Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA DALAM KOMUNITAS

PADA KELUARGA Tn. M

DI DUSUN IROYUDAN DESA GUWOSARI PAJANGAN BANTUL

DOSEN PENDAMPING : SYLVI WAFDA NUR A, M.Keb

OLEH :

MITTA KURNIAWATI

NIM. 170032

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AKBIDYO

PRODI D III KEBIDANAN

2020
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Asuhan Kebidanan Keluarga Dalam


Komunitas Tn. “M” Di Dusun Iroyudan Desa
Guwosari Pajangan Bantul
Dosen Pendamping
a. Nama : Sylvi Wafda Nur A, M.Keb
b. NIDN : 0521088701
c. Bidang Keahlian : Kebidanan
Identitas Mahasiswa
a. Nama : Mitta Kurniawati
b. NIM : 170032
Waktu Kegiatan : Selasa, 14 Januari 2020
Bentuk Kegiatan : KIE Gizi pada Balita

Yogyakarta, 14 Januari 2020

Dosen Pendamping Pelaksana

Sylvi Wafda Nur A, M.Keb Mitta Kurniawati


NIDN. 0521088701 NIM. 170032
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dah hidayah-Nya sehingga Laporan Individu Asuhan Kebidanan Keluarga
dalam Komunitas Tn. “M” di Dusun Iroyudan Desa Guwosari Pajangan Bantul
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya guna memenuhi tugas
praktik Asuhan Kebidanan Keluarga dalam Komunitas.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini dapat diselesaikan berkat
dorongan, semangat, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan kerendahan hati saya mengucapkan terima kasih kepada
1. dr. Musinggih Djarot Royani, Sp.KJ selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan AKBIDYO
2. Endang Khoirunnisa, S.ST. Keb., M.Kes selaku kepala Prodi D-III
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan AKBIDYO
3. Sylvi Wafda Nur A, M.Keb selaku dosen pendamping dalam pembuatan
laporan individu asuhan kebidanan keluarga dalam komunitas
4. dr. Santoso Hardoyo selaku Kepala Puskesmas Pajangan, Bantul
5. Masduki Rahmad, S.IP selaku Kepala Desa Guwosari, Pajangan, Bantul
6. Hasyim selaku Kepala Dusun Iroyudan
7. Seluruh anggota kebidanan komunitas pada Dusun Iroyudan.
Serta kerabat-kerabat dekat dan rekan seperjuangan yang tidak dapat saya sebut
satu per satu. Penulis menyadari bahwa laporan individu asuhan kebidanan
keluarga dalam komunitas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan sebagai perbaikan
dalam pembuatan laporan individu asuhan kebidanan keluarga dalam komunitas
selanjutnya.

Yogyakarta, 8 Januari 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya

manusia dan dilaksanakan guna tercapai kesadaran, kemauan dan kemampuan

untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Hanum & Safitri, 2018). Tujuan

pembangunan nasional yang tercantum dalam konsep Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJMN) 2015–2019 salah satunya adalah peningkatan

kualitas sumber daya manusia (SDM). Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai

dengan proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai usia dewasa muda.

Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti

perawatan dan makanan bergizi dapat membentuk SDM yang cerdas, sehat dan

produktif (Radiansyah, 2007). Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

maka diperlukan peran serta masyarakat. Bidan bersama sektor yang bersangkutan

menggerakkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan

tersebut. Dalam hal ini, bidan juga memberikan pelayanan kebidanan komunitas

yang merupakan upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah

kesehatan ibu dan anak balita dan keluarga dan masyarakat. Pelayanan kebidanan

komunitas yang profesional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan

pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang

optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien


sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan

(Pudjiastuti, 2011).

Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang sesuai dengan ketetapan yang

ada. Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan

yang diberikan oleh bidan yang telah teregistrasi, yang dapat dilakukan secara

mandiri, kolaborasi atau rujukan (Depkes RI, 2000). Salah satu pelayanan

kebidanan yang bisa dilakukan adalah kebidanan komunitas, dimana kebidanan

komunitas merupakan pelayanan asuhan kebidanan meliputi ibu hamil, bersalin,

nifas, neonatus, bayi dan balita, anak, remaja, prakonsepsi, menoupose yang

melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya sebagai upaya promotif, preventif,

dan kuratif. Pelayanan kebidanan komunitas tersebut terdiri dari pelayanan

kesehatan terhadap keluarga, kelompok dan masyarakat. Apabila pelayanan

kebidanan ini dapat diberikan dengan baik maka tujuan pembangunan akan

tercapai (Ambarwati, 2011).

Tujuan dari pembangunan kesehatan salah satunya adalah menurunkan angka

kematian ibu dan bayi. Angka kematian ibu dan bayi mencerminkan tingkat

pembangunan kesehatan dari suatu negara serta kualitas hidup dari

masyarakatnya. Angka ini digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi

program serta kebijakan kependudukan dan kesehatan. Program kesehatan

Indonesia telah difokuskan untuk menurunkan tingkat kematian ibu dan anak yang

cukup tinggi. Penurunan kematian bayi dan ibu telah menjadi tujuan utama untuk

mencapai tujuan sustainable Development Goals (SDGS). Menurut World Health

Organization (WHO), setiap harinya terdapat 830 kematian di karenakan


kehamilan dan persalinan di seluruh dunia yang 99% diantaranya berada pada

negara berkembang. Secara global, tingkat kematian bayi telah menurun dari 8,8

juta pada tahun 1990 menjadi 4,2 juta pada tahun 2016. Resiko seorang anak

meninggal sebelum menyelesaikan tahun pertama usianya, dengan kasus tertinggi

berada di bagian Afrika (52 per 1000 kelahiran hidup) (Hanum & Safitri, 2018).

Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak meliputi gizi kurang atau

mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhan

yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Anak balita (1-5 tahun) merupakan

kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (KEP) atau

termasuk salah satu kelompo masyarakat yang rentan gizi (Hanum & Safitri,

2018).

Gizi kurang atau gizi buruk pada balita dapat berakibat terganggunya

pertumbuhan jasmani dan kecerdasan mereka. Kalau cukup banyak orang yang

termasuk golongan ini masyarakat yang bersangkutan sulit sekali berkembang.

Dengan demikian jelas masalah gizi merupakan masalah bersama dan semua

keluarga harus bertindak atau berbuat sesuatu bagi perbaikan gizi (Adriani M,

2012). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi antara lain: kurangnya

informasi, kurangnya daya beli masyarakat merupakan hal yang paling utama,

tetapi sebagian kasus kurang gizi akan bisa diatasi masyarakat dengan

memanfaatkan sumber daya yang ada ( ulfa agus, 2012).

Berdasarkan Laporan Gizi Global 2014 menempatkan Indonesia diantara 31

negara yang tidak akan mencapai target global untuk menurunkan angka kurang

gizi di tahun 2025. Data pemerintah menunjukkan 37% anak balita menderita
stunting, 12% menderita wasting (terlalu kurus untuk tinggi badan mereka) dan

12% mengalami kelebihan berat badan. Penduduk miskin di Indonesia memiliki

kemungkinan menderita stunting 50 persen lebih tinggi dibandingkan dengan

mereka dari golongan menengah keatas. Namun demikian, hampir 30 persen anak

Indonesia dari golongan menengah keatas juga mengalami stunting. Kesenjangan

prevalensi kekurangan gizi antar provinsi dan kabupaten masih cukup lebar.

Angka-angka tersebut termasuk sangat tinggi bagi negara berpenghasilan

menengah. Upaya untuk menurunkan angka kurang gizi di Indonesia sejak tahun

2007 belum menunjukkan hasil yang berarti, ini berarti jumlah anak penderita

kurang gizi terus meningkat seiring dengan bertumbuhnya jumlah penduduk.

(Unicef, 2015).

Data kementrian kesehatan Republik Indonesia status gizi tahun 2017 yang

diperoleh melalui kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Pemantauan

Konsumsi Gizi (PKG) pada Balita PSG tahun 2017 telah dilaksanakan di 34

Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota dengan hasil berdasarkan berat badan sebanyak

3,8% balita mempunyai status gizi buruk dan 14,0% balita mempunyai status gizi

kurang. Persentase underweight/berat badan kurang/gizi kurang (gizi buruk + gizi

kurang) pada kelompok balita (17,8%) lebih tinggi dibandingkan kelompok badut

(14,8%) (KEMENKES RI, 2018).

Berdasarkan IndeksTinggi Badan menurut Umur (TB/U) Sebanyak 9,8%

balita mempunyai status gizi sangat pendek dan 19,8% balita mempunyai status

gizi pendek. Persentase stunting/pendek (sangat pendek+pendek) pada kelompok

balita (29,6%) lebih tinggi dibandingkan kelompok baduta (20,1%). Berdasarkan


Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Sebanyak 2,8% balita

mempunyai status gizi sangat kurus dan 6,7% balita mempunyai status gizi kurus.

Persentase wasting/kurus (sangat kurus+kurus) pada kelompok balita (9,5%) lebih

rendah dibandingkan kelompok baduta (12,8%). Masalah Gizi Balita Berdasarkan

Kelompok Umur di Indonesia pada tahun 2017 didapatkan data Masalah gizi

kurang, pendek dan gemuk, lebih tinggi pada kelompok balita (0-59 bulan) akan

tetapi masalah kurus lebih tinggi pada kelompok baduta (0-23 bulan)

(KEMENKES RI, 2018).

Berdasarkan data masalah gizi balita 2016-2017 terjadi peningkatan

prevalensi pendek dan gemuk namun terjadi penurunan masalah kurus serta

jumlah balita yang berisiko menjadi kurus masih cukup tinggi, oleh karena itu

upaya penanggulangan balita kurus harus dilakukan bukan hanya untuk

menangani balita yang sudah kurus tapi juga untuk mencegah balita yang berisiko

kurus agar tidak jatuh menjadi kurus, sehingga intervensi mulai dilakukan pada

balita berisiko kurus (KEMENKES RI, 2018).

Masalah gizi secara garis besar disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor

lansung dan faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi adalah asupan

makanan ( energi dan protein) dan penyakit penyerta. Faktor tidak lansung adalah

tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pola asuh, sosial

budaya, ketersediaan pangan , pelayanan kesehatan dan faktor lingkungan

(Depkes RI, 2007).

Menurut Octaviani menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

variabel keaktifan keluarga dalam kegiatan posyandu dengan status gizi balitanya.
Keluarga yang tidak aktif dalam kegiatan posyandu mempunyai risiko 6,857 kali

lebih besar terkena status gizi (KEP) dibandingkan dengan keluarga yang tidak

aktif (Suharjo, 2003).

Menurut pemantau status gizi ( PGS, 2015) Indonesia memiliki masalah gizi

masyarakat berdasarkan 3 indikator ( BB/U, TB/U, BB/TB), bayi gizi kurang

umur 0-23 bulan (11,9 %), umur 24- 59 bulan (18,1%), umur 0 – 59 bulan (14,9

%) , jumlah diambil dari 496 kabupaten/ kota. Data dikalimantan tengah gizi

kurang umur 0-23 bulan (14,9%), umur 24-59 (23,1%) dan umur 0 -59 (18,9%)

(Kemenkes, 2016).

Masalah gizi memiliki etiologi yang sangat komplek, tidak saja dipengaruhi

oleh intake zat gizi dan keadaan kesehatan individu tetapi juga berkaitan erat

dengan pendidikan, pengetahuan, jumlah anak, dan pendapatan ibu. Dengan

melihat hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan

komunitas kepada balita dengan tujuan memberikan edukasi dan pengetahuan

tentang gizi seimbang balita pada balita. Sehingga, hal tersebut bisa menjadi salah

satu upaya promotif dan preventif permasalahan tingginya angka kurang gizi

(KEP) di Indonesia.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan kepada keluarga sesuai

dengan masalah yang ada dalam keluarga tersebut.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada keluarga.


b. Mahasiswa mampu membuat plan of action.

c. Mahasiswa mampu melakukan KIE tentang gizi seimbang pada balita

C. Manfaat

1. Bagi Keluarga

a. Diharapkan memiliki kemampuan mengupayakan peningkatan kualitas

kesehatan dan pendidikan di keluarga secara mandiri

b. Mendapatkan pelayanan yang menunjang peningkatan kualitas kesehatan

dan pendidikan.

2. Bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang didapat

untuk kepentingan masyarakat secara langsung

b. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam melakukan KIE tentang gizi

seimbang pada balita

3. Bagi Institusi

a. Menjadi bahan evaluasi di kegiatan Asuhan Kebidanan Keluarga dalam


Komunitas selanjutnya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Kebidanan Komunitas


1. Pengertian
Berdasarkan kesepakatan antara ICM, FIGO, WHO pada tahun 1933
menyatakan bahwa bidan adalah seorang telah mengikuti pendidikan
kebidanan yang diakui oleh pemerintah setempat, telah menyelesaikan
pendidikan dan lulus serta terdaftar atau mendapatkan izin melakukan praktik
kebidanan. Menurut IBI, Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi diwilayah
Negara Republik Indonesia serta memiliki kualifikasi untuk diregister,
sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik
kebidanan (Turrahmi, 2017).
Komunitas Berasal dari bahasa latin: - comunicans : kesamaan - communis
: sama, public, banyak - community : masyarakat setempat Menurut J.H
Syahlan bidan komunitas adalah bidan yang berkerja melayani keluarga dan
masyarakat diwilayah tertentu. Menurut United Kingdom Central Council for
Nursing Midwifery Health para praktisi bidan yang berbasis komunitas harus
dapat memberikan supervise yang dibutuhkan oleh perempuan selama masa
kehamilan, persalinan, nifas, dan BBL secara komprehensif.
Kebidanan Komunitas adalah bentuk-bentuk pelayanan kebidanan yang
dilakukan oleh bidan dalam memecahkan masalah kesehatan reproduksi
perempuan, bayi, dan balita secara individu, keluarga, kelompok, serta
masyarakat dengan pendekatan manajemen pelayanan kebidanan dan
penekanan pada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di masyarakat
(Yulifah dalam Putri, dkk, 2019)
Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit atau
institusi. Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan
dari pelayanan yang diberikan dirumah sakit dalam upaya menyelamatkan ibu
dan bayi dalam proses kelahiran. Bidan komunitas mempunyai pengetahuan
yang luas dalam segala aspek dalam kehamilan dan persalinan karena
tugasnya adalah bersama-sama perempuan sebagai partner untuk menerima
secara positif pengalaman proses kehamilan dan persalinan, serta mendukung
keluarga agar dapat mengambil keputusan atau pilihan secara individual
berdasarkan informasi yang telah diberikan (Turrahmi, 2017).
2. Peran Bidan Di Komunitas
a. Pemberi pelayanan kesehatan (provider)
Memberi pelayanan kebidanan secara langsug dan tidak langsung kepada
klienn (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) dengan
menggunakan asuhan kebidanan.
b. Pendidik
Memberi pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko
tinggi, kader kesehatan, dll.
c. Pengelola
Mengelola (merencanakan, mengorganisasi, menggerakkan, dan
mengevaluasi) pelayanan kebidanan, baik secara langsung maupun tidak
langsung dan menggunakan peran aktif masyarakat dalam kegiatan
komunitas.
d. Konselor
Memberi konseling/bimbingan kepada kader, keluarga dan masyarakat
tentang masalah kesehatan komunitas sesuai prioritas.
e. Pembela klien (advokat)
Peran bidan sebagai penasehat telah didefinisikan oleh Kohnke (1980)
adalah kegiatan memberi informasi dan sokongan kepada seseorang
sehingga mampu membuat keputusan yang terbaik dan memungkinkan
bagi dirinya. Sokongan dapat berupa dorongan secara verbal atau
keterlibatan berdiskusi dengan petugas kesehatan lain, instansi, atau
anggota keluarga dalam melindungi, dan memfasilitasi keluarga dan
masyarakat dalam pelayanan kebidanan komunitas.
f. Kolaborator/coordinator
Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain, baik lintas program maupun sektoral
g. Perencanaan
Peran bidan di komunitas sebagai perencana, yaitu dalam bentuk
perencanaan pelayanan kebidanan individu dan keluarga serta
berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat luas untuk suatu
kebutuhan tertentu yang ada kaitannya dengan kesehatan.
h. Peneliti
Melakukan penelitian untuk mengembangkan kebidanan komunitas
(Syafrudin, dkk. 2009).
B. Asuhan Kebidanan pada Keluarga
1. Pengertian dan Tujuan
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman,
2010) sedangkan menurut Walsh (2008), asuhan kebidanan adalah
pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai
dengan wewenang dan ruang lingkup praktekanya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan, mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa, atau masalah
kebidanan, perencanaan, implementasi evaluasi, pencatatan asuhan
kebidanan. Jadi, asuhan kebidanan keluarga adalah serangkaian kegiatan yang
merupakan implementasi dari ilmu kebidanan yang diberikan melalui praktik
kebidanan dengan sasaran keluarga dan ditujukan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dialami keluarga dengan pendekatan asuhan kebidanan.
Peningkatan status kesehatan keluarga tentunya akan merupakan tujuan
akhir yang diharapkan dapat dicapai dari asuhan kebidanan keluarga yang
diberikan. Karena dengan meningkatnya status kesehatan seluruh anggota
keluarga pasti akan meningkatkan pula produktivitas keluarga tersebut dan
dengan meningkatnya produktivitas keluarga, maka kesejahteraan keluarga
juga akan semakin meningkat. Secara lebih rinci Tujuan Asuhan Kebidanan
Keluarga adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan keluarga dalam
meningkatkan, mencegah, dan memelihara kesehatan mereka sehingga
status kesehatannya semakin meningkat serta mampu melaksanakan tugas-
tugas mereka secara produktif.
b. Tujuan Khusus
Secara khusus, Asuhan Kebidanan Keluarga ditujukan untuk :
1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi khusunya yang berkaitan dengan kesehatan
ibu, bayi baru lahir dan anak (KIBBLA).
2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah
kesehatan dasar dalam keluarga.
3) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
yang tepat.
4) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan pelayanan
terhadap anggota keluarga yang sakit.

5) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam rangka meningkatkan


mutu hidup keluarga.

C. Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan dimana beberapa orang yang
masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan
sebagai sekumpulan orang yang dalam, satu rumah yang masih
mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena
perkawinan, kelahiran ,adopsi dan lain sebagainya. Keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak -anak yang belum menikah disebut
keluarga batin. Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam
masyarakat, keluarga batin mempunnyai peran-peran tertentu,
(Fatimah, 2010).
2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut Fatimah (2010) antara lain:
a. Berdasarkan garis keturunan
1) Patrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari
anak,saudara sedarah,dalam berbagai generasi dimana
hubungan itu menurut garis keturunan ayah.
2) Matriliniar adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak,
saudara dalam berbagi generasi dimana hubungan itu menurut
garis keturunan ibu.
b. Berdasarkan jenis perkawinan
1) Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dan
seorang istri.
2) Poligami adalah keluarga dimana terdapat sorang suami dan
lebih dari seorang istri.
c. Berdsarkan permukiman
1) Patrilokal adalah pasangan suami istri tinggal Bersama atau
dekat keluarga sedarah suami.
2) Matrikokal adalah pasangan suami istri tinggal Bersama atau
dekat dengan sedarah istri.
3) Neolokal adalah pasangan suami istri tinggal jauh dari
keluarga suami maupun istri.
d. Berdasarkan kekuasaan
1) Keluarga kabapaan dalam keluarga suami memegang peran
paling penting.
2) Keluarga keibuan dalam hubungan jeluarga istri memegang
peran paling penting.
3) Keluarga setara peran suami istri kurang lebih seimbang.
3. Fungsi Keluarga
Keluarga merupakan dua orang atau lebih individu yang hidup
Bersama dalam keterikatan, emosional, dan setiap individu memiliki
peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga ( Fatimah,
2010).
D. Balita
1. Pengertian Balita
Anak balita merupakan anak yang berada dalam rentan usia 1-5
tahun kehidupan (Muaris, 2006). Balita merupakan istilah yang
digunakan untuk anak usia 1-3 tahun (toodler) dan 4-5 tahun
(preschool) (Sutomo & Anggraeni, 2010). Menurut peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014, anak balita adalah anak
usia 12 bulan sampai dengan 59 bulan. Masa ini adalah periode yang
sangat penting bagi tumbuh kembangnya sehingga biasa disebut
dengan golden period. Pada masa ini juga pertumbuhan dan
perkembangan anak sangat pesat baik secara fisik, psikologi, mental,
maupun sosialnya (Muaris, 2006).
2. Karakteristik Balita
Septiari (2012) menyatakan karakteristik balita dibagi menjadi dua
yaitu: 1) Anak usia 1-3 tahun Usia 1-3 tahun merupakan konsumen
pasif artinya anak menerima makanan yang disediakan orang tuanya.
Laju 7 pertumbuhan usia balita lebih besar dari usia prasekolah,
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Perut yang
lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya
dalam sekali makan lebih kecil bila dibandingkan dengan anak yang
usianya lebih besar oleh sebab itu, pola makan yang diberikan adalah
porsi kecil dengan frekuensi sering. 2) Anak usia prasekolah (3-5
tahun) Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif. Anak sudah
mulai memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan
anak cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak
beraktivitas lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak
makanan yang disediakan orang tuanya.
3. Kebutuhan Dasar pada Balita
Balita juga membutuhkan kebutuhan dasar dalam pola
pengasuhannya pola pengasuhannya pada balita yaitu :
a. Asah
Kebutuhan asah (kebutuhan stimulasi mental dini) merupakan
upaya dalam menstimulasi berbagai kemampuan yang masih
terpendam pada anak balita (Asydhad & Mardiah, 2006). Apabila
kebutuhan asah terpenuhi dengan baik, maka balita dapat tubuh
menjadi seorang dengan kepribadian dan etika yang baik (Febry &
Marendra, 2008).
b. Asih
Kebutuhan asih merupakan kebutuhan emosional meliputi
kebutuhan rasa aman dan kasih sayang dari seorang ibu (Febry &
Marendra, 2008). Kebutuhan asih diwujudkan melalui kontak fisik
antara ibu dan bayi misalnya dengan memberikan ASI kepada bayi
segera setelah lahir (Soetjiningsih, 1995).
c. Asuh
Kebutuhan asuh merupakan kebutuhan biomedis pada balita
meliputi sandang, pangan, dan papan (Febry & Marendra, 2008).
Kebutuhan asuh ini merupakan ungkapan kasih sayang dari
seorang ibu kepada anaknya (Asydhad & Mardiah, 2006).
Kebutuhan asuh merupakan kebutuhan yang sangat dasar 29
sehingga harus terpenuhi pada balita seperti gizi, imunisasi,
pemberian ASI, pengobatan, serta penimbangan berat badan secara
teratur. Pemilihan dalam pemberian pola asuh orang tua kepada
anaknya dapat sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangannya. Salah satu yang dapat dipengaruhi pola asuh
yaitu status gizi balita. Pemberian pola asuh yang baik dari ibu ke
balita dapat mempengaruhi keadaan status gizi balita (Azizah,
2014).
4. Tahapan Perkembangan Anak
Menurut Anmum (2016) ini merupakan gambaran umum mengenai ta
hapan tumbuh kembang si Kecil di usia 1-3 tahun. Perlu diingat bahwa tu
mbuh kembang tiap-tiap anak berbeda. Sangatlah penting untuk membiark
an si Kecil berkembang dan belajar pada tahapan yang nyaman baginya.
a. Usia 1 tahun
1) Mampu mengangkat badan sendiri dan berdiri sambil pegangan p
ada furniture
2) Gigi tumbuh lebih cepat
3) Menggunakan seluruh tangan untuk mewarnai
4) Memegang sendok dan cangkir sendiri, meskipun masih berantak
an
5) Mampu menumpuk 2-4 balok
b. Usia 2 tahun
1) Gigi sudah banyak yang tumbuh, termasuk beberapa geraham
2) Mampu berjalan dengan lebih mudah, meskipun sesekali masih t
erjatuh
3) Mampu menaiki anak tangga tanpa bantuan, meskipun naiknya s
atu per satu
4) Kemampuan makan dan minum sendiri sudah lebih baik
5) Mampu menumpuk 4-6 balok
c. Usia 3 tahun
1) Mampu melompat dari langkah rendah
2) Mampu berdiri dan berjinjit
3) Mampu naik sepeda roda tiga
4) Mampu memotong kertas dengan gunting
5) Mampu memegang pensil dengan ibu jari, telunjuk dan jari ten
gah
E. Gizi Pada Balita
1. Pengertian Gizi
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat
kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan
perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila
kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam
suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa
lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).
Status gizi merupakan keadaan keseimbangan antara asupan dan
kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang
terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharan kesehatan,
penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis
lainnya di dalam tubuh. Kebutuhan bahan makanan pada setiap
individu berbeda karena adanya variasi genetik yang akan
mengakibatkan perbedaan dalam proses metabolisme. Sasaran yang
dituju yaitu pertumbuhan yang optimal tanpa disertai oleh keadaan
defisiensi gizi. Status gizi yang baik akan turut berperan dalam
pencegahan terjadinya berbagai penyakit, khususnya penyakit infeksi
dan dalam tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal (Depkes
RI, 2008).
2. Jenis dan Tahapan Makanan Balita
Menurut (almasteir, 2002) Kebutuhan Gizi balita Kebutuhan gizi
yang harus dipenuhi pada masa balita diantaranya energi energi dan
protein. Kebutuhan energi sehari anak untuk tahun pertama kurang
lebih 100-120 kkal/ kg berat badan. Untuk tiap 3 bulan pertambahan
umur, kebutuhan energi turun kurang lebih 10 kkal/ kg berat badan.
Energi dalam tubuh diperoleh terutama dari zat gizi karbohidrat,
lemak dan juga protein. Protein dalam tubuh merupakan sumber asam
amino esensial yang diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk
pertumbuhan dan pembentukan protein dalam serum, mengganti sel-
sel yang rusak, memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh,
serta sebagai sumber energi. Lemak merupakan sumber kalori
berkonsentrasi tinggi, selain itu lemak juga mempunyai 3 fungsi,
diantaranya sebagai sumber lemak esensial, sebagai zat pelarut
vitamin A, D, E, K, serta dapat memberi rasa sedap dalam makanan.
Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah 60-70% dari total
energi. Sumber karbohidrat dapat diperoleh dari beras, jagung,
singkong, tepung-tepungan, gula, dan serat makanan. Serat makanan
sangat penting untuk menjaga kesehatan alat pencernaan. Vitamin dan
mineral pada masa balita sangat diperlukan untuk mengatur
keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara keseluruhan.
Kebutuhan akan vitamin dan mineral jauh lebih kecil dari Pada
protein,lemak,dankarbohidrat.
Ada beberapa hal yang perlu dihindari bagi anak agar makannya
tidak berkurang, seperti membatasi makanan yang kurang
menguntungkan, seperti coklat, permen, kue-kue manis karena dapat
membuat kenyang sehingga nafsu makan berkurang.
Usia balita dapat kita bedakan menjadi 2 golongan, yang pertama
adalah balita usia 1-3 tahun. Jenis makanan yang paling disukai anak
balita di usia ini biasanya adalah makanan yang manis-manis, seperti
cokelat, permen, es krim, dll. Pada anak usia ini sebaiknya makanan
yang banyak mengandung gula dibatasi, agar gigi susunya tidak rusak
atau berlubang (caries). Pada usia, biasanya anak sangat rentan
terhadap gangguan gizi, seperti kekurangan vitamin A, zat besi, kalori
dan protein. Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan gangguan
fungsi pada mata, sedangkan kekurangan kalori dan protein dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Kedua adalah anak usia 4-6 tahun. Pada usia ini, anak-anak masih
rentan terhadap gangguan penyakit gizi dan infeksi. Sehingga
pemberian makanan yang bergizi tetap menjadi perhatian orang tua,
para pembimbing dan pendidik di sekolah. Pendidikan tentang nilai
gizi makanan, tidak ada salahnya mulai diajarkan pada mereka. Dan
ini saat yang tepat untuk menganjurkan yang baik-baik pada anak,
karena periode ini anak sudah dapat mengingat sesuatu yang dilihat
dan didengar dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Sehingga
akhirnya anak dapat memilih menyukai makanan yang bergizi.

3. Faktor Terjadinya Gangguan Gizi pada Balita


Menurut Arisman (2012) Gangguan gizi pada bayi dan anak
adalah kondisi tidak tercukupinya jumlah zat gizi pada makanan
yang dikonsumsi oleh seorang bayi atau anak. Ada beberapa hal
yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik
secara langsung maupun tidak secara langsung ada beberapa faktor
Penyebab Gangguan Gizi Buruk Pada Bayi Dan Anak antara lain
merupakan:
a. Keterbatasan Penghasilan Keluarga (Faktor Ekonomi)
Penghasilan keluarga akan sangat menentukan hidangan
makanan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas
maupun jumlah makanan. walaupun demikian, hendaklah
dikesampingkan anggapan bahwa makanan yang memenuhi
persyaratan gizi hanya mungkin disajikan di lingkungan
keluarga yang berpenghasilan cukup saja, karena pada
kenyataannya tidaklah demikian kondisi sebenarnya.
b. Pengetahuan Kesehatan Akan Gizi Makanan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari banyak keluarga
berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan
seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak
hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang
akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif  baik
tetapi tidak memiliki pengetahuan akan pentingnya gizi dalam
makanan yang diberikan kepada bayi atau anak.
c. Jarak Kelahiran Yang Tidak Terencana
Hasil penelitian banyak membuktikan bahwa bayi dan anak
yang menderita gangguan gizi buruk lebih dipicu karena seorang
ibu yang sedang hamil lagi saat anaknya yang lain masih kecil
akan menyebabkan kesempatan untuk memperhatikan asupan
gizi saat hamil dan menyusui menjadi terabaikan.  Oleh karena
itu, mengatur jarak kehamilan seorang ibu sangatlah penting
agar memiliki waktu yang cukup untuk memperhatikan asupan
gizi pada calon bayi dan anak-anaknya yang lain.
d. Prasangka Buruk Terhadap Bahan Makanan Tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi
tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara
terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan
makanan itu. Penggunaan Bahan makanan itu dianggap dapat
menurunkan prestise keluarga sehingga terabaikannya gizi yang
tersaji.
e. Tradisi Pantangan Yang Merugikan
Berbagai kebiasaaan yang bertalian dengan pantang makan
makanan tertentu yang masih sering kita jumpai terutama
didaerah pedesaan. Kebiasaan wanita yang sedang hamil untuk
memekan makanan tertentu yang tidak atas larangan dokter,
sesungguhnya akan dapat merugikan kesehatan ibu itu sendiri.
Larangan anak untuk makan telur, ikan, ataupun, daging hanya
derdasarkan kebiasaan yang tidak ada dasarnyaq dan hanya
diwarisi secara dokmatis turun temurun., padahal anak itu
sendiri sanngat memerlukan bahan makanan serperti itu guna
keperluan pertumbuhan tubuhnya.
a. Kesukaan yang Berlebihan Akan Makanan Tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan
tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan
mengakibatkan kurang bervariasinya makanan dan akan
mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang
diperlukan.
4. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang
Menurut Suzzanna (2017) anak-anak yang tidak mendapatkan gizi
dan nutrisi yang cukup berpotensi mengalami komplikasi serta
gangguan kesehatan jangka panjang, seperti:
a. Berisiko menderita gangguan psikologis, seperti rasa cemas
berlebih maupun ketidakmampuan belajar, sehingga memerlukan
konseling kesehatan mental. Gizi buruk juga membawa dampak
yang buruk bagi perkembangan dan kemampuan adaptasi anak
pada situasi tertentu.
b. Cenderung melewatkan pelajaran dan tingkat IQ yang rendah,
sehingga anak biasnya tidak naik kelas. Anak menjadi lemas,
lesu, dan tidak dapat bergerak aktif karena kekurangan vitamin,
mineral, dan nutrisi lainnya.
c. Sangat rentan mengalami penyakit infeksi. Hal ini disebabkan
oleh sistem kekebalan tubuhnya yang tak kuat akibat nutrisi tubuh
yang tidak terpenuhi.
d. Perkembangan anak terhambat Ketika mengalami masa
pertumbuhan, anak sangat memerlukan zat protein yang
diandalkan untuk membangun sel-sel tubuh dan karbohidrat
sebagai sumber energi utama tubuh.
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA

A. Hasil Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA DALAM KOMUNITAS
PRODI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHAATAN AKBIDYO

RT/RW : 004/- Nama Mahasiswa : Mitta Kurniawati


Desa/Kelurahan : Guwosari Tanggal : 8 Januari 2020
Kecamatan : Pajangan
Kab/Kodya : Bantul

STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA

A. Struktur Keluarga

a. Nama Kepala Keluarga : Muhammmad Didin Rusdan


b. Umur : 35 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-Laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SLTA
f. Pekerjaan : Karyawan Honorer
g. Pendapatan : Rp 1.800.000,-
h. Alamat : Dusun Iroyudan RT/RW 004/-
i. Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia
j. Daftar Anggota Keluarga :

Hub. Umur
No Nama L/P Pendidikan Agama Pekerjaan
Keluarga (Tahun)
Karyawan
Kepala
1. Didin L 35 Tahun SLTA Islam Honorer (Satf
Keluarga
kelurahan)
2. Lestari Istri P 28 Tahun SLTP Islam Ibu Rumah
Tangga
3. Muhammad Anak L 8 Tahun SD Islam Tidak bekerja
Haidhar
Rusdianto
4. Ayra Dian Anak P 18 Belum Islam Tidak Bekerja
Anggraini Bulan, sekolah
8 Hari

B. Hubungan antar anggota keluarga

1. Hubungan antar anggota keluarga : Harmonis

2. Hubungan antar anggota keluarga dan masyarakat : Harmonis

C. Kebiasaan Hidup sehari-hari

1. Kebiasaan makan

a) Waktu makan : Teratur

b) Frekuensi makan : 3 kali / hari

2. Makan garam beryodium : Ya

3. Cara pengolahan makanan

a) Memenuhi syarat kesehatan : Ya

b) Cara penyajian makanan : Diletakkan diatas piring

4. Cara penyimpanan/mengamankan makanan dari pencemaran: diletakkan

dimeja makan dan ditutupi tudung makanan/saji

5. Kebiasaan cuci tangan dengan sabun

a) Sebelum makan

b) Sesudah makan

c) Setelah BAB

6. Kebiasaan istirahat dan tidur keluarga: Ya, 7 jam/hari

7. Sarana hiburan keluarga : ada, jenis : TV/radio/tempat wisata/lain-lain


8. Pemanfaatan waktu senggang : memasak, mengasuh anak orang lain.

9. Hygiene perorangan/keluarga

a) Kebiasaan mandi : 3 kali/sehari

b) Penggunaan sabun : Ya

c) Kebiasaan menggosok gigi, : Ya, frekuensi 2 kali/sehari

10. Kebiasaan mencuci rambut : Ya, frekuensi 4 kali/seminggu

11. Penggunaan alas kaki : Ya

12. Kebiasaan keluarga yang merugikan (merokok, berjudi, minum-minuman

keras dll)

No. Nama Anggota Kebiasaan yang Alasan Keterangan


Keluarga Merugikan
1. Muhammad Didin Merokok Buat Nyaman
Rusdan temen

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Riwayat kesehatan anggota keluarga

No Nama Anggota Jenis Penyakit Upaya Ket.


Penanggulangan
Apabila
Apabila sesak pergi ke
sudah
Puskesmas dan
dilakukan
1. Lestari Asma dilakukan tindakan
pengasapan
pengasapan
terasa plong
(nebulizer)
dan nyaman

B. Kebiasaan memeriksakan diri

1. Waktu : Bila Sakit

2. Tempat : Puskesmas
3. Alasan : Pelayanannya bagus

C. Kesehatan ibu dan anak

1. Riwayat Kehamilan Yang lalu :

No Kehamilan Umur Jlm Keluhan Cara Hasil

kehamilan persalinan mengatasi


1 2011 38 Rutin T.A.K - -

minggu
2 2018 36 Rutin Perut Dibawa ke Mengurangi

minggu, 3 kenceng- puskesmas nyeri perut

hari kenceng kemudian saat

di rujuk di kenceng-

RS. kenceng

Melakukan

relaksasi

nafas

dalam.

2. Riwayat Persalinan :

No Tempat Penolong Proses Ket

Persalinan bersalin Persalinan Persalinan


Kedua PMB Siti Bidan Normal Hidup,

Markasanah Sehat,

Selamat

D. Ibu hamil : Tidak


E. Ibu Nifas / Menyusui : Tidak

F. PUS/WUS/Akseptor KB : Ada

G. Bayi dan Balita : Ada, Balita

H. Riwayat Kesehatan Jiwa-Psikososial-Spiritual

1. Memenuhi kebutuhan jiwa

 Pemenuhan rasa aman : ada

 Perasaan bangga / senang : ada

 Semangat untuk maju : ada

2. Riwayat kesehatan mental keluarga

 Anggota keluarga yang tidak mampu merawat diri/bicara sendiri:

Tidak ada

 Adakah anggota keluarga yang diisolasi : Tidak ada

I. Riwayat Kesehatan Anggota Keluarga (3 bulan terakhir)

No. Nama Penanganan Keterangan


1 Lestari Berobat ke Puskesmas Sembuh

J. Kesehatan Keluarga tentang bahaya HIV/AIDS

1. Pengetahuan tentang HIV/AIDS : Tahu, tetapi

tidak tahu cara penularannya

K. Tanggapan keluarga terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial

1. Jenis pelayanan kesehatan : Puskesmas

2. Bentuk pelayanan kesehatan yang diperlukan keluarga dalam membantu

mengatasi masalah kesehatan : Pelayanan yang bermutu baik

3. Tanggapan keluarga tentang petugas kesehatan : baik


4. Keluarga merasa perlu mendapatkan pengarahan/penyuluhan informasi

kesehatan: Perlu

5. Kunjungan petugas kesehatan puskesmas kerumah : Tidak pernah

L. Masalah-masalah Penyakit Kronis

1. TBC

a. Perawatan keluarga yg diberikan kepada anggota

keluarga yang menderita batuk lebih dari 3 mg tidak sembuh-sembuh

(perawatan penderita TBC) : Tidak Ada

b. Pengetahuan keluarga tentang perawatan TBC :

Tahu

2. Masalah Penyakit kronis lain : tidak ada

3. Jaminan kesehatan yang dimiliki

a. Keikutsertaan keluarga dalam dana sehat atau PJKM

 Ikut,bentuk : KIS

 No. Peserta : 0000649729539

4. Usaha Pemeliharaan Kesehatan Mandiri

a. Penyediaan kotak obat, isinya

b. Usaha apotek hidup : Tidak ada

c. Lain-lain

5. Keadaan kesehatan Keluarga saat kunjungan

No. Nama Umur L/P Keadaan Perawatan


Kesehatan Saat
Ini
1. Muhammad L Sehat -
35 Tahun
Didin Rusdan
2. Lestari 28 Tahun P Sehat -
3. Muhammad 8 Tahun L Sehat -
Haidhar
Rusdianto
4. Ayra Dian 18 bulan, P Sehat -
Anggraini 8 hari

KLASIFIKASI PHBS RUMAH TANGGA

Hasil
No Indikator
Ya Tidak
1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan √
2 Memberi bayi ASI eksklusif √
3 Menimbang balita setiap bulan √
4 Menggunakan air bersih √
5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun √
6 Menggunakan jamban sehat √
7 Memberantas jentik di rumah seminggu sekali √
8 Makan sayur dan buah setiap hari √
9 Melakukan aktifitas fisik setiap hari √
10 Tidak merokok dalam rumah √
11 Ibu hamil memeriksakan kehamilan √
12 Bayi diimunisasi secara lengkap sesuai usianya √
13 Gosok gigi minimal 2x sehari setiap habis makan √
pagi dan sebelum tidur malam
14 Mengelola sampah dan limbah cair rumah tangga √
15 Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan √

KLASIFIKASI PHBS RUMAH TANGGA

No Klasifikasi PHBS Jumlah KK Prosentase


1. I (merah : 1-3 jawaban ya)
2. II (kuning : 4-6 jawaban ya)
3. III (hijau : 7-9 jawaban ya) 1 74 %
4. IV (biru : klasifikasi III + ikut dana sehat)

KLASIFIKASI PHBS DESA

Sehat bila < 25 % KK mencapai klasifikasi IV

Sehat II bila 25 % - 49 % KK mencapai klasifikasi IV

Sehat III bila 50 % - 74 % KK mencapai klasifikasi IV

Sehat IV bila lebih dari atau sama dengan 75 % KK mencapai klasifikasi IV


FORMAT PENGKAJIAN PUS/WUS/KB
Keluarga berencana
1. Pasangan usia subur : Ada
2. Umur PUS :28 tahun
3. Pernah mendengar KB : pernah
4. Telah ikut KB :KB Suntik 3 bulan
5. Data keluraga berencana : 2018 - sekarang
No Nama Jenis Alasan Keluhan Cara Tempat Jumlah
Anggota Alkon Mengatasi Kontrol anak
Keluarga
1) Ny. L Suntik Tidak Tidak ada - Bidan Dua
3 bulan mau keluhan
kebobolan
6. Pengetahuan tentang macam-macam KB : tahu >3 macam
FORMAT PENGKAJIAN BALITA
A. An A
1. Pemerikasaan Balita
a. Mempunyai balita : ya
b. Pemeriksaan / kunjungan ke : Posyandu
c. Pemeriksaan dilakuakan : secara rutin
d. Frekuensi pemeriksaan : 1 bulan sekali
e. Mempunyai KMS : ya
f. KMS diisi oleh :kader
g. menimbang balita : teratur
h. Status imunisasi : lengkap sesuai dengan usia
i. Status gizi bayi : cukup
j. Pemberian tablet Vit A : Sudah
k. Jenis makanan yang dikonsumsi balita setiap hari
1) Makanan pokok + protein hewani/ nabati + sayur (harus
dipaksa)
a) An. A setiap kali makan tidak dengan menu lengkap,
biasanya hanya sayur saja atau ikan saja, atau hanya
buah atau camilan saja.
b) An. A susah sekali makan sayur, tetapi tetap dipaksa
diberikan oleh Ny. L.
l. Pengadaan makanan untuk balita : memasak sendiri, karena Ny
L merasa lebih tau makanan yang disukai oleh anaknya.
m. Makanan pantangan untuk balita : ada, telur
n. Pertumbuhan dan perkembangan (tumbang) balita
1) Tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita menurut ibu :
Mengalami penurunan berat badan bulan kemarin. Namun ketika berat
badan naik hanya sedikit.
2) Ibu/keluarga mengetahui cara-cara menstimulasi dan mendeteksi
tumbang pada balita:
a) Tahu hanya sebatas mengajak anak nya bermain bersama.
b) Mengajari anak dengan coret-coret buku.
c) Diajak ngobrol setiap waktu
3) Informasi tentang stimulasi dan deteksi dini tumbang dari:
a) Dari internet
4) Observasi perkembangan balita
a) Bayi/balita usia 12 – 18 bulan, mampu:
 Berjalan sendiri tanpa jatuh √
 Mengambil biji kecil sebesar biji jagung dengan ibu jari &
telunjuknya (menjepitnya) √
 Mengungkapkan keinginan secara sederhana, seperti: mimic,
maem, mammam, ee dll √
 Minum sendiri dari gelas tanpa tumpah √
2. Status Kesehatan Bayi/balita
a. ISPA
1) Balita yg menderita batuk pilek dalam 1 tahun terakhir : tidak
2) Batuk pilek bayi/balita pernah disertai tanda-tanda sebagai berikut :
a) Nafas cepat
b) sesak nafas
c) Nafas mengik
d) nafas ngorok
e) diare dan muntah: √ diare
3) Tindakan yg dilakukan ibu/bapak/keluarga bila bayi/balita batuk
pilek:
a) Memberi obat penurun panas √
b) Memberi Memberi jeruk nipis/madu
c) Memberi obat dari nakes secara teratur√
d) Memberi banyak minum √
e) Jika demam diberi kompres dingin√
4) Pola penanggulangan batuk pilek :
a.baik√ b. Cukup c.Kurang
5) Ibu/bapak pernah mendapatkan penyuluhan tentang pencegahan ISPA:
Belum pernah
6) Pola pencegahan ISPA yg diketahui ibu/bapak :
a.Baik b. Cukup√ c.Kurang
7) Sumber informasi ibu/bapak tentang ISPA :
a. Kader
b. Tenaga kesehatan√
c. media elektronika
d. media cetak
b. DIARE
1) Bayi/balita pernah menderita diare dlm satu tahun terakir
Pernah
2) Factor resiko diare yg ada pada anak balita
Makanan yang kurang sehat, susu formula
3) Tindakan ibu/bapak bila anak menderita diare:
c. Membawa kepetugas kesehatan√
4) Ibu bapak mengetahui tentang cairan yg harus diberikan kepada
anak yg menderita diare : tahu
5) Pengetahuan ibu/bapak tentang cairan yg harus diberikan kepada
anak yg menderita diare : cukup
6) Ibu/bapak pernah mendapatkan informasi tentang cara mencegah
diare : Pernah
7) Pengetahuan ibu/bapak tentang cara mencegah diare :
a. Baik (lebih dari 6 hal)
b. Cukup (3-5 hal)√
c. Kurang ( kurang dari 3 hal )
c. Status Kesehatan Balita Lainnya :
(kurun waktu 1 tahun terakhir/selain ISPA dan DIARE)
Ada
B. KRITERIA MASALAH
1. Tidak makan sayur dan buah setiap hari
2. Asma pada Ny. L
3. Tidak mengelola smapah dan limbah cair
4. Tidak cek kesehatan rutin
5. Tidak mengerti cuci tanan 6 langkah
6. Tidak mengetahui gizi seimbang pada balita dantidak pernah
mendapatkan penyuluhan tentang gizi seimbang pada balita
C. PRIORITAS MASALAH
1. Tidak makan sayur dan buah setiap hari
No Kriteria Skore Bobot
1. Sifat masalah
- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2 2/3 x 1
- Krisis 1 = 2/3
2. Kemungkinan masih dapat diubah
- Dengan mudah 2
- Hanya sebagian 1 1/2 x 2
- Tidak dapat diubah 0 =1
3. Pontensial masih dapat dicegah
- Tinggi 3
- Cukup 2 2/3 x 1
- Rendah 1 =2/3
4. Menonjolnya masalah
- Masalah berat harus segera ditangani 2
- Ada masalah tetapi tidak perlu segera 1 ½x1
ditangani 0 =½
- Masalah tidak dirasakan
Jumlah skore / skore total 4 1/6

2. Asma pada Ny. L


No Kriteria Skore Bobot
1. Sifat masalah
- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2 2/3 x 1
- Krisis 1 = 2/3
2. Kemungkinan masih dapat diubah
- Dengan mudah 2
- Hanya sebagian 1 ½x2
- Tidak dapat diubah 0 =1
3. Pontensial masih dapat dicegah
- Tinggi 3
- Cukup 2 2/3 x 1
- Rendah 1 = 2/3
4. Menonjolnya masalah
- Masalah berat harus segera ditangani 2
- Ada masalah tetapi tidak perlu segera 1 2/2 x 1
ditangani 0 = 2/2
- Masalah tidak dirasakan
Jumlah skore / skore total 3 1/3

3. Tidak mengelola smapah dan limbah cair


No Kriteria Skore Bobot
1. Sifat masalah
- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2 3/3 x 1
- Krisis 1 = 3/3
2. Kemungkinan masih dapat diubah
- Dengan mudah 2
- Hanya sebagian 1 ½x2
- Tidak dapat diubah 0 =1
3. Pontensial masih dapat dicegah
- Tinggi 3
- Cukup 2 3/3 x 1
- Rendah 1 = 3/3
4. Menonjolnya masalah
- Masalah berat harus segera ditangani 2
- Ada masalah tetapi tidak perlu segera 1 2/2 x 1
ditangani 0 = 2/2
- Masalah tidak dirasakan
Jumlah skore / skore total 3 1/6

4. Tidak cek kesehatan rutin


No Kriteria Skore Bobot
1. Sifat masalah
- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2 2/3 x 1
- Krisis 1 = 2/3
2. Kemungkinan masih dapat diubah
- Dengan mudah 2
- Hanya sebagian 1 2/2 x 2
- Tidak dapat diubah 0 = 2/2
3. Pontensial masih dapat dicegah
- Tinggi 3
- Cukup 2 2/3 x 1
- Rendah 1 = 2/3
4. Menonjolnya masalah
- Masalah berat harus segera ditangani 2
- Ada masalah tetapi tidak perlu segera 1 ½x1
ditangani 0 =½
- Masalah tidak dirasakan
Jumlah skore / skore total 2 5/6

5. Tidak mengerti cuci tanan 6 langkah


No Kriteria Skore Bobot
1. Sifat masalah
- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2 2/3 x 1
- Krisis 1 = 2/3
2. Kemungkinan masih dapat diubah
- Dengan mudah 2
- Hanya sebagian 1 ½x2
- Tidak dapat diubah 0 =1
3. Pontensial masih dapat dicegah
- Tinggi 3
- Cukup 2 2/3 x 1
- Rendah 1 = 2/3
4. Menonjolnya masalah
- Masalah berat harus segera ditangani 2
- Ada masalah tetapi tidak perlu segera 1 ½x1
ditangani 0 = 1/2
- Masalah tidak dirasakan
Jumlah skore / skore total 2 5/6

6. Tidak mengetahui gizi seimbang pada balita dantidak pernah


mendapatkan penyuluhan tentang gizi seimbang pada balita
No Kriteria Skore Bobot
1. Sifat masalah
- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2 3/3 x 1
- Krisis 1 = 3/3
2. Kemungkinan masih dapat diubah
- Dengan mudah 2
- Hanya sebagian 1 2/2 x 2
- Tidak dapat diubah 0 =2
3. Pontensial masih dapat dicegah
- Tinggi 3
- Cukup 2 3/3 x 1
- Rendah 1 = 3/3
4. Menonjolnya masalah
- Masalah berat harus segera ditangani 2
- Ada masalah tetapi tidak perlu segera 1 ½x1
ditangani 0 =½
- Masalah tidak dirasakan
Jumlah skore / skore total 4 1/3

D. ANALISIS DATA
Berdasarkan skor diatas yag menjadi prioritas utama adalah: Tidak
makan sayur dan buah setiap hari = 2 5/6, Asma pada Ny. L = 3 1/3 , Tidak
mengelola smapah dan limbah cair = 3 1/6, Tidak cek kesehatan rutin = 2 5/6,
Tidak mengerti cuci tanan 6 langkah = 2 5/6, Tidak mengetahui gizi
seimbang pada balita dantidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang gizi
seimbang pada balita = 4 1/3
E. PENATALAKSANAAN MASALAH
Rencana kegiatan
No Masalah kebidanan Tindakan Waktu
1. Tidak makan sayur dan buah Memberikan Rabu, 15
setiap hari KIE tentang Januari 2020
penting nya
makan sayur dan
buah setiap hari
menggunakan
video
2. Asma pada Ny. L Memberikan Rabu, 15
KIE tentang Januari 2020
penyebab Asma
dan cara
menangani
apabila kambuh
3. Tidak mengelola sampah dan Memberikan Rabu, 15
limbah cair KIE tentang Januari 2020
pengelolaan
sampah dan
limbah cair
dengan video

4. Tidak cek kesehatan rutin Memberikan Rabu, 15


KIE tentang Januari 2020
pentingnya cek
kesehatan rutin
dengan video
5. Tidak mengerti cuci tanan 6 Memberikan Rabu, 15
langkah KIE tentang cuci Januari 2019
tangan 6
langkah dengan
video
6. Tidak mengetahui gizi Memberikan Selasa, 14
seimbang pada balita KIE tentang Januari 2019
dantidak pernah pemenuhan gizi
mendapatkan penyuluhan seimbang pada
tentang gizi seimbang pada balita dengan
balita leaflet
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., & Wiryatmadi, B. (2012). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.
Jakarta : Kencana.
Agus, U. (2012). Hubungan antara karakteristik ibu dengan status Gizi. Jurnal
kesmasindo, 5 nomor 2, juli 2012 hlm. 121-135.
Ambarwati, Eny Retna. (2011). Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Damayanti, Erni dan Winarsih. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil
tentang Resiko Tinggi Kehamilan dengan Kepatuhan Kunjungan
Antenatal Care di RSUD Pandan Arang Boyolali. Jurnal Publikasi Ilmiah
UMS. Vol. 3 No. 4.
Depkes RI. (2000). Buku 1: Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI Np: 900/MENKES/VII/2007.
Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Hanum, Rina dan Safitri, Mey Elisa. 2018. Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Buku KIA di Puskesmas Namu Ukur.
Jurnal Bidan Komunitas. Vol. 1 No. 3.
Isdiaty, Fandiar Nur dan Ungsianik, Titin. 2013. Pengetahuan Tanda Bahaya
Kehamilan dan Perilaku Perawatan Kehamilan Pada Ibu Hamil Trimester
III. Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol. 16 No. 1.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Republik Indonesia 2017.
Jakarta: Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 10 Januari 2020 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-kesehatan-indonesia-tahun-2017-pdf.
Kementrian Kesehatan RI. (2016). Buku Saku Pemantauan Status Gizi dan
Indikator Kinerja Gizi Tahun 2015. Direktorat Gizi Masyarakat Dirjen
Kesehatan Masyarakat. Kemenkes RI.
Masturoh, Pamuji, Siti Erniyati Berkah, dan Siswati. 2018. Path Analisis : Tiga
Keterlambatan Penyebab Kematian Maternal di Kabupaten Brebes. Jurnal
Kesehatan Pena Medika. Vol. 8 No. 1.
Pudiastuti, R. (2011). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Radiansyah E. 2007. Penanggulangan Gizi Buruk. Purworejo: Dinas Kesehatan
RI.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Suharjo. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara; 2003.

Syafrudin, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Kedokteran EGC.


Unicef Indonesia. (2015). Laporan tahunan unicef. Jakarta.
Walsh, V.L. (2008). Buku Ajar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: Pustaka
Pelajar.
Yuni, dkk. (2010). Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya
LAMPIRAN

PLAN OF ACTION
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA TERHADAP KELUARGA Tn. “M”
DI DUSUN IROYUDAN DESA GUWOSARI PAJANGAN BANTUL

TUJUAN : Pengetahuan Ibu tentang Gizi Seimbang Pada Balita


1
ACTION : KIE tentang Gizi Seimbang Pada Balita

Bentuk Petugas on
Sasaran Waktu Tempat Material Dana
Kegiatan Duty
Leaflet
Senin, 14 Januari Rumah Presenter :
Ny. dan
Konseling 2020 Ny. Mitta Mandiri
Lestari Buku
Pukul 10.00- selesai Lestari Kurniawati
KIA
SATUAN ACARA PENYULUHAN

KONSELING GIZI SEIMBANG BALITA

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA DALAM KOMUNITAS PADA Tn.

DI DUSUN IROYUDAN DESA GUWOSARI PAJANGAN BANTUL

1. Identitas Materi Penyuluhan

a. Kompetensi : Kebidanan

b. Pokok Asuhan : Gizi Seimbang pada Balita

c. Sub Pokok Bahasan : Pentingnya Pengetahuan tentang Gizi seimbang

p pada balita

d. Sasaran : An. Arya

e. Tempat : Rumah Tn. M

f. Waktu : Senin, 14 Januari 2020 Pukul 10.00 - selesai

g. Pelaksana : Mitta Kurniawati

2. Tujuan Penyuluhan

a. Tujuan Umum

Setelah diberikan konseling ini Ny. Lestari dapat mengerti tentang Gizi

Seimbang pada Balita

b. Tujuan Khusus

1) Setelah diberikan konseling ini Ny. Balita dapat mengerti dan mengenali

tanda bahaya pada kehamilan.


2. Materi Pokok

Macam-Macam Tanda bahaya pada kehamilan.

3. Metode Yang Dipakai

Konseling dan tanya jawab.

4. Media

Leaflet dan buku KIA.

5. Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan Waktu Rincian Kegiatan


Pembukaan 2 menit 1. Mengucapkan salam
2. Menyampaikan tujuan dan prosedur
Materi Inti 20 menit 1. Menjelaskan tentang tanda bahaya pada kehamilan
Penutup 3 menit 1. Memberikan kesempatan untuk bertanya dan
berdiskusi
2. Memberikan reinforcement atas pertanyaannya
3. Menjawab pertanyaan
4. Membuat kesimpulan
5. Mengucapkan salam
SATUAN ACARA PEYULUHAN (SAP)
GIZI SEIMBANG PADA BALITA

A. Materi Pembelajaran : Gizi Seimbang pada Balita


B. Pokok Bahasan :
1. Pengertian gizi seimbang
2. 1000 HPK
3. Pengaturan makan untuk balita (MPASI)
C. Sasaran : Ibu balita
D. Waktu : Selasa, 14 Januari 2020
E. Tempat : Rumah Ny. L
F. Tujuan Pembelajaran :
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan ibu balita tentang pemenuhan gizi
seimbang untuk balita
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan tentang gizi seimbang pada balita
b. Meningkatkan pengetahuan tentang MPASI untuk balita
c. Meningkatkan kesadaran ibu untuk memperhatikan kebutuhan gizi
balita
d. Meningkatkan status gizi balita
G. Kegiatan Pembelajaran :
1. Materi : Terlampir
2. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab
3. Langkah dan Estimasi :

N Tahap Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta


o
1 Pembukaan 3 menit a. Salam Menjawab salam
b. Perkenalan
c. Menjelaskan tujuan dari
pertemuan
2 Isi materi 15 menit a. Menjelaskan pengertian gizi, Memperhatikan
1000 HPK
b. Menjelaskan pengaturan Memperhatikan
makan untuk balita
c. Menjelaskan masalah giziMemperhatikan
akibat dari kelebihan dan
kekurangan gizi
d. Memberi kesempatan peserta Memperhatikan
Bertanya
3 Penutup 2 menit a. Menyimpulkan materi
bahasan yang telah
disampaikan.
b. Memberikan motivasi peserta
untuk memberikan gizi
seimbang pada balita

4. Media dan Alat Bantu : leaflet, alat tulis


H. Pemantauan dan Evaluasi :
1. Peserta mengetahui pengertian gizi
2. Peserta mengetahui 1000 HPK
3. Peserta mengetahui pengaturan makan untuk balita
4. Peserta mengetahui masalah gizi akibat dari kelebihan dan kekurangan
gizi

I. Referensi :
1. Almatsier, S.2008.Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Gizi_seimbang
3. http://balitapedia.com/kenali-5-masalah-gizi-yang-umum-terjadi-
pada-balita-berikut-ini/667
4. http://lagizi.com/1000-hari-pertama-kehidupan-untuk-generasi-yang-
lebih-baik/
MATERI TEORI
A. Gizi
1. Pengertian
Gizi yang baik adalah salah satu unsur penting untuk mewujudkan
manusia yang berkualitas. Pemenuhan gizi anak harus diperhatikan
sedini mungkin yaitu sejak mereka masih dalam kandungan melalui
makanan ibu hamil. Kebiasaan makan sudah dimulai sejak dari masa
kanak-kanak. Gizi adalah suatu zat yang berguna dan dibutuhkan oleh
tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang
mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau
variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB)
ideal.
Gizi seimbang adalah komposisi zat yang cukup/ideal untuk
menjalankan proses dalam tubuh.
Makanan yang bergizi seimbang mengandung 3 fungsi utama yaitu
a. Zat tenaga
Zat gizi menghasilkan tenaga atau energi. Bagi balita, tenaga
diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta untuk pertumbuhan
dan perkembangannya. Oleh karena itu kebutuhan zat gizi sumber
tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa. Zat tenaga
dapat diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein.
b. Zat pembangun
Zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan
jaringan yang rusak. Zat pembangun dapat diperoleh dari protein.
c. Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan
tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Zat
pengatur dapat diperoleh dari vitamin, mineral dan air
2. Masalah gizi balita
Bagaimana penilaian terhadap status gizi anak-anak Indonesia?
Dari 100% anak-anak Indonesia hanya 80% yang mempunyai
cukup gizi. Dikarenakan banyak anak yang suka memilih-milih
makanan, anak terlalu sering jajan, dan anak terlalu capek setelah
lama bermain.
Dampak dari kekurangan dan kelebihan gici pada anak adalah:
a. Kurang Energi Protein (KEP)
KEP (Kurang Energi Protein) adalah suatu keadaan dimana
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Anak
disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80% indeks berat
badan menurut usia (BB/U) baku WHO-NCHS. KEP atau Protein
Energy Malnutrition dapat diartikan sebagai salah satu penyakit
gangguan gizi yang penting dimana pada penyakit KEP ditemukan
berbagai macam keadaan patologis yang disebabkan oleh
kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang
bermacam-macam.
Kurangnya zat gizi makro (Energi dan Protein) pada balita bisa
menyebabkan KEP. Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan
energi dan protein :
1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari
makanan dalam usus terganggu
4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi
yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai
Apabila anak kekurangan gizi maka dapat menyebabkan
pertumbuhan anak terganggu atau terlambat, dan daya tahan tubuh
anak rendah.
b. Obesitas
Anak akan mengalami berat badan berlebih (overweight) dan
kelebihan lemak dalam tubuh (obesitas) apabila selalu makan
dalam porsi besar dan tidak diimbangi dengan aktivitas yang
seimbang. Dampak obesitas pada anak memiliki faktor risiko
penyakit kardiovaskuler, seperti : hiperlipidemia (tingginya kadar
kolesterol dan lemak dalam darah), kencing manis, penyakit
jantung,hipertensi, hyperinsulinemia, gangguan pernafasan, dan
komplikasi ortopedik (tulang). Apalagi bila hal ini tidak teratasi,
berat badan berlebih (obesitas) akan berlanjut sampai anak
beranjak remaja dan dewasa.
Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada anak-
anak sebagai berikut:
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika
ia berbuat sesuai dengan keinginan orang tua
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik
Upaya agar anak terhindar dari obesitas yakni kuncinya ada pada
keluarga. Ada banyak cara untuk mengendalikan kegemukannya :
1) Orangtua perlu melakukan pencegahan seperti
mengendalikan pola makan anak agar tetap seimbang. Awasi
kebiasaan makannya, jangan berikan makanan yang
kandungan lemaknya tinggi.
2) Perbanyak makan sayuran setiap makan. Jangan banyak
diberikan masakan yang mengandung banyak lemak seperti
santan yang terlalu kental.
3) Selain itu memberikan cemilan yang sehat seperti buah-
buahan.
4) Jangan terlalu banyak memberikan makanan dan minuman
manis, karena itu adalah sumber kalori yang dapat
meningkatkan berat badan.
5) Upayakan melibatkan anak pada aktivitas yang bisa
mengeluarkan energinya, terutama di luar ruangan seperti
lari, berenang, atau bermain bola, dan lain-lain
B. 1000 HPK
Pada fase kehamilan, perkembangan janin terjadi di setiap trimester
kehamilannya, diantaranya:

1) Trimester 1 (minggu 1-12), Pembentukan organ-organ penting (mata,


jantung, ginjal, hati, saluran pencernaan, paru-paru, tulang, tangan atau
lengan, kaki, dan organ tubuh lainnya)
2) Trimester 2 (minggu 13-27), Berat janin mulai bertambah, organ mulai
berfungsi
3) Trimester 3 (minggu 28-40), Berat janin mulai bertambah dengan pesat,
organ mulai matang.

Setelah lahir juga tetap harus diperhatikan kebutuhan gizinya karena


sebagian organ masih terus berkembang hingga usia 2 tahun, misalnya
otak. Perkembangan fungsi melihat, mendengar, berbahasa, dan fungsi
kognitif juga mencapai puncaknya pada usia 0-2 tahun

a. Pengertian
1000 Hari Pertama Kehidupan adalah periode percepatan tumbuh
kembang yang dimulai sejak terbentuknya janin dalam kandungan
hingga anak berusia 2 tahun. 1000 HPK juga disebut periode emas,
karena pada periode ini terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat,
yang mendukung seluruh proses pertumbuhan anak dengan sempurna.
Kurang gizi pada 1000 HPK tidak dapat diperbaiki dimasa kehidupan
selanjutnya.

Pemenuhan gizi yang optimal selama periode 1000 HPK, selain


memberi kesempatan bagi anak untuk hidup lebih lama, lebih sehat,
dan lebih produktif, juga berisiko lebih rendah dari menderita penyakit
degeneratif. Analisis dari penelitian kohor di 5 negara memberikan
bukti kuat bahwa gizi yang cukup di dalam kandungan dan di usia 2
tahun pertama kehidupan sangat kritis untuk pembangunan sumber
daya manusia.

C. Pengaturan Makan Balita


Periode usia 7—24 bulan terdiri dari beberapa kegiatan di antaranya
adalah pemberian ASI sampai usia dua tahun, Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI), imunisasi, dan suplementasi vitamin A. Makanan pendamping
ASI merupakan makanan yang diberikan kepada bayi selain ASI.
Makanan pendamping ASI diberikan kepada bayi karena kebutuhan gizi
bayi semakin meningkat dan ASI saja sudah tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Pemberian makan pada anak sebaiknya
disesuaikan dengan tahap perkembangannya. Pada saat bayi berumur 6
atau 7 bulan bayi baru belajar mengunyah dan siap untuk mengonsumsi
makanan padat.
Zat gizi yang harus terkandung dalam makanan pendamping ASI
adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Kebutuhan
protein dan zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral diperlukan dalam
jumlah tinggi karena pada masa ini sampai anak usia dua tahun
merupakan masa pertumbuhan dan dengan laju metabolisme tinggi.
Kandungan lemak pada makanan pendamping ASI anak diperlukan
sebagai sumber asam lemak esensial, memfasilitasi penyerapan vitamin
larut lemak. Kebutuhan lemak bagi anak dalam makanan pendamping
ASI berkisar antara 30%-45% kebutuhan energi.
Satu hal yang perlu diperhatikan untuk membuat makanan keluarga
cocok untuk anak yaitu  gunakan sedikit gula, garam dan hindari bumbu-
bumbu dengan rasa yang tajam. Susu masih sangat berperan penting
dalam pola makan anak Anda, meskipun mereka perlu sedikit lebih
berkurang sekarang, sekitar 200-600 ml susu atau 2-3 porsi susu per hari.
Berikan anak makanan yang sehat, bervariasi dan seimbang, Anak harus
makan berbagai macam makanan dari setiap kelompok makanan:
a. 4 porsi jenis karbohidrat perhari
b. 2-3 porsi susu perhari
c. 1-2 porsi jenis daging atau jenis daging lainnya perhari
d. 5 porsi jenis buah dan sayuran perhari
Pemberian MP-ASI kepada bayi diberikan setelah berusia 6 bulan
sampai 12 bulan secara berangsur-angsur untuk mengembangkan
kemampuan mengunyah dan menelan serta menerima macam-macam
makanan dengan berbagai tekstur dan rasa. Pemberian MP-ASI harus
bertahap dan bervariasi, mulai dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur
kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembik dan
akhirnya makanan padat. MP-ASI sebaiknya diberikan secara bertahap,
sedikit demi sedikit dalam bentuk encer secara berangsur-angsur ke
bentuk yang lebih kental sampai padat. Anjuran pemberian makanan
pada bayi dan anak dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Anjuran Pemberian Makanan Pada Bayi Dan Anak

MP-ASI
Usia
ASI Makanan Makanan Makanan
(Bulan)
Lumat Lembik Keluarga
0-6
6-8
9-12
12-24
Sumber : Depkes RI, Panduan Untuk Petugas Tentang ASI dan MP-ASI,
2009
Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai pemberian MP-ASI
yang mencakup jenis, tekstur, frekuensi dan porsi pemberian untuk setiap
kali makan menurut kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pemberian MP-ASI
Usia
Komponen
6-8 bulan 9-11 bulan 12-24 bulan
Jenis 1 Jenis bahan dasar 3-4 jenis bahan dasar Makanan
(6 bulan) (Sajikan secara keluarga
2 jenis bahan dasar terpisah atau
(7-8 bulan) dicampur)
Tekstur Semi cair Makanan yang Padat
(dihaluskan), secara dicincang halus atau
bertahap kurangi lunak (disaring
campuran air kasar). Ditingkatkan
sehingga menjadi sampai semakin
semi padat kasar sehingga dapat
digenggam
Frekuensi Makanan utama 2-3 Makanan utama 3-4 Makanan
kali sehari, camilan kali sehari, camilan utama 3-4 kali
1-2 kali sehari 1-2 kali sehari sehari, camilan
1-2 kali sehari
Porsi setiap Dimulai dengan 2-3 ½ mangkok kecil ¾ sampai 1
makan sendok makan dan atau setara dengan mangkok kecil
ditingkatkan secara 125 ml atau setara
bertahap sampai ½ dengan 175 –
mankok kecil atau 250 ml
setara dengan 125 ml
Sumber : Krisnatuti, 2008
Agar pemberian MP-ASI dapat terpenuhi dengan sempurna, maka
perlu diperhatikan sifat-sifat bahan makanan yang akan digunakan.
Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai sifat fisik yang baik,
yaitu tampilan dan aroma yang layak. Selain itu dilihat dari segi
kepraktisannya, makanan tambahan bayi sebaiknya sudah dipersiapkan
dengan waktu pengolahan yang singkat.
Berikut ini bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk
bayi :
Bahan Makanan yang dianjurkan :
1. Bubur tepung beras atau beras merah yang dimasak dengan
menggunakan cairan atau kaldu daging dan sayuran, susu formula,
(ASI) atau air
2. Buah-buahan yang dihaluskan atau menggunakan blender seperti
pepaya, pisang, apel, melon dan alpukat
3. Sayur-sayuran dan kacang-kacang yang direbus kemudian dihaluskan
menggunakan blender
4. Daging pilihan yang tidak berlemak kemudian diblender
5. Ikan yang diblender sebaiknya ikan yang tidak berduri
Bahan Makanan yang tidak dianjurkan :
1. Makanan yang tidak mengandung protein gluten yaitu tepung terigu
barley, biji gandum dan kue yang terbuat dari tepung terigu. Makanan
tersebut dapat membuat perut bayi kembung, mual dan diare pada
bayi. Hal ini disebabkan karena reaksi gluten intolerance
2. Hindari pemberian gula, garam, bumbu masak atau penyedap rasa.
3. Makanan terlalu berlemak.
4. Buah-buahan yang terlalu asam seperti jeruk dan sirsak
5. Makanan terlalu pedas atau bumbu terlalu tajam
6. Buah-buahan yang mengandung gas seperti durian, cempedak.
Sayuran yang mengandung gas seperti kol, kembang kol, lobak.
Kedua makanan tersebut dapat menyebabkan perut bayi kembung.
7. Kacang tanah dapat menyebabkan alergi atau pembengkakkan pada
tenggorokan sehingga bayi sulit bernapas
8. Kadang kala telur dapat memacu alergi pada bayi, sehingga pemberian
telur dilakukan secara bertahap dan dengan porsi kecil. Jika terjadi
alergi terhadap bayi, maka pemberian dihentikan

Contoh Menu Makanan Seimbang Bagi Balita Usia 1-2 Tahun


1. Contoh menu pagi hari dan selingan
a. Soto ayam
b. Susu
c. Kerupuk udang
d. Kue putu ayu (selingan)
2. Contoh menu siang hari dan selingan
a. Tumis kacang panjang
b. Tempe goreng
c. Telur dadar
d. Jus buah/buah (selingan)
3. Contoh menu malam hari dan selingan
a. Tumis kacang panjang
b. Lele goreng
c. Tahu goreng
d. Buah
Cara mengatasi masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada anak:
1. Konsumsi makanan bergizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan
tubuh, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik dan kondisi biologis
2. Memperhatikan variasi makanan

3. Rajin olahraga

4. Mengontrol berat badan

5. Menjaga kebersihan diri

Anda mungkin juga menyukai