Anda di halaman 1dari 5

Menghasilkan Murid, Melipatgandakan Pekerja

Johan Setiawan

Kebutuhan Pemuridan

Saya tidak ingat sudah terlibat berapa banyak percakapan mengenai berbagai permasalahan
yang terjadi di dalam gereja: jemaat yang suam, pertumbuhan rohani yang stagnan,
penginjilan dan misi yang lama tak tersentuh, dan sebagainya. Saya juga tidak ingat sudah
berapa banyak percakapan mengenai berbagai permasalahan yang terjadi di tengah dunia:
suku-suku bangsa yang terabaikan, degradasi mental-moral-etis lintas generasi, penyakit
sosial-masyarakat yang kronis, krisis multi-dimensi yang melanda bangsa, dan sebagainya.
Yang saya ingat, ketika diteruskan semua pembicaraan itu berakhir pada rasa ngilu dalam hati
dan kesimpulan yang sama: kebutuhan dan kesempatan begitu besar, tetapi siapa yang siap
dan sedia memenuhinya? Para penulis Injil juga mencatat pandangan Yesus terhadap
kebutuhan di dunia sekitarnya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu
mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk
tuaian itu” (Mat 9:35 dan Luk 10:2).

Kebutuhan terbesar dari gereja-gereja di Indonesia bukanlah program pembinaan yang lebih
baik, pelayanan yang lebih aktif, atau gereja yang lebih menjangkau masyarakat.
Ancaman terbesar kita bukanlah kekurangan dana, penutupan gereja-gereja, atau
kedangkalan rohani jemaat. Kebutuhan terbesar kita adalah penuai yang diperlengkapi.

Ada banyak orang di dalam gereja yang membutuhkan pemulihan, pertolongan, dan
pembimbingan. Ada banyak gereja yang membutuhkan program persekutuan, aktivitas
pelayanan, dan kurikulum pembinaan yang lebih terarah dan terpadu. Tetapi semuanya tidak
akan dikerjakan sebagaimana mestinya jika tidak ada orang-orang yang cakap
sebagai pekerja.

Ada banyak orang di luar gereja yang membutuhkan makanan-pakaian, kesehatan,


pendidikan, keadilan, kedamaian, dan kabar baik keselamatan. Ada banyak sekolah Kristen,
rumah sakit Kristen, penerbit Kristen, lembaga pelayanan Kristen, dan lain-lain yang sudah
didirikan. Tetapi semuanya tidak akan memenuhi tujuannya jika tidak ada orang-orang yang
siap sebagai pekerja.

Saya setuju sekali dengan penilaian LeRoy Eims dan Randy Eims dalam Laboring in the
Harvest, “Para pemimpin Kristen mencanangkan dua hal penting dalam generasi kita:
pembaharuan gereja dan penginjilan dunia. Apa yang menjadi kunci dari kedua tugas besar
ini? … Kuncinya adalah pemerlengkapan orang-orang percaya menjadi pekerja yang Yesus
bicarakan ketika Dia mengatakan agar murid-murid-Nya meminta kepada Tuan yang
empunya tuaian untuk mengirimkan pekerja untuk tuaiannya itu.”

Ketika Tuhan Yesus mendorong para murid untuk meminta kepada Tuan yang empunya
tuaian untuk mengirimkan pekerja, Tuhan Yesus sendiri sedang melatih para murid ini untuk
menjadi pekerja. Dimulai dengan memilih dan memanggil mereka untuk mengikuti Dia, lalu
Dia melatih dan memberi teladan. Setelah memerintahkan mereka untuk meminta kepada
Tuhan untuk mengirimkan pekerja, teks Alkitab yang mengikutinya menunjukkan tindakan
Tuhan Yesus yang memampukan dan mengutus murid-murid untuk melayani.
Siapakah pekerja? Mereka adalah orang-orang yang sedang belajar sebagai murid-murid
Kristus, yang mengikuti pengajaran dan kehidupan Gurunya. Ketika Sang Guru melihat orang
banyak, hatinya digerakkan oleh belas kasihan. Dia mendoakan, mengajar, memperlengkapi,
mengutus mereka ke dunia yang membutuhkan. Para murid menangkap hati Gurunya, lalu
menapaki jejak-Nya. Pekerja adalah murid-murid Kristus yang pandangannya dibukakan,
hatinya digerakkan, dan tangannya diperlengkapi untuk menjalankan misi Kristus bagi Gereja
dan dunia.

Seringkali yang menjadi masalah bukanlah pada kesiapan dari tuaian melainkan kesiapan dari
penuainya. Pekerjanya sedikit. Jumlah mereka sedikit pada masa hidup Tuhan Yesus, juga
pada masa kini. Jumlah orang yang ke gereja banyak. Program-program juga banyak. Tetapi
pekerja sedikit.

Jika kita mau melihat kemajuan besar dalam pekerjaan Tuhan, faktor terbesar yang akan
mempengaruhi semua faktor yang lain adalah: pekerja! Peran dan pelayanan yang sangat
esensial untuk dilakukan gereja adalah: melipatgandakan pekerja Kristus!

Visi Pemuridan

Kebutuhan dan suplai pekerja berada dalam ketidakseimbangan yang luar biasa besarnya. Hal
ini menuntut sebuah pola pelayanan yang menghasilkan pekerja secara berkesinambungan,
tidak sporadis, dan terus berlipatganda, bukan sekadar bertambah. Pekerja dibentuk melalui
proses pemuridan. Pekerja dilipatgandakan melalui proses pemuridan yang intensional.

Ketika Yesus memberikan mandat kepada murid-murid-Nya untuk menjadikan semua bangsa
murid-Nya (Mat 28:19-20), Dia tidak sedang berbicara tentang memenangkan orang-orang
yang sekadar menjadi pengikut atau penganut ajaran-Nya. Misi-Nya adalah melipatgandakan
murid-murid yang penuh komitmen untuk melakukan “segala sesuatu” yang telah Dia
perintahkan, di antara semua suku bangsa di dunia. Murid Kristus (Yun: mathetes) adalah
orang yang mengikuti apa yang diajarkan dan apa yang dilakukan Yesus; orang yang
bertumbuh dalam segala hal ke arah Kristus (Ef 4:15 cf. Rm 8:28-30; 2Kor 3:18; Gal 4:19; Kol
1:28-29); orang yang mengikut Yesus, diubahkan oleh Yesus, dan melakukan misi Yesus
(Bobby Harrington dan Josh Patrick, The Disciple Maker’s Handbook).

Sasaran akhir pelayanan Kristen tidaklah berhenti pada pertobatan ataupun bahkan
pertumbuhan, melainkan ketika pelayanan itu menghasilkan murid-murid Kristus yang pergi
menjadi pekerja memenuhi tempat dan panggilannya di dalam dunia untuk membawa orang-
orang memuliakan Tuhan!

Edmund Chan dalam The IDMC Vision menyatakan bahwa, “Menghasilkan kualitas murid
Kristus merupakan kunci untuk menjangkau kuantitas semua bangsa. Alkitab dengan jelas
menyatakan bahwa Tuhan bermaksud untuk memadukan pemuridan dan misi dunia secara
strategis. Bukankah Tuhan Yesus secara sengaja mempersatukan keduanya dalam Amanat
Agung-Nya: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku”? Apa yang dipersatukakan Tuhan
jangan diceraikan oleh manusia.”
Esensi Pemuridan

Dalam Growing True Disciples, George Barna menyatakan bahwa, “Pemuridan tidak terjadi
semata-mata karena gereja ada. Murid-murid Kristus dihasilkan jika ada usaha-usaha yang
intensional dan strategis [di dalam gereja] untuk menolong orang bertumbuh menuju
kedewasaan rohani.” Banyak gereja telah menggunakan strategi kelompok kecil dalam
pembinaan jemaat. Hal yang sama dapat dikatakan bahwa pemuridan juga tidak terjadi
semata-mata karena kelompok kecil ada. Murid-murid Kristus dihasilkan jika ada usaha-
usaha yang intensional dan strategis di dalam kelompok kecil untuk menolong orang
bertumbuh menuju kedewasaan rohani. Pertanyaannya adalah hal-hal apa yang secara
esensial membedakan antara sebuah kelompok kecil pemuridan dan yang bukan?

Masalahnya, menurut Edmund Chan, bukanlah pada penyangkalan atas pentingnya


pemuridan, melainkan atas dua hal, yaitu pemuridan diartikan secara berbeda-beda; dan
banyak yang tidak tahu bagaimana melakukannya secara intensional dan strategis! Dalam
studi terhadap berbagai literatur, dapat disimpulkan ada tiga hal esensial yang tidak boleh
tidak ada dalam pemuridan. Jika suatu kelompok memiliki tiga ciri esensial ini maka
kelompok tersebut dapat disebut sebagai kelompok pemuridan. Ketiga esensi tersebut adalah
terjadinya persahabatan rohani (relasional), pertumbuhan rohani (intensional), dan
pelipatgandaan rohani (eksponensial).

Persahabatan Rohani (Relasional)

Jim Puttman dan Bobby Harrington dalam Discipleshift menuliskan, “Lebih dari sekadar kelas
dan khotbah, pemuridan harus didasarkan pada persahabatan dan waktu bersama. Untuk
menumbuhkan murid seperti yang Yesus lakukan, kita harus mengubah paradigma kita dari
aktivitas dan relasi permukaan menjadi hubungan yang mendalam dan akuntabel.”
Pemuridan merupakan hubungan yang membangun persahabatan rohani secara personal.
Untuk itu pembimbing perlu komitmen terhadap hubungan mendalam dengan beberapa
orang yang dipilih menjadi konsentrasi pelayanannya.

Kelompok kecil merupakan konteks sosial yang mendukung terjadinya relasi yang demikian.
Tetapi pada kenyataannya ada sangat banyak kelompok kecil yang berjalan tanpa komitmen
relasional terhadap terjadinya persahabatan rohani. Banyak kelompok yang sekadar
melakukan pertemuan rutin, dipimpin oleh seorang yang bertugas untuk membawakan
renungan secara publik (vs pribadi) kepada sekelompok orang yang berkumpul bersama.

Tuhan Yesus menunjukkan prinsip konsentrasi dan komitmen ini dalam pelayanan-Nya. Tim
Elmore dalam Equip menuliskan, “Pertimbangkan hal ini. Kristus hanya memiliki tiga tahun
untuk pelayanan publik. Selama waktu itu, Dia tidak mengadakan KKR di Asia bahkan Dia juga
tidak menyembuhkan setiap orang di Israel. Apa yang dilakukannya sepanjang waktu adalah
melatih dua belas pemimpin untuk mempengaruhi generasi selanjutnya, dan generasi yang
lebih jauh lagi.”

Rasul Paulus menunjukkan prinsip ini dalam pelayanannya. Dalam suratnya kepada jemaat di
Tesalonika yang pernah dia layani, Paulus menuliskan, “Tetapi kami berlaku ramah di antara
kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. Demikianlah kami, dalam
kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi
juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi” (1Tes 2:7-8). Paulus
bukan sekadar seorang orator publik, melainkan juga seorang pembimbing dan ibu
(orangtua) rohani yang membangun relasi personal yang mendalam dengan kasih sayangnya
dan dengan membagikan hidupnya.

Pertumbuhan Rohani (Intensional)

LeRoy Eims menulis sebuah buku pemuridan klasik berjudul “The Lost Art of Disciple Making”.
Dia menuangkan pengamatan dan kegelisahannya terhadap hilangnya wawasan,
keterampilan dan kesinambungan gereja masa kini untuk menghasilkan murid secara
intensional. Edmund Chan mendefinisikan pemuridan intensional sebagai “proses membawa
orang ke dalam hubungan yang dipulihkan dengan Tuhan, dan membina mereka menuju
kedewasaan penuh di dalam Kristus, melalui rencana pertumbuhan yang intensional,
sehingga mereka juga mampu melipatgandakan keseluruhan proses ini kepada orang lain.”
Pemuridan merupakan hubungan yang membangun pertumbuhan rohani secara intensional.
Untuk itu pembimbing perlu menuntut ketaatan yang ditunjukkan melalui perubahan pola
pikir dan gaya hidup dari murid-muridnya. Namun, bukan hanya menuntut, pembimbing juga
perlu memberdayakan ketaatan tersebut dalam diri murid-murid melalui doa, dorongan, dan
keteladanan yang diberikan.

Kelompok kecil merupakan konteks sosial yang mendukung terjadinya relasi yang demikian.
Tetapi pada kenyataannya ada sangat banyak kelompok kecil yang berjalan tanpa komitmen
intensional terhadap terjadinya pertumbuhan rohani. Banyak kelompok yang sekadar
menyelesaikan bahan pembahasan Alkitab yang sudah ditentukan, tanpa secara terarah dan
terpadu membawa orang ke dalam tahap-tahap pertumbuhan rohani.

Tuhan Yesus menunjukkan prinsip menuntut dan memberdayakan ketaatan ini dalam
pelayanan-Nya. Kyle Idleman dalam Not a Fan menuliskan, “Di dalam Injil, Yesus tidak pernah
terlalu tertarik pada fans, yaitu orang-orang yang ingin berada cukup dekat dengan Dia
sehingga mendapatkan manfaatnya, tetapi tidak terlalu dekat sehingga mereka harus
mengorbankan sesuatu. Dia mencari orang yang mengikuti dan menaati-Nya dengan
komitmen penuh.” Tuhan Yesus mengundang para murid untuk berada bersama-Nya (to be
with Him) supaya mereka dimampukan untuk diutus oleh-Nya (to be sent out); Tuhan Yesus
mengundang para murid untuk mengikut Dia supaya mereka dimampukan untuk menjadi
penjala manusia (Mrk 3:14; Mat 4:19).

Rasul Paulus menunjukkan prinsip ini dalam pelayanannya. Dalam bagian yang sama dari
suratnya kepada jemaat di Tesalonika, Paulus menuliskan, “Kamu adalah saksi, demikian juga
Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya. Kamu
tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan
menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup
sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.”
(1Tes 2:10-11). Paulus bukan sekadar seorang apologet publik, melainkan juga seorang
pembimbing dan bapak (orangtua) rohani yang membangun pertumbuhan rohani secara
intensional melalui keteladanan dan dorongan yang diberikannya, seorang demi seorang.
Pelipatgandaan Rohani (Eksponensial)

Merangkum buku klasik tentang pemuridan Tuhan Yesus yang ditulisnya, The Master Plan of
Evangelism, Robert Coleman menyatakan, “Menghasilkan buah-buah rohani berarti
menghasilkan kehidupan Kristus di dalam pribadi manusia: Pertama-tama di dalam diri kita
sendiri (menjadi murid Kristus), kemudian di dalam diri orang-orang lain (menjadikan murid
Kristus). Sesungguhnya segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukan Tuhan Yesus
menunjukkan prinsip ini.” Pemuridan merupakan hubungan yang membangun
pelipatgandaan rohani secara eksponensial. Orang perlu dibimbing menjadi murid Kristus
untuk menjadikan orang lain murid Kristus yang dapat memuridkan orang lain. Discipling
disciplemaking disciples. Demikian seterusnya, sampai ke segala suku bangsa di dunia.

Kelompok kecil merupakan konteks sosial yang mendukung terjadinya relasi yang demikian.
Tetapi pada kenyataannya ada sangat banyak kelompok kecil yang berjalan tanpa komitmen
eksponensial terhadap terjadinya pelipatgandaan rohani. Banyak kelompok yang sekadar
bertemu dan belajar bersama dalam rentang waktu yang panjang tanpa diarahkan dan dilatih
untuk suatu saat mereka mengambil tanggung jawab rohani untuk membimbing orang lain
dalam perjalanan dan gerakan pemuridan.

Tuhan Yesus menunjukkan prinsip menjadikan murid yang dapat memuridkan orang lain ini
dalam pelayanan-Nya. Tuhan Yesus melatih murid-murid-Nya agar pada suatu ketika mereka
dapat mengambil alih pekerjaan-Nya, yaitu untuk memberitakan keselamatan dan
menjadikan semua bangsa murid-Nya. Rencana pengajaran Yesus adalah menunjukkan
teladan, memberi tugas, dan mendampingi murid-murid-Nya. Tuhan Yesus memberikan
amanat agung kepada orang-orang yang telah dimuridkan-Nya untuk pergi dan menjadikan
murid-murid Kristus di antara segala suku bangsa.

Rasul Paulus menunjukkan prinsip ini dalam pelayanannya. Kepada Timotius, anak
rohaninya, Paulus menuliskan, “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak
saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar
orang lain.” (2Tim 2:2). Paulus bukan sekadar seorang yang terus-menerus berpindah
aktivitas dan kegiatan dalam perjalanan misinya, melainkan juga seorang orangtua rohani
(generasi 1) yang tekun dan setia membimbing Timotius (generasi 2) hingga dia dapat
membimbing orang yang dapat dipercayai (generasi 3) yang cakap mengajar orang lain
(generasi 4).

Akhir Kata

Pertanyaan yang sering dilontarkan Dawson Trotman, pendiri pelayanan pemuridan The
Navigators, adalah, “Di manakah orangmu? Di manakah orang yang kepadanya engkau
mencurahkan hidupmu untuk menolong mereka berjalan bersama Kristus?” Bagaimana
dengan Saudara?

Tuaian yang banyak memerlukan pekerja. Domba yang lelah dan terlantar membutuhkan
gembala. Dunia yang gelap menantikan terang. Dunia yang membusuk memerlukan garam.
Gereja yang sehat menghasilkan murid Kristus yang memuridkan. Gereja yang
melipatgandakan pekerja adalah harapan dunia.

Anda mungkin juga menyukai