Anda di halaman 1dari 49

SUMBER AIR HIDUP (SAH)

DAN PEMAHAMAN ALKITAB (PA)

29 AGUSTUS – 26 SEPTEMBER 2023


SINODE GKSBS

SINODE GEREJA KRISTEN SUMATRA BAGIAN SELATAN


Jl. Yos Sudarso 15 Polos Metro Pusat, Kota Metro. Lampung. 34111
Tlp. 0725-785513; Website : https://gksbs.org ; Email : sinode@gksbs.org
Facebook Page : https://facebook.com/rumahbersama ; Twitter : @GKSBS
PENJELASAN GAMBAR SAMPUL

“Sinode” adalah kata kuno yang artinya mengacu pada Wahyu. Kata sinode terdiri dari kata
depan ςυν (dengan) dan kata benda όδόσ (jalan), yang secara harafiah dapat diartikan jalan dengan
atau jalan bersama. Pengertian ini mengandung 2 makna yaitu, 1). Jalan bersama sebagai Umat Allah,
2) Umat Allah yang jalan dengan Allah. Merujuk pada pengertian ini, maka tema pada bahan-bahan
SAH (Kotbah, PKA dan PA) akan membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan seluruh jemaat
di Sinode GKSBS yang kompak berjalan bersama. Tulisan-tulisan dalam bahan SAH akan
membicarakan hal ini, baik itu dalam tataran filosofis, maupun juga pada tataran praktis tentang
bagaimana sebuah organisasi bisa harmonis.
Yang kedua, perjalanan Sinode GKSBS juga dipahami sebagai peziarahan iman, yang mana
setiap orang yang ada di dalamnya benar sedang berjalan bersama sebagai satu persekutuan (gereja)
yang perjalanan tersebut juga sekaligus sedang berjalan dengan Allah. Oleh karena perjalanan
bersama ini, juga bersama Allah, maka sikap membangun, apresiatif dan bertanggung jawab yang
hendaknya muncul sebagai wujud dari takut akan Tuhan.

1
KATA PENGANTAR

Salam Dalam Kasih Kristus. Kembali kita berjumpa dalam terbitan Sumber Air Hidup (SAH)
dan Pemahaman Alkitab (PA). Bahan SAH ini berisi bahan-bahan Kotbah, Nas Pembimbing, Berita
Anugerah, Nas Persembahan dan puji-pujian dalam ibadah Minggu. Bahan SAH ini berisi bahan
khotbah dan bahan PA dari 29 Agustus – 26 September 2023. Untuk bahan PA, bahan ini
menerapkan model Shared Christian Praxis. Model ini bersifat dialogis partisipatif artinya dalam
pelaksanaannya terjadi dialog yang melibatkan seluruh peserta. Dialog yang diadakan ialah dialog
yang berkaitan dengan pengalaman peserta akan imannya.
Di tahun 2023 ini, materi-materi yang disampaikan dalam kotbah di bahan SAH dan bahan
PA ini, adalah hasil sebuah refleksi mendalam dari 3 loci, yaitu Teks Alkitab, Konteks dan wawasan
kegerejaan. Tentu bahan terbitan GKSBS menjadi spesifik membunyikan GKSBS karena ada
wawasan ke-GKSBS yang menjadi salah satu loci dalam berteologi. MENJADI GKSBS adalah tema
terbitan tahun 2022. Selanjutnya menjadi penting untuk melakukan evaluasi terkait seberapa
terjangkaunya tema tahun 2022. Evaluasi ini telah dilakukan oleh Tim Spritualitas yang dibantu oleh
berbagai pihak.
Hasil Evaluasi menunjukkan bahwa terbitan kita di tahun 2022 sudah cukup sesuai atau
dengan kata lain telah “membunyikan” GKSBS dalam setiap pesannya dan itu artinya sekali lagi
ditegaskan melalui bahan terbitan bahwa kita ini GKSBS. Sekalipun demikian dari hasil penelitian
kita juga mendapat hasil bahwa ada beberapa indikator yang masih lemah dan sangat lemah.
Diantaranya adalah; 1) Akuntabilitas organisasi; 2) Penginjilan yang nyedulur; 3) Inklusif; 4) Budaya
dialog; dan 5) Hospitalitas Dapat dibagi menjadi 2 yaitu point 1, 2 itu berbicara tentang penguatan
organisasi sekaligus penguatan iman jemaat. Maka dengan demikian Tema 2023 adalah MENJADI
GKSBS II, dan Sub Tema Penulisan BERSINODE DI DALAM ALLAH.
Selanjutnya tim spritualitas menerbitkan bahan PA Perempuan dan bagi Pemuda. Tentu dari
legal standing-nya ada di MMJ Sinode, namun pada kesempatan kali ini, kami ingin memberi
perhatian bahwa konteks GKSBS, bisa dibilang sebagian besar Jemaat di GKSBS, para kaum
perempuan dan pemuda memiliki kegiatan ber-PA, kami ber asumsi bahwa hal itulah yang mendasari
adanya usulan untuk menerbitkan bahan PA bagi perempuan dan pemuda.
Akhirnya kami mengucapkan selamat menjadi GKSBS. Mari kita rayakan pemeliharan
Tuhan yang selama ini telah Ia berikan kepada GKSBS, dan keyakinan kita bahwa, KasihNya saat
ini juga terjadi pada kita seluruh jemaat GKSBS dan seterusnya KasihNya akan tetap ada pada kita.
Dan keyakinan itu yang membuat kita akan selalu semangat untuk menjadi penebar kasih Kristus
dimanapun kita berada. Semoga Tuhan memampukan kita.
Salam Kasih.
Metro, Agustus 2023
Majelis Pimpinan Sinode (MPS) GKSBS,
Sekretaris

Pdt. Erik Timoteus Purba, M.Si.

2
DAFTAR ISI

PENJELASAN GAMBAR SAMPUL ............................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 3
Panduan PA Umum Selasa, 29 Agustus 2023 ................................................................................ 4
Panduan PA Perempuan Selasa, 29 Agustus 2023 ......................................................................... 6
Panduan PA Pemuda Selasa, 29 Agustus 2023 .............................................................................. 8
Khotbah Minggu, 3 September 2023 ............................................................................................ 11
Panduan PA Umum Selasa, 5 September 2023 ............................................................................ 14
Panduan PA Perempuan Selasa, 5 September 2023 ..................................................................... 16
Panduan PA Pemuda Selasa, 5 September 2023 .......................................................................... 18
Khotbah Minggu, 10 September 2023 .......................................................................................... 20
Panduan PA Umum Selasa, 12 September 2023 .......................................................................... 22
Panduan PA Perempuan Selasa, 12 September 2023 ................................................................... 24
Panduan PA Pemuda Selasa, 12 September 2023 ........................................................................ 26
Khotbah Minggu, 17 September 2023 .......................................................................................... 29
Panduan PA Umum Selasa, 19 September 2023 .......................................................................... 32
Panduan PA Perempuan Selasa, 19 September 2023 ................................................................... 34
Panduan PA Pemuda Selasa, 19 September 2023 ........................................................................ 36
Khotbah Minggu, 24 September 2023 .......................................................................................... 38
Panduan PA Umum Selasa, 26 September 2023 .......................................................................... 41
Panduan PA Perempuan Selasa, 26 September 2023 ................................................................... 44
Panduan PA Pemuda Selasa, 26 September 2023 ........................................................................ 46

3
Panduan PA Umum Selasa, 29 Agustus 2023
“Membangun Relasi Untuk Masa Depan Bangsa”
Bacaan : Kejadian 14:17-24
1. Pemandu PA menyapa peserta dan tuan rumah.
2. Pemandu PA mengajak peserta untuk bernyanyi KJ 249.
3. Doa
4. Pemandu PA mengajak peserta untuk menggali pengalaman sebelum membaca
Alkitab
(pertanyaan yang diajukan pada bagian ini adalah pertanyaan yang dapat membantu peserta
untuk “masuk” ke dalam teks Alkitab yang akan dibaca atau membuat pra paham)
Apakah yang saudara rasakan saat relasi saudara dengan orang lain terjalin dengan baik?
Bagaimana perasaan saudara hidup di tengah lingkungan masyarakat yang berbeda suku, ras
dan agama dengan saudara?
5. Pembacaan Alkitab:
a. Doa Epiklesis
b. Bacaan Alkitab: Kejadian 14:17-24
c. Lagu setelah pembacaan Alkitab: KJ 50a: 1 “SABDAMU ABADI”
Pemandu PA mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan apabila ada dan
akan menjadi pembahasan di dalam PA. Jika ada pertanyaan yang berkaitan dengan
teks Alkitab maka pemandu PA dapat merujuk pada penjelasan teks yang telah
disediakan.
Apabila tidak ada yang mengajukan pertanyaan, pemandu PA dapat melanjutkan ke
bagian diskusi dan memakai pertanyaan yang ada untuk memandu proses diskusi.
6. Diskusi
(Pertanyaan di bagian ini dapat diganti atau ditambahkan apabila ada pertanyaan yang
telah diajukan oleh peserta PA)
1. Apa yang dilakukan Melkisedek kepada Abram?
2. Bagaimanakah respon Abram atas semua yang telah dilakukan oleh Melkisedek?
3. Apa sikap dan tindakan yang bisa kita pelajari dari Melkisedek dan juga Abram?
Bagian ini dibuat untuk membantu peserta dalam merefleksikan bacaan
Penjelasan Teks (Informatoris) dan Panduan Refleksi
(Hanya dibacakan apabila dalam proses diskusi poin-poin ini belum diungkapkan oleh
peserta PA)
Melkisedek adalah raja salem dan imam Allah Yang Maha Tinggi, ia yang meyongsong
Abram dan memberkati Abram. Dengan berkata “diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang
Maha Tinggi Pencipta langit dan bumi. Dan terpujilah Allah Yang Maha Tinggi yang telah
menyerahkan musuh-musuhmu ke tanganmu”. Hal ini dilakukan setelah Abram mengalahkan raja
Kedorlaomer dan seluruh raja-raja di Timur. Melkisedek datang dengan membawa roti dan anggur.
Roti dan anggur adalah sesuatu yang sangat penting dan sangat bermakna bahkan ini menjadi

4
simbol atas berkat Allah. Selain sebagai simbol berkat, roti dan anggur dalam hal ini juga
dimaknai sebagai tanda persekutuan. Sebagai tanda persekutuan dengan Tuhan, yang sama seperti
roti dan anggur adalah lambing persekutuan dengan Kristus. Dalam hal inipun kemudian Abram
memberikan persepuluhan kepada Melkisedek sebagai respon atas segala pelayanan yang telah
dilakukan oleh Melkisedek. Abram menyatakan rasa terimakasih dan syukurnya atas segala
kebaikan dan kemurahannya.
Belajar dari kisah ini tentu sangat menarik bagi kita apalagi saat ini kita masih dalam suasana
peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78 tahun. Kita patut berterimakasih
atas kemerdekaan yang telah Tuhan anugerahkan. Bangsa kita adalah bangsa yang besar dan juga
kaya. 278 juta jiwa tinggal di dalamnya yang tersebar di 38 propinsi 416 kabupaten, kota dan desa-
desa dengan latar belakang adat, suku, bangsa, bahasa dan juga keyakinan atau agama yang
berbeda-beda. Oleh sebab itu bangsa ini butuh ditata dan dikelola dengan baik agar semakin maju
dan sejahtera. Bangsa ini juga butuh dijaga keutuhannya dengan terus berupaya membangun relasi
yang baik antar suku bangsa, antar umat beragama bahkan antar agama guna masa depan suatu
bangsa.
GKSBS adalah gereja yang menyadari betul bahwa dirinya menjadi bagian dari bangsa ini.
GKSBS terjalin erat dengan masyarakat yang ada disekitarnya dengan berbagaimacam latar
belakang suku bangsa, adat istiadat, budaya bahkan keyakinan agama yang berbeda-beda. Menjadi
terbuka dan berusaha berelasi dengan semua pihak menjadi kesadaran baru agar GKSBS semakin
mampu bekerja sama dengan sebanyak mungkin orang atau lembaga-lembaga guna membangun
dirinya dan menjadi berkat bagi banyak orang. Terutama Sumatera bagian Selatan di mana GKSBS
tersebar dan bertumbuh. Kiranya Sumatera bagian Selatan sungguh-sungguh menjadi rumah
bersama untuk menyatakan pengaharapan masa depan yang penuh dengan berkat.
7. Komitmen Bersama:
Nyanyian : KJ 425:1-3
8. Persembahan
Lagu persembahan: KJ 424 :1-dsc
9. Doa Persembahan, Syafaat dan Penutup

5
Panduan PA Perempuan Selasa, 29 Agustus 2023
“Bersyukur dan Bertindak Tulus”
Bacaan : Kejadian 14:17-24
1. Pemandu PA menyapa peserta dan tuan rumah.
2. Pemandu PA mengajak peserta untuk bernyanyi PKJ 7: 1 dan 3
3. Doa
4. Pemandu PA mengajak peserta untuk menggali pengalaman sebelum membaca
Alkitab
(pertanyaan yang diajukan pada bagian ini adalah pertanyaan yang dapat membantu peserta
untuk “masuk” ke dalam teks Alkitab yang akan dibaca atau membuat pra paham)
Bagaimana ibu-ibu menghayati kata bersyukur dan bertindak tulus?
5. Pembacaan Alkitab:
a. Doa Epiklesis
b. Bacaan Alkitab: Kejadian 14:17-24
c. Lagu setelah pembacaan Alkitab: KJ 50a: 1 “SABDAMU ABADI”
Pemandu PA mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan apabila ada dan
akan menjadi pembahasan di dalam PA. Jika ada pertanyaan yang berkaitan dengan
teks Alkitab maka pemandu PA dapat merujuk pada penjelasan teks yang telah
disediakan.
Apabila tidak ada yang mengajukan pertanyaan, pemandu PA dapat melanjutkan ke
bagian diskusi dan memakai pertanyaan yang ada untuk memandu proses diskusi.
6. Diskusi
(Pertanyaan di bagian ini dapat diganti atau ditambahkan apabila ada pertanyaan yang
telah diajukan oleh peserta PA)
1. Bagaimana pandangan ibu-ibu mengenai sikap dan perilaku Abram kepada Melkisedek
di dalam ayat 20 dan 23?
2. Bagaimana kita sebagai perempuan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
berdasarkan bahan kita hari ini?
Bagian ini dibuat untuk membantu peserta dalam merefleksikan bacaan
Penjelasan Teks (Informatoris) dan Panduan Refleksi
(Hanya dibacakan apabila dalam proses diskusi poin-poin ini belum diungkapkan oleh
peserta PA)
Ibu-ibu yang dikasihi oleh Tuhan dalam kita hidup di tengah-tengah keluarga, gereja, dan
masyarakat kita pernah menjumpai orang-orang yang suka memberi dan menolong orang yang
dalam keadaan yang kurang baik (sakit, permasalahan keluarga, dan ekonomi) atau kita juga
pernah atau akan melibatkan diri kita untuk melakukan hal yang sama kepada orang yang
membutuhkan bantuan kita. Hal seperti ini sangat sering kita dengar karena hidup kita ini bukan
hidup individual namun sosial. Namun apakah hal ini dapat terus dinyatakan apabila yang
diberikan kepedulian responnya tidak sesuai dengan harapan kita seperti kembali peduli? Di

6
sinilah membutuhkan sikap yang legowo agar di lain waktu kita tidak ngrundel karna hal itu
diajarkan kepada kita sebagai umat Tuhan.
Hal yang sama dilakukan oleh Abram ketika ia membantu Raja Sodom untuk mengalahkan
Kedorlaomer yang merampas harta benda milik Sodom dan Gomora di mana Lot anak Saudara
Abram di bawa oleh musuh dan Abram berhasil mengalahkannya. Maka raja Sodom menemui
Abram di lembah Syawe (sekarang lembah itu lebih dikenal sebagai lembah Kidron di bagian
selatan kota Yerusalem), tidak hanya raja Sodom namun Melkisedek raja Salem adalah seorang
imam Allah (bd Ibrani 7:1-3) membawa roti dan anggur dan memberkati Abram. Hal yang
dilakukan oleh Melkisedek direspon oleh Abram dengan memberikan kepadana sepersepuluh dari
semuanya sebagai sikap atas berkat yang diberikan oleh Iman Allah kepadanya. Sedangkan ketika
raja Sodom menyuruh Abram mengambil harta benda yang sudah dijarah dari Sodom, Abram
tidak mengambil apa-apa dan tidak ingin ada perkataan dari Raja Sodom dia menjadi kaya karna
apa yang diambil dari Sodom. Namun bagian yang diterima oleh orang lain seperti bujang-
bujangnya dan orang-orang yang bersama dengan dia berhak menerima bagiannya masing-masing.
Ibu-ibu yang dikasihi Tuhan dari hal inilah kita bersama-sama melihat bagaimana Abram
menolong daerah yang tidak ia tinggali hanya karna ada saudaranya maka ia menolong daerah
Sodom dan Gomora tanpa meminta imbalan kepada raja Sodom. Abram yang tidak meminta
imbalan namun ia memberikan perpuluhan karna berkat yang dia terima dari Imam Allah. Oleh
karena kita yang sudah membaca dan memperhatikan Firman saat ini, mari kita belajar dari Abram
yang tulus membantu dan menyukuri pertolongan Tuhan kepada-Nya. Kita sebagai perempuan
GKSBS di mana kita berada mari membuka diri untuk menyatakan kepedulian kepada sesama
sebagai wujud syukur kepada Tuhan Allah kita di dalam Yesus Kristus yang menyertai dan
membimbing di dalam Roh Kudus yang sudah sangat peduli.
7. Komitmen Bersama:
Nyanyian : KJ 249:1-2
8. Persembahan
Lagu persembahan: KJ 337: 1-dsc
9. Doa Persembahan, Syafaat dan Penutup

7
Panduan PA Pemuda Selasa, 29 Agustus 2023
“Persatuan Membangun Masa Depan Bangsa”
Bacaan : Kejadian 14:17-24
1. Pemandu PA menyapa peserta dan tuan rumah.
2. Pemandu PA mengajak peserta untuk bernyanyi KJ 336:1-2
3. Doa
4. Pemandu PA mengajak peserta untuk menggali pengalaman sebelum membaca
Alkitab
(pertanyaan yang diajukan pada bagian ini adalah pertanyaan yang dapat membantu peserta
untuk “masuk” ke dalam teks Alkitab yang akan dibaca atau membuat pra paham)
Mengapa Allah menghadirkan ada agama-agama yang berbeda di dalam kehidupan kita? Apa
sikap kita sebagai orang Kristen kepada orang-orang yang berbeda keyakinan dengan kita?
5. Pembacaan Alkitab:
a. Doa Epiklesis
b. Bacaan Alkitab: Kejadian 14:17-24
c. Lagu setelah pembacaan Alkitab: KJ 50a: 1 “SABDAMU ABADI”
Pemandu PA mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan apabila ada dan
akan menjadi pembahasan di dalam PA. Jika ada pertanyaan yang berkaitan dengan
teks Alkitab maka pemandu PA dapat merujuk pada penjelasan teks yang telah
disediakan.
Apabila tidak ada yang mengajukan pertanyaan, pemandu PA dapat melanjutkan ke
bagian diskusi dan memakai pertanyaan yang ada untuk memandu proses diskusi.
6. Diskusi
(Pertanyaan di bagian ini dapat diganti atau ditambahkan apabila ada pertanyaan yang
telah diajukan oleh peserta PA)
1. Bagaimana tanggapan Anda melihat Melkisedek dan Abram dengan sikap yang saling
menghargai?
2. Apa dampak bagi Abram ketika bersikapnya terbuka dengan Melkisedek raja Salem?
3. Apa yang dapat Anda pelajari setelah membaca perikop ini? Dan apa komitmen Anda?
Bagian ini dibuat untuk membantu peserta dalam merefleksikan bacaan
Penjelasan Teks (Informatoris) dan Panduan Refleksi
(Hanya dibacakan apabila dalam proses diskusi poin-poin ini belum diungkapkan oleh
peserta PA)
Bacaan kali ini banyak orang terlalu banyak berdepat tentang siapa sebenarnya Melkisedek
itu. Pada akhirnya lupa untuk isi pesan kepada orang ketiga sebagai pembaca masa kini. Oleh
karena saat ini kita bisa sedikit mengesamping hal tersebut dan fokus pada pesan dari kisah
tersebut kepada konteks kita saat ini.
Abram yang sedang menjalankan misi Allah untuk memenuhi janji-Nya kepadanya.
Sesampainya di Kanaan dia mendengar Lot, anak saudaranya ditangkap dan ditahan. Abram

8
merasa bertanggung jawab atas hidup Lot, maka kemudian ia menyusun rencana bersama orang-
orangnya yang terlatih untuk menyerang dan membebaskan Lot. Akhirnya serangan tersebut
berhasil, bahkan ia bisa membawa Lot pulang beserta harta bendanya. Tidak disangka bahwa
sepulangnya dari perang dan mengalahkan musuh-musuhnya, ia disambut dengan gembira oleh
raja Salem yaitu Melkisedek. Bahkan Abram diberkati oleh Malkisedek.
Melkisedek membawa roti dan anggur kepada Abram dan pasukannya sebagai ucapan
selamat atas kemenangan Abram dan pasukannya. Inilah sikap seorang raja sekaligus imam Allah
Yang Mahatinggi dari Melkisedek yang memberikan apreasiasi kepada Abram untuk menjalin
hubungan yang baik dan bersikap ramah terhadap Abram yang telah berbuat baik. Selain itu, juga
untuk melambangkan pemeliharaan rohani yang berupa kekuatan dan penghiburan untuk tetap
setia dan mengandalkan TUHAN Allah dalam segala perkara.
Hal yang menarik adalah setelah mereka menikmati roti dan anggur, Melkisedek
memberkati Abram. Sebuah tindakan simbolis yang kaya makna bahwa orang yang telah berbuat
baik, siapa pun itu tetap diberkati. Dampak besar diterima oleh Abram bahwa dirinya tidak hanya
diberkati oleh TUHAN Allahnya, melainkan juga Melkisedek raja Salem itu. Abram membalas
kebaikan itu dengan tidak mengambil harta jarahan yang bukan menjadi miliknya, bahkan ia
memberikan sepersepuluh dari apa yang ia dapat dari hasil peperangan itu.
Kita belajar dari pribadi Abram dan Melkisedek, mereka hanya tetangga – yang sebelumnya
mereka pun tidak saling kenal. Tapi ketika Abram tinggal di Salem daerah Kanaan itu dan ketika
ia berhasil mengalahkan raja Gomora. Mereka saling respect atau menghargai, mengapreasiasi
dan tidak saling menolak. Bahkan Abram menolak untuk mengambil yang bukan haknya dan
berjanji kepada raja Sodom yang menggantikan raj Gomora yang telah dikalahkan Abram. Dalam
hal ini Abram bertindak sebagai pribadi yang tidak serakah dan lebih mesyukuri apa yang TUHAN
Allah berikan kepadanya.
Jika ini kita tarik dalam kehidupan kita sehari-hari, andaikan semua orang bisa saling
mengapreasiasi dan menghargai satu sama lain, maka akan tercipta toleransi dan hidup damai.
Seperti Abram mari kita menebar kebaikan tidak dengan pilih-pilih, siapapun yang berhak
menerima kebaikan itu berikanlah. Ketika kita tidak serakah dan mengambil hak orang lain, ini
pun modal penting untuk mempererat persatuan. Keserakan akan membuat satu dengan yang lain
akan saling menjatuhkan, tetapi mari kita saling rendah hati dan mengutamakan kebersamaan.
Indonesia dengan konteks yang penuh keberagaman mestinya menjadi ladang yang subur
untuk saling respect atau menghargai dan menerima. Kalau melihat lingkungan sekitar kita dengan
mudah menemukan orang yang berbeda agama atau kepercayaan dengan kita. Saat ini adalah
kesempatan bagi kita Pemuda/i GKSBS untuk menunjukkan sikap seperti Abram menerima dan
berbuat baik kepada mereka yang berbeda dengan kita. Sekalipun mungkin ada tantangan kita
ditolak atau tidak diterima, tetapi tetaplah berupaya untuk membangun persatuan dalam perbedaan
itu demi masa depan Indonesia lebih jaya. Amin.
7. Komitmen Bersama:
Nyanyian : PKJ 176:1-2

9
8. Persembahan
Lagu persembahan: KJ 337:1-3
9. Doa Persembahan, Syafaat dan Penutup

10
Khotbah Minggu, 3 September 2023
Warna Liturgi : Warna Hijau
Minggu Biasa XVIII
PERSEKUTUAN YANG BERTUMBUH DALAM KRISTUS
ROMA 13:8-14
Jemaat yang terkasih, bacaan kita pada saat ini adalah sebuah pasal dalam Alkitab yang
berbicara tentang cinta terhadap sesama dan hidup dalam kebenaran Kristus. Pasal ini memberikan
pedoman tentang bagaimana seharusnya umat Kristen hidup dalam kasih dan integritas. Isi pasal ini
mengajarkan tentang pentingnya mengasihi sesama dan hidup dengan cara yang mencerminkan nilai-
nilai Kristiani.
Jemaat yang terkasih, diumpamakan kita memiliki sebidang tanah yang dapat ditanami
pohon. Kemudian kita memilih untuk menanam beberapa bibit pohon yang sehat, kemudian diberi
perawatan yang baik, tentunya pohon yang kita tanam tadi akan tumbuh subur. Tetapi di tempat lain,
ada banyak pohon yang ditanam tanpa perawatan yang memadai, sehingga mereka tumbuh lemah
dan tidak berkembang dengan baik, meskipun berasal dari bibit pohon yang baik.
Jemaat yang terkasih, apabila diminta untuk memilih antara kualitas dengan kuantitas, mana
yang akan anda pilih? (biarkan jemaat menjawab beserta alasannya). Ada hal yang lebih penting
daripada jumlah angka, yaitu kualitas pertumbuhan rohani kita. Pertumbuhan dalam iman, kasih,
pengajaran, dan pelayanan adalah hal-hal yang seharusnya diutamakan ketimbang jumlah. Menjadi
persekutuan yang bertumbuh dalam Kristus memerlukan perawatan yang baik, tidak hanya sekedar
mengejar jumlah saja dalam setiap kegiatan gereja, tetapi muatan materi dan makna juga harus
menjadi perhatian. Pertumbuhan rohani tidak harus selalu terlihat dalam angka-angka kehadiran saja.
Gereja yang sehat akan memprioritaskan pengajaran Alkitab, pelayanan yang efektif, dan pembinaan
spiritual bagi anggota jemaatnya. Mari kita lihat di ayat yang ke 8. Ayat tersebut menekankan
pentingnya cinta terhadap sesama. Sebuah persekutuan yang berkembang baik seharusnya juga
menciptakan lingkungan yang penuh kasih, di mana setiap anggota merasa diperhatikan dan dihargai.
Lalu bagaimana dengan persekutuan kita saat ini? Apakah pengajaran, pelayanan, dan pembinaan
jemaat sudah menjadi prioritas kita sebagai persekutuan dalam Tuhan, di tengah tantangan jaman
yang semakin berat? Atau justru kita masih sibuk dengan jumlah kehadiran dan angka-angka yang
lain. Apa yang menjadi tujuan pelayanan kita? Fokus pelayanan kita seharusnya bukan hanya
mengumpulkan angka kehadiran saja. Saling melayani dan saling memenuhi kebutuhan spiritual
sebagai anggota persekutuan serta lingkungan sekitar kita harus dilakukan.
Merubah orientasi yang hanya fokus pada kuantitas kehadiran menjadi orientasi yang lebih
mendalam dan bermakna sesuai dengan ajaran Alkitab adalah suatu perubahan yang memerlukan
waktu, komunikasi yang baik, dan kepemimpinan yang bijaksana. Dengan berpegang pada
pengajaran Alkitab kita dapat memahami apa yang menjadi nilai-nilai yang mendalam dari ajaran
Kristus dan cinta terhadap sesama. Memberikan contoh dalam laku hidup tentang hubungan pribadi
dengan Tuhan lebih penting daripada sekadar jumlah angka kehadiran.
Jemaat yang terkasih, Mengukur kesuksesan pertumbuhan persekutuan tidak hanya dilihat
dari jumlah angka kehadiran saja, tetapi juga bisa dengan indikator yang lain, seperti pertumbuhan

11
dalam pelayanan sosial, dampak positif terhadap masyarakat, dan pertumbuhan karakter rohani. Dan
harus juga menjadi kesadaran bersama bahwa hal tersebut harus dilakukan dengan komitmen.
Melibatkan diri dalam pelayanan kepada sesama merupakan upaya untuk menjelaskan bahwa
kuantitas kehadiran bukanlah satu-satunya hal yang penting, tetapi bagaimana setiap anggota dapat
memberikan kontribusi nyata dalam membangun gereja dan melayani komunitas di luar gereja itu
juga merupakan hal yang penting. Gereja bukan hanya tempat berkumpul, tetapi juga tempat
pertumbuhan rohani, saling dukungan, dan saling melayani. Dalam gereja harus terjadi pertumbuhan
rohani dan transformasi karakter yang merubah kehidupan seseorang.
Jemaat yang terkasih, satu hal yang tidak boleh terlupakan dan menjadi bagian terpenting
dari seluruh proses kehidupan kita yaitu doa dan pengharapan. Doa dan pengharapan kita kepada
Allah untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang arti sejati dari pertumbuhan
dalam Kristus. Diperlukan kesabaran dan konsistensi dalam menjalani itu semua. Merubah orientasi
memerlukan kerja keras dan kesabaran. Dengan mengikuti hal-hal prinsip dalam Roma 13:8-14 yang
telah kita baca tadi, gereja dapat bergerak menuju persekutuan yang lebih mendalam dan bermakna
dalam Kristus serta menjadi tempat pertumbuhan rohani yang menghasilkan kedewasaan iman dan
peduli terhadap ciptaan.
Jemaat yang terkasih dalam Yesus, gereja harus menjadi tempat yang subur bagi
pertumbuhan iman kita. Bacaan kita pada saat ini menekankan pentingnya hidup dalam kebenaran
Kristus dan cinta terhadap sesama. Dalam persekutuan yang berkualitas, setiap anggotanya akan
mendorong satu sama lain untuk bertumbuh dalam iman kepada Kristus, saling mendukung dalam
perjalanan kehidupan rohaninya, berbagi pengalaman dan membangun relasi yang baik. Semua hal
tersebut dilakukan untuk mencapai satu tujuan yaitu kedewasaan iman. Jika persekutuan benar-benar
mengutamakan pertumbuhan rohani, anggota gereja akan berkembang dalam kedewasaan iman. Kita
akan lebih memahami Firman Tuhan, memiliki hubungan yang lebih dalam dengan Kristus juga
sesama, dan mampu menghadapi ujian serta tantangan jaman dengan iman yang teguh kepada
Kristus.
Kedewasaan iman akan membawa kita sebagai gereja untuk peduli terhadap segenap ciptaan.
Bagian akhir pasal ini menyoroti pentingnya hidup yang saleh dan mengenakan sifat Kristus. Ini juga
dapat diartikan sebagai kepedulian terhadap segenap ciptaan. Dalam persekutuan yang berkualitas,
anggota gereja akan memiliki pandangan yang lebih luas tentang tanggung jawab terhadap
lingkungan dan makhluk ciptaan Tuhan. Akan semakin peduli terhadap isu-isu lingkungan, keadilan
sosial, dan kesejahteraan bersama. Hal inilah yang sedang kita bangun bersama sebagai GKSBS.
Dengan berfokus pada kualitas persekutuan dan pertumbuhan iman, kita sebagai gereja dapat
menjadi pengaruh positif yang lebih besar pada masyarakat. Anggota gereja yang matang dalam
iman dan peduli terhadap ciptaan akan menjadi teladan dan agen perubahan, mendorong untuk
perubahan yang lebih baik.
Dengan berfokus pada kualitas persekutuan, gereja dapat menjadi wadah yang kokoh bagi
pertumbuhan iman dan kepedulian terhadap ciptaan. Hal ini sejalan dengan ajaran Kristus untuk
mengasihi sesama dan menjaga ciptaan-Nya. Kuncinya adalah doa dan pengharapan hanya kepada

12
Allah disertai dengan konsistensi dan komitmen untuk menjadi persekutuan yang bertumbuh dalam
Kristus. Tuhan memberkati kita. Amin

Nas Pembimbing : Ulangan 6:13


Berita Anugerah : Matius 6:14–15
Nas Persembahan : 2 Korintus 8:2
Nyanyian :
1. Nyanyian Pembukaan : KJ 18:1-2
2. Nyanyian Pujian: KJ 257:1-2
3. Nyanyian Peneguhan: PKJ 277:1-3
4. Nyanyian Responsoria : KJ 278:1-3
5. Nyanyian Persembahan : PKJ 271:1-dsc
6. Nyanyian Penutup : PKJ 182:1 dan 5

13
Panduan PA Umum Selasa, 5 September 2023
“Menjaga Lidah untuk Mengatakan Kebenaran”
Bacaan : Yakobus 3:1-12
1. Pemandu PA menyapa peserta dan tuan rumah.
2. Pemandu PA mengajak peserta untuk bernyanyi PKJ 2
3. Doa
4. Pemandu PA mengajak peserta untuk menggali pengalaman sebelum membaca
Alkitab
(pertanyaan yang diajukan pada bagian ini adalah pertanyaan yang dapat membantu peserta
untuk “masuk” ke dalam teks Alkitab yang akan dibaca atau membuat pra paham)
Apakah saudara pernah punya pengalaman berjumpa dengan orang yang tidak konsisten
dengan perkataannya? Coba ceritakan! Dan kemudian apa yang dimaksud dengan tidak
konsisten dengan perkataan?
5. Pembacaan Alkitab:
a. Doa Epiklesis
b. Bacaan Alkitab: Yakobus 3:1-12
c. Lagu setelah pembacaan Alkitab: KJ 50a: 1 “SABDAMU ABADI”
Pemandu PA mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan apabila ada dan
akan menjadi pembahasan di dalam PA. Jika ada pertanyaan yang berkaitan dengan
teks Alkitab maka pemandu PA dapat merujuk pada penjelasan teks yang telah
disediakan.
Apabila tidak ada yang mengajukan pertanyaan, pemandu PA dapat melanjutkan ke
bagian diskusi dan memakai pertanyaan yang ada untuk memandu proses diskusi.
6. Diskusi
(Pertanyaan di bagian ini dapat diganti atau ditambahkan apabila ada pertanyaan yang
telah diajukan oleh peserta PA)
1. Apa saja nilai-nilai yang saudara dapatkan pada saat membaca perikop ini? Jelaskan!
2. Bagaimana pandangan saudara terkait kekuatan lidah?
3. Apa dampak baik bagi seseorang yang dapat menjaga lidahnya dalam mengatakan
kebenaran?
Bagian ini dibuat untuk membantu peserta dalam merefleksikan bacaan
Penjelasan Teks (Informatoris) dan Panduan Refleksi
(Hanya dibacakan apabila dalam proses diskusi poin-poin ini belum diungkapkan oleh
peserta PA)
Kemampuan untuk mengucapkan kata-kata adalah kemampuan untuk mempengaruhi
oranglain dan menyelesaikan tugas-tugas yang luarbiasa, namun kita seringkali menganggap
remeh kemampuan itu. Untuk menekankan kepada kita pentingnya pengendalian ucapan dan
konsekuensi besar dari kata-kata kita, Yakobus memberi enam gambaran lidah : kekang kuda,

14
kemudi, api liar, binatang berbisa, mata air, dan pohon ara. Beberapa gambaran tersebut dapat
digolong kedalam 3 klasifikasi bermakna untuk mengungkap kekuatan lidah:
1) Kekuatan untuk mengarahkan : kekang kuda dan kemudi (ay. 3-4). Kekang yg digunakan
pada mulut kuda berfungsi sebagai pengendali tubuh kuda agar berjalan sesuai kehendak orang
yang menaikinya. Dan lihat saja apabila ada kapal-kapal besar namun dapat dikendalikan oleh
kemudi yang sangat kecil menurut kehendak jurumudi. Orang yang mampu mendisiplinkan
lidahnya membuktikan bahwa ia dapat mengendalikan seluruh tubuhnya. Dengan demikian dia
juga membuktikan bahwa dia orang yang dewasa secara rohani. Apakah yakobus membuat
kesalaahan dengan menghubungkan dosa lidah dengan dosa yang dilakukan oleh seluruh tubuh?
Tidak, karena kata-kata memiliki kekuatan untuk mengarah pada perbuatan. Lidah yang tidak
dikendalikan juga merusak kehidupan. Seseorang dapat membuat pernyataan yang tidak dijaga
dan tiba-tiba menemukan dirinya terlibat dalam perkelahian. Lidahnya telah memaksa seluruh
tubuhnya untuk membela diri.kekang kuda dan kapal memiliki kekuatan untuk mengarahkan yang
berarti mereka mempengaruhi kehidupann oranglain. Seekor kuda yang tidak terkendali atau kapal
yang terombang-ambingkan badai dan tidak terkendali bisa melukai atau berbahaya bagi orang
disekitarnya maupun penumpang kapal. Maka berarti ketika seseorang tidak dapat mengendalikan
lidahnya dengan baik maka dapat menyakiti oranglain bahkan diri sendiri.
2) Kekuatan untuk menghancurkan : api dan hewan berbisa (ay.5-8). Api dapat menyebar dan
semakin banyak bahan bakar yang saudara berikan semakin cepat dan lebar penyebarannya. Lidah
membakar roda kehidupan atau bahkan membakar hidup seseorang. Lidah tidak hanya seperti api,
tetapi juga seperti hewan buas dan berbisa. Lidah menjadi liar dan tidak bisa diatur dan ia mencari
mangsanya lalu menerkam dan membunuh.
3) Kekuatan untuk lebih konsisten : mata air dan pohon anggur (ay.9-12). Mata air tidak
dapat menghasilkan air bersih pada menit pertama kemudian mengalirkan air pahit pada menit
berikutnya. Satu mata air akan hanya menghasilkan satu jenis air. Begitu juga halnya dengan
pohon tidak mungkin menghasilkan buah yang berbeda dengan biji buah yang ditanam. Pohon ara
tidak mungkin menghasilkan buah zaitun dan pokok anggur tidak mungkin menghasilkan buah
ara. Akan tetapi adakalnya lidah menunjukan sesuatu hal yang berbeda dalam praktiknya, ketidak-
konsistenan lidah justru bertolak belakang dengan mata air.
Mari bersama-sama belajar untuk menggunakan kekuatan lidah kita dengan baik sehingga
boleh menjadi berkat bagi sesama, terlebih-lebih untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Mari
pergunakan lidah kita untuk mengatakan kebenaran. Kebenaran menjadi prioritas utama
kehidupan orang percaya sehingga dalam perkataanya memberkati orang.
7. Komitmen Bersama:
Nyanyian : KJ 467:1-2
8. Persembahan
Lagu persembahan: PKJ 149:1-dsc
9. Doa Persembahan, Syafaat dan Penutup

15
Panduan PA Perempuan Selasa, 5 September 2023
“Aku Mengendalikan Lidahku”
Bacaan : Yakobus 3:1-12
1. Pemandu PA menyapa peserta dan tuan rumah.
2. Pemandu PA mengajak peserta untuk bernyanyi PKJ 205:1-2
3. Doa
4. Pemandu PA mengajak peserta untuk menggali pengalaman sebelum membaca
Alkitab
(pertanyaan yang diajukan pada bagian ini adalah pertanyaan yang dapat membantu peserta
untuk “masuk” ke dalam teks Alkitab yang akan dibaca atau membuat pra paham)
Bagaimana pandangan ibu-ibu tentang tentang “mengendalikan lidah”?
5. Pembacaan Alkitab:
a. Doa Epiklesis
b. Bacaan Alkitab: Yakobus 3:1-12
c. Lagu setelah pembacaan Alkitab: KJ 50a: 1 “SABDAMU ABADI”
Pemandu PA mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan apabila ada dan
akan menjadi pembahasan di dalam PA. Jika ada pertanyaan yang berkaitan dengan
teks Alkitab maka pemandu PA dapat merujuk pada penjelasan teks yang telah
disediakan.
Apabila tidak ada yang mengajukan pertanyaan, pemandu PA dapat melanjutkan ke
bagian diskusi dan memakai pertanyaan yang ada untuk memandu proses diskusi.
6. Diskusi
(Pertanyaan di bagian ini dapat diganti atau ditambahkan apabila ada pertanyaan yang
telah diajukan oleh peserta PA)
1. Bagaimana pandangan ibu-ibu mengenai ayat 9-10?
2. Memuji Tuhan atau membicarakan ketidakbaikan orang. Dari 2 hal ini, hal manakah
yang lebih sering ibu-ibu lakukan dalam kehidupan sehari-hari? Mengapa demikian?
3. Bagaimana sikap kita setelah membaca Firman Tuhan saat ini dalam membangun
persekutuan dengan keluarga, jemaat, dan masyarakat?
Bagian ini dibuat untuk membantu peserta dalam merefleksikan bacaan
Penjelasan Teks (Informatoris) dan Panduan Refleksi
(Hanya dibacakan apabila dalam proses diskusi poin-poin ini belum diungkapkan oleh
peserta PA)
Ibu-ibu yang dikasihi oleh Tuhan menurut salah satu tokoh yang bernama Louann
Brizendine dalam buku Female Brain menyampaikan bahwa seorang perempuan dapat
menghabiskan sekitar 20.000 kata per hari sedangkan seorang laki-laki hanya menghabiskan
sekitar 7.000 kata-kata. Namun hal ini hanya sebagai teori bisa saja kurang dari 20.000 kata-kata.
Data tersebut menunjukkan bahwa potensi untuk mengatakana sesuatu yang positif oleh
perempuan sangat besar kemungkinannya, namun apakah sebaliknya karena banyak hal yang

16
harus dihadapi oleh ibu-ibu dalam menghadapi tantangan kehidupan saat ini. Oleh karena satu atau
dua kalimat yang diungkapkan oleh diri kita dan hal itu kurang berkenan kepada orang lain maka
yang akan ditimbulkan bisa saja marah, sakit hati, tersinggung dan sikap yang lainnya, apakah ibu-
ibu pernah mengalami?, maka Firman Tuhan hari ini menjadi dasar untuk bersama kita hayati
bagaimana pentingnya mengendalikan lidah.
Ibu-ibu Firman Tuhan hari ini disampaikan di dalam surat Yakobus yang disampaikan
kepada ke dua belas perantauan yang berisi tentang mengendalikan lidah, ada beberapa contoh
yang disampaikan di dalam ayat 1-4, dan 7 dapat dikendalikan oleh salah satu orang, namun
menurut penulis surat Yakobus tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah, karena
melalui lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang
diciptakan menurut rupa Allah. Hal tersebut tidak boleh terjadi seperti air tawar dan air pahit tidak
muncul dari mata air yang sama dan beberapa contoh yang diungkapkan oleh penulis Yakobus
yang menjelaskan bahwa apa yang disampaikan oleh lidah akan menimbulkan konsekuensinya.
Melalui Firman Tuhan hari ini mari kita sebagai perempuan-perempuan menghayati bahwa
melalui apa yang disampaikan oleh diri kita, dapat menimbulkan dua hal yaitu kebahagian ataupun
kesusahan bagi orang lain. Memang tidak selalu apa yang ingin kita sampaikan yang tujuannya
baik bisa diterima baik, namun setidaknya kita dapat mengendalikan lidah kita. Begitu pula kita
apabila menerima perkataan yang tidak menyamankan mari kita mengendalikan lidah kita agar
tidak terus menimbulkan ketegangan. Khususnya bagi perempuan-perempuan di seluruh GKSBS
mari kita menggunakan perkataan kita untuk memuliakan nama Tuhan dan menyatakan cinta kasih
Allah kepada sesama agar kedamaian, persekutuan, dan toleransi timbul melalui diri kita. Selamat
mengapresiasi.
7. Komitmen Bersama:
Nyanyian : PKJ 255
8. Persembahan
Lagu persembahan: KJ 363: 1-dsc
9. Doa Persembahan, Syafaat dan Penutup

17
Panduan PA Pemuda Selasa, 5 September 2023
“Jadikanlah Lidahmu Jurukemudi Berkat”
Bacaan : Yakobus 3:1-12
1. Pemandu PA menyapa peserta dan tuan rumah.
2. Pemandu PA mengajak peserta untuk bernyanyi PKJ 184:1
3. Doa
4. Pemandu PA mengajak peserta untuk menggali pengalaman sebelum membaca
Alkitab
(pertanyaan yang diajukan pada bagian ini adalah pertanyaan yang dapat membantu peserta
untuk “masuk” ke dalam teks Alkitab yang akan dibaca atau membuat pra paham)
Pernakah Anda tersinggung atau terluka hati kita oleh perkataan orang lain ? Apa reaksi atau
respon Anda ketika itu terjadi? Pernahkah Anda menyinggung atau melukai hati orang lain
melalui perkataan ? Bagaimana reaksi atau respon tersebut terhadap Anda?
5. Pembacaan Alkitab:
a. Doa Epiklesis
b. Bacaan Alkitab: Yakobus 3:1-12
c. Lagu setelah pembacaan Alkitab: KJ 50a: 1 “SABDAMU ABADI”
Pemandu PA mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan apabila ada dan
akan menjadi pembahasan di dalam PA. Jika ada pertanyaan yang berkaitan dengan
teks Alkitab maka pemandu PA dapat merujuk pada penjelasan teks yang telah
disediakan.
Apabila tidak ada yang mengajukan pertanyaan, pemandu PA dapat melanjutkan ke
bagian diskusi dan memakai pertanyaan yang ada untuk memandu proses diskusi.
6. Diskusi
(Pertanyaan di bagian ini dapat diganti atau ditambahkan apabila ada pertanyaan yang
telah diajukan oleh peserta PA)
1. Mengapa dosa karena lidah adalah dosa yang paling berbahaya?
2. Apa yang akan kita lakukan agar dapat mengendalikan dosa karena lidah?
Bagian ini dibuat untuk membantu peserta dalam merefleksikan bacaan
Penjelasan Teks (Informatoris) dan Panduan Refleksi
(Hanya dibacakan apabila dalam proses diskusi poin-poin ini belum diungkapkan oleh
peserta PA)
Pada bagian ini penulis surat Yakobus hendak memberikan peringatan keras kepada orang-
orang yang memiliki keinginan berlebihan, lidah yang sombong dan semena-mena. Bahkan
ditegaskan kembali tentang kewajiban dan keunttungan dari mengekang lidah, sebab jika lidah
tidak dikendalikan dengan baik akan menjadi kekuatan yang merusak. Orang yang mengaku
beragama ( utamanya agama Kristen ) sudah semestinya mengendalikan lidah mereka.
Pasal sebelumnya menunjukkan bagaimana iman tanpa perbuatan adalah iman yang tidak
bermanfaat dan mati. Jelas tersirat dari apa yang pertama-tama disampaikan dalam pasal ini bahwa

18
iman itu seperti itu juga cenderung membuat orang angkuh dan semena-mena dalam perilaku dan
perkataan. Orang yang menegakkan iman dengan cara yang dikecam dalam pasal sebelumnya
adalah orang yang paling mudah jatuh dalam dosa-dosa lidah yang dikecam dalam pasal ini. Jadi
orang-orang terbaik memang sungguh-sungguh perlu peringatan supaya tidak menggunakan lidah
mereka untuk berbuat semena-mena, mencela, dan merusak.
Namun perlu kita perhatikan bahwa pada ayat 1 bukan melarang seseorang untuk
membimbing dan mengajar orang lain dan menegur orang yang salah dengan cara-cara yang
Kristiani. Melainkan tidak berbicara dan bertindak seperti orang yang senantiasa berkuasa dalam
keangkuhan. Tidak bertindak semena-mena dan mengatur-atur orang lain, seolah kita adalah orang
yang paling benar dan menjadi patokan bagi semua orang. Sebab Allah memberikan berbagai
macam karunia kepada manusia, dan mengharapkan dari tiap-tiap orang menghargai satu dengan
yang lain sesuai ukuran terang yang Ia berikan. Pada ayat-ayat berikutnya pun jelas
memperlihatkan bagaimana bahanya jika seseorang tidak mengendalikan lidahnya. Mengapa dosa
karena itu adalah dosa yang berbahaya ? Jika kita memperhatikan dengan seksama, orang yang
melukai sesamanya dengan perkataan mungkin akan lupa setelah dia mengatakan hal tersebut.
Tetapi bagi mereka yang terluka, maka itu akan diingat seumur hidupnya. Maka dosa karena lidah
itu sangat berbahaya karena bisa berdampak pada buruknya relasi yang telah dibangun.
Kita diajar untuk merenungkan bagaimana kita menggunakan lidah kita di dalam
persekutuan dan melayani Allah. Dengan permenungan ini, kita diajar pula untuk menggunakan
lidah supaya tidak mengutuk, mencela, dan melakukan apa saja yang jahat pada orang lain dengan
perkataan kita. Melainkan gunakan lidah kita untuk menjadii juru kemudi yang memberkati.
Bukankah lebih indah jika perkataan yang keluar dari mulut kita adalah berkat dan mengaprisiasi
orang lain. Seperti kita sendiri lebih senang mendengarkan perkataan yang memberkati dan tidak
senang dengan perkataan yang mengutuk atau yang tidak menyenangkan.
Pada masa kini sebagai pemuda/i GKSBS kita perlu lebih bijaksana, mulai generasi milenial
dan selanjutnya memiliki kecenderungan lebih senang menggunakan kata-kata yang kurang sopan
untuk menunjukkan keakraban dengan sesamanya. Namun sebagai pemuda Kristen, hari ini kita
belajar bahwa belum perlu memahami kondisi orang lain yang belum tentu dalam keadaan baik.
Jangan sampai tujuan kita berncanda dan menujukkan keakraban, tetapi orang yang menerima
sebagai sesuatu yang melukai hati. Apalagi dalam persekutuan, jangan sampai kita membuat hati
saudara seiman terluka melalui perkataan kita. tetapi bangunlah persekutuan dengan perkataan
yang memberkati. Kenakanlah perkataan yang meneduhkan, menyemangati dan memberkati
kapan pun dan dimana pun kita berada. Amin.
7. Komitmen Bersama:
Nyanyian : KJ 200:1
8. Persembahan
Lagu persembahan: PKJ 147:1-3
9. Doa Persembahan, Syafaat dan Penutup

19
Khotbah Minggu, 10 September 2023
Warna Liturgi : Hijau
Minggu Biasa XIX
PERSEKUTUAN YANG MEMULIHKAN
MATIUS 18:15-20
Bapak, Ibu, Saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus,
Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki kemampuan yang luar biasa untuk bertahan hidup
dalam berbagai kondisi dan lingkungan. Mekanisme bertahan hidup manusia didasarkan pada
kombinasi adaptasi, kemandirian, dan interaksi sosial yang kompleks. Dalam perjalanan evolusi,
manusia telah mengembangkan strategi yang canggih dan beragam untuk mengatasi tantangan dan
memastikan kelangsungan hidupnya. Salah satu mekanisme utama dalam bertahan hidup adalah
adaptasi fisiologis dan psikologis terhadap perubahan lingkungan. Manusia memiliki kemampuan
untuk beradaptasi dengan perubahan suhu, tekanan udara, dan ketersediaan sumber daya. Ketika
terpapar pada lingkungan yang berbeda, tubuh manusia dapat mengatur suhu tubuh, mengatur
tekanan darah, dan mengubah pola tidur agar sesuai dengan kebutuhan baru. Secara Psikologis
manusia memiliki kempauan untuk Pengembangan Kemampuan mental, seperti ketahanan mental,
fleksibilitas berpikir, dan kemampuan mengatasi stres, juga merupakan aspek penting dalam
mekanisme bertahan hidup manusia. Manusia dapat mengembangkan cara-cara untuk mengatasi
tantangan emosional dan psikologis yang muncul akibat perubahan lingkungan atau situasi sulit.
Dorongan alami untuk menciptakan rasa aman ini juga termasuk menghindari konflik,
sehingga terkadang pilihannya dari pada menimbulkan konflik lebih baik memilih untuk diam,
bahkan jika melihat orang lain melakukan kesalahan dengan dalih “itu bukan urusan saya”. Tapi
kemudian pertanyaan perenungannya, “Apakah demikian persekutuan yang di kehendaki Tuhan?”
Bapak, Ibu, Saudara yang terkasih didalam Tuhan Yesus Kristus,
Pada kesempatan hari ini, kita akan membahas Firman Tuhan dari Matius 18:15-20. Kita
akan memahami hal yang Tuhan ajarkan pada kita untuk menasehati dengan kasih dalam hubungan
sesama orang percaya. Dalam bagian ini, Tuhan Yesus memberikan langkah-langkah konkret tentang
cara yang harus kita lakukan dalam hal menasehati saudara-saudara kita yang telah berbuat salah
terhadap kita.
Langkah Pertama: Berbicara empat mata (Matius 18:15) Kita diminta untuk berbicara kepada
saudara kita secara pribadi ketika ada kesalahan yang perlu dibicarakan. Hal ini mengajarkan kita
untuk meresapi rasa kasih dan menghindari konfrontasi publik yang bisa merendahkan.
Langkah Kedua: Bersama Saksi (Matius 18:16) Jika saudara kita tidak mau mendengarkan
kita sendiri, kita harus membawa satu atau dua saksi sebagai saksi sah atas perkataan kita. Ini adalah
langkah serius yang menunjukkan kepedulian kita terhadap pemulihan saudara kita.
Langkah Ketiga: Bawa ke Gereja (Matius 18:17a) Jika langkah kedua juga tidak berhasil,
kita harus membawa perkara ini ke hadapan gereja. Tujuannya adalah agar kasih dan bijaksana dapat
diterapkan oleh persekutuan yang lebih besar.
Langkah Keempat: Perlakukan Seperti Orang Luar (Matius 18:17b) Apabila saudara yang
bersangkutan masih menolak untuk mendengarkan, kita diajarkan untuk memperlakukan dia seperti

20
orang luar dan pemungut pajak. Hal ini bukan untuk mengucilkan, tetapi sebagai langkah akhir yang
bertujuan untuk membangunkan kesadaran akan kesalahan dan perlunya pertobatan, serta
memastikan agar cara hidup yang tidak benar itu tidak berkembang dan mempengaruhi persekutuan.
Dalam semua petunjuk praktis yang disampaikan oleh Tuhan Yesus, ada hal mendasar yang
perlu kita perhatikan yaitu “Berdoa” (ayat 18-20). Di bagian ini, Tuhan Yesus memberikan janji
mengenai kekuatan dalam doa dan kehadiran-Nya saat dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-
Nya. Kuasa dalam Doa (Matius 18:18), Tuhan menegaskan bahwa apa pun yang diikat di bumi akan
diikat di surga, dan apa pun yang dilepaskan di bumi akan dilepaskan di surga. Ini menunjukkan
kekuatan doa dan otoritas rohaniah yang diberikan kepada umat-Nya. Kehadiran Tuhan dalam
Pertemuan (Matius 18:19-20) Janji Tuhan untuk hadir di tengah-tengah mereka yang berkumpul
dalam nama-Nya adalah suatu penghiburan dan jaminan bahwa ketika kita bersatu dalam kasih dan
kesatuan, Tuhan akan hadir untuk memberkati dan memenuhi kebutuhan kita.
Kesediaan hati untuk berdoa bagi saudara kita yang melakukan kesalahan adalah sebuah
perwujudan kasih yang tulus, agar melalui Roh Kudus hatinya dilebutkan untuk dipulihkan dan
dibimbing pada pertobatan. Bayangkanlah, saudara-saudaraku, sebuah rumah tangga yang penuh
cinta dan harmoni. Di rumah itu, ketika ada keributan atau kesalahan, anggota keluarga tidak hanya
saling menyalahkan, tetapi mereka duduk bersama, berbicara dengan penuh kasih, mencari
pemahaman, dan mencari solusi bersama. Mereka memberikan nasihat dengan bijaksana,
memberikan kesempatan untuk saling mendengarkan, dan mengutamakan pemulihan hubungan
daripada menang dalam perdebatan. Itulah gambaran yang Tuhan inginkan dalam gereja-Nya.
Bapak, Ibu, Saudara yang terkasih didalam Tuhan Yesus Kristus,
Di dunia ini tidak ada sesuatu yang benar-benar rusak, bahkan untuk arloji yang rusak pun,
dapat ia menunjukan waktu yang benar paling tidak dua kali sehari. Marilah kita menasehati dengan
kasih, mengutamakan pemulihan, dan selalu mengundang kehadiran Tuhan dalam pertemuan kita.
Dengan demikian, kita akan menjadi saksi kasih dan persatuan yang akan memuliakan nama-Nya di
tengah dunia yang membutuhkan cahaya-Nya. Amin.

Nas Pembimbing : Yakobus 5 : 19-20


Berita Anugerah : Titus 2 : 11-15
Nas Persembahan : Roma 11 : 33-36
Nyanyian :
1. Nyanyian Pembukaan : PKJ 2
2. Nyanyian Pujian : PKJ 106
3. Nyanyian Peneguhan : KJ 467
4. Nyanyian Responsoria : KJ 249
5. Nyanyian Persembahan : PKJ 145
6. Nyanyian Penutup : PKJ 282

21
Panduan PA Umum Selasa, 12 September 2023
“Berbahagia Orang Yang Dijamu Dalam Kerajaan Allah”
Bacaan : Lukas 14:15-24
1. Pemandu PA menyapa peserta dan tuan rumah.
2. Pemandu PA mengajak peserta untuk bernyanyi PKJ 274:1-2
3. Doa
4. Pemandu PA mengajak peserta untuk menggali pengalaman sebelum membaca
Alkitab
(pertanyaan yang diajukan pada bagian ini adalah pertanyaan yang dapat membantu peserta
untuk “masuk” ke dalam teks Alkitab yang akan dibaca atau membuat pra paham)
Apa yang saudara lakukan dan persiapkan ketika kita menerima undangan perjamuan
(pernikahan, ulang tahun dll)? Pernahkah bapak ibu lupa atau mengabaikan undangan?
Mengapa demikian?
5. Pembacaan Alkitab:
a. Doa Epiklesis
b. Bacaan Alkitab: Lukas 14:15-24
c. Lagu setelah pembacaan Alkitab: KJ 50a: 1 “SABDAMU ABADI”
Pemandu PA mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan apabila ada dan
akan menjadi pembahasan di dalam PA. Jika ada pertanyaan yang berkaitan dengan
teks Alkitab maka pemandu PA dapat merujuk pada penjelasan teks yang telah
disediakan.
Apabila tidak ada yang mengajukan pertanyaan, pemandu PA dapat melanjutkan ke
bagian diskusi dan memakai pertanyaan yang ada untuk memandu proses diskusi.
6. Diskusi
(Pertanyaan di bagian ini dapat diganti atau ditambahkan apabila ada pertanyaan yang
telah diajukan oleh peserta PA)
1. Apakah saudara menyadari bahwa selama ini bapak ibu diundang oleh Tuhan?
Ceritakan!
2. Apa saja yang dapat kita lakukan untuk merespons undangan tersebut?
3. Pernahkah kita berdalih saat mendapatkan tugas pelayanan? Jelaskan!
Bagian ini dibuat untuk membantu peserta dalam merefleksikan bacaan
Penjelasan Teks (Informatoris) dan Panduan Refleksi
(Hanya dibacakan apabila dalam proses diskusi poin-poin ini belum diungkapkan oleh
peserta PA)
Walaupun pada mulanya perumpamaan ini diterapkan kepada Israel dan penolakannya
terhadap Injil, Dapat juga direrapkan kepada gereja dan setiap orang percaya pada masa kini
1. Pokok perumpamaan ini adalah hari Kebangkitan dalam kemuliaan surgawi-Nya pada masa
yang akan datang (Lukas 14:15 ) yaitu tentang kedatangan Kristus kembali untuk membawa
umatnyya kedalam kerajaan Sorgawi.

22
2. Orang yang pada mulanya menerima undangan itu tetapi kemudian menolak menggambarkan
mereka yang sudah menerima atau kelihatan menerima undangan Yesus kepada keselamatan
namun kasih mereka kepada-NYa dan kepada kerajaan sorgawi menjadi dingin (Lukas 14:
17-20).
3. Orang semacam itu tidak menetapkan sasaran mereka berdasarkan standar sorgawi (lukas14:
18-20) mereka menolak nasehat Alkitab untuk pikirkanlah perkara-perkara diatas bukan yang
dibumi sementara menantikan pernyataan diri Kristus (Kolose 3:1-4) pengahrapan dan hidup
mereka terpusat pada perkara dunia ini dan mereka tidak lagi merindukan tanah air yang lebih
baik yaitu satu tanah air sorgawi (Ibrani 11:16).
4. Lukas 14: 21-23 menunjukan bahwa akan ada juga orang yang hatinya bersama dengan
kristus disorga dan tidak terpusat pada harapan yang ada dalam dunia ini mereka berdoa
dengan roh dan mempelai perempuan (Wahyu 22:20).
5. Dalam kehidupan berjemaat di lingkungan GKSBS masih ada anggota jemaat yang memiiki
alas an ketidaksiapan dalam bersekutu, bersaksi dan melayani. Akan tetapi juga ada anggota
jemaat memiliki semangat dan motivasi yang murni dalam pelayanan untuk kerajaan Sorga.
Sisi negatif dari tindakan berdalih dalam konteks relasi dengan sesame dan Tuhan sering kali
menjadi tindakan yang tidak mulia. Semoga kedepan Anggota-anggota jemaat GKSBS
semakin giat dalam pekerjaan Tuhan. Amin.
7. Komitmen Bersama:
Nyanyian : KJ 309:1-3
8. Persembahan
Lagu persembahan: PKJ 264:1-3
9. Doa Persembahan, Syafaat dan Penutup

23
Panduan PA Perempuan Selasa, 12 September 2023
“Sudahkah Memberi Waktu Untuk Berjumpa Dengan Tuhan?”
Bacaan : Lukas 14: 15-24
1. Pemandu PA menyapa peserta dan tuan rumah.
2. Pemandu PA mengajak peserta untuk bernyanyi PKJ 153:1-2
3. Doa
4. Pemandu PA mengajak peserta untuk menggali pengalaman sebelum membaca
Alkitab
(pertanyaan yang diajukan pada bagian ini adalah pertanyaan yang dapat membantu peserta
untuk “masuk” ke dalam teks Alkitab yang akan dibaca atau membuat pra paham)
Pernahkah kita menolak undangan dari orang lain dengan alasan-alasan yang kita sampaikan
sedangkan sebenarnya kita bisa saja hadir untuk undangan tersebut? Mengapa demikian?
5. Pembacaan Alkitab:
a. Doa Epiklesis
b. Bacaan Alkitab: Lukas 14: 15-24
c. Lagu setelah pembacaan Alkitab: KJ 50a: 1 “SABDAMU ABADI”
Pemandu PA mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan apabila ada dan
akan menjadi pembahasan di dalam PA. Jika ada pertanyaan yang berkaitan dengan
teks Alkitab maka pemandu PA dapat merujuk pada penjelasan teks yang telah
disediakan.
Apabila tidak ada yang mengajukan pertanyaan, pemandu PA dapat melanjutkan ke
bagian diskusi dan memakai pertanyaan yang ada untuk memandu proses diskusi.
6. Diskusi
(Pertanyaan di bagian ini dapat diganti atau ditambahkan apabila ada pertanyaan yang
telah diajukan oleh peserta PA)
1. Bagaimana pendapat ibu-ibu tentang Firman Tuhan saat ini?
2. Bagaimana cara ibu-ibu dapat mengatur waktu agar tetap melakukan aktifitas sehari-hari
tanpa melupakan waktu-waktu khusus bersama Tuhan?
Bagian ini dibuat untuk membantu peserta dalam merefleksikan bacaan
Penjelasan Teks (Informatoris) dan Panduan Refleksi
(Hanya dibacakan apabila dalam proses diskusi poin-poin ini belum diungkapkan oleh
peserta PA)
Ibu-ibu yang dikasihi Tuhan dalam satu hari ada 24 jam waktu yang diberikan kepada kita.
Waktu yang cukup panjang tersebut menunjukkan bahwa banyak sekali peluang bagi kita untuk
melakukan sesuatu hal. Contoh saja sebagai ibu rumah tangga, pekerjaan rumah dimulai pagi
sampai malam terkadang belum selesai, belum juga apabila bekerja dan memiliki usaha-usaha
yang lainnya. Hari-hari yang dijalani begitu cepat untuk berjalan, namun apakah waktu yang
panjang itu dapat kita luangkan untuk Tuhan sebagi rasa syukur atas segala berkat yang diberikan
kepada kita semua.

24
Firman Tuhan hari ini yang membahas tentang perumpamaan tentang orang-orang yang
berdalih . Pada ayat sebelumnya Yesus diundang dalam sebuah pesta dan ada beberapa
perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus, termasuk dalam Lukas 14:15-24 tentang
perumpamaan orang-orang yang berdalih. Di dalamnya membahas tentang seorang yang
mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. Saat seorang ini menyuruh
hambanya mengundang, maka ada banyak yang menjawab bahwa tidak bisa datang dan minta
maaf karena ada beberpa alasan yaitu membeli ladang dan harus melihatnya(18), membeli lima
pasang lembu kebiri dan harus pergi (19), dan orang yang sudah kawin namun tidak dapat datang
(20). Oleh karena tidak ada yang datang maka seorang tersebut untuk mengundang orang-orang
miskin, buta, cacat, lumpuh, dan orang-orang yang dipaksa. Hal itu akan mambawa kebahagian
karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalas karena akan dibalaskan dalam hari
kebangkitan Luk 14:114)
Dari perumpamaan ini kita bersama-sama belajar bahwa Tuhan mempersiapkan segala yang
baik dan mengundang kita dalam Yesus Kristus untuk terus membangun relasi denganNya. Namun
terkadang kita yang sudah diundang terkadang mengutamakan kesibukan-kesibukan yang
sebenarnya dapat dikelola waktunya. Tidak hanya kepada Tuhan namun kepada sesama kita
meluangkan waktu kita untuk menolong.Terkhusus dalam pelayanan bersama sebagai ibu-ibu
yang ada di Sinode GKSBS, mari kita membuka diri dan meluangkan waktu untuk terus melayani
Tuhan di mana kita berada. Tuhan memberkati.
7. Komitmen Bersama:
Nyanyian : PKJ 274:1 dan 3
8. Persembahan
Lagu persembahan: KJ 292:1-dsc
9. Doa Persembahan, Syafaat dan Penutup

25
Panduan PA Pemuda Selasa, 12 September 2023
“Banyak Alasan Merenggangkan Kebersamaan”
Bacaan : Lukas 14:15-24
1. Pemandu PA menyapa peserta dan tuan rumah.
2. Pemandu PA mengajak peserta untuk bernyanyi PKJ 16:1-2
3. Doa
4. Pemandu PA mengajak peserta untuk menggali pengalaman sebelum membaca
Alkitab
(pertanyaan yang diajukan pada bagian ini adalah pertanyaan yang dapat membantu peserta
untuk “masuk” ke dalam teks Alkitab yang akan dibaca atau membuat pra paham)
Bagaimana tanggapan Anda ketika memiliki seorang teman yang sering mencari alasan tidak
mau diajak pergi ke gereja? Pernahkah Anda memiliki pengalaman mencari alasan ketika
diajak oleh seseorang pergi ke gereja?
5. Pembacaan Alkitab:
a. Doa Epiklesis
b. Bacaan Alkitab: Lukas 14:15-24
c. Lagu setelah pembacaan Alkitab: KJ 50a: 1 “SABDAMU ABADI”
Pemandu PA mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan apabila ada dan
akan menjadi pembahasan di dalam PA. Jika ada pertanyaan yang berkaitan dengan
teks Alkitab maka pemandu PA dapat merujuk pada penjelasan teks yang telah
disediakan.
Apabila tidak ada yang mengajukan pertanyaan, pemandu PA dapat melanjutkan ke
bagian diskusi dan memakai pertanyaan yang ada untuk memandu proses diskusi.
6. Diskusi
(Pertanyaan di bagian ini dapat diganti atau ditambahkan apabila ada pertanyaan yang
telah diajukan oleh peserta PA)
1. Dalam perumpamaan yang disempaikan Yesus, Apa akibat yang diterima oleh orang-
orang yang diundang tetapi tidak datang?
2. Apa sebenarnya makna dari perumpamaan yang diberikan Yesus?
3. Jika anda diperhadapkan pada 2 pilihan di saat yang bersamaan, yaitu 1) Ajakan teman
untuk pergi ke gereja untuk PA Pemuda; 2) Ajakan teman untuk pergi ke tempat hiburan
yang ingin Anda kunjungi selama ini, manakah yang akan Anda pilih? Mengapa?
Bagian ini dibuat untuk membantu peserta dalam merefleksikan bacaan
Penjelasan Teks (Informatoris) dan Panduan Refleksi
(Hanya dibacakan apabila dalam proses diskusi poin-poin ini belum diungkapkan oleh
peserta PA)
Salah satu metode pengajaran yang sering digunakan Yesus di masa dulu ialah
perumpamaan. Tentu tujuannya agar para pendengarnya bisa memahami makna dari perumpaan
tersebut yang relate atau berkaitan langsung dengan kehidupan mereka. Dalam bacaan kita saat

26
ini Yesus menggunakan perumpamaan dalam menegur dan sekaligus memberikan kritik kepada
orang-orang yang berebut tempat yang terhormat.
Saat itu Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin orang Farisi untuk makan disitu.
Padahal makan pada hari Sabat sebenarnya pantangan, sebab dalam tradisi Yahudi mereka harus
berpuasa, tidak boleh melakukan kegiatan apa pun dan fokus untuk ibadah seharian penuh. Tetapi
saat itu Yesus diterima dengan baik untuk makan bersama, bahkan banyak orang yang datang dan
berdesak-desakkan untuk mengambil tempat terhormat dan mengamati Yesus dengan seksama.
Kesempatan itu digunakan oleh Yesus untuk mengingatkan mereka yang berebut tempat
yang paling di depan – yang dianggap sebagai tempat kehormatan. Setelah Yesus mengajar mereka
tentang siapa yang akan diundang oleh Allah dalam Kerajaan-Nya. Tiba-tiba ada seseorang dari
mereka yang mengatakan : “Berbahagialah orang yang dijamu dalam Kerajaan Allah”. Mendengar
pernyataan tersebut Yesus kemudian mengajarkan kembali tentang “perumpaan orang-orang yang
berdalih”.
Mengapa Yesus mengajarkan perumpamaan ini? Jelas, bahwa sebenarnya orang-orang yang
datang pada saat bukan dengan sungguh-sungguh ingin mendengar pengajaran Yesus. Mereka
memiliki motivasi untuk memenuhi keingin pribadi – yang hanya penasaran dengan Yesus atau
ingin mencari kesempatan untuk mencobai Dia. Melihat motivasi mereka yang tidak murni itu
Yesus memberikan kritikan dengan keras melalui perumpamaan orang-orang yang berdalih.
Perumpaan itu relate atau sangat berkaitan dengan yang dilakukan oleh orang-orang yang datang
saat itu.
Sebenarnya, andaikan mereka di lain kesempatan diundang oleh Yesus bisa jadi mereka
tidak akan datang. Bahkan yang lebih nyata lagi mereka menjumpai Yesus untuk mendengarkan
perngajaran-Nya, melainkan hanya berebut tempat terhormat saja. Dengan kata lain tubuh mereka
hadir disana, tetapi hatinya tidak untuk Tuhan Yesus.
Melihat apa yang dilakukan Yesus kepada orang-orang yang hanya mencari kepuasaan
pribadi saat berjumpa dengan Yesus, kita bisa belajar bahwa perjumpaan dengan Yesus bukan
hanya mencari berkat-Nya saja. Melainkan hadir membawa hati dan hidup kita untuk
dipersembahkan sepenuhnya kepada-Nya. Jika kita datang persekutuan karena hanya takut
dimarah orang tua, tidak enak karena sebagai pengurus komisi, malu keremna anak majelis jika
berangkat atau karena hanya ingin mengisi waktu luang. Andaikan itu yang menjadi alasan kita
datang, sebenarnya kita tidak ada bedanya dengan orang-orang yang datang menemui Yesus ketika
itu.
Tentu menjadi pergumulan dan keprihatinan bersama jika kita tidak hadir dalam persekutuan
dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal atau mencari-cari alasan agar tidak datang dalam
persekutuan. Jelas bahwa Yesus sendiri mengatakan bahwa : “Tidak ada seorangpun dari orang-
orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku.” Ini menyiratkan bahwa akibat yang
akan diterima oleh orang-orang yang diundang oleh Yesus tapi tidak datang, dia tidak akan
menerima berkat dari-Nya. Artinya bahwa siapa pun yang menjauh dari persekutuan akan
dijauhkan dari berkat Tuhan. Mari pemuda/i GKSBS ketika kita datanglah dalam persekutuan agar

27
relasimu tidak renggang, baik dengan sesama maupun dengan Tuhan. Namun perlu ingat sekali
lagi, datang dalam persekutuan bukan hanya untuk mencari berkat Tuhan saja, lebih jauh dari itu
adalah menikmati persekutuan sebagai perjumpaan yang indah bersama teman dan Tuhan. Amin.
7. Komitmen Bersama:
Nyanyian : KJ 249:1-3
8. Persembahan
Lagu persembahan: KJ 302:1-3
9. Doa Persembahan, Syafaat dan Penutup

28
Khotbah Minggu, 17 September 2023
Warna Liturgi : Hijau
Minggu Biasa XX
PERSEKUTUAN YANG SALING MENGAMPUNI
MATIUS 18 : 21-35
Jemaat yang dikasihi Tuhan, mungkin kita pernah atau bahkan sering mendengar istilah
“hukum tabur tuai”, yaitu suatu hukum yang mengatur bahwa setiap perbuatan kita akan berujung
kepada suatu konsekuensi. Jika memilih berbuat baik, maka satu hari nanti kita pun akan menuai
kebaikan dari perbuatan kita itu. Dengan kata lain, apa yang kita berikan, entah untuk kebaikan atau
keburukan, pasti akan kembali kepada kita pada waktunya.
Dalam bacaan kita hari ini dikisahkan bahwa Petrus datang kepada Yesus mengajukan
pertanyaan, “Tuhan, berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?
Sampai tujuh kali?”. Pikiran ini adalah bagian dari ajaran para Rabi Yahudi bahwa orang harus
memaafkan mereka yang menyinggung mereka tetapi hanya tiga kali. Jadi Petrus mencoba untuk
menjadi lebih murah hati daripada para Rabi, yang mungkin mencoba membuat Yesus terkesan. Ia
bertanya apakah tujuh, sebagai angka yang sempurna, karena dianggap sebagai waktu yang cukup
untuk mengampuni seseorang. Tetapi tanggapan Yesus mengejutkannya dan mungkin mengejutkan
kita pula, karena tanggapan Tuhan adalah sampai - tujuh puluh kali tujuh kali ! Artinya, kita harus
mengampuni seseorang sesering mereka perlu diampuni atau bahkan tanpa batasan (hitungan). Ini
mau menunjukkan ketulusan kita atas kesalahan mereka, tidak peduli berapa kali mereka berbuat.
Pengampunan sejati tidak menyimpan catatan (cek list) dan untuk membantu Petrus dan murid-murid
lainnya memahami apa yang dimaksud dengan pengampunan sejati, Yesus menceritakan
Perumpamaan tentang Hamba yang Tak Mengampuni ini.
Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang ingin menyelesaikan perhitungannya. Saat dia
memulai penyelesaian, salah satu debiturnya yang berutang 10.000 talenta, yang kira-kira setara
dengan sekitar 12 juta menurut standar emas, bawa kepadanya dan tidak mampu membayar. Hamba
ini memohon belas kasihan atas ancaman seluruh keluarganya dijual sebagai budak untuk membayar
hutang. Yang merupakan praktik umum pada zaman Yesus. Karena hamba ini memohon belas
kasihan dan tampak tulus tentang hal itu, raja memberinya pengampunan yang dicontohkan dengan
mengampuni hutang yang dia miliki. Tetapi ketika hamba itu keluar, dia menemukan salah satu
temannya yang berutang seratus dinar kepadanya, yang jauh lebih sedikit dari hutangnya kepada raja.
Ia menangkapnya dan mulai mencekiknya, menuntut agar dia membayar kembali uang yang dia
hutangkan kepadanya. Seperti yang telah dia lakukan di hadapan raja, sesama hamba ini memohon
untuk bersabar dan berjanji akan membayarnya kembali pada waktunya, tetapi hamba yang tidak
mau mengampuni itu menolak.
Ketika teman-temannya melihat bagaimana dia telah menganiaya sesamanya sementara
dirinya telah diampuni oleh raja untuk hutang yang jauh lebih besar, mereka pergi dan memberi tahu
raja. Seperti yang dapat kita bayangkan, raja menjadi marah, memanggil hamba yang tidak mau
mengampuni itu, menyerahkannya kepada para algojo sampai dia membayar kembali semua
hutangnya.

29
Mengingat fakta bahwa hamba yang tidak mengampuni ini tidak dapat membayar utangnya
kepada raja, dan raja awalnya mengampuninya, tetapi sekarang karena penolakannya untuk
mengampuni hamba lain, dia sekarang mendapati dirinya dalam kondisi yang jauh lebih buruk
daripada ketika dia mulai. Prinsip tabur tuai mulai berlaku, keengganannya untuk memaafkan hamba
lain setelah dia sendiri diampuni akhirnya menyusulnya.
Ketika kita menyelami lebih dalam ke teks ini, raja dalam perumpamaan ini adalah Tuhan
sendiri yang gemas oleh dosa manusia. Ia yang memulai dan menawarkan pengampunan kepada
hamba-Nya yang tidak adil. Seperti halnya hamba yang tidak mengampuni ini, kita pun telah berdosa
terhadap Tuhan lebih dari orang lain telah berdosa terhadap kita. Dan karena Tuhan menawarkan
pengampunan-Nya kepada kita terlepas dari pelanggaran kita, Dia mengharapkan kita untuk
melakukan hal yang sama. Jika hamba itu telah diubah oleh kasih karunia dan belas kasihan rajanya,
dia akan bersimpati kepada sesama hamba yang berutang uang kepadanya, dan memaafkannya
sebagaimana dia telah diampuni oleh raja.
Salah satu tantangan yang kita semua hadapi adalah memaafkan orang yang telah sangat
menyakiti kita, atau mungkin kita telah menyakiti mereka, dan siapa yang akan melangkah maju
untuk menawarkan pengampunan. Terkadang bukan orang yang melakukan kesalahan, seperti
hamba yang tidak mengampuni ini, tetapi terkadang orang yang dianiaya, yang menjadi korban, yang
diperlakukan tidak adil, yang menawarkan pengampunan. Mungkin kita pernah mengalaminya,yaitu
meminta maaf padahal kitalah yang disakiti, dan sebaliknya, orang yang menyakiti kita tidak merasa
perlu meminta maaf. Bagaimanapun, pengampunan akan selalu menjadi pilihan, dan itu
membebaskan seseorang dari kepahitan sakit hati, dendam dan kebutuhan untuk mempraktikkan
“mata ganti mata.”
Pesan dari perumpamaan ini adalah ketika kita menyadari betapa Tuhan telah mengampuni
kita dari banyak dosa kita dan betapa Dia mengampuni kita berulang kali tanpa mencatat atau
menghitung-hitung – sebagaimana kita dengan tulus bertobat dari dosa-dosa kita – itu seharusnya
menghasilkan dalam diri kita sikap memaafkan yang bebas dan murah hati terhadap orang lain. Jika
Tuhan terus-menerus menunjukkan kasih karunia dan belas kasihan kepada kita, bukankah
seharusnya kita memperlakukan satu sama lain dengan empati dan belas kasih yang sama? Tuhan,
yang adalah Raja dalam perumpamaan ini, menjadi standar bagaimana kita mengampuni orang lain.
Ketika kita tidak mengampuni orang lain seperti dalam kasus hamba yang tidak mau
mengampuni ini, kita menempatkan diri kita di luar kasih karunia dan belas kasihan Kristus karena
telah mengampuni kita, dan apa yang terjadi pada akhirnya akan kembali kepada kita. Yesus
mengatakannya seperti ini dalam Doa Bapa Kami (Matius 6), “Dan ampunilah hutang kami, seperti
kami mengampuni orang yang berhutang kepada kami.” Atau dalam beberapa versi, Ampunilah
kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Hutang adalah
sesuatu yang harus ditanggung dan dibayar. Doa Bapa Kami mengingatkan kita bahwa kita memiliki
hutang dosa yang tidak akan pernah bisa kita bayar. Itulah sebabnya Allah mengutus Yesus, yang
membayar hutang kita kepada Allah di Kalvari karena dosa-dosa kita. “Dan Tuhan telah menimpakan
kepada-Nya, kesalahan kita semua.”

30
Jemaat yang dikasih Tuhan, satu hal yang dapat kita pahami bahwa pengampunan kita
terhadap orang lain akan menjadi nada pengampunan Bapa bagi kita. Saat kita mengikuti ajaran
Yesus untuk mengampuni orang lain sebagaimana kita telah diampuni, kita melepaskan kuasa kasih
dan pengampunan Allah ke dunia yang sangat membutuhkan penyembuhan. Ada orang yang
menderita luka emosional dan mental karena kesalahan yang dilakukan pada mereka, atau mungkin
sesuatu yang telah mereka lakukan pada orang lain, tetapi luka itu tidak akan pernah sembuh tanpa
memaafkan orang lain seperti halnya memaafkan diri sendiri. Pengampunan menyembuhkan kita
dan menyembuhkan orang lain. Amin.

Nas Pembimbing : Yesaya 55:6-7


Berita Anugerah : Lukas 10:25-28
Nas Persembahan : 1 Yohanes 1:5-10
Nyanyian :
1. Nyanyian Pembukaan : KJ 3:1-2
2. Nyanyian Pujian : KJ 467:1-2
3. Nyanyian Peneguhan : KJ 40:1-2
4. Nyanyian Responsoria : PKJ 138:1 & 3
5. Nyanyian Persembahan : PKJ 265:1-dsc
6. Nyanyian Penutup : KJ 300 :1, 3

31
Panduan PA Umum Selasa, 19 September 2023
“Bersiap Menghadapi Tantangan Kehidupan”
Bacaan : 1 Petrus 4:7-11
1. Pemandu PA menyapa peserta dan tuan rumah.
2. Pemandu PA mengajak peserta untuk bernyanyi KJ 440:1-4
3. Doa
4. Pemandu PA mengajak peserta untuk menggali pengalaman sebelum membaca
Alkitab
(pertanyaan yang diajukan pada bagian ini adalah pertanyaan yang dapat membantu peserta
untuk “masuk” ke dalam teks Alkitab yang akan dibaca atau membuat pra paham)
Apakah impian atau harapan Saudara tentang kehidupan orang-orang Kristen? Bagaimana
dengan kenyataannya?
5. Pembacaan Alkitab:
a. Doa Epiklesis
b. Bacaan Alkitab: 1 Petrus 4:7-11
c. Lagu setelah pembacaan Alkitab: KJ 50a: 1 “SABDAMU ABADI”
Pemandu PA mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan apabila ada dan
akan menjadi pembahasan di dalam PA. Jika ada pertanyaan yang berkaitan dengan
teks Alkitab maka pemandu PA dapat merujuk pada penjelasan teks yang telah
disediakan.
Apabila tidak ada yang mengajukan pertanyaan, pemandu PA dapat melanjutkan ke
bagian diskusi dan memakai pertanyaan yang ada untuk memandu proses diskusi.
6. Diskusi
(Pertanyaan di bagian ini dapat diganti atau ditambahkan apabila ada pertanyaan yang
telah diajukan oleh peserta PA)
1. Apa saja nasihat Petrus dalam 1 Petrus 4:7-11 yang dapat dipedomani sebagai orang-
orang percaya?
2. Apakah yang seharusnya menjadi dasar bagi kehidupan orang-orang percaya ketika
berhadapan dengan tantangan kehidupan?
3. Apa langkah konkret yang bisa diambil agar tangguh dalam menghadapi tantangan dalam
kehidupan?
Bagian ini dibuat untuk membantu peserta dalam merefleksikan bacaan
Penjelasan Teks (Informatoris) dan Panduan Refleksi
(Hanya dibacakan apabila dalam proses diskusi poin-poin ini belum diungkapkan oleh
peserta PA)
Beberapa orang bertanya, apakah yang harus saya lakukan dalam kehidupan sebagai orang
Kristen? Beberapa jawaban yang muncul, antara lain: hiduplah benar sesuai dengan standar hidup
dalam kasih; atau hiduplah meneladani kehidupan Kristus ketika Ia ada di bumi; atau beribadahlah
dengan rajin, tekun membaca Alkitab dan jangan jemu berdoa. Tentu jawaban tersebut brilian,

32
mengingat bahwa hidup dalam Kristen memang diarahkan secara demikian. Persoalannya
kehidupan tidak sesederhana yang diekspektasikan, bukan? Seseorang bisa mengontrol diri untuk
berlaku baik dan benar. Itu baik. Masalahnya seseorang harus berhadapan dengan konteks dimana
ia tinggal. Ia bisa berjumpa dengan 'sang liyan' (sesama yang lain, yang berbeda-beda dalam
banyak hal). Seseorang hidup di alam yang sering tidak terkontrol keadaannya. Alam bisa brutal
tak terkendali, dan melibas apapun tanpa pandang bulu. Hasilnya? Duka dan nestapa!
Petrus menulis suratnya untuk jemaat Tuhan sebagai orang-orang pendatang, yang tersebar
di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia. Dengan sengaja ia menyematkan dan
menyebut mereka sebagai orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah. Identitas baru
ini menjadi penting ditegaskan ulang agar mereka terus diingatkan akan pembaharuan yang telah
terjadi dalam Kristus Yesus. Dikaitkan dengan perjumpaan mereka dengan 'sang liyan', mereka
dapat tampil dengan percaya diri dengan identitas yang baru. Hal ini tentu ditandai dan
diperlihatkan dengan cara hidup yang 'berbeda' saat bersanding dengan 'sang liyan'; bukan untuk
mengangkat diri sebagai hakim dan menghakimi mereka yang tidak sama. Sebaliknya, tampil beda
dalam pembaharuan menjadi tanda kehidupan yang telah mendapatkan jaminan keselamatan
dalam Yesus Kristus. Itu sebabnya relasi personal dengan Sang Juru Selamat, perlu terus dijaga
agar tetap intim dalam wujud doa yang didasarkan pada ketenangan hidup. Melakukan kasih bukan
sekedar kemanusiaan semata atau nilai etika yang luhur. Kasih didasarkan pada tindakan Allah
yang telah menyelamatkan dan menebus dari dalam dosa menuju kehidupan kekal. Tentu akan
sungguh-sungguh diperjuangkan. Bahkan dalam hal praktis, Petrus menasihatkan, 'Jika ada orang
yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada
orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah,
supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya
kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!' Fokus hidup bukan lagi tentang kemuliaan diri,
namun kemuliaan Tuhan dalam kehidupan diri.
Hidup Kristen akan selalu berhadapan dengan 'sang liyan'. Resiko disalahpahami cukup
besar. Meskipun demikian, realita tersebut tidak seharusnya membuat diri menjadi lemah dan tidak
berdaya. GKSBS yang hadir di Sumatera Bagian Selatan, berjumpa dengan 'sang lian'. 36 tahun
sebagai Lembaga GKSBS telah mampu bertahan mempertahankan eksistensi kehadirannya,
bahkan berperan aktif dalam banyak hal. Tantangan akan semakin masif, tentu semangat melayani
terus dikobarkan dan terus berjuang untuk hidup dalam kebenaran. Amin
7. Komitmen Bersama:
Nyanyian : PKJ 285
8. Persembahan
Lagu persembahan: KJ 288:1-dsc
9. Doa Persembahan, Syafaat dan Penutup

33
Panduan PA Perempuan Selasa, 19 September 2023
“Menjadi Tenang dan Aman bersama Tuhan”
Bacaan : 1 Petrus 4:7-11
1. Pemandu PA menyapa peserta dan tuan rumah.
2. Pemandu PA mengajak peserta untuk bernyanyi PKJ 164:1-2
3. Doa
4. Pemandu PA mengajak peserta untuk menggali pengalaman sebelum membaca
Alkitab
(pertanyaan yang diajukan pada bagian ini adalah pertanyaan yang dapat membantu peserta
untuk “masuk” ke dalam teks Alkitab yang akan dibaca atau membuat pra paham)
Apakah saudara pernah merasakan ketidaktenangan dalam hidup ini? Mengapa? Apa yang
saudara lakukan ketika merasa tidak tenang?
5. Pembacaan Alkitab:
a. Doa Epiklesis
b. Bacaan Alkitab: 1 Petrus 4:7-11
c. Lagu setelah pembacaan Alkitab: KJ 50a: 1 “SABDAMU ABADI”
Pemandu PA mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan apabila ada dan
akan menjadi pembahasan di dalam PA. Jika ada pertanyaan yang berkaitan dengan
teks Alkitab maka pemandu PA dapat merujuk pada penjelasan teks yang telah
disediakan.
Apabila tidak ada yang mengajukan pertanyaan, pemandu PA dapat melanjutkan ke
bagian diskusi dan memakai pertanyaan yang ada untuk memandu proses diskusi.
6. Diskusi
(Pertanyaan di bagian ini dapat diganti atau ditambahkan apabila ada pertanyaan yang
telah diajukan oleh peserta PA)
1. Apa yang saudara pahami dengan kata “Kesudahan sudah dekat”?
2. Apa yang kita bisa refleksikan dari teks bacaan kita ini? Apa sikap yang harus dimiliki
umat Tuhan dalam situasi akhir jaman ?
Bagian ini dibuat untuk membantu peserta dalam merefleksikan bacaan
Penjelasan Teks (Informatoris) dan Panduan Refleksi
(Hanya dibacakan apabila dalam proses diskusi poin-poin ini belum diungkapkan oleh
peserta PA)
Dalam bacaan saai ini Rasul Petrus mengajak untuk memandang kehidupan umat dari sudut
kedatangan Kristus dan akhir dunia yang sudah dekat (bd. Ibr 10:25; Yak 5:8-9; 1Yoh 2:18), situasi
ini menjadikan orang ada dalam keadaan kuatir dan tidak tenang. Bagi Petrus, kenyataan ini
menuntut komitmen sebagai berikut:
1) Berdoa kepada Allah dengan giat setiap hari;
2) Saling mengasihi dengan sungguh-sungguh dari hati (ayat 1Pet 4:8);

34
3) Memberi tumpangan dan bersikap ramah terhadap mereka yang membutuhkan bantuan
(ayat 1Pet 4:9);
4) Melayani sesama orang percaya dengan menggunakan karunia rohani yang diberikan Roh
(ayat 1Pet 4:10);
5) Bersaksi tentang Kristus dan melayani Allah dengan kuasa Roh (ayat 1Pet 4:11; Kis 1:5-8);
6) Memuji Tuhan (ayat 1Pet 4:11); dan
7) Tetap setia kepada Kristus di tengah-tengah pencobaan (ayat 1Pet 4:12-19).
Jemaat GKSBS adalah gereja yang harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Harus diakui bahwa lingkungan dimana GKSBS berada tidak selalu menjadikan nyaman, akan
tetapi sebaliknya adakalanya memunculkan ketidak tenangan. Melalui bacaan kita pada saat ini
kita diajak agar menjadi tenang yaitu dengan mengendalikan diri, caranya berdoa kepada Tuhan,
mengasihi sesama, melayani, bersaksi, memuji Tuhan dan tetap setia kepada Tuhan. Sebagai
gereja GKSBS diharapakan untuk dapat menjadi berkat bagi kehidupan, Dan ketika kita bisa
mejalin hubungan yang baik dengan Tuhan dan membangun hubungan harmonis dengan sesama,
maka kita dapat mengalami ketenangan hidup.
Kekuatan Perempuan untuk mengendalikan keadaan dalam sebuah keluarga sangatlah besar,
terutama ketika keluarga menghadapi masalah dan pergumulan. Situai kalut dan tidak tenang akan
selalu mucul ketika keadaan tidak terkendali. Saat situasi tidak terkendali seorang ibu mengajak
untuk berdoa, memuji Tuhan, saling mengasihi dan tetap setia kepada Tuhan tentu akan membawa
damai dan ketenangan di dalam keluarga.
7. Komitmen Bersama:
Nyanyian : PKJ 274:1-2
8. Persembahan
Lagu persembahan: PKJ 7
9. Doa Persembahan, Syafaat dan Penutup

35
Panduan PA Pemuda Selasa, 19 September 2023
“Bersama Tuhan Mengubah Tantangan Menjadi Peluang”
Bacaan : 1 Petrus 4:7-11
1. Pemandu PA menyapa peserta dan tuan rumah.
2. Pemandu PA mengajak peserta untuk bernyanyi PKJ 14:1
3. Doa
4. Pemandu PA mengajak peserta untuk menggali pengalaman sebelum membaca
Alkitab
(pertanyaan yang diajukan pada bagian ini adalah pertanyaan yang dapat membantu peserta
untuk “masuk” ke dalam teks Alkitab yang akan dibaca atau membuat pra paham)
Pernahkah Anda menglami kegagalan? Bagikan kisah Anda! Mengapa sebagai orang percaya
kita masih bisa mengalami kegagalan?
5. Pembacaan Alkitab:
a. Doa Epiklesis
b. Bacaan Alkitab: 1 Petrus 4:7-11
c. Lagu setelah pembacaan Alkitab: KJ 50a: 1 “SABDAMU ABADI”
Pemandu PA mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan apabila ada dan
akan menjadi pembahasan di dalam PA. Jika ada pertanyaan yang berkaitan dengan
teks Alkitab maka pemandu PA dapat merujuk pada penjelasan teks yang telah
disediakan.
Apabila tidak ada yang mengajukan pertanyaan, pemandu PA dapat melanjutkan ke
bagian diskusi dan memakai pertanyaan yang ada untuk memandu proses diskusi.
6. Diskusi
(Pertanyaan di bagian ini dapat diganti atau ditambahkan apabila ada pertanyaan yang
telah diajukan oleh peserta PA)
1. Mengapa doa menjadi salah satu hal yang semestinya dilakukan agar mendapatkan
ketenangan?
2. Apa saja hal yang semestinya pemuda Kristen lakukan agar dapat mengubah hambatan
atau tantangan menjadi peluang!
3. Apa komitmen Anda agar bisa mengubah hambatan atau tantangan agar menjadi
peluang?
Bagian ini dibuat untuk membantu peserta dalam merefleksikan bacaan
Penjelasan Teks (Informatoris) dan Panduan Refleksi
(Hanya dibacakan apabila dalam proses diskusi poin-poin ini belum diungkapkan oleh
peserta PA)
Surat Petrus ditujukan kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia,
Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia. Dalam konteks sebagai pendatang, apalagi saat itu menjadi
orang Kristen bukan pilihan terbaik agar hidup dalam kenyaman dan kemakmuran. Oleh karena

36
itu penulis surat Petrus mengingatkan kepada pembacanya supaya taat kepada Yesus Kristus apa
pun keadaan mereka.
Dalam konteks kehidupan yang penuh dengan ketidak pastian dan tantangan, jemaat saat itu
harus melanjut hidup serta mempertahankan iman. Ini menandakan bahwa kehidupan jemaat saat
itu bukanlah kehidupan yang mudah untuk dijalani. Namun dalam bacaan kita penulis surat Petrus
membuka dengan pesan : “kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa”. Dari
sini kita melihat ada satu penenkanan bahwa dalam menghadapi tantangan – yang bisa jadi di
dalamnya ada kekhawatiran untuk tetap tenangdan berdoa. Mengapa doa menjadi salah jawaban
dari semua itu ? Jelas bahwa dengan berdoa, orang percaya akan tekoneksi atau terhubung dengan
TUHAN Allah. Artinya dalam menghadapi tantangan kita diajarkan untuk mengadalkan Tuhan.
Namun berdoa saja belum cukup, masih ada rentetan nasehat lainnya yang sebaiknya
dilakukan. Inilah yang selajutnya perlu dilakukan yaitu : mengasihi sungguh-sungguh seorang
akan yang lain, memberi tumpangan dengan tidak bersungut-sungut, melayani seorang akan yang
lain sesuai dengan karunia dan kekuatan yang dianugerahkan dari Allah, dan berbicara sebagai
orang yang menyampaikan firman Allah.
Pesan atau nasehat di atas ingin menyemangati jemaat yang pada saat itu hidup dalam
tekanan dan tantangan yang tidak mudah untuk dilewati. Demikian hal nya saat itu, sebagai orang
Kristen hidup tidak senantiasa mulus dan baik-baik saja. Nyata toh Tuhan Yesus saja harus
menderita untuk menebus dosa kita. Jadi jangan heran jika kita pun harus menghadapi berbagai
tantangan untuk hidup dalam iman kepada Tuhan Yesus. Namun dalam hal ini sebagai orang
percaya kita diingatkan untuk mengubah tantangan itu menjadi peluang
Sebagai pemuda/i GKSBS kita mungkin sedang mengalami kegagalan dalam mencari
pasangan, pekerjaan, sekolah atau tempat kuliah dan sebagainya. Janganlah jadikan itu alasan
untuk meninggalkan iman kepada Tuhan Yesus, tetapi sebaliknya jadikanlah itu motivasi yang
kuat untuk semakin bersandar kepada Tuhan dan berjalan bersama-Nya. Apalagi melihat GKSBS
dengan kekuatan yang besar kita bisa saling mengasihi dan bergandeng tangan untuk saling
menguatkan, meneguhkan dan menyemangati satu dengan yang lain. Ubahlah tantangan dan
hambatan untuk menjadi peluang yang memberikan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Generasi milenial terkenal dengan optimis yang tinggi, gunakanlah semangat itu untuk
menjadi jembatan untuk meraih mimpi dan cita-cita. Jangan takut menghadapi kegagalan dan
hidup dalam ketidak pastian. Ingatlah bahwa kita memiliki Tuhan yang senantiasa menyertai dan
memberkati. Dai adalah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.
7. Komitmen Bersama:
Nyanyian : PKJ 241:1-3
8. Persembahan
Lagu persembahan: PKJ 246:1-2
9. Doa Persembahan, Syafaat dan Penutup

37
Khotbah Minggu, 24 September 2023
Warna Liturgi : Hijau
Minggu Biasa XXI
PERSEKUTUAN YANG RAPI TERSUSUN
EFESUS 4:7-16
Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Jemaat adalah merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Yesus Kristus. Sebagai
sebuah persekutuan pasti mendambakan pertumbuhan yang baik, rapi dan terorganisir. Tema kita
dalam ibadah hari ini adalah “Persekutuan yang rapi tersusun”. Berbicara tentang persekutuan yang
rapi tersusun berarti berbicara tentang pengelolaan potensi yang dimiliki jemaat.
Paulus mengatakan: “Dari pada-Nyalah seluruh tubuh yang rapi tersusun.... (Efesus 4:16).
Paulus menggambarkan jemaat seperti tubuh yang rapi tersusun. Rapi tersusun berarti tidak asal
disusun, tidak sekedar ditempel-tempelkan, tidak asal-asalan diletakkan. Penempatan setiap bagian
anggota tubuh sudah diperhitungkan dengan cermat dan didesain oleh Allah sedemikian rupa
sehingga dapat berfungsi dengan baik. Setiap bagian anggota tubuh pasti memiliki fungsinya masing-
masing. Agar dapat berfungsi dengan baik maka harus diletakkan pada tempat yang baik pula. Kaki
ditempatkan di bagian bawah agar dapat berfungsi sebagai kaki untuk berjalan. Tangan diletakkan
di tempat yang tepat agar dapat berfungsi secara maksimal. Demikian juga dengan mata, hidung,
telinga dan mulut masing-masing ditempatkan berdasarkan fungsinya. Kita bisa bayangkan apa yang
akan terjadi jika salah penempatan anggota tubuh, misalnya mulut diletakkan di bawah atau mata
diletakkan di punggung. Pasti yang terjadi bukan hanya tidak maksimalnya fungsi anggota tubuh itu
tetapi juga akan terjadi kekacauan. Karena itu tiap-tiap anggota jemaat harus menempatkan dirinya
dalam persekutuan dengan tepat sesuai karunianya masing-masing.
Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Setiap anggota jemaat pasti dianugerahi karunia oleh Tuhan Yesus Kristus (ayat 7). Agar
Karunia yang berbeda-beda itu dapat berfungsi dengan baik maka harus dikelola. Tujuan pengelolaan
karunia-karunia yang ada pada jemaat supaya karunia-karunia itu berdaya guna untuk kemajuan
persekutuan. Karunia-karunia yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan persoalan di
dalam jemaat. Potensi-potensi yang tidak terorganisir dengan baik dapat menjadi ancaman bagi
persekutuan. Sehubungan dengan kesatuan karunia yang berbeda-beda itu, Paulus merujuk pada
kesatuan rohani dalam diri orang-orang percaya yaitu: satu iman, satu baptisan, satu Roh, satu Tuhan,
satu pengharapan, dsb (ayat 4-6). Paulus menegaskan bahwa berbeda-beda karunia tetapi satu di
dalam Tubuh Kristus. Karunia-karunia itu berasal dari Kristus, pemberian dari Kristus, bukan usaha
manusia, maka diperlukan kesadaran untuk mengelola karunia-karunia itu dengan baik agar dapat
berfungsi dengan baik pula.
Kita sebagai jemaat Tuhan harus menyadari bahwa kita dianugerahi oleh Tuhan Yesus
dengan berbagai macam karunia dan karunia-karunia itu digunakan untuk membangun persekutuan.
Hal yang bisa kita lakukan dalam mengelola potensi jemaat adalah memulai dengan mendata
karunia-karunia yang dimiliki setiap anggota jemaat, supaya tahu ada berapa banyak karunia yang
dimiliki jemaat sehingga potensi jemaat dapat dipakai secara maksimal dalam pembangunan tubuh

38
Kristus. Dengan mengetahui masing-masing karunia, kita bisa menempatkan setiap anggota jemaat
dengan posisi yang tepat, sehingga tidak ada satu anggota jemaat yang mengganggur. Semua terlibat
dalam pembangunan tubuh Kristus. Salah satu tugas berat dalam membangun sebuah perekutuan
yang harmonis dan rapi tersusun adalah mengoptimalkan peran setiap anggota jemaat dan
menggabungkan karunia-karunia yang dimiliki jemaat menjadi sebuah kekuatan yang dinamis dan
sinergis. Kita cenderung enggan membimbing anggota jemaat yang lain supaya optimal. Akibatnya,
yang berperan secara signifikan hanyalah sebagian anggota jemaat saja, yang lain seringkali justru
hanya menjadi beban.
Setiap anggota jemaat perlu memainkan peranannya masing-masing sesuai dengan karunia
yang diberikan Tuhan kepadanya untuk pertumbuhan bersama. Tatkala setiap anggota jemaat
berperan, pasti seluruh tubuh akan menerima pertumbuhannya dengan baik rapi tersusun (ayat 16).
Selayaknyalah pertumbuhan jemaat harus selalu kearah Kristus yang adalah kepala jemaat, bukan
kepada yang lain (ayat 15)
Pertumbuhan jemaat harus terjadi di dalam kasih (ayat 16). Tanpa kasih, persekutuan yang
terdiri dari beragam karunia tadi akan terancam perpecahan. Dengan kasih, keragaman karunia akan
menjadi kekayaan untuk membangun persekutuan. Kasih adalah pemersatu. Jangan membangun
persekutuan di atas dasar yang lain, misalnya kesamaan hobi, kesamaan profesi, kesamaan suku, dan
sebagainya. Dasar lain pasti akan mengalami kerapuhan.
Kasih yang dimaksud di sini tentu tidak dapat dipisahkan dari kebenaran. Di ayat 15 Paulus
sudah mengingatkan perlunya “berpegang teguh pada kebenaran di dalam kasih” Tanpa kebenaran,
kasih tidak akan murni. Tanpa kebenaran kasih hanya pura-pura. Demikin juga, tanpa kasih,
kebenaran bisa menjadi penindasan. Orang sering mengabaikan sisi kemanusiaan dengan dalih demi
kebenaran. Kebenaran semacam ini adalah kebenaran yang semu. Maka dari itu kedua hal tadi harus
ada dalam persekutuan orang percaya, yaitu kasih dan kebenaran.
Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Mari kita doakan dan usahakan agar persekutuan jemaat di sini dan jemaat-jemaat di GKSBS
tidak dipenuhi dengan konflik dan perpecahan, tetapi menjadi persekutuan yang terorganisir rapi
tersusun, saling mengasihi di dalam kebenaran, dan bertumbuh kearah Kristus yang adalah kepala
jemaat. Bila persekutuan kita sungguh rapi tersusun, maka orang-orang akan menyaksikan kemuliaan
Allah ada di atas jemaat-Nya di sini. Tuhan Yesus akan selalu menyertai kita dengan kuasa Roh
kudus. Amin.

Nas Pembimbing : Efesus 2:19-22


Berita Anugerah : 1 Petrus 2:9-10
Nas Persembahan : Roma 12:1
Nyanyian :
1. Nyanyian Pembukaan : PKJ 106
2. Nyanyian Pujian : KJ 252:1,2
3. Nyanyian Peneguhan : PKJ 107:1,2
4. Nyanyian Responsoria : KJ 249:1-3

39
5. Nyanyian Persembahan : PKJ 264:1-dsc
6. Nyanyian Penutup : PKJ 105:1,3

40
Panduan PA Umum Selasa, 26 September 2023
“Waspada Pada Iri Dan Dengki!”
Bacaan : Daniel 3:1-23
1. Pemandu PA menyapa peserta dan tuan rumah.
2. Pemandu PA mengajak peserta untuk bernyanyi PKJ 128:1-3
3. Doa
4. Pemandu PA mengajak peserta untuk menggali pengalaman sebelum membaca
Alkitab
(pertanyaan yang diajukan pada bagian ini adalah pertanyaan yang dapat membantu peserta
untuk “masuk” ke dalam teks Alkitab yang akan dibaca atau membuat pra paham)
Pernahkah saudara menyaksikan atau mengalami sendiri seseorang melakukan kejahatan
pada orang lain oleh karena iri dan benci? Bagaimana pendapat saudara tentang hal tersebut?
5. Pembacaan Alkitab:
a. Doa Epiklesis
b. Bacaan Alkitab: Daniel 3:1-23
c. Lagu setelah pembacaan Alkitab: KJ 50a: 1 “SABDAMU ABADI”
Pemandu PA mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan apabila ada dan
akan menjadi pembahasan di dalam PA. Jika ada pertanyaan yang berkaitan dengan
teks Alkitab maka pemandu PA dapat merujuk pada penjelasan teks yang telah
disediakan.
Apabila tidak ada yang mengajukan pertanyaan, pemandu PA dapat melanjutkan ke
bagian diskusi dan memakai pertanyaan yang ada untuk memandu proses diskusi.
6. Diskusi
(Pertanyaan di bagian ini dapat diganti atau ditambahkan apabila ada pertanyaan yang
telah diajukan oleh peserta PA)
1. Apa saja yang seringkali melahirkan rasa iri dan dengki kepada yang lain?
2. Siapa sajakah yang dapat membuat kita merasa iri dan dengki?
3. Apa saja kiat-kiat untuk mencegah dan mengatasi rasa iri dan dengki?
4. Bagaimana sikap saudara kepada orang yang menaruh iri dan dengki kepada saudara?
Bagian ini dibuat untuk membantu peserta dalam merefleksikan bacaan
Penjelasan Teks (Informatoris) dan Panduan Refleksi
(Hanya dibacakan apabila dalam proses diskusi poin-poin ini belum diungkapkan oleh
peserta PA)
Ketika Yoyakhin menjadi Raja atas Yehuda, Nebukadnezar raja Babel mengepung dan
menaklukannya. Hal itu terjadi kira-kira tahun 597 SM. Segala bentuk harta kerajaan dan perkakas
di Bait Allah dijarah dan dikuasai oleh Raja Babel itu. Tidak hanya berhenti di situ, Raja Babel itu
juga menawan dan membawa ribuan orang Israel ke negerinya. Mereka yang dibawa adalah
keluarga raja, para bangsawan, orang-orang perkasa, tukang, serta pandai besi, dan banyak orang

41
yang punya keahlian. Hanya orang-orang yang dianggap lemah, yang dianggap tidak punya
kemampuan atau daya, bukan pekerja yang cakap yang ditinggalkan.
Dalam kitab Daniel dicatat sekelumit cerita tentang mereka yang diangkut ke Babel. Di sana
dikisahkan empat yang Daniel (nama lainnya : Beltsazar) Hananya (mnam alainnya : Sadrakh),
Misael (nama lainnya : Mesakh) dan Azarya (nam lainnya: Abednego). Mereka berempat begitu
menonjol, sehingga mereka mampu merebut kepercayaan sang raja untuk menjadi penasihat dan
melaksanakan pemerintahan Babel ( Lih. Daniel 2 : 48-49).
Dalam Daniel 3:1-23 dikisahkan bagaimana Sadrakh, Mesakh dan Abednego, diperkarakan
dengan tuduhan tidak mengindahkan perintah sang Raja. Mereka diadukan sebagai pihak tidak
menaati perintah untuk menyembah patung yang didirikan sang raja. Agaknya pengaduan ini tidak
murni soal menyembah sang patung, melainkan ada unsur lain; ada usaha-usaha dari segelintir
orang (Kasdim) untuk menyingkirkan mereka bertiga (mengingat kedudukan mereka). Jika
melihat pada Daniel 3:16 Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar:
"Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Terkesan mereka tidak
mau membela diri, tapi bukan karena tidak bisa, sebaliknya karena sang Raja pasti sudah tahu hal
ikhwal dan jawab dari perkara tersebut; tentu saja sang Raja tahu bahwa mereka (orang Israel)
hanya beribadah kepada Allah, hanya menyembah dan berbakti hanya kepadaNya. Mereka tidak
akan sujud atau menyembah kepada apapun termasuk juga kepada patung buatan sang raja kecuali
kepada Allah sendiri. Lalu apa yang sedang terjadi ?
Di sini bisa dirasakan aroma kepentingan tersembunyi dari segelitir orang Kasdim yang
mengadukan mereka; menggunakan momen maklumat sang Raja untuk menyembah patung
buatannya untuk mendongkel dan menyingkirkan mereka bertiga : Sadrakh, Mesakh dan
Abednego. Atas nama kemuliaan dan kebesaran sang raja, mereka mencoba menjebak raja sendiri
agar sang raja menghukum mereka oleh sebab tindakan mereka bertiga (tidak mau sujud
menyembah patung sama saja menolak perintah raja; pada saat yang sama tindakan itu
merendahkan raja!)
Memang kebencian, iri dan berbagai kepentingan jahat kerap kali melahirkan kejahatan
terencana. Kitab pertama di Perjanjian Lama pun mencatatnya. Bagaimana Kain karena iri dan
dengki merancangkan rencana jahat, yang pada akhirnya merenggut nyawa Habil adiknya sendiri.
Demikianlah beberapa orang Kasdim mereka-rekakan upaya jahat untuk menyingkirkan Sadrakh,
Mesakh dan Abednego. Menghadapi hal tersebut mereka tetap bergeming, bertahan pada
keyakinannya. Dihadapkan pada ancaman hukuman tak membuat mereka gentar dan justru mereka
menjadikan momen tersebut menjadi pembuktian akan iman dan kesetiaan mereka; menajdi
kesaksian betapa mereka bersandar penuh kepada Allah yang diyakini akan bertindak sesuai
dengan kasih dan hikmatNya. Dalam hal ini sikap dan tindakan iman mereka menjadi teladan dan
inspirasi dalam menjalani hidup dan panggilan hidup umat percaya.
Pada sisi lain sikap dan prilaku orang Kasdim itu perlu menajdi pembelajaran; waspadalah
terhadap perasaan saudara sendiri. Waspadalah saat dalam hati saudara mulai hadir benih rasa iri,
benci, dan atau keinginan yang sangat kuat terhadap sesuatu, sebab hal-hal itu tidak jarang sanggup

42
membutakan mata hati, dan menenggelamkan rasa kasih dan kemanusiaan, dan mencapai titik
klimaksnya dalam pelampiasan yang jahat. Untuk ingatlah Amsal 10:12 Kebencian menimbulkan
pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran
7. Komitmen Bersama:
Nyanyian : KJ 467:1-3
8. Persembahan
Lagu persembahan: KJ 441:1-dsc
9. Doa Persembahan, Syafaat dan Penutup

43
Panduan PA Perempuan Selasa, 26 September 2023
“Tetap Berpengharapan Kepada Allah Disituasi Sulit”
Bacaan : Daniel 3:1-23
1. Pemandu PA menyapa peserta dan tuan rumah.
2. Pemandu PA mengajak peserta untuk bernyanyi PKJ 241:1, 3
3. Doa
4. Pemandu PA mengajak peserta untuk menggali pengalaman sebelum membaca
Alkitab
(pertanyaan yang diajukan pada bagian ini adalah pertanyaan yang dapat membantu peserta
untuk “masuk” ke dalam teks Alkitab yang akan dibaca atau membuat pra paham)
Pernahkah saudara menghadapi situasi sulit yang memang berdampak kepada kehidupan
saudara? Coba ceritakan!
5. Pembacaan Alkitab:
a. Doa Epiklesis
b. Bacaan Alkitab: Daniel 3:1-23
c. Lagu setelah pembacaan Alkitab: KJ 50a: 1 “SABDAMU ABADI”
Pemandu PA mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan apabila ada dan
akan menjadi pembahasan di dalam PA. Jika ada pertanyaan yang berkaitan dengan
teks Alkitab maka pemandu PA dapat merujuk pada penjelasan teks yang telah
disediakan.
Apabila tidak ada yang mengajukan pertanyaan, pemandu PA dapat melanjutkan ke
bagian diskusi dan memakai pertanyaan yang ada untuk memandu proses diskusi.
6. Diskusi
(Pertanyaan di bagian ini dapat diganti atau ditambahkan apabila ada pertanyaan yang
telah diajukan oleh peserta PA)
1. Mengapa raja Nebukadnezar memerintahkan untuk menyembah patung emas?
2. Bagaimana tanggapan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego terhadap perintah raja?
Bagaimana respon raja!
3. Setelah belajar dari 3 pribadi hebat ini, bagaimanakah sebaiknya sikap kita dalam
menjalani kehidupan ini?
Bagian ini dibuat untuk membantu peserta dalam merefleksikan bacaan
Penjelasan Teks (Informatoris) dan Panduan Refleksi
(Hanya dibacakan apabila dalam proses diskusi poin-poin ini belum diungkapkan oleh
peserta PA)
Ketika raja Nebukadnezar memberikan perintah kepada seluruh suku bangsa untuk
menyembah patung emas buatannya dan jika tidak menyembah maka mereka akan dimasukkan
dalam perapian yang panas. Tentu perasaan takut akan muncul dalam diri setiap orang yang
mendengarnya dan mereka pun melakukan apa yang telah diperintahkan oleh raja. Namun dibalik
perintah yang diberikan oleh sang raja, ada beberapa orang yang tidak mau melakukan yakni

44
Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka menolak untuk menyembah patung emas, sebab mereka
hanya menyembah satu Allah saja tidak kepada yang lain. Melalui sikap yang dinyatakan dan
diberikan oleh mereka membuat raja Nebukadnezar marah dan memerintahkan para anggotanya
untuk memasukan mereka kedalam perapian yang panasnya tujuh kali lebih panas dengan
dipakaikannya yang ada pada diri mereka yakni jubbah, celana, dan topi. Hal ini tidak membuat
mereka takut, tetapi mereka tetap bertahan dalam pengharapan kepada Allah untuk menghadapi
setiap permasalahan dan persoalan ketika mereka menyatakan diri untuk tetapi hidup dalam
pinpinan Allah saja.
Dalam kehidupan tentu akan diperhadapkan dengan masa sulit yang membuat kita menjadi
kecewa, marah dan patah semangat. Masa-masa sulit yang beragam tentu akan diperhadapakan
kepada setiap kita baik itu keadaan ekonomi yang semakin sulit, relasi dengan masyarakat sekitar
dimana kita sebagai kaum minoritas, dan keadaan anak-anak yang saat ini sulit untuk diarahkan
oleh orangtua karena dikuasai dan disibukkan dengan dunia mereka sendiri yakni bermain gadget.
Namun semua itu untuk menumbuhkan iman dan menunjukkan identitas kita sebagai anak-anak
Allah.
Melalui bacaan saat ini kita dapat belajar dari Sadrakh, Mesakh, dan Abednego bahwa kita
harus menunjukkan sikap yang
1) Tetap Tenang seperti Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dengan tenang menjawab untuk
menolak perintah raja dan menghadapi hukuman yang diberikan raja, demikian juga kita
dalam menghadapi setiap keadaan sulit, kita harus mampu menunjukkan sikap tenang, tidak
gegabah atau terburu-buru mengabil tindakan dan tidak cepat marah. untuk tidak
menyombongkan diri dalam kehidupan.
2) Tetap Beriman melalui pengharapan bahwa Allah akan menolong dan memampukan kita
dalam menghadapi situasi yang sulit dan semua dapat dilakukan ketika relasi maupun
penyerahan diri secara total kepada Allah saja bukan kepada kekuatan manusia dan dunia ini.
Mari sebagai kaum perempuan tetap tenang dan berpengharapan kepada Kristus saja bahwa
Dia akan menolong kita dan menuntun kita melewati setiap masa-masa sulit yang terjadi dalam
kehidupan kita. Kembali kepada pribadi kita masing-masing bagaimana kita menyikapi semua itu.
Situasi yang sulit adalah Kesempatan untuk menunjukkan kesetiaan Iman dalam pengharapan
hanya kepada Kristus. Amin.
7. Komitmen Bersama:
Nyanyian : PKJ 128:1-3
8. Persembahan
Lagu persembahan: KJ 344:1-dsc
9. Doa Persembahan, Syafaat dan Penutup

45
Panduan PA Pemuda Selasa, 26 September 2023
“Pemuda Yang Membangun Identitas Diri”
Bacaan : Daniel 3:1-23
1. Pemandu PA menyapa peserta dan tuan rumah.
2. Pemandu PA mengajak peserta untuk bernyanyi PKJ 362:1-2
3. Doa
4. Pemandu PA mengajak peserta untuk menggali pengalaman sebelum membaca
Alkitab
(pertanyaan yang diajukan pada bagian ini adalah pertanyaan yang dapat membantu peserta
untuk “masuk” ke dalam teks Alkitab yang akan dibaca atau membuat pra paham)
Apa yang akan Anda lakukan jika ada orang yang menghina suku dari garis keturunan Anda?
Apa hal yang paling Anda banggakan dari suku atau garis keturunan Anda?
5. Pembacaan Alkitab:
a. Doa Epiklesis
b. Bacaan Alkitab: Daniel 3:1-23
c. Lagu setelah pembacaan Alkitab: KJ 50a: 1 “SABDAMU ABADI”
Pemandu PA mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan apabila ada dan
akan menjadi pembahasan di dalam PA. Jika ada pertanyaan yang berkaitan dengan
teks Alkitab maka pemandu PA dapat merujuk pada penjelasan teks yang telah
disediakan.
Apabila tidak ada yang mengajukan pertanyaan, pemandu PA dapat melanjutkan ke
bagian diskusi dan memakai pertanyaan yang ada untuk memandu proses diskusi.
6. Diskusi
(Pertanyaan di bagian ini dapat diganti atau ditambahkan apabila ada pertanyaan yang
telah diajukan oleh peserta PA)
1. Apa yang membuat Daniel dan kawan-kawannya tetap mempertahankan keyakinan
mereka?
2. Apa yang membuat raja Nebukadnezar memberikan jabatan yang tinggi dan sangat
menghormati Daniel dan kawan-kawannya?
3. Apa yang paling Anda bangga sebagai orang Kristen atau pengikut Kristus? Mengapa?
Bagian ini dibuat untuk membantu peserta dalam merefleksikan bacaan
Penjelasan Teks (Informatoris) dan Panduan Refleksi
(Hanya dibacakan apabila dalam proses diskusi poin-poin ini belum diungkapkan oleh
peserta PA)
Kisah Daniel dan kawan-kawan seperti sebuah kisah klasik yang tidak pernah habis
dinikmati isi pesannya. Sudah barang tentu kita tahu bahwa saat itu orang Israel sedang mengalami
krisis iman. Mereka memilih menyembah dewa-dewa bangsa lain, ketimbang menyembah
TUHAN Allah. Itulah yang membuat TUHAN Allah murka. Lalu Nebukadnezar, raja Babel,
datang ke Yerusalem dan mengepungnya. Kemudian Tuhan menyerahkan Yoyakim, Raja Yehuda,

46
ke dalam tangannya beserta sebagian dari perlengkapan-perlengkapan rumah Allah. Akibatnya
beberapa keturunan bangsawan ikut dibawa ke Babel untuk dilatih dan kemudian mereka harus
bekerja untuk raja Babel itu.
Dari antara orang tersebut diantaranya ada Daniel yang dinamai Beltsazar, Hananya dinamai
Sadrakh, Misael dinamai Mesakh, dan Azarya dinamai Abednego. Menariknya mereka selama
pendidikan mereka harus makan sehidangan dengan raja, tetapi mereka menolak dan meminta
sayur supaya mereka tidak cemar. Luar biasa mereka lebih cerdas dibandingkan dengan yang lain,
termasuk pelajar-pelajar dari Babel sendiri. Lalu Daniel pun bisa menafsirkan mimpi raja,
sehingga ia tinggal di istana, sedang Sadrakh, Mesakh dan Abednego diberi kuasa untuk
memerintah wilayah kerajaan Babel. Setelah itu raja membuat patung besar dan setiap orang yang
berada dibawah pemerintahannya harus menyembah patung tersebut.
Daniel dan kawan-kawan tetap setia kepada TUHAN Allah dan tidak menyembah patung
itu. Akhirnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego ketahuan tidak mau menyembah patung tersebut.
Itu yang membuat raja murka dan harus menghukum mereka masuk ke dalam perapian yang
menyala-nyala. Namun anehnya mereka tidak terbakar. Dari situlah raja Nebukadnezar makin
mengagumi Allah Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
Belajar dari apa yang dilakukan oleh Daniel dan kawan-kawannya tentang bagaimana
mempertahankan identitas mereka sebagai orang-orang yang memiliki iman dan kesetian kepada
Allah saja. Apa pun konsekuensi yang harus diterima, mereka siap menanggungnya sampai dengan
harus masuk dalam perapian yang menyala-nyala. Bahkah jika kita melihat konteks kehidupan di
Indonesia yang memiliki banyak suku bangsa, tidak jarang terjadi konflik antar suku. Mereka
dengan segenap jiwa raga mempertahan primordial dalam suku mereka.
Lalu bagaimana dengan kita sebagai pemuda/i Kristen yang Allah hadirkan di GKSBS,
apakah kita siap mempertahankan indetitas kita sebagai orang Kristen yang memancarkan karakter
Kristus atau justru tergerus oleh kemajuan zaman atau pengaruh lingkungan ? Ini adalah
pertanyaan reflektif bagi untuk sungguh-sungguh direnungkan. Kita tidak perlu menilai apalagi
menghakimi orang lain yang sedang jatuh dalam keberdosaan mereka. Namun kita perlu bercermin
dari firman Tuhan yang hari ini kita baca, sudahkah kita sungguh-sungguh sebagai anak yang
hidup dalam terang Kristus. Atau kita anak Allah tapi yang senang hidup dalam kegelapan.
Dari perenungan firman Tuhan hari ini mari kita berkomitmen sebagai pemuda/i GKSBS
untuk melabeli diri kita sebagai anak terang yang tidak mudah terkontaminasi atau tercemar oleh
keingian dunia. Seperti pesan rasul Paulus dalam Roma 12 : 2 “Janganlah kamu menjadi serupa
dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan
manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.
Semua itu butuh perjuangan dan harga mahal yang harus dibayar. Bisa jadi konsekuensi yang kita
terima adalah dijauhi atau bahkan ditolak oleh teman-teman kita. Tetapi jangan tawar hati, tetaplah
setia kepada Allah, apa pun yang terjadi. Sebab Ia akan memberkati dan menyertai kita semuanya.
Amin.
7. Komitmen Bersama:
Nyanyian : KJ 407:1-2

47
8. Persembahan
Lagu persembahan: PKJ 265:1-2
9. Doa Persembahan, Syafaat dan Penutup

48

Anda mungkin juga menyukai