Anda di halaman 1dari 3

Adorasi Gaya Taize Lingkungan Veronika

1. Lagu pembukaan 1
2. Doa Pembukaan(bersama-sama)
Ya Bapa, syukur kepada-Mu karena kesempatan ini kami boleh hadir lagi di sini, di hadapan
Putera-Mu. Ya Bapa, betapa luar biasa rahmat ini, berada sedekat ini dengan Puteramu. Ya Bapa,
kami ingin belajar menjadi seperti Maria saudara Martha, yang hanya berfokus kepada Yesus
ketika berada dekat Yesus, sehingga kami tidak kehilangan bagian terbaik kami, untuk pada
suatu hari kelak kami bertemu muka dengan muka dengan Sang Putera di surga. Ya Bapa,
bolehkanlah kami belajar menyerap sebanyak mungkin keindahan yang disediakan PuteraMu
untuk kami saat ini. Bantulah kami dalam segala kelemahan kami agar kami bisa memusatkan
perhatian hanya kepada PuteraMu saat ini. Semua ini kami mohon dengan perantaraan Kristus
Tuhan dan Pengantara kami. Amin.

Marilah kita mengambil kesempatan sejenak untuk meninggalkan segala-galanya, memandang


Kristus dalam rupa roti, menyerahkan segala-galanya dalam kekuasaan-Nya. (Hening sejenak)

3. Bacaan : Luk 18: 9-14


Kerendahan hati adalah satu-satunya pakaian yang pantas kita kenakan saat berjumpa dengan
Allah. Kerendahan hati membuat kita sadar atas segala kelemahan kita, dan kita datang sebagai
sebutir debu tak berarti di hadapan Allah, dan itu memang benar, dan kita hanya berharap pada
kasih kemurahan Allah saja, dan memang seharusnya demikian. Sebaliknya kesombongan
membutakan, membuat kita melayang, dan lupa akan segala keburukan kita, selalu merasa
benar dan orang lain salah, dan pada akhirnya menyingkirkan Tuhan dari hidup kita karena
merasa kita sudah bisa melakukan segala-galanya sendiri, bahkan perintah-perintah Tuhan
mampu kita selesaikan sendiri.
Saat ini, ketika hendak bertemu dengan Allah, marilah kita merenungkan diri kita lagi, apakah
kita sudah mengusahakan kerendahan hati dalam hidup kita.............
Apakah kita masih haus akan pujian dan pengakuan atas segala pekerjaan dan prestasi
kita.............
Ingat lagi ketika kita ditegur, disalahkan, direndahkan, apakah kita menerimanya, atau berbalik
melawan, marah, merancang balas dendam.............
Bagaimana ketika kita dipuji, apakah kita semakin melayang, lalu berusaha mendapatkan pujian
yang lain lagi, atau pujian mengantarkan kita kepada refleksi dan syukur................
Sudahkah kita menjadi pelayan bagi orang lain, ataukah kita lebih suka dilayani..............
Mari kita hening sejenak...............
Seperti penjahat yang hanya minta diingat oleh Yesus saat di salib dan sadar atas
ketidakpantasannya, marilah kita bawa segala permenungan ini ke hadapan Yesus dengan doa
tobat: Saya mengaku.......
4. Lagu 2
5. Bacaan: Mat 19 : 16-26
6. Pengantar Renungan:
Hidup kita itu tentang apa? Tentang cita-citaku. Tentang anak-anakku. Tentang karirku. Tentang
keluargaku. Tentang rumah, kendaraan, kenyamananku. Tentang aku. Pada akhirnya, aku
menjadi pusat dari segalanya.
Kita tidak akan pernah bisa sempurna dalam damai dan kebahagiaan ketika kita berpusat hanya
kepada ‘aku’. Untuk sempurna, kita harus berbagi. Berbagi itulah yang membahagiakan. Segala
yang kita punya akan memberikan kenyamanan kepada kita, sekaligus bahaya kelekatan seperti
si kaya yang ingin sempurna, tapi tak pernah bisa membahagiakan kita. Untuk sempurna, kita
harus berbela rasa dengan sesama. Apa gunanya berpuasa jika kita pada akhirnya hanya
mementingkan diri sendiri?
Mari kita ingat lagi, segala yang kita miliki, keluarga, rumah, usaha, barang-barang.Seberapakah
kita lekat dengan itu semua..................
Apakah kelekatan itu yang selama ini membuat kita susah berbagi.................
Ingat kembali saat kita berbagi..............
Di gereja, saat kolekte, apakah kita memilih nominal terkecil di dompet kita, apakah kita sekedar
memberi saja, apakah kita merencanakannya sungguh, apakah kita sungguh ingin berbagi, atau
sekedar memenuhi kewajiban memberikan kolekte................
Di rumah, bagaimana kita berbagi dengan saudari-saudara yang kita sayangi, apakah kita
menghitung-hitung pengorbanan kita.................
Dengan tetangga kita, kapan kita berbagi dengan mereka, dengan yang kita sukai dan yang tidak
kita sukai, yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, tuluskah kita menginginkan
kebaikan bagi mereka, atau sekedar balas jasa mereka tempo hari.................
Dengan yang ditimpa kemalangan, pernahkah kita berbagi, atau justru menghindar seperti orang
Lewi.............
Bagaimana dengan waktu kita, sudahkah kita memberikan perhatian yang cukup kepada mereka
yang harus kita perhatikan, mendengarkan dengan penuh seksama dan sabar segala ucapan
mereka, ketika mereka mulai membosankan dan mengulang-ngulang topik yang sama, ketika
mereka mulai melantur................
Marilah kita hening sejenak.............
7. Doa renungan 2
Ya Bapa, Yesus mengajarkan kami untuk berbagi. Dengan berbagi, kami juga menyerahkan
kekuatiran kami dan mempercayakan hidup kami kepada-Mu. Kami mohon ya Bapa, angkatlah
kekuatiran-kekuatiran hidup kami agar kami mudah berbagi dan berbela rasa, tidak hanya
memikirkan masa depan kami saja. Bantulah kami ya Bapa, agar kami semakin sering
memikirkan kebahagiaan sesama juga. Sebab dengan cara itulah kami akan bahagia. Semua ini
kami mohon dengan perantaraan Kristus Tuhan kami.
8. Lagu 3
9. Bacaan:Luk10 : 38-42
10. Pengantar renungan
Kita adalah Marta, yang begitu sibuk dengan urusan duniawi kita. Awalnya kita hidup
mengandalkan diri sendiri. Dan berhasil. Tidak selalu gilang gemilang memang, tapi kita bisa
menyelesaikannya. Semuanya pada akhirnya berakhir baik. Kita bisa menyelesaikan semuanya
sendiri, jadi pada dasarnya kita tidak butuh Tuhan. Sampai tiba saatnya kita merasa hampa. Atau
masalah-masalah kita mengepung kita, dan kita mulai menjerit. Kita menyuruh Tuhan
membereskan masalah kita. Dan Yesus menegur kita.
Ketika Yesus bersama-sama dengan mereka, Maria memilih tinggal dekat Yesus, memusatkan
perhatian sungguh hanya kepada Yesus, segala yang dikatakanNya, segala pengajaranNya. Dan
betapa Maria menerima bukan hanya pengajaran, kebijaksanaan, tetapi juga kekuatan untuk
menghadapi hari-harinya. Kebijaksanaan, arah yang benar, adalah segalanya. Tanpa itu, tidak
peduli berapa banyak energi yang kita keluarkan, itu semua tidak berguna, karena kita salah
jalan. Kebijaksanaan, itulah bagian terbaik milik Maria. Di dalamnya juga ada sukacita dan damai,
sehingga entah bagaimanapun permasalahan hidup yang dialami Maria, dia selalu dalam damai.
Kita butuh saat seperti Maria. Namun alangkah kita sering tidak menyadarinya. Rutinitas
keagamaan hanyalah rutinitas mengisi waktu, sesuatu yang sudah saatnya dilakukan.
Marilah saat ini kita ingat kembali saat-saat doa kita. Di gereja, dalam misa, dalam ibadah, dalam
doa pribadi. Di gereja, seberapa sering kita membiarkan pikiran kita melayang, atau bahkan
sekedar hadir, sambil menunggu urutan misa berlangsung, bahkan hanya menunggu kapan misa
selesai............... apakah kita berusaha seperti Maria, yang begitu memusatkan perhatian kepada
Yesus, atau kita malah sibuk memikirkan hal yang lain dalam misa..........
Dalam ibadah bersama lingkungan, apakah kita sungguh mencurahkan perhatian dalam ibadah,
ataukah hanya menunggu ibadah selesai...............
Dalam doa pribadi, apakah kita sungguh-sungguh berdoa, atau hanya berusaha menyelesaikan
doa secepat mungkin..................
Apakah kita merasakan kedekatan dengan Allah saat doa, ataukah waktu doa kita terasa
hampa.............
Apakah kita sungguh menyerhkan seluruh hidup kita ke dalam tangan Tuhan…………….
Mari kita hening sejenak merenungkan hubungan kita dengan Allah selama ini....................
11. Doa Renungan 3
Ya Bapa, jiwa kami rindu menikmati kedekatan dengan Dikau, namun betapa hiruk pikuk dunia
dan pikiran kami, segala kekuatiran, segala rencana, telah menjadi tembok tebal yang
menjauhkan kami dari Dikau. Ajarkanlah kami ya Bapa supaya bisa seperti Maria, mengambil
waktu setiap hari untuk hanya memusatkan perhatian kepada PuteraMu dan mereguk damai
sebanyak-banyaknya dari Dia. Tuntunlah kami ya Bapa, agar kami bisa sampai kepadaMu. Semua
ini kami mohon dengan perantaraan Yesus Kristus PuteraMu dan penebus kami.
12. Lagu 4
13. Doa Umat Spontan
Ya Yesus yang manis, Engkau yang maha tahu pasti mengerti segala permasalahan hidup kami
sehari-hari tanpa kami mengatakannya kepada-Mu. Bahkan Engkau lebih memahami apa
sebenarnya sumber masalah hidup kami. Namun kami ingin mengungkapkannya pula, karena
yakin Engkau pasti mendengarkan. Biarlah hati kami yang remuk redam menjadi persembahan
kami bagiMu. Ubahlah hati kami yang remuk redam itu menjadi berkat dan sarana rahmatMu
untuk sampai kepada kami. Maka dengarkanlah doa-doa kami ini…… (doa umat spontan)
14. Bapa kami
Marilah kita satukan doa-doa kita dengan doa yang telah diajarkan Yesus sendiri. Bapa kami….
15. Doa penutup
Ya Yesus, sertailah selalu kami semua dalam perjalanan hidup kami. Jadilah guru bagi kami
selalu, yang menuntun kami untuk selalu menjadi berkat bagi sesama. Lembutkanlah hati kami
yang keras dan kaku, yang sulit berbela rasa kepada sesama kami para pendosa, orang-orang
yang kesusahan, orang-orang yang haus perhatian dan kasih sayang. Jadikanlah hati kami seperti
hatiMu. Sehingga kami semakin pantas merayakan Paskah kebangkitanMu. Amin.
16. Lagu 5.

Anda mungkin juga menyukai