Anda di halaman 1dari 3

TEGUH MENJADI SAKSI KRISTUS: SPIRIT SEBAGAI MARTIR

(Oleh: Sdr. Erkwan Martinus, OFMCap.)

Para Saudara yang terkasih,


Penderitaan dan penganiayaan akan selalu menjadi bagian dalam sejarah umat manusia.
Hidup yang tidak mudah, perjuangan harus dilakukan terus menerus untuk mendapatkan
sesuatu atau untuk mencapai sesuatu, sering kali menghalalkan berbagai cara untuk
mengejarnya. Mengorbankan orang lain menjadi cara yang sering kali dianggap efektif dan
mudah. Yang Sering kita jumpai justru “manusia itu menjadi serigala bagi yang lain” (homo
homini lupus). Demikian juga dalam dinamika hidup sehari-hari. Ada banyak tantangan dan
hambatan yang sering kali kita hadapi ketika hendak mengungkapkan dan membagikan
kebaikan dan kebenaran. Nah, dalam hal inilah kita harus mampu tetap teguh dan bertahan,
sama seperti St. Andreas, dkk. sebagai martir yang kita kenangkan hari ini.

Para saudara yang terkasih,


Dalam Injil yang telah kita dengarkan, Yesus mengingatkan kita sebagai umat Kristiani
khususnya sebagai kaum religius untuk waspada dan siap sedia, apabila datang waktunya kita
mengalami ‘hambatan’ iman, terlebih hambatan dalam menjalani panggilan suci Allah.
‘Hambatan’ itu pasti akan selalu ada, dan tetap akan ada godaan-godaan untuk melemahkan
kita sebagai orang yang menjalani panggilan suci Allah. Tantangan dan hambatan masih
mungkin kita hindari atau hadapi. Namun apabila hal itu datang dari dalam lingkungan terdekat,
Persaudaraan/Fraternitas, bahkan unit terkecil, unit Rieti misalnya, sampai pada yang muncul
dari dalam diri kita sendiri, pasti akan jauh lebih sulit.
Sebagai contoh, misalnya si Erkwan ini banyak tugas dari kuliah dan dia selalu menunda
tugas itu karena dalam hatinya “biasanya itu”, “nanti/gampangnya itu”, pada akhirnya sudah
mau deadline pun tugas itu belum selesai, sehingga si Erkwan ini tidak mengikuti kegiatan
persaudaraan, seperti berdoa, makan bersama, dll. (mudah-mudahan di unit ini tidak ada
saudara yang seperti si Erkwan ini). Nah, Apa yang harus saya lakukan sebagai saudara?
Membiarkan sajakah? Atau ikut-ikutin jugakah? Atau menemukan cara lain supaya si Erkwan
ini menuju pertobatan, sehingga mampu bersaksi. Kenyataannya, tidak jarang perjuangan kita
menjadi saksi kebaikan dan kebenaran justru kandas ketika menghadapi itu. Ah, saya jugalah
kata si Martinus, jadi menunda-nunda kayak dia, toh dia tidak ada apa-apa. Dalam hal inilah,
Iman menjadi iman persaudaraan, bukan iman personal yang dasarnya adalah perjumpaan
pribadi dengan Yang Ilahi.

1
Para saudara yang terkasih,
Sejak awal Yesus sudah mengingatkan kita. Bagaimana kita menghadapi tantangan dan
hambatan itu, sepenuhnya tergantung dari keputusan kita. Apakah kita akan tetap bertahan, juga
tergantung bagaimana diri kita. Satu hal sangat pasti adalah jika kita tetap bertahan, Yesus
memberi jaminan bahwa tak sehelai pun dari rambut kita akan hilang. Artinya 100% Yesus
memberi janji dan jaminan keselamatan itu. dan Cuma syaratnya adalah tetap teguh, tetap
bertahan. Bertahan berarti mau belajar beriman terus menerus, senantiasa memperbaharui diri
ke arah yang lebih baik.
Kemampuan bertahan tidak terbentuk sekali jadi. Waktulah yang akan menguji
bagaimana kualitas kebertahanan yang kita miliki. Dan gelombang hiduplah yang akan menjadi
medan perjuangan kita. Kualitas kita semakin diuji dengan itu. Seorang nahkoda yang handal
pasti sudah mampu melewati ribuan gelombang dahsyat air laut. Tanpa itu, ia tidak mampu
menjadi nahkoda yang handal.

Para saudara yang terkasih,


St. Andreas, dkk yang kita peringati hari ini bisa menjadi teladan bagi kita dalam
keteguhan menjadi saksi Kristus. St. Andreas, dkk. kita puji sebagai ‘martir’, bukan pertama-
tama karena darah yang tercurah sehingga dia meninggal dunia. St. Andreas menjadi ‘martir’,
yakni ‘saksi iman’, karena ‘hidup matinya merupakan kesaksian bahwa iman seorang Murid
Kristus nampak dalam kata-kata, perbuatan dan hidup serta matinya: bukanlah peristiwa
biologis atau sosial atau ekonomis, politis saja, melainkan wujud cinta kasih habis-habisan’,
cinta kasih yang total. Kuat atau hancurnya badan seseorang bukanlah tanda terdalam, apakah
seseorang menjadi ‘saksi iman pada Allah’.
Nah, Bagaimanakah sekarang? Para murid Kristus di masa kini khususnya kita yang ada
di sini, dapat menjadi teman seperjalanan St. Andreas, apabila iman dan panggilan suci, yang
kita ungkapkan dalam hidup baik perkataan maupun perbuatan sesuai dengan indentitas kita
sebagai saudara kapusin sebagai saksi Kristus, yang kita hayati terus dalam ketiga kaul yang
kita janjikan sampai ke akhir hayat hidup kita.

Para Saudara yang terkasih,


Marilah kita belajar dari hal-hal sederhana dalam hidup kita, seperti mengikuti alur
hidup kita sebagaimana mestinya, setidaknya sesuai dengan pedoman dan peraturan hidup kita.
Hal-hal sederhana itu kita lihat dan kita hayati dalam kerangka hidup kita sebagai orang

2
beriman, sebagai saudara kapusin. Semoga dengan demikian, kita selalu mampu untuk belajar
untuk tetap teguh menjadi saksi Kristus dalam kehidupan kita. Amin.

Anda mungkin juga menyukai