MAZMUR 73
Teks:
1
Mazmur Asaf.
18
Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka,
Kaujatuhkan mereka sehingga hancur.
19
Betapa binasa mereka dalam sekejap mata,
lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!
20
Seperti mimpi pada waktu terbangun,
ya Tuhan, pada waktu terjaga,
rupa mereka Kaupandang hina.
21
Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya,
22
aku dungu dan tidak mengerti,
seperti hewan aku di dekat-Mu.
23
Tetapi aku tetap di dekat-Mu;
Engkau memegang tangan kananku.
24
Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku,
dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.
25
Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau?
Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.
26
Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap,
gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.
27
Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa;
Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau.
28
Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah;
aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH,
supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.
Outline Mazmur 73
1. Judul/Superskripsi 73:1a Mazmur Asaf .
2. Isi:
Pendahuluan
Mazmur 73 merupakan sebuah mazmur yang memiliki superskripsi sebagai berikut:
Mazmur Asaf. Asaf bin Berekhya bin Simea adalah seorang ahli musik keturunan suku Lewi
dari bani Gerson pada zaman Raja Daud, seperti yang dicatat dalam Alkitab Perjanjian Lama. Ia
menulis 12 mazmur dalam Kitab Mazmur, yaitu Mazmur 50, 73-83. Bersama-sama dengan
Heman, cucu Samuel, dan Etan / Yedutun merupakan penyanyi utama di Bait Allah.
Kemudian di sebelah kanannya berdiri Asaf, saudara sesukunya, yaitu Asaf bin Berekhya
bin Simea (1Taw. 6:39).
Demikian pula para penyanyi orang Lewi semuanya hadir, yakni Asaf, Heman, Yedutun,
beserta anak-anak dan saudara-saudaranya. Mereka berdiri di sebelah timur mezbah,
berpakaian lenan halus dan dengan ceracap, gambus dan kecapinya, bersama-sama
seratus dua puluh imam peniup nafiri (2Taw. 5:12).
Anak keturunannya juga merupakan imam penyanyi dan bernubuat dalam Bait Allah
(dalam 1 Tawarikh 25:1-31; 2 Tawarikh 5:12; 20:14; 29:13; 35:15; Ezra 2:41; 3:10; Nehemia
7:44; 11:17; 12:27-47). Ia ditunjuk oleh kepala orang Lewi sebagai penyanyi utama, dengan
1
W.H. Bellinger, Psalms: Reading and Studying the Book of Praises (Peabody: Hendrickson, 1990), 125.
2
Dennis Bratcher, “Types or Genre of Psalms (Chart),” accessed November 18, 2017,
http://www.crivoice.org/psalmtypes.html.
4
Analisa Isi
3
“ASAF - SarapanPagi Biblika,” accessed November 20, 2017, http://www.sarapanpagi.org/asaf-
vt6058.html.
4
M. E. Tate, Word Biblical Commentary: Psalms 51–100 (Dallas: Word, 1998), 238.
5
Willem A. VanGemeren, The Expositor’s Bible Commentary, vol. 5 (Grand Rapids: Zondervan, 1991),
476.
5
6
“Study Guide for Psalm 73 by David Guzik,” Blue Letter Bible, accessed November 21, 2017,
https://www.blueletterbible.org/Comm/guzik_david/StudyGuide2017-Psa/Psa-73.cfm.
6
Jadi orang orang fasik dilukiskan bahwa mereka kaya, terkenal, congkak, suka
memamerkan diri, kejam, tamak, suka membual, dan menikmati kejahatan/kefasikan mereka (ay.
4-9). Sehingga pemazmur sangat terganggu dengan kemakmuran mereka dan merasa sepertinya
Tuhan tidak adil.
Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang
berlimpah-limpah (ay. 10). Di sini kita melihat penggunaan gaya bahasa simile “seperti air.”
Bahkan dalam kecongkakan mereka berani berkata, “Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah
pengetahuan pada Yang Mahatinggi?” (ay. 11) Mereka berani mempertanyakan ke-Mahatahu-an
Allah.
Sedangkan pada ayat 12-16 pemazmur memaparkan bagaimana pergumulan batinnya.
Sepertinya pemazmur mulai ragu dengan apa yang selama ini ia percayai. Pemazmur
mengungkapkan kenyataan orang fasik yang terus mengalami keberhasilan, makmur dan senang
selamanya.
Bahkan pemazmur hampir berpikir apa yang selama ini dilakukannya adalah sebuah
kesia-siaan. Ada sebuah pararelisme antara “mempertahankan hati yang bersih” dan “membasuh
tanganku tanda tak bersalah.” Pemazmur selama ini berusaha untuk menjaga dengan baik
hati/pikirannya dan tindakannya. Dalam pemikiran orang Yahudi, hati adalah pusat dari pikiran
seseorang. Sedangkan tangan melambangkan tindakan.
Kembali dalam ayat 14 pemazmur melihat kenyataan yang terjadi pada dirinya.
Sementara orang fasik bebas dari tulah dan hukuman, pemazmur memandang dirinya selalu kena
tulah dan hukuman. Kembali pararelisme diperlihatkan di sini antara “sepanjang hari aku kena
tulah” dan “kena hukum setiap pagi.”
Dalam ayat 15 pemazmur mulai menyadari dirinya untuk tidak lebih jauh menyimpang
dengan berpikir yang salah tentang Allah. Karena kalau ia terus menyimpang, ia merasa telah
berkhianat kepada generasi selanjutnya. Namun demikian bukan berarti itu hal yang mudah.
Penggunaan kata tetapi dalam ayat 16 menunjukkan sebuah perlawanan batin yang berat. Ia
sadar bahwa untuk memahami hal ini sangat sulit baginya. Menurut M. E. Tate, “My eyes”
adalah sebuah ungkapan untuk menyatakan “for me.”7
7
Tate, Word Biblical Commentary: Psalms 51–100, 231.
7
8
“Study Guide for Psalm 73 by David Guzik.”
9
VanGemeren, The Expositor’s Bible Commentary, 480.
8
“pada waktu terbangun” dan “pada waktu terjaga” semakin menekankan situasi ini. Mereka
akan dipandang rendah oleh Allah.
Segala kemujuran orang fasik yang dilukiskan dalam ayat 2-11 dikontraskan dengan
kehancuran orang fasik dalam ayat 18-20. Segala kekayaan, popularitas, kecongkakan, kesukaan
untuk memamerkan diri, kekejaman, ketamakan, kesukaan untuk membual, dan kenikmatan atas
kejahatan/kefasikan orang fasik telah menemui akhirnya. Mereka mengalami kehancuran.
Mereka dihukum Tuhan. Mereka mendapatkan apa yang pantas mereka dapatkan sesuai
perbuatan mereka. Tampaknya ada sebuah pararelisme antitetik antara ayat 2 dan ayat 18.
Pemazmur hampir tergelincir dibandingkan dengan orang fasik yang berada di tempat licin dan
jatuh.
Di dalam ayat 21-22, pemazmur dalam pergumulannya merasakan kepahitan dan
pergumulan. Hal ini dilukiskan dengan gambaran hati yang pahit dan buah pinggang yang
menusuk-nusuk. Dalam pergumulan pemazmur yang paling berat, ia merasa seperti seorang
yang dungu. Simile “seperti hewan aku di dekat-Mu” menggambarkan sebuah penggambaran
yang tajam. Pemazmur menyadari dirinya sedang berlaku bodoh karena mengabaikan keadilan
Tuhan.
Ayat 23-28 menunjukkan iman pemazmur. Pemazmur tahu keberadaan dirinya yang
membuatnya tenang adalah berada tetap di dekat Allah. Allah digambarkan dengan gaya bahasa
personifikasi memegang tangan kanan pemazmur. Dengan nasihat-Nya Allah menuntun
pemazmur. Bahkan kemudian mengangkat pemazmur dalam kemuliaan. Kontras dengan nasib
orang fasik yang berakhir dalam kehinaan (ay. 20), orang benar akan berakhir dalam kemuliaan
(ay. 24).
Dalam ayat 25 sampai 28 pemazmur menekankan bagaimana kerinduan dan kesukaan
pemazmur berada di dekat Allah. Dalam ayat 25, pemazmur mengontraskan antara “di sorga”
dan “di bumi.” “Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada
yang kuingini di bumi.” Baik di sorga maupun di bumi, kerinduan pemazmur adalah Tuhan.
Kedekatan pemazmur akan Tuhan digambarkan dengan sebuah gaya bahasa hiperbola,
“sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap.” Ini untuk menunjukkan bahwa pemazmur sangat
serius. Sekalipun jiwa raganya lemah, bahkan tubuhnya binasa, Allah tetap milik pemazmur.
Pemazmur menyadari Allah adalah sumber kekuatan hatinya. Pemazmur memakai metafora
bagian (portion). Bagian merupakan sebuah bagian harta warisan yang paling berharga. Bagi
9
pemazmur, yang paling berharga adalah pribadi Allah sendiri. Dalam Perjanjian Lama, para
imam menikmati sebuah hak istimewa memperoleh status bahwa Tuhan adalah “bagian” mereka
dan “warisan” mereka.
TUHAN berkata pula kepada Harun, “Kamu tidak mendapat warisan apa-apa. Di negeri
yang Kujanjikan itu tak ada sebidang tanah pun yang menjadi milikmu. Aku, TUHAN,
adalah bagian warisanmu” (Bil. 18:20).
Mazmur ini ditutup dengan ayat 27 dan 28 menjelaskan bahwa bila kita jauh dari Tuhan
maka akan binasa, sebaliknya bila dekat dengan Tuhan maka kita akan mendapatkan
perlindungan. Orang yang meninggalkan Tuhan seperti dianggap berzinah. Mereka akan
dibinasakan Tuhan. Pemazmur ingin berada dekat dengan Tuhan dan terus dapat memberitakan
kebaikan Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Bellinger, W.H. Psalms: Reading and Studying the Book of Praises. Peabody: Hendrickson,
1990.
VanGemeren, Willem A. The Expositor’s Bible Commentary. Vol. 5. Grand Rapids: Zondervan,
1991.
INTERNET:
Bratcher, Dennis. “Types or Genre of Psalms (Chart).” Accessed November 18, 2017.
http://www.crivoice.org/psalmtypes.html.
“Study Guide for Psalm 73 by David Guzik.” Blue Letter Bible. Accessed November 21, 2017.
https://www.blueletterbible.org/Comm/guzik_david/StudyGuide2017-Psa/Psa-73.cfm.