Anda di halaman 1dari 12

Yesus Kristus sebagai Sahabat, Tokoh Idola, dan

Juru Selamat Manusia

Kelompok:

1. Niroga Boma Nugraha (X Mipa 1/26)


2. Ryan Krishandi Lukito (X Mipa 1/27)
3. Sebastianus Adjie Sindhunata (X Mipa 1/28)
4. Silvester Pierre Marendra Putra (X Mipa 1/29)
5. Steven Shilo Samirin (X Mipa 1/30)
6. Vesha Halvin Winrich Chandra(X Mipa 1/31)
7. Yefta Nathaniel Wibowo (X Mipa 1/32)
8. Yosef Alpha Christian (X Mipa 1/33)
i
Kata Pengantar
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberkati dan
menyertai kami dalam pembuatan makalah ini. Kami juga mngucapkan terimakasih kepada
Pak Maryono yang telah memberikan pendampingan dalam mengerjakan makalah ini
sehingga dapat menunjang pembelajaran Agama.
Pada kesempatan kali ini, kami sekelompok akan membahas bab mengenai "Yesus
sebagai sahabat, tokoh idola, dan juruselamat". Sering kali kehadiran Tuhan dalam hidup
tidak kita respon dengan baik, kita cenderung lebih sering meminta daripada berterima kasih
dan mengucap syukur. Lewat makalah ini kami berharap banyak orang akan lebih menyadari
kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Lebih spesifik sebagai sahabat dalam keseharian, tokoh
idola sebagai teladan utama, dan juruselamat atas dosa-dosa yang telah diperbuat.

ii
Daftar isi
1. Kata Pengantar...................................................................................................... ii
2. BAB 1: Pendahuluan............................................................................................ iii
Latar Belakang
Rumusan masalah
Tujuan
3. BAB 2: Pembahasan..............................................................................................2
Sahabat itu?
Pentingkah memiliki seorang sahabat?
Yesus sebagai sahabat
Yesus sebagai tokoh idola
Yesus sebagai juruselamat
4. BAB 4: Kesimpulan...............................................................................................6
5. Daftar Pustaka........................................................................................................7

iii
BAB 1
Pendahuluan
Latar Belakang

Sahabat, tokoh idola dan juru selamat merupakan suatu keyakinan yang
kodratnya dimiliki manusia. Kita memandang sahabat sebagai teman yang dapat
menemani dan ada dikala kita senang dan susah, ini menggambarkan kehadiran Tuhan
Yesus Kristus dalam setiap situasi dan pengalaman pada hidup kita. Kita juga sering
memandang tokoh idola sebagai panutan dalam gaya hidup kita. Ketika seorang tokoh
idola berbuat A, sering kali kita juga berbuat A seperti itu. Ini juga berlaku pada
Tuhan Yesus Kristus, dimana dalam hidup kita, perbuatan berdasarkan teladan akan
sikap dan perbuatan Tuhan di dunia ini, sehingga kita dalam berperilaku dapat baik
dan sejalan dengan Tuhan Yesus Kristus. Terakhir tentang juru selamat, kita sebagai
manusia kristiani dan manusia non kristiani memiliki iman kepada Sang-Pencipta,
sehingga salah satu iman tersebut adalah percaya bahwa Sang-Pencipta akan datang
sebagai juru selamat

Rumusan masalah
a. Apa yang membuat Yesus menjadi sahabat bagi manusia?
b. Apa yang disebut Tuhan sebagai sahabat dan keterkaitannya dalam hidup manusia?
c. Apa yang disebut Tuhan sebagai idola dan keterkaitannya dalam hidup manusia?
d. Apa yang disebut Tuhan sebagai Juru Selamat bagaimana manusia memaknainya?
Tujuan
1. Menunjang pembelajaran religiositas mengenai “Tuhan sebagai Sahabat, Tokoh Idola, dan
Juruselamat”
2. Mendalami arti Tuhan sebagai sahabat, tokoh idola, dan juruselamat
3. Menyadari kehadiran Tuhan sebagai penolong utama dalam hidup

1
BAB 2
Pembahasan
Sahabat itu?
Menurut Rubin (2004), persahabatan adalah multidimensi dalam sifat dan melayani
manusia dalam berbagai cara (seperti kesenangan, harapan dan ketakutan, menyediakan
afeksi, dukungan dan keamanan emosi).
Menurut Owens (2002), mengartikan persahabatan sebagai hal berkenaan dengan
dibangunnya hubungan dyadic antara dua anak yang dikarakteristikkan dengan perasaan
saling suka yang kuat.
Menurut Shaffer (2005), persahabatan diartikan sebagai sebuah hubungan yang kuat
dan bertahan lama antara dua individu yang dikarakteristikkan dengan kesetiaan, kekariban,
dan saling menyayangi.
Jadi, dari ketiga pendapat tersebut kami dapat menyimpulkan arti sahabat yaitu
hubungan antara satu orang dengan yang lainnya yang dilandaskan kesetiaan, kekariban, dan
rasa saling percaya.
Layaknya Tuhan Yesus, tanpa disadari Tuhan Yesus itu selalu ada dan selalu bersama
kita. Saat masalah datang, berdoa, meminta bantuan Tuhan, bercerita pada Tuhan, saat itu
juga Tuhan mendengarkan kita, dan kemudian akan merencanakan apa yang terbaik untuk
kita.
Kadang kala kita, manusia, seringkali melupakan Tuhan, sahabat kita sendiri karena
hal-hal duniawi. Yang kita pasrahkan hanya masalah kita, setelah masalah kita hilang, kita
lupa akan Tuhan. Oleh karena itu yang kita pasrahkan bukanlah masalah kita, melainkan diri
kita sendiri, berserah diri.
Berserah diri bukanlah tindakan bagi pengecut atau orang yang dengan mudah
menyerah. Selain itu, berserah diri tidak berarti meninggalkan cara berpikir rasional. Allah
tidak akan menyia-nyiakan pikiran yang Dia berikan kepada kita. Allah tidak ingin robot-
robot yang melayani-Nya. Berserah diri bukan berarti menekan kepribadian kita. Allah ingin
memakai kepribadian kita yang unik ini, dan bukannya menekannya, berserah diri justru
mengembangkan kepribadian kita. “Semakin kita membiarkan Allah menguasai kita, semakin
kita menjadi benar-benar diri kita, karena Dia yang menjadikan kita. Dia menciptakan segala
perbedaan antara Anda dan saya seperti yang direncanakan… Ketika saya berpaling kepada

2
Kristus, ketika saya menyerahkan diri kepada kepribadian-Nyalah, untuk pertama kalinya
saya mulai memiliki kepribadian saya yang sesungguhnya.” -C.S. Lewis

Pentingkah memiliki seorang sahabat?


Seorang sahabat akan memberikan sebuah solusi sesuai dengan permasalahan yang
kita hadapi. Jikapun ia tidak bisa memberikan solusi, setidaknya ia mampu mendengarkan
masalah kita.
Secara tidak sadar ketika kita menuangkan isi hati, menceritakan masalah-masalah
yang sedang kita hadapi atau lain-lain yang menyangkut soal hati, itu sendiri membuat kita
lega. Semua yang terngiang-ngiang dalam pikiran kita sedikit berkurang karena telah
menceritakan pada sahabat kita.
Sahabat bukanlah teman yang hanya ada saat senang, ada kalanya mereka
menemani kita saat duka. Namun ada kalanya persahabatan kita antar manusia
mengalami perpisahan salah satu faktornya adalah mulai sibuk dengan kehidupannya
masing-masing, entah itu karena pekerjaan ataupun keluarga. Saat kita merasa tidak
memiliki sahabat, sebenarnya kita masih memiliki dan selalu ada yakni Yesus sendiri.
“Kita dapat memperlihatkan kepada anak-anak muda bahwa Kristus adalah tjontoh
dan teladan sempurna persahabatan dan tjinta kita,”1. Selan sahabat Yesus dapat hadir
dalam hidup kita sebagai tokoh idola dan juruselamat. Mengapa bisa menjadi 3 hal
tersebut? KaryaNya selama di dunia bisa dibagi menjadi 3 peran. Berikut penjelasan
lengkapnya

Yesus sebagai sahabat


Kata sahabat dentik dengan sikap setia, selalu ada untuk sesama, dan tidak pernah
meninggalkan satu sama lain. Tuhan selalu ada dalam keseharian kita, entah kita sadari atau
tidak, Dia selalu sedia untuk mendengarkan keluh kesah kita, mendengarkan isi hati kita
yang tak pernah habis, dan mau mendampingi seharian penuh. “Saya merasa Dia dekat saat
saya butuh bantuanNya dan mengaku bahwa saya lemah serta mudah terjebak dosa”2. Saat
kita merasa terpuruk, kita mulai mencari pertolongan Tuhan. Tuhan tidak pernah jauh-jauh
dari kita. Namun semua kembali ke diri masing-masing, sebaik apa kita merespon
pertolongan Tuhan. Kita juga diminta untuk menyadari kesalahan apa yang sudah diperbuat
dan merefleksikannya kembali. Seringkali kita meminta pertolongan tanpa merefleksikan

1
Persahabatan “Adakah peranan Allah dalam persahabatan dan tjinta?”
2
BCC songbook Ways of The Lord #415

3
kesalahan, yang mungkin sudah ribuan kali diulang. Kita harus mengakui kelemahan kita
dihadapan Tuhan. Dengan sikap seperti ini, akan sulit menerima pertolongan Tuhan melalui
koreksi dari orang-orang disekitar kita.
Dalam Matius 11:28 dijelaskan Yesus mengundang kita semua yang sedang
menanggung beban berat dan lelah untuk datang kepadaNya dan dia akan memberikan
kelegaan serta memberi damai. Sahabat dalam wujud manusia sering kali meninggalkan kita
jika sudah memasuki masanya (perpisahan ataupun mulai menjalani hidupnya masing-
masing). Tidak dengan Yesus. Dia setia menemani sampai kita mati. Mengapa? Karena kita
kepunyaan Dia dan Dialah tempat kita pulang. Dalam perjamuan malam terakhir Yesus
menganggap kita sebagai sahabat karna sahabat mengerti apa yang diperintahkan oleh
sahabat lainnya. Oleh karna itu kita diminta mengerti apa yang diperintah oleh Allah, tidak
hanya sekedar mengerjakan
Yesus bersedia menjadi sahabat siapapun, semasa hidupNya di dunia, Dia merangkul
orang-orang yang dianggap rendah oleh masyarakat Yahudi, seperti para kelompok pendosa
(pelacur, pemungut cukai, perampok, lintah darat, dan penjudi). Alasan Yesus melakukan ini,
karena belas kasih yang dimilikiNya. Yesus mau membebaskan orang-orang ini dari berbagai
kesesakan dan kecemasan dengan menempatkan diri sebagai sahabat yang selalu ada dan mau
membantu dengan tulus.

Yesus sebagai tokoh idola


Dalam fase perkembangan menuju dewasa, kita mulai mencari sosok yang
dirasa cocok dengan diri kita karena kita, dalam perjalanannya, mulai merasa tidak
cocok dengan figur panutan yang ada disekitar seperti orang tua, guru dsb. Oleh
karena itu, anak muda mulai mencari figur panutan yang cocok dengannya. Lalu
setelah itu mulai meniru panutan mereka tersebut, meniru gaya potongan rambut, cara
berpakaian, gaya berbicara(Gerungan,2000). Namun jika tidak hati-hati, kita bisa
salah memilih dan berdampak buruk bagi kehidupan kita. Ada beberapa orang yang
rela mempelajari bidang yang dikuasai idolanya agar semakin mirip dengannya. Ini
bentuk dari kekaguman terhadap idolanya. Namun, saat seseorang menjadi fanatik
terhadap idolanya, kita seolah-olah dibutakan. Jika idola kita berbuat salah, kita akan
mengeluarkan seribu alasan untuk melindunginya.
Seiring berjalannya waktu, kita akan merasa mirip dengannya bahkan kita
akan meniru perilakunya. Masalahnya, jika tokoh idola kita mulai melakukan hal-hal
yang kurang berkenan, apakah kita masih bisa membatasi diri?

4
Yohanes 13:15 mengatakan, "Sebab Aku telah memberikan suatu teladan
kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat
kepadamu." Yesus melakukan banyak sekali karya yang dapat menjadi teladan bagi
kehidupan kita. Salah satunya membawa penghiburan dan keselamatan bagi mereka
yang terpinggirkan. Pada masa itu, ada sebuah kelompok yang disebut kelompok
pendosa oleh orang Yahudi. Lebih parahnya lagi, mereka berpikiran bahwa dosa itu
menular lantas mereka menjauhi orang-orang tersebut. Namun tidak dengan Yesus.
Yesus datang kepada orang-orang tersebut dan merangkul mereka. Salah satu contoh
adalah Zakheus. Yesus pergi kerumah Zakheus dan makan bersamanya. Banyak
orang heran melihat Yesus yang makan satu meja dengan Zakheus. Disini Yesus
memberi teladan bahwa kita seharusnya merangkul mereka yang terpinggirkan oleh
masyarakat. Kita bantu mereka untuk menjalani hidup dengan lebih baik. Mereka juga
manusia seperti kita yang sama-sama berdosa.
“Allah mengundang kita untuk menjalani hidup yang pusatnya adalah benar-
benar mengasihi Allah sehingga kita bisa dibimbing untuk mengasihi orang lain” 3.
Bacaan ini merujuk pada satu pernyataan dimana kita baru bisa mengasihi sesama jika
kita bisa mengasihi Allah dengan sepenuh hati. Dari kutipan ini, Yesus mengajak kita
untuk mengasihi sesama sebagai bukti utama kita telah mengasihi Allah sepenuhnya.
Ajakan mengasihi sesama ini patut dicontoh, karena jika Sang Empunya hidup saja
mengasihi kita, mengapa kita tidak mengasihi sesama kita yang notabene sesama
ciptaan Allah.

Yesus sebagai juruselamat


Matius 1 : 21 berbunyi, “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan
menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa
mereka”. Salah satu karya keselamatan yang dibuat Yesus adalah menebus manusia dari dosa
diatas kayu salib. Lewat penebusan ini, hubungan manusia dan Allah yang retak kembali
dipulihkan dan manusia kembali bersatu dengan Allah. Lewat penyatuan ini, manusia bisa
memperoleh ketenangan yang akan membantunya melewati berbagai masalah dan kesesakan
yang terus bermunculan.
Efesus 2 : 4-7 menekankan bahwa Allah sendiri telah menghidupkan kita bersama
dengan Kristus lewat kayu salib dan Allah membangkitkan kita bersama Kristus dan
mendudukan kita di alam surgawi di dalam Yesus Kristus. Ini membuktikan bahwa Allah
3
Unshockable love “Menyampaikan kabar baik dari Yesus”

5
telah memberikan karunia keselamatan karena cinta kasihnya kepada manusia bukan karena
manusia layak mendapatkan keselamatannya. Ini menunjukan bahwa Allah mengasihi semua
manusia maupun yang berdosa atau tidak. Bukti cinta kasihNya adalah Tuhan masih
memberikan kehidupan bagi orang yang berdosa.
“Tidak satu pun dari kita yang membuat diri kita hidup kembali secara rohani, kita
juga tidak bisa menyucikan diri dan memulihkan diri kita menjadi seperti yang Allah
kehendaki tanpa pertolongan Allah. Namun, oleh anugerah-Nya–kemurahan-Nya, kebaikan
hati-Nya, kasih setia-Nya yang tidak layak kita terima ditawarkan kepada kita dengan cuma-
cuma––kita bisa dipulihkan!”4.
Manusia pada dasarnya tidak layak meminta penebusan kepada Tuhan atas dosa-dosa
yang telah diperbuat. Namun, kasih dan cinta Tuhan kepada manusia-lah yang membuat dia
mengirim anakNya untuk menebus dosa manusia secara cuma-cuma. Hanya kasih dan cinta
Tuhan lah yang membuat kita pulih dari dosa.
Keselamatan bisa dibagi menjadi beberapa aspek. Yaitu fisik, sosial, spiritual dan
emosional. Keselamatan fisik bisa berupa kesehatan jasmani ataupun jika kita sakit ada orang
yang menolong kita. Orang yang menolong tersebut juga merupakan pertolongan dari Allah.
Keselamatan sosial bisa berupa Yesus yang memberi contoh bersosialisasi atau berelasi
dengan orang lain dengan baik. Di situ kita bisa mencontoh cara Yesus sehingga kita
mengetahui apa yang benar atau salah dalam berelasi dengan orang lain (menjaga hubungan
kita dengan orang lain). Keselamatan spiritual bisa berupa kita menjadi tenang ketika yang
kita yakini dapat menuntun hidup kita menjadi sesuatu yang baik. Keselamatan secara
emosional bisa berarti kita tenang dalam menjalani hidup. Tidak diliputi perasaan khawatir
saat dilanda masalah dan mampu berpikir jernih untuk keluar dari situasi yang sulit.

4
Unshockable love “Menyampaikan Kabar baik dari Tuhan”

6
BAB 4
Kesimpulan
Melalui pembahasan di atas, dapat kita sadari bahwa Tuhan Yesus Kristus dapat
menjadi sahabat, idola dan juru selamat dalam hidup kita. Tuhan sebagai sahabat menjadi
wadah untuk semua pengalaman dalam hidup kita, Dia selalu mendengarkan keluh kesah
hambanya lewat doa serta. Ia akan selalu mendampingi kita dan selalu ada untuk kita setiap
hari bahkan setiap waktunya.
Yesus merupakan teladan yang baik. Karya-Nya dan sikap-Nya kepada sesama dapat
menjadi panutan dalam menjalani hidup dan Ia selalu berperilaku bijak, baik, serta
melakukan hal-hal yang benar. Teladan seperti ini lah yang harus manusia contoh. Tidak
berhenti sampai disitu, Yesus mengajak manusia untuk meneruskan karya-Nya dalam berbagi
kasih terhadap sesama.

7
Sebagai Juru Selamat, Yesus rela mengorbankan diri-Nya demi keselamatan manusia.
Ia bahkan rela dpau datas kayu salib untuk menebus dosa-dosa manusa. Walaupun manusia
penuh dengan dosa, Ia memiliki rasa cinta kasih yang luar biasa hingga Ia mau
menyelamatkan umat-Nya
Maka, sebagai manusia harus menyadari bahwa Tuhan yang sering dilupakan karena
hal-hal duniawi, tetap setia untuk menjadi sahabatnya dan selalu menuntun mereka kembali
ke jalan yang benar. Akhir kata, Tuhan Yesus bukan hanya seseorang yang duduk diam dan
memerintah. Dia menjamah umat-Nya secara langsung dengan turun ke bumi dalam wujud
manusia, menyebarkan ajaran tentang kasih, dan disalib untuk membebaskan manusia dari
belenggu dosa.

Daftar Pustaka
1. BBC songbook Ways of The Lord #415
2. Burke, John. 2013. Unshockable Love. Michigan: Baker Books
3. Brett, Regina. 2012. Be The Miracle. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
4. Kitab suci
5. Purwono, T.A. dan Daniel Boli Kotan. 2017. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Diutus sebagai Murid Yesus. Caturtunggal: PT Kanisius
6. Babin, Pierre. 1970. Persahabatan. Jogjakarta: Penerbitan Jajasan Kanisius

Anda mungkin juga menyukai