Anda di halaman 1dari 11

MODUL ILMU PENYAKIT

Oleh : Vivi Nurpermata, S.Kep., Ners

Minggu ke – 2

A. Konsep Sehat
1. Definisi Sehat
Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah a state of complete physical,
mental, and social well being and not merely the absence of illness or infirmity (Suatu
keadaan yang sempurna baik fisik mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan).
Mengandung 3 karakteristik :
a. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
b. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
c. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat merupakan bukan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, bukan merupakan
suatu keadaan tetapi suatu proses. Proses di sini adalah adaptasi individu yang tidak hanya
terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.
a. Menurut Pender (1982) sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui
kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai
dengan tujuan, perawatan didi yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas struktural.
b. Menurut Undang-Undung No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Sehat adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
c. Menurut Dunn (1959) adalah sesuatu kejadian dimana tidak adanya tanda-tanda dan
gejala dari penyakit
d. Menurut Perkin S. adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis setara bentuk
tubuh dan fungsinya yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga tubuh dapat
mengatasi gangguan dari luar.

1
2. Unsur Pendatang Tentang Sehat
a. Biologis : bebas dari penyakit.
b. Psikologis : sejahtera dan aktualisasi diri.
c. Sosial : mampu mangadaptasi tanggung jawab sosial, dan fungsi peran.
d. Adaptasi : mampu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan.

B. Konsep Sakit
1. Definisi Sakit
a. Menurut Bauman (1985) sakit adalah : ketidakseimbangan dari kondisi normal tubuh
manusia diantaranya sistem biologik dan kondisi penyesuaian. Terdapat mengemukakan
tiga kriteria dari keadaan sakit :
1) Adanya gejala
2) Persepsi tentang keadaan yang dirasakan.
3) Kemampuan dalam aktivitas sehari-hari.
b. Menurut Pemons (1972) sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai
totalitas termasuk keadaaan organism sebagai sistem biologis dan penyesuaian
sosialnya.
c. Pengertian sakit dalam bahasa inggris diartikan menjadi 2 yaitu illness dan disease
perbedaan kedua istilah ini ialah :
1) Illness
a) Konsepnya abstrak
b) Sifatnya subjektif
c) Akibat mekanisme koping (pertahanan) tak adekuat.
2) Disease
a) Suatu kondisi yang patologis
b) Terdapat sign dan symptom.
d. Menurut Imogene King sakit adalah gangguan dalam siklus hidup.
e. Menurut Perkin’s sakit adalah suatu keadaan gangguan yang tidak menyenangkan
menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari, baik
aktivitas jasmani, rohani dan sosial.

2
2. Fase-Fase Sakit
a. Fase laten
Seseorang sudah terinfeksi suatu mikroorganisme, karena badan seseorang baik maka
gejala-gejala dan tanda-tanda serta keluhan belum ada, sehingga aktifitas sehari-hari
dapat dilakukan.
b. Prodromal
Pada fase ini seseorang sudah terdapat peningkatan, bahwa dirinya sakit, seperti tidak
enak badan atau kadang-kadang lemas.
c. Akut
Tanda dan gejala akan bertambah dan semakin lengkap, bentuknya di sini klien baru
sadar bahwa dirinya sakit, kadang-kadang emosinya tidak stabil dan lekas marah, dan
ia hanya mampu memikirkan dirinya sendiri dan penyakitnya.
d. Resolusi
Klien perlu tindakan yang sifatnya mengembalikan secara normal.
3. Tahapan Sakit
Tahapan sakit menurut Suchman terbagi menjadi 5 tahap yaitu :
a. Tahap gejala / transisi : individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh, merasa
dirinya tidak sehat, merasa timbulnya berbagai gejala adanya bahaya. Mempunyai 3
aspek :
1) Secara fisik : nyeri, panas tinggi
2) Kognitif : interprestasi terhadap gejala
3) Respons emosi terhadap ketakutan / kecemasan.
b. Tahap asumsi terhadap peran sakit (Sick Role) yaitu Penerimaan terhadap sakit dimana
individu mencari kepastian sakitnya dari keluarga atau teman : menghasilkan peran
sakit, mencari pertolongan dari profesi kesehatan yang lain mengobati sendiri,
mengikuti nasihat teman / keluarga.
Akhir tahap ini dapat ditentukan bahwa gejal telah berubah dan merasa lebih buruk.
Individu masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya. Rencana pengobatan
dipenuhi / dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman.

3
c. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
Individu yang sakit meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri.
Ada 3 tipe informasi :
1) Validasi sakit
2) Penjelasan gejala yang tidak dimengerti
3) Keyakinan bahwa mereka akan baik.
Jika tidak ada gejala individu mempersepsikan dirinya sembuh jika ada gejala kembali
pada posisi kesehatan.
d. Tahap ketergantungan
Jika profesi kesehatan memvalidasi (menetapkan) bahwa seseorang sakit maka yang
menjadi pasien akan ketergantungan untuk memperoleh bantuan.
e. Tahap penyembuhan
Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit.
TUGAS
1. Jelaskan tentang rentang sehat-sakit!
2. Jelaskan tentang hubungan sehat-sakit dan beri gambar, dengan beberapa model :
a. Model ekologi
b. The Health Field Concept Model
c. The Enviroment of Health Model
Tugas di tulis tangan kemudian difoto. Lalu dikirimkan melalui email berikut
vivinrp96@gmail.com Dengan subject : TUGAS IP (NAMA) (tidak menerima melalui whatsapp)

4
Minggu ke-3

A. Konsep Dasar Ilmu Penyakit


Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan
ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap seseorang. Ilmu yang mempelajari tentang
penyakit disebut patologi.
Dalam garis besarnya, mekanisme transmisi mikroba patogen ke penjamu yang rentan
(suspectable host) melalui dua cara.
1. Transmisi langsung (direct transmission)
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari penjamu. Sebagai
contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, atau adanya droplet nuclei saat bersin,
batuk, berbicara, atau saat transfusi darah dengan darah yang terkontaminasi mikroba
pathogen.
2. Transmisi tidak langsung (indirect transmission)
Penularan mikroba pathogen memerlukan adanya “media perantara” baik berupa
barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupun vektor.
a. Vehicle-borne
Sebagai media perantara penularan adalah barang/bahan yang terkontaminasi seperti
peralatan makan dan minum, instrumen bedah/kebidanan, peralatan laboratorium,
peralatan infus/transfusi.
b. Vector-borne
Sebagai media perantara penularan adalah vektor (serangga), yang memindahkan
mikroba patogen ke penjamu dengan cara sebagai berikut.
1) Cara mekanis
Pada kaki serangga melekat kotoran/sputum (mikroba patogen), lalu hinggap pada
makanan/minuman, dimana selanjutnya akan masuk ke saluran cerna penjamu.
2) Cara biologis
Sebelum masuk ke tubuh penjamu, mikroba mengalami siklus perkembangbiakkan
dalam tubuh vektor/serangga, selanjutnya mikroba dipindahkan ke tubuh penjamu
melalui gigitan.

5
c. Food-borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang cukup efektif untuk menyebarnya
mikroba patogen ke penjamu, yaitu melalui pintu Termasuk (port d’entree) saluran cerna.
d. Water-borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif-terutama untuk
kebutuhan rumah sakit-adalah mutlak. Kualitas air yang meliputi aspek fisik, kimiawi,
dan bakteriologis, diharapkan terbebas dari mikroba patogen sehingga aman untuk
dikonsumsi. Jika tidak- sebagai media perantara-air sangat mudah menyebarkan mikroba
patogen ke penjamu, melalui pintu masuk (port d’entree) saluran cerna maupun pintu
masuk lainnya.
e. Air-borne
Udara sangat mutlak diperlukan oleh setiap orang, namun adanya udara yang
terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit untuk dideteksi. Mikroba pathogen
dalam udara masuk ke saluran napas penjamu dalam bentuk droplet nuclei yang
dikeluarkan oleh penderita(reservoir) saat batuk atau bersin, bicara atau bernapas melalui
mulut atau hidung. Sedangkan dust merupakan partikel yang dapat terbang bersama debu
lantai/tanah. Penularan melalui udara ini umumnya mudah terjadi di dalam ruangan yang
tertutup seperti di dalam gedung, ruangan/bangsal/kamar perawatan, atau pada
laboratorium klinik. Mekanisme transmisi mikroba patogen atau penularan penyakit
infeksi sangat jelas tergambar dalam uraian di atas, dari reservoir ke pejamu yang peka
atau rentan. Dalam riwayat perjalanan penyakit, pejamu yang peka (suspectable host)
akan berinteraksi dengan mikroba patogen, yang secara alamiah akan melewati 4 tahap.
1) Tahap Rentan
Pada tahap ini pejamu masih dalam kondisi relatif sehat, namun peka atau labil, disertai
faktor predisposisi yang mempermudah terkena penyakit seperti umur, keadaan fisik,
perilaku / kebiasaan hidup, sosial - ekonomi, dan lain - lain. Faktor – faktor
predisposisi tersebut mempercepat masuknya agen penyebab penyakit ( mikroba
patogen ) untuk berinteraksi dengan pejamu
2) Tahap Inkubasi
Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba patogen mulai beraksi, namun tanda dan
gejala penyakit belum tampak ( subklinis ). Saat mulai masuknya mikroba patogen ke

6
tubuh pejamu hingga saat munculnya tanda dan gejala penyakit disebut masa inkubasi.
Masa inkubasi satu penyakit berbeda dengan penyakit lainnya; ada yang hanya
beberapa jam, dan ada pula yang bertahun – tahun.
3) Tahap Klinis
Merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang dapat memunculkan tanda dan
gejala (signs and symptomps ) penyakit. Dalam perkembangannya, penyakit akan
berjalan secara bertahap. Pada tahap awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan.
Penderita masih mampu melakukan aktivitas sehari – hari dan masih dapat diatasi
dengan berobat jalan. Pada tahap lanjut, penyakit tidak dapat diatasi dengan berobat
jalan, karena penyakit bertambah parah, baik secara objektif maupun subjektif. Pada
tahap ini penderita sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari – hari dan jika
berobat, umumnya harus melakukan perawatan.
4) Tahap Akhir Penyakit
Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir pula. Perjalanan penyakit tersebut
dapat berakhir dengan 5 alternatif.
a) Sembuh sempurna
Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi sel / jaringan / organ
tubuh kembali seperti sedia kala.
b) Sembuh dengan cacat
Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai adanya kecacatan. Cacat dapat
berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial.
c) Pembawa ( carrier )
Perjalanan penyakit seolah – olah berhenti, ditandai dengan menghilangnya tanda
dan gejala penyakit. Pada kondisi ini agen penyebab penyakit masih ada, dan
masih potensial sebagai sumber penularan.
d) Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang tetap atau
tidak berubah ( stagnan ).
e) Meninggal dunia
Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan fungsi – fungsi organ.
B. Sifat-sifat penyakit infeksi

7
Sebagai agen penyebab penyakit ( biotis ), mikroba patogen memiliki sifat – sifat khusus
yang sangat berbeda dengan agen penyebab penyakit lainnya ( abiotis ).9 Sebagai makhluk
hidup, mikroba patogen memiliki ciri – ciri kehidupan, yaitu :
a. Mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara berkembang biak
b. Memerlukan tempat tinggal yang cocok bagi kelangsungan hidupnya ( habitat reservoir
c. Bergerak dan berpindah tempat ( dinamis )
Ciri – ciri kehidupan mikroba patogen tersebut di atas, merupakan sifat – sifat spesifik
mikroba patogen dalam upaya mempertahankan hidupnya. Cara menyerang / invasi ke pejamu
/ manusia melalui tahapan sebagai berikut
a. Sebelum pindah ke pejamu ( calon penderita ), mikroba patogen hidup dan berkembang biak
pada reservoir ( orang / penderita, hewan, benda – benda lain ).
b. Untuk mencapai pejamu ( claon penderita ), diperlukan adanya mekanisme penyebaran.
c. Untuk masuk ke tubuh pejamu ( calon penderita ), mikroba patogen memerlukan pintu
masuk ( port d’entrée ) seperti kulit / mukosa yang terluka, hidung, rongga mulut, dan
sebagainya. Adanya tenggang waktu saat masuknya mikroba patogen melalui port d’entrée
sampai timbulnya manifestasi klinis, untuk masing – masing mikroba patogen berbeda –
beda
d. Pada prinsipnya semua organ tubuh pejamu dapat terserang oleh mikroba patogen, namun
berbeda mikroba patogen secara selektif hanya menyerang organ – organ tubuh tertentu dari
pejamu ( target organ ).
e. Besarnya kemampuan merusak dan menimbulkan manifestasi klinis dari mikroba pathogen
terhadap pejamu dapat dinilai dari beberapa faktor berikut.
1) Infesivitas
Besarnya kemampuan mikroba patogen melakukan invasi, berkembang biak dan
menyesuaikan diri, serta bertempat tinggal pada jarungan tubuh pejamu.
2) Patogenitas
Derajat respons / reaksi pejamu untuk menjadi sakit.
3) Virulens
Besarnya kemampuan merusak mirkoba patogen terhadap jaringan pejamu.
4) Toksigenitas
Besarnya kemampuan mikroba patogen untuk menghasilkan toksin, di mana toksin

8
berpengaruh dalam perjalanan penyakit.
5) Antigenitas
Kemampuan mikroba patogen merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh (
antibody ) pada diri pejamu. Kondisi ini akan mempersulit mikroba patogen itu sendiri
untuk berkembang biak, karena melemahnya respons pejamu menjadi sakit. Kembali
kepada riwayat alamiah penyakit dengan memerhatikan Segitiga Epidemiologi, di mana
faktor – faktor agen penyebab penyakit, pejamu, dan lingkungan saling berinteraksi.
Lingkungan sering kali berpengaruh positif terhadap perkembangbiakan mikroba
patogen serta transmisinya ke pejamu, dan sering kali pula berpengaruh negative
terhadap pejamu. Hasil akhirnya adalah pejamu menjadi seorang penderita ( sakit )
penyakit infeksi. Contoh yang mudah diamati adalah lingkungan rumah sakit.
Lingkungan ini sangat berpotensi untuk menyebarkan dan menularkan mikroba patogen
yang berakibat timbulnya kasus – kasus yang disebut infeksi nosocomial.
C. Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Infeksi
Tindakan atau upaya pencegahan penularan penyakit infeksi adalah tindakan yang paling
utama. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara memutuskan rantai penularannya.
Rantai penularan adalah rentetan proses berpindahnya mikroba patogen dari sumber penularan
(reservoir ) ke pejamu dengan / tanpa media perantara.11 Jadi, kunci untuk mencegah atau
mengendalikan penyakit infeksi adalah mengeliminasi mikroba patogen yang bersumber pada
reservoir serta mengamati mekanisme transmisinya, khususnya yang menggunakan media
perantara. Sebagai sumber penularan atau reservoir adalah orang ( penderita ), hewan, serangga
( arthropoda ) seperti lalat, nyamuk, kecoa, yang sekaligus dapat berfungsi sebagai media
perantara. Contoh lain adalah sampah, limbah, ekskreta / sekreta dari penderita, sisa makanan,
dan lain – lain. Apabila perilaku hidup sehat sudah menjadi budaya dan diimplementasikan
dalam kehidupan sehari – hari, serta sanitasi lingkungan yang sudah terjamin, diharapkan
kejadian penularan penyakit infeksi dapat ditekan seminimal mungkin.
TUGAS
1. Jelaskan secara rinci communicable disease dan non communicable disease!
2. Sebutkan penyakit yang termasuk communicable disease dan non communicable disease!
3. Sebutkan penyakit yang menyebar melalui :
a. Makanan

9
b. Udara
c. Serangga
d. Keringat
e. Faeces
f. Urine
g. Alat medis

Tugas di tulis tangan kemudian difoto. Lalu dikirimkan melalui email berikut
vivinrp96@gmail.com Dengan subject : TUGAS IP (NAMA) (tidak menerima melalui whatsapp)

10
Minggu ke-3

1. Tulislah konsep system pencernaan


a. Pengertian
b. Jelaskan organ pencernaan dalam dan fungsinya, misal : mulut adalah pintu masuknya
saluran cerna, dst (lengkap)
c. Jelaskan organ pencernaan pelengkap (lengkap)
d. Jelaskan macam-macam enzim dalam sistem pencernaan dan fungsinya
e. Jelaskan proses suplai makanan ke sel tubuh manusia

Tugas di tulis tangan kemudian difoto. Lalu dikirimkan melalui email berikut
vivinrp96@gmail.com Dengan subject : TUGAS IP (NAMA) (tidak menerima melalui whatsapp)

Minggu ke-4

ULANGAN HARIAN

11

Anda mungkin juga menyukai