Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

PEMBAGIAN KALIMAT FI’IL DALAM BAHASA ARAB

Oleh
kelompok 1
1. Nur Muhammad Fuadi
2. Aditya Permana Putra
3. Abie Mawahdi

Dosen Pembimbing : Ibu Wiwin Setiawati, M.pd.

UNIVERSITAS AN-NUR LAMPUNG


2023 M/1444 H
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebagai seorang muslim, kita tidak bisa lepas dari penggunaan bahasa arab. Selain
karena nabi tercinta kita adalah orang arab, Al-qur’an Al-kariim sebagai pedoman
kehidupan kita pun menggunakan bahasa arab. Oleh sebab itu, mempelajari bahasa
arab serasa wajib bagi kita semua.

Bahas arab sendiri tersusun oleh beberapa unsur ataupun istilah. Seperti jumlah,
kalimat, lafadz ataupun sebagainya. Namun, supaya pembahasan makalah ini tidak
terlalu lebar, maka kami kerucutkan pembahasannya seputar “pembagian kalimat fi’il
dalam bahasa arab”

2. Rumusan Masalah
a. Apa itu kalimat fi’il?
b. Ada berapa pembagian kalimat fi’il?
c. Bagaimana cara membuat kalimat fi’il mudhorik, amr, dan mabni majhul?

3. Tujuan masalah
a. Mengetahui pengertian kalimat fi’il.
b. Mengetahui pembagian kalimat fi’il.
c. Mengetahui cara membuat fi’il mudhorik, amr, dan mabni majhul.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian kalimat fi’il.
Sebelum memasuki pengertian kalimat fi’il, alangkah baiknya kita mengetahui dulu
apa yang dimaksud dengan kalimat itu sendiri. Di sebutkan dalam kitab jami’uddurus
kalimat adalah:
‫ما دل على معنى مفرد‬
(lafal yang menunjukan makna tersendiri).
Sedangkan pengertian dari kalimat fiil adalah :
‫ما يدل على معنى في نفسه مقترن بزمان‬
)lafal yang menunjukan makna dengan sendirinya bersamaan dengan suatu zaman(.

2. Pembagian Kalimat fi’il.


Kalimat fi’il sendiri terbagi menjadi beberapa bagian. Antara lain:
a. Dipandang dari zamannya.
Dipandang dari zaman yang ditunjukan oleh kalimat fi’il, maka kalimat fi’il
terbagi menjadi 3, Yaitu:
 Fi’il Madhi.
Fi’il madhi ialah kalimat fi’il yang menunjukan suatu pekerja di masa lampau. Seperti
kata ‫( جاء‬telah datang).
 Fi’il Mudhorik.
Fi’il mudhorik ialah kalimat fi’il yang menunjukan suatu pekerja di mana zamannya
masih ihtimal antara hal (sedang terjadi) atau mustaqbal (akan terjadi). Seperti lafal
‫( يجيء‬akan/sedang datang).
 Fi’il Amar.
Fi’il amar ialah kalimat yang menjukan makna perintah. Seperti lafal ‫( !جئ‬datanglah).
b. Dipandang dari fa’ilnya.
Dipandang dari kebutuhan fi’il terhadap fa’ilnya, maka fi’il terbagi menjadi 2:
 Fi’il mabni ma’lum.
Fi’il mabni ma’lum ialah kalimat fi’il yang menyebutkan fa’ilnya. Contoh: ‫جلس‬
‫( زيد‬zaid telah duduk). Dalam bahasa indonesia kalimat seperti ini lebih di kenal
dengan kalimat aktif.

 Fi’il mabni majhul (kalimat Pasif).


Fi’il mabni majhul ialah kalimat fi’il yang tidak disebutkan fa’ilnya baik karna
fa’ilnya (subyeknya) telah di ketahui oleh pendengar, tidak di ketahui siapa yang
melakukan pekerjaan tersebut atau sebab sebab yang lain Contoh : ُ‫ق اإلنسان‬ َ ِ‫( ُخل‬manusia
telah diciptakan), ‫ق كتابي‬
َ ‫( س ُِر‬bukuku telah di curi)
3. Cara membuat fi’il.
a. Membuat fi’il mudhorik
Cara membuat fi’il mudhorik ialah fi’il madhi yang di tambahi huruf mudhoro’ah ( ‫أ ن‬
‫ )ي ت‬di awal kalimat dengan ketentuan sebagai berikut:
‫أ‬  Untuk kata ganti orang pertama.
‫ن‬  Untuk kata ganti orang pertama jamak.
 Untuk mengagungkan orang yang sedang berbicara.
‫ي‬  Untuk kata ganti orang ketiga laki-laki.
‫ت‬  Untuk kata ganti orang kedua.
 Untuk kata ganti orang kedua perempuan.

b. Membuat fi’Il amr


Cara membuat fi’il amar yaitu dengan cara menghilangkan huruf mudhoro’ahnya
kemudian menambahkan hamzah washol awal dan terakhir menggatikan I’rob kalimat
tersebut menjadi I’rob jazm. Contoh ُ‫ يَجْ لِس‬menjadi ْ‫( !اجْ لِس‬duduklah!).
c. Membuat fi’il mabni majhul.
Dalam membuat fi’il mabni majhul (kalimat pasif) maka disesuaikan dengan jenis
bangunan kalimatnya dengan rincian sebagai berikut:
 Apabila dari fi’il madhi bina shohih (tidak mengandung huruf ilat) maka menggunakan
kaidah umum ‫اآلخير‬ ِ ‫ض ّم أولُه و فتح ما قبل‬
ُ (men-dhomahkan huruf yang pertama dan men-
kasrohkan huruf sebelum huruf terakhir). Contoh ‫س‬ َ ِ‫ َجل‬menjadi‫ ا ْستَ ْغفَ َر‬, ‫س‬
َ ِ‫ جُ ل‬menjadi
‫ا ْستُ ْغفِ َر‬
 Pabila dari fi’il mudhorik bina sohih, maka menggunakan kaidah ‫ض ّم أولُه و فتح ما قبل‬ ُ
‫اآلخير‬
ِ (men-dhomahkan huruf yang pertama dan men-fathah huruf sebelum huruf
terakhir). Contoh: ُ‫ يَجْ لِس‬menjadi ُ‫يُجْ لَس‬
 Apabila dari fi’il madhi bina ajwaf dimana jumlah hurufnya tidak mencapai 6 huruf,
maka fa’ fi’ilnya (alifnya) dirubah menjadi ya’ dan huruf sebelumnya diharokati
kasroh. Contoh: ‫ باع‬menjadi ‫ احتا َج‬, ‫ بِيع‬menjadi ‫احتِي َْج‬
 Apabila dari fi’il madhi bina ajwaf dimana jumlah hurufnya mencapai 6 huruf, maka
alifnya diganti dengan ya’, huruf sebelum ya’ berharokat kasroh serta huruf yang
nomer 3 berharokat dhomah. Contoh: ‫ استتاب‬menjadi ‫ْب‬ َ ‫استُتِي‬
 Apabila dari fi’il mudhorik bina ajwaf, maka fa’ fi’ilnya di ganti menjadi alif dan huruf
mudhoro’ahnya diharokati dhommah. Contoh ‫ يبيع‬menjadi ‫يستطيع‬, ‫ يباع‬menjadi ‫يستطاع‬.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas, maka dapat di pahami bahwa kalimat fi’il (kata fi’il) adalah suatu kata
yang menunjukan arti pekerjaan, di mana pembagiannya sendiri berbeda-beda sesuatu dari sisi
mana ia akan di kelompokan. Adapun cara pembuatan fi’il madhi tidak kami sebutkan sebab
ia bersifat sima’i. Adapun pembuatan fi’il mabni majhul sendiri ada qoidah umum yaitu ‫ض ّم‬ ُ
‫اآلخير‬
ِ ‫ أولُه و ُكسر ما قبل‬untuk fi’il madhi, dan ‫اآلخير‬
ِ ‫ض ّم أولُه و فتح ما قبل‬
ُ untuk fi’il mudhorik,
sedangkan ada suatu proses I’lal ketika kalimat tersebut berupa bina’ ajwaf.

Anda mungkin juga menyukai