Anda di halaman 1dari 124

RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

DAFTAR ISI

Pengantar Ketua Bidang Teologi ................................................ 4

Pekan Pertama
Rancangan Khotbah Kebaktian Umum (2 Juli 2023) ......... 8
“Manusia Baru, Anak-anak Terang (Efesus 4.17-5.21)”
Bahan PA Komisi Pemuda .............................................................. 13
Bahan PA Komisi Perempuan ....................................................... 16
Renungan Komisi Pria ..................................................................... 21
Bahan PA Senior ................................................................................. 26

Pekan Kedua
Rancangan Khotbah Kebaktian Umum (9 Juli 2023) ....... 32
“Laksana Kristus dan Jemaat-Nya (Efesus 5.22-32)”
Bahan PA Komisi Pemuda ............................................................. 39
Renungan Komisi Perempuan ...................................................... 43
Bahan PA Komisi Pria ...................................................................... 48
Bahan PA Senior ................................................................................ 52

Pekan Ketiga
Rancangan Khotbah Kebaktian Umum (16 Juli 2023)
“Biarkan Anak-anak Itu Datang Kepada-Ku (Mat. 19.13-16)”
Bahan PA Komisi Pemuda ............................................................. 57
Bahan PA Komisi Perempuan ...................................................... 62
Bahan PA Komisi Pria ...................................................................... 65
Renungan PA Senior ......................................................................... 68

Pekan Keempat
Rancangan Khotbah Kebaktian Umum (23 Juli 2023) ....... 72
“Mengabdi kepada Tuhan yang Sama (Efesus 6.1-9)”

ii
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Renungan PA Komisi Pemuda ...................................................... 77


Renungan PA Komisi Perempuan ............................................... 82
Renungan PA Komisi Pria ............................................................... 90
Bahan PA Senior ................................................................................. 95

Pekan Kelima
Rancangan Khotbah Kebaktian Umum (30 Juli 2023) ....... 101
“Keluargaku Sorgaku (Kolose 3.16-4.1)”
Renungan PA Komisi Pemuda ...................................................... 107
Bahan PA Komisi Perempuan ....................................................... 113
Bahan PA Komisi Pria ....................................................................... 117
Bahan PA Senior ................................................................................. 121

iii
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

KATA PENGANTAR

DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA


Bulan Keluarga Sinode GKMI Juli 2023

Dalam 1Timotius 3.15, Gereja (Jemaat, ekklêsia) disebut sebagai


Keluarga Allah (oikos theou). Sedangkan dalam Efesus 2.19, orang-
orang percaya disebut sebagai anggota-anggota Keluarga Allah
(oikeoi tou theou). Dalam Kristus (=dalam persatuan rohani dengan
Kristus yang diefektifkan melalui iman), kita dihimpunkan menjadi
keluarga Allah. Kita semua adalah anak-anak Allah, satu sama lain kita
bersaudara. Di dalam Keluarga Allah, kita merayakan kemerdekaan,
kesetaraan, dan persaudaraan. Di dalam Keluarga Allah kita saling
mengasihi dan melayani menurut prinsip “dari tiap-tiap orang
menurut karunia-karunianya, untuk tiap-tiap orang sesuai dengan
kebutuhannya.”
Dalam pada itu, bolehkah kita memandang keluarga Kristen sebagai
gereja mini? Apakah, seperti halnya saudara-saudara Katolik, kita dapat
menyebut keluarga Kristen sebagai ecclesia domestica (gereja rumah
tangga)? Tidak begitu mudah untuk menjawab pertanyaan ini. Ini
bertali-temali dengan definisi kita tentang gereja. Dalam pemahaman
dan keyakinan kita, gereja adalah persekutuan (dari) orang-orang
yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Berbeda dengan keyakinan
dan pemahaman Katolik, juga Lutheran, Calvinis, dan Anglikan, bagi
kita bayi dan anak-anak kita tidak tercakup dalam definisi kita tentang
gereja. Sebab bayi dan anak-anak kita belum bisa membuat pilihan
sadar dan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
percaya kepada Tuhan Yesus Kristus (itulah sebabnya mereka tidak
dibaptis). Mereka belum bisa mengikrarkan diri sebagai murid atau
pengikut Kristus! Implikasinya, keluarga Kristen tidak bisa begitu saja
dipandang sebagi gereja mini atau ecclesia domestica!
Tetapi kita bisa menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan
dialektis. Benar, gereja adalah komunitas orang-orang yang percaya
kepada Tuhan Yesus Kristus. Tetapi kadar “percaya” anggota-

4
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

anggotanya sangat boleh jadi berbeda-beda. Demikianlah pula kadar


ketaatannya, yang kita yakini sebagai ekspresi dari iman yang hidup.
Bukankah Tuhan Yesus sendiri, dalam perumpamaan tentang benih
yang ditaburkan, berkata-kata bahwa di antar benih yang tumbuh
itu ada yang berbuah seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali
lipat, ada yang tiga puluh kali lipat? (Matius 13.23)? “Percaya” tidak
seragam, demikian pula buah-buahnya. Kualitas kemuridan juga tidak
seragam! Gereja adalah komunitas orang-orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus, yang dipanggil untuk terus bertumbuh “sampai kita
semua mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar akan
Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai
dengan kepenuhan Kristus” (Efesus 4.13).
Lantas bagaimana dengan keluarga Kristen? Pasangan suami isteri
yang sama-sama percaya kepada Kristus adalah anak-anak Allah dan
bersaudara dalam Kristus. Sudah semestinya mereka merayakan
kemerdekaan, kesetaraan, dan persaudaraan dalam Kristus di dalam
rumah tangga mereka. Sudah seharusnya mereka saling mengasihi
dan melayani menurut prinsip “dari masing-masing menurut
kemampuannya, bagi masing-masing sesuai dengan kebutuhannya.”
Mereka pun dipanggil untuk terus bertumbuh sebagaiman gereja.
Lebih jauh, kehadiran anak-anak (baik anak kandung maupun anak
angkat) dalam kehidupan mereka berdua sudah semestinya dilihat
sebagai panggilan dari Tuhan untuk membesarkan mereka di dalam
Tuhan sampai mereka dapat membuat pilihan yang sadar dan
keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan berkenaan dengan
iman mereka. Mereka harus memperkenalkan Kristus kepada anak-
anak mereka, menceritakan firman Tuhan, dan menjadi teladan hidup
sebagai anak-anak Allah dan murid-murid Tuhan Yesus. Pendeknya,
keluarga Kristen dipanggil menjadi gereja mini, gereja rumah tangga,
atau ecclesia domestica! Dengan menjadi ecclesia domestica, keluarga-
keluarga Kristen menjadi kesaksian atau saksi-saksi yang hidup di
tengah masyarakat.
Edisi SULAM Bulan Keluarga tahun 2023 ini mengajak kita untuk
menggumuli panggilan ini. Melalui pemberitaan firman Tuhan dan
pendalaman Alkitab, kita diajak untuk mendengar dan melihat cita-
cita dan kesadaran orang beriman sebagaimana dituturkan dalam

5
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Alkitab, khususnya tiga pasase dari Surat Efesus, berikut satu pasase
dari Injil Matius dan satu pasase dari Surat Kolose (yang “sangat dekat”
dengan Surat Efesus). Di samping itu, kita diajak untuk melihat dan
menyikapi fenomena “di luar sana,” yang dengannya kita senantiasa
bersinggungan: perisakan (bullying), kekerasan dalam rumah
tangga, perselingkuhan, perceraian, juga pengaruh gawai (gadget)
terhadap anak, diri kita, dan keluarga kita. Dengan kesadaran tentang
keberadaan dua dunia (Alkitab dan masa kini), para penulis mengajak
kita untuk mencari jawaban apa artinya menanggapi panggilan Tuhan
bagi keluarga kita untuk menjadi gereja mini, gereja rumah tangga,
atau ecclesia domestica. Tujuannya, tentu bukan semata-mata
keluarga kita sendiri, tapi juga supaya keluarga-keluarga kita menjadi
kesaksian atau saksi-saksi yang hidup di tengah berbagai fenomena
yang di tengah masyarakat lokal dan global.
Penulisan SULAM Juli (Bulan Keluarga) 2023 ini melibatkan para
penulis dari kalangan pendeta dan pelayan Injil yang baru memulai
pelayanannya. Terasa sekali keseriusan mereka dalam menggumuli
teks dan situasi masa kini yang dihadapi oleh keluarga-keluarga
Kristen. Bidang Teologi mengucapkan terimakasih kepada Pdt. Heru
Himawan, Pdt. Rotua N. Sinaga, Pdt. Pardiaman P. Damanik, Pdt. Ferry
Panjaitan, Pdt. Anang Sumanto, Sdri. Basaria Sianturi, Sdri. Imelda
N. Sembiring, Sdri. Debora C. Setyaningtyas, Sdr. Josef Wisesa, Sdri.
Alfonso Alexander, dan Sdri. Eunike S. Anugraheni sebagai penulis.
Bidang Teologi juga mengucapkan terimakasih kepada para staf
di kantor Sinode, wabil chusus Sdri. Hana dan Mbak Elina yang me-
lay out SULAM Juli 2023 ini sehingga rapi dan cantik. Tuhan Yesus
memberkati Dulur-dulur semua.
Selamat menggunakan SULAM Juli 2023 ini, selamat menanggapi
panggilan Tuhan agar keluarga kita masing-masing menjadi ecclesia
domestica. Demi kesaksian injili, demi kebahagiaan sejati, demi
kemuliaan Allah. Terpujilah Allah!

Salam dan doa


Ketua Bidang Teologi
Pdt. Dr. Rudiyanto

6
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA

2 Juli: Manusia Baru, Anak-anak Terang (Efesus 4.17-5.21)


1. Apa arti menjadi manusia baru dan implikasinya bagi kehidupan
berkeluarga?
2. Apakah tantangan-tantangan utama pada masa kini untuk
hidup sebagai manusia baru, dan bagaimana keluarga Kristen
menanggapinya?
9 Juli: Laksana Kristus dan Jemaat-Nya (Efesus 5.22-32)
1. Apa natur dari hubungan antara Kristus dan gereja-Nya, dan
implikasinya bagi hubungan antara suami & isteri secara khusus,
dan laki-laki & perempuan secara umum.
2. Berdasarkan kebenaran tentang natur dari hubungan antara Kristus
dan gereja-Nya membantu kita menyikapi KDRT, perselingkuhan,
dan perceraian?
16 Juli: Biarkan Anak-anak Itu Datang Kepada-Ku (Matius 19.13-
16)
1. Bagaima sikap Yesus Kristus kepada anak-anak? Apa yang
mendasari sikap itu?
2. Dengan berpedoman pada sikap Kristus kepada anak-anak,
bagaimana kita membangun keluarga atau rumah tangga kita
menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anak kita
sehingga mereka dapat merasakan kasih Kristus dan datang
kepada-Nya?
23 Juli: Mengabdi kepada Tuhan yang Sama (Efesus 6.1-9)
1. Apakah prinsip-hubungan orangtua-anak dan majikan-pekerja?
2. Bagaimana prinsip-prinsip itu membentuk sikap berpantang
kekerasan dengan segala dimensinya dalam hubungan orangtua-
anak dan majikan-pekerja?
30 Juli: Keluargaku Sorgaku (Kolose 3.16-4.1)
1. Bagaimana “firman Kristus” (logos tou Christou, Kolose 3.16)
membentuk hubungan-hubungan yang adil dan damai di dalam
keluarga Kristen?
2. Bagaimana dengan firman Kristus keluarga Kristen dapat
memosisikan gawai dengan tepat dan bermanfaat?

7
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Minggu I (Kebaktian Umum)

MANUSIA BARU, ANAK-ANAK TERANG


Efesus 4.17-5.21

I. PENDAHULUAN
Allah Memangil
Berbicara tentang manusia baru adalah bicara perihal manusia yang
mendengar dan merespons panggilan Allah. Allah yang penuh an-
ugerah mengundang semua orang berdosa untuk menerima kesela-
matan yang disediakan di dalam Kristus Yesus. Undangan ini adalah
karya Allah Tritunggal, yaitu karya Allah Bapa (1 Kor. 1:9), karya Allah
Anak (Mat. 11:28), dan karya Allah Roh Kudus (Kis. 5:31-32). Undan-
gan Allah ini berlaku secara universal, bagi segala bangsa tanpa kecu-
ali.
Panggilan Allah dan Kelahiran Baru
Panggilan/undangan Allah berkaitan erat dengan kelahiran baru, yai-
tu seluruh proses pembaharuan manusia, yang mencakup pertobatan,
pengudusan, ketekunan, hingga pemuliaan. Manusia yang mengalami
kelahiran baru adalah ia yang, oleh anugerah Allah semata, menang-
gapi panggilan Allah yang olehnya Allah menanamkan prinsip kehidu-
pan baru di dalam diri manusia dan mengubah sifat jiwa manusia, dari
hidup di bawah kutuk dosa kepada hidup di dalam anugerah Allah.
Manusia yang mengalami kelahiran baru akan tumbuh sebagai manu-
sia baru. Ia mengalami pertobatan (metanoia) dan perputaran balik
orientasi hidupnya (ephistrepho).
Bagi Paulus, manusia baru adalah ia yang telah berpartisipasi atau
menjadi satu (symphytoi gegonamen) dalam kematian dan kebangki-
tan Yesus Kristus. Ia telah mati bagi dosa (bersama Kristus) dan men-
galami kuasa kebangkitan (bersama Kristus). Oleh karena itulah, bagi
manusia baru, tubuh dosa telah kehilangan kuasanya, dan digantikan
dengan keberadaan baru untuk menyatakan perbuatan-perbuatan
baik dari Allah yang bermanfaat bagi sesama. Dalam kerangka itulah
Paulus mengirimkan nasihatnya kepada jemaat Efesus.

8
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

II. TAFSIR
Dua Sisi
Bagi Paulus pertobatan manusia berdosa menjadi target utama pelay-
anannya di beberapa kota, tidak terkecuali di Efesus. Paulus harus me-
nyatakan syukur dalam suratnya kepada jemaat Efesus, bahwasannya
mereka telah menerima berkat rohani di dalam sorga (1:3). Berkat
itu adalah meterai dari Roh Kudus yang menjadi jaminan penebusan
sekaligsu tanda bahwa mereka adalah milik Allah (1:13). “Sebab itu”
Paulus harus menegaskan kepada umat Efesus tidak lagi hidup sama
seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya
yang sia-sia. Penegasan Paulus ini menjadi tekanan akan kesungguhan
nasihatnya, dan ‘di dalam Tuhan’ merupakan sumber otoritas nasi-
hatnya. Paulus dengan sungguh-sungguh menasihatkan umat Efesus,
dengan otoritas penuh dari Tuhan.
Umat Efesus sebelumnya adalah orang-orang bukan Yahudi yang tidak
mengenal Allah sebelum mereka mengenal Kristus. Namun, sekarang
mereka telah mengenal Kristus dan kebenaran-Nya yang mendorong
mereka menanggalkan cara hidup yang dahulu, dan tampil dengan
karakter sebagai manusia baru. Allah telah melahirkanbarukan mer-
eka dalam karya Kristus, biarkanlah Roh-Nya menolong mereka hidup
dengan cara dan gaya yang baru, yaitu menyatakan pekerjaan baik
yang telah Allah perssiapkan sebelumnya bagi mereka.
Setelah kelahiran baru hidup mereka berubah. Sisi gelap, yaitu piki-
ran kosong, kebodohan dan kedegilam hati adalah keberdaan sebelum
mengenal Allah. Setelah mengenal Allah, sisi gelap itu harus ditanggal-
kan dan mereka harus hidup dalam karakter yang telah diperbaharui
di dalam roh dan kebenaran menurut kehendak Allah di dalam Kristus
Yesus.
Kalau dulu, sebelum mengenal Allah, mereka jauh dari persekutuan
dengan Allah, dan mati karena pelanggaran dan dosa mereka (2:1).
Hati dan pikiran mereka degil (apalgeo), yaitu keberadaan hati dan
pikiran kehilangan kapasitas untuk merasa malu. Ibarat kulit yang ke-
bal dan tidak dapat lagi merasakan sakit.
Namun sekarang, kontradiksi tajam disampaikan rasul Paulus, me-
reka telah belajar mengenal Kristus. belajar menerima Kristus berar-
ti bahwa ketika seseorang mengenal dan menerima Kristus sebagai

9
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Tuhan, ia bukan hanya menyambut Yesus masuk ke dalam hidupnya,


tetapi juga menerima seluruh pengajaran-Nya. Mempelajari Kristus
berarti menyambut Dia sebagai Pribadi yang hidup dan siap dibentuk
dan dibimbing oleh pengajaran-Nya. Ia siap menanggalkan (aposthet-
hai – infinitif aorist) manusia lama, mengenakan (endusasthai – in-
finitif aorist) manusia baru dan dibaharui (ananeousthai – present).
menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru telah
selesai dikerjakan, sedangkan pembaharuan adalah proses yang terus
menerus terjadi. Menanggalkan dan mengenakan adalah tindakan re-
sponsif manusia, sedangkan pembaharuan adalah tindakan ilahi atas
manusia.
Menjadi Terang
‘Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah .. hiduplah dalam kasih …’
(5:1) menjadi semacam konklusio dari nasihat praktis Paulus yang
panjang (4:25-32). Tambahan kalimat ‘sebagaimana Kristus Yesus
juga telah mengasihi kamu dan teklah menyerahkan diri-Nya untuk
kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah’ (5: 2),
menjadi pendorong umat untuk meneladan Bapa sorgawi dengan
menunjukkan pengampunan dan belas kasih kepada orang berdosa.
Kebaikan dan belas kasihan Allah harus menjadi teladan bagi perilaku
umat sehari-hari. Pola keserupaan, seperti yang disampaikan Paulus
di beberapa surat lainnya, muncul di sini. Umat harus menurut teladan
Kristus yang menurut pada kehendak Allah. Dengan demikian, men-
jadi penurut-penurut Allah pada intinya adalah juga menjadi penurut-
penurut Kristus.
Dengan meneladan dan menjadi penurut-penurut Kristus, umat
menjadi berkat (menjadi terang) bagi sesama. Setelah di 5:3-7 Pau-
lus memberikan catatan negatif yang menjadi tanda manusia lama,
di 5:8-14 Paulus menulis perilaku positif yang menjadi tanda manu-
sia baru. Dahulu umat berada di dalam kegelapan, namun sekarang,
melalui hubungan dengan Kristus, umat menjadi anggota kerajaan
terang. Umat menjadi anak terang. Sebagai anak terang, umat tidak
lagi berpartisipasi dalam perbuatan kegelapan, melainkan berupaya
menyenangkan Tuhan. Konklusinya ada di ayat 14, Itulah sebabnya di-
katakan: “Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara
orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.”
Alasan utama bagi umat untuk tidak terlibat dalam perilaku kegela-
10
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

pan, bukan terletak kepada hukuman Allah kelak, karena setelah umat
menerima Kristus, umat tidak lagi berada di jangkauan hukuman
Allah, melainkan mengalami belas kasihan dan anugerah-Nya, me-
lainkan terletak kepada perubahan keberadaan, dari gelap menjadi
terang. Manusia lama dan manusia baru disimbolkan Paulus dengan
‘gelap’ dan ‘terang’. Pada jaman itu, simbolisme gelap dan terang biasa
muncul untuk menggambarkan kejahatan dan kebaikan, meneruskan
tradisi dari Perjanjian Lama. Dengan mengadopsi tradisi itu, Paulus
menggambarkan bahwa orang yang belum mengenal Kristus ter-
golong anak kegelapan, yang dicirikan dengan kebodohan, kedegilan
dan kejahatan. Sedangkan orang yang sudah mengenal Kristus ter-
golong sebagai anak terang, yang dicirikan dengan kebenaran, kesale-
han, pengetahuan dan kekudusan.
III. PESAN
1. Terjadi dikotomi tajam antara orang yang belum mengenal Kris-
tus dengan orang yang sudah mengenal Kristus. Orang yang belum
mengenal Kristus, atau dikenal sebagai anak kegelapan, membuah-
kan karakter atau perbuatan yang sia-sia (kebodohan, kedegilan
hati dan pikiran, perasaan tumpul, serta segala macam kejahatan).
2. Orang-orang percaya dahulu adalah anak-anak kegelapan, namun
sekarang mereka adalah anak-anak terang di dalam Tuhan Yesus
Kristus. Allah Trinitas mengerjakan karya ilahi yang melahrba-
rukan mereka, sehingga sehingga meraka menjadi manusia baru
atau anakpanak terang, yang membuahkan karakter atau perbua-
tan-perbuatan baik yang member manfaat kepada sesama. Hidup
mereka tidak menjadi sia-sia karena penggunaan waktu yang te-
pat.
3. Anak-anak terang harus hidup dengan gaya hidup yang benar,
mereka harus menelanjangi dan menyingkapkan perbuaatan-
perbuatan kegelapan. Dalam hal ini terang bukan sekedar meny-
ingkapkan kegelapan, namun juga mempunyai daya dobrak untuk
mengubah perbuatan kegelapan menjadi perbuatan baik yang
memberi manfaat.
IV. APLIKASI
1. Keluarga adalah wadah yang disediakan Tuhan bagi setiap orang

11
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

percaya untuk menunjukkan karakternya sebagai anak-anak


terang. Setiap anggota keluarga harus sedia berubah menuju ke-
pada pengenalan akan Kristus yang semakin dalam. Untuk men-
capai hal itu, mereka harus menyesuaikan hidup mereka dengan
pengajaran Kristus. Salah satu komitmen bagi segenap anggota
keluarga adalah kesediaan untuk mengalami perubahan karakter
yang dikuduskan Tuhan. Mereka harus membiarkan Allah Roh Ku-
dus melalui Firman-Nya membentuk karakter manusia baru, su-
paya semakin siap menyatakan hidup yang sesuai dengan pengaja-
ran Kristus. Oleh karena itu family bonding atau bonding time bagi
segenap keluarga, atau antara suami- istri, atau orang tua dengan
anak.
2. Tidak mudah bagi keluarga masa kini mempertahankan kelakuan
yang bersih. Tantangan dari berbagai dimensi datang bertubi-tubi,
sehingga membuat keluarga kelimpungan dalam menghadapinya.
Keluarga harus menyadari bahwa dunia masa kini sedang, sebagai
kelanjutan dari upaya si Jahat untuk menarik kembali keluarga ke-
pada pola hidup lama, menebar racun-racun mematikan kepada
suami, istri maupun anak-anak. Berbagai sarana dan media dunia
dipakai untuk mendoktrin ulang skema hati dan pikiran yang men-
jauh dari Kristus.
3. Rumah keluarga Kristen harus menjadi bengkel rohani, di mana
‘kerusakan-kerusakan rohani’ dapat diperbaiki di sana. Oleh kare-
na tidak tidak, setiap keluarga harus mempunyai visi dari Tuhan.
Dengan visi itu, setiap keluarga beregrak dan melangkah dalam
terang Firman Kristus untuk menjadi keluarga yang memberkati
sesama. Oleh karena itu setiap keluarga harus berupaya menga-
rahkan hidup kepada pengenalan yang benar akan Kristus, melalui
berbagai kegiatan dan aktivitas, baik bersama maupun individu.
(hehi)

12
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Minggu I (Komisi Pemuda - Pemahaman Alkitab)

MANUSIA BARU, ANAK-ANAK TERANG


Efesus 4.17-5.21

I. PUJIAN PEMBUKA: Dengan Hati Bersyukur/Give Thanks


II. PENDAHULUAN
Remaja dan pemuda pada masa ini hidup dalam suatu periode
dimana semuanya bergerak dengan sangat cepat. Perkembangan
zaman, media sosial, ilmu pengetahuan, semuanya melaju bak dalam
perlombaan. Saking cepatnya, seseorang bisa saja kewalahan dalam
menghadapi kehidupan ini, dari semua aspek. Apa yang selama ini
diajarkan/diwariskan orang-orang zaman dulu belum tentu berlaku
bagi anak-anak masa kini. Hanya saja, perkembangan zaman ini juga
membawa aspek-aspek negatif, seperti aspek instan yang membuat
orang-orang ingin hasil serba cepat (contohnya seperti mendapat
uang banyak lewat pinjaman online ilegal).
Hal-hal seperti ini memiliki pengaruh yang tidak main-main bagi
remaja dan pemuda masa kini, tidak hanya pada waktu sekarang saja,
namun juga pada waktu masa depan kelak.
III. LATAR BELAKANG TEKS
Efesus, sebagai bagian dari Kekaisaran Romawi, adalah salah satu
dari sekian kota perdagangan yang terkenal. Dengan sejarah sebagai
panduan, tidak sulit membayangkan kota perdagangan perlahan
bertumbuh dan berkembang menjadi kota besar. Kota besar juga
bisa diartikan sebagai tempat di mana kebudayaan dan pendidikan
bertumbuh dengan baik. Kota dengan banyak aspek yang berkembang
ini turut menjadi melting pot, di mana orang-orang dengan berbagai
konteks muncul dan berkumpul. Orang-orang yang percaya Yesus juga
menemukan jalan mereka ke kota ini, dan menjadi suatu perkumpulan
tersendiri.
Pembacaan surat Efesus 4:17 sampai 5:21 menunjukkan setidaknya
2 hal: 1. Bahwa terdapat orang-orang dalam jemaat Efesus yang
berperilaku buruk, dan 2. Poin 1 membuat Paulus perlu menghadirkan

13
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

pengingat (lagi, semisal ia sudah pernah menyampaikannya). Mereka


yang berperilaku buruk dalam jemaat bisa dibaca sebagai orang yang
memang sudah bobrok sejak awal dan memutuskan masuk jemaat
Kristen di Efesus atas berbagai macam alasan, atau sebagai mereka
yang bertobat dan masuk dalam jemaat, namun kemudian berbalik
sikap. Kedua kemungkinan tersebut tidak bisa dikesampingkan,
mengingat bahwa jemaat Efesus sempat mengalami guncangan/shock
(terkhususnya guncangan antara orang percaya dan tidak percaya)
seperti yang tertulis dalam Kis. 19:21-40. Peringatan Paulus kepada
jemaat (seperti di 4:17-19 dan 5:3-8), terlepas universalitasnya hingga
saat ini, bisa saja ditujukan pada mereka yang ‘menyimpang’ dari
komunitas. Bagi jemaat yang lain, bagian surat ini tentu saja menjadi
penyegar batin dan penopang dalam kehidupan mereka sehari-hari
sebagai pengikut Kristus. Teks ini dapat difokuskan kepada bagian
‘menjaga sikap’ bagi seluruh orang percaya sambil mengembangkan
kebijaksanaan dalam pemaparan dan penerapan hal ini.
IV. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI DAN REFLEKSI
1. Kesulitan apa yang dihadapi dalam mewujudkan manusia baru
tersebut dalam keseharian?
2. Sejauh mana pengetahuan tentang ecclesia domestica bisa
berpengaruh pada perilaku anak muda (dan kelak keluarga muda)?
3. Hidup sebagai bagian dari komunitas Kristen tentu memiliki
problematikanya sendiri, misalnya adanya benturan antara nilai-
nilai Kekristenan dan nilai-nilai lingkungan/lainnya. Sikap/posisi
seperti apa yang harus diambil oleh orang muda Kristen dalam
kondisi seperti ini?
4. Ecclesia domestica, yang artinya adalah ‘gereja rumah tangga’,
tidak bisa dilepaskan dari aspek berumah tangga & berkeluarga.
Lantas bagaimana dengan mereka yang tidak berkeluarga, dengan
berbagai alasan yang ada?
V. POKOK DOA
1. Berdoa supaya para pemuda terus berjuang dalam usaha mereka
menjadi manusia baru, tidak hanya untuk hari ini namun juga
untuk ke depannya.
2. Berdoa juga bagi orang tua muda agar terus dapat menjadi contoh,

14
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

tidak hanya bagi anak-anak mereka namun juga bagi anak-anak


muda yang ‘turut belajar’ tentang kehidupan pernikahan dari
mereka.
3. Berdoa agar para anak muda supaya tetap teguh dalam Kristus dan
menjadi teladan bagi sesama dan lingkungan sekitar.
VI. PUJIAN PENUTUP: Selidiki Aku
(AA)

15
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Minggu I (Komisi Perempuan - Pemahaman Alkitab)

MANUSIA BARU, ANAK-ANAK TERANG


Efesus 4.17- 5.21

I. PUJIAN PEMBUKA: Sejak Kuterima Yesus (PPR I No. 164)


II. PENDAHULUAN
Keluarga Kristen dipanggil Tuhan menjadi gereja mini/gereja kecil,
gereja rumah tangga/gereja keluarga atau ecclesia domestica! Gereja
mini/gereja kecil atau gereja rumah tangga/gereja keluarga adalah
tempat Yesus Kristus hidup dan berkarya untuk keselamatan manusia
dan berkembangnya Kerajaan Allah. Keluarga Kristen dipanggil untuk
terus bertumbuh dalam segala hal kearah Kristus dan menjadi saksi-
saksi Kristus di tengah masyarakat. Sebab keluarga adalah pusat pen-
didikan, pusat pelatihan etika, intelektualitas dan spritual bagi setiap
anggota keluarga. Dengan demikian keluarga menjadi tempat bagi se-
tiap anggota keluarga untuk belajar mengasihi dan merasakan kehan-
gatan cinta kasih yang tulus dan kemudian membagikannnya kepada
semua orang.
Memenuhi panggilan keluarga Kristen menjadi gereja mini di era
digital ini tidaklah mudah. Perubahan zaman dan perkembangan
teknologi yang begitu pesat membawa tantangan tersendiri bagi kita.
Selain memudahkan kita dalam berbagai aktivitas tranformasi digital
juga membawa dampak negatif bagi lingkungan keluarga. Kemajuan
teknologi berakibat terjadinya dekadensi (kemerosotan) moral. Den-
gan adanya gadget waktu interaksi secara langsung semakin berkurang
karena masing-masing anggota keluarga sibuk dengan ponselnya. Ad-
anya fenomena cyberbullying (perundungan di dunia maya, seperti:
seorang anak diejek, dihina, diintimidasi, dipermalukan oleh anak lain
melalui media sosial) menyebabkan anak-anak mengalami perubahan
emosi dan perilaku.
Bukan hanya itu saja, maraknya fenomena bullying atau perundungan
disekitar kita seperti: mendiamkan seseorang tanpa alasan, menjadi-
kan seseorang menjadi lelucon yang menyakitkan, selalu menyalah-
kan seseorang ketika hal buruk terjadi, terus mengabaikan opini, ide,

16
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

dan pendapat seseorang, dll. ditambah lagi dengan maraknya budaya


hedonis dan konsumtif, kekerasan dalam keluarga, perselingkuhan
dan perceraian semakin menambah tantangan yang harus dihadapi
oleh keluarga-keluarga. Tidak sedikit dari keluarga Kristen yang hid-
up mengikuti arus zaman. Namanya saja keluarga Kristen tetapi pola
hidupnya tidak jauh berbeda dari keluarga yang tidak mengenal Kris-
tus. Dalam keluarga Kristen terjadi juga perselingkuhan, perundun-
gan, kekerasan, perceraian, dll. Kenyatan yang sungguh mengerikan.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa kehidupan dan dunia tempat kita ting-
gal akan terus berubah, semakin kompleks dan penuh ketidakpastian.
Karena itu dibutuhkan perjuangan, semangat dan komitmen dari se-
tiap kita untuk tetap menjaga kehidupan pribadi dan keluarga kita
agar hidup sesuai dengan Firman Tuhan.
Sebagai lembaga yang tinggal di dunia ini kita harus mengikuti
perkembangan zaman supaya kita tidak tertinggal dan tergerus oleh
perubahan zaman. Sekaligus kita harus sadar bahwa kita ini adalah
keluarga Kristen yang harus hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Hal
ini tentu tidaklah mudah mengingat natur kita sebagai manusia ber-
dosa yang kecondongan hatinya ialah menuruti keinginan daging. Kita
ingin hidup sebagai manusia baru namun dalam prakteknya manusia
lama kita yang kita hidupi. Lewat pemahaman Alkitab hari ini kita
akan semakin mengerti bagaimana kita sebagai seorang perempuan,
sebagai seorang istri dan sebagai seorang ibu hidup sebagai manu-
sia baru sehingga kehadiran kita dalam keluarga membawa keseju-
kan, kenyamanan serta berkontribusi dalam mewujudkan panggilan
keluarga kita sebagai gereja mini yang menyatakan kasih Allah yang
sangat besar bagi dunia ini lewat kesaksian hidup kita.
III. LATAR BELAKANG TEKS
Perikop ini di tulis oleh Rasul Paulus dan ditujukan kepada jemaat di
Efesus dengan tujuan untuk menantang orang-orang percaya untuk
hidup sebagai manusia baru/anak-anak terang yang berbuahkan ke-
baikan, keadilan dan kebenaran (4:17-5:21). Jemaat di Efesus adalah
orang-orang yang telah belajar mengenal Kristus, mendengar tentang
Yesus dan menerima pengajaran di dalam Yesus (4:20). Namun dalam
prakteknya masih ada jemaat yang hidup sama seperti orang-orang
yag tidak mengenal Allah. Hal ini terjadi karena mereka jauh dari hid-
up persekutuan dengan Allah (4:17-20).

17
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Paulus memaparkan perbedaan antara manusia lama dan manusia


baru/anak-anak terang. Manusia lama adalah tidak mengenal Allah
dan menyerahkan dirinya kepada hawa nafsu dan mengerjakan den-
gan serakah segala macam kecemaran (4: 17,19). Contoh perbuatan
manusia lama secara terperinci dicatat di Efesus 4: 25-31; 5: 3-5, 18.
Barangsiapa hidup sama seperti orang-orang yang tidak mengenal
Kristus ia akan kena murka Allah dan akan mengalami kebinasaan
(5:6; 4:22). Sedangkan manusia baru adalah pribadi yang telah men-
genal Kristus/mengalami Terang Kristus, mendengar tentang Yesus
dan menerima pengajaran di dalam Yesus (4:20; 5:8). Contoh per-
buatan manusia baru/anak-anak Terang secara terperinci dicatat di
Efesus 4: 25-32; 5: 15-21). Barangsiapa hidup sebagai manusia baru/
anaka-anak terang ia menjadi saksi-saksi Kristus di dunia ini (5:11)
dan akan mendapat bagian dalam Kerajaan Kristus dan Allah (5: 5).
Paulus menegaskan bahwa setiap orang percaya harus bertumbuh di
dalam segala hal ke arah Kristus (4: 15), dibaharui di dalam roh dan
pikiran (4: 23), mengenakan manusia baru/hidup sebagai anak-anak
terang (4: 24; 5: 8), mempergunakan waktu yang ada dengan sebaik-
baiknya (5: 15), mengerti kehendak Tuhan (5: 17), hidup penuh Roh
(5:18), mengucap syukur (5: 20), dan takut akan Tuhan (5: 20). Den-
gan demikian orang percaya menjadi saksi Kristus yang hidup di ten-
gah keluarga dan masyarakat.
IV. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI DAN REFLEKSI
Kita sudah tahu bahwa peran orang tua secara khusus peran seorang
ibu sangatlah besar di dalam mewujudkan keluarga sebagai gereja
mini. Kita juga tahu bahwa tidaklah mudah menjadikan keluarga kita
menjadi gereja mini karena tantangan yang kita hadapi begitu kom-
pleks, mulai dari perubahan zaman dan pola hidup yang hedonis dan
konsumtif, gadget, kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan,
perceraian, dll. Meskipun sulit buan berarti kita menyerah jusru kita
harus terus berjuang dan berkomitmen untuk menjadikan keluarga
kita sebagai gereja mini. Kita akan saling berbagi dan saling menguat-
kan lewat diskusi kita hari ini.
1. Apa yang harus kita lakukan untuk membentengi diri dan keluarga
kita dari pengaruh-pengaruh buruk dunia ini sehingga keluarga
kita tetap hidup sebagai manusia baru/anak-anak terang?

18
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

2. Di era digital ini apa yang harus kita lakukan supaya anggota ke-
luarga kita tidak sibuk dengan gadgetnya masing-masing tetapi
semakin banyak waktu bagi kita untuk saling beriteraksi secara
langsung.
3. Bagi kita yang menjalankan peran ganda dalam keluarga yaitu se-
bagai seorang ibu rumah tangga dan bekerja membantu perekono-
mian keluarga tentu bebannya bertambah berat dan tangungjaw-
abnya semakin besar. Bagaimana cara kita menjalani peran ganda
tersebut agar keduanya berjalan baik dan lancar dan tidak ada
yang terabaikan?
REFLEKSI
Sebagai seorang perempuan, sebagai seorang istri, sebagai seorang
ibu kerinduan kita yang paling dalam adalah agar keluarga kita men-
jadi keluarga yang berkenan dan menyenangkan Tuhan. Dan bagi kita
yang terpenting adalah kebahagiaan keluarga. Untuk mewujudkannya
kita sanggup melakukan banyak hal dan kita rela berkorban bahkan
kita tidak segan-segan untuk menjalani peran ganda demi kebahagia-
an keluarga.
Kita di panggil Tuhan untuk menjadi seorang perempuan yang ha-
rus mengasihi suami dan anak-anak kita, mengurus rumahtangga
kita dengan baik dan menjadi teladan dalam keluarga (Titus 2: 4-5).
Dan jika kita bekerja untuk membantu perekonomian keluarga kita
harus sadar bahwa tanggung jawab utama kita adalah mengurus dan
merawat keluarga kita. Catatan penting kita tidak boleh mengabaikan
keluarga karena pekerjaan kita.
Kiranya setiap kita semakin mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga
kita menjadi perempuan yang bijaksana, menjadi tiang doa dan te-
ladan bagi keluarga kita sehingga setiap angota keluarga kita semakin
bertumbuh di dalam segala hal kearah Kristus. Dengan demikian kelu-
arga kita hidup sebagai manusia baru/anak-anak terang dan menjadi
saksi-saksi Kristus yang hidup di tengah masyarakat.
Sebagai sesama perempuan marilah kita saling mendukung, saling
menguatkan dan saling mendoakan agar kita mampu mengatasi se-
gala tantangan hidup dan terus berusaha memberikan yang terbaik
bagi keluarga kita.

19
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

V. POKOK DOA
1. Berdoa untuk keluarga-keluarga Kristen supaya masing-ma-
sing keluarga bisa memenuhi panggilannya menjadi gereja mini se-
hingga keluarga-keluarga Kristen menjadi saksi-saksi Kristus yang
hidup di tengah masyarakat ini dan banyak jiwa-jiwa yang diselamat-
kan di dalam Tuhan.
2. Berdoa untuk setiap perempuan supaya bisa menjalankan per-
annya dengan baik sehingga kehadiran kita menjadi berkat dimana-
pun kita berada.
3. Berdoa buat para perempuan yang memiliki peran ganda
dalam keluarga supaya bisa membagi waktu dengan baik sehingga
kedua-duanya dapat dijalankan dengan baik dan lancar.
4. Berdoa untuk keluarga kita supaya saling mengasihi, saling
menguatkan, dan saling mendukung dan masing-masing anggota ke-
luarga dimampukan Tuhan untuk menjalankan tugas dan tanggung-
jawabnya. Sehingga keluarga kita menjadi keluarga yang bahagia dan
berkenan di hati Tuhan.
VI. PUJIAN PENUTUP: Yesus Mau Kami Bercahaya (PPR I No 54)
(RNS)

20
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Minggu I (Komisi Pria)

MANUSIA BARU, ANAK-ANAK ALLAH


Efesus 4:17-32

I. PENDAHULUAN
Ular adalah hewan yang setiap tahunnnya akan mengganti kulitnya.
Namun ular tetap memiliki sifat dasarnya seekor ular. Ular hanya
mengganti kulitnya saja, tidak ada sifat yang diganti. Di saat saya me-
mikirkan tentang ular yang mengganti kulitnya, sejenak saya juga me-
mikirkan kehidupan manusia yang mengalami lahir baru. Bila ular
hanya mengganti kulitnya saja, maka apa yang terjadi pada manusia
yang lahir baru?
Apakah lahir baru hanya sekadar kiasan untuk orang-orang yang
dibaptis? Atau memang sebuah bukti nyata dari sebuah pertobatan
dan penyerahan diri kepada Allah dalam penyucian oleh Allah?
II. TAFSIR
Rasul Paulus memberi nasihat kepada Jemaat Efesus supaya tetap teg-
uh dalam kehidupan kemurnian dan kekudusan hati dan hidup. Nasi-
hatnya seperti seoarang bapak kepada anaknya, karena Rasul Paulus
yang merintis pelayanan jemaat Efesus. Dan Paulus adalah bapak ro-
hani dari jemaat Efesus. Nasihatnya ditujukan kepada bangsa-bangsa
bukan Yahudi yang sudah bertobat; mereka tidak boleh hidup seperti
bangsa-bangsa yang belum bertobat (ayat 17). Nasihat ini diperun-
tukkan bagi Manusia Baru (Efesus 4:17-32), berkenaan dengan sikap
yang seharusnya sebagai anak-anak Allah (Efesus 5:1-21).
Manusia baru menyiratkan manusia lama. Sebelum menjadi manu-
sia baru manusia hidup dalam manusia lamanya. Seperti apa manu-
sia lama itu? Kita dapat melihat penjelasan Paulus tentang manusia
lama dari ayat 17-24. Nasihatnya diawali dengan menjelaskan tentang
kehidupan manusia sebelum bertobat. Lebih terperinci Rasul Paulus
menjelaskan kehidupan kefasikan dunia kafir:
1. Pengertian mereka gelap (18). Mereka buta tentang pengetahuan
yang menyelamatkan. Karena kebodohan mereka menjadi penye-

21
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

bab keterasingan mereka dari persekutuan dengan Allah, hidup


yang jauh dengan Allah membuat mereka cenderung bersikap
masa bodoh atau tidak mau tahu kesalehan hidup. Dan kedegilan
dan kekerasan hati mereka menyebabkan ketidakmauan dalam
menerima pengajaran ataupun pengetahuan tentang pengenalan
akan Allah.
2. Perasan mereka telah tumpul (19). Mereka merasa tidak berdosa,
juga tidak sadar akan akibat dosa. Sehingga mereka menyerahkan
diri kepada hawa nafsu. Dan mereka menjadi tawanan dosa. Dan
pada akhirnya mereka mengerjakan dengan serakah segala ma-
cam kecemaran. Dengan hati yang kering maka dosapun dilakukan
tanpa mengenal lagi batas.
Rasul Paulus juga melakukan perbandingan dan nasihat dalam manu-
sia kehidupan orang percaya, bahwa manusia baru itu harus :
1. Belajar mengenal Kristus (20). Mendengar tentang Dia Menerima
pengajaran di dalam Dia , menurut kebenaran yang nyata dalam
Yesus (21). Yesus adalah guru dan di dalam Dia adalah kebenaran.
Bila kita menerima pengajaran-Nya di dalam batin oleh kuasa
Roh-Nya maka kebenaran Kristus tampil dalam keindahan dan
kuasanya, apabila ia tampil sebagaimana di dalam Yesus. Kita perlu
belajar mengenal Kristus dalam kehidupan kita. Pengenalan akan
Kristus dapat kita terapkan dalam keluarga kita yang seperti Bapa
Gereja Yohanes Krisostomus ajarkan. Krisostomos orang pertama
yang mengajarkan keluarga sebagai ecclesia domestica:”gereja
rumah tangga”. Krisostomos mendorong para ayah untuk menjadi-
kan rumah mereka gereja kecil di mana firman Allah direnungkan
dan diajarkan : “Pulang ke rumah (dari gereja), kiranya kita mem-
persiapkan dua meja, satu untuk makanandan satu lagi untuk fir-
man Allah. di mana laki-laki ( suami ) menyampaikan kembali hal-
hal yang dikatakan gereja. Kiranya Istrinyabelajar dan anak-anak
mendengarkan; para pelayan jangan dikecualikan dari pembacaan
ini. Jadilah rumahmu sebuah gereja, karena kamu bertanggung
jawab atas keselamatan anak-anak dan para pelayanmu’.
2. Menanggalkan manusia lama (22-24). Di sini Paulus berbicara
dalam bahasa kiasan tentang pakaian. Menanggalkan manusia
lama berarti berbicara pengudusan. Yang terdiri dari :

22
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

a. Manusia lama harus ditanggalkan. Menyingkirkan kebiasaan hidup


yang bobrok, menundukkan dan mematikan nafsu dosa.
b. Manusia baru harus dikenakan. Manusia baru adalah sifat baru,
makhluk baru, yang dihidupkan oleh Kristus, Manusia baru ini
diciptakan oleh karya kematian dan kebangkitan Kristus yang telah
mengampuni.
Jika kita ingin menjadi manusia baru, ada beberapa nasihat dan lang-
kah praktis dari Rasul Paulus yang harus kita ikuti (ayat 25-32). Yaitu
sebagai berikut:
1. Berkata jujur (ayat 25)
2. Jangan hanyut dalam amarah (ayat 26)
3. Jangan buka celah untuk iblis (ayat 27)
4. Jangan mencuri, tetapi bekerjakeraslah dan berbagi (ayat 28)
5. Jangan berkata kotor tetapi berkatalah yang positi dan memban-
gun (ayat 29)
6. Jangan mendukakan Roh Kudus (ayat 30)
7. Membuang segala bentuk kepahitan, amarah, Pertikaian dan se-
gala bentuk kejahatan (ayat 31)
Kemudian Rasul Paulus memberikan nasihat lanjutan dalam 5:1-21,
Nasihat Rasul Paulus pada bagian ini adalah sebuah implementasi se-
bagai anak-anak Allah untuk hidup dalam kasih. Kasih yang di laku-
kan sebagai penurut-penurut Allah (ayat 1) yang memiliki arti bahwa
sebagai pengikut Tuhan maka harus meniru atau meneladani Tuhan
yang mereka sembah. Kasih yang sudah Allah berikan adalah men-
gampuni manusia dalam Kristus Yesus (ayat 2). Allah memberikan ke-
baikan, pengampunan, berlimpah kasih setia. Seperti anak-anak yang
kekasih yang mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Bapa Sorgawi
mengasihi orang-orang yang meneladani-Nya. Watak orang Kristen
demikian harus menjadi kudus sama seperti Allah yang kudus. “Kesu-
cian itu lebih daripada kemurnian Kesucian adalah dipenuhi dengan
segala yang baik, yang ilahi, kerah watak Yesus. Menyesuaikan diri kita
kepada sifat-sifat-Nya—itulah kesucian”.
Rasul Paulus juga menasihati jemaat Efesus supaya waspada terhadap
segala bentuk kecemaran yaitu percabulan, keserakahan, perkataan
kotor, yang kosong atau yang sembrono, maupun penyembah berha-

23
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

la. Alasan mengapa perlunya Paulus menasihati hal yang demikian?


Karena sebagai anak-anak Allah tidak pantas atau tidak patut ber-
buat seperti itu. Karena pelaku kecemaran tidak mendapat bagian
di dalam Kerajaan Kristus dan Allah atau menutup pintu sorga bagi
orang-orang yang melakukannya dan dosa-dosa ini mendatangkan
murka Allah ke atas orang-orang yang bersalah karena dengan senga-
ja melakukan penyesatan “Janganlah kamu disesatkan orang dengan
kata-kata yang hampa” (6). Namun sisi lain Paulus juga memberi jalan
keluar yang diajurkan untuk melawan dosa-dosa semacam itu. Jalan
keluar menangkal dosa-dosa itu adalah disebut “kecemaran” saja pun
jangan di antara kamu (3), ucapkanlah syukur (4), jangan berkawan
dengan mereka (7), mengeluarkan buah Roh (9), tidak boleh berse-
kutu dengan dosa dan orang-orang berdosa (ayat 11) , hidup dengan
seksama dan kesungguhan hati dengan penuh kehati-hatian dan sikap
peduli (ayat 15).
Lebih lagi Paulus memberikan peringatan keras dan tegas tentang
dosa kemabukan : dan janganlah kamu mabuk oleh anggur (ayat 18).
Dosa ini adalah dosa yang sangat serimg dilakukan oleh para peny-
embah berhala, khususnya pada hari raya dewa-dewa mereka dan
lebih lagi saat pesta mabuk-mabukan yang memunculkan hawa nafsu
atau dapat mendatangkan percabulan. Rasul Paulus menasihati su-
paya mereka mempergunakan waktu sebaik-baiknya supaya mereka
dipenuhi dengan Roh. Dan mengerti kehendak Allah (16), Roh Allah
memberikan hikmat dan pengertian, orang yang dipenuhi roh Al-
lah akan dituntun ke dalam segala perbuatan saleh, demikian mulut
mereka selalu memuji dan memperkatakan Tuhan (ayat 19). Adapun
kewajiban orang-orang kudus adalah mengucap syukur mengungkap-
kan rasa ucapan terima kasih kita kepada Tuhan atas berkat-berkat
rohani, perkara-perkara yang kekal, kebaikan dan karunia orang lain
terima juga. Dan ucapan syukur itu wajib di dalam nama Tuhan kita
Tuhan Yesus kepada Allah Bapa kita.
III. PENUTUP
Dalam renungan ini kita dapat melihat bahwa menjadi “Manusia baru”
bukan berbicara tentang fisik melain berbicara tentang jiwa, hati dan
Roh yang telah disucikan oleh Allah. kemudian melalui penyucian
tersebut kita dapat melakukan hal-hal yang Suci didalam Allah, yaitu
perbuatan-perbuatan baik didalam kehidupan kita sehari-hari.

24
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Jika kita mampu untuk sampai tahap tersebut, kita bukan hanya
memperbarui kehidupan kita saja, namun juga dapat memperbarui
kehidupan orang-orang disekitar kita. Kita bisa memperbarui kehidu-
pan anak kita, istri kita, rekan kerja, sahabat, orang tua, mertua, dan
lebih luas lagi.
Dengan apa kita memperbarui mereka? Yaitu dengan melihat kete-
ladanan dari kita saat mengerjakan dan melakukan hal-hal yang suci
menurut Allah. karena dengan itu, mereka bukan hanya mendengar
tentang “Manusia Baru” tetapi mereka dapat melihat sebuah bukti
nyata dari seorang “Manusia Baru”.
“Baru” bukan dari penampilan fisik saja, namun dari perkataan yang
baru yaitu perkataan yang penuh berkat dan positif, Perbuatan yang
baru : yaitu perbuatan yang penuh kasih, Karakter yang baru yaitu
karakter yang berintegritas, Pola pikir yang baru yaitu: pola pikir yang
positif dan penuh hikmat. Serta pada akhirnya bukan kehidupan duni-
awi yang penuh arogansi yang tampak pada kita tetapi yang nampak
ialah kehidupan yang dikuasai oleh Roh Kudus dan menggambarkan
citra Allah dalam kehidupan kita. Tuhan Yesus Memberkati.
(AN)

25
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Minggu I (Komisi Senior - Pendalaman Alkitab)

MANUSIA BARU, ANAK-ANAK TERANG


Efesus 4:17-5:21

I. PUJIAN PEMBUKA: Sejak Kuterima Yesus (PPR 1/164)


II. PENDAHULUAN
Apa yang ada pada kita atau yang kita miliki adalah anugerah Tuhan.
Demikian juga usia lanjut, anugerah Tuhan. Tuhan sebagai pemilik tentu
memiliki rencana menganugerahkan usia yang lanjut bagi kita, umat-
Nya. Salah satu rencana Tuhan adalah agar kita menjadi teladan bagi
generasi muda. Sebagai seseorang yang telah lebih dahulu mengalami,
tentu teladan dari seorang yang telah berusia lanjut sangatlah efektif.
Tidak sekedar berbicara dan kata orang tetapi sesungguhnya telah
mengalami sehingga layak menjadi contoh yang baik dan benar.
Memaknai usia yang lanjut sebagai anugerah dinyatakan dengan
sebuah komitmen siap menjadi manusia baru dan anak-anak terang.
Menjadi pribadi yang lebih matang dalam pemahaman dan sikap
sebagai pribadi yang telah diselamatkan oleh Tuhan.
III. LATAR BELAKANG TEKS
Pengajaran Paulus dalam Ef.4:17-32 mengungkapkan secara jelas
perbedaan antara kehidupan manusia lama (orang yang tidak
mengenal Allah) dengan manusia baru (orang yang sudah menerima
Kristus secara utuh dalam hidup). Gambaran ini bertujuan untuk
memerlihatkan bahwa orang yang hidup dalam kehidupan yang lama
akan menempuh kebinasaan oleh karena nafsunya yang menyesatkan
(ayat 22). Bahkan Paulus secara terang-terangan mengklaim di luar
Kristus tidak ada keselamatan.
Beberapa keadaan orang-orang yang hidup dalam manusia lama,
yaitu:
1. Tidak mengenal Allah (ayat 17). Paulus berkata, “kutegaskan”
bahwa jangan hidup lagi sama seperti bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah. Terjemahan KJV yaitu “walk” (peripatein) yang
berarti berjalan, membuat jalan seseorang, membuat jalan

26
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

sendiri untuk hidup, mengatur kehidupan, melakukan sesuatu


berdasarkan diri sendiri. Paulus menasihatkan kepada jemaat di
Efesus supaya jangan mengikuti jalan yang sama seperti bangsa-
bangsa pada saat ini yang mengatur kehidupan dan melakukan
segala sesuatu berdasarkan diri sendiri, hidup menuruti hawa
nafsu, kedagingan (Ef.2:1-4) dan pikiran yang sia-sia (Ef.4:17).
2. Pikiran yang sia-sia (ayat 17b). “Pikiran yang sia-sia (mataioteti)”
yaitu tidak memiliki kebenaran dan ketepatan, penuh dengan
tipu muslihat, kebejatan dan kelemahan atau kesombongan,
kehampaan.
3. Pengertian yang gelap (ayat 18a). “Pengertian yang gelap
(dianoia)” yaitu pikiran, perasaan telah digelapkan (eskotomenoi)
yang berarti ditutupi dengan kegelapan, digelapkan, pemahaman
atau pikiran yang menjadi gelap sehingga sia-sia karena percaya
kepada filsafat-filsafat modern padahal sebenarnya mereka ada
dalam kegelapan.
4. Jauh dari hidup Persekutuan dengan Allah (ayat 18b). Kata “jauh
(appellotriomenoi)” berarti mengasingkan, menjauhkan, akan
dikucilkan dari persekutuan seseorang dan keintiman, “akan
terasing dengan atau menjadi asing. Oleh karenanya, sebagai akibat
dari pikiran yang sia-sia dan pengertian yang digelapkan maka
hidup mereka menjadi “terasing” atau terpisah dari persekutuan
dengan Allah.
5. Kebodohan (ayat 18c). Kebodohan (agnoia) berarti ketidak-tahuan,
kurangnya pengetahuan akan hal-hal ilahi dan kebutaan moral.
Paulus menegaskan bahwa jangan berjalan seperti bangsa-bangsa
dengan pikirannya yang sia-sia, pengertiannya yang digelapkan,
terasing atau terpisah dari persekutuan dengan Allah oleh karena
ketidak-tahuan akan hal-hal ilahi, kurangnya pengetahuan atau
kebutaan moral dalam diri mereka.
6. Kedegilan Hati (ayat 18d). Menurut Paulus yang mengakibatkan
orang-orang yang tidak mengenal Allah jauh dari hidup
persekutuan dengan Allah adalah karena pikiran mereka telah
tumpul, hati mereka buta dan keras (porosin).
7. Perasaan tumpul (ayat 19). Perasaan tumpul (apelgekotes) berarti
mati rasa, menjadi putus asa, tidak memiliki perasaan, bersikap

27
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

apatis, hilang perasaan atau tidak ada kesadaran dalam hati


mereka.
Beberapa keadaan orang-orang yang hidup dalam manusia baru, yaitu:
1. Belajar mengenal Kristus (ayat 20). Orang yang sudah menerima
Kristus secara utuh dalam hidup, mereka hidup di dalam
pengenalan akan Allah dan pikiran mereka dibaharui. Kristus
adalah satu-satunya firman dan jawaban ilahi, satu-satunya
pembaharuan dan di dalam Dia ada hidup sehingga mereka tidak
lagi mengikuti orang-orang yang tidak mengenal Kristus.
2. Menanggalkan manusia lama (ayat 22). Sebagai orang percaya
yang benar-benar baru di dalam Kristus, ada suatu tindakan yang
perlu dilakukan yaitu menanggalkan manusia lama yakni keadaan
manusia yang digambarkan oleh Paulus dalam ayat 17-19.
3. Mengalami pembaharuan (ayat 23). Pembaharuan yang
dimaksudkan oleh Paulus adalah pembaharuan yang berlangsung
terus menerus dalam kehidupan orang percaya sebagai manusia
baru di dalam Kristus. Manusia tidak dapat membaharui dirinya
sendiri melainkan oleh Allah dengan ia memberi dirinya dibaharui.
Pembaharuan yang dimaksud dalam roh dan pikiran. Pembaharuan
di dalam roh berarti roh yang menguasai tubuh, jiwa, akal dan
hati manusia ialah Roh Allah bukan yang lainnya. Pembaharuan
pikiran berarti pikiran, pemahaman (mind/understanding) tidak
lagi berpusat pada pikiran sendiri namun Allah menjadi pusat
pemikiran.
4. Mengenakan manusia baru (ayat 24-32). Mengenakan
(endusastai) manusia baru (kainon antropon) dianalogikan seperti
menanggalkan pakaian lama lalu mengenakan pakaian baru. Pada
bagian ini Paulus ingin mengatakan bahwa di dalam Kristus harus
mengenakan manusia baru yang diciptakan menurut kehendak
Allah, berdiri di hadapan Allah di dalam “kebenaran, keadilan” dan
di dalam “kekudusan atau kesalehan” yang sesungguhnya.
5. Perbuatan-perbuatan yang harus dibuang (ayat 25-31).
Pada bagian ini Paulus ingin memberikan suatu nasihat yang
merupakan kesimpulan dari manusia baru dengan menggunakan
kata “buanglah (apotemenoi)” yang berarti take off and lay down
(membuka atau meletakkan); put off ar lay aside (menanggalkan).

28
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Jadi, maksud Paulus disini adalah jemaat harus meletakkan,


menanggalkan atau membuang perbuatan-perbuatan yang
seharusnya tidak dapat dilakukan sebagai manusia baru di dalam
Kristus, diantaranya dusta (pseudos): bohong, kebohongan;
kemarahan (menjadi marah yang terus menerus berlangsung:
orgizeste:); orang yang mencuri janganlah ia mencuri lagi; jangan
ada perkataan kotor keluar dari mulut.
6. Jangan mendukakan Roh Kudus (ayat 30). Mendukakan (lupeite)
berarti grieve, pain, to make sorrowful (mendukakan, menyakiti
atau membuat sedih).
7. Menanggalkan perbuatan lama (ayat 31). Ayat ini adalah puncaknya
dengan maksud menyebutkan kejahatan saja pun adalah dosa
apalagi melakukannya. Itulah sebabnya Paulus menasihatkan
supaya semuanya itu dibuang (ditanggalkan) sebab semua itu
adalah gambaran manusia lama.
Pengajaran Paulus dalam Efesus 5:1-21 mengingatkan hidup anak-
anak terang harus berbeda dari hidup anak-anak gelap (3-6). Pada
perikop ini Paulus menggunakan metafora gelap dan terang untuk
menjelaskan tentang posisi jemaat di Efesus sebelum mengenal dan
sesudah mengenal Kristus. Gelap adalah gambaran ketiadaan cahaya,
artinya hidup jemaat di Efesus masih dalam kuasa gelap yang penuh
dengan ketidakpastian. Terang adalah gambaran di mana Yesus
berkuasa dan memberi harapan keselamatan di tengah ketidakpastian.
Paulus menyatakan: “Memang kamu dahulu adalah kegelapan, tetapi
sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu, hiduplah
sebagai anak-anak terang” (8).
Paulus mengingatkan supaya jemaat di Efesus tidak kembali lagi
kepada kehidupan lamanya seperti sebelum mengenal Kristus. Paulus
menganjurkan melalui suratnya jemaat hidup dalam terang kasih
Kristus agar hidupnya berbuahkan kebaikan. Paulus berkata, “Jangan
kamu berkawan dengan mereka” (7), yang berarti “ambil bagian
(partakers)”. Ayat ini bukan berarti bahwa orang Kristen tidak boleh
berteman sama sekali dengan orang yang berbeda iman (yang belum
mengenal Krisus). Hal yang hendak Paulus katakan adalah mendorong
orang percaya menjadi terang yang menghasilkan kebaikan, keadilan,
dan kebenaran (9), yang mencerminkan karakter Yesus Kristus (2),
yakni hidup yang mengucap syukur (4), dengan mazmur, kidung puji-

29
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

pujian dan nyanyian rohani atas nama Tuhan Yesus (19-20).


Kehidupan anak gelap berbeda dengan kehidupan anak terang.
Anak-anak terang tidak boleh turut melakukan perbuatan dari anak-
anak gelap, seperti: percabulan, kecemaran, keserakahan, perkataan
kotor, hampa dan semborono (3-4). Mereka akan dimurkai dan tidak
mendapatkan bagian dalam kerajaan Allah (5-6).
Melalui Paulus, Allah tegas menyatakan bahwa hidup orang-orang
yang mengenal dan percaya Kristus sepenuh hati sudah seharusnya
berada dalam terang. Tidak bermain-main dengan dosa. Menyebut
dosa mereka saja pun sudah memalukan (11-12), apalagi terlibat.
Hal itu sangat mendukakan Allah. Jika ada anak-anak terang yang
menikmati dosa, ia bukanlah manusia baru.
IV. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI DAN REFLEKSI
1. Apakah sebagai manusia baru dan anak-anak terang dalam
kehidupan yang dijalani oleh Komisi Senior selama ini berjuang
melawan dosa, ataukah justru sangat menikmati hidup dalam
dosa?
2. Apa sajakah tindakan yang telah kita (Komisi Senior) lakukan agar
dapat menjaga dan mempertahankan diri tetap hidup sebagai
manusia baru dan anak-anak terang?
3. Apakah kendala yang kita (Komisi Senior) hadapi untuk tetap
mempertahankan jati diri sebagai manusia baru dan anak-anak
terang? Sebutkan beberapa kendala yang ada dan bagaimana cara
agar dapat mengatasi/keluar dari kendala tersebut!
V. POKOK DOA
1. Kesatuan dan soliditas Komisi Senior agar tetap terus bersemangat
dalam bersekutu dan mengikuti kegiatan-kegiatan gerejawi.
2. Kesehatan fisik anggota Komisi Senior yang sudah semakin
menurun agar tidak membuat semangat hidup bahkan iman turut
menurun.
3. Keberadaan Anak, Menantu dan Cucu agar senantiasa diberkati
oleh Tuhan dalam pekerjaan, kesehatan, keharmonisan dalam
hidup berkeluarga, dll.

30
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

4. Komisi Senior dimampukan Tuhan menjadi teladan bagi kaum


dalam mewujud-nyatakan setiap firman Tuhan yang telah
didengarkan terkhusus perenungan firman Tuhan hari ini yaitu
menjadi Manusia Baru dan Anak-anak Terang.
5. Keutuhan Gereja sebagai satu tubuh dalam Kristus Yesus.
VI. PUJIAN PENUTUP: Mengikut Yesus Keputusanku
(FROP)

31
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Minggu II (Kebaktian Umum)

LAKSANA KRISTUS DAN JEMAAT-NYA


Efesus 5:22-33

I. PENDAHULUAN
Relasi suami dan istri sekarang ini menghadapi tantangan yang sema-
kin kompleks. Semakin banyak perempuan berpartisipasi dalam pros-
es produksi sosial. Kaum perempuan tidak lagi hidup dalam lingkup
domestik atau rumah tangga. Banyak perempuan menjadi buruh di
pabrik-pabrik, wanita karier, politisi, dsb. Partisipasi dalam produksi
sosial, yang secara ekonomi-politik mengindikasikan tahapan ter-
tentu dari kapitalisme memungkinkan banyak perempuan memiliki
kemandirian finansial atau sekurang-kurangnya tidak begitu bergan-
tung pada penghasilan kaum pria sebagai suami.
Kemandirian finansial memperkuat posisi perempuan terhadap kaum
pria. Para suami tidak bisa begitu saja melanjutkan klaim tradisional
(patriarki) terhadap para istri, yakni bahwa mereka adalah pemimpin
sedangkan istri adalah yang dipimpin dan bergantung kepada suami.
Ketidaksiapan kaum pria untuk mengakomodir emansipasi (=pembe-
basan) kaum perempuan sering bermuara pada berbagai gejala nega-
tif dalam rumah tangga. Misalnya: semakin marak kekerasan dalam
rumah tangga (yang lazim dilakukan oleh suami yang frustrasi ter-
hadap istri), konflik-konflik yang sangat rentan menjadi perceraian,
dan perselingkuhan (entah yang dilakukan oleh suami yang merasa
menemukan perempuan lain yang lebih “mengerti kebutuhan suami,”
atau yang dilakukan oleh istri sebagai ungkapan kemandirian dan hak
untuk mendapatkan kesenangan). Rumah tangga Kristen, khususnya
dari generasi yang lebih muda, menghadapi tantangan yang sama.
Dalam konteks ini, kita akan melihat satu bagian Alkitab yang membi-
carakan relasi suami dan istri dengan wawasan tertentu yang sangat
menarik. Di satu sisi, penulisnya seperti menerima begitu saja tatanan
yang berlaku pada zamannya. Di sisi lain, ia berusaha menanggapi
tatanan itu dengan semangat dan tuntutan Injil Kristus. Bagian Al-
kitab yang dimaksud adalah Efesus 5.22-33.

32
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

II. DUNIA SOSIAL


Dalam masyarakat Yunani-Romawi orang mengenal Haustafel. Ada-
pun yang dimaksud dengan Haustafel adalah aturan perilaku dalam
rumah tangga. Masyarakat Yunani-Romawi bercorak patriarkis, men-
empatkan laki-laki dewasa atau bapak sebagai penguasa, baik dalam
keluarga maupun negara. Dalam keluarga yang terpandang, bapak
(patēr, pater) adalah seorang Tuan (master, kurios, dominus) dengan
istri, anak-anak, dan para budak. Langsung di bawah Tuan adalah Nyo-
nya, istrinya, kemudian anak-anak.
Dalam struktur tersebut, budak-budak menempati kedudukan yang
paling rendah. Hierarki ini tercermin dalam Haustafel. Di dalamnya
kita menemukan relasi-relasi: Suami-istri, bapak-anak, dan tuan-bu-
dak. Relasi-relasi tersebut merupakan relasi-relasi kekuasaan yang
berpusat pada patēr/pater atau kurios/dominus. Sebagai suami ia
berkuasa atas istrinya, sebagai bapak ia berkuasa atas anak-anaknya,
sebagai pemilik budak ia berkuasa atas budak-budaknya. Lazimnya,
Haustafel mengatur kewajiban pihak-pihak yang ada di bawah kekua-
saan si pater atau Dominus.
III. STRATEGI KRISTEN
Dalam Perjanjian Baru kita juga memiliki Haustafeln. Mari kita per-
hatikan Efesus 5.22-6.9, Kolose 3.18-4.1, dan 1Petrus 2.18-3.7. For-
mat atau bentuknya mirip. Pihak-pihak yang disebutkan kurang-lebih
sama. Relasi-relasi yang tercermin juga serupa. Dengan perkataan lain,
Haustafeln Perjanjian Baru juga bercorak patriarkis. Ini mengindika-
sikan bahwa para penulis Perjanjian Baru (“Rasul Paulus” dan “Rasul
Petrus”) “meminjam” Haustafeln Yunani-Romawi.
Tetapi mereka tidak sekadar menjiplak. Mereka membuat penye-
suaian-penyesuaian yang dibutuhkan. Paling mencolok adalah ke-
wajiban timbal balik dalam relasi suami-istri, bapak-anak, dan tu-
an-budak. Jadi bukan saja istri, anak-anak, dan para budak memiliki
kewajiban terhadap pater atau dominus. Si patēr dan dominus juga
memiliki kewajiban terhadap istri, anak-anak, dan budak-budaknya.
Dengan jalan itu, Haustafeln Perjanjian Baru memasukkan unsur ke-
adilan dan berusaha memanusiawikan relasi-relasi kekuasaan yang
patriarkis. Penyebabnya adalah Injil Kristus, yang menghendaki ke-
merdekaan, kesetaraan, dan persaudaraan di antara umat manusia,

33
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

dan menuntut agar itu menjadi nyata dalam jemaat/gereja, “satu


umat manusia yang baru” (Efesus 2.15) yang harus tumbuh sempurna
(4.13) agar benar-benar dapat berfungsi sebagai Tubuh Kristus, yakni
tanda kehadiran Kristus di dalam dunia (1.22-23).
Pendekatan reformis ini (yang “sekadar” melembutkan atau memanu-
siawikan patriarki), secara sosio-historis, merupakan suatu awal yang
cemerlang dan mengandung daya transformatif yang sangat besar.
Tetapi pendekatan ini harus dikembangkan kepada konsekuensinya
yang paling jauh seiring dengan dinamika sosio-historis itu sendiri. Itu
berarti, akan datang waktunya patriarki bukan sekadar dilembutkan
atau dimanusiawikan, tetapi juga dipupuskan dan digantikan dengan
struktur yang cocok untuk menampung relasi-relasi yang di dalam-
nya tiap-tiap orang serta satu sama lain, baik laki-laki maupun perem-
puan, dapat merayakan kemerdekaan, kesetaraan, dan persaudaraan
dalam Kristus sepenuh-penuhnya.
Dalam sudut pandang inilah kita memahami instruksi “Rasul Paulus”
dalam Haustafel Efesus 5.22-23. Relasi suami dan istri diumpamak-
an dengan relasi Kristus dan Jemaat (ekklēsia). Sebagaimana Kristus
adalah Kepala dan Jemaat adalah Tubuh-Nya, demikianlah suami
adalah kepala dan istri adalah tubuhnya. Sebagaimana Jemaat tunduk
(hupotassō) kepada Kristus, demikianlah istri harus tunduk kepada
suaminya. Sebagaimana Kristus mengasihi (agapaō) Jemaat, demiki-
anlah suami harus mengasihi istrinya.
Bila kita menggunakan hermeneutic of suspicion (hermeneutik ke-
curigaan), boleh jadi kita menyangka bahwa analogi Kristus-Jemaat
merupakan strategi dari upaya untuk melanggengkan patriarki atau
krkuasaan laki-laki dalam rumah tangga Kristen. Dugaan ini mungkin
benar, tetapi kenyataan bahwa “Rasul Paulus” mengadaptasi Haus-
tafel sehingga patriatki Yunani-Romawi menjadi lebih lembut atau
lebih manusiawi secara efektif melemahkan kecurigaan ini. Pada level
pembacaan konservatif boleh jadi kecurigaan ini tepat sasaran, tetapi
tidak pada cara “Rasul Paulus” menangani Haustafel, lebih-lebih pada
pembacaan yang progresif.
Bila kita menggunakan hermeneutic of grace (hermeneutik anugerah),
kita bisa lebih optimistis. “Rasul Paulus” bukan dengan sengaja ber-
maksud mempertahankan patriarki, tetapi benar-benar ingin menye-
suaikannya sedekat mungkin – dalam batasan-batasan sosio-historis

34
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

dan kesadaran sosio-kulturalnya – dengan tuntutan Injil Kristus yang


liberatif/memerdekakan itu. Atas dasar itu kita bisa dengan aman
mengusulkan bahwa pembacaan yang progresif atas Efesus 5.22-33
cenderung mendorong kita pada kesimpulan yang revolusioner, yakni
penghapusan patriarki.
IV. TAFSIR
Lantas bagaimana kita memahami instruksi bahwa istri harus tunduk
kepada suaminya dan suami harus mengasihi istrinya?
Dalam hal ini, relasi Kristus dan Jemaat berfungsi sebagai model. Per-
tama, Kristus mengasihi Jemaat, yang tak lain dari himpunan orang-
orang yang telah dipilih dan ditentukan oleh Allah di dalam Dia sebe-
lum dunia dijadikan (Efesus 1.4-6). Karena kasih-Nya kepada Jemaat,
Kristus “telah menyerahkan diri-Nya baginya” (heauton paredōken
huper autēs). Dalam Efesus 5.1, Ia telah menyerahkan diri-Nya men-
jadi “persembahan dan korban yang harum bagi Allah” (prosphoran
kai thusian tō Theō eis osmēn euōdias). Dalam Efesus 5.25, Ia telah me-
nyerahkan diri-Nya “untuk menguduskannya [Jemaat], sesudah Ia me-
nyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman” (hina
autēn hagiasē katharisas tō loutrō tou hudatos en rēmati). Penyerahan
diri Kristus bagi Jemaat, yakni kematian-Nya di kayu salib, dimotivasi
oleh kasih-Nya kepada Jemaat. Kasih yang berkurban!
Di satu sisi, pengurbanan karena kasih itu menyenangkan hati Allah,
yang dalam kasih telah memilih dan menentukan orang-orang yang
akan dihimpunkan sebagai Jemaat. Itu berarti ada kesesuaian antara
Allah, Sang Bapa, dan Kristus, Sang Anak. Di sisi lain, pengurbanan
karena kasih itu menjadi dasar penebusan (apolutrōn) atau kesela-
matan bagi semua orang yang telah dipilih Allah dan akan terhimpun
sebagai Jemaat. Dalam kata-kata Efesus 1.7: “Sebab di dalam Dia dan
oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa
menurut kekayaan kasih karunia-Nya.” Atau: Dalam Dia (Kristus) kita
memiliki penebusan melalui kematian-Nya, (yakni) pengampunan
atas dosa-dosa sesuai dengan kekayaan anugerah-Nya (En hō echomen
tēn apolutrōsin dia tou haimatos autou tēn aphesin tōn paraptōmatōn
kata to ploutos tēs charitos autou).
Dalam Surat Efesus, penebusan meliputi (1) pengampunan atas dosa-
dosa, (2) perubahan status dari “anak-anak kedurhakaan” (Efesus 2.2;

35
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

5.6) (hoi huioi tēs apeitheias) dan “anak-anak kemurkaan” (tekna orgēs)
(Efesus 2.3) menjadi “anak-anak yang terkasih” (tekna agapēta) dan
“anak-anak terang” (tekna phōtos) (Efesus 5.8), (3) partisipasi masa
kini dalam kemenangan Kristus atas kuasa-kuasa (Efesus 1.20-22; 2.6:
3.10), dan (4) “bagian” (atau “warisan,” klēronomia, Efesus 1.14, 18;
5.5; bdk 1.11), yakni partisipasi dalam kemuliaan masa depan, yang
akan dinyatakan pada “hari penyelamatan” (=hari penebusan, hēmera
apolutrōseōs, Efesus 4.30), yakni saat Allah mempersatukan segala
sesuatu di dalam Kristus sebagai Kepala (Efesus 1.10).
Cekak aos, Kristus begitu mengasihi Jemaat. Ia menyatakan kasih
itu dalam pengurbanan yang mendatangkan penebusan atau kesela-
matan bagi Jemaat. Meneladani Kristus, suami dipanggil untuk men-
gasihi istrinya dengan kasih yang rela dan siap sedia untuk berkurban
bahkan nyawa untuk istrinya. Bila kasih macam ini hidup di dalam diri
para suami, tidak akan ada KDRT dalam bentuk apapun, pengabaian
apalagi penelantaran terhadap istri, konflik yang tak terdamaikan
apalagi perceraian, poligini, perselingkuhan...
Kedua, Jemaat tunduk kepada Kristus. Jemaat telah mengalami kasih
Kristus. Jemaat telah ditebus-Nya dengan pengurbanan tiada tara: ke-
matian-Nya. Jemaat adalah Tubuh, tanda kehadiran atau penampakan
Kristus di tengah dunia. Kristus adalah Kepala, yakni Pemimpin dan
Sumber kehidupan Jemaat. Ia, yang setelah kebangkitan-Nya duduk
di sebelah kanan Allah, memberdayakan Jemaat dengan Roh Kudus.
Meski secara ragawi Kristus tidak ada lagi di dalam dunia, secara ro-
hani Ia hadir di tengah dunia untuk menyampaikan Injil Perdamaian
(euanggelizō eirēnēn, Efesus 2.17; bdk 6.15) kepada umat manusia,
dan mengedukasi kuasa-kuasa (gnōrizō tais archais kai tais exousiais,
Efesus 3.10), sehingga mereka berfungsi sebagaimana mestinya dalam
tata reksa ilahi (providentia divini) atas dunia.
Kepada Kepala, yakni Pemimpin dan Sumber kehidupannya, Jemaat
tunduk (hupotassō). Artinya: mengakui/menerima dan menghormati
otoritas, serta mendukungnya. Jemaat mengakui dan menjunjung oto-
ritas Kristus, serta mendukung perwujudannya dalam kehidupannya
sebagai kesaksiannya kepada umat manusia dan kuasa-kuasa. Dalam
sikap tunduk kepada Kristus itulah Jemaat akan mengalami “kepenu-
han Kristus” (plērōma tou Christou, Efesus 1.23; 4.13) atau “kepenu-
han Allah” (plērōma tou Theou, Efesus 3.19) melalui Roh Kudus ysng

36
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

memenuhi tiap-tiap orang percaya (Efesus 5.18).


Sebagaimana sikap Jemaat kepada Kristus, istri dipanggil untuk tun-
duk (hupotassō) kepada suaminya. Istri mengakui dan menghormati
otoritas suami sebagai kepala keluarga, dan mendukung suami agar
dapat menjalankan otoritas tersebut sebaik-baiknya sehingga men-
datangkan kesejahteraan bagi seisi keluarga. Tentu ada perbedaan an-
tara tunduk kepada Kristus dan tunduk kepada suami.
Kristus adalah Kebenaran, tidak mungkin khilaf. Karena itu, tunduk
kepada Kristus sama dengan taat sepenuhnya kepada Dia. Suami, se-
bagaimana istri, adalah simul iustus et peccator (orang benar sekal-
igus orang berdosa, manusia yang telah diterima Allah sebagai orang
benar, tetapi masih menjalani proses penyucian dari dosa-dosa).
Suami bisa khilaf, berbuat salah. Karena itu, tunduk kepada suami ti-
dak sama persis dengan taat sepenuhnya. Ada ruang untuk berbeda
pendapat, sanggahan, kritik, dan koreksi. Tetapi semuanya harus di-
usahakan “dengan teguh berpegang pada kebenaran di dalam kasih”
(alētheuontes en agapē, Efesus 4.15), dengan semangat mengakui,
menghargai, dan mendukung otoritas suami. Sikap tunduk ini jelas
tidak memosisikan istri dalam kedudukan yang rendah dan lemah. Si-
kap tunduk macam ini justru memosisikan istri pada posisi yang ter-
hormat, yang memadukan kerendahan hati, hikmat, dan keberanian
dalam berelasi dengan suami.
V. PESAN
Dalam konteks masa kini, ketika kesetaraan perempuan dan laki-laki
semakin diakui, dan patriarki mengalami semakin banyak modifikasi
(bahkan di beberapa negeri semakin melemah), “kasih yang berkur-
ban” bukan sekadar panggilan untuk suami, dan “tunduk” bukan
sekadar panggilan untuk istri. Suami dipanggil untuk mengasihi dan
bersedia berkurban untuk istri, serta mengakui, menghargai, dan
mendukung otoritasnya pada bidang-bidang yang menjadi kecakapan
dan tanggung jawabnya.
Demikian juga, istri dipanggil untuk mengakui, menghargai, dan
mendukung otoritas suami seturut dengan bidang-bidang yang men-
jadi kecakapan dan tanggung jawabnya, serta mengasihi dan berse-
dia berkurban untuk suami. Timbal balik: saling mengasihi, bersedia
berkurban, mengakui, menghormati, dan mendukung.

37
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Untuk itu, perlu sekali suami dan istri terus-menerus dipenuhi dengan
Roh Kudus, sebagaimana diserukan oleh “Rasul Paulus” (plērousthe
en Pneumati, hendaklah kamu terus-menerus dipenuhi dengan Roh,
Efesus 5.18). Dipenuhi dengan Roh Kudus adalah suatu keadaan di
mana orang percaya dikuasai, dipimpin, dan diarahkan oleh Roh Ku-
dus dalam hidupnya. Dengan jalan itulah, “laksana Kristus dan Jemaat-
Nya” terwujud dalam relasi suami dan istri Kristen. Terpujilah Allah!
Amin.
(RA)

38
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Minggu II (Komisi Pemuda - Pemahaman Alkitab)

LAKSANA KRISTUS DAN GEREJA-NYA


Efesus 5.22-32

I. PUJIAN PEMBUKA: Semua Karena Anugerah-Nya


II. PENDAHULUAN
Sekitar dua ribu tahun yang lalu, Alkitab mencatat dan mengungkap-
kan bahwa Rasul Paulus menyatakan, menasihati dan mengingatkan
jemaat orang-orang kudus di Efesus, dan semua orang percaya bahwa
kasih dan pengorbanan Kristus adalah dasar yang fundamental dalam
kehidupan sebuah relasi yang tergambar secara khusus suami istri
dan secara umum laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini Rasul Pau-
lus menuliskannya dalam surat Efesus 5:22-32, perikop ini hendak
menekankan tentang ikatan kasih yang seharusnya dimiliki dalam ke-
luarga Kristen yaitu seperti hubungan kasih Kristus dan jemaatNya.
Suami adalah kepala bagi istri, seperti Kristus adalah kepala bagi je-
maat. Namun, kasih Kristus tidak saja menjadi acuan kasih dalam ke-
luarga, namun juga adalah kebutuhan. Kasih Kristus adalah kasih yang
tidak berkesudahan, seperti sungai yang mengalir disepanjang musim
yang tidak akan pernah mengering.
Saudara yang terkasih, sebagai manusia memiliki relasi adalah sebuah
kebutuhan. Dimanapun kita berada relasi adalah sebuah hal yang san-
gat penting , bahkan dapat dikatakan tanpa relasi manusia tidak dapat
hidup didalamnya oleh sebab itu manusia disebut sebagai makhluk so-
sial. Dalam sebuah artikel mengatakan, makhluk sosial adalah makh-
luk yang tidak akan sanggup hidup sendiri, selalu bergantung pada
orang lain dan apa yang dibutuhkannya dalam hidup juga dibutuhkan
pula oleh orang lain. Kutipan ini hendak membawa pengertian bahwa
kita ini sebagai manusia adalah makhluk yang menggantungkan diri
kita kepada keberadaan oranglain disekitar kita, membutuhkan peran
oranglain untuk tetap hidup dan bertumbuh sebagai manusia.
Maka dari itu pada bagian Efesus 5:22-32 Rasul Paulus hendak mem-
beri pemahaman bagaimana relasi yang baik itu harus ditunjukkan
kepada sesama dengan melibatkan Kristus dalam membangun relasi
tersebut yaitu dengan memiliki “kasih dan penundukkan/pengorban-

39
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

an”. Dalam perikop teks ini hubungan sepasang suami istri menyodor-
kan adanya persatuan Kristus dengan Gereja sebagai contoh dalam
perkawinan manusia. Yang berarti relasi suami dan istri sama dengan
relasi Kristus dan umat, dimana didalam relasi ini kasih dan penundu-
kan menjadi dasar utama karya Kristus dinyatakan.
III. LATAR BELAKANG TEKS
Surat Efesus pada bagian pasal 4 dan 5 ini dituliskan Paulus untuk
mendorong jemaat Kristus di Efesus untuk hidup bersatu dan melay-
ani seluruh tubuh Kristus yaitu jemaat, dengan memanfaatkan karu-
nia-karunia khusus yang telah diberikan Roh kudus kepada mereka.
Paulus juga memberikan nasihat menyangkut berbagai hubungan
antarwarga jemaat dan bagaimana mereka sebagai anak-anak terang
memerangi kejahatan.
Secara khusus Efesus 5:22-32 Paulus mengambil konteks pernikahan
untuk memberikan contoh situasi bagaimana orang percaya harus
merendahkan diri satu sama lain untuk hidup bersatu dan melayani
sebagai bagian dari tubuh Kristus. Dalam pernikahan Kristen memi-
liki komitmen, kewajiban dan tugas bagi dua pihak yang terkait dalam
hubungan tersebut. Relasi pernikahan sebenarnya adalah merupakan
perlambangan dari hubungan antara Kristus dan GerejaNya.
Pada perikop teks ini, ada dua kata menarik yang diulang-ulang yaitu
kata “tunduk” dan “kasih”.
Bagian pertama yang akan kita bahas bersama adalah kata “tunduk”
terdapat pada ayat 22 dan 24. Ayat 22 merupakan sebuah kata perin-
tah yang membawa kepada pengertian supaya “seorang isteri tunduk
kepada seorang suami seperti kepada Tuhan “ kemudian disambung
dengan ayat berikutnya ayat 23 disebutkan bahwa “suami merupakan
kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat..” dan ayat 24
“.. sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus demikian jugalah is-
teri tunduk kepada suami..”. ketiga bagian ayat ini menjurus kepada
kata “tunduk” dalam dua gambaran, kata “tunduk” yang juga berarti
“menuruti, mengikuti, meneladani, patuh, taat, memiliki sikap ker-
endahan hati”. Sikap-sikap yang demikian ini yang Kristus kehendaki
untuk hidup dan bertumbuh dalam sebuah relasi pernikahan, sebab
tanpa adanya penundukkan diri, keduanya saling memiliki ego yang
tinggi, maka kasih Kristus yang membawa kedamaian tidak akan

40
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

dapat dirasakan dalam kehidupan keluarga. Selain itu gambaran kata


“tunduk” yang kedua adalah ditujukan kepada relasi jemaat dengan
Sang Kepala Gereja, yaitu Kristus yang dalam kasihNya ingin supaya
setiap kita tunduk pada apa yang menjadi kepemimpinan Kristus di-
dalam kehidupan bergereja sebab Dialah yang menyelamatkan tubuh
(ayat 23).
Bagian kedua adalah kata “kasihilah” (ayat 25, 28). Setelah kata “tun-
duk” ditujukan kepada isteri demikian kata “kasih” ditujukan kepada
seorang suami untuk mengasihi Istrinya “... sebagaimana Kristus telah
mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya baginya.” Menjadi
menarik adalah kasih seorang suami kepada isteri harus disertai den-
gan sebuah pengorbanan yaitu dalam kasih itu harus disertai dengan
penyerahan diri, menguduskan dengan penyucian oleh air dan firman
supaya kudus dan tidak bercela (ayat 26-27).
Ayat 28 kasih yang suami berikan kepada istri harus sama seperti ka-
sih yang suami berikan kepada dirinya sendiri. Paulus menegaskan
bahwa kasih suami terhadap isteri seharusnya merfleksikan kesatuan
Kristus dan gerejaNya, karena itu kepemimpinan suami yang dimak-
sudkan oleh Paulus harus bersifat melayani bukan otoriter.
Sebagaimana dituliskan pada ayat 32 bahwa begitu pentingnya se-
buah pernikahan, relasi dan hubungan dalam gambaran Kristus dan
gerejaNya, kudus dan ada komitmen didalamnya, sehingga dengan
demikian setiap orang percaya dapat melihat bahwa, ada kasih Kristus
didalamnya yang mempersatukan sebagai tubuh Kristus.
Saudara yang terkasih, jika secara khusus firman Tuhan ini merujuk
kepada hubungan suami dan isteri maka secara umum firman Tuhan
ini pun ingin berbicara kepada setiap kita kaum muda mudi, laki-laki
dan perempuan yang juga dalam kehidupan berelasi kita perlu untuk
mendasari dengan kasih dan penundukkan diri. Sebagaimana kita
kaum muda yang dipakai Allah dalam segala peran kita masing-ma-
sing untuk menerapkan dalam kehidupan kita bagaimana kita harus
memiliki sikap kasih dan tunduk kepada sesama kita dalam memban-
gun relasi yang didalamnya menghadirkan persatuan dalam tubuh
Kristus. Mengesampingkan keegoisan diri untuk menjadi yang per-
tama mengganti dengan sikap saling mengasihi dan menghargai satu
dengan yang lain dalam segala perbedaan dan keterbatasan yang ada.
Tunduk adalah karena kasih, kasih yang memimpin terekspresi dalam
bentuk tunduk yang berkorban.
41
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

IV. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI DAN REFLEKSI


Saudara yang terkasih, mari kita menjadi teladan dalam relasi yang
kita miliki saat ini, dalam pertemanan, persahabatan, kehidupan ber-
sama keluarga dan pasangan hidup kita. Mari kita mau memiliki sikap
yang mengasihi dan menghargai satu dengan yang lain setiap pribadi
yang berbeda untuk menghadirkan kasih Kristus yang menumbuhkan
kedamaiaan dan sukacita di dalamnya. Pertanyaan refleksi bagi kita:
1. Sudahkah Saudara dalam relasi yang dimiliki saat ini, menghadir-
kan persatuan dalam Tubuh Kristus?
2. Bagaimana relasi Saudara sebagai jemaat dengan Sang Kepala Ge-
reja?
3. Menurut Saudara, bagaimana penundukkan dalam kasih itu dapat
terlihat?
V. POKOK DOA
1. Berdoa untuk setiap pribadi agar memiliki kesatuan yang sama
dalam melayani, saling mengisi dan memperlengkapi yaitu di
dalam Kristus Yesus.
2. Berdoa supaya setiap komunitas rohani memiliki komitmen untuk
memberi diri menjadi teladan sehingga komunitas tersebut dapat
bertumbuh dan berbuah seperti apa yang Kristus ingin kerjakan
melalui kita bagi dunia.
VI. PUJIAN PENUTUP: Kami Perlu Kau Tuhan
(DCS)

42
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Minggu II (Komisi Perempuan)

LAKSANA KRISTUS DAN JEMAAT-NYA


Efesus 5.22-32

I. PENDAHULUAN
Pernahkah Saudara mendengar istilah tirani rumah tangga?
Tirani rumah tangga bukanlah fenomena yang langka akhir-akhir
ini. Banyak perempuan telah hidup dengan laki-laki yang melakukan
kekerasan terhadap isterinya selama bertahun-tahun, bahkan
puluhan tahun. Perempuan seperti tidak memiliki kesempatan
untuk mendapatkan keadilan. Marry Wollstonecraft (tokoh feminis
dari Inggris) menganggap permasalahan utama yang menghalangi
perempuan berjuang dalam memperbaiki dirinya adalah tirani rumah
tangga. Marry Wollstonecraft merasa bahwa perempuan hanya bisa
berdiam diri di rumah, tidak bekerja, ekonomi bergantung pada
laki-laki. Kebergantungan itulah yang menjadi salah satu penyebab
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
BBC News Indonesia tahun 2020 memuat tulisan dari Ayomi
Amindoni yang berjudul “KDRT: Perempuan kian ‘terperangkap’ di
tengah pembatasan sosial Covid-19”. Ayomi Amindoni mengatakan
bahwa bagi sebagian perempuan, rumah bukanlah merupakan tempat
yang aman. Kerentanan perempuan terhadap kekerasan, terutama
KDRT, meningkat dalam masa pandemi Covid-19. Hal ini dibuktikan
dengan melonjaknya laporan kekerasan terhadap perempuan pada
bulan Maret-April di sejumlah daerah di Indonesia. Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mencatat
per 2 Maret-25 April 2020, terdapat 275 kasus kekerasan yang dialami
perempuan dewasa, dengan total korban 277 orang. Adapun LBH
Jakarta mencatat per akhir Maret-11 Mei 2020, terdapat sembilan
pengaduan kekerasan yang dialami perempuan selama pandemi.
Advokat LBH Jakarta, Oky Wiratama mengungkapkan terdapat tiga
kasus kekerasan fisik terhadap isteri, tiga kasus kekerasan psikis,
satu kasus eksploitasi seksual, satu kasus pelecehan seksual, dan satu
kasus kekerasan berbasis online. Ini memperlihatkan bahwa rumah
dan keluarga masih menjadi tempat yang tidak aman bagi perempuan.

43
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Tirani rumah tangga dan kekerasan dalam rumah tangga


(KDRT) merupakan perbuatan yang sangat dibenci oleh Tuhan (Mzm.
11:5). Tirani rumah tangga dan kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) bukanlah cerminan yang baik bagi keluarga Kristen (yang
dipanggil untuk menjadi ecclesia domestica/gereja rumah tangga).
Laki-laki dan perempuan diciptakan Allah sepadan atau sederajat
(Kej. 1:27). Manusia diciptakan Allah agar manusia mau dan mampu
mengenal, melayani dan mengasihi Allah melalui segala ciptaan-Nya
(Kej. 1:26, 28). Laki-laki dan perempuan diciptakan secara berbeda
namun keduanya adalah citra Allah. Allah tidak membedakan antara
laki-laki dan perempuan. Semua dicipta Allah baik adanya (Kej. 1:31).
Tujuan Allah menciptakan laki-laki dan perempuan berbeda adalah
supaya mereka dapat saling melengkapi dalam segala hal. Rumah
tangga yang saling melengkapi dalam segala hal maka ia akan menjadi
laksana (seperti) Kristus dan gereja-Nya. Hari ini, komisi perempuan
akan belajar menjadi laksana (seperti) Kristus dan gereja-Nya dari
surat Efesus.
II. TAFSIR
Salah satu persoalan utama yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada
jemaat Efesus adalah tentang kesatuan jemaat. Rasul Paulus yang
masuk penjara karena orang Romawi, mendengar bahwa ada
beberapa orang dari luar jemaat Efesus yang berusaha memecah belah
kesatuan jemaat Efesus. Beberapa orang tersebut adalah orang-orang
yang masih hidup dalam sinkretisme. Perlu diketahui bahwa Efesus
adalah sebuah kota yang sangat besar. Kota Efesus merupakan pusat
penyembahan sebagian besar dewa-dewa Yunani-Romawi. Salah
satu dewa yang disembah adalah berhala Artemis (dewi kesuburan).
Rasul Paulus menulis surat kepada jemaat Efesus supaya jemaat tidak
terpengaruh dan tetap ada kesatuan di antara jemaat. Sebab jika
jemaat terpengaruh dengan godaan dari orang-orang di luar Kristus,
maka terpengaruh jugalah pada kehidupan pribadi, lingkungan alam,
masyarakat, dan keluarga.
Rasul Paulus mengingatkan jemaat Efesus akan pribadi mereka
masing-masing yang sudah hidup baru di dalam Kristus Yesus (Ef.
2:4-10). Jemaat Efesus adalah bagian dari keluarga Allah (Ef. 2:19).
Sebagai bagian dari keluarga Allah, maka pasti ada kesatuan, ada
perubahan pada kehidupan sehari-hari sebagai gereja. Jemaat Efesus

44
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

adalah tubuh Kristus dan Kristus adalah kepala dari segala yang ada.
Melalui Kristus Yesus, jemaat Efesus menerima Roh Allah, menjadi
manusia baru (Ef. 4:17-32), dan hidup di dalam terang (Ef. 5:1-21).
Rasul Paulus menggambarkan adanya kesatuan, perubahan jemaat
Efesus di dalam Kristus Yesus melalui kehidupan rumah tangga.
Kata “isteri” (ayat 22)
Ada dua penjelasan tentang isteri di dalam Alkitab. Pertama, bagi orang
Israel (Perjanjian Lama), gundik atau selir adalah isteri (tidak resmi).
Gundik diperoleh dengan membeli atau sebagai tawanan perang.
Laki-laki diperbolehkan menikah dengan gundik pada masyarakat
yang mengenal perkawinan poligami. Gundik dilindungi oleh taurat
Musa (Kel. 21:7-11), sekalipun mereka dibedakan dengan isteri-isteri
dan lebih mudah diceraikan. Kedua, isteri sebagai lambang umat Allah
atau jemaat/gereja. Lambang ini mulai ada semenjak para perempuan
mengaku diri sebagai milik Allah secara lahiriah. Perempuan telah
dipersatukan oleh iman kepada Kristus dalam ikatan kasih sejati.
Pertanyaannya, kata isteri yang seperti apakah yang
dimaksudkan oleh Rasul Paulus dalam surat Efesus, jika melihat
penjelasan di atas? Tentunya pada penjelasan yang kedualah kata
isteri yang dimaksud oleh Rasul Paulus, yaitu isteri tanda umat Allah
(milik Allah). Perempuan yang telah dipersatukan oleh iman kepada
Kristus dan dinikahi dalam ikatan kasih sejati.
Kata “tunduklah” (ayat 22)
Teks ini menjelaskan bahwa sebagaimana seseorang
menyerahkan dirinya kepada Tuhan, demikian juga seorang istri
menyerahkan dirinya kepada suaminya. Menurut penelusuran secara
tekstual, tidak ada kesepakatan tentang kata apa yang sebenarnya
digunakan dalam bahasa aslinya. Akan tetapi yang menjadi fokus di sini
adalah adanya sebuah penyerahan diri yang penuh, kepada manusia
yang ditempatkan Tuhan menjadi pasangannya seperti kepada Tuhan
sendiri.
Kata “kasihilah” dan “mengasihi” (ayat 25, 28)
Kata “kasihilah” dan “mengasihi” yang ditujukan untuk para
suami bukan kasih eros (cinta dengan daya tarik seksual atau erotika),
melainkan kasih agape (penuh pengorbanan, dan tanpa syarat). Kasih
agapê menggambarkan kasih Allah.

45
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Kata “anggota tubuh-Nya” (ayat 30) menjelaskan pada kesatuan yang


hidup di dalam Kristus Yesus.
III. PESAN
1. Arti kata “tunduk” dalam Surat Efesus bukan berarti taat
sepenuhnya dan tidak boleh melawan. Arti kata tunduk dalam
Surat Efesus menjelaskan pada penyerahan diri yang takut akan
Kristus (Ef. 5:21).
2. Istri dipanggil untuk mempunyai penyerahan diri yang penuh
kepada suami seperti kepada Tuhan sendiri. Penyerahan diri yang
penuh kepada suami tentunya penyerahan diri yang takut akan
Kristus (Ef. 5:21).
3. Suami dipanggil untuk memiliki kasih agapê (kasih yang penuh
pengorbanan, dan tanpa syarat) kepada istri seperti kasih Allah
kepadanya.
IV. APLIKASI
Keluarga Kristen, yang dipanggil untuk menjadi ecclesia
domestica, tidak menganut sistem tirani rumah tangga, karena sangat
bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran Kristus. Komisi
perempuan harus bisa berani mengantisipasi keadaan tirani rumah
tangga dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Komisi perempuan
adalah bagian dari keluarga Allah. Komisi perempuan adalah umat
Allah yang telah dipersatukan oleh iman kepada Kristus dan dinikahi
dalam ikatan kasih sejati. Langkah pertama untuk menjadi laksana
Kristus dan gereja-Nya sebagai seorang istri keluarga Kristen (gereja
rumah tangga) adalah penyerahan diri yang takut akan Kristus. Ketika
kita melakukan penyerahan diri yang takut akan Kristus, maka arah
kehidupan sudah berubah (2 Kor. 5:17). Kita mulai menilai kehidupan
menurut sudut pandang Allah, bukan lagi dari sudut pandang pribadi
kita.
Hubungan suami istri seperti hubungan Kristus dan Jemaat/
Gereja. Artinya bersifat kekal bukan bersifat sementara, bersifat
misterius bukan bersifat bisa ditebak, bersifat organik bukan bersifat
mekanik. Jika suami dan istri bergabung hanya perlu uang, seks maka
itu bukanlah keluarga Kristen (gereja rumah tangga). Suami, sebagai
kepala istri haruslah mengasihi isteri seperti kasih Allah kepadanya.

46
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Suami harus menjadikan salib Kristus sebagai patokan untuk


bertindak.
Kristus, sebagai kepala jemaat tidak bertindak sewenang-
wenang terhadap tubuh-Nya, tetapi justru memelihara dan
memberikan pertumbuhan hingga menjadi dewasa. Demikian juga
dalam kehidupan keluarga Kristen (gereja rumah tangga). Jika setiap
keluarga Kristen (gereja rumah tangga) memberlakukan prinsip
memelihara dan memberikan pertumbuhan dalam rumah tangganya,
dapat dipastikan tidak ada suami yang menindas isteri dan tidak
ada isteri yang tidak hormat kepada suami, karena mereka saling
memperlakukan dengan penuh kasih sayang dan hormat. Kasih Kristus
menjadi dasar pernikahan keluarga Kristen (gereja rumah tangga).
(BDFS)

47
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Minggu II (Komisi Pria - Pemahaman Alkitab)

LAKSANA KRISTUS DAN GEREJANYA


Efesus 5:22-32

I. LAGU-LAGU
• Kucinta Keluarga Tuhan
• Bahasa Kasih
• Jelmakan Yesus Dalamku
II. PENDAHULUAN
Semakin berkembangnya zaman semakin banyak perubahan
di dalam semua tatanan kehidupan manusia, termasuk juga di dalam
keluarga. Tugas-tugas yang seharusnya menjadi tanggung jawab bagi
anggota keluarga tidak dijalankan dengan baik sebab makna hidup
telah berubah kepada pencapaian pada perubahan sosial saja (dari
yang miskin menjadi yang kaya) dan bukan kepada sebuah makna
hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Terlebih sebagai kaum Pria (Kepala
keluarga) di dalam sebuah rumah tangga yang tidak mengerjakan
tugas dan tanggung jawabnya di dalam sebuah keluarga, tentu tidak
akan membawa Kristus kepada keluarga. Jika tujuan yang mulia itu
(membawa Kristus) ketengah-tengah keluarga tidak dijalankan, maka
makna hidup yang sesungguhnya akan menjadi hilang. Pernahkah kita
berpikir dan mencoba merenungkan apakah tugas kaum pria (kepala
keluarga) di dalam sebuah keluarga?
Ada dua ekstrim yang berkembang pada seorang kepala
keluarga ketika menghubungkan hubungan di dalam keluarga dengan
pekerjaan sebagai bagian tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala
keluarga. (1) Mengabaikan/tidak bekerja sungguh-sungguh dan tidak
bekerja keras agar keluarga dapat terpenuhi kebutuhan. Tindakan ini
adalah sebuah sikap yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Sebab
sebagai kaum pria harus jauh lebih keras dalam mengusahakan
kebutuhan dalam keluarganya melebihi seorang istrinya. Di dalam
kitab Kejadian telah dikatakan bahwa kaum pria akan bekerja dengan
keras sebagai akibat dari dosa. Maka sudah seharusnya kau laki-laki

48
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

dalam hal ini suami harus bekerja dengan sungguh-sungguh. Bukan


malah sebaliknya bermalas-malasan, ataupun justru membiarkan
istrinya bekerja lebih keras dibanding dengan suaminya. Teladan
harus ditunjukkan sebagai bagian sikap seorang suami untuk
membahagiakan keluarga. Jadi tidak boleh bermalas-malasan.
(2) Bekerja melebihi waktu yang ada. Bahaya berikutnya adalah
‘workholic’. Dalam dunia pekerjaan yang sedang dikerjakan, seorang
suami melupakan bahwa selain bekerja ia memiliki tugas dan tanggung
jawab untuk membahagiakan keluarga lewat kehadirannya di tengah-
tengah keluarga tersebut. Bukan hanya uangnya saja yang dibutuhkan,
namun juga kehadiran sang suami ditengah-tengah keluarga itu juga
sangat penting. Ada banyak berita maupun kerusakan dalam keluarga,
karena mengabaikan kehadiran sang suami dalam keluarga. Bahkan
sering terjadi kesalahpahaman disebabkan kurangnya komunikasi
diantara keluarga. Jika komunikasi tidak menjadi baik, maka ada
banyak friksi-friksi dutengah-tengah keluarga yang dapat menjadikan
permasalahan semakin besar dan jika hal itu tidak diselesaikan
dengan segera maka akan menyebabkan kebahagiaan keluarga tidak
akan tercapai. Kita harus mengerti bagian-bagian mana yang harus
dikerjakan sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik.
III. LATAR BELAKANG TEKS
Rasul Paulus menuliskan kepada jemaat di Efesus sebuah
tatanan kehidupan di dalam keluarga yang menjadi ‘bingkai’ untuk
dapat menjadikan keluarga yang mencerminkan Kristus dan
gerejaNya. Keluarga terbentuk bukan hanya kebahagiaan keluarga itu
saja, namun bertujuan supaya dapat menjadi berkat bagi masyarakat
secara lokal maupun global. Tatanan yang dituliskan oleh Rasul
Paulus adalah sebuah ‘rambu-rambu’ yang membatasi setiap anggota
keluarga untuk tidak bertindak yang menyebabkan kebahagiaan
keluarga tidak terpenuhi. Sebuah peraturan maupun ‘rambu-rambu’
jika tidak ditaati, maka akan menyebabkan malfungsi pada setiap
sistem dalam keluarga. Peran dan tugas seorang anak harus dijalankan
dengan baik dan benar, kemudian peran dan tugas seorang istri juga
harus dijalankan dengan baik demikian juga dengan peran dan tugas
seorang suami sebagai kepala keluarga.
Dalam teks ini Rasul Paulus bukan hanya berbicara mengenai
tugas, namun rasul Paulus juga berbicara mengenai hak setiap

49
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

anggota keluarga. Setiap anggota keluarga mulai dari suami, istri


maupun anak-anak memiliki hak masing-masing. Dan hal ini harus
juga terpenuhi dengan baik. Jika haknya tidak dapat dipenuhi maka
akan timbul ketidakseimbangan. Dalam pendahuluan telah sedikit
dibukakan bahwa terkadang anggota keluarga itu tidak mendapatkan
haknya, jika hak tidak terpenuhi, akan ada ‘ruang’ yang kosong dalam
hati, dan akan diisi oleh hal yang lain. Apakah itu yang baik maupun
yang tidak baik, sebab manusia akan terus mencari dan mengisi apa
yang kosong tersebut. Untuk itulah rasul Paulus menekankan supaya
baik kewajiban maupun hak, benar-benar harus diperhatikan. Ada
beberapa yang yang perlu diperhatikan keluarga agar menjadi laksana
Kristus dan gerejaNya sesuai dengan konteks yang telah dituliskan
oleh Rasul Paulus dalam Efesus 5:22-33:
1. Relasi antarsesama anggota yang baik. Setiap anggota keluarga
mengerti apa yang menjadi kewajiban maupun juga haknya. Apa
yang menjadi tugas suami, istri maupun anak-anak. Bagaimana
seharusnya suami, istri dan anak-anak bertindak, itu adalah bagian
pertama yang harus dipahami dengna baik. suami adalah kepala
istri dan bukan istri yang menjadi kepala suami. Anak-anak harus
mentaati kedua orangtuanya dan tidak melakukan pembangkangan
terhadap orangtuanya. Inilah sebuah relasi yang harus dipelihara.
Hal ini dimaksudkan bukan saja hendak menunjukkan sebuah
hirarki (otorisasi) dalam sebuah keluarga. Hal ini lebih kepada
keteraturan di dalam sebuh keluarga. Ada tatanan yang harus
dipelihara sehingga masing-masing mengetahui akan tugas dan
tanggung jawab masing-masing.
2. Teladan yang baik akan berdampak kepada ketaatan. Kristus
adalah contoh pribadi yang telah memberikan keteladan kepada
umatNya. Dalam Ia mengasihi manusia, itu bukan hanya dalam
sebuah kalimat saja, namun Yesus turun ke dalam dunia ini untuk
memberikan diriNya bahkan mati di atas kayu salib sebagai bukti
kasihNya kepada manusia. Teladan dalam sebuah keluarga adalah
Kristus, maka setiap keluarga harus memberikan teladan yang
baik kepada sesama anggota di dalam keluarga. Bahkan terkadang,
di dalam kehidupan ini, teladan yang baik jauh lebih baik dengan
banyaknya untaian kata-kata yang keluar dari mulut seseorang.
Jika suami berkata bahwa ia sangat mengasihi istrinya maupun
kepada anak-anaknya, maka hal itu harus tercermin bahwa suami

50
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

itu relah berjuang bagi keluarga secara ekonomi maupun dalam


kehadirannya ditengah-tengah keluarga tersebut.
3. Hubungan yang baik dalam keluarga akan berdampak kepada
lingkungan sekitar. Sebagai anggota tubuh Kristus kita memiliki
tujuan kekal dan mulia yaitu menjangkau sebanyak-banyaknya
orang untuk datang kepada Tuhan Yesus. Ketika orang yang
disekitar melihat kehamonisan di dalam keluarga kita, hal ini akan
mendorong orang lain untuk dapat belajar dan ingin mengetahui
rahasia hubungan yang baik tersebut. Keluarga yang diberkati
oleh Tuhan adalah sebuah keluarga yang menjadi agen perubahan
di dalam lingkungan sosial dimana kita berada.
Di dalam teks ini kita menemukan sebuah keteraturan yang
menjadikan keluarga semakin baik karena mengerti tugas-tugas dan
kewajiban yang harus dilakukan oleh masing-masing anggota.
IV. BAHAN UNTUK DISKUSI DAN REFLEKSI
1. Apakah yang menjadi tujuan utama keluaga terbentuk? Silahkan
menjawab sesuai dengan pengertian masing-masing
2. Bagaimana hubungan Kristus dan GerejaNya? Silahkan dijelaskan
sesuai dengan teks yang ada. Bagaimana seharusnya sikap seorang
suami kepada istri dan kepada anak-anaknya?
3. Apakah yang dapat menyebabkan kekerasan rumah tangga yang
sering terjadi lalu bagaimana sikap dan tindakan kita sebagai
orang yang percaya untuk mempekecil tindakan-tindakan yang
demikian?
V. POKOK DOA
1. Berdoa untuk setiap keluarga-keluarga di gereja kita, agar diberkati
Tuhan setiap hubungan suami-istri, orangtua-anak sehingga
menjadi berkat.
2. Berdoa untuk keluagr-keluarga yang mengalami pergumulan-
pergumulan dalam kehidupan mereka, sehingga mereka
mendapatkan jalan keluar dan mereka berbahagia di dalam
Kristus.
VI. PUJIAN PENUTUP: Hidup Ini adalah Kesempatan
(PPD)

51
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Minggu II (Komisi Senior - Pemahaman Alkitab)

LAKSANA KRISTUS DAN GEREJA-NYA


Efesus 5.22-32

I. PUJIAN PEMBUKA: Kasih Setia-Mu


II. PENDAHULUAN
Rasa-rasanya godaan perceraian semakin hari semakin menggila
saja. Semua golongan orang dapat tergoda dan masuk dalam dunia
perceraian. Entah kalangan orang biasa sampai selebritis ternama,
entah masyarakat biasa sampai pejabat pemerintahan dan entah kaum
awam agama sampai para pemuka agama, semua dapat dimungkinkan
mengalami perpisahan dalam pernikahannya.
Penyebab perceraian bisa bermacam-macam yaitu masalah ekonomi,
masalah ketidak-cocokan, masalah campur tangan keluarga besar,
masalah cekcok komunikasi, masalah perzinahan hingga masalah
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Terkhusus masalah KDRT
penyebab perceraian, tentu kita tidak bisa dengan semata-mata
menuduh bahwa perceraian yang terjadi itu keliru. Karena jikalau
sebuah KDRT sampai-sampai mengancam jiwa seseorang, maka kita
akan terlihat tidak manusiawi jika menganggap pelaku perceraian
telah melakukan kesalahan dan berdosa.
Melalui surat Efesus 5:22-32, marilah kita kembali (berusaha) mencari
jawaban apa artinya menanggapi panggilan Tuhan bagi keluarga
kita untuk menjadi gereja mini, gereja rumah tangga, atau ecclesia
domestica. Tujuannya, tentu bukan semata-mata keluarga kita sendiri,
tapi juga supaya keluarga-keluarga kita menjadi kesaksian atau
saksi-saksi yang hidup di tengah berbagai fenomena yang di tengah
masyarakat lokal dan global.
III. Latar Belakang Teks1
Setelah menerima informasi tentang Jemaat Efesus yang hidup

1
https://alkitab.sabda.org/commentary.php? passage= Efesus+ 5% 3A22-32

52
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

dalam kasih kepada semua orang kudus, agaknya Rasul Paulus


tergerak untuk memberikan pengajaran yang lebih lagi (berhikmat)
kepada mereka (Efesus 1:15-17). Salah satunya tentang bagaimana
hendaknya Jemaat Kristus harus hidup dalam pernikahannya (Efesus
Pasal 5). Namun, meskipun demikian, Rasul Paulus sebenarnya tetap
sedang meninggikan Kristus dalam segala aspek kehidupan Jemaat
Kristus. Dan, meskipun surat ini ditujukan kepada Jemaat Efesus,
sejatinya pengajaran ini juga ditujukan kepada semua Jemaat Kristus
dimanapun berada, mengingat isinya yang terlihat bersifat umum.
Rasul Paulus menyampaikan kepada Jemaat Efesus agar mereka
memakai Kasih Kristus sebagai landasan hidup suami istri. Diawali
dengan nasihatnya agar seorang istri tunduk kepada suaminya,
seperti ketundukan mereka kepada Kristus. Sikap tunduk biasanya
ditunjukkan seseorang yang siap bertugas. Firman Tuhan menyinggung
tugas-tugas yang harus dilakukan seorang istri yaitu mengasihi (Tit
2:4), hormat (ayat Ef 5:33; 1Pet 3:1-2), membantu (Kej 2:18), menjaga
kesucian (Tit 2:5; 1Pet 3:2), bersikap tunduk (ayat Ef 5:22; 1Pet 3:5),
pengembangan roh yang lembut dan tenang (1Pet 3:4), dan menjadi
seorang ibu (Tit 2:4) serta pengatur rumah tangga yang baik (1Tim
2:15; 5:14; Tit 2:5). Tunduknya seorang istri kepada suaminya dilihat
oleh Allah sebagai bagian dari ketaatan seseorang kepada Kristus
(juga).
Ketertundukkan istri kepada suaminya, dijelaskan Rasul Paulus dalam
bagian selanjutnya bahwa suami adalah kepala isteri sama seperti
Kristus adalah kepala jemaat (ayat 23). Keluarga adalah bagian terkecil
dari masyarakat, dan seperti halnya masyarakat, dalam keluarga harus
ada pemimpinnya. Sejalan dengan ini, Rasul Paulus menyatakan bahwa
Allah telah menyerahkan kepada suami tanggung jawab menjadi
kepala istri dan keluarga (ayat Ef 5:23-33; 6:4). Kepemimpinannya itu
harus dilaksanakan di dalam kasih, kelembutan, dan tenggang rasa
terhadap istri dan keluarganya (ayat Ef 5:25-30; 6:4).
Seperti Allah yang menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus,
seorang suami juga mempunyai tugas untuk “menyelamatkan”
keluarganya dengan melakukan tanggung jawabnya yaitu:
1. Penyediaan kebutuhan rohani dan kebutuhan rumah tangga bagi
keluarganya (ayat Ef 5:23-24; Kej 3:16-19; 1Tim 5:8);
2. Menghadirkan kasih, perlindungan, dan perhatian untuk
53
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

kesejahteraan keluarganya sebagaimana Kristus mengasihi gereja


(ayat Ef 5:25-33);
3. Memberikan hormat, pengertian, penghargaan, dan perhatian (Kol
3:19; 1Pet 3:7);
4. Menjaga kesetiaan mutlak terhadap ikatan pernikahan (ayat Ef
5:31; Mat 5:27-28).
Selanjutnya secara berturut-turut Rasul Paulus menyampaikan
bahwa istri harus tunduk kepada suami seperti jemaat tunduk kepada
Kristus. Sekalipun ada perbedaan antara kedudukan suami terhadap
istri dengan Kristus terhadap Gereja, tetapi perbedaan tersebut tidak
mempengaruhi kedudukan suami sebagai kepala bagi istrinya. Namun,
bagian ini segera diseimbangkan dengan pernyataan kewajiban suami
kepada istrinya. Tanggung jawab suami sama mengikatnya dengan
kewajiban istri. Yang dimaksudkan di sini bukan kasih pernikahan
biasa yang tidak perlu diperintahkan lagi, tetapi kasih sukarela yang
bersumber pada kasih Allah dan mencerminkan kasih-Nya.
Berbeda dengan keinginan seksual normal yang biasanya bersifat
mementingkan diri, kasih ini tidak mementingkan diri. Sebagaimana
Kristus telah mengasihi jemaat. Walaupun suami tidak akan pernah
mampu mencapai tingkatan kasih Kristus, mereka tetap dinasihati
untuk memiliki kasih yang sama, sebagaimana ditunjukkan dalam
anak kalimat berikutnya, telah menyerahkan diri-Nya baginya. Bahwa
seorang suami harus menjaga kesucian pernikahannya seperti Kristus
telah menguduskan jemaatnya dan memandikannya (fungsi air2)
dengan Firman. Dengan demikian, seorang suami harus menjaga
kekudusan pernikahannya dengan Firman Tuhan. Menjaga kekudusan
pernikahan yang dilakukan oleh seorang suami, sama seperti layaknya
Kristus menjaga kesucian jemaat-Nya. Hal ini akan menghadirkan
Jemaat (istri) akan kudus tidak bercela (tidak berkerut).
Tindakan kasih seorang suami kepada istri merupakan praktek
hukum kasih yaitu suami mengasihi istri seperti mengasihi dirinya
(tubuhnya) sendiri (ayat 27). Sebagaimana ia (suami) ingin
merasakan perlakuan terhadap dirinya (tubuhnya), demikianlah ia
memperlakukan istrinya. Bahwa, ketika pernikahan sudah terjadi
2
Air yang dimaksud bukanlah air baptisan tetapi berkaitan dengan air yang berfungsi
untuk memandikan atau menyucikan.

54
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

antara laki-laki dan perempuan, maka keduanya menjadi satu tubuh.


Tentu seseorang tidak akan mungkin mengijinkan salah satu anggota
tubuhnya terluka. Justru sebaliknya, seseorang pasti akan merawat
tubuhnya sebaik mungkin dengan sungguh-sungguh (ayat 28). Dan
sebagai bagian dalam tubuh Kristus, semua orang harus menjaga
kekudusan hidupnya (pernikahannya) agar tetap dalam bagian tubuh
Kristus.
Rasul Paulus menutup wejangan pernikahan ini dengan mengutip
kitab Kejadian 2:24, dengan maksud bahwa suami dan istri telah
menjadi satu daging dalam pernikahan, sebagaimana Kristus dan
jemaat-Nya tidak mungkin dipisahkan karena Kristus bersatu dalam
jemaat-Nya.
Melalui surat Efesus 5:22-32 ini jelas sekali makna yang bisa kita
dapatkan yaitu pernikahan yang dikehendaki oleh Allah adalah
pernikahan yang seperti (bersatunya-pernikahan) Kristus dengan
Jemaat-Nya. Bahwa Kristus tidak akan berpisah (menceraikan) Jemaat-
Nya karena Kasih-Nya yang begitu besar kepada mereka, sampai-
sampai mengorbankan Diri-Nya untuk menyelamatkan Jemaat-Nya.
Jemaat akan tunduk dan juga tidak ingin berlari meninggalkan Kristus
karena dirinya dikasihi Kristus dengan luar biasa. Maka dari itu,
pernikahan Kristen akan diberkati Allah ketika istri tunduk kepada
suami yang mengasihi dirinya (istrinya) seperti Kasih Kristus yang
tidak berkesudahan mengasihi Jemaat-Nya.
IV. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI DAN REFLEKSI
1. Bagaimanakah seharusnya bentuk-bentuk interaksi antara suami
dan istri dalam pernikahan yang didasari atas hubungan Kristus
dengan gereja-Nya?
2. Dalam pernikahan Kristen, bagaimana hubungan antara
pernyataan bahwa laki-laki diciptakan terlebih dahulu serta suami
adalah kepala keluarga dengan pernyataan “Kristus berkorban
untuk menyelamatkan gereja-Nya”?
3. Pernikahan Kristen akan diberkati Allah ketika istri tunduk kepada
suami yang mengasihi dirinya (istrinya) seperti Kasih Kristus yang
tidak berkesudahan mengasihi Jemaat-Nya. Lalu, bagaimanakah
tanggapan kita terhadap KDRT dan perselingkuhan yang terjadi
dalam (merusak) pernikahan Kristen sehingga terjadi perceraian?

55
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

V. POKOK DOA
1. Tuhan memampukan kita (Senior – Lansia) untuk memberikan
contoh konkrit dalam mewujudkan pernikahan yang diberkati
2. Tuhan memampukan kita untuk memberikan nasihat bijak
berdasarkan Firman Tuhan kepada pernikahan-pernikahan
“muda” dalam keluarga dan jemaat
3. Tuhan memampukan kita berpikir bijak berdasarkan Firman
Tuhan dalam menyikapi perselisihan hingga perceraian yang
disebabkan oleh KDRT dan perzinahan
4. Tuhan menjaga jemaat-Nya, khususnya pasangan suami istri agar
hidup dalam pernikahan yang kudus dan diberkati
VI. PUJIAN PENUTUP: Walau ‘Ku Tak Dapat Melihat
(DM)

56
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Minggu III (Komisi Pemuda - Pendalaman Alkitab)

BIARKANLAH ANAK-ANAK DATANG KEPADA-KU


Matius 19:13-15

I. LAGU PEMBUKA: Kasih Allah Amat Besar


II. PENDAHULUAN
Apakah yang terjadi seandainya seorang tokoh sepak bola dunia
bernama Lionel Messi hadir di daerah Anda? Pasti Anda yang pencinta
sepak bola akan antusias ingin bertemu dengan beliau. Apakah Anda
mendapat kesempatan untuk bertemu secara langsung dan berbicara
dengan beliau? Kemungkinan besar tidak, karena kedatangan beliau
pasti dikawal dengan ketat sekali sehingga tidak sembarangan orang
bertemu dengannya. Namun. pada tahun 2017 terungkap tentang
seorang bocah yang dilarang oleh petugas hotel tempat Messi
menginap. Anak itu ingin bertemu dengan Messi ketika ia hendak
pergi bertanding melawan Uruguay di Mentevideo. Uniknya, di tengah
kegentingan waktu tersebut Messi melihat, menjumpai bahkan
memeluk bocah tersebut. Hal itu menjadi pusat perhatian karena
meski laga sangat genting dan menuntut konsentrasi, Messi masih
menyempatkan meladeni fans kecilnya yang ingin bertemu.
Seringkali kita seperti seorang petugas hotel tersebut, yang
mengganggap kehadiran seorang anak kecil tidak dianggap apalagi
ketika diperhadapkan untuk bertemu dengan seorang tokoh
besar. Anak kecil dianggap pribadi yang tidak mengerti apa-apa,
menyusahkan, mengganggu orang dewasa. Pandangan dan penilian
demikian juga terjadi pada para murid juga ketika orang banyak
membawa anak-anak datang kepada Yesus. Lalu bagaimana penilaian
dan sikap Yesus terhadap orang banyak yang membawa anak-anak?
Lalu apa yang mendasari sikap Yesus terhadap anak-anak tersebut?
III. TAFSIR
Teks yang kita baca hari ini sangat kontras dengan teks konteks
sebelumnya yakni sorang Farisi yang penuh kuasa datang menjumpai
Yesus bersoal jawab tentang percerian dengan tujuan menconai Yesus
dan sikap Yesus menegur keras mereka. Berbeda dengan halnya

57
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

ketika anak-anak yang tak berdaya, tidak punya kuasa, dianggap


lemah namun ketika datang kepada Yesus mengharapkan berkat
dari Yesus. Para penafsir menyatakan bahwa anak-anak kecil yang
dibawa terasuk bayi–bayi dan anak-anak yang masih muda sekali.
Dapat kita bayangkan yang membawa anak-anak itu adalah orang
tua mereka atau bagian dari anggota keluarga anak –anak tersebut
dengan maksud agar yesus meletakkan tangganNya dan mendoakan
anak-anak tersebut yang berarti meminta “ berkat”. Dalam konteks
Yahudi para rabi Yahudi kadang-kadang diminta untuk melakukan
hal tersebut yaitu penumpangan tangan dan doa dengan maksud
meminta perkenanan Tuhan dan berkat dari Tuhan (bdk. Kej 48:14-
15). Salah satu tradisi lainnya adalah kebiasaan membawa seorang
anak laki-laki berusia tiga belas tahun ke tetua di Yerusalem pada
waktu festival “untuk memberkati dia dan berdoa untuknya agar dia
layak untuk mempelajari Taurat dan dapat menjadi seorang anak yang
hidup dalam taurat. Tentunya anak-anak dibawa untuk mendapatkan
berkat dari seorang yang dianggap guru adalah hal yang wajar dan
seharusnya karena itulah yang berkenan dihadapan Tuhan. Ironisnya
malah para murid Yesus yang terganggu dengan kedatangan anak-
anak tersebut.
Pernahkah Anda terganggu dengan kehadiran anak kecil pada
saat ibadah umum yang kebetulan bangku tempat Anda berada tidak
jauh dari seorang ibu membawa anaknya? kita mungkin berkata dalam
hati “ ngapain sih, ibu ini bawa anaknya? berisik, ganggu konsentrasi
! Kenapa nggak ikut sekolah minggu aja sih?” Sikap kita langsung
mendomel dalam hati tanpa kita mengetahui apa sebabnya anak itu
ikut ibadah umum. Mungkin saja mereka adalah keluarga yang baru
pertama sekali hadir di gereja kita sehingga tidak mengetahui informasi
tempat dan waktu untuk ibadah sekolah minggu. Kemungkinan lain
pada saat itu adalah waktu yang tepat yang hanya bisa mereka ikuti
disebabkan karena kesibukan lainnya.
Selain di ibadah umum pernahkah Anda terganggu dengan kehadiran
seorang anak kecil di rumah sendiri? Kita sebagai pemuda yang begitu
banyak tugas dari sekolah, kuliah atau pekerjaan tentunya tidak senang
ketika adik atau sepupu yang masih kecil datang meminta tolong
sesuatu kepada Anda atau mengajak bermain. Saya yakin kita pasti
sangat tergangu lalu dengan muka yang kesal dan dengan nada suara
yang agak tinggi bilang “Ngapain sih ke sini? ganggu aja. Nggak tahu
58
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

apa kakak lagi sibuk. Dasar anak kecil tahunya ganggu aja, bersisik
tahu. “ Dan selanjutnya keluar perkataan yang merendahkan mereka.
Tanpa kita sadari sikap kita yang merasa terganggu akan keamanan,
menilai rendah anak-anak kecil tidak jauh bedanya dengan para murid
Yesus. Para murid yang merasa terganggu dengan kehadiran anak-
anak menjumpai guru mereka yang hebat dan viral.
Sikap para murid seolah-olah menjaga privasi guru mereka tersebut
sangat berbeda dengan sikap Yesus terhadap anak-anak kecil tersebut.
Mirisnya para murid yang memarahi anak-anak kecil tersebut malah
mendapat teguran keras bahkan Yesus memarahi mereka (bdk
Markus 10: 14). Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata
kepada mereka: “ Biarkanlah anak-anak itu datang kepadaKu, jangan
menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti itulah yang
empunya kerajaan Allah.”
Kita tidak tahu pasti apa penyebab murid-murid Yesus merasa
terganggu sampai mereka memarahi anak-anak itu namun menurut
para penafsir barangkali pada waktu itu Yesus sedang bercakap-cakap
dengan orang dewasa ketika anak-anak itu datang atau kemungkinan
anggapan para murid bahwa berkat ataupun pertobatan hanya
diperuntukkan bagi orang dewasa saja sehingga Yesus hanya
berurusan untuk orang dewasa. sikap para murid tersebut salah
dihadapan Yesus.
Kata “biarkanlah” dalam bahasa Yunani aphiemi dengan tensis
verb imperative aorist orang ke-2 jamak yang artinya lepaskan,
memperbolehkan, mengijinkan, tidak menghalangi. Biarkanlah anak-
anak itu dapat diartikan jangan menyakiti mereka karena mereka
memerlukan kasih sayang Yesus. Kata “jangan menghalang-halangi”
dalam bahasa Yunani kwluw koluo yang artinya mencegah, malarang,
menghalangi. Hal ini tentu Yesus mau menekankan ketika menghalang-
halangi seorang anak datang kepada Yesus merupakan tindakan yang
salah. Salah satu contoh seorang anak dilarang untuk pergi ke sekolah
minggu atau kebaktian diluar sekolah minggu dengan alasan mengajak
jalan-jalan atau takut waktu belajar tergangu ataupun alasan pribadi
yang lainnya. Dengan demikian Yesus menginginkan orang dewasa
yakni orang tua dan kita seorang pemuda untuk menolong , menuntun
anak-anak datang kepada Yesus sebab Tuhan mengasihi anak-anak.
Kita dapat menolong anak-anak datang kepada Yesus memulai

59
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

dengan sederhana yakni menerima kehadiran mereka ditengah-


tengah keluarga sebagai pribadi yang berharga, bukan pribadi
yang menggangu melainkan berhak untuk diterima dan dikasihi
sama seperti Yesus mengasihi mereka. Dengan demikan kita dapat
memperkenalkan mereka akan kasih Allah kepada mereka melalui
hidup kita dan melalui pemberitaan Injil.
Selanjutnya, Yesus malah memakai anak-anak sebagai contoh,
gambaran atau alat praga kepada para murid dan orang banyak
dengan melanjutkan perkataan… “ sebab orang seperti itulah yang
empunya kerajaan surga.” Yesus tidak memakai gambaran orang
Farisi, atau para murid tapi gambaran seorang anak kecil. Kerajaan
sorga terdiri dari orang-orang yang seperti anak kecil Anak-anak yang
identik dengan kepolosan, pribadi yang lemah sehingga tidak dapat
bergantung terhadap diri sendiri,rendah hati.
Kerajaan sorga tidak dapat diraih dengan kekuatan dan kuasa
manusia baik melalui senjata, perbuatan baik, amal, pengetahuan dan
hikmat manusia bahkan kesalehan manusia karena kerajaan sorga
diperintah oleh Allah yang dinyatakan melalui kuasa dalam kematian
dan kebangkitan Yesus Kristus sehingga orang yang lemah, sadar akan
keberdosaannya, tidak berdaya dihadapan Allah dan datang kepada
Allah melalui imannya kepada Yesus inilah yang menjadi ahli waris
kerajaan sorga. Siapakah yang dapat menggambarkan kepolosan,
kebergantungan, ketulusan hati terhadap Allah selain anak-anak?
Tuhan Yesus peduli dan mengasihi anak-anak. Bagi Yesus anak-anak
sama pentingnya dengan orang dewasa sehingga Yesus ingin anak-
anak juga datang kepadanya. Anak-anak juga berhak mendapat
berkat dari Tuhan. Hal ini jelas dari sikap Yesus yang menegur murid-
muridNya, membiarkan anak-anak datang kepadaNya dan selanjutnya
meletakkan tangan Nya kepada mereka. Kerajaan Sorga terdiri dari
orang yang bergantung dan percaya penuh kepada Yesus satu-satunya
jalan kerumah bapa ( Yoh 14:6) baik itu orang dewasa dan anak-anak.
IV. APLIKASI
Sikap dan perhatian Yesus kepada anak-anak kecil mengajarkan gereja
untuk mengambil peran dalam menghadirkan kerajaan Allah dalam
keluarga. Keluarga Kristen juga berperan menghadirkan kerajaan
Allah dalam setiap anggota keluarga. Gereja dapat mendorong setiap

60
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

keluarga untuk menciptakan suasana kerajaan Allah dimana Kasih


Kristus menjadi landasan dan dasar hidup di rumah. Kasih Kristus
yang menerima selemah dan sekecil apapun dirinya tanpa memandang
rendah siapapun. Teladan Yesus mengajarkan orang tua menerima dan
mengasihi anak-anaknya tanpa membedakan berdasarkan kepintaran
dan usia. Sebagai pemuda kita menjadi teladan bagi adik-adik dirumah
untuk menghormati dan taat kepada orang tua dengan dasar kasih
Allah kepada kita.
Di rumah orang tua dan kita dapat bekerjasama memberitakan Injil
melalui menceritakan kasih Tuhan dalam alkitab, berdoa bersama
dan mendukung agar dari kecil mengikuti sekolah minggu. Selain itu
sebagai orang muda mendapat kesempatan untuk melayani di komisi
sekolah minggu dengan menceritakan kasih Allah kepada mereka
sehingga bukan hanya orang dewasa tetapi anak-anak akan datang,
percaya kepada Yesus dan mendapatkan berkat dari Allah yaitu
mengenal Allah serta memiliki kerajaan Sorga.
V. PERTANYAAN PENDALAMAN ALKITAB
1. Bagaimana sikap para murid terhadap anak-anak yang datang
kepada Yesus?
2. Bagaimana penilaian Anda terhadap anak-anak?
3. Bagaimana sikap Yesus terhadap anak-anak? Mengapa Yesus
melakukan demikian?
4. Apa arti “…orang seperti anak-anak yang empunya kerajaan sorga”?
5. Apa yang bisa kita lakukan di gereja, di rumah untuk mendorong
anak-anak datang kepada Yesus?
VI. POKOK DOA
1. Kiranya sebagai pemuda Kristen Tuhan menolong untuk
meneladani Yesus mengasihi semua orang tanpa memandang
muka.
2. Kiranya diberikan semangat dalam mengambil bagian dalam
pelayanan untuk membawa anak-anak datang kepada Tuhan.
VII. LAGU PENUTUP: Kucinta Keluarga Tuhan
(INS)

61
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Minggu III (Komisi Perempuan - Pemahaman Alkitab)

BIARKAN ANAK-ANAK ITU DATANG KEPADA-KU


Matius 19.13-16

I. PUJIAN PEMBUKA: Keluargaku Adalah Surgaku


II. PENDAHULUAN
Dalam pelayanan-Nya, Yesus memberi perhatian kepada anak-anak
karena sikap mereka yang tulus, mudah mengampuni, rendah hati, dan
penuh ketergantungan kepada oranglain. Yesus menggunakan anak-
anak sebagai contoh bagi para murid untuk hidup rendah hati dan
tulus. Yesus juga menegaskan bahwa penyambutan kepada mereka
berarti juga penyambutan terhadap Dia (Mat 18:6-7).
Ketika sebuah pertanyaan tentang “Bagaimana caranya supaya kita
masuk surga?” tidak sedikit dari setiap orang percaya menjawab
“Kita harus menjadi seperti anak kecil dalam iman.” Masuk surga
itu berat syaratnya, “Hanya seorang yang menjadi seperti anak kecil
yang memiliki Kerajaan Surga.” Apa artinya ? seperti seorang anak
kecil yang tidak memiliki apa-apa untuk diandalkan melainkan
sepenuhnya bergantung pada kasih sayang orangtua atau orang
dewasa, demikianlah orang yang ingin masuk surga harus sepenuhnya
bergantung kepada Allah saja.
III. LATAR BELAKANG TEKS
Yesus membawa kisah pada Matius 19:13-16 ini dengan sikap yang
Ia tunjukkan begitu baik dan lembut secara khusus Ia ingin supaya
murid-murid-Nya meneladani dari Dia. Bagi para murid anak-anak
hanya hidup mengganggu dan merepotkan saja, itu sebabnya dalam
perikop ini pun ditunjukkan bagaimana sikap para murid yang marah
terhadap orang-orang yang membawa anak-anaknya untuk mendekati
Yesus (ayat 13). Tindakan para murid pasti mengecewakan anak-anak
dan orangtuanya sebab maksud dari para orangtua membawa anak-
anak mereka mendekat kepada Yesus adalah supaya Yesus meletakkan
tangan-Nya dan mendoakan mereka (memohonkan berkat untuk
anak-anaknya kepada Yesus). Namun Yesus yang tanggap, peduli dan

62
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

memperhatikan kejadian itu, Ia tidak membiarkan hal itu berlangsung


lama. Yesus menegur pada murid agar tidak menghalangi mereka
untuk datang kepada-Nya (ayat 14). Mereka pun kemudian punya
kesempatan untuk mendapatkan keselamatan dan hidup kekal (ayat
15). Yesus sendiri yang menegaskan bahwa mereka-mereka inilah
yang adalah empunya kerajaan sorga, karena tergolong yang paling
mudah tersentuh kuasa Injil dan percaya kepada Yesus (ayat 14).
Masuk surga itu berat syaratnya, hanya seorang yang menjadi seperti
anak kecil yang memiliki kerajaan sorga, hanya dengan perbuatan baik
bahkan tidak menjamin seseorang dapat masuk surga, oleh sebab itu
melalui perikop Matius 19:13-16 ini, kita bisa belajar dari Yesus dalam
mengasihi dan memberkati anak-anak. Bagaimana mereka memiliki
kerendahan hati dan ketulusan hati untuk mau menerima kuasa Allah.
Tidak ada jaminan di dunia ini yang dapat memastikan kita masuk
surga. Masuk surga adalah mustahil bagi manusia tetapi tidak bagi
karunia Allah.
Bagi Yesus anak-anak adalah hadiah yang berharga untuk dijaga
dan dirawat, Yesus menghadirkan anak-anak dalam keluarga adalah
sebagai tanda istimewa dari kasih-Nya dalam pernikahan. Dari anak-
anak juga orangtua menerima berkat istimewa, sehingga dengan
demikian dalam sebuah pernikahan kehadiran anak-anak sangat
diinginkan untuk melengkapi kebahagiaan. Maka dari itu merupakan
tugas dan tanggungjawab yang besar yang dimiliki setiap orangtua
agar anak-anak diajarkan mengenal dan membangun relasi dengan
Tuhan, sebab penting sekali pada masa kecilnya mereka memiliki
hubungan yang berbuah di dalam Tuhan. Anak sangat bernilai dimata
Tuhan karena itu Dia memerintahkan para orangtua untuk melindungi,
menjaga dan merawat mereka dengan baik sebagai hadiah istimewa
dari Tuhan. Orang tua harus selalu memastikan keamanan rohani dan
fisik dari anak-anaknya.
Tuhan mau mempunyai hubungan yang asli dengan anak-anak-Nya,
itu sebabnya Tuhan menggambarkan bagaimana anak-anak masuk
kehadirat-Nya dan menikmati kebersamaan dengan Dia, ungkapan
sayang Tuhan kepada anak-anak cukup mengungkapkan kalau
mereka perlu menerima disiplin. Terlepas dari cara-Nya menyediakan,
ungkapan sayang Tuhan menunjukkan tentang hasrat kasih-Nya akan
anak-anak. Tuhan senang dengan kealamiahan dan karakter anak,

63
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Alkitab dengan jelas menyampaikan bahwa karakter seperti ketulusan,


kerendahan hati, kenaifan, kerentanan dan kesederhanaan adalah
kualitas yang ada di dalam diri anak-anak dan Tuhan menganggapnya
bernilai (Matius 18:3; 19:14).
Mari sebagai orangtua kita mau memberi didikan yang baik kepada
anak-anak kita sesuai dengan ajaran dan nasihat Tuhan untuk kita
kerjakan (Efesus 6: 4). Jangan mengabaikan hidup mereka karena
Tuhan akan menuntut kembali tanggung jawab kita sebagai orangtua.
Dalam hal ini kita sebagai kaum perempuan, sebagai seorang istri
sekaligus seorang ibu, mari kita melakukan apa yang menjadi tugas
bagian kita dalam keluarga, memberi diri untuk menerima tugas dan
tanggunjawab dalam mendidik, merawat dan menjaga anak-anak kita
yang begitu berharga bagi Allah, mengasihi dan menyayangi mereka
sebagaimana Allah juga mengasihi dan menyayangi anak-anak-Nya.
IV. PERTANYAAN UNTUK REFLEKSI DAN DISKUSI
1. Sudahkah kita memiliki kerendahan hati dan ketulusan hati untuk
menerima Yesus di dalam kehidupan kita?
2. Sudahkah kita mengasihi dan menyayangi anak-anak kita dengan
baik?
3. Apakah kita pernah melukai hati mereka ketika kita berusaha
mendidik mereka dengan baik? Jika ya, mari mohon ampun kepada
Tuhan dan dengan rendah hati meminta maaf kepada anak-anak
kita.
V. POKOK DOA
1. Berdoa untuk keluarga kita supaya semakin Tuhan kasihi dan ada
cinta kasih pula antar anggota keluarga sehingga menciptakan
kedamaian dan kenyamanan dalam kehidupan keluarga.
2. Berdoa kiranya Tuhan perlengkapi setiap anggota keluarga sesuai
peran masing-masing sehingga setiap anggota keluarga tidak
merasakan kekosongan rasa dari peran yang tidak berjalan dengan
baik.
VI. PUJIAN PENUTUP: Berkat Bagi Keluarga
(DCS)

64
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Minggu III (Komisi Pria - Pemahaman Alkitab)

BIARKAN ANAK-ANAK ITU DATANG KEPADA-KU


Matius 19:13-16

Pujian Pembuka: Tuhan ini Tugas Kami


Pendahuluan
Seorang laki-laki dalam hidupnya memiliki banyak sekali identitas/
peran. Salah satunya, bila memutuskan untuk menikah dan memiliki
anak, adalah menjadi seorang ayah. Tanpa menyampingkan peran
ibu, seorang ayah turut memiliki peran yang besar dalam pendidikan
seorang anak. Hal ini, sayangnya, seringkali tergantikan dengan
pandangan masyarakat yang menggambarkan seorang bapak
sebagai sazng pemberi nafkah yang pergi-pagi-pulang-malam demi
dapur yang mengepul, dan sebagai akibatnya membebankan bagian
edukasi kepada ibu yang sudah terbebani oleh kerja domestik.
Sebagai akibatnya, tidak jarang figur bapak tidak terlihat nampak
dalam kehidupan anak dan bapak-bapak mengalami keterpisahan
dari anak. Seorang bapak bisa saja menyimpan foto keluarganya dan
bekerja keras sambil mengingat mereka, tapi air yang direbus akan
menggelegak pada akhirnya. Tidak sedikit bapak-bapak memandang
anaknya sebagai figur yang asing dan memaksakan kepada anak itu
apa yang ia terima sebagai seorang anak, memastikan lingkaran setan
(yaitu pola asuh yang ternyata terbukti salah) itu berlanjut terus.
Belakangan ini, terdapat berbagai penelitian dan organisasi yang
muncul karena adanya concern tentang masalah ini. Penelitian yang
muncul membuktikan bahwa para bapak berperan penting dalam
perkembangan seorang anak, dan terdapat juga organisasi-organisasi
yang memastikan para bapak memiliki komunitas dan belajar tentang
bagaimana para bapak harus berpartisipasi dalam pembelajaran
seorang anak.
Latar Belakang
Sejak lama, anak-anak sudah menjadi ladang dimana paradoks terjadi
(“Masih kecil, ga boleh X” dan “Kamu kan udah gede, ga usah Y ya”

65
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

sebagai salah satu contoh) dan berbagai ekspektasi (baca: beban)


diletakkan. Tidaklah heran bila kemudian muncul kata-kata bijak
seperti ini: “Berikan aku seorang anak, akan kudidik ia sampai umur
7 tahun, dan aku akan menunjukkan ia akan menjadi seperti apa di
mada depan.” Kata bijak tersebut dikemukakan oleh Ignatius Loyola,
sang pendiri Jesuit, dan memberi penekanan penting tentang anak
dan proses belajar.
Pada masa di mana teknologi kesehatan dan medis belum memadai
dan angka motalitas ibu-anak tinggi, anak-anak dipandang sebagai aset
berharga oleh komunitas. Tidak sedikit, hingga saat ini, kita melihat
usaha-usaha yang dilakukan oleh orang demi masa depan seorang
anak. Hal yang sama juga bisa kita lihat dalam teks ini, dimana terdapat
orang-orang yang membawa anak-anak ke hadapan Yesus supaya Ia
mendoakan mereka. Dalam pembacaan singkat, hal ini bukanlah hal
yang aneh, mengingat di sini juga terdapat fenomena seperti itu, dimana
orang tua akan membawa anak mereka kepada pemuka agama supaya
anak itu bisa didoakan. Satu sisi lain yang ditunjukkan pada teks ini
adalah adanya semacam pengkultusan pemuka agama, seperti yang
ditunjukkan oleh para murid yang memarahi. Pengkultusan pemuka
agama ini biasanya memiliki dua asal: berdasarkan ajaran pemuka
agama yang bersangkutan atau berdasarkan tafsiran/kebiasaan yang
ada dalam jemaat dan tidak ditindak oleh pemuka agama tersebut.
Dalam kasus ini, Yesus mengenai dua burung dengan satu batu lewat
tindakan yang Ia lakukan: mencela mereka yang memarahi dan
mengizinkan anak-anak itu datang kepada-Nya.
Tindakan yang dilakukan Yesus merupakan hal yang menarik dan
“jarang ada”, karena memiliki setidaknya dua konsekuensi: satu, Ia
menjadi teladan tentang bagaimana seorang guru dan pemuka agama
harus bersikap terhadap anak; dua, Ia menggugat persepsi tentang
bagaimana seseorang memperlakukan seorang pemuka agama dan
seorang anak pada zaman itu. Melihat apa yang dilakukan para murid,
tidak sulit bagi kita membayangkan murid-murid pemuka agama
zaman itu bertindak bak pengawal bagi guru mereka. Yesus menolak
hal seperti ini, dan menghadirkan diri-Nya sebagai seorang figur yang
bisa dikunjungi siapa saja. Hal ini juga tentunya harus menjadi titik
bagi para pengikutnya pada zaman ini untuk merevisi perspektif
mereka dalam menghadapi anak-anak.

66
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Pertanyaan untuk Diskusi dan Refleksi


1. Seperti apa sikap yang ditunjukkan Yesus ketika berhadapan
dengan anak-anak?
2. Sejauh mana seorang bapak memiliki pengetahuan tentang
parenting atau alam pikir seorang anak (dari aspek psikologi, gizi,
dsb)? [pertanyaan ini bisa juga membuka sharing dan momen bagi
bapak-bapak untuk belajar]
3. Sejauh mana seorang laki-laki (tidak hanya sekedar mereka
yang sudah menjadi seorang bapak/ayah) sudah mengusahakan
lingkungan sekitarnya bagi anaknya untuk bertumbuh dan
berkembang, terkhususnya bagi pengenalannya akan Yesus? (bisa
turut menjadi momen bagi para bapak untuk mendiskusikan apa
yang bisa mereka lakukan)
Pokok Doa
1. Berdoa bagi para bapak yang sampai saat ini terus mendidik
anaknya agar mereka senantiasa kuat dan terus memiliki semangat
belajar.
2. Berdoa juga bagi mereka yang terlibat dalam pelayanan anak,
baik di gereja/tempat lain, agar mereka senantiasa disertai dalam
mengusahakan ladang yang tidak mudah ini.
Pujian Penutup: Biarlah Semua Anak (Kidung Jemaat 154)
(AA)

67
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Minggu III (Komisi Senior)

BIARKAN ANAK-ANAK ITU DATANG KEPADA-KU


Matius 19:13-15

I. PENDAHULUAN
Para Senior, Adiyuswa yang dikasihi Tuhan, kita semua tahu betapa
besar kasih sayang para Senior terhadap cucu-cucu. Sesungguhnya,
Tuhan kita Yesus Kristus menaruh perhatian yang sangat besar kepada
para cucu, demikian juga kepada para orangtua dan kakek-nenek
mereka. Dalam kesempatan ini, izinkanlah saya bercerita tentang
perjumpaan Yesus dengan anak-anak kecil beserta orangtua dan/atau
kakek dan nenek mereka.
II. TAFSIR (NARATIF)
Dalam Matius 19.13a kita membaca: “Lalu orang membawa anak-anak
kecil kepada Yesus.” Dalam teks Yunani: Tote prosēnechthēsan autō
paidia. Kita juga dapat menerjemahkannya: Pada waktu itu anak-anak
kecil dibawa kepada-Nya. Kata Yunani yang diterjemahkan “anak-anak
kecil” adalah paidia, jamak dari paidion; anak kecil dan bayi tercakup
di dalamnya. Siapa yang membawa mereka kepada Yesus? Dalam TB-
LAI dikatakan “orang.” Ini merupakan kesimpulan yang logis dari kata
kerja pasif prosēnechthēsan. Yang dibawa kepada Yesus adalah anak-
anak kecil, sangat mungkin termasuk bayi-bayi. Fokus Matius 19.13
adalah pada perjumpaan anak-anak kecil dengan Yesus dari Nazaret
yang kawentar (termasyhur) itu. Tetapi bolehlah kita bertanya siapa
yang membawa mereka kepada Yesus? Jawaban sederhana (dan masuk
akal): Orang. Tentu ada hubungan tertentu antara “orang” (yang secara
logis lebih dari satu) dan anak-anak kecil itu. Hubungan yang dekat,
hangat, penuh kasih sayang. Bisa hubungan antara orangtua dan anak,
bisa juga hubungan antara kakek-nenek dan cucu.
Bahwa mereka membawa anak-anak kecil itu kepada Yesus, tentu
karena mereka sedikit banyak tahu tentang Yesus dan memiliki
harapan tertentu kepada-Nya. Laki-laki Bersandal dari Nazaret
yang gemar jajah desa milang kori dalam rangka memberitakan

68
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Injil Kerajaan Allah dan mengajak umat untuk bertobat itu, telah
menampakkan wajah rahmani Allah kepada ʽam ha’arets (penduduk
negeri) alias kaum abangan yang mayoritas terdiri dari kaum miskin
(ptochoi), orang-orang berdosa, dan orang-orang yang malang karena
sakit-penyakit yang tak tersembuhkan dan dibelenggu oleh setan-
setan (lihat Matius 4.23; 9.35). Melalui Dia, Allah mengulurkan tangan-
Nya untuk merangkul kaum yang terbuang dan membebaskan kaum
yang tertindas. Para orangtua (yang beranak) dan kakek-nenek (yang
bercucu bahkan bercicit) tentu merasa nyaman berjumpa Yesus dari
Nazaret, tidak seperti saat menghadap para alim ulama pakar Taurat
dan kaum pembela risalah Kanjeng Nabi Musa yang pada umumnya
angker itu. Mereka tentu merasa senang bila anak, cucu, atau cicit
mereka diberkati dan didoakan oleh Laki-laki Bersandal dari Nazaret
itu. Matius 19.13b memperjelasnya bagi kita: hina tas cheiras epithē
autois kai proseuxētai. Dengan indah TB-LAI menerjemahkan: “supaya
Ia (Yesus) meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan
mereka.
Bayangkan betapa antusiasnya para orangtua dan kakek-nenek
mereka saat itu. Bayangkan pula betapa riuh-rendahnya anak-anak
kecil itu. Tentulah mereka telah mendengar dari orangtua atau kakek-
nenek mereka tentang Yesus yang senantiasa berwelas asih kepada
wong cilik (orang kecil, nēpia, Matius 11.25) alias kaum miskin (yakni
mereka yang terhisap, tertindas, dan termarjinalkan). Tentulah baik
anak-anak kecil maupun para orangtua dan kakek-nenek sudah
membayangkan sambutan Yesus kepada mereka.
Tetapi mereka tidak bisa langsung berjumpa dengan Yesus. Pertama-
tama mereka bertemu dengan murid-murid-Nya. Dalam kenyataannya,
sambutan murid-murid Yesus kepada para orangtua dan anak-anak
itu sama sekali tidak simpatik. Mosok murid-murid Yesus “memarahi
(epitimaō) mereka.” Adapun yang dimaksud dengan “mereka” (autois)
adalah anak-anak kecil berikut para orangtua dan kakek-nenek
mereka. Mungkin murid-murid itu menganggap bahwa kedatangan
mereka akan mengganggu Sang Guru. Perlu diketahui bahwa Yesu
baru saja bersoal jawab tentang perceraian dengan beberapa orang
Farisi (lihat Matius 19.3-12). Padahal Yesus baru saja menyembuhkan
banyak orang segera sesudah Ia dan murid-murid-Nya tiba di wilayah
Yudea yang terletak di di seberang (timur) Sungai Yordan (Matius
19.1-2). Jadi maksud murid-murid: biarkan Guru beristirahat sejenak!
69
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Yesus, yang nampaknya sedang mengaso, mendengar “rebut-ribut”


itu. Tentu saja jiwa-Nya yang welas asih itu tergugah. Wong cilik,
yang terdiri dari para orangtua dan kakek-nenek bersama anak-anak
kecil mereka berusaha menemui diri-Nya. Sesungguhnya Ia memiliki
perhatian khusus kepada anak-anak kecil danf orangtua serta kakek-
nenek mereka. Bukankah dulu, ketika Ia masih kecil (berusia sekitar
dua tahun), banyak anak (laki-laki, pais) di Betlehem dan sekitarnya
menjadi korban tumpas kelor Herodes gegara raja yang lalim itu
bermaksud membunuh diri-Nya? Bukankah Ia selamat, sempat
dilarikan ke Mesir oleh kedua orangtua-Nya sementara anak-anak
itu mati disembelih oleh anak buah Herodes di depan mata para ayah
dan ibu serta kakek dan nenek mereka – yang hanya bisa menjerit
dan menangis dihela kesedihan, kemarahan, dan ketakutan namun
tak bisa berbuat apa-apa? Bagi Laki-laki dari Nazaret itu, anak-anak
yang mati disembelih itu, berikut orangtua dan kakek-nenek mereka
adalah sanak-kadang-Nya sendiri. Demikian juga anak-anak dan para
orangtua dan kakek-nenek yang sekarang ingin bertemu dengan-Nya.
Bila kita menyitir perkataan Bung Karno, “Yo sanakku yo kadangku,
yen mati aku sing kelangan.”
Maka, sebagaimana kita baca dalam Matius 19.14, Yesus pun berkata
kepada murid-murid-Nya: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah
menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang
yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.” Biarkanlah
anak-anak itu, aphete ta paidia. Jangan menghalangi-halangi
mereka datang kepada-Ku, mē kōluete auta elthein pros me. Jangan
mencegah (melarang) mereka untuk datang kepada-Ku. Biarkan,
jangan mencegah. Mereka ingin datang kepada-Ku, Aku terbuka,
senang menyambut mereka. “Sebab orang-orang yang seperti itulah
yang empunya Kerajaan Sorga,” tōn gar toioutōn estin he basileia tōn
ouranōn. Sebab Kerajaan Sorga adalah milik orang-orang macam itu.
Luar biasa! Anak-anak kecil, termasuk bayi-bayi, adalah pemilik atau
yang empunya Kerajaan Sorga. Karena itu, biarkan, jangan cegah atau
halangi mereka datang kepada-Ku. Jelas: Murid-murid tidak berhak
melarang, mencegah, atau menghalang-halangi anak-anak untuk
datang kepada Yesus. Demikian juga kita, para orangtua dan kakek-
nenek, para adiyuswo. Kita justru harus mendorong, mengajak, dan
memfasilitasi (=membantu, memudahkan) mereka untuk datang

70
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

kepada Tuhan Yesus! Di samping itu, tersirat namun jelas untuk para
orangtua dan kakek-nenek mereka, bahkan kita di sini dan kini: Bila
kita sendiri rindu untuk ambil bagian dalam Kerajaan Sorga, ayo
teladanilah anak-anak kecil itu. Datang kepada Tuhan Yesus. Ia akan
menyambut siapapun yang datang kepada-Nya. Bukankah Ia telah
berjanji: “Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban
berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu” (Matius 11.28).
Setelah mengatakan itu, Yesus “meletakkan tangan-Nya atas mereka,”
epitheis tas cheiras auotois (Matius 19.15a). Ia memberkati mereka!
Dapat dibayangkan betapa bahagianya ank-ank kecil itu. Dapat
dibayangkan pula betapa senangnya para orangtua dan kakek-nenek
mereka. Tetapi, setelah memberkati mereka, “Ia berangkat dari situ,”
eporeuthē ekeithen, pergi dari tempat itu. Sebab Ia masih harus
menempuh perjalanan untuk menggenapi rencana Bapa, yakni supaya
Ia “menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Matius 1.21).
III. PENUTUP
Mari para Senior, Adiyuswa yang dikasihi Tuhan, kita ajak, kita
dorong, kita bantu cucu-cucu kita, atau anak-anak kecil lainnya yang
kita sayangi untuk datang kepada Tuhan Yesus. Doakan mereka, minta
Tuhan Yesus memberkati mereka. Kita bawa mereka ke sekolah minggu
supaya mereka boleh mengenal Tuhan yang mengasihi mereka. Kita
pun jangan ketinggalan. Mari kita datang juga kepada Tuhan Yesus.
Sebab bukankah Kerajaan Sorga adalah milik kita semua yang dengan
penuh kesadaran dan kerelaan datang kepada Tuhan Yesus Kristus?
Terpujilah Allah! Amin. ***
(AS/RA)

71
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Minggu IV (Kebaktian Umum)

MENGABDI KEPADA TUHAN YANG SAMA


Efesus 6:1-9

I. PENDAHULUAN
Sebuah kalimat yang menarik dilontarkan oleh Pdt. Jimmy
Pardede, “Cara seseorang memperlakukan orang lain menunjukkan
cara dia menghargai Tuhan. Orang yang tidak memperlakukan orang
lain dengan baik, dia tidak mungkin saleh. Dia tidak mungkin menjadi
orang yang takut akan Tuhan.1 Cerminan prilaku maupun tindakan
kita selama hidup di dalam dunia adalah cerminan bagaimana kita
mengenal Allah. Tuhan mengajarkan sebuah kehidupan yang beradab
dan mulia di dalam Firman Tuhan. Firman Tuhan adalah penuntun
dalam kehidupan kita untuk berperilaku yang baik selama kita masih
hidup di dalam dunia ini.
Hukum kedua yang tidak kalah pentingnya sesuai Firman
Tuhan yang terdapat di dalam Matius 22:39, “Dan hukum yang kedua,
yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri”. Allah sangat memperhatikan bagaimana manusia
hidup yang baik saling menghormati. Tidak ada perbedaan perlakuan
sebab manusia memiliki Allah yang sama, serta mengabdi kepada
Allah yang sama. Meskipun status sosial bisa saja perbedaan namun
keberadaan dihadapan Allah semuanya adalah sama. Orang-orang
yang percaya dan takut kepada Tuhan pasti dapat mengaplikasikan
kehidupan yang menghargai dan menghormati sesama manusia,
sebab Yesus pun melakukan dan memberikan teladan yang baik.
ketika Yesus bertemu dengan perempuan Samari di sebuah sumur
(Yoh.4), Yesus menghargai dan menghormati perempuan itu, begitu
juga ketika Yesus bertemu dengan wanita yang kedapatan berzinah
(Yoh.8:1-11), Yesus pun menghargai dan menghormati meskipun ia
adalah seorang wanita yang tidak baik.

1
Jimmy Pardede, Hikmat Bagi Para Ayah Dan Ibu, ed. Alicia Wimar Khunius Dkk,
Pertama (Surabaya: Penerbit Momentum, 2021).

72
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Cara Yesus memperlakukan manusia, benar-benar selayaknya


sebagai manusia. Mungkin tepat seperti kalimat yang biasa kita dengar,
yaitu memanusiakan manusia. Sikap seperti ini seharusnya menjadi
bagian dalam kehidupan kita sehari-hari. Belajar untuk menghargai
orang lain sebab orang lain juga memiliki hak yang sama sebagai
manusia. Bahkan Yesus memberikan diri-Nya mati di atas kayu salib
bukanlah bagi manusia yang memiliki hidup yang baik, namun Yesus
mati bagi manusia yang telah memberontak kepada Allah. Terlebih kita
sebagai sesama manusia seharusnya memiliki cara hidup yang baik
selama masih hidup dalam dunia ini dalam cara kita memperlakukan
sesama manusia.
II. TAFSIR
Kitab Efesus adalah bagian dari surat yang dituliskan oleh
Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus. Terdapat ajaran-ajaran yang
meneguhkan jemaat di sana agar mereka memiliki sikap hidup
yang berbeda dengan sikap hidup orang-orang di Efesus yang tidak
mengenal Allah. Ada banyak dewa-dewa di Efesus yang disembah
oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah. Bagi orang yang telah
percaya, Rasul Paulus hendak menunjukkan sikap hidup yang benar
yang berbeda dengan orang yang tidak mengenal Allah.
Khusus di dalam pasal 6 ini, Rasul Paulus hendak menekankan sebuah
hubungan yang baik antara sesama manusia, di dalam keluarga yang
saling berelasi, bukan saja kepada keluarga inti namun juga kepada
orang yang bekerja di dalam keluarga tersebut. Mengenal relasi
berarti juga mengenal tanggung jawab yang harus dikerjakan. Dengan
demikian setiap pribadi akan menghormati setiap orang berdasarkan
dari Firman Tuhan.
Ada 4 bagian yang dapat kita lihat dan pelajari secara khususnya
dalam pasal 6:1-9 ini. Mari kita akan melihat bersama-sama.
Pertama, anak-anak dan orangtua. Anak-anak perlu dididik untuk
menghormati kedua orangtua mereka dalam takut kepada Tuhan. Anak-
anak tidak akan mengerti dan memahami dengan sendiri jika tidak
diajarkan kepada mereka oleh orangtua mereka. Anak-anak dituntut
untuk dapat taat kepada orangtua sebab orangtua yang mengajari
mereka mengenai nilai-nilai kehidupan sehingga hidup mereka kelak
menjadi lebih berarti. Banyak orangtua yang beranggapan bahwa

73
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

untuk anak taat kepada orangtua akan terjadi dengan otomatis. Atau
ada orangtua yang memakai ayat dari Firman Tuhan ini sebagai ‘alat’
untuk membuat anak-anak mereka menjadi taat kepada perintah
mereka. Perkembangan zaman sekarang telah membawa banyak
perubahan yang sungguh-sungguh membawa dampak perkembangan
psikologis kepada anak-anak. Mereka akan cepat sekali belajar dari
media sosial yang dengan gampang diperoleh, sehingga mereka lebih
banyak belajar dari media sosial dibandingkan dengan orangtua
mereka. Itulah sebabnya untuk mengajarkan anak-anak hanya dengan
perkataan saja pada zaman sekarang ini tidak akan dapat diterima
oleh anak-anak. Orangtua harus memberikan contoh hidup dimana
mereka merasa diterima, di mana mereka juga dihargai dan mereka
mendapatkan tempat dihati orangtua mereka. Dengan demikian anak-
anak akan dapat mentaati orangtua mereka.
Apakah yang menjadi upah bagi anak-anak yang mentaati kedua
orangtua mereka?(1) Supaya anak-anak berbahagia dan (2) Panjang
umur. Anak-anak perlu mengetahui apa yang akan mereka dapatkan
ketika mereka mentaati kedua orangtua mereka. Namun kembali lagi,
bahwa anak-anak pada zaman sekarang tidak akan mau mengerti
apa itu bahagia maupun apa itu umur yang panjang jika mereka tidak
merasakan penerimaan yang baik dari kedua orangtua mereka. Kata
bahagia dan umur yang panjang adalah sesuatu yang abstrak bagi
mereka, apalagi itu adalah sesuatu yang masih jauh sekali di depan
mereka. Mereka hanya memandang kebahagiaan hanya apa yang ada
saat ini saja. Itulah sebabnya peran orang tua sangat diperlukan agar
mereka bisa menjadi anak-anak yang taat kepada orang tua. Itulah
sebabnya penting sekali relasi (hubungan).
Dalam ayat 4, Rasul Paulus lebih menekankan bapa-bapa untuk
mengajarkan dan mendidik anak-anak mereka dibandingkan dengan
membangkitkan amarah anak-anak mereka. Memberikan petunjuk
hidup jauh lebih baik dibandingkan dengan membangkitkan amarah
anak-anak. Inipun adalah sebuah pekerjaan keras yang harus dilakukan
oleh orangtua.
Kedua, pekerja dan majikan. Di mana seseorang bekerja dibawah
pengawasan orang yang memberikan pekerjaan, maka siapapun
kita harus mentaati tuan dimana kita bekerja. Pekerja-pekerja
harus mengetahui posisi mereka dalam dunia pekerjaan. Seorang

74
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

pekerja haruslah bekerja dengan sungguh-sungguh agar apa yang


dikerjakannya itu membawa berkat bagi tuannya, sehingga tuannya
akan disenangkan. Jika kita bekerja hendaklah kita bekerja dengan
sungguh-sungguh, dan bukan hanya bekerja dengan sungguh-sungguh,
namun juga dengan tulus hati. Ini merupakan prinsip hidup yang harus
dilakukan. Meskipun seorang pekerja bekerja dibawah tantangan,
namun seorang pekerja harus bekerja dengan tulus hati. Di zaman
sekarang ini, banyak pekerja yang lebih mengutamakan hal daripada
kewajiban yang harus dilakukannya. Lebih banyak mengutamakan
kesenangan dirinya dibandingkan profit perusahaan dimana ia
bekerja. Bahkan beberapa pekerja menganggap bahwa ia telah berjasa
kepada tuannya sebab ia dapat melakukan semuanya dengan baik.
Wahai pekerja, kita mempelajari hari ini, untuk melakukan pekerjaan
kita dengan baik dan benar, namun lebih daripada itu, engkau harus
melakukannya dengan tulus hati sama seperti ketaatan kepada Kristus.
Ukuran ketaatan yang berbedan dengan apa yang diajarkan oleh
dunia ini. Jika ukuran yang dipakai dalam dunia ini adalah peraturan-
peraturan yang ada dalam undang-undang saja. Maka ukuran yang
dipakai dalam Kristen adalah bahwa kita harus mentaati tuan kita
sama seperti kita taat kepada Yesus.
Ketiga, majikan dan pekerja. Seorang majikan (tuan) tidaklah boleh
semena-mena kepada pekerjanya. Pada zaman Perjanjian Baru,
khususnya dalam zaman surat Efesus ini dituliskan, masih banyak
perbudakan yang diizinkan dan itu adalah sesuatu yang legal pada
waktu itu. Tuan-tuannya dapat saja melakukan apa yang tuannya
kehendaki terhadap setiap budak-budaknya. Namun Rasul Paulus,
hendak membukakan sebuah pengertian yang baru yaitu sebuah
pola hidup yang berbeda dengan orang-orang yang ada di Efesus.
Sebagaimana pekerja itu melakukan pekerjaan dengan ketulusan hati
mereka, serta mereka sungguh-sungguh melakukannya sama sperti
untuk Kristus, maka para majikan harus juga melakukan yang sama
kepada setiap pekerjanya. Untuk zaman sekarang, dimana orang
telah mengenal hak azasi manusia akan dengan mudah memahami
bahwa pekerja juga adalah ‘manusia’ yang layak dihormati dan juga
dihargai. Namun pada zaman itu, budak adalah budak dan tuan adalah
tuan. Rasul Paulus justru memberikan arahan yang berbeda dengan
yang ada dalam zaman itu dan itu bukanlah perkara yang mudah
bagi mereka. Maka setiap majikan pada saat ini haruslah lebih baik

75
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

dari kehidupan majikan-majikan pada zaman surat Efesus ini ditulis.


Hargailah dan ‘manusiakanlah’ manusia yaitu pekerja yang ada dalam
rumah maupun perusahaanmu sekarang ini. Sebab ketika engkau
melakukan itu, maka para majikan akan menerima berkat yang besar
dari Tuhan sebab dari Dialah segala berkat yang ada dalam dunia ini.
III. PESAN
Semua manusia meskipun berbeda dalam status sosial baik
dalam keluarga maupun dalam lingkungan sosial namun menyembah
kepada Allah yang sama. Itu artinya bahwa semua manusia apakah
majikan, pekerja, anak dan lain semuanya harus tunduk kepada Allah
yang memiliki otoritas diatas segalanya. Jika kita renungkan bahwa
kita semuanya adalah hamba, yaitu hamba-hambanya Allah dan
Allah adalah tuan kita. Jika kita melihat struktur pola ini, kita akan
mendapati bahwa kita mengabdi kepada Allah yang sama. Manusia
adalah hamba dan Allah adalah Tuan.
Jadi marilah kita meskipun dalam dunia ini status sosial kita berbeda
satu dengan yang lainnya, namun kita memiliki kewajiban yang sama
yaitu memuliakan nama Allah kita. Dengan menjalankan apa yang
menjadi kewajiban kita selama dalam dunia ini, maka kita juga telah
melakukan untuk Allah dengan demikian kita telah mengerjakan
pekerjaan Allah.
IV. SARAN UNTUK PENYAMPAIAN KHOTBAH
1. Bacalah dan doakanlah sebelum penyampaian Firman Tuhan
dan mintalah pimpinan Roh Kudus sehingga kita dapat mengerti
dengan lebih baik.
2. Khotbah ini dapat disampaikan dengan menggali informasi yang
berkaitan dengan hubungan-hubungan anak dengan orangtua,
pekerja dengan majikan maupun majikan kepada pekerja, sehingga
data yang diperoleh akan lebih informatif dan kekinian sehingga
menjadi sangat relevan dengan keadaan sekarang ini.
3. Sampaikan bagian-bagian secara umum tanpa menyerang pribadi.
Dengan mempersiapkan secara sungguh-sungguh, maka Firman
Tuhan akan menjadi berkat.
(PPD)

76
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Minggu IV (Komisi Pemuda)

MENGABDI KEPADA TUHAN YANG SAMA


Efesus 6.1-9

I. PENDAHULUAN
“Mah, Pah, aku sudah besar”. Begitulah sepatah dua patah kata
yang pernah kita ucapkan sebagai anak remaja atau pemuda kepada
orang tua kita. Ketika kita mengucapkan perkataan “aku sudah besar”
artinya kita merasa bahwa kita sudah bisa melakukan apa-apa sendiri.
Dulunya makan disuapi, sekarang bisa makan sendiri. Dulunya diantar
ke sekolah, sekarang bisa berangkat sekolah sendiri. Dulunya tidur
ditemani orang tua, sekarang bisa tidur sendiri. Ada perubahan situasi
yang terjadi ketika memasuki usia remaja, pemuda.
Usia remaja, dan pemuda adalah usia beranjak dewasa.
Usia remaja, dan pemuda akan mengalami fase perubahan secara
psikologi. Perubahan yang ditandai dari cara berpikir ingin mandiri,
sudah mempunyai pendirian sendiri, dan memiliki emosi yang sudah
bisa dikontrol sendiri tanpa melibatkan orang tua. Bahkan sampai ada
yang berubah ke arah kehidupan tidak bermoral.
Kita pasti pernah mendengar istilah arogansi hati. Arogansi hati
bukanlah fenomena yang langka di kalangan anak muda. Ada sebagian
anak muda yang hidup arogan terhadap orang tua, ataupun terhadap
orang lain di lingkungan sosial, dan di lingkungan pekerjaannya.
Arogansi hati adalah sikap hati yang menganggap dirinya lebih baik,
dan menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya. Ada perasaan
superior yang diwujudkan ke dalam tindakan yang angkuh, suka
memaksakan kehendak, dan bahkan sampai tindakan fisik.
Arogansi hati adalah sikap hati yang tidak terpuji dan
tidak benar dihadapan Tuhan. Orang yang arogan akan selalu
menyombongkan dirinya, menjadi keras kepala, dan sulit untuk
menerima saran dari orang lain. Selain itu, orang yang arogan akan
cenderung tidak peduli dengan kepentingan orang banyak karena
mereka lebih berfokus pada diri sendiri (egois). Firman Tuhan di
dalam Amsal 21:4 juga menjelaskan bahwa mata yang congkak, hati
77
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

yang sombong menimbulkan dosa di dalam diri manusia. Jadi arogansi


hati merupakan perbuatan yang tidak benar dihadapan Tuhan.
Mengabdi kepada Tuhan artinya menghormati, menyembah,
dan melayani Tuhan. Kita anak muda tentunya mengabdi kepada Yesus
Kristus. Kita menghormati, menyembah, dan melayani Yesus Kristus
karena sifat karakter-Nya yang dapat mengubahkan kehidupan. Di
dalam Alkitab, ada banyak sekali sifat kemanusiaan Yesus Kristus yang
tentunya tidak mengajarkan anak-anak untuk hidup tidak bermoral.
Hari ini, kita sebagai anak muda akan belajar menjadi orang yang lebih
baik lagi lewat surat Efesus, khususnya dalam kehidupan Keluarga
Kristen (gereja rumah tangga). Kita anak muda punya peran penting
dalam kehidupan keluarga, dan sosial.
II. TAFSIR
Efesus 6:1-9 merupakan lanjutan dari Efesus 5:22-32. Cakupan
dalam Efesus 6:1-9 adalah anak-anak, orang tua, hamba, dan tuan.
Ada beberapa kewajiban yang diingatkan oleh Rasul Paulus kepada
anak-anak, orang tua, hamba, dan tuan. Kewajiban ini tentunya
mengarah kepada bagaimana menjalin hubungan antarsesama. Rasul
Paulus tidak ingin jemaat Efesus yang terdiri dari anak-anak, orang
tua, hamba, dan tuan terseret dengan kehidupan orang-orang yang
masih hidup dalam sinkretisme, khususnya kehidupan orang yang
menyembah dewi Artemis. Alasannya karena mereka sudah menjadi
bagian dari Keluarga Allah, mereka sudah menjadi keluarga Kristen,
mereka sudah menjadi satu tubuh Kristus. Jadi, Rasul Paulus ingin
jemaat Efesus yang terdiri dari anak-anak, orang tua, hamba, dan tuan
terus memegang prinsip ketaatan dan kasih dalam menjalin hubungan
antar sesama sebagaimana yang Yesus Kristus teladankan.
Kata “anak-anak” (ayat 1). Teks ini tidak menjelaskan tentang usia,
jenis kelamin “anak” yang dituju oleh Rasul Paulus. Dan tidak ada
penjelasan juga terkait status anak seperti anak kandung atau anak tiri
atau anak adopsi. Namun jika dilihat dari nasihatnya, ada kemungkinan
“anak” yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus adalah anak yang berada
di bawah bimbingan orang tua. Jadi, semua anak yang berada di bawah
bimbingan orang tua, Rasul Paulus ingin mereka terus memegang
prinsip ketaatan dan kasih kepada orang tuanya sebagaimana yang
Yesus Kristus teladankan.

78
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Kata “taatilah” (ayat 1, 5). Ada dua kata taat yang dituliskan oleh Rasul
Paulus. Pertama, taat kepada orang tua. Kedua, taat kepada tuan. Dalam
Perjanjian Lama, kata “taat” berarti mendengarkan. Dalam Perjanjian
Baru juga mengartikan pada penjelasan mendengarkan. Jadi, dapat
kita pahami bahwa kata taat yang dimaksud bukan sekadar patuh,
tunduk, melainkan juga mendengarkan. Seorang anak mendengarkan
orang tua. Seorang hamba mendengarkan tuan. Kata “mendengarkan”
di sini bersifat aktif. Artinya anak dan hamba membutuhkan hikmat
dalam memilih mana yang harus didengarkan, karena otoritas
tertinggi bukanlah orang tua, atau tuan melainkan Allah.
Kata “hormatilah” (ayat 2, mengutip Kesepuluh Firman Kel. 20:12).
Kata “hormatilah” bersifat aktif. Dalam Perjanjian Lama, kata
“hormatilah” mengandung arti yang berharga, karena di situ ada sikap
menghormati. Jadi, bagi Rasul Paulus, orang tua adalah orang yang
harus dihormati, dihargai oleh anak-anak. Sama seperti penjelasan
tentang anak. Tidak ada batasan bagi anak-anak untuk menghormati
orang tua terkait status seperti orang tua kandung atau orang tua
tiri atau orang tua angkat. Rasul Paulus ingin anak-anak dapat
menempatkan orang tua yang sudah membimbing mereka menjadi
orang yang harus dihormati, dihargai.
Kata “hamba-hamba” (ayat 5). Kata Yunani doulos artinya budak,
pelayan. Seorang hamba atau budak bekerja untuk keperluan orang
lain, untuk melaksanakan kehendak orang lain. Efesus adalah sebuah
kota yang sangat besar, kota terpenting di Kerajaan Roma. Kota Efesus
menjadi pusat bisnis dan perdagangan. Pasti ada banyak hamba atau
budak yang bekerja, baik itu budak dari orang Kristen maupun non
Kristen. Tentunya, Rasul Paulus menuliskan surat ini kepada jemaat
Efesus yang bekerja sebagai hamba atau budak supaya mereka
tetap memegang prinsip ketaatan dan kasih kepada tuan mereka
sebagaimana mereka taat kepada Kristus.
Kata “tuan-tuan” (ayat 9) tentunya menunjuk kepada jemaat Efesus
yang memiliki hamba. Rasul Paulus menuliskan surat ini supaya
mereka tetap memegang prinsip ketaatan dan kasih kepada hamba
mereka sebagaimana mereka taat kepada Kristus.
Pesan
1. Allah adalah kepala Kristus. Kristus adalah kepala gereja. Suami

79
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

adalah kepala istri. Ibu, bapak adalah kepala keluarga. Ada berkat
Tuhan bagi anak yang menghormati orang tua. Berkat Tuhan itu
adalah bahagia dan umur panjang.
2. Hamba yang dipandang manusia sebagai budak mempunyai status
yang sama sebagai bagian dari tubuh Kristus.
3. Tuan juga sebagai bagian dari tubuh Kristus.
4. Prinsip ketaatan dan kasih yang diajarkan oleh Yesus Kristus
adalah mengorbankan diri. Ada berkat Tuhan bagi orang yang
terus memegang prinsip ketaatan dan kasih. Berkat Tuhan itu
adalah pemeliharaan Tuhan.
III. APLIKASI
Keluarga Kristen, yang dipanggil untuk menjadi ecclesia
domestica/gereja rumah tangga, tidak mengajarkan anak-anak muda
untuk bersikap arogan atau “kurang ajar”. Komisi remaja dan pemuda
adalah bagian dari keluarga Allah. Komisi remaja dan pemuda adalah
umat Allah yang telah dipersatukan oleh iman kepada Kristus. Komisi
remaja dan pemuda adalah anak-anak yang mengabdi kepada Yesus
Kristus. Mari kita wujudkan pengabdian kita kepada Yesus Kristus
dengan mengambil peran penting dalam kehidupan keluarga, dan
sosial. Kita harus terus memegang prinsip ketaatan dan kasih dalam
menjalin hubungan antar sesama sebagaimana yang Yesus Kristus
teladankan.
1. Kita sebagai anak harus mendengarkan orang tua. Hormat kepada
orang tua sebab orang tua kandung atau orang tua tiri atau orang
tua angkat adalah orang yang sudah membimbing kita, orang yang
harus dihormati, dihargai. Dan kita harus membutuhkan hikmat
dalam memilih mana yang harus didengarkan, karena otoritas
tertinggi bukanlah orang tua, tetapi Allah.
2. Kita sebagai hamba atau pekerja atau karyawan harus
mendengarkan tuan. Dan kita harus membutuhkan hikmat dalam
memilih mana yang harus didengarkan, karena otoritas tertinggi
bukanlah tuan, tetapi Allah. Walaupun status sama sebagai
bagian dari tubuh Kristus, kita tidak boleh ada sikap arogan atau
“kurang ajar” terhadap tuan, sebab itu juga tidak dibenarkan oleh
Tuhan. Tetap memegang prinsip ketaatan dan kasih kepada tuan
sebagaimana taat kepada Kristus.

80
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

3. Kita sebagai tuan yang memiliki pekerja atau karyawan harus bisa
memahami bahwa hamba atau pekerja atau karyawan bukan milik
kepunyaan pribadi, melainkan sesama anggota tubuh Kristus yang
harus dihormati dan dirangkul dalam kasih.
(BDFS)

81
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Minggu IV (Komisi Perempuan)

MENGABDI KEPADA TUHAN YANG SAMA


Efesus 6:1-9

I. PENDAHULUAN
Ada dua orang ibu yang sama-sama menjadi seorang pekerja. Ibu
A seorang yang bekerja di toko sembako. Ia bekerja setiap harinya
dengan sukacita, melakukan perintah bosnya dengan taat, segenap
hati dan ikhlas. Ibu A memiliki prinsip bahwa segala pekerjaan yang
dilakukan harus dengan tulus hati dan ikhlas karena itu semua untuk
kemuliaan Tuhan. Setiap pekerjaan yang ia lakukan semata-mata
untuk Tuhan. Sedangkan dengan Ibu B bekerja di sebuah toserba. Ia
melakukan pekerjaan dengan baik, tetapi ia melakukannya semata-
mata untuk menyenangkan hati sang bos dan mendapat pujian. Ibu A
melakukan pekerjaan untuk menyenangkan hati Tuhan, bukan untuk
tuannya atau orang lain, dan memaknai semua itu sebagai wujud atau
bentuk mengabdikan diri kepada Tuhan. Sedangkan Ibu B melakukan
pekerjaannya untuk membuat hati bosnya senang dan mendapat
pujian. Ibu B melakukan pekerjaan bukan untuk Tuhan tetapi untuk
menyenangkan hati bosnya dan orang lain.
Dari sini kita bisa lihat adanya dua prinsip yang berbeda. Menyenangkan
hati Tuhan atau menyenangkan hati atasan tempat kerja. Kita sudah
melihat mana yang Tuhan inginkan dan Tuhan mau dalam hidup kita.
Sebagai seorang pekerja atau hamba melakukan pekerjaan semata-
mata bukan untuk tuan, bos atau orang lain melainkan itu semua
untuk Tuhan, dan sebagai wujud dari pengabdian diri kita kepada-Nya.
Itulah yang hendak Rasul Paulus sampaikan kepada jemaat di Efesus
dalam Efesus 6:1-9. Rasul Paulus memberikan nasihatnya dengan
menyinggung peran dari jemaat Efesus saat itu sebagai anak, orang
tua, bapa, hamba dan tuan untuk mengabdikan diri mereka kepada
Tuhan yang sama yakni Tuhan Yesus Kristus.
II. ISI
Ketika membaca Surat Efesus terlihat tidak begitu panjang tetapi
memiliki makna atau arti yang dalam. Tidak hanya itu, dalam

82
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

surat Paulus kepada jemaat di Efesus terdiri dari dua bagian yang
seimbang. Bisa dilihat pada bagian pertama yakni pasal 1-3 yang
berisikan doktrin-doktrin, kemudian pada bagian kedua yakni pasal
4-6 menguraikan hal-hal praktik. Bagian satu yang menguraikan
bagaimana kekayaan orang Kristen dalam Kristus sedangkan bagian
kedua yakni memperlihatkan bagaimana jalan hidup dalam Kristus.
Kemudian ada hal yang menarik bahwa dalam kitab Efesus ini Rasul
Paulus dalam memberikan nasihat kepada jemaat di Efesus ini
pertama-pertama memberikan nasihatnya kepada manusia secara
personal yakni pada bagian perikop manusia baru dan anak-anak
terang kemudian selanjutnya Paulus memberikan nasihatnya kepada
peran manusia sebagai anak, sebagai suami-istri, sebagai seorang
ayah, sebagai seorang hamba dan sebagai seorang tuan. Di sini tampak
bahwa Paulus ingin memberikan nasihat tidak hanya mengenai bagian
pribadi seseorang sebagai manusia itu sendiri tetapi juga menyentuh
sisi peran mereka sebagai manusia terlebih dalam lingkup keluarga.
Rasul Paulus ingin menyentuh semua sisi manusia baik itu pribadi
sebagai manusia tetapi juga menyentuh peran mereka yakni sebagai
anak, sebagai suami-istri, sebagai seorang ayah, sebagai seorang
hamba dan sebagai seorang tuan dalam lingkup keluarga.
Berkaitan dengan tema, yakni “Mengabdi kepada Tuhan yang Sama,”
Rasul Paulus sudah lebih dulu memberitahukan nasihatnya pada
perikop sebelumnya yakni dalam pasal 4. Disana memperlihatkan
adanya nasihat bagi jemaat Efesus secara pribadi yang diharapkan
untuk menjadi seorang yang rendah hati, lemah lembut, dan sabar
lalu membantu sebagai ungkapan kasih dan juga pada keutuhan
jemaat yang merupakan ekspresi hidup berpadanan dengan Injil. Lalu
pada Ef 4:5-6, disana adanya satu set atau satu rangkaian yakni satu
Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa yang merupakan
semacam rumusan kuno tentang Trinitarian atau ketritunggalan atau
bahkan semacam mulai terbentuk ortodoksi atau keyakinan ajaran-
ajaran baku. Jelas bahwa Paulus mengharapkan jemaat Efesus yang
saat itu berada dalam pergumulan tentang persatuan, karena di sana
muncul berbagai perdebatan, perpecahan dan pembenaran terhadap
berbagai ajaran yang ada untuk tetap menyembah satu Tuhan yang
sama dan hidup dalam Kristus. Tidak hanya menyembah tetapi juga
mengabdikan diri kepada Tuhan yang sama yakni mengabdikan diri
kepada Kristus karena hanya Kristuslah kita memperoleh damai

83
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

sejahtera, kasih karunia dan keselamatan yang sempurna.


Mengabdikan diri kepada Tuhan yang sama yakni Kristus, tidak hanya
menjadi pribadi atau karakter kita baik, lemah lembut, tetapi juga
dalam lingkup keluarga pun juga kita harus mengabdikan diri kita
kepada Kristus. Ketika kita sudah berada dalam Kristus, harus untuk
meneladani nilai-nilai Kristus dalam kehidupan kita baik sebagai
anak, seorang ayah, seorang hamba dan tuan. Pada perikop ini yakni
tentang taat dan kasih (6:1-9) merupakan kelanjutan dari perikop
sebelumnya yakni tentang manusia baru. Secara khusus Paulus disini
ingin menekankan untuk hidup taat dan kasih sebagai orang Kristen
yang hidup dalam Kristus. Maka secara jelas Paulus pada perikop ini
memberikan nasihat kepada orang-orang Kristen Yahudi dan bukan
Yahudi baik itu anak-anak, bapa-bapa, hamba-hamba, dan tuan-tuan
untuk hidup dalam kasih dan menyatakan kemuliaan Tuhan dengan
status, atau peran yang mereka miliki. Pada ayat pertama, Paulus
memberikan nasihat tentang hubungan antara orangtua dan anak-
anak. Paulus menuntut, agar supaya anak-anak hidup sebagai orang-
orang yang kudus dan menaati orangtua mereka. Menaati dan taat
kepada orangtua (ayah-ibu) merupakan sebuah keharusan. Karena
Allah telah menyatakan kasih-Nya kepada orang tua mereka dan
dibalik orangtua inilah Tuhan yang rahamani sedang bekerja untuk
itu mereka yakni anak-anak tidak dapat mengasihi Allah kalau mereka
tidak mengasihi sesamanya yakni ayah dan ibu mereka yang sesama
mereka. Ada pendapat yang mengatakan Rasul Paulus menasihatkan
bahkan menuntut untuk tidak hanya tentang ketaatan tetapi juga
penghormatan (timè), penghormatan memilki arti lebih dari sebuah
ketaatan. Didalamnya mengandung ketakutan, takut kepada Tuhan
karena orangtua merupakan wakil Allah. Untuk itu orangtua berhak
atas penghormatan. Kita bisa lihat dalam Perjanjian Lama (PL) di Israel
orang atau anak mengutuki orangtua dihukum dengan hukuman mati
(Kel 21:17; Im 20-9). Tuhan Yesus secara tegas menghukum orang
yang menyia-nyiakan orangtuanya (Mat 15:4-6). Serta para rasul-
rasul juga menasihati anggota-anggota jemaat untuk mengasihi dan
menghormati orangtua mereka (Kol 3:20). Dari sini memperlihatkan
bahwa dalam hubungan antara orangtua dan anak-anak secara ethis
dan nilainya sangat tinggi. Mereka adalah wakil Allah di dunia dan
karena itu mereka berhak mendapatkan respek dan penghormatan.
Karena Allah berkenan menciptakan kita dengan perantaan mereka.

84
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Kemudian diayat kedua dan ketiga yakni ada janji (epanggelia) yang
berbunyi “supaya kamu berbagaia dan panjang umurmu di bumi”. Janji
ini diberikan Tuhan kepada anak-anak dari anggota-anggota jemaat di
Efesus. Ada Paulus mengingatkan anak-anak, bahwa orangtua adalah
suatu pemberian Allah, yang mengandung suatu janji.
Kemudian dalam ayat keempat Paulus menasihatkan kepada bapa-
bapa untuk tidak membangkitkan amarah di hati anak-anaknya
tetapi mendidik mereka dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Bapa-bapa
dilihat atau dianggap sebagai kepala rumah tangga (keluarga) yang
memikul tanggung jawab yang besar, menjadi teladan dan wibawa.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa Rasul Paulus memberikan
secara konkret dan dimulai dengan bagian “janganlah bangkitkan
amarahmu” terkesan memperlihatkan sisi atau bagian yang negatif.
Parorgezein : mengganggu, memanaskan hati, membuat menjadi
marah atau Parorgidzo: membangkitkan kemarahan, memprovokasi,
menjengkelkan, kemarahan. Kemarahan atau amarah dapat membawa
kita kepada dosa dan kuasa iblis sehingga karena amarahlah orang
akan jatuh kedalam dosa dan memisahkannya dari Allah. Seorang
bapa yang memanaskan hati atau membangkitkan amarah anak-
anaknya sehingga mereka menjadi marah, dan dengan sadar atau
tidak sadar memimpin anak mereka kepada pemberontakan.
Pemberontakan yang nantinya melawan segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan bapa dan juga kepada Allah sebagai Bapa.
Bahwa sikap, perkataan, perbuatan, tindakan dan lain-lain dari
orangtua mungkin dapat menjadi penyebab timbulnya kemarahan
anak-anak. Karena itu Paulus menasihati orangtua terutama bapa-
bapa, supaya mereka menghindarkan semuanya itu. Tapi jika kita lihat
dalam ayat ini juga Paulus menasihatkan kepada bapa supaya mereka
mendidik (Ektrephein) anak-anak mereka di dalam ajaran dan nasihat
Tuhan. Disini tampak atau memberikan kesan positif. Kita tahu bahwa
menjadi seorang ayah atau bapa tidaklah mudah. Seorang ayah atau
menjadi seorang bapa memiliki tanggung jawab yang besar dalam
mendidik anak-anak mereka tidak hanya memiliki karakter yang baik
tetapi juga mendidik dan menanamkan nilai-nilai Kristiani dalam
kehidupan anak-anak mereka. Kemudian pada ayat kelima Paulus
menasihatkan untuk hamba-hamba, disamping suami dan istri,
orangtua dan anak-anak maka tuan dan hamba merupakan keluarga.
Disini Paulus menasihatkan kepada hamba-hamba untuk menurut

85
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

kepada perintah orang yang menjadi tuamu di dalam perkara dunia.


Paulus menasihatkan untuk taat, ketaatan yang Paulus maksudkan
ialah ketaatan yang benar, ketaatan yang sesungguhnya. Ketaatan
yang mereka nyatakan dalam hidup mereka tiap-tiap hari. Maksudnya
adalah supaya hamba-hamba menaati tuan-tuan mereka dengan
cara mereka menyatakan ketaan mereka yakni melakukan segala
sesuatu pekerjaan dan apapun yang dilakukan dengan tulus hati sama
seperti kepada Kristus. Ketaatan yang dinyatakan dengan hati yang
tulus, ikhlas dan apa yang dikerjakan seluruhnya diarahkan untuk
kemuliaan Kristus. Inilah yang Paulus tuntut dari mereka. Kemudian
ayat ke enam Paulus memberikan nasihat atau mengingatkan kepada
para hamba sedikit terkesan tegas bahwa mereka jangan melakukan
pekerjaan atau perintah dari tuannya untuk menyenangkan hati orang
atau mereka jangan melakukan pekerjaan di depan tuan mereka untuk
menyenangkan hati tuan mereka untuk mendapatkan pujian. Paulus
menasihatkan supaya jangan di hadapan tuan-tuan mereka saja
dengan mereka patuh dan taat dengan kata lain jangan menyatakan
ketaatan itu di bawah pengawasan dari tuan-tuan mereka, itu
merupakan ketaan palsu atau ketaatan yang pura-pura. Selanjutnya
Paulus memberikan nasihat atau mengingatkan dengan kesan positif
bahwa sebagai hamba-hamba, ketaatan yang benar adalah ketaatan
ketika mereka melakukan segala pekerjaan dan perintah tuannya
dengan segenap hati. Sama ketika sebagai seorang hamba Kristus,
yang hidup dalam Kristus melakukan kehendak Allah dengan segenap
hati. Hal itu juga harus dinyatakan dalam hubungan hamba dan tuan.
Tidak bekerja untuk menyenangkan hati tuannya di dunia saja tetapi
ketika bekerja juga mengingat dan melihat Kristus. Dalam ayat ketujuh
juga Paulus memperlihatkan sifat ketaatan yang hamba-hamba
harus lakukan terhadap tuan mereka. Bekerja tanpa paksaan tetapi
bekerja dengan penuh kerelaan (kesukaan) seperti orang-orang yang
melayani Tuhan dan bukan melayani manusia. Sebab dengan hal ini,
ketika hamba-hamba melakukan pekerjaan mereka, mereka pertama-
tama tidak melihat tuan-tuan mereka sebagai tuan mereka didunia
atau melakukan pekerjaan untuk menyenangkan hati tuannya tetapi
kepada Tuhan mereka yang didalam Sorga.
Selanjutnya pada ayat delapan, di ayat ini mengandung arti yang
penting yakni Paulus bukan saja secara langsung menjanjikan upah
(balasan) kepada hamba dalam rangka menghibur mereka berhubung

86
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

dengan apa yang tidak mereka peroleh di hidup mereka di dunia


tetapi sebaliknya Paulus lebih mengingatkan agar mereka kepada
kebenaran yang berlaku bagi tiap-tiap orang yaitu bahwa yang bai,
melakukan segala sesuatu dengan tulus, ikhlas dan kerelaan akan
menerima upah dari Tuhan. Hal itu berlaku bagi hamba-hamba
maupun bagi orang-orang merdeka (eleutheroi). Dalam pelayanan
yang berat, hamba jalankan atau lakukan untuk tuannya hamba harus
melakukannya semua itu untuk Tuhan karena Tuhan akan membalas
tiap-tiap perbuatan baik entah itu perbuatan baik yang dilakukan
oleh hamba atau oleh orang-orang merdeka. Sesudah hamba-hamba,
Paulus juga memberikan nasihat kepada tuan-tuan. Bagian pertama
disini Paulus memberikan nasihat secara umum, tetapi pada bagian
kedua merupakan pelengkap dari bagian pertama yakni contoh atau
tindakan konkret untuk hubungan antara hamba dan tuan. Tuan-tuan
dinasihati supaya dalam hubungan mereka hamba-hamba mereka
bukan hubungan atas kehendak mereka tetapi atas kehendak Allah
yang harus mereka ikuti. Seperti yang ada di ayat kesembilan yakni
tidak boleh memakai kekerasan, dan ancaman. Pada saat itu hamba-
hamba itu milik mereka, tetapi mereka sebagai tuan-tuan tidak
boleh bertindak sewenang-wenang terhadap hamba-hamba mereka.
Bertindak sewenang-wenang seperti mengintimidasi, melontarkan
cacian atau umpatan, menteror, menghukum bahkan memukul.
Mereka para tuan harus mengetahui atau mengingat (Yunani eidotes,
participium dari oida) bahwa mereka sama seperti hamba-hamba
mereka dan bersama-sama dengan hamba-hamba mereka berada
di bawah kuasa Kristus dan hidup dalam dan bagi Kristus. Terhadap
tuan-tuan di dunia, Tuhan tidak memandang muka atau tidak ada
keterpihakan dengan mereka yang bebal dan taat pada perintah-
Nya. Kaum perempuan yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus
Kristus, dari nasihat dan bacaan yang tercermin dalam Efesus 6:1-
9 memperlihatkan prinsip hubungan orangtua dengan anak begitu
juga majikan dengan pekerjanya yakni prinsip ketaatan, hormat dan
kasih belandaskan keadilan. Anak yang harus taat dan hormat kepada
orangtuanya bahwa orangtua merupakan pemberian Allah dan wakil
Allah di dunia sehingga anak dituntut untuk taat dan hormat kepada
orangtua karena akan ada janji yang diberikan yakni kebahagiaan
dan panjang umur. Begitu juga orangtua juga diingatkan untuk
mendidik anak-anak mereka dalam kasih, dalam ajaran serta nasihat

87
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Tuhan. Kemudian prinsip hubungan majikan dan tuannya yakni


saling menghargai dan mewujudkan kasih yang berkeadilan tanpa
kekerasan. Bahwa setiap pribadi berhak untuk mendapatkan hak yang
sama untuk menerima yang baik dari Tuhan atas setiap kebaikan yang
dilakukan.
Nasihat indah dan tegas dari Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus
yang tercermin dalam teks Efesus 6:1-9 mengingatkan kita bahwa
hidup di dalam Kristus kita tidak hanya harus menjadi pribadi yang
baik, rendah hati, lemah lembut tetapi Kristus menginginkan kita juga
memiliki karakter itu dan membangunnya dalam lingkup keluarga.
Sesungguhnya Tuhan ingin menunjukkan bahwa Ia selalu hadir dan
penuh kuasa, kehadirannya menyentuh seluruh aspek dan peran
di kehidupan. Itu semua hanya dapat dimaknai dengan sungguh-
sungguh jika kita taat mengikuti perintah-Nya. Lewat ketaatan, dan
mewujudkan kasih yang beralaskan keadilan, Tuhan hadir dalam
setiap aspek, peran dan relasi kehidupan kita.
III. PENUTUP
Kaum perempuan yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
melalui bacaan dan nasihat dari Rasul Paulus ini sesungguhnya kita
belajar dan diingatkan bahwa Yesus menginginkan kita setiap pribadi
kita dan peran kita didalam keluarga atau di lingkungan sosial kita
untuk menjadi pribadi yang penuh dengan ketaatan dan kasih yang
berkeadilan. Sebagai kaum perempuan dengan figure seorang ibu
tentu tidak mudah. Harus siap menjadi panutan karena kita akan
dicontoh, ditiru anak sampai anak itu dewasa. Untuk itu seorang ibu
harus memiliki kasih yang berkeadilan, seorang ibu yang bijak, tidak
egois, sabar dan kuat. Sebagai orang tua, tidak boleh egois yakni
dengan memaksakan cita-cita kita kepada anak. Tidak hanya itu tetapi
seorang ibu juga mampu mendidik anaknya untuk taat dan setia dalam
Tuhan Yesus, seperti mengingatkan untuk berdoa, membaca Alkitab,
membangun saat teduh bersama. Mengajarkan tentang kebenaran
sesuai dengan nilai-nilai atau ajaran yang Yesus ajarkan. Berani tegas
dan disiplin tetapi tidak dengan kekerasan fisik atau verbal.
Kemudian sebagai seorang perempuan yang memiliki peran sebagai
tuan, bos atau atasan terlebih kita sebagai orang Kristen haruslah
untuk memiliki karakter yang baik dan benar. Menjadi tuan, bos atau
majikan haruslah yang penuh kasih yang berkeadilan dan lemah
88
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

lembut. Misal ketika ada karyawan melakukan kesalahan jangan


langsung dengan emosi atau mengeluarkan cacian tetapi cobalah
untuk berbicara dengan lembut dan diselesaikan dengan kepala
dingin tidak dengan emosi. Lalu sebagai tuan, bos atau majikan harus
memberikan hak dari apa yang harusnya diterima oleh karyawan
(tidak boleh bertindak sewenang-wenang) atau memberikan
ancaman bahkan sampai melakukan kekerasan baik fisik dan verbal.
Jika hal ini terjadi yang ada malah kasih itu tidak terwujud dan Kristus
tidak hadir dalam aspek kehidupan kita. Kemudian diantara kita
kaum perempuan pasti ada yang menjadi seorang karyawan, buruh
atau pekerja. Menjadi seorang karyawan, buruh atau pekerja tidaklah
mudah tentunya apalagi seorang Kristen yang harus menerapkan
nilai-nilai kristiani dalam kehidupan termasuk dalam pekerjaan
yang dilakukan. Berbuat kasih, sabar, lemah lembut kemudian
melakukan pekerjaan dengan sukacita dan hati yang tulus. Baik jika
kita melakukan segala pekerjaan untuk Tuhan. Untuk menyenangkan
hati Tuhan bukan untuk hati tuan, bos atau majikan bahkan orang lain
tetapi semua kita lakukan untuk Tuhan sebagai bentuk wujud kita
mengabdikan diri kita kepada Tuhan Yesus Kristus. Marilah bersama-
sama sebagai kaum perempuan Kristen untuk mengusahakan dengan
aktif kehadiran Tuhan dalam aspek, peran dan relasi dalam kehidupan
keluarga. Dengan menanamkan prinsip yang Yesus ajarkan dan tidak
melakukan kekerasan fisik dan verbal. Allah menuntut ketaatan kita
dalam segala aspek, lalu bagaimana wujud nilai-nilai kristiani kita
dalam relasi keluarga, di tengah pekerjaan, dan lainnya? Adakah kita
menghadirkan Allah dalam segala aspek kehidupan kita?
(ESA)

89
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Minggu IV (Komisi Pria)

MENGABDI KEPADA TUHAN YANG SAMA


Efesus 6:1-9

I. PENDAHULUAN
Keluarga pada dasarnya adalah wadah pertama dan terutama bagi
seorang anak untuk belajar hal-hal penting sebagai bekal mereka
ketika menghadapi dunia luar. Selain itu, keluarga juga menjadi
wadah atau tempat bagi orang tua, khususnya seorang ayah untuk
menanamkan dan mengajarkan nilai-nilai luhur dan kasih Allah
kepada anak-anaknya. Namun, fakta yang terjadi di lapangan tidaklah
demikian. Banyak masalah atau kasus yang terjadi di tengah keluarga,
khususnya relasi antara ayah dan anak.
Situs berita republika.id melaporkan tentang peningkatan kasus
kekerasan terhadap anak. Dipaparkan bahwa pada tahun 2019 kasus
yang dicatat sebanyak 11.057 kasus. Pada tahun 2020 meningkat
menjadi 11.278 kasus. Pada tahun 2021 kasus kekerasan terhadap
anak menjadi 14.517 kasus. Kemudian pada tahun 2022 terjadi
peningkatan menjadi 16.106 kasus kekerasan terhadap anak. Data
ini semakin didukung dengan adanya berita kekerasan, pembunuhan,
dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh ayah kepada anaknya.
Dalam situs radarsemarang.jawapos.com, pada tanggal 4 Juli 2021,
tepatnya di Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang terdapat seorang
ayah yang membunuh anak kandungnya hanya karena kesal dengan
istrinya. Kemudian dalam situs detik.com, pada tanggal 28 Februari
2023 di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat ada seorang ayah yang
tega mencabuli anak kandunganya yang baru berusia delapan tahun.
Berdasarkan data dan berita faktual ini, isu keluarga khususnya peran
ayah penting dalam keluarga. Ayah memiliki peranan yang sangat
besar dalam membangun keluarga, khususnya berperan penting
dalam mendidik anak sesuai dengan kebenaran dan kasih Allah. Selain
itu, seorang ayah juga penting menanamkan kepada anaknya untuk
menyembah kepada Yesus Kristus, Sang Jurus’lamat.

90
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

II. TAFSIR
Efesus 6:1-9 yang menjadi fokus bacaan kita kali ini memaparkan
beberapa perintah yang ditujukan kepada empat pihak, yakni: (1)
perintah kepada anak untuk mentaati orang tua (1-3); (2) perintah
kepada orang tua untuk mendidik anak (4); (3) perintah kepada
hamba untuk mentaati tuannya (5-8); dan (4) perintah kepada tuan
untuk mengasihi hambanya (9).
Menaati orang tua
Dalam perintah pertama, seorang anak didorong untuk “mentaati”
orang tuanya. Paulus dalam hal ini mendorong agar setiap anak
dapat mentaati setiap perintah yang diberikan oleh orang tuanya.
Ketaatan tersebut diikuti dengan ketundukan penuh kepada otoritas
orang tuanya, khususnya otoritas seorang ayah kepada anak-anaknya.
Selain itu, perintah anak mentaati orang tuanya juga diikuti dengan
kesadaran bahwa hal ini dilakukan seperti dan hanya untuk Tuhan
saja. Paulus sangat menekankan perintah ini kepada anak, karena
dengan mempelajari ketaatan dan ketundukan kepada orang tuanya,
anak belajar untuk belajar mentaati Allah.
Mendidik anak
Lalu perintah kedua, orang tua, khususnya ”bapa” didorong untuk
”mendidik” anak-anaknya. Pada Efesus 6:4 dikatakan bahwa ”Dan
kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-
anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.”
Dari ayat itu, seorang ayah, sebagai orang tua perlu mendasarkan
ajaran dan nasihat dalam kasih. Perintah ini menunjuk ayah secara
khusus, karena memang ayah perlu ditaati dan dihormati, tetapi dari
perintah ini jelas bahwa ayah tidak dapat seenaknya memberikan
segala macam perintah kepada anak. Ketaatan dan kehormatan yang
dilakukan anak dan diterima oleh ayah adalah untuk mendidik dan
mendisiplinkan anak bukan menyiksa anak.
Seorang ayah berperan untuk memastikan bahwa anaknya berproses
dalam keluarga yang adalah gereja mini sekaligus hidup, tumbuh, dan
berkembang dalam firman Tuhan. Didikan ayah inilah yang menjadi
langkah awal anak mengenal Tuhan, karena tidak mungkin bagi
seorang anak dapat mengenal Tuhan tanpa didikan ayahnya.

91
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Melihat dua perintah pertama ini, jelas bahwa baik anak maupun ayah
memiliki perannya masing-masing yang saling berkaitan satu sama
lain, tidak dapat dipisahkan, bahkan dijalankan hanya pada satu sisi
saja. Keduanya saling mengasah dan mengasihi satu sama lain dalam
kasih Tuhan. Tidak lupa juga berkaca dari dua perintah terlihat bahwa
relasi antara anak dengan orang tua, khususnya ayah adalah egaliter
meski memang yang mendapat penghormatan adalah ayah, tetapi
bukan berarti berada pada posisi tertinggi.
Dalam keluarga tidak ada relasi kuasa, dimana salah satu pihak
mendapatkan tekanan yang berlebih. Relasi antara anak dengan
ayah dibangun di dalam kasih Tuhan yang sarat akan keadilan dan
kedamaian, sehingga di dalam keluarga baik anak maupun ayah
membangun relasi nir-kekerasan, yaitu tanpa kekerasan fisik maupun
verbal.
Hamba mentaati tuannya
Lebih lanjut, perintah ketiga yang ditujukan untuk hamba ini
mendorong mereka untuk taat dengan takut dan gentar. Kata takut
dan gentar ini merupakan sebuah respons ketundukan penuh seorang
hamba kepada tuannya. Seorang hamba berada di bawah kuasa
tuannya, itulah sebabnya segala perintah tuannya dilakukan dengan
ketaatan penuh.
Perintah kepada hamba ini pun mendorong mereka dalam
pelayanannya untuk mengerjakan segala sesuatunya hanya untuk
Tuhan saja. Fokus hanya untuk Tuhan saja bagi Paulus adalah cara
agar seorang hamba memiliki kebulatan hati dan tekad. Kejujuran
dan usaha penuh, sehingga pelayaan yang mereka lakukan tujuannya
bukan untuk memuaskan manusia, tetapi yang terutama adalah
memuaskan Tuhan.
Tuan mengasihi hambanya
Terakhir, perintah keempat diarahkan untuk tuan yang memiliki hamba.
Paulus menegaskan kepada tuan untuk berbuat atau memperlakukan
hambanya dengan hal yang sama, yakni kasih. Setiap tuan didorong
agar memperlakukan hamba sama tidak membeda-bedakan atau
memandang rendah hambanya sekaligus mengasihi setiap hambanya
dengan kasih yang berasal dari Tuhan. Hal ini disampaikan dengan

92
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

jelas dalam Efesus 6:9b berkata, “Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan
Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka.”
Melihat dua perintah kedua ini, jelas bahwa prinsip dasar atau relasi
dasar antara hamba dengan tuannya jelas terlihat hierarkinya. Hamba
berada di bawah kuasa tuan, sementara tuan memiliki hamba. Namun,
dalam pandangan Paulus ada pun hierarkinya bukan berarti hamba
lebih rendah dan tuan lebih tinggi, keduanya dipandang oleh Tuhan
sebagai pribadi yang sama. Itulah sebabnya baik hamba maupun
tuannya mendapatkan perannya masing-masing. Hamba bertugas
mentaati dan tunduk sepenuhnya kepada perintah tuannya, sementara
tuan bertugas untuk mengasihi hambanya.
Hamba dan tuan ini pun didorong dalam relasinya didasarkan pada
kasih Tuhan yang penuh akan keadilan dan kedamaian, sehingga di
dalam hamba dan tuan tidak ada kekerasan. Segalanya didasarkan
dan dijalankan pada jalan nir-kekerasan, yaitu tanpa kekerasan fisik
maupun verbal.
III. PESAN
Rasul Paulus ingin menyampaikan kepada para pembaca (anak, ayah,
hamba, dan tuan) bahwa dalam keluarga ketaatan yang tunduk akan
otoritas Tuhan dan kasih Tuhan yang esa yang menjadikan keluarga
bertumbuh dan berfokus kepada Tuhan. Dengan perintah-perintah
ini setiap pihak, secara khusus ayah menjadi ujung tombak keluarga
untuk mengajarkan dan mengajak untuk menyembah Tuhan yang esa.
Selain itu, ayah pun mengajarkan ketaatan dan kasih Tuhan yang esa
dalam Yesus Kristus, Sang Jurus’lamat.
IV. APLIKASI
Dalam keluarga setiap anggota mulai dari anak, ibu, dan ayah
memiliki peran atau tanggung jawab masing-masing yang saling
melengkapi satu sama lain. Namun, seorang ayah yang menjadi fokus
kita kali ini memiliki beberapa tanggung jawab yang krusial dalam
pembangunan dan pertumbuhan keluarga dalam kasih Tuhan yang
esa, khususnya tanggung jawab untuk mendidik dan mendisiplinkan
anak-anak.
Seorang ayah memiliki tugas untuk menjadi seorang guru atau
teladan untuk anak-anaknya. Ayah mengajarkan dan mencontohkan

93
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

apa yang disebut sebagai ketaatan. Pada aplikasinya seorang ayah


bisa melakukan banyak cara untuk mendidik anak dalam kasih Tuhan.
Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan oleh seorang ayah, yakni:
(1) ayah menjadi guru dengan menyediakan waktu khusus untuk
ibadah rumah tangga bersama dengan istri dan anak-anaknya; (2)
ayah menjadi seorang dokter dengan menyediakan energi secara
khusus untuk bisa memberikan perhatian dan kasih sayang kepada
anaknya; (3) ayah menjadi seorang sahabat dengan membuka dirinya
secara khusus untuk bisa menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi
anaknya.
V. SARAN UNTUK PENYAMPAIAN KHOTBAH
Tema khotbah ini bisa disampaikan dengan beragam cara,
seperti menampilkan beberapa fakta tentang relasi atau peran seorang
ayah di dalam keluarga dan menceritakan ilutrasi atau kisah nyata
tentang apa yang perlu dilakukan seorang ayah di dalam keluarga atau
tumbuh anaknya. Khotbah ini pun bisa disampaikan dengan mencari
isu atau hal relevan apa yang terjadi dalam kehidupan para pendengar
saat ini. Selain itu, bahan ini bisa disampaikan dengan bahasa atau
pengkalimatan yang mudah dimengerti dan diterima dengan cara
menggunakan istilah dan kalimat yang sederhana, sehingga para
pendengar dapat cepet memahami setiap poin atau inti dari bahan ini.
(JWN)

94
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Minggu IV (Komisi Senior - Pemahaman Alkitab)

MENGABDI KEPADA TUHAN YANG SAMA


Efesus 6:.1-9

I. PUJIAN PEMBUKA: Kucinta Kekuarga Tuhan


II. PENDAHULUAN
Nasihat Rasul Paulus dalam hal relasi dalam keluarga maupun relasi
majikan dan pekerja dimulai dari 5:22, lalu berlanjut hingga 6:9. Salah
satu tokoh Reformasi, Martin Luther, menyebut perikop itu sebagai
‘daftar aturan untuk rumah tangga’ (house table), yaitu kumpulan
aturan yang diformulasikan untuk mengatur pola perilaku di dalam
keluarga Kristen. Ada juga yang menyebutkan sebagai ‘aturan peranan’
karena masing-masing individu disebutkan sesuai dengan peran
masing-masing (suami-istri, orang tua-anak, hamba-majikan). Aturan-
aturan yang disebutkan rasul Paulus ini sedikit banyak dipengaruhi
oleh tradisi Yahudi Helenistik.
Dalam dunia Helenistik Yudaisme, keluarga dilihat sebagai fondasi
komunitas yang lebih besar (masyarakat atau negara). Oleh karena itu
pengelolaan keluarga yang tepat menjadi perhatian sosial dan politis
yang penting. Namun Paulus tetap menekankan adanya perbedaan.
Paulus tidak membadingkan keluarga dengan entitas politis seperti
kota atau negara, seperti yang dilakukan para filosof pada jaman itu.
Paulus juga menyatakan bahwa dasar hubungan keluarga bersumber
dari kasih Kristus, sementara para filosof saat itu menyatakan bahwa
dasar dari hubungan keluarga adalah terciptanya lembaga politik yang
kuat. Kasih Kristus tidak menekankan hierarkhi-struktural, sedangkan
lembaga poitik sangat menekankan hierarkhi-struktural. Kasih Kristus
menekankan terwujudnya keadilan distributif, sedangkan lembaga
politik menekankan keadilan retibutif. Kotbah ini tidak membicarakan
perihal keluarga dalam kaitannya dengan lembaga politik, melainkan
keluarga yang mendasari hidupnya di dalam kasih Kristus sebagai
Tuhan dan Raja atas keluarga. Secara khusus apa yang Paulus tulis
dalam 6:1-9.

95
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

III. LATAR BELAKANG TEKS


Anak-anak dan Orang tua – 6 :1-4.
Setelah menjelaskan hubungan timbal balik suami-istri (5:22-33),
Paulus melanjutkan penjelasannya terkait dengan hubungan anak-
anak dan orang tua (6:1-4), dan kemudian tugas timbal balik hamba
dan tuan (6:5-9). Penjelasan Paulus yang lengkap ini menunjukkan
bahwa Paulus menaruh perhatian yang serius atas seluruh persoalan
yang muncul dalam keluarga.
Paulus memerintahkan anak-anak supaya menaati orangtua. Mereka
harus diajar tanggungjawab. Dalam konsep Paulus, ketaatan anak
kepada orangtua menjadi gemabaran ketaatan anak kepada Kristus.
Anak yang taat kepada orangtua, dengan demikian adalah anak
yang taat kepada Kristus. Untuk mempertegas perintahnya, Paulus
mengutip perintah kelima dari Dasa Titah ‘hormatilah ayahmu dan
ibumu’. Bagi anak-anak yang masih hidup serumah dengan orangtua,
mereka harus mentaati dan menghormati, sedangkan bagi yang
yang sudah meninggalkan rumah orangtua, mereka mereka harus
memerhatikan orangtua mereka yang semakin menua. Dalam konteks
Efesus, ketaatan anak kepada orangtua adalah komitmen dari keluarga
yang mengamalkan pengajaran Kristus. Perintah untuk menghormati
orangtua muncul di lima tempat di dalam Perjanjian Baru, namun
hanya di Efesus 6 ini janji yang mengikuti perintah itu dicantumkan.
Dalam konteks aslinya di kitab Keluaran 20, janji itu diberikan kepada
anak-anak yang taat sampai mereka memperoleh usia yang panjang di
bumi (Israel).
Jika anak-anak dinasihati supaya mereka menaati orangtua, maka
orangtua, khususnya para ayah tidak boleh membangkitkan amarah
anak-anak. Sebaliknya mereka harus mendidik anak-anak dalam
ajaran dan nasihat Tuhan. Di dalam keluarga, para ayah didorong
untuk menerapkan kasih dan disiplin secara seimbang. Secara implisit
Paulus menekankan kepada para ayah untuk tidak memanipulasi
dan mengeksploitasi anak-anak mereka untuk kepentingan mereka.
Sebaliknya anak-anak harus diberi pengajaran dan nasihat di dalam
Tuhan. Di belakang pengajaran dan nasihat orangtua, ada Tuhan yang
memberi otoritas kepada orangtua. Melalui pengajaran dan nasihat
ini, diharapkan anak-anak mengenal Tuhan secara pribadi.

96
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Hamba dan Tuan – 6:5-9


Pasangan berikutnya yang diatur Paulus dalam aturan keluarga adalah
hamba dan majikan. Struktyur 6:5-9 mirip dengan bagian sebelumnya,
dimana kelompok yang harus menunjukkan sikap taat disebutkan
lebih dahulu (band. dengan 6:1). Nasihat pertama diberikan kepada
para hamba untuk taat kepada majikan (6;5). Kemudian dilanjutkan
dengan empat penjelasan tentang pelayanan yang harus mereka
lakukan, yaitu melayani dengan takut dan gentar, dan dengan tulus
hati (ay. 5b), melayani jangan hanya di depan majikan saja untuk
menyenangkan hatinya (ay.6a), melayani sebagai hamba-hamba
Kristus dalam melakukan kehendak Allah (ay. 6b) dan melayani dengan
rela hati seperti untuk Tuhan (ay. 7). (catatan penukis: akan lebih
tajam jika keempat karakter ini dapat dieksplorasi lebih mendalam
lagi) .
Yang menarik dari aturan ini adalah rasul Paulus langsung menasihati
para hamba dalam satu cara yang belum pernah dipakai sebelumnya,
karena dalam budaya masyarakat tentang aturan keluarga, fokus
perhatian biaanya ada pada bagaimana seorang tuan harus mengatur
para hambanya. Sama seperti aturan yang diberikan kepada para istri
dan anak-anak, aturan Paulus kepada para hamba ini menekankan
kesamaan derajat dengan majikan mereka.
Demikian juga kepada para majikan, rasul Paulus memberikan
aturan mengenai tanggungajwab mereka kepada para hamba, yaitu
menghargai mereka sebagai manusia. Dalam tradisi yang berkembang
pada jaman itu, hamba adalah musuh majikan. para majikan dapat
memperlakukan hamba-hamba mereka (budak) sekehndak hati
mereka. Para hamba pada jaman itu sudha terbiasa mendapat ancaman,
siksaan, dan brbagai bentuk kekerasan dan eksploitasi lainnya. Oleh
jarena itu nasihat Paulus supaya oara majikan menghormti para hamba
dirasa mengejutkan dan berbeda dengan tradisi yang berkembang
pada jaman itu. Namun bukar berarti Paulus lantas meniadakan
didikan positif bagi para hamba yang melakukan kesalahan.
Nasihat Paulus ini, baik kepada para hamba dan para majikan didasari
oleh pemahaman bahwa Tuhan mereka adalah Tuhan yang sama. Baik
para hamba maupun para majikan bertanggungjawab kepada Tuhan
mereka, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Para majikan juga harus disadarkan
bahwa mereka sebenarnya juga hamba di hadapan Tuhan, sama

97
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

derajatnya dengan para hamba. Apa yang mereka lakukan terhadap


para hamba akan dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman
kelak.Status sosila yang tinngi oara majikan di atas para hamba tidak
memberikan pengaruh dalam penghakiman terakhir. Kristus Sang
hakim Agung tiak akan menjatuhkan kepetusan-Nya hanya karena
status dan keberadaan para majikan secara sosial. Oleh karena biarlah
para majikan memerhatikan pata hamba dengan melihat kenyataan
bahwa para majikan adalah sesama pelayan-pelayan Tuhan di sorga.
IV. PESAN
1. Anak-anak harus taat kepada orang tua, karena haruslah
demikian. Bagi seorang anak menaanti orangtua adalah siap yang
sdah sehaeusnya demiian dan memang harus dilakukan. Sikap
taat kepada orang adalah bagian dari menghormati, seperti yang
diajarkan dalam Perjanjian Lama. Menurut Perjanjian Lama,
sikap menghormati ini dikaitkan dengan sikap penyembahan dan
penghormatan kepada Allah Yahweh (Im. 19:14, 32; Ul. 4:10). Bagi
anak yang menghromati orangtua mereka, Allah menyediakan
kebahagiaan dan panjang umur di bumi, senyawa ddengan apa
yang dinyatakan Allah kepada umat Israel dalam Kitab Keluaran
20.
2. Sebaliknya, bagi para orangtua, Allah mengajarkan supaya
mereka mendidik anak-anak didalam pengjaran dan nasihat
Tuhan. Orangtua dilarang membangkitkan amarah di hati anak-
anak mereka, sebaliknya mereka harus menrapakan kasih dan
ketegasan secara berimbang. Perhatian orangtua bukan hanya
supaya anak-anak menghormati mereka, namun juga menyangkut
penghornatan anak-anak kepada Kristus
3. Para hamba Kristen adalah milik Kristus, sehingga ketaatan
mereka kepada majikan adalah refleksi ketaatan mereka kepada
Kristus. Para hamba harus melayani majikan sama seperti mereka
melayani Kristus. Dengan demikian dalam ketaatan kepada
majikan, terpancar kemuliaan Kristus di sana, karena Dia juga
sedang menerima pelayanan dengan segenap hati, tulus, takut dan
gentar.
4. Para majikan harus melihat diri mereka sebagai hamba Kristus
yang harus menyenangkan Dia dengan melakukan kehendak

98
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Allah dengan segenap kerelaan dan ketulusan hati. Oleh karena


itu setiap majikan ahrus mempunyai rekasi yang dekat dengan
Kristus, supaya sikao mereka kepada para hamba dilandasi oleh
kedekatan mereka dengan Tuhan mereka di sorga.
V. PERTANYAAN UNTUK REFLEKSI DAN DISKUSI
1. Dalam perkembangan teknologi seperti sekarang ini, dunia
menawarkan ‘didikan dan pengajara’ yang sangat menarik. Melalui
seperangkat alat elektronik, anak-anak jaman sekarang sangat
mudah mendapatkan berbagai ragam informasi. Hal ini menjadi
tantangan orangtua dalam menjaga mereka, supaya tidak tercemari
oleh rupa-rupa pengajaran yang diberikan dunia. Dalam situasi
seperti itu, kerjasam gereja dengan keluarga menjadi sesuatu hal
yang sangat penting dan segera harus dilakukan secara sistematis.
Pembinaan-pembinaan keluarga, terutama yang menyangkut
relasi suami-istri, orangtua-anak, maupun hamba (pramuwisma,
suster, perawat lansia, dll)-majikan. Apa saran Saudara terkait
dengan hal ini?
2. Pola komunikasi dalam sebuah keluarga seringkali tidak berjalan
dengan baik, sehingga menimbulkan persoalan-persoalan relasi
antar anggota keluarga. Apalagi kehadiran pihak ketia (kakek-
nenek, kepnakan-saudara) yang menetap bersama satu atap dalam
sebuah keluarga. Bagaimana pandangan atau sikap Saudara jika
Saudara berada dalam situasi seperti itu? . .
3. Pola atau sistem keluarga yang berlaku pada masing-masing
keluarga, termasuk pola pendidikan orangtua terhadap anak akan
menjadi warisan yang dapat diterapkan dalam keluarga anak-anak
berikutnya. Ceritakan pengalaman Saudara terkait dengan cara
Saudara mendidik anak-anak Saudara, dam bagaimana cara itu
diadopsi oleh anak-anak saudara yang sudah berkeluarga! .
VI. POKOK DOA
1. Keharmonisan keluarga yang dibangun dengan penguatan relasi
setiap anggota kekuarga
2. Tantangan yang dihadapi keluarga-keluarga Kristen saat ini.
3. Anak-anak senantiasa dijaga Tuhan melalui orangtua masing-
masing yang memberikan ajaran dan nasihat di dalam Tuhan.

99
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Berdoa juga untuk setiap orangtua dalam menjalankan peran


dan fungsinya sebagai mitra Allah dalam menghantar anak-anak
menjadi apa yang Tuhan kehendaki
4. Gereja sebagai mitra keluarga dalam mewujudkan keluarga yang
tanggguh di dalam Tuhan.
VII. PUJIAN PENUTUP: Janji yang Manis
(hehi)

100
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Minggu V (Kebaktian Umum)

KELUARGAKU SORGAKU
Kolose 3:16-4:1

I. PENDAHULUAN
Umat Kristen adalah orang-orang yang memeluk agama Kristen, salah
satu agama Abrahamik monoteistik berasaskan riwayat hidup dan
ajaran-ajaran Yesus Kristus.1 Dengan demikian, secara sederhana
dapat dikatakan bahwa semua orang yang mau disebut orang Kristen,
hidupnya harus sepenuhnya berdasarkan ajaran atau perkataan
Kristus.
Sejalan dengan paragraf diatas, sekitar tahun 60 sesudah masehi,
Rasul Paulus menulis surat untuk jemaat Kolose agar mereka
mengutamakan perkataan Kristus dalam seluruh kehidupannya. Rasul
pauus menulis surat Kolose dengan dua tujuan yaitu melawan ajaran
sesat yang sedang berkembang di Kolose (pasal 1-2) dan mengajarkan
nasihat-nasihat praktis bagi kehidupan seorang Kristen (pasal 3-4).
Lalu, bagian yang kita baca dan renungkan saat ini, Kolose 3:16-4:1,
merupakan bagian kedua yang mengajarkan nasihat-nasihat praktis
dalam kehidupan keluarga Kristen.
Dengan kesadaran tentang keberadaan dua dunia (Alkitab dan masa
kini), marilah kita untuk mencari jawaban apa artinya menanggapi
panggilan Tuhan bagi keluarga kita untuk menjadi gereja mini, gereja
rumah tangga, atau ecclesia domestica. Tujuannya, tentu bukan
semata-mata keluarga kita sendiri, tapi juga supaya keluarga-keluarga
kita menjadi kesaksian atau saksi-saksi yang hidup di tengah berbagai
fenomena yang di tengah masyarakat lokal dan global.
II. TAFSIR TEKS
Dalam melawan ajaran sesat, Rasul Paulus menjelaskan tentang
keutamaan Kristus dalam kehidupan (Kolose 1:15-23) serta

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Umat_Kristen

101
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

keistimewaan pengikut-Nya (Kolose 2:1-23). Hal ini dilakukan


untuk memperkuat iman atau pondasi kepercayaan dari dalam diri
seorang Kristen. Rasul Paulus menjelaskan bahwa Yesus Kristus
lebih unggul dari segala sesuatu, karena segala sesuatu ada dari
Dia. Melalui Yesus Kristus, manusia yang sudah jauh dari Allah kini
menjadi dekat, karena telah diperdamaikan-Nya. Kemudian Rasul
Paulus melanjutkan dengan menyampaikan keunggulan agama
Kristen adalah karena di dalamnya kita dapat mengenal rahasia Allah,
yaitu Yesus Kristus, karena di dalam Kristus ada penebusan dosa dan
kepastian keselamatan.2 Tentu harapan Rasul Paulus bahwa setelah
iman jemaat Kolose diperkuat tentang betapa penting dan hebatnya
Kristus dalam kehidupan manusia, maka mereka akan lebih mudah
diajarkan tentang nasihat-nasihat praktis dalam kehidupan.
Nasihat Rasul Paulus untuk kehidupan keluarga Kristen dibuka dengan
pernyataan bahwa setiap orang Kristen harus mendasari segala
tindakan hidupnya dengan Firman Tuhan (perkataan Kristus). Firman
Tuhan digunakan untuk mengajar dan menegur seseorang, baik
dengan pengajaran (khotbah) maupun dalam puji-pujian (Mazmur).3
Sehingga ketika Firman Tuhan (perkataan Kristus) itu dibaca,
dipahami, dihayati bahkan dinyanyikan, maka pikiran, perkataan dan
perbuatan orang Kristen pasti akan berdasarkan ajaran Kristus. Juga,
Firman Tuhan pasti akan digunakan untuk mempertimbangkan atau
merespon segala hal yang terjadi dalam kehidupan orang Kristen.
Termasuk dalam kehidupan keluarga Kristen, Firman seharusnya
menjadi dasar dari interaksi yang terjadi dalam keluarga. Rasul
Paulus menjelaskan bahwa tunduknya istri kepada suami seharusnya
direspon dengan tindakan kasih suami kepada istrinya (Kolose 3:18).
Sebagaimana dikemukakan dalam surat Efesus 5:28, kasih yang
diberikan suami kepada istrinya bukanlah “sekadar” rasa sayang,
tetapi suatu perhatian yang baik terhadap seluruh kesejahteraan atau
kebutuhan istrinya.4
1
https://alkitab.sabda.org/commentary.php?passage=Kolose+3%3A16-4%3A1
3
Di gereja-gereja yang didirikan Paulus, ucapan-ucapan hikmat sering kali dilaksanakan
dalam bentuk lagu (I Kor. 14:15), dan sejumlah nas Perjanjian Baru mungkin berasal
dari lagu pujian (bdg. Flp. 2:5-11; Ef. 5:14: E. G. Selwyn, The First Epistle of Peter, hlm.
273 dst.) - https://alkitab.sabda.org/commentary.php?passage=Kolose+3%3A16-
4%3A1
4
https://alkitab.sabda.org/commentary.php?passage=Kolose+3%3A16-4%3A1

102
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Setelah menjelaskan secara singkat tentang interaksi suami dan


istri dalam keluarga, Rasul Paulus berturut-turut menyampaikan
nasihat tentang tugas dan tanggung jawab anak kepada orangtua
dan sebaliknya. Di dalam sebuah keluarga Kristen tidak tepat untuk
menganggap bahwa tugas kepada orang tua bertentangan dengan tugas
kepada Allah (T. K. Abbott, The Epistles to the Ephesians and to the
Colossians). Seorang anak bahkan harus memperoleh pemahamannya
tentang kehendak Allah dari nasihat orang tuanya.5 Dan, orangtua
seharusnya menyampaikan nasihatnya yang berdasarkan Firman
Tuhan dengan cara yang bijak dan lembut (tidak menyakiti hati anak-
anaknya).
Kehidupan sebagian jemaat Kolose (dan juga sebagian orang Kristen
masa kini), mereka hidup dalam keluarga yang didalamny juga terdapat
orang-orang yang bekerja untuk keluarga itu. Dalam surat Kolose ini,
sepertinya Rasul Paulus juga mengajak semua orang Kristen untuk
memperlakukan para pekerja di rumah mereka, selayaknya bagian
dari keluarga mereka. Untuk itu, Rasul Paulus juga menyampaikan
nasihat-nasihat bagaimana seorang Kristen yang bekerja di sebuah
keluarga harus melakukan pekerjaannya sama seperti pelayanannya
kepada Tuhan. Seorang pekerja tidak boleh asal-asalan bekerja,
apalagi hanya rajin didepan tuannya, namun tidak demikian ketika
dibelakang tuannya. Seorang Kristen harus bekerja seperti untuk
Tuhan yang mengetahui segala sesuatunya (ayat 22-23).
Rasul Paulus menutup bagian nasihat dalam keluarga Kristen ini
dengan menyatakan bahwa semua pekerja dalam keluarga harus
melakukan tugasnya sesuai perkataan Kristus. Dan mereka harus
melakukan pekerjaannya bukan karena ingin memperoleh upah
dari tuannya, tetapi mereka lakukan tanggung jawabnya karena
demikianlah ajaran Kristus menjadi terutama dalam kehidupan. Dan
Rasul Paulus mengingatkan bahwa semua orang akan mendapatkan
ganjaran dari segala perbuatannya. Termasuk seorang Kristen yang
menjadi tuan dalam keluarga, juga harus memperlakukan pekerjanya
dengan kasih dan ajaran Kristus. Karena semua orang Kristen, baik
pekerja maupun tuan, mereka mempunyai Tuan yang utama yaitu
Kristus di Sorga (Kolose 4:1).

5
Idem

103
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

III. PESAN
Dalam nasihat Rasul Paulus kepada keluarga-keluarga Kristen di
Kolose, kita melihat tiga bagian penting dalam keluarga Kristen pada
umumnya yaitu:
1. Perkataan Kristus adalah sumber perbuatan Kasih Keluarga
Kristen (ayat 18-19). Cinta Kasih yang timbul dalam keluarga
(khususnya suami dan istri), bukanlah disebabkan nafsu ataupun
keindahan jasmani yang kasat mata. Cinta Kasih seharusnya timbul
berdasarkan Kasih Kristus yang mengasihi umat-Nya dan yang
mengasihi-Nya. Bahwa Kristus adalah yang utama dalam kehidupan
seorang Kristen karena Kristus sumber segala sesuatunya di alam
semesta ini, membuat seorang Kristen merespon dengan percaya
dan tunduk kepada perintah-Nya. Demikianlah seorang suami
dalam keluarga hendaknya memenuhi kebutuhan istrinya (seperti
Kristus yang berkorban untuk umat-Nya), sehingga istrinya tunduk
kepadanya.
2. Perkataan Kristus adalah sumber pengajaran Keluarga Kristen
(ayat 20-21). Pada umumnya, meskipun orangtua juga harus terus
belajar dalam hidupnya, pihak yang paling banyak belajar didalam
kkeluarga adalah anak-anak. Untuk itu, semua orangtua harus
mendasari pengajaran atau nasihatnya kepada anak-anaknya
dengan Firman Tuhan. Tentu orangtua memiliki pengalaman
hidup yang dapat disampaikan, tetapi akan lebih indah ketika
pengalaman hidup orangtua adalah pengalaman hidupnya
bersama dengan Tuhan.
3. Perkataan Kristus adalah dasar bekerja (melayani) Keluarga Kristen
(ayat 22-23). Sebagian orang beranggapan bahwa bekerja adalah
dunia sekuler yang harus dipisahkan dari dunia rohani (spiritual).
Namun, dalam nasihatnya kepada jemaat Kolose, Rasul Paulus
mengajar agar pekerja (hamba) harus melakukan pekerjaannya
seperti untuk Tuhan. Artinya, Rasul Paulus mengajak semua orang
Kristen untuk melakukan pekerjaannya seperti mereka melayani
Tuhan. Dengan demikian, semua Keluarga Kristen akan terhindar
dari tindakan yang melanggar perkataan Kristus, baik dalam
kehidupan spiritual maupun kehidupan sekuler.

104
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

IV. SARAN UNTUK PENYAMPAIAN KHOTBAH


Keluarga Kristen yang berdasarkan perkaatan Kristus, bukan hanya
dibentuk ketika seseorang memulai pernikahan. Keluarga Kristen
seharusnya dibentuk sejak sedini mungkin. Pengajaran Kristen harus
disampaikan sejak seseorang masih kecil (muda) hingga suatu hari
ia meninggal. Perkataan Kristus harus menjadi sumber dari segala
pikiran, perkataan dan perbuatan seorang Kristen. Kristus harus
menjadi yang utama dan pertama dalam kehidupan.
Keluarga memegang peranan yang sangat penting membentuk
pengikut-pengikut Kristus. Keluarga adalah “gereja kecil” yang
seharusnya menjadi awal seseorang mengenal perkataan Kristus.
Memang ada suatu pengecualian bagi seseorang yang memiliki
orangtua dan leluhur yang bukan pengikut Kristus. Tetapi hendaknya
ketika ia telah memutuskan menjadi pengikut Kristus (melalui
pekabaran Injil), maka seharusnya ia tidak membiarkan anak-anaknya
mengenal Kristus seperti dirinya. Seharusnya, setiap pengikut Kristus
seharusnya yang menjadi pihak yang pertama mengajarkan anak-
anaknya tentang perkataan Kristus.
Pengajaran tentu bukan hanya melalui perkataan, tetapi juga meliputi
seluruh pikiran dan perbuatan. Keluarga sebagai awal mula pengajaran
Kristen, juga seharusnya menjadi tempat pertama dan utama
kebenaran dan keadilan ajaran kristus dipraktekan. Suami harus
benar-benar menunjukkan kasihnya kepada istrinya. Tidak boleh
ada yang merasa paling utama, meskipun istri harus tunduk kepada
suaminya. Melainkan kasih seorang suami harus melindungi istrinya
dari bahaya fisik maupun kejiwaannya. Tidak boleh ada perkataan
yang merendahkan ataupun menimbulkan sakit hati dalam keluarga.
Demikian juga ketika orangtua mengajarkan anak-anaknya perkataan
Kristus yang berupa perintah dan larangan. Semua pengajaran harus
disampaikan dengan bijak dan lemah lembut. Bahwa pada saat ini,
pemakaian gawai (hp dan lainnya), seakan-akan menjadi hal paling
penting dalam kehidupan manusia (termasuk anak-anak). Tentu
orangtua harus paham bahwa pemakaian gawai seharusnya dilakukan
pembatasan penggunaannya bukan dilarang untuk tidak sama sekali
memakai gawai. Karena salah satu manfaat pemakaian gawai adalah
untuk memperoleh informasi penting dalam kehidupan. Sehingga
membatasi penggunaannya untuk sesuatu yang berguna dan tepat

105
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

waktu, mungkin akan lebih bijaksana dalam menghadapi anak-anak


jaman sekarang. Dan juga jangan pernah lupakan untuk tetap menjaga
interaksi dan komunikasi dalam keluarga secara nyata (real) dan
mengurangi hal yang “maya”.
(DM)

106
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Minggu V (Komisi Pemuda)

KELUARGAKU SORGAKU
Kolose 3:16-4:1

I. PENDAHULUAN
Kawula muda, kita menyadari bahwa perkembangan teknologi dari
tahun ke tahun begitu pesat, khususnya gawai seperti ponsel dan tablet
pintar yang fungsinya begitu beragam. Gawai yang berada di tengah-
tengah kehidupan kawula muda dan keluarga pun telah membawa
perubahan. Tidak dapat dipungkiri hampir setiap hari kita mengakses
segala hal yang kita inginkan melalui gawai yang kita miliki. Ada
yang menggunakan gawainya untuk mengakses ilmu pengetahuan,
pekerjaan, dan untuk bermain dengan rekan-rekannya di dunia maya.
Gawai seperti pisau bermata dua. Gawai dengan penggunaan yang
bijaksana dan tepat dapat menjadi jembatan untuk membangun
kawula muda di tengah komunitas, seperti keluarga. Namun dengan
penggunaan yang tidak bijaksana dan kurang tepat, gawai dapat
membawa dampak yang kurang baik bagi anak muda, terlebih lagi di
tengah keluarga.
Kita menyadari bahwa ada beberapa dampak negatif yang dihasilkan
penggunaan gawai yang tidak bijaksana. Berikut contoh dampaknya,
yakni: (1) anak menjadi pasif terhadap keluarga dan lingkungan
sekitarnya; (2) mengganggu kesehatan penggunanya, seperti
pusing dan cedera pada otot tangan; (3) kecanduan yang membuat
penggunanya tidak lagi berkuasa atas dirinya, seperti tidak bisa lepas
dari gawai, gawai menjadi hal pertama yang dicari. Berdasarkan ini,
sebagai kawula muda di tengah keluarga Kristen ada hal yang perlu
dilakukan agar penggunaan gawai membawa dampat positif dan
membangun di tengah-tengah keluarga.
II. TAFSIR
Paulus dalam bacaan tersebut menyampaikan beberapa pesan penting
yang perlu diaplikasikan bagi jemaat di Kolose sebagai seorang
“manusia baru” di tengah komunitas. Manusia baru disini ditujukan

107
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

kepada jemaat di Kolose secara umum, isteri-suami, dan anak-orang


tua. Secara umum perintahnya adalah meneladani Kristus dalam
keseharian, relasi sehat di antara isteri-suami, dan relasi sehat di
antara anak-orang tua.
Pertama, meneladani Kristus dalam keseharian. Paulus mendorong
jemaat di Kolose agar menjadikan ajaran atau nilai-nilai Yesus Kristus
tinggal dam hidup dalam diri mereka sebagai komunitas orang percaya.
Ajaran Yesus Kristus adalah sumber kehidupan bagi orang percaya,
sehingga perlu bagi mereka untuk menghidupkan atau meneladani
setiap ajaran dan nilai Kristus yang telah mereka pelajari dan alami
dalam kehidupannya.
Berhikmat dalam pengajaran di tengah komunitas dan dapat menegur
sesama untuk saling membangun satu dengan yang lain adalah bentuk
nyata jemaat di Kolose telah meneladani Kristus dan menjadikan-Nya
sumber kehidupan dalam keseharian mereka.
Paulus juga mengajarkan kepada mereka agar melakukan segala
sesuatunya ”dalam nama Tuhan Yesus.” pernyataan tersebut
mendorong jemaat di Kolose untuk menyadari dengan utuh bahwa
apa yang dikatakan atau dilakukan hanyalah berasal dari Kristus dan
hanya Kristuslah satu-satunya pribadi yang memampukan mereka
dalam beragam hal. Jemaat di Kolose pun didorong untuk selalu
mengucap syukur, karena karya penebusan Yesus Kristuslah mereka
dapat melakukan banyak hal. Melihat hal tersebut dapat disadari
bahwa Paulus ingin mendorong jemaat di Kolose untuk memfokuskan
diri dan kehidupannya hanya dan satu-satunya untuk Kristus saja.
Kedua, relasi sehat di antara isteri-suami. Kemudian, pesan dan
perintah Paulus selanjutnya kepada jemaat di Kolose mengacu kepada
relasi antara isteri dengan suami dan anak-anak dengan orang tuanya.
Pada bagian pertama perintah ditujukan untuk isteri dengan suami.
Isteri diperintahkan untuk tunduk kepada suami, sementara suami
diperintah untuk mengasihi isteri. Melihat kedua perintah tersebut,
baik seorang isteri maupun suami mempunyai tugas atau peranan
masing-masing yang saling membangun.
Dalam setiap peran mereka, tidak ada pihak yang lebih tinggi atau
dominan dengan lainnya. Maksudnya ialah, suami tidak lebih tinggi
atau terhormat dari isteri, sementara isteri tidak lebih rendah dari

108
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

suami. Bahkan, Paulus dari perintah ini mengajarkan kepada isteri


dan suami agar hidup atau dirinya tidak hanya fokus pada diri mereka
saja, tetapi lebih mementingkan orang di luar diri mereka, seperti isteri
lebih mengutamakan kebutuhan suami dan suami mengutamakan
kebutuhan isteri di atas kebutuhannya. Bagi Paulus ketika perintah ini
dilaksanakan baik oleh isteri maupun suami, maka mereka menjadi
pasangan yang dewasa, bebas, dan benar-benar bisa mengasihi satu
sama lain.
Kita membaca bahwa kata ”tunduk” digunakan oleh Paulus sebagai
kata kunci perintah untuk seorang isteri kepada suaminya. Kata
tunduk akarnya dari bahasa Yunani yang berarti ”berada di bawah
pangkat.” Pangkat disini adalah sistem pangkat yang sering digunakan
dalam dunia militer. Oleh karena itu, ketika isteri diperintahkan untuk
tunduk di bawah kuasa suami berarti pangkat seorang isteri dalam
keluarga di bawah pangkat suami, karena berdasarkan hierarkinya
suami memiliki pangkat tertinggi sebagai kepala keluarga. Namun,
perlu disadari bahwa pangkat yang ada di antara relasi isteri dan
suami adalah karena anugerah dan perintah dalam rumah tangga
pernikahan mereka.
Lalu, ketundukan isteri yang disampaikan oleh Paulus ini bukanlah
suatu ketundukan yang dipaksakan atau ditekankan oleh suami
dan sesuka hati suami, tetapi karena rasa hormat dan kasih sayang
isteri kepada suaminya yang adalah pemimpin dalam rumah tangga
tersebut. Penggunaan perintah tunduk kepada suami hanya dapat
terjadi bagi seorang perempuan atau isteri ketika berada dalam
keluarga dan gereja. Dalam Alkitab, tidak ada satu aturan khusus
bahwa pria memiliki kuasa lebih atau khusus. Hanya Tuhan yang
memiliki otoritas atau kuasa tertinggi dan melampaui kita dan kita
pun tunduk di bawah otoritasnya.
Selain itu, ketika seorang isteri benar-benar mentaati atau tunduk
kepada suaminya, bagi Paulus, itulah bentuk nyata seorang isteri hidup
sebagai orang percaya. Ketundukan isteri kepada suami adalah cara
bagi mereka untuk memperlihatkan ketundukannya kepada Tuhan.
Berdasarkan hal ini, apapun yang diperintah suami bagi isteri, jika hal
itu menyenangkan hati Tuhan, isteri taat dan tunduk kepada suami.
Paulus kemudian juga memberikan perintah khusus kepada suami,
meski menerima kehormatan dan ketundukan dari isteri bukan

109
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

berarti ia dapat melakukan segalanya sesuai dengan keinginan dan


maksud pribadinya. Itulah sebabnya, Paulus memerintahkan kepada
suami untuk mengasihi isterinya. Kata kasih yang digunakan oleh
Paulus adalah kasih agape yang berarti kasih tanpa syarat, tanpa batas,
dan mementingkan orang lain. Suami diperintahkan untuk mengasihi
isterinya tanpa syarat apapun, tanpa batas apapun, dan selalu
mementingkan kepentingan isterinya di atas kepentingan dirinya.
Suami diperintahkan untuk mengasihi isterinya dengan tulus,
maksudnya adalah suami tidak menuntut balas atau kembalian kepada
isteri ketika mencintai isterinya. Suami diperintahkan untuk secara
berkelanjutan mengasihi isterinya dan mementingkan kebutuhan
isterinya. Selain itu suami pun diperintahkan untuk tidak menggunakan
kekerasan dalam relasinya dengan isteri. Apapun alasan atau apapun
perilaku isteri yang layak menerima perbuatan kasar dari seorang
suami tidak menjadi sebuah alasan atau kesempatan kepada suami
untuk bertindak kasar baik secara fisik maupun verbal. Tidak berbuat
kasar, meski isteri berbuat salah atau kasar adalah salah satu bentuk
nyata suami benar-benar mengasihi isterinya dan suami benar-benar
mengasihi Tuhan.
Ketiga, relasi sehat di antara anak-orang tua. Perintah selanjutnya dari
Paulus ditujukan untuk seorang anak dan orang tua. Anak mendapat
perintah untuk mentaati orang tua, sementara orang tua mendapat
perintah untuk tidak menyakiti anak-anaknya. Dari perintah ini
terlihat bahwa baik anak maupun orang tua memiliki peran atau
tanggung jawab yang perlu dilakukan bersama-sama. Anak tidak
lebih rendah dari orang tua, sementara orang tua tidak lebih tinggi
dari anak. Perintah bagi anak dan orang tua ini perlu disampaikan dan
ditekankan secara berkelanjutan dalam keluarga.
Pada ayat 20 dan 21, perintah bagi anak dan orang tua ini terhubung.
Anak memang diminta mentaati atau menghormati orang tuanya.
Namun, bukan berarti ia tidak bisa membangun diri atau prinsipnya
secara mandiri. Anak adalah fantasi diri mereka sendiri, bukan
fantasi orang tua. Orang tua diminta untuk tidak berbuat kasar atau
kekerasan. Sederhananya orang tua hadir untuk mengajarkan Injil
kepada anaknya bahwa mereka dikasihi, diterima, dan dihargai
dengan utuh oleh Tuhan sebagaimana adanya.
Kemudian, secara spesifik perintah kepada anak untuk mentaati

110
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

orang tua ini hanya ditujukan kepada anak-anak yang masih tinggal
dan dirawat oleh orang tuanya. Bahkan anak-anak yang masih
tinggal bersama orang tuanya harus menghormati, mendengarkan,
melakukan, dan mentaati segala hal yang diperintahkan orang tuanya.
Lalu perintah untuk menghormati dan mentaati orang tua adalah salah
satu jalan agar anak dapat belajar untuk menghormati dan mentaati
Tuhan. Ini berarti jika anak mentaati orang tuanya, ia pasti mentaati
Tuhan dalam hidupnya.
Paulus memerintahkan orang tua agar jangan menyakiti anak.
Maksudnya, orang tua memiliki tugas untuk mendidik anak dengan
cara nir-kekerasan. Orang tua berperan untuk mengajarkan dan
mendisiplinkan anak agar menjadi pribadi yang lembut, mandiri,
tidak mengontrol, dan mengasihi. Cara didik orang tua pun tidak
dengan kekerasan verbal dan fisik. Perintah tersebut menjadi cermin
bagi keluarga dalam mendidik anak. Keluarga seringkali dalam pola
asuhnya menyalahkan anak-anaknya, jika anak-anak tidak hormat
dan nakal, pasti orang tua langsung menunjuk kepada anak. Anak
seringkali disalahkan. Padahal berdasarkan perintah ini, secara tidak
langsung Paulus ingin agar orang tua lebih dahulu berkaca sebelum
menyalahkan anak. Orang tua bisa jadi salah satu penyebab anak
tidak hormat dan taat kepada mereka. Orang tua perlu lamban dalam
menghakimi anak salah, tetapi cepat dalam berkaca atas dirinya.
Paulus mendorong orang tua, agar mereka perlu menggambarkan
dirinya sebagai pribadi yang ramah, penuh kelemah-lembutan, mudah
memaafkan, dan panjang sabar. Hal ini dilakukan agar anak memahami
bahwa orang tua adalah pribadi yang layak diteladani, menjadi tempat
yang aman dan nyaman bagi mereka, dan sahabat yang selalu ada bagi
anak, sehingga mereka pun akan belajar untuk menghormati dan
mentaati orang tua.
III. PESAN
Berdasarkan perintah Rasul Paulus kepada para pembacanya, yakni
secara keseluruhan komunitas orang percaya, isteri dengan suami, dan
anak dengan orang tua kita dapat menyimpulkan bahwa Kristus hanya
dapat dinyatakan di tengah keluarga hanya dengan memfokuskan
diri mereka kepada Kristus. Lalu dalam relasi di tengah keluarga,
setiap anggota hanya dapat menghadirkan sorga di tengah kehidupan

111
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

mereka jika mereka dalam peran atau tanggung jawabnya berlaku


secara adil, damai, dan tanpa kekerasan. Isteri tunduk kepada suami
dengan taat, suami mengasihi isterinya dengan tulus. Lalu anak-anak
mendengarkan dengan seksama setiap perintah orang tuanya, orang
tua mendidik dan mengasihi dengan tulus.
IV. APLIKASI
Setiap anggota keluarga dari suami, isteri, dan anak-anak mempunyai
tanggung jawab yang perlu dilakukan secara berkelanjutan
dan bersama-sama. Salah satu cara agar memudahkan setiap
anggota keluarga dalam mengerjakan peranannya adalah dengan
memanfaatkan gawai dengan bijaksana dan tepat. Keluarga dapat
memposisikan gawai sebagai alat yang menjadikan setiap anggota
semakin dekat dan melekat. Namun, perlu ditekankan bahwa gawai
hanyalah alat, sementara dasar, fondasi, dan intinya adalah Kristus itu
sendiri.
Keluarga yang memposisikan gawai di atas Kristus menghasilkan
setiap anggotanya jauh dan tidak melekat, tidak peka satu dengan yang
lain, bahkan menjadi kecanduan terhadap gawai tersebut. Dengan
kata lain, keluarga tersebut mengilahkan gawai. Itulah sebabnya
pentingnya menyadari posisi gawai dan menggunakan dengan
bijaksana dan tepat, sehingga setiap anggota semakin menyatu dan
mengasihi satu sama lain. Terlebih lagi mereka menyatakan Tuhan
dalam kesehariannya dengan gawai salah satu alat yang dipakai.
V. SARAN UNTUK PENYAMPAIAN KHOTBAH
Topik khotbah ini dapat disampaikan dengan cara yang variatif,
seperti menampilkan data atau berita yang berisi tentang fakta relasi
antar anggota keluarga. Kemudian dapat menampilkan data tentang
penggunaan gawai yang membawa pengaruh di tengah keluarga.
Pengkhotbah pun dapat mencari atau menggunakan pengalaman
pribadinya yang erat kaitannya dengan tema khotbah, sehingga
khotbah dapat dengan mudah dimengerti dan diterima oleh para
pendengar. Selain itu, menggunakan kalimat atau istilah sehari-hari
yang sederhana dapat membantu pendengar lebih cepat menangkap
maksud atau pesan yang disampaikan oleh pengkhotbah.
(JWN)

112
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Minggu V (Komisi Perempuan - Pendalaman Alkitab)

KELUARGAKU SORGAKU
Kolose 3.16-4.1

I. LAGU PEMBUKA: Bersama Keluargaku Melayani Tuhan


II. PENDAHULUAN
Menikah dan memiliki keluarga merupakan impian dari
banyak orang. Lain halnya dengan beberapa orang yang akhirnya
memutuskan untuk tidak menikah bahkan takut untuk menikah seperti
beberapa artis yang terkenal seperti Ira Koesno, Lola Amaria, Tika
panggabean, Chika Jesika, dan Leony dengan alasan yang beraneka
ragam. Chika Jesika melalui artikel merdeka.com mengatakan takut
menikah karena memiliki trauma keluarga dan melihat berbagai artis
berumah tangga bercerai. Beberapa orang mungkin saja memiliki
pandangan yang demikian sehingga menikah dan berkeluarga adalah
hal yang menakutkan dan ditambah lagi dengan kasus perceraian,
perselingkuhan dan permasalahan-permasalahan yang sering muncul
dalam keluarga. Namun pada dasarnya keluarga merupakan lembaga
yang dibentuk oleh Allah di dunia untuk mencerminkan kemulian-
Nya. Lalu bagaimana alkitab menjawab agar relasi di dalam keluarga
dapat berjalan dengan baik sehingga keluarga Kristen mencermikan
kemulian Allah serta menghadirkan sorga didalamnya ?
III. ISI
Surat Kolose memuat beberapa nasihat kepada keluarga
sehingga keluarga Kristen tidak mengadopsi gaya hidup, cara pandang
dunia yang tidak mengenal Allah. Kitab Kolose ini dituliskan oleh rasul
Paulus kepada jemaat yang ada di kota Kolose. Kota kolose adalah
sebuah kota adalah kota yang terletak 10 mil di sekitar Efesus dan
termasuk propinsi Firgia yang dikenal sebagai Asia kecil. Kota kolose
dikenal sebagai pusat perdagangan. Alasan Paulus menuliskan kepada
jemaat di kolose adalah dalam penjara Paulus menerima laporan
tentang munculnya ajaran-ajaran palsu yang menyesatkan jemaat-
jemaat di Kolose. Tujuan penulisan kitab Kolose untuk mengingatkan

113
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

jemaat di Kolose supaya waspada terhadap ajaran sesat yang dapat


mengakibatkan jemaat ragu akan kuasa Injil Yesus Kristus dan
mengajarkan bagaimana pola hidup yang keluarga Kristen yang
berkenan dihadapan Tuhan. sehingga orang percaya mengutamakan
Kristus dan mengalami kepenuhan Kristus.
Pada bagian yang telah kita dalam Kolose 3:16 -17 merupakan
bagian penutup dari nasehat Paulus bagi jemaat dan pembuka bagian
pembuka bagi keluarga agar tercipta hubungan harmonis baik dalam
jemaat maupun dalam keluarga. Kata hendaklah perkataan Kristus
diam dengan segala kekayaan diantara kamu…memiliki arti yang
sama dengan ayat 17: “ … lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan
Yesus,…” serta pada ayat 23 “…seperti untuk Tuhan….”
Perkataan Kristus dalam bahasa yunani logos tou kristou
terdapat pada ayat 16 dan 17 sedangkan pada ayat 23 …hos to kurio.
Dalam tiga ayat ini memiliki terminologi yang berbeda namun memiliki
arti sama yaitu merujuk kepada Kristus dan lebih mengarahkan kepada
tindakan, motivasi dan dasar dari keputusan yang akan dilakukan
orang Kristen adalah firman Kristus dan Kristus sendiri.
Kolose 3:18-4:1 berbicara tentang hubungan antara anggota-
anggota rumah tangga. Untuk menjaga hubungan di dalam Keluarga
diperlukan logos tou Kristou hadir, berdiam disetiap pribadi anggota
keluarga sehingga hubungan di dalam keluarga suami, isteri dan
anak saling mengasihi, menghormati , saling mencintai, tunduk dan
menghormati serta memperlengkapi antara yang satu dengan yang
lain sehingga terciptanya keharmonisan dalam rumah tangga Kristen.
Firman Kristus atau Injil (logos tou Kristou) hadir memberikan
pengajaran dan mengajar rumah tangga Kristen dalam pola hubungan
antara suami, isteri , anak bahkan hubungan tuan dan budak. Isteri
tunduk kepada suami sebagai ketaatannya kepada suaminya seperti
kepada Kristus. suami harus mengasihi isterinya seperti Kristus
mengasihi jemaatnya. Anak-anak harus tunduk kepada orang tuanya
dengan sikap mentaati kedua orang tuanya. Sedangkan ayah sebagai
kepala keluarga memiliki peran yang sangat besar untuk mendidik,
membesarkan anaknya tanpa menyakiti hati anak-anaknya. Dan
kepada hamba / budak juga harus tunduk kepada tuan serta kepada

114
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

tuan untuk berlaku jujur terhadap hamba/ budak/pembantu.


Permasalahannya adalah pola hidup Kristen diperhadapkan dengan
polemik-polemik dunia dari hal-hal yang keci sampai hal-hal yang
besar, seperti kesulitan finansial/ ekonomi, karakter yang berbeda,
kurangnya komunikasi yang mengakibatkan rusaknya keharmonisan
rumah tangga sehingga hubungan suami dan isteri saling tidak percaya,
misskomunikasi orang tua dan anak bahkan retaknya persekutuan
dengan Tuhan. sehingga kasus perceraian di Indonesia semakin
meningkat hal ini terlihat dari meningkatnya dari data statistik
2023 mencatat pada tahun 2022 mencapai 516.334 kasus yang telah
meningkat 15 % dari tahun 2001.
Pola hidup yang sangat indah dan teratur yang Tuhan berikan dalam
firmanNya akan terjalin secara harmonis apabila setiap anggota
keluarga meletakkan firman Kristus ( logos tou Kristou ) diam,
hidup dan menguasai pribadi lepas pribadi dengan mata, hati tertuju
melakukannya untuk Tuhan bukan untuk manusia ( Kolose 3:17, 23).
Perlu disadari bahwa Tuhanlah yang memprakarsai adanya keluarga
sehingga bentuk-bentuk kewajiban yang dilaksanakan oleh suami,
isteri, anak selalu akan berpusat kepada Tuhan.
IV. APLIKASI
Keluarga Kristen adalah cerminan Kristus. Keluarga merupakan
tempat untuk bertumbuh akal budi, komunikasi, hubungan sosial,
kasih dan pertumbuhan rohani kearah Kristus Yesus. Pola hidup
Kristen yang Paulus sampaikan sangat penting untuk dilakukan oleh
setiap anggota keluarga. Orang tua yang baik memiliki waktu kepada
anggota keluarga untuk mengetahui apa yang menjadi permasalahan
keluarga. Komunikasi adalah hal yang sangat penting dan utama
sehingga terjalinnya keharmonisan antara anggota keluarga. Isteri
sebagai seorang penolong bagi suami dan ibu berperan penting agar
kebersamaan, komunikasi terjalin dengan baik bersama dengan
seluruh anggota Kristus.
Komunikasi dan kebersamaan tidak hanya sebatas
kebersamaan yang dilakukan dengan kegiatan namun kebersamaan
tersebut dapat melibatkan Injil didalamnya. Mezbah keluarga perlu
sekali dilakukan setiap malam sehingga anggota keluarga tidak tersita
waktunya dengan mempergunakan gawai. Dengan adanya mezbah

115
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

keluarga maka masing-masing anggota keluarga akan menghadirkan


Kristus didalamnya sehingga setiap anggota keluarga akan diajar
oleh firman Kristus dan ditegur oleh firman Kristus yang bertujuan
anggota keluarga akan diberikan hikmat mempergunakan waktu,
mempergunakan berkat yang Tuhan berikan bahkan diberikan hikmat
menjalin komuniaksi yang baik. Jadi keharmonisan, kedamaian, kasih
dalam keluarga tidak akan terwujud jika Injil yaitu Logos Kristou tidak
hidup dalam setiap anggota keluarga. Dengan hadirnya Kristus dalam
setiap keluarga maka keluarga Kristen akan mencerminkan kemuliaan
Allah dan suasana sorga akan hadir ditengah-tengah keluarga Kristen.
Amin.
V. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI DAN REFLEKSI
1. Apakah tujuan Allah membentuk keluarga ? (Kejadian 2:15-25)
2. Hal apa yang menjadi penyebab tidak sampai tujuan Allah dalam
keluarga-keluarga Kristen? Kolose 3,16,17, 23.
3. Apa peran Saudara sebagai wanita Kristen menghadirkan firman
Kristus atau Injil (logos tou Christou) di tengah-tengah keluarga
Saudara?
VI. POKOK DOA
1. Tuhan menolong keluarga-keluarga Kristen di Indonesia menyadari
pentingnya kehadiran Tuhan dalam setiap keluarga.
2. Keluarga-keluarga Kristen diberikan kerendahan hati untuk
melakukan tugas dan fungsi masing-masing sesuai dengan firman
Tuhan.
VII. LAGU PEMBUKA: Bersama Keluargaku Melayani Tuhan
(INS)

116
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Minggu V (Komisi Pria - Pemahaman Alkitab)

KELUARGAKU SORGAKU
Kolose 3:16-4:1

I. PUJIAN PEMBUKA: Berbahagia Tiap Rumah Tangga (PPR 2/249)


II. PENDAHULUAN
Ada banyak rumah tangga Kristen yang tidak bahagia, sehingga
akhirnya terjadi keretakan, bahkan kehancuran. Ketidakbahagiaan
tersebut bisa disebabkan oleh masalah keuangan, komunikasi, seks,
pekerjaan, dan sebagainya. Masalah paling utama adalah karena
mereka tidak hidup tetap di dalam Kristus (2:6). Sesudah menerima
Kristus, mereka tidak memperjuangkan kedekatan dengan Tuhan,
bahkan mereka semakin hari semakin jauh dari Tuhan. Masalah lain
adalah ketidaktahuan mereka tentang prinsip-prinsip menjalin relasi.
Keluarga adalah lembaga pertama yang didirikan di bumi (Kejadian
1-2). Karena ide dan inisiatif pembentukan keluarga berasal dari
Tuhan, bukan dari manusia, desain keluarga kristen harus disesuaikan
dengan ajaran Alkitab, bukan dengan keinginan manusia. Ada peran/
tanggung jawab yang harus dilakukan oleh suami dan istri secara
bersama-sama bukan diserahkan hanya kepada salah satu pihak
saja. Dengan masing-masing pihak melakukan tanggung-jawabnya
dengan baik dan benar tentu kehidupan harmonis akan nyata dalam
kehidupan keluarga sehingga anggota keluarga akan merasa aman
dan nyaman berada di tengah-tengah keluarga.
III. LATAR BELAKANG TEKS
Paulus menasihati jemaat di Kolose untuk mematikan segala yang
duniawi (ayat 5-8). Itu berarti, walaupun secara rohani jemaat Kolose
sudah memiliki hidup yang baru, secara praktis sehari-hari mereka
masih harus terus berjuang dalam memelihara kehidupan baru itu.
Mereka harus secara sadar berusaha menepis kecenderungan mereka
untuk kembali dalam kehidupan mereka yang lama. Hidup baru adalah
pemberian Tuhan, tetapi pembaharuan hidup itu haruslah dipelihara
dalam upaya yang berkelanjutan.

117
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Paulus melihat pentingnya pembaharuan hidup dalam kehidupan


jemaat di Kolose, menanggalkan manusia lama dan mengenakan
manusia baru yang terus-menerus dibaharui (ayat 10). Hal ini
memerlukan sebuah proses pembaharuan dari kebiasaan-kebiasaan
manusia lama menuju manusia baru, dan hal ini perlu dilengkapi
dengan adanya hal-hal yang harus dibuang dan ada pula hal-hal yang
perlu dimasukkan atau ditambahkan secara terus-menerus. Apa yang
dilakukan oleh manusia lama digambarkan melalui sebuah daftar yang
panjang dan gamblang, seperti percabulan, kenajisan, hawa nafsu,
nafsu jahat, keserakahan yang sama dengan penyembahan berhala,
dan lain-lain (ayat 5, 8, 9).
Kemudian, apa yang harus dilakukan oleh manusia baru pun diuraikan
Paulus seperti mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan
hati, kelemahlembutan, kesabaran, kasih dan lain-lain (ayat 12-
17). Dari sekian banyak hal-hal yang harus ditambahkan ke dalam
kehidupan manusia baru, ada satu hal yang ditekankan Paulus, yaitu
perkataan Kristus dengan segala kekayaannya harus tinggal dan
menetap di dalam hati orang percaya.
Perkataan Kristus yang dimaksud adalah Firman Tuhan. Paulus
menekankan jemaat di Kolose untuk tidak hanya sekedar pernah
mendengar, pernah membaca atau sekedar mengetahui tentang
firman Tuhan. Kata “diam” (Yun.: enoikeo) memiliki makna bukan
sekedar hafal dan tahu, namun mengandung arti tinggal bersama-
sama dan memengaruhi hidup orang tersebut, sehingga hidup orang
tersebut dapat memengaruhi orang di sekelilingnya sesuai dengan
makna firman Tuhan.
Kolose 3:18-25, 4:1 menyatakan perintah yang harus dilakukan
oleh setiap anggota keluarga, Suami, Istri dan Anak-anak, bahkan
budak-budak dan tuan-tuan menjalankan peran mereka dengan
baik sehingga terjadi relasi dan komunikasi yang baik hal ini akan
menimbulkan keharmonisan di tengah-tengah keluarga. Ayat 18, Istri
harus tunduk kepada suaminya, walaupun mungkin saja jabatan atau
penghasilan istri lebih tinggi dari suami karena suami adalah kepala
keluarga. Istilah “tunduk” kepada suami berarti dalam menghormati,
menghargai seperti kepada Kristus. Tunduk di sini, dilandasi oleh
keyakinan bahwa suami benar-benar mampu menjadi imam dalam
keluarga, menjadi teladan dalam kasih dan kebenaran, sehingga patut

118
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

dihormati dan diberi hak untuk membimbing keluarga. Itu berarti


setiap suami mesti hidup di dalam takut akan Tuhan dan menunjukkan
keteladannnya.
Ayat 19: suami sebagai pemimpin harus mendasari kepemimpinannya
dengan kasih dan kelemah lembutan. Seorang suami tidak boleh kasar
kepada sang istri. Perintah ini justru jauh lebih berat, karena kasih
yang dimaksud bukan kasih eros, melainkan kasih agape. Kasih Tuhan
yang mesti dimiliki oleh sang suami, dan ini tidak mudah. Seorang
suami diminta untuk mengasihi isteri secara total, sepenuhnya, tanpa
syarat, dan rela berkorban serta memberikan segalanya sebagaimana
yang Kristus berikan bagi manusia. Tidak ada yang tertinggal untuk
dirinya lagi karena segalanya sudah diberikan bagi isteri, sebagaimana
Kristus merelakan semuanya, termasuk nyawa-Nya untuk manusia.
Kasih seorang suami bagi isteri mesti total, dan rela berkorban apa
pun bagi isteri dan anak-anak.
Ayat 20-21: Anak adalah anugerah Tuhan dalam keluarga. Anak hanya
titipan sementara Tuhan kepada orangtua. Orangtua juga adalah wakil
Tuhan dalam keluarga untuk mendidik, mengasihi dan membesarkan
anak-anak. Tugas anak anak adalah menghormati orangtuanya sesuai
dengan hukum kelima agar lanjut umur di tanah yang diberikan
Tuhan. Anak-anak juga wajib mendengar kata orangtua baik ayah dan
ibu karena itu adalah harta yang berharga.
Ayat 22. Hamba harus melakukan tugasnya dengan baik. Hamba
hendaknya senantiasa taat pada tuannya. Betapa pun beratnya hidup
sebagai hamba namun mereka mesti menaati tuannya, dan setia
melakukan setiap pekerjaan yang diberikan kepada mereka dengan
baik. Bahkan budak diminta mengerjakan segala sesuatu seperti untuk
Allah. Ini tidak berarti Tuhan membenarkan perbudakan, tetapi agar
dengan menunjukan kesetiaan dan kasih kepada tuannya, ia belajar
setia dan mengasihi Allah sekaligus memberi teladan bagi tuannya
mengenai ciri hidup yang dikehendaki Allah dalam terang kasih.
Kolose 4:1: Paulus menasehati jemaat di Kolose supaya berlaku adil
kepada Hamba/pelayan. Keadilan yang dimaksud adalah “tidak berat
sebelah atau tidak membeda-bedakan”, harus memberikan kepada
hamba apa yang menjadi haknya, memberikan pekerjaan sebatas
kemampuan hamba, adil dalam melakukan tindakan, dan terlebih
tidak memperbudak-Nya. Sama seperti di atas,

119
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

Rasul Paulus mengingatkan bahwa pekerjaan yang dilakukan itu bukan


berorientasi kepada objek pekerjaan tetapi hendaklah melakukannya
dengan prinsip pelayanan kepada Allah dan Allah-lah yang memberi
upah kepada umat yang setia serta hukuman kepada orang yang
melakukan dosa, karena semua sama dihadapan Allah.
IV. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI DAN REFLEKSI
1. Apakah selama ini perkataan Kristus (firman Tuhan) dengan
segala kekayaannya sudah tinggal dan menetap di dalam hati kita,
para Bapak/Suami? Berikan contohnya!
2. Bagaimana dengan perkataan Kristus (firman Tuhan), keluarga
Kristen dapat memosisikan gawai dengan tepat dan bermanfaat?
3. Sebutkan tanggung-jawab kita sebagai suami dan ayah dalam
mewujudkan keluarga yang menjadi surga bagi setiap anggota
keluarga menurut teks bacaan!
4. Menurut kita, apakah “motivasi” agar masing-masing anggota
keluarga dapat menjalankan tanggung-jawabnya tanpa paksaan
dan ketika ada anggota keluarga yang tidak melakukan tanggung-
jawabnya tidak akan muncul perasaan kecewa dan sakit hati?
V. POKOK DOA
1. Kesatuan dan soliditas Komisi Bapak agar tetap terus bersemangat
dalam bersekutu dan mengikuti kegiatan-kegiatan gerejawi.
2. Keberadaan Istri, Anak, Menantu dan Cucu agar senantiasa diberkati
oleh Tuhan (pekerjaan, pendidikan, kesehatan, keharmonisan
dalam hidup berkeluarga).
3. Komisi Bapak dimampukan Tuhan untuk senantiasa dapat
mewujud-nyatakan firman Tuhan: “Keluargaku Sorgaku” sehingga
masing-masing anggota keluarga merasa aman dan nyaman ketika
berada di dalam rumah bersama keluarga.
4. Masing-masing anggota keluarga dimampukan untuk memosisikan
gawai dengan tepat sehingga tetap firman Tuhan sebagai yang
utama untuk selalu dibaca.
VI. PUJIAN PENUTUP: Mengikut Yesus Keputusanku
(FROP)

120
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

Minggu V (Komisi Senior - Pemahaman Alkitab)

KELUARGAKU SORGAKU
Kolose 3.16-4.1

I. PUJIAN PEMBUKA: Bila Yesus Berada di tengah Keluarga


(Kidung Jemaat 451). Dapat dipelajari di https://www.youtube.
com/watch?v=8U_o9fLsU1s
II. PENDAHULUAN
Tega! Seorang lansia ditelantarkan oleh anaknya. Itulah judul sebuah
berita yang dimuat di Kompasiana.com. Ada pun kisahnya demikian:
Kakek Sarja dahulu adalah orang yang terpandang didesanya. Ia
memiliki harta yang cukup dan memiliki dua anak perempuan, namun
yang satu meninggal karena terkena kanker payudara. Beberapa tahun
setelah kepergian anaknya istrinya pun meninggal dunia. Sejak saat
itu ia tinggal sendiri di rumahnya. Beberapa waktu kemudian anak
semata wayangnya meminta supaya tanah dan rumah itu dijual untuk
membeli dua motor dan membangun rumah untuk ditinggali anak dan
menantunya. Ketika ia masih punya uang anaknya memintanya untuk
tinggal bersama mereka. Setelah uangnya habis mereka mengusirnya
tanpa memberikan sepeserpun uang karena mereka menganggap
bahwa orang tua itu menjadi beban dan menyusahkan mereka.
Diusianya yang sudah tua (80 tahun an) ia tinggal sendiri di gubuk
reok berukuran 2 x 1,5 m dan harus bekerja untuk bertahan hidup.
Mendengar kisah kakek Sarja membuat hati kita teriris pilu. Di luar
sana masih ada Sarja, Sarja lain yang ditelantarkan oleh keluarganya
sendiri. Bersyukur bahwa kita yang hadir disini tidak mengalami hal
yang sama seperti kakek Sarja. Memang kita tidak ditelantarkan anak-
anak kita, kita tinggal bersama anak, menantu dan cucu. Meskipun
demikian terkadang kita merasa diabaikan dan kurang diperhatikan
oleh keluarga kita. Perasaan yang demikian menjadi penghalang bagi
kita untuk hidup penuh sukacita, damai sejahtera dan melimpah
dengan kebahagiaan dimasa tua kita. Padahal hidup yang demikian
(penuh sukacita, damai sejahtera dan melimpah dengan kebahagiaan)

121
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

adalah dambaan setiap insan dan juga setiap keluarga. Pertanyaannya


bagaimana supaya di masa tua ini suasana keluarga kita menjadi
seperti suasana sorga? Dalam pemahaman Alkitab dipekan terakhir
bulan keluarga ini kita akan sama-sama membahasanya dengan tema
keluargaku sorgaku.
III. LATAR BELAKANG TEKS
Paulus menulis surat Kolose saat ia berada di dalam penjara yang
ditujukan kepada jemaat di Kolose. Melalui suratnya rasul Paulus
meyakinkan jemaat Kolose agar hidup layak dihadapan Tuhan serta
berkenan kepada-Nya dalam segala hal (1:10). Itu berarti mereka
harus mengenakan manusia baru/hidup sebagai anak-anak terang
(3:12-14). Kemudian dalam Kolose 3:5-17 rasul Paulus berbicara
tentang manusia baru di dalam Kristus yang dipraktikkan terlebih
dahulu dalam kehidupan keluarga (ayat 18-21).
Rasul Paulus mengajaran tentang relasi yang benar dalam keluarga
yaitu, adanya sikap tunduk, mengasihi dan menaati. Relasi yang benar
itu akan terwujud apabila Firman Tuhan dengan segala kekayaannya
berdiam di dalam hati setiap anggota keluarga. Dengan demikian
pikiran, perkataan, perbuatan dan motivasinya dipengaruhi dan
dikuasai Kristus. Sehingga setiap anggota keluarga saling mengasihi
satu dengan yang lain. Dengan dasar kasih itu pula hal mengajar dan
menegur (menyampaikan kebenaran dan memberi teguran supaya
tidak menjauh dari kebenaran) seorang akan yang lain dalam keluarga
dinyatakan.
IV. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI DAN REFLEKSI
Keluarga yang berani menyatakan kebenaran dan menegur yang salah
dengan teguran yang membangun merupakan wujud dari keluarga
yang saling mengasihi dan sekaligus menjadi bagian dari menjadikan
keluarga di bumi seperti di sorga. Namun dalam melakukannya tidak
semudah mengatakannya. Apalagi di era digital ini dimana banyak orang
sibuk dengan gadget atau gawai masing-masing sehingga mengurangi
interaksi sosial secara langsung dengan orang disekitarnya. Boro-
boro/jangankan mengajar dan menegur, berinteraksi langsung saja
sulit. Kita para lansia yang bertambah sensitif dan yang lebih mudah
tersinggung dan yang ingin diperhatikan semakin merasa kesepian,
diabaikan dan tidak dianggap lagi. Terkait dengan pembahasan kita

122
Juli 2023 – Tema ‘DIPANGGIL MENJADI ECCLESIA DOMESTICA’

hari ini kita akan mendiskusikan beberapa hal:


1. Di era digital ini apa yang bisa kita lakukan untuk mempererat
interaksi secara langsung dalam keluarga kita sehingga kehangatan
dan cinta kasih melimpah dalam kehidupan keluarga kita?
2. Kesibukan anak-anak dan cucu kita dan ditambah dengan perasaan
untuk tidak ingin merepotkan dan mengganggu anak-anak dengan
persoalan kita terkadang membuat kita tertekan dan kesepian.
Untuk itu kita perlu terlibat dalam komunitas lansia sebagai
tempat kita untuk berbagi dan juga kita perlu melakukan berbagai
macam aktivitas setiap harinya supaya kita tidak merasa jenuh
dan kesepian. Kira-kira komunitas lansia yang perlu kita ikuti apa
saja dan aktivitas apa saja yang bisa kita lakukan untuk mengusir
kejenuhan dan kesepian yang ada?
3. Lansia secara umum mengalami penurunan fungsi-fungsi biologis,
psikologis dan ekonomi yang membuat lansia membutuhkan
bantuan orang lain terutama bantuan keluarga. Tingkat
kemandirian kita semakin menurun dan sebaliknya tingkat
ketergantungan kita terhadap keluarga atau orang lain semakin
meningkat. Karena itu bagi kita lansia lebih baik mana tinggal
bersama anak cucu (keluarga) atau tinggal sendiri? Apa kelebihan
dan kekurangannya jika kita tinggal bersama keluarga kita atau
tinggal sendiri?
Refleksi
Menjadi tua sejatinya adalah anugerah Tuhan meskipun mengalami
keterbatasan karena tidak semua orang diberi kesempatan untuk
hidup dalam rentang usia yang lama. Menjadi tua berarti diberi
kesempatan yang lebih banyak untuk menjadi berkat dan berkarya
untuk memuliakan Tuhan. Seiring bertambahnya usia tentu kita
mengalami kemunduran baik secara fisik, mental, sosial dan
ekonomi secara bertahap dan pasti. Sehingga dalam banyak hal kita
membutuhkan bantuan dari orang disekitar kita.
Karena itu sebaiknya kita tidak tinggal sendiri tetapi tinggal bersama
keluarga kita. Jika tinggal sendiri tidak ada yang mengurus dan
mendukung kita. Sesunguhnya keluarga merupakan orang yang paling
dekat dan menjadi support system bagi kita dalam menjalani masa tua
kita. Dukungan dari keluarga akan membantu kita dalam mengatasi

123
RANCANGAN KHOTBAH BULAN KELUARGA SINODE GKMI

segala kesulitan di sisa hidup yang Tuhan berikan. Jika keadaan yang
“memaksa” kita untuk tinggal sendiri kita tidak perlu berkecil hati,
ingatlah bahwa Tuhan ada bersama kita, teman-teman lansia ada
bersama kita untuk menguatkan dan menyemangati kita di masa tua
ini. Kiranya kita semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, mensyukuri
apa yang Tuhan beri dan menerima segala sesuatu dengan legowo
(Bahasa Jawa artinya ikhlas dan sabar). Mari kita nikmati masa tua
kita dengan penuh sukacita, damai sejahtera dan kebahagiaan.
V. POKOK DOA
1. Berdoa untuk keluarga kita agar penuh kehangatan dan melimpah
dengan cinta kasih sehingga suasana keluarga kita menjadi suasana
sorga.
2. Berdoa untuk anak-anak dan cucu kita supaya mereka bisa
merawat kita dengan sabar dan penuh cinta.
3. Berdoa untuk setiap lansia supaya diberikan kesehatan dan
kekuatan yang cukup setiap harinya, hati yang legowo dalam
menerima segala sesuatu. Kiranya Tuhan mencukupkan segala
kebutuhan kita hari lepas hari.
VI. PUJIAN PENUTUP: Keluargaku adalah Surgaku.
Bisa dipelajari di https://www.youtube.com/watch?v=8yCfSmrFJyQ).
(RNS)

124

Anda mungkin juga menyukai