Anda di halaman 1dari 49

HALAMAN JUDUL

POLA PERAWATAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL


BERDASARKAN SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT DI WILAYAH
DESA KOMBA-KOMBA KECAMATAN KABANGKA KABUPATEN
MUNA 2020

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana

OLEH

LILIN RAHMAWATI

J1A117233

JURUSAN KESEHATANMASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
HALAMAN PENGAJUAN

Proposal

POLA PERAWATAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL

BERDASARKAN SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT DI WILAYAH

DESA KOMBA-KOMBA KECAMATAN KABANGKA KABUPATEN

MUNA 2020

Disusun dan Diajukan Oleh:

LILIN RAHMAWATI

J1A117233

Telah Di Setujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr.H. Ruslan Majid, M.Kes Akifah, S.K.M., M.P.H.


NIP: 196101091990031003 NIP:

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat

Dr. Asnia Zainuddin, M. Kes


NIP. 19670601 200212 2 004

ii
Rastika Dwiyanti Liaran, S.KM., M. Kes
Nip:
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGAJUAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................6
1.2 Tujuan umum....................................................................................................6
2.2 Tujuan khusus...................................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................7
1.4.1 Manfaat praktis.............................................................................................7
1.4.2 Manfaat teoritis.............................................................................................7
1.4.3 Manfaat bagi peneliti.....................................................................................7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian..................................................................................7
1.6 Organisasi / Sistematika.....................................................................................8
1.7 Daftar Istilah/Glosarium....................................................................................8
BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................9
2.1 Tinjaun Tentang Pola Perawatan Ibu Hamil.....................................................9
2.2 Tinjauan Umum Tentang Pelayanan ANC Bagi Ibu Hamil...........................10
2.3 Tinjauan Tentang Sosial.................................................................................12
2.4 Tinjauan Tentang Budaya................................................................................13
2.5Tinjauan Tentang Perawatan Persalinan..........................................................21
2.6 Tinjauan Tentang Kehamilan...........................................................................22
2.7 Tinjauan Tentang Hasil Penelitian Sebelumnya..............................................25
2.8 Kerangka Teori................................................................................................29
2.9 Kerangka Konsep.............................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................31
3.1 Jenis Dan Desain Penelitian.............................................................................31
3.2 Pengelolaan Peran Sebagai Peneliti.................................................................31
3.3 Lokasi Penelitian..............................................................................................31
3.4 Sumber Data.....................................................................................................31
3.5 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................32
3.6 Teknik Analasis Data.......................................................................................33
3.7 Pengecekan Validitas Temuan/Kesimpulan....................................................34
3.8 tahap-tahap penelitian dan jadwalnya.............................................................36
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
LAMPIRAN..........................................................................................................43
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu peristiwa alami dan fisiologis yang terjadi pada

wanita yang di dahului oleh suatu peristiwa fertilaisasi yang membentuk zigot dan

akhirnya menjadi janin yang mengalami proses perkembangan dalam uterus,

sampai proses persalinan. Pada proses kehamilan terjadi perubahan fisiologi dan

psikologis sehingga ibu hamil memerlukan informasi dari petugas kesehatan

melalui antenatal care (Jasmawati, et al, 2017).

Pelayanan kesehatan ibu selama kehamilan merupakan hal penting bagi

ibu hamil dan kandungannya, upaya pelayanan tersebut merupakan salah satu

upaya pencegahan terhadap kondisi buruk yang dapat terjadi pada seorang ibu

hamil. Adapun kondisi paling buruk yang dapat terjadi pada seorang ibu hamil

adalah kematiann. Kematian ibu hamil di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

pendidikan dan pengetahuan, social budaya, sosial ekonomi, geografi dan

lingkungan, aksesabilitas ibu pada fasilitas kesehatan serta kebijakan makro dalam

kualitas pelayanan kesehatan (Nyoman, at al, 2016).

Disadari atau tidak disadari faktor-faktor kepercayaan dan konsepsi-

konsepsi budaya termasuk di dalamnya pengetahuan tradisional mendasari sikap

dan perilaku masyarakat kaitannya dengan perawatan kehamilan, kepercayaan dan

konsepsi-konsepsi budaya yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan ibu

hamil. Kesehatan ibu hamil merupakan salah satu indikator status kesehatan

masyarakat. Masalah kelahiran dan kehamilan berkaitan erat dengan unsur budaya

1
2

di masyarakat. Bila kita lihat dari bentang wilayah, hampir semua budaya dari

Sabang hingga Merauke memiliki tradisi dalam proses kehamilan, persalinan dan

kelahiran bayi. Peran sosial budaya merupakan kondisi yang sudah melekat dalam

masyarakat tertentu sehingga banyak masyarakat menganggap bahwa kehamilan

itu adalah hal biasa dan kodrat yang harus ditanggung oleh wanita dalam

perkawinan (Kasnodihardjo, et al, 2012).

Secara umum ada empat faktor yang mempengaruhi buruknya keseshatan

reproduksi yaitu, faktor sosial-ekonomi dan demografi yaitu faktor kemiskinan,

pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan perkembangan seksual serta proses

reproduksi dan lokasi tempat tinggal yang terpencil, faktor budaya dan lingkungan

misalnya praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi,

kepercayaan banyak anak banyak rejeki, faktor psikologis yaitu dampak keretakan

orang tua dan remaja dan depresi karena ketidak seimbangan hormonal, dan faktor

biologis yaitu cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit

menular seksual dan sebagainya (Yusran, et al, 2017).

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan

suatu bangsa. Kematian ibu merupakan kematian seorang wanita yang dapat

disebapkan pada saat kondisi hamil atau menjelang 42 hari setelah persalinan.

Hal ini dapat terjadi akibat suatu kondisi yang berhubungan atau diperberat oleh

kehamilannya maupun dalam penatalaksanaan,tetapi bukan termaksud kematian

ibu hamil yang diakibatkan karena kecelakaan (Maternity & Putri, 2017).

Pada tahun 2013 WHO mencatat hampir 800 (99%) wanita meninggal

setiap hari akibat komplikasi pada masa kehamilan dan persalinan dan terjadi
3

dinegara-negara berkembang (WHO, 2014). Menurut Ketua Komite Ilmiah

International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health

(ICIFPRH), Meiwita Budhiharsana, hingga tahun 2019 AKI Indonesia masih tetap

tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. Padahal, target AKI Indonesia pada

tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Kepala Badan Kependudukan

dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, dalam acara

Nairobi Summit dalam rangka ICPD 25 (International Conference on Population

and Development ke 25) yang diselenggarakan pada tanggal 12-14 November

2019 menyatakan bahwa tingginya AKI merupakan salah satu tantangan yang

harus dihadapi Indonesia sehingga menjadi salah satu komitmen prioritas

nasional, yaitu mengakhiri kematian ibu saat hamil dan melahirkan (Susiana,

2019).

Kematian ibu di Sulawesi Tenggara Tahun 2019 umumnya disebabkan

oleh gangguan sistem peredaran dara, penyebab lain-lain (retensio Urine, Asma

Bronkial, Febris, Post Sectio Caesarea, sesak nafas, Dekompensasi Cordis,

Plasenta Previa, komplikasi TBC, gondok, gondok beracun, TBC). Kemudian

disebabkan oleh perdarahan, Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK), infeksi,

gangguan metabolisme dan tinggi kehamilan, keterlambatan merujuk, terlambat

sampai di fasilitas pelayanan kesehatan, terlambat mendapat pertolongan yang

dapat mengakibatkan kematian, faktor sosial budaya dan ekonomi (Dinkes Sultra,

2019).

Dari data Profil Kesehatan Kab/Kota dan Laporan Tahunan Program KIA

Tahuan 2019 Angka Kematian Ibu dalam waktu lima tahun terkahir menunjukan
4

trend penurunan dari tahun 2017 sampai 2018, namun pada tahun 2019 Angka

Kematian Ibu kembali meningkat 117 AKI/100.000 KH. Bila dibandingkan target

MDG’s 2015 yaitu sebesar 105 AKI/100.000 KH, dapat dikatan bahwa target

tersebut tidak tercapai. Namun demikian upaya menurunkan AKI juga tidak dapat

sepenuhnya dikatakan gagal, walaupun diperlukan upaya yang lebih keras untuk

dapat mencapai target yang harus diikuti dengan peningkatan pelayan ANC (Ante

NatalCare), ONS (Peri Natal Care), peningkatan kompetensi tenaga kesehatan

dan peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan yang memenagruhu standar. Angka

Kematian Ibu (AKI) tahun 2019 tertinggi terdapat di Muna barat, Konawe

Kepulauan, dan Muna Barat. Di Muna sendiri tercatat menduduki peringakat ke 2

terendah Angka Kematian Ibu, namun meskipun begitu AKI tidak boleh

diremehkan karena dalam setiap tahap pada proses kehamilan sampai pasca

persalinan seorang ibu memiliki risiko untuk meninggal, karna hal tersebut maka

harus diperjuangkan agar AKI tersebut tidak meningkat. Salah satu cara yang bisa

dilakukan oleh ibu hamil untuk menurunkan risiko kematian adalah dengan

menerapkan gaya hidup sehat sejak sebelum, selama, dan setelah kehamilan, Serta

melakukakan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) sesuai jadwal yang telah

ditetapkan (Dinkes Sultra, 2019).

Wilayah desa Komba-komba merupakan satu-satunya wilayah pesisir di

wilayah kerja puskesmas kabangka dimana daerah tersebut bertempat cukup jauh

dari fasilitas kesehatan. Salah satu indikator perawatan kehamilan adalah

pemeriksaan kehamilan yang meliputi cakupan k1 dan K4 di mana di wilayah

kerja puskesmas kabangka berdasarkan data sekunder puskesmas kabangka di


5

dapatkan hal tersebut masih di bawah standar pelayanan minimal (SPM). Pada

daerah ini tenaga dukun bayi sejak dahulu kala sampai sekarang merupakan

pemegang peran penting dalam pelayanan kebidanan dimana secara sosial-

kultural masyarakat wilayah pesisir masih saja bertahan dengan cara-cara

tradisional dan belum maksimal mengalami perkembangan, kebudayaan yang

sampai sekarang ini masih mereka jalani yaitu perawatan dan persalinan

kebanyakan di dahului dan dipercayakan kepada dukun. Sosial-ekonomi dan

demografi serta budaya dan lingkungan juga merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi buruknya kesehatan reproduksi misalnya kemiskinan, tingkat

pendidikan yang rendah dan ketidak tahuan tentang perkembangan seksual dan

proses reproduksi serta lokasi tempat tinggal yag terpencil dan praktek tradisional

yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi,kepercayaan banyak anak

banyak rejeki.

Di desa Komba-Komba pada tahun 2019 jumlah ibu hamil sebanyak 35

orang dan pada tahu 2020 bulan januari-agustus terdapat 29 orang, namun pada

umumnya mereka kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memeriksa

kehamilannya karna jarak puskesmas yang jauh dan juga karna adanya pengaruh

kepercayaan terhadap pantangan-pantangan dan anjuran-anjuran yang pada

umumnya masyarakat lebih cenderung untuk memilih dukun terlebih dahulu atau

dipegang oleh dukun dulu pada awal kehamilan mereka karna pada umumnya

masyarakat berpandangan bahwa memeriksakan kehamilannya pada dukun lebih

efektif karna itu sudah kebiasaan dan pandangan masyarakat bahwa dukun lebih

berpengalaman dari bidan-bidan apalagi bidan yang masih muda umurnya, setelah
6

itu baru kemudian masyarakat memeriksakan kehamilannya kepada bidan atau

petugas kesehatan (Profil Puskesmas Kabangka, 2020).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik

mengetahui secara jelas sejauh mana keterkaitan antara aspek sosial dan budaya

terhadap pola perawatan ibu hamil. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

melakukan studi penelitian yang berjudul pola perawatan ibu hamil berdasarkan

aspek sosial dan budaya di wilayah desa komba-komba.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini adalah apakah pola perawatan pelayanan kesehatan

ibu hamil berhubungan dengan sosial dan budaya masyarakat di wilayah desa

Komba–Komba Kecamatan Kabangka?

1.3 Tujuan Penelitian


1.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran pola perawatan ibu hamil berdasarkan aspek

sosial dan budaya di wilayah desa Komba–Komba Kecamatan Kabangka

Kabupaten Muna.

1.2 Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pola perawatan ibu hamil berdasarkan aspek

sosial di wilayah desa Komba–Komba Kecamatan Kabangka Kabupaten

Muna.
7

b. Untuk mengetahui gambaran pola perawatan ibu hamil berdasarkan

budaya masyarakat di wilayah pesisir desa Komba–Komba Kecamatan

Kabangka Kabupaten Muna.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi petugas

kesehatan di puskesmas kabangka dalam rangka meningkatkan pelayanan

kesehatan.

1.4.2 Manfaat teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah serta memperluas khasanah

ilmu pengetahuan serta sebagai bahan acuan bagi pengembangan kurikulum

penndidikan kesehatan.

1.4.3 Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pustaka atau

informasi tambahan dan pengalaman yang berharga bagi peneliti khususnya dalam

meningkatkan wawasan dalam bidang penelitian.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pola perawatan ibu

hamil berdasarkan aspek sosial dan budaya di wiliyah pesisir desa Komba–

Komba Kecamatan Kabangka 2020. Berkaitan dengan hal tersebut peneliti hanya

mengkaji pada aspek sosial dan budaya. Objek penelitian ini dibatasi hanya pada

ibu hamil yang berada di wilayah pesisir desa Komba–Komba Kecamatan

Kabangka.
8

1.6 Organisasi / Sistematika

Proposal penelitian ini berjudul pola perawatan kesehatan ibu hamil

berdasarkan aspek sosial dan budaya di desa Komba–Komba Kecamatan

Kabangka tahun 2020, yang dibimbing oleh pembimbing I prof. Dr.H. Ruslan

Majid, M.Kes dan pembimbing II Akifah, S.K.M., M.P.H.

1.7 Daftar Istilah/Glosarium

Angka Kematian Ibu (AKI) : Jumlah kasus angka kematian ibi


hamil atai menjelang 42 hari setelah
persalinan
Antenatal care (ANC) : Pelayanan kesehatan oleh tenaga
professional
MoU : Perjanjian Kerjasama
Standar Pelayanan Minimal : Urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara
minimal
Variabel : Objek Penelitian
World Healt Organization (WHO) : Badan Kesehatan Dunia
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Tinjaun Tentang Pola Perawatan Ibu Hamil

Perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan

untuk ibu selama masa masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar

pelayanan yang di tetapkan ( Depkes RI, 2010).

Perawatan kehamilan merupakan suatu program berkesinambungan selama

kehamilan, persalinan, kelahiran, dan nifas yang terdiri atas edukasi, scrining, deteksi

dini, pencegahan, pengobatan, rehabilitasi yang bertujuan untuk memberikan rasa aman

dan nyaman sehingga ibu hamil mampu merawat bayi dengan baik (Sosroatmadjo, 2010).

Perawatan kehamilan sangat penting bagi kesehatan ibu dan janin, karena dengan

melakukan perawatan kehamilan dapat mencegah komplikasi pada kehamilan yang dapat

mengancam jiwa ibu dan janin (Ramadhani, 2018).

Tujuan perawatan kehamilan adalah memantau kemajuan kehamilan untuk

memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi mengenali secara dini

adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk

riwayat ppenyakit secara umum (Sosroatmadjo, 2010).

Faktor- faktor yang mempengaruhi perawatan kehamilan :

1. Pengalaman dengan kehamilan sebelumnya.

2. Harapan budaya dan personal.

3. Kesehatan sebelum hamil dan kesiapan biofisik untuk melahirkan anak.

4. Status sosial ekonomi.

5. Usia ibu dan status berpasngan atau tida berpasangan.

6. Tingkat pendidikan.

9
10

2.2 Tinjauan Umum Tentang Pelayanan ANC Bagi Ibu Hamil

Ante natal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama di

tentukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Jasmawati,

2017).

Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan

antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama kehamilan, dengan distribusi waktu

minimal 1 kali pada trisemester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal 1

kalipada trisemester ke dua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal 2 kali

pada trisemester ke tiga (24 minggu-lahir), standar waktu pelayanan tersebut

dianjurkan untukmenjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan janin, berupa

deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan

(Dinkes Sultra, 2019).

Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan

indikator capaian k1 dan k4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah

memperoleh pelayanan antenatal pertamakali oleh tenaga kesehatan, dibandingkan

dengan jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja padda kurun waktu satu

tahu, sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang memperoleh

pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang

dianjurkan (Dinkes Sultra, 2019).

Menurut word health organization (WHO) angka kematian ibu dalam

masa kehamilan persalinan dan nifas adalah sebesar 500.000 jiwa dan angka

kematian bayi sebesar 10.000.000 jiwa, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia

masih sangat tinggi jika dibandingkan negara Association South East (ASEAN),
11

yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih

memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh da bermutu (Putu, 2017).

Masalah kesehatan ibu dan anak di Indonesia merupakan masalah yang

serius yang sedang dihadapi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, masih

rendahnya kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya pada sarana

kesehatan sehingga faktor-faktor yang sesungguhnya dapat dicegah atau

komplikasi kehamilan yang dapat diperbaiki atau diobati tidak dapat segera

ditangani (Happy, 2017).

Pelayanan antenatal adalah pelayanan terhadap individu yang bersifat

preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu

maupun janin agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman, diperlukan

kesiapan fisik dan mental ibu sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang

optimal, karena dengan keadaan kesehatan ibu yang optimal sangat berpengaruh

bagi pertumbuhan janin yang di kandungnya (Departemen Kesehatan, 2010).

Tujuan pelayanan Antenatal adalah sebagai berikut:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang janin.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,mental dan sosial ibu

3. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit/komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman dengan

trauma seminimal mungkin.


12

5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan mempersiapkan ibu agar

dapat memberikan ASI secara eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janinagar

dapat tumbuh kembang secara normal.

7. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati dan kematian neonatal.

Salah satu bentuk pelayanan kesehatan untuk ibuu hamil dalam pengertian

keseluruhan adalah apa yang disebut dengan K4. Kunjungan antenatal empat kali

(K4) adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional yang ke empat (atau

lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan

dengan syarat minimal satu kali kontak pada trisemester pertama (K1), minimal

satu kali kontak pada trisemester kedua (K2), minimal dua kali kontakpada

trisemester ketiga (K3 dan K4)(Waryana, 2010).

2.3 Tinjauan Tentang Sosial

Menurut H. Booner (1953) dalam bukunya Social Psychology memberikan

rumusan sosial bahwa sosial adalah hubungan antar dua individu atau lebih,

dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki

kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Menurut Gillin dan Gillin (1954)

yang menyatakan bahwa kehidupan sosial adalah hubunganhubungan antara

orang-orang secara individual, antar kelompok orang, dan orang perorangan

dengan kelompok. Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa kehidupan

sosial sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan

respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.

Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “kehidupan sosial adalah hubungan antar


13

manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang

menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya.

Paradigma defenisi sosial memahami manusia sebagai orang yang aktif

menciptakan kehidupan sosialnya sendiri. Penganut paradigma definisi sosial

mengarahkan perhatian kepada bagaimana caranya manusia mengartikan

kehidupan sosial atau bagaimana caranya mereka membentuk kehidupan sosial

yang nyata (Happy, 2014).

Perawatan kehamilan ini merupakan salah satu faktor yang amat perlu

diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika

persalinan, disamping itu juga untuk pertumbuhan dan kesehatan janin. Perawatan

kehamilan yang perlu diperhatikan adalah yaitu perawan diri ( kulit, gigi mulut,

perawatan kuku) payudara, imunisasi, senam hamil, pemeriksaan kehamilan, serta

gizi untuk perkembangan janin. Beberapa faktor yang turut berpengaruh di

antaranya usia, pendidikan,pekerjaan, paritas, dukungan keluarga dan ekonomi

(Siti, 2013).

2.4 Tinjauan Tentang Budaya

Budaya adalah bentuk jamak dari kata "budi" dan "daya" yang berarti

cinta, karsa, dan rasa. Kata "budaya" sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta,

budhayah, yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam

bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata budaya. Dalam bahasa Belanda

diistilahkan dengan kata cultuur. Dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera.

Colera berarti mengolah, dan mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan

tanah (bertani). Kemudian berkembang ini dalam arti budaya, yaitu sebagai
14

segala daya dan aktivitas manusia untuk mengubah dan mengubah alam (Setiadi,

et al, 2017).

Beberapa ilmuwan seperti Talcott Parson (Sosiolog) dan al Kroeber

(Antropolog) yang membedakan wujud kebudayaan secara tajam sebagai suatu

sistem. Di mana wujud kebudayaan itu adalah sebagai suatu rangkaian tindakan

dan aktivitas manusia yang berpola. Demikian pula J.J. Honigmann dalam

bukunya The World of Man (1959) membagi budaya dalam tiga wujud, yaitu: (1)

gagasan, (2) kegiatan, dan (3) artefak. Sejalan dengan pikiran para ahli tersebut,

Koentjaraningrat mengemukakan bahwa itu dibagi atau digolongkan dalam tiga

wujud, yaitu:

1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-

norma, dan peraturan. Wujud tersebut menunjukkan wujud ide dari

kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba, dipegang, atau difoto, dan

tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan

yang peduli itu hidup. Cita-cita Kebudayaan disebut pula tata kelakuan,

hal ini menunjukkan bahwa budaya ideal yang mengatur, mengendalikan,

dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan buatan manusia dalam

masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini dapat disebut adat

atau adat istiadat, yang sekarang banyak disimpan dalam arsip, tape, dan

kom- puter. Kesimpulannya, budaya ideal ini adalah merupakan

perwujudan dan kebudayaan yang bersifat abstrak.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan

berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud tersebut dinamakan


15

sistem sosial, karena tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu

sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasikan karena

dalam sistem sosial terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berhubungan

dan bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Lebih jelasnya

tampak dalam bentuk perilaku dan bahasa pada saat saya Reka A dalam

pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat. Kesimpulannya, sistem sosial

ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat konkret, dalam

bentuk perilaku dan bahasa.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud

yang terakhir disebut pula kebudayaan fisik. Di mana wujud budaya ini

hampir seluruhnya merupakan hasil fisik (aktivitas perbuatan, dan karya

semua manusia dalam masyarakat). Sifatnya paling konkret dan berupa

benda- benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto yang

berwujud besar ataupun kecil (Setiadi, et al, 2017).

Manusia sebagai mahluk budaya mengandung pengertian bahwa manusia

menciptakan budayanya sendiri dan kemudian budaya memberikan arah dalam

hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan merupakan hail dari adanya ide-ide

dan gagasan-gagasan yang kemudian mengakibatkan aktivitas dan karya.

Kebudayaan selalu menunjukan adanyaderajat dan penghidupan manusia.

Menciptakan adat, budaya serta lingkungan sosial yang berbeda-beda dapat

ditumbuh kembangkan dan diwariskan. Budaya mempengaruhi seseorang dalam

menentukan apa yang akan dimakan, bagaimana pengolahannya, persiapan dan


16

penyajiannya, serta untuk siapa dan dalam kondisi bagaimana pangan tersebut di

komsumsi (Dinar, 2013).

Tingkat kepercayaan masyarakat masih tinggi kepada dukun karena

kharismatik yang dimiliki sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat dan

meminta tolong kepada ibu dukun dan meminta tolong kepada ibu dukun

merupakan warga asli dan orang terdekat yang sudah biasa membantu keluarga

(Laksmono, et al, 2013).

Bagi ibu hamil dan pasca melahirkan, makanan yang dikonsumsi

mempunyai kandungan gizi yang cukup dan seimbang. Kebiasaan makanan ibu

hamil dan pasca melahirkan sangat dipengaruhi oleh konsepsi budaya yang

berdasarkan tempat tinggalnya (Dinar, 2013).

Kebudayaan juga menentukan kapan seseorang boleh dan tidak boleh

mengkomsumsi suatu makanan (dikenal dengan istilah tabuh), menurut segi

kesehatan berpantang makanan tidak diperbolehkan karena ibu hamil dan pasca

melahirkan sangat dianjurkan memakan makanan dengan gizi seimbang terdiri

dari jumlah kalori serta zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan, seperti

karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air. Tetapi menurut adat

dan kepercayaan pantangan makanan sangat dianjurkan keluarga terutama ibu

kandung atau ibu mertua. Apabila pantangan tidak dilakukan akan terjadi sesuatu

yang buruk bagi kesehatan ibu hamil dan pasca melahirkan dan di anggap

menyimpang (Dinar, 2013).

Pantangan makanan dari golongan hewani yakni cumi-cumi,udang,

kepiting, daging kambing, telur bebek dan beberapa jenis ikan. Karena dipercaya
17

makanan-makanan dari golongan hewani tersebut dapat menyebapkan ASI

menjadi amis, badan menjadi gatal dan sulit untuk melahirkan. Golongan nabati

meliputi jantung pisang, rebung, kemangi, dan terong dikarenakan anak yang

dilahirkan akan kurus kecil, banyak buluk, dan peranakan bisa turun, dan beberapa

jenis buah-buahan seperti nangka, nanas, durian, dan pisang karenakan dapat

menyebabkan keguguran dan memperlambat proses penyembuhan pasca

melahirkan (Dinar, 2013).

1. Jenis-jenis kebudayaan di Indonesia

a. Kebudayaan Modern

Kebudayaan modern biasanya berasal dari manca negara datang di

Indonesia merupakan budaya/ kesenian import. Budaya modern akting,

penampilan, dan kemampuan meragakan diri didasari sifat komersial.

Budaya modern lebih mengesampingkan norma , gaya menjadi idola

masyarakat dan merupakan target sasaran Contoh : film, musik jazz.

b. Kebudayaan Tradisional

Bersumber dan berkembang dari daerah setempat. Penampilan

mengutamakan norma dengan mengedepankan intuisi bahkan bersifat

bimbingan.Dan petunjuk tentang kehidupan manusia. Kebudayaan

tradisional kurang mengutamakan komersial dan sering dilandasi sifat

kekeluargaan. Contoh : Ketoprak, wayang orang, keroncong, ludruk.

c. Budaya Campuran

Budaya campuran pada hakekatnya merupakan campuran budaya

modern dengan budaya tradisional yang berkembang dengan cara asimilasi


18

ataupun defusi. Kebudayaan campuran sudah memperhitungkan komersiel

tapi masih mengindahkan norma dan adat setempat. Contoh : Musik

dangdut, orkes gambus, campur sari.

2. Unsur Kebudayaan

Koentjaraningrat (2002) membagi budaya menjadi 7 unsur : yakni

sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan,

sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan

sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur itulah yang membentuk budaya

secara keseluruhan.

3. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku

Kesehatan

Koentjaraningrat, (2002) mengemukakan bahwa ada beberapa aspek

sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah :

a. Umur

Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit

berdasarkan golongan umur misalnya balita lebiha banyak menderita

penyakit infeksi, sedangkan golongan usila lebih banyak menderita

penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan

lain-lain.

b. Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda

pula. Misalnya dikalangan wanita lebih banyak menderita kanker

payudara, sedangkan laki-laki banyak menderita kanker prostat.


19

c. Pekerjaan

Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit

misalnya dikalangan petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat

kerja yang banyak dilakukan disawah dengan lingkungan yang banyak

cacing.Sebaliknya buruh yang bekerja di industry, missal dipabrik tekstil

banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak

terpapar dengan debu.

d. Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit.

Misalnya penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan

masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknyamalnutrisi lebih

banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status ekonominya rendah.

Menurut H.RayElling (1970) ada 2 faktor sosial yang berpengaruh pada

perilaku kesehatan :

1) Self concept

Self concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau

ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri,

terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada

orang lain. Apabila orang lain melihat kita positip dan menerima

apa yang kita lakukan, kita akan meneruska perilaku kita, begitu

pula sebaliknya.
20

2) Image kelompok

Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image

kelompok. Sebagai contoh, anak seorang dokter akan terpapar

oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan

tinggi, sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar dengan

lingkungan medis, dan besar kemungkinan juga tidak bercita-cita

untuk menjadi dokter.

4. Perubahan Sosial Budaya

Dalam teori HL blum tentang status ksehatan,maka dijelaskan tentang

beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan, antara lain:

a. Lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik, social budaya, ekonomi,

prilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan.

b. Belum juga menjelaskan, bahwa lingkungan sosial budaya tersebut tidak

saja mempengaruhi status kesehatan tetapi juga mempengaruhi perilaku

kesehatan

c. Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari banyak

suku bangsa yang mempunyai latar budaya yang beranekaragam.

Lingkungan budaya tersebut sangat mempegaruhi tingkah laku manusia

yang memiliki budaya tersebut, sehingga dengan beranekaragamnya

budaya dapat menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala

hal, termasuk dalam perilaku kesehatan. Dengan masalah tersebut, maka

petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada


21

masyarakat dangan latar budaya yang beraneka ragam, perlu sekali

mengetahui budaya dan masyarakat yang dilayaninya, agar pelayanan

kesehatan yang diberikan kepada masyarakat akan memberikan hasil yang

optimal,yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat (Prasetyawati, 2012).

Manusia adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup

sendiri sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan

masyarakat.dengan definisi tersebut,Ternyata pengertian masyarakat masih

dirasakan luas dan abstrak sehingga untuk lebih konkretnya maka ada

beberapa unsur masyarakat

2.5 Tinjauan Tentang Perawatan Persalinan

Kepercayaan dan keyakinan budaya terhadap perawatan ibu post partum,

masih banyak dijumpai dilingkungan masyarakat. Mereka meyakini budaya

perawatan ibu setelah melahirkan dapat memberikan dampak yang positif dan

menguntungkan bagi mereka (Kartini, et al, 2017).

Mitos dan kepercayaan merupakan bagian dari budaya yang telah hidup

lama dimasyarakat indonesia. Dalam prakteknya, masyarakat lebih mendahulukan

mitos dan kepercayaan dibandingkan logika. Untuk merubah perilaku tersebut

perlu adanya strategi-strategi tenaga kesehatan khususnya bidan untuk merubah

pola pikir masyarakat tradisional menjadi lebih moderen. (Prastiwi, 2019).

Mitos dan kepercayaan dapat muncul dari adanya interaksi antar pihak

yang memiliki kemampuan dan integritas dimana sebelumnya terdapat harapan

untuk terpenuhi sertamendapatkan kepuasan darinya sehingga terbentuk sudut

pandang masyarakat dan muncul kepercayaan. Indonesia merupakan masyarakat


22

yang masih memiliki keyakinan akan hal-hal ghaip. Tidak hanya itu, konsep

kebudayaan masyarakat indonesia juga tidak terlepas dari adanya kekuatan

supranatural. Kepercayaan akan supranatural tersebut muncul dari adanya sosok

yang disegani dan dipandang kharisma dan kemampuan supranatural.

Kepercayaan yang tumbuh itupun terkadang dijadikan masyarakat sebagai

pedoman hidup. Mitos dan kepercayaan yang tumbuh dimasyarakat tersebut juga

ditemukan pada wanita hamil, bersalin dan nifas (Prastiwi, 2019).

Kehamilan,bersalin dan nifas merupakan periode kritis dimana tidak

hanya kesehatan ibu saja melainkan juga menyangkut kesehatan janin. Praktek

tradisional yang masih dijalankan masyarakat dapat membahayakan kesehatan dan

keterlambatan penanganan (Prastiwi, 2019).

2.6 Tinjauan Tentang Kehamilan

Kehamilan merupakan penyatuan spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan

dengan tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endomert rium Masa kehamilan

dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280

hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir.

Untuk menghitung lamanya kehamilan, tentunya ibu harus tahukapan kehamilan

itu dimulai. Penting untuk dicatat tanggal hari pertama haid terakhir ibu guna

menentukan usia kehamilan dan memperkirakan tanggal kelahiran. Rumus

sederhana menentukan tanggal kelahiran yaitu tanggal ditambah 7, sedangkan

bulan ditambah 3 ( dihitung dari hari pertama haid terakhir) (Atiqoh, 2020).
23

1. Tanda-tanda kehamilan

Tanda-tanda kehamilan yang dialami oleh ibu hamil dibagi menjadi tiga

kategori, yaitu tanda tidak pasti hami, tanda kemungkinan hamil, dan tanda pasti

hamil (Atiqoh, 2020).

a. Tanda-tanda tidak pasti kehamilan

1. Rahim membesar.

2. Tanda chadwick, berupa adanya perubahan warna yang terjadi pada bagian

selaput lendir vulva dan juga vagina yang semakin ungu.

3. Tanda heger,berupa perlukaan pada daerah isthmus uteri, sehingga daerah

tersebut pada penekanan mempunyai kesan lebih tipis dan uterus mudah

difleksikan. Tanda ini terlihat pada minggu ke-6 dan menjadi nyata pada

minggu ke 7-8.

4. Tanda piscaseck, berupa pembesaran uterus yang tiada merata hingga

dapat terlihat menonjol dibagian uterus yang dekat implantasi plasenta.

5. Tanda braxton hicks, berupa uterus berkontraksi bila dirangsang.

6. Tanda goodell’s sign, berupa serviks yang menjadi lunak.

7. Ballotement, berupa adanya sesuatu yang memantul di uterus

b. Tanda kemungkinan hamil

1. Amenorhea, ditunjukkan oleh berhentinya siklus menstruasi.

2. Naursea, yaitu enck, emesis yang berarti mual

3. Miksi, sering buang air kecil.

4. Rasa tergelitik, nyeri tekan, pembengkakan pada payudara.


24

5. Perubahan warna pada jaringan payudara dan serviks.

6. Areola berwarna lebih gelap dan kelenjar-kelenjar di sekitar puting

menjadi menonjol.

7. Pica atau mengidam.

8. Pembesaran rahim dan perut.

c. Tanda pasti kehamilan

1. Gerakan janin

Gerakan janin dapat dirasakan ibu primigravida pada umur kehamilan 18

minggu, sedangkan ibu multigravida pada usia kehamilan 16 minggu.

2. Sinar rontgen

Pada pemeriksaan sinar rontgen, terlihat kerangka janin.

3. Ultrasonografi (USG)

Dapat terlihat gambaran janin berupa kanton janin, panjang janin,dan

diameter biparietal hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan dengan

menggunakan USG.

4. Palpasi

Dapat dilakukan dengan palpasi menurut leopolda pada akhir trimester II.

5. Denyut jantung janin (DJJ)

Dapat diketahui dengan fetal electrocardiograph ( pada kehamilan 12

minggu), dengan doppler (kehamilan 12 minggu), dan stetoskop

leeanec(kehamilan 18-20 minggu).

Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal, dan menghasilkan

bayi yang cukup bulan dan sehat. Akan tetapi, kadang-kadang perkembangan
25

tersebut tidak sesuaiyang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa

kehamilan akan mengalami masalah atau tidak permasalahan tersenbut dapat

diketahui dengan menilai adanya faktor risiko. Faktor isiko padaseorang ibu hamil

merupakan suatu keadaan atau ciri tertentu pada seseorang atau suatu kelompok

ibu hamilyang dapatmenyebapkan risiko/bahaya kemungkinan terjadinya

komplikasi persalinan, serta merupakan suatu mata rantai dalam proses yang

merugikan dan mengakibatkan kematian/ketidakpuasan pada ibu beserta bayinya

(Saifuddin, 2011).

2.7 Tinjauan Tentang Hasil Penelitian Sebelumnya

1. Shrimarti R. Devy

Penelitian ini berjudul perawatan kehamilan dan perspektif budaya Madura

perawatan selama masa kehamilan masih dikaitkan dengan unsur-unsur budaya

berupa ideas, aktifitas, danartifak. Walaupun tidak berguna, namun ibu responden

masih melakukannya karena responden menganggap budaya dalam perawatan

kehamilan tersebut terbukti padaorang-orang sebelum responden.

2. A. Sathiya Susuman 2012

Dengan judul Correlates of Antenatal and Postnatal care Among Tribal

Women in India yang artinya factor-factor yang berhubungan dengan pemeriksaan

kehamilan dan pasca melahirkan pada wanita India. Latar belakang para wanita

yang menjalani penuh perawatan antenatal check up dan melahirkan pada medis

lembaga atau dihadiri oleh orang paramedis terlatih mempromosikan

kelangsungan hidup anak dan mengurangi kematian ibu. Tujuan : untuk

mengaitkan karakteristik sosial – ekonomi dan demografi dari saat menikah


26

dengan wanita suku Jawa di delapan kabupaten Chhartisgrah dengan faktor-faktor

yang berhubungan dengan kepedulian ibu pada saat kehamilan dan pasca

melahirkan. Kesimpulan : bahwa mayoritas wanita suku pedalaman di delapan

kabupaten Chhartisgrah, India terdapat sekitar 84 % memiliki standar hidup

rendah dan 74% perempuan di India mengalami buta huruf. Sehingga sangat

mempengaruhi pemeliharaan pemeriksaan kehamilan dan pasca melahirkan ke

fasilitas pelayanan kesehatan karena rendahnya pendapatan yang mereka miliki

sehingga lebih memilih untuk lebih memenuhi kebutuhan dasar mereka.

3. Yeni Mahwati, 2010

Penelitian ini berjudul pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu hamil di Jawa

Barat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor sosial kebutuhan, serta

aksesibilitas ekonomi dan fisik yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan

kesehatan ibu di Jawa Barat, penelitian ini menggunakan analisis bivariat dan

multivariat. Hasil analisis menegaskan bahwa faktor sosial, kebutuhan yang

dirasakan, serta aksebilitas ekonomi dengan pemeriksaan kehamilan dan pasca

melahirkan pada wanita India Latar belakang para wanita yang menjalani penuh

perawatan antenatal check up dan melahirkan pada medis lembaga atau dihadiri

oleh orang paramedis terlatih mempromosikan kelangsungan hidup anak dan

mengurangi kematian ibu. Tujuan : untuk mengaitkan karakteristik sosial –

ekonomi dan demografi dari saat menikah dengan wanita suku Jawa di delapan

kabupaten Chhartisgrah dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan

kepedulian ibu pada saat kehamilan dan pasca melahirkan. Kesimpulan : bahwa

mayoritas wanita suku pedalaman di delapan kabupaten Chhartisgrah, India


27

terdapat sekitar 84 % memiliki standar hidup rendah dan 74% perempuan di India

mengalami buta huruf. Sehingga sangat mempengaruhi pemeliharaan pemeriksaan

kehamilan dan pasca melahirkan ke fasilitas pelayanan kesehatan karena

rendahnya pendapatan yang mereka miliki sehingga lebih memilih untuk lebih

memenuhi kebutuhan dasar mereka.

4. Yeni Mahwati, 2010

Penelitian ini berjudul pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu hamil di Jawa

Barat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor sosial kebutuhan, serta

aksesibilitas ekonomi dan fisik yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan

kesehatan ibu di Jawa Barat, penelitian ini menggunakan analisis bivariat dan

multivariat. Hasil analisis menegaskan bahwa faktor sosial, kebutuhan yang

dirasakan, serta aksebilitas ekonomi, motivasi dan demografi. Faktor pendukung

perilaku kesehatan terdiri dari ketersediaan sumber daya kesehatan,

keterjangkauan sumber daya kesehatan, prioritas komunitas pemerintah dan

komitmen kesehatan, serta keahlian yang berkaitan dengan kesehatan. Sementara

itu faktor pendorong terdiri dari sikap dan perilaku para petugas kesehatan dan

petugas-petugas kesehatan lainnya.

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi

manuusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap

dan tindakan. Pembentukan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu

faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, tradisi (kepercayaan) dan norma

masyarakat), faktor pendukung (sarana pelayanan, fasilitas kesehatan, akses

pelayanan, biaya pesalinan) dan faktor pendorong (petugas kesehatan, tinkat


28

kepuasan, kenyamanan, peran tokoh masyarakat/tokoh agama dan peran orang

tua/mertua) itu sendiri. Perubahan perilaku masyarakat yang didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat

langgeng (long lasting). Pembentukan perilaku masyarakat selain datang dari

ketiga faktor tersebut, perilaku masyarakat juga terbentuk yang berasal dari dalam

maupun dari luar perilaku masyarakat tersebut. Pembentukan perilaku masyarakat

khususnya ibu hamil sangat erat kaitannya dengan sosial budaya dan tradisi

masyarakat setempat yaitu tradisi yang terkait dengan pengalaman yang dirasakan

oleh ibu kandung/mertua dengan pengalaman massa lalunya. Perubahan perilaku

masyarakat (ibu hamil) ke arah yang lebih baik memperudah dalam pengambilan

keputusan termasuk di dalam mengambil keputusan memilih penolong persalinan

yang diinginkan. Penolong persalinan yang dimaksud di sini dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu tenaga profesional (tenaga kesehatan) dan dukun bayi.

Keputusan memilih pertolongan persalinan seharusnya semua persalinan di tolong

oleh tenaga kesehatan karena keputusan ibu hamil tersebut merupakan salah satu

bentuk perubahan perilaku masyarakat kearah yang positif sesuai dengan harapan

program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dalam rangka

menurunkan angka kematian ibu dan bayi.


29

2.8 Kerangka Teori


Kerangka teori yang digunakan untuk menganalisis Pola Perawatan

Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Sosial Dan Budaya Masyarakat Di

Wilayah Desa Komba-Komba Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna 2020.

Kerangka teori menurut lawrance (dalam Notoadmojo, 2003) sehingga dapat

digambarkan secara sistematis pada gambar berikut:

Faktor predisposisi
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Kepercayaan (keyakinan)
d. Nilai-nilai

Faktor Pendukung Perilaku


kunjungan
Ketersediaan fasilitas atau pemeriksaan
sarana-sarana kesehatan seperti kehamilan
puskesmas, obat-obatan, peralatan
kesehatan

Faktor Pendorong

Sikap dan perilaku petugas


kesehatan atau petugass lain yang
merupakan kelompok referensi
dari perilaku masyarakat

Gambar 1. Kerangka teori menurut lawrance (dalam Notoadmojo, 2003)


30

2.9 Kerangka Konsep


Berdasarkan kerangka teori tersebut maka kerangka konsep yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Sosial
- pendidikan
- pekerjaan

Pola Perawatan Pelayan


Kesehatan Ibu Hamil

Budaya
- kepercayaan
- kebiasaan/tradisi

Keterangan :

: Variabel independent

: Variabel dependent

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan

etnografi, dimana untuk memperoleh informasi secara mendalam yang ada di

lapangan berkaitan dengan pola perawatan ibu hamil berdasarkan aspek sosial dan

budaya. Penelitian ini terdiri dari dua variabel independet (aspek sosial dan

budaya) dengan satu variabel dependent (pola perawatan ibu hamil).

3.2 Pengelolaan Peran Sebagai Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai pelaku utama,

sementara informasi kunci dan informan biasa berperan sebagai instrumen

pendukung dengan menggunakan alat bantu panduan wawancara dan alat rekam

suara/vidio (kamera digital/ hp). Peneliti bersifat aktif dan bertindak sebagai

pengamat untuk mewawancarai, mengobservasi secara langsung, sekaligus

sebagai partisipan untuk melakukan interaksi dengan objek penelitian dilapangan.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan bertempat di wilayah desa Komba-

Komba Kecamatan kabangka, Kabupaten muna.

3.4 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah dari informan kunci dan informan biasa

dengan kriteria sebagai berikut :

Sebutkan jumlahnya
baik infroman kunci
maupun biasa
31
32

a. Informan kunci adalah mereka yang dapat memberikan informasi secara

jelas dan terpercaya. Adapun informan kunci dalam penelitian ini terdiri

dari 3 oarang yaitu bidan desa, dukun dan ibu hamil

b. Informan biasa adalah dengan kriteria sebanyak 3 orang yaitu yang secara

langsung berinteraksi dengan informan kunci yang dapat memberikan

informasi yang jelas dan terpercaya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data/informasi yang akan di gunakan untuk

mendapatkan data/informasi adalah sebagai berikut :

a. Wawancara mendalam data/informasi

Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau

informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud

mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti dengan menggunakan

pedoman (guide) wawancara. Wawancara mendalam yang dilakukan

menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan terbuka,

sehingga jawaban sesuai dengan apa yang dikehendaki informan dan tidak

terbatas. Dengan metode yang terbuka ini diharapkan akan diperoleh suatu

informasi yang asli dan sesuai dengan yang di harakan.

Tahapan dalam melakukan wawancara adalah sebagai berikut:

1. Sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu membuat janji dengan

informan untuk menentukan kapan waktu luang dan tepat untuk

melakukan wawancara.
33

2. Persiapan mental untuk mengadakan wawancara, karenamasing-masing

pribadi mempunyai karakter yang berbeda-beda.

3. Menyiapkan segala keperluan dalam proses wawancara, misalnya kamera

dan recording.

4. Pada tahapan pelaksanaan, awali dengan memperkenalkan diri dan

menyampaikan dengan sopan maksud serata tujuan diadakannya

wawancara kepada informan.

5. Meminta izin kepada informan untuk merekam, mengambil gambar,

ataupun mencatat dan mulai mengajukan pertanyaan.

b. Pengamatan/observasi terlibat (participant observation)

Pengamatan/observasi terlibat (participant observation) adalah bentuk

pengamatan antara interaksi peneliti dengan informan. Dalam penelitian ini

observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara dan

hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan

dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara,

interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat

memberikan data tambahan terhadap hasil wawncara.

3.6 Teknik Analasis Data

Data yang diperoleh dari wawancara mendalam dilakukan secara manual

sesuai petunjuk pengolahan data kualitatif serta sesuai dengan tujuan penelitian ini

dan selanjutnya dianalisis dengan metode content analysis kemudian

diinterpresasikan dan disajikan dalam bentuk narasi.


34

Teknik analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini, yakni dilakukan

melalui tiga alur sebagai berikut:

a. Reduksi data

Analisis pada tahap ini merupakan proses pemilihan,

pemusatan,penyyederhanaan,pengabstrakan dan transformasi data kasar

yang ditemukan di lapangan.Dengan kata lain pada tahap ini dilakukan

analisis untuk menggolong-golongkan, direduksi data yang tidak perrlu,

mengarahkan dan mengorganisasi data.

b. Penyajian data

Penyajian data dilakukan secara naratif dengan beberapa kuotassi /

mengutip pernyataan informan dalam bentuk aslinya untuk memberi

gambaran yang lebih jelas tentang topik atau tema yang disajikan.

c. Tahap verifikasi

Analisis pada alur ini adalah mencari makna benda-benda

danperistiwa yang muncul dari data (klarifikasi data), serta memfokuskan

pada abstaraksi yang tertuang dalam bagan

3.7 Pengecekan Validitas Temuan/Kesimpulan

Data yang di peroleh di cek kembali pada sumber yang sama dalam

waktu yang berbeda, atau di cek dengan menggunkan sumber yang berbeda

(Ghony M. Djunaidi & Almansyur Fauzan). Untuk memperkuat kesimpulan dari

penelitian diperlukan verifikai ulang atau menambahkan data baru yang

mendukung kesimpulan tersebut sehingga kesimpulan akan menjadi data yang

valid. Dalam proses ini peran bahan bacaan atau literature review dapat membantu
35

peneliti untuk memperoleh kesimpulan yang valid berkaitan dengan hasil data

yang diperoleh dari lapangan dengan triangulasi data. Yang di maksud dengan

triangulasi adalah di mana peneliti menggunakan berbagai metode pencarian data

untuk mendapatkan gambaran dari fenomena yang sedang ditelitinya yaitu dengan

melakukan misalnya wawancara, diskusi kelompok terarah, pengamatan, telaah

dokumen dan semua ini semata dilakukan untuk memperkuat kesahihan dan

memperkecil bias dari data dan informasi yang diperoleh untuk menjawab

fenomena yang sedan di teliti (Wibowo, 2014: 157).

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat

triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Triangulasi

sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber, triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, dan triangulasi waktu dilakukan

dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain

dalam waktu atau situasi yang berbeda. Sugiyono memaparkan triangulasi dapat

juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian ( Sugiyono,2016:273-274)

Penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumberdimana peneliti

mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber(informan), hingga data

tersebut bisa dinyatakan benar (valid) dan juga melakukan observasi serta

dokumentasi diberbagai sumber.


36

3.8 tahap-tahap penelitian dan jadwalnya

(Moleong lexy J, 2018:127) menyatakan bahwa tahap ini terdiri pula atas

tahap pralapangan, tahap pekerjaan dan tahap analisis data

A. Tahap Pra-Lapangan

Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam

tahapan ini di tambah dengan satu yang harus dipahami, yaitu etika penelitian

lapangan. Kegiatan dan pertimbangan tersebut di uraikan berikut ini

1) Menyusun rancangan penelitian 

Rancangan penelitian ini akan di jabarkan tersendiri secara detail agar

mudah di mengerti dan selanjutnya dapat dijadikan patokan oleh peneliti kulitatif.

2) Memilih lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian di arahkan oleh teori subtantif yang di

rumuskan dalam bentuk hipotesis kerja walaupun masih tentatif sifatnya

3) Mengurus perizinan

Pertama-tama yang harus di ketahui oleh peneliti ialah siapa saja yang

berwenang memberikan izin untuk melaksanakan penelitian. Tentu saja peneliti

jangan mengabaikan izi meninggalkan tugas yang pertama-tama perlu di mintakan

dari atasan peneliti sendiri dan lain-lain

4) Menjajagi dan melihat keadaan 

Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila

peneliti sudah membaca terlebih dahulu dari kepustakaan atau mengetahui melalui

orang dalam tentang situasi dan kondisi daerah tempat penelitian di lakukan.
37

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Informan adalah orang dalam pada latar penelitian. Informan adalah

orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informai tentang situasi dan kondisi

latar penilitan.

6) Menyiapkan instrumen penelitian 

Sebelum penelitian di mulai peneliti memerlukan izin mengadakan

penelitian, kontak dengan daerajat yang menjadi latar penelitian, kontak dengan

daerah yang menjadi latar penelitian melalui surat atau melalui orang yang di

kenal sebagai penghubung tataupun secra resmi dengan surat melalui jalur instansi

pemerintahan. Persiapan penelitian yang perlu di persiapkan yaitu alat tulis seperti

pensil atau ball point, kertas, buku catatan, map, klip, kartu, karet, dan lain-lain

jangan di lupakan pula jika tersedia alat perekam dan kamera foto.

7) Persoalan etika penelitian

Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak

mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut.

Persoalan etika itu akan muncul jika peneliti tetap berpegang pada latar belakang,

norma, adat, kebiasaaan dan kebudayaaan sendiri dalam menghadapi situasi dan

konteks latar penelitianya

B) LAPANGAN 

1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

Memahami latar penelitian; latar terbuka; dimana secara terbuka orang

berinteraksi sehingga peneliti hanya mengamati, latar tertutup dimana peneliti

berinteraksi secara langsung dengan orang. Penampilan, Menyesuaikan


38

penampilan dengan kebiasaan, adat, tata cara, dan budaya latar

penelitian. Pengenalan hubungan peneliti di lapangan, berindak netral dengan

peran serta dalam kegiatan dan hubungan akrab dengan subjek. Jumlah waktu

studi, pembatasan waktu melalui keterpenuhan informasi yang dibutuhkan. 

2) Memasuki lapangan

1. keakraban hubungan

2. Mempelajari bahasa

3. Peranan peneliti

3) Berperan serta sambil mengumpulkan data

1. Pengarahan batas studi

2. Mencatat data

3. Petunjuk tentang cara mengingat data

C) Teknik Analisis Data

1. Reduksi data
2. Display data
3. Mengambil kesimpulan dan verifikasi
4. Kesimpulan akhir
39

Jadwal pelaksanaan ujian proposal sampai ujian skripsi akan dilaksanakan


dalam waktu bulan terhitung dari bulan januari hingga bulan maret 2021.

No uraian Januari Februari Maret


Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Ujian
proposal
2 Persiapan
penelitian
3 Pelaksanaan
penelitian
4 Penyusunan
laporan
5 Ujian hasil

6 Persiapan
skripsi
7 Ujian
skripsi
DAFTAR PUSTAKA

Daniel. (2012) Jurnal Hubungan Pengetahuan Sikap Dan Peilaku Ibu Hamil
Tentang Pemeriksaan Kehamilan. Jakarta

Depkes RI, 2010. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta

Dinar, A. (2013). Pantangan Makanan Ibu Hamil Dan Pasca Melahirkan Di


Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang. Biokultur. Vol
2.

Dinkes Sultra. (2019). Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2019.


Kendari:Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Ghony M. Djunaidin & Almansyur fauzan.(2016). Metodologi Penelitian


Kualitatif.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Happy, S. (2014). Konsep Paradigma Ilmu-Ilmu Sosial Dan Relevalensinya Bagi


Perkembangan Pengetahuan. Konsep paradigma ilmu sosial. Vol 4.

Jasmawati, et al. (2017). Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang


Antenatal Care Dengan Perilaku Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan Di
Puskesmas. Jurnal Husada Mahakam.III(9): 452-521.

Kartini, et al. (2017). Faktor Budaya Dalam Perawatan Ibu Nifas. Jurnal Ibu
Keperawatan. Vol 5.

Kasnodihardjo, (2012). Praktek Budaya Perawatan Kehamilan Di Desa


Gadingsari Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Reproduksi. Vol 3.

Kemenkes RI, 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta.


Kementrian Kesehatan Republik Indonesi

Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta

Laksmono, W., dan Agustina, Y.R. (2013). Praktek Budaya Suku Kampung
Yapase Terkait Perawatan Kehamilan, Nifas Dan Bayi Di Distrik Depapre
Kabupaten Jayapura. Jurnal promosi kesehatan indonesia. Vol 8.

Maryati, dan Suryawai. (2003). Sosiologi 1. Jakarta : Erlangga

Moleong, Lexy J. (2018). METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF.


Bandung :PT REMAJA ROSDAKARYA.

40
Murdiyatmoko, dan Handayani. (2004). Sosiologi 1. Jakarta : Grafindo Media
Pratama.

Nisa, et al. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Ante Natal Care
Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Ante Natal Care Terhadap
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Ante Natal Care Di Puskesmas Bangyun
Tapan II Bantul. Jurnal Ilmu Kesehatan STIKES. Yogyakarta.

Nugroho, et al. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang


Antenatal Care. Jurnal Kebidanan Mutiara Mahakam.

Nyoman, et al. (2016). Hubungan Anatara Tingkat Pengetahuan Ibu Dan


Dukungan Keluarga Dengan Cakupan Pelayanan Ante Natal Di Wilayah
Kerja Puskesmas Buleleng I. Magister Kedokteran Keluarga. Vol 1.
Prastiwi, Ratih S. (2019). Pendidikan Kesehatan Sarana Bidan Dalam Merubah
Perilaku Tradisional Masyarakat Indonesi. Jurnal SIKLUS. Vol 08. No 02.

Puskesmas Kabangka (2019). Profil Puskesmas Kabangka 2020

Putu, et al. (2017). Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kunjungan


Antenatal Care. Jurnal STIKES Kebidanan Surabaya Vol IV.

Ramadhani, N.S., dan Rapida, S. (2018). Pengaruh Faktor


Predisposisi,Pendukung Dan Penguat Terhadap Perawatan Kehamilan Di
Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun. Jurnalbidan komunitas.
Vol 1.

Riskesdas, 2018. Angka kematian ibu hamil, http;//www.rikesda.go.id. diakses


tanggal 8 maret 2015.

Setiadi, et al. (2017). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Edisi Ketiga. Jakarta :
Kencana.

Siti, et al. (2013). Determinan Perilaku Perawatan Kehamilan. Jurnal Kesehatan


Masyarakat Nasional.Vol1

Sosroatmodjo. (2010). Perawatan Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Di


Wilayah Pesisir.

Sugyiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatf, dan R&D. Bandung:


ALFABETA, cv

Susiana, S. (2019). Angka Kematian Ibu : Faktor Penyebab Dan Upaya


Penanganannya. Bidang Kesejahteraan Sosial, 11(24), 13–18.

41
Syaer Syaifudin.(2011). hubungan pengetahuan dan sikap bu hamil terhadap
perilaku kunjungan pemeriksaan kehamilan di puskesmaskejaksaan kota
cirebon. blog tentang pekerja sosial, bisnis & pena onlain

Waryana. (2010). Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Pemanfaatan


Pelayanan Ajuntenal Oleh Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kondoran
Tanah Toraja Makassar

Wibowo Adik. (2014). Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan.Jakarta


:PT RAJAGRAFINDO PERSADA

Yusran, et al. (2017). Dasar Kesehatan Reproduksi Kesehatan Ibu dan Anak.
Kendari : Metro Graphia Kendari.

42
LAMPIRAN

Lampiran 1. Informend consent

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENGIKUTI PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

NAMA :

UMUR :

Dengan ini menyatakan bahwa saya tidak keberatan diikutsertakan dalam

penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan promosi kesehatan fakultas

kesehatan masyarakat universitas halu oleo yang bernama LILIN RAHMAWATI

(J1A117233) dengan judul “Pola Perawatan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Berdasarkan Sosial Dan Budaya Masyarakat Di Wilayah Desa Komba-Komba

Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna 2020’’. Dan saya bersedia untuk menjadi

informan tanpa paksaan dari pihak manapun dan saya mengetahui bahwa

keikutsertaan dan keterangan yang saya berikan sangat besar manfaatnya bagi

kelanjutan penelitian.

Demikian surat persetujuan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Kendari, 2020

Informan

43
Lampiran 2.

PANDUAN WAWANCARA UNTUK IBU HAMIL

Nama :

Umur :

Agama :

Pekerjaan :

Usia Kehamilan :

Pendatang/Penduduk Asli :

Suku :

Usia menikah :

Pendidikan terakhir :

Pendapatan :

A. Sosial

1. Apakah ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ?

2. Apakah ibu melakukan perawatan diri pada saat kehamilan?

3. Apakah ada makanan yang di anjurkan ?

4. Apakah ada makanan yang diwajipkan ?

5. Apakah ada makanan yang di pantang ?

6. Persiapan apa saja yang ibu lakukan pada saat mendekati persalinan ?

7. Siapa yang membantu persalinan ?

8. Dimana melakukan persalinan ?

1. Bagaimana pola perawatan ibu setelah melahirkan ?

44
9. apakah ibu tetap melakukan pemeriksaan kesehatan ?

10. apakah ada perawatan khusus padasaat setelah melahirkan ?

11. Bagaimana pola makan ibu pada saat setelah melahirkan ?

12. apakah ada makanan yang di pantang ?

13. apakah ada makanan yang diwajipkan ?

14. apakah ada makanan yang dianjurkan ?

15. Apakah melakukan pemeriksaan di dukun?

16. Pemeriksaan apa yang dilakukan di dukun?

B. Budaya

1. Bagaimana pola perawatan ibu pada saat hamil yang sesuai dengan

kebudayaan ibu ?

2. Apakah ibu memeriksakan kehamilan ibu pada dukun ?

3. Apakah ada kebiasaan-kebiasaan khusus yang ibu lakukakan ?

4. Apakah ada pantangan khusus yang ibu tidak boleh lakukan pada saat

sedang hamil ?

5. Apakah ada pantangan makanan bagi ibu hamil ?

6. Apakah setelah melahirkan ada ritual khusus yang dilakukan sesuai dengan

budaya ibu ?

7. Bagaimana pola makan ibu setelah melahirkan sesuai kebudayaan ibu?

8. Apakah ada makanan yang di pantang sesuai dengan budaya ?

45

Anda mungkin juga menyukai