PERIODE 1
DISUSUN OLEH :
ANDI ASTUTI
(PO.71.4.241.16.1.006)
1
2
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
B. Patologi ........................................................................................................................... 3
C. Inspeksi/Observasi ..........................................................................................................6
Kesimpulan .......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penyebab kecacatan nomor satu dan penyebab kematian nomor dua sesudah
serangan jantung. Sekitar satu dari tiga penduduk akan menderita stroke dan satu
penderita stroke tidak mungkin kembali bekerja seperti sebelumnya. Dia akan
dirinya. Stroke menjadi keadaan kompot (disabiliti) yang paling sering dijumpai
Stroke dahulu dianggap sebagai penyakit yang tidak dapat diduga dan dapat
terjadi pada siapa saja dan apabila terserang, maka tidak ada lagi tindakan yang
efektif yang dilakukan untuk mengatasinya. Namun dekade terakhir ini terdapat
terapis efektif yang dapat memperbaiki hasil akhir stroke. Pada kenyataannya sekitar
sepertiga pasien stroke dapat pulih sempurna. Dan proporsi ini dapat meningkat jika
sebagian penderitanya akan pulih sempurna dan sebagian besar akan meninggalkan
gejala sisa seperti kelemahan separuh badan atau yang dikenal dengan nama
hemiparese.
4
dan lingkup sendi, koordinasi aktivitas keseimbangan, koordinasi aktivitas
metode lain yang bisa digunakan. Modalitas yang digunakan untuk mencapai
fungsi-fungsi yang optimal oada pasien yang penulis angkat adalah dengan
modalitas Stimulasi Elektrik dan Terapi Latihan secara aktifmaupun pasif serta
modalitas yang dipakai oleh fisioterapi untuk mengontrol fungsi motorik pada
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi
bumbung. Pada bumbung tersebut dapat dilihat sebuah dasar, sebuah atap dan
dua dinding sisi sebagai pembatas suatu terusan yang terletak di tengah. Dalam
1. Otak
fatal. Kerusakan sel otak setempat yang hanya sedikit saja, akan berakibat
gangguan fungsi tubuh yang lebih luas melebihi daerah yang sesungguhnya
rusak, karena sel otak yang rusak tadi akan mengeluarkan toksikasi glutamat
yang akan merusak fungsi sel otak sekitarnya secara berantai yang tadinya
masih baik.
dalam mengurus organ dan jaringan untuk daerah kepala dan leher.
6
Otak terbagi atas:
Merupakan bagian terbesar dari otak yang terletak dalam fossa cranii
anterior medial yang terdiri dari hemisferium kiri dan kanan, yang
7
b. Otak kecil (Cerebellum)
sikap dan aktivitas tubuh dan berperan penting dalam koordinasi otot-
c. Batang otak
Batang otak terletak pada fossa cranii medial dan posterior serta
mata
3. Medulla Oblongata
Berfungsi :
c. Pusat pernapasan
d. Mengontrol refleks
2. Medulla Spinalis
s/d L1,2 ujung rostral diteruskan oleh medulla oblongata sedangkan ujung distal
8
diteruskan oleh Conus Medullaris. Dari sana keluar serabut saraf berbentuk ekor
a. MS. Cervical C1 – C7
d. MS. Sacralis S1 – S5
Aliran darah akan membawa O2, makanan dan substansi lain yang
sel otak, sementara tidak ada sistem pembantu pengambilan fungsi dari area
yang lain yang terdekat melalui mekanisme adaptasi tetapi tidaklah sempurna.
Metabolisme otak butuh kurang lebih 18% O2 dari total kebutuhan O2, tubuh
sumber tenaga yang utama, sedangkan metabolisme lemak dan protein hanya
sedikit.
9
B. Patologi
1. Definis
anggota gerak atas dan bawah yang berlawanan dengan lesi yang terjadi di otak,
berupa gangguan motorik dan gerakan ADL lainnya. Namun bisa membaik
embolus – embolus tersebut berupa suatu thrombus yang terlepas dari dinding
menyebabkan hilangmya fungsi dari sel –sel yang menghantarkan implus dari
pusat motorikdan akan berakhir pada daerah yang mengalami cedera gejalayang
timbul tergantung dari penyebabnya, bila terjadi secara tiba – tiba akan
Hipertensi
2. Etiologi
haemoragic (perdarahan) jika arteri pecah dan stroke non haemoragic (ischemic)
10
jika arteri tersumbat. Stroke non haemoragic mencakup stroke thrombotic dan
Banyak faktor resiko yang dapat membuat seseorang yang menjadi rentan
terhadap serangan stroke, secara garis besar faktor resiko stroke dibagi
stroke.
1) Hipertensi
2) Diabetes Millitus
3) Merokok
5) Obesitas
3. Proses Patologi
membahayakan fungsi neuron tanpa perubahan yang menetap. Bila ADO turun
pada batas kritis yaitu 18 ml/100 gr otak/menit maka akan terjadi penekanan
aktivitas neural tanpa perubahan struktural dari sel. Daerah otak dengan keadaan
ini dikenal sebagai penumbra sistemik. Disini sel relatif inaktif tapi masih
11
viable. Pada 3 jam permulaan iskemia, akan terjadi kenaikan kadar air dan
natrium pada substansia grisea dan setelah 12-48 jam terjadi kenaikan yang
progresif dari kadar air dan natrium pada substansia alba, sehingga memperberat
pembuluh darah, maka daerah sentral yang diperdarahi oleh pembuluh darah
maupun deposit kalsium dan disertai pula perubahan pada tunika media di
pembuluh darah besar yang menyebabkan permukaan menjadi tidak rata. Pada
saat aliran darah lambat (saat tidur), maka dapat terjadi penyumbatan
jumlah darah yang mengalir ke otak ialah 50-60 ml/100 gram otak/menit atau
faktor yaitu :
Faktor Ekstrinsik
mengganggu ADO.
12
Kualitas darah/Viskositas darah. Bila hematokrit naik, maka viskositas darah
menurun.
eritrosit.
Faktor intrinsik
otak. Autoregulasi akan berfungsi dengan baik, bila tekanan sistolik 60-200
sebaliknya.
Pengaruh ion H+ Bila kadar ion H turun (asidosis) maka daerah iskemik
13
4. Gambaran Klinis
terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak
kekakuan pada satu extremitas atau separo tubuh, mulut dan atau bibir
dapat mengerti apa yang dilihat (visual agnosia), tidak dapat menulis
14
4. Gangguan psikiatris, mudah menangis (force crying), mudah tertawa
sindroma menggerutu.
C. Intervensi Fisioterapi
a. Electrical Stimulation
Jenis alat listrik yang bisa digunakan Interrupted Direct Current, Interferensi
penting untuk mendidik kembali fungsi otot dan aplikasi fasilitasi. Pada
atau injury atau kerusakan disebut dengan neural plasticity. Pada fase ini
15
b. Infra Red
Infra Red adalah salah satu metode terapi superfasial Hit yang diindikasikan
yang mengalami pendarahan. Hasil efek fisiologi terapi infra red dapat
merelasasikan otot.
c. PNF
diarahkan pada total human, bukan hanya pada problem spesifik atau
segmen tubuh.
terapis akan selalu fokus pada memobilisasi cadangan yang dimiliki pasien.
Tujuan utama dari seluruh terapi adalah untuk membantu pasien mencapai
level fungsi yang tertinggi. Untuk mencapai level fungsi yang tertinggi,
1. Definisi
yang tidak perlu atau salah yang melibatkan proses kognitif ,ilmu
16
perilaku dan psikologis,pelatihan pemahaman tentang anatomi fisiologi
.(MRP) terdiri dari tujuh sesi yang mewakili fungsi penting (tugas
Fungsi orofasial
tidur
Keseimbangan duduk
Keseimbangan berdiri
Berjalan
17
e. Bridiging Exercise
bridging exercise yang mana latihan ini baik untuk latihan penguatan
stabilisasi pada glutei, hip dan punggung bawah (Miller, 2012). Bridging
exercise adalah cara yang baik untuk mengisolasi dan memperkuat otot
b. Untuk stabilitas dan latihan penguatan yang menargetkan otot perut serta
18
f. Latihan Strengthening
g. Massage wajah
19
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
Nama : Tn. S
Umur : 57 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pernafasa :36°c
20
Suhu :25 x/menit
C.Inspeksi/Observasi
1. Statis :
phalangs,adduksi sholder.
Posisi tungkai
2. Dinamis :
a. Tes Sensosik
pasien
pertanyaan
21
c. Tes tonus otot (menggunakan skala ASWORTH)
Grade Kererangan
atau ekstensi
Hasil : Tonus otot lenga sebelah kanan 3 (Peningkatan tonus otot lebih
22
d. MMT
Nilai Otot
Regio Group Otot
Kiri Kanan
Shoulder Fleksor 5 3
Ekstensor 5 3
Abduktor 5 3
Adduktor 5 3
Elbow Fleksor 5 3
Ekstensor 5 3
Supinasi 5 3
Pronasi 5 3
Wrist Fleksor 5 3
Ekstensor 5 3
Radial deviasi 5 3
Ulnar deviasi 5 3
Nilai Otot
Regio Group Otot
Kiri Kanan
Hip Fleksor 5 4
Ekstensor 5 4
Abduktor 5 4
Adduktor 5 4
Eksorotasi 5 4
23
Endorotasi 5 4
Knee Fleksor 5 4
Ekstensor 5 4
Eksorotasi 5 4
Endorotasi 5 4
Dorso fleksi 5 4
Eversi 5 4
Inversi 5 4
Parameter MMT:
otot
Nilai 3 =Ada gerakan tapi agak sulit atau hanya sebagian ROM
sedang.
e. Tes Refleks
Refleks fisiologis
Biceps
24
Fisioterapi memegang lengan pasien yang di semifleksikan
jari ditekuk.
Triceps
ketuk.
Refleks patologi
Bbinsky
dengan cepat
25
Hasil : Negatif
Refleks chaddock
lateral malleolus .
Hasil :Negatif
Refleks Gordon
Hasil :Negatif
Refleks Schaefer
Hasil :Negatif
pasien jatuh
keseimbangan
g. Tes koordinasi
Finger to finger
26
Kedua shoulder abduksi 90 °,elbow ekstensi ,minta pasien
Hasil :
Kecepatan :Normaal
Finger to nose
Hasil :
Kecepatan :Normal
27
untuk mengetahui kemampuan merubah jarak ,arah dan kekuatan
gerakan.
Hasil :
Kecepatan :Normal
Posisi pasiel lying ,minta pasien menyentuh lutut dan ibu jari
Hasil :
Kecepatan :Normal
hal
Bathing (Mandi )
Bergantung sepenuhnya 0 5
28
Grooming (Dandan)
personal 5
mencukur ,dll)
Dressing (Berpakaian )
Bergantung sepenuhnya 0
sepenuhnya
sepatu.
inkontinensi
Toileting
29
Bergantung sepenuhnya 0
sepenuhnya
Mandiri 10
ke bed ) 10
duduk
orang
atau fisik)
Mandiri sepenuhnya 15
Immobile 0
Mandiri 15
Tidak mampu 0
Memerlukan bantuan 5 5
Mandiri 10
30
Hasil :jumlah skor 75(ketergantungan sedang)
E. .Diagnosa fisioterapi
Kondisi/penyakit
Gangguan aktivitas fungsional ekstremitas superior dan
inferior et causa Hemiparese dekstra post Non hemoragic
stroke.
Impairment (Body
structure and function) Activity Limitation Participation Restriction
Kelemahan pada Tidak mampu makan dengan Ketidak mampuan dalam
tangan dan kaki menggunakan tangan kanan melakukan kegiatan yang
kanan Tidak mampu berjalan dengan
Adanya gangguan normal berhubungan engan lingkungan
pola gait
Pelvic yang asimetris
31
G. . Tujuan Intervensi Fisioterapi
i. IR
mungkin
I : 30-45 cm
T : lominous
T : 10 menit
ii. TENS
Persiapan alat : menyiapkan alat dan memeriksa alat yang meliputi kabel
dan ped.
32
elektrik ,yaitu rasa tertusuk-tusuk halus hingga
Tujuan :
tlang belakang
Teknk :
33
Keluarkan nafas saat menekan tangan dan lengan bawah ke lantai
posisi tersebut.
memberikan tahanan.
lutut pada awal fase swing ,latihan ekstensi lutut dan dorsofleksi
34
bergerak berat badan tungkai yang sakit setelah ityu
yang sehat.
melangkah
35
Pada saat pasien berdiri, hip berada di depan dari ankle
knee tetap ekstensi dan juga agar pelvic tidak deviasi kearah
lateral ,dan pada saat berdiri ,posisi hip bergesr ,pasien akan
Latihan berjalan
kehilangan keseimbangan.
vi. PNF
Pnf lengan
36
a. Posisi pasien : pasien dalam posisi tidur terlentang
c. Teknik pelaksanaan
pasien .
37
d. Posisi lengan fisioterapi
e. Teknik pelaksanaan
adduksi shoulder
38
Pnf tungkai
b. Posisi fisiterapis:
melakukan traksi
c. Teknik pelaksanaan
39
d. Posisi fisioterapis :
e. Teknik pelaksanaan
secara aktif oleh pasien dan ditahan oleh tangan kanan terapis.
40
J. Evaluasi Fisioterapi
sebagai berikut.
menggengam ,walaupun
masih kaku
memerlukan bantuan
K..Edukasi
penyembuhan.
tungkai kanan
41
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
tinggi dan rajin untuk melakukan terapi maka dampak dari kerusakan sistem
saraf pusat tersebut dapat diminimalkan dan dengan terapi pasien dapat
B.Saran
kemajuan IPTEK.
42
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/35702713/Laporan_Praktek_Klinik
https://www.academia.edu/10041909/A._ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_O
TAK
https://www.academia.edu/4697670/Infra_Red_diathermy
https://id.scribd.com/doc/32737730/Short-Wave-Diathermuy-Refrat-Saraf
22475411-KTI-Hemiparese-Post-Stroke-Non-Hemoragik
http://eprints.ums.ac.id/30939/
publishing
https:///www.scribd.com/dokument/289707577/lp-non-hemoragic.diakses 14
april 2019
43
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
B. Patologi ........................................................................................................................... 3
C. Inspeksi/Observasi ..........................................................................................................6
Kesimpulan .......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
44
HALAMAN PENGESAHAN
45