Anda di halaman 1dari 55

Instrumen Skrining,

Intervensi dan Terapi Singkat


Pengertian Skrining

Suatu proses untuk


mengidentifikasi perilaku
penggunaan Napza pada
individu
Tujuan skrining

Identifikasi
Terdeteksi
individu yang
keterlibatan
tampak Asesmen
dengan
mempunyai
penggunaan apza
masalah Napa
Bagan Pengelompokan Risiko
Skrining
Instrumen skrining (1)

Contoh instrumen yang terstandardisasi :

1. DAST

2. AUDIT

3. CAGE

4. ASSIST
Instrumen Skrining (2)
DAST : Drug Abuse Screening Test,
 terdiri dari 10 pertanyaan.
 dapat diisi sendiri oleh klien,
 klien dewasa dan memiliki sensitivitas yang cukup baik.

Artinya, dapat mendeteksi penggunaan narkoba yang


dilakukan oleh seseorang sepanjang telah terbina hubungan
yang baik antara konselor – klien, klien datang secara
sukarela ke fasilitas kesehatan serta klien memiliki
kemampuan kognitif dan mental yang memadai untuk
menjawab pertanyaan.

Instrumen Skrining (3)

CAGE :Cut down, Annoyed, Guilty, and Eye opener,


 Terdiri dari 4 pertanyaan yang ada pada instrumen
CAGE.
 Populer penggunaannya di puskesmas di Amerika /
Inggris,
 Dapat diisi sendiri oleh klien atau melalui proses
wawancara,
 Untuk orang dewasa atau remaja lebih dari 16 tahun
 Instrumen skrining untuk alkohol yang paling mudah
penggunaannya
Instrumen Skrining (4)

4 Pertanyaan CAGE
 Apakah anda pernah merasa untuk berhenti (Cut
down) minum alkohol?
 Apakah anda merasa jengkel (Annoyed) pada orang
yang mengkritik kebiasaan minum anda?
 Pernahkah anda merasa bersalah (Guilty) atau tidak
enak tentang kebiasaan minum anda?
 Pernahkah anda minum alkohol sebagai pembuka
mata (Eye opener) di pagi hari untuk menstabilkan
perasaan anda atau agar tidak merasa mengambang?
Instrumen Skrining (5)

AUDIT :The Alcohol Use Disorders Identifications Test


 terdiri dari 10 pertanyaan tentang penggunaan
alcohol, perilaku ketergantungan dan masalah-
masalah terkait penggunaan alkohol.
 orang dewasa, remaja atau dewasa muda,
termasuk perempuan.
 Instrumen ini dapat diterapkan dengan metode
wawancara, diisi sendiri oleh klien atau dengan
cara komputerisasi
Instrumen Skrining (6)

ASSIST : Alcohol, Smoking and Substance Involvement


Screening Test .
 Kuesioner untuk melakukan skrining cepat
keterlibatan dengan Napza
 Mengidentifikasi penggunaan narkoba dari berbagai
kontinum, mulai dari mereka yang menggunakan
secara eksperimental hingga penggunaan yang
berisiko dan berbahaya.
 Tembakau, Alkohol, Kanabis, Kokain, Stimulansia
jenis amfetamin, Sedatif-hipnotik, Halsinogen,
Inhalansia, Opioid, dan Obat-obatan lainnya.
Instrumen Skrining (7)

 Digunakan pada setting layanan kesehatan dasar


 Terdiri dari : 8 pertanyaan
 Kriteria Inklusi
1. Idealnya , seluruh pengunjung puskesmas dilakukan uji
penapisan ASSIST di mulai pada usia remaja.
2. Pasien yang keluhannya menandakan adanya hubungan
dengan narkobadan zat psikoaktif
3. Pasien dengan kondisi kesehatan yang diperburuk oleh
penggunaan narkoba dan zat
4. Perempuan hamil
Tes Laboratorium Napza
 Specimen biologis seperti darah, urin, cairan oral,
keringat maupun rambut

 Urin merupakan spesimen yang paling sering


digunakan

 Pemeriksaan
 Skrining  cepat, sensitif, tidak mahal, tingkat presisi
dan akurasi masih diterima, kurang spesifik. Metode
yg sering digunakan imunoassay (strip test/ELISA)
 Konfirmatori  hasil positif pada skrining dengan
metode GCMS/LCMS, waktu pengerjaan lama, biaya
tinggi, keterampilan tinggi
Durasi Deteksi Obat Dalam Urin
Obat Durasi Deteksi
Amfetamin dan metamfetamin 1-2 hari
Barbiturat 1-3 hari
Benzodiazepin Sampai 21 hari
Kanabinoid Sampai 60 hari
Kokain 1-3 hari
Methadon 1-3 hari
Opiat 1-3 hari

(Lum 2006 dalam Indriati, 2015)


Substansi yang Menyebabkan
Reaksi Silang pada Pemeriksaan
Imunoassay

Jenis Obat Faktor Pengganggu


Opiat Quinolon (levofloxacin, ofloxacin)
Phencyclidine Antidepresan venlafaxine, dextromethorphan,
dyphenhydramin, Ibuprofen
Methadon Antipsikotik atipik quetiapin
THC Antiretroviral efaviren, proton inhibitor (pantoprazole)
Amfetamin Pil diet (clobenzorex), promethazin, i-metamphetamin (otc
nasal inhaler), pseudoephedrin, ranitidin, thioridazin
Benzodiazepin Oxaprozin, sertraline (zoloft)
(Lum 2006 dalam Indriati, 2015)
Intervensi dan Terapi Singkat
Apa terapi rehabilitasi
narkoba itu?
 Tidak ada ‘satu model’ perawatan penggunaan narkoba
yang cocok untuk semua orang

 Ketergantungan narkoba merupakan penyakit yang


bersifat kronis kambuhan

 Ada banyak jalan yang menyebabkan seseorang


menjadi tergantung pada narkoba (fakto risiko dan
protektif)
Perbedaan Intervensi dan
Terapi Singkat
Intervensi Singkat Terapi Singkat
Tujuan Memotivasi klien Mengakomodasi
dalam menampilkan berbagai isu yang lebih
perilaku khusus luas
Lama sesi 5 menit – 1 jam > 1 jam
Kedalaman asesmen Lebih mendalam
Setting Dimana saja Setting pelayanan
terapi narkoba

Sekalipun terdapat perbedaan, namun pada


prakteknya agak sulit dipisahkan.
Pendekatan keduanya lebih sebagai kontinum
daripada sebagai suatu dikotomi
Mengapa perlu memotivasi
klien?

Meningkatkan partisipasi klien


dalam terapi
Memberikan hasil terapi yang lebih
baik
Tujuan Intervensi Singkat

Tujuan intervensi singkat tergantung pada tahap


pemulihan klien dan kesiapan untuk berubah

Bersosialisasi dengan Memulai


orang-orang yang telah mengembangkan
Belajar menetapkan
pulih atau belajar untuk keterampilan atau
jadwal dan prioritas
bersenang-senang tanpa pelatihan bagi mereka
waktu; 


menggunakan narkoba; yang tidak punya

 pekerjaan/kegiatan; 


Menghadiri pertemuan Belajar menerima kesalahan orang lain dan 
memaafkan orang lain atau diri sendiri; 


AA atau NA; 

Keterampilan Konselor
dalam Intervensi Singkat

Keterampilan
konseling
seperti
mendengar
Sikap Pengetahuan
aktif dan Fokus pada
memahami tentang tahap-
membantu rencana jangka
dan tahap
klien pendek 

penerimaan 
 perubahan

melakukan
eksplorasi dan
mengatasi
ambivalensi 

Langkah Utama Intervensi Singkat

• Risiko-risiko personal atau hendaya yang


Feedback mungkin dihadapi 


• Tanggung jawab klien, bukan konselor



Responsibility

• Diberikan oleh konselor



Advice

• Pilihan terapi atau kelompok tolong diri


Menu 
diberikan kepada klien 


• Digunakan selama proses konseling


Emphatic dilakukan 


• Dibangkitkan dalam proses konseling.


Self-efficacy
Intervensi singkat tidak direkomendasikan
untuk kondisi dibawah ini :

• Pasien yang kompleks dengan isu-isu masalah


psikologis/psikiatrik
• Pasien dengan ketergantungan berat
• Pasien dengan kemampuan membaca yang rendah
• Pasien dengan kesulitan terkait dengan gangguan fungsi
kognitif

Pada kondisi ini direkomendasikan untuk melakukan


wawancara mendalam.
Integrasi wawancara motivasional
dan perubahan perilaku

Wawancara motivasional berarti memahami tahapan perubahan


perilaku klien pada saat wawancara ini dilakukan dan bagaimana
mendorong mereka untuk mencapai tahapan selanjutnya

Prochaska, Di Clemente, dan Norcross menunjukkan 6 tahapan


perubahan yang akan dilalui oleh individu

Tahapan perubahan perilaku bersifat fleksibel, seringkali ketika


sudah maju pada tahapan selanjutnya kemudian menjadi mundur
ke tahapan sebelumnya
Tahapan perubahan
perilaku
Tahapan perubahan
perilaku versi spiral
Strategi Memotivasi Sesuai Tahapan
Perubahan
Precontemplation Strategi Memotivasi yang Sesuai
 Belum mempertimbangkan  Bina rapport
untuk berubah  Bangkitkan keragu-raguan klien:
 Belum mengkhawatirkan - Eksplorasi kejadian yang
membawa klien berobat
pola penggunaan
- Gali persepsi klien tentang
narkobanya masalah yang ada terkait
 Tidak mau menerima dan penggunaan narkoba: manfaat &
belum mau tahu risiko kerugian
penggunaannya - Jelaskan informasi faktual
tentang risiko penggunaan
narkoba
- Sediakan umpan balik personal
tentang asesmen yang diperoleh.
- Timbulkan kesenjangan antara
persepsi klien dengan persepsi
orang lain tentang masalah
perilaku narkobanya
Strategi Memotivasi Sesuai
Tahapan Perubahan (2)
Contemplation Strategi Memotivasi yang Sesuai
 Klien mengenali dan  Menormalisasi sikap ambivalen.
mempertimbangkan  Bantu klien dengan “tip the
kemungkinan untuk decisional balance scales” untuk
berubah melalui :
merubah perilaku, namun
- Hubungkan untung rugi penggunaan
masih ambivalen narkoba dan menghentikannya.
 Faktor eksternal lebih - Kaji nilai-nilai personal klien dan
banyak mendominasi hubungannya dengan perubahan.
pemikiran mereka untuk - Yakinkan bahwa klien bebas
berubah memilih, bertanggung jawab dan
mampu memberdayakan diri sendiri
untuk berubah.
- Simpulkan pernyataan motivasi diri
Strategi Memotivasi Sesuai
Tahapan Perubahan (3)
Contemplation Strategi Memotivasi yang Sesuai
 Klien mengenali dan  Menormalisasi sikap ambivalen.
mempertimbangkan  Bantu klien dengan “tip the
kemungkinan untuk decisional balance scales” untuk
berubah melalui :
merubah perilaku, namun
- Hubungkan untung rugi
masih ambivalen penggunaan narkoba dan
 Faktor eksternal lebih menghentikannya.
banyak mendominasi - Kaji nilai-nilai personal klien dan
pemikiran mereka untuk hubungannya dengan perubahan.
berubah - Yakinkan bahwa klien bebas
memilih, bertanggung jawab dan
mampu memberdayakan diri
sendiri untuk berubah.
- Simpulkan pernyataan motivasi
diri
Strategi Memotivasi Sesuai
Tahapan Perubahan (4)
Action Strategi Memotivasi yang Sesuai
Klien secara aktif telah  Libatkan klien dalam perencanaan
mengambil satu langkah untuk terapi dan beri dukungan selama
berubah tetapi belum mencapai proses pemulihan
 Berangkatlah dari langkah-langkah
kesabilan.
kecil tapi realistis
 Kenali kesulitan-kesulitan klien pada
tahap awal perubahan
 Bantu klien untuk mengenali situasi
risiko tinggi melalui analisis
fungsional dan kembangkan strategi
yang untuk menghadapi situasi
tersebut.
 Bantu klien memperoleh penguatan
baru untuk perubahan positif.
 Bantu klien untuk mengkaji kekuatan
keluarga dan dukungan sosial.
Strategi Memotivasi Sesuai
Tahapan Perubahan (5)
Maintenance Strategi Memotivasi yang Sesuai
Klien sudah mencapai tujuan  Bantu klien untuk mengidentifikasi
awal seperti abstinensia dan kegiatan yang terkait dengan kondisi
sekarang bekerja untuk dapat bebas zat
 Dukung perubahan gaya hidup klien.
mempertahankannya.
 Afirmasi kemampuan klien untuk
lepas dari masalah dan kemampuan
memberdayakan diri.
 Pertahankan kontak untuk
dukungan.
 Bantu klien menerapkan dan
menggunakan strategi untuk
terhindar dari kekambuhan:
termasuk menghindar dari situasi
berisiko tinggi
 Tinjau rencana jangka panjang klien.
Strategi Memotivasi Sesuai
Tahapan Perubahan (6)
Slip dan kambuh Strategi Memotivasi yang Sesuai
Klien mengalami gejala-gejala  Bantu klien untuk masuk kembali
kekambuhan dan harus dalam lingkaran perubahan dan
mengatasi konsekuensinya dan hargai keinginannya untuk
melakukan perubahan positif.
memutuskan apa yang akan
 Eksplorasi makna dan kenyataan
dilakukan selanjutnya. dari kekambuhan sebagai
kesempatan untuk belajar.
 Bantu klien untuk memperoleh
strategi alternatif dalam
memecahkan masalah .
 Pertahankan kontak untuk
dukungan.
Katalisator wawancara
motivasional
 Bangkitkan kesadaran: meningkatkan informasi tentang
masalah klien
 Evaluasi ulang diri: intervensi dapat berupa mengklarifikasi
nilai-nilai dan tantangan keyakinan atau harapan.
 Membebaskan diri: intervensi dapat berupa teknik
meningkatkan komitmen, terapi mengambil keputusan, dan
resolusi tahun baru.
 Memperhitungkan kondisi: intervensi meliputi latihan
relaksasi, desensitisasi, pernyataan dan pernyataan positif diri.
 Kontrol stimulus: intervensi dapat termasuk menghindari
situasi risiko tinggi, dan pindah dari lingkungan yg tinggi
penyalahgunaan narkoba.
Katalisator wawancara
motivasional (lanjt)
 Manajemen penguatan: intervensi termasuk kontrak
perilaku dan penguatan.
 Membantu hubungan dekat: intervensi dapat berupa
kelompok tolong mandiri, dukungan sosial, atau
hubungan terapeutik.
 Membangkitkan emosi dan menurunkan dramatisasi:
intervensi dapat berupa bermain peran dan psikodrama.
 Evaluasi ulang lingkungan: intervensi dapat berupa
pelatihan empati dan mengkaji hal-hal yang telah lalu.
 Kebebasan sosial: intervensi dapat berupa advokasi
terhadap kesadaran hak azasi dan intervensi kebijakan.
Tentang Motivasi

Dipengaruhi
oleh interaksi
sosial
Bersifat Dapat
multidimensi dimodifikasi

Dipengaruhi
Kunci dari oleh gaya
perubahan Motivasi terapis
Peristiwa yang dapat
mempengaruhi motivasi

Tingkat distress

Peristiwa kehidupan yang kritis

Evaluasi atau penilaian kognitif

Mengenali konsekuensi negatif

Dorongan positif dan negatif dari luar


Apa itu wawancara
motivasional?
 Adalah wawancara yang berpusat pada klien dan
bertujuan untuk membantu klien dalam menggali
dan mengatasi ambivalensi perilaku penggunaan
narkobanya

 Terutama sangat bermanfaat bagi klien yg berada


pada tahap prekontemplasi dan kontemplasi

 Prinsip dan keterampilan wawancara sangat


penting pada semua tahap
Prinsip Wawancara
Motivasional
 Mengekpresikan empati

 Ketidakcocokan (perbedaan)

 Menghindari argumentasi

 Dukungan keyakinan diri (kepercayaan)

 Keterampilan-keterampilan khusus
Teknik Wawancara motivasional

Reflective
Affirmation listening
(Penegasan) (Mendengar
aktif)

Open ended
questions Summarising
(Pertanyaan (Menyimpulkan)
terbuka)
OARS
Berbicara tentang perubahan
(eliciting change talk)

Mengenali kerugian bila tetap


menyalahgunakan narkoba

Mengenali manfaat bila tidak


menyalahgunakan narkoba

Menyampaikan optimisme
tentang perubahan

Menyampaikan tujuan untuk


berubah
Pengukuran motivasi

Pemberdayaan diri

Kesiapan berubah

Penggaris kesiapan

Latihan pertimbangan pengambilan keputusan


Contoh pengukuran kesiapan
berubah
 Dikembangkan oleh Sobeel (1996), berdasarkan empat pertanyaan
dari kuesioner berhenti merokok (Richmond et al, 1993) :
 Apakah anda mau mengurangi atau berhenti dan jika anda bisa dengan
mudah melakukannya (No=0, Yes=1).
 Seberapa serius anda akan mengurangi atau menghentikan minum
alkohol anda secara bersamaan (Not at all seriously = 0, Not very seriously=1,
Fairly seriously=2, Very seriously=3).
 Anda berkeinginan untuk mengurangi atau berhenti dalam waktu
dekat? (Definitely No=0, Probably No=1, Probably Yes=2, Definitely Yes=3).
 Apakah ada kemungkinan dalam 12 bulan anda tidak akan mempunyai
masalah dengan alkohol (Definitely No=0, Probably No=1, Probably Will =2,
Definitely Will=3).

 Untuk masing-masing pertanyaan, bila dijawab ya, diminta


untuk memberi skor dari 0 – 10 berdasarkan asumsi klien
Penggaris kesiapan
(Rollnick)
PENGGARIS KESIAPAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Siap Tidak Yakin Siap Berubah

 Bila klien menyatakan berada pada kondisi tidak siap (0 sampai 3), beberapa
klinisi menganjurkan untuk memberikan perhatian, menyediakan informasi,
menyediakan dukungan, dan penelusuran tindak lanjut

 Bila mereka belum yakin (4 sampai 7), ekplorasi aspek negatif dan positif dari
pengobatan

 Bila klien dalam tahapan siap berubah (8 sampai 10), bantu membuat rencana
aksi, identifikasi sumber daya yang ada, dan tetapkan harapan/tujuan yang
akan dicapai.
Contoh berbicara ttg perubahan dg
menggunakan pertanyaan terbuka

 “Apa yang menyebabkan anda khawatir dengan


penyalahgunaan narkoba?”

 “Apa yang anda pikir akan terjadi jika anda tidak


berubah?”

 “Manfaat apa yang akan didapatkan jika anda


mengurangi penyalahgunaan narkoba?”

 “Apa yang akan anda kerjakan apabila anda


memutuskan untuk berubah?”

 “Seberapa yakinkah anda bahwa anda dapat berubah?”


Lanjutan berbicara ttg
perubahan
 Gunakan “penggaris keyakinan diri” untuk
mendapatkan penilaian klien dan kemudian
tanyakanlah dua pertanyaan berikut :
 Mengapa anda berada pada (misalnya nilai 3) dan
tidak pada nilai 0?
 Apa yang dapat membuat anda beranjak dari
(misalnya nilai 3) kepada (misalnya nilai 6) atau
(nilai lebih tinggi). Hal ini menyebabkan klien
memiliki kemungkinan strategi untuk berubah dan
membuat mereka mulai berpikir untuk berubah.
Contoh kasus latihan
pengambilan keputusan
 Tn. K, 29 tahun, sudah menyalahgunakan heroin sejak 10
tahun yang lalu dengan cara suntik. Saat ini dia juga
sudah dideteksi terinfeksi HIV, sudah pernah
direhabilitasi sebanyak 3 kali dan tidak pernah sampai
akhir program. Sempat berhenti selama hampir setahun,
kambuh lagi setelah tahu status HIV. Klien juga masih
tetap menyuntik meskipun sudah mengikuti program
pengobatan Buphrenorphine. Kadangkala ia juga masih
menghisap ganja 2 sampai 3 kali seminggu. Klien ingin
berhenti dari penggunaan heroinnya dan tidak tahu
program pengobatan apa yang sesuai buat dirinya.
Keluarga sudah tidak peduli dengan kondisinya saat ini
Contoh pertimbangan pengambilan
keputusan
Identifikasi masalah Tahapan perubahan Intervensi
Motivasional
 Penyalahguna  Saat ini sudah  Menormalisasi
heroin kronis aware tentang ada sikap ambivalen
 Misuse masalah - Hubungkan untung
Buphrenorphine  Sudah mulai rugi menggunakan /
 Status HIV (+) memikirkan untuk berhenti narkoba
 Ingin berhenti tapi mengikuti terapi - Kaji nilai-nilai
bingung terapi apa  Masih bingung dan personal klien dan
yang sesuai ragu untuk memilih hubungannya
 Pakai ganja reguler jenis pengobatan dengan perubahan
 Dukungan keluarga - Yakinkan klien
(-) bebas memilih,
 Ambivalen bertanggung jawab,
dan mampu
memberdayakan
diri sendiri untuk
berubah
Kapan Menggunakan Terapi Singkat?

 Adanya isu dual diagnosis

 Ketersediaan dukungan keluarga dan komunitaws

 Ruang lingkup dan derajat keparahan masalah personal

 Riwayat perawatan narkoba sebelumnya

 Tingkat motivasi klien

 Keyakinan klien akan nilai terapi singkat

 Derajat penggunaan narkoba yang tidak terlalu berat


Komponen Terapi Singkat yang
Efektif
 Yang dituju adalah gejala bukan penyebab
 Tujuan didefinisikan dengan jelas dan dikaitkan dengan tujuan
perubahan yang spesifik
 Harus memberi hasil segera
 Gaya teraupeutiknya bersifat sangat aktif, mpatik dan kadang
kala direktif
 Tanggungjawab perubahan ada pada klien
 Sejak awal fokus untuk meningkatkan kemantapan diri klien
 Terminasi dibicarakan sejak awal
 Hasil terukur
Terapi CBT Singkat (1)
 Terapi yang menggabungkan berbagai prinsip
terapi dari teori perilaku, belajar sosial, dan kognitif

 CBT umumnya diterapkan oleh petugas yang


terlatih dan memiliki ijin praktek di bidang ini

 Pendekatan ini tidak sesuai bagi klien yang:


 Psikotik, gangguan bipolar dan yang tidak
menunjukkan stabilitas 
dalam proses
farmakoterapi; 

 Tidak memiliki tempat tinggal permanen; dan 

 Tidak memiliki kondisi fisik yang stabil (sebagaimana
hasil 
pemeriksaan dokter). 

Terapi CBT Singkat (2)

 Tiga hal elemen utama CBT adalah:


 Analisis fungsional: berupaya untuk identifikasi
penyebab dan konsekuensi perilaku penyalahgunaan
narkoba yang berlaku sebagai faktor pemicu dan
pemelihara

 Pelatihan keterampilan mengatasi persoalan

 Pencegahan kambuh: bergantung pada analisis
fungsional, identifikasi faktor-faktor risiko tinggi yang
dapat menimbulkan kekambuhan, pelatihan
keterampilan mengatasi situasi risiko tinggi. 

Terapi Interaksional Singkat (1)

 Teknik ini berupaya untuk mengidentifikasi kekuatan klien


dan secara aktif menciptakan situasi personal dan lingkungan
yang kondusif agar kesuksesan pemulihan dapat diraih.
 Kekuatan utama dari pendekatan ini adalah mengubah fokus
kelemahan klien menjadi kekuatan
 Teknik ini sangat berguna dalam hal:
 Mempelajari bagaimana hubungan klien menghambat atau justru

mendukung pola perilaku penggunaan narkoba; 

 Mengubah hubungan kekuatan; dan 

 Mengatasi perasaan takut. 

Terapi Interaksional Singkat (2)

 Penggunaan terapi interaksional:


 Mendefinisikan situasi yang berkontribusi pada
penyalahgunaan narkoba yang bermakna bagi klien;

 Identifikasi langkah-langkah yang diperlukan untuk
mengontrol atau mengakhiri penggunaan narkoba; 

 Memperbaiki sistem keluarga sehingga dapat menjadi
sistem pendukung yang suportif; dan 

 Memelihara perilaku yang menolong untuk
mengontrol penggunaan narkoba. 

 Respons terhadap situasi
Terapi Keluarga Singkat

 Terapi keluarga dapat digunakan untuk:


 Fokus pada harapan perubahan di dalam keluarga (yang
mungkin 
melibatkan berbagai macam proses penyesuaian);
 Uji pola baru perilaku;

 Mengajarkan bagaimana sistem keluarga bekerja – misalnya,

bagaimana keluarga tanpa disadari berperilaku ‘memelihara’
penggunaan narkoba yang dilakukan oleh salah satu atau lebih
anggota keluarga, dengan cara menerapkan gaya komunikasi
satu arah; 

 Memberikan dukungan atas kekuatan masing-masing anggota
keluarga; dan 

 Eksplorasi persepsi keluarga atas gangguan penggunaan
narkoba yang dialami anggota keluarga. 

Terapi Kelompok Singkat

 Pertemuan antara dua atau lebih orang untuk tujuan


terapeutik yang serupa atau untuk meraih tujuan yang
sama
 Frekuensi terapi kelompok sebaiknya tidak lebih dari
dua kali seminggu (kecuali mereka yang menjalani rawat
inap). Durasi sebanyak 6 hingga 12 sesi, tergantung pada
tujuan kelompok. Sesi berlangsung selama 1.5 hingga 2
jam
 Proses terapi kelompok akan efektif jika masing-masing
anggota kelompok memperoleh peran dan memperoleh
kesempatan untuk mempraktekkan perannya tersebut
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai