Anda di halaman 1dari 10

JHE 2 (2) (2017)

Jurnal of Health Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/

PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS

Yetik Marlinda , Muhammad Azinar

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Latar Belakang: Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) mempunyai peran penting dalam rantai penularan
Diterima HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran perilaku dalam pencegahan
Disetujui penularan HIV/AIDS pada ODHA di Kota Semarang.
Dipublikasikan Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik snowball sampling. Informan
________________ penelitian adalah ODHA dengan jumlah 3 orang yang telah memiliki pasangan tetap (suami-istri).
Keywords: Teknik pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara.
Behavior, prevention, HIV/ Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan HIV/AIDS pada informan sudah baik. Semua
AIDS informan merasa sangat berisiko tinggi jika terinfeksi HIV/AIDS dan akan merasa dikucilkan oleh
____________________ masyarakat jika terinfeksi HIV/AIDS. Hambatan yang dirasakan terkait ARV adalah rasa lupa
mengkonsumsi serta ada efek samping ARV yang dirasakan. Seluruh informan sudah melakukan
pemeriksaan VCT. Apabila ingin memiliki keturunan, informan mengkonsultasikannya ke dokter.
Pemakaian kondom sudah konsisten pada pasangan ODHA, namun ketika berencana memiliki anak,
kondom akan dilepas.
Simpulan: Perilaku pencegahan penularan HIV/ AIDS pada ODHA di Kota Semarang sudah dilakukan
dengan baik.

Abstract
___________________________________________________________________
Background: People living with HIV/ AIDS (PLHIV) have an important role in HIV / AIDS
transmission.
This study aimed to describe the description of behavior to prevent HIV/ AIDS transmission among
PLHIV in
Semarang City.
Methods: It was qualitative research with snowball sampling technique. The research informants were 3
persons of PLHIV who have had a partner (husband and wife). The data collection technique was done
with
in-depth interview using interview guideline..
Results: The results showed that knowledge of HIV/ AIDS among informants was good. All informants
felt
very high risk if infected with HIV/ AIDS and would feel isolated by society if infected with HIV/ AIDS.
The
perceived obstacle related to antiretroviraltheraphy (ARV) was not remember to take medicine and there
were
perceived side effects. All informants have been examined with VCT examination. If they would have
baby,
they took consultation to the doctor. Condoms were consistently used by them, but when planned to have
baby,
it would be removed.
Conclusion: PLHIV in Semarang City have well performed the prevention behavior of HIV/
AIDS
transmission.
© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2527-4252
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: Mysayyidahzahra@yahoo.com

1
2
Yetik Marlinda dan Muhammad Azinar/ Journal of Health 2 (2) (2017)

PENDAHULUAN pada pengertian bahwa orang tersebut sudah secara


positif didiagnosis terinfeksi HIV. Berdasarkan
HIV/AIDS merupakan penyakit menular perda Jatim (2004) Orang Dengan HIV/AIDS
yang terjadi di kalangan masyarakat yang belum (ODHA) adalah orang yang dalam tubuhnya sudah
ditemukan vaksin atau obat yang efektif untuk terinfeksi oleh virus HIV/AIDS, orang yang sudah
pencegahan HIV/AIDS hingga saat ini. Secara terinfeksi HIV baik pada tahap bergejala maupun
global terdapat 36 juta orang dengan HIV di sudah bergejala. Jumlah orang dengan HIV/AIDS
seluruh dunia, di Asia Selatan dan Tenggara (ODHA) di Indonesia sebanyak 193.030 orang,
terdapat kurang lebih 5 juta orang dengan HIV. 11% diantaranya merupakan pasangan tetap
Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna NAPZA suntik dan pengguna jasa
penambahan kasus HIV/AIDS tercepat di Asia pekerja seks komersial, sehingga sekitar 21 ribu
Tenggara, dengan estimasi peningkatan angka pasangan tetap telah hidup dengan HIV/AIDS
kejadian infeksi HIV lebih dari 36%. Epidemi (Departemen Kesehatan RI, 2010).
HIV/AIDS di Indonesia bertumbuh paling cepat di ODHA mempunyai peran penting dalam
antara negara-negara di Asia (UNAIDS, 2014). rantai penularan karena merupakan host pembawa
Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi agent. Salah satu tindakan pencegahannya
di Indonesia dengan data kasus HIV/AIDS cukup penularan adalah pengendalian perilaku berisiko
banyak. Secara kumulatif HIV/AIDS sampai tahun dari ODHA sendiri menjadi bagian terpenting
2015 provinsi Jawa Tengah menempati urutan dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS. Karena
teratas dalam penyebaran HIV yaitu diurutan ke-6 mereka adalah orang-orang yang hidupnya
dari 33 provinsi di Indonesia, sebesar 6.945 kasus tersentuh dan terpengaruh secara langsung oleh
HIV dan 5.869 kasus AIDS. Dan kasus baru pada virus HIV. Dengan tujuan memustuskan mata
tahun 2015 terdapat 1074 kasus HIV dan 935 rantai penularan HIV dan mengurangi dampak
kasus AIDS. Kota Semarang merupakan salah satu sosial ekonomi dari HIV/AIDS (Yudi, 2014).
kota penyumbang kasus HIV/AIDS Hasil wawancara studi pendahuluan yang
terbanyak di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan dilakukan peneliti pada ODHA dan pasangannya
data kumulatif sampai tahun 2015 kota Semarang di kota Semarang pada laki-laki positif HIV dan
menduduki peringkat teratas dari kabupaten/kota perempuan negatif HIV
lainnya dengan data sebesar 109 kasus HIV dan diketahui bahwa perilaku pencegahan HIV/AIDS
496 kasus AIDS (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa dengan menggunakan kondom dalam perilaku
Tengah, 2015). hubungan seksual dan cek VCT secara rutin.
Faktor resiko penularan HIV/AIDS sampai Dalam melakukan program memiliki keturunan,
tahun 2015 terjadi pada heteroseksual (84,7%), ada beberapa hal untuk bisa memiliki keturunan
IDU (5,7%), homoseksual (4,7%), tanpa menularkan HIV/AIDS pada pasangannya.
perinatal (4,6%) dan transfusi (0,1%).Berdasarkan Salah satunya, perilaku seks aman dengan kondom
kelompok umur, persentase kasus HIV/AIDS dan memantau viral load suami dengan tes VCT.
didapatkan tertinggi pada usia 20-29 tahun Ketika viral load (jumlah virus) HIV turun atau
(32,0%), 30-39 tahun (29,4%), 40-49 tahun tidak berkembang pesat, bisa melakukan hubungan
(11,8%), 50-59 tahun (3,9%) kemudian 15-19 seksual tanpa kondom. Perilaku ini yang
tahun (3%). Saat ini HIV/AIDS menginfeksi secara digunakan pada salah satu pasangan ODHA.
besar berjenis kelamin perempuan, secara Tujuan penelitian ini adalah
kumulatif sampai tahun 2015 terdapat 61,5% dan mendeskripsikan gambaran perilaku pencegahan
laki-laki 38,50% (Kemenkes RI, 2011). penularan HIV/AIDS pada Orang dengan
ODHA adalah singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS di Kota Semarang.
HIV/AIDS, penderita yang mengarah
Yetik Marlinda dan Muhammad Azinar/ Journal of Health 2 (2) (2017)

METODE lingkungan keluarga yang tidak ditanamkan rasa


keimanan, dan sering melakukan hubungan
Penelitian menggunakan metode penelitian seksual dengan lawan jenis ketika masih pacaran
kualitatif. Teknik pengambilan informan secara dan sebagian kecil informan lainnya terkena HIV
snowball sampling.Fokus karena melakukan hubungan seksual dengan
penelitian adalah perilaku pencegahan penularan suaminya yang ternyata sudah positif AIDS yang
HIV/AIDS yang dilakukan pada ODHA di Kota awalnya belum diketahui status AIDS.
Semarang antara lain pengetahuan tentang Penelitian ini sesuai dengan penelitian
HIV/AIDS, keyakinan akan kerentanan terinfeksi Kambu (2016) bahwa lamanya ODHA terdeteksi
HIV/AIDS, HIV/AIDS mulai dari tiga bulan sampai dengan
keyakinan akan keseriusan terinfeksi HIV/AIDS, lima tahun dan lamanya sakit sangat bervariasi
keyakinan akan keuntungan manfaat pencegahan tergantung dari faktor resiko tertularnya penyakit
HIV/AIDS, keyakinan akan hambatan pencegahan HIV/AIDS. Penularan melalui hubungan seksual
HIV/AIDS, isyarat untuk bertindak, terkait merupakan faktor yang paling dominan dan
pasangan dan pihak keluarga, perilaku mengenai penularan HIV melalui hubungan seksual, anal,
upaya pencegahan HIV/AIDS meliputi perilaku oral, vaginal yang tidak terlindung dengan orang
seksual informan dengan pasangannya, perilaku yang telah terinfeksi HIV, jatum suntik, tindik, tato
informan dalam penggunaan kondom dalam yang tidak steril dan bergantian, peralatan
hubungan seksual dengan pasangannya, perilaku kedokteran yang tidak steril, mendapat tranfusi
informan terkait memiliki keturunan, perilaku darah yang mengandung HIV, Ibu HIV positif ke
informan terkait tes VCT dan perilaku informan bayinya.
terkait mengkonsumsi ARV. Berdasarkan penelitian ini didapatkan
Data didapat melalui observasi tidak hasil bahwa semua informan yang terkena
berstruktur dan wawancara mendalam. HIV/AIDS sudah memberitahukan statusnya
Pengamatan langsung di lapangan menggunakan kepada pasangannya serta sebagian besar pasangan
catatan lapangan. Wawancara mendalam dilakukan informan mengetahui ketika pertama kali informan
kepada ODHA di Kota Semarang yang berjumlah terkena HIV/AIDS, karena selalu mendampingi
3 orang yang telah memiliki pasangan tetap saat cek sampai positif terkena HIV/AIDS.
(suami-istri) terdiri dari laki-laki HIV positif, Sedangkan sebagian kecil informan
perempuan HIV positif dan laki-laki positif AIDS. memberitahukan statusnya kepada pasangannya
ketika hendak akan menikah dengan awalnya telah
HASIL DAN PEMBAHASAN menjalin hubungan yaitu pacaran. Terjadi
kecocokan dan rasa cinta diantara informan dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangannya maka pasangan informan menerima
informan ODHA sudah positif HIV/AIDS kurang statusnya informan dan melanjutkan ke jenjang
lebih 3 tahun hingga 12 tahun yang lalu. Terdapat pernikahan bersama dengan
beberapa hal yang mempengaruhi dan mendorong informan. Seluruh pasangan informan mengetahui
informan terkena HIV/AIDS, setiap masing- status HIV/AIDS informan disekitar akhir-akhir
masing informan berbeda-beda diantaranya tahun ini.
kenakalan remaja di waktu sekolah yang ingin tahu Penelitian ini sejalan dengan penelitian
lebih besar dan mencoba-coba hal baru seperti dari Parwati (2012) bahwa keseluruhan informan
mencoba merokok, minuman telah mengungkapkan statusnya sebagai ODHA
beralkhohol, pemakaian narkoba serta melakukan kepada orang-orang terdekatnya yakni keluarga
hubungan seksual dengan lawan jenis, serta dan pasangan hidup (suami). Mengenai status
informan lainnya terpengaruhi oleh lingkungan barunyas sebagai ODHA keseluruhan informan
tempat tinggal yang bebas, telah mau terbuka terhadap orang lain.
Pengungkapan status HIV
Yetik Marlinda dan Muhammad Azinar/ Journal of Health 2 (2) (2017)

Tabel 1. Karakteristik Informan Utama


Informan Umur Jenis Kelamin Pend. Pekerjaan Status HIV
Terakhir
A 39 Laki-laki SMP LSM HIV positif
B 25 Perempuan SMP Ibu Rumah Tangga HIV positif
C 40 Laki-laki S1 Wiraswasta AIDS

kepada orang-orang terdekat pada ODHA erat nya takut dianggap sebagai orang yang tidak baik
kaitannya dengan sumber informasi yang karena terkena penyakit ini, selain itu juga takut
diperoleh ODHA mengenai status HIV itu sendiri akan diperlakukan berbeda karena terkena HIV.
meliputi pengertian, pengobatan, cara penularan Hal yang mempengaruhi waktu pengungkapan diri
dan pencegahan HIV/AIDS, sehingga ODHA kepada orang lain adalah yaitu kesiapan
menyebabkan ODHA mengetahui betapa mental dan kematangan usia dari ODHA itu
pentingnya pengungkapan status HIV sebagai sendiri.
tindakan untuk pengobatan dan pencegahan Pengetahuan informan mengenai
penularan HIV/AIDS itu sendiri. HIV/AIDS pada penelitian ini yaitu sebagian besar
Berdasarkan penelitian ini separuh informan memiliki pengetahuan yang cukup baik
informan tidak memberitahukan status positif mengenai HIV/AIDS. Sedangkan hanya ada
HIV/AIDS kepada pihak keluarga. Alasan sebagian kecil informan yang memiliki
informan tidak memberitahukan kepada pihak pengetahuan kurang baik dengan tidak dapat
keluarga adalah agar pihak keluarga tidak merasa menjelaskan dengan benar apa yang
sedih dan khawatir dengan status positif dimaksud HIV/AIDS.Semua informan memiliki
HIV/AIDS sehingga lebih aman untuk tidak pengetahuan yang baik mengenai tempat
memberitahukan kepihak keluarga. Sedangkan pemeriksaan HIV/AIDS.Sebagian besar informan
separuh informan memberitahukan positif memiliki pengetahuan yang baik
HIV/AIDS pada pihak keluarga dikarenakan dari mengenai perilaku seksual yang berisiko.Informan
awal informan terkena positif HIV/AIDS pihak menjelaskan perilaku seksual yang berisiko seperti
keluarga sudah mendampinginya dan selalu berada berganti-ganti pasangan dan tidak memakai
di samping informan. Sebagian besar pihak kondom.Sedangkan sebagian kecil informan
keluarga pasangan belum mengetahui status positif lainnya memiliki pengetahuan yang cukup baik
HIV/AIDS informan. Informan tidak mengenai perilaku seksual yang berisiko.
memberitahukan dikarenakan agar pihak keluarga Penelitian selaras dengan Rokhmah
mengetahui dengan sendirinya dan agar mereka (2013) bahwa semua responden memiliki tingkat
tidak khawatir dan sedih. Sedangkan sebagian pengetahuan yang tinggi tentang HIV &AIDS
kecil informan memberitahukan positif HIV/AIDS serta pencegahannya, yang meliputi
kepada pihak keluarga pasangan karena pihak pengertian, penyebab, cara penularan, pencegahan
keluarga sudah mengetahui dari awal informan dan pengobatan (terapi) HIV &AIDS. Diperkuat
sering sakit-sakitan dan saat di periksa ternyata dengan hasil penelitian dari Saktina (2017)
positif AIDS. mengenai analisis faktor yang mempengaruhi
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penularan HIV oleh ODHA
hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh yang menjelaskan bahwa pengetahuan responden
Suriana (2013) yang menunjukkan bahwa pada mengenai pencegahan penularan
awal terdeteksi HIV positif, subjek dan HIV dikategorikan baik. Pengetahuan responden
pasangannya memilih untuk menyembunyikan tentang pencegahan penularan HIV tidak hanya
status penyakitnya karena takut akan berasal dari pendidikan formal saja, namun juga
didiskriminasi dan dikucilkan oleh keluarga dapat berasal dari sumber lain (petugas kesehatan,
maupun lingkungannya. Subjek dan pasangan- keluarga, teman, dll) yang
Yetik Marlinda dan Muhammad Azinar/ Journal of Health 2 (2) (2017)

dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan merasa jika terinfeksi HIV/AIDS mereka akan
pemahaman responden tentang pencegahan konsultasi dan periksa ke dokter atau pelayanan
penularan HIV. kesehatan lainnya karena mereka hidup dengan
Pada penelitian ini semua informan pasangan yang terkena HIV/AIDS.
merasa rentan atau berisiko terhadap infeksi atau Menurut Notoatmodjo (2007) dalam teori
penularan HIV/AIDS, karena mereka hidup Health Belief Model disebutkan bahwa salah satu
dengan ODHA dan menjadi pasangan yang terkena faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
HIV/AIDS. Sebagian besar informan melakukan perilaku pencegahan karena adanya
mengganggap hal itu tergantung pola hidup dan persepsi individu terhadap besarnya kegawatan
menjaga kesehatan diri sendiri dan pasangan suatu penyakit yang menyerangnya. Apabila
namun sebagian kecil informan merasa khawatir seseorang menganggap bahwa penyaki tersebut
jika lanjut terkena AIDS karena saat ini informan bukan penyakit yang gawat maka mereka
sudah terkena HIV. Sedangkan hal yang cenderung tidak melakukan perilaku pencegahan.
menyebabkan terinfeksi HIV/AIDS, semua Dalam penelitian ini semua informan
informan merasa karena perilaku seksual yang menyatakan bahwa manfaat mengetahui upaya
tidak aman seperti berganti-ganti pasangan, tidak pencegahan HIV dan AIDS terkait perilaku
memakai kondom, berhubungan seks dengan seksual adalah merasa aman terhindar dari
penderita HIV serta pemakaian jarum suntik. HIV/AIDSserta menjaga kesehatan bagi diri
Merasa berisiko tertular HIV adalah salah informan dan pasangan dengan menggunakan
satu indikasi bahwa seseorang sadar perilakunya kondom.Semua informan menyatakan bahwa
bisa menyebabkan dirinya tertular HIV. Persepsi manfaat mengetahui upaya pencegahan HIV/AIDS
berisiko tersebut biasanya timbul dari pengetahuan terkait pemeriksaan VCT adalah merasa lebih tau
tentang cara penularan dan pencegahan HIV dan sejak awal agar bisa mengetahui keadaan
kemudian dihubungkan dengan pengalaman kesehatan serta terhindar dari HIV/AIDS.Semua
pribadi responden yang pernah melakukan perilaku informan menyatakan bahwa manfaat mengetahui
berisiko tertular HIV (Departemen Kesehatan RI, upaya pencegahan HIV/AIDS terkait terapi ARV
2010). Hasil penelitian sesuai dengan Khasanah adalah dapat meningkatkan daya imun, virus tidak
(2016) bahwa pasangan serodiskordan negatif pada menyebar
dasarnya sudah menyadari risiko tertular HIV akan dan dapat menghambat perkembang virus.Semua
tetapi mereka telah siap dengan konsekuensi yang informan menyatakan bahwa manfaat mengetahui
akan diterimanya. upaya pencegahan
Keyakinan akan keseriusan terinfeksi HIV/AIDS terkait memiliki keturunan (kehamilan)
HIV/AIDS mencakup akibat yang dirasa informan harus dengan program terlebih dahulu dengan cek
jika terinfeksi HIV/AIDS serta hal yang akan dan kontrol di dokter sebelum hendak punya anak.
dilakukan informan jika positif Dalam teori Health Belief Model
terinfeksi HIV/AIDS. Kayakinan akan keseriusan (Wulandari, 2016) dijelaskan bahwa persepsi
terinfeksi HIV/AIDS yang dirasakan informan positif perilaku pencegahan (perceived benefits)
adalah sebagian besar informan merasa jika merupakan penilaian individu mengenai
terinfeksi HIV/AIDS akan keuntungan yang didapat dengan mengadopsi
mengakibatkan mereka dikucilkan dari perilaku kesehatan yang disarankan. Seseorang
masyarakat. Sementara sebagian kecil informan akan merasa bahwa tindakan tersebut dapat
merasa biasa saja dan sudah siap jika nantinya memberikan banyak manfaat jika menurutnya
terinfeksi HIV/AIDS karena informan dapat mereduksi kemungkinan ia dapat menderita
menganggap sudah menjadi risiko yang harus penyakit (susceptibility) dan keseriusan
ditanggung. Sedangkan hal yang akan dilakukan dampak penyakit tersebut terhadap kehidupannya.
jika positif HIV/AIDS adalah seluruh informan
Yetik Marlinda dan Muhammad Azinar/ Journal of Health 2 (2) (2017)

Dalam penelitian ini, hambatan dari upaya serodiskordan, tetapi karena beberapa faktor
pencegahan HIV dan AIDS yang dirasakan oleh beberapa informan negatif tidak lagi konsisten
semua informan adalah semua informan untuk menggunakan alat pencegah (kondom).
menyatakan bahwa tidak ada hambatan dalam Hambatan lain dalam penggunaan kondom saat
upaya pencegahan HIV/AIDS terkait perilaku melakukan hubungan seks adalah
seksual Pencegahannya dalam perilaku seksual ketidaknyamanan yang dirasakan oleh pasangan
menggunakan kondom ketika sehingga terkadang meminta untuk melepaskan
berhubungan seksual dengan pasangannya.Semua kondom.
informan menyatakan bahwa tidak ada hambatan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam tes VCT dan tes VCT berjalan lancar setiap informan ODHA mendapatkan informasi
sedangkanterkait ARV yaitu separuh informan tentang HIV/AIDS berbeda-beda, mulai mendapat
merasa hambatan dalam upaya pencegahan informasi dari dokter, penyuluhan, baca buku,
HIV/AIDS adalah adanya rasa lupa pada informan, pendamping sebaya serta dari teman. Separuh
dan susah minum ARV diawal. Namun separuh informan mengaku cukup jelas yang dimaksud
informan lainnya menyatakan bahwa tidak ada dengan HIV/AIDS adalah virus yang menular dan
hambatan dari pengambilan ARV sampai berbahaya menyerang daya imun sehingga sering
meminum ARV karena sudah menjadi kewajiban. sakit. Informan mengatakan bahwa HIV/AIDS
Sebagian besar informan merasa dapat ditularkan dari sering gonta-ganti pasangan
hambatan dalam upaya pencegahan HIV/AIDS dan tidak setia dengan pasangannya.Sedangkan
terkait memiliki keturunan (kehamilan) adalah sebagian kecil informan kurang jelas dalam
menerima resiko jika tertular HIV/AIDS, harus ada mengetahui HIV/AIDS yang menyatakan bahwa
niatan yang kuat jika mau punya anak, komitmen HIV/AIDS merupakan virus berbahaya saja tidak
antara suami-istri dalam program anak, keadaan ada tambahan penjelasan lainnya terkait
informan yang belum baikan, serta jika program HIV/AIDS.Dalam penelitian ini semua informan
anak belum tentu berhasil, harus sabar. Sedangkan menyatakan mendapatkan informasi HIV/AIDS
sebagian kecil pasangan ODHA tidak ada niatan dari kegiatan tenaga kesehatan serta pendamping
untuk memiliki anak kembali, karena sudah cukup sebaya yang dilakukan berupa penyuluhan atau
dengan dua anak sekarang. Dan sebagian kecil seminar dalam meningkatkan ilmu HIV/AIDS.
informan sudah melakukan program anak, Berdasarkan hasil penelitian
hambatan dalam program anak dengan pasangan Rahakbauw (2011) menyatakan bahwa
positif HIV/AIDS harus sabar dalam program pemanfaatan pelayanan kesehatan
anak, dan siap menerima jika nanti terkena menggambarkan usaha ODHA dan keluarga untuk
HIV/AIDS. mempertahankan hubungan timbal balik
Hasil penelitian Budiman (2008) bahwa antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan.
hambatan perilaku pencegahan HIV dan AIDS ODHA dan keluarga dalam memanfaatkan
pada pasangan ODHA serodiskordan yakni pelayanan kesehatan berkaitan dengan tampat
kesiapan pasangan negatif untuk menjadi ODHA. pertama kali terdeteksi dan waktu di rawat di
Sebagai pasangan serodiskordan, terutama rumah sakit. ODHA memiliki pertimbangan
pasangan negatif, mereka menyadari risiko khusus dalam milih jenis pelayanan kesehatan.
terhadap penularan HIV.Bahkan beberapa Beberapa ODHA tidak menggunakan jasa
informan telah memasuki tahapan penerimaan dan pelayanan Puskesmas pada awal merasakan tanda
kesiapan menjadi ODHA. Sehingga menjadi gejala HIV/AIDS dikarenakan oleh beberapa
ODHA ataupun tidak itu adalah takdir yang harus sebab seperti kurangnya informasi dan keyakinan
ia jalani. Pada dasarnya informan klien tentang sakit dan tidak memiliki biaya untuk
memahami konsekuensi apabila tidak melakukan perawatan di rumah sakit. Ketersediaan sarana
perilaku pencegahan pada pasangan
Yetik Marlinda dan Muhammad Azinar/ Journal of Health 2 (2) (2017)

dan prasarana kesehatan menjadi pertimbangan cukup baik (CD4 di atas 500), kadar virus (viral
dalam memilih fasilitas pelayanan kesehatan. load) minimal atau tidak terdeteksi (kurang dari
Wibawati (2014) menyampaikan tersedianya 1000 kopi/ml) dan menggunakan ARV secara
sarana dan prasarana untuk mendukung kesehatan teratur. (Kemenkes RI. 2011).
merupakan salah satu komponen Berdasarkan dari yayasan spiritia
promosi kesehatan dalam masyarakat. menyebutkan bahwa pengambilan keputusan
Ketersediaan sarana dan prasarana dapat dilihat dalam memiliki keturunan adalah penting agar
langsung disekitar masyarakat sehingga kedua pihak membahas semua masalah seputar hal
memilihnya sebagai alternatif melakukan ini, dan mengambil keputusan bersama, mungkin
perawatan. dibantu oleh seorang konselor yang terlatih dan
Dalam penelitian ini perilaku seksual memahami semua informasi terkait. Keduanya
yang biasa dilakukan oleh semua informan dengan perlu memahami risiko dan kesempatan yang ada.
pasangannya menggunakan kondom dan Membahas hal ini bersama-sama diharapkan dapat
melakukan hubungan dengan seperti biasa, menghindari saling tuduh di belakang hari.
tidak macam-macam.Dalam penggunaan kondom Hasil penelitian menunjukkan seluruh
seluruh informan menyatakan setiap berhubungan informan mengaku telah melakukan cek VCT
seksual wajib menggunakan kondom walaupun ada diawal ketika hendak ingin mengetahui status
sebagian kecil informan yang pasutri (pasangan sakitnya. Separuh informan mengaku terakhir
suami-istri) sama-sama berstatus positif HIV/AIDS melakukan tes VCT pada akahir-akhir tahun ini.
tetap menggunakan kondom.Seluruh informan Berdasarkan dari Anita (2017), hasil studi
menyatakan tidak ada strategi dalam memakai menunjukkan VCT dapat membantu mengubah
kondom pada pasangannya.Informan sudah perilaku seksual untuk mencegah penularan HIV.
menerima pakai kondom dengan kewajiban dan Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa
kesadaran pada diri masing-masing. semua informan dalam keteraturan minum ARV
Berdasarkan teori bahwa hubungan sudah baik meskipun diawal minum terjadi
seksual dengan ODHA tanpa perlindungan penyesuaian minum seperti masih ada lupa dan
(kondom) akan menularkan HIV melalui vagina belum teratur, semakin lama semakin mengetahui
maupun anal. Dalam periode waktu 3 sampai 6 dan semakin teratur dalam mengkonsumsi ARV.
minggu antibodi terhadap HIV biasanya akan Partisipan yang patuh terhadap pengobatan ARV
muncul. Periode ini sangat penting diperhatikan dalam penelitian ini ditunjukkan dengan mentaati
karena pada periode ini ODHA mampu dan aturan minum obat. Partisipan mentaati minum
potensial menularkan HIV kepada orang lain obat ARV, baik dari segi waktu minum obat,
(Astari, 2009). pengambilan obat, dan dampak positif pengobatan
Berdasarkan hasil penelitian ini HIV/AIDS yang diterimanya.
didapatkan hasil bahwa separuh informanmengaku Hasil penelitian dari Sugiharti (2014)
sangat ingin memiliki anak atau keturunan. Orang HIV/AIDS dalam penelitian secara rutin
Sebagian kecil informan sudah tidak ada niatan menjalani pengobatan HIV/AISD dengan
punya anak lagi karena sudah cukup dengan anak mendapatkan obat ARV (Anti Retro Viral).
yang sekarang. Semua informan mengakau jika Pemberian ARV diberikan pada setiap bulan dan
ingin memiliki keturunan yang aman dari bisa di akses di rumah sakit dengan Care Support
penularan HIV/AIDS harus dengan program Treatment di wilayah masing-masing daerah.
terlebih dahulu. Program anak dengan konsultasi Managemen pengobatan sangat berkaitan erat
dokter terlebih dahulu dan mengikuti prosedurnya. dengan kepatuhan dalam
Sesuai dengan Pedoman Nasional Kemenkes RI mengkonsumsi obat. ODHA diajarkan membuat
bahwa pertimbangan untuk mengizinkan ODHA alrm di telpon seluler, bagi yang sudah
hamil antara lain jika daya tahn tubuh
Yetik Marlinda dan Muhammad Azinar/ Journal of Health 2 (2) (2017)

terbuka kepada keluarganya maka keluarga Astari, L., Sawitri, S.Y. and Hinda, D., 2009. Viral
menjadi pendamping minum obat untuk selalu Load pada infeksi HIV. Berkala Ilmu
mengingatkan minum obat. Kelompok dukungan Kesehatan Kulit dan Kelamin, 21(1): 31-
sebaya selalu memberikan motivasi dan semangat 8.
yang dilakukan stiap bulan sekali untuk selalu Budiman, N. A., Istiarti, T. and Syamsulhuda,
minum obat tepat pada waktunya dengan selalu B.M., (2008). Faktor-Faktor Yang
mengingatkan melalui pertemuan rutin setiap Berhubungan Dengan Praktik Wanita
bulan. Kepatuhan minum obat dipacu oleh situasi Pekerja Seks (WPS) Jalanan Dalam
dan kondisi dari yang tidak patuh minum obat Upaya Pencegahan IMS Dan HIV/AIDS
selama ini menyebabkan mudah terserang penyakit Di Sekitar Alun-Alun Dan Candi
dan meninggal dunia. Dukungan dalam minum Prambanan Kabupaten Klaten. Jurnal
obat merupakan faktor utama untuk menjalani Promosi Kesehatan Indonesia, 3(2): 120-
kepatuhan minum obat ARV. Keluarga 126.
mengingatkan untuk selalu minum obat tepat Departemen Kesehatan RI. (2010). Laporan
waktu dengan menyediakan tempat obat, alarm Triwulan Kemenkes 2010. Jakarta: Ditjen
atau komunikasi langsung ketika saatnya harus PP dan PL Kementerian Kesehatan RI
minum obat AV. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2012).
Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
PENUTUP Tahun 2012. Semarang: Dinas Kesehatan
Provinsi Dati I Jateng
Simpulan penelitian ini adalah perilaku Kambu, Y., Waluyo, A. and Kuntarti, K.,
pencegahan penularan HIV/ AIDS pada ODHA di (2016). Umur Orang dengan HIV AIDS
Kota Semarang sudah dilakukan dengan baik. Hal (ODHA) Berhubungan dengan Tindakan
ini ditunjukkan dengan pengetahuan HIV/AIDS Pencegahan Penularan HIV. Jurnal
pada informan sudah baik. Semua informan merasa Keperawatan Indonesia, 19(3):
sangat berisiko tinggi jika terinfeksi HIV/AIDS .200-207
dan akan merasa dikucilkan oleh masyarakat jika Kemenkes RI. (2011). Pedoman Nasional
terinfeksi HIV/AIDS. Hambatan yang dirasakan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
terkait ARV adalah rasa lupa mengkonsumsi serta Bayi. Jakarta: Kemenkes RI
ada efek samping ARV yang dirasakan. Seluruh Khasanah, N., (2016). Dampak Ekonomi, Sosial
informan sudah melakukan pemeriksaan VCT. dan Psikologi HIV/AIDS pada Orang
Apabila ingin dengan HIV/AIDS (Odha) di
memiliki keturunan, informan Kabupaten Kebumen. Sustainable
mengkonsultasikannya ke dokter. Pemakaian Competitive Advantage (SCA), 6(2)
kondom sudah konsisten pada pasangan ODHA, Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku
namun ketika berencana memiliki anak, kondom Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
akan dilepas. Parwati, D. M. and Sriningsih, I., (2012).
Pengalaman Ibu yang Terdeteksi HIV
DAFTAR PUSTAKA tentang Dukungan Keluarga Selama
Persalinan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 8(1): 35-41
Anita, A. and Maghfirah, M., 2017. Pengaruh
Rahakbauw, N. (2016). Dukungan Keluarga
VCT HIV/AIDS terhadap Perubahan
terhadap Kelangsungan Hidup ODHA
Sikap Seksual pada Kalangan
(Orang dengan HIV/AIDS). Insani, 3(2):
Transgender di Banda Aceh. Idea
64-82
Nursing Journal, 7(2): 71-75
Rokhmah, D. dan Khoiron. (2013). Pengetahuan
dan Sikap ODHA (Orang Dengan HIV
dan
Yetik Marlinda dan Muhammad Azinar/ Journal of Health 2 (2) (2017)

AIDS) Tentang HIV dan AIDS dan UNAIDS. 2014. UNAIDS Scientific Expert
Pencegahannya. Jurnal IKESMA, 9 (2) Panel 2013-2015. Jenewa: UNAIDS
Saktina, P. U. and Satriyasa, B. K., (2017). Wibawati, I.P., (2014). Implementasi Kebijakan
Karakteristik Penderita AIDS dan Infeksi Promosi Kesehatan (Studi pada Pusat
Oportunistik di Rumah Sakit Umum Pusat Kesehatan Masyarakat Dinoyo, Kecamatan
Sanglah Denpasar Periode Juli 2013 Lowokwaru, Kota Malang). Jurnal
sampai Juni 2014. E-Jurnal Medika Administrasi Publik, 2(11).
Udayana, 6(3) Wulandari, Y. A., Suryani, N. and Poncorini, E.,
Sugiharti, S., Yuniar, Y. and Lestary, H., (2014). (2017). Health Belief Model: Health
Gambaran Kepatuhan Orang Dengan Hiv- Preventive Behavior of Sexually
Aids (Odha) Dalam Minum Obat Arv Di Transmitted Infection in Female Sex
Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Workers in Surakarta. Journal of Health
Tahun 2011-2012. Jurnal Kesehatan Promotion and Behavior, 1(2): .71-79.
Reproduksi, 5(2):113-123. Yudi, P. D. P., dan Sudibia, I. K. (2014). Analisis
Dampak Sosial, Ekonomi, dan Psikologis
Suriana, A. dan Dewi, D. S. E. (2013). Penelitian Penderita HIV AIDS di Kota Denpasar.
tentang Self Disclosure Pasien ODHA Buletin Studi Ekonomi. 2014; 19(2).
RSUD Banyumas. PSYCHO IDEA, 11 (1)

Anda mungkin juga menyukai