IKAKOM 2
Kedokteran Keluarga
Pembimbing :
dr. Farsida, MPH
Anggota :
Meisari Rezki R 2015730084
Naufal Rahman Tejokusumo 2015730101
Nur'Aeni 2015730103
Rifah Naaimah 2015730111
Sanda Subrata H 2015730117
Asyha Kantifa 2009730128
Alfira Pangestika 2015730005
Derry Arya Pratama 2015730028
Lulu nuraini rahmat 2015730080
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas tutorial mengenai “Kedokteran Keluarga” ini tepat pada waktunya. Tidak
lupa penulis mengucapkan terimah kasih kepada dr. Farsida, MPH yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Terima kasih juga kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan
tutorial ini. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada
khususnya.
Juni 2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Skenario
Seorang laki-laki umur 45 tahun dating ke puskesmas dengan keluhan demam dan batuk sejak 3
hari yang lalu. Laki-laki ini mengaku baru pulang dari Umroh seminggu yang lalu. Sesak nafas
dan keluhan lain disangkal. Riwayat minum obat flu namun tidak ada perbaikan. Pekerjaan
sehari adalah guru SMP dan ketika pulang Umroh langsung mengajar. Laki-laki ini tinggal
bersama istri usia 40 tahun, 2 orang anak usia 17 dan 19 tahun. Dirumahnya juga tinggal ibu
mertuanya yang berusia 80 tahun dan mengidap diabetes mellitus. Riwayat penyakit dahulu
disangkal namun istrinya juga memiliki diabetes mellitus seperti orangtuanya.
Kata kunci
Pertanyaan
4. Faktor risiko dari demam dan batuk yang sesuai dengan skenario ?
5. Jelaskan sistem rujukan pada penanganan covid! (ODP, PDP, dll) sesuai kemenkes
8. Bagaimana cara pencatatan atau pelaporan yang terjadi pada kasus di skenario?
TINJAUAN PUSTAKA
Dokter Keluarga dapat di definisikan sebagai Dokter Praktik Umum penyelenggara Pelayanan
Primer Paripurna dengan pendekatan Kedokteran Keluarga.
Dokter keluarga adalah profesi kedokteran yang mengabdikan dirinya dalam bidang kedokteran
maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan khusus di
bidang kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan praktik dokter
keluarga.
Adalah dokter yang memiliki tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama serta pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang dibutuhkan oleh semua anggota yang
terdapat dalam satu keluarga dan apabila kebetulan berhadapan dengan suatu masalah kesehatan
khusus yang tidak mampu ditanggulangi,meminta bantuan konsultasi dari dokter ahli yang
sesuai.
Dokter keluarga adalah tenaga kesehatan, bahwa yang dimaksud dengan tenaga kesehatan
menurut Undang‐Undang Kesehatan Pasal 1 butir 6 “tenaga kesehatan adalah setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
ketrampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”.
Fungsi Dokter Keluarga
1. Care Provider.
Dalam memberikan pelayanan medis, seorang dokter hendaknya:
Memperlakukan pasien secara holistic
memandang Individu sebagai bagian integral dari keluarga dan komunitas.
Memberikan pelayanan yang bermutu, menyeluruh, berkelanjutan dan manusiawi.
Dilandasi hubungan jangka panjang dan saling percaya.
2. Decision Maker.
Seorang dokter diharapkan memiliki:
Kemampuan memilih teknologi
Penerapan teknologi penunjang secara etik.
Cost Effectiveness
3. Communicator.
Seorang dokter, dimanapun ia berada dan bertugas, hendaknya:
Mampu mempromosikan Gaya Hidup Sehat.
Mampu memberikan penjelasan dan edukasi yang efektif.
Mampu memberdayakan individu dan kelompok untuk dapat tetap sehat.
4. Community Leader.
Mampu bekerja sama secara harmonis dengan individu dan organisasi di luar dan di dalam
lingkup pelayanan kesehatan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitas.
Seorang dokter harus memiliki lima prinsip utama yang digagas WHO,yaitu :
Unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau
ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Persekutuan dua atau lebih individu yang terkait oleh darah, perkawinan atau adopsi yang
membentuk suatu rumah tangga dan saling berhubungan dalam lingkup peraturan keluarga serta
menciptakan dan memelihara budaya.
Leavitt 1982
Sekelompok manusia yang terkait dengan emosi yang sama, biasanya hidup bersama dalam satu
rumah tangga.
Ki Hajar Dewantara
Keluarga berasal dari bahasa jawa. Kawula (hamba) dan warga (anggota), satu kesatuan yang
utuh yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan atau
hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi, dan lain sebagainya.
Genogram pada kasus di skenario
Prinsip pendekatan kedokteran keluarga sesuai kasus di skenario
Dokter keluarga adalah pemberi layanan kesehatan (provider) yang pertama kali ditemui
pasien atau klien dalam masalah kesehatannya.
Pelayanan dokter keluarga berpusat pada orangnya (patient centered), bukan pada
penyakitnya (disease centered).
6. Koordinasi
Dalam upaya mengatasi masalah pasien, dokter keluarga perlu berkonsultasi dengan disiplin
ilmu lainnya.
7. Kolaborasi
Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada di luar kompetensinya, dokter keluarga
bekerja sama dan mendelegasikan pengelolaan pasiennya pada pihak lain yang berkompeten
h. Family oriented Dalam mengatasi masalah, dokter keluarga mempertimbangkan konteks
keluarga dampak kondisi pasien terhadap keluarga dan sebaliknya.
8. Community oriented
Dokter keluarga dalam mengatasi masalah pasien haruslah tetap memperhatikan dampak
kondisi pasien terhadap komunitas dan sebaliknya.
Pelayanan dokter keluarga memberikan keterangan yang adekuat mengenai cara untuk
memperoleh pelayanan yang diinginkan.
2. Masa konsultasi
Waktu untuk konsultasi yang disediakan oleh dokter keluarga kepada pasiennya adalah cukup
bagi pasien untuk menyampaikan keluhan dan keinginannya, cukup untuk dokter menjelaskan
apa yang diperolehnya pada anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta cukup untuk menumbuhkan
partisipasi pasien dalam melaksanakan penatalaksanaan yang dipilihnya, sebisanya 10 menit
untuk setiap pasien.
Dokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada pasien mengenai seluruh tujuan,
kepentingan, keuntungan, resiko yang berhubungan dalam hal pemeriksaan, konsultasi, rujukan,
pengobatan, tindakan dan sebagainya sehingga memungkinkan pasien untuk dapat memutuskan
segala yang akan dilakukan terhadapnya secara puas dan terinformasi.
4. Komunikasi efektif
Dokter keluarga memperhatikan hak dan kewajiban pasien, hak dan kewajiban dokter termasuk
menjunjung tinggi kerahasiaan pasien
Faktor risiko dari demam dan batuk yang sesuai dengan skenario
Usia
Usia 45 tahun berisiko tertular penyakit, dalam hal ini berkaitan dengan imunitas tubuh,
pada skenario juga dijelaskan, sepulang umroh langsung mengajar, mengartikan bahwa pasien
belum istirahat secara maksimal. Namun jurnal lain mengatakan lebih berisiko >60 tahun dan
>80 tahun.
Gender
Penelitian menyatakan bahwa Laki-laki lebih berisiko tertular penyakit dikarenakan
kebiasaan merokok, aktivitas bekerja dan phbs (perilaku hidup bersih dan sehat) yang pada laki-
laki biasanya kurang diperhatikan. Penelitian lain juga menyatakan bahwa wanita lebih memiliki
sistem imun yang lebih kuat daripada laki-laki.
Sistem rujukan pada penanganan covid (ODP, PDP, dll) sesuai kemenkes
Pendekatan diagnostik holistik pada kasus di skenario
Pasien datang berobat dengan harapan gatal dan bercak nya sembuh dengan bantuan dokter di
puskesmas. Pasien memiliki kekhawatiran terhadap penyakitnya yang bisa akan menularkan ke
keluarga nya terutama suami nya.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan hasil pemeriksaan kulit ditemukan
adanya eflorensi yang di diagnosis Tinea Kruris. Dan diagnose banding Kanidiasis.
3. Aspek risiko internal: (faktor-faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien)
Selain itu, masalah biaya keluarga menjadi beban pikiran karena biaya hidup yang semakin lama
semakin tinggi menjadikan pasien jarang mencuci baju karena hemat.
Aktivitas menjalankan fungsi sosial memiliki nilai skala satu, yaitu dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup
mandiri
Pencegahan yang dilakukan pada kasus di skenario
Berdasarkan bukti yang tersedia, COVID-19 ditularkan melalui kontak dekat dan droplet, bukan
melalui transmisi udara. Orang-orang yang paling berisiko terinfeksi adalah mereka yang
berhubungan dekat dengan pasien COVID-19 atau yang merawat pasien COVID-19. Tindakan
pencegahan dan mitigasi merupakan kunci penerapan di pelayanan kesehatan dan masyarakat.
Langkah-langkah pencegahan yang paling efektif di masyarakat meliputi:
• Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan tidak terlihat kotor
atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat kotor;
• Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut;
• Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut dengan lengan atas
bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke tempat sampah;
• Pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan melakukan kebersihan tangan
setelah membuang masker;
• Menjaga jarak (minimal 1 m) dari orang yang mengalami gejala gangguan pernapasan.
Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Berkaitan dengan Pelayanan Kesehatan
Strategi-strategi PPI untuk mencegah atau membatasi penularan di tempat layanan kesehatan
meliputi:
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan antiseptik berbasis alkohol;
Orang dengan gejala sakit saluran pernapasan harus disarankan untuk menerapkan
kebersihan/etika batuk. Selain itu mendorong kebersihan pernapasan melalui galakkan kebiasaan
cuci tangan untuk pasien dengan gejala pernapasan, pemberian masker kepada pasien dengan
gejala pernapasan, pasien dijauhkan setidaknya 1 meter dari pasien lain, pertimbangkan
penyediaan masker dan tisu untuk pasien di semua area.
Penggunaan secara rasional dan konsisten APD, kebersihan tangan akan membantu mengurangi
penyebaran infeksi. Pada perawatan rutin pasien, penggunaan APD harus berpedoman pada
penilaian risiko/antisipasi kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan kulit yang terluka.
APD yang digunakan merujuk pada Pedoman Teknis Pengendalian Infeksi sesuai dengan
kewaspadaan kontak, droplet, dan airborne. Jenis alat pelindung diri (APD) terkait COVID-19
berdasarkan lokasi, petugas dan jenis aktivitas terdapat pada lampiran. Cara pemakaian dan
pelepasan APD baik gown/gaun atau coverall terdapat pada lampiran. COVID-19 merupakan
penyakit pernapasan berbeda dengan pneyakit Virus Ebola yang ditularkan melalui cairan tubuh.
Perbedaan ini bisa menjadi pertimbangan saat memilih penggunaan gown atau coverall.
d. Pengelolaan limbah yang aman Pengelolaan limbah medis sesuai dengan prosedur rutin
Penggunaan Masker
Penggunaan masker adalah efektif! Karena tujuan memakai masker adalah untuk memblokir
‘pembawa’ yang mentransmisikan virus, daripada secara langsung memblokir virus.
Mengenakan masker dengan benar dapat secara efektif memblokir tetesan pernapasan dan
karenanya mencegah virus masuk langsung ke dalam tubuh. Perlu diingatkan bahwa tidak perlu
memakai respirator KN95 atau N95. Masker bedah biasa dapat menghalangi sebagian besar virus
yang membawa tetesan memasuki saluran pernapasan.
PHBS
Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghindari paparan virus penyebab.
Lakukan tindakan-tindakan pencegahan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Beberapa upaya
pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
• Cuci tangan dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik, menggunakan metode cuci
tangan yang benar. Gunakan hand sanitazer berbasi alkohol yang setidaknya mengandung
alkohol 60% jika air dan sabun tidak tersedia
• Hindari menyentuh mata hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dicuci
• Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit
• Gunakan masker saat sakit, tetap tinggal di rumah atau pergi ke fasilitas kesehatan yang
sesuai. Jangan beraktifitas di luar ruangan.
• Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue pada tempat
yang telah ditentukan.
• Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin pada permukaan dan benda yang sering
disentuh.
• Bersihkan diri setelah beraktifitas dari luar ruangan.
• Hindari makanan mentah, pilih makanan yang aman dan masak dengan matang.
Cara pencatatan atau pelaporan yang terjadi pada kasus di skenario
Data penemuan kasus PDP, ODP, OTG COVID-19 yang dicatat dan dilaporkan sesuai
dengan format dalam lampiran termasuk jika tidak ditemukan kasus (zero reporting).
b. Formulir notifikasi HAC dan penemuan kasus (lampiran 1) yang dilaporkan setiap hari kepada
Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kab/Kota sesuai dengan tempat tinggal kasus
serta ditembuskan ke PHEOC Ditjen P2P.
Di Wilayah
- Formulir laporan harian penemuan kasus Konfirmasi, PDP, ODP dan OTG (lampiran 4 dan
lampiran 5) yang dilaporkan setiap hari kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan
Kab/Kota setempat.
b. Puskesmas/Dinas Kesehatan
- Formulir laporan harian penemuan kasus Konfirmasi, PDP, ODP dan OTG (lampiran 4 dan
lampiran 5) yang dilaporkan setiap hari kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan
Kab/Kota setempat.
Setiap penemuan kasus baik di pintu masuk negara maupun wilayah harus melakukan
pencatatan sesuai dengan formulir (terlampir) dan menyampaikan laporan. Melakukan pelaporan
rutin harian dari penemuan kasus PDP, ODP, OTG COVID-19 secara berjenjang sampai ke
Pusat melalui PHEOC, termasuk jika tidak ditemukan kasus (zero reporting) menggunakan
formulir (lampiran 4 dan lampiran 5). Selain formulir untuk kasus, formulir pemantauan kontak
erat juga harus dilengkapi. Pelaporan harian dilaporkan setiap hari oleh Fasyankes ke Dinkes
setempat secara berjenjang hingga sampai kepada Ditjen P2P dengan tembusan PHEOC. Untuk
lebih memudahkan alur pelaporan dapat dilihat pada bagan berikut:
Tatalaksana komprehensif berdasarkan diagnosis holistik (termasuk APD dan PHBS)
• Body, mind & spirit: kondisi pasien saat ini (usia, diagnosis kerja, DD, harapan, ketakutan)
• Human biology: risiko genetik dan herediter pasien
• Personal behavior: perilaku kesehatan pasien
• Psycho-socio-economic environment: faktor-faktor psiko-sosio-ekonomi yang berkontribusi
terhadap risiko kesehatan pasien
• Physical environment: faktor lingkungan fisik yang berperan dalam risiko kesehatan pasien
• Community: peraturan kesehatan lokal dan nasional, kebutuhan dan permintaan mengenai
kesehatan publik yang berperan dalam risiko kesehatan pasien
• Culture: norma dan budaya
• Berdasarkan pola dan penjelasan diatas Mandala of Health (a model of human ecosystem)
dapat disimpulkan bahwa :
• Manusia terdiri atas 3 bagian meliputi fisik, jiwa, dan pikiran
• Kesehatan pada diri individu dipengaruhi oleh kebiasaan personal, lingkungan fisik, unsur
biologis manusia, serta lingkungan psiko-sosio-ekonomi. Di mana masing2 faktor terkait satu
sama lain.
• Kebiasaan personal dan kondisi psiko-sosio-ekonomi mempengaruhi lifestyle
• Kebiasaan personal dan unsur biologis manusia mempengaruhi sick care system
• Kondisi psiko-sosio-ekonomi dan lingkungan fisik mempengarui kerja seseorang
• Unsur biologis manusia dan lingkungan fisik mempengaruhi human made environment
Daftar Pustaka
1. Trisna D.V, dkk.2006 .Standar Profesi Dokter Keluarga hal 52. Depok:PDKI
2. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit .2020. PEDOMAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN CORONAVIRUS DISESASE (COVID-19)
Revisi Ke-4. Kementerian Kesehatan RI