TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Vertigo adalah ilusi ketika seseorang merasa dirinya bergerak (berputar) terhadap
sekitarnya atau lingkungan yang bergerak terhadap dirinya. Vertigo seringkali dinyatakan
sebagai rasa pusing, sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia sekelilingnya
berputar-putar, dan berjungkir balik. Vertigo disebabkan karena alat keseimbangan tubuh
tidak dapat menjaga keseimbangan dengan baik.
B. Klasifikasi Vertigo
Vertigo non-vestibular
Vertigo vestibular
o Vertigo vestibular sentral
o Vertigo vestibular perifer
Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non-vestibular
Karakteristik Vertigo Vestibular Vertigo Non-Vestibular
Waktu Episodik Konstan
Sifat Vertigo Berputar Melayang
Faktor
Gerakan kepala, perubahan posisi Stress, hiperventilasi
pencetus
Gejala Gangguan mata, gangguan
Mual, muntah, tuli, tinnitus
Penyerta somatosensorik
D. Epidemiologi
BPPV merupakan vertigo vestibular perifer yang paling sering dijumpai. 20% pasien
dengan gejala vertigo mengalami BPPV. Berdasarkan jenis kelamin ada prediklesi lebih
sering mengenai wanita (64%). Sedangkan berdasarkan usia, umumnya menyerang
populasi usia lanjut (rata-rata umur 51-57,2 tahun). Sangat jarang terjadi pada orang muda
di bawah 35 tahun tanpa adanya riwayat cidera kepala.
E. Etiologi
Pada sekitar 50% kasus penyebabnya tidak diketahui. Beberapa kasus BPPV dijumpai
setelah mengalami jejas atau trauma kepala atau leher; infeksi telinga tengah atau operasi
stapedektomi.
Etiologi BPPV:
14
Idiopatik (50%)
Pasca trauma (14-27%)
Pasca labirintitis
Pasca operasi
Ototoksisitas
Mastoiditis kronik
F. Patofisiologi
Berdasarkan lokasi lesi, maka vertigo dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Vertigo perifer, dengan lokasi lesi pada telinga dalam dan nervus vestibularis.
2. Vertigo sentral, dengan lokasi lesi pada batang otak, serebellum, dan serebrum.
Pusat integrasi di pons dan serebelum berperan pada gerakan mata horizontal,
sedangkan pusat integrasi di mesensefalon berperan pada gerakan mata vertikal. Impuls
dari batang otak akan diteruskan melalui dua jaras, yakni jaras asendens dan jaras
desendens. Jaras asendens ialah jaras yang menuju korteks parieto-temporal melalui
thalamus posterolateral, sedangkan jaras desendens menuju ke medulla spinalis melalui
traktus vestibulospinal lateral dan medial. Sebagai tambahan, jaras desendens ini
mengatur postur tubuh. Lesi pada jaras-jaras tersebut akan menyebabkan vertigo sentral.
Oleh karena itu, pemeriksaan VOR memegang peranan penting untuk membedakan lesi
sentral dan perifer.
Sistem vestibular secara umum dibagi menjadi komponen perifer dan sentral.
Komponen perifer terdiri dari kanalis semisirkularis (posterior, horizontal, anterior) dan
organ otolit (sakulus dan utrikulus) bilateral. Kanalis semisirkularis mendeteksi gerakan
berputar, sedangkan utrikulus dan sakulus berespons terhadap akselerasi linear dan
gravitasi. Organ vestibular berada dalam aktivitas tonik simetris, bila tereksitasi akan
menstimulasi sistem vestibular sentral.
15
Pada keadaan normal, sistem saraf pusat memberikan respons terhadap setiap
perbedaan aktivitas dari kedua kompleks nukleus vestibular. Dalam keadaan statis (tidak
ada pergerakan kepala), aktivitas neural pada kedua nukleus vestibular simetris, bila
kepala digerakkan, terjadi aktivitas asimetris pada nukleus vestibular, yang
diinterpretasikan oleh sistem saraf pusat sebagai gerakan kepala. Adanya proses patologis
juga akan diinterpretasikan sebagai aktivitas asimetris oleh sistem saraf pusat.
Terdapat 2 teori yang menjelaskan patofisiologi BPPV, yakni teori cupulolithiasis dan
canalithiasis.
Teori Cupulolithiasis
Pada tahun 1962, dr. Harold Schuknecht mengajukan teori cupulolithiasis (heavy cupula).
Teori ini didasarkan pada penemuan partikel basofilik yang menempel pada kupula.
Postulat yang ia kemukakan adalah,
posterior semisirkular kanal sensitif
terhadap gravitasi karena partikel
basofilik menempel atau bergantung
pada cupula. Hal ini dapat disamakan
seperti ada benda yang berat di atas
sebuah tongkat yang berdiri tegak.
Jika tongkat ini jatuh ke satu sisi,
maka benda berat ini akan mencegah
16
tongkat untuk kembali ke posisi semula. Pada penerapannya, didapatkan nistagmus yang
persisten dan pusing ketika kepala pasien digerakkan ke arah belakang.
Teori Canalithiasis
Pada tahun 1980, Epley mengajukan teori canalithiasis. Ia meneliti bahwa gejala BPPV
lebih masuk akal jika benda berat tersebut (canalith) dapat bergerak bebas di posterior
semisirkular kanal dari pada menempel pada cupula. Teori dapat disamakan dengan batu
di dalam ban mobil. Ketika ban mobil bergerak, batu juga ikut bergerak namun jatuh
beberapa saat kemudian karena ada gaya gravitasi. Gerakan batu yang jatuh ini sama
dengan gerakan canalith yang berlawanan dengan arah endolimfe, ketika terdapat gerakan
kepala. Hal ini menyebabkan pusing yang arahnya terbalik dengan arah gerakan
endolimfe.
G. Manifestasi Klinis
Pada umumnya pasien dengan BPPV merasakan vertigo ketika mencoba untuk duduk
setelah bangun tidur. Setelahnya, vertigo karena perubahan posisi ini dapat hilang timbul
dalam jangka waktu yang panjang, biasanya bulan ke tahun. Keparahan dari kondisi ini
sangat bervariasi. Pada keadaan ekstrim, pergerakan kepala yang ringan dapat
menyebabkan muntah dan mual.
Pasien dengan BPPV tidak merasakan pusing setiap saat. Rasa pusing yang parah
muncul ketika serangan dipicu oleh gerakan kepala. Pada waktu diantara serangan,
umumnya pasien merasakan tidak adanya atau sedikit gejala. Namun beberapa pasien
mengeluhkan sensasi mengambang dari panca indera.
BPPV klasik umumnya dipicu oleh gerakan tiba-tiba dari posisi tegak ke posisi
supinasi dan kepala membentuk sudut 45° kearah telinga yang terpengaruh. Ketika
mencapai posisi yang tepat, terjadi keterlambatan beberapa detik sampai gejala dirasakan.
17
Ketika BPPV terpicu, pasien akan merasa seperti terlempar berputar, terutama ke arah
telinga yang terpengaruh. Gejala yang dirasakan akan sangat berat dan akan menghilang
dalam waktu 20-30 detik. Tetapi sensasi akan dirasakan lagi ketika pasien mencoba untuk
duduk tegak, dan arah dari nistagmus akan terbalik.
H. Pemeriksaan Fisik
1. Manuver Dix-Hallpike
Manuver Dix-Hallpike adalah pemeriksaan fisik utama untuk BPPV. Temuan klasik
seperti nistagmus rotatoar dengan keterlambatan sebelum gejala muncul dan hilang
setelah beberapa waktu merupakan pathognomonic. Hasil yang negatif tidak mempunyai
arti kecuali untuk indikasi bahwa canalith aktif tidak ada untuk sementara waktu.
Tes ini dilakukan dengan menggerakan pasien dengan cepat dari posisi duduk ke supinasi
ketika kepala pasien membentuk sudut 45° ke arah kanan. Setelah menunggu 20-30 detik,
pasien kembali keposisi semula (tegak). Jika tidak terlihat adanya nistagmus, prosedur
diulang ke arah kiri.
2. Romberg’s Sign
18
Pada tes Romberg penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang
lainnya; tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya. Lengan dilipat
pada dada dan mata kemudian ditutup. Tes ini berguna menilai adanya disfungsi sitem
vestibular. Orang yang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam
selama 30 detik atau lebih.
Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang
menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap
tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada
mata terbuka maupun pada mata tertutup.
I. Pemeriksaan Penunjang
Karena Dix-Hallpike maneuver merupakan pathognomonic, pemeriksaan penunjang
seperti tes laboratorium atau radiologi hanya untuk menyingkirkan kemungkinan
diagnosis lainnya. Tes lain yang dapat membantu diagnosis antara lain:
MRI dapat digunakan untuk melihat adanya lesi sentral
Electronystagmography (ENG) adalah pencatatan objektif nistagmus yang distimulasi
oleh gerakan kepala dan tubuh, pandangan, dan stimulasi kalorik. ENG dapat
membantu untuk mendeteksi nistagmus, membedakan lesi sentral atau perifer, dan
menentukan keparahan hipofungsi vestibular.
Tes kalorik biasanya akan memberikan respon yang terlambat pada telinga yang
memiliki gangguan.
J. Diagnosis
19
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, temuan pada pemeriksaan fisik, dan hasil
dari tes vestibular dan auditori. Pemeriksaan Electronystagmography (ENG) mungkin
dibutuhkan untuk melihat karakteristik nistagmus.
K. Tatalaksana
Pilihan tatalakasana termasuk observasi, obat-obatan vestibulosuppressant, rehabilitasi
vestibular, reposisi canalith, dan pembedahan.
Pilihan observasi termasuk dalam tata laksana karena BPPV dapat hilang tanpa
pengobatan dalam waktu minggu ke bulan. Namun perlu diperhatikan bahwa pasien akan
merasa tidak nyaman karena vertigo dan adanya resiko untuk jatuh atau kedaan berbahaya
lain karena BPPV.
emetik
Antihistamin
Dimenhidrinat 50mg/4-8jam + + +
Prometazin 25mg/4-8jam + ++ ++
Cinarizin 25mg/8jam + + -
Benzodiazepin
Butirofenon
20
Histaminik
Betahistin 24mg/12jam + + -
Sindrom:
72-144mg/hari
Penyekat kanal
kalsium
5-10mg/12 jam + + -
Flunarizin
Antiepilepsi
Paroksismia - + -
Karbamazepin vestibular:200-
600mg/hari
Epilepsi vestibular:
800-2000mg/hari
Migren vestibular: - + -
Topiramat 50-150mg/hari
Profilaksis mual dan muntah dalam tindakan liberatory maneuver pada BPPV
21
Sebagai terapi pada vertigo posisional sentral dan mual
Obat-obat tersebut tidak direkomendasikan untuk pemberian jangka panjang karena akan
mengganggu mekanisme kompensasi sentral pada gangguan vestibular perifer, bahkan
dapat menyebabkan adiksi obat.
Modalitas farmakologik terakhir yang dapat dikerjakan ialah ablasi telinga dalam
dengan aminoglikosida intratimpani. Pengobatan ini dikerjakan dengan tujuan untuk
menciptakan kerusakan permanen pada organ vestibular sehingga dapat mengakhiri
serangan pada penyakit Meniere. Streptomisin merupakan obat pilihan karea sifat
ototoksik yang dimiliki. Studi menunjukkan pascapemberian terapi ini, sebanyak 71%
pasien mengalami bebas sernagan. Namun efek samping berupa gangguan pendengaran
memberat dan gangguan keseimbangan akibat hilangnya kompensasi fungsi vestibular
unilateral yang dapat muncul pascapengobatan ini masih menjadi perdebatan.
Pembedahan dilakukan untuk pasien yang gagal pada reposisi canalith. Pembedahan
bukan pilihan pertama pada pengobatan BPPV karena sifatnya yang invasif dan
kemungkinan komplikasi seperti gangguan pendengaran atau kerusakan pada nervus
facialis.
L. Prognosis
22
Prognosis setelah reposisi canalith pada umumnya baik. Perbaikan spontan dapat muncul
dalam 6 minggu, walaupun beberapa kasus tidak didapatkan perbaikan. Setelah diobati,
peluang untuk terkena BPPV ulang adalah 10-25%.
KESIMPULAN
23
dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa
saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih
baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak
sama sekali.
Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam
otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan
serebelum (otak kecil).
DAFTAR PUSTAKA
24
2. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008
3. Simon RP, Greenberg DA, Aminoff MJ. Clinical Neurology.7 th ed. Amerika serikat:
The McGraw-Hill Companies, Inc; 2009
4. Ropper HA, Samuels MA. Adams and Victor’s Principles of Neurology. 9 th ed.
Amerika Serikat: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2009
5. Lumbantobing SM. Neurogeriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011
25