Hari minggu prapaskah ke 4 ini disebut juga sebagai hari minggu sukacita. Kita patut bersukacita karena kita sudah melalui setengah dari masa puasa dan pantang ini. Kita patut bersukacita karena sebentar lagi kita merayakan penyelamatan Allah kepada manusia melalui putra-Nya Yesus Kristus. Apakah semua yang hadir disini memiliki masalah penglihatan? Semua bisa melihat? (Jika ada yang punya masalah penglihatan, itu masalah anda, baiknya segera memeriksakan diri ke dokter mata). Jika semuanya sehat, mari kita arahkan pandangan ke depan. Apa yang bapak-ibu dan saudara-saudari lihat? Seringkali kita melihat dan menilai apa yang tersaji di depan mata kita secara langsung. Kita mudah menilai seperti Samuel yang terpana dengan anak Isai yang gagah. Adakah yang melihat perjuangan kita? (Untuk TOLHAS: keberadaan kita di tempat ini adalah hasil dari perjuangan kita dalam mempertahankan iman kita. Presiden Soekarno pernah mengeluarkan slogan yang dikenal dengan JASMERAH: Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah. Tentu kita semua masih mengingat dengan sangat jelas bagaimana kita memperjuangkan, mempertahankan, dan mengusahakan agar eksistensi kita sebagai orang katolik di daerah ini tetap diakui. Segala derita, tantangan, penolakan dan lain sebagainya adalah cara Tuhan untuk menempa dan memurnikan kita sebagai murid-murid Yesus. “kamu akan dianiaya karena nama-Ku, namun dari semua itu sehelai dari rambut kepalamu tidak akan hilang”. (Untuk Paroki: perjuangan kita belumlah usai. Gereja kita masih membutuhkan banyak uluran kasih dari kita. Kita juga mesti berjuang bersama-sama agar tempat yang kita impikan ini segera selesai dan kita semua dapat berekaristi dengan khusuk. Walaupun masa prapaskah sudah berjalan setengahnya, saya ingin mengingatkan kembali apakah kita sudah membuat kotak APP di rumah kita masing-masing? Kiranya kita juga menyisihkannya untuk pembangunan gereja kita ini. Saya ingin menegaskan bahwa gereja ini bukanlah untuk romo black, atau untuk romo-romo yang lain. Gereja ini adalah untuk umat allah terutama kita yang tinggal di sekitar tanjung enim ini. (Untuk umum: Kita patut bersyukur atas warisan iman dari para leluhur kita. Tahun ini Keuskupan Agung Palembang mengajak kita semua untuk memasuki tahun syukur atas anugerah iman. Para leluhur telah memberikan banyak pelajaran kepada kita. Perjuangan mereka, pergulatan mereka hendaknya menjadi semangat bagi kita dalam menghidupi diri sebagai orang katolik. Seringkali kita mudah menyerah sebagai orang katolik. Kita mudah dikalahkan dengan kepentingan- kepentingan duniawi yang menjauhkan kita dari persekutuan gereja. Akibatnya pertemuan pendalaman iman semakin jarang, hidup menggereja kurang bergairah dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, dimasa prapaskah ini, kita semua diajak untuk bertobat. Agar ajakan bersukacita atas penebusan Yesus dapat kita alami. Bapak ibu, saudara-saudari yang terkasih, Jikalau saya boleh mengatakan bahwa segala perjuangan kita selama ini merupakan bentuk lain dari masa prapaskah. Masa prapaskah yang akan membawa kita pada pengalaman paskah yang sesungguhnya yaitu hidup damai bersama dengan yang lain. Mungkin bukan kita yang akan mengalami masa paskah, namun anak dan cucu kita nanti. Di masa prapaskah ini kita juga diajak untuk bertobat. Bertobat bukan hanya berarti mengubah dari yang buruk menjadi yang baik, namun bertobat juga dapat dipahami sebagai menjadikan yang baik menjadi semakin lebih baik lagi. Bapak ibu, saudara-saudari yang terkasih, Dalam bacaan Injil hari ini kita mendengarkan bagaimana Yesus menyembuhkan mata orang yang buta sejak lahir. Pengalaman orang buta tersebut rupa-rupanya juga menjadi pengalaman kita. Mungkin kita tidak buta karena kita bisa melihat. Namun terkadang kita melihat namun buta. Lihatlah gereja kita ini… dan mari berbuat seperti yang kita ucapkan dalam doa pembangunan gereja paroki. Seringkali kita melihat ada banyak orang yang membutuhkan bantuan kita. Baik bantuan berupa materi maupun dukungan dalam rupa yang lain seperti perhatian, motivasi atau yang lain. Seringkali kita enggan untuk terlibat di dalamnya, bahkan tidak jarang dari kita ada memilih untuk menghindar dan pura-pura tidak melihat. Ketika kita menjadi seperti itu, sesungguhnya kita menjadi orang buta. Sebagai pribadi yang sengaja membutakan diri, pada masa prapaskah ini, Gereja mengajak dan mengundang kita semua untuk belajar dari si buta. Si buta yang mau memohon kesembuhan dari Yesus. Si buta yang mau disentuh oleh Yesus. Sentuhan Yesus adalah sentuhan kasih. Kasih yang menyembuhkan, kasih yang mengampuni, kasih yang menghidupkan. Marilah kita bersama-sama memohon agar Yesus mau menyentuh seluruh hidup kita dengan kasihnya agar kita mampu menjadi terang bagi sesama kita yang tinggal dalam kegelapan seperti yang ditegaskan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus. Ketika hidup kita menjadi terang maka hidup kita akan membuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran. Dengan demikian seruan bersukacitalah sungguh-sungguh kita alami dalam keseharian hidup kita. Mari kit bermenung, Tuhan memberkati. Amin
Kita Umat Katolik Selalu Diajarkan Untuk Untuk Berlutut Pada Saat Perayaan Ekaristi Dan Bisa Dibilang Bahwa Umat Katolik Lebih Sering Berlutut Dibandingkan Denominasi Kristen Lainnya