ABSTRACT
Health literacy is an individual’s ability to find, understand, and comprehend
health information in determining decisions for their health. AIDS cases
prevalence in Garut is still considered high. Health literacy is critical for those
who live with HIV / AIDS (ODHA) because they tend to be fragile toward
opportunistic infections if they do not get health treatment, disease prevention,
and health promotion. It is expected that ODHA can fulfill their needs by
obtaining some health information in order to improve their health status. This
study purpose is to find out the description of health literacy on people living
with HIV / AIDS. This study used a quantitative descriptive design with
purposive sampling technique, which involved 60 respondents. The instrument
77
Kesumawati, R., Ibrahim, K., and Witdiawati, W.| Literasi Kesehatan Orang dengan HIV/AIDS
used in this research is Health Literacy Study-Asia (HLS-Asia) questionnaire that is adapted from the
Literacy Study-European (HLS-EU), which developed by Kristine Sorensen. It consists of 40 ques-
tions, and its validity has been tested with the results of alpha Cronbach 0.982 to measure health liter-
acy that conducted in June 2018 at the Dahlia Polyclinic of TNI-AD, Tk. IV Garut. This research
founds that Respondents who have lower literacy (56.7%) more than respondents who had high litera-
cy (43.3%). The four components of low health literacy in Dahlia Polyclinic are the respondents’ diffi-
culty in assessing the information (63.3%) and applying health information (61.7%). Hence, the health
workers need to give ODHA simple health information clearly and provide the facility for fulfilling
their health treatment needs.
Keywords: Health literacy, HIV / AIDS, People who live with HIV / AIDS
yaitu di Poliklinik RS TNI AD Tk. IV Kab. milih sumber-sumber informasi yang tepat untuk
Garut (Dinkes Garut, 2017). dirinya, maka tujuan dari literasi kesehatan ini
Menurut Hermanus, A. & Asdie, A. H. merupakan bagaimana seseorang/individu dapat
(2011) dan Huang, Y., dkk (2014), tingginya memilih informasi yang benar dan tepat
angka kejadian penyakit HIV/AIDS salah mengenai penyakitnya, serta menggunakan in-
satunya dikarenakan masih kurangnya penge- formasi tersebut dan menentukan keputusan
tahuan masyarakat mengenai faktor resiko pe- yang baik untuk dirinya.
nyakit HIV/AIDS sehingga mengakibatkan indi- Salah satu intervensi utama untuk me-
vidu berperilaku yang menyebabkan terjadinya mahami informasi kesehatan yang tepat dan baik
HIV/AIDS. Hermanus, A. & Asdie, A. H. (2011) ialah melalui literasi kesehatan (Shipman, Kurtz-
dalam penelitiannya mengatakan selain penge- Rossi & Funk, 2009; Berens, E. M., Vogt, D.,
tahuan, perilaku yang menyebabkan risiko ter- Messer, dkk, 2016). Literasi kesehatan adalah
jadinya HIV/AIDS diantaranya, seks bebas, kemampuan individu mengkomunikasikan infor-
mengonsumsi minuman keras, penggunaan masi kesehatan secara benar, jelas dan me-
narkoba, merosotnya nilai agama, dan terpa- mahaminya. Literasi kesehatan relevan dalam
parnya budaya negatif. Triastuti (2004) menga- semua bagian dari rangkaian perawatan,
takan dalam Carmelit, Shaluhiyah & Cahyo kecacatan dan kesehatan, untuk pencegahan dan
(2017), faktor resiko lain yang menyebabkan deteksi dini penyakit juga untuk diagnosis dan
angka kejadian HIV/AIDS tinggi di Indonesia pengambilan keputusan untuk perawatan bagi
ialah homo seksual. Lelaki seks dengan lelaki dirinya (Osborne, 2013; Berens, E. M., Vogt, D.,
(LSL) merupakan resiko yang paling tinggi dkk, 2016).
terkena penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) Beberapa konsep teori mengenai literasi
dan HIV/AIDS, dikarenakan mereka berhub- kesehatan telah dikembangkan salah satunya
ungan dengan tidak menggunakannya pengaman oleh Sorensen,dkk (2012) konsep literasi ini
dan menggunakan pelicin saat berhubungan oral memiliki kompenen yang penting dalam literasi
sex dan aktivitas mereka yang sering berganti- kesehatan karena didalam konsep tersebut ter-
ganti pasangan satu dengan yang lainnya dapat tiga bagian kesehatan. Tiga komponen itu
Munculnya berbagai masalah yang diderita adalah kemampuan perawatan kesehatan, upaya
oleh orang dengan HIV/AIDS mereka membu- pencegahan penyakit dan pendidikan atau pro-
tuhkan informasi sebagai bagian dari ketentuan mosi kesehatan yang akan menghasilkan penge-
kehidupannya, mendukung aktivitasnya, dan tahuan dan keterampilan dalam perawatan
pemenuhan bagi kebutuhannya. Pengetahuan kesehatan. Thompson, Havenga dan Naude
terus bertambah akibat rasa ingin tahu individu (2015) mengatakan bahwa literasi kesehatan
yang tinggi (Saepudin, 2013). Informasi merupa- akan menjadi sebuah kebutuhan yang dirancang
kan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap indi- khusus untuk orang yang hidup dengan HIV/
vidu, seseorang tersebut dikatakan mampu men- AIDS dan telah terbukti sangat berpengaruh pos-
cari informasi apabila ia bisa mendapatkan in- itif terhadap perilaku penderita dan hasil
formasinya secara benar. Septiyantono (2017) kesehatan. Dari berbagai hasil penelitian literasi
mengemukakan bahwa literasi informasi meru- kesehatan Sari (2013) mengemukakan bahwa
pakan kemampuan individu dalam mencari dan pentingnya literasi kesehatan bagi orang yang
menemukan hasil informasinya sesuai yang ia memiliki penyakit kronis HIV/AIDS, dengan
butuhkan, serta menggunakan informasinya un- literasi yang baik seseorang dapat menambah
tuk memecahkan masalah. Informasi yang wawasannya mengenai pengetahuan, dapat
didapat bisa diperoleh dari media massa, media mengakses informasi, memahami dan mengeval-
cetak maupun media elektronik sesuai dengan uasi informasi, mengetahui cara penularan, cara
topik dan kebutuhannya, selain itu juga karena pencegahan dan menggunakan pelayanan
banyaknya informasi yang didapat dari berbagai kesehatan untuk merawat dirinya dari penyakit
sumber, seseorang itu pun harus mampu me- yang dideritanya.
Usia
Kurang dari 30 tahun 24 40.0%
Lebih dari 30 tahun 36 60.0%
Pendidikan
SD 0 0.0%
SMP 4 6.7%
SMA 49 81.7%
Sarjana 7 11.7%
Suku bangsa
Jawa 4 6.7%
Sunda 55 91.7%
Betawi 1 1.7%
Pekerjaan
PNS 1 1.7%
Swasta 24 40.0%
Wiraswasta 18 30.0%
Ibu Rumah Tangga 11 18.3%
Buruh 5 8.3%
Tidak Bekerja 1 1.7%
Lama didiagnosa
Kurang dari 1 tahun 16 26.7%
1-5 tahun 32 53.3%
Lebih dari 5 tahun 12 20.0%
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Literasi Berdasarkan Karakteristik Orang dengan HIV/
AIDS di Poliklinik Dahlia RS TNI AD Tk. IV Kabupaten Garut (n=60)
dibanding dengan responden yang memiliki li- ham karena lingkungan terdekat memungkinkan
terasi tinggi (48.1%). terjadinya komunikasi yang mendalam dan
Akses informasi kesehatan saat ini sudah penggunakan bahasa atau istilah awam membuat
berkembang yang memungkinkan seseorang responden lebih mudah memahami informasi
dapat meningkatkan literasinya. Dengan adanya kesehatan.
berbagai sumber informasi seperti media mas- Berdasarkan hasil penelitian, bahwa orang
sa/internet, media cetak/brosur dan poster- dengan HIV/AIDS di Poliklinik Dahlia cende-
poster, forum diskusi, penyuluhan dapat memu- rung kesulitan dalam memilih adanya berbagai
dahkan seseorang dalam mengakses informasi perawatan kesehatan dan menerapkan perawatan
mengenai penyakitnya dan memahami informasi kesehatan yang diperoleh melalui informasi
yang telah mereka dapat (Fagnano, 2012). Untuk kesehatan, sebagian besar responden sebanyak
menentukan keputusan dalam hal meningkatkan (63.3%) kesulitan dalam menilai informasi
kesehatan yang baik membutuhkan informasi kesehatan, dan sebesar (61.7%) orang dengan
kesehatan yang ekstensif, mudah diakses sesuai HIV/AIDS masih sulit untuk menerapkan atau
dengan kebutuhan yang diperlukan dan kondisi menggunakan informasi kesehatan untuk
lingkungan budaya individu. Akses informasi perawatan bagi dirinya.
kesehatan merupakan faktor yang paling ber- Rendahnya literasi individu mengenai pe-
pengaruh dalam literasi kesehatan seseorang nyakitnya beresiko terhadap rendahnya derajat
(Ishikawa & Kiuschi, 2010; Santosa 2012). kesehatan yang ia miliki. Rendahnya literasi
Hasil penelitian menunjukkan responden kesehatan tersebut seringkali membuat individu
tidak mengalami kesulitan dalam mengakses berbuat kesalahan dalam menggunakan terapi
informasi kesehatan (53.3%), hal ini dikare- atau pengobatan, kurang memanfaatkan fasilitas
nakan sudah banyaknya berbagai upaya petugas layanan kesehatan, serta kurangnya perawatan
kesehatan dan pemerintah dalam upaya pem- diri karena keterbatasannya memahami informa-
berian informasi seperti penyuluhan dan klub si kesehatan (Magayah Kanj & Wayne, 2009).
belajar yang rutin diadakan setiap tiga bulan Hal ini berpotensi menjadi masalah yang akan
sekali. Selain itu ditunjang pula dengan adanya mengakibatkan perilaku kesehatannya menjadi
poster-poster dan brosur yang ada di Poliklinik kurang baik seperti perawatan kesehatan dan
Dahlia serta mengakses informasi kesehatan dan promosi kesehatan yang buruk, tidak mampu
komponen penting lainnya dalam literasi mencegah datangnya berbagai penyakit sehingga
kesehatan guna memahami informasi kesehatan. berdampak pada hasil kesehatan (Sorensen, dkk,
Pemahaman merupakan komponen yang 2012). Berdasarkan laporan Dinkes Garut, ter-
penting dalam literasi kesehatan, informasi yang catat ada 550 jiwa orang dengan HIV/AIDS di
telah di didapatkan harus dipahami agar dapat kabupaten Garut dan 338 jiwa diantaranya sudah
memilih keputusan bagi kesehatannya memasuki fase AIDS. Namun yang menjalankan
(Sorensen, 2012). Hasil penelitian menunjukkan terapi ARV hanya sebagian yaitu baru 220 jiwa
bahwa sebagian besar responden (66.7%) dapat hingga tahun 2017 (Dinkes Garut, 2017). Hal itu
memahami informasi yang mereka dapat, ber- dapat dikarenakan beberapa faktor seperti yang
dasarkan hasil studi pendahuluan kepada tiga dikemukakan oleh Liu, dkk (2015) bahwa lite-
orang responden yang mengatakan bahwa mere- rasi kesehatan yang rendah dipengaruhi oleh
ka lebih sering mendapatkan informasi dari te- tingkat pendidikan, ekonomi atau pendapatan
man dekat atau teman sekomunitasnya. Mereka rumah tangga, kultur budaya, usia, olahraga,
merasa lebih mudah memahami informasi yang pemeriksaan fisik kebiasaan merokok dan akses
mereka peroleh dari teman. Hal ini sejalan informasi kesehatan.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa Bertambahnya usia seseorang, maka akan
(2012) yang melaporkan sebanyak (50.4%) res- terjadi penurunan sensoris, penurunan fungsi
ponden yang sering mendapatkan informasi dari kognitif, pendidikan yang rentang waktunya la-
keluarga atau teman dekatnya, lebih mudah pa- ma, penurunan kemampuan berpikir akan mem-
membuat literasi kesehatan menurun dan tinggi (55.1%), sedangkan responden yang lama
mempengaruhi pemahaman membaca informasi pendidikannya kurang dari 9 tahun memiliki
kesehatan (Shah, West, Bremmeyrt & Savoy- literasi yang rendah (100.0%). Hal ini sesuai
Moore, 2010). Berdasarkan hasil penelitian bah- dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa
wa usia responden yang lebih dari 30 tahun se- (2012) bahwa lama pendidikan dan tingkat pen-
bagian besar memiliki literasi yang rendah didikan yang tinggi berhubungan dengan tingkat
sebanyak (61.1%) sejalan dengan penelitian literasi kesehatan. Semakin tingginya pendidikan
yang dilakukan oleh Stonbraker, dkk (2017) maka literasi yang mereka akan miliki semakin
bahwa orang dengan HIV/AIDS yang berusia tinggi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Lee,
40,8 tahun memiliki literasi yang rendah. Tsai, Tsai, dan Kuo (2010) di negara Taiwan
Seseorang yang berusia lebih tua akan mengala- bahwa orang dewasa sekitar (30.0%) memiliki
mi kesulitan dalam menerima informasi literasi yang rendah, disebabkan karena tingkat
kesehatan yang telah diberikan dari petugas pe- pendidikan yang rendah sehingga menghasilkan
layanan kesehatan. kesehatan mental yang buruk.
Selain usia, karakteristik lain yang Lama seseorang didiagnosa atau menderita
mempengaruhi literasi kesehatan adalah jenis suatu penyakit salah satunya penyakit
kelamin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HIV/AIDS akan menggambarkan bagaimana
wanita cenderung memiliki literasi yang rendah tingkat literasi kesehatan seseorang tersebut.
(78.9%) dibandingkan pria yang hampir sebagi- Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bah-
an memiliki literasi yang tinggi (51.2%) dikare- wa orang dengan HIV/AIDS yang sudah didiag-
nakan pendapatan pada wanita rendah, 11 dari nosa lebih dari 5 tahun (11.7%), memiliki lit-
19 responden yang dijadikan responden dalam erasi kesehatannya yang tinggi, sedangkan orang
penelitian (16.7%) berstatus Ibu Rumah Tangga. dengan HIV/AIDS yang lama menderitanya 1-5
Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian tahun (26.7%) memiliki literasi yang rendah, hal
yang dilakukan oleh Santosa (2012) bahwa pada ini dikarenakan orang dengan HIV/AIDS yang
wanita tingkat literasi kesehatannya lebih tinggi sudah didiagnosa HIV/AIDS selama lebih dari
(32.3%) dibandingkan dengan pria (15.4%), da- lima tahun, mereka sering mengikuti upaya-
lam penelitiannya bahwa tidak ada diskriminasi upaya petugas kesehatan dalam pemberian infor-
gender, pria atau wanita memperoleh kesem- masi. Sejalan dengan Dawson-Rose, C., Cuca,
patan yang sama untuk mendapatkan informasi Y. P., Webel, dkk. (2016) bahwa ada hubungan
kesehatan yang dapat mempengaruhi pada ting- antara literasi kesehatan penderita HIV/AIDS
kat literasi kesehatannya. dengan keberadaan petugas kesehatan. Hasil
Pendidikan merupakan salah satu aspek penelitian ini berbanding terbalik dengan
penting dalam literasi kesehtan seseorang. Pen- penelitian Stronbaker, dkk (2017) pada
didikan merupakan faktor yang berhubungan penelitian bahwa, orang yang sudah hidup
dengan pengetahuan, pendidikan merupakan hal dengan HIV/AIDS selama lebih dari 5 tahun
yang sudah menjadi kebutuhan dasar untuk memiliki literasi yang rendah, dikarenakan usia
seseorang. Individu dengan tingkat pendidikan pada orang dengan HIV/AIDS yang semakin
yang tinggi akan semakin mudah dalam bertambah.
menemukan, memahami informasi yang mereka
dapatkan. Pendidikan juga berhubungan dengan SIMPULAN
pelaksanaan membaca informasi kesehatan, Berdasarkan penelitian yang sudah dila-
maka akan membantu menghasilkan pengem- kukan, dapat disimpulkan bahwa tingkat literasi
bangan tingkat literasi kesehatan (Notoatmodjo, kesehatan orang dengan HIV/AIDS di Poliklinik
2010; Rootman & Gordon-El-Bihbety, 2008). Dahlia RS TNI AD Tk. IV Kabupaten Garut
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bah- pada tahun 2018 persentasenya lebih banyak
wa responden yang tingkat pendidikannya tinggi yang memiliki literasi kesehatan rendah
seperti SMA dan sarjana memiliki literasi yang sebanyak 34 responden (56.7%) sedangkan res-
responden yang memiliki literasi kesehatan ting- kan informasi kesehatan sebanyak 37 responden
gi sebanyak 26 responden (43.3%). (61.7%) masih kesulitan dalam menerapkan in-
Berdasarkan keempat subvariabel yaitu formasi kesehatan. Phasil penelitian ini dapat
mengakses, memahami, menilai dan menerap- emnjadi dasar dalam pelayanan informasi
kan informasi kesehatan, responden masih kesu- kesehatan bagi ODHA. Perlunya bagi petugas
litan dalam menilai informasi kesehatan dan kesehatan memberikan informasi secara jelas,
menerapkan informasi kesehatan. Sebanyak 38 sederhana dan menyediakan sarana dan prasara-
responden (63.3%) masih kesulitan dalam na bagi ODHA untuk memenuhi kebutuhan
menilai informasi kesehatan dan untuk menerap- perawatan kesehatannya.
Kesehatan Pasien Klinik Dokter Keluarga Sørensen, K., Van, d. B., Pelikan, J., Fullam, J.,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Doyle, G., Slonska, Z., Brand, H. (2013).
Kiara. Universitas Indonesia. Jakarta. Measuring health literacy in populations:
White, S. (2008). Assessing the nation's health Illuminating the design and development
literacy: Key concepts and findings of the process of the european health literacy sur-
National Assessment of Adult Literacy vey questionnaire (HLS-EU-Q). BMC Pub-
(NAAL). AMA Foundation. lic Health, 13, 948. https://
Sari, R. K. (2013). Literasi Informasi pada dx.doi.org/10.1186/1471-2458-13-948.
Pasien Penyakit Kronis (HIV/AIDS) di Stolley, K. S., Glass, J. E. (2009). HIV /A IDS
RSUD Dr. Soetomo Surabaya (Doctoral dis- Health and medical issues today. California:
sertation, Universitas Airlangga). ABC-CLIO, 2009.
Septiyanto, T. (2017) Materi pokok Literasi In- Stonbraker, S., Smaldone, A., Luft, H., Cush-
formasi. (cetakan kelima edisi 1) Tang- man, L. F., Lerebours Nadal, L., Halpern,
gerang Selatan: Universitas Terbuka M., & Larson, E. (2017). Associations be-
Shah, L, C., West, P., Bremmeyr, K & Savoy- tween health literacy, HIV‐related
Moore, R. T. (2010) Health Literacy Instru- knowledge, and information behavior among
ment in Family medicine: The “Newest Vi- persons living with HIV in the Dominican
tal Sign” Ease of Use and correlates. J A m Republic. Public Health Nursing.
Board Fam Med, 23, 195-203. Thompson, J., Havenga, Y., & Naude, S. (2015).
Shipman, J. P., Kurtz-Rossi, S., & Funk, C. J. The health literacy needs of women living
(2009). The health information literacy re- with HIV/AIDS. Health SA Gesondheid, 20
search project. Journal of the Medical Li- (1), 11-21.
brary Association: JMLA, 97(4), 293. http:// World Health Organization. 10 facts on noncom-
doi.org/10.3163/1536-5050.97.4.014. https:// municable diseases. World Health Organi-
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/ zation, 2013 (http://www.who.int/features/
PMC2759165/ factfiles/noncommunicable_diseases/en/
Singleton, K., Krause, E. (2009). Understanding World Health Organization, HIV /A IDS http://
Cultural and linguistic Barriers to Health www.who.int/gho/hiv/en/
Literacy. The online journal of issues in Zukoski, A. P., Thorburn, S., & Stroud, J.
Nursing. 14(3). http://www. nursing- (2011). Seeking information about HIV/
world.org AIDS: a qualitative study of health literacy
Sørensen, K., Van den Broucke, S., Fullam, J., among people living with HIV/AIDS in a
Doyle, G., Pelikan, J., Slonska, Z., & Brand, low prevalence context. AIDS care, 23(11),
H. (2012). Health literacy and public health: 1505-1508.
a systematic review and integration of defi-
nitions and models. BMC Public Health, 12
(1), 80.