Anda di halaman 1dari 29

Instrumen Skrining,

Intervensi dan Terapi Singkat


Pengertian Skrining

Suatu proses untuk


mengidentifikasi perilaku
penggunaan Napza pada
individu
Tujuan skrining

Identifikasi
Terdeteksi
individu yang
keterlibatan
tampak Asesmen
dengan
mempunyai
penggunaan apza
masalah Napa
Bagan Pengelompokan Risiko
Skrining
Instrumen skrining (1)

Contoh instrumen yang terstandardisasi :

1. DAST

2. AUDIT

3. CAGE

4. ASSIST
Instrumen Skrining (2)
DAST : Drug Abuse Screening Test,
⚫ terdiri dari 10 pertanyaan.

⚫ dapat diisi sendiri oleh klien,

⚫ klien dewasa dan memiliki sensitivitas yang cukup baik.

🡪Artinya, dapat mendeteksi penggunaan narkoba yang


dilakukan oleh seseorang sepanjang telah terbina
hubungan yang baik antara konselor – klien, klien
datang secara sukarela ke fasilitas kesehatan serta klien
memiliki kemampuan kognitif dan mental yang
memadai untuk menjawab pertanyaan.
Instrumen Skrining (3)

CAGE :Cut down, Annoyed, Guilty, and Eye opener,


⚫ Terdiri dari 4 pertanyaan yang ada pada instrumen CAGE.

⚫ Populer penggunaannya di puskesmas di Amerika /


Inggris,
⚫ Dapat diisi sendiri oleh klien atau melalui proses
wawancara,
⚫ Untuk orang dewasa atau remaja lebih dari 16 tahun

⚫ Instrumen skrining untuk alkohol yang paling mudah


penggunaannya
Instrumen Skrining (4)

4 Pertanyaan CAGE

⚫ Apakah anda pernah merasa untuk berhenti (Cut down)


minum alkohol?
⚫ Apakah anda merasa jengkel (Annoyed) pada orang yang
mengkritik kebiasaan minum anda?
⚫ Pernahkah anda merasa bersalah (Guilty) atau tidak enak
tentang kebiasaan minum anda?
⚫ Pernahkah anda minum alkohol sebagai pembuka mata
(Eye opener) di pagi hari untuk menstabilkan perasaan
anda atau agar tidak merasa mengambang?
Instrumen Skrining (5)

AUDIT :The Alcohol Use Disorders Identifications Test


⮚ terdiri dari 10 pertanyaan tentang penggunaan
alcohol, perilaku ketergantungan dan masalah-
masalah terkait penggunaan alkohol.
⮚ orang dewasa, remaja atau dewasa muda, termasuk
perempuan.
⮚ Instrumen ini dapat diterapkan dengan metode
wawancara, diisi sendiri oleh klien atau dengan
cara komputerisasi
Instrumen Skrining (6)

ASSIST : Alcohol, Smoking and Substance Involvement Screening


Test .
▪ Kuesioner untuk melakukan skrining cepat keterlibatan
dengan Napza
▪ Mengidentifikasi penggunaan narkoba dari berbagai
kontinum, mulai dari mereka yang menggunakan secara
eksperimental hingga penggunaan yang berisiko dan
berbahaya.
⚫ Tembakau, Alkohol, Kanabis, Kokain, Stimulansia jenis
amfetamin, Sedatif-hipnotik, Halsinogen, Inhalansia, Opioid,
dan Obat-obatan lainnya.
Instrumen Skrining (7)
⚫ Digunakan pada setting layanan kesehatan dasar
⚫ Terdiri dari : 8 pertanyaan
⚫ Kriteria Inklusi

1. Idealnya , seluruh pengunjung puskesmas dilakukan uji


penapisan ASSIST di mulai pada usia remaja.
2. Pasien yang keluhannya menandakan adanya hubungan
dengan narkoba dan zat psikoaktif
3. Pasien dengan kondisi kesehatan yang diperburuk oleh
penggunaan narkoba dan zat
4. Perempuan hamil
Tes Laboratorium Napza
⚫ Specimen biologis seperti darah, urin, cairan oral,
keringat maupun rambut
⚫ Urin merupakan spesimen yang paling sering
digunakan
⚫ Pemeriksaan
⚫ Skrining 🡪 cepat, sensitif, tidak mahal, tingkat presisi
dan akurasi masih diterima, kurang spesifik. Metode
yg sering digunakan imunoassay (strip test/ELISA)
⚫ Konfirmatori 🡪 hasil positif pada skrining dengan
metode GCMS/LCMS, waktu pengerjaan lama, biaya
tinggi, keterampilan tinggi
Durasi Deteksi Obat Dalam Urin
Obat Durasi Deteksi
Amfetamin dan metamfetamin 1-2 hari
Barbiturat 1-3 hari
Benzodiazepin Sampai 21 hari
Kanabinoid Sampai 60 hari
Kokain 1-3 hari
Methadon 1-3 hari
Opiat 1-3 hari

(Lum 2006 dalam Indriati, 2015)


Substansi yang Menyebabkan
Reaksi Silang pada Pemeriksaan
Imunoassay

Jenis Obat Faktor Pengganggu


Opiat Quinolon (levofloxacin, ofloxacin)
Phencyclidine Antidepresan venlafaxine, dextromethorphan,
dyphenhydramin, Ibuprofen
Methadon Antipsikotik atipik quetiapin
THC Antiretroviral efaviren, proton inhibitor (pantoprazole)
Amfetamin Pil diet (clobenzorex), promethazin, i-metamphetamin (otc
nasal inhaler), pseudoephedrin, ranitidin, thioridazin
Benzodiazepin Oxaprozin, sertraline (zoloft)

(Lum 2006 dalam Indriati, 2015)


Intervensi dan Terapi Singkat
Perbedaan Intervensi dan
Terapi Singkat
Intervensi Singkat Terapi Singkat
Tujuan Memotivasi klien Mengakomodasi
dalam menampilkan berbagai isu yang lebih
perilaku khusus luas
Lama sesi 5 menit – 1 jam > 1 jam
Kedalaman asesmen Lebih mendalam
Setting Dimana saja Setting pelayanan
terapi narkoba

Sekalipun terdapat perbedaan, namun pada


prakteknya agak sulit dipisahkan.
Pendekatan keduanya lebih sebagai kontinum
daripada sebagai suatu dikotomi
Mengapa perlu memotivasi
klien?

Meningkatkan partisipasi klien


dalam terapi
Memberikan hasil terapi yang lebih
baik
Tujuan Intervensi Singkat

Tujuan intervensi singkat tergantung pada tahap


pemulihan klien dan kesiapan untuk berubah

Memulai
Bersosialisasi dengan
mengembangkan
Belajar menetapkan orang-orang yang telah
keterampilan atau
jadwal dan prioritas pulih atau belajar untuk
pelatihan bagi mereka
waktu; bersenang-senang tanpa
yang tidak punya
menggunakan narkoba;
pekerjaan/kegiatan;

Belajar menerima
Menghadiri pertemuan kesalahan orang lain dan
AA atau NA; memaafkan orang lain
atau diri sendiri;
Keterampilan Konselor
dalam Intervensi Singkat

Keterampilan
konseling
seperti
mendengar
Sikap Pengetahuan
aktif dan Fokus pada
memahami tentang tahap-
membantu rencana jangka
dan tahap
klien pendek
penerimaan perubahan
melakukan
eksplorasi dan
mengatasi
ambivalensi
Langkah Utama Intervensi Singkat
• Risiko-risiko personal atau hendaya yang
Feedback mungkin dihadapi

• Tanggung jawab klien, bukan konselor


Responsibility
• Diberikan oleh konselor
Advice
• Pilihan terapi atau kelompok tolong diri
Menu diberikan kepada klien

• Digunakan selama proses konseling


Emphatic dilakukan

• Dibangkitkan dalam proses konseling.


Self-efficacy
Intervensi singkat tidak direkomendasikan untuk kondisi dibawah ini :

• Pasien yang kompleks dengan isu-isu masalah


psikologis/psikiatrik
• Pasien dengan ketergantungan berat

• Pasien dengan kemampuan membaca yang rendah

• Pasien dengan kesulitan terkait dengan gangguan fungsi


kognitif

Pada kondisi ini direkomendasikan untuk melakukan


wawancara mendalam.
Integrasi wawancara motivasional
dan perubahan perilaku

Wawancara motivasional berarti memahami tahapan perubahan


perilaku klien pada saat wawancara ini dilakukan dan bagaimana
mendorong mereka untuk mencapai tahapan selanjutnya

Prochaska, Di Clemente, dan Norcross menunjukkan 6 tahapan


perubahan yang akan dilalui oleh individu

Tahapan perubahan perilaku bersifat fleksibel, seringkali ketika


sudah maju pada tahapan selanjutnya kemudian menjadi mundur
ke tahapan sebelumnya
Tahapan perubahan
perilaku
Strategi Memotivasi Sesuai Tahapan
Perubahan
Precontemplation Strategi Memotivasi yang Sesuai
∙ Belum mempertimbangkan ∙ Bina rapport
untuk berubah ∙ Bangkitkan keragu-raguan klien:
- Eksplorasi kejadian yang
∙ Belum mengkhawatirkan
membawa klien berobat
pola penggunaan - Gali persepsi klien tentang
narkobanya masalah yang ada terkait
∙ Tidak mau menerima dan penggunaan narkoba: manfaat &
belum mau tahu risiko kerugian
penggunaannya - Jelaskan informasi faktual
tentang risiko penggunaan
narkoba
- Sediakan umpan balik personal
tentang asesmen yang diperoleh.
- Timbulkan kesenjangan antara
persepsi klien dengan persepsi
orang lain tentang masalah
perilaku narkobanya
Strategi Memotivasi Sesuai
Tahapan Perubahan (2)
Contemplation Strategi Memotivasi yang Sesuai
∙ Klien mengenali dan ∙ Menormalisasi sikap ambivalen.
mempertimbangkan ∙ Bantu klien dengan “tip the
decisional balance scales” untuk
kemungkinan untuk merubah
berubah melalui :
perilaku, namun masih - Hubungkan untung rugi
ambivalen penggunaan narkoba dan
∙ Faktor eksternal lebih menghentikannya.
banyak mendominasi - Kaji nilai-nilai personal klien dan
pemikiran mereka untuk hubungannya dengan perubahan.
berubah - Yakinkan bahwa klien bebas
memilih, bertanggung jawab dan
mampu memberdayakan diri
sendiri untuk berubah.
- Simpulkan pernyataan motivasi diri
Strategi Memotivasi Sesuai
Tahapan Perubahan (4)
Action Strategi Memotivasi yang Sesuai
Klien secara aktif telah ∙ Libatkan klien dalam perencanaan
mengambil satu langkah untuk terapi dan beri dukungan selama
berubah tetapi belum mencapai proses pemulihan
∙ Berangkatlah dari langkah-langkah
kesabilan. kecil tapi realistis
∙ Kenali kesulitan-kesulitan klien pada
tahap awal perubahan
∙ Bantu klien untuk mengenali situasi
risiko tinggi melalui analisis
fungsional dan kembangkan strategi
yang untuk menghadapi situasi
tersebut.
∙ Bantu klien memperoleh penguatan
baru untuk perubahan positif.
∙ Bantu klien untuk mengkaji kekuatan
keluarga dan dukungan sosial.
Strategi Memotivasi Sesuai
Tahapan Perubahan (5)
Maintenance Strategi Memotivasi yang Sesuai
Klien sudah mencapai tujuan ∙ Bantu klien untuk mengidentifikasi
awal seperti abstinensia dan kegiatan yang terkait dengan kondisi
bebas zat
sekarang bekerja untuk dapat
∙ Dukung perubahan gaya hidup klien.
mempertahankannya. ∙ Afirmasi kemampuan klien untuk
lepas dari masalah dan kemampuan
memberdayakan diri.
∙ Pertahankan kontak untuk
dukungan.
∙ Bantu klien menerapkan dan
menggunakan strategi untuk
terhindar dari kekambuhan:
termasuk menghindar dari situasi
berisiko tinggi
∙ Tinjau rencana jangka panjang klien.
Strategi Memotivasi Sesuai
Tahapan Perubahan (6)
Slip dan kambuh Strategi Memotivasi yang Sesuai
Klien mengalami gejala-gejala ∙ Bantu klien untuk masuk kembali
kekambuhan dan harus dalam lingkaran perubahan dan
hargai keinginannya untuk
mengatasi konsekuensinya dan
melakukan perubahan positif.
memutuskan apa yang akan ∙ Eksplorasi makna dan kenyataan
dilakukan selanjutnya. dari kekambuhan sebagai
kesempatan untuk belajar.
∙ Bantu klien untuk memperoleh
strategi alternatif dalam
memecahkan masalah .
∙ Pertahankan kontak untuk
dukungan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai