Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

DALAM KONTEKS KELUARGA Tn.H DENGAN MASALAH KURANGNYA


PENGETAHUAN IBU MENGENAI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PERILAKU
HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BAHAYA MEROKOK)
DI DUSUN BENEL DESA BATU RETNO RW 1
KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Kebidanan Komunitas

Disusun Oleh:
DINNY KARTIKA PUTRI S
NIM. 207006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS & KESEHATAN RS DR SOEPRAOEN KESDAM V/
BRAWIJAYA MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktek Klinik Asuhan Kebidanan Komunitas dalam konteks keluarga ini telah
disahkan pada Tanggal :

Mahasiswa,

Dinny Kartika Putri Sudiyono

Mengetahui,

Pembimbing Institusi

Rifzul Maulina, S.ST., M.Kes

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas laporan Asuhan Kebidanan Komunitas yang berjudul “Kurangnya
Pengetahuan Ibu Mengenai Pemberian ASI Eksklusif dan Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat (Bahaya Merokok) di Dusun Kebonjati Desa Klampok Kecamatan Singosari
Kabupaten Malang.
Dalam penyelesaian laporan ini, kami mendapat banyak bantuan oleh berbagai
pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Letkol CKM Arief Efendi, SMPh., SH., Skep. Ns., MM., M.Kes selaku Direktur
Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang.
2. R. Maria Veronika, S.ST., M.Keb selaku Ketua Program Studi Profesi Bidan
sekaligus
3. Rifzul Maulina.,S.ST., M.Kes selaku pembimbing institusi Institut Teknologi
Sains dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang
4. Kepala Desa Klampok Kecamatan Singosari Kabupaten Malang
5. Rini Indawati., S.Tr.Keb selaku pembimbing lahan Desa Batu Retno Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang
6. Orang tua kami yang tidak pernah lelah memberikan motivasi dan doa dalam
penyelesaian laporan ini.
7. Teman – teman kelas profesi bidan yang telah memberikan motivasi dan saran-
saran dalam penyelesaian laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih kurang sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan laporan selanjutnya. Besar harapan kami semoga laporan ini
dapat bermanfaat sebagai informasi ataupun pengetahuan bagi pembaca dan dapat
menjadi literatur guna membantu siswa dalam belajar mata kuliah Asuhan Kebidanan
Komunitas.

Malang, 25 Mei 2021


Penyusun

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................i
KATA PENGANTAR ..........................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................iii
DAFTAR TABEL ................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................1
1.2 Tujuan ......................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................4
2.1 Konsep Keluarga ......................................................................4
2.2 Konsep Masalah/kasus ............................................................9
2.3 Konsep ASI Eksklusif ...............................................................11
2.4 Konsep Bahaya Perokok Pasif ................................................17
BAB III TINJAUAN KASUS ...............................................................22
3.1 Pengkajian ................................................................................22
3.2 Menentukan Diagnosa / Masalah Kebidanan dan Prioritas
Masalah ....................................................................................31
3.3 Perencanaan ............................................................................34
3.4 Pelaksanaan ............................................................................38
3.5 Evaluasi ....................................................................................39
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................40
BAB V PENUTUP...............................................................................42
4.1 Kesimpulan ...............................................................................42
4.2 Saran ........................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................43
LAMPIRAN - LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skala Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga .......................10


Tabel 3.1 Data Anggota Keluarga ...........................................................22
Tabel 3.2 Profil Kegiatan dalam Keluarga ................................................27
Tabel 3.3 Data Imunisasi .........................................................................31
Tabel 3.4 Menentukan diagnosa dan masalah ........................................31
Tabel 3.5 Skoring Masalah 1 ...................................................................32
Tabel 3.6 Skoring Masalah 2 ....................................................................32
Tabel 3.7 Prioritas Masalah.......................................................................33
Tabel 3.8 Perencanaan Asuhan Kebidanan Keluarga..............................34
Tabel 3.9 Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Keluarga .............................38
Tabel 3.10 Evaluasi Asuhan Kebidanan Keluarga ..................................39

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Genogram Keluarga Tn. H. ...................................................23


Gambar 3.2 Denah Rumah Tn. H..............................................................25

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat dimana masalah
kesehatan dapat timbul, berupa masalah KIA/KB, masalah kesehatan
lingkungan, masalah tumbuh kembang, dan masalah penyakit.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intraseluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan
panjang dan berat, serta perkembangan adalah bertambahnya struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicara dan serta sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes RI,
2016).
Masa bayi atau masa post (pasca) neonatal merupakan masa
dimana bayi berusia 29 hari – 11 bulan. Pada masa ini terjadi
pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara
terus menerus terutama meningkatnya sistem saraf. Seorang bayi sangat
bergantung pada orang tua dan keluarga sebagai unit pertama yang
dikenalnya. Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan
bayi sangat dibutuhkan, seorang bayi perlu mendapatkan ASI eksklusif
selama 6 bulan penuh, diberikan imunisasi sesuai jadwal, dan mendapat
pola asuh yang sesuai.
Fenomena di masyarakat masih banyak bayi usia kurang dari 6
bulan diberi makanan semi padat. Tampaknya sudah menjadi kebiasaan
sebagian ibu di daerah pedesaan mulai memberi makanan tambahan.
Hal ini disebabkan adanya pengaruh budaya di dalam masyarakat yang
memiliki kebiasaan memberikan makanan sejak bayi lahir dengan alasan
ASI tidak cukup memenuhi kebutuhan bayi. Disamping itu memberi

6
makan setelah bayi lahir merupakan kebiasaan turun temurun dari nenek
buyutnya dulu.
Pelaksanaan Program KIA oleh petugas kesehatan umumnya
mengalamai kendala yaitu faktor ekonomi dan kesadaran masyarakat.
Faktor ekonomi yaitu krisis ekonomi yang dialami masyarakat Indonesia
sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan kesehatan masyarakat utamanya
kesehatan ibu dan anak. Selain faktor ekonomi, faktor kesadaran
masyarakat juga menjadi kendala, yaitu ketidaksadaran masyarakat atau
kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga
kesehatan baik kesehatan individu maupun lingkungan, khususnya
kesehatan ibu dan anak. Untuk mengatasi hal tersebut maka peran bidan
dan mahasiswa harus memiliki program terpadu, yaitu meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan terhadap ibu, bayi dan balita tanpa
memandang status sosial.
Dari fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
asuhan kebidanan pada keluarga Tn.M dengan masalah “Kurangnya
Pengetahuan Ibu Mengenai Pemberian Asi Eksklusif dan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (Bahaya Merokok) di Dusun Kebonjati Desa Klampok
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan pada
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian untuk menentukan masalah
kesehatan,
b. Mampu menegakkan diagnosa atau masalah kebidanan serta
menentukan prioritas masalah,

7
c. Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan keluarga yang akan
dilakukan,
d. Mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan keluarga yang
disusun,
e. Mampu mengevaluasi tindakan kebidanan yang telah dilakukan.

8
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Pengertian
Menurut Harmoko (2012) keluarga adalah perkumpulan dua
atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama
lain.
Menurut Whall (1986) dalam Friedman (2010) mendefinisikan
keluarga sebagai sebuah kelompok yang mengidentifikasikan diri dan
terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus,
yang dapat terikat hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak,
namun berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap
dirinya sebagai keluarga.
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi
dirinya sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010)
Jadi dapat disimpulkan kalau keluarga adalah dua individu atau
lebih yangtinggal dalam satu rumah yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, hubungan darah maupunadopsi, lalu mereka
menganggap dirinya sebagai keluarga.

2.1.2 Fungsi Keluarga


Keluarga merupakan perkumpulan dua orang atau lebih
individu yang hidup bersama dalam keterikatan, emosional dan
setiap individu memiliki peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga (Fatimah, 2010).

9
Menurut Mubarak (2009) keluarga adalah perkumpulan dua
atau lebih individu yang terikat oleh hubungan perkawinan,
hubungan darah, ataupun adopsi, dan setiap anggota keluarga
saling berinteraksi satu dengan lainnya. Sedangkan menurut UU
No. 52 Tahun 2009, mendifinisikan keluarga sebagai unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah
dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Wirdhana et al., 2012).
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi
perkembangan individu, karena sejak kecil anak tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan keluarga. Karena itulah peranan
orang tua menjadi amat sentral dan sangat besar bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak, baik itu secara langsung maupun tidak
langsung (Ariani, 2009).
2.1.3 Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, menurut Effendy
(2008) diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui jalur
garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Keluarga Kawinan

10
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga kaena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.1.4 Ciri-Ciri Struktur Keluarga
Ciri – ciri struktur keluarga menurut Effendy (2008), adalah :
a. Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
b. Ada Keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam mnjalankan fungsi dan tugasnya masing-
masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya
masing-masing.

2.1.5 Bentuk Keluarga


a. Keluarga Inti (Nuclear family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended family)
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
c. Keluarga berani (Serial family)
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah
lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga Duda/Janda (Single family)

11
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Composite)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup
secara bersama
f. Kelurga Kabitas (Cohabitation)
Adalah dua orang yang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga.
2.1.6 Peranan Keluarga
Menurut Effendy (2008), peranan keluarga adalah peranan
keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
a. Peranan Ayah
Ayah sebagai suami istri dan anak-anak, perperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
2.1.7 Fungsi Keluarga

12
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, yaitu :
a. Fungsi biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluraga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingka laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3) Meneruskn nilai-nilai budaya kelurga
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
2) Pengaturan penggunakan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga
dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua, dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan, dan membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya.

13
2) Mempersiapkan anak untuk hidup dewasa yang akan datang
dalam memenuhi perananya sebagai orang dewasa
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat
perkembangannya.
2.1.8 Tahap-tahap Kehidupan Keluarga
Tahap-tahap kehidupannya menurut Effendy (2008) adalah sebagi
berikut:
a. Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini mulai dari menikanya yang dilanjutkan dalam
membentuk rumah tangga.
b. Tahap menjelang kelahiran anak
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan
sebagai generasi penerus. Melahirkan anak merupakan kebanggan
bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi
Dalam hal ini keluarga mangasuh, mendidik dan memberikan
kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi
kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orang tuanya, dan
kondisinya masih sangat lemah.
d. Tahap menghadapi anak pra sekolah
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya
sudah mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan
dalam masalah kesehatan karena tidak mengetahui mana yang
kotor dan yang bersih. Dalam fase keluarga adalah mulai
menanamkan norma-norma sosial budaya dan sebagainya.
e. Tahap menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik
anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya,

14
membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas
sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum anak.

f. Tahap menghadapi anak remaja


Tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam tahap
ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk
kepribadiaannya, Oleh karena itu suritauladan dari kedua orang tua
dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melampaui tahap remaja dan anak telah dapat
menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah
melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya
sesunggunya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan
berumah tangga.
h. Tahap berdua kali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-
sendiri, tinggalah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini, keluarga
akan merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan
dapat menimbulkan depresi dan stress.
i. Tahap masa tua
Tahap ini masuk ketahap lanjut usia, dan kedua orang tua
mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.

2.2 Konsep Masalah/Kasus


Setelah data dianalisa, mungkin keluarga menghadapi beberapa
masalah kesehatan dan masalah perawatan yang tidak dapat ditangani
sekaligus melihat sumber daya keluarga maupun sumber daya tenaga
kesehatan. Maka mengingat situasi ini tenaga kesehatan dapat menyusun

15
masalah-masalah yang telah diidentifikasi sesuai prioritasnya. Sehingga
tersusunlah sebuah alat yang disebut Skala Menyusun Masalah
Kesehatan Keluarga Menurut Prioritasnya.
Alat ini bertujuan untuk melihat masalah seobjektif mungkin. Ada 4
kriteria dalam menentukan prioritas dari masalah-masalah kesehatan:
2.2.1 Sifat masalah
Dikelompokkan dalam ancaman kesehatan, tidak kurang sehat
dan krisis yang dapat diketahui
2.2.2 Kemungkinan dari masalah dapat diubah-ubah
Kemungkinan berhasilnya mengurangi masalah, atau mencegah
masalah bila seandainya ada tindakan.
2.2.3 Potensi masalah untuk dicegah
Sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang dapat dikurangi
atau dicegah
2.2.4 Masalah yang menonjol
Cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal beratnya
dan mendesaknya masalah.
Tabel 2.1 Skala Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga
KRITERIA MASALAH SKOR BOBOT
a. Sifat masalah
1) Ancaman kesehatan 3
1
2) Tidak/kurang sehat 2
3) Krisis 1
e. Kemungkinan masalah dapat diubah
1) Dengan mudah 2
2
2) Hanya sebagian 1
3) Tidak dapat 0
i. Potensi masalah untuk dicegah 1

16
1) Tinggi 3
2) Cukup 2
3) Rendah 1
m. Menonjolnya masalah
1) Masalah berat harus ditangani 2
2) Ada masalah tetap tidak perlu segera 1 1
ditangani
0
3) Masalah tidak dirasakan
Skoring :
a. Tentukanlah skor untuk setiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan
bobot :

Jumlahkan skor untuk semua kriteria. Skor tertinggi adalah


5, sama dengan seluruh bobot.

2.3 Konsep ASI Eksklusif


2.3.1 Pengertian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan
lain seperti formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tambahan
makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit dan nasi tim.
Pemberian ASI dianjurkan selama enam bulan (Haryono, 2014). ASI
Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan,
diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain. Setelah enam
bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan
ASI sampai bayi berumur dua tahun (Sri Purwanti, Hubertia. 2004).

17
Menurut Nisman (2011) ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa
makanan dan minuman tambahan pada bayi berumur 0-6 bulan. Makan
dan minuman lain seperti air putih, susu formula, madu, teh, ataupun
makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit dan nasi tim.
Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tapa minuman atau
makanan seperti air putih atau vitamin lainnya, kecuali vitamin maupun
suplemen yang dari ASI perahan ibunya (Widuri, 2013)

2.3.2 Fisiologi Menyusui


Kemampuan menyusui setiap ibu berbeda-beda. Sebagian
mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan dengan
wanita lain. Dari segi fisiologis kemampuan menyusui berhubungan
dengan makanan, faktor endokrin, dan faktor fisiologi (Marmi, 2012).
Pada saat hamil terjadi pembesaran payudara, pembesaran ini
terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga
dan penimbunan jaringan lemak. Pada kehamilan lima bulan atau lebih
kadang-kadang dari ujung putting keluar cairan yang disebut
kolostrum. Sekresi atau keluarnya cairan tersebut karena pengaruh
hormone laktogen dari plasenta dan hormone prolaktin dari hipofise.
Keadaan tersebut adalah normal, meskipun cairan yang dihasilkan
tidak berlebihan sebab meskipun kadar prolactin cukup tinggi,
pengeluaran air susu juga dihambat oleh hormone estrogen. Setelah
persalinan kadar estrogen dan progesterone menurun dengan
lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi. Sehingga
pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi
sekresi ASI (Marmi, 2012). Dengan menyusukan lebih dini terjadi
perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin hipofisis, sehingga
sekresi ASI semakin lancar. Dua reflek pada ibu yang sangat penting
dalam proses menyusui yaitu reflek prolaktin dan reflek aliran (Let

18
Down Reflex) timbul akibat perangsangan putting susu oleh hisapan
bayi.
a. Refleks Prolaktin
Pada saat bayi menyusui, ujung saraf peraba yang terdapat pada
putting susu ibu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut
afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise
anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah.
Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk
memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah
susu yang di produksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu
frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap.
b. Refleks Aliran (Let Down Reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusui selain
memengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin
juga memengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone
oksitosin. Dimana setelah oksitosin dilepas kedalam darah mengacu
otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksisi
sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju
putting susu. Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi
kesemutan. Tanda-tanda lain let-down adalah tetesan pada
payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini
dipengaruhi oleh kejiwaan ibu (Elisabeth & Endang, 2017).
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Faktor Pemudah (predisposing factor)
1) Pendidikan
Pendidikan dapat mendorong seseorang untuk mencari tahu,
mencari pengalaman dan mengorganisasikan pengalaman

19
sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan.
Pengetahuan yang dimiliki akan membentuk keyakinan untuk
melakukan perilaku tertentu. Pendidikan mempengaruhi
pemberian ASI Eksklusif. Ibu yang berpendidikan tinggi dapat lebih
mudah menerima suatu ide baru dibandingkan dengan ibu yang
berpendidikan rendah. Sehingga promosi dan informasi mengenai
ASI Eksklusif dengan mudah dapat diterima dan dilaksanakan.
2) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang
diperhatikan dan diingat. Informasi tersebut dapat berasal dari
pendidikan formal, non formal, percakapan, membaca,
mendengarkan radio, menonton televisi dan pengalaman hidup.
Contoh pengalaman hidup yaitu pengalaman menyusui anak
sebelumnya.
3) Nilai-Nilai atau Adat Budaya
Adat budaya dapat mempengaruhi ibu dalam proses menyusui.
Salah satu adat budaya yang dilakukan oleh masyarakat yaitu
selapanan, bayi diberi sesuap bubur dengan alasan untuk melatih
alat pencernaan bayi. Hal tersebut tidak sesuai dengan kesehatan,
tetapi telah menjadi adat budaya dalam keluarga.
a. Faktor Pendukung (Enabling Factor)
1) Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga adalah penghasilan yang diperoleh suami
dan istri dari berbagai kegiatan ekonomi sehari-hari. ASI memiliki
kualitas baik jika ibu mengkonsumsi makanan dengan kandungan
gizi baik. Keluarga yang memiliki cukup pangan lebih mudah
membantu ibu untuk memberikan ASI Eksklusif dibandingkan
keluarga yang tidak memiliki cukup pangan. Hal tersebut

20
menunjuukkan bahwa pendapatan keluarga memiliki hubungan
dengan keputusan untuk memberikan ASI Eksklusif bagi bayi.
2) Ketersediaan Waktu
Ketersediaan waktu seorang ibu untuk menyusui secara eksklusif
berkaitan dengan status pekerjaannya. Ibu yang tidak memberikan
ASI karena alasan harus kembali bekerja setelah cuti
melahirkannya selesai. Hal tersebut bukan alasan untuk tidak
memberikan ASI secara eksklusif. Bagi ibu yang bekerja ASI dapat
diperah setiap 3 sampai 4 jam sekali untuk disimpan dalam lemari
pendingin.
3) Kesehatan Ibu
Kondisi kesehatan ibu mempunyai pengaruh penting dalam proses
menyusui. Ibu yang mempunyai penyakit menular seperti
(HIV/AIDS, TBC, hepatitits B) atau penyakit pada payudra
(misalnya kanker payudara, kelainan puting susu) tidak
diperbolehkan ataupun tidak dapat menyusui bayinya.
a. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor)
1) Dukungan keluarga dan suami
Dukungan dari keluarga termasuk suami, orang tua atau saudara
lainnya sangat menentukan keberhasilan menyusui. Seorang ibu
yang mendapatkan dukungan dari suami dan anggota keluarga
lainnya dapat meningkatkan pemberian ASI kepada banyinya.
Dukungan yang kurang dapat menurunkan pemberian ASI.
2) Dukungan petugas kesehatan
Petugas kesehatan yang professional dapat menjadi faktor
pendorong ibu dalam memberikan ASI. Dukungan tenaga
kesehatan juga menentukan keberlanjutan ibu dalam pemberian
ASI (Haryono. 2014).
2.3.4 Faktor Penghambat Pemberian ASI

21
Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan
tujuan untuk memperoleh pendapatan. Saat ini bekerja tidak hanya
dilakukan oleh laki-laki tetapi juga perempuan, tidak terkecuali ibu
menyusui. Jumlah ibu menyusui yang bekerja menyebabkan turunnya
angka dan lama mennyusui (Arifin, 2004)
Beberapa alasan ibu bekerja yang tidak mau memberikan ASI
pada bayinya, diantaranya:
a. Khawatir karirnya terganggu, takut badannya tidak ramping lagi dan
sebagainya. Faktanya jika ditinjau dari segi psikologis hal itu sangalah
keliru karena ASI justru menciptakan hubungan emosional yang erat
antara ibu dan bayi (Riskani, 2012).
b. Memberikan ASI Eksklusif saat bekerja memerlukan komitmen besar
dan kesadaran tinggi baik ibu maupun keluarga.
c. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Riskani, 2012)
Faktor-faktor yang dapat menghambat ibu memberikan ASI pada
bayinya adalah:
a. Perubahan sosial yaitu ibu yang bekerja atau memilih kesibukan
sosial seperti meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang
memberikan susu botol dan merasa ketinggalan zaman jika masih
menyusui bayinya.
b. Faktor psikologis yang takut kehilangan daya tarik sebagai seorang
perempuan.
c. Faktor fisik ibu yaitu kondisi ibu yang sakit dengan penyakit menular
atau dengan kelainan payudara.
d. Kurangnya dorongan diri dari keluarga seperti suami atau orang tua
dapat menurunkan semangat ibu untuk menyusui dan mengurangi
motivasi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif.
e. Kurangnya dorongan dari petugas kesehatan, sehingga masyarakat
kurang mendapat dorongan dan pengetahuan tentang manfaat

22
pemberian ASI dan Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai
pengganti ASI melalui iklan-iklan di media massa.

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : Kamis, 20 Mei 2021
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Rumah Tn. H
3.1.1 Data subyektif
a. Struktur dan Sifat Keluarga
1) Identitas Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta (IT)
Penghasilan : 3.000.000 – 4.000.000
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Dusun Benel Desa Batu Retno
Kecamatan Singosari Kabupaten
Malang

23
2) Data Anggota Keluarga
Tabel 3.1 : Data Anggota Keluarga Tn “H”

Hubunga
Umu L/ Agam Pendidika Pekerja
Nama n
r P a n an
Keluarga
32
Ny. A P Islam Istri SMA IRT
th
2
bula Belum Tidak
By. Z L Islam Anak
n4 Sekolah bekerja
hari

3) Genogram

60 52 59

43 38 35 32

1
bln

24
Gb. 3.1 Genogram Keluarga Tn. H
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Perempuan meninggal
: Keluarga yang tinggal satu rumah, keluarga yang dibina

b. Pengambilan Keputusan
Dalam keluarga Tn. H yang mengambil keputusan dan
memutuskan suatu permasalah adalah Tn H selaku kepala keluarga.
Apabila Tn H tidak dapat mengambil keputusan tentang masalah, Tn H
akan berdiskusi terlebih dahulu dengan Ny. A

c. Hubungan Dalam Keluarga


Hubungan antara keluarga antara orangtua dan anak maupun
antara suami dan istri baik. Meskipun terkadang terjadi pertengkaran,
tetapi tidak pernah terjadi hingga berlarut-larut. Dalam mengasuh
anak, selain istri suami juga membantu ketika suami telah pulang
berkerja.

d. Kebutuhan Sehari-Hari
1) Nutrisi
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga sehari-hari,
keluarga memasak makanan sendiri dengan komposisi nasi, sayuran
hijau, tempe, tahu, telur, dan terkadang daging ayam dan ikan. Ibu
biasanya membeli buah tetapi tidak setiap hari.

25
- Tn. “H” makan teratur 3x sehari dengan komposisi lengkap
seperti nasi, sayur, ikan atau daging, dan lauk pauk. Tn. “H”
terbiasa untuk merokok setiap harinya.
- Ny. “A” makan teratur 3x sehari dengan komposisi nasi, ikan
atau daging dan lauk pauk. Ny. “A” tidak suka makan sayur.
- Untuk By. “A” tidak diberikan ASI, hanya diberikan susu formula
saja karena ASI ibu tidak lancar.
2) Kebiasaan istirahat keluarga tidak teratur karena tergantung dengan
kegiatan dan kesibukan masing-masing :
 Tn. “H” tidak pernah tidur siang karena pada siang hari Tn. “H”
harus bekerja, pada malam hari biasanya tidur mulai pukul 21.00
sampai 04.00 pagi.
 Ny. “A” biasanya tidur siang 2 jam, dan tidur malam mulai pukul
21.00 sampai 04.00 pagi.
 By. “D” lebih sering tidur yaitu pagi setelah dijemur di bawah sinar
matahari tidur sekitar 3 jam, tidur siang sekitar 2 jam, dan tidur
malam mulai pukul 20.00 sampai 04.00 pagi.
3) Kebersihan diri
Dalam sehari keluarga mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari,
serta ganti pakaian 2x sehari setelah mandi.
4) Eliminasi
Pola BAB Tn. “H” dan Ny. “A” 1 x sehari. Untuk BAK rata-rata
sekitar 4-6 x sehari. Pola BAB Bayi “Z” 2 x sehari, dan BAK 7-8 x
sehari
5) Olahraga
Keluarga Tn “M” jarang melakukan olahraga. Ibu menganggap
bahwa pekerjaan rumah tangga yang dilakukannya merupakan
olahraga baginya, begitu pula dengan suaminya.

26
6) Rekreasi
Keluarga Tn “H” jarang berekreasi. Keluarga Tn “H” biasanya
berkunjung ke rumah orangtuanya ketika hari raya atau hari libur.
e. Faktor Sosial, Budaya, dan Ekonomi
1) Penghasilan
Tn. “H” mendapat penghasilan ± Rp 3.000.000 – 4.000.000 per
bulan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
keluarga.
2) Pendidikan
Tn. “H” lulusan SMA dan sekarang bekerja sebagai wiraswasta.
Ny “A” lulusan SMA.
Bayi “Z” sekarang belum sekolah.
3) Suku dan Agama
Tn “H” dan Ny “A” sama-sama bersuku Jawa dan beragama islam.
4) Hubungan dengan Masyarakat
Hubungan keluarga Tn “H” dengan masyarakat baik dan tidak
pernah ada konflik.
f. Faktor Lingkungan
1) Perumahan
Rumah yang ditempati Tn “H” adalah milik orang tua dari Ny.
“A” dengan luas tanah 10 x 5 m dan luas rumah 10 x 15 m, dan
terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, terdapat 2
dapur, dapur 1 untuk memasak menggunakan kompor dan dapur 2
untuk memasak menggunakan kayu bakar, 1 ruang makan, dan 1
kamar mandi. Ventilasi rumah berupa jendela terbuka dengan
sirkulasi udara dan cahaya yang cukup. Lantai rumah dari tegel dan
atap rumahnya dari genteng, dindingnya tembok, serta
penerangannya listrik

27
Gambar 3.2 Denah Rumah Tn “H”

Kamar Kamar 3 Kamar 2 Kamar 1


Mandi
Ruang
Tamu Tanah depan
Dapur rumah
2
Dapur Ruang Ruang Keluarga
1 Makan Taman

2) Jenis Bangunan
Lantai rumah dari keramik dan atap rumahnya dari genteng,
dindingnya tembok, serta penerangannya listrik. Di dalam rumah
tersebut terdapat dapur dengan alas tanah, dinding dari bambu dan
lubang luweng untuk memasak menggunakan kayu bakar. Ventilasi
rumah berupa jendela terbuka dengan sirkulasi udara dan cahaya
yang cukup.
3) Kebersihan
Rumah Tn “H” beserta halaman rumah terlihat bersih dan
tertata dengan rapi.
4) Pemakaian Air
Air yang digunakan oleh keluarga Tn “H” air dari PDAM, sifat air
jernih, tidak berbau, dan tidak berasa.
5) Jamban
Jamban di rumah Tn “H” sudah berada di dalam dengan
jamban jongkok, jarak sumber air dengan jamban >10 m.
6) Pembuangan Sampah
Sampah biasanya dibuang di tempat pembuangan sampah
untuk dibakar
7) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

28
Saat sakit, keluarga Tn “H” bisanya berobat ke bidan di
desanya atau ke puskesmas terdekat.

g. Psikologis
Keluarga Tn “H” suka bergurau dan berkumpul dengan tetangga-
tetangganya pada sore hari. Tetapi saat pandemi covid hanya dirumah
saja.
h. Keadaan Kesehatan Keluarga
Tn. “H” tidak pernah mengalami sakit yang sampai harus dirawat di
Rumah Sakit, sakit yang sering diderita adalah panas, batuk, pilek,
dan pegal-pegal, begitu pula dengan NY. “A” tetapi NY “A” pernah
dirawat di Rumah Sakit karena operasi SC. By “Z” tidak pernah sakit
dan sudah mendapatkan imunisasi Hb-0, BCG, dan Polio 1
i. Riwayat Kehamilan
Ibu rutin memeriksakan kehamilannya di bidan. Pada saat kehamilan
bulan awal ibu mengalami mual tetapi tidak sampai mengganggu
aktivitas. Ibu tidak pernah mengalami perdarahan. Saat kehamilan
memasuki 9 bulan, kaki ibu bengkak dan tekanan darah tinggi, serta
hasil lab urin positif.
j. Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan secara operasi, ditolong oleh dokter pada usia
kehamilan 39-40 minggu, jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir 3150
gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala 33 cm saat ini anak usia 1
bulan 2 hari.
k. Riwayat Nifas
Pada saat masa nifas ibu tidak mengalami tanda bahaya masa nifas
seperti demam, perdarahan berlebih hingga kejang. Dalam merawat
bayi ibu dibantu oleh suaminya.

29
l. Riwayat KB
Saat ini ibu belum menggunakan KB, namun ibu dan suami telah
sepakat ingin menggunakan kontrasepsi senggama terputus dan
menggunakan kondom.
m. Riwayat Perkawinan
Suami
Pernikahan ke :1
Usia Menikah : 36 tahun
Lama menikah : sekitar 2 tahun
Istri
Pernikahan ke :2
Usia Menikah
Pernikahan pertama : 24 tahun
Pernikahan kedua : 30 tahun
Lama menikah
Pernikahan pertama : 1 tahun kemudian ibu dan suami
bercerai
Pernikahan kedua : ibu menikah dengan Tn. “H” kurang lebih
sekitar 2 tahun

n. Profil Kegiatan dalam Keluarga


Tabel 3.2 : Profil Kegiatan Dalam Keluarga

Tipe
Pelaku Kegiatan
Kegiatan
Wakt
Kegiatan
Produkti

u
Reprod
Suami

Sosial
Bayi M

uktif
Istri

04.00 Bangun tidur √ √ √ √

30
Mandi dan
04.30 √ √
mencuci baju
05.00 Berbelanja √ √
05.30 Memasak √ √
Memandikan
06.00 √ √ √
bayi
Membersihka
06.15 √ √
n rumah
06.30 Sarapan √ √ √
Mencuci
06.45 √ √
piring
07.00 Menyusui √ √ √
Berangkat
07.00 √ √ √
kerja
07.00
- Bekerja √ √ √
15.00
Berjemur di
07.30 bawah sinar √ √ √
matahri
Mengasuh
08.30 √ √ √
anak
10.00 Menyusui √ √ √
11.30 Makan siang √ √
Mencuci
11.40 √ √
piring
13.00 Menyusui √ √ √
13.15 Tidur siang √ √ √

31
Memandikan
15.00 √ √ √
bayi
Pulang
15.30 √ √
berkerja
Membersihka
16.00 √ √ √
n rumah
16.15 Mandi √ √ √
17.00 Menyusui √ √ √
Makan
18.30 √ √ √
malam
Mencuci
19.00 √ √ √
piring
19.30 Menonton TV √ √ √ √
19.30 Setrika baju √ √
20.00 Menyusui √ √ √ √
20.00 Tidur malam √ √
21.00 Tidur malam √ √ √

3.1.2 Data Obyektif


1) Tn. “H”
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/90 mmHg
Suhu : 36,8°C
Nadi : 80x /menit
RR : 22x /menit

32
2) Ny. “A”
a. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 mmHg
Suhu : 36,6°C
Nadi : 84x /menit
RR : 21x /menit
b. Pemeriksaan fisik
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera putih
Mulut : Bersih, tidak ada caries, bibir lembab
Leher : Tidak ada bendungan vena jugularis, dan tidak
ada
pembengkakan kelenjar tiroid
Dada : Simetris, puting susu menojol, tidak teraba
benjolan, kolostrum belum keluar.
Abdomen : Tampak bekas luka operasi.
Ekstermitas : Tidak terdapat oedema dan varises pada
ekstremitas
atas dan bawah
3) By “Z”
a. Pemeriksaan Umum

BB : 3.300 gram
PB : 48 cm
Suhu : 36,7°C
Nadi : 110 x /menit
RR : 30 x /menit
b. Pemeriksaan fisik

33
Kepala : Rambut hitam
Mata : Simetris, konjungtivca tidak pucat, sklera tidak kuning
Hidung : Bersih, tidak ada secret
Mulut : Bersih, bibir lembab, tidak pucat
Leher : Tidak ada benjolan vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada ronche -/-,


weezhing -/-
Perut : Normal, tidak kembung
Genetalia : Normal, testis sudah turun ke skrotum
Ekstremitas : Gerak bebas, tidak odema, tidak varises
Imunisasi : Imunisasi anak saat ini belum lengkap
Tabel 3.3 Data Imunisasi By. Z

No Polio Pentabio Campak


Nama HBO BCG
.
1 2 3 4 1 2 3
1 By “A” 24/3/21 20/4/20 20/4/ 24/02 - - 24/02/ - - -
21 2021 /21 21

Menghitung umur anak


Rumus : tanggal periksa – tanggal lahir
Umur Anak : 2021 - 05 - 08
2021 – 03 - 04 -
2 bln 4 hr

34
3.2 MENENTUKAN DIAGNOSA / MASALAH KEBIDANAN DAN
PRIORITAS MASALAH
a. Analisa Data Kesehatan Keluarga Tn. “H”
Masalah kesehatan yang muncul di keluarga Tn. “H” adalah
Kurangnya Pengetahuan ibu mengenai pemberian ASI Eksklusif
dan perokok aktif padahal ada bayi di dalam rumah.

b. Prioritas Masalah
Tabel 3.4 Menentukan Diagnosa dan Masalah
Diagnosa Masalah Kesehatan
Kurangnya pengetahuan Ibu mengenai Kurangnya pengetahuan
pemberian ASI Eksklusif pemberian ASI Eksklusif

Tn. “H” mempuyai kebiasaan merokok di Kurangnya pengetahuan


dalam rumah tentang dampak rokok
bagi ibu dan bayi.

c.Skoring Masalah
1) Kurangnya pengetahuan Ibu mengenai pemberian ASI Eksklusif
Tabel 3.5 Skoring Masalah 1
Perhitunga
No Kriteria Skor Pembenaran
n
1. Sifat masalah, skala: Memberikan pendidikan
Ancaman kesehatan kesehatan segera
x1 mengenai pemberian
ASI Eksklusif
2. Kemungkinan Pemberian ASI
masalah dapat Eksklusif yang tepat
diubah, skala : hanya sebagian dapat
x2 1
Hanya sebagian diubah dengan
pemberian KIE yang
tepat

35
3. Potensi masalah Maslah pemberian ASI
untuk dicegah, skala: eksklusif yang tepat
Cukup dapat dicegah dengan
memberikan
x1
pengetahuan orangtua
tetntang pentingnya ASI
Eksklusif
4. Menonjolkan Keluarga mengetahui
masalah, skala: masalah itu, tetapi tidak
Adanya masalah melihatnya sebagai
tetap tidak perlu x1
masalah yang harus
segera ditangani
segera ditangani.
Total skore

2) Kurangnya pengetahuan tentang dampak rokok bagi bayi.


Tabel 3.6 Skoring Masalah 2
Perhitunga
No Kriteria Skor Pembenaran
n
1. Sifat masalah, skala: Kebiasaan merokok
Tidak atau kurang merupakan kebiasaan
sehat x1 yang tidak sehat dan
merugikan kesehatan
2. Kemungkinan Merokok yang telah
masalah dapat menjadi kebiasaan
diubah, skala : x2 1 sangat sulit untuk
Hanya sebagian diubah, butuh kemauan
keras dari perokok
3. Potensi masalah Kemungkinan untuk
untuk dicegah, skala: menghindari penyakit
Rendah akibat rokok sangat
rendah, karena zat
x1 yang terkandung dalam
rokok dapat
mempengaruhi hampir
seluruh sistem tubuh
4. Menonjolkan 0 Keluarga menganggap
x1

36
masalah, skala: kebiasaan merokok
Masalah tidak tersebut merupakan
dirasakan suatu masalah, tetapi
tidak melihatnya
sebagai masalah yang
tidak harus ditangani
segera
Total skore 2

d) Prioritas masalah
Dari skoring masalah, didapatkan prioritas masalah sebagai berikut:
Tabel 3.7 Prioritas Masalah
No. Masalah Jumlah
skor
1. Kurangnya pengetahuan Ibu mengenai pemberian ASI
Eksklusif
2. Kurangnya pengetahuan tentang dampak rokok 2
bagi bayi

37
38
3.3 PERENCANAAN
Tabel 3.8 Perencanaan Asuhan Kebidanan Keluarga
Sumber-
Masalah
Masalah Sasaran Tujuan Tindakan Kontak sumber yang
kesehatan
dipakai
1 2 3 4 5 6 7
Pemberian ASI Kunjungan Bahan-bahan
Eksklusif yang rumah yang
belum terlaksana diperlukan :
Buku KIA,
Identifikasi masalah keluarga (pengkajian data) leaflet, waktu
dan tenaga
dari pengkaji,
dan keluarga
yang terlibat
Kurangnya Keluarga Setelah tindakan dan asuhan - Mengucapkan Kunjungan Bahan-bahan
pengetahuan Tn. H yang diberikan, keluarga salam dan rumah yang
Ibu mengenai terutama ibu dapat membina diperlukan :
pentingnya memberikan ASI dengan hubungan - Buku KIA
pemberian ASI tepat baik agar - Leaflet.
Eksklusif tercipta - Waktu dan
hubungan tenaga dari
yang pengkaji,
kooperatif dan
antara keluarga
pengkaji dan yang terlibat
keluarga.
- Menjelaskan
pada keluarga
tentang tujuan
dan manfaat
ASI eksklusif

39
- Menyebutkan
ketepatan
frekuensi dan
jumlah
pemberian
ASI
- Menjelaskan
cara
menyusui
yang benar

Kunjungan
Evaluasi tindakan/asuhan yang telah diberikan
rumah
Bahaya merokok Kunjungan Bahan-bahan
rumah yang
diperlukan :
Buku KIA,
Identifikasi masalah keluarga (pengkajian data) leaflet, waktu
dan tenaga
dari pengkaji,
dan keluarga
yang terlibat
Kurangnya Keluarga Setelah tindakan dan - Mengucapkan Kunjungan Bahan-bahan
pegetahuan Tn. H asuhan yang diberikan, salam dan membina rumah yang
tentang bahaya keluarga mampu mengubah hubungan baik agar diperlukan :
merokok pada perilaku tentang merokok tercipta hubungan - Buku KIA
perokok pasif yang kooperatif - Leaflet.
antara pengkaji dan - Waktu dan
keluarga. tenaga dari
- Beritahu keluarga pengkaji,
kandungan dalam dan
rokok keluarga

40
- Beritahu keluarga yang terlibat
jenis perokok
- Diskusikan dengan
keluarga tentang
bahayanya merokok
- Beritahu keluarga
penyakit akibat
merokok
- Beritahu keluarga
cara mengurangi
resiko menjadi
perokok pasif

Kunjungan
Evaluasi tindakan/asuhan yang telah diberikan
rumah

41
42
3.4 PELAKSANAAN
Tabel 3.9 Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Keluarga
Tangg Masalah Implementasi
al kesehatan
08 Mei 1. Memperkenalkan diri pada ibu.
2021 2. Menjelaskan tujuan pengkajian data
3. Melakukan pengkajian data
Membuat janji untuk melakukan kunjungan
untuk pengamatan.
20 Mei Kurangnya 1. Mengucapkan salam dan membina hubungan
2021 pengetahuan baik agar tercipta hubungan yang kooperatif
Ibu mengenai antara pengkaji dan keluarga.
pentingnya 2. Menjelaskan pada keluarga tentang tujuan
pemberian ASI dan manfaat ASI eksklusif
Eksklusif 3. Menyebutkan ketepatan frekuensi dan jumlah
pemberian ASI
4. Menjelaskan cara menyusui yang benar
20 Mei Kurangnya 1. Mengucapkan salam dan membina hubungan
2021 pegetahuan baik agar tercipta hubungan yang kooperatif
tentang bahaya antara pengkaji dan keluarga.
merokok pada 2. Beritahu keluarga kandungan dalam rokok
perokok pasif 3. Diskusikan dengan keluarga tentang
bahayanya merokok
4. Beritahu keluarga cara mengurangi resiko
menjadi perokok pasif

43
3.5 EVALUASI
Tabel 3.10 Evaluasi Asuhan Kebidanan Keluarga
Tanggal Masala Implementasi
h
keseha
tan
20 Mei Kurangnya S : ibu mengatakan dapat mengerti
2021 pengetahuan tentang tentang penjelasan yang
Ibu mengenai diberikan, dan menyadari pentingnya
pentingnya Pemberian ASI Eksklusif
pemberian ASI O: ibu berencana akan rajin makan
Eksklusif sayuran supaya ASI nya lancar
A : masalah sudah teratasi
P : mengingatkan ibu untuk memberikan
ASI setiap 2 jam sekali
Kurangnya S : Ibu dan keluarga dan mengatakan
pegetahuan sudah mengerti penjelasan petugas
tentang bahaya O : Keluarga dan ibu sudah mampu
merokok pada menjawab beberapa pertanyaan yang
perokok pasif diberikan dan keluarga telah
menerapkan merubah perilaku
kebiasaan buruk tentang merokok
A : Masalah sudah teratasi sebagian
P : Menganjurkan pada Tn. M untuk tetap
mempertahankan untuk mengurangi
kebiasaan merokoknya dan mungkin
dapat dilanjutkan untuk
menghilangkan kebiasaan
merokoknya

44
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan suatu analisa dari pengkajian yang telah


dilakukan serta dikaitkan dengan teori yang sudah ada, yang akan dilihat
kesesuaian antara kasus yang ada dengan teori yang berkaitan. Dalam bab
ini akan diberikan pembahasan mengenai asuhan kebidanan keluarga yang
diberikan pada keluarga Tn. H, warga Dusun Kebonjati Desa Klampok
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.
Menurut Effendy (2008) keluarga memiliki ciri-ciri terorganisasi
yaitu saling berhubungan dan ketergantungan antara anggota
keluarga, adanya keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya dan adanya perbedaan dan kekhususan dalam menjalankan
fungsi dan perannya masing-masing. Pada kasus, keluarga Tn. H
tinggal dalam satu rumah, ditempati oleh Tn. H, Ny.A dan By. Z, serta
orang tua dan kakak Ny .A. Tn. H bertindak sebagai kepala rumah
tangga, tetapi untuk urusan apapun diserakan kembali Ny. A yang
tidak bekerja dan mengurusi segala keperluan yang ada di rumah
setiap harinya dalam melakukan aktifitas rumah tangga. Namun, ketika
memiliki permasalahan tentang rumah, Tn.M juga berdiskusi dengan
orang tua beserta kakak dari Ny.A. By. Z belum bekerja dan belum
sekolah karena usianya yang masih belum cukup umur. Hal ini sesuai
peranan yang yang disebutkan oleh Effendy (2008) yaitu peranan
ayah sebagai suami yang mencari nafkah, dan peranan ibu yang
mengurus rumah tangga. Peranan keluarga ini menggambarkan
seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan

45
dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu
dalam keluarga didasari oleh dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Dari hasil pengkajian data dapat diangkat dua permasalahan
keluarga yaitu, Kurangnya pengetahuan Ibu mengenai pemberian ASI
Eksklusif dengan skor 19/6 dan kurangnya pengetahuan tentang
bahaya merokok dengan skor 2. Dalam hasil pengkajian ini tenaga
kesehatan menyusun masalah-masalah yang telah teridentifikasi
sesuai prioritasnya dengan menggunakan Skala Menyusun Masalah
Kesehatan Keluarga Menurut Prioritas. Dalam skala ini ada 4 kriteria
dalam menentukan prioritas yaitu sifat masalah, kemungkinan dari
masalah dapat diubah, potensi masalah untuk dicegah dan masalah
yang menonjol.
Masalah pertama yaitu kurangnya pengetahuan ibu dan
keluarga tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif, masalah ini
memiliki sifat ancaman kesehatan, karena ketidaktahuan perlu
diberikan penyuluhan segera, selain itu kemungkinan masalah ini
dapat diubah adalah mudah dengan cara pemberian penyuluhan yang
tepat sehingga berpotensi untuk diubah. Selain itu partisipasi keluarga
yang merasa masalah ini harus segera ditangani juga menambah
potensi masalah ini dapat diubah.
Masalah kedua adalah kurangnya pengetahuan keluarga
tentang bahaya merokok, masalah ini memiliki sifat tidak atau kurang
sehat, karena kebiasaan merokok merupakan kebiasaan yang tidak
sehat dan merugikan kesehatan. Namun keluarga tidak menganggap
bahwa masalah ini harus segera ditangani sehingga menambah
potensi masalah ini sulit diubah.

46
Sehingga dari hasil skala menyusun masalah berdasarkan
prioritas didapatkan prioritas pertama dengan skor tertinggi adalah
kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang pentingnya
pemberian ASI Eksklusif, dan kurangnya pengetahuan tentang bahaya
merokok.
Dari prioritas masalah yang sudah ada, disusun perencanaan
sesuai dengan tinjauan teori yang sudah ada. Perencanaan tindakan
disusun sesuai dengan masalah yang ada dalam keluarga meliputi
sasaran, tujuan, tindakan yang akan diberikan, kontak dengan
keluarga, dan sumber yang akan dipakai. Penatalaksanaan dilakukan
mengacu pada perencanaan, dan evaluasi dilakukan sesuai dengan
sasaran dan tujuan asuhan yang ada pada perencanaan.

47
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Asuhan kebidanan komunitas memfokuskan pemberian pelayanan


pada setiap keluarga yang berada dalam wilayah kerjanya. Bentuk
pemberian pelayanan yang dilaksanakan adalah menyelesaikan berbagai
permasalahan di bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak.
Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya bertujuan akhir untuk mengubah
kebiasaan yang telah dilakukan oleh keluarga. Dari berbagai penyuluhan
yang telah dilakukan diharapkan akan mampu meningkatkan
pengetahuan keluarga mengenai permasalahan kesehatan mereka
sehingga diharapkan keluarga akan lebih mandiri dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada di keluarga. Pada keluarga Tn. H setelah
dilakukan beberapa tindakan untuk menyelesaikan masalah yang ada,
kini keluarga Tn. M sudah lebih memahami apa dan bagaimana cara
mengatasi masalah yang ada pada keluarga Tn. H

4.2 Saran

Diharapkan mahasiswa dapat menggali lebih dalam lagi mengenai


kesehatan keluarga dan meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan
kebidanan pada keluarga. Dengan diadakannya penyuluhan ini
diharapkan keluarga dapat mengenali masalah kesehatan serta mampu
mencari penyelesaian secara mandiri.

48
DAFTAR PUSTAKA

Haryono, Rudi dkk. (2014). Manfaat ASI Eksklusif Untuk Buah Hati Anda.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Sri Purwanti, Hubertia. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif Buku Saku
Untuk Bidan. Jakarta: EGC
Nisman, Wenny Artanty. (2011). Panduan Pintar Menyusui. Yogyakarta:
ANDI
Widuri, Hesti. (2013). Cara Mengelola ASI Eksklusif Bagi Ibu Bekerja.
Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Marmi, (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Elisabeth SW & Endang Purwoastuti. (2017). Asuhan Kebidanan Persalinan
& Bayi Baru Lahir. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Haryono, Rudi dkk. (2014). Manfaat ASI Eksklusif Untuk Buah Hati Anda.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Arifin, S. (2004). Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi-nya. Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara
Riskani, R. (2012). Keajaiban ASI (Air Susu Ibu). Jakarta Timur: Dunia Sehat
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 41 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta:
Kemenkes RI
Febry, Ayu Bulan, dkk. 2013. Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Sibagariang, Eva Ellya. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
CVTIM.

49

Anda mungkin juga menyukai