Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI

A. Pengertian, definisi, peranan dan ruang lingkup epidemiologi


1. Pengertian
Epidemilogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Epi=pada,
Demos=penduduk, logos = ilmu), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu
yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat.
2. Definisi
Banyak definisi tentang Epidemiologi, beberapa diantaranya :
a. W.H. Welch
Suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan
pencegahan penyakit, terutama penyakit infeksi menular. Dalam
perkembangannya, masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya
penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular,
penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas,
dan sebagainya. Oleh karena batasan epidemiologi menjadi lebih
berkembang.
b. Mausner dan Kramer
Studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan
kecelakaan pada populasi manusia.
c. Last
Studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau
kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu
dan aplikasi studi untuk menanggulangi masalah kesehatan.
d. Mac Mahon dan Pugh
Epidemiologi adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari
penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya
penyakit pada manusia.



e. Omran
Epidemiologi adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi
keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu
juga determinannya dan akibat-akibat yang terjadi pada kelompok
penduduk.
f. W.H. Frost
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya,
distribusi, dan jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan
tempat.
g. Azrul Azwar
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi
dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen
penting yang ada dalam epidemiologi, sebagai berikut :
1) Frekuensi masalah kesehatan
2) Penyebaran masalah kesehatan
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan.
3. Peranan
Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor
penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka
epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat
berupa :
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya
penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat.
b. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan
mengambil keputusan.
c. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang
sedang atau telah dilakukan.
d. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu
penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.
e. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi
masalah yang perlu dipecahkan.
4. Ruang lingkup
a. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi
Epidemiologi tidak hanya sekedar mempelajari masalah-masalah penyakit-
penyakit saja, tetapi juga mencakup masalah kesehatan yang sangat luas
ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah
kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan
dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan
dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.
b. Masalah kesehatan pada sekelompok manusia
Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan
memanfaatkan data dari hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah
itu menyangkut masalah penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan.
Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya dilakukan upaya-upaya
penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.
c. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan dalam
merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah
kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data
tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada
sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang
kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya
masalah kesehatan.

B. Natural history of deseases
Riwayat alamiah suatu penyakit dapat digolongkan dalam 5 tahap :
1. Pre Patogenesis
Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit,
tetapi interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada
di luar tubuh manusia dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum
ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat
dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
2. Tahap inkubasi (sudah masuk Patogenesis)
Pada tahap ini biit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala
penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang
berbeda. Kolera 1-2 hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru, AIDS dll.
3. Tahap penyakit dini
Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap
ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan
aktifitas sehari-hari. Bila penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi jika
tidak, bisa bertambah parah. Hal ini terganting daya tahan tubuh manusia itu
sendiri, seperti gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah (self care).
4. Tahap penyakit lanjut
Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak
tertur/tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini,
maka penyakit masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak
sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu memerlukan perawatan dan
pengobatan yang intensif.
5. Tahap penyakit akhir
Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :
a. Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali
berfungsi seperti keadaan sebelumnya/bebeas dari penyakit)
b. Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu berakhir/bebas dari penyakit,
tapi kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik,
mental maupun sosial) dan sangat tergantung dari serangan penyakit
terhadap organ-organ tubuh penjamu.
c. Karier : pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena
gejala penyakit tak tampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih
terdapat bibit penyakit, yang pada suatu saat bila daya tahan tubuh
penjamu menurun akan dapat kembuh kembali. Keadaan ini tak
hanya membahayakan penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya
terhadap orang lain/masyarakat, karena dapat menjadi sumber
penularan penyakit (human reservoir)
d. Kronis ; pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi
gejala-gejala penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak
bertambah berat maupun ringan. Keadaan ini penjamu masih tetap
berada dalam keadaan sakit.
e. Meninggal ; Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat
diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena
penjamu meninggal dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang
diinginkan.
C. Upaya pencegahan dan ukuran frekuensi penyakit.
Dalam kesehatan masyarakat ada 5 (lima) tingkat pencegahan penyakit
menurut Leavell and Clark. Pada point 1 dan 2 dilakukan pada masa sebelum sakit
dan point 3,4,5 dilakukan pada masa sakit.
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
a. Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
b. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air
bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misal untuk kalangan
menengah ke atas di negara berkembang terhadap resiko jantung
koroner.
d. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
e. Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan
sosial.
f. Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu
(general and specific protection)
a. Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah
penyakit
b. Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misal yang terkena flu
burung.
c. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun
tempat kerja.
d. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik,
bahan-bahan racun maupun alergi.
e. Pengendalian sumber-sumber pencemaran.
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
(early diagnosis and prompt treatment)
a. Mencari kasus sedini mungkin.
b. Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan .
Misalnya pemeriksaan darah, rontgent paru.
c. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita
penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar bila
penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan.
d. Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.
e. Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
a. Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh
dan tak terjadi komplikasi.
b. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
c. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan
pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
a. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan
mengikutsertakan masyarakat.
b. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan
memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan
untuk bertahan.
c. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap
penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
d. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan
seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
Beaglehole (WHO, 1993) membagi upaya pencegahan menjadi 3 bagian :
primordial prevention (pencegahan awal) yaitu pada pre patogenesis, primary
prevention (pencegahan pertama) yaitu health promotion dan general and
specific protection , secondary prevention (pencegahan tingkat kedua) yaitu
early diagnosis and prompt treatment dan tertiary prevention (pencegahan
tingkat ketiga) yaitu dissability limitation.
Ukuran frekuensi penyakit menunjukkan kepada besarnya masalah
kesehatan yang terdapat pada kelompok manusia/masyarakat. Artinya bila
dikaitkan dengan masalah penyakit menunjukkan banyaknya kelompok
masyarakat yang terserang penyakit. Untuk mengetahui frekuensi masalah
kesehatan yang terjadi pada sekelompok orang/masyarakat dilakukan langkah-
langkah :
a. Menemukan masalah kesehatan, melalui cara : penderita yang datang
ke puskesmas, laporan dari masyarakat yang datang ke puskesmas.
b. Research/survei kesehatan. Misal : Survei Kesehatan Rumah Tangga
c. Studi kasus. Misal : kasus penyakit pasca bencana tsunami.


D. Penelitian epidemiologi
Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok
sebagai berikut :
1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong
lintang/studi prevalensi atau survei.
2. Epidemiologi analitik : terdiri dari :
a. Non eksperimental :
1) Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif
studi. Kohort diartiakan sebagai sekelompok orang. Tujuan studi
mencari akibat (penyakitnya).
2) Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif.
Tujuannya mencari faktor penyebab penyakit.
3) Studi ekologik. Studi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan
untuk penyelidikan secara empiris faktor resiko atau karakteristik
yang berada dalam keadaan konstan di masyarakat. Misalnya, polusi
udara akibat sisa pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota besar.
b. Eksperimental. Dimana penelitian dapat melakukan
manipulasi/mengontrol faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk menentukan
cause and effect relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi,
kontrol, terhadap penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah
ilmiah lainnya. Studi eksperimen dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
1) Clinical Trial. Contoh :
a) Pemberian obat hipertensi pada orang dengan tekanan
darah tinggi untuk mencegah terjadinya stroke.
b) Pemberian Tetanus Toxoid pada ibu hamil untuk
menurunkan frekuensi Tetanus Neonatorum.
2) Community Trial. Contoh : Studi Pemberian zat flourida
pada air minum.
E. Epidemiologi keperawatan
Dalam ilmu keperawatan dikenal istilah community health nursing (CHN)
atau keperawatan kesehatan masyarakat, dimana ilmu pengetahuan epidemiologi
digunakan CHN sebagai alat meneliti dan mengobservasi pada pekerjaan dan
sebagai dasar untuk intervensi dan evaluasi literatur riset epidemiologi. Metode
epidemiologi sebagai standard kesehatan, disajikan sebagai alat untuk
memperkirakan kebutuhan masyarakat. Monitoring perubahan status kesehatan
masyarakat dan evaluasi pengaruh program pencegahan penyakit, dan peningkatan
kesehatan. Riset/studi epidemiologi memunculkan badan pengetahuan (body of
knowledge) termasuk riwayat asal penyakit, pola terjadinya penyakit, dan faktor-
faktor resiko tinggi terjadinya penyakit, sebagai informasi awal untuk CHN.
Pengetahuan ini memberi kerangka acuan untuk perencanaan dan evaluasi program
intervensi masyarakat, mendeteksi segera dan pengobatan penyakit, serta
meminimalkan kecacatan. Program utama pencegahan difokuskan pada menjaga
jarak perantara penyakit dari host/tuan rumah yang rentan, pengurangan
kelangsungan hidup agent, penambahan resistensi host dan mengubah kejadian
hubungan host, agent, dan lingkungan. Kedua, program mengurangi resiko dan
screening, ketiga : strategi mencegah pada pribadi perawat dengan body of
knowlwdge yang berasal dari riset epidemiologi, sebagai dasar untuk pengkajian
individu dan kebutuhan kesehatan keluarga dan intervensi perencanaan
perawatan.
1. Konsep Dasar Terjadinya Penyakit
Suatu penyakit timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik
dari agen, induk semang atau lingkungan. Bentuk ini tergambar didalam
istilah yang dikenal luas dewasa ini. Yaitu penyebab majemuk (multiple
causation of disease) sebagai lawan dari penyebab tunggal (single
causation).
Didalam usaha para ahli untuk mengumpulkan pengetahuan mengenai
timbulnya penyakit, mereka telah membuat model-model timbulnya
penyakit dan atas dasar model-model tersebut dilakukan eksperimen
terkendali untuk menguji sampai dimana kebenaran dari model-model
tersebut.
Tiga model yang dikenal dewasa ini ialah 1) segitiga epidemiologi (the
epidemiologic triangle) 2) jaring-jaring sebab akibat (the web of causation)
dan 3) roda (the wheel).
1.1 Segitiga Epidemiologi
1.2 Jaring-Jaring Sebab Akibat
Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah
keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertamba atau berkurangnya
penyakit yang bersangkutan.
Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab
yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab
dan akibat. Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau
dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai titik.
1.3 Roda
Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda
memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam
timbulnya penyakit dengan tidak begitu menekankan pentingnya agen. Disini
dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya.
Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit
yang bersangkutan.
Sebagai contoh peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang
lainnya pada stress mental, peranan lingkungan fisik lebih besar dari lainnya
pada sunburn, peranan lingkungan biologis lebih besar dari lainnya pada
penyakit yang penularannya melalui vektor (vektor borne disease) dan
peranan inti genetik lebih besar dari lainnya pada penyakit keturunan.
Dengan model-model tersebut diatas hendaknya ditunjukkan bahwa
pengetahuan yang lengkap mengenai mekanisme-mekanisme terjadinya
penyakit tidaklah diperuntukkan bagi usaha-usaha pemberantasan yang
efektif.
Oleh karena banyaknya interaksi-interaksi ekologis maka seringkali
kita dapat mengubah penyebaran penyakit dengan mengubah aspek-aspek
tertentu dari interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya tanpa intervensi
langsung pada penyebab penyakit.
2. Penyakit Menular
Yang dimaksud penyakit menular adalah penyakit yang dapat
ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara
langsung maupun melalui perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan
adanya (hadirnya) agen atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat
berpindah.
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain
ditentukan oleh 3 faktor tersebut diatas, yakni :
a. Agen (penyebab penyakit)
b. Host (induk semang)
c. Route of transmission (jalannya penularan)
Apabila diumpamakan berkembangnya suatu tanaman, dapat
diumpamakan sebagai biji (agen), tanah (host) dan iklim (route of
transmission).


2.1 Agen-Agen Infeksi (Penyebab Infeksi)
Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting didalam
epidemiologi yang merupakan penyebab penyakit dapat dikelompokkan
menjadi :
a. Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar dan
sebagainya.
b. Golongan riketsia, misalnya typhus.
c. Golongan bakteri, misalnya disentri.
d. Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, schistosoma dan
sebagainya.
e. Golongan jamur, yakni bermacam-macam panu, kurap dan
sebagainya.
f. Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut seperti
ascaris (cacing gelang), cacing kremi, cacing pita, cacing tambang
dan sebagainya.
Agar supaya agen atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup
(survive) maka perlu persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a. Berkembang biak
b. Bergerak atau berpindah dari induk semang
c. Mencapai induk semang baru
d. Menginfeksi induk semang baru tersebut.
Kemampuan agen penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan
manusia adalah suatu faktor penting didalam epidemiologi infeksi. Setiap
bibit penyakit (penyebab penyakit) mempunyai habitat sendiri-sendiri
sehingga ia dapat tetap hidup.
Dari sini timbul istilah reservoar yang diartikan sebagai berikut 1) habitat
dimana bibit penyakit tersebut hidup dan berkembang 2) survival dimana
bibit penyakit tersebut sangat tergantung pada habitat sehingga ia dapat
tetap hidup. Reservoar tersebut dapat berupa manusia, binatang atau
benda-benda mati.
Reservoar didalam Manusia
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoar didalam tubuh manusia
antara lain campak (measles), cacar air (small pox), typhus (typhoid),
miningitis, gonoirhoea dan syphilis. Manusia sebagai reservoar dapat
menjadi kasus yang aktif dan carrier.
Carrier
Carrier adalah orang yang mempunyai bibit penyakit didalam
tubuhnya tanpa menunjukkan adanya gejala penyakit tetapi orang tersebut
dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain. Convalescant carriers
adalah orang yang masih mengandung bibit penyakit setelah sembuh dari
suatu penyakit.
Carriers adalah sangat penting dalam epidemiologi penyakit-penyakit polio,
typhoid, meningococal meningitis dan amoebiasis. Hal ini disebabkan karena
:
a. Jumlah (banyaknya carriers jauh lebih banyak daripada orang yang
sakitnya sendiri).
b. Carriers maupun orang yang ditulari sama sekali tidak tahu bahwa
mereka menderita / kena penyakit.
c. Carriers tidak menurunkan kesehatannya karena masih dapat
melakukan pekerjaan sehari-hari.
d. Carriers mungkin sebagai sumber infeksi untuk jangka waktu yang
relatif lama.
Reservoar pada Binatang
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoar pada binatang pada
umumnya adalah penyakit zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada binatang
vertebrata yang dapat menular pada manusia. Penularan penyakit-penyakit
pada binatang ini melalui berbagai cara, yakni :
a. Orang makan daging binatang yang menderita penyakit, misalnya
cacing pita.
b. Melalui gigitan binatang sebagai vektornya, misalnya pes melalui
pinjal tikus, malaria, filariasis, demam berdarah melalui gigitan
nyamuk.
c. Binatang penderita penyakit langsung menggigit orang misalnya
rabies.
Benda-Benda Mati sebagai Reservoar
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoar pada benda-benda mati
pada dasarnya adalah saprofit hidup dalam tanah. Pada umumnya bibit
penyakit ini berkembang biak pada lingkungan yang cocok untuknya. Oleh
karena itu bila terjadi perubahan temperatur atau kelembaban dari kondisi
dimana ia dapat hidup maka ia berkembang biak dan siap infektif. Contoh
clostridium tetani penyebab tetanus, C. botulinum penyebab keracunan
makanan dan sebagainya.
2.2 Sumber Infeksi dan Penyebaran Penyakit
Yang dimaksud sumber infeksi adalah semua benda termasuk orang
atau binatang yang dapat melewatkan / menyebabkan penyakit pada orang.
Sumber penyakit ini mencakup juga reservoar seperti telah dijelaskan
sebelumnya.


Macam-Macam Penularan (Mode of Transmission)
Mode penularan adalah suatu mekanisme dimana agen / penyebab
penyakit tersebut ditularkan dari orang ke orang lain atau dari reservoar
kepada induk semang baru. Penularan ini melalui berbagai cara antara lain :
2.2.1 Kontak (Contact)
Kontak disini dapat terjadi kontak langsung maupun kontak tidak
langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui kontak langsung ini pada umumnya terjadi pada
masyarakat yang hidup berjubel. Oleh karena itu lebih cenderung terjadi di
kota daripada di desa yang penduduknya masih jarang.
2.2.2 Inhalasi (Inhalation)
Yaitu penularan melalui udara / pernapasan. Oleh karena itu ventilasi
rumah yang kurang, berjejalan (over crowding) dan tempat-tempat umum
adalah faktor yang sangat penting didalam epidemiologi penyakit ini.
Penyakit yang ditularkan melalui udara ini sering disebut air borne infection
(penyakit yang ditularkan melalui udara).
2.2.3 Infeksi
Penularan melalui tangan, makanan dan minuman.
2.2.4 Penetrasi pada Kulit
Hal ini dapat langsung oleh organisme itu sendiri. Penetrasi pada kulit
misalnya cacing tambang, melalui gigitan vektor misalnya malaria atau
melalui luka, misalnya tetanus.
2.2.5 Infeksi Melalui Plasenta
Yakni infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita
penyakit pada waktu mengandung, misalnya syphilis dan toxoplasmosis.
2.3 Faktor Induk Semang (Host)
Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan pula
oleh faktor-faktor yang ada pada induk semang itu sendiri. Dengan
perkataan lain penyakit-penyakit dapat terjadi pada seseorang tergantung /
ditentukan oleh kekebalan / resistensi orang yang bersangkutan.
2.4 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Untuk pencegahan dan penanggulangan ini ada 3 pendekatan atau
cara yang dapat dilakukan :
2.4.1 Eliminasi Reservoir (Sumber Penyakit)
Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit
dapat dilakukan dengan :
a. Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien di
tempat yang khusus untuk mengurangi kontak dengan orang lain.
b. Karantina adalah membatasi ruang gerak penderita dan
menempatkannya bersama-sama penderita lain yang sejenis pada
tempat yang khusus didesain untuk itu. Biasanya dalam waktu yang
lama, misalnya karantina untuk penderita kusta.
2.4.2 Memutus Mata Rantai Penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan adalah
merupakan usaha yang penting untuk memutus hubungan atau mata rantai
penularan penyakit menular.
2.4.3 Melindungi Orang-Orang (Kelompok) yang Rentan
Bayi dan anak balita adalah merupakan kelompok usia yang rentan
terhadap penyakit menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu lindungan
khusus (specific protection) dengan imunisasi baik imunisasi aktif maupun
pasif. Obat-obat profilaksis tertentu juga dapat mencegah penyakit malaria,
meningitis dan disentri baksilus.
Pada anak usia muda, gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan
pada anak tersebut. Oleh sebab itu, meningkatkan gizi anak adalah juga
merupakan usaha pencegahan penyakit infeksi pada anak.
http://dauzzsimololkumpulanmakalahfkm.blogspot.com/2010/01/makalah-konsep-dasar-
epidemiologi.html

Anda mungkin juga menyukai