Anda di halaman 1dari 8

Volume 01 Nomor 01 Tahun (2022)

Hubungan efikasi diri dengan tingkat kepatuhan pengobatan


antiretroviral terapi pada laki-laki seropositif HIV
OktoVincen Kogopa, Wiwin Priyantari, Yafi Sabila Rosyad
S1 Keperawatan, STIKes Yogyakarta, Indonesia

ARTICLE INFORMATION A B S T R A C T
Received: 12 Mei 2022 Background: Compliance with ART treatment is an important
Revised: 1 Juni 2022 indication to improve the quality of life of people dliving with HIV /
AIDS (PLWHA), prevent drug resistance, and reduce mortality. One
Available online: 15 Juni 2022 factor that can influence the level of adherence to ART treatment is the
self-efficacy of ARV treatment levels.Objectives: To determine the
KEYWORDS relationship of self-efficacy with adherence to taking medication in men
with HIV / AIDS at Victoria Plus Foundation Yogyakarta. Methods:
This research is a quantitative correlation with cross sectional approach.
Self-efficacy, Antiretroviral Therapy
The research sample of 35 respondents was determined by probability
adherence, HIV / AIDS sampling technique. The research instrument was in the form of a self-
efficacy questionnaire and medication adherence. Data analysis
CORRESPONDENCE techniques using the Kendall Tau test. Results: Self-efficacy in people
with HIV / AIDS was in the confident category of 97.1%. Treatment
E-mail: adherence in people with HIV / AIDS is in the category of non-
vincenkogopa12345@gmail.com compliance by 80.0%. There is a relationship between self-efficacy and
medication adherence in male patients with HIV / AIDS based on
pvalue = 0.023. Conclusion: There is a relationship between self-
efficacy and medication adherence in male patients with HIV / AIDS at
the Victori Plus Foundation in Yogyakarta.

INTRODUCTION

Tingkat keberhasilan Antiretroviral Therapy (ART) dapat dilihat dari menurunnya tingkat kematian pada orang
dengan HIV AIDS (ODHA) dari tahun ke tahun. Menurut laporan World Health Organization (WHO) (2016,
2017, 2018), kasus meninggal dunia akibat AIDS di dunia yang tercatat pada tahun 2016 sebanyak 20,2 juta orang,
terjadi penurunan pada tahun 2017 menjadi 20,1 juta orang, dan termasuk tahun 2018 menurun menjadi 20 juta
orang meninggal dunia akibat AIDS. Pada tahun 2017 mengalami penurunan kematian sebanyak 20% pada
ODHA dari 2016, dan terjadi penurunan sebanyak 70% ditahun 2018. Sedangkan di Indonesia menurut laporan
Kemenkes (2018), pada tahun 2014 kasus meninggal dunia akibat HIV atau AIDS sebanyak 607 orang, di tahun
2015 menurun menjadi 1,568 orang, pada tahun 2016 menjadi 996 orang, tahun 2017 sebanyak 765 orang, dan
pada tahun 2018 kasus meninggal dunia akibat HIV/AIDS sebanyak 806 orang. Walaupun tingkat kematian pada
Odha menurun dari tahun ke tahun namun belum semua ODHA mengakses Antiretroviral (ARV) dan memiliki
tingkat kepatuhan Antiretroviral Therapy (ART) yang tinggi.

https://doi.org/10.58439/ipk.v1i1.2 Attribution-Non Commercial 4.0 International. Some rights reserved


Informasi dan promosi kesehatan-Volume 01 Nomor 01 Tahun (2022) ISSN (Print) 2963-5381| ISSN (Online) 2963-5411

World Health Organization (WHO) mempunyai Therapy (ART) dapat dipengaruhui oleh tingkat
target 90% ODHA sudah menjalani Antiretroviral pendidikan yang rendah (Reif et al.,2014).
Therapy (ART) di tahun 2018 namun, target Sedangkan menurut hasil penelitian Farber et al.,
tersebut baru tercapai 53%. ODHA dari tahun ke (2005), pemaknaan terdapat keberhasilan
tahun yang menjalani Antiretoviral Therapy (ART) pengobatan yang baik berbanding lurus dengan
semakin meningkat. Pada tahun 2000, dilaporkan tingginya harapan serta perbanding terbalik dengan
sekitar 68.000 ODHA yang sudah menjalani tingkat defresi.
Antiretroviral Therapy (ART), tahun 2005
sebanyak 26.2 juta yang sudah menjalani Daerah Istimewa Yogyakarta menempati urutan
Antiretrovial Therapy (ART), tahun 2010 sebanyak ke-9 sebagai provinsi dengan penderita HIV-AIDS
47.7 juta orang, tahun 2018 sebanyak 19.5 juta atau terbanyak. Total penderita HIV di DIY tahun 2016
baru sekitar 53 % dari total jumlah ODHA, dan adalah 1323 orang dan total penderita AIDS di DIY
pada pertengahan juni tahun 2019 sudah meningkat adalah 965 orang. Kejadian HIV pada tahun 2016
menjadi 50,9 juta orang dari total 63,3 ODHA atau untuk laki-laki 1.118 dan perempuan 377 kasus,
sekitar 86% (WHO,2019). sedangkan AIDS untuk laki laki 802 kasus dan
perempuan 366 kasus. Kasus HIV laki laki di tahun
ODHA di Indonesia yang sudah menjalani 2017 adalah 2078 orang, perempuan 1000 orang,
Antiretroviral Therapy (ART) berdasarkan laporan sedangkan AIDS laki-laki 830 orang dan
Kemkes, (2018), yang sudah mengakses perempuan 409 orang. Pada tahun 2017 kasus HIV
Antiretroviral Therapy (ART )ditahun 2014 meningkat menjadi 2676 pada laki-laki dan 1261
sebanyak 55,068 di mana 2,315 orang menjalani pada perempuan. Sedangkan yang sudah positif
Antiretroviral Therapy (ART) di line kedua, pada AIDS adalah 985 pada laki-laki dan 490 pada
tahun 2017 sebanyak 65,068 orang di mana 3,065 perempuan (Profil Kesehatan Daerah Istimewa
orang menjalani Antiretroviral Therapy (ART) di Yogyakarta, 2017).
line kedua, dan pada tahun 2019 ODHA yang
sudah mengakses Antiretroviral Therapy (ART) Penderita harus memiliki efikasi diri, yaitu
sebanyak 79,861 orang di mana 3,47 orang kepercayaan terhadap diri sendiri yang tinggi untuk
menjalani Antiretroviral Therapy (ART) di line bisa menerapkan kepatuhan minum obat sehingga
kedua. Dari data di atas dapat kita dilihat bahwa tercapai kesembuhan. Peran Pengawas Minum
belum semuanya mengakses Antiretroviral Obat (PMO) saja tidak cukup apabila didalam diri
Therapy (ART) dan jumlah ODHA yang di line pasien tidak memiliki keyakinan terhadap
kedua menunjukkan peningkatan dari tahun ke kesembuhan penyakit yang diderita. Oleh karena
tahun. Hasil penelitian tersebut didukung oleh itu, efikasi diri yang rendah pada penderita akan
penelitian yang lakukan Adefolalu et al, (2017) dan menyebabkan kegagalan pengobatan. Efikasi diri
Reif et al., (2014), yang mendapatkan hasil bahwa merupakan keyakinan individu dalam mengelola
efikasi diri terhadap keyakinan pengobatan perilaku-perilaku tertentu untuk mencapai
berpengaruh pada kepatuhan Antiretroviral kesembuhan (Hendiani dkk, 2018).
Therapy (ART). Ketidakkepatuhan Antiretroviral

Kogopa, Priyantari, & Rosyad/ https://doi.org/10.58439/ipk.v1i1.2


2
Informasi dan promosi kesehatan-Volume 01 Nomor 01 Tahun (2022) ISSN (Print) 2963-5381| ISSN (Online) 2963-5411

Dalam menghadapi penyakit HIV/AIDS para sekaligus dalam waktu tertentu (point time) dan
penderita perlu memiliki efikasi diri dan kepatuhan setiap subjek penelitian hanya dilakukan satu kali
atau ketaatan dalam hidup yang memang tak boleh pendataan (pengamatan) untuk semua variabel
dipisahkan yang berguna untuk mempertahankan yang diteliti, selama dalam penelitian itu
ketahanan tubuh dengan Anti Retro-Viral (ARV) (Machfoedz, 2016). Populasi dalam penelitian ini
dan juga perlu dilakukan pengobatan Anti adalah 640 pasien ODHA laki – laki yang berada
Retroviral Therapy (ART). Oleh karena itu di Yayasan Victoria Plus Yogyakarta.
perbandingan antara efikasi diri dan kepatuhan Pengambilan sampel dengan Teknik accidental
merupakan suatu metode yang perlu dilakukan dan sampling dengan total 35 responden. Peneliti
diikuti oleh para penderita penyakit HIV/AIDS, menggunakan kuesioner HIV-ASES (Johnson et
(Green dan setyowati, 2009) dalam arriza, al., 2007) yang sudah baku dari (Rosyad et al.,
(2018).Yayasan Victory Plus Yogyakarta adalah 2019) dan MMAS-8 (Morisky et al., 1986)
salah satu Yayasan di Daerah Istimewa
RESULTS
Yogyakarta yang bergerak dalam memberikan
dukungan langsung kepada orang yang terdampak Efikasi Diri pada Penderita HIV/AIDS di
dengan HIV dan AIDS. Yayasan ini adalah Yayasan Victory Plus Yogyakarta N=(35)
kelompok penggagas dukungan sebaya dan
Kategori Efikasi Diri F %
pemberdayaan ODHA yang berdiri sejak tahun Yakin 34 97,1
Tidak Yakin 1 2,9
2004. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Total 35 100,0
Yayasan Victori Plus Yogyakarta diketahui bahwa
jumlah penderita HIV/AIDS yang mendapat Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa efikasi diri

pendampingan dari Yayasan Victori Plus pada 35 penderita HIV/AIDS di Yayasan

Yogyakarta adalah sejumlah 3. 222 pasien laki-laki Victory Plus Yogyakarta adalah paling banyak

dan 1.273 pasien perempuan. Berdasarkan latar berada dalam kategori yakin sebanyak 34 orang

belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka (97,1%).

perlu dilakukan penelitian terhadap efikasi diri dan


Kepatuhan Pengobatan pada Penderita
kepatuhan minum obat pada pasien laki-laki
HIV/AIDS di Yayasan Victory Plus
penderita HIV/AIDS.
Yogyakarta N=(35)
METHOD Kategori Kepatuhan F %
Patuh 7 20,0
Desain penelitian yang digunakan penelitian ini Tidak Patuh 28 80,0
Total 35 100,0
termasuk ke dalam metode penelitian survei
analitik yaitu penelitian yang diarahkan untuk Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa kepatuhan
menjelaskan suatu keadaan atau situasi survei pengobatan pada 35 penderita HIV/AIDS di
analitik ini pada umumnya berusaha menjawab Yayasan Victory Plus Yogyakarta adalah paling
pertaanyaan mengapa, dengan jenis penelitian banyak berada dalam kategori tidak patuh
cross sectional yaitu suatu kegiatan pengumpulan sebanyak 28 orang (80,0%).
data dalam suatu penelitian yang dilakukan

Kogopa, Priyantari, & Rosyad/ https://doi.org/10.58439/ipk.v1i1.2 3


3
Informasi dan promosi kesehatan-Volume 01 Nomor 01 Tahun (2022) ISSN (Print) 2963-5381| ISSN (Online) 2963-5411

Tabulasi Silang Efikasi Diri dengan Kepatuhan adalah 35 responden yang efikasi diri pada pasien
Pengobatan pada Penderita HIV/AIDS di HIV/AIDS paling banyak kategori yang yakin
Yayasan Victory Plus Yogyakarta N=(35) sebanyak 34 orang (97,1%). Efikasi diri
mempengaruhi bagaimana seseorang merasa
Kepatuhan Pengobatan
Efikasi Tota pvalu motivasi diri sendiri dan bertindak dalam
Tidak %
Diri Patuh l e
Patuh penelitian ini didapatkan efikasi diri tingginya
N % N %
Yakin 7 20,0 27 77,1 34 97,1 banyak responden telah mampu mengatasi
Tidak
0 0,0 1 2,9 1 2,9 0,02
Yakin
3 tantangan dan hambatan (Istiqomah, 2019).
100,
Total 7 20,0 28 80,0 35
0

Efikasi diri merupakan tindakan menggiring


Berdasarkan tabel 3 diketahui dari 34 responden
individu untuk mengatasi tatangan dan hambatan
yang memiliki efikasi diri dalam kategori yakin
dalam mencapai tujuan. Hal itu juga didukung
terdapat paling banyak 27 orang (77,1%) dengan
dalam teori Bandura (1994), yang menyatakan
kepatuhan pengobatan kategori tidak patuh.
bahwa efikasi diri terbentuk melalui empat proses,
Kemudian dari 1 responden yang memiliki efikasi
yaitu: kognitif, motivasional, afektif, dan seleki
diri dalam kategori tidak yakin adalah memiliki
yang berlangsung sepanjang kehidupan. Hasil
kepatuhan pengobatan kategori tidak patuh. Hasil
penelitian ini menunjukkan efikasi diri yang tinggi,
uji hubungan dengan rumus korelasi Kendall Tau
hal ini dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin
menunjukkan bahwa nilai pvalue (0,023) < 5%
responden.
(0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat
hubungan antara variabel efikasi diri dengan
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
kepatuhan pengobatan. Berdasarkan uraian diatas
Mystakido, et al. (2010), yang menyatakan bahwa
maka null hipotesis (Ho), yang berbunyi, “Tidak
laki-laki memiliki efikasi diri yang lebih tinggi dari
ada hubungan efikasi diri dan kepatuhan minum
pada perempuan. Berdasarkan usia menunjukkan
obat pada pasien laki-laki penderita HIV/AIDS di
bahwa sebagian besar usia 20-40 tahun sebanyak
Yayasan Victori Plus Yogyakarta” adalah ditolak,
25 responden (71,4%) dikarenakan individu yang
sedangkan alternative hipotesis (Ha) yang
lebih tua mampu dalam mengatasi rintangan dalam
berbunyi, “Ada hubungan efikasi diri dan
kehidupan dibandingan individu yang lebih muda.
kepatuhan minum obat pada pasien laki-laki
Sesuai dengan teori Bandura (1997), ada beberapa
penderita HIV/AIDS di Yayasan Victori Plus
pengaruhi efikasi diri antara lain usia, jenis kelamin
Yogyakarta” adalah diterima, sehingga teruji
pendidikan. Bandura (1994), menyebutkan bahwa
kebenarannya.
efikasi diri terbentuk melalui empat proses, yaitu:

DISCUSSION kognitif, motivasional, afektif, dan seleksi yang


berlangsung sepanjang kehidupan. Jadi semakin
Efikasi Diri pada penderita HIV/AIDS di
kuat efikasi diri seseorang maka semakin tinggi
Yayasan Victori Plus Yogyakarta
seseorang untuk berkomitmen mencapai tujuan
Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui
yang ditentukannya.
jumlah sampel yang dianalisis dalam penelitian ini

Kogopa, Priyantari, & Rosyad/ https://doi.org/10.58439/ipk.v1i1.2 4


4
Informasi dan promosi kesehatan-Volume 01 Nomor 01 Tahun (2022) ISSN (Print) 2963-5381| ISSN (Online) 2963-5411

Kepatuhan Pengobatan kategori tidak patuh, serta 7 orang (20,0%) dengan


Hasil penelitian pada kepatuhan minum obat kepatuhan kategori patuh. Kemudian dari 1
menunjukkan bahwa Kepatuhan minum obat responden yang memiliki efikasi diri dalam
penderita HIV/AIDS, Yayasan Victory Plus kategori tidak yakin adalah memiliki kepatuhan
Yogyakarta paling banyak berada dalam kategori pengobatan kategori tidak patuh, sehingga tidak
tidak patuh sebanyak 28 responden (80,0%). Hasil terdapat responden dengan kepatuhan kategori
penelitian ini menunjukkan ketidakpatuhan patuh. Hasil uji hubungan dengan rumus korelasi
responden untuk minum obat hal ini dapat terjadi Kendall Tau menunjukkan bahwa nilai pvalue
karena faktor kurangnya pengetahuan. Latar (0,023) < 5% (0,05), sehingga dapat dikatakan
belakang sebagian responden masih menunjukkan bahwa alternative hipotesis (Ha) yang berbunyi,
bahwa kurangnya pengetahuan yang dimiliki “Ada Hubungan efikasi diri dan kepatuhan minum
responden. obat pada pasien laki-laki penderita HIV/AIDS di
Yayasan Victori Plus Yogyakarta” adalah diterima.
Menurut teori Niven (2019), faktor yang
mempengaruhi ketidakpatuhan yaitu kurangnya Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
pengetahuan. Hal ini dikuatkan dalam penelitian Yulianto & Mutmainah (2013), dengan judul
Gopi et al. (2017) didapatkan faktor yang “Pengaruh Kepatuhan Penggunaan Obat Pada
berhubungan dengan ketidakpatuhan adalah tidak Pasien Tuberkulosis Terhadap Keberhasilan Terapi
sekolah sebanyak 20% yang disebabkan oleh Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Di
kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya Surakarta Tahun 2013”, yang menunjukkan bahwa
terapi dibawah pengawasan. Dikuatkan pula oleh hasil analisis kepatuhan ditemukan 94% patuh
penelitian Zhou, et al. (2018) dalam penelitiannya menjalani pengobatan, sedangkan keberhasilan
juga mendapatkan bahwa pasien yang tidak patuh dicapai sebesar 81% pasien. Dari hasil penelitian
tidak mengetahui HIV/AIDS (sebelum didiagnosa ditemukan Ratio Prevalency (RP) > 1 hal ini
(P=0.05) dan tidak mendapatkan edukasi menunjukan bahwa kepatuhan penggunaan obat
HIV/AIDS, terkait kesehatan sebelum terapi memberikan kontribusi untuk tercapainya
(p=0.01). Faktor yang lain mempengaruhi keberhasilan terapi. 3. Keeratan hubungan efikasi
kepatuhan adalah pendidikan, Semakin tinggi diri dengan kepatuhan minum obat pada penderita
tingkat pendidikan, maka seseorang akan mudah HIV/AIDS di Yayasan Victori Plus Yogyakarta.
menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan
CONCLUSIONS
dengan yang baru tesebut (Notoatmodjo, 2018).
Terdapat hubungan signifikan antara efikasi diri
Hubungan Efikasi Diri dengan Tingkat dengan kepatuhan minum obat pada pasien laki-
Kepatuhan Pengobatan pada Pasien HIV/AIDS laki penderita HIV/AIDS di Yayasan Victori Plus
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui Yogyakarta. Peneliti menyarankan untuk
bahwa dari 34 responden yang memiliki efikasi diri penelitian selanjutnya bisa melakukan intervensi
dalam kategori yakin terdapat paling banyak 27 untuk meningkatkan efikasi diri pada ODHA.
orang (77,1%) dengan kepatuhan pengobatan

Kogopa, Priyantari, & Rosyad/ https://doi.org/10.58439/ipk.v1i1.2 5


5
Informasi dan promosi kesehatan-Volume 01 Nomor 01 Tahun (2022) ISSN (Print) 2963-5381| ISSN (Online) 2963-5411

REFERENCES Dinas Kesehatan.(2017). Profil Kesehatan


Kabupaten/Kota se-DIY. Yogyakarta: Dinas
Bandura, A. (2010). Self Efficacy – The Exercise of
Kesehatan D.I. Yogyakarta
Control (Fifth Printing,. 2002). New York:
Djoerban Z, Djauzi S. Buku ajar ilmu penyakit
W.H. Freeman & Company.
dalam. In Setiati S, editor. HIV di Indonesia.
Baratawidjaja K, Rengganis I. (2009).Imunologi
Edisi ke-3. Jakarta: Interna Publishing;
Dasar, Edisi Kedelapan. Jakarta: Balai
2014: 889-933
Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.
Dr. Nursalam.2006.Asuhan Keperawatan pada
Bart, Smet. (1994). Psikologi Kesehatan. PT.
Pasien dengan Gangguan
Gramedia Widiasarna Indonesia : Jakarta.
Sistem.Perkemihan.Jakarta : Salembar
Brooks, G.F., Janet, S.B., Stephen A.M. 2005.
Medika
Jawetz, Melnick and Adelbergs,
Fauci, A.S. & Lane, H.C., 2000.Penyakit Human
Mikrobiologi Kedokteran (Medical
Immunodeficiency Virus (HIV): AIDS dan
Microbiology) Buku I, Alih Bahasa oleh
Penyakit Terkait. Dalam : Asdie, A.H., ed.
Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E.B.,
Harrison. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit
Mertaniasih, N.M., Harsono, S., dan
Dalam Volume 4. Jakarta: Penerbit Buku
Alimsardjono, L. Jakarta : Salemba Medika.
Kedokteran EGC.
pp. 317-25, 358-60.
Fauci AS and Lane HC. (2008). Human
Carter, M. (2008).Pasien Berusia 30-an Tahun
Immunodeficiency Virus disease: AIDS and
Waktu Terinfeksi HIV Memiliki Tanggapan
related disorders. In: Kasper DL, Fauci AS,
yang Terbaik terhadap ART. Jakarta: Spiritia
Longo DL, Braunwald E, Hauser SL,
Centers for Disease Control and Prevention (CDC),
Jameson JL (eds). Harrison’s Principles of
2013, Guideline for the Prevention and
Internal Medicine Volume 1. 17th Edition.
Treatment of Oportunistic Infections in HIV-
New York: Mc Graw Hill Companies. 2008;
Infected Adultsband Adolescents,
1076-98.
http://aidsinfo.nih.gov/contentfiles/adult_oi.
Fauziah. J., & S, Endang. (2012). Hubungan
pdf, diakses pada tanggal 21 Mei 2019.
Antara Efikasi Diri dengan Perilaku Mencari
Cintia (2015), Hubungan Efikasi Diri Dengan
Pengobatan pada Penderita Kanker
Kepatuhan Pengelolaan Diabetes Melitus
Payudara di RSUD Ibnu Sina Gresik.
Tipe 2 Di Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro
(online),
Klaten.Skripsi.Universitas Gadjah Mada
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jpkk8e2f
DeKler, E. (2001). Assesment in Behavioral
a0b37ffull.pdf (diakses tanggal 21 Mei
Medicine. New York : Brunner Routledge.
2019).
Departemen KesehatanRI. (2009). Pedoman
Feist, Jess dan Gregory J. Feist.(2010). Teori
Pelayanan Antenatal di Tingkat. Pelayanan
Kepribadian. Jakarta: Selemba.
Dasar. Jakarta: DepkesRI.
Gay, L. R. dan Diehl, P. L., 1992, Research
Methods for Business and Management,
MacMilan Publishing Company, New York.

Kogopa, Priyantari, & Rosyad/ https://doi.org/10.58439/ipk.v1i1.2 6


6
Informasi dan promosi kesehatan-Volume 01 Nomor 01 Tahun (2022) ISSN (Print) 2963-5381| ISSN (Online) 2963-5411

Gough, A. Dan Garry Kaufman (2011). Pulmonary adherence. Med Care, 24, 67–74.
Tuberculosis : clinical features and patient Nana Syaodih Sukmadinata.(2010). Metode
management . nursing standard. July 27: Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
vol25, no 47, page 48-56 Remaja Rosdakarya.
Hardiyatmi.(2016). Hubungan dukungan sosial Niven, Neil. (2002). Psikologi Kesehatan
dengan kepatuhan program Keperawatan Pengantar untuk Perawatdan
pengobatan.http://www.google.co.id/url?sa Profesional Kesehatan lain. Jakarta: EGC.
=t&source=web&rct=j&url=http://www.dig Notoatmodjo, Soekidjo. (2003).Pendidikan Dan
ilib.stikeskusumahusada.ac.id diakses 21 Perilaku Kesehatan.Rineka.Cipta. Jakarta.
Mei 2019. Oddy, W. H., Sly, P. D., de Klerk, N. H., Landau,
Hendiani N, Sakti H, Widayanti CG. 2014. L. I., Kendall, G. E., Holt, P. G. & Stanley,
Hubungan antara persepsi dukungan F. J. (2003) Breast feeding and respiratory
keluarga sebagai pengawas minum obat dan morbidity in infancy: a birth cohort study.
efikasi diri penderita tuberkolosis di BKPM Arch Dis Child, 88224-228.
Semarang. Jurnal Psikologi Undip. Rosyad, Y. S., Malini, H., & Sarfika, R. (2019).
13(1):82–91. Validity and reliability of the Indonesia
Johnson, M. O., Neilands, T. B., Dilworth, S. E., version of HIV treatment adherence self-
Morin, S. F., Remien, R. H., & Chesney, M. efficacy scale (HIV-ASES) in men who have
A. (2007). The role of self-efficacy in HIV sex with men in West Sumatra. Indian
treatment adherence: Validation of the HIV Journal of Public Health Research and
Treatment Adherence Self-Efficacy Scale Development, 10(10), 1329–1332.
(HIV-ASES). Journal of Behavioral https://doi.org/10.5958/0976-
Medicine, 30(5), 359–370. 5506.2019.03018.3
https://doi.org/10.1007/s10865-007-9118-3 Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kara, M., & Alberto, J. (2006).Family support, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
perceived self-efficacy and self-care Sugiyono.(2016).Metode Penelitian Kuantitatif
behaviour of Turkish patients with chronic Kualitataif dan Kombinasi
obstructive pulmonary disease.Journal of (Mixed.Methods). Bandung: Alfabeta
clinical nursing. http://web. ebscohost. Umar Zein, dkk. (2007). 111 Pertanyaan seputar
com/ehost /pdfviewer/pdfvie . HIV/AIDS yang perlu anda ketahui. Medan:
KPA (2010) Situasi HIV dan AIDS di Indonesia. USU press.
Available: www.aidsina.or.id . diakses 21 Warsito.(2004). Hubungan antara self-efficacy
mei 2019 dengan penyesuaian akademik dan prestasi
Mandal, B. K (et al). 2008. Lecture Note Penyakit akademik.Jurnal Psikologi, 14(2), hal. 92 –
Infeksi. Erlangga. Jakarta. 109
Morisky, D. E., Green, L. W., & Levine, D. M. Widoyono. (2011). Penyakit Tropis :Epidemiologi,
(1986). Concurrent and Predictive validity of Penularan, Pencegahan, dan.
a self-reported measure of medication Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga

Kogopa, Priyantari, & Rosyad/ https://doi.org/10.58439/ipk.v1i1.2 7


7
Informasi dan promosi kesehatan-Volume 01 Nomor 01 Tahun (2022) ISSN (Print) 2963-5381| ISSN (Online) 2963-5411

Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi).


Refilan Aditama : Bandung.
Yulianto & Mutmainah (2013), Pengaruh
Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien
Tuberkulosis Terhadap Keberhasilan Terapi
Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
Di Surakarta Tahun 2013. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yunihastuti E, Djauzi S, Djoerban Z, (2005),
Infeksi oportunistik AIDS. Jakarta: Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia.

Kogopa, Priyantari, & Rosyad/ https://doi.org/10.58439/ipk.v1i1.2 8


8

Anda mungkin juga menyukai