adalah salah satu daerah mancanegara kerajaan Mataram. Seperti pagi biasanya
bangun tidur bergegas untuk mandi dan sarapan.Setelah itu aku sarapan dengan
menu mie indomie dan sisa lauk tadi malam,aku pun menyiapkan tas,bekal,dan
peralatan untuk naik gunung.Aku di ajak oleh seorang teman ku untuk ikut bersama
naik gunung yang berada di ujung provinsi jawa timur,ya,gunung Lawu.Pukul jam
9.00 aku berangkat bersama 3 temanku dan 5 orang teman lainnya,sebut saja nama
untuk sampai di pos 1.Kami melalui jalur Cemoro Sewu karena medan nya yang
pos 1,aku pun berjalan ke warung terdekat yang menyediakan gorengan atau apa
pun yang bisa mengisi perut ku.Mengapa aku tak makan bekal yang kubawa dari
rumah?karena bekal itu untuk kondisi darurat ketika sedang dalam perjalanan
menuju puncak atau ketika aku dan kawan-kawan lelah mendaki.Saat aku
beristirahat di pos 1 salah satu teman yang ikut rombongan terlihat duduk melamun
menghadap pohon besar yang sudah tak berdaun lagi.Aku pun mendekati nya lalu
selalu seperti itu.entah mengapa akhir-akhir ini dia sering melamun seperti itu.”
“Coba beri dia makan,mungkin dia sedang lapar atau hibur dia dengan sesuatu.”Aku
pun pergi meninggalkan Anton dengan Riska lalu berjalan untuk mencari tempat
saja Riska pingsan di tengah perjalanan.Entah apa yang membuatnya pingsan kami
kemudian dia sadar dan langsung menceritakan apa yang terjadi “Makhluk besar…
aku ditarik oleh makhluk besar itu…” katanya,”Apakah kita akan melanjutkan
perjalanan atau tidak?” kata Anton.”Lebih baik kita istirahat dulu disini,langit sudah
mulai mendung akan segera hujan.” kata Deni.Kami langsung mengeluarkan tenda
dan alat-alat dan mulai membuat tenda.Hujan mulai turun bersamaan dengan angin
kencang yang hampir membuat tenda kami terbang.Untung saja aku membawa jas
hujan dan jaket,seperangkat benda untuk melindungi tubuh ku.15 menit kemudian
ke pos 2.Sampailah kami di pos 2 dan kami beristirahat sejenak.Total pos yang ada
di gunung lawu ini ada 5 pos,butuh 3 pos lagi untuk sampai ke puncak.Aku masih
mengatur nafasku yang sejak tadi terengah-engah karena membawa tas yang berisi
perjalanan ke pos 3.Anton berkata kepadaku “Kau tak melihat tingkah laku anak itu
tidak? Dia bertindak sangat aneh.” “Aku tak melihat apa yang dia lakukan,yang
kutahu dia pingsan tadi.Apa yang dia lakukan?” Tanya ku.Anton berkata kepadaku
mengajak Deni berbicara ternyata tidak.” aku berkata “Apa dia melakukan sesuatu
yang seharusnya tak dilakukan di gunung ini?” Anton menjawab “Entahlah.” Kami
tentang bagaimana ia kabur dari kejaran intel rezim Orba pada saat itu.”Pada saat
aku dan kawan-kawan bersiap untuk berdemo tiba-tiba saja seseorang dengan baju
polisi dengan pangkat letnan maju dan berkata kepada kami “mundur atau kami
tembak” kami terus maju,kami tak peduli dengan kata-katanya.Letnan itu memberi
di dada dan satu lagi luka tembak di kepala.” “Kasian sekali.” Kata ku.Akhirnya kami
sampai di pos 3,karena sedari tadi aku tak mengajak ngobrol Deni,aku pun
baik saja,setidak nya dia makan dan minum walaupun sedikit.” Jawab Deni.Kini aku
mulai gelap.Kabut mulai menyelimuti hutan dan suhu mulai terasa dingin.Aku duduk
kita bisa ke puncak dan mendirikan tenda di sana.” Kata ku.Setelah itu sampailah
kami di pos 5,pos terakhir.Kami langsung mendirikan tenda dan menginap di gunung
bersama,masakan itu sangat lezat sekali.Aku pun bergegas masuk ke tenda dan
langsung berbaring tidur karena badan ku sangat pegal sekali.Belum pernah aku
selelah ini selama hidupku.Baru saja aku memejamkan mata tiba-tiba terdengar
orang susah tidur saja” aku pun keluar tenda untuk menyaksikan apa yang
dia dengan air atau apa pun itu.Aku hanya ingin beristirahat,aku tak bisa membantu
kalau begitu.” aku pun bertanya “Apa yang dia perbuat sehingga kesurupan,hah?!”
“Aku tak tahu,mungkin dia buang air sembarangan atau melempar kayu ke jurang.”
Aku pun masuk ke tenda dan mulai memejamkan mata.Aku tak menyadari kalau
kejadian barusan adalah awal dari semua teror ini.Anton membangunkan ku dan
berkata “Bro,ayo temani aku buang air.” “Ah… ada-ada saja,kau kan sudah besar
masa’ tidak berani?,lagipula aku tengah tidur badan ku lelah sekali.” Kata ku.”Bukan
kuantar.” Aku pun menemani Anton untuk buang air,tak lupa aku membawa senter
untuk berjaga-jaga kalau ada hewan atau pun hantu yang melintas di depan ku.Dari
kejauhan kulihat ada orang berdiri disamping pohon,aku ingin menyapa nya namun
an.” Kata Anton kesal.Selesai Anton buang air kami kembali ke tenda,tapi aku masih
penasaran dengan orang yang berdiri di samping pohon tadi.Aku pun berlari ke arah
pohon yang disamping nya ada orang tadi.Aneh nya aku tak menemukan jejak
sepatu atau sendal di pohon tersebut.”Mungkin saja aku salah lihat,karena kabut
sangat tebal lebih baik aku kembali ke tenda.” baru setapak kaki kulangkahkan aku
mendengar suara “pergi… pergi dari sini atau kamu mati.” seketika aku pun berlari
bertanya kepadaku “Ada apa?” “Tidak… tidak ada apa-apa.” Kataku sambil
ketakutan “Beneran?” Tanya Anton “Iya,tidak ada apa-apa.Tidurlah.” alu dan Anton
yang menunjukkan jam 23.12 malam.Ada apa Anton membangunkanku pikir ku.
“Ada orang di luar tenda.” Kata Anton ketakutan.”Ada apa?berisik sekali kalian ini.”
Ucap Deni yang kesal karena terbangun oleh kegaduhan kami. “Ada orang di
luar,den.” Kata Anton sekali lagi. “Mungkin pendaki lain yang sedang mendirikan
tenda.” Kata Deni sambil melanjutkan tidur. “Bukan,ini aneh sekali.Orang ini berdiri
sejak dari tadi Panca tidur.Karena aku tidak bisa tidur maka aku pun hanya diam
memandangi tenda lalu tiba-tiba orang itu diam dan dan berdiri di depan tenda.”
Kata Deni sambil ketakutan. Aku pun berbisik “Buka saja penutup tenda
nya.Mungkin saja orang itu butuh bantuan kita namun tidak ingin membangunkan
kita.” “Bukan kah sudah kuceritakan tadi? Dia berdiri disana selama 3 jam dan kau
orang yang tadi berdiri di samping pohon adalah dia,gumam ku.Saat kuperiksa
mempunyai kepala dengan ikat tali atau jangan-jangan itu… pocong?. “Itu
pocong,ton.” Aku berbisik secara pelan “Nah kan,sudah kuduga.Pasti ada yang tidak
beres disini.” Kata Anton. “Apakah kau berani membuka penutup nya?” Kata ku
“Tidak,walaupun kau memberiku makanan secara gratis,aku tak mau.” Jawab Anton
cemas. “Baiklah biar aku yang buka.” Ucap ku.Aku pun menarik resleting tenda
secara perlahan,ku intip apa yang ada di luar melalui celah penutup,namun tak ada
dengan rasa takut.Tiba-tiba suasana terasa dingin dan mencekam,aku tak berani
untuk menoleh kebelakang lalu hantu muncul tepat di depan wajah nya.Aku tak mau
jadi seperti itu. Aku bertanya kepada Anton sambil tetap menghadap ke depan
“ton,dibelakang mu ada apa?” dengan spontan Anton menoleh dan dibelakang nya
sudah ada sesosok pocong dengan muka yang hancur serta bola mata yang tinggal
satu dengan kain kafan yang sudah bercampur dengan tanah. Anton pun berteriak
kencang dan pingsan di tempat. Deni dan Riska yang tengah tidur mau tak mau
seketika itu bangun tanpa menyadari sesosok pocong ada di samping mereka.Aku
pun keluar dari tenda dan berlari sekencang-kencang nya ke arah api unggun yang
masih menyala.Ternyata disana sudah ada puluhan pocong yang mengepung tenda
kami.Aku tak bisa apa-apa selain terdiam dan memejamkan mata berharap pocong-
berani dan terpaksa aku berlari menuju gerombolan pocong itu berharap bisa keluar
dari tempat itu.Akhirnya aku membuka mata setelah kaki ku tersandung kayu
pohon.Tak tahu aku berada di mana tapi yang jelas aku ada di tengah hutan
sendirian dan tak ada lagi pocong yang mengganggu.Beruntung senter yang tadi
kugunakan masih berfungsi,aku pun mencari jalan keluar hutan berharap menemui
satu dua pendaki yang berada di tenda.Sepanjang perjalanan aku tak melihat ada
nya setapak jalan atau pun belokan,yang kulihat hanyalah semak belukar dan
tenda sana.Bersyukur sekali setelah sekian lama berjalan akhir nya aku melihat
berbincang dengan salah satu penjaga pos. “Pak,apakah saya boleh minta
bantuan?” “Boleh,nduk.Ada apa?” Tanya bapak itu. “Bapak bisa antar saya ke pos
5?” “Bisa nduk,sebentar bapak ambil dulu motor nya.” “Nggih pak.” Jawab ku. “Ayo
nak,naik sini.” “Ya,pak.” Sepanjang perjalanan aku pun bercerita tentang apa yang
ditemukan badannya kurus sekali,hampir seperti mayat hidup kalau ingat kejadian
itu.” Rupa-rupa nya gunung ini menyimpan banyak kejadian kelam yang lebih parah
dari yang kualami.Sesampai di tenda kulihat salah satu tenda ambruk dan yang
tersisa hanya tenda milikku.Aku pun masuk tenda bersama bapak itu dan ternyata 5
orang dan 3 teman ku berkumpul di tengah dengan wajah ketakutan. “Kau kemana
saja,tega sekali meninggalkan aku dalam keadaan pingsan.” Kata Anton kesal
“Kalau panik yang ada di pikiran hanya lah kabur,Anton.Dan kau yang pingsan
sejumlah 3 buah LPG biru.” Kata ku sambil melawak untuk melunakkan kondisi.
pun?” Tanya bapak itu. “S..saya.. pak.” Ucap Riska. “Kamu punya khodam apa?”
“Saya diwarisi khodam oleh kakek saya pak,khodam nya macan putih Singkawang.”
kalian.Bapak akan antar kalian.” “Terimakasih pak.” Ucap aku dan kawan-kawan.
Kami pun di antar sampai ke bawah dan sebelum pulang kami di basahi oleh air
aku sudah sampai rumah dan beristirahat. Suasana sepi pun menyelimuti,aku
merasa ada orang di belakang punggungku. Aku hiraukan semua pikiran itu dan