Anda di halaman 1dari 85

DIREKTORAT BINA KELUARGA BALITA DAN ANAK

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


2023
TIM PENYUSUN
Panduan Pendampingan Keluarga dengan Anak Usia 0-23 bulan
(Baduta) dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting

Pengarah :
Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K)
(Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)

Penasihat :
Nopian Andusti, SE, MT
(Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga)

Penanggung Jawab :
dr. Irma Ardiana, MAPS
(Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak)

Penulis:
BKKBN: dr. Putri Maulidiana Sari, MA; Asmy Elviana, S.Psi, M.Si;
Fenindya Viratu Paksi, S.Stat (Direktorat Bina Keluarga Balita dan
Anak), Satgas Percepatan Penurunan Stunting BKKBN Pusat: Dr. dr.
Lucy Widasari, M.Si (PO Bidang Program dan Kegiatan Sekretariat
Stunting); Rahmah Dwiyantari, S.Tr.Gz; Meuthia Alifia Kadi, S.I.A (PA
Bidang Program dan Kegiatan Sekretariat Stunting)
Kontributor:
Kementerian Kesehatan: dr. Rivani Noor, MKM; dr. Farsely Mranani,
MKM; Siti Masrurah (Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak),
Kementerian Sosial: Diandini Rachmawati Irawan S.Sos, MDev.S
(Direktorat Jaminan Sosial), Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi: Tri Mei Indriyani; Iis Darma
Kusuma Wardani, SE, M.Ak (Direktorat Pengembangan Sosial Budaya
dan Lingkungan Desa), BKKBN: Drs. Agus Sulfi, MM; Retno Dewi
Puspita Sari, S.Sos, M.Sc; Desmiwarti, SH; Sinta Nalom Saragih, S
Sos, M.Si; Muslicha, S.Sos., M.Si; Titik Yudaningsih, SE, MAB; Adhi
Anugrah Dewanto, SH. MPH; Bonie Susandy, SE; Sri Utami Ningsih,
S.Sos; Indira Farhana Pramesti, S.Si; Ismet Abdul Azis, A.Md.Ak;
Jumaran; Jumari; Ahmad Rusmana (Direktorat Bina Keluarga Balita
dan Anak); dr. Mila Yusnita; Farida Ekasari, S.IP, M.KM; Dessy
Christian, S.I.A (Direktorat Bina Penggerakan Lini Lapangan); Cikik
Sikmiyati, S.IP, MM (Direktorat Bina Ketahanan Remaja), Muktiani
Asrie Suryaningrum, S.SoS., MPH, Fimela Apriany, SH, MAPS
(Direktorat Komunikasi, Informasi dan Edukasi); Indira Rachmawati,
ST (Direktorat Teknologi, Informasi dan Data); Achmad Sopian, S,Pd,
M.Pd (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga
Berencana), Shobar Yuni Rachmawati, SKM, MA (Penyuluh KB);
Septriyanti, Am.Keb, SKM (Penyuluh KB); Annisa Rizki Fitriani, S.KM
(Penyuluh KB), Dra. Teti Supartianingsih (Penyuluh KB) Pengurus
Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI): Endang Sundari, SST, MKM;
Kusuma Dini, SKM, MKM, PP Aisyiyah: Dr. Hirfa Turrahmi, SPd, SST,
M.KM, Pengurus Pusat Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini
(HIMPAUDI): Dra. Yufi Fisalma, M.Pd, Yayasan Plan International
Indonesia: Herbet Barimbang; Silvia Devina, Tanoto Foundation:
Sutamara Lasurdi Noor, Tentang Anak: Salma Talitha, Tim
Pendamping Keluarga: Eni Kurniati (BIdan TPK);Endang Sulastri
(Kader KB TPK); dan Jamilah (Kader PKK)

Diterbitkan oleh:
Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
Email: ditbalnak@bkkbn.go.id
PESAN-PESAN

"Seperti yang kita ketahui


bahwa stunting disebabkan oleh faktor
multidimensi sehingga tidak bisa
ditangani secara parsial oleh satu atau
dua pihak saja, dibutuhkan kolaborasi
lintas sektor yang solid dan efektif
menyasar target penanganan
stunting. Salah satunya dengan
melakukan rujukan terhadap akses
sumberdaya yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Semoga buku panduan ini
dapat menjadi cikal bakal aksi
kolaborasi yang nyata dan pada
akhirnya berkontribusi terhadap
penurunan stunting secara nasional".

ROBBEN RICO
DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN
DAN JAMINAN SOSIAL,
KEMENTERIAN SOSIAL RI

i
PESAN-PESAN
“Kami sangat menyambut
baik diterbitkannya buku ini
sehingga dapat menjadi pegangan
bagi TPK untuk mendampingi
keluarga dalam upaya
pencegahan stunting. TPK
diharapkan dapat mendampingi
keluarga dalam perawatan baduta
sesuai buku Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA), memastikan bayi
mendapat Air Susu Ibu (ASI)
eksklusif selama 6 bulan,
pendampingan dalam
pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan, pemberian
Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) mulai usia 6 bulan dengan
kecukupan gizi sesuai usia, dan
melanjutkan pemberian ASI
hingga usia 2 tahun, serta
pemberian imunisasi.”

LOVELY DAISY
DIREKTUR GIZI DAN
KESEHATAN IBU DAN ANAK,
KEMENTERIAN KESEHATAN RI

ii
PESAN-PESAN
“Ragam kegiatan percepatan penurunan
stunting dari berbagai sektor disasarkan kepada
masyarakat desa baik dari sisi intervensi spesifik
maupun sensitif. Desa perlu hadir untuk dapat
memastikan seluruh warganya yang termasuk
kedalam kelompok sasaran (termasuk baduta (0-23
bulan)) mendapatkan layanan secara lengkap.

Oleh karena itu, sinergi peran antar


pelaku harus dilakukan tidak hanya di level
pusat, provinsi, kabupaten/kota tetapi juga
di level desa mengingat sasaran stunting
dan layanan bagi sasaran berada di desa.
Penguatan program pendampingan dan
pemberdayaan untuk meningkatkan peran
dan partisipasi masyarakat juga sangat
dibutuhkan agar upaya-upaya sektor yang
telah dibangun dapat diterima dan
diimplementasikan dengan baik oleh
masyarakat.”

TEGUH HADI SULISTIONO


DIREKTUR PENGEMBANGAN SOSIAL
BUDAYA DAN LINGKUNGAN DESA DAN
PERDESAAN, KEMENTERIAN DESA,
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI RI

iii
PESAN-PESAN
“Stunting sebagai masalah multidimensi
membutuhkan penyelesaian melalui kolaborasi
pentahelix dengan melibatkan seluruh elemen
masyarakat untuk bersama-sama berjuang
dalam menurunkan angka prevalensi stunting”
Oleh karena itu, peran serta Masyarakat
melalui Posyandu, PKK, dan Lembaga
Kemasyarakatan dan Adat Desa lainnya menjadi
krusial dalam menyelesaikan stunting pada
tingkat Desa. Diharapkan dari terbitnya buku ini
menjadi langkah awal terbentuknya kolaborasi
yang sinergi dan terintegrasi dalam
memberdayakan dan mendayagunakan
Lembaga Kemasyarakatan dan Adat Desa
sebagai wadah partisipasi Masyarakat dalam
penyelesaian stunting dapat terwujud dan
tentunya menciptakan masyarakat dan Desa
yang maju, mandiri, sejahtera, sehat dan
bahagia.”

TB. CHAERUL DWI SAPTA


DIREKTUR FASILITASI LEMBAGA
KEMASYARAKATAN DAN ADAT DESA, PKK,
DAN POSYANDU - KEMENTERIAN DALAM
NEGERI RI

iv
Dalam rangka mencapai visi
Indonesia Emas 2045, kebijakan
pembangunan manusia diantaranya
diarahkan pada pembangunan
manusia pada pengendalian
penduduk, pemenuhan pelayanan
dasar dan perlindungan sosial, serta
peningkatan kualitas anak.
Terciptanya sumber daya manusia
yang berkualitas harus dimulai sejak
sedini mungkin. Periode 1000 Hari
Pertama Kehidupan adalah fase
kehidupan yang dimulai sejak
konsepsi hingga anak berusia dua
tahun. Periode ini merupakan masa
yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan
seorang anak sehingga terhindar dari
risiko stunting. Berdasarkan kerangka
konsep WHO, Stunting terjadi akibat
hasil interaksi berbagai faktor yaitu
asupan gizi yang kurang dan/atau
kebutuhan gizi yang meningkat.
Kurangnya asupan gizi dapat
disebabkan oleh faktor kemiskinan,
rendahnya pendidikan dan
pengetahuan orang tua mengenai ASI
Eksklusif dan pemberian MP ASI
dengan kecukupan protein hewani,

v
penelantaran, pengaruh budaya dan ketersediaan bahan makanan
setempat. Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan
kebutuhan gizi contohnya penyakit kronis yang memerlukan pangan
untuk keperluan medis khusus, antara lain penyakit jantung bawaan,
kelainan metabolise bawaan, infeksi kronik, alergi susu sapi, dan bayi
berat lahir rendah. Apabila kondisi ini tidak dilakukan penanganan yang
tepat khususnya pada usia 0-24 bulan maka dapat berakibat fatal yang
bersifat irreversible dan berdampak pada kualitas hidup jangka pendek
maupun jangka panjang seorang anak.

Multi faktor penyebab stunting yang sangat beragam ini membutuhkan


intervensi pencegahan stunting salah satunya pola pengasuhan
keluarga dengan anak bawah dua tahun (Baduta) sehingga anak dapat
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Untuk
memenuhi upaya tersebut, maka BKKBN sebagai Ketua Pelaksana
Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Pusat sesuai Peraturan
Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting
menyusun Panduan Pendampingan Keluarga dengan Anak Bawah Dua
Tahun (Baduta) dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting. Buku
Panduan ini disusun sebagai acuan bagi Tim Pendamping
Keluarga/kader dalam memberikan pendampingan yang meliputi
penyuluhan/KIE, fasilitasi pelayanan rujukan kesehatan dan fasilitasi
penerimaan bantuan sosial kepada keluarga sasaran berisiko stunting.

Penyusunan buku ini dilakukan secara kolaboratif antara BKKBN dengan


Kementerian/Lembaga, Organisasi Profesi, Non Govermental
Organization (NGO), PKB/PLKB, TPK, Satgas PPS, dan mitra
pembangunan lainnya. Kami mengucapkan terima kasih atas segala
dukungan dan peran aktif dari Kementerian/Lembaga dan mitra terkait
lainnya. Buku panduan ini adalah sumber pengetahuan dan pedoman
praktis untuk membantu Tim Pendamping Keluarga, pengelola program
Bangga Kencana, para orang tua dan pendamping dalam memastikan
anak-anak tumbuh dengan sehat, cerdas, dan bahagia. Kami percaya
bahwa investasi periode 1000 HPK adalah untuk masa depan yang lebih
baik.

vi
Semoga buku panduan ini memberikan panduan yang berguna dalam
perjalanan kita semua untuk melindungi dan mendukung
perkembangan anak-anak Indonesia. Bersama-sama, kita dapat
mencapai tujuan percepatan penurunan stunting dan menciptakan
generasi yang sehat dan cerdas. Terima kasih atas perhatian dan
dedikasi Anda.

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan


Pemberdayaan Keluarga,

Nopian Andusti, SE, MT

vii
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu
Wata’ala atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak
dapat menyelesaikan penyusunan “Panduan
Pendampingan Keluarga dengan Anak Usia 0-23 Bulan
(Baduta) dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting”.
Buku ini merupakan sumber berharga yang dirancang
untuk memberikan acuan praktis kepada Tim
Pendamping Keluarga (TPK)/kader dalam mendukung
pelaksanaan dan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan anak usia 0-23 bulan (Baduta). Buku
panduan ini merupakan bagian penting dari upaya
percepatan penurunan stunting, sebuah tantangan
serius yang sedang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.

Buku panduan memuat informasi


terkait KIE/penyuluhan, fasilitasi
pelayanan rujukan kesehatan,
fasilitasi penerimaan bantuan
sosial, pencatatan dan pelaporan
pendampingan keluarga dengan
baduta, algoritme deteksi dini dan
rujukan masalah kesehatan pada
baduta. Kami percaya bahwa
dengan pengetahuan yang benar
dan praktik yang baik, kita dapat
mencegah stunting dan memastikan
bahwa setiap Baduta memiliki
peluang yang sama untuk tumbuh
menjadi generasi yang sehat,
cerdas, dan produktif.

viii
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan buku panduan ini. Semoga buku
panduan ini dapat memberikan manfaat dalam pendampingan
keluarga di seluruh Indonesia dan menjadi langkah nyata yang kuat
dalam upaya percepatan penurunan stunting.

Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak

dr. Irma Ardiana, MAPS

ix
Daftar Singkatan/Istilah
ASI : Air Susu Ibu
BB/U : Berat Badan menurut Umur
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BOKB : Bantuan Operasional Keluarga Berencana
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HPK : Hari Pertama Kehidupan
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
IMP : Institut Masyarakat Pedesaan
Kemenkes : Kementrian Kesehatan
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KIE : Komunikasi, Informasi dan Edukasi
KKA : Kartu Kembang Anak
KMS : Kartu Menuju Sehat
KRS : Keluarga Berisiko Stunting
LILA : Lingkar Lengan Atas
LKD : Lembaga Kemasyarakatan Desa
MP ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu
PBLR : Panjang Badan Lahir Rendah
PB/U : Panjang Badan menurut Umur
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PKB : Penyuluh Keluarga Berencana
PKH : Program Keluarga Harapan
PKK : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
PLKB : Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana
PMBA : Pemberian Makan Bayi dan Anak
Poktan : Kelompok Kegiatan
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
PPKBD : Pembantu Pembina KB Desa
Prematur : Kurang Bulan
PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat
PUS : Pasangan Usia Subur

x
Daftar Singkatan/Istilah
Pustu : Puskesmas Pembantu
Sub PPKBD : Sub Pembantu Pembina KB Desa
TBC : Tuberculosis
TB/U : Tinggi Badan terhadap Umur
TPK : Tim Pendamping Keluarga
TP-PKK : Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga
TPPS : Tim Percepatan Penurunan Stunting
UKBM : Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

xi
DAFTAR ISI
PESAN-PESAN i
KATA SAMBUTAN v
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH x
DAFTAR ISI xii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. DASAR HUKUM 3
C. TUJUAN 4
D. SASARAN 5
E. RUANG LINGKUP 5
F. BATASAN PENGERTIAN 6

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI 12


A. KEBIJAKAN 12
B. STRATEGI 12

BAB III PENDAMPINGAN KELUARGA DENGAN BADUTA 14


A. TIM PENDAMPING KELUARGA 14
B. MEKANISME KERJA TIM PENDAMPING KELUARGA 16
C. ALGORITME DETEKSI DINI DAN RUJUKAN
MASALAH KESEHATAN PADA BADUTA 40
D. SARANA DAN PRASARANA 49
E. PEMBIAYAAN 49

xii
BAB IV MONITORING DAN EVALUASI 52
A. PERSIAPAN 52
B. PELAKSANAAN 52
C. WAKTU PELAKSANAAN 53
D. INDIKATOR MONITORING DAN EVALUASI 53

BAB V PENUTUP 55

LAMPIRAN 57
1. Formulir Manual Pencatatan dan Pelaporan
Pendampingan Keluarga dengan Baduta 58
2. Referensi Bacaan Tim Pendamping Keluarga 61

xiii
“Hidup sekali membawa arti. Tugas
pendampingan keluarga yang mulia untuk
mewujudkan penerus bangsa yang
berkualitas. Semoga mengalir pahala untuk
para kader TPK di seluruh Indonesia”

Titin Kartini
TPK Desa Mekarsari,
Kab. Banjar, Jawa Barat

xii
Menjadi Tim Pendamping Keluarga itu hal yang
sangat mulia dan menyenangkan, kita bisa
berbagi ilmu dan pengalaman selama
mendampingi keluarga dengan Baduta agar
terhindar dari STUNTING

Siti Rofiatur Rahma


TPK Desa Bancelok,
Kab. Sampang, Jawa Timur

xiii
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mewujudkan SDM yang sehat, cerdas dan produktif
serta pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, dilakukan
percepatan penurunan stunting. Stunting masih menjadi salah satu
permasalahan gizi pada anak yang belum teratasi di Indonesia. Data
menunjukkan selama periode 3 tahun terakhir, prevalensi stunting di
tingkat nasional mengalami penurunan sebesar 6,1% %, yaitu dari 27,7%
(Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI, 2019) menjadi 24,4% di tahun
2021 (SSGI, 2021) menjadi 21,6% tahun 2022 (SSGI, 2022). Meskipun
terjadi penurunan, namun stunting masih menjadi tantangan Pemerintah
karena target prevalensi stunting dalam RPJMN 2020- 2024 yaitu
sebesar 14% di tahun 2024. Sesuai Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan
Stunting, Pendampingan keluarga berisiko stunting merupakan salah
kegiatan prioritas dalam rencana aksi nasional dan merupakan
pembaruan strategi percepatan penurunan stunting. Target sasaran
pendampingan mulai dari calon pengantin, ibu hamil, ibu
pascapersalinan dan ibu menyusui serta anak usia 0-59 bulan.
Dalam pelaksanaan pendampingan diperlukan Tim Pendamping
Keluarga (TPK) yang merupakan kolaborasi dari Bidan, Kader TP-PKK
serta Kader KB di tingkat desa/kelurahan. Pendampingan TPK kepada
keluarga dengan anak usia 0-23 bulan (baduta) menjadi hal penting
karena masa baduta termasuk dalam periode emas 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak. Disamping itu, masa baduta merupakan
periode yang responsif terhadap intervensi pencegahan maupun
penanganan stunting. Pendampingan keluarga dengan anak usia 0-23
bulan adalah

1
serangkaian kegiatan yang meliputi KIE/penyuluhan, fasilitasi pelayanan
rujukan kesehatan dan fasilitasi penerimaan bantuan sosial serta
surveilans/pengamatan berkelanjutan yang bertujuan untuk
meningkatkan akses informasi dan pelayanan keluarga dengan anak usia
0-23 bulan sebagai upaya deteksi dini faktor risiko stunting dan
melakukan upaya meminimalisir atau mencegah pengaruh dari faktor
risiko stunting. Pelaksanaan pendampingan bagi anak usia 0-23 bulan
mulai dari kunjungan bayi baru lahir (0 bulan) yang diikuti kunjungan
bulanan (satu kali setiap bulan) hingga anak berusia 23 bulan, utamanya
anak usia 0-23 bulan dengan risiko stunting.

Dalam tugas pendampingan, TPK memberikan promosi dan KIE terkait


Perawatan bayi baru lahir, Inisiasi Menyusu Dini, Pemberian Air Susu Ibu
(ASI) Eksklusif, Imunisasi, Makanan Pendamping ASI (MP ASI), Pemberian
ASI sampai dengan usia 2 (dua) tahun, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), Vitamin A, Obat Cacing, Pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan rutin setiap bulan di Posyandu, stimulasi perkembangan,
pola asuh, Tanda Anak sehat, Tanda bahaya pada Anak usia 0-23 bulan,
serta pemberian KIE penggunaan kontrasepsi kepada orangtua dengan
baduta. Sebagai acuan dalam memberikan pendampingan yang
berkualitas guna percepatan penurunan stunting, maka perlu disusun
Panduan Pendampingan Keluarga Dengan Anak Usia 0-23 Bulan
(Baduta) Dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting.

2
B. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang


Sistem Jaminan Sosial Nasional
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Kebidanan
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2023 tentang
Kesehatan
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2013
tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2017
tentang Penyaluran Bansos Secara Non Tunai
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021
tentang Percepatan Penurunan Stunting
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos
Pelayanan Terpadu
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesa Nomor 39 Tahun
2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun
2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2020 Tentang Standar Antropometri Anak

3
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 99
Tahun 2017 tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga
16. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi
Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia Tahun
2021-2024
17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1928/2022 tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Stunting

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Panduan Pendampingan Keluarga dengan Anak usia 0-23 bulan
(Baduta) dalam upaya Percepatan Penurunan Stunting menjadi
acuan bagi TPK untuk meningkatkan cakupan dan kualitas
pendampingan keluarga di tingkat Desa/Kelurahan.

2. Tujuan Khusus
Panduan Pendampingan Keluarga dengan Anak usia 0-23 bulan
(Baduta) dalam upaya Percepatan Penurunan Stunting ditujukan
secara khusus untuk:
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan TPK dalam
melaksanakan penyuluhan secara tematik baik interpersonal
maupun kelompok,
b. Meningkatkan kapasitas TPK dalam deteksi dini tanda bahaya
pada baduta dan fasilitasi pelayanan rujukan kesehatan,
c. Meningkatkan kapasitas TPK dalam fasilitasi penerimaan
bantuan sosial bagi keluarga yang memenuhi persyaratan, dan
d. Meningkatkan cakupan dan pemutakhiran pendataan
pendampingan keluarga dengan anak usia 0-23 bulan (baduta)
secara rutin.
4
D. SASARAN
Sasaran Panduan Pendampingan Keluarga dengan Anak usia 0-23 bulan
(Baduta) Dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting meliputi:
1. Tim Pendamping Keluarga,
2. Tim Percepatan Penurunan Stunting Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan,
3. Tim Penggerak PKK Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan
dan Desa/Kelurahan,
4. Pengelola Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan
jaringannya,
5. Pengelola Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),
6. Para Tenaga Penggerak Program di Lini Lapangan (PKB, PLKB,
PPKBD, Sub PPKBD, Kader Poktan, Kader Posyandu, Kader
Pembangunan Manusia, Pendamping PKH serta Kader sejenis
lainnya)
7. Bidan di desa, dan
8. Para Pemangku Kepentingan.

E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Panduan Pendampingan Keluarga dengan Anak usia 0-
23 bulan (Baduta) Dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting
terdiri dari:
1. Kebijakan dan strategi pendampingan keluarga dengan baduta
2. Pendampingan keluarga dengan baduta yang meliputi pengertian
TPK, mekanisme kerja TPK, Algoritme deteksi dini dan rujukan
masalah kesehatan pada baduta, sarana dan prasarana, serta
pembiayaan
3. Gambaran mekanisme monitoring dan evaluasi pendampingan
keluarga dengan baduta

5
F. BATASAN PENGERTIAN
1. Pendampingan keluarga dengan anak usia 0-23 bulan (baduta)
adalah serangkaian kegiatan yang meliputi KIE/penyuluhan,
fasilitasi pelayanan rujukan kesehatan dan fasilitasi penerimaan
bantuan sosial serta surveilans/pengamatan berkelanjutan yang
bertujuan untuk meningkatkan akses informasi dan pelayanan
keluarga dengan anak usia 0-23 bulan sebagai upaya deteksi dini
faktor risiko stunting dan melakukan upaya meminimalisir atau
mencegah pengaruh dari faktor risiko stunting.

2. Tim Pendamping Keluarga yang selanjutnya disebut TPK adalah


sekelompok tenaga yang dibentuk dan terdiri dari Bidan, Kader
TP PKK dan Kader KB untuk melaksanakan pendampingan
meliputi penyuluhan, fasilitasi pelayanan rujukan kesehatann
dan fasilitasi penerimaan program bantuan sosial kepada
sasaran prioritas yaitu calon pengantin/calon pasangan usia
subur, ibu hamil, ibu pascapersalinan, anak usia 0-23 bulan serta
melakukan surveilans keluarga berisiko stunting untuk
mendeteksi dini faktor-faktor risiko stunting. Dalam berbagai
kondisi, komposisi TPK dapat disesuaikan melalui kerjasama
dengan Bidan dari Desa/Kelurahan lainnya atau melibatkan
perawat atau tenaga kesehatan lainnya.

3. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan


bidan yang teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dalam kaitan TPK, Bidan yang
diprioritaskan adalah Bidan yang berada atau ditugaskan di
desa/kelurahan dan teregistrasi. Namun dalam kondisi-kondisi
tertentu, Bidan yang dimaksud dalam TPK dapat juga seorang
perempuan yang lulus dari pendidikan bidan dan akan
melakukan registrasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.

6
4. Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
yang selanjutnya disebut Kader TP PKK adalah mitra kerja
pemerintah dan organisasi kemasyarakatan lainnya, yang
berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali
dan penggerak pada masing-masing jenjang pemerintahan
untuk terlaksananya program Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga.

5. Kader Keluarga Berencana yang selanjutnya disebut Kader KB


adalah seorang yang secara sukarela berperan aktif dalam
pelaksanaan dan pengelolaan Program Bangga Kencana di
tingkat Desa/Kelurahan ataupun Rukun Warga/Dusun ataupun
Rukun Tetangga/Dasawisma. Kader KB yang dimaksudkan dapat
meliputi PPKBD, Sub PPKBD, Kader Kelompok Kegiatan Bina
Keluarga, Kader Dasawisma, Tenaga Penggerak Program
Bangga Kencana, Tenaga Lini Lapangan Program Bangga
Kencana dan kader organisasi agama/kemasyarakatan
lainnya/tokoh-tokoh masyarakat/agama.

6. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan


anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang
ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah
standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang Kesehatan (status gizi yang
berdasarkan indikator pertumbuhan PB/U atau TB/U memiliki
nilai z-skor <-2SD).

7. Periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan yang selanjutnya disebut


1.000 HPK adalah 270 hari selama kehamilan dan 730 hari
kehidupan pertama sejak bayi dilahirkan, merupakan periode
sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada
masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi.

7
8. Baduta adalah bawah dua tahun; istilah yang digunakan untuk
anak yang berusia 0-23 bulan

9. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dari waktu ke


waktu yang ditandai dengan bertambahnya berat badan,
panjang/tinggi badan dan lingkar kepala

10. Perkembangan adalah perubahan fungsi tubuh menjadi lebih


sempurna. Bertambahnya fungsi tubuh (psikomotor, mental dan
sosial) antara lain ditandai dengan bertambahnya keterampilan
motorik kasar dan halus, berfungsinya pendengaran,
penglihatan, kemampuan berbicara, kecerdasan baik kognitif
maupun emosional

11. Baduta dengan weight faltering adalah baduta yang mengalami


perlambatan pertambahan berat badan saat penimbangan
dibandingkan hasil penimbangan bulan sebelumnya. Kondisi
weight faltering dapat diketahui dari grafik KMS Berat Badan
Tidak Naik (T) yang terdiri dari (a) kenaikan BB tidak adekuat; (b)
BB tetap: dan (c) BB turun.

12. Baduta berat badan kurang (underweight) atau Bawah Garis


Merah (BGM) adalah baduta dengan status gizi yang berdasarkan
indikator BB/U dibawah -2SD

13. Baduta risiko berat badan lebih adalah baduta dengan status gizi
yang berdasarkan indikator BB/U >+1 SD

14. Stimulasi perkembangan adalah upaya merangsang otak anak


agar perkembangan kemampuan gerak, bicara, bahasa, dan
sosialisasi kemandirian berlangsung optimal sesuai usia.

8
15. Fasilitasi pelayanan rujukan kesehatan adalah kegiatan yang
ditujukan untuk memastikan kelompok sasaran berisiko stunting
yang mengalami masalah kesehatan atau masalah gizi
mendapatkan rujukan pelayanan kesehatan ke fasilitas
pelayanan kesehatan.

16. Fasilitasi penerimaan bantuan sosial adalah kegiatan yang


ditujukan untuk memastikan kelompok sasaran berisiko stunting
yang memenuhi persyaratan penerima bansos mendapat
bantuan sosial dari pemerintah dan/atau sumber lainnya.

17. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat


yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.

18. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri


dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.

19. Posyandu adalah Lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan


yang mewadahi pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan
sosial dasar yang pelaksanaannya dapat diintegrasikan dengan
layanan lainnya sesuai potensi daerah.

20. Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang selanjutnya disebut KIE


adalah kegiatan komunikasi untuk meningkatkan pengetahuan
serta memperbaiki sikap dan perilaku keluarga, masyarakat dan
penduduk dalam Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana.

9
21. Komunikasi Antar Pribadi/Konseling adalah suatu proses
dimana seseorang membantu orang lain dalam membuat
keputusan atau mencari jalan untuk mengatasi masalah,
melalui pemahaman tentang fakta dan perasaan yang terlibat
didalamnya sehingga terjadi perubahan perilaku berdasarkan
keputusan pribadi.

10
Ayo melawan stunting dengan cinta yang
terencana untuk membentuk keluarga
bahagia, penuhi gizi seimbang, dan
lengkapi imunisasi anak.
Kerja Ikhlas, Anak Sehat, Orangtua Hebat,
TPK pun semangat!
Himya Sipitri, S.Pd
TPK Desa Muara Penimbung Ulu,
Kab. Ogan Ilir, Sumatera Selatan

10
Cegah stunting dengan makan
makanan bergizi selama hamil
dan menyusui serta penuhi gizi
seimbang untuk baduta!

Tabita Lulu
TPK Desa Palakahembi,
Kab. Sumba, Nusa Tenggara Timur

11
A. KEBIJAKAN
Kebijakan pelaksanaan pendampingan keluarga dengan baduta dalam
rangka percepatan penurunan stunting mencakup:
1. Komitmen antara pemerintah provinsi sampai dengan pemerintah
desa
2. Peningkatan cakupan dan kualitas pendampingan keluarga
sasaran
3. Konvergensi pemberian layanan kepada keluarga sasaran
4. Keterlibatan pemangku kepentingan dan pemberdayaan
masyarakat

B. STRATEGI
Strategi pelaksanaan pendampingan keluarga dengan baduta melalui:
1. Advokasi kepada pemerintah provinsi sampai dengan pemerintah
desa
2. Peningkatan akses jaringan internet dan kombinasi pencatatan
pelaporan dual method (secara manual dan berbasis aplikasi)
3. Penyediaan anggaran operasional TPK berbasis kinerja
4. Peningkatan kualitas TPK melalui pelatihan dan pendampingan
5. Penyediaan satu data keluarga sasaran dan interoperabilitas data
6. Memberikan reward dan insentif bagi LKD atau kelompok kegiatan
sejenis

12
Sebagai Tim Pendamping
Keluarga, kami selalu
mengedukasi keluarga agar
selalu rajin periksakan kondisi
kesehatan bayi ke Posyandu

Maria C. Radjah
Kab. Sumba Timur,
Desa Kadumbuli, Nusa Tenggara Timur

13
A. TIM PENDAMPING KELUARGA

A. TIM PENDAMPING KELUARGA


Pendampingan keluarga dengan baduta dilakukan oleh TPK
Desa/Kelurahan yang terdiri dari Bidan, Kader PKK dan Kader KB.
Dalam berbagai kondisi, komposisi TPK di Desa/Kelurahan dapat
disesuaikan melalui bekerjasama dengan Bidan dari Desa/Kelurahan
lainnya atau melibatkan Perawat atau tenaga kesehatan lainnya.
Dalam kaitan TPK, Bidan yang diprioritaskan adalah Bidan yang
berada atau ditugaskan di desa/kelurahan dan teregistrasi. Namun
dalam kondisi-kondisi tertentu, Bidan yang dimaksud dalam TPK
dapat berupa seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan,
sudah atau akan melakukan registrasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan. Selanjutnya untuk Kader TP PKK
yang terlibat dalam TPK dapat meliputi pengurus dan/atau anggota
seluruh Pokja I, II, III dan IV TP PKK Desa/Kelurahan. Sedangkan
Kader KB yang yang terlibat dalam TPK dapat meliputi PPKBD, Sub
PPKBD, Kader Kelompok Kegiatan Bina Keluarga, Kader Dasawisma,
Tenaga Penggerak Program Bangga Kencana, Tenaga Lini Lapangan
Program Bangga Kencana, dan kader organisasi
agama/kemasyarakatan lainnya/tokoh-tokoh masyarakat/agama.

14
Komposisi dan kriteria ideal TPK adalah sebagai berikut:

1. Bidan
a. Memiliki minimal ijazah pendidikan bidan (D3
atau D4)
b. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang
baik
c. Memiliki kemampuan menggunakan gawai
(HP/Laptop)

2. Kader PKK
a. Memiliki SK atau Surat Tugas sebagai
pengurus atau anggota PKK
b. Berdomisili di desa yang bersangkutan
c. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang
baik
d. Memiliki kemampuan menggunakan gawai
(gadget)

2. Kader KB

a. Merupakan PPKBD/Sub PPKBD/Kader


Poktan/Tenaga Penggerak Desa/Kader KB
di Desa/Kelurahan
b. Memiliki SK atau Surat Tugas sebagai
pengurus atau anggota IMP/kader KB
c. Berdomisili di desa yang bersangkutan
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang
baik
(Sumber: Panduan Pelaksanaan e. Memiliki kemampuan menggunakan gawai
Pendampingan Keluarga dalam Upaya
Percepatan Penurunan Stunting di Tingkat (gadget)
Desa/Kelurahan, BKKBN 2021).

15
B. MEKANISME KERJA TIM PENDAMPING KELUARGA
1. Tugas Utama
Dalam pelaksanaan pendampingan keluarga dengan baduta, TPK
melakukan serangkaian kegiatan meliputi penyuluhan/KIE, fasilitasi
pelayanan rujukan kesehatan dan fasilitasi penerimaan program
bantuan sosial serta surveilans/pengamatan berkelanjutan untuk
mendeteksi dini faktor risiko stunting dan pemantauan tatalaksana
baduta berisiko stunting. Secara khusus, tugas TPK dalam
pendampingan baduta sebagai berikut:
a. Melakukan pendampingan bayi baru lahir, memfasilitasi bayi
mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan,
pendampingan pengasuhan baduta, pemantauan pertumbuhan
dan perkembangan baduta, memfasilitasi pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP ASI) mulai usia 6 bulan dengan kecukupan
gizi, melanjutkan pemberian ASI hingga usia 2 tahun, imunisasi
dasar dan imunisasi lanjutan serta suplementasi sesuai buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
b. Memfasilitasi pelayanan rujukan kesehatan dan melakukan
pemantauan tatalaksana baduta berisiko stunting, dan
c. Memfasilitasi keluarga mendapatkan bantuan sosial bagi yang
memenuhi persyaratan penerima bantuan

16
2. Penyuluhan/KIE
Dalam melakukan tugas penyuluhan/KIE, TPK melakukan langkah
kegiatan sebagai berikut:
a. Persiapan
1) Mengidentifikasi risiko keluarga dengan baduta menggunakan
data dari buku KIA, KKA, Elsimil ataupun aplikasi
pendampingan keluarga sebagai bahan penyuluhan/KIE;
2) Menentukan sasaran penyuluhan/KIE meliputi keluarga
sasaran atau lokasi yang akan dilakukan penyuluhan/KIE;
3) Menentukan metode pelaksanaan penyuluhan/KIE melalui
penyuluhan kelompok, konseling kesehatan, kunjungan rumah
atau metode lainnya yang sesuai;
4) Menentukan pelaksana dan pembagian tugas penyuluhan/KIE;
5) Menyiapkan tema, materi dan media penyuluhan/KIE serta
tempat/fasilitas pelaksanaan penyuluhan/KIE;
6) Menyampaikan rencana kerja dan anggaran kepada
PKB/Kepala Desa/Lurah;
7) Menentukan jadwal penyuluhan/KIE dan mengumumkan
jadwal tersebut kepada Masyarakat/Kelompok sasaran.

b. Pelaksanaan
Memberikan KIE pengasuhan sesuai usia baduta dengan merujuk
kepada KIA dan buku KKA melalui Posyandu/BKB/kegiatan
sejenis lainnya/kunjungan rumah. Materi Penyuluhan/KIE
meliputi sebagai berikut:
1) Bayi baru lahir 0-28 hari (neonatus): Perawatan bayi baru lahir;
Inisiasi Menyusu Dini, ASI eksklusif, Tanda bayi sehat dan tidak
sehat; Tanda bahaya pada bayi baru lahir; Imunisasi, PHBS,
Stimulasi perkembangan, Pola asuh, Membawa bayi ke
Posyandu/fasilitas kesehatan setiap bulan untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan (sesuai jadwal),

17
2) 29 hari – 6 bulan: ASI eksklusif, Imunisasi, PHBS, Stimulasi
perkembangan balita, Ceklis pemantauan perkembangan,
Pola asuh, Tanda baduta sehat, Tanda bahaya pada baduta,
Perawatan gigi, Membawa baduta ke Posyandu/fasilitas
kesehatan setiap bulan untuk memantau pertumbuhan,
perkembangan (sesuai jadwal),
3) 6 – 23 bulan: ASI s.d 2 tahun, Makanan Pendamping ASI (MP
ASI), PHBS, Imunisasi rutin (dasar dan lanjutan), Pemberian
Vitamin A mulai usia 6 bulan, Obat Cacing mulai usia 1 tahun,
Stimulasi perkembangan, Ceklis pemantauan perkembangan,
Pola asuh, Tanda baduta sehat, Tanda bahaya pada baduta,
Perawatan gigi, Membawa baduta ke BKB/Posyandu/fasilitas
kesehatan setiap bulan untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan (sesuai jadwal)
4) KIE pengasuhan sesuai risiko jika TPK mendapatkan hasil
skrining menunjukkan adanya risiko dalam aplikasi
pendampingan keluarga

c. Pasca-Penyuluhan
Setelah pelaksanaan penyuluhan, TPK melakukan evaluasi sebagai
berikut:
1) Evaluasi cakupan kehadiran peserta pada penyuluhan kelompok
yang tidak hadir dan berisiko
a) Keluarga yang berhalangan hadir dikomunikasikan kepada
PKB/PLKB/kepala desa/lurah untuk penjadwalan kunjungan
rumah atau memfasilitasi kehadiran keluarga ke posyandu
b) Mengomunikasikan kepada Kepala Desa/Lurah terhadap
keluarga dengan baduta yang berisiko:
• Masalah gizi dan masalah kesehatan
• Masalah sanitasi dan air bersih

18
3. Fasilitasi Pelayanan Rujukan Kesehatan
TPK memberikan fasilitasi pelayanan rujukan kesehatan kepada
Ibu dan baduta dengan kondisi antara lain bayi kurang
bulan/premature, bayi dengan berat badan lahir rendah (<2,5kg),
bayi dengan panjang badan lahir rendah (<45 cm), bayi yang
mengalami gangguan pemberian ASI (tidak mau minum atau
memuntahkan semuanya), baduta dengan perlambatan
pertambahan berat badan (weight faltering), baduta dengan berat
badan kurang (kurang dan sangat kurang), baduta dengan panjang
badan pendek (pendek dan sangat pendek), baduta dengan gizi
kurang dan gizi buruk, baduta dengan perkembangan yang tidak
sesuai dengan usia selama tiga bulan berturut-turut dan ceklis
perkembangan tidak lengkap, dan Suami/Istri belum menggunakan
kontrasepsi.

Dalam melakukan tugas fasilitasi pelayanan rujukan kesehatan,


TPK melakukan langkah kegiatan sebagai berikut:
a. Persiapan
1) Mendapatkan hasil identifikasi risiko keluarga dengan
baduta yang membutuhkan pelayanan rujukan kesehatan
menggunakan data yang tersedia
2) Menyampaikan data dan
berkoordinasi terkait keluarga
dengan baduta yang
memerlukan fasilitasi rujukan
kesehatan kepada PKB/Kepala
Desa/Tenaga Kesehatan
3) Memberikan penjelasan kepada
keluarga terkait alasan perlunya
dilakukan rujukan untuk
penanganan lebih lanjut oleh
tenaga kesehatan

19
b. Pelaksanaan
1) Menyampaikan jadwal pelayanan rujukan kesehatan kepada
keluarga sesuai hasil koordinasi dengan PKB/Kepala
Desa/Tenaga Kesehatan
2) Memantau apakah keluarga dengan baduta sudah mendapatkan
pelayanan kesehatan
c. Pascarujukan kesehatan
TPK melakukan pemantuan melalui Posyandu/BKB/Kunjungan
rumah atau media komunikasi lainnya untuk memastikan:
1) Keluarga dengan baduta telah melakukan saran/anjuran dari
tenaga Kesehatan termasuk melakukan kontrol sesuai anjuran
tenaga kesehatan
2) Kondisi baduta atau keluarga yang dilakukan rujukan kesehatan
mengalami perbaikan. Jika tidak ada perbaikan kondisi
kesehatan, TPK berkoordinasi dengan PKB/Kepala
Desa/Tenaga Kesehatan

4. Fasilitasi Penerimaan Bantuan Sosial


TPK memberikan fasilitasi bantuan sosial kepada keluarga baduta
yang tidak memiliki air minum yang layak, jamban yang tidak layak
atau memenuhi persyaratan penerimaan bantuan sosial. TPK
memastikan keluarga yang memenuhi persyaratan mendapatkan
bantuan sosial. TPK mencatat dan melaporkan keluarga tersebut ke
Kepala Desa/Lurah (TPPS Desa/Kelurahan) untuk dimasukkan dalam
Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), sehingga kedepannya
keluarga mendapatkan bantuan sosial. Kriteria Keluarga Berisiko
Stunting (KRS) yang membutuhkan bantuan sosial sebagai berikut:
a. Keluarga berisiko stunting adalah keluarga sasaran yang
memiliki faktor risiko untuk melahirkan anak stunting, terdiri
dari: PUS, ibu hamil, keluarga dengan anak 0-23 bulan, dan
keluarga dengan anak 24-59 bulan serta memiliki faktor risiko
terjadinya kondisi stunting, yaitu: sanitasi, akses air bersih, dan
kondisi 4T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, terlalu banyak)
dan kesertaan KB modern

20
b. Kriteria lainnya keluarga penerima bantuan sosial dengan
kondisi:
1) fakir miskin dan orang tidak mampu
2) tidak memiliki jaminan kesehatan
3) kondisi rumah tidak layak huni
Fasilitasi penerimaan bantuan sosial dilakukan melalui langkah
kegiatan sebagai berikut:
a. Persiapan
1) TPK mendapatkan hasil identifikasi risiko keluarga dengan
baduta yang memenuhi persyaratan penerima bantuan sosial
dengan menggunakan data yang tersedia
2) TPK menyampaikan data dan berkoordinasi terkait keluarga
dengan baduta yang memerlukan fasilitasi penerimaan bantuan
sosial kepada PKB, Kepala Desa atau TPPS Desa/Kelurahan
b. Pelaksanaan
1) TPK berkoordinasi dengan TPPS Desa/Kelurahan terkait usulan
penerima bantuan sosial
2) TPPS desa/kelurahan bersama dinas atau pihak terkait
melakukan verifikasi dan validasi keluarga yang berhak
mendapatkan bantuan sosial
3) TPPS Desa/Kelurahan menyampaikan usulan keluarga yang
berhak mendapatkan bantuan sosial kepada dinas sosial
4) TPPS Desa/Kelurahan memberikan informasi data keluarga
penerima bantuan sosial dan menyalurkan bantuan sosial
kepada keluarga yang telah memenuhi persyaratan penerimaan
bantuan sosial yang bersumber dari dana desa/sumber lainnya.

c. Pasca-Fasilitasi penerimaan bantuan sosial


TPK melakukan pemantauan melalui kegiatan
Posyandu/BKB/Kunjungan rumah atau media komunikasi lainnya
untuk memastikan:
1) Keluarga dengan baduta telah menerima program bantuan sosial
sesuai ketentuan

21
2) Kondisi baduta atau keluarga yang mendapatkan program bantuan
sosial mengalami perbaikan. Jika tidak ada perbaikan, TPK
berkoordinasi dengan PKB, Kepala Desa atau TPPS Desa/Kelurahan

Adapun program bantuan sosial yang tersedia di lapangan antara lain:

a. Program Keluarga Harapan (PKH)


PKH merupakan program Kementerian Sosial berupa pemberian
bantuan sosial bersyarat kepada keluarga dan/atau seseorang miskin
dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu program penanganan
fakir miskin, diolah oleh Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan
Sosial dan ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH.
Komponen PKH meliputi Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan
Sosial. Bantuan sosial yang diberikan dalam PKH berbentuk tunai
atau Bantuan Tunai Bersyarat. Kriteria penerima manfaat PKH,
antara lain Keluarga yang memiliki Ibu Hamil, Anak Usia Dini (0-6
tahun) dan Penyandang Disabilitas Berat.

b.Program Bantuan Sosial menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah


pusat dan daerah

22
Gambar 1. Mekanisme Calon KPM PKH (Sumber: Kementerian Sosial)

23
5. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Baduta
a. Pemantauan pertumbuhan adalah proses mengamati
pertumbuhan anak melalui pengukuran antropometri berkala
yang dibandingkan dengan standar untuk mengukur kecukupan
pertumbuhan dan mengidentifikasikan gangguan pertumbuhan
secara dini. Pemantauan pertumbuhan baduta dilakukan setiap
satu bulan sekali di Fasilitas Kesehatan, Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) antara lain Posyandu,
Poskesdes, ataupun tempat lainnya. Deteksi dini melalui UKBM
misalnya posyandu dimulai dari pemantauan pertumbuhan
dengan menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
dan indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U). Tujuan utama
dari pemantauan pertumbuhan baduta adalah untuk
menemukan baduta dengan hambatan pertumbuhan sedini
mungkin sehingga dapat dilakukan tata laksana dengan cepat
dan tepat.

Deteksi dini pemantauan pertumbuhan dengan menggunakan data


dalam Buku KIA atau KMS atau sejenisnya dilakukan pada kondisi
antara lain:
1) Baduta dengan perlambatan pertambahan berat badan (weight
faltering) atau baduta dengan grafik KMS Berat Badan Tidak
Naik (T) yang terdiri dari:
a) Berat badan naik tidak adekuat:
• Hasil penimbangan BB meningkat dari sebelumnya namun
kenaikannya tidak cukup sesuai usia dan jenis kelaminnya
• Arah garis pertumbuhan tidak mengikuti garis
pertumbuhan normal (sedikit menjauh) pada grafik KMS

24
Berat Badan Tidak Naik Adekuat

25
b) Berat badan tetap:
• Hasil penimbangan BB sama dengan hasil penimbangan BB bulan
sebelumnya
• Arah garis pertumbuhan mendatar pada grafik KMS

Berat Badan Tetap

26
c) Berat badan turun
• Hasil penimbangan BB menurun dibandingkan dengan hasil
penimbangan BB bulan sebelumnya
• Arah garis pertumbuhan menjauh dari garis pertumbuhan normal
pada grafik KMS

Berat Badan Turun

27
Apabila ditemukan baduta dengan perlambatan pertambahan berat
badan (weight faltering) atau grafik KMS Berat Badan Tidak Naik (T),
TPK atau Kader Posyandu melakukan sebagai berikut:
a. Tanyakan dan catat keadaan Kesehatan anak apabila ada keluhan
(batuk, diare, panas, rewel, dll) serta kebiasaan makan anak
b. Berikan penjelasan tentang kemungkinan anak mengalami
perlambatan pertambahan berat badan (weight faltering)
c. Rujuk ke tenaga Kesehatan Puskesmas/Pustu/Poskesdes dan
berikan penjelasan tujuan rujukan untuk melakukan konfirmasi
risiko gangguan pertumbuhan agar dapat ditindaklanjuti secara
cepat dan tepat.

28
2) Baduta berat badan kurang (underweight/Bawah Garis Merah (BGM))
Jika ditemukan baduta BB kurang (BGM) atau status gizi yang
berdasarkan indikator BB/U <-2SD, maka TPK maupun Kader
Posyandu harus melakukan fasilitasi rujukan ke FKTP atau
Puskesmas untuk konfirmasi status gizi dan penyakit penyerta.

Grafik Berat Badan Kurang/Underweight/Bawah Garis Merah

29
3) Baduta berat badan normal
Jika ditemukan baduta BB normal atau status gizi berdasarkan
indikator BB/U yaitu -2SD ≤ BB/U ≤ + 1 SD, maka perlu dilihat kenaikan
berat badannya. Jika naik adekuat (N), periksa PB atau TB menurut
usianya. Jika hasilnya normal, baduta dapat kembali ke Posyandu
pada bulan berikutnya.

Grafik Berat Badan Normal

30
4) Baduta risiko berat badan lebih (diatas garis oranye)
Jika ditemukan baduta risiko BB lebih atau status gizi berdasarkan
indikator BB/U yaitu >+1 SD atau diatas garis oranye, maka TPK
maupun Kader Posyandu harus melakukan fasilitasi rujukan ke FKTP
atau Puskesmas untuk konfirmasi status gizi dan penyakit penyerta.

Grafik Risiko Berat Badan Lebih

31
5) Baduta stunting
Jika ditemukan baduta stunting dengan tanda PB/U atau TB/U <-2SD, maka TPK maupun Kader Posyandu
harus melakukan fasilitasi rujukan ke Puskemas untuk konfirmasi status gizi serta tatalaksana masalah gizi
dan penyakit penyerta.

Grafik Baduta Stunting


32
Grafik Baduta Stunting

33
Langkah-langkah Pendampingan TPK dalam Pemantauan
Pertumbuhan Baduta

34
b. Pemantauan perkembangan adalah proses mengamati
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa
serta sosialisasi dan kemandirian yang bertujuan untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Pemantauan perkembangan baduta dapat dilakukan oleh Kader
di Posyandu/Bina Keluarga Balita (BKB) atau tempat lainnya
dengan menggunakan ceklis perkembangan anak pada buku KIA
ataupun Kartu Kembang Anak (KKA). Kader atau TPK melakukan
deteksi dini tanda bahaya/red flags perkembangan baduta
apabila baduta mengalami ketidakmampuan mencapai tahap
perkembangan sesuai usia atau baduta mengalami kemunduran
perkembangan (misalnya kehilangan kemampuan bicara pada
anak yang sebelumnya sudah dapat berbicara). Apabila
ditemukan kondisi ini, hal yang dapat dilakukan TPK antara lain:

1) Edukasi kepada orang tua/pengasuh agar memberikan


stimulasi sesuai usia dalam suasana menyenangkan agar
pertumbuhan dan perkembangan optimal. Stimulasi
perkembangan dapat merujuk kepada buku KIA atau Kartu
Kembang Anak (KKA)
2) KIE kepada Ibu/Ayah/Keluarga untuk mengikuti Kelompok
Bina Keluarga Balita (BKB)/Posyandu secara rutin
3) Berkoordinasi dengan Tenaga Kesehatan, TPPS
Desa/Kelurahan dan Pihak Lainnya dalam fasilitasi pelayanan
rujukan ke Puskesmas/Fasilitas Kesehatan untuk diketahui
penyebab dan dilakukan penanganan secara komprehensif

35
6. Pencatatan dan Pelaporan
Pelaksanaan pendampingan keluarga yang memiliki baduta 0-23
bulan dilakukan oleh TPK mulai dari kunjungan bayi baru lahir (0
bulan) yang diikuti kunjungan bulanan hingga baduta berusia 23
bulan. Dalam melakukan pendampingan baduta 0-23 bulan, TPPS
desa/kelurahan memberikan data sasaran baduta 0-23 bulan yang
bersumber dari (1) Data Sistem Informasi Keluarga (data
Pendataan Keluarga, data pengendalian lapangan, dan data
pelayanan kontrasepsi); (2) Data Posyandu; dan (3) Data RT/RW
setempat.

Setelah mendapatkan data sasaran baduta 0-23 bulan di wilayah


kerjanya, TPK melakukan pendampingan kepada keluarga dengan
baduta dengan menginput data bersumber dari buku Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) atau buku sejenisnya serta Kartu Kembang Anak
(KKA) kedalam dalam aplikasi pendampingan keluarga (tabel 1).

36
Tabel 1. Variabel Data Pendampingan Keluarga dengan Baduta
pada Aplikasi Pendampingan Keluarga
(ARAHAN KEPALA BKKBN TANGGAL 13 MARET 2023
TENTANG VARIABEL ELSIMIL BADUTA 0-23 BULAN)
No. Biodata Ibu Data Bayi Baru Data Baduta Data Dukung Lainnya
Lahir Diisi untuk Diisi untuk semua sasaran
Diisi untuk Sasaran Usia > 28 Baduta 0-23 bulan setiap
Sasaran Usia hari – 23 Bulan kunjungan
0-28 hari Kunjungan setiap
Hanya satu kali bulan
kunjungan

1. NIK NIK anak NIK anak (optional) Kehadiran pada


(optional) Posyandu/BKB bulan ini
(ya/tidak)
2. Nama Nama Bayi Nama Baduta Pemberian penyuluhan/KIE
oleh Tim Pendamping
Keluarga bulan ini (ya/tidak)
3. Tanggal lahir Tanggal Lahir Tanggal Lahir Pemberian fasilitasi
Ibu (DD-MM- Bayi (DD-MM- Baduta (DD-MM- pelayanan rujukan oleh Tim
YYYY)* YYYY) YYYY) Pendamping Keluarga (jika
diperlukan) (ya/tidak)
4. Usia (otomatis Usia (otomatis Usia (otomatis by Pemberian fasilitasi bantuan
by system) by system) system) sosial oleh Tim Pendamping
Keluarga (jika memenuhi
syarat) (ya/tidak)
5. Nomor Jenis kelamin Jenis kelamin Catatan TPK (optional)
Handphone/W (L/P) (L/P)
hatsapp
(optional)
6. Alamat* Urutan anak ke Urutan anak ke-
7. Penggunaan Umur kehamilan Tanggal
kontrasepsi saat lahir (cukup pengukuran (DD-
saat ini* atau lebih bulan MM-YYYY)
(Ya/tidak) / kurang bulan)
8. Tanggal lahir Panjang badan Berat badan
anak lahir (cm) baduta (kg)
sebelumnya
(DD-MM-
YYYY)*
9. Akses air Berat badan Panjang/tinggi
minum yang lahir (kg) badan baduta (cm)
layak*
(Ya/tidak)
10. BAB di tempat Pemberian ASI Apakah baduta
yang layak* Eksklusif saat ini masih
(Ya/tidak) (ya/tidak) diberikan ASI
(Ya/Tidak)
Pengisian Kartu
Kembang Anak
(KKA) (Ya/Tidak)

37
Setelah dilakukan penginputan data pada aplikasi pendampingan
keluarga, TPK memperoleh resume hasil skrining kondisi baduta
secara otomatis dari aplikasi. Hasil skrining pendampingan baduta
dari aplikasi antara lain:

Variabel Berisiko Tidak Berisiko


Usia Ibu < 20 tahun atau > 35 20-35 tahun
tahun
Penggunaan Tidak Ya
kontrasepsi
Akses Air minum yang Tidak Ya
layak
Akses Buang air besar Tidak Ya
yang layak
Jumlah kelahiran > 2 anak < 2 anak
anak
Jarak kelahiran anak < 2 tahun > 2 tahun
Umur kehamilan saat Kurang bulan Cukup bulan
lahir
Berat badan lahir < 2,5 kg (BBLR) ≥ 2,5 kg
Panjang badan lahir < 45 cm (PBLR) ≥ 45 cm
Pemberian ASI Tidak Ya
Eksklusif
Berat badan baduta Berat badan kurang BB normal
(BB terhadap Usia) dan sangat kurang;
risiko berat badan
lebih
Panjang badan/Tinggi Pendek, Sangat PB/TB normal
Badan baduta (PB/TB Pendek
terhadap Usia)
Pemberian ASI untuk Tidak Masih diberikan
anak usia > 6 bulan
Pengisian Kartu Tidak Ya
Kembang Anak (KKA)
Kehadiran pada Tidak Ya
Posyandu/BKB bulan
ini

38
TPK melakukan pendampingan, pemantauan, dan pencatatan serta
pelaporan pelaksanaan pendampingan pertumbuhan dan
perkembangan baduta setiap bulan melalui aplikasi Elsimil/aplikasi
pendampingan keluarga. Selanjutnya, TPK melaporkan pelaksanaan
pendampingan ke TPPS Desa/Kelurahan dan TPK menerima umpan
balik dari TPPS Desa/Kelurahan atas laporan pendampingan baduta.
Dalam kondisi permasalahan jaringan internet, TPK dapat mencatat
hasil pendampingan pada formulir manual (terlampir) untuk
selanjutnya dapat diinput pada Aplikasi (jika sudah tersedia akses
internet).

39
C. ALGORITME DETEKSI DINI DAN RUJUKAN MASALAH
KESEHATAN PADA BADUTA
1. Baduta dengan Masalah Pemberian ASI Eksklusif

Sumber : MTBS, 2022 dimodifikasi

40
2. Baduta dengan Tuberkulosis (TBC)

Sumber : Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB anak, Kemenkes RI 2016

41
3. Baduta dengan Diare Kronis

42
4. Baduta dengan Imunisasi Tidak Lengkap

Sumber : Permenkes No.12/2017 dan Juknis BIAN 2022


Kementerian Kesehatan, modifikasi

43
5. Baduta dengan Gangguan Perkembangan

44
Contoh KKA dengan Perkembangan yang tidak sesuai Umur

Video tutorial Pengisian KKA: https://bit.ly/VideoTutorialKKA

45
6. Baduta Dengan Riwayat Kelahiran Bayi Kecil

Sumber: Buku KIA untuk Bayi Kecil, Kemenkes RI, 2021, modifikasi

46
7. Baduta dengan Gagal Tumbuh

47
8. Baduta dengan Masalah Pemberian MP ASI

48
D. SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan tugas TPK, dipersiapkan
sarana prasarana kerja untuk mendukung kelancaran tugas. Sarana
prasarana yang dimaksud dapat menggunakan yang telah tersedia di
layanan-layanan masyarakat atau fasilitas kesehatan. Penyediaan
sarana prasarana TPK dapat dilakukan secara kolaboratif dari TPPS
di seluruh tingkatan wilayah.

Sarana: Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Kartu Kembang Anak
(KKA), Modul Kelas Ibu Balita, Modul BKB Emas (Eliminasi Masalah
Anak Stunting), antropometri set.

Materi KIE dalam Pendampingan Keluarga dengan Baduta:


1. Penerapan delapan fungsi keluarga dalam masa 1000 HPK
2. Kesehatan Fisik dan Mental Ibu dan Anak pada masa 1000 HPK
3. Pembiasaan PHBS bagi keluarga dan Baduta
4. Stimulasi Perkembangan Anak pada masa 1000 HPK
5. Meningkat Peran Ayah dan Anggota Keluarga Lainnya
6. Pengasuhan yang tanggap (konsisten dan tepat) terhadap
kebutuhan anak

E. PEMBIAYAAN
Pendampingan Keluarga oleh TPK dapat menggunakan pendanaan
pada APBN (BOKB), APBD, APBDes dan sumber pembiayaan
lainnya.

49
Kepada seluruh keluarga
Indonesia, tetap semangat
untuk terus memberikan
stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak
Yuliana Tenga Boma
Kab. Sumba Timur,
Desa Watumbaka, Nusa Tenggara Timur

50
Jangan lupa untuk hadir ke BKB setiap
bulan untuk memantau
perkembangan anak menggunakan
Kartu Kembang Anak (KKA). Ingat
KKA, Ingat BKB!
Kristina B. Dadjo
TPK Desa Palakahembi, Kab. Sumba Timur,
Nusa Tenggara Timur

51
Merupakan hal yang penting dalam suatu proses kegiatan pendampingan
keluarga, untuk memperoleh informasi yang berkesinambungan agar
pelaksanaan pendampingan keluarga sesuai dengan hasil yang
diharapkan serta untuk mengevaluasi sejauh mana pencapaian
pelaksanaan pendampingan keluarga.
A. PERSIAPAN
1. menentukan metode pelaksanaan monitoring dan evaluasi melalui
kunjungan lapangan, diskusi kelompok terarah atau metode lainnya
yang sesuai.
2. menentukan sasaran, yaitu lokasi atau desa yang akan dilakukan
monitoring dan evaluasi
3. menentukan tim pelaksana yang dapat terdiri dari tingkat pusat,
provinsi, dan atau kabupaten/kota
4. menyusun jadwal kunjungan lapangan
5. menyiapkan instrumen monitoring dan evaluasi

B. PELAKSANAAN
1. pelaksanaan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan
observasi langsung dan wawancara terhadap tim pendamping
keluarga
2. pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan secara terpadu dan
berjenjang sebagai berikut :
a. Tingkat pusat ke provinsi sampai desa/kelurahan. Monitoring
dan evaluasi dilakukan oleh BKKBN, Kemenkes RI, Kemendagri
RI, Organisasi Profesi serta mitra terkait.
b. Tingkat provinsi ke kabupaten/kota sampai desa/kelurahan.
Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh TPPS tingkat provinsi.
c. Tingkat kabupaten/kota sampai desa/kelurahan. Monitoring dan
evaluasi dilakukan oleh TPPS kabupaten/kota.
52
C. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan minimal
dua kali dalam setahun atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.

D. INDIKATOR MONITORING DAN EVALUASI


Indikator yang dipantau dalam pelaksanaan monitoring dan
evaluasi mencakup :

INDIKATOR MONITORING DAN EVALUASI


INPUT PROSES OUTPUT

Regulasi Perencanaan:
Ketersediaan regulasi terkait 1. Tersedianya jadwal dan tema 1. Persentase baduta
operasionalisasi TPK (Peraturan penyuluhan kelompok stunting
Bupati/Walikota, Peraturan Desa; SK 2. Terselenggaranya pertemuan 2. Persentasi baduta 0-
Pembentukan TPK TPPS desa/kelurahan yang 23 dengan berat
membahas rencana kerja dan badan dan panjang
Sarana dan Infrastruktur anggaran badan sesuai
1. Ketersediaan Materi KIE Penyuluhan 3. Peta kerja keluarga dengan baduta standard
Kelompok/Interpersonal, yang berisiko masalah kesehatan
2. Ketersediaan Buku KIA dan KKA dan kelayakan penerimaan
3. Ketersediaan formulir pencatatan dan bantuan sosial
pelaporan manual
4. Tersedianya Berkas administrasi Pelaksanaan:
rujukan dan bantuan sosial baduta 1. Terlaksananya KIE Kelompok
5. Tersedianya Akses layanan Internet sesuai dengan tema penyuluhan
6. Kepemilikan Gadget/Gawai 2. Terlaksananya KIE dan KAP sesuai
7. Buku Panduan/Juknis/Buku Saku risiko
3. Terlaksanya Rujukan baduta yang
Data perlu dirujuk
Ketersediaan dan berbagi pakai data 4. Terfasilitasi baduta yang
pendampingan baduta pada aplikasi membutuhkan bantuan sosial
pendampingan keluarga, Pendataan
Keluarga dan e-PPGBM Monitoring dan Evaluasi:
1. Persentase keluarga dengan baduta
SDM yang yang hadir Posyandu/BKB
1. Rasio TPK dengan kelompok sasaran terhadap keluarga dengan baduta
2. Ketersediaan Tenaga kesehatan di 2. Persentase keluarga baduta yang
fasilitas kesehatan mendapatkan rujukan terhadap
3. Peningkatan kapasitas TPK keluarga baduta yang harus dirujuk
berkelanjutan 3. Persentase keluarga baduta yang
menerima bantuan sosial terhadap
Pendanaan keluarga baduta yang layak
APBN, APBD, APBDes atau sumber lainnya mendapatkan bantuan sosial

53
Semangat selalu dan tetap
tersenyum ..Ayo kita ke
Posyandu dan BKB agar anak
sehat dan cerdas...salam
sehat!
Eka Puspita Rini
TPK Kab. Indragiri Hulu,
Desa Rawabangun, Riau

54
Pendampingan Keluarga Berisiko Stunting merupakan
merupakan salah kegiatan prioritas pada rencana aksi nasional
percepatan penurunan stunting yang bertujuan untuk
meningkatkan akses informasi dan pelayanan melalui
penyuluhan, fasilitasi pelayanan rujukan dan fasilitasi
penerimaan program bantuan sosial. Pendampingan Keluarga
dilakukan oleh Tim Pendamping Keluarga. Pendampingan
keluarga dengan anak usia 0-23 bulan (baduta) adalah
serangkaian kegiatan yang meliputi KIE/penyuluhan, fasilitasi
pelayanan rujukan kesehatan dan fasilitasi penerimaan bantuan
sosial kepada keluarga yang memiliki anak usia 0-23 bulan yang
dilakukan untuk meningkatkan akses informasi dan pelayanan
sebagai upaya deteksi dini faktor risiko stunting, pencegahan
dan penanggulangan stunting. Pelaksanaan pendampingan
keluarga yang memiliki baduta 0-23 bulan dilakukan oleh TPK
mulai dari kunjungan bayi baru lahir (0 bulan) yang diikuti
kunjungan bulanan hingga anak berusia 23 bulan (baduta).
Dengan Buku Panduan Pendampingan Keluarga dengan Anak
Usia 0 – 23 Bulan (Baduta) dalam Upaya Percepatan Penurunan
Stunting diharapkan dapat menjadi panduan bagi TPK dalam
melaksanakan pendampingan yang berkesinambungan agar
pelaksanaan pendampingan keluarga sesuai dengan hasil yang
diharapkan.

55
Mengoptimalkan buku KIA dan
konsultasi kesehatan serta
memberikan edukasi tentang gizi
yang seimbang termasuk
memberikan ASI yang berkualitas
dan mengajak rutin ke posyandu
yang terdekat

Anniss Eliza
TPK Desa Sobo,
Kab. Banyuwangi, Jawa Timur

56
57
LAMPIRAN 1

FORMULIR PENDAMPINGAN KELUARGA DENGAN ANAK


USIA BAWAH DUA TAHUN (BADUTA 0-23 BULAN)

PETUNJUK PENGISIAN
*Coret pilihan jawaban yang tidak sesuai
Isian Jawaban Menggunakan Huruf Kapital

Tanggal Kunjungan (dd-mm-yyyy) :……………………………………………………….

DATA PETUGAS PENDAMPING


1. Nama :……………………………………………………….
2. Nomor Register TPK :……………………………………………………….
3. Alamat Penugasan :……………………………………………………….
Desa/Kelurahan :……………………………………………………….
Kecamatan :……………………………………………………….
Kabupaten/Kota :……………………………………………………….
Provinsi :……………………………………………………….
4. Status* : Kader KB/Kader PKK/Bidan atau Nakes

DATA IBU
1. NIK :……………………………………………………….
2. Nama :……………………………………………………….
3. Alamat :……………………………………………………….
4. Nomor Handphone/Whatsapp :……………………………………………………….
5. Tanggal lahir (dd-mm-yyyy) :……………………………………………………….
6. Tanggal lahir anak sebelumnya:………………………………………………………
(dd-mm-yyyy)
7. Penggunaan kontrasepsi saat ini : Ya/Tidak
(Keterangan: Jenis alat/obat/cara KB (kontrasepsi) yang digunakan saat ini
antara lain: MOW/Steril wanita; MOP/Steril pria; IUD/Spiral/AKDR;
Implant/Susuk; Suntik; Pil; Kondom; Metode Amenore Laktasi; Alamiah)

58
8. Akses air minum layak : Ya/Tidak
(Keterangan: Keluarga memiliki akses air minum
yang layak apabila sumber air minum utama berasal
dari: Air kemasan/isi ulang, atau Ledeng/PAM, atau
Sumur bor/pompa, atau Sumur terlindungi, atau
Mata air terlindungi)

9. Buang air besar di tempat yang layak : Ya/Tidak


(Keterangan: Keluarga buang air besar di tempat
yang layak apabila fasilitas BAB meliputi: Milik
sendiri dengan leher angsa dan tangki septik/IPAL;
atau MCK komunal dengan leher angsa dan tangki
septik IPAL)

DATA BAYI BARU LAHIR (USIA 0-28 HARI)


1. NIK Anak :……………………………………………………….
2. Nama :……………………………………………………….
3. Tanggal Lahir (dd-mm-yyyy) :……………………………………………………….
4. Jenis Kelamin : L/P
5. Urutan Anak Ke- :……………………………………………………….
(isikan dengan angka, contoh 2)
6. Umur Kehamilan Saat Lahir : Cukup atau Lebih Bulan/Kurang Bulan
7. Berat Badan Lahir (Kg) :……………………………………………………….
(Contoh 3.0 Kg)
8. Panjang Badan Lahir (Cm) :……………………………………………………….
(Contoh 48.5 cm)
9. Pemberian ASI Eksklusif : Ya/Tidak

(Keterangan: ASI Eksklusif adalah Air Susu Ibu yang


diberikan kepada bayi sejak dilahirkan sampai dengan
usia 6 (enam) bulan tanpa menambahkan dan/atau
mengganti dengan makanan atau minuman lain,
kecuali vitamin, obat-obatan, mineral atau oralit

DATA BADUTA (USIA >28 HARI s.d 23 BULAN)


1. NIK Anak :……………………………………………………….
2. Nama :……………………………………………………….
3. Tanggal Lahir (dd-mm-yyyy) :……………………………………………………….
4. Jenis Kelamin : L/P
5. Urutan Anak Ke- :……………………………………………………….
(isikan dengan angka, contoh 2)
6. Tanggal Pengukuran :……………………………………………………….
(dd-mm-yyyy)
7. Berat Badan (Kg) :……………………………………………………….
(Contoh 6.5 Kg)
8. Panjang Badan (Cm) :……………………………………………………….
(Contoh 60.5 Cm)

59
9. Pemberian ASI
A. Untuk baduta usia kurang dari 6 bulan
"Apakah baduta hanya : Ya/Tidak
diberikan ASI saja kecuali vitamin
dan oralit?”

B. Untuk baduta usia 6-23 bulan


"Apakah baduta masih : Ya/Tidak
diberikan ASI?"

DATA DUKUNG LAINNYA

1. Kehadiran pada Posyandu/BKB bulan ini : Ya/Tidak


2. Pemberian Penyuluhan/KIE oleh TPK bulan ini : Ya/Tidak
• Apabila Ya, Jenis Penyuluhan/KIE : Perseorangan/Kelompok
yang diberikan

3. Pemberian Fasilitasi Pelayanan : Ya, Sedang Proses/Ya,


Rujukan oleh TPK Sudah Mendapatkan
Pelayanan Rujukan/Tidak
4. Pemberian Fasilitasi Bantuan Sosial oleh : Ya, Sedang Proses/Ya,
TPK Sudah Mendapatkan
Bantuan Sosial/Tidak,
Tidak Memenuhi Syarat
Rencana Tanggal Kunjungan :
Berikutnya (dd-mm-yyyy)

CATATAN TPK :

TPK KELUARGA SASARAN

( ) ( )

60
LAMPIRAN 2

REFERENSI BACAAN TIM PENDAMPING KELUARGA

http://bit.ly/BacaanTPK

61
Agar ASI Lancar
untuk penuhi
kebutuhan gizi bayi,
Ibu harus makan
makanan bergizi!

Ahad Dai Mbana


TPK Desa Kambatatana, Kab. Sumba Timur,
Nusa Tenggara Timur

62

Anda mungkin juga menyukai