Anda di halaman 1dari 8

Sebut saja aku Panca,dan ini adalah kisahku.

Pagi itu di kampung halaman ku,kota

Magetan.Kota yang menyimpan banyak sejarah.Pada zaman dahulu kota magetan

adalah salah satu daerah mancanegara kerajaan Mataram. Seperti pagi biasanya

matahari terbit,burung berkicau,dan orang-orang berlalu-lalang.Aku yang baru saja

bangun tidur bergegas untuk mandi dan sarapan.Setelah itu aku sarapan dengan

menu mie indomie dan sisa lauk tadi malam,aku pun menyiapkan tas,bekal,dan

peralatan untuk naik gunung.Aku di ajak oleh seorang teman ku untuk ikut bersama

naik gunung yang berada di ujung provinsi jawa timur,ya,gunung Lawu.Pukul jam

9.00 aku berangkat bersama 3 temanku dan 5 orang teman lainnya,sebut saja nama

nya Anton,Deni,dan Riska.Untuk mencapai gunung lawu dibutuhkan sekitar 1 jam

untuk sampai di pos 1.Kami melalui jalur Cemoro Sewu karena medan nya yang

relatif mudah bagi pendaki-pendaki lain termasuk kami.Kami beristirahat sejenak di

pos 1,aku pun berjalan ke warung terdekat yang menyediakan gorengan atau apa

pun yang bisa mengisi perut ku.Mengapa aku tak makan bekal yang kubawa dari

rumah?karena bekal itu untuk kondisi darurat ketika sedang dalam perjalanan

menuju puncak atau ketika aku dan kawan-kawan lelah mendaki.Saat aku

beristirahat di pos 1 salah satu teman yang ikut rombongan terlihat duduk melamun

menghadap pohon besar yang sudah tak berdaun lagi.Aku pun mendekati nya lalu

menepuk pundak nya,aku bertanya,”Lagi ngapain?”,dia tak menjawab,tetap

melamun melihat pohon besar.Anton mendekati ku dan berkata,”Biarkan saja,dia

selalu seperti itu.entah mengapa akhir-akhir ini dia sering melamun seperti itu.”

“Coba beri dia makan,mungkin dia sedang lapar atau hibur dia dengan sesuatu.”Aku

pun pergi meninggalkan Anton dengan Riska lalu berjalan untuk mencari tempat

duduk untuk memakan belanjaan ku di warung tadi.Waktu menunjukkan pukul

10.25,waktu nya melanjutkan perjalanan ke pos 2.Sepanjang perjalanan kami,hanya


kami berempat yang berjalan ke pos 2.Tak terlihat pendaki lain yang muncul,tiba-tiba

saja Riska pingsan di tengah perjalanan.Entah apa yang membuatnya pingsan kami

pun langsung menggotongnya dan menidurkannya dibawah pohon.Tak lama

kemudian dia sadar dan langsung menceritakan apa yang terjadi “Makhluk besar…

aku ditarik oleh makhluk besar itu…” katanya,”Apakah kita akan melanjutkan

perjalanan atau tidak?” kata Anton.”Lebih baik kita istirahat dulu disini,langit sudah

mulai mendung akan segera hujan.” kata Deni.Kami langsung mengeluarkan tenda

dan alat-alat dan mulai membuat tenda.Hujan mulai turun bersamaan dengan angin

kencang yang hampir membuat tenda kami terbang.Untung saja aku membawa jas

hujan dan jaket,seperangkat benda untuk melindungi tubuh ku.15 menit kemudian

hujan reda,aku bersama kawan-kawan berkemas dan mulai melanjutkan perjalanan

ke pos 2.Sampailah kami di pos 2 dan kami beristirahat sejenak.Total pos yang ada

di gunung lawu ini ada 5 pos,butuh 3 pos lagi untuk sampai ke puncak.Aku masih

mengatur nafasku yang sejak tadi terengah-engah karena membawa tas yang berisi

peralatan yang berat.Kami beristirahat selama 15 menit di pos 2 dan melanjutkan

perjalanan ke pos 3.Anton berkata kepadaku “Kau tak melihat tingkah laku anak itu

tidak? Dia bertindak sangat aneh.” “Aku tak melihat apa yang dia lakukan,yang

kutahu dia pingsan tadi.Apa yang dia lakukan?” Tanya ku.Anton berkata kepadaku

“Pandangan dia seperti kosong,kadang-kadang dia berbicara sendiri.Kupikir dia

mengajak Deni berbicara ternyata tidak.” aku berkata “Apa dia melakukan sesuatu

yang seharusnya tak dilakukan di gunung ini?” Anton menjawab “Entahlah.” Kami

mengobrol sepanjang perjalanan,dia adalah salah satu aktivis 98.Dia bercerita

tentang bagaimana ia kabur dari kejaran intel rezim Orba pada saat itu.”Pada saat

aku dan kawan-kawan bersiap untuk berdemo tiba-tiba saja seseorang dengan baju

mahasiswa mengangkat pistol dan menembakkannya ke atas.Kami pun


mengeluarkan jurus seribu kaki,kami lari agar tidak ditangkap oleh intel rezim

itu.Menyebalkan” Anton melanjutkan ceritanya “Kau tahu,saat kami di jembatan

paralayang,gerombolan polisi lengkap dengan baju anti peluru dan senjata.Seorang

polisi dengan pangkat letnan maju dan berkata kepada kami “mundur atau kami

tembak” kami terus maju,kami tak peduli dengan kata-katanya.Letnan itu memberi

kode ke anggota nya untuk menembak kami,aku dan kawan-kawan kocar-

kacir.Akibatnya 2 orang mahasiswa dari kampus ku meninggal dengan luka tembak

di dada dan satu lagi luka tembak di kepala.” “Kasian sekali.” Kata ku.Akhirnya kami

sampai di pos 3,karena sedari tadi aku tak mengajak ngobrol Deni,aku pun

mengajak nya berbincang-bincang “Bagaimana keadaan Riska?” Tanya ku. “Baik-

baik saja,setidak nya dia makan dan minum walaupun sedikit.” Jawab Deni.Kini aku

sudah sampai di pos 4.Waktu mulai menunjukkan jam 14.26.Keadaan di sekitar ku

mulai gelap.Kabut mulai menyelimuti hutan dan suhu mulai terasa dingin.Aku duduk

sejenak melihat suasana sekitar.”Kurang 1 pos lagi.” Kata Deni.”Benar,setelah itu

kita bisa ke puncak dan mendirikan tenda di sana.” Kata ku.Setelah itu sampailah

kami di pos 5,pos terakhir.Kami langsung mendirikan tenda dan menginap di gunung

lawu sampai besok.Setelah mendirikan tenda kami langsung mengeluarkan bahan

masakan dan memasaknya ditengah hutan.Aku membantu proses memasak

dengan membolak-balikkan sutil.Setelah masakan selesai kami makan

bersama,masakan itu sangat lezat sekali.Aku pun bergegas masuk ke tenda dan

langsung berbaring tidur karena badan ku sangat pegal sekali.Belum pernah aku

selelah ini selama hidupku.Baru saja aku memejamkan mata tiba-tiba terdengar

suara teriakan dari luar,aku bergumam “Dasar,mau istirahat susah sekali.Membuat

orang susah tidur saja” aku pun keluar tenda untuk menyaksikan apa yang

terjadi.Salah seorang teman ku kesurupan dan teman-temanku lainnya


ketakutan.Hanya Anton yang berusaha menyadarkannya.Aku pun berkata “Siram

dia dengan air atau apa pun itu.Aku hanya ingin beristirahat,aku tak bisa membantu

banyak,badan ku lelah sekali.” Anton menjawab “Baiklah,akan kutangani sendiri

kalau begitu.” aku pun bertanya “Apa yang dia perbuat sehingga kesurupan,hah?!”

“Aku tak tahu,mungkin dia buang air sembarangan atau melempar kayu ke jurang.”

Aku pun masuk ke tenda dan mulai memejamkan mata.Aku tak menyadari kalau

kejadian barusan adalah awal dari semua teror ini.Anton membangunkan ku dan

berkata “Bro,ayo temani aku buang air.” “Ah… ada-ada saja,kau kan sudah besar

masa’ tidak berani?,lagipula aku tengah tidur badan ku lelah sekali.” Kata ku.”Bukan

begitu,aku masih terbayang-bayang kejadian tadi.” Aku menjawab “Yasudah sini

kuantar.” Aku pun menemani Anton untuk buang air,tak lupa aku membawa senter

untuk berjaga-jaga kalau ada hewan atau pun hantu yang melintas di depan ku.Dari

kejauhan kulihat ada orang berdiri disamping pohon,aku ingin menyapa nya namun

orang mana yang berani berdiri di samping pohon malam-malam begini?

“HEI,ARAHKAN SENTERNYA KESINI!!!” teriak Anton “Hahaha,kau ketakutan

sekali,ngomong-ngomong di seberang sana ada orang berdiri di samping

pohon.Menurut mu siapa,hah?” “Diam dan arahkan senternya kesini,dasar ngantuk

an.” Kata Anton kesal.Selesai Anton buang air kami kembali ke tenda,tapi aku masih

penasaran dengan orang yang berdiri di samping pohon tadi.Aku pun berlari ke arah

pohon yang disamping nya ada orang tadi.Aneh nya aku tak menemukan jejak

sepatu atau sendal di pohon tersebut.”Mungkin saja aku salah lihat,karena kabut

sangat tebal lebih baik aku kembali ke tenda.” baru setapak kaki kulangkahkan aku

mendengar suara “pergi… pergi dari sini atau kamu mati.” seketika aku pun berlari

sekencang-kencang nya.Aku langsung masuk dan mengunci rapat tenda.Anton

bertanya kepadaku “Ada apa?” “Tidak… tidak ada apa-apa.” Kataku sambil
ketakutan “Beneran?” Tanya Anton “Iya,tidak ada apa-apa.Tidurlah.” alu dan Anton

terlelap tidur,sampai suatu malam Anton membangunkanku.Kulihat jam tangan ku

yang menunjukkan jam 23.12 malam.Ada apa Anton membangunkanku pikir ku.

“Ada orang di luar tenda.” Kata Anton ketakutan.”Ada apa?berisik sekali kalian ini.”

Ucap Deni yang kesal karena terbangun oleh kegaduhan kami. “Ada orang di

luar,den.” Kata Anton sekali lagi. “Mungkin pendaki lain yang sedang mendirikan

tenda.” Kata Deni sambil melanjutkan tidur. “Bukan,ini aneh sekali.Orang ini berdiri

sejak dari tadi Panca tidur.Karena aku tidak bisa tidur maka aku pun hanya diam

memandangi tenda lalu tiba-tiba orang itu diam dan dan berdiri di depan tenda.”

Kata Deni sambil ketakutan. Aku pun berbisik “Buka saja penutup tenda

nya.Mungkin saja orang itu butuh bantuan kita namun tidak ingin membangunkan

kita.” “Bukan kah sudah kuceritakan tadi? Dia berdiri disana selama 3 jam dan kau

bilang dia membutuhkan bantuan,hah!!” Ucap Anton dengan nada marah.Mungkin

orang yang tadi berdiri di samping pohon adalah dia,gumam ku.Saat kuperiksa

bayangannya bentuk badannya bukan seperti manusia,maksut ku orang mana yang

mempunyai kepala dengan ikat tali atau jangan-jangan itu… pocong?. “Itu

pocong,ton.” Aku berbisik secara pelan “Nah kan,sudah kuduga.Pasti ada yang tidak

beres disini.” Kata Anton. “Apakah kau berani membuka penutup nya?” Kata ku

“Tidak,walaupun kau memberiku makanan secara gratis,aku tak mau.” Jawab Anton

cemas. “Baiklah biar aku yang buka.” Ucap ku.Aku pun menarik resleting tenda

secara perlahan,ku intip apa yang ada di luar melalui celah penutup,namun tak ada

apa-apa. “Eh,kemana poco… eh maksud ku orang tadi?” Tanya Anton kebingungan

dengan rasa takut.Tiba-tiba suasana terasa dingin dan mencekam,aku tak berani

menoleh ke belakang.Seperti kebanyakan film horror yang menampilkan aktor nya

untuk menoleh kebelakang lalu hantu muncul tepat di depan wajah nya.Aku tak mau
jadi seperti itu. Aku bertanya kepada Anton sambil tetap menghadap ke depan

“ton,dibelakang mu ada apa?” dengan spontan Anton menoleh dan dibelakang nya

sudah ada sesosok pocong dengan muka yang hancur serta bola mata yang tinggal

satu dengan kain kafan yang sudah bercampur dengan tanah. Anton pun berteriak

kencang dan pingsan di tempat. Deni dan Riska yang tengah tidur mau tak mau

seketika itu bangun tanpa menyadari sesosok pocong ada di samping mereka.Aku

pun keluar dari tenda dan berlari sekencang-kencang nya ke arah api unggun yang

masih menyala.Ternyata disana sudah ada puluhan pocong yang mengepung tenda

kami.Aku tak bisa apa-apa selain terdiam dan memejamkan mata berharap pocong-

pocong itu menghilang dari hadapanku.Aku berusaha menenangkan diri ku,dengan

berani dan terpaksa aku berlari menuju gerombolan pocong itu berharap bisa keluar

dari tempat itu.Akhirnya aku membuka mata setelah kaki ku tersandung kayu

pohon.Tak tahu aku berada di mana tapi yang jelas aku ada di tengah hutan

sendirian dan tak ada lagi pocong yang mengganggu.Beruntung senter yang tadi

kugunakan masih berfungsi,aku pun mencari jalan keluar hutan berharap menemui

satu dua pendaki yang berada di tenda.Sepanjang perjalanan aku tak melihat ada

nya setapak jalan atau pun belokan,yang kulihat hanyalah semak belukar dan

pohon-pohon tinggi. Baru terfikirkan oleh ku bahwa teman-teman ku tertinggal di

tenda sana.Bersyukur sekali setelah sekian lama berjalan akhir nya aku melihat

warung yang ramai,kusempatkan makan dan minum di tempat itu sekaligus

berbincang dengan salah satu penjaga pos. “Pak,apakah saya boleh minta

bantuan?” “Boleh,nduk.Ada apa?” Tanya bapak itu. “Bapak bisa antar saya ke pos

5?” “Bisa nduk,sebentar bapak ambil dulu motor nya.” “Nggih pak.” Jawab ku. “Ayo

nak,naik sini.” “Ya,pak.” Sepanjang perjalanan aku pun bercerita tentang apa yang

terjadi di tenda.”Yasudah nanti saya cek kesana bagaimana kondisi teman-teman


mu.” “Terimakasih banyak ya,pak.” “Hal seperti ini sudah biasa,dulu malah ada yang

hilang di gunung.Butuh sampai 5 hari untuk mencari korban.Kasian sekali saat

ditemukan badannya kurus sekali,hampir seperti mayat hidup kalau ingat kejadian

itu.” Rupa-rupa nya gunung ini menyimpan banyak kejadian kelam yang lebih parah

dari yang kualami.Sesampai di tenda kulihat salah satu tenda ambruk dan yang

tersisa hanya tenda milikku.Aku pun masuk tenda bersama bapak itu dan ternyata 5

orang dan 3 teman ku berkumpul di tengah dengan wajah ketakutan. “Kau kemana

saja,tega sekali meninggalkan aku dalam keadaan pingsan.” Kata Anton kesal

“Kalau panik yang ada di pikiran hanya lah kabur,Anton.Dan kau yang pingsan

duluan,bagaimana aku membawa mu keluar tenda sedangkan berat badan hampir

sejumlah 3 buah LPG biru.” Kata ku sambil melawak untuk melunakkan kondisi.

“Begini… di antara kalian apakah ada yang mempunyai khodam,jimat,atau apa

pun?” Tanya bapak itu. “S..saya.. pak.” Ucap Riska. “Kamu punya khodam apa?”

“Saya diwarisi khodam oleh kakek saya pak,khodam nya macan putih Singkawang.”

Jawab Riska “Singkawang,daerah mana itu?” Tanya Deni “Sudah sekarang

begini,kalian sebaik nya pulang sekarang.Bereskan tenda dan barang-barang

kalian.Bapak akan antar kalian.” “Terimakasih pak.” Ucap aku dan kawan-kawan.

Kami pun di antar sampai ke bawah dan sebelum pulang kami di basahi oleh air

yang sudah dicampur garam.”Jangan lupa selama di perjalanan kalian

berdoa,berdzikir,jangan melamun,ya.” Ucap bapak itu “Terimakasih banyak ya pak

sudah membantu kami.” “Ya,sama-sama.” Selepas pulang aku pun berbaring di

tempat tidur.Jarum jam menunjukkan pukul 2.13 malam.Aku tak pernah

menghabiskan malam selarut ini,muncul perasaan aneh tapi entahlah.Setidaknya

aku sudah sampai rumah dan beristirahat. Suasana sepi pun menyelimuti,aku
merasa ada orang di belakang punggungku. Aku hiraukan semua pikiran itu dan

mulai terlelap tidur karena besok aku harus kembali bekerja.

Anda mungkin juga menyukai