DAFTAR ISI
Pekan Pertama
Rancangan Khotbah Kebaktian Umum (2 Juli 2023) ......... 8
“Manusia Baru, Anak-anak Terang (Efesus 4.17-5.21)”
Bahan PA Komisi Pemuda .............................................................. 13
Bahan PA Komisi Perempuan ....................................................... 16
Renungan Komisi Pria ..................................................................... 21
Bahan PA Senior ................................................................................. 26
Pekan Kedua
Rancangan Khotbah Kebaktian Umum (9 Juli 2023) ....... 32
“Laksana Kristus dan Jemaat-Nya (Efesus 5.22-32)”
Bahan PA Komisi Pemuda ............................................................. 39
Renungan Komisi Perempuan ...................................................... 43
Bahan PA Komisi Pria ...................................................................... 48
Bahan PA Senior ................................................................................ 52
Pekan Ketiga
Rancangan Khotbah Kebaktian Umum (16 Juli 2023)
“Biarkan Anak-anak Itu Datang Kepada-Ku (Mat. 19.13-16)”
Bahan PA Komisi Pemuda ............................................................. 57
Bahan PA Komisi Perempuan ...................................................... 62
Bahan PA Komisi Pria ...................................................................... 65
Renungan PA Senior ......................................................................... 68
Pekan Keempat
Rancangan Khotbah Kebaktian Umum (23 Juli 2023) ....... 72
“Mengabdi kepada Tuhan yang Sama (Efesus 6.1-9)”
ii
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
Pekan Kelima
Rancangan Khotbah Kebaktian Umum (30 Juli 2023) ....... 101
“Keluargaku Sorgaku (Kolose 3.16-4.1)”
Renungan PA Komisi Pemuda ...................................................... 107
Bahan PA Komisi Perempuan ....................................................... 113
Bahan PA Komisi Pria ....................................................................... 117
Bahan PA Senior ................................................................................. 121
iii
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
KATA PENGANTAR
4
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
5
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
Alkitab, khususnya tiga pasase dari Surat Efesus, berikut satu pasase
dari Injil Matius dan satu pasase dari Surat Kolose (yang “sangat dekat”
dengan Surat Efesus). Di samping itu, kita diajak untuk melihat dan
menyikapi fenomena “di luar sana,” yang dengannya kita senantiasa
bersinggungan: perisakan (bullying), kekerasan dalam rumah
tangga, perselingkuhan, perceraian, juga pengaruh gawai (gadget)
terhadap anak, diri kita, dan keluarga kita. Dengan kesadaran tentang
keberadaan dua dunia (Alkitab dan masa kini), para penulis mengajak
kita untuk mencari jawaban apa artinya menanggapi panggilan Tuhan
bagi keluarga kita untuk menjadi gereja mini, gereja rumah tangga,
atau ecclesia domestica. Tujuannya, tentu bukan semata-mata
keluarga kita sendiri, tapi juga supaya keluarga-keluarga kita menjadi
kesaksian atau saksi-saksi yang hidup di tengah berbagai fenomena
yang di tengah masyarakat lokal dan global.
Penulisan SULAM Juli (Bulan Keluarga) 2023 ini melibatkan para
penulis dari kalangan pendeta dan pelayan Injil yang baru memulai
pelayanannya. Terasa sekali keseriusan mereka dalam menggumuli
teks dan situasi masa kini yang dihadapi oleh keluarga-keluarga
Kristen. Bidang Teologi mengucapkan terimakasih kepada Pdt. Heru
Himawan, Pdt. Rotua N. Sinaga, Pdt. Pardiaman P. Damanik, Pdt. Ferry
Panjaitan, Pdt. Anang Sumanto, Sdri. Basaria Sianturi, Sdri. Imelda
N. Sembiring, Sdri. Debora C. Setyaningtyas, Sdr. Josef Wisesa, Sdri.
Alfonso Alexander, dan Sdri. Eunike S. Anugraheni sebagai penulis.
Bidang Teologi juga mengucapkan terimakasih kepada para staf
di kantor Sinode, wabil chusus Sdri. Hana dan Mbak Elina yang me-
lay out SULAM Juli 2023 ini sehingga rapi dan cantik. Tuhan Yesus
memberkati Dulur-dulur semua.
Selamat menggunakan SULAM Juli 2023 ini, selamat menanggapi
panggilan Tuhan agar keluarga kita masing-masing menjadi ecclesia
domestica. Demi kesaksian injili, demi kebahagiaan sejati, demi
kemuliaan Allah. Terpujilah Allah!
6
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
7
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
I. PENDAHULUAN
Allah Memangil
Berbicara tentang manusia baru adalah bicara perihal manusia yang
mendengar dan merespons panggilan Allah. Allah yang penuh an-
ugerah mengundang semua orang berdosa untuk menerima kesela-
matan yang disediakan di dalam Kristus Yesus. Undangan ini adalah
karya Allah Tritunggal, yaitu karya Allah Bapa (1 Kor. 1:9), karya Allah
Anak (Mat. 11:28), dan karya Allah Roh Kudus (Kis. 5:31-32). Undan-
gan Allah ini berlaku secara universal, bagi segala bangsa tanpa kecu-
ali.
Panggilan Allah dan Kelahiran Baru
Panggilan/undangan Allah berkaitan erat dengan kelahiran baru, yai-
tu seluruh proses pembaharuan manusia, yang mencakup pertobatan,
pengudusan, ketekunan, hingga pemuliaan. Manusia yang mengalami
kelahiran baru adalah ia yang, oleh anugerah Allah semata, menang-
gapi panggilan Allah yang olehnya Allah menanamkan prinsip kehidu-
pan baru di dalam diri manusia dan mengubah sifat jiwa manusia, dari
hidup di bawah kutuk dosa kepada hidup di dalam anugerah Allah.
Manusia yang mengalami kelahiran baru akan tumbuh sebagai manu-
sia baru. Ia mengalami pertobatan (metanoia) dan perputaran balik
orientasi hidupnya (ephistrepho).
Bagi Paulus, manusia baru adalah ia yang telah berpartisipasi atau
menjadi satu (symphytoi gegonamen) dalam kematian dan kebangki-
tan Yesus Kristus. Ia telah mati bagi dosa (bersama Kristus) dan men-
galami kuasa kebangkitan (bersama Kristus). Oleh karena itulah, bagi
manusia baru, tubuh dosa telah kehilangan kuasanya, dan digantikan
dengan keberadaan baru untuk menyatakan perbuatan-perbuatan
baik dari Allah yang bermanfaat bagi sesama. Dalam kerangka itulah
Paulus mengirimkan nasihatnya kepada jemaat Efesus.
8
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
II. TAFSIR
Dua Sisi
Bagi Paulus pertobatan manusia berdosa menjadi target utama pelay-
anannya di beberapa kota, tidak terkecuali di Efesus. Paulus harus me-
nyatakan syukur dalam suratnya kepada jemaat Efesus, bahwasannya
mereka telah menerima berkat rohani di dalam sorga (1:3). Berkat
itu adalah meterai dari Roh Kudus yang menjadi jaminan penebusan
sekaligsu tanda bahwa mereka adalah milik Allah (1:13). “Sebab itu”
Paulus harus menegaskan kepada umat Efesus tidak lagi hidup sama
seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya
yang sia-sia. Penegasan Paulus ini menjadi tekanan akan kesungguhan
nasihatnya, dan ‘di dalam Tuhan’ merupakan sumber otoritas nasi-
hatnya. Paulus dengan sungguh-sungguh menasihatkan umat Efesus,
dengan otoritas penuh dari Tuhan.
Umat Efesus sebelumnya adalah orang-orang bukan Yahudi yang tidak
mengenal Allah sebelum mereka mengenal Kristus. Namun, sekarang
mereka telah mengenal Kristus dan kebenaran-Nya yang mendorong
mereka menanggalkan cara hidup yang dahulu, dan tampil dengan
karakter sebagai manusia baru. Allah telah melahirkanbarukan mer-
eka dalam karya Kristus, biarkanlah Roh-Nya menolong mereka hidup
dengan cara dan gaya yang baru, yaitu menyatakan pekerjaan baik
yang telah Allah perssiapkan sebelumnya bagi mereka.
Setelah kelahiran baru hidup mereka berubah. Sisi gelap, yaitu piki-
ran kosong, kebodohan dan kedegilam hati adalah keberdaan sebelum
mengenal Allah. Setelah mengenal Allah, sisi gelap itu harus ditanggal-
kan dan mereka harus hidup dalam karakter yang telah diperbaharui
di dalam roh dan kebenaran menurut kehendak Allah di dalam Kristus
Yesus.
Kalau dulu, sebelum mengenal Allah, mereka jauh dari persekutuan
dengan Allah, dan mati karena pelanggaran dan dosa mereka (2:1).
Hati dan pikiran mereka degil (apalgeo), yaitu keberadaan hati dan
pikiran kehilangan kapasitas untuk merasa malu. Ibarat kulit yang ke-
bal dan tidak dapat lagi merasakan sakit.
Namun sekarang, kontradiksi tajam disampaikan rasul Paulus, me-
reka telah belajar mengenal Kristus. belajar menerima Kristus berar-
ti bahwa ketika seseorang mengenal dan menerima Kristus sebagai
9
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
pan, bukan terletak kepada hukuman Allah kelak, karena setelah umat
menerima Kristus, umat tidak lagi berada di jangkauan hukuman
Allah, melainkan mengalami belas kasihan dan anugerah-Nya, me-
lainkan terletak kepada perubahan keberadaan, dari gelap menjadi
terang. Manusia lama dan manusia baru disimbolkan Paulus dengan
‘gelap’ dan ‘terang’. Pada jaman itu, simbolisme gelap dan terang biasa
muncul untuk menggambarkan kejahatan dan kebaikan, meneruskan
tradisi dari Perjanjian Lama. Dengan mengadopsi tradisi itu, Paulus
menggambarkan bahwa orang yang belum mengenal Kristus ter-
golong anak kegelapan, yang dicirikan dengan kebodohan, kedegilan
dan kejahatan. Sedangkan orang yang sudah mengenal Kristus ter-
golong sebagai anak terang, yang dicirikan dengan kebenaran, kesale-
han, pengetahuan dan kekudusan.
III. PESAN
1. Terjadi dikotomi tajam antara orang yang belum mengenal Kris-
tus dengan orang yang sudah mengenal Kristus. Orang yang belum
mengenal Kristus, atau dikenal sebagai anak kegelapan, membuah-
kan karakter atau perbuatan yang sia-sia (kebodohan, kedegilan
hati dan pikiran, perasaan tumpul, serta segala macam kejahatan).
2. Orang-orang percaya dahulu adalah anak-anak kegelapan, namun
sekarang mereka adalah anak-anak terang di dalam Tuhan Yesus
Kristus. Allah Trinitas mengerjakan karya ilahi yang melahrba-
rukan mereka, sehingga sehingga meraka menjadi manusia baru
atau anakpanak terang, yang membuahkan karakter atau perbua-
tan-perbuatan baik yang member manfaat kepada sesama. Hidup
mereka tidak menjadi sia-sia karena penggunaan waktu yang te-
pat.
3. Anak-anak terang harus hidup dengan gaya hidup yang benar,
mereka harus menelanjangi dan menyingkapkan perbuaatan-
perbuatan kegelapan. Dalam hal ini terang bukan sekedar meny-
ingkapkan kegelapan, namun juga mempunyai daya dobrak untuk
mengubah perbuatan kegelapan menjadi perbuatan baik yang
memberi manfaat.
IV. APLIKASI
1. Keluarga adalah wadah yang disediakan Tuhan bagi setiap orang
11
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
12
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
13
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
14
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
15
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
16
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
17
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
18
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
2. Di era digital ini apa yang harus kita lakukan supaya anggota ke-
luarga kita tidak sibuk dengan gadgetnya masing-masing tetapi
semakin banyak waktu bagi kita untuk saling beriteraksi secara
langsung.
3. Bagi kita yang menjalankan peran ganda dalam keluarga yaitu se-
bagai seorang ibu rumah tangga dan bekerja membantu perekono-
mian keluarga tentu bebannya bertambah berat dan tangungjaw-
abnya semakin besar. Bagaimana cara kita menjalani peran ganda
tersebut agar keduanya berjalan baik dan lancar dan tidak ada
yang terabaikan?
REFLEKSI
Sebagai seorang perempuan, sebagai seorang istri, sebagai seorang
ibu kerinduan kita yang paling dalam adalah agar keluarga kita men-
jadi keluarga yang berkenan dan menyenangkan Tuhan. Dan bagi kita
yang terpenting adalah kebahagiaan keluarga. Untuk mewujudkannya
kita sanggup melakukan banyak hal dan kita rela berkorban bahkan
kita tidak segan-segan untuk menjalani peran ganda demi kebahagia-
an keluarga.
Kita di panggil Tuhan untuk menjadi seorang perempuan yang ha-
rus mengasihi suami dan anak-anak kita, mengurus rumahtangga
kita dengan baik dan menjadi teladan dalam keluarga (Titus 2: 4-5).
Dan jika kita bekerja untuk membantu perekonomian keluarga kita
harus sadar bahwa tanggung jawab utama kita adalah mengurus dan
merawat keluarga kita. Catatan penting kita tidak boleh mengabaikan
keluarga karena pekerjaan kita.
Kiranya setiap kita semakin mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga
kita menjadi perempuan yang bijaksana, menjadi tiang doa dan te-
ladan bagi keluarga kita sehingga setiap angota keluarga kita semakin
bertumbuh di dalam segala hal kearah Kristus. Dengan demikian kelu-
arga kita hidup sebagai manusia baru/anak-anak terang dan menjadi
saksi-saksi Kristus yang hidup di tengah masyarakat.
Sebagai sesama perempuan marilah kita saling mendukung, saling
menguatkan dan saling mendoakan agar kita mampu mengatasi se-
gala tantangan hidup dan terus berusaha memberikan yang terbaik
bagi keluarga kita.
19
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
V. POKOK DOA
1. Berdoa untuk keluarga-keluarga Kristen supaya masing-ma-
sing keluarga bisa memenuhi panggilannya menjadi gereja mini se-
hingga keluarga-keluarga Kristen menjadi saksi-saksi Kristus yang
hidup di tengah masyarakat ini dan banyak jiwa-jiwa yang diselamat-
kan di dalam Tuhan.
2. Berdoa untuk setiap perempuan supaya bisa menjalankan per-
annya dengan baik sehingga kehadiran kita menjadi berkat dimana-
pun kita berada.
3. Berdoa buat para perempuan yang memiliki peran ganda
dalam keluarga supaya bisa membagi waktu dengan baik sehingga
kedua-duanya dapat dijalankan dengan baik dan lancar.
4. Berdoa untuk keluarga kita supaya saling mengasihi, saling
menguatkan, dan saling mendukung dan masing-masing anggota ke-
luarga dimampukan Tuhan untuk menjalankan tugas dan tanggung-
jawabnya. Sehingga keluarga kita menjadi keluarga yang bahagia dan
berkenan di hati Tuhan.
VI. PUJIAN PENUTUP: Yesus Mau Kami Bercahaya (PPR I No 54)
(RNS)
20
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
I. PENDAHULUAN
Ular adalah hewan yang setiap tahunnnya akan mengganti kulitnya.
Namun ular tetap memiliki sifat dasarnya seekor ular. Ular hanya
mengganti kulitnya saja, tidak ada sifat yang diganti. Di saat saya me-
mikirkan tentang ular yang mengganti kulitnya, sejenak saya juga me-
mikirkan kehidupan manusia yang mengalami lahir baru. Bila ular
hanya mengganti kulitnya saja, maka apa yang terjadi pada manusia
yang lahir baru?
Apakah lahir baru hanya sekadar kiasan untuk orang-orang yang
dibaptis? Atau memang sebuah bukti nyata dari sebuah pertobatan
dan penyerahan diri kepada Allah dalam penyucian oleh Allah?
II. TAFSIR
Rasul Paulus memberi nasihat kepada Jemaat Efesus supaya tetap teg-
uh dalam kehidupan kemurnian dan kekudusan hati dan hidup. Nasi-
hatnya seperti seoarang bapak kepada anaknya, karena Rasul Paulus
yang merintis pelayanan jemaat Efesus. Dan Paulus adalah bapak ro-
hani dari jemaat Efesus. Nasihatnya ditujukan kepada bangsa-bangsa
bukan Yahudi yang sudah bertobat; mereka tidak boleh hidup seperti
bangsa-bangsa yang belum bertobat (ayat 17). Nasihat ini diperun-
tukkan bagi Manusia Baru (Efesus 4:17-32), berkenaan dengan sikap
yang seharusnya sebagai anak-anak Allah (Efesus 5:1-21).
Manusia baru menyiratkan manusia lama. Sebelum menjadi manu-
sia baru manusia hidup dalam manusia lamanya. Seperti apa manu-
sia lama itu? Kita dapat melihat penjelasan Paulus tentang manusia
lama dari ayat 17-24. Nasihatnya diawali dengan menjelaskan tentang
kehidupan manusia sebelum bertobat. Lebih terperinci Rasul Paulus
menjelaskan kehidupan kefasikan dunia kafir:
1. Pengertian mereka gelap (18). Mereka buta tentang pengetahuan
yang menyelamatkan. Karena kebodohan mereka menjadi penye-
21
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
22
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
23
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
24
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
Jika kita mampu untuk sampai tahap tersebut, kita bukan hanya
memperbarui kehidupan kita saja, namun juga dapat memperbarui
kehidupan orang-orang disekitar kita. Kita bisa memperbarui kehidu-
pan anak kita, istri kita, rekan kerja, sahabat, orang tua, mertua, dan
lebih luas lagi.
Dengan apa kita memperbarui mereka? Yaitu dengan melihat kete-
ladanan dari kita saat mengerjakan dan melakukan hal-hal yang suci
menurut Allah. karena dengan itu, mereka bukan hanya mendengar
tentang “Manusia Baru” tetapi mereka dapat melihat sebuah bukti
nyata dari seorang “Manusia Baru”.
“Baru” bukan dari penampilan fisik saja, namun dari perkataan yang
baru yaitu perkataan yang penuh berkat dan positif, Perbuatan yang
baru : yaitu perbuatan yang penuh kasih, Karakter yang baru yaitu
karakter yang berintegritas, Pola pikir yang baru yaitu: pola pikir yang
positif dan penuh hikmat. Serta pada akhirnya bukan kehidupan duni-
awi yang penuh arogansi yang tampak pada kita tetapi yang nampak
ialah kehidupan yang dikuasai oleh Roh Kudus dan menggambarkan
citra Allah dalam kehidupan kita. Tuhan Yesus Memberkati.
(AN)
25
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
26
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
27
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
28
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
29
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
30
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
31
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
I. PENDAHULUAN
Relasi suami dan istri sekarang ini menghadapi tantangan yang sema-
kin kompleks. Semakin banyak perempuan berpartisipasi dalam pros-
es produksi sosial. Kaum perempuan tidak lagi hidup dalam lingkup
domestik atau rumah tangga. Banyak perempuan menjadi buruh di
pabrik-pabrik, wanita karier, politisi, dsb. Partisipasi dalam produksi
sosial, yang secara ekonomi-politik mengindikasikan tahapan ter-
tentu dari kapitalisme memungkinkan banyak perempuan memiliki
kemandirian finansial atau sekurang-kurangnya tidak begitu bergan-
tung pada penghasilan kaum pria sebagai suami.
Kemandirian finansial memperkuat posisi perempuan terhadap kaum
pria. Para suami tidak bisa begitu saja melanjutkan klaim tradisional
(patriarki) terhadap para istri, yakni bahwa mereka adalah pemimpin
sedangkan istri adalah yang dipimpin dan bergantung kepada suami.
Ketidaksiapan kaum pria untuk mengakomodir emansipasi (=pembe-
basan) kaum perempuan sering bermuara pada berbagai gejala nega-
tif dalam rumah tangga. Misalnya: semakin marak kekerasan dalam
rumah tangga (yang lazim dilakukan oleh suami yang frustrasi ter-
hadap istri), konflik-konflik yang sangat rentan menjadi perceraian,
dan perselingkuhan (entah yang dilakukan oleh suami yang merasa
menemukan perempuan lain yang lebih “mengerti kebutuhan suami,”
atau yang dilakukan oleh istri sebagai ungkapan kemandirian dan hak
untuk mendapatkan kesenangan). Rumah tangga Kristen, khususnya
dari generasi yang lebih muda, menghadapi tantangan yang sama.
Dalam konteks ini, kita akan melihat satu bagian Alkitab yang membi-
carakan relasi suami dan istri dengan wawasan tertentu yang sangat
menarik. Di satu sisi, penulisnya seperti menerima begitu saja tatanan
yang berlaku pada zamannya. Di sisi lain, ia berusaha menanggapi
tatanan itu dengan semangat dan tuntutan Injil Kristus. Bagian Al-
kitab yang dimaksud adalah Efesus 5.22-33.
32
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
33
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
34
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
35
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
5.6) (hoi huioi tēs apeitheias) dan “anak-anak kemurkaan” (tekna orgēs)
(Efesus 2.3) menjadi “anak-anak yang terkasih” (tekna agapēta) dan
“anak-anak terang” (tekna phōtos) (Efesus 5.8), (3) partisipasi masa
kini dalam kemenangan Kristus atas kuasa-kuasa (Efesus 1.20-22; 2.6:
3.10), dan (4) “bagian” (atau “warisan,” klēronomia, Efesus 1.14, 18;
5.5; bdk 1.11), yakni partisipasi dalam kemuliaan masa depan, yang
akan dinyatakan pada “hari penyelamatan” (=hari penebusan, hēmera
apolutrōseōs, Efesus 4.30), yakni saat Allah mempersatukan segala
sesuatu di dalam Kristus sebagai Kepala (Efesus 1.10).
Cekak aos, Kristus begitu mengasihi Jemaat. Ia menyatakan kasih
itu dalam pengurbanan yang mendatangkan penebusan atau kesela-
matan bagi Jemaat. Meneladani Kristus, suami dipanggil untuk men-
gasihi istrinya dengan kasih yang rela dan siap sedia untuk berkurban
bahkan nyawa untuk istrinya. Bila kasih macam ini hidup di dalam diri
para suami, tidak akan ada KDRT dalam bentuk apapun, pengabaian
apalagi penelantaran terhadap istri, konflik yang tak terdamaikan
apalagi perceraian, poligini, perselingkuhan...
Kedua, Jemaat tunduk kepada Kristus. Jemaat telah mengalami kasih
Kristus. Jemaat telah ditebus-Nya dengan pengurbanan tiada tara: ke-
matian-Nya. Jemaat adalah Tubuh, tanda kehadiran atau penampakan
Kristus di tengah dunia. Kristus adalah Kepala, yakni Pemimpin dan
Sumber kehidupan Jemaat. Ia, yang setelah kebangkitan-Nya duduk
di sebelah kanan Allah, memberdayakan Jemaat dengan Roh Kudus.
Meski secara ragawi Kristus tidak ada lagi di dalam dunia, secara ro-
hani Ia hadir di tengah dunia untuk menyampaikan Injil Perdamaian
(euanggelizō eirēnēn, Efesus 2.17; bdk 6.15) kepada umat manusia,
dan mengedukasi kuasa-kuasa (gnōrizō tais archais kai tais exousiais,
Efesus 3.10), sehingga mereka berfungsi sebagaimana mestinya dalam
tata reksa ilahi (providentia divini) atas dunia.
Kepada Kepala, yakni Pemimpin dan Sumber kehidupannya, Jemaat
tunduk (hupotassō). Artinya: mengakui/menerima dan menghormati
otoritas, serta mendukungnya. Jemaat mengakui dan menjunjung oto-
ritas Kristus, serta mendukung perwujudannya dalam kehidupannya
sebagai kesaksiannya kepada umat manusia dan kuasa-kuasa. Dalam
sikap tunduk kepada Kristus itulah Jemaat akan mengalami “kepenu-
han Kristus” (plērōma tou Christou, Efesus 1.23; 4.13) atau “kepenu-
han Allah” (plērōma tou Theou, Efesus 3.19) melalui Roh Kudus ysng
36
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
37
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
Untuk itu, perlu sekali suami dan istri terus-menerus dipenuhi dengan
Roh Kudus, sebagaimana diserukan oleh “Rasul Paulus” (plērousthe
en Pneumati, hendaklah kamu terus-menerus dipenuhi dengan Roh,
Efesus 5.18). Dipenuhi dengan Roh Kudus adalah suatu keadaan di
mana orang percaya dikuasai, dipimpin, dan diarahkan oleh Roh Ku-
dus dalam hidupnya. Dengan jalan itulah, “laksana Kristus dan Jemaat-
Nya” terwujud dalam relasi suami dan istri Kristen. Terpujilah Allah!
Amin.
(RA)
38
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
39
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
an”. Dalam perikop teks ini hubungan sepasang suami istri menyodor-
kan adanya persatuan Kristus dengan Gereja sebagai contoh dalam
perkawinan manusia. Yang berarti relasi suami dan istri sama dengan
relasi Kristus dan umat, dimana didalam relasi ini kasih dan penundu-
kan menjadi dasar utama karya Kristus dinyatakan.
III. LATAR BELAKANG TEKS
Surat Efesus pada bagian pasal 4 dan 5 ini dituliskan Paulus untuk
mendorong jemaat Kristus di Efesus untuk hidup bersatu dan melay-
ani seluruh tubuh Kristus yaitu jemaat, dengan memanfaatkan karu-
nia-karunia khusus yang telah diberikan Roh kudus kepada mereka.
Paulus juga memberikan nasihat menyangkut berbagai hubungan
antarwarga jemaat dan bagaimana mereka sebagai anak-anak terang
memerangi kejahatan.
Secara khusus Efesus 5:22-32 Paulus mengambil konteks pernikahan
untuk memberikan contoh situasi bagaimana orang percaya harus
merendahkan diri satu sama lain untuk hidup bersatu dan melayani
sebagai bagian dari tubuh Kristus. Dalam pernikahan Kristen memi-
liki komitmen, kewajiban dan tugas bagi dua pihak yang terkait dalam
hubungan tersebut. Relasi pernikahan sebenarnya adalah merupakan
perlambangan dari hubungan antara Kristus dan GerejaNya.
Pada perikop teks ini, ada dua kata menarik yang diulang-ulang yaitu
kata “tunduk” dan “kasih”.
Bagian pertama yang akan kita bahas bersama adalah kata “tunduk”
terdapat pada ayat 22 dan 24. Ayat 22 merupakan sebuah kata perin-
tah yang membawa kepada pengertian supaya “seorang isteri tunduk
kepada seorang suami seperti kepada Tuhan “ kemudian disambung
dengan ayat berikutnya ayat 23 disebutkan bahwa “suami merupakan
kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat..” dan ayat 24
“.. sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus demikian jugalah is-
teri tunduk kepada suami..”. ketiga bagian ayat ini menjurus kepada
kata “tunduk” dalam dua gambaran, kata “tunduk” yang juga berarti
“menuruti, mengikuti, meneladani, patuh, taat, memiliki sikap ker-
endahan hati”. Sikap-sikap yang demikian ini yang Kristus kehendaki
untuk hidup dan bertumbuh dalam sebuah relasi pernikahan, sebab
tanpa adanya penundukkan diri, keduanya saling memiliki ego yang
tinggi, maka kasih Kristus yang membawa kedamaian tidak akan
40
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
42
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
I. PENDAHULUAN
Pernahkah Saudara mendengar istilah tirani rumah tangga?
Tirani rumah tangga bukanlah fenomena yang langka akhir-akhir
ini. Banyak perempuan telah hidup dengan laki-laki yang melakukan
kekerasan terhadap isterinya selama bertahun-tahun, bahkan
puluhan tahun. Perempuan seperti tidak memiliki kesempatan
untuk mendapatkan keadilan. Marry Wollstonecraft (tokoh feminis
dari Inggris) menganggap permasalahan utama yang menghalangi
perempuan berjuang dalam memperbaiki dirinya adalah tirani rumah
tangga. Marry Wollstonecraft merasa bahwa perempuan hanya bisa
berdiam diri di rumah, tidak bekerja, ekonomi bergantung pada
laki-laki. Kebergantungan itulah yang menjadi salah satu penyebab
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
BBC News Indonesia tahun 2020 memuat tulisan dari Ayomi
Amindoni yang berjudul “KDRT: Perempuan kian ‘terperangkap’ di
tengah pembatasan sosial Covid-19”. Ayomi Amindoni mengatakan
bahwa bagi sebagian perempuan, rumah bukanlah merupakan tempat
yang aman. Kerentanan perempuan terhadap kekerasan, terutama
KDRT, meningkat dalam masa pandemi Covid-19. Hal ini dibuktikan
dengan melonjaknya laporan kekerasan terhadap perempuan pada
bulan Maret-April di sejumlah daerah di Indonesia. Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mencatat
per 2 Maret-25 April 2020, terdapat 275 kasus kekerasan yang dialami
perempuan dewasa, dengan total korban 277 orang. Adapun LBH
Jakarta mencatat per akhir Maret-11 Mei 2020, terdapat sembilan
pengaduan kekerasan yang dialami perempuan selama pandemi.
Advokat LBH Jakarta, Oky Wiratama mengungkapkan terdapat tiga
kasus kekerasan fisik terhadap isteri, tiga kasus kekerasan psikis,
satu kasus eksploitasi seksual, satu kasus pelecehan seksual, dan satu
kasus kekerasan berbasis online. Ini memperlihatkan bahwa rumah
dan keluarga masih menjadi tempat yang tidak aman bagi perempuan.
43
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
44
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
adalah tubuh Kristus dan Kristus adalah kepala dari segala yang ada.
Melalui Kristus Yesus, jemaat Efesus menerima Roh Allah, menjadi
manusia baru (Ef. 4:17-32), dan hidup di dalam terang (Ef. 5:1-21).
Rasul Paulus menggambarkan adanya kesatuan, perubahan jemaat
Efesus di dalam Kristus Yesus melalui kehidupan rumah tangga.
Kata “isteri” (ayat 22)
Ada dua penjelasan tentang isteri di dalam Alkitab. Pertama, bagi orang
Israel (Perjanjian Lama), gundik atau selir adalah isteri (tidak resmi).
Gundik diperoleh dengan membeli atau sebagai tawanan perang.
Laki-laki diperbolehkan menikah dengan gundik pada masyarakat
yang mengenal perkawinan poligami. Gundik dilindungi oleh taurat
Musa (Kel. 21:7-11), sekalipun mereka dibedakan dengan isteri-isteri
dan lebih mudah diceraikan. Kedua, isteri sebagai lambang umat Allah
atau jemaat/gereja. Lambang ini mulai ada semenjak para perempuan
mengaku diri sebagai milik Allah secara lahiriah. Perempuan telah
dipersatukan oleh iman kepada Kristus dalam ikatan kasih sejati.
Pertanyaannya, kata isteri yang seperti apakah yang
dimaksudkan oleh Rasul Paulus dalam surat Efesus, jika melihat
penjelasan di atas? Tentunya pada penjelasan yang kedualah kata
isteri yang dimaksud oleh Rasul Paulus, yaitu isteri tanda umat Allah
(milik Allah). Perempuan yang telah dipersatukan oleh iman kepada
Kristus dan dinikahi dalam ikatan kasih sejati.
Kata “tunduklah” (ayat 22)
Teks ini menjelaskan bahwa sebagaimana seseorang
menyerahkan dirinya kepada Tuhan, demikian juga seorang istri
menyerahkan dirinya kepada suaminya. Menurut penelusuran secara
tekstual, tidak ada kesepakatan tentang kata apa yang sebenarnya
digunakan dalam bahasa aslinya. Akan tetapi yang menjadi fokus di sini
adalah adanya sebuah penyerahan diri yang penuh, kepada manusia
yang ditempatkan Tuhan menjadi pasangannya seperti kepada Tuhan
sendiri.
Kata “kasihilah” dan “mengasihi” (ayat 25, 28)
Kata “kasihilah” dan “mengasihi” yang ditujukan untuk para
suami bukan kasih eros (cinta dengan daya tarik seksual atau erotika),
melainkan kasih agape (penuh pengorbanan, dan tanpa syarat). Kasih
agapê menggambarkan kasih Allah.
45
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
46
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
47
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
I. LAGU-LAGU
• Kucinta Keluarga Tuhan
• Bahasa Kasih
• Jelmakan Yesus Dalamku
II. PENDAHULUAN
Semakin berkembangnya zaman semakin banyak perubahan
di dalam semua tatanan kehidupan manusia, termasuk juga di dalam
keluarga. Tugas-tugas yang seharusnya menjadi tanggung jawab bagi
anggota keluarga tidak dijalankan dengan baik sebab makna hidup
telah berubah kepada pencapaian pada perubahan sosial saja (dari
yang miskin menjadi yang kaya) dan bukan kepada sebuah makna
hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Terlebih sebagai kaum Pria (Kepala
keluarga) di dalam sebuah rumah tangga yang tidak mengerjakan
tugas dan tanggung jawabnya di dalam sebuah keluarga, tentu tidak
akan membawa Kristus kepada keluarga. Jika tujuan yang mulia itu
(membawa Kristus) ketengah-tengah keluarga tidak dijalankan, maka
makna hidup yang sesungguhnya akan menjadi hilang. Pernahkah kita
berpikir dan mencoba merenungkan apakah tugas kaum pria (kepala
keluarga) di dalam sebuah keluarga?
Ada dua ekstrim yang berkembang pada seorang kepala
keluarga ketika menghubungkan hubungan di dalam keluarga dengan
pekerjaan sebagai bagian tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala
keluarga. (1) Mengabaikan/tidak bekerja sungguh-sungguh dan tidak
bekerja keras agar keluarga dapat terpenuhi kebutuhan. Tindakan ini
adalah sebuah sikap yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Sebab
sebagai kaum pria harus jauh lebih keras dalam mengusahakan
kebutuhan dalam keluarganya melebihi seorang istrinya. Di dalam
kitab Kejadian telah dikatakan bahwa kaum pria akan bekerja dengan
keras sebagai akibat dari dosa. Maka sudah seharusnya kau laki-laki
48
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
49
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
50
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
51
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
1
https://alkitab.sabda.org/commentary.php? passage= Efesus+ 5% 3A22-32
52
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
54
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
55
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
V. POKOK DOA
1. Tuhan memampukan kita (Senior – Lansia) untuk memberikan
contoh konkrit dalam mewujudkan pernikahan yang diberkati
2. Tuhan memampukan kita untuk memberikan nasihat bijak
berdasarkan Firman Tuhan kepada pernikahan-pernikahan
“muda” dalam keluarga dan jemaat
3. Tuhan memampukan kita berpikir bijak berdasarkan Firman
Tuhan dalam menyikapi perselisihan hingga perceraian yang
disebabkan oleh KDRT dan perzinahan
4. Tuhan menjaga jemaat-Nya, khususnya pasangan suami istri agar
hidup dalam pernikahan yang kudus dan diberkati
VI. PUJIAN PENUTUP: Walau ‘Ku Tak Dapat Melihat
(DM)
56
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
57
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
apa kakak lagi sibuk. Dasar anak kecil tahunya ganggu aja, bersisik
tahu. “ Dan selanjutnya keluar perkataan yang merendahkan mereka.
Tanpa kita sadari sikap kita yang merasa terganggu akan keamanan,
menilai rendah anak-anak kecil tidak jauh bedanya dengan para murid
Yesus. Para murid yang merasa terganggu dengan kehadiran anak-
anak menjumpai guru mereka yang hebat dan viral.
Sikap para murid seolah-olah menjaga privasi guru mereka tersebut
sangat berbeda dengan sikap Yesus terhadap anak-anak kecil tersebut.
Mirisnya para murid yang memarahi anak-anak kecil tersebut malah
mendapat teguran keras bahkan Yesus memarahi mereka (bdk
Markus 10: 14). Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata
kepada mereka: “ Biarkanlah anak-anak itu datang kepadaKu, jangan
menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti itulah yang
empunya kerajaan Allah.”
Kita tidak tahu pasti apa penyebab murid-murid Yesus merasa
terganggu sampai mereka memarahi anak-anak itu namun menurut
para penafsir barangkali pada waktu itu Yesus sedang bercakap-cakap
dengan orang dewasa ketika anak-anak itu datang atau kemungkinan
anggapan para murid bahwa berkat ataupun pertobatan hanya
diperuntukkan bagi orang dewasa saja sehingga Yesus hanya
berurusan untuk orang dewasa. sikap para murid tersebut salah
dihadapan Yesus.
Kata “biarkanlah” dalam bahasa Yunani aphiemi dengan tensis
verb imperative aorist orang ke-2 jamak yang artinya lepaskan,
memperbolehkan, mengijinkan, tidak menghalangi. Biarkanlah anak-
anak itu dapat diartikan jangan menyakiti mereka karena mereka
memerlukan kasih sayang Yesus. Kata “jangan menghalang-halangi”
dalam bahasa Yunani kwluw koluo yang artinya mencegah, malarang,
menghalangi. Hal ini tentu Yesus mau menekankan ketika menghalang-
halangi seorang anak datang kepada Yesus merupakan tindakan yang
salah. Salah satu contoh seorang anak dilarang untuk pergi ke sekolah
minggu atau kebaktian diluar sekolah minggu dengan alasan mengajak
jalan-jalan atau takut waktu belajar tergangu ataupun alasan pribadi
yang lainnya. Dengan demikian Yesus menginginkan orang dewasa
yakni orang tua dan kita seorang pemuda untuk menolong , menuntun
anak-anak datang kepada Yesus sebab Tuhan mengasihi anak-anak.
Kita dapat menolong anak-anak datang kepada Yesus memulai
59
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
60
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
61
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
62
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
63
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
64
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
65
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
66
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
67
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
I. PENDAHULUAN
Para Senior, Adiyuswa yang dikasihi Tuhan, kita semua tahu betapa
besar kasih sayang para Senior terhadap cucu-cucu. Sesungguhnya,
Tuhan kita Yesus Kristus menaruh perhatian yang sangat besar kepada
para cucu, demikian juga kepada para orangtua dan kakek-nenek
mereka. Dalam kesempatan ini, izinkanlah saya bercerita tentang
perjumpaan Yesus dengan anak-anak kecil beserta orangtua dan/atau
kakek dan nenek mereka.
II. TAFSIR (NARATIF)
Dalam Matius 19.13a kita membaca: “Lalu orang membawa anak-anak
kecil kepada Yesus.” Dalam teks Yunani: Tote prosēnechthēsan autō
paidia. Kita juga dapat menerjemahkannya: Pada waktu itu anak-anak
kecil dibawa kepada-Nya. Kata Yunani yang diterjemahkan “anak-anak
kecil” adalah paidia, jamak dari paidion; anak kecil dan bayi tercakup
di dalamnya. Siapa yang membawa mereka kepada Yesus? Dalam TB-
LAI dikatakan “orang.” Ini merupakan kesimpulan yang logis dari kata
kerja pasif prosēnechthēsan. Yang dibawa kepada Yesus adalah anak-
anak kecil, sangat mungkin termasuk bayi-bayi. Fokus Matius 19.13
adalah pada perjumpaan anak-anak kecil dengan Yesus dari Nazaret
yang kawentar (termasyhur) itu. Tetapi bolehlah kita bertanya siapa
yang membawa mereka kepada Yesus? Jawaban sederhana (dan masuk
akal): Orang. Tentu ada hubungan tertentu antara “orang” (yang secara
logis lebih dari satu) dan anak-anak kecil itu. Hubungan yang dekat,
hangat, penuh kasih sayang. Bisa hubungan antara orangtua dan anak,
bisa juga hubungan antara kakek-nenek dan cucu.
Bahwa mereka membawa anak-anak kecil itu kepada Yesus, tentu
karena mereka sedikit banyak tahu tentang Yesus dan memiliki
harapan tertentu kepada-Nya. Laki-laki Bersandal dari Nazaret
yang gemar jajah desa milang kori dalam rangka memberitakan
68
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
Injil Kerajaan Allah dan mengajak umat untuk bertobat itu, telah
menampakkan wajah rahmani Allah kepada ʽam ha’arets (penduduk
negeri) alias kaum abangan yang mayoritas terdiri dari kaum miskin
(ptochoi), orang-orang berdosa, dan orang-orang yang malang karena
sakit-penyakit yang tak tersembuhkan dan dibelenggu oleh setan-
setan (lihat Matius 4.23; 9.35). Melalui Dia, Allah mengulurkan tangan-
Nya untuk merangkul kaum yang terbuang dan membebaskan kaum
yang tertindas. Para orangtua (yang beranak) dan kakek-nenek (yang
bercucu bahkan bercicit) tentu merasa nyaman berjumpa Yesus dari
Nazaret, tidak seperti saat menghadap para alim ulama pakar Taurat
dan kaum pembela risalah Kanjeng Nabi Musa yang pada umumnya
angker itu. Mereka tentu merasa senang bila anak, cucu, atau cicit
mereka diberkati dan didoakan oleh Laki-laki Bersandal dari Nazaret
itu. Matius 19.13b memperjelasnya bagi kita: hina tas cheiras epithē
autois kai proseuxētai. Dengan indah TB-LAI menerjemahkan: “supaya
Ia (Yesus) meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan
mereka.
Bayangkan betapa antusiasnya para orangtua dan kakek-nenek
mereka saat itu. Bayangkan pula betapa riuh-rendahnya anak-anak
kecil itu. Tentulah mereka telah mendengar dari orangtua atau kakek-
nenek mereka tentang Yesus yang senantiasa berwelas asih kepada
wong cilik (orang kecil, nēpia, Matius 11.25) alias kaum miskin (yakni
mereka yang terhisap, tertindas, dan termarjinalkan). Tentulah baik
anak-anak kecil maupun para orangtua dan kakek-nenek sudah
membayangkan sambutan Yesus kepada mereka.
Tetapi mereka tidak bisa langsung berjumpa dengan Yesus. Pertama-
tama mereka bertemu dengan murid-murid-Nya. Dalam kenyataannya,
sambutan murid-murid Yesus kepada para orangtua dan anak-anak
itu sama sekali tidak simpatik. Mosok murid-murid Yesus “memarahi
(epitimaō) mereka.” Adapun yang dimaksud dengan “mereka” (autois)
adalah anak-anak kecil berikut para orangtua dan kakek-nenek
mereka. Mungkin murid-murid itu menganggap bahwa kedatangan
mereka akan mengganggu Sang Guru. Perlu diketahui bahwa Yesu
baru saja bersoal jawab tentang perceraian dengan beberapa orang
Farisi (lihat Matius 19.3-12). Padahal Yesus baru saja menyembuhkan
banyak orang segera sesudah Ia dan murid-murid-Nya tiba di wilayah
Yudea yang terletak di di seberang (timur) Sungai Yordan (Matius
19.1-2). Jadi maksud murid-murid: biarkan Guru beristirahat sejenak!
69
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
70
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
kepada Tuhan Yesus! Di samping itu, tersirat namun jelas untuk para
orangtua dan kakek-nenek mereka, bahkan kita di sini dan kini: Bila
kita sendiri rindu untuk ambil bagian dalam Kerajaan Sorga, ayo
teladanilah anak-anak kecil itu. Datang kepada Tuhan Yesus. Ia akan
menyambut siapapun yang datang kepada-Nya. Bukankah Ia telah
berjanji: “Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban
berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu” (Matius 11.28).
Setelah mengatakan itu, Yesus “meletakkan tangan-Nya atas mereka,”
epitheis tas cheiras auotois (Matius 19.15a). Ia memberkati mereka!
Dapat dibayangkan betapa bahagianya ank-ank kecil itu. Dapat
dibayangkan pula betapa senangnya para orangtua dan kakek-nenek
mereka. Tetapi, setelah memberkati mereka, “Ia berangkat dari situ,”
eporeuthē ekeithen, pergi dari tempat itu. Sebab Ia masih harus
menempuh perjalanan untuk menggenapi rencana Bapa, yakni supaya
Ia “menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Matius 1.21).
III. PENUTUP
Mari para Senior, Adiyuswa yang dikasihi Tuhan, kita ajak, kita
dorong, kita bantu cucu-cucu kita, atau anak-anak kecil lainnya yang
kita sayangi untuk datang kepada Tuhan Yesus. Doakan mereka, minta
Tuhan Yesus memberkati mereka. Kita bawa mereka ke sekolah minggu
supaya mereka boleh mengenal Tuhan yang mengasihi mereka. Kita
pun jangan ketinggalan. Mari kita datang juga kepada Tuhan Yesus.
Sebab bukankah Kerajaan Sorga adalah milik kita semua yang dengan
penuh kesadaran dan kerelaan datang kepada Tuhan Yesus Kristus?
Terpujilah Allah! Amin. ***
(AS/RA)
71
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
I. PENDAHULUAN
Sebuah kalimat yang menarik dilontarkan oleh Pdt. Jimmy
Pardede, “Cara seseorang memperlakukan orang lain menunjukkan
cara dia menghargai Tuhan. Orang yang tidak memperlakukan orang
lain dengan baik, dia tidak mungkin saleh. Dia tidak mungkin menjadi
orang yang takut akan Tuhan.1 Cerminan prilaku maupun tindakan
kita selama hidup di dalam dunia adalah cerminan bagaimana kita
mengenal Allah. Tuhan mengajarkan sebuah kehidupan yang beradab
dan mulia di dalam Firman Tuhan. Firman Tuhan adalah penuntun
dalam kehidupan kita untuk berperilaku yang baik selama kita masih
hidup di dalam dunia ini.
Hukum kedua yang tidak kalah pentingnya sesuai Firman
Tuhan yang terdapat di dalam Matius 22:39, “Dan hukum yang kedua,
yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri”. Allah sangat memperhatikan bagaimana manusia
hidup yang baik saling menghormati. Tidak ada perbedaan perlakuan
sebab manusia memiliki Allah yang sama, serta mengabdi kepada
Allah yang sama. Meskipun status sosial bisa saja perbedaan namun
keberadaan dihadapan Allah semuanya adalah sama. Orang-orang
yang percaya dan takut kepada Tuhan pasti dapat mengaplikasikan
kehidupan yang menghargai dan menghormati sesama manusia,
sebab Yesus pun melakukan dan memberikan teladan yang baik.
ketika Yesus bertemu dengan perempuan Samari di sebuah sumur
(Yoh.4), Yesus menghargai dan menghormati perempuan itu, begitu
juga ketika Yesus bertemu dengan wanita yang kedapatan berzinah
(Yoh.8:1-11), Yesus pun menghargai dan menghormati meskipun ia
adalah seorang wanita yang tidak baik.
1
Jimmy Pardede, Hikmat Bagi Para Ayah Dan Ibu, ed. Alicia Wimar Khunius Dkk,
Pertama (Surabaya: Penerbit Momentum, 2021).
72
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
73
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
untuk anak taat kepada orangtua akan terjadi dengan otomatis. Atau
ada orangtua yang memakai ayat dari Firman Tuhan ini sebagai ‘alat’
untuk membuat anak-anak mereka menjadi taat kepada perintah
mereka. Perkembangan zaman sekarang telah membawa banyak
perubahan yang sungguh-sungguh membawa dampak perkembangan
psikologis kepada anak-anak. Mereka akan cepat sekali belajar dari
media sosial yang dengan gampang diperoleh, sehingga mereka lebih
banyak belajar dari media sosial dibandingkan dengan orangtua
mereka. Itulah sebabnya untuk mengajarkan anak-anak hanya dengan
perkataan saja pada zaman sekarang ini tidak akan dapat diterima
oleh anak-anak. Orangtua harus memberikan contoh hidup dimana
mereka merasa diterima, di mana mereka juga dihargai dan mereka
mendapatkan tempat dihati orangtua mereka. Dengan demikian anak-
anak akan dapat mentaati orangtua mereka.
Apakah yang menjadi upah bagi anak-anak yang mentaati kedua
orangtua mereka?(1) Supaya anak-anak berbahagia dan (2) Panjang
umur. Anak-anak perlu mengetahui apa yang akan mereka dapatkan
ketika mereka mentaati kedua orangtua mereka. Namun kembali lagi,
bahwa anak-anak pada zaman sekarang tidak akan mau mengerti
apa itu bahagia maupun apa itu umur yang panjang jika mereka tidak
merasakan penerimaan yang baik dari kedua orangtua mereka. Kata
bahagia dan umur yang panjang adalah sesuatu yang abstrak bagi
mereka, apalagi itu adalah sesuatu yang masih jauh sekali di depan
mereka. Mereka hanya memandang kebahagiaan hanya apa yang ada
saat ini saja. Itulah sebabnya peran orang tua sangat diperlukan agar
mereka bisa menjadi anak-anak yang taat kepada orang tua. Itulah
sebabnya penting sekali relasi (hubungan).
Dalam ayat 4, Rasul Paulus lebih menekankan bapa-bapa untuk
mengajarkan dan mendidik anak-anak mereka dibandingkan dengan
membangkitkan amarah anak-anak mereka. Memberikan petunjuk
hidup jauh lebih baik dibandingkan dengan membangkitkan amarah
anak-anak. Inipun adalah sebuah pekerjaan keras yang harus dilakukan
oleh orangtua.
Kedua, pekerja dan majikan. Di mana seseorang bekerja dibawah
pengawasan orang yang memberikan pekerjaan, maka siapapun
kita harus mentaati tuan dimana kita bekerja. Pekerja-pekerja
harus mengetahui posisi mereka dalam dunia pekerjaan. Seorang
74
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
75
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
76
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
I. PENDAHULUAN
“Mah, Pah, aku sudah besar”. Begitulah sepatah dua patah kata
yang pernah kita ucapkan sebagai anak remaja atau pemuda kepada
orang tua kita. Ketika kita mengucapkan perkataan “aku sudah besar”
artinya kita merasa bahwa kita sudah bisa melakukan apa-apa sendiri.
Dulunya makan disuapi, sekarang bisa makan sendiri. Dulunya diantar
ke sekolah, sekarang bisa berangkat sekolah sendiri. Dulunya tidur
ditemani orang tua, sekarang bisa tidur sendiri. Ada perubahan situasi
yang terjadi ketika memasuki usia remaja, pemuda.
Usia remaja, dan pemuda adalah usia beranjak dewasa.
Usia remaja, dan pemuda akan mengalami fase perubahan secara
psikologi. Perubahan yang ditandai dari cara berpikir ingin mandiri,
sudah mempunyai pendirian sendiri, dan memiliki emosi yang sudah
bisa dikontrol sendiri tanpa melibatkan orang tua. Bahkan sampai ada
yang berubah ke arah kehidupan tidak bermoral.
Kita pasti pernah mendengar istilah arogansi hati. Arogansi hati
bukanlah fenomena yang langka di kalangan anak muda. Ada sebagian
anak muda yang hidup arogan terhadap orang tua, ataupun terhadap
orang lain di lingkungan sosial, dan di lingkungan pekerjaannya.
Arogansi hati adalah sikap hati yang menganggap dirinya lebih baik,
dan menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya. Ada perasaan
superior yang diwujudkan ke dalam tindakan yang angkuh, suka
memaksakan kehendak, dan bahkan sampai tindakan fisik.
Arogansi hati adalah sikap hati yang tidak terpuji dan
tidak benar dihadapan Tuhan. Orang yang arogan akan selalu
menyombongkan dirinya, menjadi keras kepala, dan sulit untuk
menerima saran dari orang lain. Selain itu, orang yang arogan akan
cenderung tidak peduli dengan kepentingan orang banyak karena
mereka lebih berfokus pada diri sendiri (egois). Firman Tuhan di
dalam Amsal 21:4 juga menjelaskan bahwa mata yang congkak, hati
77
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
78
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
Kata “taatilah” (ayat 1, 5). Ada dua kata taat yang dituliskan oleh Rasul
Paulus. Pertama, taat kepada orang tua. Kedua, taat kepada tuan. Dalam
Perjanjian Lama, kata “taat” berarti mendengarkan. Dalam Perjanjian
Baru juga mengartikan pada penjelasan mendengarkan. Jadi, dapat
kita pahami bahwa kata taat yang dimaksud bukan sekadar patuh,
tunduk, melainkan juga mendengarkan. Seorang anak mendengarkan
orang tua. Seorang hamba mendengarkan tuan. Kata “mendengarkan”
di sini bersifat aktif. Artinya anak dan hamba membutuhkan hikmat
dalam memilih mana yang harus didengarkan, karena otoritas
tertinggi bukanlah orang tua, atau tuan melainkan Allah.
Kata “hormatilah” (ayat 2, mengutip Kesepuluh Firman Kel. 20:12).
Kata “hormatilah” bersifat aktif. Dalam Perjanjian Lama, kata
“hormatilah” mengandung arti yang berharga, karena di situ ada sikap
menghormati. Jadi, bagi Rasul Paulus, orang tua adalah orang yang
harus dihormati, dihargai oleh anak-anak. Sama seperti penjelasan
tentang anak. Tidak ada batasan bagi anak-anak untuk menghormati
orang tua terkait status seperti orang tua kandung atau orang tua
tiri atau orang tua angkat. Rasul Paulus ingin anak-anak dapat
menempatkan orang tua yang sudah membimbing mereka menjadi
orang yang harus dihormati, dihargai.
Kata “hamba-hamba” (ayat 5). Kata Yunani doulos artinya budak,
pelayan. Seorang hamba atau budak bekerja untuk keperluan orang
lain, untuk melaksanakan kehendak orang lain. Efesus adalah sebuah
kota yang sangat besar, kota terpenting di Kerajaan Roma. Kota Efesus
menjadi pusat bisnis dan perdagangan. Pasti ada banyak hamba atau
budak yang bekerja, baik itu budak dari orang Kristen maupun non
Kristen. Tentunya, Rasul Paulus menuliskan surat ini kepada jemaat
Efesus yang bekerja sebagai hamba atau budak supaya mereka
tetap memegang prinsip ketaatan dan kasih kepada tuan mereka
sebagaimana mereka taat kepada Kristus.
Kata “tuan-tuan” (ayat 9) tentunya menunjuk kepada jemaat Efesus
yang memiliki hamba. Rasul Paulus menuliskan surat ini supaya
mereka tetap memegang prinsip ketaatan dan kasih kepada hamba
mereka sebagaimana mereka taat kepada Kristus.
Pesan
1. Allah adalah kepala Kristus. Kristus adalah kepala gereja. Suami
79
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
adalah kepala istri. Ibu, bapak adalah kepala keluarga. Ada berkat
Tuhan bagi anak yang menghormati orang tua. Berkat Tuhan itu
adalah bahagia dan umur panjang.
2. Hamba yang dipandang manusia sebagai budak mempunyai status
yang sama sebagai bagian dari tubuh Kristus.
3. Tuan juga sebagai bagian dari tubuh Kristus.
4. Prinsip ketaatan dan kasih yang diajarkan oleh Yesus Kristus
adalah mengorbankan diri. Ada berkat Tuhan bagi orang yang
terus memegang prinsip ketaatan dan kasih. Berkat Tuhan itu
adalah pemeliharaan Tuhan.
III. APLIKASI
Keluarga Kristen, yang dipanggil untuk menjadi ecclesia
domestica/gereja rumah tangga, tidak mengajarkan anak-anak muda
untuk bersikap arogan atau “kurang ajar”. Komisi remaja dan pemuda
adalah bagian dari keluarga Allah. Komisi remaja dan pemuda adalah
umat Allah yang telah dipersatukan oleh iman kepada Kristus. Komisi
remaja dan pemuda adalah anak-anak yang mengabdi kepada Yesus
Kristus. Mari kita wujudkan pengabdian kita kepada Yesus Kristus
dengan mengambil peran penting dalam kehidupan keluarga, dan
sosial. Kita harus terus memegang prinsip ketaatan dan kasih dalam
menjalin hubungan antar sesama sebagaimana yang Yesus Kristus
teladankan.
1. Kita sebagai anak harus mendengarkan orang tua. Hormat kepada
orang tua sebab orang tua kandung atau orang tua tiri atau orang
tua angkat adalah orang yang sudah membimbing kita, orang yang
harus dihormati, dihargai. Dan kita harus membutuhkan hikmat
dalam memilih mana yang harus didengarkan, karena otoritas
tertinggi bukanlah orang tua, tetapi Allah.
2. Kita sebagai hamba atau pekerja atau karyawan harus
mendengarkan tuan. Dan kita harus membutuhkan hikmat dalam
memilih mana yang harus didengarkan, karena otoritas tertinggi
bukanlah tuan, tetapi Allah. Walaupun status sama sebagai
bagian dari tubuh Kristus, kita tidak boleh ada sikap arogan atau
“kurang ajar” terhadap tuan, sebab itu juga tidak dibenarkan oleh
Tuhan. Tetap memegang prinsip ketaatan dan kasih kepada tuan
sebagaimana taat kepada Kristus.
80
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
3. Kita sebagai tuan yang memiliki pekerja atau karyawan harus bisa
memahami bahwa hamba atau pekerja atau karyawan bukan milik
kepunyaan pribadi, melainkan sesama anggota tubuh Kristus yang
harus dihormati dan dirangkul dalam kasih.
(BDFS)
81
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
I. PENDAHULUAN
Ada dua orang ibu yang sama-sama menjadi seorang pekerja. Ibu
A seorang yang bekerja di toko sembako. Ia bekerja setiap harinya
dengan sukacita, melakukan perintah bosnya dengan taat, segenap
hati dan ikhlas. Ibu A memiliki prinsip bahwa segala pekerjaan yang
dilakukan harus dengan tulus hati dan ikhlas karena itu semua untuk
kemuliaan Tuhan. Setiap pekerjaan yang ia lakukan semata-mata
untuk Tuhan. Sedangkan dengan Ibu B bekerja di sebuah toserba. Ia
melakukan pekerjaan dengan baik, tetapi ia melakukannya semata-
mata untuk menyenangkan hati sang bos dan mendapat pujian. Ibu A
melakukan pekerjaan untuk menyenangkan hati Tuhan, bukan untuk
tuannya atau orang lain, dan memaknai semua itu sebagai wujud atau
bentuk mengabdikan diri kepada Tuhan. Sedangkan Ibu B melakukan
pekerjaannya untuk membuat hati bosnya senang dan mendapat
pujian. Ibu B melakukan pekerjaan bukan untuk Tuhan tetapi untuk
menyenangkan hati bosnya dan orang lain.
Dari sini kita bisa lihat adanya dua prinsip yang berbeda. Menyenangkan
hati Tuhan atau menyenangkan hati atasan tempat kerja. Kita sudah
melihat mana yang Tuhan inginkan dan Tuhan mau dalam hidup kita.
Sebagai seorang pekerja atau hamba melakukan pekerjaan semata-
mata bukan untuk tuan, bos atau orang lain melainkan itu semua
untuk Tuhan, dan sebagai wujud dari pengabdian diri kita kepada-Nya.
Itulah yang hendak Rasul Paulus sampaikan kepada jemaat di Efesus
dalam Efesus 6:1-9. Rasul Paulus memberikan nasihatnya dengan
menyinggung peran dari jemaat Efesus saat itu sebagai anak, orang
tua, bapa, hamba dan tuan untuk mengabdikan diri mereka kepada
Tuhan yang sama yakni Tuhan Yesus Kristus.
II. ISI
Ketika membaca Surat Efesus terlihat tidak begitu panjang tetapi
memiliki makna atau arti yang dalam. Tidak hanya itu, dalam
82
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
surat Paulus kepada jemaat di Efesus terdiri dari dua bagian yang
seimbang. Bisa dilihat pada bagian pertama yakni pasal 1-3 yang
berisikan doktrin-doktrin, kemudian pada bagian kedua yakni pasal
4-6 menguraikan hal-hal praktik. Bagian satu yang menguraikan
bagaimana kekayaan orang Kristen dalam Kristus sedangkan bagian
kedua yakni memperlihatkan bagaimana jalan hidup dalam Kristus.
Kemudian ada hal yang menarik bahwa dalam kitab Efesus ini Rasul
Paulus dalam memberikan nasihat kepada jemaat di Efesus ini
pertama-pertama memberikan nasihatnya kepada manusia secara
personal yakni pada bagian perikop manusia baru dan anak-anak
terang kemudian selanjutnya Paulus memberikan nasihatnya kepada
peran manusia sebagai anak, sebagai suami-istri, sebagai seorang
ayah, sebagai seorang hamba dan sebagai seorang tuan. Di sini tampak
bahwa Paulus ingin memberikan nasihat tidak hanya mengenai bagian
pribadi seseorang sebagai manusia itu sendiri tetapi juga menyentuh
sisi peran mereka sebagai manusia terlebih dalam lingkup keluarga.
Rasul Paulus ingin menyentuh semua sisi manusia baik itu pribadi
sebagai manusia tetapi juga menyentuh peran mereka yakni sebagai
anak, sebagai suami-istri, sebagai seorang ayah, sebagai seorang
hamba dan sebagai seorang tuan dalam lingkup keluarga.
Berkaitan dengan tema, yakni “Mengabdi kepada Tuhan yang Sama,”
Rasul Paulus sudah lebih dulu memberitahukan nasihatnya pada
perikop sebelumnya yakni dalam pasal 4. Disana memperlihatkan
adanya nasihat bagi jemaat Efesus secara pribadi yang diharapkan
untuk menjadi seorang yang rendah hati, lemah lembut, dan sabar
lalu membantu sebagai ungkapan kasih dan juga pada keutuhan
jemaat yang merupakan ekspresi hidup berpadanan dengan Injil. Lalu
pada Ef 4:5-6, disana adanya satu set atau satu rangkaian yakni satu
Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa yang merupakan
semacam rumusan kuno tentang Trinitarian atau ketritunggalan atau
bahkan semacam mulai terbentuk ortodoksi atau keyakinan ajaran-
ajaran baku. Jelas bahwa Paulus mengharapkan jemaat Efesus yang
saat itu berada dalam pergumulan tentang persatuan, karena di sana
muncul berbagai perdebatan, perpecahan dan pembenaran terhadap
berbagai ajaran yang ada untuk tetap menyembah satu Tuhan yang
sama dan hidup dalam Kristus. Tidak hanya menyembah tetapi juga
mengabdikan diri kepada Tuhan yang sama yakni mengabdikan diri
kepada Kristus karena hanya Kristuslah kita memperoleh damai
83
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
84
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
Kemudian diayat kedua dan ketiga yakni ada janji (epanggelia) yang
berbunyi “supaya kamu berbagaia dan panjang umurmu di bumi”. Janji
ini diberikan Tuhan kepada anak-anak dari anggota-anggota jemaat di
Efesus. Ada Paulus mengingatkan anak-anak, bahwa orangtua adalah
suatu pemberian Allah, yang mengandung suatu janji.
Kemudian dalam ayat keempat Paulus menasihatkan kepada bapa-
bapa untuk tidak membangkitkan amarah di hati anak-anaknya
tetapi mendidik mereka dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Bapa-bapa
dilihat atau dianggap sebagai kepala rumah tangga (keluarga) yang
memikul tanggung jawab yang besar, menjadi teladan dan wibawa.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa Rasul Paulus memberikan
secara konkret dan dimulai dengan bagian “janganlah bangkitkan
amarahmu” terkesan memperlihatkan sisi atau bagian yang negatif.
Parorgezein : mengganggu, memanaskan hati, membuat menjadi
marah atau Parorgidzo: membangkitkan kemarahan, memprovokasi,
menjengkelkan, kemarahan. Kemarahan atau amarah dapat membawa
kita kepada dosa dan kuasa iblis sehingga karena amarahlah orang
akan jatuh kedalam dosa dan memisahkannya dari Allah. Seorang
bapa yang memanaskan hati atau membangkitkan amarah anak-
anaknya sehingga mereka menjadi marah, dan dengan sadar atau
tidak sadar memimpin anak mereka kepada pemberontakan.
Pemberontakan yang nantinya melawan segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan bapa dan juga kepada Allah sebagai Bapa.
Bahwa sikap, perkataan, perbuatan, tindakan dan lain-lain dari
orangtua mungkin dapat menjadi penyebab timbulnya kemarahan
anak-anak. Karena itu Paulus menasihati orangtua terutama bapa-
bapa, supaya mereka menghindarkan semuanya itu. Tapi jika kita lihat
dalam ayat ini juga Paulus menasihatkan kepada bapa supaya mereka
mendidik (Ektrephein) anak-anak mereka di dalam ajaran dan nasihat
Tuhan. Disini tampak atau memberikan kesan positif. Kita tahu bahwa
menjadi seorang ayah atau bapa tidaklah mudah. Seorang ayah atau
menjadi seorang bapa memiliki tanggung jawab yang besar dalam
mendidik anak-anak mereka tidak hanya memiliki karakter yang baik
tetapi juga mendidik dan menanamkan nilai-nilai Kristiani dalam
kehidupan anak-anak mereka. Kemudian pada ayat kelima Paulus
menasihatkan untuk hamba-hamba, disamping suami dan istri,
orangtua dan anak-anak maka tuan dan hamba merupakan keluarga.
Disini Paulus menasihatkan kepada hamba-hamba untuk menurut
85
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
86
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
87
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
89
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
I. PENDAHULUAN
Keluarga pada dasarnya adalah wadah pertama dan terutama bagi
seorang anak untuk belajar hal-hal penting sebagai bekal mereka
ketika menghadapi dunia luar. Selain itu, keluarga juga menjadi
wadah atau tempat bagi orang tua, khususnya seorang ayah untuk
menanamkan dan mengajarkan nilai-nilai luhur dan kasih Allah
kepada anak-anaknya. Namun, fakta yang terjadi di lapangan tidaklah
demikian. Banyak masalah atau kasus yang terjadi di tengah keluarga,
khususnya relasi antara ayah dan anak.
Situs berita republika.id melaporkan tentang peningkatan kasus
kekerasan terhadap anak. Dipaparkan bahwa pada tahun 2019 kasus
yang dicatat sebanyak 11.057 kasus. Pada tahun 2020 meningkat
menjadi 11.278 kasus. Pada tahun 2021 kasus kekerasan terhadap
anak menjadi 14.517 kasus. Kemudian pada tahun 2022 terjadi
peningkatan menjadi 16.106 kasus kekerasan terhadap anak. Data
ini semakin didukung dengan adanya berita kekerasan, pembunuhan,
dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh ayah kepada anaknya.
Dalam situs radarsemarang.jawapos.com, pada tanggal 4 Juli 2021,
tepatnya di Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang terdapat seorang
ayah yang membunuh anak kandungnya hanya karena kesal dengan
istrinya. Kemudian dalam situs detik.com, pada tanggal 28 Februari
2023 di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat ada seorang ayah yang
tega mencabuli anak kandunganya yang baru berusia delapan tahun.
Berdasarkan data dan berita faktual ini, isu keluarga khususnya peran
ayah penting dalam keluarga. Ayah memiliki peranan yang sangat
besar dalam membangun keluarga, khususnya berperan penting
dalam mendidik anak sesuai dengan kebenaran dan kasih Allah. Selain
itu, seorang ayah juga penting menanamkan kepada anaknya untuk
menyembah kepada Yesus Kristus, Sang Jurus’lamat.
90
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
II. TAFSIR
Efesus 6:1-9 yang menjadi fokus bacaan kita kali ini memaparkan
beberapa perintah yang ditujukan kepada empat pihak, yakni: (1)
perintah kepada anak untuk mentaati orang tua (1-3); (2) perintah
kepada orang tua untuk mendidik anak (4); (3) perintah kepada
hamba untuk mentaati tuannya (5-8); dan (4) perintah kepada tuan
untuk mengasihi hambanya (9).
Menaati orang tua
Dalam perintah pertama, seorang anak didorong untuk “mentaati”
orang tuanya. Paulus dalam hal ini mendorong agar setiap anak
dapat mentaati setiap perintah yang diberikan oleh orang tuanya.
Ketaatan tersebut diikuti dengan ketundukan penuh kepada otoritas
orang tuanya, khususnya otoritas seorang ayah kepada anak-anaknya.
Selain itu, perintah anak mentaati orang tuanya juga diikuti dengan
kesadaran bahwa hal ini dilakukan seperti dan hanya untuk Tuhan
saja. Paulus sangat menekankan perintah ini kepada anak, karena
dengan mempelajari ketaatan dan ketundukan kepada orang tuanya,
anak belajar untuk belajar mentaati Allah.
Mendidik anak
Lalu perintah kedua, orang tua, khususnya ”bapa” didorong untuk
”mendidik” anak-anaknya. Pada Efesus 6:4 dikatakan bahwa ”Dan
kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-
anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.”
Dari ayat itu, seorang ayah, sebagai orang tua perlu mendasarkan
ajaran dan nasihat dalam kasih. Perintah ini menunjuk ayah secara
khusus, karena memang ayah perlu ditaati dan dihormati, tetapi dari
perintah ini jelas bahwa ayah tidak dapat seenaknya memberikan
segala macam perintah kepada anak. Ketaatan dan kehormatan yang
dilakukan anak dan diterima oleh ayah adalah untuk mendidik dan
mendisiplinkan anak bukan menyiksa anak.
Seorang ayah berperan untuk memastikan bahwa anaknya berproses
dalam keluarga yang adalah gereja mini sekaligus hidup, tumbuh, dan
berkembang dalam firman Tuhan. Didikan ayah inilah yang menjadi
langkah awal anak mengenal Tuhan, karena tidak mungkin bagi
seorang anak dapat mengenal Tuhan tanpa didikan ayahnya.
91
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
Melihat dua perintah pertama ini, jelas bahwa baik anak maupun ayah
memiliki perannya masing-masing yang saling berkaitan satu sama
lain, tidak dapat dipisahkan, bahkan dijalankan hanya pada satu sisi
saja. Keduanya saling mengasah dan mengasihi satu sama lain dalam
kasih Tuhan. Tidak lupa juga berkaca dari dua perintah terlihat bahwa
relasi antara anak dengan orang tua, khususnya ayah adalah egaliter
meski memang yang mendapat penghormatan adalah ayah, tetapi
bukan berarti berada pada posisi tertinggi.
Dalam keluarga tidak ada relasi kuasa, dimana salah satu pihak
mendapatkan tekanan yang berlebih. Relasi antara anak dengan
ayah dibangun di dalam kasih Tuhan yang sarat akan keadilan dan
kedamaian, sehingga di dalam keluarga baik anak maupun ayah
membangun relasi nir-kekerasan, yaitu tanpa kekerasan fisik maupun
verbal.
Hamba mentaati tuannya
Lebih lanjut, perintah ketiga yang ditujukan untuk hamba ini
mendorong mereka untuk taat dengan takut dan gentar. Kata takut
dan gentar ini merupakan sebuah respons ketundukan penuh seorang
hamba kepada tuannya. Seorang hamba berada di bawah kuasa
tuannya, itulah sebabnya segala perintah tuannya dilakukan dengan
ketaatan penuh.
Perintah kepada hamba ini pun mendorong mereka dalam
pelayanannya untuk mengerjakan segala sesuatunya hanya untuk
Tuhan saja. Fokus hanya untuk Tuhan saja bagi Paulus adalah cara
agar seorang hamba memiliki kebulatan hati dan tekad. Kejujuran
dan usaha penuh, sehingga pelayaan yang mereka lakukan tujuannya
bukan untuk memuaskan manusia, tetapi yang terutama adalah
memuaskan Tuhan.
Tuan mengasihi hambanya
Terakhir, perintah keempat diarahkan untuk tuan yang memiliki hamba.
Paulus menegaskan kepada tuan untuk berbuat atau memperlakukan
hambanya dengan hal yang sama, yakni kasih. Setiap tuan didorong
agar memperlakukan hamba sama tidak membeda-bedakan atau
memandang rendah hambanya sekaligus mengasihi setiap hambanya
dengan kasih yang berasal dari Tuhan. Hal ini disampaikan dengan
92
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
jelas dalam Efesus 6:9b berkata, “Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan
Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka.”
Melihat dua perintah kedua ini, jelas bahwa prinsip dasar atau relasi
dasar antara hamba dengan tuannya jelas terlihat hierarkinya. Hamba
berada di bawah kuasa tuan, sementara tuan memiliki hamba. Namun,
dalam pandangan Paulus ada pun hierarkinya bukan berarti hamba
lebih rendah dan tuan lebih tinggi, keduanya dipandang oleh Tuhan
sebagai pribadi yang sama. Itulah sebabnya baik hamba maupun
tuannya mendapatkan perannya masing-masing. Hamba bertugas
mentaati dan tunduk sepenuhnya kepada perintah tuannya, sementara
tuan bertugas untuk mengasihi hambanya.
Hamba dan tuan ini pun didorong dalam relasinya didasarkan pada
kasih Tuhan yang penuh akan keadilan dan kedamaian, sehingga di
dalam hamba dan tuan tidak ada kekerasan. Segalanya didasarkan
dan dijalankan pada jalan nir-kekerasan, yaitu tanpa kekerasan fisik
maupun verbal.
III. PESAN
Rasul Paulus ingin menyampaikan kepada para pembaca (anak, ayah,
hamba, dan tuan) bahwa dalam keluarga ketaatan yang tunduk akan
otoritas Tuhan dan kasih Tuhan yang esa yang menjadikan keluarga
bertumbuh dan berfokus kepada Tuhan. Dengan perintah-perintah
ini setiap pihak, secara khusus ayah menjadi ujung tombak keluarga
untuk mengajarkan dan mengajak untuk menyembah Tuhan yang esa.
Selain itu, ayah pun mengajarkan ketaatan dan kasih Tuhan yang esa
dalam Yesus Kristus, Sang Jurus’lamat.
IV. APLIKASI
Dalam keluarga setiap anggota mulai dari anak, ibu, dan ayah
memiliki peran atau tanggung jawab masing-masing yang saling
melengkapi satu sama lain. Namun, seorang ayah yang menjadi fokus
kita kali ini memiliki beberapa tanggung jawab yang krusial dalam
pembangunan dan pertumbuhan keluarga dalam kasih Tuhan yang
esa, khususnya tanggung jawab untuk mendidik dan mendisiplinkan
anak-anak.
Seorang ayah memiliki tugas untuk menjadi seorang guru atau
teladan untuk anak-anaknya. Ayah mengajarkan dan mencontohkan
93
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
94
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
95
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
96
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
97
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
98
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
99
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
100
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
KELUARGAKU SORGAKU
Kolose 3:16-4:1
I. PENDAHULUAN
Umat Kristen adalah orang-orang yang memeluk agama Kristen, salah
satu agama Abrahamik monoteistik berasaskan riwayat hidup dan
ajaran-ajaran Yesus Kristus.1 Dengan demikian, secara sederhana
dapat dikatakan bahwa semua orang yang mau disebut orang Kristen,
hidupnya harus sepenuhnya berdasarkan ajaran atau perkataan
Kristus.
Sejalan dengan paragraf diatas, sekitar tahun 60 sesudah masehi,
Rasul Paulus menulis surat untuk jemaat Kolose agar mereka
mengutamakan perkataan Kristus dalam seluruh kehidupannya. Rasul
pauus menulis surat Kolose dengan dua tujuan yaitu melawan ajaran
sesat yang sedang berkembang di Kolose (pasal 1-2) dan mengajarkan
nasihat-nasihat praktis bagi kehidupan seorang Kristen (pasal 3-4).
Lalu, bagian yang kita baca dan renungkan saat ini, Kolose 3:16-4:1,
merupakan bagian kedua yang mengajarkan nasihat-nasihat praktis
dalam kehidupan keluarga Kristen.
Dengan kesadaran tentang keberadaan dua dunia (Alkitab dan masa
kini), marilah kita untuk mencari jawaban apa artinya menanggapi
panggilan Tuhan bagi keluarga kita untuk menjadi gereja mini, gereja
rumah tangga, atau ecclesia domestica. Tujuannya, tentu bukan
semata-mata keluarga kita sendiri, tapi juga supaya keluarga-keluarga
kita menjadi kesaksian atau saksi-saksi yang hidup di tengah berbagai
fenomena yang di tengah masyarakat lokal dan global.
II. TAFSIR TEKS
Dalam melawan ajaran sesat, Rasul Paulus menjelaskan tentang
keutamaan Kristus dalam kehidupan (Kolose 1:15-23) serta
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Umat_Kristen
101
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
102
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
5
Idem
103
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
III. PESAN
Dalam nasihat Rasul Paulus kepada keluarga-keluarga Kristen di
Kolose, kita melihat tiga bagian penting dalam keluarga Kristen pada
umumnya yaitu:
1. Perkataan Kristus adalah sumber perbuatan Kasih Keluarga
Kristen (ayat 18-19). Cinta Kasih yang timbul dalam keluarga
(khususnya suami dan istri), bukanlah disebabkan nafsu ataupun
keindahan jasmani yang kasat mata. Cinta Kasih seharusnya timbul
berdasarkan Kasih Kristus yang mengasihi umat-Nya dan yang
mengasihi-Nya. Bahwa Kristus adalah yang utama dalam kehidupan
seorang Kristen karena Kristus sumber segala sesuatunya di alam
semesta ini, membuat seorang Kristen merespon dengan percaya
dan tunduk kepada perintah-Nya. Demikianlah seorang suami
dalam keluarga hendaknya memenuhi kebutuhan istrinya (seperti
Kristus yang berkorban untuk umat-Nya), sehingga istrinya tunduk
kepadanya.
2. Perkataan Kristus adalah sumber pengajaran Keluarga Kristen
(ayat 20-21). Pada umumnya, meskipun orangtua juga harus terus
belajar dalam hidupnya, pihak yang paling banyak belajar didalam
kkeluarga adalah anak-anak. Untuk itu, semua orangtua harus
mendasari pengajaran atau nasihatnya kepada anak-anaknya
dengan Firman Tuhan. Tentu orangtua memiliki pengalaman
hidup yang dapat disampaikan, tetapi akan lebih indah ketika
pengalaman hidup orangtua adalah pengalaman hidupnya
bersama dengan Tuhan.
3. Perkataan Kristus adalah dasar bekerja (melayani) Keluarga Kristen
(ayat 22-23). Sebagian orang beranggapan bahwa bekerja adalah
dunia sekuler yang harus dipisahkan dari dunia rohani (spiritual).
Namun, dalam nasihatnya kepada jemaat Kolose, Rasul Paulus
mengajar agar pekerja (hamba) harus melakukan pekerjaannya
seperti untuk Tuhan. Artinya, Rasul Paulus mengajak semua orang
Kristen untuk melakukan pekerjaannya seperti mereka melayani
Tuhan. Dengan demikian, semua Keluarga Kristen akan terhindar
dari tindakan yang melanggar perkataan Kristus, baik dalam
kehidupan spiritual maupun kehidupan sekuler.
104
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
105
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
106
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
KELUARGAKU SORGAKU
Kolose 3:16-4:1
I. PENDAHULUAN
Kawula muda, kita menyadari bahwa perkembangan teknologi dari
tahun ke tahun begitu pesat, khususnya gawai seperti ponsel dan tablet
pintar yang fungsinya begitu beragam. Gawai yang berada di tengah-
tengah kehidupan kawula muda dan keluarga pun telah membawa
perubahan. Tidak dapat dipungkiri hampir setiap hari kita mengakses
segala hal yang kita inginkan melalui gawai yang kita miliki. Ada
yang menggunakan gawainya untuk mengakses ilmu pengetahuan,
pekerjaan, dan untuk bermain dengan rekan-rekannya di dunia maya.
Gawai seperti pisau bermata dua. Gawai dengan penggunaan yang
bijaksana dan tepat dapat menjadi jembatan untuk membangun
kawula muda di tengah komunitas, seperti keluarga. Namun dengan
penggunaan yang tidak bijaksana dan kurang tepat, gawai dapat
membawa dampak yang kurang baik bagi anak muda, terlebih lagi di
tengah keluarga.
Kita menyadari bahwa ada beberapa dampak negatif yang dihasilkan
penggunaan gawai yang tidak bijaksana. Berikut contoh dampaknya,
yakni: (1) anak menjadi pasif terhadap keluarga dan lingkungan
sekitarnya; (2) mengganggu kesehatan penggunanya, seperti
pusing dan cedera pada otot tangan; (3) kecanduan yang membuat
penggunanya tidak lagi berkuasa atas dirinya, seperti tidak bisa lepas
dari gawai, gawai menjadi hal pertama yang dicari. Berdasarkan ini,
sebagai kawula muda di tengah keluarga Kristen ada hal yang perlu
dilakukan agar penggunaan gawai membawa dampat positif dan
membangun di tengah-tengah keluarga.
II. TAFSIR
Paulus dalam bacaan tersebut menyampaikan beberapa pesan penting
yang perlu diaplikasikan bagi jemaat di Kolose sebagai seorang
“manusia baru” di tengah komunitas. Manusia baru disini ditujukan
107
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
108
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
109
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
110
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
orang tua ini hanya ditujukan kepada anak-anak yang masih tinggal
dan dirawat oleh orang tuanya. Bahkan anak-anak yang masih
tinggal bersama orang tuanya harus menghormati, mendengarkan,
melakukan, dan mentaati segala hal yang diperintahkan orang tuanya.
Lalu perintah untuk menghormati dan mentaati orang tua adalah salah
satu jalan agar anak dapat belajar untuk menghormati dan mentaati
Tuhan. Ini berarti jika anak mentaati orang tuanya, ia pasti mentaati
Tuhan dalam hidupnya.
Paulus memerintahkan orang tua agar jangan menyakiti anak.
Maksudnya, orang tua memiliki tugas untuk mendidik anak dengan
cara nir-kekerasan. Orang tua berperan untuk mengajarkan dan
mendisiplinkan anak agar menjadi pribadi yang lembut, mandiri,
tidak mengontrol, dan mengasihi. Cara didik orang tua pun tidak
dengan kekerasan verbal dan fisik. Perintah tersebut menjadi cermin
bagi keluarga dalam mendidik anak. Keluarga seringkali dalam pola
asuhnya menyalahkan anak-anaknya, jika anak-anak tidak hormat
dan nakal, pasti orang tua langsung menunjuk kepada anak. Anak
seringkali disalahkan. Padahal berdasarkan perintah ini, secara tidak
langsung Paulus ingin agar orang tua lebih dahulu berkaca sebelum
menyalahkan anak. Orang tua bisa jadi salah satu penyebab anak
tidak hormat dan taat kepada mereka. Orang tua perlu lamban dalam
menghakimi anak salah, tetapi cepat dalam berkaca atas dirinya.
Paulus mendorong orang tua, agar mereka perlu menggambarkan
dirinya sebagai pribadi yang ramah, penuh kelemah-lembutan, mudah
memaafkan, dan panjang sabar. Hal ini dilakukan agar anak memahami
bahwa orang tua adalah pribadi yang layak diteladani, menjadi tempat
yang aman dan nyaman bagi mereka, dan sahabat yang selalu ada bagi
anak, sehingga mereka pun akan belajar untuk menghormati dan
mentaati orang tua.
III. PESAN
Berdasarkan perintah Rasul Paulus kepada para pembacanya, yakni
secara keseluruhan komunitas orang percaya, isteri dengan suami, dan
anak dengan orang tua kita dapat menyimpulkan bahwa Kristus hanya
dapat dinyatakan di tengah keluarga hanya dengan memfokuskan
diri mereka kepada Kristus. Lalu dalam relasi di tengah keluarga,
setiap anggota hanya dapat menghadirkan sorga di tengah kehidupan
111
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
112
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
KELUARGAKU SORGAKU
Kolose 3.16-4.1
113
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
114
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
115
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
116
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
KELUARGAKU SORGAKU
Kolose 3:16-4:1
117
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
118
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
119
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
120
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
KELUARGAKU SORGAKU
Kolose 3.16-4.1
121
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
122
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’
123
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI
segala kesulitan di sisa hidup yang Tuhan berikan. Jika keadaan yang
“memaksa” kita untuk tinggal sendiri kita tidak perlu berkecil hati,
ingatlah bahwa Tuhan ada bersama kita, teman-teman lansia ada
bersama kita untuk menguatkan dan menyemangati kita di masa tua
ini. Kiranya kita semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, mensyukuri
apa yang Tuhan beri dan menerima segala sesuatu dengan legowo
(Bahasa Jawa artinya ikhlas dan sabar). Mari kita nikmati masa tua
kita dengan penuh sukacita, damai sejahtera dan kebahagiaan.
V. POKOK DOA
1. Berdoa untuk keluarga kita agar penuh kehangatan dan melimpah
dengan cinta kasih sehingga suasana keluarga kita menjadi suasana
sorga.
2. Berdoa untuk anak-anak dan cucu kita supaya mereka bisa
merawat kita dengan sabar dan penuh cinta.
3. Berdoa untuk setiap lansia supaya diberikan kesehatan dan
kekuatan yang cukup setiap harinya, hati yang legowo dalam
menerima segala sesuatu. Kiranya Tuhan mencukupkan segala
kebutuhan kita hari lepas hari.
VI. PUJIAN PENUTUP: Keluargaku adalah Surgaku.
Bisa dipelajari di https://www.youtube.com/watch?v=8yCfSmrFJyQ).
(RNS)
124