Anda di halaman 1dari 2

A.

Menjabarkan Nilai – Nilai Kehidupan


Hikayat Pentigraf
Taat pada orang tua a. Anak durhaka
b. Penyesalan
c. Kepatuhan
B. Analisis Pentigraf
1. Pentigraf
Ayah Siaga
Oleh: Merry Srifatmadewi

Pulang dari pasar tradisional dengan membawa jinjingan sayur-mayur dan daging,
aku menuju apartemen, dari kejauhan kudengar bunyi sirene meraung-raung. Betapa
terkejutnya aku melihat orang-orang berhamburan keluar dari apartemen yang kuhuni.
Semua orang menengadahkan kepala, main tengok-tengokan ke arah gedung. Aku hanya
melihat sepintas. Tidak ada waktu untuk berpikir panjang. Tidak ada penghuni duduk-
duduk santai di lobi. Cepat kubuka pintu kaca menuju lift dengan menyentuh kartu akses.
Aduh …, lift mati total. Bunyi pengumuman melalui pengeras suara di koridor tidak
terdengar jelas.

Panik sungguh teramat panik. Di lantai mana terjadi kebakaran? pikirku dalam hati.
Apakah istriku tahu atau sedang lelap tertidur karena bangun menyusui dini hari dan
menggantikan popok si bayi? Dengan tergopoh-gopoh aku naik tangga menuju lantai 29,
tidak sempat lagi istirahat bernapas walau napas mau putus terengah-engah. Pikiranku
hanya satu menyelamatkan anak istriku yang baru pulang kemarin setelah melahirkan.
Kuusahakan bicara tenang pada istriku walau hati berkecamuk. “Ma, kita mau keluar, ada
kebakaran. Aku akan bawa tas surat-surat berharga, kamu siapkan keperluan baby di tas.”
Aku menggendong bayi, menggandeng tangan istri, membawa tas sambil menuruni
tangga satu-persatu dengan cemas, menggandeng erat tangan istri yang berjalan sangat
lamban akibat proses sectio caesar.

Di luar keadaan semakin ramai, kemacetan tidak terhindarkan. Ada wajah panik
sambil menyeberang jalan dan berkumpul dengan penghuni lainnya serta karyawan-
karyawan yang akan masuk bekerja di mall, tidak jauh dari apartemen. Wajah istriku
semakin pucat pasi. Lelah sekali. “Ada apa sebenarnya yang terjadi?” tanyaku sebagai
penghuni baru yang penasaran ke seseorang yang berdiri sambil memandang gedung
apartemen. “Oh … tidak ada apa-apa. Hanya ada latihan evakuasi terhadap kebakaran,”
jawabnya tenang dan tidak lama kemudian menjepret-jepret foto mengambil momen yang
jarang terjadi itu. Dengkul langsung lemas dan jantung terasa mau copot mendengar
penuturannya.

2. Struktur Pentigraf
a. Pembuka
Berisikan tentang permulaan atau awalan dari konflik agar pembaca dapat
membayangkan latar yang ingin disampaiokan penulis.
b. Tengah.
Pada paragraf kedua berisikan tentang konflik yang terjadi pada cerita
c. Penutup
Paragraf ketiga berisikan tentang resolusi dari cerita tersebut, biasanya di dalam
paragraf terakhir terdapat plot twist yang membuat cerita lebih menarik.
3. Kebahasaan Pentigraf

Anda mungkin juga menyukai