Anda di halaman 1dari 10

Berbagai Model Konsultasi dan Konseling Pasien

Dr. Oryzati Hilman, MSc.CMFM, PhD, DLP


Editor : Afif

Tahukah Anda asal kata dokter itu bukan berarti penyembuh atau
mengobati ? Makna dokter yang sebenarnya adalah mengedukasi atau
mengajar. Dokter diharapkan bisa mengedukasi pasien agar bisa menjalani pola
hidup sehat, tidak hanya memberi obat saja.
I. Prinsip dasar kedokteran keluarga
• Peersonal care
• Pendekatan Holistic
• Comprehensive care
• Continuing care
• Patient centered, Family focused, community oriented
• Penekanan pada preventif
• Collaborated & coordinated care
• Quality & cost effective care
• Patient advocacy
II. Edukasi & Konseling pasien
Masalah Edukasi Konseling
Perbedaan Umum Pemberian informasi & nasehat Membantu individu untuk
tentang suatu masalah kesehatan belajar mengatasi masalah
tentang: atau membuat keputusan
• Etiologi & faktor risiko berdasarkan fakta dan
• Mekanisme (konsep emosi yang terlibat (baik
sederhana) untuk diri sendiri atau
• Lintasan & hasil penyakit orang lain):
(komplikasi) kasus kompleks,
• Manajemen yang tepat komorbiditas, perubahan
perilaku, masalah
kesehatan mental, masalah
keluarga, mispersepsi
Aspek yang terlibat Pengetahuan (kognitif) • Pengetahuan &
perasaan

48
• Proses terapeutik
Konsep dasar • Kesederhanaan • pemberdayaan
• memperkuat • stages of change
model
Persamaan • Kombinasi komunikasi verbal, para-verbal & non-verbal
kebutuhan • Emphaty & trust
• Keterampilan mendengarkan secara aktif
• Keterlibatan / keterlibatan pasien
Dalam hal edukasi dan konseling kita harus melibatkan pasien dengan aktif (patient
engangement) mulai dari awal berkomunikasi dengan pasien hingga akhir, karena
kebanyakan dokter juga hanya menanyakan atau melibatkan pasien di akhir edukasi dan
konseling. Komunikasi dengan pasien harus dikembangkan dalam hal hubungan dan
kepercayaan pasien, menggunakan komunikasi secara verbal dan non-verbal, lakukan
metode “teach-back” seperti menanyakan kembali apakah bapak/ibu sudah mengerti
dan bisa mencoba mengulang apa yang sudah kita sampaikan, jangan pernah berasumsi
bahwa pasien itu tahu apa yang akan kita sampaikan sehingga akan membuat kita lebih
leluasa edukasi kepada pasien, kemudian mengukur tingkat pemahaman pasien.

III. Klasifikasi Model Konsultasi

49
Task Oriented
Physical, Psych, Social Helman
Slott & Davis Health Belief Model
Bryne & Long
Doctor Patient
Pendleton et al
Oriented Centered
Bryne & Long Counseling
6-Category Analysis Bendix
Transactional Analysis Balint
Behavioural Oriented

Disini materi yang perlu kita fokuskan sesuai perintah dokter Ica cukup Stott & Davis saja yaa
A. Stott & Davis - potensi unik dari setiap konsultasi perawatan primer
• menangani masalah akut
• menangani masalah kronis
• opportunistic Health Promotion
• Melakukan modifikasi atau meluruskan pemahaman pasien dalam mencari
pertolongan kesehatan.
A B
Acute Behavioural
Presenting Problems Modification of health – seeking
behavior
C D
Chronic Disease Prevention
Continuing Problems Opportunistic Health Promotion
Sebagai contoh ada kasus: Seorang laki-laki datang berobat ke Anda sebagai
dokter dengan keluhan flu dan batuk selama 3 hari, kemudian pasien X ini
langsung meminta untuk diresepkan obat antibiotik padahal setelah dilihat dan
dilakukan pemeriksaan dahak pasien tidak memerlukan antibiotik. Hal
pengobatan yang bisa diberikan berupa terapi simptomatik dan anjuran
perbaikan diet pasien, kemudian setelah diobservasi dan dievaluasi ternyata
pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi tidak terkontrol akhirnya pasien juga
diberikan pengobatan antihipertensi. Tidak sampai disitu, pasien ternyata
memiliki kebiasaan merokok sehingga dilakukan konseling 5A untuk berhenti
merokok. Dari contoh kasus tersebut manteman coba diinget lagi ya kuliahnya
yang mana saja penggolongan keempat hal yang disebutkan oleh Stott & Davis?

50
Tabel di atas membahas apa saja model konsultasi dalam bentuk komprehensif
yang seharusnya bisa kita lakukan setiap kali memeriksa pasien. Jadi, diusahakan
lengkap seperti di atas. Mulai dari awal kita sebagai dokter melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan tambahan menghasilkan diagnosis nya
dan dilanjutkan dengan penatalaksanaan. Kalau itu hal-hal yang lazim kita
kerjakan nantinya ya, tapi ini ditambah dengan Patient-Centered dimana pasien
memberikan ekspektasinya dan apa efek yang terbaik yang bisa dia dapatkan dari
masalah kesehatannya setelah berobat, dokter juga WAJIB untuk memberikan
diagnosis psiko-sosial dari pasien, serta manajemen pasien yang baik meliputi
penjelasan tentang diagnosis penyakit dan edukasi kesehatannya, memberikan
kenyamanan bagi pasien, serta pastinya ada promosi kesehatan di dalamnya. Dan
yang tidak kalah pentingnya mengenai hubungan antara dokter dan pasien Dalam
hal relationship ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mulai dari
memelihara hubungan baik dan nyaman dengan pasien, kalau building rapport ini
sama seperti menjalin hubungan yang baik dengan komunikasi yang baik pula,
serta membuat hubungan yang berkelanjutan juga dengan pasiennya. Setidaknya
kita melakukan pemeriksaan pasien itu selama 15 menit.

IV. Konseling Model


A. Inti dari Skill Konseling
1. Refelection with active Listening : Verbal dan Non verbal, gunakan
kepekaanmu
“banyak orang tidak mendengarkan dengan tujuan untuk mengerti,
mereka mendengar untuk menjawab” Stephen R Covey
51
Frasa ini bermakna kita seharusnya tidak hanya mendengarkan apa yang
disampaikan pasien tetapi harus mengamati hingga gerak-gerik pasien
juga dalam mengucapkan kata-kata tertentu. Keterampilan mendengarkan
aktif kita bisa melakukan refleksi isi, perasaan, dan pengalaman. Kalau
dari segi relfeksi isi kita bisa mengulang apa yang didengar, dirasakan,
dan dipahami dari penyampaian pasien, gunanya apa? Untuk memastikan
kesamaan persepsi dan interpretasi penyampaian pasien. Kemudian dari
segi refleksi perasaan jika kita bisa ikut merefleksikan perasaan pasien
biasanya pada pasien tertentu akan semakin terbuka keluh kesah atau
permasalahannya, jangan lupa untuk memperhatikan non-verbal dari
pasien. Yang terakhir dari sisi feedback listening yang menurut Carl Rogers
bisa 34 menggunakan”reflective listening” dan menurut Thomas Gordon
menggunakan “active listening”.
• Komunikasi Verbal: kata-kata yang diucapkan secara lisan, jelas, lugas,
dan singkat dan dapat dimengerti serta banyak menggunakan “open-
ended questions”. Atau yang lebih enak diingatnya What We Say
memiliki presentase sebanyak 7% ketika kita berbicara kepada pasien.
• Komunikasi Para-verbal: artikulasi suara jelas & intonasi yang tepat
bisa disebut sebagai How We Say It sebanyak 38%.
• Komunikasi Non-verbal: menjaga tatapan mata, ekspresi wajah yang
ramah dan tersenyum, postur tubuh yang terbuka, penampilan bersih
dan rapi, serta menjaga jarak yang tepat. Memiliki presentase paling
banyak, yaitu 55% dan diingat sebagai Our Expressions and Actions.
Untuk komunikasi non-verbal sendiri karena presentasenya
paling banyak sehingga ada 7 aspek yang bisa kita kuasai untuk
menunjang pelaksanannya, yaitu:
a. Paralanguage: Nada dan penekanan suara, intonasi.
b. Proxemics: Jarak individual, penataan tempat duduk, jarak
berbicara.
c. Artifacts(benda-bendayang dipakai): Pakaian, make-up, kacamata,
perhiasan.
d. Bahasa tubuh: Tatapan mata, ekspresi muka, gerakan tangan dan
kaki, posisi tubuh, cara berjalan.
e. Sentuhan: Jabat tangan, keterampilan palpasi & perkusi.
f. Lingkungan: Meubel, dekorasi ruang.
g. Karakteristik fisik: Status kesehatan, bentuk tubuh, warna kulit,
deformitas, bau badan yang khas.
52
2. Showing Empathy : jejakkan kakimu ke sepatunya dan tatap matanya
• Empati: merupakan kemampuan untuk mengenali, memahami, dan
merasakan secara langsung emosi orang lain.
• Dapat dipercaya: jika pasien sudah menaruh rasa percaya kepada
dokter maka kita juga bisa menganalisa seluruh masalah pasien dan
mempermudah juga memberikan advice, memelihara dan menjaga
harga diri pasien, hal-hal yang bersifat pribadi, dan kerahasiaan pasien
sepanjang waktu.
3. Unconditional Positive Regard / Being Non Judgmental (jangan
menghakimi) : menangguhkan nilai dan keyakinan Anda sendiri dan
menghormati orang lain
4. Congruence or Genuinesess (be real/ kesesuaian) : Membantu dalam
merekatkan hubungan relasi antara dokter dengan pasien

B. Basic Counseling Skill (Skill Konseling Dasar)


Skill Konseling Dasar merupakan bagian dari proses terapeutik dimana
kemampuan atau keterampilan tenaga kesehatan dalam berinteraksi untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan
belajar bagaimana berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain. Konseling
tidak hanya sekedar berdialog dengan pasien tetapi bertujuan atau berefek
terapeutik, yaitu meringankan penderitaan yang dialami pasien/klien sehingga
bisa mempercepat kesembuhan dan membantu menumbuhkan insight atau
tilikan pasien terhadap dirinya sendiri. Dalam konseling dikenal namanya asumsi
positip dimana suatu asumsi bahwa semua orang mampu menyelesaikan
masalahnya secara mandiri. Hal ini
menimbulkan kelebihan dan
kekurangan. Namun, belum tentu
konsep dan cara pandang setiap orang
dalam menyelesaikan bisa sama dan
diterapkan pada orang lain.
Keterampilan yang diperlukan dalam
konseling adalah : Relating, Observing,
Listening, Questioning, Attending,
Behavior Talking, Summarizing &
Paraphrasing, Interpreting, Giving
interpretation.

53
C. Metode Konseling tergantung Tujuan dan Konteks ada beberapa macam,
antara lain:
1. Konseling gizi: sedang banyak dilaksanakan oleh pemerintah mengingat
adanya kasus Stunting yang prevalensi nya masih tinggi serta hal-hal yang
berkaitan dengan perdietan.
2. Konseling perkawinan: konseling yang diselenggarakan sebagai metode
pendidikan, metode penurunan ketegangan emosional, metode
membantu patner-patner yang menikah untuk memecahkan masalah dan
cdara menentukan pola pemecahan masdalah yang lebih baik.
3. Client-centered counseling untuk masalah psikososial : untuk kasus ini
masih banyak klien yang memang datang untuk melakukan konseling
tentang masalah yang berhubungan dengan pikiran, perasaannya yang
berhubungan dengan lingkungan dan interaksinya dengan orang lain.
Carl Rogers percaya bahwa setiap manusia memiliki pandangan
yang berbeda tentang dunia dan meyakini apa yang mereka
fahami adalah yang terbenar.
4. Konseling BATHE (Background – Affect – Trouble – Handling – Empathy)
tekhnik ini ditujukan mengatasi masalah psychososial
a. Contoh Pertanyaan :
• Background : Apa yang terjadi padamu?
• Affect : bagaimana perasaanmu tentang itu ?
• Trouble : apa masalah yang paling mengganggumu ?
• Handling : bagaimana caramu menanggulanginya ?
• Empathy : itu pasti sangat sulit bagimu?
b. Instruksi penggunaan :
• Gunakan hanya 4 pertanyaan
• Bergeser dengan cepat dari detail B ke perasaan tentang
situasi A dam T
• Jangan menginterpretasi atau menganalisis respons
pasien
• Jangan dulu beri nasihat
• Ingat, tujuan dari konseling ini bukan memperbaiki
masalah tapi memberikan support dan klarifikasi
• BATHE seharusnya hanya butuh 1 menit
54
5. Konseling metode CEA (Catharsis-Education-Action) untuk penyakit kronis
untuk individu & keluarga.
6. Konseling model 5 A untuk berhenti merokok dan perubahan perilaku
lainnya( minum minuman alkohol & penurunan berat badan).
7. Breaking bad news: merupakan berita (informasi) yang secara drastis dan
negatif mengubah pandangan hidup pasien tentang masa depannya
(disampaikan oleh Dr.dr.Tri Wahyuliati Sp.S., M.Kes dalam Seminar beliau).
8. Konseling duka cita (bereavement counseling): bentuk psikoterapi yang
bertujuan untuk membantu orang-orang yang ditinggalkan dalam hal fisik,
emosi, sosial, spititual, dan respon kognitif terhadap kehilangan anggota
keluarganya.
V. Konseling 5A untuk Berhenti Merokok dengan Behavior Change Model
Segala sesuatu tentang
Change atau Perubahan selalu
saja memberikan dua sisi yang
berbeda, ada yang menerima
atau tidak, untuk hal yang
positif atau negatif, hal-hal
seperti ini yang menjadikan
kata perubahan dan untuk
melakukannya pun terbilang
sulit. Karena jika memilih
berbeda dibutuhkan usaha
yang besar dan jika tidak maka
akan memberikan dampak
yang lebih buruk. Menurut
Prochaska & DiClemente pada
tahun 1983 terdapat Stages of
Change:
Tanyakan apakah memiliki kebiasaan merokok? Jika iya maka kita bisa
melakukan atau memasukkan konseling 5A ini dalam pertemuan dengan pasien.
Kalau Stages of Change di atas kapan dilakukannya? Pada tahap Assess kita dapat
melakukan penilaian kesiapan pasien untuk berhenti merokok, kita cukup
menanyakan “Apakah Anda ingin berhenti merokok?” atau “Apakah Anda
memiliki niat untuk berhenti merokok?”. Hal-hal tersebut tidak sampai disitu saja,
tapi di GALI LAGI lalu tentukan termasuk kelompok di tingkatan mana pasien
tersebut berada dalam tahap perubahan dirinya. Untuk mempermudah pasien

55
dan dokter sendiri dalam mengukur kesiapan pasien kita bisa memberikan skala
kepada pasien tentang keinginannya untuk berhenti merokok dari Skala 1 - 10,
dimana angka 1 belum siap dan 10 sudah sangat siap atau bisa juga dibagi jadi 3
tingkatan:
• Low Readiness : Tidak siap berhenti, rokok bukan suatu masalah, mencoba
berhenti membuang-buang waktu.
• Moderate Readiness : Saya berpikir untuk berhenti merokok, saya tahu
berhenti merokok membantu menyehatkan tubuh saya, saya sangat
tertarik untuk mendengarkan caracara yang bisa membuat saya berhenti.
• High Readiness : Saya sudah siap untuk berhenti merokok, saya ingin
dibantu untuk berhenti merokok.
VI. Strategi untuk tiap tahap perubahan (Stage of Change)

56
5A itu kepanjangan dari Ask (menanyakan apakah punya kebiasaan
merokok), Advise (memberikan saran untuk berhenti merokok), Assess
(memberikan penilaian tentang keinginan untuk berhenti merokok), Assist
(membuat rencana spesifik bagi pasien untuk berhenti merokok), dan Arrange
(menyusun rencana follow-up untuk bertemu lagi dalam konseling berhenti
merokok).
Bukti menunjukkan bahwa 5A efektif dalam banyak hal :
• Intervensi minimal yang berlangsung kurang dari 3 menit dan dapat
meningkatkan tingkat pantang tembakau secara keseluruhan
• Nasihat dokter dan follow up tidak bermanfaat secara klinis dan hanya
menghamburkan uang pasien
• Pengaturan klinis yang sepenuhnya menerapkan semua 5A menunjukkan
hasil yang lebih baik daripada mereka yang menggunakan 5A secara
parsial atau tidak konsisten
Jika pasien belum siap untuk berhenti merokok maka dapat menggunakan 5
R yaitu Relevance (berikan pertanyaan yang sesuai dengan kondisi pasien), Risks
(tanyakan dampak negative jika melanjutkan merokok), Rewards (tanyakan
manfaat jika berhenti merokok), Roadblocks (tanyakan hambatan yang dirasakan
jika hendak berhenti), Repetition (Ulangi perlakuan ini hingga pasien mampu
berkomitmen untuk berhenti).
Dalam penggunaan rokok dikenal dalam Three-Link Chain of Tobacco
Dependence :
• Biological dependence,
• Phychological dependence,
• Socio-cultural factors
ditunjukkan dalam huruf ABC dimana ada
Addiction, Behavior, dan Socio-cultural. Kalau adiksi
sudah pada tahukan kalau nikotin itu rajanya bahan
adiktif melebihi kokain dan marijuana, kalau
Behaviornya adalahmemang perilaku yang
mengantar perokok untuk memenuhi kebutuhan
adiksinya, serta C untuk Socio-cultural itu adalah
aspek orang-orang yang ada di sekitar perokok.
Strategi yang bisa dilakukan lainnya untuk usaha
berhenti merokok adalah 5D yang merupakan
usaha untuk melawan keinginan candu untuk
kembali merokok dan 5R bagi pasien yang belum
benar-benar ingin berhenti merokok.

57

Anda mungkin juga menyukai