PENDAHULUAN
2. Isim Muawwal bi Ash-sharih (isim yang dita’wil dengan isim yang sharih)
Misalnya:
يسرني تبسمك يسرني أن تتبسم
B. NAIBUL FA’IL
Ialah Isim marfu’ yang tidak disebutkan fa’ilnya[5].
Dalam suatu jumlah (kalimat) seharusnya membutuhkan fi’il (predikat), fa’il (subjek) dan
maf’ul bih (objek). Akan tetapi, dalam pembahasan ini, kita hanya menggunakan fi’il
(predikat) dan naibul fa’il (pengganti fa’il). Maka jumlah (kalimat) aktif yang memenuhi tiga
syarat diatas diubah menjadi jumlah (kalimat) pasif yang tidak disebutkan fa’ilnya. Adapun
fi’il (subjek) yang digunakan dalam jumlah (kalimat) pasif adalah fi’il majhul dan kaidahnya
sebagai berikut:
فـإن كان الفعل ماضيا ضم أوله وكسر ما قبل آخره وإن كان مضارعا ضم أوله
]6[وفتح ما قبل آخره
Jika fi’il madhi maka huruf yang pertamanya didhammahkan dan huruf sebelum akhirnya
dikasrahkan. Adapun untuk fi’il mudhari’ maka huruf yang pertama didhammahkan dan
difathahkan hurufnya sebelum akhirnya.
Contoh dari fi’il madhi yang didhammahkan huruf pertamanya dan dikasrahkan huruf
sebelum akhirnya adalah
فُتِح الباب
قُتِل الكافرون
قُ ِرأت الرسالة
ُكتِبت الرسائل
Kaidah ini ditambah oleh Fu’ad Ni’mah didalam kitabnnya Mukhtashor qawa’id al-lughah
al-‘arabiyah di juz pertama halaman 48 yaitu:
Jika suatu fi’il didahului dengan ta’ maka huruf yang kedua didhammahkan seperti halnya ta’
Misalnya:
ُ تُ ُسلِّمت الجائزة : تسلمت سعاد الجائزة
Jika huruf sebelum akhir adalah alif maka alif tersebut diubah menjadi ya’ dan huruf sebelum
ya’ tersebut dikasrahkan[7]. Misalnya:
ّ قِيل الح : قال محمد الحق
ق
Kemudian contoh fi’il mudhari’ yang huruf pertamanya didhammahkan dan huruf yang
sebelum akhir difathahkan adalah:
يُفتَح الباب : يفتح محمد الباب
يُقتَل الكافرون : يقتل المسلمون الكافرين
َ ُ ت : تقرأ عائشة الرسالة
قرأ الرسالة
تُكتَب الرسائل : يكتب محمد الرسائل
Ditambahkan oleh Fu’ad Ni’mah bahwasannya jika huruf sebelum akhirnya adalah huruf ya’
atau wawu maka huruf tersebut diubah menjadi alif. Misalnya:
يبَاع القطن : يبيع الفالح القطن
صام رمضان
َ ي : يصوم المسلمون رمضان
Macam-macam naibul fa’il:
Menurut Ash-shanhaji didalam matan Al-Aajurumiyah, naibul fa’il terbagi menjadi dua
macam yaitu dhahir dan mudhmar[8]. Sedangkan menurut Fu’ad Ni’mah naibul fa’il terbagi
menjadi empat, yaitu: isim mu’rab, isim mabni, mashdar muawwal dan masdar sharih (dzarfu
muttasharif / jar dan majrur)[9].
BAB III
PENUTUP
Dari makalah yang telah kami susun ini, besar harapan kami agar bermanfaat bagi semua
kalangan, baik kalangan mahasiswa ataupun umat muslim di Negara kita ini. Wallahua’lam
bi ash-shawab