DESKRIPSI SINGKAT
Odha yang akan mengikuti terapi ARV memiliki perilaku dan kebiasaan yang berbeda dan Terapi
ARV memungkinkan mereka hidup dalam kehidupan yang lebih berkualitas dan produktif
disebabkan kepatuhan yang tepat membuat Odha tidak akan masuk kedalam fase AIDS lebih
cepat. Banyak orang berpikir bahwa membuat perubahan hanya masalah membuat keputusan,
tapi jika hal ini semudah itu mengapa rumah sakit penuh orang yang mempunyai gaya hidup
yang tidak sehat yang telah membuat mereka sakit, Kenyataannya adalah, membuat perubahan
yang terarah dan bertujuan merupakan hal yang sukar.
Sikap petugas dalam menghadapi Odha ketika mereka akan memulai terapi ARV sangat
mempengaruhi pola berfikir dan penerimaan akan penyakitnya dan pentingnya ARV untuk
hidup yang lebih berkualitas.
Dalam proses nya Odha harus melalui 4 tahapan ketika akan memulai terapi ARV sehingga
Odha dengan mandiri akan paham dan bertanggung jawab dalam proses terapi yang harus
dijalani seumur hidup.
URAIAN MATERI
Pokok Bahasan 1
Sikap Petugas dalam konseling adhrence
a. Tata Nilai
Kita semua dipengaruhi oleh sikap, tata nilai dan keyakinan yang
berkembang di masyarakat dan budaya tempat kita hidup.
Masyarakat dan budaya memberikan kontribusi pada
perkembangan sikap, tata nilai dan keyakinan pribadi. Bingkai
sikap, tata nilai dan kepercayaan merupakan pedoman perilaku
kita dari hari ke hari, mempengaruhi interpretasi, pengungkapan
dan respon kita terhadap setiap peristiwa, secara spesifik terikat
budaya setempat dan bervariasi pada setiap wilayah, negara,
dan kelompok.
Petugas membutuhkan pengembangan kesadaran diri akan
sikap, tata nilai, dan kepercayaan yang dianut. Petugas perlu
mempertimbangkan dan menilai kembali sikap, tatanilai dan
keyakinannya yang mungkin berdampak padahidupnya dan
secara khusus terkait dalam melaksanakan pekerjaan sebagai
petugas. Petugas membutuhkan pemahaman dalam merespon
perbedaan opini ketika berhadapan dengan pasien yang
mempunyai perbedaan opini dengan dirinya. Petugas mungkin
saja akan bekerja dengan mereka yang berbeda latar belakang
suku, budaya dan kepercayaan. Petugas membutuhkan
pengenalan dan penerimaan akan setiap perbedaan sikap, tata
nilai dan keyakinan yang berbeda dari pasien.
Kesulitan dan konflik yang terkait dengan sikap, tata nilai dan
keyakinan antara pasien dan petugas perlu didiskusikan atau
dikonsultasikan kepada supervisor atau petugas yang lebih
berpengalaman atau teman seprofesi petugas lainnya.
6
Page
Respon emosi dan perilaku seseorang terhadap suatu situasi
dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tersebut. Pikiran
kita terkondisi dari keadaan sosial dan perilaku kita. Pikiran dan
keyakinan kita dibangun dalam suatu kurun waktu dan
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, budaya, agama, pola
asuh dan kawan sebaya.
Pada proses ini akan diterapkan konsep dan cara pandang yang
dapat disesuaikan dalam situasi konseling sehingga
memunculkan respon yang sesuai. Petugas dapat menerapkan
pada diri sendiri atau petugas mencoba melihat cara pandang
dua orang yang memiliki cara pandang berbeda. Satu obat yang
sama, dapat dimaknai berbeda. Satu orang memandang obat
sebagai bentuk program pencegahan AIDS yang efektif dan Satu
orang lagi memandang obat sebagai racun yang menggerogoti
tubuh, Akibatnya terjadi perbedaan, satu orang memandang
positif dan orang lain memandang negatif. Meskipun obat yang
dilihat ke dua orang itu adalah obat yang sama, namun pikiran
individu yang melihatnya berbeda.
Mengajukan Pertanyaan
Keterampilan mengajukan pertanyaan adalah bagian penting
dalam konseling. Hal ini dapat membantu petugas mengerti
situasi pasien dan menilai kondisi klinis terkait. Ketika bertanya,
lakukan hal-hal berikut:
1.Tanyakan hanya satu pertanyaan pada satu waktu
9
Page
2. Pandanglah wajah pasien
3. Ajukan pertanyaan secara singkat dan jelas
4.Gunakan pertanyaan yang bertujuan
5.Gunakan pertanyaan yang dapat membantu pasien
berbicara tentang perasaan dan perilakunya
Perilaku non-verbal
Sebagian besar komunikasi dilakukan secara non verbal. Petugas
perlu sadar akan apa yang dikomunikasikannya kepada pasien
melalui perilaku non verbal. Ingat, cara mengatakan lebih
bermakna dari pada apa yang dikatakan.
10
Page
PERILAKU NON VERBAL
c. Pemecahan Masalah
Petugas membantu pasien mengenali masalah
yaitu dengan:
1) Membantu pasien mengenali sumber-sumber
yang mereka miliki untuk mengatasi masalahnya.
2) Memfasilitasi mereka sebuah metode sistematis
untuk menghadapi atau mengurangi dampak
masalahnya sekarang.
12
Page
3) Meningkatkan kemampuan mereka dalam
mengendalikan masalah.
4) Memberikan mereka cara mengatasi masalah
dengan metode pemecahan masalah.
obat, diberikan tidak lebih dari dua kali sehari. Konseling lanjutan
Page
dan strategi konseling merupakan alat untuk dapat
meningkatkan kepatuhan pada rejimen pengobatan.
c. Strategi Perilaku
Beberapa saran untuk membantu mengatur pengobatan adalah
sebagai berikut :
1) Membuat jadual pengobatan. Gunakan kalender atau buku
harian untuk membantu penggunaan obat sesuai aturan
seperti kapan diminum dan bagaimana caranya. Misalnya
19
diminum
2. Evaluasi efek samping
3. Pemeriksaan fisik oleh dokter untuk
memastikan tidak lagi dijumpai infeksi
oportunistik
4. Bantuan psikologis atau sosial lainnya jika
dibutuhkan dan rumah sakit mempunyai sarana
dan jaringan kerja
5. Evaluasi penyebab drop out pada pasien lama
yang drop out atau putus obat
Posisi petugas kepatuhan dalam hal ini adalah berada pada tahap
akhir sebelum pasien mendapatkan resep dan obat ARV. Jika kita
melihat pada alur layanan diatas, pasien bisa diasumsikan telah
melewati banyak tahap yaitu
1. Evaluasi perilaku dan konseling oleh petugas
2. Pemberian informasi HIV, pencegahan dan konseling
oleh petugas
3. Pemeriksaan kesehatan baik fisik maupun mental oleh
team medis
21
Page
4. Penjelasan mengenai infeksi oportunistik yang diderita,
pengobatan dan pemberian kotrimoksasol untuk
profilaksis oleh dokter
5. Penjelasan untuk perawatan di rumah oleh perawat
6. Penjelasan singkat oleh dokter untuk semua hal yang
berkaitan dengan rencana pemberian ARV termasuk
didalamnya penentuan rejimen, evaluasi interaksi obat,
penjelasan efek samping dan cara minum obat
jamur
Page
Narkotika, yaitu:
1. Opiat ; madat, candu, morfin, heroin
2. Canabis ; Ganja, hashis
3. coca ; kokain
Alkohol yaitu :
Minuman yang berasal dari peragian dan mengandung
ethanol, dalam jumlah tertentu akan menyebabkan mabuk dan
bila diminum dalam waktu relatif lama akan menyebabkan
kerusakan hati dan pada beberapa kondisi mengakibatkan
gangguan kepribadian.
Obat psikotropika terbagi menjadi 3 golongan yaitu :
1. Golongan Amphetamin : Ektasy (XTC), Inex, shabu
2. Golongan Obat tidur: Pil BK, Mogadon, Dll
3. Golongan Obat penenang/benzodiazepine: Lexotan,
Valium, Alprazolam ,dll
Jika dalam kajian awal didapat data bahwa pasien masih dalam
kondisi psikotik, depresi, cemas, gangguan maladaptif maupun
gangguan kepribadian lainnya termasuk penggunaan napza aktif
maka pasien direncanakan untuk dirujuk kepada team yang
berkompetensi yang tersedia di tempat petugas bekerja.
Jika dalam kajian awal pasien tidak didapat gangguan jiwa dan
dievaluasi dapat melanjutkan ke tahap kedua maka pada akhir
sesi, petugas membuat jadwal untuk kunjungan berikut dan
memberikan gambaran apa yang akan dilakukan pada tahap
kedua.
27
Page
Tahap kedua
Pada pertemuan kedua, petugas melakukan kegiatan
1. Pengkajian lebih dalam tentang persepsi pasien
mengenai HIV, penularan dan cara pencegahan untuk
tidak menularkan kepada orang lain.
2. Menjelaskan rencana pemberian ARV yang telah
ditetapkan oleh dokter dan rencana pemeriksaan
laboratorium sehubungan dengan terapi ARV
3. Menjelaskan semua aspek yang berhubungan dengan
ARV termasuk didalamnya rejimen yang akan diberikan,
dosis, cara minum obat, interaksi dengan makanan,
logistic pasien jika hendak bepergian, efek samping yang
mungkin timbul dan tindakan yang harus diambil oleh
pasien/keluaga pasien jika timbul efek samping.
4. Analisa aspek sosial lain yang dapat menghambat
kepatuhan dalam minum obat dan solusinya jika
memungkinkan
5. Memberikan informasi tentang IMS, TB paru, hepatitis B
dan C dan infeksi oportunistik lainnya.
Tahap ke tiga
Pada pertemuan ketiga, petugas meminta pasien dan keluarga
pasien untuk mengulang apa yang sudah didapat pada
pertemuan pertama dan kedua. Jika sudah benar, maka tahap
berikutnya adalah memberikan kesempatan untuk bertanya
tentang sehubungan dengan penyakit dan rencana pengobatan.
Informasi dasar mengenai risiko penularan HIV dapat diajarkan
pada
28
Page
pertemuan ini untuk mengurangi ketakutan dari keluarga pasien
untuk tertular HIV.
Petugas pada pertemuan ketiga ini, jika pada pertemuan
pertama dan kedua berhasil menggali informasi, mendapatkan
kepercayaan, pasien mau terbuka, akan bisa menentukan apakah
pasien akan direkomendasikan untuk mendapatkan ARV atau
tidak.
Tahap ke 4
Pada pertemuan terakhir, petugas kembali menjelaskan ulang
secara konfrehensif seluruh rencana pemberian ARV, efek
samping, cara minum obat dan evaluasi terakhir (jika memang ini
dianggap pertemuan terakhir) untuk semua aspek non medis
yang dapat menghambat kepatuhan dan yang dapat di atasi oleh
petugas dan sistem layanan yang ada di tempat petugas bekerja
baik layanan kesehatan maupun pelayanan sosial.
Pada pasien yang rajin dan rutin mengambil dan minum obat,
harus diingatkan secara teratur oleh semua petugas kesehatan
untuk tetap patuh minum obat. Menyediakan waktu untuk
berkomunikasi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan.
DAFTAR PUSTAKA