VARISELA
PENYUSUN :
Sumita Dewi
20360118
PEMBIMBING :
dr. Sevina Marisya Sp. A
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya,
penulisan referat “Varisela” ini dapat diselesaikan. Makalah ini diajukan untuk melengkapi
tugas kepanitraan klinik senior Departemen Ilmu Kesehatan Anak Universitas Malahayati.
bagaimana menangani seseorang yang menderita Varisela tersebut sebagai materi khusus
Akhir kata, apabila penulisan referat ini banyak terdapat kesalahan, penulis memohon
maaf. Untuk itu, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakan referat ini.
Sumita Dewi
ii
Daftar Isi
KATAPENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
BAB II.PEMBAHASAN...............................................................................................3
2.4 Patogenesis.........................................................................................................5
2.6 Diagnosis............................................................................................................7
2.8 Komplikasi.......................................................................................................10
2.9 Pengobatan.......................................................................................................13
2.10 Pencegahan....................................................................................................15
2.12 Prognosis........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Varisela disebabkan oleh virus Herpes varicella atau disebut juga varicella-
zoster virus (VZV). Varisela terkenal dengan nama chickenpox atau cacar air adalah
penyakit primer VZV, yang pada umumnya menyerang anak. Penyakit cacar air
(varicela) mungkin sudah tidak asing lagi dan merupakan penyakit yang mendunia.
Varicela merupakan penyakit menular yang dapat menyerang siapa saja, terutama
mereka yang belum mendapatkan imunisasi (Soedarmo, 2010). Menurut data WHO,
di Amerika Serikat balita yang terserang penyakit varicella (cacar air) per tahun
sekitar 200 ribu orang. Setiap tahun diperkirakan sekitar 25%-45% ibu membawa
anaknya ke rumah sakit untuk berobat karena penyakit vericella dan sekitar 15%
balita mengalami penyakit varicella yang serius. Prevalensi penyakit varicella pada
balita cukup tinggi yaitu sekitar 58 % pada tahun 2010 (WHO, 2014). Sedangkan di
Indonesia berdasarkan data Depkes RI, balita yang terserang penyakit varicella
(cacar air) sekitar 750 ribu orang. Setiap tahun diperkirakan sekitar 35%-40% ibu
vericella dan sekitar 20% balita mengalami penyakit varicella yang serius. Prevalensi
penyakit varicella pada balita cukup tinggi yaitu sekitar 69 % pada tahun 2010
Bagian Ilmu Kesehatan Anak dan agar mahasiswa lebih memahami bagaimana cara
1
2
Varisela.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Varisela ialah penyakit akut, menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan
selaput lendir yang desebabkan oleh virus varicella (IKA UI, 2007). Varisela
disebabkan oleh virus Herpes varicella atau disebut juga varicella-zoster virus
(VZV). Varisela terkenal dengan nama chickenpox atau cacar air adalah penyakit
primer VZV, yang pada umumnya menyerang anak. Sedangkan herpes zoster atau
shingles merupakan suatu reaktivitasi infeksi endogen pada periode laten VZV,
umumnya menyerang orang dewasa atau anak yang menderita defisiensi imun
menjadi krusta atau keropeng (Sinaga, 2018). Varisela merupakan infeksi akut
primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, manifestasi
3
4
2.2 Epidemiologi
Di negara Barat, kejadian varisela tergantung dari musim (musim dingin dan
agaknya penyakit virus menyerang pada musim peralihan antara musim panas ke
musim hujan atau sebaliknya. Angka kejadian di negara kita belum pemah diteliti,
tetapi di Amerika dikatakan kira-kira 3,l-3,5 juta kasus dilaporkan tiap tahun.
atau aerosol dari lesi vesikuler di kulit ataupun melalui sekret saluran nafas, dan
jarang melalui kontak tidak langsung. Varisela dapat menyerang semua golongan
umur termasuk neonatus, 90% kasus berumur 10 tahun dan terbanyak umur 5-9
tahun. Viremia terjadi pada masa prodromal sehingga transmisi virus dapat terjadi
pada fetus intrauterin atau melalui transfusi darah. Pasien dapat menularkan
penyakit selama 24-48 jam sebelum lesi kulit timbul, sampai semua lesi timbul
krusta/keropeng, biasanya 7-8 hari. Seumur hidup seseorang hanya satu kali
herpes zoster.
yang berobat jalan di Poliklinik bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM Jakarta.
Tampak varisela terutama terjadi pada kelompok urnur balita dan umur sekolah.
(Soedarmo, 2010).
5
2.3 Etiologi
Varisela disebabkan oleh Herpes virus Varicella atau disebut juga virus
varisela-zoster (V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes zoster. Kedua
setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi varisela; kemudian setelah
penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus tersebut masih ada dalam bentuk
laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z diaktifasi oleh trauma
sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat ditemukan dalam cairan
vesikel dan dalam darah penderita varisela; dapat dilihat dengan mikroskop elektron
dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru
2.4 Patogenesis
family herpes viridae yang dapat menyerang manusia dan primata, merupakan virus
DNA alfa herpes virus, mempunyai 125.000 pasangan basa yang mengandung 70
gen. Virus ini mempunyai 3 tipe liar (wild type) Dumas di Eropa dan Oka di Jepang
Virus VZV masuk tubuh melalui mukosa saluran nafas bagian atas atau
orofaring. Pada lokasi masuknya terjadi replikasi virus yang selanjutnya menyebar
melalui pembuluh darah dan limfe (viremia pertama). Selanjutnya virus berkembang
kemudian, virus kembali menyebar melalui pembuluh darah (viremia ke-2) dan pada
saat ini timbul demam dan malaise. Penyebaran ke seluruh tubuh terutama kulit dan
6
mukosa. Lesi kulit muncul tidak bersamaan, sesuai dengan siklus viremia. Pada
keadaan normal, siklus ini berakhir setelah 3 hari akibat adanya kekebalan humoral
dan selular spesifik (Soedarmo, 2010). Setelah timbul erupsi kulit dan mukosa, virus
masuk ke ujung saraf sensorik kemudian menjadi laten di ganlion dorsalis posterior.
Pada suatu saat , bila terjadi reaktif virus V-Z dapat terjadi manifestasi herpes zoster,
sesuai dermatom yang terkena (Aisyah dan Handoko, 2016). Timbulnya pneumonia
1. Stadium Prodromal
Gejala prodromal timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi, dengan timbulnya
ruam kulit disertai demam yang tidak begitu tinggi serta malaise. Pada anak lebih
besar besar dan dewasa ruam didahului oleh demam selama 2-3 hari sebelumnya,
menggigil, malaise, nyeri kepala, anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa
2. Stadium Erupsi
Ruam kulit muncul di muka dan kulit kepala, dengan cepat menyebar ke badan
dan ekstrernitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup dan jarang
ditemukan pada telapak kaki dan tangan. Penyebaran lesi varisela bersifat
sentrifugal. Gambaran yang menonjol adalah perubahan yang cepat dari makula
ini hanya terjadi dalam waktu 8-12 jam. Gambaran vesikel khas, superfisial,
dinding tipis dan terlihat seperti tetesan air. Penampang 2-3 rnm berbentuk elips
dengan sumbu sejajar garis lipatan kulit. Cairan vesikel pada permulaan jernih,
7
dan dengan cepat menjadi keruh akibat serbukan sel radang dan menjadi pustula.
Lesi kemudian mengering yang dimulai dari bagian tengah dan akhirnya terbentuk
krusta. Krusta akan lepas dalam waktu 1-3 minggu bergantung kepada dalamnya
Vesikel juga dapat tirnbul pada mukosa mulut terutama pada palatum. Vesikel ini
dengan cepat pecah sehingga luput dari pemeriksaan, bekasnya masih dapat terlihat
berupa ulkus dangkal dengan diameter 2-3 mm. Lesi kulit terbatas terjadi pada
lapisan epidermis sehingga tidak menembus membran basal kulit, sehingga tidak
menimbulkan bekas. Jaringan parut yang menetap terjadi sebagai akibat infeksi
sekunder (lesi menembus membran basalis kulit). Vesikel juga dapat timbul pada
mukosa hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna, saluran kemih, vagina dan
konjuntiva. Gambaran lain dari lesi varisela adalah terdapatnya semua tingkatan lesi
kulit dalam waktu bersamaan pada satu area. Pada kasus yang khas dan berat suhu
badan dapat mencapai 39-40,5 C. Apabila demam berlanjut mungkin telah terjadi
infeksi bakteri sekunder atau penyulit lain. Keluhan yang paling menonjol adalah
perasaan gatal selama fase erupsi, sehingga dapat dijumpai lesi bekas garukan
(Soedarmo, 2010).
2.6 Diagnosis
perkembangan lesi kulit yang khas, terutama apabila diketahui ada kontak 2-3
minggu sebelumnya. Gambaran khas terrnasuk (1). Muncul setelah masa prodromal
yang singkat dan ringan, (2) Lesi berkelompok terutama di bagian sentral, (3)
8
Perubahan lesi yang cepat dari makula, vesikula, pustula sampai krusta, (4)
Terdapatnya semua tingkat lesi kulit dalam waktu bersamaan pada daerah yang
pertama dapat terjadi leukopenia yang diikuti dengan leukositosis. Serum antibody
IgA dan IgM dapat terdeteksi pada hari pertama dm kedua pasca ruam. Untuk
dari lesi kulit. Prosedur ini umumnya dilakukan pada pasien risiko tinggi yang
emasnya.
pneumonia bacterial sekunder. Pungsi lumbal dapat dilakukan pada anak dengan
Sindrom Stevens-Johnson adalah kelainan serius pada kulit, serta lapisan bola
mata, dalam mulut, dubur, dan alat kelamin. Sindrom Stevens-Johnson tergolong
kondisi yang jarang terjadi, dan muncul akibat reaksi tubuh terhadap obat atau
9
Gejalanya menyerupai gejala flu, yaitu: demam, tubuh terasa Lelah, perih di
mulut dan tenggorokan, mata terasa panas, dan batuk. Kemudian, setelah
beberapa hari akan muncul gejala lanjutan berupa: Luka lepuh di kulit, terutama
di hidung, mata, mulut dan kelamin, ruam dan bercak kemerahan kemerahan
atau keunguan yang menyebar luas di kulit (eritema), kulit mengelupas beberapa
hari setelah luka lepuh terbentuk, kelainan kulit dan mukosa ini menimbulkan
rasa perih. Pada anak-anak, sindrom ini lebih sering dipicu oleh infeksi virus..
Herpes zoster kulit generalisata didefinisikan sebagai kehadiran lebih dari 20 lesi
di luar area primer atau beberapa dermatom yang biasanya terjadi dalam waktu
seminggu sejak timbulnya lesi. Hal ini paling sering terlihat pada infeksi HIV,
desaminata jarang terjadi pada orang sehat yang tidak menggunakan obat
sering rekuren, cenderung kronik persisten, lesi kulitnya lebih berat (terjadi bula
hemoragik, nekrotik, dan sangat nyeri). Tersebar desiminata, dan dapat disertai
3 Herpes simpleks
Infeksi herpes simpleks terjadi pada mulut dan bibir dan pada mata biasanya
disebabkan oleh virus herpes simpleks serotipe 1 (HSV-1). Bagian lain dari kulit
10
dapat juga terinfeksi, terutama pada pasien defisiensi imun. Infeksi genital
seringkali disebabkan oleh HSV-2 dan juga HSV-1. Terapi infeksi herpes
simpleks sebaiknya dimulai sesegera mungkin dan biasanya dalam 5 hari setelah
infeksinya muncul. Pada orang dengan sistem pertahanan tubuh yang baik,
infeksi ringan pada mata (herpes okular) dan bibir (herpes labialis atau cold
herpes simpleks genital primer atau kambuhan diatasi dengan obat antivirus oral.
Lesi yang muncul kembali atau tidak pernah sembuh menandakan munculnya
dokter spesialis
4 Variola
Variola ialah suatu penyakit akut menular dengan gejala umum yang berat, yang
disebabkan oleh virus variola. Demam 2-4 hari sebelum munculnya ruam di
kulit, ruam yang muncul berda pada stage yang sama, perkembangannya lambat,
terutama ditangan dan kaki (ekstremitas), ruam di telapak kaki dan tangan
2.8 Komplikasi
menimbulkan penyulit yang serius. Angka mortalitas pada anak usia 1-14 tahun
tahun diperkirakan 2/100.000 kasus, namun pada neonatus dapat mencapai hingga
30%. Penyulit tersering adalah lnfeksi sekunder bakteri pada lesi kulit yang
11
Infeksi lokal ini sering menimbulkan jaringan parut. Pneumonia primer akibat
varisela 90% terjadi pada orang dewasa dan jarang terjadi pada anak normal. Gejala
muncul 1-6 hari setelah lesi kulit, beratnya kelainan paru mempunyai kolerasi
dengan beratnya erupsi kulit. Infeksi dapat pula bersifat invasif seperti pneumonia,
menyerang susunan saraf pusat, berupa ataksia serebelar (1/4000 kasus) sampai
Remaja dan dewasa mempunyai risiko lebih tinggi 25 kah untuk terjadinya
Muncul pada hari ke1 sampai hari ke-6 setelah timbulnya rum dengan gejala sesak,
takipneu dan demam. Kadang dapat pula gejala dan tanda respiratorik yang muncul
sebelum tmbulnya ruam. Mekanisme dasar terjadinya pneumonia masih belum jelas.
Tetapi diduga akibat rendahnya paparan terhadap virus varisela (seperti di Negara
iklim tropis), jumlah individu pada setiap keluarga yang sedikit, ataupun tingginya
virulensi virus. Faktor lain yang merupakan factor risiko terjadinya pneumonia,
antara-lain: jumlah lesi >loo, perokok, riwayat kontak, kehamilan trimester ketiga.
Varisela pada kehamilan merupakan ancaman bagi ibu maupun janin. Pada janin
dapat terjadi infeksi VZV intrauterin, sehingga terjadi infeksi kongenital. Apabila
serebri dan bayi berat badan lahir rendah. Jika ibu menderita varisela berat pada
12
periode perinatal (terutama 04 hari pra-persalinan), infeksi dapat mengenai bayi baru
lahir dan menirnbulkan gejala klinis berat bahkan dapat terjadi kematian bayi sekitar
26-30%. saat berbahaya adalah lima hari sebelum dan dua hari setelah melahirkan,
pada saat ini bayi belum mendapat kekebalan pasif transplasenta dari ibu.
kemoterapi dan terapi sinar Begitu juga pada penderita demam reumatik dan
kongenital. Viremia yang hebat dapat menyerang berbagai organ seperti hati, saraf
menirnbulkan gejala perdarahan ringan sampai berat dan fatal (purpura maligns).
Penyebab perdarahan mungkin tidak sama pada setiap kasus. Trombositopenia dapat
disebabkan sebagai akibat penyakit dasar, akibat pengobatan, efek langsung VZV
pada sumsum tulang, atau dekstrusi trombosit akibat proses imunologik. Pada kasus
varisela fulminan dan purpura maligna kemungkinan infeksi sel endotel kapiler
purpura trombotik.
Penyulit dari infeksi varisela primer yang baru muncul kemudian adalah
herpes zoster. Setelahinfeksi primervarisela, VZV dapat menjadi laten dan berdiam
terbanyak terjadi pada orang dewasa, terdapat kemungkinan seorang anak akan
13
20,30,59, dan 63 kasus zoster per 100.000 anak per tahun, berturutturut pada
kelompok umur 0-4, 5-9, 10-14, dan 15-19 tahun. Risiko menderita zoster
meningkat pada kasus imunokompromais dan pada anak yang menderita varisela
pada umur <1 tahu. Kemungkinan peningkatan risiko terjadinya herpes zoster pada
2.9 Pengobatan
Pada anak sehat, varisela umumnya ringan dan sembuh sendiri, cukup
diberikan pengobatan simtomatik. Pada lesi kulit lokal dapat diberikan lotio
calamine. Untuk mengurangi rasa gatal dapat dengan kompres dingin, mandi secara
memperpanjang masa sakit. Kuku dipotong pendek dan bersihagar supaya tidak te
rjadi infeksi sekunder dan parut bekas garukan. Apabila terjadi lnfeksi bakteri
Sindrom Reye dicurigai apabila muncul gejala letargi, muntah yang menetap
dan anak tampak bingung. Diagnosis dini serta penanganan yang baik terhadap
kesakitan dan kematian. Pasien dengan penyulit neurologik seperti ataksia serebelar,
sistem pembekuan dan pemeriksaan sumsurn tulang, akan tetapi karena VZV dapat
menyebabkan kerusakan langsung pada endotel pembuluh darah maka pada varisela
fulrninan terutama apabila vesikel baru timbul maka dapat diberikan obat antivirus.
antivirus diberikan secepat mungkin. Antivirus yang diberikan adalah asiklovir atau
pada pasien imunokompromais apabila diberikan dalarn 24 jam sejak onset ruam.
Pada pasien yang sehat, asilklovir terbukti mampu mengurangi lama demam dan
mengurangi jumlah maksimum lesi yang tirnbul, namun tidak mempengaruhi lama
berkurangnya lesi ataupun mengurangi rasa gatal yang timbul. Dosis asiklovir 80
mg/kgBB/hari per oral, terbagi dalam 5 dosis selama 5 hari atau 500 mg/m2,
intravena tiap 8 jam selama 7 hari dan vidarabin 10 mg/kgBB selama 5 hari. Anak
yang mendapat terapi asilklovir disarankan harus mendapat cukup hidrasi karena
asilklovir dapat mengkristal pada tubulus renal bila diberikan pada individu yang
Neonatus : Asiklovir 500 mg/m2 IV/ 8 jam, dapat diberikan sampai 10 hari
Anak : Simtomatik atau asiklovir 4x20 mg/kgBB/hari, per oral, 5-7 hari
Berat : Asiklovir 500 mg/m2 ; atau 10 mg/kgBB/8 jam, IV, selama 7-10 hari
Pubertas : Berat: Asiklovir: 500 mg/m2 ;atau 10 mg/kgBB/8 jam, IV, selama >10hari,
atau Valasiklovir: 3x1 g/hari, atau famsiklovir: 3x500 mg/hari, selama selama
>10 hari
sembuh. Pengobatan topical: Secara umum pada fase vesikular diberikan bedak talk,
guna mengurangi rasa gatal dapat ditambahkan mentol 0.25%. Asiklovir topikal
tidak bermanfaat pada pengobatan varisela. Bila terjadi ulkus dangkal atau infeksi
2.10 Pencegahan
Semula vaksin varisela yang merupakan vaksin virus hidup yang telah
dilemahkan (live attenuated) hanya diberikan pada anak dengan risiko terjadi
penyulit berat, yaitu anak yang menderita penyakit keganasan, mereka yang sedang
perkembangannya vaksin ini juga diberikan pada anak sehat. Imunisasi aktif ini
dilakukan dengan menggunakan vaksin single live attenuated strain OKA yang
sudah terbukti aman, ditoleransi baik dengan efek samping yang minimal (demam
dan ruam minimal) dan mempunyai tingkat perlindungan yang tinggi pada anak usia
1-12 tahun (dengan angka serokonversi positif sebesar 99,3%), sedangkan di negara
maju tersedia sediaan kombinasi dengan vaksin lain, seperti MMR-V. Imunisasi
16
pasif dapat diberikan pada kelompok risiko tinggi, sedang pada pasca paparan
Practices (ACLP) of the Centers for Disease Control and Prevention, pemberian
vaksin varisela dosis tunggal belum mampu mencegah wabah varisela sepenuhnya.
masing 0,5 mL) subkutan pada anak-anak berusia di 12 bulan - 12 tahun, dengan
interval minimum 3 bulan. Sedangkan pemberian pada pasien yang telah berusia
Serokonversi terjadi pada 78% kasus setelah dosis pertama dan 99% terjadi setelah
dosis kedua. Vaksin varisela ini terbukti mampu memberikan perlindungan hingga
Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP-IDAI) sampai saat ini masih
merekomendasikan vaksinasi pada anak di atas 5 tahun, satu kali pemberian, dengan
(Soedarmo, 2010).
2. neonatus yang ibunya mengalami gejala varisela dalam 5 hari sebelum hingga 2
3. pajanan pasca natal pada bayi prematur (usia gestasi <28 minggu atau berat lahir
<1000 gram )
menimbulkan sakit, dan 3) apakah pasien berisiko lebih besar untuk mengalami
waktu 72 jam pasca pajanan atau dalam 96 jam pada pasien irnunokompromais. Efek
adalah125 unit/10 kgBB (min 125 U dan maksirnal 625 U) secara intramuskular.
Pemberian VZIG relatif aman dengan efek samping minimal berupa rasa nyeri dan
bengkak di daerah injeksi pada 1% pasien; keluhan gastrointestinal, pusing dan ruam
terjadi pada <0,2%; sementara anafilaktik syok dan angioneurotik edema hanya
2.12 Prognosis
Infeksi primer varicella memiliki tingkat kematian 2-3 per 100.000 kasus
dengan case fatality rate pada anak berumur 1-4 tahun dan 5-9 tahun (1 kematian
per 100.000 kasus). Pada bayi rata-rata resiko kematian adalah sekitar 4 kali lebih
besar dan pada dewasa sekitar 25 kali lebih besar. Rata-rata 100 kematian terjadi di
utama kematian, antara lain: pneumonia, komplikasi SSP, infeksi sekunder, dan
higiene memberi prognosis yang baik dan dapat mencegah timbulnya jaringan parut
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Varicella disebabkan oleh VZV (varicella zoster virus) yang bisa ditularkan
melalui inhalasi dan kemudian akan menyebar secara hematogen dan kelenjar limfe.
Varicella ini dapat menimbulkan gejala prodormal sebelum munculnya lesi di kulit,
yaitu demam, malaise, mual, anorexia, nyeri kepala. Varicella merupakan penyakit
yang hingga kini masih tetap menjadi epidemi di dunia dan di indonesia. Walaupun
infeksi varicella zoster tergolong kedalam infeksi ringan namun dalam kondisi
defisiensi imun penyakit ini dapat menjadi berat dan tidak menutup kemungkinan
efektif memberikan perlindungan dari infeksi virus. Hingga saat ini asiklovir oral
19
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah S., & Handoko P., R. 2016. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Ed 7. Badan
Penerbit: FKUI Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2013. Best Practice in Pediatric. IDAI cabang
Jakarta; Jakarta
Kurniawan, M., Dessy, N., & Tatang, M. (2011). Varicela zoster pada anak. Medicinus,
3(1), 23-31.
Panwar, R. B., Kochar, D. K., Gupta, B. S., Bhatnagar, L. K., & Saxena, H. C. (1979).
Herpes generalisata associated with diabetes mellitus and pulmonary
tuberculosis (A case report). Journal of postgraduate medicine, 25(3), 171.
Pusponegoro, E. HD,. 2016. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Ed 7. Badan Penerbit:
FKUI Jakarta.
Sinaga, E. W. (2018). Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Bahaya Varicella Selama
Kehamilan Di Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Tahun 2018.
Jurnal ilmiah kebidanan imelda, 4(2), 85-89.
Soedarmo, S. S. P. (2010). Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Edisi II. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Ed 4.
Jakarta : Infomedika
Varicella and herpes zoster vaccines: WHO position paper, June 2014--
Recommendations. (2016). Vaccine, 34(2), 198–199.
https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2014.07.068