Anda di halaman 1dari 9

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 376

Artikel Penelitian

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku


Pencegahan HIV/AIDS Pada Wanita Pekerja Seksual di Kota
Padang
1 2 3
Wilda Tri Yuliza , Hardisman , Dien Gusta Anggraini Nursal

Abstrak
HIV/AIDS memiliki risiko yang besar ditularkan melalui hubungan seksual termasuk Wanita Pekerja Seksual
(WPS) dan pelanggannya karena melakukan perilaku seksual yang tidak aman. Meningkatnya prevalensi HIV/AIDS
pada WPS di Indonesia berhubungan dengan rendahnya perilaku pencegahan yang dilakukan. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan mix method, pendekatan kuantitatif menggunakan cross sectional dengan
sampel 50 WPS dari berbagai kalangan di Kota Padang, analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat
menggunakan uji Chi-square. Pendekatan kualitatif dengan indepth interview kepada 10 informan yang terdiri dari
WPS, mucikari, dan petugas. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar WPS di Kota Padang memiliki perilaku
pencegahan yang baik (66%), faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada
WPS di Kota Padang adalah pendidikan (p= 0,024), pengetahuan (p= 0,002), sikap (p= 0,001), dukungan teman
sesama WPS (p= 0,027) dan dukungan petugas (p= 0,013). Kondom tersedia di lokasi hotspot WPS, baik itu dibeli
sendiri oleh WPS maupun didapatkan secara gratis dari KPA Kota Padang. Akan tetapi tidak semua WPS selalu
menggunakan kondom saat berhubungan seksual dengan pelanggan, dikarenakan adanya permintaan dari pelanggan
dan kurangnya kenyamanan saat menggunakan kondom. Hal tersebut membuktikan lemahnya posisi tawar WPS
kepada pelanggan dalam penggunaan kondom.
Kata kunci: HIV/AIDS, WPS, pelanggan, kondom, pencegahan

Abstract
HIV/AIDS has a huge risk transmitted through sexual intercourse with multiple partners, including Female Sex
Workers (FSW) and customers due to perform unsafe sexual behavior. The increasing prevalence of HIV/AIDS among
FSW in Indonesia related to the health prevention behaviors were too low. The objectivev of this study was to analyze
factors related to HIV/AIDS prevention behavior in FSW in Padang City. This study used a mix method research.
Quantitative approach using cross sectional with sample fifty FSW from various circles in Padang City, data was
analyzed by univariate analysis and bivariate using Chi-square test. Qualitative approach with indepth interview to ten
informants consisting of FSW, pimps, and officers. The results showed that most of the FSW in Padang have good
prevention behavior (66%), factors that have significant relationship with HIV/AIDS prevention behavior in FSW are
education (p-value= 0,024), knowledge (p-value= 0,002), attitude (p-value= 0,001), support of fellow FSW (p-value=
0,027), and officer support (p-value= 0,013). Condoms were available at the FSW hotspot location, either purchased
alone by FSW or obtained for free from KPA Padang city. However, not all of FSW always use condoms during sexual
intercourse with customers, due to request by customers and uncomfortable when using condoms. This proves the
weak bargaining position of FSW to customers to use of condoms.
Keywords: HIV/AIDS, FSW, customers, condom, prevention

Affiliasi penulis: 1. Prodi S2 Kesehatan Masyarakat Fakultas Korespondensi: Hardisman, Email: hardisman@gmail.com,
Kedokteran Universitas Andalas. 2. Bagian Kesehatan Masyarakat Hp : 082388113122
dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
3. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 377

PENDAHULUAN intravena 24%, transfusi darah yang terkontaminasi


Menurut Joint United Nations Programme on atau darah pengobatan dalam pengobatan kasus
HIV and AIDS (UNAIDS), hingga Maret 2016 tertentu 3%, penularan sebelum kelahiran 1%, dan
6
ditemukan 78 juta penduduk di dunia positif terinfeksi model penularan yang belum diketahui 3%. Besarnya
HIV, dari angka tersebut 11,4% atau sekitar 8,9 juta peluang HIV ditularkan melalui hubungan seksual
merupakan kasus baru dan 35 juta orang telah membuat hubungan berganti-ganti pasangan menjadi
meninggal akibat AIDS. Di Asia Pasifik, diketahui faktor yang perlu diwaspadai.
sebanyak 5,1 juta penduduk mengidap HIV hingga Wanita Pekerja Seksual (WPS) dan
akhir tahun 2016, dimana 300.000 diantaranya pelanggannya merupakan orang yang sangat berisiko
1 dalam menularkan penyakit HIV/AIDS karena
merupakan kasus baru.
Indonesia merupakan negara tercepat tingkat melakukan perilaku seksual yang tidak aman. WPS
penyebaran virus HIV/AIDS di Asia. Epidemi HIV/AIDS pada umumnya tidak memiliki posisi yang kuat dalam
terjadi hampir di seluruh provinsi, pada sub populasi pemakian kondom dengan pelanggannya. Pendidikan,
berisiko tinggi yaitu pengguna napza suntik, wanita pengetahuan, sikap dan ketersediaan sarana menjadi
penjaja seks, pelanggan penjaja seks, lelaki seks faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yang
2 7
dengan lelaki dan waria. diperkuat dengan dukungan sosial dari lingkungan.
Kasus HIV/AIDS tersebar di 407 (80%) dari 507 Berdasarkan data dari KPA Kota Padang
kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia. diketahui bahwa WPS tersebar di 41 hotspot di Kota
Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Padang dengan jumlah 978 orang pada tahun 2017,
Kementerian Kesehatan RI, secara kumulatif jumlah jumlah ini meningkat dari tahun 2015 yaitu 389 orang.
infeksi HIV yang dilaporkan yaitu sebanyak 242.699 Perkembangan HIV/AIDS pada populasi WPS juga
3 mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2016
dan jumlah kumulatif AIDS sebanyak 87.453 orang.
Persentase kumulatif AIDS tertinggi pada kelompok sebanyak 9,3% WPS menderita HIV/AIDS dan
8
umur 20-29 tahun (31,4%) dengan jenis kelamin meningkat pada tahun 2017 menjadi 9,8% WPS. Oleh
terbanyak perempuan dan faktor risiko penularan karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
4 faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan
terbanyak melalui heteroseksual (68%).
HIV/AIDS di Sumatera Barat terus mengalami HIV/AIDS pada wanita pekerja seksual di Kota
peningkatan, hingga Maret 2017 tercatat kumulatif Padang.
kasus HIV dan AIDS sebanyak 3.306 yang terdiri dari
1.935 HIV dan 1.371 AIDS. Sumatera Barat METODE
menempati posisi ke-17 nasional untuk provinsi Penelitian ini menggunakan pendekatan mix
dengan case rate AIDS tertinggi sampai Maret 2017 method atau kombinasi pendekatan kuantitatif dan
yaitu sebesar 21,94/100.000 penduduk, angka ini kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dari Maret
berada dibawah case rate AIDS nasional sampai dengan Juli 2018 di hotspot atau lokasi
(28,45/100.000 penduduk) dan angka ini juga pemetaan WPS di Kota Padang.
menurun dibandingkan dengan case rate AIDS tahun Populasi dalam penelitian ini adalah wanita
4
2016 (24,59/100.000 penduduk). Jumlah kasus HIV pekerja seksual di Kota Padang sebanyak 978 WPS
dan AIDS tertinggi di Sumatera Barat ditemukan di (populasi berdasarkan estimasi WPS yang didata oleh
Kota Padang dengan jumlah kumulatif sampai tahun KPA Kota Padang), dan peneliti mengambil sampel
2016 sebanyak 1.076 kasus HIV dan 575 kasus AIDS sebanyak 50 WPS yang diambil berdasarkan
dengan case rate HIV/AIDS yang dilaporkan perhitungan menggunakan rumus lameshow. Kriteria
56,96/100.000 penduduk. Pada tahun 2017 ditemukan inklusi dari responden yaitu merupakan WPS yang
5
kasus HIV sebanyak 370 kasus dan 93 kasus AIDS. didata oleh KPA Kota Padang, dapat membaca dan
Center for Disease Control (CDC) melaporkan menulis dan bersedia menjadi responden dalam
sebuah informasi bagaimana HIV ditularkan, melalui penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan dengan
hubungan seksual 69%, jarum suntik untuk obat lewat menggunakan teknik consecutive sampling karena

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 378

populasi merupakan orang yang sensitif terhadap Tabel 1. Karakteristik responden kuantitatif wanita
masalah yang akan diteliti, selain itu sampel juga sulit pekerja seksual (WPS)
ditemukan sehingga tidak memungkinkan untuk f
Karakteristik %
menggunakan teknik random sampling. (n=50)

Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 Umur


< 20 tahun 8 16
orang yaitu lima orang WPS, dua orang mucikari, satu
21- 30 tahun 26 52
orang petugas kesehatan, satu orang petugas
31-40 tahun 9 18
lapangan KPA Kota Padang, dan satu orang petugas
> 41 tahun 7 14
LSM PKBI. Teknik penentuan informan dengan Status Perkawinan
menggunaka purposive sampling. Pengumpulan data Belum Menikah 24 48
kuantitatif dilakukan dengan cara menyebarkan Menikah Tinggal Bersama 1 2
kuesioner kepada sampel, sedangkan pengumpulan Menikah Tidak Tinggal Bersama 5 10

data kualitatif dilakukan dengan cara wawancara Cerai Hidup 15 30


Cerai mati 5 10
mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Analisis
Tinggal Bersama
data kuantitatif menggunakan analisis univariat, dan
Sendiri 17 34
analisis bivariat menggunakan chi square sedangkan
Bersama teman di Kontrakan 16 32
analisis kualitatif dilakukan dengan metode triagulasi
Bersama Keluarga 17 34
teknik atau metode dan triagulasi sumber. Langkah Pekerjaan
dalam menganalisis data kuantitatif terdiri dari editing, Mahasiswa 9 18
coding, entry, cleaning, dan output sedangkan dalam Swasta 15 30

menganalisis data kualitatif terdiri dari mereduksi data, Ibu Rumah Tangga 9 18
Tidak Bekerja 17 34
menyajikan data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Asal Daerah
Padang 30 60
HASIL
Luar Padang 20 40
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa responden
dalam penelitian ini sebagian besar berusia antara 21-
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa
30 tahun yaitu 26 orang (52%). Berdasarkan status
lebih dari separuh responden (60%) berpendidikan
perkawinan, responden paling banyak berstatus belum
tinggi. Responden dalam penelitian ini rata-rata
menikah yaitu 24 orang (48%). Berdasarkan status
memiliki pengetahuan yang baik mengenai HIV/AIDS
tinggal bersama, responden yang tinggal bersama
(62%) dan sebanyak 76% responden memiliki sikap
keluarga ada 17 orang (34%) sama halnya dengan
positif dalam upaya pencegahan HIV/AIDS. Dilihat dari
responden yang tinggal sendiri (34%). Berdasarkan
ketersediaan kondom, sebagian besar responden
pekerjaan, diperoleh responden yang tidak bekerja
(70%) menyatakan ketersediaan kondom mereka baik.
lebih banyak yaitu 17 orang (34%). Berdasarkan asal
Responden yang mendapatkan dukungan kuat dari
daerah, sebagian besar responden berasal dari Kota
teman sesama WPS yaitu 70%, tetapi 52% responden
Padang yaitu 30 orang (60%).
menyatakan mendapat dukungan yang kuat dari

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 379

mucikari dalam upaya pencegahan HIV/AIDS. tetapi masih ada beberapa WPS yang membeli
Sebagian besar responden mendapatkan dukungan kondom diluar karena tidak mendapat pembagian dari
yang kuat dari petugas (84%). Dalam penellitian ini KPA. Pelanggan WPS berasal dari berbagai kalangan
lebih dari separuh (66%) responden dikategorikan baik dan daerah, kalangan pria beristri merupakan
dalam mencegah HIV/AIDS. pelanggan yang sering dilayani oleh WPS. Tidak
semua pelanggan mau menggunakan kondom saat
Tabel 2. Faktor yang berhubungan dengan perilaku berhubungan seksual, bahkan beberapa pelanggan
pencegahan HIV/AIDS pernah meminta secara khusus kepada mucikari untuk

Perilaku Pencegahan mendapatkan jasa seksual dari WPS yang mau


Total
Variabel p berhubungan tanpa menggunakan kondom. Meskipun
Tidak Baik Baik
demikian masih ada beberapa WPS menolak untuk
f % f % f %
melayani pelanggan dengan kondisi tersebut. Dari
Pendidikan
hasil wawancara terhadap 5 orang WPS, didapatkan
Rendah 11 55,0 9 45,0 20 100
0,024 bahwa mereka menjaga kesehatan reproduksinya
Tinggi 6 20,0 24 80,0 30 100
Pengetahuan meskipun hampir semua dari mereka tidak mau
Kurang meninggalkan pekerjaan tersebut.
12 63,2 7 36,8 19 100
Baik 0,002 Teman sesama WPS memberikan dukungan
Baik 5 16,1 26 83,9 31 100 baik dalam berbagi informasi mengenai HIV/AIDS
Sikap maupun anjuran penggunaan kondom dengan
Negatif 11 91,7 1 8,3 12 100 pelanggan saat berhubungan seksual. Akan tetapi
0,001
Positif 6 15,8 32 84,2 38 100 dalam pemeriksaan kesehatan, tidak semua WPS
Ketersediaan Kondom
mendapatkan dukungan dari teman sesamanya.
Kurang
6 40,0 9 60,0 15 100 Sedangkan mucikari hanya memberi dukungan dalam
Baik 0,794
hal anjuran penggunaan kondom namun tidak dalam
Baik 11 31,4 24 68,6 35 100
berbagi informasi seputar HIV/AIDS dan anjuran
Dukungan Teman Sesama WPS
Lemah 9 60,0 6 40,0 15 100 pemeriksaan kesehatan. Hal ini dikarenakan mucikari
0,027
Kuat 8 22,9 27 77,1 35 100 merasa infomasi dan dukungan yang diberikan oleh
Dukungan Mucikari petugas KPA sudah cukup bagi WPS.
Lemah 11 45,8 13 54,2 24 100 Hampir semua WPS mendapatkan dukungan
0,162
Kuat 6 23,1 20 76,9 26 100 dari petugas kesehatan, petugas lapangan KPA, dan
Dukungan Petugas
LSM PKBI. Petugas rutin melakukan kunjungan ke
Lemah 6 75,0 2 25,0 8 100
0,013 lokasi hotspot WPS meskipun tidak selalu memberikan
Kuat 11 26,2 31 73,8 42 100
penyuluhan kepada WPS, terkadang petugas
berkunjung hanya untuk singgah dan sharing
Hasil analisis bivariat dengan uji Chi-square
mengenai masalah pribadi WPS. Pemberian informasi
didapatkan bahwa faktor yang memiliki hubungan
atau penyuluhan tentang penggunaan kondom
bermakna dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS
dilakukan sejalan saat konseling mobile VCT dan
pada WPS adalah pendidikan (p = 0,024),
terkadang petugas lapangan juga mengingatkan
pengetahuan (p = 0,002), sikap (p = 0,001), dukungan
penggunaan kondom saat kunjungan ke hotspot WPS.
teman sesama WPS (p= 0,027) dan dukungan
petugas (p= 0,013). Ketersediaan kondom dan
PEMBAHASAN
dukungan mucikari tidak memiliki hubungan bermakna
Perilaku pencegahan adalah perilaku
terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS.
seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu
Berdasarkan hasil wawancara mendalam,
bagaimana manusia berespons, baik secara pasif
kondom tersedia di lokasi praktik WPS baik dibagikan
(mengetahui, bersikap, dan mempersepsikan penyakit
secara gratis oleh KPA Kota Padang melalui outlet,
dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar
mucikari maupun dibagikan langsung pada WPS, akan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 380

dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan kemauan. Namun pada penelitian ini menunjukkan
9
sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden,
Perilaku pencegahan dalam penelitian ini diantaranya maka ia dapat melakukan tindakan pencegahan
penggunaan kondom saat berhubungan seksual, HIV/AIDS dengan baik. Seperti pendapat
pemeriksaaan kesehatan dan HIV. Berdasarkan Notoatmodjo, pendidikan berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan, sebanyak 76% responden kemampuan seseorang untuk menerima dan
pernah melakukan pemeriksaan kesehatan namun merespon informasi. Tingkat pendidikan merupakan
52% responden tidak pernah melakukan tes HIV dan bagian yang tidak terpisahkan dalam mewujudkan
hanya 36% responden yang selalu menggunakan proses perubahan perilaku seseorang. Dimana tingkat
kondom saat melakukan hubungan seksual dengan pendidikan yang tinggi lebih mudah dalam menyerap
9
pelanggan. Alasan penggunaan kondom didominasi informasi yang diterima yang sifatnya mendidik. Hal
oleh kemauan sendiri karena takut tertular penyakit, ini berarti semakin tingginya tingkat pendidikan maka
sedangkan responden yang tidak menggunakan semakin baik pula dalam kemampuan menyerap
kondom beralasan adanya permintaan dari pelanggan. pesan kesehatan.
Perilaku pencegahan HIV/AIDS lainnya adalah
tidak menggunakan narkoba suntik, dalam penelitian Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku
ini 18% responden mengaku pernah menggunakan Pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang
narkoba suntik meskipun tidak menggunakannya Tahun 2018
secara bergantian. Adanya WPS yang masih aktif Berdasarkan hasil penelitian, diketahui adanya
bekerja setelah dinyatakan positif HIV/AIDS juga hubungan yang bermakna antara pengetahuan
ditemukan dalam penelitian ini, hal tersebut bisa dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS dengan p-
berakibat buruk terhadap pelanggan yang nantinya value 0,002. Sejalan dengan penelitian Fadhali (2012)
akan menularkannya kepada yang lain. Perilaku itu yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
11
merupakan fungsi dari niat seseorang untuk bertindak antara pengetahuan dengan praktek pencegahan.
sehubungan dengan kesehatannya (behavior Pengetahuan kognitif merupakan domain yang
intention), adanya dukungan sosial dari masyarakat sangat penting dalam terbentuknya tindakan
12
sekitarnya (social support), ada atau tidaknya seseorang. Pengetahuan yang baik akan
informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan menghasilkan perilaku yang baik pula seperti halnya
(accessibility information), adanya otonomi atau orang yang memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS
kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan akan melakukan tindakan yang tepat dalam
(personal autonomy), dan adanya kondisi dan situasi melakukan hubungan seksual. Hal tersebut sesuai
yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak dengan pernyatan Notoatmodjo yang menyatakan
9
bertindak (action situation). bahwa pengetahuan mengenai perilaku kesehatan
terkait HIV akan memberikan arah pemahaman
9
Hubungan Pendidikan dengan Perilaku tentang proteksi diri dan peningkatan kesehatan.
Pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang Oleh karena itu, masih diperlukan pemberian informasi
Terdapat hubungan yang signifikan antara agar dapat meningkatkan pengetahuan WPS terkait
pendidikan dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS (p= HIV/AIDS.
0,024). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
Ashariani et al (2015), menyatakan ada hubungan Hubungan Sikap dengan Perilaku Pencegahan
yang signifikan antara pengetahuan dengan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang Tahun 2018
penggunaan kondom dalam upaya pencegahan IMS Terdapat hubungan yang bermakna antara
10
dengan p= 0,001. sikap dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS (p=
Pada dasarnya seks tidak mengenal tingkat 0,0001). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
pendidikan melainkan berpengaruh terhadap perilaku Fadhali yang menunjukkan adanya hubungan
11
seseorang yaitu apabila ada uang, kesempatan dan bermakna antara sikap dengan praktek pencegahan.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 381

WPS yang memiliki sikap positif umumnya kemungkinan tidak menggunakan kondom sangat
14
mengetahui dan menyadari manfaat pencegahan besar. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa
dengan baik dibandingkan dengan WPS yang meskipun ketersediaan kondom mereka dikatakan
bersikap negatif. Hal tersebut dibuktikan pada hasil baik, akan tetapi masih ada beberapa WPS yang tetap
penelitian, didapat bahwa WPS yang memiliki sikap melayani pelanggan yang tidak mau menggunakan
positif lebih banyak melakukan perilaku pencegahan kondom karena permintaan pelanggan tersebut.
dengan baik seperti rutin melakukan pemeriksaan
kesehatan dan HIV, tidak menggunakan narkoba Hubungan Dukungan Teman Sesama WPS dengan
suntik, dan menggunakan kondom saat berhubungan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota
seksual serta menolak pelanggan yang tidak mau Padang Tahun 2018
menggunakan kondom. Hasil penelitian didapatkan adanya hubungan
yang bermakna antara dukungan teman dengan
Hubungan Ketersediaan Kondom dengan Perilaku perilaku pencegahan HIV/AIDS (p = 0,027). Didukung
Pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang oleh penelitian Anggraeni (2015), dimana peran teman
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa berpengaruh terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS
15
tidak ada hubungan yang bermakna antara dengan p-value 0,0019.
ketersediaan kondom dengan perilaku pencegahan Lingkungan sangat berpengaruh dalam
HIV/AIDS (p = 0,794). Hasil ini sesuai dengan membentuk pribadi seseorang, sehingga seseorang
penelitian Fadhali yang menyatakan tidak ada memilih pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan
hubungan antara ketersediaan kondom dengan mendapat penguatan dari masing-masing lingkungan
11
praktek pencegahan dimana nilai p = 0,262. Berbeda sekitar termasuk teman sebaya untuk bersikap dan
16
dengan hasil penelitian yang dilakukan Ratnaningsih berperilaku.
yang menunjukkan adanya pengaruh antara Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa
ketersediaan kondom terhadap perilaku pencegahan 77,1% WPS yang mendapatkan dukungan kuat dari
13
HIV/AIDS pada pekerja seks komersial. teman sesama WPS melakukan pencegahan
Menurut Green, ketersediaan sumber daya HIV/AIDS dengan baik. Hasil tersebut didukung oleh
yang mendukung merupakan faktor pemungkin yang wawancara mendalam dimana hampir semua
7
menyebabkan terjadinya suatu tindakan. Kemudahan informan mendapatkan dukungan dari teman sesama
memperoleh kondom juga mempengaruhi seseorang WPS. Sementara itu WPS yang tidak melakukan
untuk menggunakan kondom terlebih jika kondom pencegahan HIV/AIDS dengan baik kurang mendapat
didapatkan secara gratis dan berdasarkan wawancara dukungan dari teman sesama. Dukungan dari teman
mendalam diketahui bahwa kondom yang disediakan sesama WPS merupakan salah satu bentuk dari
oleh WPS didistribusikan oleh KPA Kota Padang kepedulian terhadap sesama yang dipengaruhi oleh
secara gratis. Akan tetapi tidak semua WPS perasaan senasib sehingga saling mengerti masalah
mendapatkan kondom dikarenakan pendistribusian masing-masing.
yang kurang merata dan adanya outlet mucikari yang
memperjualbelikan kondom yang diberikan oleh KPA Hubungan Dukungan Mucikari dengan Perilaku
Kota Padang. Pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang
Pada penelitian ini ketersediaan kondom tidak Tahun 2018
mempengaruhi perilaku pencegahan, akan tetapi Tidak terdapat hubungan yang bermakna
68,6% dari responden yang ketersediaan kondomnya antara mucikari dengan perilaku pencegahan
baik melakukan pencegahan HIV/AIDS dengan baik. HIV/AIDS dengan nilai p = 0,162. Hasil ini sesuai
Ketersediaan akan kondom mampu memfasilitasi dengan penelitian Ashariani et al, dimana tidak
seseorang untuk menggunakan kondom saat terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan
10
melakukan hubungan seksual. Jika saat berhubungan mucikari dengan pencegahan IMS. Namun berbeda
seks tidak ada persediaan kondom maka dengan hasil penelitian yang dilakukan Sianturi (2012)

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 382

yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna mau melakukan pencegahan sesuai yang dianjurkan
antara dukungan mucikari dengan tindakan oleh petugas.
penggunaan kondom dalam pencegahan HIV/AIDS Penyuluhan oleh tenaga kesehatan dilakukan
17
dimana didapat p-value= 0,024. bersamaan dengan pemeriksaan kesehatan atau yang
Dukungan sosial juga dapat diperoleh dari biasa disebut mobile VCT, dimana petugas kesehatan
mucikari. Berdasarkan wawancara mendalam, bekerja sama dengan LSM PKBI. Pemeriksaan
mucikari memberikan dukungan kepada WPS hanya kesehatan dilakukan tiga bulan sekali dan tes HIV
dalam anjuran penggunaan kondom saja dan tidak dilakukan enam bulan sekali (sesuai windows period).
terlibat dalam upaya pencegahan HIV/AIDS lainnya Hasil wawancara mendalam juga diketahui
seperti tidak pernah memberikan informasi seputar bahwa semua informan menyatakan petugas bersikap
HIV/AIDS dan tidak pernah menganjurkan untuk ramah dan menjaga privasi oleh karena itu WPS
memeriksakan kesehatan. merasa nyaman saat berbagi cerita dengan petugas
Purnamawati (2013) menyebutkan bahwa tidak lapangan. Berdasarkan pengamatan peneliti, ada
adanya dukungan dari mucikari mampu mendorong kedekatan antara WPS dengan petugas lapangan
WPS untuk semakin bebas dan tidak merasa diawasi, KPA. Selain itu WPS juga mengaku selalu
sehingga WPS tersebut tidak melakukan pencegahan mendengarkan petugas apabila ada penyuluhan,
18
terhadap HIV/AIDS. Dukungan dari mucikari sebagai meskipun menurut informan mucikari masih ada WPS
perantara WPS merupakan suatu hal yang positif yang tidak peduli apabila ada kegiatan penyuluhan.
mengingat mucikari sebagai atasan atau pimpinan Menurut Notoatmodjo, dukungan petugas
sehingga ketika mendapatkan perhatian khusus dari kesehatan masuk ke dalam faktor penguat yang dapat
9
mucikari, maka WPS akan merasa senang dan merubah perilaku seseorang. Seperti yang
bersemangat untuk melakukan tindakan pencegahan dikemukakan Rogers (2003) dimana sebelum
karena merasa dipedulikan dan dilindungi oleh seseorang memutuskan untuk berperilaku baru akan
perhatian yang diberikan. diawali dengan menerima informasi dan dorongan dari
orang yang dipercaya seperti kelompok atau
20
Hubungan Dukungan Petugas dengan Perilaku petugas.
Pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang
Tahun 2018 SIMPULAN
Terdapat hubungan yang bermakna antara Faktor yang berhubungan dengan perilaku
dukungan petugas dengan perilaku pencegahan pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang
HIV/AIDS (p = 0,013). Hasil ini sesuai dengan adalah pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan
penelitian Liawati (2018) yang menunjukkan adanya teman sesama WPS, dan dukungan petugas. Hal
hubungan yang bermakna antara peran petugas tersebut membuktikan bahwa faktor dalam diri sangat
19
terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS. Peran mempengaruhi perilaku WPS dalam mencegah
petugas sebaiknya memberikan atau mengadakan HIV/AIDS ditambah adanya dukungan dari orang
penyuluhan pada kelompok berisiko untuk terdekat yang membuat WPS merasa nyaman dan
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan motivasi untuk merasa dipedulikan. Adapun bentuk dukungan berupa
melakukan perilaku pencegahan HIV/AIDS. saling berbagi informasi HIV/AIDS, anjuran
WPS yang mendapatkan dukungan dari penggunaan kondom, dan saran atau ajakan untuk
petugas mampu melakukan pencegahan HIV/AIDS memeriksakan kesehatan.
dengan baik, begitupun sebaliknya. Dengan Ketersediaan kondom tidak memiliki hubungan
melakukan kegiatan penyuluhan tentang HIV/AIDS yang bermakna pada penelitian ini. Stok logistik
dan manfaat kondom secara berkala oleh petugas, kondom tersedia di lokasi hotspot WPS, baik itu dibeli
melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan sendiri oleh WPS maupun didapatkan secara gratis
memberikan kondom kepada WPS membuat mereka dari KPA Kota Padang sebagai upaya

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 383

pencegahan HIV/AIDS. Dalam berhubungan seksual Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


tidak semua pelanggan WPS mau menggunakan 2017;119-21.
kondom meskipun telah dilakukan negosiasi oleh 4. Ditjen PP & PL Kementerian Kesehatan RI.
WPS, sehingga tidak jarang pula WPS tetap melayani Laporan terakhir kemenkes tentang penyakit
pelanggan tersebut dengan alasan takut bayaran HIV/AIDS, Maret 2017. Jakarta: Kementerian
kurang. Dukungan mucikari juga tidak berhubungan Kesehatan RI; 2017.hlm.21-6.
dengan perilaku pencegahan, sebagian besar WPS 5. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil kesehatan
hanya mendapatkan dukungan dalam hal anjuran kota Padang tahun 2017. Padang: Dinas
penggunaan kondom dan tidak dalam upaya Kesehatan Kota Padang; 2017.
pencegahan lainnya. 6. Centres for Disease Control and Prevention (CDC).
HIV AIDS surveillance report. 2004. [diunduh 29
SARAN Maret 2018]. Tersedia dari: https://www.cdc.gov/
Disarankan kepada petugas terkait seperti hiv/statistics_2004_hiv_surveillance_report_vol_16
Dinas Kesehatan Kota Padang, KPA Kota Padang, 7. Green CW. HIV dan TB. Jakarta: Yayasan Spitiria;
dan LSM PKBI agar lebih mengintensifkan penyuluhan 2013.hlm.46-68.
mengenai HIV/AIDS serta pentingnya penggunaan 8. Komisi Penanggulangan AIDS Kota Padang.
kondom kepada WPS sehingga mereka mempunyai Populasi Kunci 2012-2017. Padang: KPAK
kemampuan tawar atau negosiasi yang kuat dalam Padang; 2017.
penggunaan kondom kepada pelanggannya. Selain 9. Notoatmodjo S. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta:
itu, petugas diharapkan mampu memberikan PT Rineka Cipta. 2010; 54-89.
pemahaman dan edukasi kepada mucikari agar dapat 10. Ashariani S, TA Larasati, Ratna DP, Dyah W.
mendukung atau mendorong WPS dalam melakukan Faktor yang berhubungan dengan penggunaan
perilaku pencegahan HIV/AIDS dengan baik. Serta kondom pada wanita pekerja seksual untuk
diharapkan adanya kerja sama antara LSM terkait pencegahan infeksi menular seksual di Klinik
dengan institusi tertentu seperti Dinas Sosial dan Mentari Puskesmas Panjang Bandar Lampung.
Tenaga Kerja untuk memberikan pelatihan agar [artikel penelitian]. Lampung: Universitas Lampung;
menjadikan WPS mandiri dan keluar dari lingkungan 2015.
pekerja seksual akibat ketergantungan faktor ekonomi. 11. Fadhali A. Faktor yang berhubungan dengan
pencegahan HIV/AIDS di kalangan pramusaji kafe
UCAPAN TERIMA KASIH di Tanjung Biru Kabupaten Bulu Kamba [skripsi].
Makassar: Universitas Hasanuddin; 2012.
Terima kasih kepada pihak Komisi
12. Glanz K, Rimer BK, Vismanath K. Health behavior
Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Padang yang telah
and health education. theory, research, and
memberikan pengalaman dan pengetahuan yang
practice. USA: Jossey – Bass, A Wiley Imprint;
sangat bermanfaat bagi penulis. Serta pihak lain yang
2008.hlm.119.
turut membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
13. Ratnaningsih D. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku pencegahan HIV/AIDS pada wanita
DAFTAR PUSTAKA
pekerja seks komersial [tesis]. Surakarta:
1. World Health Organization (WHO). Fact sheet
Universitas Sebelas Maret; 2015.
HIV/AIDS. 2016. [diakses 12 Januari 2018].
14. Evrinarti R. Analisis perilaku wanita pekerja
Tersedia dari: http://www.who.int/mediacentre/
seksual dalam pencegahan HIV dan AIDS di Panti
factsheets/
Pijat di Jakarta Timur Tahun 2015 [tesis]. Jakarta:
2. Simarmata OS. Ancaman HIV pada remaja di
Universitas Respati Indonesia; 2015.
tanah Papua. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2010; 9
15. Anggraeni NK. Faktor yang mempengaruhi
(3):1274-81.
perilaku pencegahan HIV/AIDS pada remaja
3. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
anggota Sekaa Teruna Teruni di Desa Blahkiuh
RI. Profil kesehatan Indonesia 2016. Jakarta:

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 384

tahun 2015 [skripsi]. Bali: Universitas Udayana; 18. Purnamawati D. Perilaku pencegahan penyakit
2015. menular seksual di kalangan wanita pekerja
16. Azwar S. Sikap manusia teori dan pengukurannya. seksual langsung. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010; 57-66. Nasional. 2013;7(11):514-21.
17. Sianturi SA. Hubungan faktor predisposisi, 19. Liawati. Faktor yang berpengaruh terhadap
pendukung dan penguat dengan tindakan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada pekerja seks
penggunaan kondom pada WPS untuk komersial (PSK) di Kota Bandung tahun 2017.
pencegahan HIV/AIDS di Kabupaten Serdang Jurnal Bidan “Midwife Journal”. 2018;4(2):25-35.
Bedagai. Jurnal Precure. 2012;1(1):1-7. 20. Rogers EM. Diffusion of innovations: Fifth Edition.
New York: Free Press. 2003; 31.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(2)

Anda mungkin juga menyukai