Anda di halaman 1dari 8

hubungan pengetahuan perawat tentang hiv/aids dengan peninzgkatan perilaku pencegahan penularan hiv/aids

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG HIV/AIDS DENGAN


PENINGKATAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS
DARI PASIEN KEPADA PERAWAT RSUD KARAWANG

Uun Nurjanah1

ABSTRACT
The study aims to obtain of "Relations Nurse Knowledge About HIV / AIDS Prevention Behavior
with Improved Transmission of HIV / AIDS from patients to nurses in RSUD Karawang using
analytic designs with cross-sectional approach. Samples taken are 56 nurse respondents,
statistical tests used were Chi Square and is results obtained. P value <0.05 is 0.022 which shows
no relationship between level of knowledge of nurses with increase in behavioral prevention of HIV
/ AIDS, the OR 3.987 means that the respondents had high knowledge of 3.987 times the chance
behave better in the prevention of HIV / AIDS compared with respondents who are knowledgeable
or low. Recommendations for nurses are strongly advised to increase understanding of HIV / AIDS
prevention and behavior of patients to nurses with universal precautions Precaution to avoid the
transmission of HIV / AIDS.

KeyWord : Knowledge, prevention behavior, HIV/ AIDS

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai “Hubungan Pengetahuan
Perawat Tentang HIV/AIDS dengan Peningkatan Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS dari
Pasien ke Perawat di RSUD Karawang menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan
cross sectional. Sampel yang diambil adalah perawat pelaksana sebanyak 56 responden, uji
statistik yang digunakan adalah Uji Chi Square dengan hasil yang didapat adalah P value < 0,05
yaitu 0,022 yang menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan
peningkatan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS, nilai OR 3,987 artinya responden yang
pengetahuannya tinggi mempunyai peluang sebesar 3,987 kali untuk berperilaku lebih baik dalam
melakukan pencegahan penularan HIV/AIDS dibandingkan dengan responden yang
berpengetahuan sedang atau rendah. Rekomendasi bagi perawat sangat disarankan untuk
meningkatkan pemahaman tentang HIV/AIDS dan perilaku pencegahan penularan dari pasien ke
perawat melalui kewaspadaan universal precaution sehingga terhindar dari penularan penyakit
HIV/AIDS.

Kata kunci : Pengetahuan, perilaku pencegahan, HIV/AIDS

A. PENDAHULUAN
AIDS (Acquired Immune Deficiency yang nyata hingga keadaan imunosupresi
Syndrome) merupakan bentuk terparah yang berat berkaitan dengan berbagai
dalam tingkatan penyakit yang disebabkan infeksi yang dapat membawa kematian dan
oleh infeksi Human Imunodeficiency Virus dengan kelainan malignitas yang jarang
(HIV) . HIV termasuk dalam sebuah terjadi (Brunner & Suddart, 2003)
kelompok retrovirus yang membawa
material genetiknya di dalam RNA. Virus Kasus AIDS pertama dilaporkan pada
ini menyerang daya tahan tubuh manusia tahun 1981 oleh pusat pengawasan
sehingga system kekebalan manusia dapat penyakit Amerika Serikat ( U.S. Centers
menurun tajam bahkan hingga tidak For Disease Control). Penyakit HIV/AIDS
berfungsi sama sekali. Manifestasi infeksi berkembang sangat cepat, diprediksikan
HIV berkisar mulai dari kelainan ringan tahun 2000 lalu terdapat 40 juta orang akan
dalam respons imun tanpa tanda dan gejala terinfeksi HIV/AIDS di seluruh dunia

1 Volume 02 No. 01 Juni 2012 – November 2012


hubungan pengetahuan perawat tentang hiv/aids dengan peninzgkatan perilaku pencegahan penularan hiv/aids

(Borrong, 2006). Kasus HIV/AIDS muncul pelayanan kesehatan seperti rumah sakit
di Indonesia pada tahun 1987 di Bali. Akan dimana perawat menjadi ujung tombak
tetapi, penyebaran HIV di Indonesia pelayanannya. Perawat sangat berperan
meningkat setelah tahun 2005. Hal ini dalam perawatan pasien HIV/AIDS. Ketika
dapat dilihat pada tes penapisan donor tidak ada terapi medis lagi yang dapat
darah yang positif HIV meningkat dari 3 diberikan pada pasien perawat masih tetap
per 100.000 kantong pada tahun 1994 melakukan berbagai tindakan yang dapat
menjadi 4 per 100.000 kantong pada tahun diberikan kepada pasien (Long dalam
1998 dan kemudian menjadi 16 per Priharjo, 2006). Interaksi antara perawat
100.000 kantong pada tahun 2000. dengan pasien yang intensif membuat
Peningkatan ini 5 kali lebih tinggi dalam perawat menghadapi kemungkinan infeksi
waktu 6 tahun. (Depkes, 2003). Hasil penularan dari pasien. Salah satu cara
penelitian (Depkes pada tahun 2005) untuk mencegah terjadinya penularan
bahwa penderita HIV karena jarum suntik adalah dengan menerapkan perilaku
menduduki posisi teratas (Badan Narkotika pencegahan. Peran perawat dalam
Nasional) memperkirakan pada tahun 2002 perawatan pasien HIV/AIDS salah satunya
ada 11.000 orang mengidap HIV positif adalah dengan menerapkan kewaspadaan
dan yang lebih mengejutkan lagi mereka universal untuk mencegah penularan
memperkirakan pada th 2005 terdapat HIV/AIDS pada perawat, petugas
570.000 pengguna narkoba suntik dimana kesehatan yang lain dan klien. (Nursalam
80% mereka diperkirakan HIV positif. dan Kurniawati, 2007).
Berdasarkan laporan Kementrian
Kesehatan per Desember 2010, jumlah Sebelum ditemukan vaksin yang efektif,
penderita HIV/AIDS di Jawa Barat pencegahan penularan HIV dengan cara
sebanyak 3.728 orang dan yang meninggal menghilangkan atau mengurangi perilaku
dunia sebanyak 665 orang dan menduduki beresiko merupakan tindakan yang sangat
peringkat ke tiga nasional setelah DKI penting. Upaya pencegahan primer melalui
Jakarta dan Jawa Timur. Bahkan program pendidikan yang efektif amat
diperkirakan jumlah sebenarnya jauh lebih penting untuk pengendalian dan
tinggi dari angka tersebut. pencegahan. Penyakit AIDS tidak
ditularkan lewat kontak secara kebetulan.
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Bagi kepentingan kesehatan masyarakat,
Karawang pada tahun 2010 penderita The Centers for Dessease Control and
HIV/AIDS sebanyak 213 orang dan Prevention (CDC) dan Ikatan Dokter di
menempati urutan kelima di Jawa Barat. Amerika Serikat telah mempublikasik-an
Sementara itu di RSUD Karawang, beberapa rekomendasi untuk mencegah
berdasarkan data dari Poli Alternatif pada penularan HIV. Pedoman ini berlaku bagi
bulan September 2010 jumlah kumulatif semua petugas kesehatan dalam segala
orang yang pernah masuk perawatan HIV situasi di samping bagi keluarga dan teman
sampai dengan September adalah 35 orang penderita yang melaksanakan perawatan di
laki-laki dewasa, 33 perempuan dewasa, 9 rumah. Pedoman yang berjudul universal
anak < 14 tahun total 77 orang. Jumlah Blood and Body Fluid Precaution,
kumulatif yang dilaporkan meninggal dimaksudkan untuk mencegah pajanan
dunia sampai dengan akhir bulan Juli 25 (kontak) parenteral, membrane mukosa,
orang, jumlah kumulatif orang dengan Anti dan kulit yang tidak utuh dari petugas
RetroVirus (ART) sampai dengan akhir ini kesehatan terhadap mikroorganisme
24 orang, hal ini menunjukan bahwa pathogen dari semua penderita tanpa
jumlah kasus HIV di RSUD Karawang mempedulikan status HIV mereka,
meningkat. Berdasarkan WHO, 1 terinfeksi sehingga mengurangi resiko penularan
maka sekelilingnya ada 100 penderita yang penyakit kepada pasien serta petugas
kemungkinan terkena HIV/AIDS. kesehatan (Brunner & Suddarth, 2003).
Perilaku dan tindakan perawat dapat
Penurunan sistem kekebalan tubuh pada dipengaruhi oleh beberapa factor, salah
pasien HIV/AIDS membuat mereka satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan
memerlukan penanganan di pusat merupakan domain yang sangat penting

2 Volume 02 No. 01 Juni 2012 – November 2012


hubungan pengetahuan perawat tentang hiv/aids dengan peninzgkatan perilaku pencegahan penularan hiv/aids

dalam membentuk perilaku seseorang. peningkatan pengetahuan dapat digunakan


Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan sebagai salah satu cara untuk
piker dalam menumbuhkan kepercayaan meningkatkan kualitas penerapan perilaku
diri maupun dorongan sikap dan perilaku, pencegahan. Jika kualitas penerapan
sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku pencegahan dapat ditingkatkan,
pengetahuan merupakan stimulus terhadap maka jumlah kasus penularan HIV/AIDS
tindakan seseoarang. Disamping itu akan dapat ditekan. Cara ini akan lebih
perilaku yang dalam pembentukannya efektif daripada skrining karena sangat
didasari oleh pengetahuan akan bersifat tidak mungkin melakukan tes HIV/AIDS
langgeng. (Notoatmodjo, 2007). Hubungan kepada seluruh pasien mengingat tingginya
antara tingkat pengetahuan dengan biaya reagen yang digunakan didalam tes
perilaku pencegahan ini perlu untuk ini dan adanya window period pada
diketahui karena jika memang benar ada stadium perkembangan penyakit HIV
hubungan diantara keduanya, maka (Yayasan Spiritia, 2004).

B. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian probability sampling dengan cara
analitik dengan menggunakan pendekatan purposive sampling yaitu suatu tehnik
cross sectional. Adapun cross sectional penetapan sampel dengan cara memilih
adalah penelitian yang dilakukan pada satu sampel diantara populasi sesuai dengan
waktu dan satu kali, tidak ada follow yang dikehendaki peneliti, sehingga
up, dimana data variabel independen dan sampel tersebut dapat mewakili
variabel dependen akan dikumpulkan karakteristik populasi yang telah dikenal
dalam waktu bersamaan dan sebelumnya. (Nursalam, 2003). Sampel
pengukurannya dilakukan pada satu saat, yang akan disertakan dalam penelitian ini
hal ini bertujuan untuk mencari hubungan berjumlah 50 orang yang memenuhi
antara variabel independen (faktor resiko) kriteria inklusi sebagai berikut ;
dengan variabel dependen (efek) a. Perawat ruangan yang berada di ruang
(Nursalam, 2003) infeksius yang dilalui atau merawat pasien
HIV/AIDS yaitu perawat UGD, Ruangan
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Rengasdengklok, Cikampek.
perawat Ruang Rawat Inap RSUD b. Tidak sedang libur atau cuti pada saat
Karawang. Pengambilan sampel dalam penelitian
penelitian ini digunakan tehnik non c. Bersedia menjadi responden.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSUD Karawang Tahun 2011
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase ( % )
Umur
Dewasa muda 20-40 thn 32 57,1 %
Dewasa pertengahan 40-65 thn 24 42,9 %
Jenis kelamin
Laki-laki 30 53,6 %
Perempuan 26 46,4 %
Pendidikan
SPK 1 1,8%
Diploma III 50 89,3%
Pendidikan Tinggi (S1) 4 7,1%
Pendidikan Tinggi (S2) 1 1,8%
Total 56 100 %
usia produktif kerja yaitu dewasa muda 20-40
Karakteristik responden berdasarkan umur tahun sebanyak 32 orang (57,1 %), dewasa
menunjukkan bahwa responden terbanyak pada pertengahan 40-65 tahun sebanyak 24 orang

3 Volume 02 No. 01 Juni 2012 – November 2012


hubungan pengetahuan perawat tentang hiv/aids dengan peninzgkatan perilaku pencegahan penularan hiv/aids

(42,9%). Hal ini sesuai dengan yang laki-laki sebanyak 30 orang (53,6%) dan
diungkapkan Brunner dan Suddarth (2001), perempuan sebanyak 26 orang (46,4%).
bahwa dengan bertambahnya usia maka Sedangkan berdasarkan pendidikan responden,
bertambah pula pengalaman yang dilalui oleh terbayak mempunyai pendidikan D III
seseorang, baik pengalaman yang Keperawatan sebanyak 43 orang (76,8%) dan
menyenangkan mengenal manfaat suatu sisanya ada yang berpendidikan S1 dan S2.. Hal
perilaku tertentu akan dapat menambah ini sesuai dengan yang diungkapkan
semangat untuk dapat melakukan tindakan yang Notoatmodjo (2003), bahwa Pendidikan dapat
sama. menambah wawasan atau pengetahuan,
seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan
Sedangkan berdasarkan jenis kelamin memiliki pengetahuan lebih luas dibandingkan
menunjukkan responden paling banyak yaitu pendidikan lebih rendah.
Pengetahuan perawat tentang HIV/AIDS Distribusi Frekuensi perilaku pencegahan
Tabel 2. penularan HIV/AIDS di RSUD Karawang
Distribusi Frekuensi pengetahuan perawat Periode Maret-April 2011
tentang HIV/AIDS di RSUD Karawang Perilaku Frekuensi (%)
Periode Maret-April 2011 Pencegahan
Pengetahuan Frekuensi (%) Baik 38 67,9%
Pasien Kurang Baik 18 32,1%
Baik 36 64,3% Total 56 100%
Kurang Baik 20 35,7% Pada tabel diatas distribusi frekuensi
Total 56 100% berdasarkan perilaku pencegahan HIV/AIDS,
Pada tabel diatas menunjukkan perawat yang yang masuk dalam kategori berperilaku baik
memiliki pengetahuan baik ada 36 orang sebanyak 38 orang (67,9%) dan yang kategori
(64,2%) dan perawat yang memiliki kurang baik sebanyak 18 orang (32,1%). Dari
pengetahuan kurang baik ada 20 orang (35,7%). data tersebut menunjukkan hasil bahwa perilaku
Dari data tersebut menunjukkan hasil bahwa pencegahan HIV/AIDS perawat di RSUD
tingkat pengetahuan perawat di RSUD Karawang sebagian besar baik. Masih adanya
Karawang mengenai HIV/AIDS sebagian besar perawat yang berperilaku kurang baik
mempunyai pengetahuan yang baik. Masih disebabkan kurangnya pengetahuan perawat
adanya perawat yang mempunyai pengetahuan tentang HIV/AIDS dan kurangnya komunikasi
kurang disebabkan masa kerja perawat yang yang baik antara perawat dengan pasien. Akibat
singkat dan belum pernah mendapatkan perilaku yang kurang baik tentang pencegahan
pelatihan infeksi nosokomial tentang penularan HIV/AIDS bisa menyebabkan
HIV/AIDS serta pengalaman dalam pelayanan rumah sakit menjadi kurang baik dan
menghadapi pasien HIV/AIDS yang masih juga bisa menyebabkan tertularnya penyakit
kurang. HIV/AIDS. Untuk itu pihak instansi rumah
sakit perlu mengadakan pendidikan dan
Akibat kurangnya pengetahuan perawat tentang pelatihan tentang perilaku pencegahan
HIV/AIDS bisa menyebabkan tertularnya HIV/AIDS dan juga pendidikan dan pelatihan
penyakit HIV/AIDS dari pasien ke perawat tentang Customer Satisfaction. Sosialisasi
ataupun ke pasien lainnya. Untuk itu perlunya tentang Universal Precaution juga perlu
pihak instansi RSUD Karawang mengadakan dilakukan kepada perawat.
pendidikan dan pelatihan infeksi nosokomial
dan HIV/AIDS terutama untuk perawat baru Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor
sehingga pemahaman tentang HIV/AIDS yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari
melalui kewaspadaan universal precaution bahwa interaksi tersebut amat kompleks
lebih meningkat. sehingga kadang-kadang kita tidak sempat
memikirkan penyebab seseorang menerap-kan
perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk
dapat menelaah alasan dibalik perilaku
Perilaku pencegahan individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku
Tabel 3. tersebut. (Antonius, 2010). Determinan perilaku
dapat dibedakan menjadi dua yaitu : Faktor

4 Volume 02 No. 01 Juni 2012 – November 2012


hubungan pengetahuan perawat tentang hiv/aids dengan peninzgkatan perilaku pencegahan penularan hiv/aids

internal yaitu karakteristik orang yang Substansi Tubuh), digunakan oleh beberapa
bersangkutan yang bersifat given atau bawaan lembaga di Amerika Serikat sebagai pilihan
misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat alternative untuk Universal Blood and Body
emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. Fluid Precautions (Tindakan Penjagaan
Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik Universal untuk Darah dan Cairan Tubuh).
lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan System ini menawarkan strategi pengisolasian
sebagainya. Faktor lingkungan ini sering yang lebih luas untuk mengurangi risiko
menjadi faktor yang dominanyang mewarnai penularan penyakit kepada pasien serta petugas
perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007) kesehatan, dan membuat petugas kesehatan
tidak perlu mengenali jenis cairan tubuh.
Bagi kepentingan kesehaan masyarakat, Ikatan (Brunner dan Suddarth`s, 2002).
Dokter di Amerika Serikat telah
mempublikasikan beberapa rekomendasi untuk Semua tenaga kesehatan harus menggunakan
mencegah penularan HIV. Pedoman ini berlaku pelindung saat kontak dengan darah atau cairan
bagi semua petugas kesehatan dalam segala tubuh yang berbahaya baik dengan
situasi di samping bagi keluarga dan teman menggunakan sarung tangan, masker, apron,
penderita yang melaksanakan perawatan di kacamata pelindung dan lain sebagainya. Selain
rumah. Pedoman ini dimaksudkan untuk itu semua tenaga medis harus menghindari
mencegah pajanan (kontak) parenteral, tindakan-tindakan yang rentan terhadap
membrane mukosa dan kulit yang tidak utuh kemungkinan cedera perkutan saat
dari petugas kesehatan terhadap menggunakan instrumen-instrumen tajam, baik
mikroorganisme pathogen dari semua penderita saat persiapan, melakukan prosedur tindakan,
tanpa mempedulikan status HIV mereka. setelah tindakan sampai proses
Meskipun HIV pernah diisolasi dari semua tipe pembuangannya. Tangan dan semua permukaan
cairan tubuh, namun risiko penularan pada kulit yang terkontaminasi harus segera dicuci
petugas kesehatan dari feses, sekret hidung, dengan air mengalir dan sabun. Akibat perilaku
sputum, keringat, air susu ibu, air mata, urin yang kurang baik tentang pencegahan penularan
dan muntahan adalah lebih kecil, kecuali jika HIV/AIDS bisa menyebabkan pelayanan rumah
caitan inmengandung darah yang nyata. sakit menjadi kurang baik dan juga bisa
Dianjurkan agar tindakan kewaspadaan menyebabkan tertularnya penyakit HIV/AIDS.
universal diterapkan pada darah cairan Untuk itu pihak instansi rumah sakit perlu
serebrospinal, synovial, pleural, peritoneal, mengadakan pendidikan dan pelatihan tentang
pericardial, amnion dan vaginal dan semen. perilaku pencegahan HIV/AIDS dan juga
Dalam keadaan darurat ketika tipe-tipe cairan pendidikan dan pelatihan tentang Customer
tersebut sulit dibedakan, semua cairan tubuh Satisfaction. Sosialisasi tentang Universal
harus dianggap berpotensi membahayakan Precaution juga perlu dilakukan kepada
kesehatan. perawat.
Sistem isolasi lainnya, yaitu Body Substance
Isolation System (Sistem Pengisolasian

Hubungan Pengetahuan dengan Peningkatan Perilaku Perawat dalam Pencegahan


Penularan HIV/AIDS
Tabel 4. Hubungan Pengetahuan dengan PeningkatanPerilaku perawat dalam Pencegahan
penularan HIV/AIDS di RSUD Karawang Periode Maret-April 2011
Perilaku Pencegahan
Total P
Kurang
Variabel Kategori Baik OR 95% CI Valu
Baik
e
n % n % n %
3 86,1 3 100
Baik 5 13,9%
Pengetahu 1 % 6 % 11,51 3,083 – 0,00
an Kurang 35,0 2 100 4 43,006 0
7 13 65,0%
Baik % 0 %
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat baik sebanyak 31 orang (86,1%), dan yang
pengetahuan baik yang dinyatakan berperilaku dinyatakan berperilaku kurang baik ada 5 orang

5 Volume 02 No. 01 Juni 2012 – November 2012


hubungan pengetahuan perawat tentang hiv/aids dengan peninzgkatan perilaku pencegahan penularan hiv/aids

(13,9%). Untuk pengetahuan kurang baik yang dorongan sikap dan perilaku, sehingga dapat
dinyatakan berperilaku baik sebanyak 7 orang dikatakan bahwa pengetahuan merupakan
(35,0%) dan yang berperilaku kurang sebanyak stimuli terhadap tindakan seseorang. Disamping
13 orang (65,0%). Tabel uji chi-square diatas itu, perilaku yang dalam pembentukannya
menunjukkan bahwa nilai p value pengetahuan didasari oleh pengetahuan akan bersifat
adalah 0,000 < 0,05. Dengan demikian ho langgeng (Notoatmodjo, 2007). Maka
ditolak, karena nilai p lebih kecil dari 0.05, peningkatan pengetahuan dapat disarankan
secara statistik dapat disimpulkan bahwa ada sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
hubungan antara pengetahuan dengan perilaku kualitas penerapan perilaku pencegahan
pencegahan. Nilai OR (Odds Ratio) didapatkan penularan HIV/AIDS. Jika kualitas penerapan
sebesar 11,514 artinya responden yang perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS
pengetahuannya baik mempunyai peluang dapat ditingkatkan, maka jumlah kasus
sebesar 11,514 kali lebih berperilaku penularan HIV/AIDS akan dapat ditekan. Cara
melakukan pencegahan yang baik dalam ini akan lebih efektif dari pada skrining karena
pencegahan HIV/AIDS dibandingkan dengan sangat tidak mungkin melakukan tes HIV pada
responden yang berpengetahuan kurang baik. seluruh klien mengingat tingginys biaya reagen
yang digunakan di dalam tes ini dan adanya
Penelitian tentang perilaku dari Rogers yang window period pada stadium perkembangan
dikutip oleh Notoatmodjo (2004) mengatakan penyakit HIV. (Yayasan Spiritia, 2004 ). Hasil
bahwa pengetahuan/kognitif merupakan domain penelitian ini sesuai dengan apa yang
yang sangat penting untuk terbentuknya diungkapkan oleh Van Hoozer (1986, dikutip
tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang oleh Ghana Syakira, 2009), yang menyatakan
didasari oleh pengetahuan dan sikap yang bahwa pengetahuan merupakan domain kognitif
positif perilaku tersebut akan berlangsung yang paling rendah atau didefinisikan sebagai
langgeng. Perilaku dan tindakan perawat dapat proses mengingat informasi yang telah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah dipelajari. Pengetahuan merupakan dasar dari
satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan domain-domain selanjutnya, jadi
merupakan domain yang sangat penting dalam pengetahuan/kognitif merupakan domain yang
membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan sangat penting untuk terbentuknya tindakan
diperlukan sebagai dorongan pikir dalam atau perilaku seseorang.
menumbuhkan keprcayaan diri maupun

SIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan Ada hubungan bermakna antara tingkat
bahwa : Tingkat pengetahuan perawat pengetahuan perawat tentang HIV/AIDS
mengenai HIV/AIDS sebagian besar dengan perilaku pencegahan HIV dari pasien
mempunyai tingkat pengetahuan yang baik ke perawat di Rumah Sakit Umum Daerah
(64,2%) dan perilaku perawat dalam Karawang, dengan hasil uji chi square
pencegahan HIV/AIDS dari pasien ke perawat didapatkan nilai p value adalah 0,000 < 0,05
sebagian besar mempunyai perilaku pencegahan dan nilai OR sebesar 11,514 yang berarti
yang baikf(67,9%). pengetahuan tinggi mempunyai peluang 11,514
kali untuk berperilaku baik dalam pencegahan
penularan HIV dari pasien ke perawat.

SARAN
Untuk responden (perawat) agar meningkatkan SOP (Standar Operasional Prosedur) mengenai
pemahaman tentang HIV/AIDS dan perilaku penanganan terhadap pasien yang sudah
pencegahan penularan dari pasien ke perawat dinyatakan suspect maupun positif HIV/AIDS
melalui kewaspadaan universal precaution serta yang disertai dengan adanya format cek list
meningkatkan mutu pemberian Asuhan sehingga ada standar baku dalam penanganan
Keperawatan pada pasien penderita HIV/AIDS terhadap pasien HIV/AIDS untuk menghindari
dengan diadakannya pelatihan mengenai resiko menularnya ke pasien lain atau tenaga
penyakit HIV/AIDS, penanganan dan kesehatan.
penularannya kepada semua tenaga kesehatan,
terutama tenaga baru. Serta perlu dibuatkannya

6 Volume 02 No. 01 Juni 2012 – November 2012


hubungan pengetahuan perawat tentang hiv/aids dengan peninzgkatan perilaku pencegahan penularan hiv/aids

Bagi Peneliti Selanjutnya bisa dijadikan pengetahuan dan perilaku pencegahan


panduan untuk penelitian lain yang HIV/AIDS seperti lingkungan, motivasi dan
berhubungan dengan HIV/AIDS dengan faktor- sosial budaya
faktor lain yang berhubungan dengan

DAFTAR PUSTAKA
Borrong (2006). Etika Seksual Kontemporer. .(2003) .Ilmu Kesehatan
Bandung : Ink Media Masyarakat Jakarta. PT Rineka
Brunner & Suddart ( 2002 ).Buku Ajar Cipta.
Keperawatan Medikal Bedah , Edisi .(2007). Promosi
8 vol III, Editor Suzanne C. Kesehatan: Teori dan Aplikasi.
Smeltzer, Brenda G. Bare. Jakarta: Jakarta. PT Rineka Cipta.
EGC Nursalam & Kurniawati, (2007). Asuhan
Departemen Kesehatan RI (1997). Aids dan Keperawatan pada Pasien
Penanggulangannya. Jakarta: Terinfeksi HIV/AIDS . Jakarta :
Direktorat Jenderal Pemberantasan Salemba Medika.
Penyakit Menular & Penyehatan Nursalam. (2008) . Konsep dan Penerapan
Lingkungan Depkes RI Metodologi Penelitian Ilmu
(2003). Keperawatan. Jakarta : Salemba
Pedoman Nasional Perawatan, Medika
Dukungan dan Pengobatan bagi Priharjo, Robert. (2006). Pengkajian Fisik
ODHA. Jakarta: Direktorat Jenderal Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC
Pemberantasan Penyakit Menular & Smeltzer & Bare (2002), Keperawatan
Penyehatan Lingkungan Depkes RI Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
(2005). Srikandi K, (1997). Pengantar Statistika.
AIDS dan Penanggulangannya. Surabaya. Citra Medis.
Jakarta: Pusat Tenaga Kesehatan Sugiyono, (2006).Metode Penelitian
Bekerjasama dengan The Ford Administrasi. Bandung. Alfabeta
Foundation Suryabrata,S. (1998) .Metodologi Penelitian.
Doenges, ME (2000). Rencana asuhan Jakarta. PT Radja Grafindo Persada
keperawatan: Pedoman untuk Syakira, Ghana. (2009). Konsep Perilaku.
perencanaan dan pendokumentasian Diambil dari http://syakira-
perawatan pasien (Edisi 3). Jakarta. blog.blogspot.com/2009/01/konsep-
Penerbit Buku Kedokteran EGC. perilaku.html pada tanggal 20 Juni
Dubin J. (2004) HIV infection and AIDS. E- 2010.
Medicine Journals. Diambil dari Tim Penerjemah EGG, (1996), Kamus
www.emedicine.com pada tanggal 1 Kedokteran Dorland ,Jakarta.
April 2011 Penerbit Buku Kedoteran EGC.
Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang Yayasan Spiritia. (2004). Buku Penanganan
(2011). Program Penanggulangan HIV/AIDS. Jakarta : ANCP-US
HIV/AIDS dan TBC. Diambil dari
http://karawangkab.
go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id
=751 pada tanggal 1 April 2011.
Kementrian Kesehatan RI (2011). Laporan
Perkembangan HIV/AIDS di
Indonesia sampai dengan Desember
2010. Jakarta : Direktorat Jenderal
PengendalianPenyakit & Penyehatan
Lingkungan Kemkes RI
Notoatmodjo, S . (2002) .Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta. PT
Rineka Cipta

7 Volume 02 No. 01 Juni 2012 – November 2012


hubungan pengetahuan perawat tentang hiv/aids dengan peninzgkatan perilaku pencegahan penularan hiv/aids

8 Volume 02 No. 01 Juni 2012 – November 2012

Anda mungkin juga menyukai