id 376
Artikel Penelitian
Abstrak
HIV/AIDS memiliki risiko yang besar ditularkan melalui hubungan seksual termasuk Wanita Pekerja Seksual
(WPS) dan pelanggannya karena melakukan perilaku seksual yang tidak aman. Meningkatnya prevalensi HIV/AIDS
pada WPS di Indonesia berhubungan dengan rendahnya perilaku pencegahan yang dilakukan. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan mix method, pendekatan kuantitatif menggunakan cross sectional dengan
sampel 50 WPS dari berbagai kalangan di Kota Padang, analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat
menggunakan uji Chi-square. Pendekatan kualitatif dengan indepth interview kepada 10 informan yang terdiri dari
WPS, mucikari, dan petugas. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar WPS di Kota Padang memiliki perilaku
pencegahan yang baik (66%), faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada
WPS di Kota Padang adalah pendidikan (p= 0,024), pengetahuan (p= 0,002), sikap (p= 0,001), dukungan teman
sesama WPS (p= 0,027) dan dukungan petugas (p= 0,013). Kondom tersedia di lokasi hotspot WPS, baik itu dibeli
sendiri oleh WPS maupun didapatkan secara gratis dari KPA Kota Padang. Akan tetapi tidak semua WPS selalu
menggunakan kondom saat berhubungan seksual dengan pelanggan, dikarenakan adanya permintaan dari pelanggan
dan kurangnya kenyamanan saat menggunakan kondom. Hal tersebut membuktikan lemahnya posisi tawar WPS
kepada pelanggan dalam penggunaan kondom.
Kata kunci: HIV/AIDS, WPS, pelanggan, kondom, pencegahan
Abstract
HIV/AIDS has a huge risk transmitted through sexual intercourse with multiple partners, including Female Sex
Workers (FSW) and customers due to perform unsafe sexual behavior. The increasing prevalence of HIV/AIDS among
FSW in Indonesia related to the health prevention behaviors were too low. The objectivev of this study was to analyze
factors related to HIV/AIDS prevention behavior in FSW in Padang City. This study used a mix method research.
Quantitative approach using cross sectional with sample fifty FSW from various circles in Padang City, data was
analyzed by univariate analysis and bivariate using Chi-square test. Qualitative approach with indepth interview to ten
informants consisting of FSW, pimps, and officers. The results showed that most of the FSW in Padang have good
prevention behavior (66%), factors that have significant relationship with HIV/AIDS prevention behavior in FSW are
education (p-value= 0,024), knowledge (p-value= 0,002), attitude (p-value= 0,001), support of fellow FSW (p-value=
0,027), and officer support (p-value= 0,013). Condoms were available at the FSW hotspot location, either purchased
alone by FSW or obtained for free from KPA Padang city. However, not all of FSW always use condoms during sexual
intercourse with customers, due to request by customers and uncomfortable when using condoms. This proves the
weak bargaining position of FSW to customers to use of condoms.
Keywords: HIV/AIDS, FSW, customers, condom, prevention
Affiliasi penulis: 1. Prodi S2 Kesehatan Masyarakat Fakultas Korespondensi: Hardisman, Email: hardisman@gmail.com,
Kedokteran Universitas Andalas. 2. Bagian Kesehatan Masyarakat Hp : 082388113122
dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
3. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
populasi merupakan orang yang sensitif terhadap Tabel 1. Karakteristik responden kuantitatif wanita
masalah yang akan diteliti, selain itu sampel juga sulit pekerja seksual (WPS)
ditemukan sehingga tidak memungkinkan untuk f
Karakteristik %
menggunakan teknik random sampling. (n=50)
menganalisis data kualitatif terdiri dari mereduksi data, Ibu Rumah Tangga 9 18
Tidak Bekerja 17 34
menyajikan data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Asal Daerah
Padang 30 60
HASIL
Luar Padang 20 40
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa responden
dalam penelitian ini sebagian besar berusia antara 21-
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa
30 tahun yaitu 26 orang (52%). Berdasarkan status
lebih dari separuh responden (60%) berpendidikan
perkawinan, responden paling banyak berstatus belum
tinggi. Responden dalam penelitian ini rata-rata
menikah yaitu 24 orang (48%). Berdasarkan status
memiliki pengetahuan yang baik mengenai HIV/AIDS
tinggal bersama, responden yang tinggal bersama
(62%) dan sebanyak 76% responden memiliki sikap
keluarga ada 17 orang (34%) sama halnya dengan
positif dalam upaya pencegahan HIV/AIDS. Dilihat dari
responden yang tinggal sendiri (34%). Berdasarkan
ketersediaan kondom, sebagian besar responden
pekerjaan, diperoleh responden yang tidak bekerja
(70%) menyatakan ketersediaan kondom mereka baik.
lebih banyak yaitu 17 orang (34%). Berdasarkan asal
Responden yang mendapatkan dukungan kuat dari
daerah, sebagian besar responden berasal dari Kota
teman sesama WPS yaitu 70%, tetapi 52% responden
Padang yaitu 30 orang (60%).
menyatakan mendapat dukungan yang kuat dari
mucikari dalam upaya pencegahan HIV/AIDS. tetapi masih ada beberapa WPS yang membeli
Sebagian besar responden mendapatkan dukungan kondom diluar karena tidak mendapat pembagian dari
yang kuat dari petugas (84%). Dalam penellitian ini KPA. Pelanggan WPS berasal dari berbagai kalangan
lebih dari separuh (66%) responden dikategorikan baik dan daerah, kalangan pria beristri merupakan
dalam mencegah HIV/AIDS. pelanggan yang sering dilayani oleh WPS. Tidak
semua pelanggan mau menggunakan kondom saat
Tabel 2. Faktor yang berhubungan dengan perilaku berhubungan seksual, bahkan beberapa pelanggan
pencegahan HIV/AIDS pernah meminta secara khusus kepada mucikari untuk
dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan kemauan. Namun pada penelitian ini menunjukkan
9
sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden,
Perilaku pencegahan dalam penelitian ini diantaranya maka ia dapat melakukan tindakan pencegahan
penggunaan kondom saat berhubungan seksual, HIV/AIDS dengan baik. Seperti pendapat
pemeriksaaan kesehatan dan HIV. Berdasarkan Notoatmodjo, pendidikan berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan, sebanyak 76% responden kemampuan seseorang untuk menerima dan
pernah melakukan pemeriksaan kesehatan namun merespon informasi. Tingkat pendidikan merupakan
52% responden tidak pernah melakukan tes HIV dan bagian yang tidak terpisahkan dalam mewujudkan
hanya 36% responden yang selalu menggunakan proses perubahan perilaku seseorang. Dimana tingkat
kondom saat melakukan hubungan seksual dengan pendidikan yang tinggi lebih mudah dalam menyerap
9
pelanggan. Alasan penggunaan kondom didominasi informasi yang diterima yang sifatnya mendidik. Hal
oleh kemauan sendiri karena takut tertular penyakit, ini berarti semakin tingginya tingkat pendidikan maka
sedangkan responden yang tidak menggunakan semakin baik pula dalam kemampuan menyerap
kondom beralasan adanya permintaan dari pelanggan. pesan kesehatan.
Perilaku pencegahan HIV/AIDS lainnya adalah
tidak menggunakan narkoba suntik, dalam penelitian Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku
ini 18% responden mengaku pernah menggunakan Pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang
narkoba suntik meskipun tidak menggunakannya Tahun 2018
secara bergantian. Adanya WPS yang masih aktif Berdasarkan hasil penelitian, diketahui adanya
bekerja setelah dinyatakan positif HIV/AIDS juga hubungan yang bermakna antara pengetahuan
ditemukan dalam penelitian ini, hal tersebut bisa dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS dengan p-
berakibat buruk terhadap pelanggan yang nantinya value 0,002. Sejalan dengan penelitian Fadhali (2012)
akan menularkannya kepada yang lain. Perilaku itu yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
11
merupakan fungsi dari niat seseorang untuk bertindak antara pengetahuan dengan praktek pencegahan.
sehubungan dengan kesehatannya (behavior Pengetahuan kognitif merupakan domain yang
intention), adanya dukungan sosial dari masyarakat sangat penting dalam terbentuknya tindakan
12
sekitarnya (social support), ada atau tidaknya seseorang. Pengetahuan yang baik akan
informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan menghasilkan perilaku yang baik pula seperti halnya
(accessibility information), adanya otonomi atau orang yang memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS
kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan akan melakukan tindakan yang tepat dalam
(personal autonomy), dan adanya kondisi dan situasi melakukan hubungan seksual. Hal tersebut sesuai
yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak dengan pernyatan Notoatmodjo yang menyatakan
9
bertindak (action situation). bahwa pengetahuan mengenai perilaku kesehatan
terkait HIV akan memberikan arah pemahaman
9
Hubungan Pendidikan dengan Perilaku tentang proteksi diri dan peningkatan kesehatan.
Pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang Oleh karena itu, masih diperlukan pemberian informasi
Terdapat hubungan yang signifikan antara agar dapat meningkatkan pengetahuan WPS terkait
pendidikan dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS (p= HIV/AIDS.
0,024). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
Ashariani et al (2015), menyatakan ada hubungan Hubungan Sikap dengan Perilaku Pencegahan
yang signifikan antara pengetahuan dengan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang Tahun 2018
penggunaan kondom dalam upaya pencegahan IMS Terdapat hubungan yang bermakna antara
10
dengan p= 0,001. sikap dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS (p=
Pada dasarnya seks tidak mengenal tingkat 0,0001). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
pendidikan melainkan berpengaruh terhadap perilaku Fadhali yang menunjukkan adanya hubungan
11
seseorang yaitu apabila ada uang, kesempatan dan bermakna antara sikap dengan praktek pencegahan.
WPS yang memiliki sikap positif umumnya kemungkinan tidak menggunakan kondom sangat
14
mengetahui dan menyadari manfaat pencegahan besar. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa
dengan baik dibandingkan dengan WPS yang meskipun ketersediaan kondom mereka dikatakan
bersikap negatif. Hal tersebut dibuktikan pada hasil baik, akan tetapi masih ada beberapa WPS yang tetap
penelitian, didapat bahwa WPS yang memiliki sikap melayani pelanggan yang tidak mau menggunakan
positif lebih banyak melakukan perilaku pencegahan kondom karena permintaan pelanggan tersebut.
dengan baik seperti rutin melakukan pemeriksaan
kesehatan dan HIV, tidak menggunakan narkoba Hubungan Dukungan Teman Sesama WPS dengan
suntik, dan menggunakan kondom saat berhubungan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota
seksual serta menolak pelanggan yang tidak mau Padang Tahun 2018
menggunakan kondom. Hasil penelitian didapatkan adanya hubungan
yang bermakna antara dukungan teman dengan
Hubungan Ketersediaan Kondom dengan Perilaku perilaku pencegahan HIV/AIDS (p = 0,027). Didukung
Pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang oleh penelitian Anggraeni (2015), dimana peran teman
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa berpengaruh terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS
15
tidak ada hubungan yang bermakna antara dengan p-value 0,0019.
ketersediaan kondom dengan perilaku pencegahan Lingkungan sangat berpengaruh dalam
HIV/AIDS (p = 0,794). Hasil ini sesuai dengan membentuk pribadi seseorang, sehingga seseorang
penelitian Fadhali yang menyatakan tidak ada memilih pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan
hubungan antara ketersediaan kondom dengan mendapat penguatan dari masing-masing lingkungan
11
praktek pencegahan dimana nilai p = 0,262. Berbeda sekitar termasuk teman sebaya untuk bersikap dan
16
dengan hasil penelitian yang dilakukan Ratnaningsih berperilaku.
yang menunjukkan adanya pengaruh antara Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa
ketersediaan kondom terhadap perilaku pencegahan 77,1% WPS yang mendapatkan dukungan kuat dari
13
HIV/AIDS pada pekerja seks komersial. teman sesama WPS melakukan pencegahan
Menurut Green, ketersediaan sumber daya HIV/AIDS dengan baik. Hasil tersebut didukung oleh
yang mendukung merupakan faktor pemungkin yang wawancara mendalam dimana hampir semua
7
menyebabkan terjadinya suatu tindakan. Kemudahan informan mendapatkan dukungan dari teman sesama
memperoleh kondom juga mempengaruhi seseorang WPS. Sementara itu WPS yang tidak melakukan
untuk menggunakan kondom terlebih jika kondom pencegahan HIV/AIDS dengan baik kurang mendapat
didapatkan secara gratis dan berdasarkan wawancara dukungan dari teman sesama. Dukungan dari teman
mendalam diketahui bahwa kondom yang disediakan sesama WPS merupakan salah satu bentuk dari
oleh WPS didistribusikan oleh KPA Kota Padang kepedulian terhadap sesama yang dipengaruhi oleh
secara gratis. Akan tetapi tidak semua WPS perasaan senasib sehingga saling mengerti masalah
mendapatkan kondom dikarenakan pendistribusian masing-masing.
yang kurang merata dan adanya outlet mucikari yang
memperjualbelikan kondom yang diberikan oleh KPA Hubungan Dukungan Mucikari dengan Perilaku
Kota Padang. Pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang
Pada penelitian ini ketersediaan kondom tidak Tahun 2018
mempengaruhi perilaku pencegahan, akan tetapi Tidak terdapat hubungan yang bermakna
68,6% dari responden yang ketersediaan kondomnya antara mucikari dengan perilaku pencegahan
baik melakukan pencegahan HIV/AIDS dengan baik. HIV/AIDS dengan nilai p = 0,162. Hasil ini sesuai
Ketersediaan akan kondom mampu memfasilitasi dengan penelitian Ashariani et al, dimana tidak
seseorang untuk menggunakan kondom saat terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan
10
melakukan hubungan seksual. Jika saat berhubungan mucikari dengan pencegahan IMS. Namun berbeda
seks tidak ada persediaan kondom maka dengan hasil penelitian yang dilakukan Sianturi (2012)
yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna mau melakukan pencegahan sesuai yang dianjurkan
antara dukungan mucikari dengan tindakan oleh petugas.
penggunaan kondom dalam pencegahan HIV/AIDS Penyuluhan oleh tenaga kesehatan dilakukan
17
dimana didapat p-value= 0,024. bersamaan dengan pemeriksaan kesehatan atau yang
Dukungan sosial juga dapat diperoleh dari biasa disebut mobile VCT, dimana petugas kesehatan
mucikari. Berdasarkan wawancara mendalam, bekerja sama dengan LSM PKBI. Pemeriksaan
mucikari memberikan dukungan kepada WPS hanya kesehatan dilakukan tiga bulan sekali dan tes HIV
dalam anjuran penggunaan kondom saja dan tidak dilakukan enam bulan sekali (sesuai windows period).
terlibat dalam upaya pencegahan HIV/AIDS lainnya Hasil wawancara mendalam juga diketahui
seperti tidak pernah memberikan informasi seputar bahwa semua informan menyatakan petugas bersikap
HIV/AIDS dan tidak pernah menganjurkan untuk ramah dan menjaga privasi oleh karena itu WPS
memeriksakan kesehatan. merasa nyaman saat berbagi cerita dengan petugas
Purnamawati (2013) menyebutkan bahwa tidak lapangan. Berdasarkan pengamatan peneliti, ada
adanya dukungan dari mucikari mampu mendorong kedekatan antara WPS dengan petugas lapangan
WPS untuk semakin bebas dan tidak merasa diawasi, KPA. Selain itu WPS juga mengaku selalu
sehingga WPS tersebut tidak melakukan pencegahan mendengarkan petugas apabila ada penyuluhan,
18
terhadap HIV/AIDS. Dukungan dari mucikari sebagai meskipun menurut informan mucikari masih ada WPS
perantara WPS merupakan suatu hal yang positif yang tidak peduli apabila ada kegiatan penyuluhan.
mengingat mucikari sebagai atasan atau pimpinan Menurut Notoatmodjo, dukungan petugas
sehingga ketika mendapatkan perhatian khusus dari kesehatan masuk ke dalam faktor penguat yang dapat
9
mucikari, maka WPS akan merasa senang dan merubah perilaku seseorang. Seperti yang
bersemangat untuk melakukan tindakan pencegahan dikemukakan Rogers (2003) dimana sebelum
karena merasa dipedulikan dan dilindungi oleh seseorang memutuskan untuk berperilaku baru akan
perhatian yang diberikan. diawali dengan menerima informasi dan dorongan dari
orang yang dipercaya seperti kelompok atau
20
Hubungan Dukungan Petugas dengan Perilaku petugas.
Pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang
Tahun 2018 SIMPULAN
Terdapat hubungan yang bermakna antara Faktor yang berhubungan dengan perilaku
dukungan petugas dengan perilaku pencegahan pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang
HIV/AIDS (p = 0,013). Hasil ini sesuai dengan adalah pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan
penelitian Liawati (2018) yang menunjukkan adanya teman sesama WPS, dan dukungan petugas. Hal
hubungan yang bermakna antara peran petugas tersebut membuktikan bahwa faktor dalam diri sangat
19
terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS. Peran mempengaruhi perilaku WPS dalam mencegah
petugas sebaiknya memberikan atau mengadakan HIV/AIDS ditambah adanya dukungan dari orang
penyuluhan pada kelompok berisiko untuk terdekat yang membuat WPS merasa nyaman dan
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan motivasi untuk merasa dipedulikan. Adapun bentuk dukungan berupa
melakukan perilaku pencegahan HIV/AIDS. saling berbagi informasi HIV/AIDS, anjuran
WPS yang mendapatkan dukungan dari penggunaan kondom, dan saran atau ajakan untuk
petugas mampu melakukan pencegahan HIV/AIDS memeriksakan kesehatan.
dengan baik, begitupun sebaliknya. Dengan Ketersediaan kondom tidak memiliki hubungan
melakukan kegiatan penyuluhan tentang HIV/AIDS yang bermakna pada penelitian ini. Stok logistik
dan manfaat kondom secara berkala oleh petugas, kondom tersedia di lokasi hotspot WPS, baik itu dibeli
melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan sendiri oleh WPS maupun didapatkan secara gratis
memberikan kondom kepada WPS membuat mereka dari KPA Kota Padang sebagai upaya
tahun 2015 [skripsi]. Bali: Universitas Udayana; 18. Purnamawati D. Perilaku pencegahan penyakit
2015. menular seksual di kalangan wanita pekerja
16. Azwar S. Sikap manusia teori dan pengukurannya. seksual langsung. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010; 57-66. Nasional. 2013;7(11):514-21.
17. Sianturi SA. Hubungan faktor predisposisi, 19. Liawati. Faktor yang berpengaruh terhadap
pendukung dan penguat dengan tindakan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada pekerja seks
penggunaan kondom pada WPS untuk komersial (PSK) di Kota Bandung tahun 2017.
pencegahan HIV/AIDS di Kabupaten Serdang Jurnal Bidan “Midwife Journal”. 2018;4(2):25-35.
Bedagai. Jurnal Precure. 2012;1(1):1-7. 20. Rogers EM. Diffusion of innovations: Fifth Edition.
New York: Free Press. 2003; 31.