Anda di halaman 1dari 112

Panduan

Katekisasi Pranikah
Membangun Generasi Kristen Sehat dan Cerdas
melalui
1.000 hari Pertama kehidupan

Gereja Masehi Injili di Timor


Tahun 2015
Membangun Generasi
Kristen Sehat dan Cerdas
melalui
1.000 hari Pertama kehidupan

AIPMNH is managed by Coffey on behalf of the Australian Department of Foreign Affairs and Trade
Pelindung :
- Pdt. Robert Stefanus Litelnoni - Ketua Sinode GMIT

Tim Penyusun :
- Pdt. Boy Robert Takoy (Sinode GMIT)
- Ignatius Henyo Kerong (AIPMNH)
- Djose Nai Buti (BAPPEDA Provinsi NTT)
- Maria Wass (BPMPD Provinsi NTT)
- Iin Adriany (Dinkes Provinsi NTT)
- Elizabeth Umpenawany (AIPMNH)
- Onesimus Y. M. Lauata (AIPMNH)
- John Th. Ire (AIPMNH)
- Yuli Butu (AIPMNH)

Editor :
- Dion D.B. Putra
- Quin Mole

Design/Layout :
- Eldy Diaz

Sumber Foto / Ilustrasi :


- CD Kuilu - Driyamedia
- Sinode GMIT

ii
Kata Pengantar

BUKU Membangun Generasi Kristen Sehat dan Cerdas melalui 1.000 hari
k­ ehidupan ini diterbitkan untuk mempersiapkan generasi gereja yang ­berkualitas
untuk nusa dan bangsa demi kemulian nama Tuhan. Generasi gereja yang
`­dimaksudkan adalah para remaja, ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak ­berumur
di bawah dua tahun.

1.000 Hari Pertama Kehidupan atau Golden Period merupakan periode awal
kehidupan yang sangat sensitif untuk perkembangan sel-sel otak manusia. Masa
itu menjadi penentu investasi yang tepat demi kualitas sumber daya manusia.
Perkembangan otak dewasa terbentuk 25 persen saat janin dan 70 persen saat
­ber­usia 2 tahun dan selesai pada usia 5 tahun.

Buku Membangun Generasi Sehat dan Cerdas hendaknya dapat diguna­


kan ­untuk memperkaya materi pendidikan, meningkatkan pengetahuan serta
­keterampilan untuk meningkatkan kualitas ibu dan anak sekaligus melaksanakan
program pemerintah tentang percepatan perbaikan gizi pada 1.000 hari kehidupan
pertama.

Masukan, saran serta perbaikan dari berbagai pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan buku ini di masa mendatang.

iii
Sekapur Sirih Ketua Sinode GMIT
“Berbahagialah orang yang membawa damai...”
SALAH satu tugas gereja yang penting adalah bagaimana sejak dini mempersiap-
kan anggotanya yang adalah juga warga masyarakat bangsa ini membangun suatu
masyarakat yang cerdas, kokoh dan produktif serta hidup bertanggungjawab sebagai
warga gereja maupun warga masyarakat.
Untuk maksud itu, maka salah satu langkah strategis gereja adalah ­melengkapi
jemaat dengan berbagai pelajaran, pengetahuan dan ­informasi ­tentang bagaimana
menjaga, memelihara, mengembangkan kualitas ­kehidupannya sebagai ciptaan Allah
secara baik dan bertanggungjawab.
Salah satu pokok informasi yang perlu mereka ketahui dan pahami adalah
bagaimana semestinya mereka (laki-laki dan perempuan) bergaul, bercinta, menikah
dan hidup dalam satu ikatan pernikahan secara bertanggungjawab serta membangun
keluarga Kristen yang memuliakan Allah.
Dalam rangka itulah maka buku ini diterbitkan dengan harapan dapat menjadi
acuan dan pedoman bagi para pelayan, khususnya para pengajar katekisasi di setiap
jemaat. Kami mengharapkan agar buku ini dapat dimanfaatkan secara optimal dalam
pelayanan dan pencerahan terhadap jemaat dan masyarakat pada umumnya.
Atas nama Majelis Sinode GMIT kami mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah bekerja keras untuk menerbitkan buku ini, khususnya kepada ­pihak
Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neonatal Health (AIPMNH) dan
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Syalom!
Kupang, Februari 2015

Pdt. Robert St. Litelnoni

v
Kata Pengantar Direktur AIPMNH
Salam sejahtera,

Bapak dan Ibu Pendeta sekalian yang saya hormati....

Banyak sudah kegiatan yang telah kita lakukan bersama untuk ­mendukung ­kebijakan
pemerintah Provinsi NTT tentang Revolusi KIA. Di beberapa ­tempat ­sudah banyak
bapak dan ibu Pendeta melakukan pengembangan ­kegiatan upaya ­penyelamatan ibu dan
bayi baru lahir melalui gereja di wilayah pelayanannya. Harapan kita bersama untuk ke-
hidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang. Jumlah kasus kematian ibu dan
bayi menurun serta generasi selanjutnya terus menjadi lebih sehat.
Kami menyambut baik dan menyampaikan banyak terima kasih untuk ­kerja sama
dan upaya penyusunan buku Panduan Katekisasi Pranikah GMIT ini. Semakin banyak
pihak yang terlibat tentunya akan lebih cepat berhasil ­sesuai dengan harapan kita bersama
agar lebih banyak ibu dan bayi selamat dan jumlah kasus kematian ibu dan bayi menurun.
Dukungan semua pihak sangat diharapkan agar ibu mendapatkan perawatan
­kehamilan lebih dari empat kali dan melahirkan di fasilitas kesehatan. Data menunjuk-
kan bahwa melahirkan di rumah memiliki risiko kematian tiga kali lebih besar daripada
melahirkan di fasilitas kesehatan.
Kami berpikir bahwa Bapak dan Ibu Pendeta memiliki pengaruh yang kuat untuk
membuat perbedaan nyata mengakhiri tingginya tingkat kematian ibu dan bayi di NTT.
Semoga buku Panduan Katekisasi Pranikah ini akan bermanfaat. Terima kasih.

Salam,

DR. Louise Simpson

vi
Daftar Isi

Kata Pengantar........................................................................................ iii


Sekapur Sirih Ketua Sinode................................................................... v
Kata Pengantar Direktur AIPMNH........................................................ vi

Bab I :
Pendahuluan
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Landasan Katekisasi..................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................... 3

BAB II :
Membangun Keluarga Kristen yang K`okoh dan Berkualitas
Topik I Cinta/Kasih dan Pernikahan............................................. 7
Topik 2 Memilih Pasangan Hidup................................................ 13
Topik 3 Pernikahan Kristen.......................................................... 22
Topik 4 Peran Suami Istri dalam Pernikahan Kristen.................. 31
Topik 5 Rumah Tangga Kristen yang Diberkati........................... 44

vii
Bab III :
Peran Orangtua Membanguan Keluarga Kristen Berkualitas
melalui 1000 Hari Pertama Kehidupan

Topik 1 1000 Hari Pertama Kehidupan....................................... 59


Topik 2 Kehamilan, Persalinan dan Pasca Persalinan................. 63
Topik 3 Inisiasi Menyusui Dini dan Asi Ekslusi.......................... 78

Bab IV :
Penutup
a. Kesimpulan................................................................................ 95
b. Saran.......................................................................................... 96

viii
BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang

Gereja adalah persekutuan orang percaya kepada Yesus Kristus yang ­me­ngem­ban
tiga fungsi utama (Tri Tugas) yakni Apostolat (marturia, pengutusan, ­kesaksian),
Pastorat (koinonia, pembinaan persekutuan dan penggembalaan) dan Diakonat
(pelayanan kasih dan pengembangan masyarakat). Pelaksanaan ketiga fungsi utama
gereja itu bertujuan membina, membangun, dan meningkatkan kualitas kehidupan
rohani warga gereja dan umat manusia seutuhnya agar mencapai ­“kesatuan iman
dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat
pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.” (Efesus 4:13).
Gereja selain berperan untuk mengukuhkan dan memberkati kedua ­mempelai,
juga memiliki tanggung jawab dalam hal memberikan bimbingan dan peng­
ajaran bagi calon pasangan Kristen berkaitan dengan persiapan pernikahan dalam
Katekisasi Pranikah. Persiapan pernikahan oleh Gereja saat ini tidak hanya dari tin-
jauan teologis namun sudah saatnya menggabungkan dengan bidang atau aspek lain
seperti ekonomi, sosial, kesehatan dan sebagainya.
Untuk membentuk rumah tangga Kristen melalui pernikahan kudus diperlukan
persiapan matang, tidak cuma persiapan fisik dan materi, namun yang lebih ­penting
adalah persiapan pemahaman akan makna atau hakikat pernikahan. Kita dapat

1
­ elihat di sekitar kita ada begitu banyak keluarga Kristen mengalami kesulitan yang
m
disebabkan oleh kurangnya persiapan sebelum menikah. Mereka tergesa-gesa menikah
tanpa persiapan dan bimbingan yang memadai baik dari orang tua maupun gereja.
Dalam Panduan Katekisasi Pranikah ini selain memberikan persiapan ­pernikahan
bagi calon pasangan yang akan menikah dari tinjauan teologis juga ­diberikan
­pemahaman dari aspek kesehatan ibu dan anak (KIA) sehingga calon ­pasangan nikah
mendapat informasi tentang kehamilan, persalinan, menyusui, Keluarga Berencana
dan masa 1.000 hari kehidupan pertama (periode emas).
1.000 Hari Pertama Kehidupan atau Periode Emas merupakan periode awal
­kehidupan yang sangat sensitif untuk perkembangan sel-sel otak manusia. Masa itupun
menjadi penentu investasi yang tepat bagi kualitas sumber daya manusia ke depan.
Perkembangan otak dewasa terbentuk 25 persen saat janin dan 70 persen saat berusia 2
tahun dan selesai pada usia 5 tahun.
Anak-anak adalah bagian dari masyarakat yang menjadi harapan masa depan
­gereja, sebagai amanat agung Tuhan Yesus. Matius 18:5 “Dan barangsiapa ­menyambut
seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.” Anak adalah hadiah dari
Allah (Kejadian 4:1; Kejadian 33:5). Anak adalah warisan dari Tuhan ­(Mazmur 127 :
3 - 5) sehingga setiap anak manusia perlu mengalami pertumbuhan yang sehat ­secara
­jasmani dan rohani.

B. Landasan Katekisasi
Dasar Katekisasi Pranikah ini dibangun di atas landasan perintah Yesus Kristus:­
“…ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
­kepadamu.” (Mat. 28:20).

2
C. Tujuan
Tujuan Umum
Gereja mempersiapkan pernikahan dan keluarga Kristen yang kokoh dan ­
berkualitas.

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan


baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman”
(Mat. 28 : 19 - 20)

Tujuan Khusus
1) Menyediakan panduan bagi pelayan untuk memberikan pembekalan bagi calon
­pasangan yang akan menikah baik dari sudut pandang teologi maupun dari aspek
kesehatan ibu dan anak.

2) Menyediakan panduan bagi keluarga Kristen untuk meningkatkan kualitas kesehatan


ibu hamil dan anak sejak dalam kandungan untuk memperoleh generasi penerus yang
produktif dan berkualitas.

3
BAB II
Membangun
Keluarga Kristen
yang Kokoh dan
Berkualitas
TOPIK 1

CINTA / KASIH &


PERNIKAHAN

A. APAKAH CINTA/KASIH ITU?

”Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan


bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama den-
gan gong yang berkumandang dan canang yang bergemerincing.”
( 1 Korintus 13 : 1 )
Manakah di antara pernyataan-pernyataan berikut ini yang paling sesuai ­dengan pendapat
Anda mengenai arti cinta/kasih?

1. Rasa tertarik yang kuat akan seseorang.


2. Sikap menyayangi dan penuh kelembutan.
3. Kerinduan untuk bersama dengan seseorang.
4. Sanjungan dan pemujaan terhadap seseorang.
5. Nafsu birahi terhadap seseorang.

7
6. Usaha untuk meraih sesuatu yang terbaik untuk seseorang.
7. Perasaan senang jika Anda bersama seseorang, atau berpikir tentang orang itu.

Apakah definisi cinta menurut Anda?


Sebagian besar orang tidak mempunyai pemahaman yang
cukup untuk mengerti arti kata “cinta” yang ­sesungguhnya.
Seringkali cinta hanya dianggap sebagai rasa tertarik
­terhadap lawan jenis. Pendapat tentang cinta di atas ­banyak
dipengaruhi oleh film, televisi, iklan, majalah, buku-buku
atau komentar-komentar orang di sekitar kita. Sangat
­penting untuk kita ketahui bahwa Allah adalah KASIH dan
Ia ­menyampaikan kebenaran-Nya tentang kasih melalui
­firman-Nya, yaitu Alkitab.
Bacalah: 1 Yohanes 4:7-10, 16-21 dan diskusikanlah!

B. MEMPELAJARI TENTANG KASIH DARI ALKITAB


Mungkin Anda tidak pernah berpikir seperti ini, namun sesungguhnya seluruh Alkitab
adalah sebuah kisah tentang kasih. Alkitab adalah Kisah Para Rasulah tentang kasih Allah
yang tidak pernah mengecewakan umat manusia. Kasih Allah adalah kasih yang nyata.
Melalui seluruh halaman di Alkitab, kita mendapati bagaimana Allah dekat, menjaga,
merawat dan mengerjakan yang terbaik bagi mereka yang dikasihi-Nya.
Dari jauh Tuhan menampakkan diri kepadanya: “Aku mengasihi engkau dengan kasih
yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu.” (Yeremia 31:3). Dalam
Perjanjian Baru, kita melihat gambaran kasih Allah yang luar biasa terhadap manusia. Ini
adalah kasih yang tak terbatas. Kita melihat Allah di dalam Yesus Kristus, Anak-Nya yang
rela menjalani kematian untuk melakukan yang terbaik bagi mereka yang dikasihi-Nya.

8
Jika kita mau menyimpulkan semuanya, kita bisa mempelajari tentang kasih dengan
melihat hubungan Allah dengan manusia, bahwa kasih berarti selalu memberikan yang
terbaik kepada orang yang kita kasihi.
Bacalah Yohanes 3:16 dan Roma 5:8 dan diskusikanlah.

C. GAMBARAN TENTANG KASIH


Kasih di dalam Alkitab bukanlah untuk mendapatkan sebanyak mungkin dari orang
lain, melainkan memberikan semua yang Anda bisa berikan kepada orang lain. Kasih
ini juga bukan untuk mendapatkan pamrih dari pasangan Anda. Pernyataan yang paling
­lengkap tentang kasih dalam Alkitab terdapat di 1 Korintus 13:4-8. Bacalah ayat-ayat
­tersebut, ­renungkanlah tiap tindakan kasih tersebut, dan mulailah berpikir untuk menerap-
kannya dalam pernikahan.
1) Kasih itu sabar. Kasih itu tidak mudah marah, tidak mudah menyerang, tidak mudah
sakit hati. Kasih itu memampukan kita untuk bersabar terhadap yang kita kasihi jika kita
merasa disalahi, dikritik atau diabaikan. Kasih akan menunggu untuk melihat efek yang
baik dari kesabaran tersebut.
2) Kasih itu murah hati. Kemurahan menunjukkan suatu penghargaan. Kemurahan berarti
ingin menolong, suatu suara yang merdu, suatu keinginan hati yang ingin selalu ­memberi.
3) Kasih itu tidak cemburu. Kasih bukanlah suatu persaingan dengan orang yang kita ­kasihi,
juga tidak berarti kita iri kalau dia mendapatkan lebih. Kasih bukanlah iri dengan talenta
yang dimiliki orang yang kita kasihi, kecakapan memimpinnya, kemampuannya untuk
bergaul dengan orang lain atau kemampuannya dalam mengerti firman Tuhan.
4) Kasih itu tidak memegahkan diri. Kasih tidak berusaha untuk menonjolkan dan menyom-
bongkan diri sendiri. Tidak juga menganggap diri lebih tinggi dari pasangan kita. Kasih
tidak menyombongkan kekuatan sendiri dan juga tidak membesar-besarkan kelemahan-
kelemahan dari orang yang kita kasihi.

9
5) Kasih itu tidak sombong. Kasih tidak mempunyai sifat menonjolkan diri dalam hati.
Kasih tidak berarti mencari perhatian dari kerja keras yang sudah dilakukannya. Kasih
itu tidak bersifat menekan atau sok memerintah.
6) Kasih tidak melakukan yang tidak sopan. Kasih tidak berbuat yang tidak sesuai etika,
melainkan berbuat dengan kelembutan dan keramahan. Kasih itu menunjukkan rasa
pengertian. Kasih itu tidak kasar atau menghina orang lain.
7) Kasih itu tidak mencari keuntungan diri sendiri. Kasih itu tidak mengharapkan segala
sesuatu dilaksanakan untuk menyenangkannya. Kasih tidak mementingkan segala selalu
yang menjadi haknya. Kasih selalu mencari apa yang disenangi orang yang kita kasihi.
8) Kasih itu tidak pemarah. Kasih itu tidak mudah tersinggung atau mudah mencari
­kesalahan. Kasih itu tidak mudah menjadi jengkel jika ada sesuatu yang salah. Kasih itu
tidak mudah dikecewakan oleh perbuatan dari orang yang kita kasihi.
9) Kasih itu tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih itu tidak mudah berubah menjadi
kepahitan. Tidak mudah mendendam. Kasih tidak menyimpan perasaan yang tidak enak
karena perbuatan dari orang yang kita kasihi.
10) Kasih tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Kasih tidak
­merasa senang dengan kemalangan yang menimpa orang yang kita kasihi. Kasih berarti
tidak bersukacita jika bisa mengatakan, “Lihat, kamu juga tidak sempurna.” Kasih mem-
punyai sukacita batin di dalam kebenaran.
11) Kasih menutupi segala sesuatu. Kasih menutupi kesalahan dari orang yang kita kasihi.
Kasih tidak mencemooh seseorang yang kita kasihi dengan mengatakan kelemahan atau
kegagalannya di muka umum.
12) Kasih percaya segala sesuatu. Kasih mengatasi segala kecurigaan, kebimbangan atau
ketidakpercayaan. Kasih memilih untuk percaya pada sesuatu yang terbaik dari orang
yang kita kasihi dan menerima bahwa maksud dan motivasinya adalah murni.
13) Kasih mengharapkan segala sesuatu. Kasih tidak membesar-besarkan masalah. Kasih
tidak pernah putus asa. Kasih selalu mengharapkan yang terbaik dari yang dikasihi.

10
11
14) Kasih sabar menanggung segala sesuatu. Kasih berarti suatu komitmen. Kasih tetap
tegar dalam menghadapi masalah. Kasih mampu bertahan dalam badai penderitaan dan
­kesukaran. Kasih tetap menjaga hati yang sukacita di dalam pencobaan dan masalah.
15) Kasih tidak pernah berkesudahan. Kasih tidak pernah jatuh, tidak pernah berhenti,
­tidak pernah memilih perceraian sebagai penyelesaian masalah. Kasih selalu menjaga
­pernikahan supaya pernikahan tetap erat.

D. KASIH MERUPAKAN SUATU PROSES


Meskipun kadang-kadang orang berkata, “Kami sedang jatuh cinta,” tetapi mereka
s­ esungguhnya sudah bertumbuh di dalamnya. Kasih yang dewasa bertumbuh dari ­bagaimana
cara mendapatkannya sampai usaha untuk menjaganya dengan sukacita.
Satu-satunya cara agar kita bisa mengalami kasih yang dalam, setia dan bertumbuh
dalam pernikahan adalah dengan mengalami kasih Allah dalam hidup kita sendiri. Kasih
Allah bagi kita turun menjadi kasih di hati kita masing-masing.

12
TOPIK 2

MEMILIH
PASANGAN HIDUP

A. PEMILIHAN

“Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang


d­ engan orang yang tak percaya. Sebab persamaan ­apakah ­terdapat
antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang
dapat bersatu dengan gelap?”

( 2 Korintus 6 :14 )

Bagaimana saya menemukan pasangan yang sesuai untuk saya?


Bagaimana saya tahu jika saya sudah menemukan pasangan yang sesuai?

Mencari kehendak Tuhan dalam memilih pasangan hidup adalah langkah pertama ­untuk
membentuk suatu pernikahan yang berhasil. Pelajari dan ikuti petunjuk-petunjuk yang
­diberikan Alkitab.

13
Petunjuk yang paling penting terdapat dalam 1 Korintus 10:31. Aku menjawab: “Jika
engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, laku-
kanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
Paulus mengharapkan kita untuk melakukan segala sesuatu dalam hidup ini ­demi
kemulia­an Tuhan. Tentu saja pernikahan juga seharusnya membawa kemuliaan bagi Tuhan.
Kita diberikan janji dalam Amsal 3:5-6, “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu,
dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu,
maka Ia akan meluruskan jalanmu.” Kita harus mempercayai Allah, mengenal Dia, meman-
dang kepada-Nya dan bukan kepada diri kita sendiri dalam mencari hikmat dan pengertian.
Maka Ia berjanji membuat jalan kita lurus dan menunjukkan kepada kita jalan kebenaran.
Apakah bagian kita dalam memilih pasangan yang Allah inginkan bagi kita? Kita perlu
memperhatikan prinsip-prinsip yang akan menolong kita memilih dengan bijaksana. Akankah
Allah ingin kita memilih pasangan yang tidak mengenal dan menghormati Dia? Perintah
dalam Perjanjian Baru adalah “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang
dengan orang-orang yang tak percaya.” (2 Korintus 6:14). Sebagai seorang Kristen, kita
­harus mengetahui tanpa ragu-ragu bahwa yang sesuai dengan Allah haruslah seorang Kristen
juga. Kejadian 24 menceritakan kisah dalam memilih pasangan hidup.

1. Bagaimana Ishak Mendapatkan Seorang Istri


Abraham sudah tua. Dia mengatakan kepada pembantu dan kepala pelayannya,
Eleazar, yang bertugas mengurusi semua miliknya, untuk pergi ke negerinya dan ­memilih
istri yang sesuai untuk Ishak. Dia harus memilih wanita di antara bangsanya sendiri, yang
adalah ­penyembah Allah. Abraham berdoa supaya Eleazar mendapatkan petunjuk Tuhan.
Ketika Eleazar tiba di kota Nahor di Mesopotamia dia segera berdoa kepada Allah ­seperti
ini, “Tuhan, Allah tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini,
­tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham. Di sini aku berdiri di dekat mata air,
dan anak-anak perempuan penduduk kota ini datang keluar untuk menimba air. Kiranya
terjadilah begini: anak gadis kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu,

14
supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi
minum - dialah kiranya yang Kau tentukan bagi hamba-Mu, Ishak.” (Kejadian 24:12-14).
Sebelum dia selesai berdoa, Ribka datang dengan buyung di atas bahunya. Eleazar
berkata kepadanya, “Tolong beri aku minum air sedikit.” “Minumlah.” Kata Ribka, “Dan
aku akan memberi minum unta - untamu juga.”
Ketika Ribka sudah selesai, Eleazar memberikan kepadanya sebuah cincin emas,
“Siapa ayahmu?” tanya Eleazar. Kakeknya adalah saudara Abraham! Eleazar sangat
takjub dan bersyukur kepada Tuhan. Dia berlutut saat itu juga dan menyembah Allah.
Allah sudah melakukan itu, persis seperti yang diinginkan Abraham, sama seperti yang
didoakan oleh hamba tersebut. Allah sudah mengijinkan Eleazar menemukan istri yang
sempurna bagi Ishak.
“Ini adalah dari Tuhan. Jadilah seperti yang dikehendaki-Nya. Ribka, maukah engkau
pergi beserta orang ini dan menikah dengan Ishak? ”Tanya ibu dan saudaranya.”Mau”
­jawabnya. Eleazar, Ribka dan orang-orang yang beserta dengan dia berjalan pulang.
Ketika mereka sudah dekat, Ribka melihat seorang pria berjalan di padang dan ­bertanya,
“Siapakah orang itu?” Ya, pria tersebut adalah Ishak. Cerita tersebut diakhiri dengan
menceritakan bahwa Ishak mengambil Ribka sebagai istrinya dan dia mengasihi istrinya
tersebut. Apakah Allah menghargai kepercayaan Abraham dan Eleazar kepada-Nya?

2. Menghadapi Kesulitan dalam Hidup Bersama


Memilih pasangan hidup dapat membawa kita ke dalam keadaan yang sulit.
Renungkanlah kejadian-kejadian berikut ini dan tulislah menurut Anda bagaimana
seorang Kristen yang sedang mencari kehendak Allah harus berbuat :
a) Seseorang mencoba untuk memaksa Anda menikah sehubungan dengan penglihatan
atau mimpi yang dia katakan berasal dari Tuhan.
b) Seseorang mengatur sebuah pernikahan bagi Anda. Mungkin karena ketidakcocokan,
waktu atau situasi mengharuskan kita menikah dengan seseorang yang tidak sesuai
dengan pilihan kita.

15
Ingatlah bahwa orang Kristen harus lebih menaati Allah daripada manusia. Tetapi
Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari-
pada kepada manusia.” (Kisah Para Rasul 5:29). Ceritakan kepada orang-orang yang ber-
sangkutan mengenai perasaan Anda. Lakukan itu dengan seramah dan selembut mung-
kin. Mintalah keberanian dan kekuatan dari Allah untuk menghadapi ketidaknyamanan
sekarang, daripada menyebabkan banyak orang tidak bahagia karena terpaksa menerima
suami atau istri yang tidak kita pilih.

3. Menikmati Berkat-Berkat Allah


“Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlaku-
lah setia, dan bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa
yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-
Nya, dan ia akan bertindak.” (Mazmur 37:3-5). Daud sang pemazmur, memberikan tiga
tindakan yang akan kita lakukan dalam berhubungan dengan Allah. Pelajarilah hal-hal
tersebut dan tulislah di bawah ini.
Salah satu hasil dari ketaatan ini adalah, “dan Dia akan memberikan kepadamu
k­ ehendak hatimu.” Rencana Allah untuk pernikahan Anda adalah bagian dari rencana-
Nya untuk hidup Anda. Berusahalah untuk mengikuti kehendak-Nya setiap hari. Dia akan
menunjukkan kepada Anda kehendak-Nya untuk pernikahan Anda.

16
B. PASANGAN

“Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan


tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama
seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki
­dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu
berasal dari Allah.”

1 Korintus 11:11-12

Allah memilih untuk menciptakan dua jenis kelamin. Setiap pribadi menjadi sempurna
di dalam Kristus.”Dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah
dan penguasa.” (Kolose 2:10). Allah menghendaki supaya pria dan wanita saling melengkapi
dalam pernikahan. Mereka dipersatukan bersama untuk membentuk suatu kesatuan pernika­
han. Setiap pribadi yang disatukan dalam pasangan akan membawa masing-masing suatu
nilai tambah, tindakan untuk memperkaya dan memperbaiki.

1. Dalam Perjanjian
Pengajaran Alkitab mengenai pernikahan menyebutkan bahwa pernikahan adalah
berarti pasangan, suatu ikatan janji antara dua orang. Ini adalah suatu persetujuan yang
secara bebas dibuat ketika seseorang memberikan diri kepada pasangannya. ”Kekasihku
kepunyaanku dan aku kepunyaan dia.” (Kidung Agung 2:16).

17
Tema yang dikidungagungkan di seluruh Kidung Agung adalah suatu perasaan
saling menyukai yang besar antara suami istri. Sukacita, semangat dan kesukaan yang
­saling dibagikan muncul dalam setiap paragraf. Dalam pernikahan, terjadi persatuan jiwa
dengan jiwa, tubuh dengan tubuh. Tidak ada pasangan yang bebas terhadap yang lain.
Mereka saling memerlukan. Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa
laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan ­berasal
dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu
­berasal dari Allah (1 Korintus 11:11-12).
Tiap jenis kelamin mempunyai penghargaan yang sama dan mempunyai nilai yang
unik di hadapan Allah. “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak
ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua
adalah satu di dalam Kristus Yesus.” (Galatia 3:28).

2. Akibat Dosa
Dosa mengakibatkan rusaknya rencana Allah. Laki-laki dan perempuan melupakan
bahwa hubungan antara pasangan adalah setara. Suami mulai menjadi pasangan yang
berkuasa dan penghormatan sang istri tidak lagi ditunjukkan.

3. Kedatangan Yesus
Tuhan Yesus membawa rencana yang baru. Ini betul-betul mengembalikan rencana
Allah yang sebenarnya. Paulus menyatakan, ”Tidak ada lagi Yahudi atau Yunani, budak
atau orang merdeka, pria atau wanita, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus.”
(Galatia 3:28). Petrus memerintahkan sang suami untuk menghormati istrinya sebagai
kawan ahli waris dari Kerajaan Allah (1Petrus 3:7). Dalam kekristenan, pengharga­
an wanita yang terlupakan diterangi kembali dan nilai-nilai mereka dinyatakan. Kristus
mengembalikan kepada laki-laki suatu karunia yang berharga yaitu memimpin sang istri
sebagai pasangan yang penuh. Istri bukan hanya penolong bagi suami dalam kehidupan
sekarang ini, namun juga merupakan kawan ahli waris bersamanya dari hidup yang kekal.

18
19
4. Tanggung Jawab Timbal Balik
Dalam kekristenan sang suami dan istri masing-masing mempunyai hak untuk
mendapatkan kesetiaan yang penuh dari pasangannya. “Hendaklah kamu semua penuh
hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab
orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.” (Ibrani 13:4). Beberapa kelom-
pok masyarakat hanya mengharapkan kesetiaan pihak istri, namun standar Tuhan adalah
kesetiaan oleh kedua pihak. Suami dan istri dipanggil untuk saling mengasihi.
”Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan
telah menyerahkan diri-Nya baginya.” (Efesus 5:25). “Dan dengan demikian mendidik
perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya...” (Titus 2:4). “...Dan
­rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.” Efesus 5:21
menyatakan tanggung jawab dari sikap saling taat. Setiap pihak secara sukarela mau taat
terhadap yang lain. Ketaatan yang bersifat timbal balik ini memberikan dasar yang kuat
kepada suatu keluarga.

5. Sebuah Tim
Suami istri yang mengenal nilai dan penghargaan dari pasangannya akan meng-
hasilkan bahtera pernikahan yang paling indah. Tiap pihak dapat menggunakan ­sumber,
­hikmat, atau pertolongan dari pasangannya. Pasangan yang bisa saling menikmati ­relasi
sebagai teman dapat menemukan kesukaan yang besar dalam kebersamaan mereka.
Waktu untuk berdoa, berbicara dan membaca bersama akan memperkaya hidup ­mereka.
Pergi ke berbagai tempat bersama dan saling berbagi akan memberikan kepada ­mereka
suatu ikatan yang kuat. Hal-hal yang sederhana dalam hidup akan membawa arti yang
dalam ketika dibagikan kepada yang lain. Rencana Allah untuk Adam dan Hawa bersama-
sama untuk “Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan ­taklukkanlah
itu” dan bersama-sama memerintah atasnya (Kejadian 1:28).
“Salam kepadamu dari Jemaat-jemaat di Asia Kecil. Akwila, Priska dan Jemaat di
rumah mereka menyampaikan berlimpah-limpah salam kepadamu.” (1 Korintus 16:19).

20
Juga bacalah Kisah Para Rasul 18:1-4 dan Roma 16:3-5. Ayat-ayat ini memberikan
­contoh-contoh yang baik tentang hubungan pernikahan. Priskila dan Akwila disatukan
dalam kasih dan dalam pelayanan mereka terhadap Tuhan. Mereka juga bekerja bahu-
membahu sebagai pembuat tenda. Mereka juga pasangan dalam mengajar Firman Tuhan.

6. Pemberian Total
Paulus melihat adanya kesetaraan antara hubungan suami istri. Bacalah 1 Korintus
7:3-5. Apakah suami istri diharapkan mempunyai keinginan seks? Apakah tubuh masing-
masing merupakan milik pasangannya? Saat Anda membaca ayat-ayat tersebut, apakah
Anda memperhatikan bahwa Paulus menekankan akan adanya saling memberi antara
suami istri? Bacalah Efesus 5 untuk mempelajari cara yang baru bagaimana seharusnya
sepasang suami dan istri berhubungan. Ketakutan ataupun tugas-tugas yang menjengkel-
kan janganlah menjadi motivasi untuk istri. Melainkan, dia memberikan dirinya sendiri
“seperti kepada Tuhan.”
Hal itu berarti memberi tanggapan dengan kasih, sukacita, dan kesenangan hati.
Dapatkah sang suami menyayangi istrinya? Dalam hubungan yang baik, tiap pihak terus
menerus memberi dan menerima kasih seperti kasih Kristus. Ini merupakan pengalaman
bertumbuh bersama. Kasih Kristus adalah kasih tanpa syarat. Kasih tersebut menerima,
memperhatikan, mengampuni dan mengasihi, bahkan ketika orang lain sepertinya sudah
tidak mungkin dikasihi.

7. Kepribadian yang Baru


Pernikahan atau hubungan suami istri menciptakan pribadi ketiga yang muncul dari
persatuan tersebut. Jika dahulu mereka berpikir “aku” dan “milikku,” pasangan suami istri
sekarang berpikir “kami” dan “milik kami.” Mereka mulai mengembangkan suatu kosa
kata dan rencana yang bersifat kerja sama. Jika yang satu merasa pedih, maka keduanya
merasa terluka, jika yang seorang bersukacita, maka keduanya akan bahagia. Tidak ada
hubungan antara manusia yang lain yang demikian rumit namun saling menguntungkan.

21
TOPIK 3

PERNIKAHAN
KRISTEN

“Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu,


yaitu supaya kamu menjauhi percabulan.”
1Tesalonika 4:3

PERNIKAHAN dan rumah tangga adalah salah satu topik yang sangat menarik dan
p­ enting dipelajari oleh orang Kristen, baik mereka yang sedang berencana menikah maupun
mereka yang telah menikah atau berumah tangga. Salah satu tujuan mempelajari topik ini
agar “...kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan...” (Ibrani 13:4a).
Mengapa perlu menghormati pernikahan? Karena pernikahan dan rumah tangga adalah
sebuah lembaga yang didirikan oleh Allah di samping pemerintah dan gereja. Dari ketiga
lembaga ini yang paling tua adalah pernikahan atau rumah tangga.

22
1. Pernikahan adalah Rancangan Allah
Ide pernikahan berasal dari Allah sendiri. Kejadian 2:18 menyatakan, Tuhan Allah
berfirman: “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan
­penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
Kalau kita perhatikan ayat ini bahwa manusia yang dimaksud tak lain adalah Adam,
manusia pertama. Ia diciptakan Allah seorang diri, tanpa seorang lain yang sejodoh
­dengannya. Adam melewati kehidupannya beberapa waktu lamanya bersama ­makhluk
hidup lainnya, “...tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan
­dengan dia” (Kejadian 2:20).
Adam tidak bisa hidup sendirian sebagai manusia yang berbeda jenis dari makhluk-
makhluk ciptaan Allah lainnya, dia kesepian dan dia membutuhkan seorang penolong
(pendamping). Melihat keadaan Adam ini Allah dengan inisiatifNya sendiri, mencip-
takan seorang perempuan dari tulang rusuk dan daging Adam, dia adalah Hawa (Kejadian
2:21-23).
Allah tidak membiarkan Adam dan Hawa hidup beberapa lama tanpa ikatan
­pernikahan, tetapi Allah langsung mengikat mereka dalam pernikahan yang kudus
­dengan ­berfirman, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya
dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kejadian 2:24).
Demikianlah Allah mengukuhkan Adam dan Hawa sebagai suami-istri dalam ikatan per-
nikahan kudus. Adam dan Hawa sekarang sudah hidup dalam sebuah rumah tangga baru.
Sejak Allah melembagakan pernikahan mulai dari Adam dan Hawa, maka itu akan
terus berlaku di segala zaman. Yesus kembali mengingatkan dan sekaligus meneguhkan
hal ini ketika Dia datang ke bumi (Matius 19:4-6). Manusia tidak punya hak sedikitpun
mengubah rancangan Allah ini. Kalau manusia mencoba menggunakan caranya sendiri
untuk merancang pernikahan, maka itu adalah tindakan pemberontakan terhadap Allah.

23
Thomas B Warren mengatakan “bila tidak menghormati dan mentaati perintah-­
perintah dan hukum-hukum ini berarti telah memberontak terhadap Allah dan akan meng-
hasilkan ketidakbahagiaan dalam kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang...”
(Warren, 1994:20). Dengan kata lain bahwa tindakan pemberontakan ini adalah dosa dan
ada konsekuensinya, baik dalam kehidupan di bumi maupun di dunia kekekalan.

2. Pernikahan adalah untuk Seorang Laki-laki Dewasa dengan Seorang


Perempuan Dewasa
Kejadian 1:27 mengatakan “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-
Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-
Nya mereka.” Kemudian Kejadian 2:24 menegaskan, “Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya men-
jadi satu daging.”
Kedua ayat ini menyatakan pribadi yang diperkenankan untuk menikah, baik dari
segi gender (jenis kelamin), kuantitas (jumlah), dan kualitas (mutu). Sangat beralasan
mengapa Allah menciptakan seorang perempuan, dan bukan dua atau tiga orang perem-
puan, bahkan bukan seorang laki-laki bagi Adam, karena memang Allah menghendaki
seorang Adam menikah dengan seorang Hawa saja.
Berikut ini kita dapat melihat beberapa kategori pribadi yang diperkenankan untuk
menikah secara alkitabiah.
1. Seorang laki-laki dan seorang perempuan, keduanya belum pernah menikah (Matius
19:4-6; Markus 6:6-9).
2. Seorang laki-laki atau seorang perempuan yang belum pernah menikah dan seorang
perempuan atau seorang laki-laki yang telah ditinggal mati oleh suami atau istrinya
(Roma 7:2-3; 1 Korintus 7:39).
3. Seorang laki-laki atau seorang perempuan dan seorang perempuan atau seorang
­laki-laki yang telah menceraikan istrinya karena istrinya berzinah atau menceraikan
­suaminya karena suaminya berzinah (Markus 10:12; Matius 19:9; 5:32).

24
4. Seorang laki-laki dan seorang perempuan, keduanya telah ditinggal mati oleh istri
atau suaminya (1 Korintus 7:39).

Demikian juga berikut ini beberapa kategori pribadi yang tidak diperkenankan untuk
menikah.
1. Seorang laki-laki dan seorang laki-laki (Kejadian 2:24; bdg. Roma 1:26,28; 1 Korintus
6:9-10).
2. Seorang perempuan dan seorang perempuan (Kejadian 2:24; bdg. Roma 1:27,28).
3. Seorang perempuan atau seorang laki-laki yang belum pernah menikah dan seorang
laki-laki atau seorang perempuan yang menikah (Matius 19:9; Matius 5:32).
4. Seorang laki-laki dan seorang perempuan, keduanya masih terikat hukum pernikahan
dengan pasangannya masing-masing (istri atau suami).
5. Seorang laki-laki atau seorang perempuan yang belum pernah menikah dan seorang
perempuan atau seorang laki-laki yang telah menceraikan suami atau istrinya bukan
karena suami atau istrinya itu berzinah (Matius 19:9; 5:32).
6. Seorang laki-laki atau seorang perempuan yang telah ditinggal mati istrinya dan
seorang perempuan atau seorang laki-laki yang menceraikan suami atau istrinya bu-
kan karena suami atau istrinya itu berzinah (Roma 7:2-3; 1 Korintus 7:39).
7. Seorang laki-laki atau seorang perempuan yang telah menceraikan istri atau suami
bukan karena istri atau suaminya itu berzinah dan seorang perempuan atau seorang
laki-laki yang juga telah menceraikan suami atau istrinya bukan karena suami atau
isterinya itu berzinah (Matius 19:9; Markus 10:12; Matius 5:32).
8. Seorang perempuan dan seorang laki-laki, keduanya telah diceraikan oleh suami atau
istrinya karena zinah (Matius 19:9; Markus 10:12).
9. Poligami (seorang laki-laki menikahi lebih dari satu orang perempuan).
10. Poliandri (seorang perempuan menikahi lebih dari satu orang laki-laki).

25
Di samping itu juga, ada hal lain yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari
­pernikahan, yaitu bahwa seorang (laki-laki atau perempuan) yang akan menikah harus
dewasa. Allah membentuk pernikahan hanya untuk seorang yang dewasa. Kita perhati­
kan Adam dan Hawa, keduanya adalah individu yang diperkenankan untuk menikah
karena keduanya dewasa. Penciptaan Adam dan Hawa dalam keadaan dewasa adalah
standar ­untuk pribadi yang diperkenankan untuk menikah. Kedewasaan sangat dibutuh-
kan untuk menjamin terbentuknya sebuah rumah tangga yang harmonis dan bahagia.
Kedewasaan yang dimaksudkan adalah: Pertama, kedewasaan secara fisik. Seseorang
itu sudah mencapai usia yang pas untuk menikah; bagi laki-laki sudah mampu fisiknya
untuk berusaha menghidupi rumah tangganya; bagi perempuan sudah siap untuk ber­
usaha dan juga melahirkan.
Kedua, kedewasaan secara mental. Dewasa berarti akil-balik. Seseorang itu ­sudah
dapat menggunakan pikirannya dengan baik sehingga dapat bertindak bijaksana dalam
membina dan mengatur rumah tangganya. Ketiga, kedewasaan secara emosional.
Seseorang itu sudah dapat menguasai emosinya dengan baik ketika nanti ada persoalan
yang terjadi dalam rumah tangga, sehingga tidak terjadi perselisihan yang akan meng-
hancurkan bahtera rumah tangga.
Keempat, kedewasaan secara rohani.Seseorang harus mempunyai hubungan yang
baik dengan Allah, takut kepada Allah, taat kepada perintah-perintahNya, mempunyai
iman yang teguh. Dengan kata lain bahwa dia adalah umat Allah yang benar (orang
Kristen). Ini akan menjadi fondasi yang kokoh baginya untuk menjalankan rumah ­tangga.
Seseorang itu akan berusaha keras untuk menuntun baik dirinya maupun seluruh anggota
keluarganya kepada Tuhan (Lihat Yosua 24:15).

3. Pernikahan Itu Berlandaskan Cinta


Adam sangat merindukan seorang pendamping yang dapat menjadi pelabuhan
c­ intanya. Lalu Allah menciptakan seorang perempuan yang dicintai Adam. Tidak ada
­indikasi bahwa Adam terpaksa menikahi Hawa oleh karena tidak ada pilihan baginya.

26
27
Kejadian 2:23 mengatakan “Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari
t­ulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari
laki-laki.” Tersirat dalam ayat ini betapa cintanya Adam pada Hawa dan sebaliknya. Maka
dengan alasan inilah Allah menikahkan Adam dan Hawa dengan berfirman: “Sebab itu
seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya,
sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kejadian 2:24).
Amos mengatakan “Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum ber-
janji?” (Amos 3:3). Ayat ini dapat diaplikasikan pada pernikahan, yaitu kedua insan (laki-
laki dan perempuan) yang hendak menikah harus mengawalinya dengan perasaan suka
sama suka atau cinta. Dalam beberapa kasus pernikahan, ada yang menikah oleh karena
materi (harta), membayar budi baik, bahkan mungkin untuk memeras orang lain, dan
­sebagainya. Ini adalah pernikahan yang tidak sehat dan sangat ditentang oleh Allah.Tetapi
perlu diingat bahwa meskipun dengan motif-motif salah ini seseorang menikah, sekali dia
menikah secara alkitabiah, maka itu adalah pernikahan yang sah di hadapan Allah.
Cinta dibutuhkan dalam sebuah pernikahan atau rumah tangga. Jim E. Waldron
­ engatakan “...cinta adalah minyak yang melumasi hubungan anggota-anggota sebuah
m
keluarga, dan pernikahan adalah bahan perekatnya” (Waldron, 1998: 36).
Cinta sejati adalah cinta yang rela berkorban. Suami dan istri harus saling ­berkorban
satu sama lain. Suami harus mengasihi istrinya (Efesus 5:25, 28, 29, 32-33) dan ­sebaliknya
demikian. Saling memenuhi kebutuhan masing-masing secara biologis (1 Korintus ­7:3-5).
Untuk melakukan semua hal ini dibutuhkan cinta di antara keduanya. Hubungan cinta
antara suami dan istri menjadi simbol hubungan kasih antara Kristus dan gerejaNya.Ini
menunjukkan bahwa kasih atau cinta itu sangat penting di antara keduanya.
Hal penting lain yang jangan dilewatkan adalah cinta melibatkan komunikasi di
­antara keduanya. Itulah yang dimaksudkan oleh Amos dengan kata “berjanji.”

28
4. Pernikahan adalah untuk Memperoleh Keturunan
Setelah Adam dan Hawa disatukan Allah dalam pernikahan kudus, dan mereka men-
jalani sebuah rumah tangga baru, ternyata mereka tidak akan hidup berdua saja selamanya,
tetapi Allah memberkati mereka dengan mengaruniakan anak-anak yang akan ­menambah
jumlah anggota dalam keluarga mereka (Kejadian 1:28). Kehadiran anak-anak dalam
­keluarga bukan semata-mata menambah jumlah anggota keluarga, tetapi lebih dari itu
kehadiran mereka sebagai penghibur, pemotivasi dan pelengkap.
Anak-anak adalah berkat dan milik Tuhan. Pemazmur mengatakan, “Sesungguhnya,
anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan” (Mazmur 127:3a). Ini menunjukkan
bahwa Allah menuntut tanggung-jawab besar dari sebuah keluarga agar anak-anak yang
dikaruniakan-Nya itu dipelihara, dibesarkan, dididik, diasuh dengan baik. Bagaimanapun
keadaan anak-anak itu saat dilahirkan, tetapi yang pasti mereka bukan objek penderita
yang dapat dijadikan sebagai pelampiasan amarah atau kebrutalan seorang ayah atau ibu.
Penulis kitab Amsal berkata: “Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu” (Amsal
17:6a). Ini menunjukkan bahwa kehadiran anak dalam sebuah keluarga adalah sebuah
kehormatan bagi keluarga tersebut. Sebuah keluarga pasti menginginkan kehormatan.
Satu hal penting lainnya yang perlu diketahui bahwa salah satu kebutuhan anak adalah
dia diinginkan oleh kedua orangtuanya. Ada beberapa contoh dalam Alkitab, seperti Ishak
diinginkan oleh Sara dan Abraham (Kejadian 15:1-6; 16:1-2; 17:15-19; 21:1-7), Samuel
diinginkan oleh Hana dan Elkana (1 Samuel 1:10-11, 19-20).
Perlu dipertimbangkan juga bahwa tidak mudah menjalankan tanggung-jawab ­sebagai
ayah dan ibu untuk seorang anak, diperlukan kesiapan fisik, mental, emosi dan rohani, juga
ekonomi. Pertimbangan ini dapat didasarkan pada pribadi suami dan istri, apakah ked-
uanya telah memiliki kesiapan-kesiapan ini atau sebaliknya.Suami istri tidak cukup hanya
siap secara ekonomi untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga, tetapi keduanya harus
benar-benar siap secara fisik, mental, emosi dan rohani. Dengan kata lain siap dalam semua
­bidang ini. Mungkin ada yang mengatakan ekonomi tidak begitu ­penting, tetapi Alkitab
sendiri menegaskan pentingnya persiapan ekonomi (1 Timotius 5:8).

29
5. Pernikahan adalah Ikatan Seumur Hidup
Dalam jawaban-Nya atas pertanyaan orang-orang Farisi apakah boleh seseorang
menceraikan istrinya karena alasan apa saja, Yesus berkata “Karena itu, apa yang telah
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Matius 19:6; Markus 10:9). Yesus
memberi kesimpulan hukum pernikahan yang telah ditetapkan Allah sejak semula, yang
tetap berlaku hingga sekarang ini dan juga sebagai hukum Kristus. Jim E. Waldron
­mengomentari pernyataan Yesus ini demikian.
Hukum Kristus ini memberikan dua fakta jelas: (1) Allah yang menyatukan atau
­ engikat dalam pernikahan; dan (2) apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh
m
­diceraikan manusia. Dari kedua hal di atas, pertama kita tahu bahwa pernikahan ­bukan
­semata-mata suatu bentuk kesatuan yang Anda lakukan sendiri. Ketika dua orang
­menikah, mereka tidak hanya masuk ke dalam sebuah perjanjian antara keduanya, tetapi
juga ­dengan Allah. Dengan kata lain, janji (sumpah) mereka tidak hanya kepada satu
sama lain tetapi di hadapan Allah dengan penuh tanggung-jawab kepada Allah... Dalam
pernikahan, dua orang tidak hanya menyatukan diri bersama, mereka juga diikat oleh
Allah.
Fakta kedua yang dinyatakan di atas adalah tidak ada seorangpun, tidak ada hukum,
tidak ada hakim, tidak ada juri, dan tidak ada orang yang terikat hukum atau di luar dari
hukum yang mempunyai hak untuk masuk di antara seorang laki-laki dan istrinya yang
dinikahi secara hukum” (Waldron, 1998:38).
Perlu diingat juga bahwa pernikahan sebagai ikatan seumur hidup bukan berarti
mengesampingkan pelanggaran yang terjadi dalam pernikahan, yaitu perzinahan (Matius
19:9; 5:32; Markus 10:1,12) ataupun peristiwa alamiah yang menimpa pernikahan,
­yaitu matinya salah seorang pasangan suami atau istri ketika masih dalam ikatan hukum
­pernikahan (Roma 7:2, 3).

DOA PENUTUP PEMBAHASAN SESI

30
TOPIK 4

PERAN SUAMI ISTRI DALAM


PERNIKAHAN KRISTEN

A. SUAMI DALAM PERNIKAHAN KRISTEN

“Hai, suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah


mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya”
( Efesus 5 : 25 )

1. Kasih yang Rela Berkorban


Tanggung jawab pertama dari seorang suami dalam pernikahan adalah ­mengasihi
istrinya. ”Hai suami-suami, kasihilah istrimu dan janganlah berlaku kasar terhadap
dia.” (Kolose 3:19). Kata yang digunakan Efesus 5 untuk “kasih” suami kepada
istrinya adalah kata yang sama untuk mengungkapkan “kasih” Allah kepada umat-
Nya. Kasih ini adalah kasih yang terus memberi meskipun tidak menerima imbalan.

31
Kasih ini hanya mencari apa yang baik bagi yang dikasihinya, tanpa mempeduli­
kan biaya dan pengorbanan secara pribadi. Sebagaimana kesatuan pernikahan dalam
kitab Kejadian merupakan gambaran dari kasih Allah, hubungan suami istri dalam
Efesus 5 merupakan gambaran Kristus dan gereja-Nya.
Kita bisa mengerti dengan lebih baik bagaimana suami hendaknya mengasihi
istrinya ketika kita melihat Kristus mengasihi gereja-Nya. Dari Efesus 5:21-22, buat-
lah daftar tentang ciri khas dari kasih Kristus terhadap gereja-Nya. Kemudian, dari
ayat-ayat yang sama, buatlah daftar yang menunjukkan tanggung jawab sang suami
dalam mengasihi istrinya.

2. Pemeliharaan dan Perlindungan


Alkitab tidak mengistimewakan suami lebih dari istri. Peran suami berpusat
pada tanggung jawab, dan menyediakan kebutuhan istrinya seperti yang disebutkan
dalam Efesus 5:28-29. Suami dikatakan harus memberikan kepada istrinya perhatian
yang sama seperti kepada tubuhnya sendiri. Hal ini termasuk menyediakan materi,
makan dan kebahagiaan pada sang istri. Daftarlah kebutuhan istri Anda secara fisik,
sosial budaya, emosi dan rohani.

3. Penghargaan dan Penghormatan


“...hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu, sebagai kaum yang lebih
lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidu-
pan, supaya doamu jangan terhalang.” (1 Petrus 3:7). Para suami seharusnya tidak
merendahkan, mengejek dan berbicara kasar terhadap istri di hadapan orang banyak.
Baik secara pribadi maupun di hadapan umum, seorang suami harus menunjukkan
hormat dan penghargaan kepada istrinya. Suami yang mengalah untuk mengasihi
dan memberikan perhatian terhadap istrinya, doanya akan terhalang.

32
4. Kepemimpinan
“...Karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala ­jemaat.
Dialah yang menyelamatkan tubuh.” (Efesus 5:23). Alkitab tidak menekankan
kekuasaan secara diktator, melainkan adanya kepemimpinan. Menjadi kepala
­keluarga tidak berhubungan dengan kelemahan atau kekuatan. Kepala keluarga
adalah kedudukan pelayanan yang khusus supaya suatu pernikahan boleh berkem-
bang dan bertumbuh.Sang suami memberikan contoh dari kehidupan Ilahi. ”...pilih­
lah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah;...Tetapi aku dan seisi rumahku,
kami akan beribadah kepada Tuhan!” (Yosua 24:15).
Pelajarilah bagaimana Yosua memberikan kepemimpinan secara rohani
­kepada keluarganya. Kepemimpinan rohani termasuk memberikan nasihat dan
­petunjuk berdasarkan firman Allah. Sang suami memimpin dalam membuat kepu-
tusan di ­keluarga. Dia melibatkan istrinya dalam doa dan dalam usaha pencapaian
­persetujuan. Kepemimpinan adalah suatu tanggung jawab yang berat bagi seorang
suami. Dia tidak bisa menanggungnya sendiri. Kunci untuk menjadi pemimpin di
rumah disebutkan dalam: “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur
menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh.”

5. Sukacita dan Berkat


Dari beratnya tanggung jawab yang dibebankan atas suami, sangat mungkin
baginya untuk menyerah dan melupakan bahwa Allah bermaksud mengadakan
pernikahan untuk kebaikan dan kesukaan. Ketika pernikahan dilaksanakan sesuai
­dengan rencana Allah - yaitu dengan kasih, perhatian, kelembutan, penghargaan dan
penghormatan - upahnya adalah sukacita dan berkat. Bacalah 1 Petrus 3:8-12, Roma
12:17, 1 Tesalonika 5:15, 1 Korintus 4:12. Seorang yang percaya harus memberi
berkat supaya dapat menerima berkat dari Tuhan.

33
Seorang suami hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri:
a) Apakah kelebihan istri yang bisa saya puji?
b) Dengan cara apa saya bisa menjadi berkat bagi dia?
c) Dalam hal apa saya bisa berterima kasih kepada istri saya?
d) Dalam kehidupan istri saya, hal khusus apa yang harus saya doakan agar
Tuhan memberkatinya?

Dengan suatu sikap dan tindakan yang menanggapi segala sesuatu sebagai
­berkat, maka “hari-hari yang baik dan hidup yang diberkati” bersama sang istri akan
diberikan Tuhan kepada suami.

B. ISTRI DALAM PERNIKAHAN KRISTEN

“Istri yang cakap, siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga


daripada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak
akan kekurangan keuntungan. Ia berbuat baik kepada suaminya dan
tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.”

( Amsal 31 : 10 - 12 )

1) Penolong dan Teman


Kejadian 2:18-23 menunjukkan kehendak Tuhan atas seorang istri, yaitu
­sebagai penolong dan teman. Istri akan menjadi teman, penghibur dan pelengkap
bagi ­suaminya. Kerinduan istri haruslah untuk membangun dan mengungkapkan

34
k­ epercayaan diri atas kemampuan suaminya, mendorong dan menunjukkan penghar-
gaan pada suaminya, percaya pada kebijaksanaan dan menunjukkan penghormatan
pada suaminya, menolong suami meraih segala keberhasilan, mendengarkannya
dengan lembut dan mengagumi suami, berdiri di samping sang suami dalam keadaan
apapun. Sang istri akan menolong suami merasa aman dengan mengasihinya.

2) Kerendahan Hati
Kerendahan hati adalah istilah Alkitab yang digunakan dalam semua hubungan.
Saling merendahkan diri satu dengan yang lain adalah suatu sifat dalam ­kekristenan
dan sebagai akibat dari kepenuhan Roh Kudus. Merendahkan diri adalah dengan
­sukarela mengangkat orang lain di atas diri Anda sendiri untuk melayaninya. Suami
istri hendaknya saling merendahkan diri, saling mengangkat, dan saling ­melayani.
Paulus memulai suatu diskusi tentang tanggung jawab pernikahan setelah dia
­menyatakan prinsip-prinsip umum tentang merendahkan diri. “dan rendahkanlah
dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus” Efesus 5:21.
Di dalam hubungan pernikahan, kerendahan hati membuat dua pribadi bisa ber-
fungsi sebagai satu tubuh, saling melengkapi dan bukannya saling bersaing. Efesus
5:21-23 menunjukkan bagaimana Yesus telah menjadi model bagi tanggung jawab
seorang suami atau istri. Yesus telah merendahkan diri dan taat kepada Bapa dan me-
lepaskan segala hak yang Dia punya (Filipi 2:6). Begitu juga, hendaknya sang istri taat
dan merendahkan diri kepada suaminya. “Hai istri-istri, tunduklah kepada ­suamimu,
sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.” (Kolose 3:18). Kerendahan hati yang
sejati menurut Alkitab adalah merupakan kesukaan sang wanita yang ­kreatif yang
berusaha menemukan bagaimana dia bisa menunjukkan kepada suaminya ­bahwa
dia menghormati, mengagumi dan bergantung padanya. Ini berarti bahwa sang istri
akan menjadi lebih tertarik kepada kebutuhan suami daripada kebutuhannya sendiri.
Ketaatan dan kerendahan hati sang istri pada suaminya bisa terlihat dengan baik
ketika dia mendorong peran kepemimpinan sang suami dan tidak pernah ber­usaha
untuk menghancurkan, memudarkan, dan melemahkan atau menguranginya.

35
36
3) Perhatian Terhadap Kecantikan dari Dalam
Dalam 1 Petrus 3:1-4, Petrus mendorong istri untuk mengembangkan ­kecantikan
dari dalam yang mencerminkan kewanitaan, kelembutan, perhatian dan kasih. Petrus
tidak mengatakan pada para wanita bagaimana harus berpakaian. Dia hanya mem-
berikan suatu prinsip: wanita yang cantik adalah seorang wanita yang mempunyai
kecantikan hati yang berupa sikap yang murni dan hormat dan merupakan pancaran
dari roh yang lembut dan tenang.

4) Merawat Seisi Rumahnya


Seorang istri hendaknya merawat seisi rumahnya. Dia mungkin memberikan
perhatian sepenuhnya akan segala kegiatan di rumah atau dia mungkin juga bekerja
di luar rumah. Lidia, Priskila dan Dorkas jelas bekerja di luar rumah. Jika sang istri
bekerja di luar rumah, sangatlah penting untuk menjamin keseimbangan sehingga
keluarganya tidak diabaikan. Hal ini berarti seluruh keluarga perlu untuk memutus-
kan pembagian tanggung jawab seisi rumah yang efektif.
Dalam beberapa rumah tangga, mungkin ada yang mempekerjakan pembantu.
Perhatian istri yang utama bukanlah mendapatkan uang melainkan kesejahteraan
suami dan anak-anaknya. Istri yang baik yang digambarkan dalam Amsal 31:10-31,
sementara memberikan kasih dan perhatian kepada suami dan anak-anaknya, ia juga
bisa mencari nafkah dan membantu orang yang memerlukan.

Berikut adalah sifat (karakter) dari seorang “istri yang baik”:


a) Dia adalah pasangan yang bisa dipercaya oleh suaminya.
b) Kesejahteraan suaminya menjadi perhatiannya.
c) Dia memelihara seisi rumahnya dengan makanan.
d) Dia memelihara seisi rumahnya dengan pakaian.
e) Dia mengajarkan hikmat dan kebaikan.
f) Dia murah hati kepada orang miskin dan yang memerlukan.

37
g) Dia seorang wanita bisnis yang baik.
h) Dia bisa meningkatkan reputasi suaminya.
i) Dia dihormati oleh suami dan anak-anaknya.
j) Dia berserah kepada Tuhan dan memberikan tempat pertama bagi-Nya.

C. SUAMI ISTRI BERTUMBUH DALAM MASALAH

“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain,


penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah
di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”
( Efesus 4 : 32 )

Pernikahan adalah hubungan dua pribadi menjadi satu. Karena tiap pribadi adalah
unik, masing-masing mempunyai kehendak, kebutuhan dan cita-citanya sendiri ­sehingga
konflik tidak bisa dihindari. Tapi ini wajar, bahkan baik. Bagaimana setiap pasangan
menanggapi konflik tersebut adalah hal yang lebih penting.

1. Pertentangan/Konflik
Kamus menjabarkan konflik sebagai “suatu perjuangan, pertentangan, benturan,
ketidakcocokan, dan kehendak yang bertolak belakang.” Pertentangan dapat menjadi­
kan hubungan pernikahan bertumbuh atau justru bisa menjadikannya menyakitkan,
tidak terselesaikan, dan menghancurkan. Banyak orang Kristen yang menghadapi
masalah secara tertutup sebab tidak ada yang mengajarkan kepada mereka cara-cara
efektif untuk mengatasinya.

38
2. Apakah yang Menyebabkan Pertentangan?
Bacalah Yakub 4:1-3. Sebelum menikah, masing-masing pribadi sudah hidup
sendiri-sendiri selama lebih dari dua puluh tahun. Selama jangka waktu itu, masing-
masing pribadi sudah memiliki selera, pilihan, kebiasaan, kesenangan dan ketidak-
senangan, nilai-nilai dan standar sendiri-sendiri. Persatuan dalam pernikahan tidak
membuang semua perbedaan. Mereka tidak harus meluangkan waktu, dan melaku-
kan segala sesuatu bersama-sama. Di sinilah setiap pasangan akan mempunyai per-
bedaan pendapat atau pilihan dan inilah yang menyebabkan munculnya berbagai
ketidakcocokkan.

3. Tanggapan Terhadap Pertentangan


Orang-orang menanggapi konflik/pertentangan dengan cara yang berbeda.
a) Ada orang yang memilih untuk menyendiri. Mereka bisa secara fisik ­meninggalkan
ruangan atau tempat pertentangan. Mereka menyendiri secara jiwa dengan tidak
berbicara, dan mengabaikan pasangannya, atau menutup diri sehingga tidak ada
perkataan atau perbuatan yang dilakukan bersama.
b) Ada orang yang merasa mereka harus menang, tidak peduli berapapun
­“harganya”. Karena tiap pribadi mengetahui kelemahan dan luka yang dimiliki
pasangannya, maka mereka sering menggunakan untuk memaksa p­ asangannya
menyerah. “Si pemenang” mungkin menyerang harga diri atau keadaan
­pasangannya supaya menang.
c) Ada orang yang mau mengalah agar berbaikan kembali dengan pasangan
­mereka. Mereka menyembunyikan kemarahan dan membiarkannya tetap
­tersimpan. Kepahitan dan luka hati masih ada namun tetap melanjutkan hidup
bersama sehingga masalah yang sebenarnya tetap tak terselesaikan.

39
40
d) Ada orang yang bisa berkompromi atau memberikan sedikit dan mendapatkan
sedikit. Kadang-kadang kompromi penting. Namun, menggunakan cara ini agar
mendapatkan sesuatu untuk diri sendiri adalah tanggapan yang kurang baik
terhadap konflik.
e) Ada orang yang bersedia meluangkan waktu untuk berkomunikasi secara
­langsung dan terbuka sehingga beberapa keinginan atau ide-ide bisa ­dipadukan.
Mereka puas dengan jalan keluar yang sudah mereka setujui. Mereka telah
­menyelesaikan pertentangan tersebut dengan baik. Bacalah Efesus 4:29-32

4. Langkah-langkah dalam Menangani Pertentangan/Konflik


a. Langkah pertama dalam menangani masalah adalah memulai ­proses
­pendamaian. Meninggalkan atau mengabaikan masalah dengan harapan
­masalah itu akan pergi dengan sendirinya tidak akan menyelesaikan masalah.
Jagalah supaya hubungan tetap hidup. “Jagalah kesatuan... Tunjukkanlah
­kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan
Roh oleh ikatan damai sejahtera.” (Efesus 4:1-3). Janganlah menunggu ­sampai
­pasangan Anda yang memulai proses pendamaian tersebut. Pakailah bahasa
yang tidak mengancam atau menghakimi, seperti :
1) “Dapatkah kita berbicara tentang...”
2) “Apakah ini sesuatu yang bisa kita rundingkan?”
3) “Saya sungguh merasa putus asa tentang...”
4) “Saya kuatir tentang...”
5) “Saya akan tidak bahagia jika...”
6) “Saya tidak mengerti mengapa...”

41
b. Ketidakcocokan sebagai salah satu bagian dari keseluruhan masalah.
Bacalah Filipi 2:1-8.Ketika masing-masing pasangan merasa lebih berkuasa
daripada yang lain, maka masalah tidak akan pernah terselesaikan. Satu ­pihak
tidak bisa lebih banyak berpikir, berbicara atau menguasai yang lain dalam
­menyatakan pikiran atas situasi yang sedang terjadi. Diskusi harus terbuka
sehingga tiap pihak bisa menyumbangkan idenya secara seimbang dan dihargai
untuk menemukan jalan keluar yang menguntungkan.

c. Tukarlah posisi. Rela melihat situasi yang terjadi menurut pendapat ­pasangan
kita akan menolong memberi pengertian bagaimana hal itu mempengaruhi
pernikahan. Masalahnya akan bisa diselesaikan jika mereka memiliki sikap
lemah lembut dan saling menghargai perasaan orang lain. Bacalah Kolose
3:12-17.

d. Tanganilah masalah satu persatu. Kadang-kadang salah satu pihak


­mencoba menyebutkan masalah yang lain atau menyalahkan pasangan
­mereka. Fokuskan untuk menangani masalah yang ada. Jangan ­mencoba
­menyelesaikan masalah-masalah lain, baik yang ada hubungannya atau
­tidak. Anda bisa menanggapinya dengan mengatakan, “Anda mungkin benar
­tentang hal itu, tetapi sekarang ini kita sedang membicarakan tentang...”

e. Seranglah masalahnya dan jangan orangnya. Terlalu banyak pasangan


yang saling menyerang dengan sindiran-sindiran, penghinaan dan ungkapan-
ungkapan yang menyakitkan hati.
1) “Kamu selalu...”;
2) “Kamu tidak pernah...” atau;
3) “Kenapa kamu tidak bisa...”;

Kalimat di atas berarti Anda sedang menyerang orangnya.”Karena dengan


penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan

42
ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Matius
7:2, Roma 2:1). Pelajarilah bagaimana memberitahukan pasangan Anda ­tentang
perasaan Anda. Jangan melempar sebuah batu pada mereka.

f. Minta pertolongan dari para pembawa damai yang penuh roh. Allah sudah
menempatkan orang-orang dalam persekutuan di gereja yang memiliki karunia
sebagai pembawa damai. Sang pembawa damai hendaknya seseorang yang
tidak mudah dipengaruhi dan adil, dan dapat melihat kedua sisi. Sang pembawa
damai dapat menurunkan nada-nada yang merusak komunikasi dan menolong
kedua pasangan untuk menuju pada perdamaian.

g. Maafkan dengan segenap hati. Kalau Anda sudah menerima Kristus sebagai
Juru Selamat, Anda sudah mengalami pengampunan yang dari Allah. Kemudian
Anda pun mempunyai kemampuan untuk mengampuni diri sendiri dan orang
lain (Kolose 2:13, Kolose 3:13). Bacalah 1 Petrus 2:21-24. Pengampunan ter-
jadi jika kasih rela menerima luka dan kesengsaraan hidup dan mengabaikan
semua tuduhan terhadap yang lain. Pengampunan adalah menerima orang lain
ketika dia sudah melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan. Pengampunan
bukanlah menerima dengan syarat bahwa orang yang diampuni itu harus
melakukan sesuai kehendak kita. Pengampunan diberikan secara cuma-cuma,
dengan ­kesadaran si pemberi maaf tersebut juga mendapatkan maaf secara
terus-menerus. Pengampunan adalah suatu hubungan antara dua pribadi yang
setara yang ­menyadari mereka saling memerlukan. Tiap orang memerlukan
­pengampunan dari yang lain. Tiap orang perlu diterima oleh yang lain. Tiap
orang perlu orang lain. Demikian juga, di hadapan Allah, setiap orang menghenti­
kan tuduhan, menolak semua penghakiman secara sepihak, dan mengampuni.
Mengampuni sebanyak “tujuh puluh kali tujuh” seperti yang dikatakan Yesus
dalam Matius 18:21-22.

DOA PENUTUP PEMBAHASAN SESI

43
TOPIK 5

RUMAH TANGGA KRISTEN


YANG DI BERKATI

A. ORANG TUA DALAM RUMAH TANGGA KRISTEN

“Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di hati anak- anak-


mu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.”

( Efesus 6 : 4 )

1. Anak Merupakan Karunia Tuhan


Anak-anak yang diberikan kepada suami dan istri merupakan karunia Tuhan.
Ketika Esau bertanya kepada Yakub tentang orang-orang yang bersama-sama ­dengan
dia, Yakub berkata bahwa mereka adalah “Anak-anak yang telah dikaruniakan Allah
kepada hambamu ini.”Kejadian 33:5.

44
Beberapa tahun kemudian, ketika Yusuf ada di Mesir, dia menunjukkan dua
anaknya kepada Yakub yang sudah tua dan berkata, “Inilah anak-anakku yang telah di-
berikan Allah kepadaku di sini.” Kejadian 48:9. Pemazmur menulis,”Sesungguhnya
anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah kandungan adalah
suatu upah.”Mazmur 127:3. Dalam Perjanjian Lama, orang-orang umumnya hanya
berbicara tentang anak-anak lelaki. Mereka kadang-kadang melupakan nilai dari
anak-anak perempuan. Kristus datang ke dunia dalam bentuk manusia untuk memu-
lihkan umat manusia ke dalam rencana Allah yang mula-mula. Sungguh dalam
Kristus “tidak ada laki-laki atau perempuan” Galatia 3:28. Karunia Allah adalah
anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan.
Renungkan kembali tentang rencana Allah yang indah dalam pernikahan antara
seorang pria dan wanita yang saling mengasihi dan menghormati Tuhan. Ingatlah
kembali bahwa anak-anak adalah karunia Tuhan. Tuhan memberikan ­karunia berupa
anak-anak di dalam beberapa rumah tangga; di beberapa rumah tangga yang lain
yang juga dikasihi-Nya, Dia memberikan karunia yang lain. Kita akan mempelajari
lebih banyak tentang rumah tangga tanpa anak dalam ­pelajaran ­berikutnya. Sekarang
marilah kita mempelajari tanggung jawab dari orangtua ­terhadap anak-anak sebagai
karunia yang indah.

2. Merencanakan untuk Membangun Keluarga


Tanggung jawab apa yang dimiliki oleh orangtua dalam merencanakan besar
kecilnya keluarga mereka? Apakah mereka seharusnya mempunyai anak sebanyak
mungkin menurut kekuatan tubuh mereka? Dalam beberapa masyarakat ­tradisional,
tiap keluarga ingin mempunyai anak sebanyak mungkin.Anak-anak merupakan
­kebanggaan keluarga, mereka diperlukan sebagai para pekerja. Banyak anak yang
meninggal sebelum usia dewasa.
Ada banyak faktor di Indonesia sekarang yang membuat pemerintah memikir-
kan program yang sungguh-sungguh mengenai keluarga berencana. Hal ini ­termasuk
perlunya memikirkan tingginya biaya untuk membesarkan dan menyekolahkan anak-

45
46
anak yang sering tidak sebanding dengan pendapatan keluarga. Angka ­kelahiran yang
tinggi juga telah menambah masalah di Indonesia, misalnya kelaparan, kekurangan
gizi, terbatasnya sekolah dan pengobatan dan lain-lain.
Alkitab memerintahkan untuk bertanggung jawab dalam merencanakan ­keluarga
yang baik. ”Tetapi jika ada orang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apa-
lagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak ber­
iman.” (1 Timotius 5:8). Orangtua Kristen perlu berdoa untuk mempertimbangkan
jumlah anak yang bisa mereka asuh. Menjadi orangtua adalah suatu tanggung ­jawab
yang besar. Anda melecehkan kesempatan dan kepercayaan itu jika Anda men-
jalaninya dengan ceroboh, jika Anda menjalankannya dengan cara dimana Anda
hanya membuat anak-anak merana, lapar, berpakaian tidak layak, tidak berpendidi-
kan, dan merasa rendah diri di masyarakat. Hal utama yang harus diketahui orangtua
sekarang ini adalah berapa jumlah anak yang bisa diasuh dengan layak sehingga
nantinya menjadi pribadi yang sehat, bahagia, berkembang dengan baik, dan bisa
menjadi bagian yang memberkati masyarakat dan bangsa.”

3. Membimbing Perkembangan Mereka


Supaya bisa diterima masyarakat dan bangsa dengan baik, orangtua Kristen
­hendaknya membimbing perkembangan anak-anak mereka ke dalam jalan-
jalan Tuhan. ”Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada
anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang
­ditunjukkan Tuhan, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya Tuhan
memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya.” (Kejadian 18:19).
Ayat ini menyebutkan tentang perintah Allah yang harus diikuti Abraham
­sehingga Allah dapat membawa Abraham ke tanah yang sudah dijanjikan-Nya.
Apakah dua hal yang harus dilakukan anak-anak dan seisi rumah Abraham dilaku-
kan untuk “berjalan menurut jalan Tuhan?” Mungkinkah Allah membuat bangsa
yang besar dari anak-anak Abraham jika mereka tidak melakukan yang benar dan

47
adil? Bagaimana mungkin anak-anak Anda menggenapi rencana Allah bagi mereka
jika Anda tidak mengajarkan kepada mereka untuk menurut jalan-jalan Tuhan?
Tuhan memberikan janji ini: “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut
baginya maka pada masa tuanya ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.” (Amsal
22:6). “Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak
­pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis” kata Yesus,
(Mat 11:11). Bacalah Lukas 1:6 untuk mempelajari macam lingkungan rumah ­tangga
yang disediakan Zakharia dan Elisabet bagi Yohanes. Dapatkah Anda meng­ikuti
contoh yang diberikan Zakharia dan Elisabet? Alkitab mengatakan bahwa ­mereka
“kedua­nya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan
ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.”

4. Merawat dan Memelihara Mereka


Alkitab memberikan perintah yang khusus kepada orangtua. Paulus meng­
gambarkan hubungannya dengan orang-orang Kristen di Korintus dengan ­mengatakan,
“Karena bukan anak-anak yang mengumpulkan harta untuk ­orangtuanya, melainkan
orangtualah untuk anak-anaknya.” (1 Korintus 12:14). Paulus mengatakan ­dengan
sukacita ia akan memberikan apa yang dia punya untuk orang-orang Korintus.
Haruskah orangtua mempunyai permintaan terhadap anak-anaknya yang menye-
babkan kesulitan keuangan yang besar? Permintaan-permintaan tersebut termasuk
pesta, pesta pernikahan, hadiah yang mahal dan lain-lain. Sebagai orang yang baru
dewasa, Anda mungkin tidak bisa mengubah cara yang dipakai orangtua Anda. Tapi
Anda harus belajar mengikuti ajaran-ajaran Kristen ketika Anda menjadi orangtua.

5. Mengasuh dan Mendidik Mereka


Musa telah memimpin bangsa Israel sampai di usia tuanya. Dalam pidato
p­ erpisahannya, dia memberikan perintah yang terakhir dari Tuhan. Bacalah Ulangan
6 untuk mempelajari perintah-perintah yang penting ini. Bagaimana bangsa Israel
­mengatakan kebenaran-kebenaran ini kepada anak-anak mereka?

48
Lihatlah ayat Ulangan 6:6-9. Ayat Ulangan 6:4 memberikan perintah Allah
yang Agung. Saat Anda membaca ayat Ulangan 6:7 carilah beberapa “waktu untuk
pengajaran Firman Allah” yang bisa dipakai oleh seluruh keluarga untuk mengajar
anak-anak. Perhatikan bagaimana Allah menjadi pusat bagi keluarga pada masa itu.
Anak-anak diajarkan tentang Firman Tuhan dengan rajin dan rutin.

6. Membimbing Mereka
Lukas 2:52 menyebutkan kepada kita bahwa Yesus “makin bertambah besar dan
bertambah hikmat-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”Dengan meng-
gunakan empat bidang berikut ini, pikirkanlah sikap-sikap dan kecakapan-kecaka-
pan yang ingin anak-anak Anda miliki jika mereka dewasa nantinya. Bagaimana cara
terbaik yang bisa Anda tempuh untuk mengembangkan kecakapan dan sikap mental
anak-anak? Pendidikan apa yang Anda inginkan bagi anak-anak Anda? Pikirkanlah
juga perkembangan secara fisik.
Apa yang perlu diketahui anak-anak Anda mengenai tubuh mereka agar ­mereka
bisa memperlakukan tubuh mereka dengan benar sebagai Bait Roh Kudus? Apa
yang perlu diketahui, dialami, dilakukan anak-anak untuk bisa bertumbuh ­secara ro-
hani? Apa yang seharusnya menjadi ciri hubungan mereka dengan Allah? Bagaimana
­mereka perlu berhubungan dengan orang lain, dengan orang Kristen dan ­non-Kristen?

7. Bersaksi Bagi Mereka


Ceritakan pada anak-anak Anda tentang pekerjaan Tuhan dalam hidup Anda.
Ceritakan kepada mereka pada waktu Tuhan menyembuhkan Anda, atau ketika Allah
dengan ajaib menyediakan makanan bagi Anda saat Anda tidak mempunyai uang.
Ceritakan kepada mereka bagaimana perbuatan Tuhan selama ini kepada Anda.
Mazmur 78:4, “Kami tidak hendak sembunyikan terhadap anak-anak mereka, tetapi
kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada Tuhan dan
kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya.”

49
Ambil Alkitab Anda sekarang dan bacalah Mazmur 78:1-7. Ceritakan
­tentang kebaikan Tuhan kepada anak-anak Anda. Maka, mereka juga akan
menaruh kepercayaan mereka terhadap Tuhan.

8. Mengasihi Mereka
Tunjukkan kedekatan Anda kepada anak-anak. Jika mereka melakukan
­sesuatu yang baik, berikan pujian, ungkapkan, “Aku mengasihi engkau,” dalam
perkataan dan perbuatan. Dorong dan bimbing serta ajar mereka secara ­pribadi.
Ada saatnya tiap orangtua meluangkan waktu sendiri dengan tiap anaknya.
Ajarkan kepada anak-anak Anda tentang Firman Tuhan dan berdoalah dengan
anak-anak Anda. Firman Tuhan dapat memberikan hikmat kepada anak-anak
Anda menuju kepada keselamatan melalui iman dalam Yesus Kristus.

50
B. ANAK-ANAK DALAM KELUARGA KRISTEN

“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan,


karena haruslah demikian.”

( Efesus 6 : 1 )

“Hai anakku, peliharalah perintah ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan ­ajaran


i­bumu. Tambatkanlah senantiasa semuanya itu pada hatimu, kalungkanlah pada
­lehermu.” Amsal 6:20-21. Allah memberikan kepada Musa sepuluh perintah, ya hanya
sepuluh peraturan yang paling penting untuk menuntun hidup kita. Perintah yang ­kelima
adalah, “Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh
Tuhan, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan
Tuhan, Allahmu, kepadamu.” Ulangan 5:16. Paulus menyebutkan perintah ini dengan
suatu ­janji, Efesus 6:2.

1. Anak dan Ketaatan pada Orang Tua


(Kolose 3:20). “Hai anak-anak, taatilah orangtuamu dalam segala hal, karena
itulah yang indah di dalam Tuhan.” Alasan apa yang diberikan oleh Paulus agar
mentaati orangtua dalam segala hal?
“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah ­demikian.
Hormatilah ayahmu dan ibumu - ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang

51
nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.” (Efesus
6:1-3). Paulus menuliskan ayat-ayat ini dalam sebuah surat ketika dia sudah tua dan
ada di dalam penjara. Dia bukanlah seorang penjahat, dia salah satu murid Tuhan
Yesus yang sejati. Paulus melayani dengan nasihat-nasihat yang penuh kasih kepada
semua orang. Dalam tes ini dia mengikutsertakan anak-anak dan orangtua. Bacalah
Roma 1:30 dan 2Timotius 3:2. Apakah Anda memperhatikan bahwa ketidaktaatan
kepada orangtua adalah termasuk sebagai dosa yang paling jahat? Baik ayah mau-
pun ibu, keduanya harus dihormati.

2. Kasih Allah kepada Anak-Anak


Kasih Allah kepada anak-anak merupakan alasan yang utama mengapa Dia
menekankan ketaatan kepada orangtua. Tuhan berfirman kepada kita untuk meng-
hormati orangtua, “supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.”Efesus
6:3. Anak-anak tidak bisa secara alamiah mengetahui untuk “menolak yang jahat
dan memilih yang baik.” Mereka mesti bertumbuh dalam hikmat ini, mereka mesti
diajarkan pengetahuan ini.
Orangtua adalah guru kedua yang penting setelah Tuhan sendiri. Bacalah masa
kecil Yesus dalam Lukas 2:41-51. Sebagai anak kecil, bagaimana Yesus melak-
sanakan perintah taurat yang kelima ini? Efesus 5 berbicara tentang para istri yang
harus merendahkan diri atau taat kepada suami mereka. Dalam Efesus 6, suami dan
istri sekarang disebut orangtua. Anak-anak hendaknya mentaati orang tua mereka.
Tidak ada keterangan yang menyebutkan bahwa salah satu orangtua berhak atas
penghormatan yang lebih besar dari yang lain

3. Allah Ada di atas Para Orang Tua


Kisah Para Rasul 5:29 menunjukkan suatu masa dimana ditunjukkan sikap agar
kita lebih mengasihi Tuhan dari pada yang lain. “Kita harus mentaati Allah lebih

52
53
daripada manusia” Jika orang tua kita meminta agar kita berbuat yang bertentangan
dengan kehendak Tuhan, kita harus mentaati Allah. Allah berbicara kepada anak-
anak, dan kehendak Allah harus menjadi yang pertama, bahkan sebelum kehendak
orangtua. Samuel hanyalah seorang anak kecil ketika dengan cara yang ajaib Tuhan
datang pada malam hari di tempat tidurnya dan berbicara kepadanya.
Bahkan ketika maksud untuk mentaati Tuhan bertentangan dengan kehendak
orangtua, kita tidak boleh begitu saja meremehkan keinginan orangtua kita. Kita
harus berusaha sedemikian rupa untuk mencapai suatu persetujuan. Kita tidak boleh
marah terhadap mereka, atau membuat mereka marah.Kita hendaknya ­menunjukkan
kepada mereka segala bentuk kasih dan penghormatan meskipun mereka ­menentang
kehendak Tuhan.
Petrus mengingatkan kepada kita bahwa seorang Kristen harus rendah hati
dalam semua hubungan. ”Demikian juga kamu, hai orang-orang muda, tunduk-
lah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang
terhadap yang lain, sebab: ‘Allah menentang orang-orang yang congkak, tetapi
mengasihani orang yang rendah hati.’” (1Petrus 5:5). Ketika kehendak orang tua
bertentangan dengan perintah Tuhan, seorang Kristen memilih jalan Tuhan dengan
kelembutan dan kerendahan hati.

4. Ketika Anak-Anak Bertumbuh Menjadi Dewasa


Orang dewasa pun harus terus menghormati orangtua mereka. Seorang anak
yang telah dewasa mungkin hidup jauh dari orangtua dan harus membuat sebagian
besar keputusan sendiri. Perpisahan ini dapat menyebabkan kekuatiran bagi orang
tua mereka. Mereka mungkin akan merasa ditinggalkan atau bahkan ditolak kalau
anak-anak mereka yang telah “modern” tidak menjaga suatu hubungan yang dekat.
Selalu ada perbedaan dalam tiap generasi dari umat manusia. Hal ini nyata khusus-
nya di negara-negara dengan gaya hidup berubah dengan cepat.

54
Anak-anak yang sudah dewasa perlu untuk menjaga hubungan yang dekat
­dengan orang tua mereka, untuk memberitahu mereka bahwa mereka masih dikasihi
dan dihormati. Usia tua sering membawa masalah yang memerlukan perhatian yang
penuh kasih dari anak-anak yang sudah dewasa. Dalam Markus 7, Yesus menegur
para pemimpin agama pada masa itu karena melaksanakan tradisi mereka namun
tidak betul-betul memperhatikan kebutuhan orang tua dan menghormati mereka.
Di dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, istri Klopas dan
Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya
di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian
­kata-Nya kepada murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu ­menerima
dia dalam rumahnya (Yohanes 19:25-27). Ayat ini menceritakan bagaimana Yesus
membuat suatu rencana untuk merawat ibunya bahkan ketika Dia hampir mati di
atas kayu salib. Seperti Yesus yang menunjukkan penghormatan dan perhatian ­untuk
ibunya selama hidupnya, orang-orang Kristen saat ini perlu memegang ­perintah
Tuhan untuk menghormati orangtua mereka.

DOA PENUTUP PEMBAHASAN SESI

55
BAB III
Peran Orang
Tua Membangun
Keluarga Kristen
yang Berkualitas
Melalui 1.000 Hari
Pertama Kehidupan
TOPIK 1

1.000 hari Pertama


Kehidupan

1. Konsep 1.000 Hari Pertama Kehidupan


MASA 1.000 Hari Pertama Kehidupan dihitung mulai dari anak masih dalam
kandungan (9 bulan 10 hari = 280 hari) dan sampai anak tersebut berusia 2 tahun
(720 hari), dengan catatan 1 bulan = 30 hari.
Jika 1.000 hari tersebut dibagi berdasarkan tahapan kehidupan anak, maka titik
kritis yang harus diperhatikan pada seorang anak ialah : Masih dalam kandungan =
280 hari, umur 0-6 bulan = 180 hari, umur 6-8 bulan = 60 hari, umur 8-12 bulan =
120 hari dan umur 12-24 bulan = 360 hari
Berdasarkan uraian tersebut, maka GMIT mewujudkan karya pelayanan untuk
membangun keluarga Kristen sehat, cerdas dan kokoh.

59
2. Mengapa 1.000 Hari Pertama Kehidupan?
Hasil penelitian Shrimpton et. al., (2001) berjudul Worldwide Timing of Growth
Faltering: Implications for Nutritional Interventions patut menjadi referensi kita.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa status gizi seorang anak berdasarkan
indeks berat badan menurut umur (BB/U) cenderung mengalami penurunan pada
saat ia memasuki usia 3 bulan dan terus mengalami penurunan secara cepat sampai
ia berusia 12 bulan dan mulai melambat pada umur 18-19 bulan. Sedangkan ber-
dasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), penurunan berat badan
dimulai sekitar umur 3 bulan sampai umur 15 bulan.
Jika kita melakukan intervensi setelah anak berumur 2 tahun, maka intervensi
tersebut sangat tidak efektif karena kondisi anak mulai memburuk jauh sebelum
anak berusia 2 tahun dan bersifat permanen. Bukan berarti anak umur 2 tahun ke
atas tidak butuh perhatian, akan tetapi konsep ini berbicara tentang skala prioritas.
Beberapa ahli mengatakan bahwa periode umur anak di bawah 2 tahun dikenal
­dengan ­“periode emas”.

Mazmur 139 : 13 Untuk mendapatkan generasi


“Sebab Engkaulah yang sehat, ­cerdas dan kuat maka
yang membentuk buah ­perhatian harus diberikan ­mulai
pinggangku, menenun ­sejak terjadi pembuahan/janin
aku dalam kandungan masih dalam ­kandungan ibu
ibuku”. hingga ia ­berumur 2 tahun.

3. Akibat bila 1.000 Hari Pertama Kehidupan tidak Diperhatikan


Bila 1.000 Hari Pertama Kehidupan tidak diperhatikan melalui pemenuhan gizi
sejak anak dalam kandungan sampai berusia 2 tahun, maka kehidupan selanjutnya
akan mengalami beberapa gangguan antara lain :

60
 Pertumbuhan otak terhambat yang mengakibatkan anak tidak cerdas
 Pertumbuhan jasmani dan perkembangan kemampuan anak terhambat
 Anak bertubuh pendek (stunting)
 Daya tahan tubuh anak rendah sehingga anak mudah sakit
 Anak akan sulit mengikuti pelajaran saat bersekolah
 Setelah dewasa akan sulit mendapatkan pekerjaan
 Produktivitas, kreativitas dan inovasi rendah.

Mazmur 22 : 11 Jika keluarga dibentuk dengan tidak


memperhatikan 1000 hari Pertama
“KepadaMU aku serah- Kehidupan maka akan menghasilkan
kan sejak aku lahir, sejak generasi yang ­tidak sehat, tidak
dalam kandungan ibuku cerdas, tidak kuat, tidak kokoh akan
Engkaulah Allahku”. memperpanjang rantai kemiskinan.

4. Apa yang Harus Dilakukan Dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan?


Untuk menghasilkan generasi sehat, cerdas, kuat dan kokoh, maka beberapa hal
yang harus dilakukan antara lain :
a) Periode dalam kandungan (280 hari)
Pastikan ibu memiliki status gizi baik sebelum dan selama hamil, tidak
mengalami Kurang Energi Kronik (KEK) dan Anemia. Selama hamil ibu
­mengonsumsi makanan bergizi sesuai kebutuhan, porsi kecil tapi sering jauh
lebih baik serta memperbanyak konsumsi sayur dan buah. Suplemen tablet
besi (Fe), asam folat, vitamin C sangat dibutuhkan untuk menjaga ibu dari

61
k­ emungkinan mengalami anemia. Ibu harus memeriksakan kehamilan secara
rutin. Memasuki kehamilan trimester ketiga (bulan ke 7, 8, 9). Ibu dan suami
wajib mendapatkan informasi tentang menyusui seperti manfaat menyusui,
posisi maupun teknik menyusui yang benar, cara menangani masalah-masalah
yang muncul saat menyusui (seperti puting susu lecet, puting susu masuk ke
dalam, ASI tidak keluar dan sebagainya).

b) Periode bayi umur 0 - 6 bulan (180 hari)


Seketika bayi lahir harus mendapatkan air susu pertama atau kolostrum
­ elalui Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Pemenuhan gizi bayi berumur 0-6 ­bulan
m
dipenuhi melalui Air Susu Ibu saja yang disebut ASI Eksklusif. Suami dan
­keluarga harus mendukung ibu untuk memberikan ASI Eksklusif saja.

c) Periode bayi umur 6 - 24 bulan (540 hari)


Pastikan semua ibu mengetahui jenis dan bentuk makanan serta ­frekuensi
pemberian makanan yang tepat, diberikan pada periode ini. Ajarkan kepada
ibu transisi pemberian makan mulai dari makanan cair atau lumat (6-8 bulan),
­lembek dan lunak atau semi padat (8-12 bulan) dan padat (12-24 bulan).
Ajarkan ibu untuk mengolah dan memilih bahan makanan lokal yang
b­ ernilai gizi tinggi. Suami dan keluarga selalu memantau pertumbuhan dan
memeriksakan kesehatan anak secara teratur ke fasilitas kesehatan. Suami
dan keluarga harus mendukung ibu untuk terus memberikan ASI sampai anak
­berusia 2 tahun.

62
TOPIK 2

KEHAMILAN, PERSALINAN
DAN pasca Persalinan

.....sepanjang malam ada tangisan menjelang


pagi terdengar sorak-sorai.

( Mazmur 30 : 3 – 6 )

A. IBU HAMIL
1. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai ­lahirnya janin ­lamanya
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir (Saifudin, 2006). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan
janin intra uteri ­mulai ­sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan ­persalin­an
(Manuaba, 2008). Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya
pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh
lahirnya sang bayi (Monika, 2009).

63
2. Tanda–tanda Kehamilan
Berhentinya menstruasi selama 36 – 42 minggu, adanya pertumbuhan janin
di rahim, perubahan bentuk tubuh seperti pembesaran payudara, perubahan
pinggul, pembesaran perut karena adanya janin.

3. Kehamilan yang Perlu Diwaspadai


 Umur ibu kurang dari 20 tahun (terlalu muda)
 Umur ibu lebih dari 35 tahun (terlalu tua)
 Jumlah anak 4 orang atau lebih (terlalu banyak anak)
 Jarak persalinan kurang dari 2 tahun (terlalu dekat jarak kehamilan)

4. Tanda Bahaya Kehamilan


Tanda bahaya kehamilan dapat terjadi selama kehamilan, pada saat
melahirkan, dan masa nifas. Apabila ada tanda tersebut di bawah ini pada
masa kehamilan segera periksakan ke dokter atau bidan di puskesmas atau
segera dirujuk ke rumah sakit. Adapun tanda bahaya sebagai berikut :
a. Perdarahan pervaginam. Ibu hamil mengalami perdarahan atau
mengeluarkan bercak darah terus-menerus dari jalan lahir.
b. Bengkak di tangan, kaki dan wajah. Untuk mengetahui pem-
bengkakan dengan menekan pada daerah tungkai kaki yang
­bengkak, bila bagian yang ditekan tampak cekung dan tidak
segera kembali seperti semula berarti terdapat penumpukan
­cairan.
c. Demam tinggi. Ibu hamil dengan panas tinggi tidak dianjurkan
untuk minum obat penurun panas tanpa ada pemeriksaan dari
tenaga kesehatan.

64
d. Keluarnya air ketuban sewaktu hamil. Jangan
menunda untuk memeriksakan diri ke tenaga kesehatan.
e. Gerakan janin berkurang dari biasanya atau tidak
bergerak sama-sekali. Segera memeriksakan diri ke
tenaga kesehatan.
f. Ibu muntah terus-menerus dan tidak bisa makan.
Segera membawa ibu ke fasilitas kesehatan.
g. Kelainan letak janin di dalam rahim. Kelainan
­letak janin hanya dapat diketahui bila ibu
­memeriksakan kehamilannya secara teratur ke bidan
atau dokter dan tidak diperbolehkan pergi ke dukun
untuk diurut.

5. Pemeriksaan Kehamilan
Seorang ibu hamil agar melakukan pemeriksaan kehamilannya pada
bidan, dokter atau dokter kebidanan minimal 4 kali selama hamil sebagai
berikut :
 Trimester pertama (0 - 3 bulan) minimal 1 kali
 Trimester kedua (4-6 bulan) minimal 1 kali
 Trimester ketiga (7-9 bulan) minimal 2 kali

65
Tujuan pemeriksaan kehamilan :

a. Memantau perkembangan kehamilan dan tumbuh kembang janin.


b. Mendeteksi dan intervensi secara dini kelainan, penyakit atau gangguan
yang diderita ibu hamil dan janin.
c. Melakukan perencanaan persalinan di fasilitas kesehatan dan ditolong oleh
tenaga kesehatan yang terampil.
d. Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam mendapatkan
pelayanan antenatal terpadu.
e. Memperoleh informasi tentang gizi selama hamil, pola perawatan diri
ibu selama hamil, penting istirahat selama hamil, tentang perencanaan,
­persiapan menghadapi persalinan, pengetahuan tentang IMD (Inisiasi
Menyusui Dini) dan ASI Eksklusif.
f. Keluarga Berencana (KB) dan alternatif pemilihan alat kontrasepsi jangka
panjang pasca melahirkan seperti IUD, tubektomi, vasektomi dan susuk.

Yesaya 49 : 1 Suami dan keluarga


Tuhan telah memanggil aku harus mendampingi ibu
sejak dari kandungan, telah hamil untuk ­memeriksakan
menyebut namaku sejak kehamilan secara lengkap
dari perut ibuku agar persalinan ­selamat

66
6. Pemeriksaan yang Harus Diperoleh Selama Kehamilan
a.) Pemeriksaan Berat Badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal di-
lakukan untuk mendeteksi gangguan pertumbungan janin. Penambahan
berat badan yang kurang dari 9 kg atau lebih dari 13 kg selama kehamilan
menunjukkan ada gangguan perkembangan janin.
Bagi ibu hamil yang mengalami pertambahan berat badan yang tidak
normal (< 1 kg setiap bulan), dokter atau bidan akan memberikan saran
yang harus dilakukan agar ibu hamil memperoleh pertambahan berat badan
yang normal.
b.) Pemeriksaan Tinggi Badan
Pemeriksaan tinggi badan juga dilakukan saat pertama kali ibu
­ elakukan pemeriksaan. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm
m
­dikuatirkan adanya kecenderungan memiliki panggul sempit (Cephalo
Pelvic Disproportion), yang mengakibatkan proses persalinan tidak dapat
dilakukan secara normal dan biasanya diselesaikan dengan bedah caesar.
Dengan mengetahui hal ini sejak dini, maka ibu hamil, suami dan ­keluarga
diharapkan segera menyiapkan diri dengan baik secara materi maupun
mental.
c.) Ukur Tekanan Darah
Menurut World Health Organization (WHO) batas normal tekanan da-
rah adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan dia-
stolik. Ibu hamil dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih
dari 140/90 mmHg. Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh ­darah ter-
hambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan (Bustan, 2000).

67
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan pemeriksaan ke-
hamilan (antenatal) dilakukan apakah adanya indikasi hipertensi (tekanan
darah >140/90 mmHg) pada kehamilan yang mengarah kepada preeklampsi
(hipertensi disertai bengkak (edema) pada wajah dan tungkai bawah serta
terjadinya protein uria).

d.) Nilai Status Gizi – Ukur Lingkar Lengan Atas (LiLA)


Pengukuran LiLA dilakukan hanya pada saat kontak pertama dengan
tenaga kesehatan (nakes) di Trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko
Kurang Energi Kronis (KEK) atau LiLA < 23 cm. Ibu hamil dengan KEK
akan dapat melahirkan bayi berat badan rendah (BBLR).

e.) Tinggi Fundus Uteri


Pemeriksaan tinggi fundus uteri dilakukan setiap kali ibu hamil datang
memeriksakan kehamilannya untuk mengetahui pertumbuhan janin ­sesuai
atau tidak dengan umur kehamilan. Standar pengukuran mengguna­kan pita
setelah kehamilan 24 minggu.

f.) Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)


Pengukuran presentasi janin dilakukan pada akhir trimester kedua dan
seterusnya. Pengukuran ini untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimes-
ter ketiga bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum ma-
suk ke panggul berarti ada kelainan letak panggul, panggul sempit atau ada
­masalah pada janin.
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap
kali kunjungan. DJJ lambat kurang dari 120 kali per menit atau DJJ lebih
dari 160 kali per menit menunjukkan adanya gawat janin.

68
g.) Skrining Status Imunisasi Tetanus
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum maka
ibu hamil ­harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak
­pertama ibu hamil diskrining ­status imunisasinya. Setiap ibu
hamil minimal memiliki status imunisasi T2 (2 kali mendapat
imunisasi TT) agar mendapatkan perlindungan terhadap
­infeksi tetanus. Ibu hamil yang sudah dengan status T 5 (TT
long life ) atau ibu hamil sudah mendapatkan 5 kali TT sesuai
dengan jadwal mulai dari bayi sampai remaja maka imunisasi
TT tidak diberikan lagi.

h.) Mendapat Tablet Tambah Darah (Tablet besi)


Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus
mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi) dan asam folat
sebanyak 90 tablet selama kehamilannya sejak kontak pertama.
Suami dan keluarga harus memastikan ibu hamil minum 90
tablet tambah darah termasuk asam folat.

i.) Periksa Laboratorium (Rutin dan Khusus)


a. Pemeriksaan golongan darah ibu dan calon pen-
donor ­darah. Hal ini dilakukan bila terjadi situasi
­kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah (HB) untuk
­mengetahui ibu hamil menderita anemia atau tidak.
Kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh
­kembang janin dalam kandungan. Pemeriksaan HB
darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester
­pertama dan ­trimester ketiga.

69
c. Pemeriksaan protein dalam urin. Pemeriksaan protein dalam urin
­dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi atau berdasar-
kan keluhan ibu. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya
preeklampsi pada ibu hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah dapat menunjukkan apakah ibu hamil
mengalami diabetes melitus atau tidak.
e. Pemeriksaan darah malaria dilakukan pada daerah endemis, dan
­pe­meriksaan dilakukan pada trimester I atau bila ada indikasi. Untuk
­daerah non endemis dilakukan bila ada indikasi atau berdasarkan
­keluhan ibu.
f. Pemeriksaan HIV dilakukan pada ibu hamil di daerah ­terkonsentrasi
HIV dan ibu hamil risiko tinggi terinfeksi HIV.
g. Pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam) dilakukan pada ibu hamil yang
dicurigai menderita tuberculosis (TBC).

j.) Pemeriksaan Kaki


Dilakukan untuk mengetahui adanya pembengkakan (oedema) dan
­kemungkinan adanya varises. Pembengkakan yang terjadi di minggu-­
minggu akhir kehamilan adalah normal, namun pembengkakan yang ber-
lebihan menandakan pre-eklampsia.

7. Kelas Ibu Hamil


Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan
umur kehamilan antara 20 minggu s.d 32 minggu dengan jumlah
­peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu hamil akan belajar bersama,
­diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak secara
menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal
dan berkesinambungan (Depkes RI, 2009).

70
Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang ­kesehatan
bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan
­meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, per-
salinan, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular
dan akte kelahiran (Depkes RI, 2009). Kelas ibu hamil bisa dilakukan di tempat
seperti Posyandu atau Posdaya, tempat ibadah atau di sarana kesehatan lainnya.

Mazmur 22 : 10 Ibu yang melakukan


pemeriksaan kehamilan
Ya, Engkau yang mengeluar­ secara lengkap dan
kan aku dari kandungan; teratur oleh petugas
Engkau yang membuat aku ­kesehatan akan menjamin
aman pada dada ibuku persalinan yang selamat.

B. PERSALINAN
Setiap ibu hamil, suami dan keluarga harus mengetahui tanggal perkiraan
­persalinan. Tapi terkadang persalinan bisa terjadi lebih cepat atau lebih lambat (7 hari)
dari perkiraan lahir tersebut. Untuk itu perlu menyiapkan hal-hal yang ­mendukung
proses persalinan demi menyambut kehadiran sang buah hati tercinta. Adapun hal-
hal yang harus disiapkan yakni :
 Kelengkapan Administrasi (BPJS)
 Calon Pendonor
 Sarana Transportasi
 Dana
 Perlengkapan ibu dan bayi.

71
Setiap persalian harus ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan atau ­dokter)
terampil di fasilitas kesehatan memadai (puskesmas, rumah sakit, klinik swasta),
persalinan tidak dilakukan oleh dukun atau keluarga di rumah.

Tanda-tanda persalinan semakin dekat yang bisa dikenali :


a) Terdapat flek atau keluar lendir.
b) Rasa nyeri di punggung bagian bawah secara terus-menerus.
c) Menderita kram perut atau rasa nyeri di sekitar perut memang membuat ibu
hamil tidak nyaman. Rasa sakitnya mirip saat wanita datang bulan.
d) Pecahnya air ketuban bisa terjadi kapan saja.
e) Mengalami kontraksi.
f) Rasa menggigil.

Mazmur 22 : 11 Keselamatan ibu dan


bayi lebih terjamin apa­
“KepadaMu aku serahkan bila melahirkan di fasilitas
sejak aku lahir, sejak dalam ­kesehatan yang memadai
kandung­an ibuku Engkau dan ditolong oleh tenaga
Allahku” kesehatan yang terampil.

72
Mazmur 22 : 11 Untuk menunjang keselamatn ibu
melahirkan difasilitas kesehatan
“KepadaMu aku serah- dibutuhkan peran dan keterlibatan
kan sejak aku lahir, sejak berbagai pihak seperti : Suami,
dalam kandung­an ibuku ­keluarga, tokoh masyarakat,
Engkau Allahku” tokoh agama, dll.

C. PASCA PERSALINAN - MASA NIFAS


Masa nifas dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali sepeti keadaan sebelum hamil. Kondisi ini berjalan selama 6 minggu atau
42 hari.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Selama Masa Nifas


1. Melakukan kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan pada hari pertama, hari
keenam, hari kedua belas serta pada hari keempat puluh. Selain hari-hari ini
bila ada keluhan-keluhan, ibu wajib segera ke fasilitas kesehatan. Ibu juga
­diwajibkan untuk ke Posyandu setiap bulan untuk pemeriksaan bayi dan ibu.
2. Suami dan keluarga memberikan asupan makan yang bergizi karena ibu mem-
butuhkan asupan gizi untuk proses penyembuhan dan menyiapkan ASI untuk
bayinya.
3. Menjaga kebersihan diri agar tidak terjadi infeksi serta melakukan perawatan
payudara secara teratur pada masa nifas.
4. Ibu dianjurkan mengikuti kelas ibu menyusui untuk mendapatkan berbagai
­informasi sehubungan dengan kesehatan ibu dan anak serta keluarga ­berencana.

73
5. Ibu dianjurkan istirahat yang cukup agar tidak mengalami kelelahan dan dapat
mempertahankan produksi ASI secara maksimal.
6. Tidak boleh melakukan kebiasaan-kebiasaan yang mengganggu kesehatan ibu
dan bayi seperti panggang di dalam rumah bulat (budaya Timor), tatobi ­dengan
air panas mendidih (budaya NTT).
7. Ibu dan suami mempunyai hak yang sama untuk menentukan dan memutuskan
penggunaan alat kontrasepsi.

Bahaya-Bahaya pada Bayi


 Tidak mau menyusui
 Kejang
 Kaki dan tangan teraba dingin atau bayi demam
 Badan bayi kuning
 Tali pusat basah dan bau
 Gerakan kedua lengan dan kaki lemah.

Bahaya-Bahaya yang Sering Terjadi pada Ibu di Masa Nifas


 Pendarahan lewat jalan lahir
 Keluar cairan berbau dari jalan lahir
 Demam lebih dari 2 hari
 Bengkak di muka, tangan atau kaki
 Mungkin dengan sakit kepala dan kejang-kejang
 Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit
 Puting lecet dan puting terbenam
 Mengalami gangguan jiwa.

74
Yeremia 1 : 5 Pada bulan pertama
“Sebelum Aku membentuk ­engkau (40 hari ), ibu, suami dan
dalam rahim ibumu, Aku telah keluarga ­harus ­mengenal
mengenal engkau, dan sebelum tanda bahaya yang
engkau keluar dari kandungan, Aku ­muncul, jika terdapat
telah menguduskan engkau. Aku salah satu tanda bahaya
telah menetapkan engkau menjadi segera membawa
nabi-bagi bangsa-bangsa” ke fasilitas kesehatan.

Keluarga Berencana (KB)


Tujuan program Keluarga Berencana yang diselenggarakan pemerintah agar
keluarga sebagai unit terkecil dalam kehidupan bangsa menerima Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang
seimbang.
Jumlah anggota keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan melalui
penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom,
spiral, IUD, implan, vasektomi, tubektomi dan lain-lain.

Tujuan Keluarga Berencana


 Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
 Menjaga kesehatan ibu
 Merencanakan kehamilan agar lebih terprogram
 Meningkatkan kesejahteraan keluarga
 Meningkatkan ekonomi keluarga
 Meningkatkan kualitas kasih sayang kepada anak.

75
Beberapa jenis alat kontrasepsi, antara lain
a) Pil (biasa dan menyusui) yang mempu­
nyai manfaat tidak mengganggu ­hubungan
seksual dan mudah dihentikan setiap saat.
Risikonya sangat kecil terhadap kesehatan.
b) Suntikan (1 bulan dan 3 bulan) ­sangat
efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100
perempuan) selama tahun pertama peng-
gunaan. Alat kontrasepsi suntikan juga
mempu­nyai ­keuntungan seperti klien tidak
perlu ­menyimpan obat suntik dan jangka
­pemakaiannya bisa dalam jangka panjang.
c) Implan (susuk) merupakan alat kontra-
sepsi yang digunakan di lengan atas bawah
kulit dan sering digunakan pada tangan
kiri. Daya guna tinggi, tidak mengganggu
produksi ASI dan pengembalian tingkat
kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
d) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
merupakan alat kontrasepsi yang digunakan
dalam rahim. Efek sampingnya sangat kecil
dan mempunyai keuntungan efektivitas
dengan proteksi jangka panjang 5 tahun dan
kesuburan segera kembali setelah AKDR
diangkat.

76
e) Kondom, merupakan selubung
atau sarung karet yang dapat terbuat
dari berbagai bahan di antaranya
lateks (karet), plastik (vinil) atau
bahan ­alami (produksi hewani)
yang ­dipasang pada penis saat
­berhubungan seksual.
f) Tubektomi adalah prosedur bedah
mini untuk memotong, mengikat atau
­memasang cincin pada saluran tuba
fallopi untuk menghentikan fertilisasi
(kesuburan) seorang perempuan.
g) Vasektomi operasi mini untuk laki-
laki.

Yeremia 1 : 5 Untuk mewujudkan


“Sebelum Aku membentuk ­engkau keluarga kecil sehat,
dalam rahim ibumu, Aku telah sejahtera, kuat dan
mengenal engkau, dan sebelum ­kokoh maka ibu dan ­suami
engkau keluar dari kandungan, Aku ­harus memutuskan meng­
telah menguduskan engkau. Aku ikuti salah satu alat
telah menetapkan engkau menjadi ­kontrasepsi jangka
nabi-bagi bangsa-bangsa” panjang.

77
TOPIK 3

Inisiasi Menyusui Dini


dan Asi Eksklusif

A. INISIATIF MENYUSUI DINI (IMD)


Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik dan paling lengkap untuk bayi.
Nilai nutrisi ASI lebih lengkap dibanding susu formula, karena mengandung
lemak, karbohidrat, protein, dan air dalam jumlah yang tepat untuk pencernaan,
perkembangan otak, dan pertumbuhan bayi. Kandungan nutrisinya yang unik
menyebabkan ASI memiliki keunggulan yang tidak dapat ditiru oleh susu
­formula apapun. Demikian pula jenis asam lemak yang terdapat dalam ASI
memberikan pengaruh terhadap perkembangan otak yang menyebabkan
­kemampuan melihat dan fungsi kognitif bayi berkembang lebih awal.

1. Pemberian ASI Sangat Penting, mengingat :


a. ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman terbaik
­untuk bayi dalam masa 6 bulan pertama kehidupannya.

78
b. Bayi harus segera disusui setelah lahir. Pada dasarnya setiap
ibu dapat menyusui anaknya dan hendaknya disusui secara
tepat.
c. Ibu hendaknya sesering mungkin menyusui anaknya karena
dengan demikian ASI bertambah banyak dan cukup untuk
­kebutuhan bayi.
d. Pemberian susu botol tidak dianjurkan kecuali ada
­permasalahan khusus.
e. Ibu hendaknya menyusui hingga tahun kedua kehidupan
anak.

2. Apa Itu ASI Ekslusif?


ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai 6 bulan tanpa
tambahan makanan atau cairan seperti susu formula, madu, air teh, jeruk, air
putih atau makanan padat seperti pisang, pepaya,bubur susu,biskuit, nasi tim
dan sebagainya (Roesli, 2000).
Menurut Depkes RI (2001), pemberian ASI eksklusif adalah memberikan
hanya ASI segera setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan dan memberikan
kolostrum. Pada tahun 2002 World Health Organization menyatakan pembe-
rian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama hidup bayi adalah yang ­terbaik.

3. Keunggulan ASI
a. Murah, sehat dan mudah memberikannya
b. Mengandung zat yang dapat meninggikan daya tahan tubuh anak ­terhadap
penyakit.
c. Mengandung cukup banyak makanan yang diperlukan oleh bayi

79
d. Menyusui berarti menjalin kasih sayang ibu terhadap anak
e. Menyusui mempercepat ibu menjadi langsing kembali sesudah
­melahirkan.
f. Menyusui mempercepat proses penyembuhan kesehatan ibu
g. Menyusui sesering mungkin dapat menunda kesuburan ibu, sehingga
dapat menjarangkan kehamilan (menyusui minimal 4 kali pada malam
hari).

4. Bayi Sampai Umur 6 Bulan Cukup Diberi ASI


 Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk anak
 Susuilah anak sampai umur 2 tahun
 Susuilah setiap kali anak merasa lapar (menangis)
 Susuilah dari kanan dan kiri bergantian
 Air susu ibu yang keluar pertama kali jangan dibuang karena menjadikan
anak lebih tahan terhadap penyakit
 Sampai umur 6 bulan jangan berikan pisang, bubur atau makanan lunak
lainnya. Kalau diberikan bayi merasa kenyang sehingga mengurangi
kemauan bayi untuk menyusu.
 Agar ASI bisa mencukupi kebutuhan bayi, ibu harus makan dan minum
yang cukup
 Asal ibu sehat dan mengikuti petunjuk makan bayi ibu menyusui, air
susu saja cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.

80
5. Manfaat Menyusui
Manfaat ASI sangat besar dalam upaya meningkatkan kualitas hidup
anak, karena dengan menyusui tidak hanya memberi keuntungan pada bayi
saja, tetapi juga bagi ibu dan keluarga, bahkan bagi negara.

Keuntungan menyusui bagi ibu yaitu :


1. Dapat mengurangi pendarahan post partum, mempercepat involusi
uterus dan mengurangi insiden karsinoma payudara.
2. Mendekatkan hubungan ibu dan anak serta memberikan perasaan
­diperlukan.
3. Menunda kembalinya kesuburan, sehingga dapat menjarangkan
­kehamilan.

Keuntungan bagi bayi :


ASI mengandung sekitar 13 macam hormon antara lain ACTH, TRH,
TSH, EGF, Prolaktin, Kortikosteroit, Prostaglandin dan lainnya yang men-
jamin tumbuh kembang bayi lebih optimal dan bayi mempunyai daya tahan
tubuh yang lebih baik.

6. Apa yang Dimaksud Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


Inisiasi Menyusui Dini adalah proses ketika bayi menyusu segera
setelah dilahirkan. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak
­disodorkan ke puting susu). Inisiasi Menyusui Dini sangat membantu dalam
keberlangsungan pemberian ASI Ekslusif (ASI saja) dan lama menyusui,
sehingga diharapkan terpenuhinya kebutuhan gizi bayi hingga usia 2 tahun,
dan mencegah anak kurang gizi.

81
Kolostrum berwarna kekuningan adalah ASI pertama yang keluar dari
payudara pada saat melahirkan. Kolostrum kaya akan sekretori immunoglo­
bulin A (Ig A) yang berfungsi melapisi saluran cerna agar kuman tidak dapat
masuk ke dalam aliran darah dan akan melindungi bayi sampai sistem imun-
nya (sistem kekebalan tubuh) berfungsi dengan baik.

7. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


Manfaat IMD diberikan kepada bayi baru lahir dan pengaruh psikologis
baik bagi ibu dan juga bayinya antara lain :
 Dampak efek psikologis bagi ibu dan bayi adalah membuat keduanya
merasa lebih tenang dan rileks setelah melalui proses persalinan.
 Pernapasan dan detak jantung keduanya akan lebih stabil. Bayi
akan lebih jarang menangis sehingga hal ini akan bermanfaat untuk
­mengurangi pemakaian energi.
 Ikatan hubungan batin antara ibu dan bayi akan lebih erat terjamin.
 Saat mencari puting susu, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya
dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri “baik” dari kulit
ibu. Bakteri “baik” ini akan berkembang biak membentuk koloni kulit
di kulit usus bayi, menyaingi bakteri “jahat” dari lingkungan sekitarnya.
 Bayi yang diberi kesempatan menyusui dini lebih berhasil dalam proses
menyusui ASI eksklusif dan akan lebih lama.

82
8. Manfaat dan Keuntungan IMD Bagi Sang Ibu
a. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin.
b. Meningkatkan keberhasilan produksi dan memperlancar ASI sang ibu.
c. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.

B. PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI)


a) Pengertian Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan yang di-
berikan pada balita yang telah berumur 6 bulan, berperan penting bagi per-
tumbuhan, kesehatan, daya tahan tubuh balita, khususnya sebagai materi yang
mengandung zat penangkal berbagai penyakit (Krisnatuti, 2005).
Makanan tambahan adalah makanan yang diberikan pada anak usia 6-24
bulan. Peranan makanan tambahan sama sekali bukan untuk menggantikan
ASI melainkan untuk melengkapi ASI. Jadi, makanan pendamping ASI ­harus
tetap diberikan kepada anak, paling tidak sampai usia 24 bulan (Yesrina, 2000).

b) Tujuan MP-ASI
Air Susu Ibu (ASI) hanya mampu mencukupi kebutuhan bayi sampai usia
6 bulan setelah itu, produksi Air Susu Ibu (ASI) semakin berkurang sedang­
kan kebutuhan gizi bayi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
umur dan berat badan. Tujuan pemberian MP-ASI (Soenarno, 2007) sebagai
berikut :
 Melengkapi zat-zat gizi yang kurang dalam ASI.
 Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.

83
 Mengembangkan kemampuan bayi untuk bermacam-macam makanan dari
berbagai rasa dan tekstur.
 Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi
yang tinggi.

Menurut WHO (2003) pada saat seorang bayi tumbuh dan menjadi lebih
aktif akan dicapai usia tertentu dimana ASI saja tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi anak. Dengan demikian, makanan tambahan diberikan
­untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi pada anak dengan jumlah
yang didapatkan dari ASI. Ini berarti:
 Makanan tambahan diperlukan untuk mengisi kesenjangan energi.
 Jumlah makanan yang dibutuhkan meningkat sewaktu anak bertambah
usianya.
 Jika kesenjangan tidak diisi anak akan berhenti pertumbuhannya atau tum-
buh lambat.

c) Syarat MP-ASI
Menurut Krisnatuti dan Yenrina ( 2000 ), makanan pendamping ASI yang
baik harus memenuhi beberapa syarat, yaitu :
 Memiliki nilai energi dan kandungan protein tinggi.
 Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan
­mineral yang cocok.
 Dapat diterima oleh alat pencernaan bayi dengan baik.
 Harganya relatif murah, bernilai gizi dan dari bahan pangan lokal.
 Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam jumlah
sedikit. Kandungan serat kasar yang terlalu banyak justru akan menggangu
pencernaan bayi.

84
d) Pemberian MP-ASI Tidak Tepat Usia
Memberi makanan tambahan terlalu cepat atau dini menurut WHO (2006)
akan berakibat :
 Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat ini, dan
­makanan tersebut dapat menggantikan ASI. Jika makanan diberikan, anak
akan minum ASI lebih sedikit sehingga ASI yang diproduksi sedikit.
 Risiko infeksi meningkat.
 Risiko diare meningkat karena makanan yang dikonsumsi tidak sebersih
ASI.
 Ibu mempunyai risiko lebih tinggi untuk hamil kembali jika jarang
­menyusui.

e) MP-ASI Terlambat
Bahaya Pemberian MP-ASI terlalu lambat. Memulai pemberian makanan
tambahan terlalu lambat juga berbahaya (Depkes RI, 2005) karena :
 Anak tidak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi
kesenjangan energi dan nutrien.
 Anak berhenti pertumbuhannya atau tumbuh lambat.
 Pada anak resiko malnutrisi dan defesusiensi mikronutrien meningkat.

f) Makanan Bayi
Mengatur makanan bayi dapat dibagi dalam beberapa tahapan (Krisnatuti,
2007) sebagai berikut :

85
1) Makanan bayi usia 6 bulan, sebagai berikut:
 ASI tetap diberikan.
 Susu botol kecil (200 cc) diberikan 5 kali sehari.
 Sereal: beras putih, beras merah diberikan 1 kali.
 Buah: pisang, alpukat, apel, pir diberikan satu kali.

2) Makanan bayi usia 7-8 bulan, adalah sebagai berikut:


 ASI tetap diberikan.
 Susu botol kecil (220 cc) 4 kali sehari.
 Sereal: lanjutan pemberian beras merah, beras putih 2 kali sehari.
 Buah-buahan: mangga, pir, blewah, timun suri diberikan 1 kali sehari.
 Daging dan makanan yang mengandung protein: daging sapi, daging
ayam, hati, tahu, tempe diberikan 1 kali sehari.

3) Makanan bayi usia 9-12 bulan, sebagai berikut:


 ASI tetap diberikan atau susu formula.
 Nasi tim atau sereal diberikan 2 kali sehari.
 Buah: nanas, kiwi, mangga, melon diberikan 1 kali sehari.
 Sayuran: buncis, kacang kapri, kacang panjang, labu diberikan dan
­dicampur pada nasi tim.
 Daging sapi, daging ayam, hati, kuning telur diberikan satu kali sehari.
 Biskuit sebagai selingan diberikan 2 kali sehari.

86
g) Pengolahan MP-ASI Berbahan Pangan Lokal
Cara pengolahan MP-ASI (Krisnatuti dkk, 2005) sebagai berikut:
1) Makanan pokok adalah makanan yang dikonsumsi dalam jumlah yang
paling banyak dan mengandung zat tepung sebagai sumber tenaga
­seperti beras, jagung, singkong, sagu, ubi jalar, umbi-umbian. Bubur
susu yang lembut, kental dan gurih dapat dibuat dari makanan pokok
apapun dan dapat diberikan sebagai pendamping ASI.
2) Kacang-kacangan diperlukan oleh bayi untuk memenuhi kebutuhan
protein yang sangat penting untuk pertumbuhan seperti kacang tanah,
kedelai, kacang hijau, kacang tunggak, kacang merah, kacang karo,
dan lain-lain.
3) Bahan pangan hewani bergizi tinggi dan sangat baik untuk makanan
bayi seperti daging sapi, ayam termasuk jeroannya (terutama hati),
ikan segar, telur dan susu.
4) Jenis sayuran yang mengandung gizi serta yang baik untuk dimakan
oleh bayi adalah sayuran yang banyak mengandung karotennya, yaitu
yang berwarna jingga dan hijau, seperti wortel, tomat merah, bayam,
kangkung sawi.
5) Buah-buahan harus dipilih yang sudah masak dan tidak masam. Pisang
biasanya sering digunakan sebagai makanan bayi usia 4-6 ­bulan ­karena
selain mengandung vitamin dan mineral juga ­mengandung ­karbohidrat.
Buah-buahan yang baik antara lain pepaya, mangga, ­jeruk manis.
6) Lemak dan minyak mengandung energi yang tinggi memberi rasa
­lebih gurih serta makanan lebih lunak dan mudah ditelan. Beberapa
jenis lemak yang harus ditambahkan antara lain mentega.

87
C. BAYI DAN ANAK (UMUR 0 BULAN SAMPAI 24 BULAN)
a) Apa saja tanda-tanda bayi dan anak sehat?
b) Bagaimana ibu menjaga kesehatan bayi dan anak?
1) Timbang berat badan anak sebulan sekali mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di
Posyandu.
2) Tanya hasil penimbangan dan minta kepada kader mencatat di KMS.
3) Minta imunisasi sesuai jadwal di Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit.
 Anak harus diimunisasi lengkap sebelum berumur 1 tahun.
 Imunisasi untukmencegah penyakit TBC, hepatitis (sakit kuning), polio,
difteri, batuk 100 hari,tetanus dan campak.
 Sakit ringan seperti batuk pilek, diare dan sakit kulit bukan halangan untuk
imunisasi.

Imunisasi yang lengkap


dan tepat waktu akan
menjamin terwujudnya
generasi sehat, cerdas
dan kokoh.

c) Minta Vitamin A pada bulan Februari dan Agustus di Posyandu


 Vitamin A membuat mata sehat, tubuh kuat dan mencegah kebutaan.

88
 Vitamin A untuk anak umur 6 bulan sampai 5 tahun.
 Untuk bayi umur 6-11 bulan.
 Untuk anak umur 1- 5 tahun.

1. Umur 0 – 6 bulan
 Beri ASI setiap kali bayi menginginkan
sedikitnya 8 kali sehari, pagi,
siang, sore maupun malam.
 Jangan berikan makanan atau
minuman lain selain ASI (ASI
Eksklusif).
 Menyusui bayi dengan ­payudara kanan dan kiri secara
bergantian.
 Pada umur 3 bulan bayi bisa mengangkat
kepala tegak ketika tengkurap, tertawa,
menggerakkan kepala ke kiri dan ke
­kanan, mengamati tangannya.
 Pada umur 6 bulan bayi bisa meniru
bunyi, meraih benda yang ada di dekatnya, tengkurap sendiri, menoleh ke
arah sumber suara.

2. Umur 6 – 12 bulan
Teruskan pemberian ASI sampai umur 2 tahun
 Umur 6-9 bulan, kenalkan makanan pendamping ASI dalam bentuk lumat
dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lumat, 2 kali sehari. Setiap kali
makan diberikan sesuai umur.

89
l 6 bulan : 6 sendok makan
l 7 bulan : 7 sendok makan
l 8 bulan : 8 sendok makan
 Umur 9-12 bulan, beri makanan pendamping ASI, dimulai dari bubur nasi
sampai nasi tim, 3 kali sehari. Setiap kali makan diberikan sesuai umur.
l 9 bulan : 9 sendok makan
l 10 bulan : 10 sendok makan
l 11 bulan : 11 sendok makan
 Beri ASI terlebih dahulu kemudian
­makanan pendamping ASI.
 Pada makanan pendamping ASI,
tambahkan telur ayam /ikan/ tahu/
tempe/daging sapi/wortel/bayam/­
kacang hijau/santan/ minyak pada
bubur nasi.
 Bila menggunakan makanan
pendamping ASI dari pabrik,
baca cara ­memakainya, batas umur
dan tanggal kadaluwarsa.
 Beri makanan selingan 2 kali sehari di antara waktu makan, seperti bubur
kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari dan lainnya.
 Beri buah-buahan atau sari buah seperti air jeruk manis, air tomat saring.
 Mulai mengajari bayi minum dan makan sendiri menggunakan gelas dan
sendok.

90
 Bantu dan latih bayi duduk.
 Ajak bayi bermain Cilukba.
 Beri bayi biskuit dan ajari cara
­memegang biskuit.
 Main dengan bayi, ajari men-
jimpit ­benda kecil mengguna­
kan dua jari.
 Latih bayi berjalan
­berpegangan.
 Ajak bayi bicara sesering
mungkin.
 Latih bayi menirukan kata-kata
ma... ma... pa... pa.
 Bantu bayi berdiri. Jika sudah
bisa berdiri, bantu dan latih
bayi berjalan berpegangan.
 Beri bayi mainan yang bersih
dan aman untuk bermain dan
dipukul.

91
3. Umur 1 – 2 tahun
 Teruskan pemberian ASI sampai umur 2 tahun.
 Beri nasi lembek 3 kali sehari.
 Tambahkan telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging sapi/wortel/bayam/
kacang hijau/santan/minyak pada nasi lembek.
 Beri makanan selingan 2 kali sehari di antara waktu makan, seperti
bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari dan sebagainya.
 Beri buah-buahan atau sari buah.
 Bantu anak untuk makan sendiri.

Catatan :
Jangan berikan
makanan yang
manis dan lengket
di antara waktu
makan.

92
BAB IV

Penutup
GEREJA adalah persekutuan orang-orang percaya yang wajib mewariskan
iman Kristen kepada warga gereja dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dengan mewariskannya berarti gereja memelihara karya keselamatan Allah
bagi dunia.
Katekisasi Pranikah sangatlah penting dilakukan bagi para calon ­pasangan
yang akan menikah. Mengingat pentingnya katekisasi ini, maka Sinode GMIT
bekerja sama dengan AIPMNH NTT menyusun Panduan Katekisasi Pranikah
yang akan dipergunakan oleh semua pelayan gereja di wilayah GMIT.
Keluarga Kristen adalah tempat asal anggota jemaat. Setiap orangtua mem-
punyai tanggung jawab memperkenalkan dan mengajarkan karya keselamatan
Allah yang telah mereka alami itu kepada anak-anak mereka. Ini mensyaratkan
setiap orangtua perlu memiliki wawasan pengetahuan yang luas mengenai iman
Kristen dan pengetahuan lainnya agar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Orangtua yang memiliki keluasan dan kedalaman pengetahuan dan
­pengalaman iman akan dapat mengajarkannya kepada anak-anak mereka,
­sehingga anak-anak itu juga dapat melakukan hal yang sama bagi anak-anak
mereka nanti. Demikianlah secara turun-temurun.

A. Kesimpulan
Manusia sebagai ciptaan Allah, yang diciptakan-Nya menurut ­“gambar
dan rupa” Allah sendiri (Kej.1:26) diberi hikmat, akal budi, ­bahkan iman
­untuk membangun dan menata kehidupannya agar mencermin­kan ­jatidirinya
dengan baik sesuai kehendak Allah. Inilah tugas yang mesti ­dilaksanakan

95
dengan ­sukacita oleh manusia. Itu berarti, kewajiban manusia untuk membangun
dan menata kehidupannya dengan baik adalah bagian dari pelaksanaan kesetiaan
dan ketaatannya kepada Allah.
Allah sebagai Pencipta manusia, tidak ingin agar manusia binasa dan mati
k­ onyol karena perbuatan buruknya yang tidak menghargai hakikatnya sebagai
­ciptaan Allah. Itulah sebabnya ketika manusia harus binasa karena kejahatan dan
­pemberontakannya kepada Allah dengan melakukan berbagai perbuatan yang
­dilarang oleh Allah, maka Allah bertindak untuk menyelamatkannya. Ia melaku-
kan semuanya ini karena cinta kasih-Nya yang luar biasa. Di dalam dan me-
lalui Yesus Kristus, Allah ­menyelamatkan, bahkan memuliakan manusia. Oleh
sebab itu, maka manusia yang sudah ­diselamatkan oleh Allah, wajib melakukan
hal-hal yang ­“menyelamatkan” ­kehidupannya juga. Salah satu aspek dari hal ini
adalah bagaimana manusia membangun kehidupannya untuk menjadi manusia
yang ­sehat, cerdas dan produktif ­mulai dari “awal kehidupan” – sejak dalam
rahim ibunya. Prinsip ini mesti dipahami ­untuk dilaksanakan ­dengan sungguh-
sungguh oleh semua orang, terutama oleh setiap ­pasangan (atau calon ­pasangan)
suami – isteri.

B. Saran
a. Semua warga jemaat (warga masyarakat) mesti sejak dini diberi pengetahuan
dan pemahaman yang baik tentang bagaimana membangun kehidupannya
untuk sehat, cerdas, produktif dalam berbagai aspek kehidupan, terutama
dalam aspek iman dan kesehatan dirinya sebagai dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Karena itu bagi setiap peserta katekisasi, atau calon pasangan
suami-isteri mesti dibekali dengan pengetahuan tentang bagaimana mem-
bangun kehidupan ­generasi (baru) melalui 1.000 hari pertama kehidupan
­sebagaimana diuraikan dalam buku ini.

96
b. Sehubungan dengan itu, alangkah baiknya jika Gereja (dalam hal ini para
pengajar katekisasi atau yang memberi pastoral perkawinan) dapat bekerja­
sama dengan para pihak yang berkarya di bidang kesehatan masyarakat
(paramedis) untuk bersama-sama memberi pembekalan kepada para peserta
katekisasi dan calon pasangan suami-isteri, berhubungan dengan materi-­
materi yang terdapat dalam buku ini.
c. Dalam lingkungan GMIT, setiap bulan Oktober adalah Bulan keluarga,
­alangkah baiknya jika materi khotbah dan pastoral serta aksi-aksi diakonat
adalah tentang bagaimana membangun generasi Kristen (keluarga-keluarga
Kristen) agar sehat, cerdas dan produktif dengan memberi perhatian pada
“periode emas kehidupan” yakni 1.000 hari pertama kehidupan.

97
Referensi
1. Pendidikan Elektronik Studi teologia Awam (Pesta), Kursus Pernikahan Kristen Sejati,
Pelajaran 01 Cinta dan pernikahan. Sumber elektronik : http://pesta.sabda.org/pks_pelajaran 01
2. Pendidikan Elektronik Studi teologia Awam (Pesta), Kursus Pernikahan Kristen Sejati,
Pelajaran 02 Memilih Pasangan Sumber elektronik : http://pesta.sabda.org/pks_pelajaran 02
3. Pendidikan Elektronik Studi teologia Awam (Pesta), Kursus Pernikahan Kristen Sejati,
Pelajaran 03 Pernikahan Kristen Sumber elektronik : http://pesta.sabda.org/pks_pelajaran 03
4. Pendidikan Elektronik Studi teologia Awam (Pesta), Kursus Pernikahan Kristen Sejati,
Pelajaran 01 Peran Suami dan isteri dalam pernikahan kristen Sumber elektronik : http://pesta.
sabda.org/pks_­pelajaran 04
5. Pendidikan Elektronik Studi teologia Awam (Pesta), Kursus Pernikahan Kristen Sejati,
Pelajaran 05 Rumah tangga Kristen Sumber elektronik : http://pesta.sabda.org/pks_pelajaran 05
6. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina
Kesehatan Ibu, 2009. Pedoman Pemantauan wilayah setempat KIA (PWS - KIA)
7. Departemen Kesehatan RI, 2009, Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Departemen Kesehatan
Kesehatan dan JICA
8. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat 2009, Pedoman
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak.
9. Buku Revolusi KIA Pergub NTT Nomor 42 Tahun 2009.
10. Kementerian Kesehatan RI, 2012, Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu , Edisi Kedua,
Jakarta, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
11. Kementerian Kesehatan RI, 2014, Kampanye Peduli Kesehatan Ibu
12. Kementerian Kesehatan RI, 2014. Buku Kesehatan Ibu dan Anak
13. http://www.depkes.go.id/article/view/2014/penuhi-kebutuhan-gizi-pada-1000-hari-pertama-­
kehidupan.html
14. http://promkes.depkes.go.id/dl/lembarbalik-KSI-30x35cm.pdf
15. http://www.academia.edu/8375458/Pentingnya_Gizi_pada_1000_Hari_Pertama_Kehidupan.

98
Gereja Masehi Injili di Timor
Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai