Pengarah :
Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K)
(Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)
Penasihat :
Nopian Andusti, SE, MT
(Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga)
Penanggung Jawab :
dr. Irma Ardiana, MAPS
(Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak)
Penulis:
BKKBN: dr. Putri Maulidiana Sari, MA; Asmy Elviana, S.Psi, M.Si;
Fenindya Viratu Paksi, S.Stat (Direktorat Bina Keluarga Balita dan
Anak), Satgas Percepatan Penurunan Stunting BKKBN Pusat: Dr. dr.
Lucy Widasari, M.Si (PO Bidang Program dan Kegiatan Sekretariat
Stunting); Rahmah Dwiyantari, S.Tr.Gz; Meuthia Alifia Kadi, S.I.A (PA
Bidang Program dan Kegiatan Sekretariat Stunting)
Kontributor:
Kementerian Kesehatan: dr. Rivani Noor, MKM; dr. Farsely Mranani,
MKM; Siti Masrurah (Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak),
Kementerian Sosial: Diandini Rachmawati Irawan S.Sos, MDev.S
(Direktorat Jaminan Sosial), Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi: Tri Mei Indriyani; Iis Darma
Kusuma Wardani, SE, M.Ak (Direktorat Pengembangan Sosial Budaya
dan Lingkungan Desa), BKKBN: Drs. Agus Sulfi, MM; Retno Dewi
Puspita Sari, S.Sos, M.Sc; Desmiwarti, SH; Sinta Nalom Saragih, S
Sos, M.Si; Muslicha, S.Sos., M.Si; Titik Yudaningsih, SE, MAB; Adhi
Anugrah Dewanto, SH. MPH; Bonie Susandy, SE; Sri Utami Ningsih,
S.Sos; Indira Farhana Pramesti, S.Si; Ismet Abdul Azis, A.Md.Ak;
Jumaran; Jumari; Ahmad Rusmana (Direktorat Bina Keluarga Balita
dan Anak); dr. Mila Yusnita; Farida Ekasari, S.IP, M.KM; Dessy
Christian, S.I.A (Direktorat Bina Penggerakan Lini Lapangan); Cikik
Sikmiyati, S.IP, MM (Direktorat Bina Ketahanan Remaja), Muktiani
Asrie Suryaningrum, S.SoS., MPH, Fimela Apriany, SH, MAPS
(Direktorat Komunikasi, Informasi dan Edukasi); Indira Rachmawati,
ST (Direktorat Teknologi, Informasi dan Data); Achmad Sopian, S,Pd,
M.Pd (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga
Berencana), Shobar Yuni Rachmawati, SKM, MA (Penyuluh KB);
Septriyanti, Am.Keb, SKM (Penyuluh KB); Annisa Rizki Fitriani, S.KM
(Penyuluh KB), Dra. Teti Supartianingsih (Penyuluh KB) Pengurus
Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI): Endang Sundari, SST, MKM;
Kusuma Dini, SKM, MKM, PP Aisyiyah: Dr. Hirfa Turrahmi, SPd, SST,
M.KM, Pengurus Pusat Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini
(HIMPAUDI): Dra. Yufi Fisalma, M.Pd, Yayasan Plan International
Indonesia: Herbet Barimbang; Silvia Devina, Tanoto Foundation:
Sutamara Lasurdi Noor, Tentang Anak: Salma Talitha, Tim
Pendamping Keluarga: Eni Kurniati (BIdan TPK);Endang Sulastri
(Kader KB TPK); dan Jamilah (Kader PKK)
Diterbitkan oleh:
Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
Email: ditbalnak@bkkbn.go.id
PESAN-PESAN
ROBBEN RICO
DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN
DAN JAMINAN SOSIAL,
KEMENTERIAN SOSIAL RI
i
PESAN-PESAN
“Kami sangat menyambut
baik diterbitkannya buku ini
sehingga dapat menjadi pegangan
bagi TPK untuk mendampingi
keluarga dalam upaya
pencegahan stunting. TPK
diharapkan dapat mendampingi
keluarga dalam perawatan baduta
sesuai buku Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA), memastikan bayi
mendapat Air Susu Ibu (ASI)
eksklusif selama 6 bulan,
pendampingan dalam
pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan, pemberian
Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) mulai usia 6 bulan dengan
kecukupan gizi sesuai usia, dan
melanjutkan pemberian ASI
hingga usia 2 tahun, serta
pemberian imunisasi.”
LOVELY DAISY
DIREKTUR GIZI DAN
KESEHATAN IBU DAN ANAK,
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
ii
PESAN-PESAN
“Ragam kegiatan percepatan penurunan
stunting dari berbagai sektor disasarkan kepada
masyarakat desa baik dari sisi intervensi spesifik
maupun sensitif. Desa perlu hadir untuk dapat
memastikan seluruh warganya yang termasuk
kedalam kelompok sasaran (termasuk baduta (0-23
bulan)) mendapatkan layanan secara lengkap.
iii
PESAN-PESAN
“Stunting sebagai masalah multidimensi
membutuhkan penyelesaian melalui kolaborasi
pentahelix dengan melibatkan seluruh elemen
masyarakat untuk bersama-sama berjuang
dalam menurunkan angka prevalensi stunting”
Oleh karena itu, peran serta Masyarakat
melalui Posyandu, PKK, dan Lembaga
Kemasyarakatan dan Adat Desa lainnya menjadi
krusial dalam menyelesaikan stunting pada
tingkat Desa. Diharapkan dari terbitnya buku ini
menjadi langkah awal terbentuknya kolaborasi
yang sinergi dan terintegrasi dalam
memberdayakan dan mendayagunakan
Lembaga Kemasyarakatan dan Adat Desa
sebagai wadah partisipasi Masyarakat dalam
penyelesaian stunting dapat terwujud dan
tentunya menciptakan masyarakat dan Desa
yang maju, mandiri, sejahtera, sehat dan
bahagia.”
iv
Dalam rangka mencapai visi
Indonesia Emas 2045, kebijakan
pembangunan manusia diantaranya
diarahkan pada pembangunan
manusia pada pengendalian
penduduk, pemenuhan pelayanan
dasar dan perlindungan sosial, serta
peningkatan kualitas anak.
Terciptanya sumber daya manusia
yang berkualitas harus dimulai sejak
sedini mungkin. Periode 1000 Hari
Pertama Kehidupan adalah fase
kehidupan yang dimulai sejak
konsepsi hingga anak berusia dua
tahun. Periode ini merupakan masa
yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan
seorang anak sehingga terhindar dari
risiko stunting. Berdasarkan kerangka
konsep WHO, Stunting terjadi akibat
hasil interaksi berbagai faktor yaitu
asupan gizi yang kurang dan/atau
kebutuhan gizi yang meningkat.
Kurangnya asupan gizi dapat
disebabkan oleh faktor kemiskinan,
rendahnya pendidikan dan
pengetahuan orang tua mengenai ASI
Eksklusif dan pemberian MP ASI
dengan kecukupan protein hewani,
v
penelantaran, pengaruh budaya dan ketersediaan bahan makanan
setempat. Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan
kebutuhan gizi contohnya penyakit kronis yang memerlukan pangan
untuk keperluan medis khusus, antara lain penyakit jantung bawaan,
kelainan metabolise bawaan, infeksi kronik, alergi susu sapi, dan bayi
berat lahir rendah. Apabila kondisi ini tidak dilakukan penanganan yang
tepat khususnya pada usia 0-24 bulan maka dapat berakibat fatal yang
bersifat irreversible dan berdampak pada kualitas hidup jangka pendek
maupun jangka panjang seorang anak.
vi
Semoga buku panduan ini memberikan panduan yang berguna dalam
perjalanan kita semua untuk melindungi dan mendukung
perkembangan anak-anak Indonesia. Bersama-sama, kita dapat
mencapai tujuan percepatan penurunan stunting dan menciptakan
generasi yang sehat dan cerdas. Terima kasih atas perhatian dan
dedikasi Anda.
vii
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu
Wata’ala atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak
dapat menyelesaikan penyusunan “Panduan
Pendampingan Keluarga dengan Anak Usia 0-23 Bulan
(Baduta) dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting”.
Buku ini merupakan sumber berharga yang dirancang
untuk memberikan acuan praktis kepada Tim
Pendamping Keluarga (TPK)/kader dalam mendukung
pelaksanaan dan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan anak usia 0-23 bulan (Baduta). Buku
panduan ini merupakan bagian penting dari upaya
percepatan penurunan stunting, sebuah tantangan
serius yang sedang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.
viii
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan buku panduan ini. Semoga buku
panduan ini dapat memberikan manfaat dalam pendampingan
keluarga di seluruh Indonesia dan menjadi langkah nyata yang kuat
dalam upaya percepatan penurunan stunting.
ix
Daftar Singkatan/Istilah
ASI : Air Susu Ibu
BB/U : Berat Badan menurut Umur
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BOKB : Bantuan Operasional Keluarga Berencana
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HPK : Hari Pertama Kehidupan
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
IMP : Institut Masyarakat Pedesaan
Kemenkes : Kementrian Kesehatan
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KIE : Komunikasi, Informasi dan Edukasi
KKA : Kartu Kembang Anak
KMS : Kartu Menuju Sehat
KRS : Keluarga Berisiko Stunting
LILA : Lingkar Lengan Atas
LKD : Lembaga Kemasyarakatan Desa
MP ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu
PBLR : Panjang Badan Lahir Rendah
PB/U : Panjang Badan menurut Umur
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PKB : Penyuluh Keluarga Berencana
PKH : Program Keluarga Harapan
PKK : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
PLKB : Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana
PMBA : Pemberian Makan Bayi dan Anak
Poktan : Kelompok Kegiatan
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
PPKBD : Pembantu Pembina KB Desa
Prematur : Kurang Bulan
PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat
PUS : Pasangan Usia Subur
x
Daftar Singkatan/Istilah
Pustu : Puskesmas Pembantu
Sub PPKBD : Sub Pembantu Pembina KB Desa
TBC : Tuberculosis
TB/U : Tinggi Badan terhadap Umur
TPK : Tim Pendamping Keluarga
TP-PKK : Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga
TPPS : Tim Percepatan Penurunan Stunting
UKBM : Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
xi
DAFTAR ISI
PESAN-PESAN i
KATA SAMBUTAN v
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH x
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. DASAR HUKUM 3
C. TUJUAN 4
D. SASARAN 5
E. RUANG LINGKUP 5
F. BATASAN PENGERTIAN 6
xii
BAB IV MONITORING DAN EVALUASI 52
A. PERSIAPAN 52
B. PELAKSANAAN 52
C. WAKTU PELAKSANAAN 53
D. INDIKATOR MONITORING DAN EVALUASI 53
BAB V PENUTUP 55
LAMPIRAN 57
1. Formulir Manual Pencatatan dan Pelaporan
Pendampingan Keluarga dengan Baduta 58
2. Referensi Bacaan Tim Pendamping Keluarga 61
xiii
“Hidup sekali membawa arti. Tugas
pendampingan keluarga yang mulia untuk
mewujudkan penerus bangsa yang
berkualitas. Semoga mengalir pahala untuk
para kader TPK di seluruh Indonesia”
Titin Kartini
TPK Desa Mekarsari,
Kab. Banjar, Jawa Barat
xii
Menjadi Tim Pendamping Keluarga itu hal yang
sangat mulia dan menyenangkan, kita bisa
berbagi ilmu dan pengalaman selama
mendampingi keluarga dengan Baduta agar
terhindar dari STUNTING
xiii
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mewujudkan SDM yang sehat, cerdas dan produktif
serta pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, dilakukan
percepatan penurunan stunting. Stunting masih menjadi salah satu
permasalahan gizi pada anak yang belum teratasi di Indonesia. Data
menunjukkan selama periode 3 tahun terakhir, prevalensi stunting di
tingkat nasional mengalami penurunan sebesar 6,1% %, yaitu dari 27,7%
(Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI, 2019) menjadi 24,4% di tahun
2021 (SSGI, 2021) menjadi 21,6% tahun 2022 (SSGI, 2022). Meskipun
terjadi penurunan, namun stunting masih menjadi tantangan Pemerintah
karena target prevalensi stunting dalam RPJMN 2020- 2024 yaitu
sebesar 14% di tahun 2024. Sesuai Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan
Stunting, Pendampingan keluarga berisiko stunting merupakan salah
kegiatan prioritas dalam rencana aksi nasional dan merupakan
pembaruan strategi percepatan penurunan stunting. Target sasaran
pendampingan mulai dari calon pengantin, ibu hamil, ibu
pascapersalinan dan ibu menyusui serta anak usia 0-59 bulan.
Dalam pelaksanaan pendampingan diperlukan Tim Pendamping
Keluarga (TPK) yang merupakan kolaborasi dari Bidan, Kader TP-PKK
serta Kader KB di tingkat desa/kelurahan. Pendampingan TPK kepada
keluarga dengan anak usia 0-23 bulan (baduta) menjadi hal penting
karena masa baduta termasuk dalam periode emas 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak. Disamping itu, masa baduta merupakan
periode yang responsif terhadap intervensi pencegahan maupun
penanganan stunting. Pendampingan keluarga dengan anak usia 0-23
bulan adalah
1
serangkaian kegiatan yang meliputi KIE/penyuluhan, fasilitasi pelayanan
rujukan kesehatan dan fasilitasi penerimaan bantuan sosial serta
surveilans/pengamatan berkelanjutan yang bertujuan untuk
meningkatkan akses informasi dan pelayanan keluarga dengan anak usia
0-23 bulan sebagai upaya deteksi dini faktor risiko stunting dan
melakukan upaya meminimalisir atau mencegah pengaruh dari faktor
risiko stunting. Pelaksanaan pendampingan bagi anak usia 0-23 bulan
mulai dari kunjungan bayi baru lahir (0 bulan) yang diikuti kunjungan
bulanan (satu kali setiap bulan) hingga anak berusia 23 bulan, utamanya
anak usia 0-23 bulan dengan risiko stunting.
2
B. DASAR HUKUM
3
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 99
Tahun 2017 tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga
16. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi
Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia Tahun
2021-2024
17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1928/2022 tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Stunting
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Panduan Pendampingan Keluarga dengan Anak usia 0-23 bulan
(Baduta) dalam upaya Percepatan Penurunan Stunting menjadi
acuan bagi TPK untuk meningkatkan cakupan dan kualitas
pendampingan keluarga di tingkat Desa/Kelurahan.
2. Tujuan Khusus
Panduan Pendampingan Keluarga dengan Anak usia 0-23 bulan
(Baduta) dalam upaya Percepatan Penurunan Stunting ditujukan
secara khusus untuk:
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan TPK dalam
melaksanakan penyuluhan secara tematik baik interpersonal
maupun kelompok,
b. Meningkatkan kapasitas TPK dalam deteksi dini tanda bahaya
pada baduta dan fasilitasi pelayanan rujukan kesehatan,
c. Meningkatkan kapasitas TPK dalam fasilitasi penerimaan
bantuan sosial bagi keluarga yang memenuhi persyaratan, dan
d. Meningkatkan cakupan dan pemutakhiran pendataan
pendampingan keluarga dengan anak usia 0-23 bulan (baduta)
secara rutin.
4
D. SASARAN
Sasaran Panduan Pendampingan Keluarga dengan Anak usia 0-23 bulan
(Baduta) Dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting meliputi:
1. Tim Pendamping Keluarga,
2. Tim Percepatan Penurunan Stunting Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan,
3. Tim Penggerak PKK Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan
dan Desa/Kelurahan,
4. Pengelola Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan
jaringannya,
5. Pengelola Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),
6. Para Tenaga Penggerak Program di Lini Lapangan (PKB, PLKB,
PPKBD, Sub PPKBD, Kader Poktan, Kader Posyandu, Kader
Pembangunan Manusia, Pendamping PKH serta Kader sejenis
lainnya)
7. Bidan di desa, dan
8. Para Pemangku Kepentingan.
E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Panduan Pendampingan Keluarga dengan Anak usia 0-
23 bulan (Baduta) Dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting
terdiri dari:
1. Kebijakan dan strategi pendampingan keluarga dengan baduta
2. Pendampingan keluarga dengan baduta yang meliputi pengertian
TPK, mekanisme kerja TPK, Algoritme deteksi dini dan rujukan
masalah kesehatan pada baduta, sarana dan prasarana, serta
pembiayaan
3. Gambaran mekanisme monitoring dan evaluasi pendampingan
keluarga dengan baduta
5
F. BATASAN PENGERTIAN
1. Pendampingan keluarga dengan anak usia 0-23 bulan (baduta)
adalah serangkaian kegiatan yang meliputi KIE/penyuluhan,
fasilitasi pelayanan rujukan kesehatan dan fasilitasi penerimaan
bantuan sosial serta surveilans/pengamatan berkelanjutan yang
bertujuan untuk meningkatkan akses informasi dan pelayanan
keluarga dengan anak usia 0-23 bulan sebagai upaya deteksi dini
faktor risiko stunting dan melakukan upaya meminimalisir atau
mencegah pengaruh dari faktor risiko stunting.
6
4. Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
yang selanjutnya disebut Kader TP PKK adalah mitra kerja
pemerintah dan organisasi kemasyarakatan lainnya, yang
berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali
dan penggerak pada masing-masing jenjang pemerintahan
untuk terlaksananya program Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga.
7
8. Baduta adalah bawah dua tahun; istilah yang digunakan untuk
anak yang berusia 0-23 bulan
13. Baduta risiko berat badan lebih adalah baduta dengan status gizi
yang berdasarkan indikator BB/U >+1 SD
8
15. Fasilitasi pelayanan rujukan kesehatan adalah kegiatan yang
ditujukan untuk memastikan kelompok sasaran berisiko stunting
yang mengalami masalah kesehatan atau masalah gizi
mendapatkan rujukan pelayanan kesehatan ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
9
21. Komunikasi Antar Pribadi/Konseling adalah suatu proses
dimana seseorang membantu orang lain dalam membuat
keputusan atau mencari jalan untuk mengatasi masalah,
melalui pemahaman tentang fakta dan perasaan yang terlibat
didalamnya sehingga terjadi perubahan perilaku berdasarkan
keputusan pribadi.
10
Ayo melawan stunting dengan cinta yang
terencana untuk membentuk keluarga
bahagia, penuhi gizi seimbang, dan
lengkapi imunisasi anak.
Kerja Ikhlas, Anak Sehat, Orangtua Hebat,
TPK pun semangat!
Himya Sipitri, S.Pd
TPK Desa Muara Penimbung Ulu,
Kab. Ogan Ilir, Sumatera Selatan
10
Cegah stunting dengan makan
makanan bergizi selama hamil
dan menyusui serta penuhi gizi
seimbang untuk baduta!
Tabita Lulu
TPK Desa Palakahembi,
Kab. Sumba, Nusa Tenggara Timur
11
A. KEBIJAKAN
Kebijakan pelaksanaan pendampingan keluarga dengan baduta dalam
rangka percepatan penurunan stunting mencakup:
1. Komitmen antara pemerintah provinsi sampai dengan pemerintah
desa
2. Peningkatan cakupan dan kualitas pendampingan keluarga
sasaran
3. Konvergensi pemberian layanan kepada keluarga sasaran
4. Keterlibatan pemangku kepentingan dan pemberdayaan
masyarakat
B. STRATEGI
Strategi pelaksanaan pendampingan keluarga dengan baduta melalui:
1. Advokasi kepada pemerintah provinsi sampai dengan pemerintah
desa
2. Peningkatan akses jaringan internet dan kombinasi pencatatan
pelaporan dual method (secara manual dan berbasis aplikasi)
3. Penyediaan anggaran operasional TPK berbasis kinerja
4. Peningkatan kualitas TPK melalui pelatihan dan pendampingan
5. Penyediaan satu data keluarga sasaran dan interoperabilitas data
6. Memberikan reward dan insentif bagi LKD atau kelompok kegiatan
sejenis
12
Sebagai Tim Pendamping
Keluarga, kami selalu
mengedukasi keluarga agar
selalu rajin periksakan kondisi
kesehatan bayi ke Posyandu
Maria C. Radjah
Kab. Sumba Timur,
Desa Kadumbuli, Nusa Tenggara Timur
13
A. TIM PENDAMPING KELUARGA
14
Komposisi dan kriteria ideal TPK adalah sebagai berikut:
1. Bidan
a. Memiliki minimal ijazah pendidikan bidan (D3
atau D4)
b. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang
baik
c. Memiliki kemampuan menggunakan gawai
(HP/Laptop)
2. Kader PKK
a. Memiliki SK atau Surat Tugas sebagai
pengurus atau anggota PKK
b. Berdomisili di desa yang bersangkutan
c. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang
baik
d. Memiliki kemampuan menggunakan gawai
(gadget)
2. Kader KB
15
B. MEKANISME KERJA TIM PENDAMPING KELUARGA
1. Tugas Utama
Dalam pelaksanaan pendampingan keluarga dengan baduta, TPK
melakukan serangkaian kegiatan meliputi penyuluhan/KIE, fasilitasi
pelayanan rujukan kesehatan dan fasilitasi penerimaan program
bantuan sosial serta surveilans/pengamatan berkelanjutan untuk
mendeteksi dini faktor risiko stunting dan pemantauan tatalaksana
baduta berisiko stunting. Secara khusus, tugas TPK dalam
pendampingan baduta sebagai berikut:
a. Melakukan pendampingan bayi baru lahir, memfasilitasi bayi
mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan,
pendampingan pengasuhan baduta, pemantauan pertumbuhan
dan perkembangan baduta, memfasilitasi pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP ASI) mulai usia 6 bulan dengan kecukupan
gizi, melanjutkan pemberian ASI hingga usia 2 tahun, imunisasi
dasar dan imunisasi lanjutan serta suplementasi sesuai buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
b. Memfasilitasi pelayanan rujukan kesehatan dan melakukan
pemantauan tatalaksana baduta berisiko stunting, dan
c. Memfasilitasi keluarga mendapatkan bantuan sosial bagi yang
memenuhi persyaratan penerima bantuan
16
2. Penyuluhan/KIE
Dalam melakukan tugas penyuluhan/KIE, TPK melakukan langkah
kegiatan sebagai berikut:
a. Persiapan
1) Mengidentifikasi risiko keluarga dengan baduta menggunakan
data dari buku KIA, KKA, Elsimil ataupun aplikasi
pendampingan keluarga sebagai bahan penyuluhan/KIE;
2) Menentukan sasaran penyuluhan/KIE meliputi keluarga
sasaran atau lokasi yang akan dilakukan penyuluhan/KIE;
3) Menentukan metode pelaksanaan penyuluhan/KIE melalui
penyuluhan kelompok, konseling kesehatan, kunjungan rumah
atau metode lainnya yang sesuai;
4) Menentukan pelaksana dan pembagian tugas penyuluhan/KIE;
5) Menyiapkan tema, materi dan media penyuluhan/KIE serta
tempat/fasilitas pelaksanaan penyuluhan/KIE;
6) Menyampaikan rencana kerja dan anggaran kepada
PKB/Kepala Desa/Lurah;
7) Menentukan jadwal penyuluhan/KIE dan mengumumkan
jadwal tersebut kepada Masyarakat/Kelompok sasaran.
b. Pelaksanaan
Memberikan KIE pengasuhan sesuai usia baduta dengan merujuk
kepada KIA dan buku KKA melalui Posyandu/BKB/kegiatan
sejenis lainnya/kunjungan rumah. Materi Penyuluhan/KIE
meliputi sebagai berikut:
1) Bayi baru lahir 0-28 hari (neonatus): Perawatan bayi baru lahir;
Inisiasi Menyusu Dini, ASI eksklusif, Tanda bayi sehat dan tidak
sehat; Tanda bahaya pada bayi baru lahir; Imunisasi, PHBS,
Stimulasi perkembangan, Pola asuh, Membawa bayi ke
Posyandu/fasilitas kesehatan setiap bulan untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan (sesuai jadwal),
17
2) 29 hari – 6 bulan: ASI eksklusif, Imunisasi, PHBS, Stimulasi
perkembangan balita, Ceklis pemantauan perkembangan,
Pola asuh, Tanda baduta sehat, Tanda bahaya pada baduta,
Perawatan gigi, Membawa baduta ke Posyandu/fasilitas
kesehatan setiap bulan untuk memantau pertumbuhan,
perkembangan (sesuai jadwal),
3) 6 – 23 bulan: ASI s.d 2 tahun, Makanan Pendamping ASI (MP
ASI), PHBS, Imunisasi rutin (dasar dan lanjutan), Pemberian
Vitamin A mulai usia 6 bulan, Obat Cacing mulai usia 1 tahun,
Stimulasi perkembangan, Ceklis pemantauan perkembangan,
Pola asuh, Tanda baduta sehat, Tanda bahaya pada baduta,
Perawatan gigi, Membawa baduta ke BKB/Posyandu/fasilitas
kesehatan setiap bulan untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan (sesuai jadwal)
4) KIE pengasuhan sesuai risiko jika TPK mendapatkan hasil
skrining menunjukkan adanya risiko dalam aplikasi
pendampingan keluarga
c. Pasca-Penyuluhan
Setelah pelaksanaan penyuluhan, TPK melakukan evaluasi sebagai
berikut:
1) Evaluasi cakupan kehadiran peserta pada penyuluhan kelompok
yang tidak hadir dan berisiko
a) Keluarga yang berhalangan hadir dikomunikasikan kepada
PKB/PLKB/kepala desa/lurah untuk penjadwalan kunjungan
rumah atau memfasilitasi kehadiran keluarga ke posyandu
b) Mengomunikasikan kepada Kepala Desa/Lurah terhadap
keluarga dengan baduta yang berisiko:
• Masalah gizi dan masalah kesehatan
• Masalah sanitasi dan air bersih
18
3. Fasilitasi Pelayanan Rujukan Kesehatan
TPK memberikan fasilitasi pelayanan rujukan kesehatan kepada
Ibu dan baduta dengan kondisi antara lain bayi kurang
bulan/premature, bayi dengan berat badan lahir rendah (<2,5kg),
bayi dengan panjang badan lahir rendah (<45 cm), bayi yang
mengalami gangguan pemberian ASI (tidak mau minum atau
memuntahkan semuanya), baduta dengan perlambatan
pertambahan berat badan (weight faltering), baduta dengan berat
badan kurang (kurang dan sangat kurang), baduta dengan panjang
badan pendek (pendek dan sangat pendek), baduta dengan gizi
kurang dan gizi buruk, baduta dengan perkembangan yang tidak
sesuai dengan usia selama tiga bulan berturut-turut dan ceklis
perkembangan tidak lengkap, dan Suami/Istri belum menggunakan
kontrasepsi.
19
b. Pelaksanaan
1) Menyampaikan jadwal pelayanan rujukan kesehatan kepada
keluarga sesuai hasil koordinasi dengan PKB/Kepala
Desa/Tenaga Kesehatan
2) Memantau apakah keluarga dengan baduta sudah mendapatkan
pelayanan kesehatan
c. Pascarujukan kesehatan
TPK melakukan pemantuan melalui Posyandu/BKB/Kunjungan
rumah atau media komunikasi lainnya untuk memastikan:
1) Keluarga dengan baduta telah melakukan saran/anjuran dari
tenaga Kesehatan termasuk melakukan kontrol sesuai anjuran
tenaga kesehatan
2) Kondisi baduta atau keluarga yang dilakukan rujukan kesehatan
mengalami perbaikan. Jika tidak ada perbaikan kondisi
kesehatan, TPK berkoordinasi dengan PKB/Kepala
Desa/Tenaga Kesehatan
20
b. Kriteria lainnya keluarga penerima bantuan sosial dengan
kondisi:
1) fakir miskin dan orang tidak mampu
2) tidak memiliki jaminan kesehatan
3) kondisi rumah tidak layak huni
Fasilitasi penerimaan bantuan sosial dilakukan melalui langkah
kegiatan sebagai berikut:
a. Persiapan
1) TPK mendapatkan hasil identifikasi risiko keluarga dengan
baduta yang memenuhi persyaratan penerima bantuan sosial
dengan menggunakan data yang tersedia
2) TPK menyampaikan data dan berkoordinasi terkait keluarga
dengan baduta yang memerlukan fasilitasi penerimaan bantuan
sosial kepada PKB, Kepala Desa atau TPPS Desa/Kelurahan
b. Pelaksanaan
1) TPK berkoordinasi dengan TPPS Desa/Kelurahan terkait usulan
penerima bantuan sosial
2) TPPS desa/kelurahan bersama dinas atau pihak terkait
melakukan verifikasi dan validasi keluarga yang berhak
mendapatkan bantuan sosial
3) TPPS Desa/Kelurahan menyampaikan usulan keluarga yang
berhak mendapatkan bantuan sosial kepada dinas sosial
4) TPPS Desa/Kelurahan memberikan informasi data keluarga
penerima bantuan sosial dan menyalurkan bantuan sosial
kepada keluarga yang telah memenuhi persyaratan penerimaan
bantuan sosial yang bersumber dari dana desa/sumber lainnya.
21
2) Kondisi baduta atau keluarga yang mendapatkan program bantuan
sosial mengalami perbaikan. Jika tidak ada perbaikan, TPK
berkoordinasi dengan PKB, Kepala Desa atau TPPS Desa/Kelurahan
22
Gambar 1. Mekanisme Calon KPM PKH (Sumber: Kementerian Sosial)
23
5. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Baduta
a. Pemantauan pertumbuhan adalah proses mengamati
pertumbuhan anak melalui pengukuran antropometri berkala
yang dibandingkan dengan standar untuk mengukur kecukupan
pertumbuhan dan mengidentifikasikan gangguan pertumbuhan
secara dini. Pemantauan pertumbuhan baduta dilakukan setiap
satu bulan sekali di Fasilitas Kesehatan, Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) antara lain Posyandu,
Poskesdes, ataupun tempat lainnya. Deteksi dini melalui UKBM
misalnya posyandu dimulai dari pemantauan pertumbuhan
dengan menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
dan indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U). Tujuan utama
dari pemantauan pertumbuhan baduta adalah untuk
menemukan baduta dengan hambatan pertumbuhan sedini
mungkin sehingga dapat dilakukan tata laksana dengan cepat
dan tepat.
24
Berat Badan Tidak Naik Adekuat
25
b) Berat badan tetap:
• Hasil penimbangan BB sama dengan hasil penimbangan BB bulan
sebelumnya
• Arah garis pertumbuhan mendatar pada grafik KMS
26
c) Berat badan turun
• Hasil penimbangan BB menurun dibandingkan dengan hasil
penimbangan BB bulan sebelumnya
• Arah garis pertumbuhan menjauh dari garis pertumbuhan normal
pada grafik KMS
27
Apabila ditemukan baduta dengan perlambatan pertambahan berat
badan (weight faltering) atau grafik KMS Berat Badan Tidak Naik (T),
TPK atau Kader Posyandu melakukan sebagai berikut:
a. Tanyakan dan catat keadaan Kesehatan anak apabila ada keluhan
(batuk, diare, panas, rewel, dll) serta kebiasaan makan anak
b. Berikan penjelasan tentang kemungkinan anak mengalami
perlambatan pertambahan berat badan (weight faltering)
c. Rujuk ke tenaga Kesehatan Puskesmas/Pustu/Poskesdes dan
berikan penjelasan tujuan rujukan untuk melakukan konfirmasi
risiko gangguan pertumbuhan agar dapat ditindaklanjuti secara
cepat dan tepat.
28
2) Baduta berat badan kurang (underweight/Bawah Garis Merah (BGM))
Jika ditemukan baduta BB kurang (BGM) atau status gizi yang
berdasarkan indikator BB/U <-2SD, maka TPK maupun Kader
Posyandu harus melakukan fasilitasi rujukan ke FKTP atau
Puskesmas untuk konfirmasi status gizi dan penyakit penyerta.
29
3) Baduta berat badan normal
Jika ditemukan baduta BB normal atau status gizi berdasarkan
indikator BB/U yaitu -2SD ≤ BB/U ≤ + 1 SD, maka perlu dilihat kenaikan
berat badannya. Jika naik adekuat (N), periksa PB atau TB menurut
usianya. Jika hasilnya normal, baduta dapat kembali ke Posyandu
pada bulan berikutnya.
30
4) Baduta risiko berat badan lebih (diatas garis oranye)
Jika ditemukan baduta risiko BB lebih atau status gizi berdasarkan
indikator BB/U yaitu >+1 SD atau diatas garis oranye, maka TPK
maupun Kader Posyandu harus melakukan fasilitasi rujukan ke FKTP
atau Puskesmas untuk konfirmasi status gizi dan penyakit penyerta.
31
5) Baduta stunting
Jika ditemukan baduta stunting dengan tanda PB/U atau TB/U <-2SD, maka TPK maupun Kader Posyandu
harus melakukan fasilitasi rujukan ke Puskemas untuk konfirmasi status gizi serta tatalaksana masalah gizi
dan penyakit penyerta.
33
Langkah-langkah Pendampingan TPK dalam Pemantauan
Pertumbuhan Baduta
34
b. Pemantauan perkembangan adalah proses mengamati
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa
serta sosialisasi dan kemandirian yang bertujuan untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Pemantauan perkembangan baduta dapat dilakukan oleh Kader
di Posyandu/Bina Keluarga Balita (BKB) atau tempat lainnya
dengan menggunakan ceklis perkembangan anak pada buku KIA
ataupun Kartu Kembang Anak (KKA). Kader atau TPK melakukan
deteksi dini tanda bahaya/red flags perkembangan baduta
apabila baduta mengalami ketidakmampuan mencapai tahap
perkembangan sesuai usia atau baduta mengalami kemunduran
perkembangan (misalnya kehilangan kemampuan bicara pada
anak yang sebelumnya sudah dapat berbicara). Apabila
ditemukan kondisi ini, hal yang dapat dilakukan TPK antara lain:
35
6. Pencatatan dan Pelaporan
Pelaksanaan pendampingan keluarga yang memiliki baduta 0-23
bulan dilakukan oleh TPK mulai dari kunjungan bayi baru lahir (0
bulan) yang diikuti kunjungan bulanan hingga baduta berusia 23
bulan. Dalam melakukan pendampingan baduta 0-23 bulan, TPPS
desa/kelurahan memberikan data sasaran baduta 0-23 bulan yang
bersumber dari (1) Data Sistem Informasi Keluarga (data
Pendataan Keluarga, data pengendalian lapangan, dan data
pelayanan kontrasepsi); (2) Data Posyandu; dan (3) Data RT/RW
setempat.
36
Tabel 1. Variabel Data Pendampingan Keluarga dengan Baduta
pada Aplikasi Pendampingan Keluarga
(ARAHAN KEPALA BKKBN TANGGAL 13 MARET 2023
TENTANG VARIABEL ELSIMIL BADUTA 0-23 BULAN)
No. Biodata Ibu Data Bayi Baru Data Baduta Data Dukung Lainnya
Lahir Diisi untuk Diisi untuk semua sasaran
Diisi untuk Sasaran Usia > 28 Baduta 0-23 bulan setiap
Sasaran Usia hari – 23 Bulan kunjungan
0-28 hari Kunjungan setiap
Hanya satu kali bulan
kunjungan
37
Setelah dilakukan penginputan data pada aplikasi pendampingan
keluarga, TPK memperoleh resume hasil skrining kondisi baduta
secara otomatis dari aplikasi. Hasil skrining pendampingan baduta
dari aplikasi antara lain:
38
TPK melakukan pendampingan, pemantauan, dan pencatatan serta
pelaporan pelaksanaan pendampingan pertumbuhan dan
perkembangan baduta setiap bulan melalui aplikasi Elsimil/aplikasi
pendampingan keluarga. Selanjutnya, TPK melaporkan pelaksanaan
pendampingan ke TPPS Desa/Kelurahan dan TPK menerima umpan
balik dari TPPS Desa/Kelurahan atas laporan pendampingan baduta.
Dalam kondisi permasalahan jaringan internet, TPK dapat mencatat
hasil pendampingan pada formulir manual (terlampir) untuk
selanjutnya dapat diinput pada Aplikasi (jika sudah tersedia akses
internet).
39
C. ALGORITME DETEKSI DINI DAN RUJUKAN MASALAH
KESEHATAN PADA BADUTA
1. Baduta dengan Masalah Pemberian ASI Eksklusif
40
2. Baduta dengan Tuberkulosis (TBC)
41
3. Baduta dengan Diare Kronis
42
4. Baduta dengan Imunisasi Tidak Lengkap
43
5. Baduta dengan Gangguan Perkembangan
44
Contoh KKA dengan Perkembangan yang tidak sesuai Umur
45
6. Baduta Dengan Riwayat Kelahiran Bayi Kecil
Sumber: Buku KIA untuk Bayi Kecil, Kemenkes RI, 2021, modifikasi
46
7. Baduta dengan Gagal Tumbuh
47
8. Baduta dengan Masalah Pemberian MP ASI
48
D. SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan tugas TPK, dipersiapkan
sarana prasarana kerja untuk mendukung kelancaran tugas. Sarana
prasarana yang dimaksud dapat menggunakan yang telah tersedia di
layanan-layanan masyarakat atau fasilitas kesehatan. Penyediaan
sarana prasarana TPK dapat dilakukan secara kolaboratif dari TPPS
di seluruh tingkatan wilayah.
Sarana: Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Kartu Kembang Anak
(KKA), Modul Kelas Ibu Balita, Modul BKB Emas (Eliminasi Masalah
Anak Stunting), antropometri set.
E. PEMBIAYAAN
Pendampingan Keluarga oleh TPK dapat menggunakan pendanaan
pada APBN (BOKB), APBD, APBDes dan sumber pembiayaan
lainnya.
49
Kepada seluruh keluarga
Indonesia, tetap semangat
untuk terus memberikan
stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak
Yuliana Tenga Boma
Kab. Sumba Timur,
Desa Watumbaka, Nusa Tenggara Timur
50
Jangan lupa untuk hadir ke BKB setiap
bulan untuk memantau
perkembangan anak menggunakan
Kartu Kembang Anak (KKA). Ingat
KKA, Ingat BKB!
Kristina B. Dadjo
TPK Desa Palakahembi, Kab. Sumba Timur,
Nusa Tenggara Timur
51
Merupakan hal yang penting dalam suatu proses kegiatan pendampingan
keluarga, untuk memperoleh informasi yang berkesinambungan agar
pelaksanaan pendampingan keluarga sesuai dengan hasil yang
diharapkan serta untuk mengevaluasi sejauh mana pencapaian
pelaksanaan pendampingan keluarga.
A. PERSIAPAN
1. menentukan metode pelaksanaan monitoring dan evaluasi melalui
kunjungan lapangan, diskusi kelompok terarah atau metode lainnya
yang sesuai.
2. menentukan sasaran, yaitu lokasi atau desa yang akan dilakukan
monitoring dan evaluasi
3. menentukan tim pelaksana yang dapat terdiri dari tingkat pusat,
provinsi, dan atau kabupaten/kota
4. menyusun jadwal kunjungan lapangan
5. menyiapkan instrumen monitoring dan evaluasi
B. PELAKSANAAN
1. pelaksanaan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan
observasi langsung dan wawancara terhadap tim pendamping
keluarga
2. pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan secara terpadu dan
berjenjang sebagai berikut :
a. Tingkat pusat ke provinsi sampai desa/kelurahan. Monitoring
dan evaluasi dilakukan oleh BKKBN, Kemenkes RI, Kemendagri
RI, Organisasi Profesi serta mitra terkait.
b. Tingkat provinsi ke kabupaten/kota sampai desa/kelurahan.
Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh TPPS tingkat provinsi.
c. Tingkat kabupaten/kota sampai desa/kelurahan. Monitoring dan
evaluasi dilakukan oleh TPPS kabupaten/kota.
52
C. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan minimal
dua kali dalam setahun atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Regulasi Perencanaan:
Ketersediaan regulasi terkait 1. Tersedianya jadwal dan tema 1. Persentase baduta
operasionalisasi TPK (Peraturan penyuluhan kelompok stunting
Bupati/Walikota, Peraturan Desa; SK 2. Terselenggaranya pertemuan 2. Persentasi baduta 0-
Pembentukan TPK TPPS desa/kelurahan yang 23 dengan berat
membahas rencana kerja dan badan dan panjang
Sarana dan Infrastruktur anggaran badan sesuai
1. Ketersediaan Materi KIE Penyuluhan 3. Peta kerja keluarga dengan baduta standard
Kelompok/Interpersonal, yang berisiko masalah kesehatan
2. Ketersediaan Buku KIA dan KKA dan kelayakan penerimaan
3. Ketersediaan formulir pencatatan dan bantuan sosial
pelaporan manual
4. Tersedianya Berkas administrasi Pelaksanaan:
rujukan dan bantuan sosial baduta 1. Terlaksananya KIE Kelompok
5. Tersedianya Akses layanan Internet sesuai dengan tema penyuluhan
6. Kepemilikan Gadget/Gawai 2. Terlaksananya KIE dan KAP sesuai
7. Buku Panduan/Juknis/Buku Saku risiko
3. Terlaksanya Rujukan baduta yang
Data perlu dirujuk
Ketersediaan dan berbagi pakai data 4. Terfasilitasi baduta yang
pendampingan baduta pada aplikasi membutuhkan bantuan sosial
pendampingan keluarga, Pendataan
Keluarga dan e-PPGBM Monitoring dan Evaluasi:
1. Persentase keluarga dengan baduta
SDM yang yang hadir Posyandu/BKB
1. Rasio TPK dengan kelompok sasaran terhadap keluarga dengan baduta
2. Ketersediaan Tenaga kesehatan di 2. Persentase keluarga baduta yang
fasilitas kesehatan mendapatkan rujukan terhadap
3. Peningkatan kapasitas TPK keluarga baduta yang harus dirujuk
berkelanjutan 3. Persentase keluarga baduta yang
menerima bantuan sosial terhadap
Pendanaan keluarga baduta yang layak
APBN, APBD, APBDes atau sumber lainnya mendapatkan bantuan sosial
53
Semangat selalu dan tetap
tersenyum ..Ayo kita ke
Posyandu dan BKB agar anak
sehat dan cerdas...salam
sehat!
Eka Puspita Rini
TPK Kab. Indragiri Hulu,
Desa Rawabangun, Riau
54
Pendampingan Keluarga Berisiko Stunting merupakan
merupakan salah kegiatan prioritas pada rencana aksi nasional
percepatan penurunan stunting yang bertujuan untuk
meningkatkan akses informasi dan pelayanan melalui
penyuluhan, fasilitasi pelayanan rujukan dan fasilitasi
penerimaan program bantuan sosial. Pendampingan Keluarga
dilakukan oleh Tim Pendamping Keluarga. Pendampingan
keluarga dengan anak usia 0-23 bulan (baduta) adalah
serangkaian kegiatan yang meliputi KIE/penyuluhan, fasilitasi
pelayanan rujukan kesehatan dan fasilitasi penerimaan bantuan
sosial kepada keluarga yang memiliki anak usia 0-23 bulan yang
dilakukan untuk meningkatkan akses informasi dan pelayanan
sebagai upaya deteksi dini faktor risiko stunting, pencegahan
dan penanggulangan stunting. Pelaksanaan pendampingan
keluarga yang memiliki baduta 0-23 bulan dilakukan oleh TPK
mulai dari kunjungan bayi baru lahir (0 bulan) yang diikuti
kunjungan bulanan hingga anak berusia 23 bulan (baduta).
Dengan Buku Panduan Pendampingan Keluarga dengan Anak
Usia 0 – 23 Bulan (Baduta) dalam Upaya Percepatan Penurunan
Stunting diharapkan dapat menjadi panduan bagi TPK dalam
melaksanakan pendampingan yang berkesinambungan agar
pelaksanaan pendampingan keluarga sesuai dengan hasil yang
diharapkan.
55
Mengoptimalkan buku KIA dan
konsultasi kesehatan serta
memberikan edukasi tentang gizi
yang seimbang termasuk
memberikan ASI yang berkualitas
dan mengajak rutin ke posyandu
yang terdekat
Anniss Eliza
TPK Desa Sobo,
Kab. Banyuwangi, Jawa Timur
56
57
LAMPIRAN 1
PETUNJUK PENGISIAN
*Coret pilihan jawaban yang tidak sesuai
Isian Jawaban Menggunakan Huruf Kapital
DATA IBU
1. NIK :……………………………………………………….
2. Nama :……………………………………………………….
3. Alamat :……………………………………………………….
4. Nomor Handphone/Whatsapp :……………………………………………………….
5. Tanggal lahir (dd-mm-yyyy) :……………………………………………………….
6. Tanggal lahir anak sebelumnya:………………………………………………………
(dd-mm-yyyy)
7. Penggunaan kontrasepsi saat ini : Ya/Tidak
(Keterangan: Jenis alat/obat/cara KB (kontrasepsi) yang digunakan saat ini
antara lain: MOW/Steril wanita; MOP/Steril pria; IUD/Spiral/AKDR;
Implant/Susuk; Suntik; Pil; Kondom; Metode Amenore Laktasi; Alamiah)
58
8. Akses air minum layak : Ya/Tidak
(Keterangan: Keluarga memiliki akses air minum
yang layak apabila sumber air minum utama berasal
dari: Air kemasan/isi ulang, atau Ledeng/PAM, atau
Sumur bor/pompa, atau Sumur terlindungi, atau
Mata air terlindungi)
59
9. Pemberian ASI
A. Untuk baduta usia kurang dari 6 bulan
"Apakah baduta hanya : Ya/Tidak
diberikan ASI saja kecuali vitamin
dan oralit?”
CATATAN TPK :
( ) ( )
60
LAMPIRAN 2
http://bit.ly/BacaanTPK
61
Agar ASI Lancar
untuk penuhi
kebutuhan gizi bayi,
Ibu harus makan
makanan bergizi!
62