OLEH :
MITTA KURNIAWATI
NIM. 170032
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dah hidayah-Nya sehingga Laporan Individu Asuhan Kebidanan Keluarga
dalam Komunitas Tn. “M” di Dusun Iroyudan Desa Guwosari Pajangan Bantul
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya guna memenuhi tugas
praktik Asuhan Kebidanan Keluarga dalam Komunitas.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini dapat diselesaikan berkat
dorongan, semangat, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan kerendahan hati saya mengucapkan terima kasih kepada
1. dr. Musinggih Djarot Royani, Sp.KJ selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan AKBIDYO
2. Endang Khoirunnisa, S.ST. Keb., M.Kes selaku kepala Prodi D-III
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan AKBIDYO
3. Sylvi Wafda Nur A, M.Keb selaku dosen pendamping dalam pembuatan
laporan individu asuhan kebidanan keluarga dalam komunitas
4. dr. Santoso Hardoyo selaku Kepala Puskesmas Pajangan, Bantul
5. Masduki Rahmad, S.IP selaku Kepala Desa Guwosari, Pajangan, Bantul
6. Hasyim selaku Kepala Dusun Iroyudan
7. Seluruh anggota kebidanan komunitas pada Dusun Iroyudan.
Serta kerabat-kerabat dekat dan rekan seperjuangan yang tidak dapat saya sebut
satu per satu. Penulis menyadari bahwa laporan individu asuhan kebidanan
keluarga dalam komunitas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan sebagai perbaikan
dalam pembuatan laporan individu asuhan kebidanan keluarga dalam komunitas
selanjutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat meningkatkan derajat
kualitas sumber daya manusia (SDM). Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai
dengan proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai usia dewasa muda.
Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti
perawatan dan makanan bergizi dapat membentuk SDM yang cerdas, sehat dan
maka diperlukan peran serta masyarakat. Bidan bersama sektor yang bersangkutan
tersebut. Dalam hal ini, bidan juga memberikan pelayanan kebidanan komunitas
yang merupakan upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah
kesehatan ibu dan anak balita dan keluarga dan masyarakat. Pelayanan kebidanan
pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
(Pudjiastuti, 2011).
ada. Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh bidan yang telah teregistrasi, yang dapat dilakukan secara
mandiri, kolaborasi atau rujukan (Depkes RI, 2000). Salah satu pelayanan
nifas, neonatus, bayi dan balita, anak, remaja, prakonsepsi, menoupose yang
kebidanan ini dapat diberikan dengan baik maka tujuan pembangunan akan
kematian ibu dan bayi. Angka kematian ibu dan bayi mencerminkan tingkat
Indonesia telah difokuskan untuk menurunkan tingkat kematian ibu dan anak yang
cukup tinggi. Penurunan kematian bayi dan ibu telah menjadi tujuan utama untuk
negara berkembang. Secara global, tingkat kematian bayi telah menurun dari 8,8
juta pada tahun 1990 menjadi 4,2 juta pada tahun 2016. Resiko seorang anak
berada di bagian Afrika (52 per 1000 kelahiran hidup) (Hanum & Safitri, 2018).
yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Anak balita (1-5 tahun) merupakan
kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (KEP) atau
termasuk salah satu kelompo masyarakat yang rentan gizi (Hanum & Safitri,
2018).
Gizi kurang atau gizi buruk pada balita dapat berakibat terganggunya
pertumbuhan jasmani dan kecerdasan mereka. Kalau cukup banyak orang yang
Dengan demikian jelas masalah gizi merupakan masalah bersama dan semua
keluarga harus bertindak atau berbuat sesuatu bagi perbaikan gizi (Adriani M,
2012). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi antara lain: kurangnya
informasi, kurangnya daya beli masyarakat merupakan hal yang paling utama,
tetapi sebagian kasus kurang gizi akan bisa diatasi masyarakat dengan
negara yang tidak akan mencapai target global untuk menurunkan angka kurang
gizi di tahun 2025. Data pemerintah menunjukkan 37% anak balita menderita
stunting, 12% menderita wasting (terlalu kurus untuk tinggi badan mereka) dan
mereka dari golongan menengah keatas. Namun demikian, hampir 30 persen anak
prevalensi kekurangan gizi antar provinsi dan kabupaten masih cukup lebar.
menengah. Upaya untuk menurunkan angka kurang gizi di Indonesia sejak tahun
2007 belum menunjukkan hasil yang berarti, ini berarti jumlah anak penderita
(Unicef, 2015).
Data kementrian kesehatan Republik Indonesia status gizi tahun 2017 yang
Konsumsi Gizi (PKG) pada Balita PSG tahun 2017 telah dilaksanakan di 34
Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota dengan hasil berdasarkan berat badan sebanyak
3,8% balita mempunyai status gizi buruk dan 14,0% balita mempunyai status gizi
kurang) pada kelompok balita (17,8%) lebih tinggi dibandingkan kelompok badut
balita mempunyai status gizi sangat pendek dan 19,8% balita mempunyai status
mempunyai status gizi sangat kurus dan 6,7% balita mempunyai status gizi kurus.
Kelompok Umur di Indonesia pada tahun 2017 didapatkan data Masalah gizi
kurang, pendek dan gemuk, lebih tinggi pada kelompok balita (0-59 bulan) akan
tetapi masalah kurus lebih tinggi pada kelompok baduta (0-23 bulan)
prevalensi pendek dan gemuk namun terjadi penurunan masalah kurus serta
jumlah balita yang berisiko menjadi kurus masih cukup tinggi, oleh karena itu
menangani balita yang sudah kurus tapi juga untuk mencegah balita yang berisiko
kurus agar tidak jatuh menjadi kurus, sehingga intervensi mulai dilakukan pada
Masalah gizi secara garis besar disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
lansung dan faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi adalah asupan
makanan ( energi dan protein) dan penyakit penyerta. Faktor tidak lansung adalah
variabel keaktifan keluarga dalam kegiatan posyandu dengan status gizi balitanya.
Keluarga yang tidak aktif dalam kegiatan posyandu mempunyai risiko 6,857 kali
lebih besar terkena status gizi (KEP) dibandingkan dengan keluarga yang tidak
Menurut pemantau status gizi ( PGS, 2015) Indonesia memiliki masalah gizi
umur 0-23 bulan (11,9 %), umur 24- 59 bulan (18,1%), umur 0 – 59 bulan (14,9
%) , jumlah diambil dari 496 kabupaten/ kota. Data dikalimantan tengah gizi
kurang umur 0-23 bulan (14,9%), umur 24-59 (23,1%) dan umur 0 -59 (18,9%)
(Kemenkes, 2016).
Masalah gizi memiliki etiologi yang sangat komplek, tidak saja dipengaruhi
oleh intake zat gizi dan keadaan kesehatan individu tetapi juga berkaitan erat
tentang gizi seimbang balita pada balita. Sehingga, hal tersebut bisa menjadi salah
satu upaya promotif dan preventif permasalahan tingginya angka kurang gizi
(KEP) di Indonesia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
1. Bagi Keluarga
dan pendidikan.
2. Bagi Mahasiswa
3. Bagi Institusi
TINJAUAN PUSTAKA
C. Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan dimana beberapa orang yang
masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan
sebagai sekumpulan orang yang dalam, satu rumah yang masih
mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena
perkawinan, kelahiran ,adopsi dan lain sebagainya. Keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak -anak yang belum menikah disebut
keluarga batin. Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam
masyarakat, keluarga batin mempunnyai peran-peran tertentu,
(Fatimah, 2010).
2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut Fatimah (2010) antara lain:
a. Berdasarkan garis keturunan
1) Patrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari
anak,saudara sedarah,dalam berbagai generasi dimana
hubungan itu menurut garis keturunan ayah.
2) Matriliniar adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak,
saudara dalam berbagi generasi dimana hubungan itu menurut
garis keturunan ibu.
b. Berdasarkan jenis perkawinan
1) Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dan
seorang istri.
2) Poligami adalah keluarga dimana terdapat sorang suami dan
lebih dari seorang istri.
c. Berdsarkan permukiman
1) Patrilokal adalah pasangan suami istri tinggal Bersama atau
dekat keluarga sedarah suami.
2) Matrikokal adalah pasangan suami istri tinggal Bersama atau
dekat dengan sedarah istri.
3) Neolokal adalah pasangan suami istri tinggal jauh dari
keluarga suami maupun istri.
d. Berdasarkan kekuasaan
1) Keluarga kabapaan dalam keluarga suami memegang peran
paling penting.
2) Keluarga keibuan dalam hubungan jeluarga istri memegang
peran paling penting.
3) Keluarga setara peran suami istri kurang lebih seimbang.
3. Fungsi Keluarga
Keluarga merupakan dua orang atau lebih individu yang hidup
Bersama dalam keterikatan, emosional, dan setiap individu memiliki
peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga ( Fatimah,
2010).
D. Balita
1. Pengertian Balita
Anak balita merupakan anak yang berada dalam rentan usia 1-5
tahun kehidupan (Muaris, 2006). Balita merupakan istilah yang
digunakan untuk anak usia 1-3 tahun (toodler) dan 4-5 tahun
(preschool) (Sutomo & Anggraeni, 2010). Menurut peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014, anak balita adalah anak
usia 12 bulan sampai dengan 59 bulan. Masa ini adalah periode yang
sangat penting bagi tumbuh kembangnya sehingga biasa disebut
dengan golden period. Pada masa ini juga pertumbuhan dan
perkembangan anak sangat pesat baik secara fisik, psikologi, mental,
maupun sosialnya (Muaris, 2006).
2. Karakteristik Balita
Septiari (2012) menyatakan karakteristik balita dibagi menjadi dua
yaitu: 1) Anak usia 1-3 tahun Usia 1-3 tahun merupakan konsumen
pasif artinya anak menerima makanan yang disediakan orang tuanya.
Laju 7 pertumbuhan usia balita lebih besar dari usia prasekolah,
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Perut yang
lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya
dalam sekali makan lebih kecil bila dibandingkan dengan anak yang
usianya lebih besar oleh sebab itu, pola makan yang diberikan adalah
porsi kecil dengan frekuensi sering. 2) Anak usia prasekolah (3-5
tahun) Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif. Anak sudah
mulai memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan
anak cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak
beraktivitas lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak
makanan yang disediakan orang tuanya.
3. Kebutuhan Dasar pada Balita
Balita juga membutuhkan kebutuhan dasar dalam pola
pengasuhannya pola pengasuhannya pada balita yaitu :
a. Asah
Kebutuhan asah (kebutuhan stimulasi mental dini) merupakan
upaya dalam menstimulasi berbagai kemampuan yang masih
terpendam pada anak balita (Asydhad & Mardiah, 2006). Apabila
kebutuhan asah terpenuhi dengan baik, maka balita dapat tubuh
menjadi seorang dengan kepribadian dan etika yang baik (Febry &
Marendra, 2008).
b. Asih
Kebutuhan asih merupakan kebutuhan emosional meliputi
kebutuhan rasa aman dan kasih sayang dari seorang ibu (Febry &
Marendra, 2008). Kebutuhan asih diwujudkan melalui kontak fisik
antara ibu dan bayi misalnya dengan memberikan ASI kepada bayi
segera setelah lahir (Soetjiningsih, 1995).
c. Asuh
Kebutuhan asuh merupakan kebutuhan biomedis pada balita
meliputi sandang, pangan, dan papan (Febry & Marendra, 2008).
Kebutuhan asuh ini merupakan ungkapan kasih sayang dari
seorang ibu kepada anaknya (Asydhad & Mardiah, 2006).
Kebutuhan asuh merupakan kebutuhan yang sangat dasar 29
sehingga harus terpenuhi pada balita seperti gizi, imunisasi,
pemberian ASI, pengobatan, serta penimbangan berat badan secara
teratur. Pemilihan dalam pemberian pola asuh orang tua kepada
anaknya dapat sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangannya. Salah satu yang dapat dipengaruhi pola asuh
yaitu status gizi balita. Pemberian pola asuh yang baik dari ibu ke
balita dapat mempengaruhi keadaan status gizi balita (Azizah,
2014).
4. Tahapan Perkembangan Anak
Menurut Anmum (2016) ini merupakan gambaran umum mengenai ta
hapan tumbuh kembang si Kecil di usia 1-3 tahun. Perlu diingat bahwa tu
mbuh kembang tiap-tiap anak berbeda. Sangatlah penting untuk membiark
an si Kecil berkembang dan belajar pada tahapan yang nyaman baginya.
a. Usia 1 tahun
1) Mampu mengangkat badan sendiri dan berdiri sambil pegangan p
ada furniture
2) Gigi tumbuh lebih cepat
3) Menggunakan seluruh tangan untuk mewarnai
4) Memegang sendok dan cangkir sendiri, meskipun masih berantak
an
5) Mampu menumpuk 2-4 balok
b. Usia 2 tahun
1) Gigi sudah banyak yang tumbuh, termasuk beberapa geraham
2) Mampu berjalan dengan lebih mudah, meskipun sesekali masih t
erjatuh
3) Mampu menaiki anak tangga tanpa bantuan, meskipun naiknya s
atu per satu
4) Kemampuan makan dan minum sendiri sudah lebih baik
5) Mampu menumpuk 4-6 balok
c. Usia 3 tahun
1) Mampu melompat dari langkah rendah
2) Mampu berdiri dan berjinjit
3) Mampu naik sepeda roda tiga
4) Mampu memotong kertas dengan gunting
5) Mampu memegang pensil dengan ibu jari, telunjuk dan jari ten
gah
E. Gizi Pada Balita
1. Pengertian Gizi
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat
kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan
perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila
kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam
suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa
lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).
Status gizi merupakan keadaan keseimbangan antara asupan dan
kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang
terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharan kesehatan,
penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis
lainnya di dalam tubuh. Kebutuhan bahan makanan pada setiap
individu berbeda karena adanya variasi genetik yang akan
mengakibatkan perbedaan dalam proses metabolisme. Sasaran yang
dituju yaitu pertumbuhan yang optimal tanpa disertai oleh keadaan
defisiensi gizi. Status gizi yang baik akan turut berperan dalam
pencegahan terjadinya berbagai penyakit, khususnya penyakit infeksi
dan dalam tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal (Depkes
RI, 2008).
2. Jenis dan Tahapan Makanan Balita
Menurut (almasteir, 2002) Kebutuhan Gizi balita Kebutuhan gizi
yang harus dipenuhi pada masa balita diantaranya energi energi dan
protein. Kebutuhan energi sehari anak untuk tahun pertama kurang
lebih 100-120 kkal/ kg berat badan. Untuk tiap 3 bulan pertambahan
umur, kebutuhan energi turun kurang lebih 10 kkal/ kg berat badan.
Energi dalam tubuh diperoleh terutama dari zat gizi karbohidrat,
lemak dan juga protein. Protein dalam tubuh merupakan sumber asam
amino esensial yang diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk
pertumbuhan dan pembentukan protein dalam serum, mengganti sel-
sel yang rusak, memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh,
serta sebagai sumber energi. Lemak merupakan sumber kalori
berkonsentrasi tinggi, selain itu lemak juga mempunyai 3 fungsi,
diantaranya sebagai sumber lemak esensial, sebagai zat pelarut
vitamin A, D, E, K, serta dapat memberi rasa sedap dalam makanan.
Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah 60-70% dari total
energi. Sumber karbohidrat dapat diperoleh dari beras, jagung,
singkong, tepung-tepungan, gula, dan serat makanan. Serat makanan
sangat penting untuk menjaga kesehatan alat pencernaan. Vitamin dan
mineral pada masa balita sangat diperlukan untuk mengatur
keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara keseluruhan.
Kebutuhan akan vitamin dan mineral jauh lebih kecil dari Pada
protein,lemak,dankarbohidrat.
Ada beberapa hal yang perlu dihindari bagi anak agar makannya
tidak berkurang, seperti membatasi makanan yang kurang
menguntungkan, seperti coklat, permen, kue-kue manis karena dapat
membuat kenyang sehingga nafsu makan berkurang.
Usia balita dapat kita bedakan menjadi 2 golongan, yang pertama
adalah balita usia 1-3 tahun. Jenis makanan yang paling disukai anak
balita di usia ini biasanya adalah makanan yang manis-manis, seperti
cokelat, permen, es krim, dll. Pada anak usia ini sebaiknya makanan
yang banyak mengandung gula dibatasi, agar gigi susunya tidak rusak
atau berlubang (caries). Pada usia, biasanya anak sangat rentan
terhadap gangguan gizi, seperti kekurangan vitamin A, zat besi, kalori
dan protein. Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan gangguan
fungsi pada mata, sedangkan kekurangan kalori dan protein dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Kedua adalah anak usia 4-6 tahun. Pada usia ini, anak-anak masih
rentan terhadap gangguan penyakit gizi dan infeksi. Sehingga
pemberian makanan yang bergizi tetap menjadi perhatian orang tua,
para pembimbing dan pendidik di sekolah. Pendidikan tentang nilai
gizi makanan, tidak ada salahnya mulai diajarkan pada mereka. Dan
ini saat yang tepat untuk menganjurkan yang baik-baik pada anak,
karena periode ini anak sudah dapat mengingat sesuatu yang dilihat
dan didengar dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Sehingga
akhirnya anak dapat memilih menyukai makanan yang bergizi.
A. Hasil Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA DALAM KOMUNITAS
PRODI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHAATAN AKBIDYO
A. Struktur Keluarga
Hub. Umur
No Nama L/P Pendidikan Agama Pekerjaan
Keluarga (Tahun)
Karyawan
Kepala
1. Didin L 35 Tahun SLTA Islam Honorer (Satf
Keluarga
kelurahan)
2. Lestari Istri P 28 Tahun SLTP Islam Ibu Rumah
Tangga
3. Muhammad Anak L 8 Tahun SD Islam Tidak bekerja
Haidhar
Rusdianto
4. Ayra Dian Anak P 18 Belum Islam Tidak Bekerja
Anggraini Bulan, sekolah
8 Hari
1. Kebiasaan makan
a) Sebelum makan
b) Sesudah makan
c) Setelah BAB
9. Hygiene perorangan/keluarga
b) Penggunaan sabun : Ya
keras dll)
2. Tempat : Puskesmas
3. Alasan : Pelayanannya bagus
minggu
2 2018 36 Rutin Perut Dibawa ke Mengurangi
di rujuk di kenceng-
RS. kenceng
Melakukan
relaksasi
nafas
dalam.
2. Riwayat Persalinan :
Markasanah Sehat,
Selamat
F. PUS/WUS/Akseptor KB : Ada
Tidak ada
kesehatan: Perlu
1. TBC
Tahu
Ikut,bentuk : KIS
c. Lain-lain
Hasil
No Indikator
Ya Tidak
1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan √
2 Memberi bayi ASI eksklusif √
3 Menimbang balita setiap bulan √
4 Menggunakan air bersih √
5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun √
6 Menggunakan jamban sehat √
7 Memberantas jentik di rumah seminggu sekali √
8 Makan sayur dan buah setiap hari √
9 Melakukan aktifitas fisik setiap hari √
10 Tidak merokok dalam rumah √
11 Ibu hamil memeriksakan kehamilan √
12 Bayi diimunisasi secara lengkap sesuai usianya √
13 Gosok gigi minimal 2x sehari setiap habis makan √
pagi dan sebelum tidur malam
14 Mengelola sampah dan limbah cair rumah tangga √
15 Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan √
D. ANALISIS DATA
Berdasarkan skor diatas yag menjadi prioritas utama adalah: Tidak
makan sayur dan buah setiap hari = 2 5/6, Asma pada Ny. L = 3 1/3 , Tidak
mengelola smapah dan limbah cair = 3 1/6, Tidak cek kesehatan rutin = 2 5/6,
Tidak mengerti cuci tanan 6 langkah = 2 5/6, Tidak mengetahui gizi
seimbang pada balita dantidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang gizi
seimbang pada balita = 4 1/3
E. PENATALAKSANAAN MASALAH
Rencana kegiatan
No Masalah kebidanan Tindakan Waktu
1. Tidak makan sayur dan buah Memberikan Rabu, 15
setiap hari KIE tentang Januari 2020
penting nya
makan sayur dan
buah setiap hari
menggunakan
video
2. Asma pada Ny. L Memberikan Rabu, 15
KIE tentang Januari 2020
penyebab Asma
dan cara
menangani
apabila kambuh
3. Tidak mengelola sampah dan Memberikan Rabu, 15
limbah cair KIE tentang Januari 2020
pengelolaan
sampah dan
limbah cair
dengan video
Adriani, M., & Wiryatmadi, B. (2012). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.
Jakarta : Kencana.
Agus, U. (2012). Hubungan antara karakteristik ibu dengan status Gizi. Jurnal
kesmasindo, 5 nomor 2, juli 2012 hlm. 121-135.
Ambarwati, Eny Retna. (2011). Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Damayanti, Erni dan Winarsih. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil
tentang Resiko Tinggi Kehamilan dengan Kepatuhan Kunjungan
Antenatal Care di RSUD Pandan Arang Boyolali. Jurnal Publikasi Ilmiah
UMS. Vol. 3 No. 4.
Depkes RI. (2000). Buku 1: Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI Np: 900/MENKES/VII/2007.
Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Hanum, Rina dan Safitri, Mey Elisa. 2018. Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Buku KIA di Puskesmas Namu Ukur.
Jurnal Bidan Komunitas. Vol. 1 No. 3.
Isdiaty, Fandiar Nur dan Ungsianik, Titin. 2013. Pengetahuan Tanda Bahaya
Kehamilan dan Perilaku Perawatan Kehamilan Pada Ibu Hamil Trimester
III. Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol. 16 No. 1.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Republik Indonesia 2017.
Jakarta: Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 10 Januari 2020 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-kesehatan-indonesia-tahun-2017-pdf.
Kementrian Kesehatan RI. (2016). Buku Saku Pemantauan Status Gizi dan
Indikator Kinerja Gizi Tahun 2015. Direktorat Gizi Masyarakat Dirjen
Kesehatan Masyarakat. Kemenkes RI.
Masturoh, Pamuji, Siti Erniyati Berkah, dan Siswati. 2018. Path Analisis : Tiga
Keterlambatan Penyebab Kematian Maternal di Kabupaten Brebes. Jurnal
Kesehatan Pena Medika. Vol. 8 No. 1.
Pudiastuti, R. (2011). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Radiansyah E. 2007. Penanggulangan Gizi Buruk. Purworejo: Dinas Kesehatan
RI.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Suharjo. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara; 2003.
PLAN OF ACTION
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA TERHADAP KELUARGA Tn. “M”
DI DUSUN IROYUDAN DESA GUWOSARI PAJANGAN BANTUL
Bentuk Petugas on
Sasaran Waktu Tempat Material Dana
Kegiatan Duty
Leaflet
Senin, 14 Januari Rumah Presenter :
Ny. dan
Konseling 2020 Ny. Mitta Mandiri
Lestari Buku
Pukul 10.00- selesai Lestari Kurniawati
KIA
SATUAN ACARA PENYULUHAN
a. Kompetensi : Kebidanan
p pada balita
2. Tujuan Penyuluhan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan konseling ini Ny. Lestari dapat mengerti tentang Gizi
b. Tujuan Khusus
1) Setelah diberikan konseling ini Ny. Balita dapat mengerti dan mengenali
4. Media
5. Kegiatan Penyuluhan
I. Referensi :
1. Almatsier, S.2008.Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Gizi_seimbang
3. http://balitapedia.com/kenali-5-masalah-gizi-yang-umum-terjadi-
pada-balita-berikut-ini/667
4. http://lagizi.com/1000-hari-pertama-kehidupan-untuk-generasi-yang-
lebih-baik/
MATERI TEORI
A. Gizi
1. Pengertian
Gizi yang baik adalah salah satu unsur penting untuk mewujudkan
manusia yang berkualitas. Pemenuhan gizi anak harus diperhatikan
sedini mungkin yaitu sejak mereka masih dalam kandungan melalui
makanan ibu hamil. Kebiasaan makan sudah dimulai sejak dari masa
kanak-kanak. Gizi adalah suatu zat yang berguna dan dibutuhkan oleh
tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang
mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau
variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB)
ideal.
Gizi seimbang adalah komposisi zat yang cukup/ideal untuk
menjalankan proses dalam tubuh.
Makanan yang bergizi seimbang mengandung 3 fungsi utama yaitu
a. Zat tenaga
Zat gizi menghasilkan tenaga atau energi. Bagi balita, tenaga
diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta untuk pertumbuhan
dan perkembangannya. Oleh karena itu kebutuhan zat gizi sumber
tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa. Zat tenaga
dapat diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein.
b. Zat pembangun
Zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan
jaringan yang rusak. Zat pembangun dapat diperoleh dari protein.
c. Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan
tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Zat
pengatur dapat diperoleh dari vitamin, mineral dan air
2. Masalah gizi balita
Bagaimana penilaian terhadap status gizi anak-anak Indonesia?
Dari 100% anak-anak Indonesia hanya 80% yang mempunyai
cukup gizi. Dikarenakan banyak anak yang suka memilih-milih
makanan, anak terlalu sering jajan, dan anak terlalu capek setelah
lama bermain.
Dampak dari kekurangan dan kelebihan gici pada anak adalah:
a. Kurang Energi Protein (KEP)
KEP (Kurang Energi Protein) adalah suatu keadaan dimana
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Anak
disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80% indeks berat
badan menurut usia (BB/U) baku WHO-NCHS. KEP atau Protein
Energy Malnutrition dapat diartikan sebagai salah satu penyakit
gangguan gizi yang penting dimana pada penyakit KEP ditemukan
berbagai macam keadaan patologis yang disebabkan oleh
kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang
bermacam-macam.
Kurangnya zat gizi makro (Energi dan Protein) pada balita bisa
menyebabkan KEP. Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan
energi dan protein :
1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari
makanan dalam usus terganggu
4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi
yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai
Apabila anak kekurangan gizi maka dapat menyebabkan
pertumbuhan anak terganggu atau terlambat, dan daya tahan tubuh
anak rendah.
b. Obesitas
Anak akan mengalami berat badan berlebih (overweight) dan
kelebihan lemak dalam tubuh (obesitas) apabila selalu makan
dalam porsi besar dan tidak diimbangi dengan aktivitas yang
seimbang. Dampak obesitas pada anak memiliki faktor risiko
penyakit kardiovaskuler, seperti : hiperlipidemia (tingginya kadar
kolesterol dan lemak dalam darah), kencing manis, penyakit
jantung,hipertensi, hyperinsulinemia, gangguan pernafasan, dan
komplikasi ortopedik (tulang). Apalagi bila hal ini tidak teratasi,
berat badan berlebih (obesitas) akan berlanjut sampai anak
beranjak remaja dan dewasa.
Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada anak-
anak sebagai berikut:
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika
ia berbuat sesuai dengan keinginan orang tua
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik
Upaya agar anak terhindar dari obesitas yakni kuncinya ada pada
keluarga. Ada banyak cara untuk mengendalikan kegemukannya :
1) Orangtua perlu melakukan pencegahan seperti
mengendalikan pola makan anak agar tetap seimbang. Awasi
kebiasaan makannya, jangan berikan makanan yang
kandungan lemaknya tinggi.
2) Perbanyak makan sayuran setiap makan. Jangan banyak
diberikan masakan yang mengandung banyak lemak seperti
santan yang terlalu kental.
3) Selain itu memberikan cemilan yang sehat seperti buah-
buahan.
4) Jangan terlalu banyak memberikan makanan dan minuman
manis, karena itu adalah sumber kalori yang dapat
meningkatkan berat badan.
5) Upayakan melibatkan anak pada aktivitas yang bisa
mengeluarkan energinya, terutama di luar ruangan seperti
lari, berenang, atau bermain bola, dan lain-lain
B. 1000 HPK
Pada fase kehamilan, perkembangan janin terjadi di setiap trimester
kehamilannya, diantaranya:
a. Pengertian
1000 Hari Pertama Kehidupan adalah periode percepatan tumbuh
kembang yang dimulai sejak terbentuknya janin dalam kandungan
hingga anak berusia 2 tahun. 1000 HPK juga disebut periode emas,
karena pada periode ini terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat,
yang mendukung seluruh proses pertumbuhan anak dengan sempurna.
Kurang gizi pada 1000 HPK tidak dapat diperbaiki dimasa kehidupan
selanjutnya.
MP-ASI
Usia
ASI Makanan Makanan Makanan
(Bulan)
Lumat Lembik Keluarga
0-6
6-8
9-12
12-24
Sumber : Depkes RI, Panduan Untuk Petugas Tentang ASI dan MP-ASI,
2009
Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai pemberian MP-ASI
yang mencakup jenis, tekstur, frekuensi dan porsi pemberian untuk setiap
kali makan menurut kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pemberian MP-ASI
Usia
Komponen
6-8 bulan 9-11 bulan 12-24 bulan
Jenis 1 Jenis bahan dasar 3-4 jenis bahan dasar Makanan
(6 bulan) (Sajikan secara keluarga
2 jenis bahan dasar terpisah atau
(7-8 bulan) dicampur)
Tekstur Semi cair Makanan yang Padat
(dihaluskan), secara dicincang halus atau
bertahap kurangi lunak (disaring
campuran air kasar). Ditingkatkan
sehingga menjadi sampai semakin
semi padat kasar sehingga dapat
digenggam
Frekuensi Makanan utama 2-3 Makanan utama 3-4 Makanan
kali sehari, camilan kali sehari, camilan utama 3-4 kali
1-2 kali sehari 1-2 kali sehari sehari, camilan
1-2 kali sehari
Porsi setiap Dimulai dengan 2-3 ½ mangkok kecil ¾ sampai 1
makan sendok makan dan atau setara dengan mangkok kecil
ditingkatkan secara 125 ml atau setara
bertahap sampai ½ dengan 175 –
mankok kecil atau 250 ml
setara dengan 125 ml
Sumber : Krisnatuti, 2008
Agar pemberian MP-ASI dapat terpenuhi dengan sempurna, maka
perlu diperhatikan sifat-sifat bahan makanan yang akan digunakan.
Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai sifat fisik yang baik,
yaitu tampilan dan aroma yang layak. Selain itu dilihat dari segi
kepraktisannya, makanan tambahan bayi sebaiknya sudah dipersiapkan
dengan waktu pengolahan yang singkat.
Berikut ini bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk
bayi :
Bahan Makanan yang dianjurkan :
1. Bubur tepung beras atau beras merah yang dimasak dengan
menggunakan cairan atau kaldu daging dan sayuran, susu formula,
(ASI) atau air
2. Buah-buahan yang dihaluskan atau menggunakan blender seperti
pepaya, pisang, apel, melon dan alpukat
3. Sayur-sayuran dan kacang-kacang yang direbus kemudian dihaluskan
menggunakan blender
4. Daging pilihan yang tidak berlemak kemudian diblender
5. Ikan yang diblender sebaiknya ikan yang tidak berduri
Bahan Makanan yang tidak dianjurkan :
1. Makanan yang tidak mengandung protein gluten yaitu tepung terigu
barley, biji gandum dan kue yang terbuat dari tepung terigu. Makanan
tersebut dapat membuat perut bayi kembung, mual dan diare pada
bayi. Hal ini disebabkan karena reaksi gluten intolerance
2. Hindari pemberian gula, garam, bumbu masak atau penyedap rasa.
3. Makanan terlalu berlemak.
4. Buah-buahan yang terlalu asam seperti jeruk dan sirsak
5. Makanan terlalu pedas atau bumbu terlalu tajam
6. Buah-buahan yang mengandung gas seperti durian, cempedak.
Sayuran yang mengandung gas seperti kol, kembang kol, lobak.
Kedua makanan tersebut dapat menyebabkan perut bayi kembung.
7. Kacang tanah dapat menyebabkan alergi atau pembengkakkan pada
tenggorokan sehingga bayi sulit bernapas
8. Kadang kala telur dapat memacu alergi pada bayi, sehingga pemberian
telur dilakukan secara bertahap dan dengan porsi kecil. Jika terjadi
alergi terhadap bayi, maka pemberian dihentikan
3. Rajin olahraga