Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL PENELITIAN

DINAMIKA FAKTOR SOSIAL EKONOMI, PENGETAHUAN, DAN


AKSESIBILITAS PELAYANAN KESEHATAN DALAM PROSES PENGAMBILAN
KEPUTUSAN PERTOLONGAN PERSALINAN DI DESA LEMOAPE KECAMATAN
PALAKKA KABUPATEN BONE

DYNAMICS OF SOCIO-ECONOMIC FACTORS, KNOWLEDGE, AND ACCESSIBILITY OF


HEALTH SERVICES IN THE DECISION-MAKING PROCESS FOR BIRTH AID IN
LEMOAPE VILLAGE, PALAKKA DISTRICT, BONE DISTRICT

FITRI

210304501065

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Dinamika Faktor Sosial Ekonomi, Pengetahuan, Dan Aksesibilitas


Pelayanan Kesehatan Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Pertolongan Persalinan Di Desa Lemoape Kecamatan Palakka
Kabupaten Bone

Nama : Fitri
NIM : 210304501065
Program Studi : Administrasi Kesehatan

Menyetujui,

Irwandi Rachman, S.KM.,M.Kes Meliana Handayani,S.KM.,M.Kes


Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui:

Dekan
Ketua
Fakultas Ilmu Keolahragaan dan
Program Studi
Kesehatan
Administrasi Kesehatan

………………………………… ……………………………………
NIP. NIP.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka ...................................................................................... 6
B. Kerangka berpikir ................................................................................. 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian ...................................................................................... 22
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 22
C. Informan Penelitian ............................................................................... 22
D. Desain Penelitian ................................................................................... 23
E. Jenis Data dan Sumber Data .................................................................. 23
F. Instrumen dan Perangkat Penelitian ...................................................... 23
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 23
H. Teknik Analisis Data ............................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 28

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program SDGs (Sustainable Development Goals) memiliki target pada 2030,
mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup
dan mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh
negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per
1.000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH, serta menjamin akses
semesta kepada pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk Keluarga
Berencana (KB), informasi dan edukasi, serta integrasi kesehatan reproduksi ke
dalam strategi dan program nasional. Hingga saat ini, Angka Kematian Ibu (AKI
masih di kisaran 305 per 100.000 Kelahiran Hidup, belum mencapai target yang
ditentukan yaitu 183 per 100.000 KH di tahun 2024. Demikian juga bayi dan balita
yang masih harus kita selamatkan dari kematian. Target kematian Ibu dan anak
dilakukan melalui intervensi spesifik yang dilakukan saat dan sebelum kelahiran.
(Amalia, 2020)

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan strategi untuk


menangani masalah kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Kemampuan dan
keterampilan penolong persalinan sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu
maupun bayi. Menurut hasil penelitian dari 97 negara bahwa ada korelasi yang
signifikan antara pertolongan persalinan dengan kematian ibu. Semakin tinggi
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah akan diikuti penurunan
kematian ibu di wilayah tersebut. (Nurhidayanti et al., 2018)

Di zaman modern, dimana pengobatan berkembang pesat, konsep lama bahwa


ada batasan dalam penggunaan teknologi medis untuk melawan penyakit telah
ditinggalkan, dan peralatan medis menjadi lebih maju dan mutakhir. Namun tidak
menutup kemungkinan kehadiran metode pengobatan tradisional masih
berkembang di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di daerah terpencil dan
terpencil, pelayanan obstetrik masih banyak dilakukan oleh tenaga non kesehatan

4
(Dukun Bersalin) dengan menggunakan cara tradisional. (Susanti & Sosiologi,
2021, p. 2).

Program kemitraan bidan dan dukun bayi ini terdapat di dalam Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis
Standar Pelayanan Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, disebutkan bahwa
langkah untuk mencapai cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
adalah salah satunya dengan melakukan kemitraan bidan dan dukun bayi.
Kemitraan bidan dan dukun bayi adalah kerjasama yang berprinsip keterbukaan,
kesetaraan dan kepercayaan dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi, dengan
menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalihfungsikan dukun
bayi, dengan berdasarakan kesepakatan yang telah dibuat oleh bidan dan dukun
bayi serta melibatkan seluruh elemen masyarakat yang ada. Dalam program ini,
bidan sebagai penolong persalinan dan dukun beralih fungsi menjadi mitra bidan
dalam perawatan ibu dan bayi. Program ini dilakukan yakni untuk mengurangi
angka kematian ibu dan bayi, meningkatkan rujukan persalinan, pelayanan
antenatal, nifas, mengalih fungsi peran dukun bayi dari penolong persalinan
menjadi mitra bidan dan meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan terutama
bidan. (Susanti, 2021)

Dukun dipercayai memiliki kemampuan yang diwariskan turun-temurun untuk


memediasi pertolongan medis dalam masyarakat. Sebagian dari mereka juga
memperoleh citra sebagai “orang tua” yang telah “berpengalaman”. Profil sosial
inilah yang berperan dalam pembentukan status sosial dukun yang karismatik
dalam pelayanan medis tradisional. Pertolongan persalinan oleh non tenaga
kesehatan (dukun bersalin) menimbulkan masalah karena mereka bekerja tidak
berdasarkan ilmiah, pengetahuan mereka tentang fisiologi dan patologi pada
persalinan juga masih sangat terbatas sehingga mereka tidak mengenal tindakan
antiseptik yang dapat mengakibatkan tingginya angka kematian ibu dan bayi.
Pertolongan persalinan oleh dukun menimbulkan berbagai masalah dan penyebab
tingginya angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. (Nurhidayanti et
al., 2018).

5
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan proyeksi ibu
hamil di Sulawesi Selatan sebanyak 158.028 ibu dan ibu melahirkan
mencapai 150.845 ibu. (BKKBN, 2023). Jika diliat dari beberapa kabupaten yang
ada di Provinsi Sulawesi selatan ibu melahirkan memilih dukun bersalin dari tahun
2020-2022 mengalami penurunan, seperti Bantaeng pada tahun 2020 sebanyak
28%, tahun 2022 sebanyak 0,81%. Di kabupaten Bone pada tahun 2020 sebanyak
17,8%, pada tahun 2022 sebanyak 0,72%. (Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi
Selatan, 2023).

Masyarakat Kabupaten Bone mengenal dalam komunitasnya istilah dukun


bersalin, yaitu salah satu istilah yang di juluki kepada Sandro dalam hal yang
berhubungan dengan persalinan anak. Masyarakat kontemporer menggunakan jasa
Sandro yang dikenal dukun beranak. Masyarakat bugis dulunya lebih banyak
memilih jasa Sandro untuk membantu persalinan sebab di anggap sacral dan
biayanya lebih murah dibandingkan dengan bantuan para medis.

Lemoape berjarak 12 kilometer dari Watampone, ibu kota Kabupaten Bugis.


Desa ini terdiri atas pegunungan, hutan, wilayah permukiman, dan area pertanian
seperti sawah dan kebun. Lemoape terdiri atas 4 rukun kampung, yaitu Lagocci,
Ceppungnge, Lajjoro, dan Polewali. Sebagian besar penduduknya mencari nafkah
dengan bertani. Komoditas pertanian utamanya adalah padi, selain itu juga diselingi
dengan berkebun palawija dan kakao. Selain bertani, masyarakat juga beternak. Hal
ini banyak dilakukan, karena dalam mengolah tanah pertaniannya, masyarakat lebih
banyak memanfaatkan tenaga ternak sapi untuk membantu membajak sawah.
Tingkat pendidikan masyarakat mayoritas tamat sekolah dasar. Hanya sebagian
kecil saja yang sampai sekolah menengah atapun perguruan tinggi. Kondisi ini
banyak di sebabkan oleh budaya masyarakat setempat yang biasa menikahkan
anak-anaknya dalam usia muda.

Berkaitan dengan hal diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti


“Dinamika Faktor Sosio Ekonomi, Pengetahuan, dan Aksesibilitas Pelayanan
Kesehatan dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan di Desa Lemoape Kec.
Palakka Kab. Bone”.

6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan atas kajian yang telah dijelaskan pada latar belakang mengenai
masalah tata kelola rumah sakit, untuk itu rumusan penelitian ini adalah
Menganalisis pemanfaatan layanan bantuan dukun bersalin oleh ibu melahirkan di
Desa Lemoape Kec. Palakka Kab. Bone.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan
layanan bantuan oleh ibu Melahirkan di Desa Lemoape Kec. Palakka Kab.
Bone.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan
Keputusan
b. Menganalisis Faktor Aksesibilitas Terhadap Layanan Kesehatan Formal
c. Menilai Persepsi Masyarakat Terhadap Keamanan dan Keefektifan
Layanan Dukun Bersalin
d. Menganalisis Interaksi antara Dukun Bersalin dan Penyedia Layanan
Kesehatan Formal
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan Penelitian ini dapat memberikan sumbangan teoritis
terhadap pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan layanan kesehatan maternal, khususnya dalam konteks praktik
dukun bersalin di desa.

7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat Desa Lemoape
1) Dapat memberikan pandangan praktis untuk meningkatkan layanan
kesehatan maternal di Desa Lemoape, memfasilitasi upaya
perbaikan dalam aksesibilitas dan kualitas layanan.
2) Dapat menjadi dasar bagi pemerintah desa untuk mengembangkan
kebijakan lokal yang lebih inklusif dan mendukung dalam bidang
kesehatan maternal.
3) Diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang
pentingnya pemilihan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
b. Manfaat bagi universitas
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pengetahuan ilmiah di
bidang kesehatan masyarakat, antropologi, dan bidang terkait lainnya.
c. Manfaat bagi peneliti
Peneliti memiliki peluang untuk memberikan kontribusi langsung pada
perubahan sosial dan kesehatan masyarakat, meningkatkan dampak sosial
dari penelitiannya

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Faktor Sosio Ekonomi, Pengetahuan, dan Aksesibilitas Pelayanan
Kesehatan
a. Sosio Ekonomi
Aspek sosio ekonomi adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan
kondisi sosial dan perekonomian keluarga. Beberapa indikator sosio
ekonomi antara lain pekerjaan, pendapatan keluarga, jumlah tanggungan
dalam keluarga, dukungan keluarga dan masyarakat. Faktor sosio ekonomi
berpengaruh terhadap keputusan seseorang untuk memilih pelayanan
kesehatan, dalam hal ini keputusan memilih pertolongan persalinan. Faktor
tersebut salah satunya adalah rendahnya pendapatan keluarga, yaitu apabila
masyarakat yang tidak mempunyai uang yang cukup akan sulit untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas (Sumaryanto,
2003). Menurut (Sumaryanto, 2003) kemiskinan, kebodohan dan
keterbelakangan menyebabkan perempuan tidak tahu hak-hak
reproduksinya serta tidak mempunyai posisi tawar dalam pengambilan
keputusan. Meskipun hal itu menyangkut keselamatan dan kesejahteraan
dirinya sendiri. Jadi kendala yang dihadapi kaum perempuan dalam
memperjuangkan hak-hak reproduksinya adalah tingkat pendidikan
perempuan dan taraf ekonomi keluarga.

b. Pengetahuan (Knowledge)
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu, yakni dengan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Terdapat enam tingkatan pengetahuan, yaitu:

9
1) Mengetahui (Know)
Mengetahui diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan terhadap
objek yang dipelajari.

3) Mengaplikasi (Aplication)
Mengaplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya
(real).

4) Menganalisis (Analysis)
Menganalisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Mensintesis (Synthesis)
Mensintesis yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

10
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.

6) Mengevaluasi (Evaluation)
Mengevaluasi yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat
menanggapi terjadinya diare di suatu tempat dan sebagainya

c. Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan
kesehatan. Pelayanan kesehatan dibedakan dalam dua golongan, yakni :

1) Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan


kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang paling depan,
yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka
mengalami ganggunan kesehatan atau kecelakaan.

2) Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary


health care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan
perawatan lebih lanjut (rujukan). Di Indonesia terdapat berbagai
tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan
rumah sakit tipe A (Umami, 2017)

11
Pelayanan kesehatan masyarakat seyogyanya berlandaskan paradigma
sehat yaitu upaya kesehatan yang mengutamakan pelayanan kesehatan
promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan
kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif
mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit
(Amalia, 2020).
Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat tidak hanya memberikan
pelayanan pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih
penting adalah upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan
kesehatan (promotif), sehingga pelayanan kesehatan bukan hanya
puskesmas atau balkesma saja, tetapi juga dalam kegiatan lain, baik
yang langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit, maupun yang secara tidak langsung berpengaruh kepada
peningkatan kesehatan (Amalia, 2020).
Salah satu pelayanan kesehatan masyarakat yang mengupayakan
tindakan pencegahan dan peningkatan kesehatan adalah Usaha
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM). Usaha Kesehatan Berbasis
Masyarakat antara lain berupa posyandu, dana sehat, poliklinik desa
(polindes), pos obat desa (POD), pengembangan masyarakat atau
community development, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya
peningkatan pendapatan (income generating) dan sebagainya (Amalia,
2020). Akses pelayanan kesehatan secara nasional mengalami
peningkatan, namun pada daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, serta
pulau-pulau kecil terdepan dan terluar masih rendah. Jarak fasilitas
pelayanan yang jauh disertai distribusi tenaga kesehatan yang tidak
merata dan pelayanan kesehatan yang mahal menyebabkan rendahnya
aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan (Permenkes
Nomor 71 Tahun 2013, 2013).

Beberapa daerah terutama daerah pedesaan, akses pelayanan


kesehatan yang menyediakan pelayanan persalinan masih sangat

12
terbatas. Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan
kesehatan anak sudah diadakan program Kesejahteraan Ibu dan Anak
(KIA) sejak awal tahun 1950an, program tersebut pada klinik KIA yang
kemudian diintegrasikan dengan klinik-klinik yang lain dalam satu
pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas. Klinik KIA ini biasanya
dipimpin oleh seorang bidan. Tahun 1985 dicanangkan program
Keluarga Berencana/Kesehatan di Posyandu. Namun ternyata
Posyandu belum dapat menurunkan AKI. Pada awal tahun 1990, untuk
mendekatkan pelayanan KIA kepada masyarakat diadakan program
Bidan Desa dengan menempatkan para bidan di desa di seluruh
Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1996 dikembangkan program
Gerakan Sayang Ibu (GSI) dengan menonjolkan peran masyarakat yang
didukung stakeholder dan kerjasama lintas sektor dalam upaya
penurunan angka kematian ibu (Permenkes Nomor 71 Tahun 2013,
2013).

Pada tahun 2000 mencanangkan kebijakan Making Pragnancy Safer


(MPS) dengan 3 pesan kunci yaitu, setiap persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan, setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat
pertolongan yang adekuat, setiap perempuan usia subur mempunyai
akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan oleh
penanganan komplikasi paska keguguran (Umami, 2017). Walaupun
banyak program yang tersedia, namun hanyak masyarakat yang tinggal
tidak jauh dari Klinik KIA yang mengunjungi dan mendapat
pengawasan (Prawirohardjo, 2008). Bedasarkan Hasil Riset Kesehatan
Dasar (2007), persentase pertolongan persalinan oleh dukun bayi
tradisional lebih tinggi pada daerah pedesaan 45.9% dibanding
perkotaan 19,8% (Rikesdas, 2008).

d. Perilaku Individu
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku dipandang dari segi biologis
adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi

13
perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia
itu sendiri. Menurut Sarwono (1997), perilaku manusia merupakan hasil
dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi individu
terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.Respon
ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) maupun aktif (disertai tindakan).
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme
atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek. Respon ini
berbentuk dua macam, yaitu:

1) Bentuk pasif
Merupakan respon internal yaitu respon yang terjadi dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain,
seperti berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
Misalnya seseorang yang menganjurkan orang lain untuk mengikuti
keluarga berencana (KB) meskipun orang tersebut tidak ikut KB.
Dari contoh tersebut terlihat bahwa si ibu telah mempunyai sikap
yang pasif untuk mendukung KB, meskipun ibu tersebut belum
melakukan secara kongkrit terhadap hal tersebut. Oleh karena itu
perilaku ini masih terselubung (cover behavior).

2) Bentuk aktif
Merupakan perilaku yang dapat diobservasi secara langsung,
misalnya pada contoh kedua tersebut di atas si ibu sudah membawa
anaknya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi
dan orang pada kasus kedua sudah menjadi akseptor KB. Oleh
karena itu perilaku ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata
(overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

14
2. Pemilihan Pertolongan Persalinan
a. Pemilihan / Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan yang optimal menurut Robbins (2002) adalah
rasional, artinya seseorang membuat pilihan memaksimalkan nilai yang
konsisten dalam batas-batas tertentu. Pilihan-pilihan dibuat mengikuti
model pengambilan keputusan rasional yaitu menetapkan masalah,
mengidentifikasikan kriteria keputusan, mengalokasikan bobot pada
kriterianya, mengembangkan alternatif, mengevaluasi alternatif, dan
memilih alternatif yang terbaik.

Tanda-tanda umum dari penetapan keputusan (decision making) adalah


keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual,keputusan selalu
melibatkan pilihan dari berbagai alternatif, keputusan selalu melibatkan
tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau
dilupakan. Menurut Rakhmat (2005), meskipun masih belum banyak yang
dapat diungkapkan tentang proses penetapan keputusan. Tapi telah
disepakati, bahwa faktor-faktor personal sanga tmenentukan apa yang
diputuskan, antara lain kognisi, motif dan sikap. Kognisi artinya kualitas
dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Motif sangat mempengaruhi
pengambilan keputusan. Sikap merupakan faktor penentu lainnya dalam
proses pengambilan keputusan.

b. Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2008).
Persalinan merupakan ekspulsi atau ekstraksi lengkap janin dari ibu, tanpa
memandang apakah tali pusat sudah dipotong atau plasenta masih melekat
(Cunningham et al., 2006). Persalinan dapat dilalui dengan dua proses, yaitu
dengan tenaga ibudisebut persalinan spontan sedangkan jika melalui operasi
sectio caesaria disebut persalinan buatan.

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

15
(a) Power, dengan adanya kontraksi dan kekuatan mengedan dari
ibu mendorong janin ke arah bawah, kontraksi ini juga
menimbulkan putaran paksi dalam, penurunan kepala atau
bagian terendah sehingga menekan serviks dimana terdapat
pleksus frankenhauser yang menyebabkan terjadinya kontraksi
dan refleks mengedan. Dengan adanya kontraksi dan refleks
mengedan, semakin mendorong bagian terendah sehingga
terjadi pembukaan dan dilatasi serviks.
(b) Passage, persalinan dapat berlangsung dengan baik tergantung
pada luasnya jalan lahir yang terutama ditentukan oleh bentuk
panggul dan ukuran panggul.
(c) Passenger, untuk persalinan kepala janin adalah bagian yang
terpenting karena dalam persalinan perbandingan antara
besarnya kepala dan luasnya panggul sangat menentukan.
(d) Posisi, dalam persalinan ada beberapa alternatif posisi yang
dapat digunakan ibu dalam persalinan.
(e) Psikologi, dukungan psikologis pada ibu bersalin sangat penting
untuk memperlancar proses persalinan Ibu bersalin yang tidak
didukung secara emosional memicu reaksi psikologis yang
mengganggu efisiensi kemajuan persalinan (Farrer, 2001).
2) Tanda-tanda persalinan
(a) Terjadinya his persalinan yaitu pinggang terasa sakit yang
menjalar kedepan, sifatnya teratur, interval semakin pendek,dan
kekuatannya semakin besar.
(b) Keluar lendir campur darah dari jalan lahir atau bloody show.
(c) Pengeluaran cairan ketuban menjelang pembukaan lengkap
3) Tahapan dalam persalinan
Persalinan dibagi menjadi empat kala yang berbeda, yaitu :

16
(a) Kala satu persalinan, mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus
dengan frekuensi, intensitas, dan durasi yang cukup untuk
menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif.
Kala satu persalinan selesai ketika serviks sudah membuka
lengkap sekitar 10 cm, sehingga memungkinkan kepala janin
lewat. Oleh karena itu, kala satu persalinan disebut stadium
pendataran dilatasi serviks.
(b) Kala dua persalinan, mulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap,
dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala dua persalinan adalah
stadium ekspulsi janin.
(c) Kala tiga persalinan, mulai segera setelah janin lahir, dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin.
Kala tiga persalinan adalah stadium pemisahan dan
ekspulsi plasenta.
(d) Kala empat persalinan, 2 jam pertama paska persalinan
merupakan waktu kritis bagi ibu dan neonatus. Keduanya baru
saja mengalami perubahan fisik luar biasa dimana ibu baru
melahirkan bayi dari dalam perutnya dan neonatus sedang
menyesuaikan kehidupan dirinya dengan dunia luar
(Cunningham et al., 2006).
4) Tanda-tanda bahaya dalam persalinan
(a) Terjadinya pengeluaran abnormal yaitu : darah pervaginam dan
cairan yang cukup banyak.
(b) Tekanan darah meningkat dengan gejala : sakit kepala yang
hebat, penglihatan yang kabur, nyeri epigastrium.
(c) Muntah-muntah yang berlangsung lama dan berat.
(d) Suhu badan meningkat (Manuaba, 1998).
c. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan adalah pertolongan ibu bersalin yang
mendapatkan pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

17
yang memiliki kompetensi kebidanan. Sedangkan yang dimaksud
dengan kompetensi kebidanan adalah keterampilan yang dimiliki oleh
tenaga kesehatan dalam bidang pelayanan kebidanan (Dokter dan
Bidan) (Depkes, 2004). Pertolongan persalinan ditujukan pada
penatalaksanaan proses persalinan pada Kala I, Kala II, Kala III, dan
Kala IV (Prawirohardjo, 2008).

d. Penolong persalinan
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan, dijelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Jenis tenaga kesehatan tersebut adalah tenaga medis, tenaga keperawatan
(termasuk bidan), tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga
gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisan medis. Untuk melakukan
upaya pertolongan persalinan, tenaga kesehatan yang berwenang dan
memiliki kompetensi adalah bidan, dokter obstetrik dan dokter umum.
Profesi ini bersifat resmi, memiliki kode etik dan melalui jenjang
pendidikan tertentu yang diakui secara hukum serta mendapat sanksi jika
melakukan pelanggaran. Namun, pertolongan persalinan juga dilakukan
oleh dukun bayi, yaitu seorang anggota masyarakat yang mendapat
kepercayaan serta memiliki keterampilan secara turun menurun
(Prawirohardjo, 2008).

1) Tenaga Kesehatan Kebidanan

18
(a) Pengertian
Tenaga kesehatan kebidanan adalah seorang yang telah
menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh
negara tempat dia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan
studi terkait kebidanan serta memenuhi persyaratan untuk
terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktik bidan
(Soepardan, 2006).

Selanjutnya, Federation of International Gynaecologist and


Obstetritian atau FIGO (1991) dan World Health Organization
atau WHO (1992) menyempurnakan pengertian bidan yaitu
seseorang yang telah menyelesaikan Program Pendidikan Bidan
yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi
izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri tersebut.
Sementara itu Departemen Kesehatan pada tahun 1990,
menggulirkan program bidan desa yaitu dengan mewajibkan
bidan bertempat tinggal serta bertugas melayani masyarakat di
wilayah kerjanya yang meliputi 1 sampai 2 desa. Bidan Desa
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas dan
bidan koordinator serta bekerja sama dengan perangkat desa.
(b) Peran dan fungsi bidan
Bidan harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan
nasihat yang dibutuhkan kepada ibu selama masa hamil, persalinan
dan masa paska persalinan (post partum period), memimpin
persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi
baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif,
pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan
mengupayakan bantuan media serta melakukan tindakan
pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik
lainnya (Soepardan, 2006).

19
Bidan mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan
kesehatan, tidak hanya untuk ibu, tetapi juga termasuk keluarga dan
komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan
persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas kedaerah tertentu
dari ginekologi, keluarga berencana dan asuhan anak (Soepardan,
2006).
2) Dukun bayi
(a) Pengertian
Dukun bayi adalah anggota masyarakat yang dianggap terampil
dan dipercaya oleh masyarakat untuk melakukan pertolongan
persalinan bekerjasama dengan bidan desa (Depkes RI, 2004).
Dukun bayi biasanya seorang wanita, menjadi dukun bayi
karena turun menurun, atau oleh karena merasa mendapat
panggilan untuk menjalankan pekerjaan itu (Prawirhardjo,
2008).

(b) Peran dukun bayi dalam pertolongan persalinan


Pada kehidupan masyarakat pedesaan yang memegang nilai-
nilai tradisi, dukun bayi mempunyai peranan penting dalam
memberikan pertolongan persalinan karena dianggap dapat
memberikan rasa aman secara psikologis bagi ibu yang
menghadapi persalinan. Persalinan tradisional yang diberikan
dukun bayi bukan hanya pada saat persalinan tetapi sampai 40
hari setelah persalinan. Untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan dalam pertolongan persalinan, dukun bayi
diberikan pelatihan dan setelah pelatihan dibekali dukun kit
yaitu alat dan kelengkapan untuk menolong persalinan. Dalam
pelaksanaan pertolongan persalinan oleh dukun bayi,
didapatkan berbagai hambatan, antara lain :

20
(1) Dukun bayi kurang menyadari manfaat penggunaan dukun
kit
(2) Dukun bayi kurang menghiraukan cara pertolongan
persalinan yang bersih dan aman
(3) Kurangnya kemampuan dukun bayi dalam mengenali resiko
tinggi persalinan
(4) Dukun bayi kurang menyadari bahaya akibat keterlambatan
merujuk pada kasus resiko tinggi persalinan (Depkes RI,
1993).
3. Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pertolongan
Persalinan
Pengambilan keputusan merupakan pilihan yang harus dilakukan oleh
ibu hamil dalam pertolongan persalinan, dan merupakan bentuk nyata dari
perilaku ibu hamil dalam memilih pertolongan persalinan. Menurut Sarwono
(2004) yang mengutip pendapat Andersen (1968) dalam teori “Andersen’s
Behavioral model of Health Service Utilization”, bahwa keputusan untuk
mencari alternatif pelayanan kesehatan itu ada tiga komponen yaitu:
predisposition (predisposisi), enabling (pendukung), dan need (kebutuhan).

21
a. Predisposition (predisposisi) mempunyai tiga kompenen yaitu:
demografi (usia, jenis kelamin, status perkawinan dan jumlah anggota
keluarga); struktur sosial (jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan, ras,
dan kesukuan); budaya dan kepercayaan kesehatan.
b. Enabling (pendukung) mempunyai dua komponen yaitu : sumber daya
keluarga (penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa pelayanan
dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan); dan sumber daya
masyarakat (jumlah sarana pelayanan kesehatan, jumlah tenaga
kesehatan, rasio penduduk dan tenaga kesehatan, lokasi sarana
kesehatan).
c. Need (kebutuhan) merupakan komponen yang paling langsung
berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan. Komponen ini diukur
dengan laporan tentang berbagai gejala penyakit, dan jenis penyakit, dan
fungsi-fungsi tubuh yang terganggu (Sarwono, 2004).
Dalam penelitian ini, konsep determinan perilaku pemilihan pelayanan
kesehatan hanya dilihat dari faktor predisposition dan enabling, sedangkan
faktor kebutuhan (need) tidak peneliti jadikan sebagai variabel penelitian
mengingat faktor need dalam pemilihan penolong persalinan dilihat kurang
relevan, karena unsur yang terdapat dalam need tersebut berupa jenis penyakit,
lama sakit dan lebih mengarah pada kondisi penyakit individu, sedangkan
untuk pemilihan penolong persalinan bukan merupakan suatu jenis penyakit
atau kondisi penyakit yang dialami oleh individu tetapi menyangkut masalah
sumber daya manusia kesehatan.

22
B. Kerangka Berpikir

Informasi mengenai
persalinan Pengalaman Pendidikan

Pengetahuan
Sikap
Gangguan Motivasi Sosial ekonomi
Kehamilan
Persalinan Perilaku
Akses pelayanan
kesehatan

Pemilihan
Pertolongan
Persalinan

Dukun bersalin Tenaga kesehatan


kompetensi kebidanan

Keterangan :

: Yang diteliti

: Yang tidak diteliti

Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir

23
Keterangan :
Dinamika Sikap, motivasi, dan perilaku seorang ibu dalam menentukan pertolongan
persalinan, dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti pengetahuan yang
dipengaruhi tingkat pendidikan, pengalaman dan informasi yang didapat mengenai
persalinan, sosial ekonomi, akses pelayanan kesehatan, serta gangguan kehamilan
dan persalinan. Namun untuk faktor gangguan kehamilan dan persalinan tidak
diteliti. Pemilihan pertolongan persalinan dibagi menjadi 2 yaitu pertolongan
persalinan dengan bantuan tenaga kesehatan yang berkompetensi kebidanan dan
dengan bantuan dukun bersalin.

24
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka dalam penelitian ini metode
yang akan digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana penelitian
adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi (dalam Sugiyono, 2011).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian


1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2023

2. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Desa Lemoape Kec. Palakka Kab. Bone.
Alasan dipilihnya Desa Lemoape ini dikarenakan desa Lemoape merupakan
salah satu Desa penyangga atau desa yang dekat dengan ibu kota kecamatan
Palakka yang seharusnya sudah lebih maju terutama pengetahuannya
tentang dunia medis, namun ternyata di desa ini masih dijumpai dukun
beranak dan ibu hamil yang bersalin kedukun beranak.

C. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang akan melahirkan

dan pernah melahirkan di Desa Lemoape. Penentuan informan menggunakan

metode Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan

pertimbangan tertentu, dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan Faktor

Sosial Ekonomi, Pengetahuan, Dan Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan Dalam

Proses Pengambilan Keputusan Pertolongan Persalinan Di Desa Lemoape

25
Kecamatan Palakka Kabupaten Bone. Penelitian yang akan di lakukan berkaitan

dengan ibu hamil yang akan melahirkan maka sistem maka sampel yang dipilih

adalah orang yang mempunyai peran dalam Faktor Sosial Ekonomi, Pengetahuan,

Dan Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan Dalam Proses Pengambilan Keputusan

Pertolongan Persalinan Di Desa Lemoape Kecamatan Palakka Kabupaten Bone,

yang terkait dukun bersalin dan bidan di fasyankes.

1. Informasi kunci
Ibu hamil akan melahirkan dan pernah melahirkan di desa lemoape kec.
Palakka kab. Bone

2. Informan utama
Dukun bersalin dan bidan di fasilitas pelayanan kesehatan

3. Informan pendukung
Keluarga ibu hamil yang akan melahirkan

D. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis yaitu dengan cara
menguraikan sekaligus menganalisis. Dengan menggunakan kedua cara secara
bersama- sama maka diharapkan objek dapat diberikan makna secara maksimal.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengkaji dinamika pemilihan penolong
bersalin oleh ibu melahirkan secara mendalam dan menyeluruh. Desain deskriptif
analisis digunakan untuk menggambarkan secara akurat sifat-sifat dari beberapa
faktor sosio ekonomi, pengetahuan dan aksesibilitas pelayan kesehatan yang ada
di Desa Lemoape.

E. Jenis data dan Sumber data\


1. Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, artinya
data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif ini
diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya
observasi, analisis dokumen, dan wawancara. Bentuk lain pengambilan data

26
dapat diperoleh dari gambar melalui pemotretan atau rekaman video yang dapat
dijadikan sebagai dokumentasi (Rukajat, 2018).

2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

1) Data Primer, yaitu data dari penelitian di lapangan, dokumen dan


para informan yaitu para ibu hamil dan bersalin yang memilih
persalinan di fasyankes dan dukun bersalin di Desa Lemoape Kec.
Palakka Kab. Bone
2) Data sekunder, yaitu kajian pustaka dalam bentuk buku-buku atau
artikel- artikel yang ada hubungannya dengan pembahasan
judul penelitian ini.
F. Instrumen Dan Perangkat Penelitian
Instrumen penelitian harus relevan dengan masalah yang dikaji karena
merupakan komponen penting dalam pengumpulan data. Karena penelitian ini
adalah jenis penelitian kualitatif, peneliti sendiri menggunakan alat tulis menulis
seperti buku, pulpen, kamera, pedoman wawancara, pensil, dan alat perekam.

G. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Observasi (pengamatan) yaitu dilakukan peneliti dengan cara terjun
langsung ke lapangan atau tempat yang akan diteliti baik pengamatan secara
langsung maupun tidak, dimana hal ini bertujuan untuk mendapatkan data
di lapangan khususnya di lokasi penelitian, yaitu di desa Sejahtera untuk
mengecek kebenaran dan memperkuat hasil wawancara dengan informan.
Pedoman observasi merupakan alat pengumpul data dengan cara melakukan
pengamatan langsung dan mencatat semua gejala yang tampak pada saat
penelitian dilakukan. Hal ini digunakan guna mendapatkan data yang
sebenarnya. Observasi ini dilakukan untuk mengamati apa yang
menyebabkan dukun beranak masih tetap eksis dikalangan masyarakat.
Kemudian mencatat hal-hal yang berhubungan dengan yang diteliti.

27
2. Wawancara
Wawancara adalah cara-cara memperoleh data dengan berhadapan
langsung, bercakap-cakap, baik antara individu dengan individu maupun
individu dengan kelompok. Dalam kegiatan penelitian ini penulis
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan. Dalam teknik ini melakukan
wawancara terpimpin dengan cara berkomunikasi secara langsung dengan
informan menurut daftar pertanyaan yang telah disusun. (dalam Ratna,
2010). Pedoman wawancara merupakan catatan yang berisikan data yang
akan kita ambil. Wawancara dilakukan dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan yang telah dibuat penulis sebelum sebelum terjun ke lapangan.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan tujuan untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancara diminta penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi faktor
mengapa masih menggunkan dukun beranak dalam proses persalinan.

3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
cerita, biografi, peraturan, kebijkan. Dokumen yang berbentuk gambar
misalnya foto. Dalam kegiatan penelitian ini penulis menggunakan kamera
untuk memfoto hal-hal yang menurut penulis penting danmengumpulkan data
dari pihak desa.

4. Tinjauan literatur
Peneliti membaca buku-buku yang dapat membantu peneliti melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang relevan. Tinjauan literatur digunakan
sebagai bagian dari komponen teknik pengumpulan data. Pemahaman tentang
tinjauan literatur adalah sebagai berikut (Sulistyo-Basuki, 2006: 220). Pada tinjauan
literatur, seseorang secara sistematis mencoba membaca semua literatur yang
relevan dalam sebuah subjek, kadang-kadang mewawancarai pakar dalam subjek

28
tersebut, kemudian mengorganisasi, mensintesis, dan menilai secara kritis sejumlah
julatan (range) informasi.

H. Teknik Analisis Data


Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah
data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka
serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi. Data bisa saja
dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen,
pita rekaman) dan biasanya diproses terlebih dahulu sebelum siap digunakan
(melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis
kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang
diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika sebagai
alat bantu analisis.

Menurut miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan
yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verivikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data , penyajian
data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi sebagai sesuatu yang saling jalin
menjalin merupakan proses siklus dan interaksi pada saat sebelum, selama, dan
sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang membangun wawasan umum
yang disebut “analisis” (Ulber Silalahi, 2009: 339).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif mencakup


transkip hasil wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data dan triangulasi.
Dari hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik kesimpulan. berikut ini adalah
teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti:

1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan
akhirnya dapat ditarik dan diverivikasi. Reduksi data atau proses transformasi
ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap

29
tersusun. Jadi dalam penelitian kualitatif dapat disederhanakan dan
ditransformasikan dalam aneka macam cara: melalui seleksi ketat, melalui
ringkasan atau uraian sigkat, menggolongkan dalam suatu pola yang lebih luas,
dan sebagainya.

2. Analisis perbandingan Dengan Triangulasi


Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331). Adapun untuk mencapai
kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara


b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
3. Menarik kesimpulan
Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan dan verivikasi. Ketika
kegiatan pengumpullan data dilakukan, seorang penganalisis kualitatif mulai
mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan,
konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi.
Kesimpulan yang mula-mulanya belum jelas akan meningkat menjadi lebih
terperinci. Kesimpulan-kesimpulan “final” akan muncul bergantung pada
besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya,
penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti,
dan tuntutan pemberi dana, tetapi sering kali kesimpulan itu telah sering
dirumuskan sebelumnya sejak awal.

30
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, L. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemilihan


Penolong Persalinan.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. (2023). Badan Pusat Statistik
Provinsi Sulawesi Selatan.
https://sulsel.bps.go.id/indicator/40/1919/1/proporsi-perempuan-pernah-
kawin-15-49-tahun-yang-pernah-melahirkan-anak-lahir-hidup-dalam-2-
tahun-terakhir-tidak-di-fasilitas-kesehatan.html
BKKBN. (2023). 800 PKB dan Kader TPK Ikuti Intensifikasi pendampingan Ibu
hamil dan Pascapersalinan – Keluarga Indonesia.
https://keluargaindonesia.id/2023/08/04/800-pkb-dan-kader-tpk-ikuti-
intensifikasi-pendampingan-ibu-hamil-dan-pascapersalinan/
Nurhidayanti, S., Margawati, A., & Kartasurya, M. I. (2018). Kepercayaan
Masyarakat terhadap Penolong Persalinan di Wilayah Halmahera Utara.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 13(1), 46.
https://doi.org/10.14710/jpki.13.1.46-60
Permenkes Nomor 71 Tahun 2013.pdf. (2013).
Sumaryanto. (2003).
Susanti, D. (2021). Program Kemitraan Bidan Dan Dukun Bayi Dalam Menolong
Persalinan Di Desa Rukun Rahayu Kecamatan Jirak Jaya Kabupaten
Musi Banyuasin.
Susanti, D., & Sosiologi, J. (2021). Program Kemitraan Bidan Dan Dukun Bayi
Dalam Menolong Persalinan Di Desa Rukun Rahayu Kecamatan Jirak
Jaya Kabupaten Musi Banyuasin.
Umami, M. (2017). Eksistensi Dukun Beranak Di Desa Sejahtera Kecamatan
Sukadana Kabupaten Kayong Utara. 5.

31

Anda mungkin juga menyukai