2
Nomor. 1
Tahun. 2017
Djulaiha Gaus
Dosen STKIP Kie Raha Ternate
the.djulaiha55@gmail.com
Abstrak
Tantangan nasional dan global yang dihadapi oleh pendidikan Islam semakin
kompleks, khususnya di Indonesia di era global ini, dihadapkan pada problematika
filosofis-sosial yang tidak kunjung usai. Ada dua masalah yang dihadapi oleh pendidikan
Islam pada tantangan Globalisasi. 1). Sebagai peluang, (globalisasi) satu sisi akan
memudahkan pendidikan Islam untuk mengakses berbagai informasi dengan mudah. Juga
memudahkan pendidikan Islam untuk menyebarluaskan (diseminasi) produk-produk
keilmuan yang memberikan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat. 2). Sebagai
tantangan, ternyata globalisasi tidak hanya mempengaruhi tatanan kehidupan pada
tataran makro, tetapi juga mengubah tata kehidupan pada tataran mikro, misalnya
terhadap ikatan kehidupan sosial masyarakat. Yaitu, Fenomena disintegrasi sosial,
hilangnya nilai-nilai tradisi, lunturnya adat-istiadat, sopan santun, dan penyimpangan
sosial lainya Dalam tulisan ini, berkesimpulan bahwa, lembaga-lembaga pendidikan Islam
secara keseluruhan tetap menjalankan perannya dalam tiga hal pokok: transmisi ilmu-ilmu
dan pengetahuan Islam (transmission of Islamic knowlwdge); kedua, pemeliharaan tradisi
Islam (maintenance of Islamic tradition); ketiga, kaderisasi calon-calon ulama. Peserta
didik tidak hanya menggetahui ilmu-ilmu agama, atau sebaliknya tidak hanya mengetahui
pengetahuan umum, dengan demikian, dapat melakukan mobilisasi pendidikan. Disamping
itu, para anak didik memiliki keterampilan, keahlian atau life skills khususnya dalam
bidang sains dan teknologi yang menjadi karakter dan ciri globalisasi, yang pada gilirannya
membuat mereka memiliki dasar-dasar dalam lapangan kerja sebagaimana dituntut di
alam globalisasi.
Abstract
National and global challenges faced by the Islamic education is increasingly complex,
particularly in Indonesia in this global era, faced with problems of social-philosophical
failed over. There are two problems faced by Islamic education on the challenges of
globalization. 1.) as an opportunity, (globalization) one side will make it easier for
Islamic education to access a variety of information easily. Also makes it easier to
disseminate Islamic education (dissemination) Scientific products that deliver the
benefits of existence for the society.2.) as a challenge, it turns out that globalization
not only affects the order of life on a macro level, but also change the life at the micro
level, for example against the bond of the social life of the community. That is, the
phenomenon of social disintegration, the loss of values tradition, lunturnya customs,
manners, and other social deviation in this paper, concludes that, Islamic institutions
as a whole still run his role in three basic:the transmission of knowledge and the
Sciences of Islam. Secondly, maintenance of Islamic tradition; third, the reproduction
of the candidates.
manusia. Hal ini, dapat ditelusuri sejak pengajaran terus tumbuh dan berkembang
masa Rasulullah Saw hingga dewasa saat pada masa khulafaurrasyidin dan masa
ini.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Bani Umayyah.Pada masa Abbasyiah
Rasulullah, seperti mengadakan ta’lim pendidikan dan pengajaran berkembang
(pembelajaran) kepada para sahabatnya pesat di seluruh Negara Islam. Sehingga
untuk mengetahui ajaran-ajaran Islam lahir madrasah-madrasah yang tidak
dengan dibentuknya, atau membuat terhitung jumlahnya, mulai dari kota
kelompok-kelompok belajar, bila diera hingga ke desa-desa.3
moder saat ini maka dikenal dengan istilah Dalam sejarah Islam di Indonesia,
study club.Sebagai contoh atau bukti dari tumbuh dan berkembangnya ajaran Islam
kesungguhan Rasulullah dalam membina tidak lepas dari jalannya proses
umat Islam dikala itu adalah dengan pendidikan yang terjadi pada masa itu.
adanya forum belajar yang selalu menurut Azra dalam Burhanudin dan
dilaksanakanantara rasulullah dan para Afrianty, Meski pendidikan Islam
sahabat-sahabatnya, melalui forum Dar Al- merupakan pendidikan yang
arqam,hal ini merupakan salah satu bukti sesungguhnya universal dan merakyat
perhatian Rasulullah terhadap bagi masyarakat Muslim Indonesia, secara
pendidikan1. Bagi nabi Muhammad, historis bagian terbesar sejarah
pendidikan sangatlah penting untuk pendidikan Islam adalah sejarah tentang
pengembangan umat Islam, sehingga keterpinggiran dan marjinalisasi. Dalam
dikatan olehnya bahwa “ilmu itu peroleh masa penjajahan Belanda, pendidikan
dengan belajar,2 maka tidak heran jika Islam berpusat pada pesantren, surau,
forum-forum belajar perlu untuk selalu dayah, dan lembaga-lembaga pendidikan
dilestarikan bila sudah ada, dan jika belum lain semacamnya, yang terutama
terbentuk maka berusaha untuk dibentuk berkembang luas sejak abad ke 19, bahkan
agar proses pendidikan mampu berjalan sengaja menguzlahkan diri dari kekuasaan
dengan baik. kolonial.4
Kondisi aktivitas belajar baru 1. Pesantren
mengalami perubahan yang berarti ketika Poerbakawatja mengatakan,
Islam lahir.Bagi bangsa Arab, masjid bahwa pesantren berasal dari kata
merupakan lembaga pendidikan pertama santri, yaitu seorang yang belajar
yang bersifat umum dan sistematis.Di agama Islam, sehingga dengan
masjidlah, anak-anak dan orang dewasa, demikian, pesantren memiliki arti
baik laki-laki maupun perempuan tempat orang berkumpul untuk belajar
menuntut ilmu.Usaha pendidikan ini, agama Islam.5 Pesantren merupakan
kemudian ditindak lanjuti oleh para
3
generasi berikutnya.Pendidikan dan Ibid., 173–74.
4
Jajat Burhanuddin and Dina Afrianty, “Mencetak
Muslim Modern: Peta Pendidikan Islam Indonesia”
1
Suwendi, Sejarah Dan Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), 2,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), 171–72. http://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/1234
2
Raghib As-Sirjani and Al-Madari Amir, “Spiritual 56789/32552.
5
Reading Hidup Lebih Bermakna Dengan Membaca,” Soegarda Poerbakawatja and others, Ensiklopedi
Solo: Aqwam, 2007, 143. Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1976), 233.
16 | | Vol 2 No 1 Tahun 2017
6
L. B. Ronald, “Jihad Ala Pesantren Di Mata
8
Antropolog Amerika,” Yogyakarta: Gama Media, Suwendi, Sejarah Dan Pemikiran Pendidikan Islam,
2004, 5–6. 175.
7 9
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan
Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Modernisasi Di Tengah Tantangan Milenium III
Sampai Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), 280. (Jakarta: Kencana, 2012), v.
Pendidikan Islam Indonesia. . . | 17
10
Ibid., vi.
11 13
Abdullah Idi and Toto Suharto, Revitalisasi Syahrin Harahap, “Perguruan Tinggi Islam Di Era
Pendidikan Islam (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), Globalisasi,” Yokyakarta: Tiara Wacana, 1998, 123.
14
139. Depdiknas, “Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003
12
John M. Echols, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional)”
Gramedia, 2005), 270. (Depdiknas, 2013).
18 | | Vol 2 No 1 Tahun 2017
aspek kehidupan.15 Itu sebabnya, ada).17 Oleh karena itu, dapat disimpulkan
Globalisasi, jika kita mengacu kepada bahwa dalam globalisasi terdapat saling
penjelasan Azyumardi Azra, bukanlah ketergantungan dalam masalah-masalah
fenomena baru sama sekali bagi sosial, politik dan kultural antar bangsa.
masyarakat Muslim di Indonesia. Sejak Artinya, perkembangan perikehidupan
akhir abad 19 dan awal abad 20 sumber sosial, cultural, dan politik suatu bangsa
globalisasi datang dari Timur Tengah yang akan saling mengait dengan bangsa
bersifat religio-intelektual, meskipun lainnya.
dalam kurun-kurun tertentu juga diwarnai Ketika globalisasi dihadapkan
oleh semangat religio-politik.16 dengan pendidikan Islam, terselip dua
Untuk itu, globalisasi lebih dapat implikasi sekaligus, yakni peluang dan
dipahami dari pesefektif di atas adalah tantangan. Zubaedi menjelaskan:
condong kepada modernisasi. Oleh 1. Sebagai peluang, (globalisasi) satu sisi
karenanya, Kerangka dasar modernisasi akan memudahkan pendidikan Islam
pendidikan Islam secara keseluruhan untuk mengakses berbagai informasi
adalah bahwa modernisasi pemikiran dan dengan mudah. Juga memudahkan
kelembagaan Islam, merupakan prasyarat pendidikan Islam untuk
bagi kebangkitan kaum muslim dimasa menyebarluaskan (diseminasi)
modern. Oleh karenanya, menurutnya produk-produk keilmuan yang
pemikiran dan kelembagaan Islam, memberikan manfaat seluas-luasnya
termasuk pendidikan,haruslah bagi masyarakat.
dimodernisasi,atau dalam bahasa 2. Sebagai tantangan, ternyata globalisasi
sederhana diperbaharui sesuai dengan tidak hanya mempengaruhi tatanan
kerangkamodernitas, mempertahankan kehidupan pada tataran makro, tetapi
pemikiran kelembagaan Islam juga mengubah tata kehidupan pada
tradisionalhanya akan memperpanjang tataran mikro, misalnya terhadap
nestapa ketidakberdayaan kaum muslim ikatan kehidupan sosial masyarakat.
dalamberhadapan dengan kemajuan dunia Fenomena disintegrasi sosial,
modern. hilangnya nilai-nilai tradisi, lunturnya
Di dalam Oxford Advanced Learner’s adat-istiadat, sopan santun, dan
Dictionary of Current English sebagai mana penyimpangan sosial lainya.18
yang dikutif oleh Idi & Suharto, disebutkan Pada sisilain, dari dampak negatif
bahwa istilah globalisasi berasal dari kata globalisasi ialah pemiskinan spiritual.
global yang dalam bahasa inggris berarti Keringnya nilai-nilai religiusitas tercermin
embracing the whole of a group of items dari perubahan cara pandang terhadap
(merangkul keseluruhan kelompok yang kehidupan kemasyarakatan. Misalnya,
tindakan sosial yang tidak mempunyai
15
Pius A. Partanto and M. Dahlan Al Barry, Kamus
17
Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 2001), 203. Idi and Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, 102.
16 18
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi Dan Zubaidi, Isu-Isu Baru Dalam Diskursus Filsafat
Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta: Logos Pendidikan Islam Dan Kapita Selekta Pendidikan
Wacana Ilmu, 1999), 43. Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 54.
Pendidikan Islam Indonesia. . . | 19