a. Definisi Sehat
merupakan suatu keadaan tapi merupakan suatu proses. Proses adaptasi individu yang
diperoleh individu melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain, perilaku
yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten. Sedangkan penyesuaian
1) Status perkembangan
terhadap perubahan dalam kesehatan dikaitkan dengan usia. Contoh : Bayi dapat
perilaku-perilaku selanjutnya
2) Pengaruh sosiokultural
orang tua pada anaknya. Contoh : Orang Cina, sehat adalah keseimbangan antara
Yin dan Yang. Orang dengan ekonomi rendah memandang flu sesuatu yang biasa
Seseorang mengharapkan dapat berfungsi pada tingkat yang tinggi baik fisik
c. Definisi Sakit
Menurut Parsors (1972), Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu
penyesuaian sosialnya.
d. Definisi Penyakit
Istilah medis yang digambarkan sebgai gangguan dalam fungsi tubuh yang
Pada dasarnya penyakit merupakan keadaan sehat dan sakit. Hasil interaksi sesorang
Sehat dan sakit berada pada suatu rentang dimana setiap orang bergerak sepanjang
seseorang.
3) Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kematian
f. Tahapan sakit
1) Tahap gejala
Tahap Transisi, Individu percaya ada kelainan dalam tubuhnya, merasa dirinya
peran sakit
d) Akhir dari tahap ini ditemukan bahwa gejala telah berubah dan merasa lebih
baik.
e) Individu masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya
selanjutnya.
b) Tiga type informasi yaitu validasi keadaan sakit, penjelasan tentang gejala
c) Jika tidak ada gejala : Individu mempresepsikan dirinya telah sembuh, jika
4) Tahap ketergantungan
akan menjadi pasien yang tergantung untuk memperoleh bantuan. Setiap orang
perkembangan
5) Tahap penyembuhan
Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada peran sehat dan
(Budiono, 2016)
g. Konsep Trias Epidemiologi
faktor, yaitu agen, host (induk semang) dan lingkungan. Kesalahan yang paling sering
dilakukan orang adalah memusatkan perhatian hanya pada salah sau dari ketiga faktor
tersebut. Banyak model konsep penyebab penyakit yang dikembangkan oleh para ahli,
dari zaman generasi pertama Hipocrates dengan konsep “Airs, Waters and Places”,
Germ”.
causation (penyebab majemuk). Pemikiran para ahli pada waktu itu menuntut bahwa
tiap penyakit harus dapat ditemukan penyebabnya (kuman) yang spesifik untuk
penyakit yang diderita seseorang. Para ahli perintis teori kuman (bakteriologi) seperti
Robert Koch atau Louis Pasteur mulai mengidentifikasi jenis kuman untuk tiap jenis
penyakit menular. Konsep penyebab tunggal ini sempat berlangsung lama sampai
orang mulai menyadari bahwa berkembangnya penyakit tidak dapat dijelaskan hanya
dengan mengenali jenis penyebabnya saja yang spesifik. Proses terjadinya penyakit
sebenarnya telah dikenal sejak zaman Romawi yaitu pada masa Galenus (205-130
SM) yang mengungkapkan bahwa penyakit dapat terjadi karena adanya faktor host
(Nadjib, 2012).
Segitiga epidemiologi merupakan teori dasar yang terkenal sejak disiplin ilmu
environment (lingkungan).
1) Host (penjamu/manusia)
Host atau penjamu ialah keadaan manusia sedemikian rupa sehingga faktor
untuk terjadinya suatu penyakit. Faktor ini disebabkan oleh faktor intrinsik.
Komponen dari faktor penjamu yang biasanya menjadi faktor timbulnya penyakit
sebagai berikut :
a) Umur
campak pada anak-anak, penyakit kanker pada usia pertengahan dan penyakit
Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkaan pada wanita dan
Hubungan antara ras dan penyakit tergantung pada tradisi, adat istiadat dan
pada ras tertentu seperti sickle cell anemia pada ras Negro.
d) Genetik
e) Pekerjaan
Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat pekerja
f) Status Nutrisi
g) Status Kekebalan
lama dan seumur hidup. Pemberian ASI eksklusif saat bayi juga dapat
virus.
h) Adat istiadat
kebiasaaan memberikan makan tambahan selain ASI saat bayi kurang dari 6
i) Gaya Hidup
j) Psikis
2) Agen (penyebab)
Agen penyakit atau faktor penyebab penyakit dapat disebabkan oleh beberapa
metazoa, dll).
b) Agen Nutrisi
c) Agen Kimiawi
Disebabkan karena bahan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri
d) Agen Fisika
e) Agen Psikis
Agen psikis atau genetik yang terkait dengan herediter atau keturunan.
Demikiam juga dengan unsur kebiasaan hidup (rokok, alkohol, dll), perubahan
3) Environment (Lingkungan)
penyakit, hal ini karena faktor datang dari luas atau bisa disebut sebagai faktor
a) Lingkungan Biologis
bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai
agen penyakit, reservoir infeksi, vector penyakit atau pejamu (host)
b) Lingkungan Fisik
Lingkunagn fisik ini dapat bersumber dari udara, keadaan tanah, geografis, air
sebagai sumber hidup dan sebagai sumber penyakit, zat kimia atau polusi,
radiasi, dll.
kesehatannya. Selain itu juga yang berdampak pada masalah yang cukup besar
a. Diare
Diare adalah berak encer atau bahkan dapat berupa air saja (mencret) biasanya lebih
dari 3 kali.
1) Penyebab diare
kotor
b) Minum air mentah/tidak dimasak
2) Bahaya diare
a) Cara penularan
(1) Penularan diare melalui mulut dan anus dengan perantara lingkungan dan
(2) Melalui makanan atau alat dapur yang tercemar oleh kuman dan masuk
(3) Tinja penderita atau orang yang mengandung kuman bila berak
b) Faktor risiko
makanan
(5) Botol susu dan dot yang tidak bersih (Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan
b. Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit infeksi yang mendadak (akut) kurang dari 2 minggu,
1) Penyebab
Batuk kurang dari 2 minggu disertai napas cepat atau sukar bernapas. Jika disertai
Kedalam) apabila dinding dada bagian bawah masuk ke dalam ketika anak
menarik nafas.
c) Kurang gizi
bayi anda, seperti asap rokok, asap dari tungku, asap dari obat nyamuk bakar,
c. Common cold
Common cold (CC) juga sering disebut sebagai rinitis adalah infeksi akut
infeksi disertai destruksi pada epitel dan reaksi inflamasi akut dengan sebukan sel-sel
radang mukosa hidung. Manifestasi klinik diawali dengan gejala yang terjadi 1-3 hari
setelah tertular, ditandai dengan rasa panas/nyeri diikuti dengan hidung banyak berair,
bersin dan tersumbat, pada 1-2 hari berikutnya gejala tenggorok reda dan yang
menonjol adalah gangguan hidung terutama pilek dan tersumbat, disertai batuk,
demam dan mialgia. Gejala berlangsung selama rerata 1 minggu, kadang sampai 2
minggu. Pada hidung terdapat peningkatan sekresi dengan mukosa hiperemia dan
sembab. Komplikasi yang sering adalah otitis media dan kadang sinusitis dan
sekresi hidung. Uji serologi dan biakan dilakukan bila ada indikasi khusus.
Terapi antivirus atau antibiotik untuk kasus common coldkurang atau tidak
memberi manfaat dan yang umumnya diberikan ialah bersifat simtomatik ditujukan
untuk demam, kongesti hidung, rinorea, batuk dan nyeri tenggorok, dan bila diberikan
kita harus tetap berhati-hati khususnya dapat mengantisipasi efek samping atau
toksisitas dari obat untuk common cold tersebut. Prognosisinya adalah baik, anak
d. Faringitis akut
Faringitis akut yaitu infeksi akut sistem pernafasan yang sering menjadi
masalah bagi anak sehingga berobat ke doketr, dan hampir 1/3 nya dengan keluhan
virus, Epstein-Bar virus (EBV), enterovirus, rhinovirus, herpes simplex virus (HSV),
diphtheriae.
berlangsung cepat setelah masa inkubasi 2-5 hari. Anak mengalami demam, sangat
nyeri pada tenggorok, nyeri kepala, muntah dan nyeri perut. Faring dan sekitarnya
merah, tonsil membesar, dengan eksudat warna kuning kemerahan. Pada palatum dan
dinding faring terdapat petekie dan lesi berbentuk donat. Kelenjar limfe di leher
bengkak dan nyeri. Gejala faringitis dengan penyebab group C streptococcus dan A.
disertai ruam makulopapel atau eritema yang hilang timbul bila ditekan (blancing).
Onset faringitis virus berlangsung perlahan, termasuk rinore, batuk, dan suara paru
(adenovirus), vesikel kecil dan ulkus di faring (coxsackievirus, herpangina), dan pada
EBV terdapat pembesaran tonsil dengan eksudasi, kelenjar limfe leher juga membesar
dan hepatosplenomegali, ruam dan rasa capek seperti pada mononukleosis infeksiosa.
Komplikasi otitis pada penyebab virus dan abses faring atau peritonsilar serta demam
meliputi uji darah tepi, isolasi penyebab termasuk uji serologi, biakan, dan reaksi
antivirusnya. Terapi simtomatik dan suportif untuk kedua jenis golongan penyebab
(Widagdo, 2014).
Pada waktu bayi lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya
melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahiran bayi, padahal
dari waktu bayi lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk
kekebalan sendiri secara sempurna. Sehingga kemampuan bayi membantu daya tahan
tubuhnya sendiri menjadi lambat selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh.
Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila diberi ASI (Roesli, 2009).
Peningkatan sistem imunitas pada bayi dapat dilihat dari frekuensi bayi yang mengalami
sakit. Bayi yang sering mengalami sakit dapat diketahui pada saat bayi lahir sampai 6
bulan apakah diberikan ASI atau tidak. Hal ini dikarenakan ASI mengandung berbagai
jenis antibodi yang melindungi si kecil dari serangan kuman penyebab infeksi. Antibodi
tersebut mulai dari Immunoglobulin A (IgA), IgG, IgM, IgD dan IgE (Bernando.L.Horta
memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah
cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti
infeksi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Ada perbedaan yang signifikan
antara bayi yang mendapat ASI eksklusif minimal 6 bulan dengan bayi yang hanya diberi
susu formula. Bayi yang diberikan susu formula biasanya mudah sakit dan sering
mengalami problem kesehatan seperti diare dan lain-lain yang memerlukan pengobatan
sedangkan bayi yang diberikan ASI biasanya jarang sakit dan kalaupun sakit biasanya
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian di Filipina yang menegaskan tentang
manfaat pemberian ASI eksklusif serta dampak negatif pemberian cairan tambahan tanpa
nilai gizi terhadap timbulnya penyakit diare. Seorang bayi yang diberi air putih atau
minuman herbal, lainnya berisiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak dibandingkan bayi
yang diberi ASI eksklusif (BKKBN, 2009). Menurut Farah (2010) ketika bayi masih
berusia dibawah 6 bulan maka tubuhnya akan rentan terkena berbagai jenis penyakit. Atas
dasar inilah bayi lahir sampai usia 6 bulan wajib untuk diberikan ASI secara eksklusif agar
bayi tidak mudah terserang penyakit. Dilihat dari segi manfaatnya, ASI memiliki manfaat
yang sangat baik bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat dan negara. Sistem imunitas pada
bayi usia 0-6 bulan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu pemberian
ASI eksklusif.