DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan fisiologi
B. Patologi
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Gambaran Klinis
5. Komplikasi
BAB III PROSES FISIOTERAPI
A. Pemeriksaan fisioterapi
B. Diagnose
C. Intervensi fisioterapi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
1
BAB I
PENDAHULUAN
Atelektasis adalah keadaan ketika sebagian atau seluruh paru mengempis dan tidak
mengandung udara. Tidak adanya udara didalam paru terjadi karenasaluran pernafasan tersumbat
sehingga udara dari bronkus tidak dapat masuk kedalam alveolus, sedangkan udara yang
sebelumnya berada di alveolus diserap habis oleh dinding alveolus yang banyak mengandung
kapiler darah. Penyebab tidak masuknya udara ke dalam paru disebabkan oleh sumbatan lumen
saluran pernafasan maupun terhimpit dari luar yang mengakibatkan tertutupnya saluran
pernafasan.
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat meliputi sub segmen
paru atau seluruh paru. Stenosis dengan penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar
mengakibatkan atelektasis (kolaps) dari suatu lobus, danradiograf akan menunjukkan suatu
bayangan yang homogen dengan tanda pengempisan lobus
Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan dapat terjadi padasemua ras. Atelektasis
lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda dari pada anak yang lebih tua dan remaja. Insiden
dari atelectasis pascaoperasi adalah 80%, tetapi hanya 20% yangsecara klinis signifikan. Dari
hasil 200 pasien chest radiographs yang diperiksasecara berturut-turut pada ICU, ditemukan 18
kasus dari kolaps lobaris (8,5%).Sebagian besar kasus melibatkan lobus kiri bawah (66%),
kolaps lobus kanan bawah (22%) dan lobus kanan atas (11%) juga tercatat.
Atelektasis pasca operasi dan atelektasis lobar adalah atelektasis umum yang sering terjadi.
Insiden dan prevalensi gangguan ini tidak terdokumentasi dengan baik. Mortalitas Morbiditas
pasien tergantung pada penyebab yang mendasari atelektasis. Dalam atelektasis pasca operasi,
kondisi umumnya membaik. Prognosis atelektasis lobar sekunder untuk obstruksi
endobronkialtergantung pada pengobatan keganasan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi paru-paru
Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paruparu adalah
berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya
berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua bagian yaitu, paru kanan dan paru
kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai
dua lobus. Setiap paruparu terbagi lagi menjadi beberapa sub-bagian, terdapat sekitar
sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru bagian
kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh sebuah ruang yang disebut mediastinum
(Evelyn, 2009).
Paru-paru manusia dibungkus oleh selaput tipis yang bernama pleura. Pleura
terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput
tipis yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang
menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga yang disebut
cavum pleura
3
Menurut Juarfianti (2015) sistem pernafasan manusia dapat dibagi kedalam sistem
pernafasan bagian atas dan pernafasan bagian bawah.
a. Pernafasan bagian atas meliputi hidung, rongga hidung, sinus paranasal, dan
faring.
b. Pernafasan bagian bawah meliputi laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan
alveolus paru.
Menurut Alsagaff (2015)sistem pernapasan terbagi menjadi dari dua proses, yaitu
inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah pergerakan dari atmosfer ke dalam paru,
sedangkan ekspirasi adalah pergerakan daridalam paru ke atmosfer. Agar proses
ventilasi dapat berjalan lancar dibutuhkan fungsi yang baik pada otot pernafasan dan
elastisitas jaringan paru. Otot-otot pernafasan dibagi menjadi dua yaitu :
4
b. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah
c. Transport dari pasokan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan
tubuh ke dan dari sel.
d. Pengaturan ventilais pada sistem pernapasan.
Pada waktu menarik nafas atau inspirasi maka otot-otot pernapasan berkontraksi,
tetapi pengeluaran udara pernafasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma
menutup, penarikan nafas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru
dan dinding badan bergerak hingga diafragma dan tulang dada menutup dan berada
pada posisi semula (Evelyn, 2009)
5
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi paru-paru manusia adalah sebagai
berikut :
a. Usia
Kekuatan otot maksimal paru-paru pada usia 20-40 tahun dan dapat
berkurang sebanyak 20% setelah usia 40 tahun. Selama proses penuan terjadi
penurunan elastisitas alveoli, penebalan kelenjar bronkial, penurunan kapasitas
paru.
b. Jenis kelamin
Fungsi ventilasi pada laki-laki lebih tinggi sebesar 20-25% dari pada funsgi
ventilasi wanita, karena ukuran anatomi paru pada laki-laki lebih besar
dibandingkan wanita. Selain itu, aktivitas lakilaki lebih tinggi sehingga recoil
dan compliance paru sudah terlatih.
c. Tinggi badan
Seorang yang memiliki tubuh tinggi memiliki fungsi ventilasi lebih tinggi
daripada orang yang bertubuh kecil pendek (Juarfianti, 2015).
3. Volume dan kapasitas paru
Menurut Evelyn (2009) volume paru terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
a. Volume Tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap
kali pernafasan normal. Nilai dari volume tidal sebesar ± 500 ml pada rata-rata
orang dewasa.
b. Volume Cadangan Inspirasi adalah volume udara ekstra yang diinspirasi setelah
volume tidal, dan biasanya mencapai maksimal ± 3000 ml.
c. Volume Cadangan Ekspirasi adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan
dengan ekspirasi maksimum pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan normal
besarnya adalah ± 1100 ml.
d. Volume Residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru
setelah ekspirasi kuat. Nilainya sebesar ± 1200 ml.
6
B. Patologi
1. Definisi
Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami
hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkembang atau sama
sekali tidak terisi udara. Atelektasis adalah penyakit restriktif akut yang umum
terjadi, mencakup kolaps jaringan paru atau unit fungsional paru. Atelektasis
merupakan masalah umum klien pascaoperasi.
Ateletaksis adalah ekspansi yang tidak sempurna paru saat lahir (ateletaksis
neokatorum) atau kolaps sebelum alveoli berkembang sempurna, yang biasanya
terdapat pada dewasa yaitu ateletaksis didapat (acovired aeletacsis). Atelektasis
(Atelectasis )adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal.
Berdasarkan Faktor yang Menimbulkan Atelektasi :
a. Atelektasis Neonatorum
Banyak terjadi pada bayi prematur, di mana pusat pernapasan dalam otak
tidak matur dan gerakan pernapasan masih terbatas. Faktor pencetus termasuk
komplikasi persalinan yang menyebabkan hipoksia intrauter.
Pada autopsy, paru tampak kolaps, berwarna merah kebiruan, non crepitant,
lembek dan alastis. Yang khas paru ini tidak mampu mengembang di dalam air.
Secara histologis, alveoli mempunyai paru bayi, dengan ruang alveoli kecil
yang seragam, dilapisi dindingin septa yang tebal yang tampak kisut. Epitel
kubis yang prominem melaposi rongga alveoli dan sering terdapat edapan
protein granular bercampur dengan debris amnion dan rongga udara. Atelektasi
neonatorum pada sistem, gawat napas, telah di bahas disebelumnya.
b. Atelektasis Acquired
Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang menyebabkan
kolaps dari ruang udara, yang sebelumnya telah berkembang. Jadi terbagi atas
atelektasis absorpsi, kompresi, kontraksi dan bercak. Istilah ini banya
menyangkut mechanisme dasar yang menyebabkan paru kolaps atau pada
distribusi dari perubahan tersebut.
Altelektasis absorpsi terjadi jika saluran pernapasan sama sekali tersumbat
sehingga udara tidak dapat memasuki bagian distal parenkim. Udara yang telah
tersedia secara lambat laun memasuki aliran darah, disertai dengan kolapsnya
alveoli. Tergantung dari tingkat obstruksi saluran udara, seluruh paru,
merupakan lobus yang lengkap, atau bercak segmen dapat terlibat. Penyebab
tersering dari kolaps absorbsi adalah abstruksi bronchus oleh suatu sumbatan
mucus. Hal ini sering terjadi pasca operasi. Asma bronchial, bronkiektasis dan
bronchitis akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta
kronis. Dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis, dapat pula
7
menyebabkan obstruksi karena sumbatan bahan mukopurulen. Kadang-kadang
obstruksi disebabkan oleh aspirasi benda asing atau bekuan darah, terutama
pada anak atau selama operasi rongga mulut atau anestesi. Saluran udara dapat
juga ter sumbat oleh tumor, terutama karsinoma bronkogenik dengan
pembesaran kelenjar getah bening (seperti pada tuberculosis, contohnya) dan
oleh aneurisma pembuluh darah.
2. Etiologi
Etiologi terbanyak dari atelektasis adalah terbagi dua yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
a. Etiologi intrinsik atelektasis adalah sebagai berikut :
Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bias berasal di dalam bronkus seperti
tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif. Dan penyumbatan
bronkus akibat panekanan dari luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus,
kelenjar yang membesar. Peradangan intraluminar airway menyebabkan
penumpukan sekret yang berupa mukus. Tekanan ekstra pulmonary, biasanya
diakibatkan oleh pneumothorah, cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi
alat perut ke dalam rongga thorak, tumor thorak seperti tumor mediastinum.
Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan perkembangan
paru yang tidak sempurna, misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan
neurologis lainnya. Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi lelancaran
pengeluaran sekret bronkus dan ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus
yang berakhir dengan memperberat keadaan atelektasis. Hambatan gerak
pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang menahan rasa sakit,
keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat
memperberat terjadinya atelectasis
b. Etiologi ekstrinsik atelektasis:
Pneumothoraks
Tumor
Pembesaran kelenjar getah bening.
Pembiusan (anestesia)/pembedahan
Tirah baring jangka panjang tanpa perubahan posisi
Pernafasan dangkal
Penyakit paru-paru
3. Patofisiologi Atelektasis
Setelah penyumbatan bronchial yang terjadi secara mendadak sirkulasi darah
perifer akan diserap oleh udara dari alveoli, yang akan menyebabkan terjadinya
kegagalan pernapasan dan penarikan kembali paru-paru dalam beberapa menit, hal ini
tanpa desebabkan adanya infeksi. Paru-paru akan menyusut secara komplek. Dalam
tingkat awal, perfusi darah paru-paru akan kekurangan udara yang menyebabkan
hipoksemi arterial. Jika kapiler dan jaringan hipoksia mengakibatkan timbulnya
transudat berupa gas dan cairan serta udem paru. Pengeluaran transudat dari alveoli
8
dan sel merupakan pencegahan komplit kolaps dari atelektasis paru. Daerah sekitar
paru-paru yang mengalami udem kompensata sebagian akan kehilangan volume.
Bagaimanapun juga pada kasus kolaps yang luas diafragma mengalami paninggian,
dinding dada nyeri dan hal ini akan mempengaruhi perubahan letak hati dan
mediastinum.
Sesak yang disebabkan merupakan variasi perubahan stimulus pusat respirasi dan
kortek serebral. Stimulus berasal dari kemoreseptor di mana terdapat daerah
atelektasis yang luas yang menyebabkan tekanan O2 kurang atau berasal dari paru-
paru dan otot pernapasan, dimana paru-paru kekurangan oksigen tidak terpenuhi dan
penambahan kerja pernapasan. Kiranya aliran darah pada daerah yang mengalami
atelektasis berkurang. Tekanan CO2 biasanya normal atau seharusnya turun sedikit
dari sisa hiperventilasi parenkim paru-paru yang normal.
4. Manifestasi Klinis Atelektasis / Gejala Atelektasis
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang
ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala sama
sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek.
Gejalanya bisa berupa:
a. gangguan pernafasan
b. nyeri dada
c. batuk
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-
kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
Gejala klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya atelektasis. Pada
umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma, neoplasma,
asma dan penyakit yang disebabkan infeksi misalnya bronchitis, bronkopmeumonia,
dan pain-lain jarang menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali jika ada obstruksi
pada bronkus utama. Jika daerah atelektsis itu luas dan terjadi sangat cepat akan
terjadi dipsneu dengan pola pernapasan yang cepat dan dangkal, takikardi dan sering
sianosis, temperatur yang tinggi, dan jika berlanjut akan menyebabkan penurunan
kesadaran atau syok. Pada perkusi redup dan mungkin pula normal bila terjadi
emfisema kompensasi. Pada atelektasis yang luas, atelektasis yang melibatkan lebih
dari satu lobus, bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak terdengar, biasanya
didapatkan adanya perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga dan diafragma.
Pada perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser, letak diafragma
mungkin meninggi.
5. Komplikasi
a. Pneumatoraks
Pneumothorax adalah istilah medis untuk terkumpulnya udara pada rongga
pleura, yaitu rongga tipis yang dibatasi dua selaput pleura di antara paru-paru dan
dinding dada. Udara yang terkumpul pada rongga pleura dapat terjadi akibat
9
adanya celah yang terbentuk akibat cedera pada dinding dada atau robekan pada
jaringan paru-paru. Akibatnya, udara tersebut dapat menekan paru-paru dan
membuat paru-paru menjadi mengempis (kolaps).
Secara umum, pneumothorax terbagi menjadi dua, yaitu pneumothorax primer
dan sekunder. Ketika pneumothorax terjadi pada orang yang sehat tanpa didahului
penyakit paru-paru, kondisi ini disebut pneumothorax primer. Sebaliknya,
pneumothorax yang dialami akibat komplikasi dari penyakit paru-paru disebut
pneumothorax sekunder. Selain itu, berdasarkan penyebabnya, pneumothorax
dapat dibagi menjadi pneumothorax trauma yang disebabkan oleh cedera pada
dinding paru-paru atau dada, serta pneumohorax non trauma yang terjadi secara
spontan tanpa diawali cedera.
b. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di pleura, yaitu rongga antara paru-
paru dan dinding dada. Pada keadaan normal, terdapat sedikit cairan pada pleura
sebagai pelumas agar paru-paru dapat bergerak dengan mulus pada rongga paru-
paru. Terlalu banyak cairan dapat menyebabkan tekanan pada paru-paru,
mengakibatkan kesulitan bernapas.
10
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
A. Identitas umum
Nama : Tn.F
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jln.Paccerakkang,Daya.
Pekerjaan : karyawan swasta
Hobby : Main Bola
Agama : Islam
B. Anamnesis khusus ( history taking )
Keluhan Utama :Kesulitan bernafas, batuk sulit mengeluarkan dahak dan nyeri
dada
Lokasi Keluhan : Dada bagian kanan
Waktu serangan : tidak menentu, paling sering pada malam hari
Factor pencetus : benda asing, dan trauma
Lama keluhan : 3 minggu yang lalu
RPP : Sekitar 3 minggu yang lalu pasien mengalami kecelakaan kerja
dan mengharuskan tim medis melakukan pembedahan pada dada kanan pasien. 2 minggu
setelah operasi, pasien mulai bisa beraktivitas namun keluhan sesak nafas itu timbul
dengan frekuensi yang semakin meningkat disertai nyeri dada bagian kanan dan batuk
ringan disertai dahak /sputum. Saat pasien kembali memeriksakan diri ke dokter, pasien
di diagnosis atelektasis pada right upper lobus dan dirujuk ke fisioterapi untuk
mendapatkan penanganan lebih spesifik.
C. Pemeriksaan vital sign
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Denyut nadi : 92x/menit
Pernapasan : 30x/menit
Suhu : 36,5o C
D. Inspeksi/observasi :
- Tingkat kesadaran pasien masih normal dan terlihat lesu (merespon saat diajak
berbicara tapi terengah-engah).
- sianosis pada ujung jari pasien.
- Saat bernafas cuping hidung kembang kempis
- Pada leher terlihat ada spasme pada otot-otot asesori.
- Rounded shoulder pada lengan yang mengalami atelektasis posisinya lebih rendah
dibanding sisi sehat.
11
- Postur dada yang ditarik ke dalam
- Dijumpai adanya kifosis dan sedikit scoliosis.
E. Palpasi
Palpasi Otot assesoris : Spasme otot assesori
Palpasi Fremitus Suara : freamitus vocal melemah pada sisi yang sakit (right upper
lobe)
Palpasi dada : pasien merasakan nyeri pada dada sebelah kanan atas bagian
anterior, terasa nyeri apabila ditekan.
F. Pemeriksaan fisioterapi
1. Mobilisasi Thoraks
Expansi Upper lobus
Pasien lying
Kedua thumb di mid sterna line sterna notch, jari-jari extensi di atas kedua
clavicula
Pasien full expirasi lalu deep inspirasi.
Expansi Midle Lobus
Pasien lying
Kedua ujung thumb di proccessus xyphoideus dan jari-jari diekstensikan ke
lateral costa
Pasien full expirasi lalu deep inspirasi.
Expansi Lower Lobus
Posisi sitting
Kedua ujung thumb di medulla spinalis (sejajar lower costa) dan jari-jari
diextensikan sejajar costa
Pasien ekspirasi full lalu deep inspirasi
Hasil : : gerakan chest asimetris dan pengembangan chest terbatas dimana
pengembangan dada kiri lebih besar daripada dada kanan.
2. Ventilasi
Ventilasi adalah proses pergerakan udara keluar masuk paru-paru.
Tes yang dilakukan dengan cara meniup kertas dari jarak 30-90 cm dan lihat
apakah kertas bergerak atau tidak
Hasil : pasien tidak mampu meniup secara maksimal dan kertas tidak bergerak
12
3. Perkusi
Tujuan: Memeriksa adanya udara atau cairan dalam paru-paru
Cara: tempatkan jari- jari di dinding chest (anterior dan posterior) lalu ketuk
pada distal phalangs dengan dua ujung jari tangan lainnya.
Hasil : Suara redup (dull) pada bagian Right Upper Lobus
4. Auskultasis
Tujuan : Auskultasi paru adalah mendengarkan suara pada dinding thorax
dengan menggunakan stetoskop
Caranya : pasien diminta bernapas cukup dalam dengan mulut terbuka dan
letakkan stetoskop secara sistematik dari atas ke baawah dengan
membandingkan kiri dan kanan pada Th2, Th 6 dan Th10.
Hasil : : suara nafas hilang Pada area right upper lobe dan terdengar wheezing akibat
akumulasi cairan yang berlebih pada bronchial.
SesakNafas Keterangan
0 Tidak ada
1 Sangat ringan
2 Ringan
3 Sedang
4 Sedikit berat
13
5 Berat
6 Sangat berat
7 Sangat-sangat berat
8 Maksimal
Hasil 5 : Berat
Vas
7. Pemeriksaan Penungjang
14
Sputum
• 130 cc/hari
• Berlendir lekat, warna abu-abu dan konsistensi Sereus
G. Problem fisioterapi :
- Adanya sputum dalam bronkus lobaris superior sisi kanan
- Batuk yang tidak efektif
- Nyeri dada sebelah kanan atas
- Pengembangan thorax yang tidak sempurna pada right upper lobus
- Spasme otot pectoralis mayor dan upper trapezius
H. Diagnose
Gangguan fungsi paru dan gangguan pengembangan thorax akibat Atelektasis Lobaris
Kanan Atas karena peningkatan akumulasi sekresi Bronkus Lobaris SuperiorIntervensi
fisioterapi pada atelectasis
I. Tujuan intervensi
- Mengeluarkan sputum yang berlebih
- Mengurangi nyeri
- Mengurangi spasme
- Mengembalikan frekuensi pernafasan
- Menormalkan pengembangan thorax
J. Intervensi fisioterapi
1. Batuk efektif
Dengan bantuan fisioterapis
Posisi pasien berbaring terapis menempatkan telapak tangan saling menekan
diatas area epigastrik dibawah processus xyphodeus
Pasien melakukan inspirasi dalam maksimal. Dengan menekan abdomen
kearah dalam saat ekspirasi lalu pasien batuk
Diafragma Breathing
4. Chest mobilisasi exercise adalah latihan yang dikombinasi antara active movement
trunk atau extremitas dengan deep breathing
To Mobilize One Side Of the Chest
1) Sitting pasien membengkokkan chest kesamping sehingga terjadi
penguluran dan expansi samping berlawanan selama Inspirasi (gbr.A)
2) Kemudian pasien meletakkan genggaman tangan disamping chest lalu
bengkokkan chest kelateral kearah genggaman tangan sambil expirasi (Gbr.
B)
16
To Mobilize the Upper Chest and Stretch the Pectoralis Muscle
1) Pasien Sitting di kursi dengan tangan dibelakang kepala , kedua tangan
posisi abduksi horizontal selama selama Deep Inspirasi (Gbr. A)
2) Instruksikan pasien membungkuk kedepan bersama elbow lalu expirasi
(gbr.B )
17
K. Evaluasi
- Akumulasi cairan pada bronkiolus berkurang.
- Nyeri spasme otot upper trapezius dan pectoralis major berkurang.
- Frekuensi pernafasan mulai kembali normal dan reguller
- Pengembangan thoraks membaik
- Postur pasien sudah mulai normal
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat meliputi sub segmen
paru atau seluruh paru. Stenosis dengan penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar
mengakibatkan atelektasis (kolaps) dari suatu lobus, danradiograf akan menunjukkan suatu
bayangan yang homogen dengan tanda pengempisan lobus. Atelektasis dapat terjadi pada wanita
atau pria dan dapat terjadi padasemua ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih
muda dari pada anak yang lebih tua dan remaja
19