Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS KELUARGA TN. A.T


DI RT 020 RW 009 DUSUN OEPUNU DESA OELNASI
KECAMATAN KUPANG TENGAH
KABUPATEN KUPANG

OLEH :

YENI YULIANTI BOLE TARI


NIM : PO. 530324019545

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


JURUSAN KEBIDANAN
ANGKATAN XXI
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui

Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang Pembimbing

Dr. Mareta B. Bakoil, SST., M.Kes Hasri Yulianti,


SST.,M.Keb
NIP. 19760310 200012 2 001 NIP. 19811206 200501 2
003

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan
berkatNya sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun untuk melengkapi
“PKL KOMUNITAS" kegiatan tersebut dapat menumbuhkan sikap dan kepribadian
mahasiswa untuk mengetahui pengetahuan yang dapat dipelajari pada pembelajaran ini.

Kegiatan-kegiatan yang telah saya lakukan mulai dari pendataan, tabulasi, dan analisa
masalah,diharapkan dapat bermanfaat dengan baik untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
pada masyarakat, khususnya kesehatan pada ibu dan anak.

Dalam menyusun Laporan ini saya telah mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak,untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Dr.R.H.Kristina,SKM,M.Kes, Selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian


Kesehatan Kupang.
2. Dr.Mareta Bakale Bakoil,SST,MPHselaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kupang.
3. Hasri Yulianti, SST.,M.Keb selaku Pembimbing yang telah memberikan arahan dan
motivasi kepada saya.
4. Keluarga Tn A.T yang telah memberi ijin dan membantu saya dalam kegiatan-kegiatan
yang telah saya lakukan mulai dari pendataan, tabulasi, analisa masalah dan penyuluhan
untuk menyusun laporan ini.
5. Orang tuaku tercinta Bapak Para Nge dan Mama Mariana Lay serta kelima saudara
kandung saya yang telah memberikan dukungan serta kasih sayang yang tiada terkira
dalam setiap langkah saya.
6. Sahabat saya dan seluruh teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan
baik berupa motivasi maupun kompetisi yang sehat dalam menyusun Laporan ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang ikut adalam
terwujudnya Laporan ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu
dengan kerendahan hati saya mengharapkan saran dan masukan yang berguna untuk
kesempurnaan laporan ini.
Kupang, 04 Maret 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................1
D. Manfaat......................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................2

A. .................................................................................................................2
B. .................................................................................................................3
C. M
D. m

BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................8

BAB IV PENUTUP..............................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................8
B. Saran........................................................................................................8
LAMPIRAN KUISIONER....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebidanan Komunitas adalah suatu bidang dalam kebidanan yang merupakan
perpaduan antara kebidanan dan kesehatan masyrakat, serta mengutamakan pelayanan
Promotif, Preventif, dan berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
Rehabilitatif serta menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, masyrakat sebagai suatu kesatuan yang utuh melalaui proses Asuhan
kebidanan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manuasia secara optimal sehingga
mandiri dalam upaya kesehatannya agar angka kematian ibu dan bayi dapat ditekan.
Untuk mewujudkan kesehatan masyrakat secara optimal diperlukan peran
serta masyrakat dan sumber daya masyrakat sebagai modal dasar dalam pembangunan
kesehatan nasional, termasuk keluarga sebagai unit terkecil dari masyrakat.
Asuhan keluarga merupakan asuhan kebidanan komunitas yang bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Dalam sebuah keluarga biasanya
dijumpai lebih dari beberapa permasalahan kesehatan, misalnya adalah keluarga Tn.
A.T Didalam keluarga ini terdapat masalah kesehatan yaitu tidak ber-KB
Keluarga Tn A.T terdiri dari empat anggota keluarga dengan permasalahan
kesehatan yang terdapat pada masing-masing anggota keluarga,
B. Rumusan masalah
Asuhan kebidanan komunitas dalam konteks keluarga ini memiliki masalah
yaitu:
1. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang metode kontrasepsi

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam keluarga sehingga terwujudnya
keluarga sehat dan sejahtera
2. Tujuan khusus
Untuk memberikan pengetahuan pada keluarga Tn A. T. mengenai metode
kontrasepsi.
D. Manfaat

Dari asuhan kebidanan dalam konteks keluarga kepada keluarga Tn. A.T bermanfaat
untuk :

a. Bagi keluarga Tn A.T meningkatan pengetahuan dan kesadaran keluarga dalam


mewujudkan keluarga yang bahagia, sejahtera dan berkualitas.
b. Bagi mahasiswa
1. Meningkatkan ketrampilan dalam kegiatan pelayanan kebidanan komunitas
2. Meningkatkan pengetahuan dalam pengelolaan pelayanan kebidanan
komunitas
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kebidanan Komunitas


Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang
menekankan pada aspek- aspek psikososial budaya yang ada di
komunitas (masyakart sekitar). Maka seorang bidan dituntut mampu
memberikan pelayanan yang bersifat individual maupun kelompok.
Untuk itu bidan perlu dibekali dengan strategi-strategi untuk
mengatasi tantangan/kendala seperti berikut ini.
1. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan,
tradisi yang merugikan
2. Ekonomi, seperti kemiskinan.
3. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.
4. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan
rujukan.
5. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong
(daerah yang terisolir), kumuh, padat, dll.

Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di


atas adalah bangkitnya/ lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi
masalah dan memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup
perempuan di lokasi tersebut.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
khususnya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya, sehingga masyarakat
mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu memecahkan
masalahnya secara mandiri.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan
tanggung jawab bidan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko
kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal.
d. Medukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
e. Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat setempat atau terkait.
C. Sejarah Kebidanan komunitas
Pada tahun 1849 seiring dengan dibukanya pendidikan dokter jawa di
Batavia (di rumah sakit militer belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto), pada
tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh dokter
Belanda (dr. W. Rosch). Fokus peran bidan hanya sebatas pelayanan di rumah
sakit (bersifat klinis). Pada tahun 1952, sekolah bidan 4 tahun menitikberatkan
pendidikan formal masih pada kualitas pertolongan persalinan di rumah sakit.
Selain itu bidan bertugas secara mandiri di biro konsultasi (CB) yang saat ini
menjadi poliklinik antenatal rumah sakit. Dalam peran tersebut, bidan sudah
memasukkan konsep pelayanan kebidanan komunitas.
Pada tahun 1953 di Yogyakarta diadakan kursus tambahan bagi bidan
(KTB), yang berfokus pada kesehatan masyarakat. Dengan demikian pemerintah
mengakui bahwa peran bidan tidak hanya terbatas pada pelayanan di rumah
sakit tetapi juga meluas pada pelayanan masyarakat, yang berbasis di balai
kesehatan ibu dan anak (BKIA) di tingkat kecamatan. Ruang lingkup pelayanan
BKIA meliputi pelayanan antenatal (pemberian pendidikan kesehatan, nasehat
perkawinan, perencanaan keluarga); intranatal; postnatal (kunjungan rumah,
termasuk pemeriksaan dan imunisasi bayi, balita, dan remaja); penyuluhan gizi,
pemberdayaan masyarakat; serta pemberian makanan tambahan. Pengakuan ini
secara formal dalam bentuk adanya bidan koordinator yang secara struktural
tercatat di jenjang inspektorat kesehatan, mulai daerah tingkat I (Propinsi) sampai
dengan II (Kabupaten).
Ketika konsep puskesmas dilaksanakan pada tahun 1967, pelayanan
BKIA menjadi bagian dari pelayanan Puskesmas. Secara tidak langsung, hal ini
menyebabkan penyusutan peran bidan di masyarakat. Bidan di Puskesmas tetap
memberikan pelayanan KIA dan KB di luar gedung maupun di dalam gedung,
namun hanya sebagai staf pelaksana pelayanan KIA, KB, Posyandu, UKS dan bukan
sebagai perencana dan pengambil keputusan pelayanan di masyarakat. Tanpa
disadari, bidan kehilangan keterampilan menggerakkan masyarakat, karena hanya
sebagai pelaksana.

Pada tahun 1990-1996 konsep bidan di desa dilaksanakan untuk


mengatasi tingginya angka kematian ibu. Pemerintah (BKKBN)
menjalankan program pendidikan bidan secara massal (SPK + 1
tahun). SPK merupakan Sekolah Perawat Kesehatan, yaitu dari lulusan
SMP ditambah menempuh pendidikan 3 tahun. Bidan di desa (BDD)
merupakan staf dari puskesmas yang ditempatkan di desa sebagai
penanggung jawab Polindes. Ruang lingkup tugas BDD mencakup
peran sebagai penggerak masyarakat, memiliki wilayah kerja, dan
narasumber berbagai hal. Sayangnya materi dan masa pendidikan
BDD tidak memberikan bekal yang cukup untuk bisa berperan
maksimal.

Gerakan Sayang Ibu (GSI) saat Departemen Kesehatan menerapkan inisiatif


safemotherhood malah diprakarsai oleh Kantor Menteri Pemberdayaan Perempuan
tahun 1996 dengan tujuan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk
menurunkan AKI. Pada tahun yang sama (1996), Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
melakukan advokasi pada pemerintah yang melahirkan program pendidikan
Diploma III Kebidanan (setingkat akademi). Program baru ini memasukkan lebih
banyak materi yang dapat membekali bidan untuk bisa menjadi agen pembaharu di
masyarakat, tidak hanya di fasilitas klinis (IBI, 2005).

D. Ruang Lingkup Kesehatan


Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai berikut.

1. Peningkatan kesehatan (promotif)


Bidan lebih mengutamakan langkah promotif dalam setiap
asuhannya, seperti ibu hamil disarankan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan. Bayi dan balita
dilakukan pemantauan tumbuh kembang di posyandu.
2. Pencegahan (preventif)
Salah satu contoh tindakan preventif bidan yang dapat dilakukan
adalah pemberian imunisasi pada bayi dan balita serta ibu hamil.
3. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan.
Bidan diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini
komplikasi melalui keterampilan tambahan yang dimiliki untuk
menangani kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal
sehingga dalam proses rujukan tidak mengalami
keterlambatan.
4. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan.
Dalam memberikan asuhan bidan melakukan pendekatan secara
fisiologis, dengan meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai
dengan kondisi klien
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi).
Pada masa pemulihan bidan bekerjasama dengan tenaga
kesehatan lain (dokter kandungan) untuk mengobservasi
kemajuan kesehatan klien. Sebagai contoh adalah bidan
melakukan perawatan pasca operasi pada klien dengan tindakan
persalinan caesar.
6. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat,
organisasi sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya
untuk mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan
masyarakat. Terutama pada kondisi bahwa stigma masyarakat
perlu dikurangi seperti Tuberculosis (TB), kusta, Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS), kehamilan tidak diinginkan
(KTD), kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), prostitusi, korban
perkosaan, dan injecting drug user (IDU).
E. Sasaran Kebidanan Komunitas
Pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan melalui pelayanan
asuhan secara langsung terhadap individu, keluarga, dan kelompok dalam konteks
komunitas. Selain itu juga diperlukan perhatian langsung terhadap kesehatan
seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan
masayarakat memepengaruhi keluarga, individu dan kelompok.
Sasaran kebidanan komunitas adalah mulai dari individu, keluarga, kelompok
dan
mas
ayt.
1. Individu diutamakan pada individu yang ditemukan di klinik, rumah dan tempat
lain dengan masalah kesehatan.
2. Keluarga, dengan mengutamakan keluarga dengan risiko tinggi terhadap
masalah kesehatan tertentu.
3. Kelompok penduduk, diutamakan pada kelompok penduduk daerah kumuh,
daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi,
balita dan ibu hamil dll.
4. Masyarakat, yaitu dari satuan masyarakat yang terkecil sampai dengan
masayarakat secara keseluruhan.
F. Tugas Bidan Komunitas
Intervensi kebidanan yang dilakukan mencakup pendidikan kesehatan
(promosi kesehatan), kesehatan ibu dan anak dengan pendekatan siklus
kehidupan, melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral untuk
mengatasi masalah kesehatan yang ada di komunitas serta melakukan rujukan
kebidanan bila mana ada kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Dengan
demikian, bidan dituntut harus kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan.
Dalam upaya pelayanan kebidanan yang berfokus pada kesehatan reproduksi ibu
dan anak, maka bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik,
dan peneliti (IBI, 2005).
a. Peran sebagai Pelaksana
Bidan sebagai pelaksana memberikan pelayanan kebidanan kepada wanita
dalam siklus kehidupannya yaitu asuhan ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir,
nifas, neoantus, bayi anak dan balita, remaja, masa antara, keluarga berencana
dan lansia. Sebagai pelaksana bidan mempunyai tiga kategori tugas yaitu tugas
mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.
b. Peran sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan
dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
1. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di wilayah kerjanya.
2. Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk
melaksanakan program kesehatan sektor lain melalui dukun bayi, kader
kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan
dalam wilayah kerjanya.
c. Peran sebagai Pendidik
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu:
1. Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
2. Melatih dan membimbing kaderPeran Sebagai Peneliti/Investigator
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang
kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok, yaitu:
a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
b.Menyusun rencana kerja pelatihan.
c.Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
d.Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
e.Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
f.Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan
mengembangkan program kerja atau pelayanan
kesehatan.
G. Konsep Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World
Health Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Tujuan program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). Program keluarga berencana
memberikan kesempatan untuk mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah
kelahiran dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal atau non hormonal.
Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing
jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir sama
(Gustikawati, 2014).
Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara pria
dan wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang akan dipilih
sesuai dengan kebutuhan serta keinginan bersama. Dalam hal ini bisa saja pria
yang memakai kontrasepsi seperti kondom, coitus interuptus (senggama terputus)
dan vasektomi. Sementara itu apabila istri yang menggunakan kontrasepsi suami
mempunyai peranan 2 penting dalam mendukung istri dan menjamin efektivitas
pemakaian kontrasepsi (Saifuddin, 2010). Usia produktif perempuan pada
umumnya adalah 15-49 tahun. Maka dari itu perempuan atau pasangan usia subur
ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan kontrasepsi atau cara KB. Tingkat
pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang atau
pernah menggunakan kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi
yang digunakan oleh akseptor (Depkes, 2010).
KB merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami istri
untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran.
2. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan Keluarga Berencana yaitu meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
Di samping itu KB diharapkan dapat menghasilkan penduduk yang
berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan
keluarga. (Prijati,I. 2016)
3. Sasaran Keluarga Berencana
Sasaran dari program KB, meliputi sasaran langsung, yaitu pasangan usia
subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara
penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan, dan sasaran tidak langsung yang
terdiri dari pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat
kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Prijati,I. 2016)
4. Akseptor Keluarga Berencana
Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran. Adapun jenis - jenis
akseptor KB, yaitu : (Prijati,I. 2016)
1. Akseptor Aktif
Akseptor aktif adalah kseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu
cara / alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri
kesuburan.
2. Akseptor aktif kembali
Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan
kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu
kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara
yang sama maupun berganti cara setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3
(tiga) bulan berturut–turut dan bukan karena hamil.
3. Akseptor KB Baru
Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat /
obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat
kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.
4. Akseptor KB dini
Akseptor KB dini merupakan para ibu yang menerima salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
5. Akseptor KB langsung
Akseptor KB langsung merupakan para istri yang memakai salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
6. Akseptor KB dropout
Akseptor KB dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian
kontrasepsi lebih dari 3 bulan

Adapun akseptor KB menurut sasarannya, meliputi :

1. Fase Menunda Kehamilan Masa


Menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang istrinya
belum mencapai usia 20 tahun.Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia
yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai
alasan.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya
kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%.
Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta
efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil
KB, AKDR.
2. Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran
adalah 2 - 4 tahun.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi,
reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak
lagi.Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang
direncanakan.
3. Fase Mengakhiri Kesuburan
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30
tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan
kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan
hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu
dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk
mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode
kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB.
Adapun syarat - syarat kontrasepsi, yaitu:
a. aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
b. efek samping yang merugikan tidak ada.
c. kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
d. tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
5. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi
Jenis-Jenis KB pasca salin dan Keuntungan dan kerugian KB pasca Salin
a. Metode Amenorhea Laktasi
Metode amenorrhea laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian
air susu ibu secara eksklusif artinya hanya diberikan ASI saja tanpa pemberian
makanan tambahan apapun atau minuman apapun. Efektifitas MAL tinggi
pada 6 hulan pascapersalinan.
1) Keuntungan kontrasepsi
a) Segera efektif
b) Tidak mengganggu senggama
c) Tidak ada efek samping secara sistemik
d) Tidak perlu pengawasan medis
e) Tidak perlu obat
f) Tanpa biaya
2) Kerugian
a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui
selama 30 menit pasca persalinan
b) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social
c) Tidak melindungi IMS, termasuk virus hepatitis
b. Metode Kalender
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi
sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan
senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi. Metode kalender
atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai berikut:
1) Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
2) Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
3) Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
4) Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5) Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari
resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
6) Tidak memerlukan biaya.
7) Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Keterbatasan:
1) Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
2) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
3) Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
4) Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
5) Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
6) Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
7) Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar.
Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama.
Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi.
Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan
metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan
di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan
dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender
adalah 14 per 100 wanita per tahun.
c. Kontrasepsi Oral ( Pil KB)
Pil KB mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi progestin
dengan estrogen atau progestin saja. Pil KB mencegah kehamilan dengan cara
menghentikan ovulasi (pelepasan sel telur oleh ovarium) dan menjaga
kekentalan lendir servikal sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma.
Keuntungan pemakaian pil KB adalah mengurangi:
1) Resiko kanker jenis tertentu
2) Angka kekambuhan kram pada saat menstruasi
3) Ketegangan premenstruasi
4) Perdarahan tidak teratur
5) Kista payudara
6) Kista ovarium
7) Kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan)
8) Mudah dihentikan tiap saat
9) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
Keterbatasan pil KB:
1). Mual, 3 bulan pertama
2). Perdarahan bercak pada 3 bulan pertama
3). Pusing dan nyeri payudara
4). Kenaikan berat badan
5). Tidak mencegah IMS
6). Tidak boleh bila ibu menyusui
d. Suntikan
Kontrasepsi yang menggunakan sutikan mengandung hormon sintetik.
Penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam sebulan. Suntikan setiap 3 bulan
(Depoprovera), setiap 10 minggu (Norigest), dan setiap bulan (Cyclofem).
Salah satu keuntungan suntikan adalah tidak mengganggu produksi ASI.
Pemakaian hormon ini juga bisa mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang
keluar.
Cara Kerja KB Suntik:
1) Menghalangi ovulasi (masa subur)
2) Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental
3) Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada rahim
4) Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma
5) Mengubah kecepatan transportasi sel telur.

Efek Samping:

1) Siklus haid kacau


2) Perdarahan bercak (spotting), yang dapat berlangsung cukup lama.
3) Jarang terjadi perdarahan yang banyak.
4) Sering menjadi penyebab bertambahnya Berat Badan.
5) Bisa menyebabkan (tidak pada semua akseptor) terjadinya sakit kepala,
nyeri pada payudara, "moodiness", timbul jerawat dan berkurangnya
libido seksual.
Keuntungan:
1) Tidak mempengaruhi pemberian ASI
2) Bisa mengurangi kejadian kehamilan ektopik
3) Bisa memperbaiki anemia
4) Mengurangi penyakit payudara
5) Tidak mengganggu hubungan seks
Keterbatasan:
1) Perubahan dalam siklus haid
2). Penambahan berat badan
2) Harus kebali untuk injeksi setiap 3 bulan atau 2 bulan
3) Pemulihan kesuburan bisa tertunda selama 7-9 bulan setelah
penghentian
e. Kondom
Pada dasarnya fungsi kondom hanya untuk menampung sperma agar tidak
masuk ke dalam vagina. Penggunaan kondom dinilai cukup efektif mencegah
kehamilan hingga 90 %. Bahkan penggunaan kondom untuk pencegahan
kehamilan akan semakin efektif apabila disertai penggunaan spermisida
(pembunuh sperma) namun jarang sekali ditemukan pasangan suami istri yang
menggunakan spermisida. Namun kemungkinan terjadinya kehamilan masih
dapat terjadi dari survei yang dilakukan dari 100 pasangan suami-istri yang
menggunakan alat kontrasepsi ini sekitar 4 orang wanita yang terjadi
kehamilan.
Kondom selain berfungsi sbagai pencegah kehamilan, kondom juga dapat
digunakan sebagai suatu alat bantu dalam pencegahan penularan penyakit
kelamin seksual.
Keuntungan:
1) Member perlindungan terhadap IMS
2) Tidak mengganggu kesehatan klien
3) Murah dan dapat dibeli secara umum
4) Tidak perlu pemeriksaan medis
5) Tidak menganggu pemberian ASI
6) Mencegah ejakulasi dini
7) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks
Keterbatasan:
1) Angka kegagalan relative tinggi
2) Perlu menghentikan sementara aktifitas dan spontanitas hubungan seks
3) Perlu dipakai secara konsisten
4) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
f. Implant / Susuk
Susuk juga digunakan sebagai alat kontrasepsi wanita atau yang juga disebut
sebagai alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada
lengan kiri atau kanan atas. Bentuk susuk ini seperti tabung-tabung kecil atau
pembungkus silastik (plastik berongga) dan ukurannya sebesar batang korek
api. Susuk yang ditanam dibawah kulit ini berisi zat aktif yang berupa hormon
atau levonorgestrel. Kemudian susuk tersebut akan mengeluarkan hormon
sedikit demi sedikit. Susuk ini bekerja dengan cara menghalangi terjadinya
ovulasi (pembuahan) dan menghalangi migrasi sperma.
Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun (Norplant) dan 3 tahun
(Implanon). Sekarang ada pula yang diganti setiap tahun. Penggunaan
kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya
jika memang ingin hamil lagi.
Keuntungan:
1) Daya guna tinggi
2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
3) Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
5) Bebas dari pengaruh estrogen.
6) Tidak mengganggu kegiatan senggama.
7) Tidak mengganggu ASI.
8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

Keterbatasan:
1) Susuk / Kb implant harus dipasang dan diangkat oleh tenaga kesehatan
yang terlatih
2) Lebih mahal
3) Sering timbul pola haid
4) Akseptor ttidak dapat menghentikan implant sehendaknya
g. Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang
dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan
selama periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang.
Nama populernya adalah spiral.
Fungsi dari AKDR ini adalah mencegah kehamilan dengan mencegah
sel telur yang telah dibuahi bersarang di dalam rahim. AKDR atau IUD dapat
bertahan di dalam rahim selama 2-5 tahun dan dapat dikeluarkan kembali
apabila ada keinginan untuk hamil kembali.
Cara Kerja:
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uter
3) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan
dan mengurangi sperma untuk fertilisasi

Keuntungan
1) Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama
(1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
2) Pencegah kehamilan jangka panjang yang AMPUH, paling tidak 10 tahun
3) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih
nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
5) Tidak ada efek samping hormonal
6) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui
– tidak mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
7) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus.
8) Dapat digunakan sampai menopause
9) Tidak ada interaksi dengan obat-obat
10) Membantu mencegah kehamilan ektopik
11) Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur
Kerugian :
Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian
perut dan pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini bisa berjalan selama 3 bulan
setelah pemasangan. Tapi tidak perlu dirisaukan benar, karena biasanya
setelah itu keluhan akan hilang dengan sendrinya. Tetapi apabila setelah 3
bulan keluhan masih berlanjut, dianjurkan untuk memeriksanya ke dokter.
Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu tegang, karena ini juga bisa
menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan harus segera ke klinik jika:
1) Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda kehamilan: mual,
pusing, muntah-muntah.
2) Terjadi pendarahan yang lebih banyak (lebih hebat) dari haid biasa.
3) Terdapat tanda-tanda infeksi, semisal keputihan, suhu badan meningkat,
mengigil, dan lain sebagainya. Pendeknya jika ibu merasa tidak sehat.
4) Sakit, misalnya diperut, pada saat melakukan senggama. Segeralah pergi
kedokter jika anda menemukan gejala-gejala diatas.
h. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap, jarang sekali dilakukan para pasangan suami-istri.
Kalau pun dilakukan didasari alasan yang sangat umum yakni merasa cukup
dengan jumlah anak yang dimiliki. Kontrasepsi mantap ini dilakukan dengan
jalan operasi pemotongan atau memutuskan saluran sperma pada pria yang
disebut vasektomi begitu pula dengan wanita memutuskan atau memotong
saluran sel telur yang disebut dengan tubektomi. Sehingga tidak akan terjadi
kehamilan kembali atau tidak akan memiliki keturunan.
Manfaat:
1) Sangat efektif, karena merupakan metode kontrasepsi permanen.
2) Tidak mempengaruhi proses pemberian ASI
3) Tidak bergantung pada faktor senggama
4) Akan lebih bermanfaat bagi anda yang memiliki riwayat kehamilan
beresiko karena akan terhindar dari keadaan tersebut
5) Dilakukan dengan pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan
anestesi local
6) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang, serta
7) Tidak mempengaruhi keadaan fungsi seksual karena tidak ada efek pada
produksi hormone ovarium.
Keterbatasan:
1) Metode ini merupakan metode kontrasepsi permanen yang tidak dapat
dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi
2) Anda mungkin akan menyesal di kemudian hari karena memilih metode
ini. Ini bisa terjadi jika anda belum memiliki keyakinan yang benar-benar
mantap memilih metode ini.
3) Akan mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan jangka pendek setelah
dilakukan pembedahan
4) Risiko komplikasi dapat meningkat jika dilakukan anestesi umum
5) Dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah jika
yang dilakukan adalah proses laparoskopi
6) Tidak dapat melindungi anda dari infeksi menular seksual, termasuk
HIV/AIDS.
Tempat pelayanan KB
KB dapat dilayani di tempat-tempat sebagai berikut :
a. Dokter atau bidan praktek swasta
b. Lemabaga masyarakat seperti posyandu,atau kelompok akseptor KB
c. Lembaga kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, dll.
6. Masalah yang mungkin terjadi jika PUS tidak menjadi akseptor KB
a. Jarak kehamilan dekat
b.

DAFTAR PUSTAKA

Prijati,I. 2016.Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS KELUARGA Tn.’’A. T”
DI RT 020 RW 009, DUSUN OEPUNU,
DESA OELNASI KECAMATAN KUPANG TENGAH
KABUPATEN KUPANG

Pengkajian
Tanggal : 16 Februari 2022
Jam : 15:00 WITA
Tempat : Rmh. Ny “A. T”
A. Data Subyektif
1. Struktur Keluarga
Nama Kepala Keluarga :Tn. A. T
Umur : 29 tahun
Jeniskelamin :Laki-laki
Agama :Kristen Protestan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : RT 020 RW 009 Dusun Oepunu
Desa Oelnasi
Suku/bangsa : Timor/Indonesia
2. Daftar Anggota Keluarga :
No Hubungan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Ket
1. Tn A. T L 29 thn SMA Petani Sehat
2. Ny N. B P 26 Thn SMP IRT Sehat
3 An S. T L 06 Thn - - Sehat
4. An A. T P 04 Thn - - Sehat

Dena rumah

HALAMAN BELAKANG

DAPUR
KAMAR TIDUR RUANG MAKAN

RUANG TAMU KAMAR TIDUR

1. Pengambil Keputusan : Keputusan Bersama


2. Kebiasaan hidup sehari- hari
a. Kebiasaan makan
Waktu makan : 3x/hari
Cara Mengolah Makanan : Cara pengolahan makanan diawali dengan
mencuci terlebih dahulu sayuran baru dipotong lalu dicuci kembali sebelum
dimasak.
Penggunaan garam beryodium : Ibu mengatakan mereka menggunakan
garam beryodium
Pantangan Makanan : Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada
pantangan makanan.
b. Hygiene perorangan
Kebiasaan mandi :2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari
Keramas rambut : 2 x seminggu
c. Penghasilan per bulan
Penghasilan ayah :< 600.000
Penghasilan ibu :-
d. Kegiatan social kemasyarakatan
1. Kedudukan keluarga dalam masyarakat: anggota Masyarakat
2. Partisipasi keluarga dalam masyarakat: Keluarga Tn. “A.T” aktif dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan misalnya: kerja bakti bersama, hubungan
anggota keluarga dengan masyarakat harmonis.
3. Kebiasaan dalam keluarga berkaitan dengan budaya : tidak ada.
e. Riwayat Kesehatan anggota keluarga (enam bulan terakhir )
Tidak ada anggota keluarga yang sakit
1. Riwayat Persalinan Terakhir
f. Riwayat persalinan dalam satu tahun terakhir
Riwayat persalinan dalam satu tahun terakhir tidak ada

B. Data Obyektif
1) Keadaan umum (masing – masing anggota keluarga) :
1. Tn “A. T”
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah :120/80 MmHg
Nadi : 78 x/mnt
Suhu : 36, 5 C
Pernapasan : 18x/mnt
Berat Badan : 50 kg
2. Ny “ N. B”
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Tekana Darah : 110/80 MmHg
Nadi : 80x/mnt
Suhu : 36,8 C
Pernapasan : 20x/mnt
Berat Badan : 45 kg
3. An S. T
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Pernapasan : 25x/menit
Nadi : 74x/mnt
Suhu : 36,6 C
BB : 19 kg
TB : 105 cm
4. An. A. T
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis
Pernapasan : 250 x/menit
Denyut jantung :125x/menit
Suhu : 36ᴼс
Berat badan : 13 Kg
2) Pemeriksaan fisik (masing – masing anggota keluarga) :
1. Tn A.T
Kepala : bersih, rambut tidak ada ketombe, rambut pendek
Wajah : bentuk simetris, tidak pucat
Mata : konjungtiva merah muda, skelera putih
Hidung : bersih tidak ada polip, tidak ada sekret
Mulut : kurang bersih, terdapat sisa makanan (sirih)
Telinga : bentuk simetris, bersih,
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar
limfe, dan pembendungan vena jugularis
Dada : tidak ada tarikan dinding dada kedalam
Ekstremitas : pergerakan kaki tangan aktif, tidak ada kelainan
2. Ny. N.B
Kepala : bersih, tidak ada ketombe, rambut tidak rontok
Wajah : bentuk simetris, wajah tidak pucat
Mata : konjungtiva merah muda, skelera putih
Hidung : bersih, tidak ada sekret
Mulut : kurang bersih, terdapat sisa makanan (sirih)
Telinga : bentuk simetris, bersih, tidak ada pengeluaran
Serumen.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, dan
tidak ada pembendungan vena jugularis
Dada : tidak ada tarikan dinding dada kedalam, bentuk payudara
simetris, puting susu menonjol, ada pigmentasi
aerola mamae
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, ada striae
Ekstremitas : pergerakan kaki tangan aktif, tidak ada kelainan
3. An. S.T
Kepala : bersih, rambut tidak rontok, rambut pendek
Wajah : bentuk simetris, wajah tidak pucat
Mata : konjungtiva merah muda skelera putih
Hidung : bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip
Mulut : bersih, gigi terdapat lubang
Telinga : bentuk simetris, tidak ada pengeluaran serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar
limfe, tidak ada pembendungan vena jugularis
Dada : tidak ada tarikan dinding dada kedalam
Abdomen : perut tidak kembung
Ekstremitas : pergerakan kaki tangan aktif, tidak ada kelainan
4. An. A.T
Kepala : bersih, rambut tidak rontok, rambut pendek
Wajah : bentuk simetris, wajah tidak pucat
Mata : konjungtiva merah muda skelera putih
Hidung : bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip
Mulut : bersih, lidah bersih
Telinga : bentuk simetris, tidak ada pengeluaran serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar
limfe, tidak ada pembendungan vena jugularis
Dada : tidak ada tarikan dinding dada kedalam
Abdomen : perut tidak kembung
Ekstremitas : pergerakan kaki tangan aktif, tidak ada kelainan
C. Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah adalah:
Kurangnya pengetahuan ibu dan suami tentang program KB.
Sesuai data yang diperoleh saat pengkajian ditemukan masalah kesehatan yaitu ibu
belum menggunakan alat kontrasepsi

D. Plan Of Action (POA)

Rumusan Rencana kegiatan Waktu Sasara pelaksa Sumber


Masalah pelaksanaa n na Daya
n
Ibu tidak Melakukan a. 16 Suami Mahasis Swadaya
menggunakan alat kunjungan rumah februari dan wa Mahasisw
Kontrasepsi dan melakukan 2022 ibu (Yeni a
penyuluhan tentang : b. 28 Y. Bole
a. pengertian KB februari Tari
b. tujuan KB 2022
c. Manfaat KB
d. jenis-jenis alat
kontrasepsi

E. Evaluasi
1. Ibu dan suami sudah mengetahui penjelasan yang diberikan tentang KB dan jenis-
jenis metode kontrasepsi KB..
2. Ibu dan suami memilih salah satu metode kontrasepsi yaitu Implan.

F. Catatan Perkembangan :
Tanggal : 28 Februari 2022
Ibu telah bersedia menggunakan alat kontrasepsi Implan
Hasilnya : Ibu sudah bersedia menggunakan alat kontrasepsi Implan dan akan dilakukan
pemasangan pada tanggal 05 Maret 2022 di Posyandu dan telah di rekomendasikan ke
bidan Pustu.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan komunitas memfokuskan pemberian pelayanan pada setiap
keluarga yang berada dalam wilayah kerjanya. Bentuk pemberian pelayanan yang
dilaksanakan adalah menyelesaikan berbagai permasalahan dibidang kesehatan
khususnya kesehatan ibu dan anak. Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya bertujuan
untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Dari berbagai
penyuluhan yang telah dilakukan diharapkan akan mampu meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai permasalahan kesehatan mereka sehingga diharapkan
masyarakat akan lebih mandiri dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada
dilingkungannya. Begitu juga dengan keluarga Tn. A.T setelah dilakukan beberapa
tindakan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Kini keluarga Tn A.T sudah lebih
memahami apa dan bagaimana cara mengatasi masalah kesehatannya.
B. Saran
1. Kepada mahasiswa.
Mahasiswa diharapkan lebih dapat menggali lebih dalam lagi mengenai kesehatan
keluarga, usaha peningkatan kesehatan keluarga dan meningkatkan pengetahuan
mengenai asuhan kebidanan keluarga.
2. Kepada keluarga
Dengan diadakan penyuluhan ini diharapkan keluarga dapat mengenali masalah
kesehatan serta mampu mencari penyelesaian secara mandiri.
3. Kepada institusi pendidikan
Institusi pendidikan diharapkan dapat memberikan bimbingan yang dapat
memberikan semangat bagi para mahasiswa.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai