekarang apakah Anda paham bagaimana kita dapat membaca hal
ini dalam Alkitab?

Hal ini dilakukannya dua tahun lamanya, sehingga semua penduduk


Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang
Yunani. (Kisah Para Rasul 19:10 AMP)

Semua penduduk! Jika Alkitab mengatakan semua, itu berarti setiap


orang. Kita tidak berbicara tentang sebuah kota tetapi seluruh wilayah.
Mereka tidak memiliki satelit, televisi, radio, media sosial, mobil, atau
bahkan sepeda. Inilah pertambahan eksponensial.
Dibutuhkan tubuh orang-orang percaya yang sehat untuk meng-
alami multiplikasi hebat. Tubuh yang sehat terdiri dari orang-orang
percaya yang tertanam di sebuah gereja lokal, yang termasuk melayani
di gereja lokal tersebut (dengan melakukan banyak hal seperti melayani
meja para janda, penerima tamu, bekerja di tempat parkir, memberi
salam, melakukan penjangkauan penjara, berpartisipasi dalam pelayanan
anak-anak—daftar itu sangat banyak). Mereka yang melayani juga men-
jangkau orang-orang di mana mereka bekerja atau tinggal dan membuat
orang-orang itu terhubung ke gereja lokal mereka. Ingat, Yesus meme-

272 Digerakkan oleh Kekekalan


rintahkan kepada kita agar menjadikan semua bangsa murid-Nya, bukan
hanya beralih agama. Kita harus membawa orang-orang yang kita jang-
kau agar tertanam di gereja-gereja kita sebab mereka akan diajarkan se-
gala sesuatu yang Yesus perintahkan kepada kita (lihat Matius 28:20).
Karena itu dibutuhkan seluruh gereja lokal, dan semua karunia di dalam-
nya, agar orang-orang menjadi dewasa di dalam Kristus.
Kuncinya adalah tertanam di gereja lokal. Di sinilah kita akan ber-
tunas. Jika Anda perhatikan, Filipus adalah salah satu dari tujuh orang
yang dipilih untuk melayani meja janda-janda. Namun, kemudian
dalam kitab Kisah Para Rasul, ia disebut Filipus pemberita Injil. Peker-
jaan pelayanannya sekarang berkembang mencakup banyak kota: “Pada
keesokan harinya kami berangkat dari situ dan tiba di Kaisarea. Kami
masuk ke rumah Filipus, pemberita Injil itu, yaitu satu dari ketujuh orang
yang dipilih di Yerusalem, dan kami tinggal di rumahnya” (Kisah Para
Rasul 21:8).
Meskipun Filipus sekarang seorang pemberita Injil besar dan telah
dipindahkan oleh Tuhan ke kota lain, ia masih dihargai sebagai salah
satu dari tujuh orang yang bertugas melayani janda-janda. Melayani di
gereja lokal memainkan peran penting dalam mengarahkan dia menuju
panggilan hidupnya. Saya memberitahu orang-orang demikian: “Anda
mungkin memiliki panggilan hidup untuk melakukan sesuatu yang
besar, tetapi itu tidak akan berjalan dengan baik jika tidak dilahirkan
lebih dahulu dengan tertanam di sebuah gereja lokal.”
Saya akan mengulangi kata-kata pemazmur: “mereka yang ditanam
di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita” (Mazmur 92:13).
Pikirkan kata ditanam. Untuk memahami cara kerja kerajaan Allah,
Anda harus mempertimbangkan hukum menabur dan menuai. Yesus
mengatakan kepada para murid-Nya bahwa jika Anda tidak memahami
prinsip-prinsip benih, tanah, dan tuaian, maka Anda tidak dapat me-
mahami seluruh perumpamaan-Nya (lihat Markus 4:13). Sederhananya,
seluruh Kerajaan Allah adalah:

dipanggil oleh allah 273


. . . seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada
malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu
mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya
tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan
buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir
yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup
masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.”
(Markus 4:26-29)

Katakanlah saya memiliki berbagai benih, yang semuanya berasal


dari pohon buah-buahan, tetapi saya tidak begitu mengenal semuanya.
Satu-satunya cara agar saya dapat mengetahui jenisnya adalah jika saya
menanamnya. Setelah masing-masing benih ditanam, selama waktu ber-
lalu, saya akan mengetahui jenisnya.
Allah menaruh pada masing-masing kita panggilan yang telah di-
tentukan dan karunia untuk melakukannya: “Karena kita ini buatan
Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik,
yang dipersiapkan Allah sebelumnya” (Efesus 2:10 NLT). Dan “Sebab
Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya” (Roma 11:29).
Menurut perkataan Yesus, panggilan dan karunia saya adalah berben-
tuk benih. Jika saya menanam diri saya sendiri di gereja, saya akan
mencapai tujuan hidup yang Allah tetapkan. Jika tidak, saya mungkin
menggunakan semua karunia dalam hidup saya untuk tujuan berbeda
selain yang dimaksud Sang Pencipta. Jadi jangan tersesat oleh keberha-
silan sesuai dengan standar dunia. Anda mungkin sangat sukses dengan
berbagai karunia, tetapi penggunaannya bukan dalam ketaatan kepada
rencana Tuhan.
Izinkan saya untuk memberikan contoh. Anda akan melihat banyak
orang di dunia ini yang memiliki suara bagus dan dapat membuat orang
menangis. Karunia mereka diberikan untuk memuliakan Allah dan
menggerakkan orang-orang untuk mengejar hati dan kerinduan-Nya.
Namun mereka tidak pernah memenuhi tujuan hidup mereka karena
belum diselamatkan atau tidak tertanam di sebuah gereja.

274 Digerakkan oleh Kekekalan


Itulah salah satu dari sekian banyak contoh yang bisa saya berikan
tentang orang-orang yang tidak pernah datang kepada Yesus dalam hidup
mereka. Namun, ada juga orang yang telah memberikan hati mereka ke-
pada Yesus tetapi tidak rutin menghadiri gereja. Mereka tidak memenuhi
panggilan kerajaan tertinggi karena mereka tidak tertanam. Mereka
mungkin telah terpanggil untuk memengaruhi banyak kehidupan di luar
gereja, dan mereka dapat melakukannya sampai batas tertentu, tetapi
dampaknya akan jauh lebih besar jika mereka menanamkan diri mereka
di gereja.
Seseorang dapat mengetahui karunia-karunia tertentu dan menggu-
nakannya dengan cara yang dianggap paling baik, tetapi sama saja bila
Anda tidak pernah tahu dengan tepat jenis sebuah pohon—bentuk,
rupa, kekuatannya, dan sebagainya—jika tetap dalam bentuk benih,
bahkan meskipun Anda tidak akan pernah tahu tujuan hidup Anda se-
sungguhnya yang telah ditentukan Allah kecuali Anda sudah tertanam di
gereja. Ini adalah rencana Allah, bukan manusia.
Masalah lain terjadi ketika orang percaya berpindah-pindah gereja
apabila masalah timbul. Saat ini, pria dan wanita mudah meninggalkan
gereja jika mereka melihat sesuatu yang tidak beres, terutama dalam hal
kepemimpinan. Mungkin masalahnya adalah cara kepemimpinan dan
timnya menjalankan gereja. Bisa saja cara mengelola persembahan atau
membelanjakan uang. Jika orang-orang tidak suka isi khotbah pendeta,
mereka segera angkat kaki. Pendeta tidak mudah didekati, atau ia terlalu
akrab. Atau masalah bisa saja timbul karena kurangnya perhatian yang
diberikan kepada seseorang oleh sesama anggota jemaat. Daftar ini terus
berlanjut. Bukannya menghadapi kesulitan dan tetap menaruh harapan,
orang-orang ini malah lari ke tempat lain di mana tampaknya tidak ada
konflik.
Mari kita hadapi kenyataan itu. Yesus adalah satu-satunya gembala
atau anggota gereja yang sempurna. Jadi mengapa kita lari dari kesulitan
di masyarakat Barat ini dan bukannya menghadapi dan mengatasi ma-
salah tersebut? Lantas kita berpindah-pindah dari satu gereja ke gereja

dipanggil oleh allah 275


lain untuk mencari sebuah tempat dengan kepemimpinan atau anggota
yang sempurna.
Tetapi ingat, tempat di mana Allah menempatkan kita adalah tem-
pat di mana iblis ingin menyinggung perasaan kita dan membawa kita
keluar. Musuh kita ingin mencabut pria dan wanita dari tempat di mana
Allah menanam mereka. Jika ia bisa membuat Anda keluar, ia telah ber-
hasil. Jika Anda tidak mau mengalah, bahkan di tengah-tengah konflik
besar, Anda akan merusak rencananya dan justru menggenapi rencana
Allah.
Sekali lagi, “mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas
di pelataran Allah kita.” Apa yang terjadi pada tanaman jika Anda men-
cangkoknya setiap tiga minggu? Sistem akarnya akan mulai mengecil,
dan tidak akan berkembang atau tumbuh dengan maksimal. Jika Anda
terus mencangkoknya, tanaman itu akan mati karena kaget.
Banyak orang berpindah-pindah dari satu gereja ke gereja lain men-
coba untuk mengembangkan panggilan pelayanan mereka. Jika mereka
tidak diakui di beberapa tempat di mana Allah menempatkan mereka,
sakit hati mudah dirasakan. Jika ada sesuatu yang dilakukan dengan cara
yang tidak mereka setujui, mereka tersinggung dan angkat kaki. Mereka
pergi dengan menyalahkan kepemimpinan di gereja itu. Mereka buta
pada setiap cacat karakter mereka sendiri, dan mereka tidak menyadari
bahwa Allah memurnikan mereka dengan tekanan yang mereka hadapi.
(Ini bukan hanya terbatas pada pelayanan tetapi meluas hingga ke per-
nikahan, pekerjaan, dan berbagai hubungan lainnya.)
Marilah kita belajar dari teladan yang Allah berikan dengan tanaman
dan pohon. Ketika pohon buah ditanam di tanah, ia harus menghadapi
badai hujan, panas matahari, dan angin. Andai pohon muda bisa bicara,
ia mungkin akan berkata, “Tolong, keluarkan aku dari sini! Tempatkan
aku di tempat di mana tidak ada panas terik dan tanpa badai berangin!”
Jika tukang kebun mengikuti kemauan pohon itu, ia sebenarnya
akan merusak tanaman itu. Pohon bertahan terhadap panas matahari
dan hujan badai berangin dengan menancapkan akar lebih dalam lagi.

276 Digerakkan oleh Kekekalan


Kesulitan yang mereka hadapi akhirnya merupakan sumber stabilitas
luar biasa. Keganasan berbagai elemen di sekitar mereka menyebabkan
mereka mencari sumber kehidupan lain. Suatu hari nanti mereka akan
berada di tempat di mana badai berangin yang terhebat bahkan tidak
dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk menghasilkan buah.
Setelah mengetahui hal ini, semestinya kita tidak menolak segala sesuatu
yang Allah izinkan agar kita hadapi untuk memperkuat kita dalam pang-
gilan kita.

Ketiga: Apakah Anda Terikat?


Alasan terakhir yang akan kita bahas tentang mengapa orang tidak me-
nemukan dan memenuhi panggilan mereka adalah keterikatan. Beban
menahan orang-orang untuk berlari dan menyelesaikan perlombaan
mereka.
Paulus berkata tentang dirinya sendiri, “Tetapi aku tidak menghi-
raukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir
dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepa-
daku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” (Kisah
Para Rasul 20:24 TEV). Paulus sangat menyadari misi hidupnya. Ada
pekerjaan yang harus dia selesaikan, dan ia juga menyadari pekerjaan itu
belum tuntas. Bagaimana dia tahu? Sama seperti Yesus tahu. Sama seperti
Petrus tahu (lihat 2 Petrus 1:14). Dan sama seperti orang lain tahu, yang
mencari Allah, menanamkan diri mereka di gereja, dan bertahan. Tuhan
mengungkapkan hal ini kepada siapa pun yang tidak memperhitungkan
nyawanya lebih berharga daripada kehendak Allah. Dalam hal inilah ter-
letak kunci akhirnya: ketika kita sepenuhnya menyerahkan nyawa kita
untuk menggenapi rencana Allah yang dikehendaki bagi kita, maka kita
tidak hanya akan menemukan panggilan kita tetapi juga memenuhinya.
Satu contoh terlihat dalam Injil. Pada hari tertentu, Yesus bepergian
dari satu kota ke kota lain. Kita membaca, “Ketika Yesus dan murid-mu-
rid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah

dipanggil oleh allah 277


jalan kepada Yesus: ‘Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau
pergi’” (Lukas 9:57).
Orang yang mengatakan ini begitu bersemangat, bergairah, dan
tulus. Ia ingin mengikut Yesus sepenuhnya. Namun, Yesus punya cara
untuk menyelami antusiasme dan menyelidiki motif yang benar atau
jerat hati. Dia melihat sebuah keterikatan yang akan menghambat orang
ini dalam memenuhi tujuan hidupnya, sehingga Yesus menyebutkannya
dengan mengatakan, “Serigala mempunyai liang dan burung mempu-
nyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk mele-
takkan kepala-Nya” (Lukas 9:58).
Pria ini kemungkinan besar merasa nyaman dengan kesejahteraan
duniawi yang ia miliki dalam posisinya. Ia mungkin memiliki peker-
jaan yang bagus, ekuitas yang cukup besar di rumahnya, dan program
pensiun yang sudah dipersiapkan untuk masa tuanya. Yesus menyentuh
keinginan akan kesejahteraan duniawi ini dengan mengatakan bahwa
Dia tidak mempunyai tempat yang aman untuk meletakkan kepala-Nya.
Saya hanya bisa menggambarkan orang ini, serta banyak orang lain
di kerumunan, mulai mundur perlahan-lahan ke bagian belakang keru-
munan dan akhirnya menjauh. Pria itu kemungkinan besar mengatakan,
“Yesus, aku akan menjadi penerima tamu untuk pertemuan ibadah-Mu,
bermain dalam band, atau bahkan memarkirkan mobil untuk orang-
orang lansia yang hadir dalam konvensi di kota saya.” Suasana glamor
dalam mengikut Yesus telah kehilangan kilaunya dan niat baik untuk
melayani Dia dengan cepat memudar. Jadi orang ini dan banyak orang
lainnya hanyut terbawa arus dengan maksud tetap mendukung Yesus
tetapi sama sekali tidak berkomitmen.
Lantas Yesus memandang seorang lain yang masih bersemangat dan
berkata, “Ikutlah Aku.”

Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan


bapaku.”

278 Digerakkan oleh Kekekalan


Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati mengubur-
kan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan
Allah di mana-mana.” (Lukas 9: 59-60)

Wow. Jawaban yang mantap. Beberapa orang mungkin berpikir


Yesus tidak peka dan agak kasar. Namun, kita harus memahami budaya
pada masa itu. Para pakar menjelaskan tradisi bahwa ketika seorang ayah
meninggal dan anak sulung memenuhi kewajiban untuk menguburnya,
anak itu akan menerima bagian warisan dua kali lipat—dengan anak-
anak lainnya hanya menerima satu porsi. Namun, jika anak sulung tidak
memenuhi tugasnya untuk menguburkan sang ayah, maka porsi ganda
akan jatuh ke tangan anak kedua.
Orang ini hanya ada uang dalam pikirannya. Kemungkinan besar
ia memiliki cinta akan kekayaan, yang akhirnya akan menghambat dia
untuk mengikut Yesus. Ia akan tergoda atau membuat keputusan ber-
dasarkan pada keuangan bukan pada rencana Allah.
Dengan perintah dari Tuhan, saya hampir yakin pria ini, beserta ba-
nyak orang lain, mulai mundur. Jawabannya atas perintah ini mungkin
demikian: “Yesus, aku akan melayani dalam berbagai konferensi yang
Engkau adakan di kotaku. Aku akan bernyanyi dalam paduan suara atau
bermain drum. Aku bisa melakukan itu. Aku ingin melakukan semua
ini dan tidak akan membebankan kepada-Mu biaya sepeser pun atas pe-
layananku.” Kegembiraan mengikut Yesus kehilangan daya tariknya bagi
orang ini dan banyak orang lain.
Perhatikan orang ini tidak mengatakan bahwa ia tidak akan meng-
ikuti Yesus. Ia mengatakan bahwa ia akan mengikut Yesus, tetapi kunci
pada kehilangannya ditemukan dalam kata-kata “Izinkanlah aku pergi
dahulu.” Ia ingin memastikan apa yang dia inginkan telah tercapai sebe-
lum ia menyerahkan hidupnya kepada Yesus.
Tidak ada yang bisa mendahului kehendak Allah jika kita akan me-
ngetahui dan menggenapi rencana-Nya bagi hidup kita. Saya telah me-
lihat orang-orang percaya yang tak terhitung jumlahnya yang menarik

dipanggil oleh allah 279


diri dari ketaatan karena bermaksud mendahulukan prioritas mereka.
Betapa menyedihkan jika mereka kehilangan panggilan mereka. Orang
lain harus masuk dan menggantikan peran mereka. Bagaimana mereka
akan memberikan pertanggungan jawab pada Takhta Pengadilan?
Nah, kembali pada cerita kita. Kerumunan itu lama-lama kian men-
ciut, dan seorang sukarelawan yang bersemangat lainnya melangkah
maju.

Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan,
tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.”
Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk memba-
jak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
(Lukas 9:61-62)

Sekali lagi, perhatikan kata dahulu. Jelas orang ini sangat dekat de-
ngan keluarganya, atau ia punya teman atau pacar di kampung halaman-
nya. Ia hanya ingin menjalankan keputusannya untuk mengikut Anak
Manusia dari Galilea dengan alasan keluarganya. Setiap hubungan yang
terjalin erat akan menjadi faktor penentu akhir pada bagaimana ia akan
melayani Yesus. Jadi Tuhan langsung menyebutkan hal ini dengan me-
ngatakan bahwa ia tidak layak untuk Kerajaan Allah.
Saya hanya bisa melihat pria ini membela diri beserta kelompok
besar lainnya yang diam seribu bahasa. Saya hampir bisa mendengar
ia berkata, “Yesus, aku hebat dalam hubungan masyarakat dan sumber
daya manusia. Aku bisa menjadi konsultan untuk pelayanan-Mu dan
menghubungkan Engkau dengan beberapa karyawan yang benar-benar
hebat. Aku juga bisa membantu mendapatkan pusat konferensi setempat
untuk pertemuan-Mu berikutnya di kota kami. Dan jika Engkau datang,
aku akan bertanggung jawab atas semua penyambut dan penerima tamu
yang melaksanakan pertemuan-Mu. Aku bahkan akan mengantar-Mu
jika Engkau membutuhkan aku. Aku akan menyertaimu!”

280 Digerakkan oleh Kekekalan


Kemungkinan besar, saat ini Yesus telah menyaksikan kerumunan
besar para pengikut yang antusias menciut hingga hanya sekitar tujuh
puluh orang. Mungkin ada ribuan orang awalnya, tetapi Dia langsung
berurusan dengan tiga wilayah utama keterikatan yang menghalangi
orang untuk memenuhi tujuan hidup mereka: kesejahteraan, uang,
dan hubungan. (Ada wilayah keterikatan lainnya—seperti kesenangan,
keinginan akan hal-hal lain di luar tujuan Allah, dan sebagainya—tetapi
dalam beberapa tahun pengalaman saya, ketiga hal ini adalah yang
utama.)
Ketika membaca Injil, kebanyakan orang melewatkan pernyataan
penting Lukas berikut ini karena peralihan ke pasal yang baru. Namun,
saya ingatkan bahwa kitab Lukas adalah salah satu surat yang panjang.
Gereja menambahkan penyebutan pasal dan ayat tersebut di kemudian
hari untuk kemudahan referensi. Simaklah apa yang Lukas katakan
selanjutnya:

Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang
lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap
kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada
mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit . . .”
(Lukas 10:1-2)

Ada begitu banyak makna dalam ayat-ayat ini. Pertama-tama, perha-


tikan kata-kata “after these things” (kemudian dari pada itu). Kita harus
bertanya, setelah hal apakah? Jawabannya adalah, setelah Yesus me-
nyaksikan kerumunan mengecil hingga tersisa segelintir orang, semen-
tara orang-orang yang masih berdiri di situ berkata pada diri mereka
sendiri, Aku tidak peduli berapa pun harga untuk mengikut Dia. Aku ber-
sedia dan akan melakukannya! Mereka menjawab respons Yesus dalam
hal kesejahteraan, uang, dan hubungan, dan mereka bertekad tidak akan
membiarkan apa pun juga menjauhkan mereka untuk memenuhi tujuan
hidup mereka dalam Allah.

dipanggil oleh allah 281


Kemudian Yesus menunjuk tujuh puluh anggota tim baru, yang ke-
mungkinan besar adalah segelintir orang yang masih tersisa. Kata-kata
ditunjuk (appointed) dan dipilih (chosen) digunakan secara sinonim dalam
Perjanjian Baru. Seseorang yang ditunjuk adalah orang yang telah dipi-
lih, dan yang dipilih adalah orang yang sudah ditunjuk. Yesus membuat
pernyataan tertentu di dua bagian yang berbeda dalam Injil Matius. Jika
Dia mengulangi sebuah pernyataan persis di dua bagian dalam Injil yang
sama, maka kita perlu memperhatikan lebih saksama. Ini dia: “Sebab
banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih” (Matius 20:16; 22:14).
Banyak yang dipanggil. Berapa banyak? Semua orang tepatnya.
Semua orang percaya memiliki panggilan atas hidup mereka dan memi-
liki berbagai karunia untuk mengerjakannya. Namun—dan ini mung-
kin akan mengejutkan Anda—hanya sedikit yang dipilih atau ditunjuk
untuk memenuhi panggilan itu. Mengapa hanya beberapa yang ditun-
juk? Karena hanya beberapa orang rela meninggalkan semua keinginan
mereka sendiri, kesejahteraan, nafsu akan uang, hubungan yang meng-
hambat, dan sebagainya untuk memenuhi panggilan atas hidup mereka.
Perhatikan Yesus berkata, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja
sedikit” (Matius 9:37). Bukan salah Allah jika generasi kita tidak terjang-
kau, sebab Allah “menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan
memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (1 Timotius 2:4). Kita ada-
lah orang-orang yang harus berdiri di hadapan Takhta Pengadilan-Nya
dan memberikan pertanggungan jawab atas alasan mengapa generasi kita
tidak terjangkau. Jika kita memenuhi panggilan kita, maka kita tidak
akan dihakimi. Namun, jika kita membiarkan keterikatan menghalangi
kita, maka penghakiman kita akan serius.
Anda mungkin berkata, “Saya hanya salah satu dari sekian banyak
orang.” Bagaimana jika organ hati Anda berkata, “Aku adalah salah satu
anggota tubuh yang sepele, dan tidak ada orang memperhatikan aku atau
pekerjaanku, jadi aku akan melakukan urusanku sendiri daripada tugas
yang harus kulakukan sejak aku diciptakan”? Seperti yang Anda tahu,
tanpa hati, tubuh dalam masalah serius. Bagaimana jika paru-paru me-

282 Digerakkan oleh Kekekalan


ngatakan demikian—atau kaki atau telapak kaki atau bagian tubuh lain-
nya? Sama seperti setiap anggota tubuh adalah signifikan, demikian pula
setiap anggota gereja adalah signifikan.
Berikut adalah fakta serius. Yesus menyatakan bahwa hanya beberapa
orang akan memenuhi tujuan mereka sebagai subkontraktor di rumah
Allah. Setiap orang percaya memiliki panggilan untuk membangun,
namun sedikit yang akan memenuhinya. Ini berarti sebagian besar orang
yang berdiri di hadapan penghakiman orang percaya akan menderita
kerugian dan tidak memperoleh upah yang mulia.
Saya tahu ini bukan berita gembira. Namun, inilah kabar baiknya:
Anda bisa mulai dari sekarang. Anda bisa berlutut dan berdoa dan memo-
hon Allah untuk mengampuni Anda atas segala hal yang telah Anda izin-
kan untuk mencegah Anda menaati kehendak-Nya dalam hidup Anda,
kemudian bergerak maju langkah demi langkah. Smith Wigglesworth,
seorang penginjil besar abad kedua puluh, tidak memulai pelayanannya
sampai ia berusia lima puluhan. Jadi tidak bergitu terlambat bagi Anda.
Ingatlah, kunci untuk membangun dengan baik adalah: Pertama,
mencari Allah dalam iman. Kedua, tertanam di gereja lokal yang Allah
tunjukkan kepada Anda—dan tetap tunduk dan taat kepada pimpinan
tubuh lokal tersebut. Dan ketiga, keterikatan dalam hidup Anda. Se-
bagaimana Allah menunjukkan berbagai pengaruh yang menghambat
Anda, mintalah pedang-Nya untuk memutuskan setiap hubungan pada
jiwa atau daging Anda. Anugerah-Nya cukup untuk membebaskan Anda.

Upah Sepenuhnya1
Satu kata terakhir sebelum kita beralih ke bab berikutnya. Ada banyak
orang yang tidak pernah memulai, atau bahkan menyimpang dari pem-
bangunan rumah Allah. Mereka telah tergoda oleh kemuliaan duniawi:
kekayaan dunia ini; nafsu akan pengaruh, kekuasaan, atau kenikmatan;
atau penerimaan manusia, yang semuanya memudar. Jangan tertipu,
menyimpang, dan tersesat. Tetaplah fokus. Anda memiliki tugas yang
harus dikerjakan di dalam Kristus. Pekerjaan Anda harus selesai.

dipanggil oleh allah 283


Akan ada orang-orang di mana pekerjaannya yang bersifat musiman
atau bahkan seumur hidup tidak akan bertahan. Pekerjaan ini akan di-
hancurkan dan karena itu tidak akan menjadi bagian dari rumah Allah
yang kekal. Dapatkah Anda bayangkan ini?
Untuk membantu Anda membayangkan keseriusan dari pernyataan
ini, izinkan saya kembali menghidupkan kisah rumah kami. Karena saya
mengunjungi lokasi rumah setiap hari, subkontraktor mulai mengenal
saya cukup baik. Mereka memanggil saya “pendeta.”
Setiap hari ketika saya pergi ke lokasi pembangunan, acid rock para
pekerja menggelegar. Setelah melihat saya, salah satu dari mereka akan
cepat lari ke stereo portabel dan mematikannya. Saya tersenyum sendiri
melihat penghormatan mereka pada hal-hal tentang Allah. Kemudian
kami semua mengobrol sebentar. Saya menikmati percakapan yang
menarik dengan orang-orang itu—dan beberapa peluang pelayanan
besar.
Pada salah satu kesempatan ini, saya ingat subkontraktor itu bercerita
tentang beberapa rumah megah yang melibatkan mereka. Mereka berse-
mangat saat menyampaikan peran mereka. Anda bisa melihat kepuasan
dan kesenangan mereka yang sangat besar karena menjadi bagian dari
pekerjaan mulia tersebut. Tidak ada rasa malu sama sekali, semata-mata
sukacita atas jerih lelah yang menguntungkan keluarga lain dan dikenal
oleh para pengamat rumah mewah.
Marilah kita melangkah lebih lanjut. Dapatkah Anda bayangkan
bagaimana perasaan orang-orang yang membangun Gedung Putih di
Washington, D.C.? Bayangkan suatu hari ketika orang-orang ini melihat
anak mereka pulang dari sekolah dan melaporkan bahwa mereka belajar
di kelas tentang gedung yang paling terkenal itu. Kemudian putra atau
putri mereka dengan antusias mengumumkan karyawisata sekolah yang
akan datang untuk mengunjunginya.
Dapatkah Anda bayangkan sensasi yang dialami orang itu ketika
menceritakan keterlibatannya dalam bangunan yang sangat hebat itu?
Dapatkah Anda bayangkan emosinya ketika ia menemani kelas anak-
nya ke 1600 Pennsylvania Avenue untuk karyawisata? Dapatkah Anda

284 Digerakkan oleh Kekekalan


bayangkan bagaimana perasaannya waktu mengamati kegembiraan dan
kebanggaan di raut wajah anaknya ketika teman-teman sekelasnya me-
ngetahui bahwa pria itu ikut ambil bagian dalam membangun rumah
tempat presiden Amerika Serikat tinggal?
Hal serupa berlaku bagi kita. Tetapi kita tidak bekerja pada sebuah
rumah yang akhirnya akan dirobohkan dan diperbarui. Kita sedang
bekerja pada rumah yang akan menjadi fokus utama dari seluruh alam
semesta untuk selama-lamanya. Oh ya! Ingat kata-kata nabi Mikha: “dan
banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: ‘Mari, kita naik ke gunung
TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-
jalan-Nya dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan
keluar pengajaran, dan firman TUHAN dari Yerusalem’ (Mikha 4: 2).
Seluruh urusan alam semesta akan berputar di sekitar rumah ini.
Hikmat dan hukum yang mengatur seluruh umat ciptaan akan bersum-
ber dari rumah itu. Dan di sinilah fakta yang menakjubkan: rumah itu
akan tetap indah sepuluh triliun tahun dari sekarang karena saat itulah
hari penyempurnaannya.
Ada seorang pemberita Injil besar yang setia sampai akhir. Ia me-
layani secara efektif selama lebih dari enam puluh tahun dan memasuki
upahnya menjelang pergantian milenium. Setahun setelah kepergiannya,
saya melakukan perjalanan ke sebuah gereja besar di Midwest di mana
pemimpin ibadah menyampaikan bahwa Allah telah memberinya mimpi
yang jelas. Di dalam mimpi itu, ia berada di surga dan melihat serta
berbincang dengan penginjil besar ini. Pendeta ini mengatakan kepada
pemimpin ibadah, dengan senyum lebar, “Ini jauh lebih baik daripada
yang pernah kubayangkan.”
Mereka bercakap-cakap tentang berbagai kebenaran dan peristiwa,
dan kemudian pendeta ini berbalik dan menunjukkan bagian dari peker-
jaannya di Sion. Sungguh hebat. Dampak dari kesetiaannya berkembang
lebih jauh dan lebih luas dari yang dia angankan, dan upahnya tepat
berada di hadapannya. Ia mampu menunjukkan karyanya, seperti sub-
kontraktor konstruksi yang menyampaikan kontribusi mereka kepada
saya. Itulah upah yang kekal!

dipanggil oleh allah 285


Bayangkan saja, untuk selama-lamanya, Anda mampu menunjukkan
tidak hanya pada keturunan Anda, tetapi berjuta bangsa dan masyarakat
yang datang untuk melihat rumah Allah yang mulia yang disebut Sion,
bagian Anda dalam membangun rumah-Nya. Dapatkah Anda bayang-
kan orang-orang datang dan melihat keindahan rumah Allah dan mem-
bahas kontribusi Anda untuk selama-lamanya?
Mari kita merenungkan sisi yang berlawanan. Pertimbangkan ske-
nario bila Anda tidak memiliki representasi apa pun tentang pekerjaan
Anda karena Anda tidak menyelesaikannya dengan baik. Dapatkah Anda
bayangkan keturunan atau nenek moyang Anda datang untuk meng-
amati pekerjaan Anda, namun Anda tidak dapat menunjukkan apa pun
kepada mereka? Dapatkah Anda bayangkan bangsa-bangsa datang untuk
melihat apa yang Anda kerjakan, dan tidak ada satu pun yang dapat
Anda tunjukkan untuk selama-lamanya karena bagian yang dimaksud-
kan untuk Anda terbakar dan diperbarui? Ingatlah kata-kata Paulus dari
The Message:

Jika pekerjaanmu tahan uji, kamu akan mendapat upah. Jika tidak,
bagian bangunanmu akan dihancurkan dan diperbarui. (1 Korintus
3:14-15—terjemahan harfiah The Message Bible)

Ini benar-benar kerugian untuk selama-lamanya. Sayangnya, itu re-


alitas. Tetapi oh, sobat yang kekasih, saya tidak ingin hal ini terjadi pada
Anda. Allah tidak ingin hal itu terjadi pada Anda. Dan Anda dapat me-
nentukan sekarang bahwa itu tidak akan terjadi pada Anda. Allah telah
memberi Anda anugerah untuk membangun Sion. Sebagaimana rasul
Yohanes mengatakan:

Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami


kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya.
(2 Yohanes 8 NLT)

286 Digerakkan oleh Kekekalan


Tuhan sendiri telah menjadikannya demikian sehingga setiap anak-
Nya akan memiliki kesempatan untuk menerima upah sepenuhnya
untuk membangun rumah-Nya. Jerih lelah Anda tidak pernah memu-
dar, tidak pernah menua, tidak perlu diperbarui. Jika Anda mengandal-
kan kasih karunia Allah dan membangun dengan baik, kontribusi yang
Anda berikan akan dipuji-puji oleh para malaikat dan banyak orang
untuk selama-lamanya.

dipanggil oleh allah 287


Pertanyaan Diskusi
BAGIAN 5: BAB 11–12

1. Kita tahu bahwa Allah tidak membutuhkan kita untuk mengerja-


kan apa pun bagi-Nya—tetapi Dia ingin kita bekerja dengan-Nya.
Maksud apakah yang disampaikan kepada kita tentang Dia dalam
hal ini? Tentang kerajaan-Nya? Tentang diri kita sendiri?

2. Mazmur 139:16 menyatakan bahwa Allah menulis sebuah kitab


yang menguraikan setiap momen hidup kita sebelum kita lahir.
Apakah beberapa cara supaya kita dapat mengetahui apa yang Allah
tuliskan untuk kisah-kisah unik kita?

3. Ada kemungkinan (bahkan mungkin mudah) untuk menghabiskan


hidup kita pada hal-hal yang tampaknya baik dan tetap kehilangan
apa yang seharusnya menjadi panggilan yang harus kita kerjakan.
Apakah ada sesuatu yang Anda izinkan tetap tidak aktif karena
Anda takut atau patah semangat sehingga sekarang Anda mungkin
mencari Allah untuk memperbaruinya dalam hidup Anda?

4. Dalam bab dua belas, kita membahas tiga kunci untuk membangun
kehidupan banyak orang sejalan dengan kehendak Allah: mencari
Dia dengan sungguh-sungguh, menanamkan diri di rumah-Nya,
dan membebaskan diri dari berbagai ikatan. Yang manakah dari hal
tersebut yang menonjol menurut Anda sebagai wilayah kesempatan
pribadi? Bagaimana Anda dapat tumbuh di dalamnya?

5. Dalam kekekalan, kita dapat diberi upah sepenuhnya, sebagian,


atau tidak sama sekali. Apa menurut Anda upah sepenuhnya?

288 Digerakkan oleh Kekekalan


Bagian 6
BAB 13

Pelipatgandaan
“Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia
mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur
dan penuai sama-sama bersukacita.
Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa:
Yang seorang menabur dan yang lain menuai.”
— Yo h a n e s 4 : 3 6 - 3 7 NLT

Baik yang menanam maupun yang menyiram


adalah sama; dan masing-masing akan menerima
upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.
— 1 Ko r i n t u s 3 : 8 NLT

rang-orang yang melayani dengan setia di kerajaan Allah dengan


O membangun rumah Allah akan menerima upah kekal yang sesuai.
Kita akan diberi upah atas pekerjaan kita masing-masing, sesuai dengan
jerih lelah kita sendiri. Setiap kita memiliki berbagai tanggung jawab,
tetapi semua panggilan kita yang berbeda membuahkan satu hasil: ke-
hidupan yang berdampak untuk selama-lamanya.
Banyak yang percaya hanya para pendeta yang secara terang-terangan
menyentuh jutaan jiwa akan berdiri di garis depan surga untuk mene-
rima upah terbesar. Namun, hal ini tidak benar. Allah tidak memberi
upah sebagaimana cara manusia memberi upah. Allah memberi upah
sesuai dengan perbuatan ketaatan yang benar. Jika Dia memberi upah se-
suai standar manusia, kecakapan kewirausahaan akan menjadi fokus pe-
layanan. Seperti yang kita lihat dalam dua bab terakhir, tentu saja tidak

291
demikian yang terjadi. Allah menghakimi dan memberi upah sesuai
dengan panggilan yang harus kita kerjakan—dan Dia memberi kuasa
untuk kita menyelesaikannya.

Diberi Kuasa oleh Kasih Karunia


Pada tahun 56 M, kira-kira sepuluh tahun sebelum ia menyelesaikan
studinya, Paulus menulis bahwa ia adalah “yang paling hina dari semua
rasul” (1 Korintus 15:9). Hal ini tampaknya aneh bagi orang-orang yang
pernah mempelajari sejarah gereja. Paulus telah membawa dampak pada
seluruh dunia dan mencapai lebih banyak bagi kerajaan Allah daripada
orang lain pada zamannya. Tidak diragukan lagi, dia adalah rasul terbesar
pada zamannya. Jadi bagaimana mungkin ia bisa membuat pernyataan
seperti itu? Mungkinkah ia telah melebih-lebihkan? Tidak mungkin;
Anda tidak bisa berbohong ketika menulis Kitab Suci. Satu-satunya cara
Roh Kudus mengizinkan pernyataan seperti ini adalah jika ia memang
benar-benar yakin.
Jawabannya ditemukan dalam tulisan Paulus selanjutnya: “Tetapi
karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan
kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebalik-
nya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukan-
nya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku” (1 Korintus
15:10).
Yang cukup menarik, Paulus mengakui prestasinya lebih daripada
rasul lain, namun ia masih menganggap dirinya yang paling hina di an-
tara mereka semua. Penjelasan oxymoron (kiasan yang sengaja meng-
gunakan dua ide yang kontradiktif ) ini ditemukan dalam kata-katanya,
“karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang.”
Paulus mampu memisahkan dirinya dari semua yang Allah kerjakan
melalui dia. Ia benar-benar menyadari bahwa ia tidak bisa menambahi
panggilan Allah atas hidupnya atau mencapai sesuatu di luar kemam-
puan yang diberikan kepadanya. Ini semua diringkas dalam satu kata:

292 Digerakkan oleh Kekekalan


kasih karunia. Dan dinamika ini berlaku pada semua orang percaya se-
hubungan dengan panggilan mereka.
Izinkan saya mengomentari pengalaman saya sendiri dalam pe-
layanan. Buku-buku yang saya tulis sekarang sudah lebih dari sembilan
puluh bahasa di seluruh dunia. Jumlah ini berjuta-juta, dan kesaksian
banyak orang yang diubahkan sudah tak terhitung jumlahnya.
Sering kali orang mendekati saya untuk bertanya rahasia bagaimana
cara saya menulis. Saya tertawa dalam hati dan berpikir betapa buruk
sekali kemampuan saya sebagai seorang mahasiswa bahasa Inggris dan
penulis sebelum kasih karunia Allah diwujudkan dalam hidup saya.
Saya butuh waktu berjam-jam untuk menulis dua halaman kertas dalam
bahasa Inggris, dan sepertinya menghabiskan setengah halaman buku
catatan sebelum muncul ide paragraf pertama. Sekarang ketika saya
menulis, kata-kata mengalir keluar begitu saja dari dalam diri saya. Saya
lebih tahu dari orang lain tentang Siapakah Dia yang menulis buku-buku
ini. Saya sebenarnya hanya orang pertama yang harus menafsirkannya.
Suatu hari saya diwawancarai dalam acara talk show televisi nasio-
nal, dan fokusnya adalah pesan dari buku-buku yang sudah saya tulis.
Namun, selama wawancara berlangsung, pembawa acara menjadi lebih
terfokus pada saya dan prestasi saya daripada pesan tersebut. Saya men-
jadi sangat tidak nyaman dan merenung sejenak untuk minta nasihat
Roh Kudus tentang cara mengubah fokus.
Beberapa saat kemudian, ada jeda dalam diskusi kami, dan itulah
waktu yang tepat untuk menyisipkan komentar Roh Kudus kepada saya.
Saya mengutip kata-kata Salomo, “Aku tahu bahwa segala sesuatu yang
dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah
dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut
akan Dia. Yang sekarang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah
lama ada; dan Allah mencari yang sudah lalu” (Pengkhotbah 3:14-15).
Kemudian saya berkata, “Ada banyak sekali tak terhitung pendeta dan
pelayan di luar sana melakukan apa yang menjadi panggilan Allah yang
harus mereka kerjakan. Beberapa orang menggembalakan gereja dengan

pelipatgandaan 293
tiga ratus anggota di daerah pedesaan. Yang lain melayani jiwa-jiwa yang
terhilang dan terluka di negara berkembang; mereka telah menanamkan
hidup mereka ke ladang misi. Yang lainnya bekerja di pusat kota, me-
nempatkan kehidupan mereka dalam bahaya setiap hari untuk meno-
long orang-orang yang dianggap tidak berharga oleh banyak orang. Ada
juga yang melayani Allah dengan setia di dunia perdagangan. Daftar ini
tak ada habisnya. Kemungkinan besar salah satu dari orang-orang ini
tidak akan tampil dalam program ini, tetapi banyak orang akan berdiri di
garis depan surga karena mereka sudah taat pada panggilan yang mereka
kerjakan, dan mereka melakukannya dengan motif yang murni.”
Selanjutnya saya mengatakan, “Mengenai saya, Allah telah me-
manggil saya untuk melakukan pekerjaan tertentu bagi-Nya, dan ling-
kupnya telah menyentuh banyak kehidupan. Inilah sebabnya mengapa
Anda bertanya pada saya dalam program ini. Namun, saya tidak dapat
menambahkan satu hal pun pada panggilan yang Allah tetapkan bagi
saya. Saya tidak bisa menambahkan, meningkatkan, atau membuatnya
berkembang lebih jauh dengan kemampuan saya sendiri. Satu-satunya
hal yang dapat saya lakukan adalah mengacaukannya, dan itulah yang
menyebabkan saya takut!”
Suasana wawancara itu seketika menjadi serius. Orang yang mewa-
wancarai saya, yang juga memiliki pelayanan internasional, mencatat apa
yang saya katakan dan mengubah kembali fokus sepanjang sisa wawan-
cara itu ke arah melayani orang-orang.
Hal ini berlaku bagi siapa saja. Mungkin Anda sudah terpanggil
untuk menjadi seorang istri dan ibu dari anak-anak, melayani di pe-
nitipan anak di gereja lokal, dan berdoa syafaat di bilik doa. Jika Anda
melakukan ini dengan setia sampai akhir, maka Anda akan diberi upah
sangat besar atas ketaatan Anda. Atau Anda mungkin telah terpanggil
untuk melayani dalam pelayanan penjara di gereja Anda, menyentuh
banyak kehidupan di dunia perdagangan, dan memberikan sebagian
besar harta untuk pekerjaan pelayanan. Jika Anda telah setia melakukan
ini sampai akhir, melakukannya dari hati Anda seperti kepada Tuhan,

294 Digerakkan oleh Kekekalan


Anda akan diberi upah seperti seorang penginjil yang setia memenang-
kan banyak orang.
Daftar ini terus berlanjut. Saya secara pribadi percaya bahwa di garis
depan surga, kita akan melihat jauh lebih banyak ibu, pengusaha, pekerja
buruh kasar, dan sejenisnya yang menerima upah terbesar dari Tuhan.

Bala Tentara Allah di Bumi


Gereja Yesus Kristus adalah bala tentara Allah di bumi. Kita semua
memiliki berbagai posisi sesuai pangkat dan karunia untuk menjalankan
misi kita. Tahun lalu, istri saya dibangunkan oleh Tuhan dan diperli-
hatkan bala tentara besar dalam Roh. Waktu itu jam empat pagi, tetapi
ia segera membangunkan saya untuk melaporkan apa yang dilihatnya
dalam penglihatan itu.
“John,” katanya, “bala tentara itu adalah kemiliteran di mana semua
orang tahu pangkat, posisi, dan tanggung jawab mereka masing-masing.
Mereka berbaris dalam urutan yang sempurna, dan ada posisi terbuka
di seluruh jajaran, aku melihat orang-orang masuk ke situ. Aku melihat
kamu dan aku bergerak ke dalam dua tempat jawatan kita. Tidak ada
yang harus memperhatikan orang lain untuk mengetahui di mana harus
berbaris. Mereka semua sangat serempak karena mata mereka tertuju
pada Tuhan.”
Lalu ia memberikan komentar yang sangat menarik perhatian saya.
“Tidak ada yang mendambakan posisi orang lain. Semua orang merasa
puas melayani di posisi yang Tuhan ciptakan untuk mereka.” Apakah
Anda menangkap itu? Tak seorang pun di kemiliteran itu merasa iri
pada jawatan orang lain. Semua orang puas dan senang untuk bekerja
di posisinya.
Mengingat hal ini, marilah kita kembali pada contoh rumah saya.
Ingatlah bahwa Alkitab mengatakan, “Dengan hikmat rumah didirikan”
(Amsal 24:3). Ada dua jenis hikmat yang melaluinya kita dapat memba-
ngun, salah satunya adalah yang dari atas dan lainnya adalah yang tidak.

pelipatgandaan 295
Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan
cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang
lahir dari kelemahlembutan. Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan
kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri
dan janganlah berdusta melawan kebenaran! Itu bukanlah hikmat
yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari se-
tan-setan. Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri
di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
(Yakobus 3:13-16 NIV)

Tidak peduli apa yang kita lakukan atau seberapa baik itu kelihatan-
nya, jika didorong oleh motif iri hati atau mementingkan diri sendiri,
maka berarti kita sedang membangun dengan motif kedagingan, tidak
alkitabiah, dan jahat yang tentu saja tidak mendapatkan upah.
Webster mendefinisikan perasaan iri atau dengki sebagai “rasa tidak
puas atau ketamakan berkaitan dengan keuntungan, keberhasilan, harta
orang lain, dan sebagainya.”1 Jika kita melihat panggilan Allah melalui
mata dunia, maka perasaan iri tidak dapat dihindari. Ada beberapa peng-
khotbah yang merasa dengki pada tugas kehidupan Paulus. Dia menulis,
“Ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan,
tetapi ada pula yang memberitakan-Nya dengan maksud baik. Mereka
ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku
ada di sini untuk membela Injil, tetapi yang lain karena kepentingan
sendiri dan dengan maksud yang tidak ikhlas” (Filipi 1:15-17 BIS).
Para pelayan ini tidak puas akan panggilan yang Allah tetapkan dalam
hidup mereka, dan mereka menginginkan keberhasilan Paulus. Perasaan
dengki ini didorong oleh ambisi kepentingan diri sendiri mereka. Ambisi
adalah keinginan yang penuh semangat dan kuat untuk menggapai se-
suatu. Apabila kepentingan sendiri, maka lebih berfokus pada diri kita
sendiri dan bukan pada kebaikan orang lain. Motif ini hanya akan meng-
hasilkan kekacauan dan perselisihan dan akan membuka pintu untuk
setiap hal yang jahat.

296 Digerakkan oleh Kekekalan


Di sisi lain, hikmat ilahi akan memicu gairah akan kerajaan Allah,
bukan ambisi kepentingan sendiri. Hikmat ilahi akan membangun sesuai
dengan keinginan Sang Perencana Agung dengan hasrat hati-Nya yang
memotivasi pekerjaan itu. Kita membaca tentang hikmat ini: “Tetapi
hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya penda-
mai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik,
tidak memihak dan tidak munafik” (Yakobus 3:17 NIV).
Hikmat Allah pertama-tama adalah murni. Dengan kata lain, tidak
bermuka dua ataupun memiliki tampilan luar yang saleh bercampur
dengan motif dengki atau kepentingan sendiri. Motifnya harus setia ke-
pada Tuhan, menerima tugas-tugas-Nya dengan penuh sukacita. Tujuan-
nya bukan untuk menjadi yang terhebat namun taat pada panggilan. Ini
akan menyebabkan kita bersukacita atas kemajuan kerajaan Allah entah
itu yang terjadi melalui kita ataupun orang lain.
Hikmat Allah selalu berfokus pada kebaikan orang lain, bukan diri-
nya sendiri. Hikmat ilahi ini adalah pendamai, tidak suka bertengkar,
sombong, kritis, atau mendominasi. Motif utamanya adalah melihat
orang lain berjalan dalam kesalehan dan memenuhi tujuan hidup me-
reka. Ada orang yang mencintai pelayanan dan tahan menderita, lalu ada
orang yang mencintai jiwa-jiwa dan memandang pelayanan mereka se-
bagai sarana untuk melayani orang-orang itu. Yang terakhir ini didorong
oleh hikmat ilahi.
Sifat lain dari hikmat ilahi adalah ketundukan. Saat kita puas de-
ngan panggilan kita, kita akan tunduk pada otoritas langsung dan di-
delegasikan oleh Allah. Kita melihat gambaran besar tentang rumah
Allah yang sedang dibangun, dan hanya ada satu Arsitek, Perancang, dan
Ahli Bangunan yang bertanggung jawab. Dia yang telah mendelegasikan
wewenang, kemampuan, dan tugas-Nya pada berbagai individu di gere-
ja-Nya. Mereka yang akan mendapat banyak upah di Takhta Pengadilan
adalah orang-orang yang tetap tunduk kepada mereka yang berada pada
posisi di atas mereka. Sesama rekan pendeta yang telah memecah belah
gereja, karyawan yang telah membangun bisnis mereka sendiri padahal

pelipatgandaan 297
dibayar oleh atasan mereka, dan seterusnya—semuanya akan mengalami
banyak kehilangan pada waktu penghakiman, bahkan meskipun mereka
sudah membuahkan hasil yang besar dalam pemberontakan mereka.
Jangan biarkan hasil menipu Anda. Kita bisa saja memiliki hasil yang
bagus namun tetap memberontak terhadap otoritas Allah. Pertimbang-
kan Musa. Tuhan menyuruhnya untuk berbicara dengan bukit batu dan
air akan memancar keluar secara ajaib. Ia tidak taat. Sebaliknya, karena
kemarahan, ia memukul bukit batu itu. Air tetap memancar keluar,
cukup untuk memberi minum tiga juta orang di padang pasir. Orang-
orang ini mungkin saja berkata satu sama lain selama mereka minum,
“Wow, Allah pasti mendengarkan Musa. Sungguh kuasa yang hebat!”
Namun setelah mereka semua minum, Allah memanggil Musa dan
mengatakan kepadanya bahwa ia tidak akan memasuki Tanah Perjanjian
karena tidak taat. Musa membuahkan banyak hasil—bahkan, hasil yang
ajaib. Tetapi hasil bukanlah indikasi dari keberhasilan. Ketaatan adalah
kuncinya. Hikmat ilahi berakar dalam takut akan Tuhan, yang menem-
patkan kehendak Allah melebihi apa pun atau siapa pun. Mereka yang
takut akan Allah benar-benar tunduk pada otoritas-Nya.
Mari kita kembali pada penglihatan istri saya. Dia melaporkan ke-
pada saya pagi itu, “John, semua prajurit memiliki wajah yang sama
persis.” Dengan kata lain, tentara tanpa wajah. Ini menunjukkan Allah
tidak memiliki posisi superstar. Memahami pewahyuan ini akan mence-
gah kita mengingini posisi orang lain dalam gereja atau memberontak
terhadap otoritas untuk mendapatkan posisi yang lebih besar. Promosi
kita akan datang dari atas hanya jika kita tetap tertanam.

Level yang Berbeda


Dalam kitab Injil kita menemukan dua perumpamaan serupa yang ma-
sing-masing menggambarkan kebenaran yang berbeda terkait dengan
Takhta Pengadilan. Keduanya adalah perumpamaan tentang talenta dan
mina. Perumpamaan pertama, tentang talenta, menekankan bahwa tidak

298 Digerakkan oleh Kekekalan


semua orang percaya diberikan level panggilan dan upah yang sama.
Yesus berkata:

“Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian
ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercaya-
kan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta,
yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing
menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat (Matius 25:14-15).

Orang yang bepergian ke luar negeri menggambarkan Yesus, dan


hamba-hamba itu melambangkan kita. Talenta adalah ukuran uang;
namun, karena ini adalah perumpamaan, talenta kemungkinan meng-
gambarkan sesuatu yang lain.
Salah satu kemungkinan, yang saya pribadi percaya adalah benar,
yaitu talenta merupakan level panggilan dan karunia kita. Misalnya, ada
orang-orang tertentu yang memiliki level pelayanan yang menjangkau
bangsa-bangsa, yang lain menjangkau kota, dan orang lain menjangkau
kelompok-kelompok rumah dalam gereja. Beberapa penulis mencapai
jutaan, orang lain mencapai ribuan, dan yang lain mencapai ratusan.
Satu orang memiliki karunia administratif yang bisa membawa pe-
layanan ke tingkat gereja besar, sementara yang lain hanya dapat menan-
gani gereja ukuran menengah atau kecil. Ada para pengusaha pria dan
perempuan dengan kemampuan kewirausahaan yang memungkinkan
mereka mengembangkan bisnis untuk memperoleh laba bersih ratusan
ribu bagi kerajaan Allah. Lainnya mengembangkan bisnis yang meng-
hasilkan jutaan, dan yang lain memiliki kemampuan untuk menumbuh-
kan beberapa perusahaan yang menghasilkan jutaan atau miliaran untuk
diberikan bagi pekerjaan kerajaan Allah.
Kembali pada perumpamaan. Perhatikan dua poin penting di da-
lamnya. Pertama, semua hamba diberi sesuatu, yang menjelaskan kepada
kita bahwa tidak seorang pun di gereja yang tidak memiliki panggilan
(disertai dengan karunia) dalam hidup mereka. Kedua, level panggilan

pelipatgandaan 299
dan karunia berbeda yang diberikan kepada setiap hamba adalah sesuai
dengan kemampuan mereka. Namun, perlu diingat bahwa Allah mem-
beri kita kemampuan. Kita tidak memiliki apa pun yang bernilai yang
tidak diberikan kepada kita, sebab Kitab Suci menyatakan, “Sebab siapa-
kah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau
punyai, yang tidak engkau terima?” (1 Korintus 4:7)?
Dalam perumpamaan ini, orang dengan panggilan dan karunia level
lima harus melipatgandakan upaya yang dicurahkan. Orang dengan dua
talenta melakukan hal yang sama. Saya pribadi percaya ini menunjukkan
bahkan jika Allah memberi kita upah, kita harus bekerja sama dengan
tenaga kerja kita untuk mencapai hasil yang Dia inginkan.
Namun, pria dengan panggilan dan karunia level satu pasti merasa
tugas yang dipercayakan kepadanya tidak berarti. Ia menganggap tuan-
nya tidak adil, keterlaluan, dan kejam. Dia mungkin berpikir, Mengapa
aku diberi sedikit dari yang lain? Mengapa mereka mendapatkan pengaruh
nasional atau seluruh kota? Mengapa mereka mendapatkan kemampuan
untuk berkhotbah, menyanyi, atau menulis dan bukan aku? Mengapa peru-
sahaanku tidak berkembang sedemikian rupa sehingga aku bisa bersedekah
seperti yang orang lain lakukan? Dan seterusnya. Jadi ia menyembunyikan
talentanya. Ia tidak memenuhi panggilannya. Ia menggunakan karunia
untuk dirinya sendiri atau dalam berbagai arena yang tidak mengun-
tungkan kerajaan.
Setelah waktu yang lama, tuan dari para hamba itu datang dan me-
ngadakan perhitungan dengan mereka. Dua orang yang melipatganda-
kan apa yang dipercayakan kepada mereka dihargai dengan pujian yang
sama: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia;
engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu
tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam
kebahagiaan tuanmu” (Matius 25:21). Individu level lima tidak dipuji
lebih daripada hamba level dua karena mereka berdua sama-sama setia
dan rajin. Sekali lagi ini menegaskan bahwa Allah hanya menuntut kita
agar setia pada apa yang Dia anugerahkan kepada kita.

300 Digerakkan oleh Kekekalan


Orang dengan satu talenta ditegur keras, dan tuannya memerin-
tahkan agar apa yang dipercayakan kepadanya diambil dan diberikan
kepada salah satu dari hamba lainnya. Hamba yang tidak setia itu men-
derita kerugian besar, sementara hamba yang setia bahkan memperoleh
lebih banyak lagi.
Mendengar hal ini, saya merenungkan tahun 1992, ketika Tuhan
memerintahkan saya untuk menulis. Saya hampir tertawa karena rasa
tidak percaya akan apa yang saya dengar dalam hati saya dalam doa. Saya
benci bahasa Inggris! Jika ada orang yang memerintahkan saya menulis
sebuah buku, saya pasti akan tertawa keras sampai mereka keluar dari
ruangan.
Namun, sepuluh bulan kemudian, dua wanita datang kepada saya
dalam selang waktu dua minggu satu sama lain dan memberi saya nu-
buatan yang sama: “John, jika kamu tidak menuliskan apa yang telah di-
sampaikan Allah kepadamu, Dia akan memberikan pesan ini pada orang
lain dan kamu akan dihakimi.” Saya gemetar dan melangkah dalam
iman, dan sisanya adalah riwayat. Jika saya tidak taat, orang lain yang
akan menulis pesan itu, dan saya akan kehilangan talenta yang diperca-
yakan kepada saya.

Melipatgandakan Apa yang Telah Diberikan kepada Kita


Kita sudah membahas panjang lebar bahwa Anda tidak dapat menam-
bahi panggilan atau karunia Anda. Sekarang mari kita mengalihkan
perhatian kita untuk melipatgandakan apa yang dimiliki setiap orang
percaya. Perumpamaan tentang mina, yang mirip dengan talenta tetapi
berbeda dalam hal jumlah, menunjukkan kebenaran ini. Yesus berkata:

Maka Ia berkata: “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri


yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru
kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan
sepuluh mina kepada mereka, katanya: ‘Pakailah ini untuk berdagang
sampai aku datang kembali.’” (Lukas 19:12-13)

pelipatgandaan 301
Mina, seperti talenta, adalah ukuran uang. Namun dalam perum-
pamaan ini setiap orang diberikan jumlah yang sama, satu mina setiap
orang. Karena itu, mina tidak menggambarkan level panggilan atau
karunia kita sebagaimana halnya dengan talenta. Sebaliknya, mina me-
rupakan kebenaran Firman Allah, iman dasar kita, kasih Allah yang telah
dicurahkan di dalam hati kita, dan berkat-berkat perjanjian yang diberi-
kan kepada setiap orang beriman. Setiap individu memiliki ukuran yang
sama; tidak ada orang yang diberikan ekstra untuk memulainya.
Perumpamaan ini berbicara tentang apa yang dimiliki setiap kita se-
bagai orang percaya di dalam Kristus. Kitab Suci menyatakan, “Karena
itu janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia, sebab
segala sesuatu adalah milikmu” (1 Korintus 3:21). Dan lagi, “Terpujilah
Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah me-
ngaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga” (Efesus
1:3). Berkat-berkat ini adalah milik kita di dalam Kristus, tetapi iman
kita yang menggunakan dan mewujudkannya di bumi ini. Dan ketaatan,
doa, dan pemberian kita yang menyebabkan berkat itu berlipat ganda.
Inilah sebabnya mengapa bangsawan, yang menggambarkan Yesus, me-
ngatakan kepada para hambanya (yang menggambarkan kita), “Pakailah
ini untuk berdagang sampai aku datang kembali.” Kita harus meng-
gunakan apa pun yang telah diberikan dan melipatgandakannya untuk
kemuliaan Allah.
Periksalah hasil yang didapat oleh hamba-hamba tersebut:

Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja,


ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya
uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-ma-
sing. Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang
satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang
itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah
setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepu-
luh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah

302 Digerakkan oleh Kekekalan


menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau,
kuasailah lima kota.
Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina
tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. (Lukas 19:15-20)

Sang bangsawan menegur keras hamba yang terakhir, dan mina


yang dia miliki diambil dan diberikan kepada hamba yang melipatgan-
dakan mina menjadi sepuluh. Tuhan berkata, “Jawabnya: Aku berkata
kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi
siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang
ada padanya” (ayat 26).
Dalam perumpamaan ini, Yesus hanya membahas tiga dari sepuluh
hamba. Sekali lagi, perbedaan penting dalam perumpamaan ini ada-
lah bahwa setiap individu memulai dengan jumlah yang sama persis;
namun, satu orang melipatgandakannya menjadi sepuluh kali lipat, yang
lain lima kali lipat, dan yang ketiga tidak sama sekali. Kita juga melihat
bahwa upah mereka berbeda-beda sesuai dengan seberapa efektif para
hamba itu berdagang. Keberhasilan mereka secara langsung ditentukan
oleh berapa banyak kota yang mereka kuasai.
Cara kita melipatgandakan apa yang dipercayakan kepada kita akan
secara langsung menentukan berapa banyak otoritas yang dipercayakan
kepada kita dalam Masa Seribu Tahun dan di langit yang baru dan bumi
yang baru. Orang yang setia akan memerintah bersama dengan Kristus,
tetapi tidak semua akan memiliki otoritas yang sama. Ketekunan kita
di bumi ini akan menentukan lingkup aturan kita dengan Dia untuk
selama-lamanya. Hal ini didasarkan pada kita semua yang memulai pada
sebuah tempat yang sama dengan masing-masing satu mina, sehingga
istri dan ibu yang setia yang rajin melayani di gereja memiliki kesem-
patan yang sama untuk mendapatkan upah seperti halnya penginjil yang
memenangkan ratusan ribu jiwa.
Perumpamaan ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki po-
tensi melipatgandakan minanya berulang kali. Dalam kehidupan pribadi
kita, kita dapat membawa dampak dan membangun kerajaan Allah entah

pelipatgandaan 303
banyak atau sedikit seperti yang kita inginkan; pilihan ada di tangan
kita. Bahkan, dalam hal tertentu, kita sangat terbatas. Anda mungkin
membatasi pada komentar ini, tetapi izinkan saya menjelaskan melalui
beberapa contoh. Ada banyak yang bisa saya sampaikan, tetapi hanya
beberapa yang akan membuka pintu hati Anda mengenai prinsip rohani
ini. Namun sebelum kita menyelaminya, pertama-tama marilah kita per-
hatikan kata-kata rasul Petrus:

Kasih karunia... melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan


akan Yesus, Tuhan kita. Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerah-
kan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh
oleh pengenalan kita akan Dia... (2 Petrus 1:2-3)

Kasih karunia dapat dilipatgandakan dalam kehidupan kita. Yakobus


mengatakan, “Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada
kita, lebih besar dari pada itu” (Yakobus 4:6 AMP). Karena kasih karunia
kita bisa melakukan apa saja yang berharga dalam kerajaan Allah. Ke-
mampuan ini berlipat ganda melalui pengenalan akan Allah secara intim.
Inilah sebabnya mengapa setiap orang percaya harus menghabiskan waktu
yang berkualitas dengan Allah. Kita harus berdoa, membaca Kitab Suci,
membaca buku-buku inspirasi, dan mendengarkan pesan yang diurapi,
sambil mencari dan mendengarkan Roh Kudus dan pernyataan-Nya.
Saat kita melakukan ini, maka anugerah dilimpahkan dalam hidup kita,
yang memberikan kita kemampuan untuk berbuat lebih banyak lagi.
Saya telah menemukan bahwa semakin saya datang mendekat untuk
mengenal Allah dan jalan-jalan-Nya, saya menjadi lebih efektif. Jika saya
punya kapak yang memiliki mata pisau yang amat tumpul, menebang
sebatang pohon mungkin dapat memakan waktu seharian. Namun,
jika saya mengasahnya, saya bisa menebang lima pohon dalam satu hari
menggunakan energi yang sama. Inilah yang terjadi ketika kasih karunia
dilimpahkan dalam hidup kita. Kita bekerja keras dengan efisiensi yang
lebih besar.

304 Digerakkan oleh Kekekalan


Saya ingat pernah menyaksikan sebuah parade kebanggaan kaum gay
di jalanan Dallas, Texas, tahun lalu. Selama dua jam saya memberitakan
kepada jiwa-jiwa yang terhilang ini tentang Yesus, dan mereka hanya me-
natap saya seolah-olah saya berasal dari dunia lain. Beberapa orang balas
melontarkan ayat-ayat kitab suci kepada saya secepat mungkin ketika
saya sedang berbicara kepada mereka. Entah bagaimana saya merasa se-
perti membenturkan kepala saya ke dinding. Rasanya seperti melempar-
kan benih pada beton.
Lalu Tuhan berbisik kepada saya, “Pandanglah Aku, dan Aku akan
menunjukkan kepadamu apa yang harus kamu perbuat.” Dalam tiga
puluh menit berikutnya, Allah menuntun saya kepada orang-orang dan
mengilhami kata-kata yang harus saya ucapkan. Kata-kata itu kini mere-
sap ke dalam hati mereka, dan tiga orang menyerahkan hidup mereka
kepada Yesus Kristus. Berpaling kepada Roh Kudus dan mendengarkan
firman-Nya yang disampaikan dalam hati saya melipatgandakan jerih
lelah saya.
Saya pernah menyaksikan hal ini di seluruh bidang kehidupan. Se-
lama saya bertumbuh dalam Firman Allah, saya memiliki kemampuan
untuk berbuat lebih banyak dalam sedikit waktu. Saya telah menemukan
jalan kebenaran yang menyelamatkan saya pada waktu jam, hari, bahkan
berbulan-bulan. Doa menjadi lebih berkuasa, hadirat Allah lebih kuat,
dampak pada kehidupan banyak orang lebih efisien. Alkitab menjan-
jikan hal ini:

Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang


Mahakudus adalah pengertian. Karena oleh aku umurmu diperpan-
jang, dan tahun-tahun hidupmu ditambah (Amsal 9:10-11 NLT)

Dua hal yang dijanjikan dalam bagian ayat ini: umur panjang, yang
berarti kehidupan yang yang lebih lama, dan tahun-tahun hidup ditam-
bah. Ini tidak berarti beberapa tahun lagi, karena itu akan berlebihan.
Namun ini berarti kemampuan untuk mencapai prestasi lebih banyak

pelipatgandaan 305
dalam jumlah waktu yang sama. Hal ini dijelaskan dalam bagian lain
sebagai panjang umur: “karena panjang umur dan lanjut usia serta se-
jahtera akan ditambahkannya kepadamu” (Amsal 3:2). Penulis ayat ini
berbicara tentang berpegang pada Firman Allah, seperti yang dibahas
Petrus di atas. Perhatikan tidak hanya umur panjang tetapi juga lanjut
usia diberikan. Mendengar dan memperhatikan Allah akan melipatgan-
dakan tahun hidup kita.

Pelipatgandaan Melalui Memberi


Siapa pun yang mulai mengenal Allah secara intim akan menjadi seorang
pemberi yang bersuka cita dan murah hati karena Allah sendiri adalah
sang pemberi yang berlimpah-limpah. Dia memberikan karunia terbesar
dari semuanya, putra-Nya yang tunggal. Tidak ada yang lebih bernilai
bagi-Nya selain Yesus. Tuhan tidak pernah memberi karunia yang tidak
berarti dengan separuh hati. Dia menyerahkan Yesus untuk mengharap-
kan tuaian yang berlipat ganda—yaitu banyak putra dan putri yang
masuk ke keluarga-Nya—dan tuaian itu masih berdatangan.
Pemberian dengan iman adalah cara lain yang pasti untuk melipat-
gandakan apa yang kita miliki; pemberian itu dapat mengembangkan
apa yang kita miliki agar selama-lamanya membawa dampak pada ke-
hidupan banyak orang, seperti yang terjadi ketika Bapa mengorbankan
Yesus bagi kita. Yesus dengan tegas menyatakan, “Dan Aku berkata ke-
padamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang
tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu
diterima di dalam kemah abadi” (Lukas 16:9 NIV). Uang kita, bila di-
gunakan dengan benar, dapat memengaruhi kualitas hidup kita di surga
dan di Yerusalem Baru lama setelah uang itu musnah. “Seperti ada ter-
tulis: “Ia (Pribadi yang baik hati) membagi-bagikan, Ia memberikan ke-
pada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya.” (2 Korintus
9:9 AMP)

306 Digerakkan oleh Kekekalan


Orang miskin tidak hanya orang yang serba kekurangan secara finan-
sial tetapi juga mereka yang miskin di hadapan Allah. Seseorang dapat
memiliki jutaan dolar dan tetap miskin dalam roh. Salah satu contoh
adalah orang bernama Zakheus. Dalam menggambarkan misi-Nya, Yesus
berkata, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku,
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah
mengutus Aku” (Lukas 4:18). Kemudian Dia memasuki kota, berjumpa
dengan orang yang paling kaya itu, dan kemudian berbicara kepadanya
di hadapan orang banyak dengan mengatakan, “Aku harus menumpang
di rumahmu” (Lukas 19:5 NLT). Meskipun Zakheus adalah orang ter-
kaya di kota itu, ia jelas yang paling miskin. Dengan kata lain, ia tahu
melebihi orang lain betapa dirinya sangat membutuhkan Allah. Yesus
melayani banyak orang yang kaya secara finansial, tetapi orang-orang ini
menyadari kebutuhan mereka akan Firman Allah.
Berbagai pelayanan dibangkitkan untuk melakukan pekerjaan Yesus,
untuk memberitakan dan mengajarkan Firman Allah kepada orang
miskin. Dalam memberi secara finansial untuk pekerjaan Allah, kita
menabur bagi orang-orang miskin, dan perbuatan kita tetap bertahan
untuk selama-lamanya. Tidak ada bedanya berapa banyak atau sedikit
yang Anda miliki secara finansial. Selama Anda memiliki benih—yang
menurut Firman Allah akan Dia berikan bagi Anda—Anda dapat meli-
patgandakan usaha Anda dalam membangun kerajaan Allah.
Bagaimana karunia Anda berlipat ganda? Pertimbangkan biji apel.
Jika Anda menanamnya, akhirnya Anda akan menerima tuaian apel.
Namun, yang lebih penting adalah dalam seluruh apel tersebut akan
menghasilkan lebih banyak biji. Jika semua benih ditanam, maka akan
menghasilkan lebih banyak lagi, dan siklus itu terus berlanjut. Hal ini
persis sama dengan keuangan kita. Lihat apa yang dikatakan Paulus ke-
pada jemaat di Korintus mengenai pemberian mereka:

Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit


juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.

pelipatgandaan 307
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya,
jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi
orang yang memberi dengan sukacita. (2 Korintus 9:6-7 NIV)

Tuaian kita yang berlipat ganda akan berbanding lurus dengan be-
rapa banyak yang kita tabur. Camkan bahwa menabur tidak seperti yang
Allah tentukan tetapi berilah menurut apa yang kita putuskan. Jika kita
bermaksud untuk bermurah hati dalam iman dan kasih, maka pembe-
rian kita akan sangat berlipat ganda: “Ia yang menyediakan benih bagi
penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih
bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebe-
naranmu” (2 Korintus 9:10 BIS).
Tuhan akan melipatgandakan persediaan benih kita, sama halnya
dengan contoh biji apel tersebut. Jika kita menabur dari apa yang kita
miliki, kita akan mendapatkan lebih banyak benih. Proses ini berlanjut
sampai kita menemukan gudang benih milik kita, memberikan kita ke-
mampuan yang lebih besar untuk memberkati orang lain.
Melalui pemberian kita, Allah juga akan menumbuhkan buah-buah
kebenaran kita. Inilah yang sangat menarik. Ini berbicara tentang pelipat-
gandaan tuaian upah kekal kita dari kehidupan banyak orang yang sudah
kita sentuh melalui pemberian kita. Jadi intinya, kita harus melipat-
gandakan mina kita, sebagaimana hamba-hamba dalam perumpamaan
tersebut di atas.

Bermitra Dengan yang Lain


Pemberian kepada orang lain, terutama orang-orang yang membu-
tuhkan yang tidak bisa melunasinya kepada kita, mendatangkan upah
dalam kehidupan ini dan pada waktu penghakiman. Kaitannya dengan
upaya pelipatgandaan kita untuk membangun kerajaan Allah, kita dapat
melakukan hal ini melalui kemitraan dalam Injil. Lihat apa yang dika-
takan Paulus kepada orang percaya di Filipi yang mendukung pelayanan-
nya secara finansial:

308 Digerakkan oleh Kekekalan


Namun baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil ba-
gian dalam kesusahanku. Kamu sendiri tahu juga, hai orang-orang
Filipi; pada waktu aku baru mulai mengabarkan Injil, ketika aku be-
rangkat dari Makedonia, tidak ada satu jemaat pun yang mengadakan
perhitungan hutang dan piutang dengan aku selain dari pada kamu.
Karena di Tesalonika pun kamu telah satu dua kali mengirimkan ban-
tuan kepadaku. (Filipi 4:14-16 AMP)

Perhatikan Paulus berbicara tentang kemitraan jemaat Filipi dengan


pelayanannya. Kemitraan didefinisikan sebagai “hubungan antara indi-
vidu atau kelompok yang ditandai dengan saling kerjasama dan tang-
gung jawab, untuk pencapaian tujuan tertentu.”2 Kemitraan yang sehat
dan ditentukan oleh Allah selalu memberikan kemampuan pada setiap
individu yang terlibat untuk berbuat lebih banyak daripada yang pernah
mereka bayangkan bila melakukannya sendiri.
Sebagaimana sudah saya kemukakan, Yesus menugaskan kita untuk
pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa murid-Nya, bukan
hanya membawa mereka kepada pertobatan. Tugas ini mencakup setiap
orang percaya. Namun, jika semua orang percaya yang berada di ladang
misi mencapai tugas ini secara penuh waktu, bagaimana Injil akan
didanai? (Sekali lagi inilah sebabnya mengapa Allah memberikan pang-
gilan dan upah yang berbeda untuk masing-masing individu.) Tuhan
tidak pernah bermaksud agar pelayanan menerima dana yang mereka
perlukan melalui distribusi malaikat atau uang yang jatuh dari langit.
Sebaliknya, Dia memercayakan tubuh-Nya dengan hak istimewa untuk
memberi, yang menciptakan kemitraan.
Allah telah memanggil dan menetapkan orang-orang dengan karunia
pelayanan untuk menjangkau banyak jiwa. Seperti telah disebutkan, Dia
memberikan karunia, kemampuan, dan urapan khusus untuk menca-
pai tujuan ini. Dia tidak memberikan tugas ini kepada semua tetapi
beberapa orang dalam gereja (lihat Efesus 4:11). Dia menugaskan dan
mempercayakan kepada seluruh gereja dengan bagian integral lain dari

pelipatgandaan 309
tujuan-Nya. Ini termasuk bekerja, menghasilkan uang atau menerima
upah, dan menjangkau orang-orang dalam lingkungan pengaruh me-
reka dengan Injil. Namun, jika Anda bekerja penuh waktu, bagaimana
Anda menjangkau banyak orang? Jawabannya ditemukan dengan cara
kemitraan.
Jika Anda memiliki sebuah produk yang mengubah hidup tetapi
Anda hanya mampu menghasilkan dua per bulan, tidak mungkin untuk
mendistribusikan produk ini ke kota dan negara Anda atau dunia.
Namun, jika ada sebuah perusahaan dengan kemampuan dan peralatan
khusus yang diperlukan untuk memproduksi dan mendistribusikan
ribuan produk ini per bulan, Anda akan bermitra dengan mereka untuk
menyelesaikan pekerjaan ini. Dalam melakukan hal ini, Anda tidak
hanya akan menjangkau dua orang per bulan (salah satu contoh pengin-
jilan dan pemuridan pribadi) tetapi juga ribuan ekstra yang dicapai pe-
rusahaan. Anda akan efektif melipatgandakan bakat dan upaya melalui
kemitraan sederhana.
Prinsip yang sama ini berlaku untuk komentar Paulus kepada jemaat
Filipi. Ia melanjutkan: “Tetapi yang kuutamakan bukanlah pemberian
itu [pemberianmu], melainkan buahnya, yang makin memperbesar keun-
tunganmu [tuaian berkat yang terkumpul untuk keuntunganmu]” (Filipi
4:17 AMP).
Perhatikan kalimat “buahnya, yang makin memperbesar keun-
tunganmu.” Umat percaya di Filipi melipatgandakan upaya mereka
dalam menjangkau dan mengajar jiwa-jiwa dengan menabur dana ke
dalam kehidupan dan pelayanan Paulus melalui kemitraan. Mereka
memberi apa yang bersifat fana, dengan demikian mengubahnya men-
jadi kekal, dan dalam proses itu juga berlipat ganda.
Bila Anda memasuki jenis kemitraan ini, Paulus mengatakan Anda
akan memiliki “buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu.”
Ini adalah keuntungan surgawi Anda. Ketika Anda berdiri di hadapan
Takhta Pengadilan Kristus, Anda tidak hanya akan diberi upah atas ke-

310 Digerakkan oleh Kekekalan


hidupan orang-orang yang Anda pengaruhi secara pribadi di tempat kerja
Anda, lingkungan, sekolah, dan sebagainya, tetapi juga untuk ribuan
atau jutaan orang lain yang Anda jangkau dan latih melalui kemitraan
dengan berbagai pelayanan yang Allah tetapkan. Karena alasan ini Alki-
tab mengatakan kepada kita, “Lemparkanlah rotimu ke air, maka engkau
akan mendapatnya kembali lama setelah itu. Berikanlah bahagian ke-
pada tujuh, bahkan kepada delapan orang” (Pengkhotbah 11:1-2 NLT).
Saat Anda konsisten memberi bagi pelayanan yang ditetapkan Allah
(termasuk gereja lokal), Anda bergabung dengan mereka karena mereka
menyentuh orang lain melalui program penjangkauan. Anda ikut ambil
bagian dalam segala yang mereka kerjakan karena Anda bermitra dengan
mereka. Inilah yang menarik: semakin banyak Anda berinvestasi, sema-
kin besar upah Anda.
Ketahuilah bahwa Allah tidak menilai begitu banyak pemberian
menurut jumlahnya tetapi menurut kesetiaan Anda untuk menabur.
Allah Bapa sedang mencari pemberian yang berkualitas dari hati. Dia
mengasihi dan memberkati aspek hati ini, bukan hanya jumlahnya.
Misalnya, seseorang bisa saja setia untuk memberi persembahan sebesar
tiga puluh dolar setiap bulan untuk sebuah pelayanan. Dengan melaku-
kan hal ini, mungkin ada beberapa biaya pribadi pada pihak pemberi.
Allah akan melihat pemberian ini lebih dari sekadar jumlah dana, karena
dana itu diberikan dari kebutuhan hidup si pemberi. Mungkin ada juga
lainnya yang memberikan seribu dolar setiap bulan, tetapi pemberian
ini diserahkan dari kelimpahan orang tersebut. Tidak ada pengorbanan
pribadi yang terlibat. Keduanya bagus dan berharga bagi Allah, tetapi
orang yang memberi lebih baik menurut pandangan Allah adalah orang
yang memberi tiga puluh dolar. Dinamika ini diilustrasikan oleh janda
yang memberi persembahan dua peser (lihat Markus 12:41-44).
Kita harus ingat bahwa Allah juga melipatgandakan pemberian kita
dalam kehidupan duniawi ini. Kelimpahan memberi kita masing-ma-
sing kemampuan lebih besar untuk memberi lebih banyak. Kitab Suci
menyatakan, “Ada yang menyebar harta [dengan murah hati], tetapi

pelipatgandaan 311
bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu
berkekurangan” (Amsal 11:24 AMP). Pikirkan saja. Investasi Anda tidak
hanya bertumbuh untuk selama-lamanya, tetapi juga berkembang di
dunia alamiah, dan ini memberikan Anda kemampuan untuk menjang-
kau lebih banyak jiwa. Ini merupakan siklus yang terus-menerus ter-
ulang kembali dan bertambah banyak.
Dua puluh dua tahun yang lalu, sekelompok pengusaha yang saya
kenal berkumpul bersama dan berkomitmen untuk menetapkan bagian
tertentu dari keuntungan bisnis mereka demi kemajuan Injil. Upaya itu
dimulai dari kecil, tetapi setiap tahun terus bertumbuh. Orang-orang ini
tetap konsisten dalam memberi dan kemitraan mereka. Pemberian me-
reka telah berkembang sampai batas tertentu sehingga mereka memberi
lebih dari $120 juta untuk pemberitaan Injil dalam dua belas tahun per-
tama sejak mereka berkomitmen. Para pengusaha ini telah menggunakan
mina mereka dan melipatgandakannya demi tujuan kerajaan Allah; upah
mereka akan menjadi besar.
Ada sejumlah besar pria dan wanita di gereja yang bisnisnya sangat
sukses; namun, banyak yang memberikan sebagian kecil dari apa yang
telah mereka dapatkan bagi kerajaan Allah. Meskipun mereka sangat
sukses di mata masyarakat, apakah pandangan Tuhan tentang apa yang
mereka pertahankan? Bahkan meskipun mereka menghasilkan uang ju-
taan, akankah mereka dihakimi seperti hamba yang menyembunyikan
minanya? Mereka tidak melipatgandakan apa yang telah diberikan ke-
pada mereka demi kerajaan Allah. Mereka yang hidup dengan cara de-
mikian berarti tidak digerakkan oleh kekekalan.
Baru-baru ini saya bermain golf dengan seorang pengusaha yang
kadangkala memberi persembahan pada pelayanan kami. Setelah aktivi-
tas itu, ia mengantar saya kembali ke hotel. Selama kami berkendara, ia
berkata, “John, aku berusia hampir lima puluh tahun. Aku telah bekerja
ekstra keras untuk membangun kekayaan bersih perusahaanku hingga
sebesar sembilan juta dolar. Semuanya baik-baik saja, bisnis berjalan
lancar, dan kebutuhan istri dan anak-anak tercukupi seumur hidup.

312 Digerakkan oleh Kekekalan


Mengapa aku harus menghabiskan masa hidup sepuluh tahun ke depan
dengan bekerja banting tulang demi membangun bisnis hingga menca-
pai tiga puluh atau empat puluh juta?”
Saya menyadari bahwa ia tidak menganggap dirinya sebagai bagian
penting dari membangun rumah Allah. Ia melihat saya sebagai peme-
gang peranan penting dalam kerajaan Allah, tetapi sebagai pengusaha, ia
tidak melihat kapasitasnya.
Saya segera menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan lain. “Mi-
salkan aku berkata kepadamu, ‘Aku bekerja sangat keras dan menulis
tujuh belas buku, bepergian tujuh juta mil, dan menyampaikan ribuan
khotbah. Segala sesuatu lancar, pelayanan berjalan mulus, dan kebu-
tuhan istri dan anak-anak tercukupi seumur hidup. Mengapa aku harus
bekerja jungkir balik untuk menulis lebih banyak buku, bepergian, dan
memberitakan lebih banyak pesan?’ Bagaimana menurutmu Yesus akan
menanggapi itu?”
Ia tertawa dan berkata, “Aku tidak ingin berada dalam posisimu ke-
tika kamu berhadapan dengan Dia.”
Saya segera menjawab, “Persis! Kamu baru saja mengatakannya!”
Saya membiarkan dia berpikir sejenak. Kemudian saya melanjut-
kan, “Karunia yang telah Yesus berikan kepadaku untuk membangun
kerajaan-Nya adalah memberitakan Injil dan menulis. Karunia yang
telah Yesus berikan kepadamu untuk membangun kerajaan-Nya adalah
menghasilkan uang untuk mendanai kerajaan-Nya. Kamu belum meng-
hubungkan titik-titik itu. Aku terbatas pada apa yang dapat kulakukan
bagi Yesus dengan ketaatanmu atau kurangnya ketaatanmu, sama hal-
nya mulutku akan terbatas untuk berbicara pada orang-orang andai saja
kakiku memutuskan berhenti bekerja untuk membawaku pada orang-
orang yang perlu mendengar pemberitaan Injil.” Pria itu tertegun.
Enam bulan kemudian, saya menghubungi dia. Saya bertanya
bagaimana kabarnya. Katanya, “John, setiap hari ucapanmu selalu
terngiang-ngiang di telingaku ketika kamu berbicara kepadaku enam
bulan yang lalu. Aku telah bekerja banting tulang untuk menghasilkan

pelipatgandaan 313
lebih banyak sehingga aku bisa memberi lebih banyak lagi.” Saya suka
kerendahan hatinya.
Di sisi lain, saya dan istri saya kenal beberapa pengusaha lain yang
tertanam di gereja kampung halaman kami dan sangat aktif di dalam-
nya, melayani di mana pun ia dibutuhkan. Ia tahu dirinya tidak dipang-
gil untuk melayani penuh waktu, tetapi bekerja di dunia perdagangan.
Ia menetapkan tujuan untuk hidup dari 10 persen pendapatannya dan
memberi persembahan 90 persen. Ia memulai tujuan itu, namun dengan
10 persen, ia mengendarai sebuah mobil yang sangat bagus dan tinggal
di sebuah rumah yang spektakuler. Kemitraannya bagi kerajaan Allah
menyebabkan bisnisnya berkembang pesat dan 10 persen itu bertambah
banyak. Ia menerapkan prinsip Yesus: mereka yang setia dalam kecil akan
setia dalam perkara besar.
Alasan lain untuk kemitraan adalah bahwa itulah kesempatan
kita untuk mengembalikan persembahan bagi pelayanan yang telah
menyentuh kita. Paulus menyatakan, “Jadi, jika kami telah menabur-
kan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah [terlalu banyak], kalau
kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? Kalau orang lain mempu-
nyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami
mempunyai hak yang lebih besar?” (1 Korintus 9:11-12 AMP)
Pernyataan ini juga diterjemahkan ke dalam dunia alamiah. Jika
Anda diberi hadiah dari salah satu teman, Anda tidak akan menulis
ucapan terima kasih pada orang lain. Anda akan berterima kasih ke-
pada orang yang memberkati Anda, dan dalam melakukan hal ini, Anda
akan menjalin atau memperkuat hubungan. Allah merancang kemitraan
dengan cara demikian dengan maksud tertentu, karena lebih banyak
orang yang terjangkau dan tersentuh melalui pelayanan, akan semakin
besar kebutuhan dana mereka untuk mengusahakannya. Jadi jika semua
orang yang telah menerima dampak melalui pelayanan mengembalikan
dana persembahan (bahkan meskipun kontribusi mereka hanya sebesar
persembahan janda yaitu dua peser), maka biaya yang dibutuhkan untuk
melanjutkan pada tingkat pelayanan, serta untuk berlipat ganda, telah
terbayar lunas.

314 Digerakkan oleh Kekekalan


Paulus menyimpulkan pernyataannya kepada jemaat di Filipi dengan
mengatakan:

Kini aku telah menerima semua [pembayaran penuh] yang perlu dari
padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena
aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan
yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada
Allah. Allahku akan memenuhi segala keperluanmu (melimpah ruah)
menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. (Filipi
4:18-19 AMP)

Janji bahwa Allah akan memenuhi segala keperluan menurut


kekayaan dan kemuliaan-Nya diberikan kepada orang-orang yang ber-
mitra dengan pelayanan. Jika Anda memberi persepuluhan dan bermitra
dengan pelayanan, maka Anda dapat berpegang teguh pada janji Allah.
Anda tidak akan pernah kekurangan.

Pelipatgandaan Melalui Doa


Cara lain kita dapat berlipat ganda adalah melalui doa. Sama halnya se-
perti yang kita lakukan melalui pemberian keuangan bagi pelayanan, kita
selama-lamanya dapat menyentuh kehidupan orang-orang yang tidak
akan kita temui sampai di surga nanti dengan berdoa bagi individu, ke-
luarga, gereja, kota, dan bangsa. Kita juga dapat menyentuh kehidupan
banyak orang dengan berdoa bagi pelayanan. Pelayanan kami memiliki
partner keuangan dan partner doa. Partner doa adalah seseorang yang
berkomitmen untuk mendoakan Messenger Internasional setiap hari.
Orang-orang sering mendatangi saya dan berkata, “Aku berdoa un-
tukmu setiap hari.” Saya selalu bisa mengetahui apakah mereka sung-
guh-sungguh melakukannya atau sekadar basa-basi. Kepada orang-orang
yang tulus mendoakan kami, saya mengatakan, “Itulah hal terhebat yang

pelipatgandaan 315
dapat Anda lakukan untuk membantu kami.” Itu benar! Jika orang ber-
doa, lebih banyak jiwa bisa tersentuh dan dengan dampak yang lebih
besar. Doa juga akan menyebabkan Allah menggerakkan hati orang-orang
untuk memberi persembahan bagi pekerjaan-Nya—jadi jika saya harus
memilih antara partner doa dan partner keuangan, saya akan memilih
partner doa terlebih dahulu. Namun, keduanya sangat diperlukan.

Pelipatgandaan Melalui Melayani


Cara lain kita dapat berlipat ganda adalah dengan mendukung pe-
layanan. Ada banyak pendukung dan anggota tim dalam organisasi kami
di mana Lisa dan saya terus-menerus mengingatkan bahwa mereka akan
menerima upah pada Takhta Pengadilan atas setiap jiwa yang terjangkau
melalui pelayanan kami.
Saya tahu hal ini dari pernyataan Daud kepada semua anak buahnya
ketika kembali dari pertempuran. Dalam 1 Samuel 30, kita mengeta-
hui kisah Daud yang mengejar orang Amalek dan mengembalikan apa
yang telah ditangkap dan dicuri dari kemah Israel. Ketika Daud dan
orang-orangnya kembali ke kemah, beberapa orang yang telah pergi ber-
sama Daud tidak ingin berbagi upah mereka dengan orang-orang yang
tertinggal di belakang untuk menjaga peralatan. Tetapi dengarkan respon
Daud:

Siapa yang mau mendengarkan kamu dalam perkara ini? Sebab, ba-
gian orang yang tinggal di dekat barang-barang adalah sama seperti
bagian orang yang pergi berperang; itu akan dibagi sama-sama. Dan
demikianlah halnya sejak hari itu dan seterusnya; hal itu ditentu-
kannya menjadi ketetapan dan peraturan bagi orang Israel sampai
sekarang. (1 Samuel 30:24-25 NLT)

Daud adalah gambaran atau representasi Kristus. Jadi pernyataan,


“Dan demikianlah halnya sejak hari itu dan seterusnya; hal itu ditentu-
kannya menjadi ketetapan dan peraturan bagi orang Israel sampai seka-

316 Digerakkan oleh Kekekalan


rang,” menjelaskan bahwa hal ini masih berlaku hingga hari ini dengan
Yesus dan gereja-Nya. Pada Takhta Pengadilan, semua jangkauan pe-
layanan tidak diperhitungkan hanya kepada pemimpin tetapi juga ke-
pada semua orang yang setia melayani, memberi, dan berdoa bahkan
meskipun mereka tidak terlibat dalam medan perang.

Sikap Itu Penting


Bagian integral dari menerima upah atas pelayanan Anda adalah sikap
Anda, seperti yang telah kita bahas. Bukan hanya pekerjaan kita yang
diperhitungkan tetapi juga motif yang mendorong pekerjaan kita, dan
sikap itulah yang akan memengaruhi motivasi kita. Allah berkata, “Jika
kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil
baik dari negeri itu” (Yesaya 1:19).
Saya ingat suatu ketika saya mengalami kekeringan dalam perjalanan
saya dengan Allah. Tampaknya saya tidak mendapatkan apa-apa dari pe-
layanan di gereja kami, terutama khotbah pendeta saya. Saya yakin situ-
asi itu tidak berkembang.
Saya yang bekerja pada staf gereja dengan delapan ribu anggota
ini, langsung melapor ke pendeta, tetapi saya telah bersikap kritis ter-
hadap dirinya. Dalam doa suatu pagi Allah berbicara kepada saya dan
berfirman, “Masalahnya bukan dengan pendetamu. Masalahnya adalah
denganmu.”
Saya tertegun. “Apa masalahku?”
Kemudian Tuhan bertanya apa maksud Yesaya 1:19. Saya mengutip
ayat di atas, karena sudah hafal. Dia kemudian berkata, “Itulah ma-
salahmu. Kamu terus mengatakan tidak diberi makan, dan ini benar,
karena kamu tidak memakan hasil baik dari negeri itu.”
Saya segera membalas, “Tapi aku taat. Aku melakukan segala per-
mintaan pendetaku!”
Lalu Tuhan menjawab, “Aku tidak mengatakan kalau kamu taat
maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu. Aku mengatakan
jika kamu bersedia dan taat.” Dia kemudian melanjutkan, “Ketaatan

pelipatgandaan 317
berkaitan dengan tindakanmu, dan kerelaan berkaitan dengan sikap.
Dan sikapmu payah!”
Tuhan selanjutnya mengungkapkan bagaimana saya benar-benar
taat dan bahkan tampak tunduk, tetapi sikap saya kritis, mengeluh, dan
menghakimi, sehingga memengaruhi motif saya untuk melayani.
Saya segera bertobat, dan pada ibadah berikutnya, surga terbuka.
Saya menerima dari Allah sekali lagi. Air mata saya menetes ketika pen-
deta saya berkhotbah, merenungkan semua yang saya lewatkan selama
berbulan-bulan karena sikap saya. Tak lama kemudian, kata-kata Paulus
yang diilhami oleh Roh Kudus menjadi sangat jelas bagi saya: “Sebab
justru itulah maksudnya aku menulis surat kepada kamu, yaitu untuk
menguji kamu, apakah kamu taat [mengikuti perintahku] dalam segala
sesuatu” (2 Korintus 2:9 AMP).
Saya menyadari bahwa Allah akan menguji sikap tunduk kita kepada
kehendak-Nya. Saya tidak membahas tentang membiarkan iblis yang
mencoba mendakwa kita, Yesus membayar harga mahal untuk mem-
bebaskan kita dari tipu dayanya. Kita melawan musuh dengan teguh
melalui iman, doa, dan memberitakan Firman Allah. Sebaliknya, saya
berbicara tentang sikap kita terhadap jalan yang telah Allah pilih untuk
kita tempuh. Tentang hal ini Paulus menyatakan agar “menaruh pikiran
dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Filipi 2:5 NLT).
Yesus tidak hanya minum dari cawan yang Bapa persiapkan bagi Dia
tetapi juga melakukannya dengan sukarela. Karena alasan inilah maka
Paulus menyatakan kepada kita agar “supaya kamu dibaharui di dalam
roh dan pikiranmu [memiliki sikap akal budi dan rohani yang baru]”
(Efesus 4:23 AMP).
Mengapa? Karena sikap akan memengaruhi motivasi kita, dan pada
Takhta Pengadilan kita akan diberi upah tidak hanya untuk pekerjaan
kita tetapi juga motif yang mendorongnya. Sekali lagi, mari kita lihat
perkataan Paulus:

Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya


setiap orang memperoleh apa [upah] yang patut diterimanya, sesuai

318 Digerakkan oleh Kekekalan


dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat
[mempertimbangkan tujuan dan motifnya, dan apa yang telah dia
capai, yang membuatnya sibuk dan mencurahkan dirinya dan perha-
tiannya untuk menyelesaikannya]. (2 Korintus 5:10 AMP)

Saya sedih melihat bagaimana beberapa orang telah menjadi pahit


dalam melayani Allah. Mereka telah kehilangan pandangan akan per-
spektif kekal. Mereka terus bekerja, tetapi sikap mereka makin payah dan
motif mereka adalah dengki dan mencari kepentingan sendiri. Lebih dari
apa pun yang dapat dipikirkan, sikap ini telah menyebabkan orang-orang
yang tadinya mulai bergairah tidak mengerjakan dengan tuntas. Itulah
sebabnya kita diperingatkan agar “jagalah supaya jangan ada seorang pun
menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang
pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak
orang” (Ibrani 12:15).
Perhatikan ayat ini menyatakan bahwa banyak orang akan tercemar.
Saya telah menyaksikan ini berulang kali selama lebih dari tiga puluh
tahun pelayanan penuh waktu, dan ini sangat memprihatinkan. Dalam
Amplified Bible, ayat ini mendorong kita untuk “melatih kejelian dan
berjaga-jaga untuk mengawasi [satu sama lain].” Kita harus berbicara ka-
ta-kata yang menguatkan satu sama lain yang akan mencegah masuknya
kepahitan, sebab kita tidak ingin melihat orang yang kita kasihi jatuh
atau gagal menerima upah sepenuhnya karena sikap berurat mengakar
yang tidak dibereskan.
Saya dan istri saya terutama mengawasi anak-anak dan staf kami
dalam area ini. Kami terpanggil untuk melakukan perjalanan penuh
waktu, dan anak-anak kami memiliki keikhlasan terhadap gaya hidup
kami dalam hidup mereka. Namun, kami tidak ingin mereka kehilangan
kasih karunia. Kami telah berbicara kepada mereka pesan yang menguat-
kan untuk mendorong, menjaga sikap mereka, dan mempertahankan
mereka tetap teguh.
Saya ingat suatu hari ketika duduk bersama empat anak kami dan
berkata, “Nak, kalian tahu benar bahwa aku melakukan perjalanan ber-

pelipatgandaan 319
hari-hari setiap bulan, dan ibumu juga keluar beberapa hari dalam se-
bulan. Kami melakukannya karena inilah panggilan Allah dalam hidup
kami. Inilah cara Dia menetapkan tujuan hidup kami untuk menyentuh
kehidupan banyak orang bagi kemuliaan-Nya dan membangun
kerajaan-Nya.”
Saya melanjutkan, “Kalian dapat memandang panggilan Allah atas
hidup kami dengan satu dan lain cara. Kalian bisa menganggap orangtua-
mu direnggut dari kalian dan kalian dipisahkan dari kehidupan keluarga
normal seperti biasanya. Atau kalian bisa menganggapnya sebagai pe-
layananmu, bukan hanya pelayanan orangtua kalian. Panggilan itu men-
jadi pelayanan dengan cara kalian menabur bagi orangtuamu—dengan
mengirim mereka ke dalam kehidupan beribu-ribu kali lipat jiwa untuk
tujuan Allah. Jika sikap kalian demikian, maka untuk setiap jiwa yang
kami jangkau, kalian akan diberi upah pada Takhta Pengadilan kelak.
Jika kalian menganggap kami telah direnggut, maka kalian tidak akan
menerima upah sedikit pun atas setiap jiwa yang kami jangkau. Jadi Nak,
semua itu bermuara pada satu kata: sikap.”
Mereka menangkap apa yang kami tuturkan, dan sebagai hasilnya,
mereka tidak pernah mengeluh tentang perjalanan kami. Bahkan, ber-
kali-kali ketika Lisa dan saya membatasi untuk menerima undangan,
anak-anak justru mendorong kami untuk menerimanya. Kami memi-
liki hubungan yang luar biasa dengan mereka. Mereka semua mencintai
Allah dan melayani bersama dalam pelayanan kami. Syukur kepada Allah
atas karunia-Nya yang menakjubkan. Sekarang, akhirnya anak-anak
kami melipatgandakan mina mereka pada usia yang sangat muda.
Saya melakukan hal yang sama dengan staf kami. Saya berpesan
kepada mereka, “Kalian dapat menganggap bekerja di sini sebagai se-
buah tugas, dan akhirnya kalian akan menjadi letih dan pahit dan
tidak menerima upah pada waktu Takhta Pengadilan. Atau kalian bisa
menganggapnya sebagai hak istimewa untuk menjangkau jutaan jiwa.
Dengan setiap buku yang kalian kirimkan, membantu menjawab setiap
email kami, setiap orang yang kalian jangkau di media sosial, setiap per-

320 Digerakkan oleh Kekekalan


temuan yang kalian selenggarakan, dan sebagainya, kalian semua adalah
bagian penting dari apa yang Allah kerjakan untuk menyentuh banyak
jiwa yang Dia tetapkan untuk pelayanan ini. Kalian seperti orang-orang
Daud yang menjaga peralatan.” Mereka menangkap kebenaran ini dan
memiliki sikap yang baik. Inilah tugas saya sebagai pemimpin untuk me-
nyampaikan pesan kehidupan yang akan membantu melindungi sikap
itu, meskipun masing-masing orang memiliki tanggung jawab utama
atas sikap mereka sendiri.
Menjaga sikap yang baik akan membantu melipatgandakan mina
kita dan menyelesaikannya dengan tuntas. Allah sedang membangun ru-
mah-Nya, dan sungguh merupakan hak istimewa yang kita miliki untuk
menjadi rekan sekerja bersama Dia. Jadi tidak peduli seberapa sepele tam-
paknya bagian Anda, ingatlah bahwa setiap bagian sangat penting dan
Anda dapat lebih efektif atau tidak efektif sesuai pilihan Anda. Harapan
saya bagi Anda adalah sama dengan perkataan Rasul Yohanes: “Waspada-
lah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu,
tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya” (2 Yohanes 8).

pelipatgandaan 321
BAB 14

Pengaruh Pribadi
Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku,
pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku.
— 2 Ti m o t i u s 3 : 1 0 NLT

alam kekekalan, kita akan diberi upah atau menderita kerugian dalam
D hal pengaruh kita dalam kehidupan orang lain. Hal ini tidak hanya
akan dihasilkan dari pelayanan kita, tetapi juga (dan sama pentingnya)
dari perjalanan pribadi kita—cara hidup dan memperlakukan orang lain.
Bagaimana kita memandang orang lain akan memotivasi perlakuan
kita terhadap mereka, baik dalam mendidik atau secara destruktif. Jika
kita menganggap orang-orang lebih rendah dari kita, kita akan mem-
perlakukan mereka demikian. Kita akan menganggap enteng kebutuhan
mereka dan meremehkan mereka. Jika kita menghargai setiap individu,
kita akan berusaha membangun dan memperkuat kehidupan mereka
dari hati yang penuh belas kasihan dan cinta.
Jika kita memandang orang-orang sebagai sumber daya, maka kita
akan memanfaatkannya, terutama bila keinginan, kebutuhan, atau ha-
srat kita diposisikan melebihi nilai mereka. Jika kita menganggap mereka
sebagai orang-orang yang diciptakan menurut gambar Allah serta sangat
berharga dan bernilai, maka motivasi kita adalah memberkati orang lain
meskipun kita harus membayar harga sendiri. Inilah perilaku Kristus.

323
Benteng Egoisme
Saya adalah orang yang sangat berfokus pada diri sendiri sebelum
saya mulai mengenal Yesus. Setelah pertobatan saya pada tahun 1979,
Roh Kudus harus menyerang benteng egoisme dalam pola perilaku saya.
Tak perlu dikatakan lagi, dekade pertama saya di dalam Kristus adalah
periode konfrontasi yang kuat.
Salah satu benteng dalam hidup saya adalah nafsu seksual. Jika ter-
goda dengan pornografi, saya merasa sangat sulit untuk menolak. Setelah
berjuang selama enam tahun, saya dilepaskan pada hari keempat puasa
pada tahun 1985. Setelah saya bebas, proses pembaruan di dalam alam
pikiran saya pun dimulai.
Selama beberapa tahun berikutnya saya menemukan akar nafsu ini.
Kasih Allah terus bertumbuh dalam hati saya, dan kesadaran saya akan
nilai manusia terus meningkat. Saya menyadari keegoisan ekstrem dari
kecanduan saya sebelumnya. Memandang seorang wanita secara porno
atau penuh nafsu berarti merendahkan dia semata-mata menjadi ong-
gokan daging, dan lama-lama itu memuakkan hati saya.
Penyingkapan bahwa wanita diciptakan menurut gambar Allah dan
dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan semakin kuat dalam diri
saya. Saya sudah lama tahu kebenaran ini, tetapi pemahaman saya hanya
pengetahuan akal budi, bukan bagian dari diri saya. Selama beberapa
waktu lamanya, saya menemukan realitas dari proses transformasi Allah.
Ketika gambar-gambar porno melintas di hadapan saya pada papan iklan,
sampul majalah, atau layar televisi, saya merasa seperti diserang. Saya
merasa sangat marah karena Anak Manusia Yesus yang mencurahkan da-
rah-Nya telah diremehkan hanya menjadi onggokan daging. Bagaimana
saya menanggapi wanita telah berubah secara signifikan ketika penying-
kapan ini semakin bertambah.
Saya tercengang menyaksikan bagaimana wanita diperlakukan oleh
beberapa orang di gereja. Mereka dipandang hina, dianggap kurang ber-
harga, dan bahkan dicemooh. Ini tidak masuk akal. Pria dan wanita ada-
lah ahli waris kerajaan Allah yang setara, dan sebagai bejana yang lebih

324 Digerakkan oleh Kekekalan


kuat (yang mengacu pada tubuh jasmani yang lebih kuat, bukan jiwa
atau hati yang lebih kuat), pria harus menghormati wanita melebihi diri
mereka sendiri. Pria harus menaruh respek, menghormati, menghargai,
melindungi, dan selalu berupaya untuk membangun wanita. Suami,
Anda adalah kepala keluarga, tetapi kepemimpinan dalam kerajaan Allah
berarti Anda menyerahkan hidup Anda bagi keluarga dengan melayani.
Ini bukan berarti bahwa Anda berkuasa atas istri dan anak-anak. Jika
Anda memandang kepemimpinan dengan menempatkan posisi Anda
di atas istri, maka Anda akan memperlakukannya sedemikian rupa se-
hingga akan melukai dan menghancurkan daripada membangunnya.
Anda akan memberikan pertanggungan jawab untuk hal ini pada hari
penghakiman.

Ingin Penerimaan
Area keegoisan lain yang Allah singkapkan kepada saya bahkan lebih
menyesatkan. Pada pertengahan 1980-an saya bertugas di staf gereja
sekitar empat ratus karyawan. Gereja kami memiliki lebih dari delapan
ribu anggota dan menjangkau ribuan gereja secara nasional.
Saya benci konfrontasi waktu itu, jadi saya akan menghindarinya
berapa pun harganya. Saya sangat baik dan sopan kepada orang-orang.
Pada setiap kesempatan, saya berbicara hal-hal baik kepada mereka, bah-
kan meskipun apa yang saya katakan itu tidak benar. Saya membangun
reputasi sebagai salah satu orang paling baik di staf. Desas-desus ini tanpa
sengaja saya dengar, dan saya menikmatinya.
Lalu suatu hari dalam doa, Allah bertanya kepada saya, “Di manakah
Aku berfirman dalam 1 Korintus 13 bahwa kasih itu baik hati?”
Saya sedikit terkejut dan menjawab, “Tidak ada.”
Kemudian Allah berkata, “Nak, apakah kamu tahu alasanmu hanya
bicara hal-hal baik kepada orang lain, bahkan meskipun itu tidak benar?”
Saya menjawab, “Oh, tidak, aku tidak berpikir soal itu.”
Dia dengan cepat menjawab, “Kamu takut ditolak mereka. Jadi yang

pengaruh pribadi 325


merupakan fokus dari kasihmu, engkau atau mereka? Jika kamu sung-
guh-sungguh mengasihi orang lain, engkau akan memberitahu mereka
kebenaran entah mereka suka ataupun tidak. Engkau akan lebih peduli
pada kesejahteraan mereka untuk membantu mereka, bahkan meskipun
itu berarti penolakan mereka terhadapmu.”
Saya melihat jelas keegoisan saya bertopengkan kesopanan; kebenaran
yang menyakitkan itu menjadi terang. Saya memanfaatkan orang-orang
demi kebutuhan saya akan penerimaan. Saya menginginkan penegasan
untuk menenangkan kerisauan saya dan tidak menempatkan prioritas
untuk membantu orang lain. Saya hanya ingin penerimaan mereka.
Inilah sebabnya mengapa tak terhitung jumlahnya para pendeta yang
hanya mau memberitakan sisi “positif ” dari Firman Allah. Mereka akan
menahan diri terhadap peringatan, koreksi, atau teguran. Mereka lebih
peduli agar tidak menyinggung anggota jemaat mereka dan tidak ingin
melihat gereja berkurang dibandingkan secara tulus mengasihi jemaat
mereka.
Siapakah yang merupakan fokus dari kasih tersebut, orang lain atau
diri sendiri? Jika kita melihat seseorang berjalan menuju tebing dengan
mata tertutup, apakah kita tidak akan berseru untuk membelokkan me-
reka dari bahaya? Namun, saya pernah mendengar beberapa “pendeta
penuh kasih” berbicara secara pribadi, dan cara mereka berbicara ten-
tang orang-orang begitu mengkhawatirkan. Mereka memperlakukan pe-
layan meja, pelayan, dan orang-orang yang melayani lainnya seolah-olah
mereka adalah warga kelas bawah. Bagaimana mungkin orang percaya
seperti itu membawa dampak bagi orang-orang di luar kehidupan so-
sial mereka? Mereka akan memberikan pertanggungan jawab tentang
bagaimana mereka memengaruhi setiap individu yang mereka jangkau.

Dari Baik Menjadi Keras


Setelah penyingkapan ini menyentuh hidup saya, pendulum berayun
ke sisi yang berlawanan. Saya menjadi seorang pengkhotbah yang keras.

326 Digerakkan oleh Kekekalan


Saya masih tidak memiliki kasih Allah bagi orang-orang yang menya-
la-nyala dalam hati saya. Saya lebih terfokus menjadi orang yang benar
daripada kesejahteraan orang-orang secara kekal. Kadangkala saya mem-
buat jemaat gelisah. Fokusnya masih tetap saya, tetapi keegoisan saya ter-
wujud dengan cara yang berbeda. Perilaku saya adalah contoh klasik dari
bagian ini: “Tentang daging persembahan berhala kita tahu: ‘kita semua
mempunyai pengetahuan.’ Pengetahuan yang demikian membuat orang
menjadi sombong, tetapi kasih membangun.” (1 Korintus 8:1-2 NLT).
Saya merenungkan kembali pada masa-masa pelayanan keliling kami
sebelumnya dan merasa sangat bersalah karena beberapa pendeta harus
menjernihkan situasi setelah keberangkatan saya. Jika saya adalah se-
orang gembala waktu itu, saya pasti tidak akan mengundang John Bevere
untuk datang dan melayani di gereja saya. Saya sangat berterima kasih
kepada para pemimpin ini yang melihat dalam diri saya keinginan yang
tulus untuk melayani Allah dan umat-Nya meskipun saya masih mem-
butuhkan banyak pertumbuhan.
Saat itu, saya tidak lagi merasa tersanjung ketika mendapatkan
penerimaan dan menghindari penolakan. Saya berbicara kebenaran dan
mengemukakannya, namun tetap dengan motif egois yang tersembunyi
yang Allah singkirkan dari saya.
Setelah beberapa tahun, seorang pendeta terkenal mengkritik saya
kepada beberapa pemimpin yang sangat berpengaruh; saya mendengar
tentang komentarnya dari tiga benua yang berbeda. Saya sangat marah
dan hancur pada awalnya, tetapi saya tahu sakit hati hanya akan menye-
babkan saya menyimpang dari Allah. Akhirnya serangan orang ini ter-
hadap saya membuat saya menangis karena kasih Allah yang tidak pernah
terjadi sebelumnya. Dengan bersemangat saya memohon kepada Allah
agar menambahkan belas kasihan yang lebih besar dalam hidup saya.
Tanpa saya sadari, dari waktu ke waktu Allah menumbuhkan kasih-Nya
bagi umat-Nya yang berharga dalam hati saya.
Selama proses ini, Tuhan memberikan sebuah pewahyuan yang meng
ubah pelayanan saya. Anda mungkin berpikir akan mendengar sesuatu

pengaruh pribadi 327


yang sangat mendalam dan berdampak sangat besar, tetapi sebenarnya
cukup sederhana. Anda bahkan mungkin berpikir kedengarannya ko-
nyol sampai Anda merenungkannya. Pernyataan itu adalah, “Sesendok
gula membantu menelan obat.” Saya menyadari potensi obat ini tidak
berkurang jika ditambahkan dengan sesuatu yang manis. Rasa manis itu
hanya membantu mempermudah untuk menelan obat, dan sering kali
bahkan membuatnya lebih nikmat.
Sekarang banyak pemimpin berkata kepada saya, “John, aku kagum
dengan caramu membuat kami semua tertawa seolah-olah kami se-
dang dikuliti oleh Firman Allah. Kamu menyampaikan topik serius
yang memberi kehidupan.” Ketika pertama kali mendengar komentar
ini, saya menyadari bahwa saya sedang didewasakan oleh kasih karunia
Allah. Saya sangat bersyukur kepada-Nya!
Meskipun pendeta yang mengkritik saya melalui para pemimpin
lainnya kemungkinan besar tidak bermaksud untuk memberkati saya,
sebenarnya dia merupakan salah satu berkat terbesar dalam hidup saya.
Anda harus ingat bahwa kadang-kadang Allah akan menggunakan mak-
sud jahat orang lain untuk membawa Anda masuk dalam kehendak-Nya
bagi hidup Anda. Dia mengizinkan pengkhianatan Yudas untuk mere-
ka-rekakan tujuan Yesus di kayu salib. Dia menggunakan maksud jahat
saudara-saudara Yusuf untuk mewujudkan mimpi yang diberikan Allah
kepada Yusuf. Dan daftar ini terus berlanjut.

Tujuannya adalah Kasih Allah


Semuanya bermuara pada cara kita memandang orang. Jika kita membi-
arkan kasih dan belas kasihan Allah bertumbuh dalam hidup kita, maka
kita tidak akan memandang rendah orang lain. Menganggap orang lain
lebih rendah dari kita akan mendorong perlakuan kritis, sikap meng-
hakimi, kekerasan dalam perilaku kita, dan sebagainya. Simaklah apa
yang dikatakan Paulus kepada orang percaya di Roma:

328 Digerakkan oleh Kekekalan


Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau
mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus
menghadap takhta pengadilan Allah.... Demikianlah setiap orang
di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya
sendiri [memberi jawaban yang mengacu pada penghakiman] kepada
Allah. (Roma 14:10, 12 AMP)

Jika orang percaya melupakan hukum terutama yang kedua—kasihi-


lah sesamamu manusia—kita pasti akan jatuh ke dalam perangkap yang
dibahas Paulus di atas, yaitu menganggap remeh orang lain. Mentalitas
ini terutama ditemukan ketika orang memiliki pengetahuan Alkitab se-
lain dari dasar buah Roh.
Alkitab menyatakan bahwa Allah adalah kasih. Sangat penting untuk
menjelaskan bahwa kasih itu bukan Allah. Terdapat perbedaan yang
besar. Kepribadian, cara, dan tujuan Allah tidak terbatas pada definisi
kita tentang apa itu kasih, sebab tidak ada yang tahu tentang kasih sam-
pai ia mengenal Yesus. Dia adalah esensi dari kasih.
Selain itu, tidak ada ayat mana pun yang menyebutkan, “Allah
memiliki kasih.” Tetapi Dia memiliki kuasa. Dia memiliki karunia. Dia
memiliki otoritas. Demikian seterusnya. Namun Yesus adalah esensi dari
kasih. Dengan demikian, kita seharusnya tidak berbeda, karena kita ter-
lahir dengan sifat-Nya. Inilah sebabnya mengapa Paulus berkata:

Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan


bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama
dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku menge-
tahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun
aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung,
tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku,

pengaruh pribadi 329


bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak
mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
(1 Korintus 13:1-3 NLT)

Kasih tidak berasal dari kata-kata. Kita dapat mengatakan bahwa


kita peduli pada seseorang padahal tindakan kita menyangkalnya. Kasih
juga tidak dimulai dengan tindakan kita. Paulus menyatakan pada ba-
gian ayat-ayat di atas bahwa kita dapat melakukan berbagai tindakan
yang tampaknya memiliki kasih yang paling besar (membagi-bagikan
segala sesuatu kepada orang miskin dan menyerahkan tubuh kita) tetapi
melakukannya selain dari kasih. Ini menjelaskan bahwa kasih sejati ber-
asal dari hati.
Ketika kita mengasihi, kita akan sabar dan murah hati dengan orang
lain. Kita tidak akan mudah cemburu dengan keberhasilan mereka karena
hasrat kita adalah melihat mereka menang. Kita tidak akan pernah me-
megahkan diri dan akan menahan diri dari kesombongan dan kecong-
kakan. Kita tidak akan mencari keuntungan diri sendiri. Kita tidak akan
marah karena sikap tidak sabar kita. Kita tidak akan menyimpan kesa-
lahan orang lain ketika kita diperlakukan secara tidak adil tetapi memilih
untuk memaafkan dan melupakan kesalahan apa pun. Kita tidak akan
pernah bersukacita karena ketidakadilan; hasrat kita adalah belas kasihan
dan kebenaran. Kita tidak akan pernah menyerah pada orang lain atau
kehilangan kepercayaan, dan kita akan selalu percaya segala yang terbaik.
Kita akan selalu menganggap orang lain tidak bersalah kecuali memang
terbukti bersalah, dan bahkan kemudian kita akan tetap berharap akan
pertobatan dan pemulihan. Kita akan mengharapkan segala sesuatu dan
menanggung penderitaan apa pun demi kepentingan kerajaan Allah atau
kesejahteraan orang lain. Intinya: kita akan hidup demi pertumbuhan
rohani orang lain, yang hanya ditemukan dalam ketundukan mereka ke-
pada Kristus dan penggenapan kehendak-Nya bagi hidup mereka.

330 Digerakkan oleh Kekekalan


Pemimpin yang Berdampak bagi Banyak Orang
Beberapa tahun silam, saya menghadiri pemakaman seorang sahabat
karib. Namanya Jack Wallace. Ia mendirikan Detroit World Outreach,
di Detroit, Michigan, sebuah gereja multirasial yang berkembang hingga
empat ribu anggota hanya dalam sepuluh tahun. Jack bepergian ke Zim-
babwe untuk berkhotbah pada suatu kebaktian kebangunan rohani ke-
tika ia roboh karena serangan jantung setelah turun pesawat.
Ribuan orang menghadiri pemakaman Jack: para pemimpin pe-
layanan dari seluruh Amerika Serikat, tokoh masyarakat, dan wakil
presiden dari banyak perusahaan besar serta yang disebut pekerja buruh
kasar, orang-orang jalanan, dan para ibu dengan kupon makanan. Inilah
demografi gerejanya. Banyak juga yang tidak mengenal Yesus sebagai
Tuhan yang ikut menghadiri pemakaman, orang-orang termasuk pega-
wai hotel dan restoran serta orang lain dalam komunitas itu di mana Jack
banyak memberi dampak dalam pertemuan pribadinya.
Kehadiran warga dari luar gereja Jack tidak mengejutkan saya. Jack
dan saya banyak menghabiskan waktu bersama-sama di luar gereja, dan
saya sangat diberkati dengan cara dia berperilaku terhadap semua orang
yang ditemuinya. Ia memperlakukan masing-masing individu sangat
berharga dan mulia. Ia memberi uang persen agak banyak kepada pe-
layan dan pegawai parkir. Acapkali saya merasa sedikit terusik, karena
berpikir perilakunya mungkin sedikit berlebihan, tetapi pola pikir bodoh
ini dikoreksi suatu hari ketika Jack mengatakan kepada saya betapa ber-
harga dan mulianya semua orang ini bagi Allah. Jack tidak hanya mem-
buat Anda merasa seolah-olah Anda adalah orang paling penting ketika
Anda bersamanya. Ketika bersama Jack, Anda benar-benar orang yang
paling berharga baginya.
Upacara pemakaman memakan waktu empat setengah jam lamanya.
Banyak pemimpin yang dekat dengannya diminta berdiri dan berbagi
selama beberapa menit. Setelah mendengar penuturan empat atau lima
orang tentang kedekatan dengan Jack dan betapa berartinya dia bagi

pengaruh pribadi 331


kami, salah satu pemimpin yang sangat terkenal akhirnya bangkit dan
berkata, “Saya pikir hanya saya sahabatnya!” Semua orang tertawa.
Kami semua tahu bahwa Jack memandang dan memperlakukan kami
masing-masing sebagai sahabat terdekatnya. Tidak hanya itu, pemimpin
besar ini memberi dampak pada bangsa-bangsa melalui kebaktian ke-
bangunan rohani dan siaran televisi, tetapi ia juga memengaruhi semua
orang yang bertemu dengannya secara pribadi. Tidak peduli meskipun
Anda adalah CEO dari sebuah perusahaan besar atau seorang jutawan.
Jack tahu bagaimana berkomunikasi dengan Anda dan mengasihi Anda
sebagai manusia. Tidak hanya itu, Jack setia pada panggilan dan karunia-
Nya, tetapi ia juga membuat minanya berlipat ganda di setiap bidang
kehidupan.

Petugas Kebersihan yang Memengaruhi Banyak orang


Beberapa orang yang pernah memiliki dampak paling besar dalam hidup
saya adalah orang-orang yang tidak akan pernah Anda lihat di balik
mimbar. Salah satunya adalah seorang pegawai keuangan di Rockwell
International. Namanya Mike, dan saya mulai mengenalnya hanya dua
tahun setelah saya menjadi seorang Kristen. Ia duduk dekat dengan saya
di tempat kerja, dan kami sering mengobrol banyak hal tentang Allah
saat istirahat dan waktu makan siang. Kemudian, kami terhubung se-
lama berjam-jam di rumah masing-masing dan di gereja. Integritas Mike
dan pengetahuan praktisnya dari Kitab Suci paling berdampak pada saya.
Saya juga terpengaruh oleh cara dia menghormati, mencintai, dan meng-
hargai istri, anak-anaknya, dan setiap individu yang bertemu dengannya.
Akhirnya saya meninggalkan Rockwell dan masuk ke pelayanan. Be-
berapa saat kemudian, Mike juga meninggalkan perusahaan dan memulai
perusahaan akuntansi sendiri, yang masih ada hingga saat ini. Usahanya
menjadi sangat sukses. Ia mengulurkan bantuan kepada lebih dari dua
belas ribu klien dengan pengembalian pajak dan pembukuan mereka,
dan lima ribu klien tersebut mengunjunginya secara rutin. Mereka sudah
bersamanya selama bertahun-tahun karena kejujuran dan integritasnya.

332 Digerakkan oleh Kekekalan


Saya bertanya kepada Mike baru-baru ini tentang berapa banyak kli-
ennya yang telah mendengar pemberitaan Firman Allah melalui dia. Ia
mengatakan, “John, perkiraan kasar sekitar 90 persen.” Itu berarti lebih
dari sepuluh ribu orang.
Saya terpana. Kemudian saya bertanya berapa banyak yang telah dia
bimbing menuju keselamatan. Jawabannya adalah, “Ratusan,” katanya,
“Baru minggu lalu aku membimbing seorang pria Kuba kepada Tuhan
dan berdoa dengan dia agar disembuhkan dari kanker.”
Mike juga telah membantu banyak pelayanan untuk mengerjakan
pembukuan mereka. Pelayanan kami, ketika kami masih berada dalam
tahap bayi, adalah salah satu di antaranya. Mike memahami panggilan
hidup saya dan selama bertahun-tahun melakukan pengembalian pajak
saya tanpa biaya. Kehidupan Mike telah berdampak bagi orang-orang
dalam berbagai cara.
Dalam percakapan panjang kami, Mike pernah bercerita tentang
petugas kebersihan yang memengaruhi hidupnya lebih daripada yang
lain. Saya menghubunginya baru-baru ini untuk menanyakan kabar pria
ini. Mike mulai menangis di telepon.
Ia mengatakan, “John, enam dari sembilan bibi dan pamanku ber-
akhir di rumah sakit jiwa. Ibuku sendiri juga berakhir di tempat yang
sama. Kedua kakekku ditembak orang. Keluargaku sangat kacau, dan
saya menuju tujuan hidup ini.
“Namun, karena tekanan keuangan, ibu mengirimku ke keluarga
lain agar mereka dapat merawatku. Aku tinggal dengan mereka selama
tujuh tahun. Pemilik rumah itu adalah seorang petugas kebersihan dari
pabrik kertas setempat. Namanya Charlie. Integritas, komitmennya pada
Yesus, dan kasih bagi sesama mematahkan setiap kutuk dari hidupku.
Setiap minggu ia mengajakku ke gereja dan mengajari jalan-jalan Allah.
Pengaruhnya pada hidupku membantu membentuk aku menjadi seperti
sekarang ini. Putriku pernah menulis sebuah makalah dan memberinya
sebutan ‘Pria terhebat yang tidak pernah kukenal.’ Yang dimaksud ada-
lah Charlie.”

pengaruh pribadi 333


Kemungkinan besar Anda tidak pernah mendengar tentang Charlie
di mana saja di bumi ini kecuali dari buku ini. Namun, pengaruhnya
telah meluas hingga ribuan orang yang telah dilayani Mike. Selain itu,
pengaruhnya juga menyentuh saya melalui Mike. Jadi hak istimewa yang
saya miliki untuk melayani jutaan orang secara tidak langsung juga telah
terjangkau melalui Charlie. Apakah Anda mengerti bagaimana seorang
petugas kebersihan melipatgandakan minanya dan suatu hari nanti akan
diberi upah sangat besar?

Pengaruh hingga Warisan


Ini mengingatkan saya pada sebuah kisah nyata yang dibacakan salah
satu karyawan saya baru-baru ini. Kisah ini adalah tentang seorang ateis
bernama Max Jukes dan seorang yang saleh bernama Jonathan Edwards.
Begini ceritanya:

Max Jukes adalah seorang ateis yang hidup tanpa percaya Allah. Ia
menikah dengan seorang gadis tidak beriman, dan dari pernikahan
itu ada 310 yang meninggal sebagai orang miskin, 150 penjahat, 7
pembunuh, 100 pemabuk, dan lebih dari setengah dari wanita adalah
tunasusila. 540 keturunannya menghabiskan biaya negara sebesar satu
seperempat juta dolar.
Namun, puji Tuhan, ada dua kisah yang berbeda! Ada catatan
tentang seorang pria Amerika hebat hamba Allah, Jonathan Edwards.
Ia hidup pada waktu yang sama seperti Max Jukes, tetapi ia menikah
dengan seorang gadis yang saleh. Penyelidikan dilakukan pada 1.394
keturunan Jonathan Edwards yang terkenal yaitu 13 menjadi rektor
perguruan tinggi, 65 dosen, 3 senator Amerika Serikat, 30 hakim,
100 pengacara, 60 dokter, 75 perwira tentara dan angkatan laut, 100
pengkhotbah dan misionaris, 60 penulis terkenal, salah satu wakil
presiden Amerika Serikat, 80 menjadi pejabat publik dalam berbagai
kapasitas lainnya, 295 lulusan perguruan tinggi, di antaranya ada-

334 Digerakkan oleh Kekekalan


lah gubernur negara bagian dan duta besar di negera-negara asing.
Keturunannya tidak merugikan negara sepeser pun.1

Inilah contoh lain dari pelipatgandaan mina. Orang-orang terse-


but—Charlie, Mike, dan Jonathan Edwards—telah memengaruhi be-
gitu banyak jiwa. Pengaruh mereka menghasilkan warisan besar. Tetapi
bukan pelayanan umum mereka yang berdampak pada banyak orang
yang kita bicarakan, namun kehidupan pribadi mereka.
Inilah hak istimewa yang Allah berikan kepada setiap kita. Bagaimana
Anda menanggapi seorang polisi, cara berbicara tentang pendeta Anda,
bagaimana memperlakukan anak, cara membereskan urusan keuangan,
kata-kata yang Anda gunakan untuk berbicara kepada individu, dan
seterusnya—ini semua memengaruhi kehidupan orang lain di sekitar
Anda. Apakah Anda akan menjadi ahli bangunan atau batu sandungan?

Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertang-


gungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah. Karena itu
janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu meng-
anut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau
tersandung!.... Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatang-
kan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.
(Roma 14:12-13, 19 NLT)

Paulus berbicara hal ini dalam hubungan langsung dengan Takhta


Pengadilan Allah. Setiap pengaruh yang kita tanamkan pada individu
akan melewati pengujian di sana. Inilah hal paling penting yang tetap
kita prioritaskan setiap saat. Ini akan memotivasi kita untuk menang
namun bukan untuk mencari kepentingan diri kita sendiri.
Rebecca Ruter Springer hidup pada abad kesembilan belas dan meng-
alami kunjungan yang lama ke surga sebelum kepergian terakhirnya se-
bagai upahnya. Setelah kembali, ia menulis buku klasik berjudul Intra
Muros. Di dalamnya ia mengutip seorang kerabat yang banyak meng-

pengaruh pribadi 335


habiskan waktu dengan dia di surga. Ia melaporkan bahwa kerabat ini,
saudara suaminya, yang dekat dengan Tuhan. Kata-katanya kepada Re-
becca adalah:

“Kalau saja kita bisa menyadari karena kita adalah manusia fana,
bahwa setiap hari demi hari kita sedang membangun untuk selama-la-
manya, betapa berbedanya kehidupan kita dalam banyak hal! Setiap
kata yang lemah lembut, setiap pikiran yang murah hati, setiap per-
buatan yang tidak egois, akan menjadi pilar keindahan abadi dalam
kehidupan di masa yang akan datang.”2

Membimbing Orang Lain kepada Yesus


Pengaruh terbesar yang dapat kita tanamkan pada individu adalah
untuk membimbing orang itu kepada Kristus. Apabila Anda memahami
penghakiman yang kekal, Anda akan termotivasi untuk memberitahu
orang-orang yang Anda kenal tentang rencana keselamatan. Kita mem-
baca, “siapa bijak, mengambil hati orang [menurut Allah, sebagai penjala
manusia—ia mengumpulkan dan menyambut mereka untuk selama-la-
manya]” (Amsal 11:30 AMP).
Sebagai orang percaya baru, saya sering merasakan tekanan untuk
memberitakan Injil kepada setiap individu yang saya jumpai. Namun,
kemudian saya belajar berpaling untuk meminta bimbingan Roh Kudus
mengenai kapan dan apa yang harus diberitakan. Yesus bahkan menya-
takan bahwa Dia hanya melakukan apa yang Dia lihat Bapa-Nya per-
buat. Ketika kita berjalan dengan Allah, ada aliran, bukan paksaan yang
menyebabkan frustrasi dan justru menjauhkan orang-orang.
Namun, dorongan untuk membimbing orang lain kepada hidup
yang kekal akan selalu hadir sampai kita dibawa pulang nanti. Kasih akan
Allah memicu hasrat ini. Membimbing seseorang kepada Kristus menye-
babkan semua malaikat, serta Allah sendiri, bergembira karena sukacita
yang tak terkatakan. Ini mendatangkan upah tertentu. Yesus berkata,

336 Digerakkan oleh Kekekalan


“Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan
buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama
bersukacita” (Yohanes 4:36 NLT).
Saya mendapat kehormatan untuk membimbing istri saya kepada
Tuhan pada kencan pertama kami. Tak lama setelah menerima Yesus,
saya berkomitmen untuk tidak berkencan dengan seorang gadis lain
sampai Allah menghadirkan seorang istri bagi saya. Saya berpikir Allah
yang menuntun Hawa kepada Adam; Dia bisa melakukan hal yang sama
untuk saya.
Saya pernah berkencan dengan banyak gadis sebelum menjadi se-
orang Kristen. Setelah bertobat, saya berkencan dengan beberapa gadis
Kristen dan menyadari hal itu mengganggu perjalanan saya dengan
Allah. Ada luka dan air mata dalam jiwa kami ketika kami memutus-
kan hubungan. Tidak butuh waktu lama untuk mengetahui bahwa hu-
bungan itu tidak sehat bagi saya. Jadi saya berkomitmen untuk berdoa
sebelum pergi keluar dengan gadis lain.
Waktu itu, istri saya adalah seorang gadis yang suka berpesta. Orang
lain di kampus mengatakan dia adalah gadis yang paling liar di kampus.
Saya tidak tahu apakah itu sepenuhnya benar, tetapi berita itu mendekati
akurat. Ketika memulai hubungan saya dengan Lisa, saya tidak pernah
keluar dengan satu gadis pun selama satu setengah tahun karena se-
tiap kali saya bertanya, Tuhan akan memberitahu saya agar tidak pergi.
Namun, saya merasa terdorong oleh Roh Kudus untuk meminta Lisa
mendaftar piknik studi Alkitab mendatang. Ia diterima.
Setelah piknik, Lisa dan saya berjalan-jalan di kampus dan saya mem-
bagikan Injil dengan dia dari tengah malam sampai pukul 1.30 di pagi
hari. Ia menyela saya dan meminta agar segera diselamatkan. Tak lama
kemudian, kami berdua tahu bahwa menikah adalah kehendak Allah
bagi kami. Terus terang saya mendapat tujuan akhir yang lebih baik.
Saya tidak akan menjadi pria seperti sekarang ini jika bukan karena dia.
Lisa telah menyentuh jutaan jiwa. Dia adalah seorang penulis pro-
duktif dan advokat yang membela ketidakadilan, dan ia berbicara dalam

pengaruh pribadi 337


berbagai konferensi di seluruh dunia. Bagaimana jika saya tidak meng-
ambil kesempatan untuk menjangkau dia? Bagaimana jika ketakutan di-
olok-olok oleh dia telah menahan saya untuk bercerita tentang Yesus?
Saya percaya Allah akan mengirim orang lain. Saya akan melewatkan
pilihan terbaik Allah bagi istri saya dan tidak akan mengambil bagian
dalam semua orang yang selamanya dia layani. Puji syukur kepada Allah
atas karunia-Nya!
Ingatlah, satu benih akan bertambah banyak, namun satu benih tam-
paknya sepele. Jangan pernah meremehkan pimpinan Roh Kudus, dan
terutama, jangan mengabaikan-Nya. Hal-hal paling “sepele” di mana
Allah membimbing saya untuk melakukannya ternyata menjadi faktor
multiplikasi yang paling signifikan dalam hidup saya. Allah ingin Anda
berlipat ganda. Dan Dia juga ingin memberi upah atas pelipatgandaan
Anda.

Nasihat Terakhir
Begitu banyak yang dipertaruhkan. Kita tidak bisa menyepelekan waktu
yang dipercayakan kepada kita di bumi ini. Tujuan kekal manusia ter-
gantung pada ketaatan kita kepada rencana Allah. Sudah menjadi kehen-
dak-Nya bahwa semua orang diselamatkan dan sesuai dengan gambaran
Yesus. Dia tidak ingin ada yang tertinggal.
Seluruh generasi terhilang di padang gurun setelah keluar dari Mesir.
Mereka memiliki salah satu pemimpin terbesar sepanjang masa, tetapi
tetap saja mereka gagal. Kita bisa saja memiliki pemimpin yang sangat
hebat, tetapi terserah kepada kita semua sebagai generasi yang meng-
genapi rencana Ahli Bangunan Master. Dia telah bersabda, “Dan Injil
Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi
semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya” (Matius 24:14).
Janganlah melewatkan tugas kita! Sudah tiba saatnya, waktunya sudah
dekat, dan Dia berada di ambang pintu! Jika kita tidak memenuhi tu-
juan kita, maka Allah akan membangkitkan generasi lain seperti yang

338 Digerakkan oleh Kekekalan


Dia lakukan dengan Yosua untuk menyelesaikan rumah-Nya, karena Dia
telah bersabda bahwa rumah-Nya akan penuh.
Kita melakukan bagian kita untuk menggenapi rencana Tuhan de-
ngan melipatgandakan apa yang Dia percayakan kepada kita. Jangan
berkecil hati. Jangan menganggap remeh bagian Anda. Jangan kehi-
langan gairah Anda. Jangan lupakan visi surgawi yang dijelaskan dalam
Perjanjian Baru, yang telah diuraikan dalam buku ini. Tidak hanya orang
lain dalam satu generasi yang mengandalkan Anda—beberapa orang sa-
ngat memerlukan Anda untuk menceritakan Yesus kepada mereka, dan
yang lain membutuhkan Anda untuk menawarkan dorongan dan keku-
atan-Nya. Tujuan yang kekal juga menanti Anda. Anda dapat berhasil
dengan sungguh-sungguh bergantung pada kasih karunia-Nya. Allah itu
setia!
Saya memohon kepada Anda sebagai sesama warga negara kerajaan
Allah. Penuhilah panggilan Anda dan pastikanlah pilihan Anda. Ber-
larilah dalam perlombaan Anda sepenuhnya sampai akhir. Anda akan
meninjau kembali sepuluh juta tahun dari saat ini dan bersukacita atas
apa yang Anda lakukan. Anda tidak bisa terlalu berkomitmen pada ke-
hendak Allah. Jadi berlarilah dalam perlombaan Anda untuk menang!
Sebagai kata-kata penghiburan terakhir, saya menuliskan salah satu
doa Paulus yang tekun bagi semua orang kudus:

Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berke-


limpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua
orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu. Kiranya Dia mengu-
atkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan
Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua
orang kudus-Nya. (1 Tesalonika 3:12-13 TEV)

pengaruh pribadi 339


Alkitab berisi banyak ayat tentang upah yang kekal, jauh lebih banyak
daripada yang dapat dicetak dalam buku ini. Untuk daftar ayat-ayat
yang mengungkapkan wilayah utama dari hukuman dan upah kekal,
kunjungi DrivenByEternity.com/EternalRewards.

340 Digerakkan oleh Kekekalan


Pertanyaan Diskusi
BAGIAN 6: BAB 13–14

1. Adakah aspek-aspek kehidupan Anda (atau bahkan sesuatu yang


berpusat pada kehidupan Anda) yang tampaknya sepele atau tidak
mengesankan bagi Anda? Pikirkan tentang hal ini dari sudut pan-
dang surga. Mengapa kesetiaan Anda di area yang tampaknya sepele
tersebut adalah berharga bagi Allah?

2. Bagi kebanyakan kita, motor penggerak untuk bersaing atau mem-


banding-bandingkan adalah naluriah. Apa yang berubah tentang
pendekatan kita terhadap Kerajaan Allah ketika kita tidak terfokus
pada bagaimana kita mengukur orang lain?

3. Apakah hidup Anda melimpah dengan pelipatgandaan? Bagaimana


Anda bisa lebih baik mengelola waktu, doa, bakat, dan sumber daya
Anda?

4. Pada awal buku ini, kita membahas 1 Yohanes 4:17, yang menya-
takan bahwa kita bisa mempunyai keberanian percaya pada hari
penghakiman. Setelah mengetahui apa yang Anda lakukan seka-
rang, bisakah Anda menjelaskan mengapa demikian?

5. Sekarang, bagaimana Anda bermaksud untuk membangun ke-


hidupan yang berdampak kekal?

pengaruh pribadi 341


Lampiran
Cara Menerima Keselamatan
Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa
Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu,
bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara
orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena
dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan
dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.
— Ro m a 1 0 : 9 - 1 0 N LT

llah ingin melihat Anda menerima keberhasilan abadi. Gairah-Nya


A begitu besar bagi Anda dan rencana yang Dia miliki bagi hidup Anda.
Tetapi hanya ada satu cara untuk memulai perjalanan ke arah tujuan
Anda: dengan menerima keselamatan melalui Anak Allah, Yesus Kristus.
Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, Allah telah membuka jalan
bagi Anda untuk memasuki kerajaan-Nya sebagai putra atau putri yang
kekasih. Pengorbanan Yesus di kayu salib membuat hidup kekal dan ber-
limpah yang tersedia secara cuma-cuma bagi Anda. Keselamatan adalah
karunia Allah bagi Anda; Anda tidak dapat melakukan usaha apa pun
untuk mendapatkan atau layak menerimanya.
Untuk menerima karunia berharga ini, pertama-tama akuilah dosa
Anda karena hidup terpisah dari Pencipta Anda (sebab inilah akar dari
segala dosa yang telah Anda perbuat). Pertobatan adalah bagian penting
untuk menerima keselamatan. Petrus menjelaskan hal ini pada hari ke-
tika lima ribu orang diselamatkan dalam kitab Kisah Para Rasul: “Karena
itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan” (Kisah Rasul
3:19). Kitab Suci menyatakan bahwa kita masing-masing lahir sebagai
hamba dosa. Perbudakan ini berakar dari dosa Adam, yang mengawali

343
pola pemberontakan yang tegar tengkuk. Pertobatan adalah pilihan
untuk menjauh dari ketaatan pada diri sendiri dan Setan, bapa segala
dusta, dan mengubah ketaatan kepada Tuhan yang baru, yaitu Yesus
Kristus—Pribadi yang menyerahkan nyawa-Nya bagi Anda.
Anda harus memberikan Yesus kendali penuh atas hidup Anda. Men-
jadikan Yesus sebagai “Tuhan” berarti Anda memberi-Nya kekuasaan
atas hidup Anda (roh, jiwa, dan tubuh)—sebagaimana adanya Anda dan
segala yang Anda miliki. Otoritas-Nya atas hidup Anda menjadi mutlak.
Saat Anda melakukan hal ini, Allah membebaskan Anda dari kegelapan
dan memindahkan Anda ke dalam terang dan kemuliaan kerajaan-Nya.
Anda bergerak dari maut ke dalam hidup—Anda menjadi anak-Nya!
Jika Anda ingin menerima keselamatan melalui Yesus, berdoalah
demikian:

Allah Bapa di Surga, aku mengakui bahwa aku orang berdosa dan telah
gagal memenuhi standar-Mu yang benar. Aku layak dihakimi untuk
selama-lamanya karena dosaku. Puji syukur kepada-Mu karena Engkau
tidak meninggalkan aku dalam keadaan ini, sebab aku percaya Engkau
mengirimkan Yesus Kristus, Anak-Mu yang tunggal, yang lahir dari
Anak Dara Maria, yang mati bagiku dan menanggung hukumanku di
kayu salib. Aku percaya Dia dibangkitkan lagi pada hari ketiga dan se-
karang duduk di sebelah kanan-Mu sebagai Tuhan dan Juruselamatku.
Jadi pada hari ini, aku bertobat karena terpisah dari Engkau dan
menyerahkan hidupku sepenuhnya kepada kekuasaan Yesus.
Yesus, aku mengakui Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamatku.
Marilah masuk dalam hidupku melalui Roh-Mu dan ubahlah aku men-
jadi anak Allah. Aku meninggalkan hal-hal dari kegelapan yang pernah
kupertahankan, dan sejak hari ini dan seterusnya aku tidak akan lagi
hidup untuk diriku sendiri. Oleh kasih karunia-Mu, aku akan hidup
bagi-Mu yang menyerahkan Diri-Mu bagiku sehingga aku dapat hidup
selama-lamanya.

344 lampiran
Terima kasih, Tuhan. Hidupku kini sepenuhnya ada dalam
tangan-Mu, dan menurut Firman-Mu, aku tidak akan pernah
dipermalukan.

Selamat datang di keluarga Allah! Saya mendorong Anda agar mem-


bagikan kabar menggembirakan ini dengan orang percaya lainnya. Pen-
ting juga jika Anda bergabung dengan gereja lokal yang percaya pada
Alkitab dan terhubung dengan orang lain yang dapat mendorong Anda
dalam iman yang baru. Jangan ragu untuk menghubungi pelayanan kami
(mengunjungi Messenger International.org) untuk membantu menemu-
kan gereja di daerah Anda.
Anda baru saja memulai perjalanan yang paling luar biasa. Kiranya
Anda terus bertumbuh dalam pewahyuan, kasih karunia, dan persa-
habatan dengan Allah setiap hari!

lampiran 345
Catatan

Bab 1
1. Webster’s Encyclopedic Unabridged Dictionary of the English Language
(New York: Gramercy, 1993), s.v. “kekekalan.”
2. The American Heritage Dictionary of the English Language, Edisi Ke-
empat (New York: Houghton Mifflin, 2000), s.v. “kekekalan.” Keke-
kalan: kondisi atau sifat yang kekal; abadi: yang ada di luar waktu;
maka artinya adalah keadaan yang ada di luar waktu.
3. Merrill F. Unger, The New Unger’s Bible Dictionary, ed. R. K. Harri-
son (Chicago: Moody, 1988), BibleSoft PCStudyBible Versi 4.
4. Robert Young, Young’s Literal Translation of the Holy Bible (Grand
Rapids, MI: Baker, 1986).

Bab 3
1. Wahyu 2:23 AMP
2. Lukas 16:2
3. Ibrani 4:13 AMP
4. Yohanes 8:24
5. Kisah Para Rasul 4:12 AMP
6. Yakobus 2:10 TLB
7. Efesus 2:8-9 NLT (nama Allah diubah menjadi Jalyn untuk menye-
suaikan dengan cerita itu)
8. Pengkhotbah 9:5-6 NLT
9. Amsal 24:20 NLT
10. Amsal 13:13
11. Matius 22:13-14
12. Wahyu 22:14-15
13. Titus 1:16 NLT (nama Allah diubah menjadi Jalyn untuk menye-
suaikan dengan cerita itu)
14. Lukas 6:46 TEV
15. Matius 7:21-23 TLB (kata surga diubah menjadi Affabel untuk
menyesuaikan dengan cerita itu)
16. Yakobus 2:14, 17-20 NLT (nama Allah diubah menjadi Jalyn untuk
menyesuaikan dengan cerita itu).

347
17. Yehezkiel 18:25, 27-28 TLB
18. Mazmur 50:16-21 TLB
19. Matius 22:13
20. Amsal 30:12
21. Matius 24:12-13 TEV
22. 2 Petrus 2:20-21 TEV (nama Yesus Kristus diubah menjadi Jalyn
untuk menyesuaikan dengan cerita itu)
23. Yehezkiel 18:24-27 NLT
24. Matius 24:13
25. Wahyu 3:5 NASB
26. Amsal 21:16 BIS
27. Matius 22:13-14 (kata ganti dia berubah padanya agar sesuai cerita)
28. Ibrani 10:26-27, 30-31 NLT (nama Allah diubah menjadi Jalyn
untuk menyesuaikan cerita itu)
29. Yakobus 3:1 NLT (kata gereja diubah menjadi sekolah dan nama Allah
diubah menjadi Jalyn untuk menyesuaikan cerita itu)
30. Markus 9:42
31. Lukas 12:45-48 NLT
32. Yudas 13 TEV
33. Matius 22:13-14
34. Wahyu 16:5-7 TEV

Bab 4
1. The American Heritage Dictionary, Edisi Ketiga (New York: Houghton
Mifflin, 1992), s.v. “dasar.”

Bab 5
1. Ulasan Film: The Matrix. http://www.pluggedinonline.com/movies/
movies/a0000128.cfm. Diakses September 5, 2005.
2. Alexander Roberts dan James Donaldson, ed., The AnteNicene Fathers.
“Polikarpus: Surat kepada Jemaat di Filipi,” 10 jilid. (Grand Rapids,
MI:. Wm Eerdmans Publishing Company, 1985), bab 1.
3. Alexander Roberts dan James Donaldson, ed., The AnteNicene Fathers.
“Polikarpus: Surat kepada Jemaat di Filipi,” 10 jilid. (Grand Rapids,
MI:. Wm Eerdmans Publishing Company, 1985), bab 2.
4. Alexander Roberts dan James Donaldson, ed., The AnteNicene Fathers.
“Surat Roma Klemen kepada jemaat di Korintus,” 10 jilid. (Grand
Rapids, MI:. Wm Eerdmans Publishing Company, 1985), bab 32.
348 catatan
5. Alexander Roberts dan James Donaldson, ed., The AnteNicene Fa-
thers. “Surat Klemens dari Roma kepada Jemaat di Korintus,” 10 jilid.
(Grand Rapids, MI:. Wm Eerdmans Publishing Company, 1985),
bab 34.
6. David W. Bercot, ed., Kamus Tentang Keyakinan Kristen Mula-mula
(Hendrickson Publishers, Inc., 1998), 586.
7. Ibid.
8. Josh McDowell, Bukti Yang Menuntut Putusan (San Bernardino, CA:
Berikut Hidup Publishers, 1972), 50-52.

Bab 6
1. Kenneth E. Hagin, Aku Percaya Penglihatan (Tulsa, OK: Faith Library
Publications, 1984), 68-71 (edisi kedua; cetakan kesepuluh).
2. Dari UBS Handbook Series. © 1961-1997 oleh United Bible
Societies.
3. David W. Bercot, ed. Kamus tentang Keyakinan Kristen Mula-mula
(Hendrickson Publishers, Inc., 1998).
4. Ibid.
5. Ibid.
6. Ibid.
7. Ibid.
8. The American Heritage Dictionary of the English Language, Edisi Ke-
empat. Houghton Mifflin Co, 2004 (edisi perangkat lunak).

Bab 8
1. Lukas 14:12-14
2. Mark 12:43-44 TEV
3. Kolose 1:28 (nama Kristus diubah menjadi Jalyn untuk menyesuaikan
cerita)
4. Yehezkiel 13:10-11 NIV
5. 1 Korintus 3:12-15 NLT
6. 1 Tesalonika 2:19-20 NLT
7. Matius 12:36-37 TEV
8. Amsal 12:14 TEV
9. Yeremia 11:20
10. Yeremia 17:10 NLT (nama Tuhan diubah menjadi Jalyn untuk
menyesuaikan cerita)

catatan 349
11. Percakapan ini diadaptasi dari Matius 25:34-40 TEV
12. 2 Korintus 9:10
13. 2 Korintus 9:9 AMP
14. Lukas 14:11 AMP
15. Lukas 19:17 NLT
16. Wahyu 2:26-27 BIS
17. Matius 25:21

Bab 9
1. Nama-nama dalam cerita ini telah diubah untuk menghormati
privasi.

Bab 10
1. James Strong, Strong’s Exhaustive Concordance of the Bible (Peabody,
MA: Hendrickson Publishers, 1988).
2. Biblesoft New Exhaustive Strong’s Concordance, (Seattle, WA: Biblesoft,
Inc., ver 4, 1994.).

Bab 12
1. Bagian ini diadaptasi dari konten yang pertama kali muncul dalam
buku saya Pantang Menyerah: Kuasa yang Anda Perlukan Agar Ja-
ngan Menyerah (Colorado Springs, CO: Waterbrook Press, 2011),
217-219.

Bab 13
1. Webster’s Encyclopedic Unabridged Dictionary of the English Language
(New York: Gramercy, 1993), s.v. “dengki.”
2. The American Heritage Dictionary of the English Language, Edisi Ke-
empat. Houghton Mifflin Co, 2004 (edisi perangkat lunak).

Bab 14
1. Leonard Ravenhill, Sodom Tidak Punya Alkitab (Minneapolis, MN:
Bethany House, 1971), 155.
2. Rebecca Ruter Springer, Mimpiku tentang Surga: Klasik Spiritual Abad
Kesembilan Belas: Awalnya Disebut Sebagai Intra Muros (Cincinnati,
OH: Harrison House), 21.

350 catatan
ROH
KUDUS

Selama tiga tahun para murid sebagai pengikut Yesus, berjalan dengan-Nya dan
mendengar segala yang Dia khotbahkan. Namun Yesus mengatakan kepada saha-
bat terdekatnya itu bahwa Dia harus meninggalkan mereka agar Roh Kudus bisa
datang—dan mereka akan lebih baik karena kehadiran-Nya (Yohanes 16:7, 13-14).
Jika ini benar tentang para murid, yang menghabiskan setiap hari dengan Yesus,
berapa banyak lagi kita perlu Roh Kudus yang terlibat secara aktif dalam kehidupan
kita saat ini? Roh Kudus sering digambarkan sebagai sesuatu yang “aneh.” Tetapi
Alkitab menjelaskan bahwa Roh bukanlah sesuatu. Dia adalah sosok—Pribadi yang
telah berjanji untuk tidak pernah meninggalkan Anda. Dalam buku interaktif ini,
John Bevere mengundang Anda ke sebuah penemuan pribadi dari Pribadi yang
paling diabaikan dan disalahpahami di Gereja: Roh Kudus.

Buku interaktif meliputi:


- Ibadah harian
- Pertanyaan-pertanyaan diskusi kelompok
- Bab bonus dengan jawaban atas beberapa pertanyaan yang paling sulit
tentang Roh Kudus.

Tersedia juga di: CloudLibrary.org


TAK
TERTANDINGI

Raihlah Identitas dan Tujuan Hidupmu di Zaman yang


Membingungkan dan Suka Membanding-bandingkan Ini

Ada alasan mengapa kita melihat orang lain sebagai saingan dan membatasi diri
kita dengan perbandingan dan kompetisi. Kita memiliki musuh yang menyerang
pikiran, tujuan dan emosi kita, dengan harapan bahwa kita akan menyerang diri
kita sendiri dan orang lain. Lingkaran ini mengisolir kita dari hubungan intim,
menciptakan kebingungan akan identitas dan membatasi tujuan hidup kita.

Dalam buku Tak Tertandingi ini, penulis buku laris Lisa Bevere membagikan
bagaimana pewahyuan tentang kasih Tuhan akan menghancurkan batasan-batasan
ini. Anda akan belajar bagaimana cara untuk berhenti melihat orang lain sebagai
lawan dan memiliki hubungan yang dalam dengan Sang Pencipta seperti yang
Anda idam-idamkan – sebuah koneksi yang menjanjikan identitas Anda sebenar-
nya dan hubungan yang sangat dekat. Dengan pengajaran Alkitabiah yang benar,
penuh dengan nubuat yang mendalam tentang zaman ini, Lisa menggunakan
humor dan semangatnya untuk menantang Anda.

Inilah saatnya untuk maju ke depan dan hidup dalam kehidupan yang tak
tertandingi
Sumber-sumber pengajaran tambahan tersedia
dalam berbagai bahasa di:

CloudLibrary.org
Messenger International hadir
membantu pribadi-pribadi,
keluarga, gereja dan bang-
sa-bangsa menyadari dan
merasakan kuasa Firman
Allah yang mengubahkan.

Realisasi ini akan meng-


hasilkan kehidupan yang
diberdayakan, komunitas
yang diubahkan, dan menjadi
respons dinamis terhadap keti-
dakadilan yang mengganggu
dunia kita.

Cloud Library adalah platform


online yang mengizinkan para
pendeta dan pemimpin di
seluruh dunia untuk mengak-
ses sumber daya digital secara
gratis dalam bahasa mereka.

Berkunjunglah ke
CloudLibrary.org untuk
mendapatkan bahan-bahan
pengajaran dari John dan Lisa
Bevere dalam lebih dari 80
bahasa!

Pengajaran dalam bentuk


Ebook, video dan buku
audio, Alkitab...

Ingin tahu lebih banyak?


Scan di sini:
Teater Audio
Affabel

Affabel adalah alegori epik Kristen yang ditulis oleh John Bevere. Teater ini
menawarkan jendela menuju apa yang terlihat dalah realitas duniawi dan
menggambarkan banyak kebenaran yang terpantul dari kerajaan Allah. Amat
penting bagi orang percaya untuk hidup dengan persfektif kekal, namun
kekekalan dapat sulit untuk dipahami.

Bergabunglah bersama Raja Jalyn, Pangeran Kegelapan Dagon, Amal,


Merdeka dan lainnya saat Anda berpetualang di dunia Affabel dan batas luar
tanah Lone yang menakutkan. Anda akan ditantang ketika karakter-karak-
ter itu menyingkapkan apa yang terdapat di dalam hati Anda sendiri.

Episode-episode Teater Audio Affabel menciptakan kisah yang menarik dan


memberikan bentuk yang dinamis dan ilustratif bagi pesan Digerakkan oleh
Kekekalan.

Affabel tersedia juga di: CloudLibrary.org


Perangkat Sumber
Digerakkan OLEH Kekekalan
Buku teks yang sekarang Anda pegang ini adalah bagian dari Perangkat
Sumber Digerakkan oleh Kekekalan oleh John Bevere. Dengan membaca buku
ini dan dengan menggunakan bahan ajar pendukung yang tersedia pada CD
ROM terlampir dan yang diunduh dari CloudLibrary.org maka Anda akan
dapat mempelajari setiap bagian pengajaran yang dinamis dan mengubah
hidup ini. Bila dipelajari dengan baik, maka buku ini akan berdampak dan
meningkatkan perjalanan Kristen Anda yang menolong Anda berbuat lebih
banyak bagi Allah.

Perangkat Sumber Digerakkan oleh Kekekalan berisi komponen-komponen


berikut:

- Buku Teks Digerakkan oleh Kekekalan


Satu-satunya bagian yang dicetak dari perangkat sumber ini.
Buku ini juga terdapat pada CD sumber dalam bentuk PDF.
- CD ROM sumber Digerakkan oleh Kekekalan
CD terlampir berisi semua bahan dalam format digital.
Anda tidak akan dapat memutar CD ROM ini pada pemu-
tar DVD biasa. Namun semua file dapat dibuka dan dibaca
pada tablet/pd, komputer atau smart phone.
- Buku Audio Digerakkan oleh Kekekalan
Semua bagian dari Buku Teks Digerakkan oleh Kekekalan
membaca dalam bahasa Anda dalam format MP3.
- Sesi Video Pengajaran Digerakkan oleh Kekekalan
6 Video Sesi Pengajaran seluruhnya dalam format MP4.
- Affabel Audio Theatre
Drama audio dalam format MP3.
- Bonus Bahan
CD ROM juga berisi buku-buku dan sumber lain termasuk
buku Kebaikan tanpa Allah?
Semua sumber kurikulum ini
adalah hadiah untuk anda!

Jangan ragu untuk membuat


b salinan
li d
darii CD ROM ini,
i i menyalin
li materi, me-
ngirimkan lewat email ke teman-teman, menyalin dan menyisipkan teks ke
dalam dokumen Word, mengirimkan materi pengajaran ke gereja Anda dan
mengunggahnya ke internet agar dapat digunakan orang lain. Distribusikan
sumber tersebut di mana pun tempatnya di mana ada kelaparan akan pengajaran
firman Allah yang baik dan kehidupan Kristen yang berkuasa.

Informasi lebih lanjut tentang komponen Perangkat Sumber Digerakkan oleh


Kekekalan:
- File pada CD ROM ini tidak dapat diputar pada pemutar video biasa.
Karena CD ini berupa ‘media gabungan’ yaitu file video, audio dan
teks, yang hanya dapat diputar dan ditampilkan pada komputer atau
perangkat digital.
- File video MP4 dapat dibuka dan diputar pada tablet atau komputer.
- File audio MP3 dapat dibuka pada media player audio, smart phone atau
komputer.
- File PDF digital dapat dibuka pada tablet atau komputer. File tersebut
mudah dibaca, dicetak atau digandakan. Kapasitasnya cukup kecil
untuk dikirim lewat email ke teman-teman. Anda bahkan dapat ‘men-
yalin dan menyisipkan’ beberapa bagian teks ke dalam dokumen Anda
sendiri!
- File pengajaran tambahan tersedia dalam berbagai bahasa di
CloudLibrary.org
Ingin tahu lebih lanjut? Pindai ini.

Kunjungi CloudLibrary.org untuk materi-materi


pengajaran lainnya dari John dan Lisa Bevere.

Anda mungkin juga menyukai