Anda di halaman 1dari 12

RESUSITASI CAIRAN

NAMA DOSEN : dr. Yosi


EDITOR : Jyjyd
LAYOUTER :
Tubuh manusia terdiri dari dua bagian utama yakni bagian padat dan cair. Air
tubuh total atau Total Body Water (TBW) adalah presentase berat air dibagi berat
badan total yang bervariasi berdasar jenis kelamin, umur, dan kandungan lemak
dalam tubuh. Pada laki-laki presentase air tubuh adalah 60% sedangkan pada
perempuan, presentasenya adalah 50%. Bagian padat terdiri dari tulang, kuku, otot,
serta jaringan lain. Sedangkan bagian cair berupa cairan intraseluler dan
ekstraseluler. Dalam cairan intraseluler dan ekstraseluler terdapat elektrolit yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga keseimbangan fungsi organ. Apabila terjadi
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, dapat menyebabkan terjadinya diare,
muntah-muntah, perdarahan, dll. Pada keadaan tersebut, perlu dilakukan resusitasi
cairan agar volume cairan tubuh yang hilang segera dapat digantikan. *keterangan:
ISF (Interstitial fluid), ICF (Intracellular Fluid)

I. Kompartemen Cairan
Kompartemen adalah suatu interstitial, dan cairan transeluler.
ruangan berisi cairan, dengan Contoh cairan transeluler adalah
komponen terbesar dari tubuh adalah cairan serebrospinal, cairan sendi,
air. Kompartemen terdiri dari cairan peritoneum, cairan perikardial,
kompartemen intraselular dan aqueous humour, dll.
ekstraselular, yang antara keduanya
dibatasi oleh membran bersifat semi-
permeabel. Cairan intraseluler adalah
cairan yang terkandung dalam sel
sedangkan cairan ekstraseluler
berada mengelilingi sel dan
terkandung diantara rongga tubuh.
Cairan ekstraseluler terdiri dari
intravaskular/ plasma darah, cairan

84
Kompartemen Persentase Cairan Terhadap Volume Cairan (L)
Berat Badan (%)

Intraselular 40 28

Ekstraselular 20 14

- Interstitial 16 10.5

- Intravaskular 4 3.5

Total cairan tubuh 60 42

Pada setiap kompartemen, terdapat elektrolit yang berperan


mempertahankan keseimbangan cairan masing-masing kompartemen. Cairan Intra
seluler kaya akan kation K+ dan anion HPO4-, dan hampir tidak memiliki ion Ca2+.
Kandungan protein yang dimilikinya juga tinggi, 4 kali lipat dibanding pada plasma.
Cairan ekstraseluler kaya akan kation Na+ dan anion Cl- .

*Cara mudah menghafalnya tuh, “dikasi Garam Calo gamau tawar”, yang artinya
Sodium (garam/ Na+) dan Klorida (Cl-) berada di luwar.

Keseimbangan cairan tubuh dicapai dengan terjadinya keseimbangan jumlah


cairan yang masuk dan keluar. Pada orang dewasa, cairan yang masuk dan keluar
dalam 1 hari adalah sebagai berikut. Yang artinya 60% pengeluarannya berasal dari
produksi urin.

85
Masuk (ml) Keluar (ml)

Pencernaan 1200 Ginjal (urin) 1500

Makanan Cair 1000 Saluran Cerna (faeces) 200

Oksidasi 300 Paru (udara ekspirasi) 400


Makanan
Kulit (keringat) 400

Total 2500 Total 2500

Dalam mempertahankan keseimbangannya, terjadi proses tukar-menukar


cairan secara terus menerus. Proses perpindahan antar kompartemen ini pakai sistem
semacam saringan. Setiap zat yang mau dipindahkan harus menembus saringan
tersebut. Kalau zat itu bisa tembus, disebut permeabel, dan kalau gabisa tembus
disebut non-permeabel, sedangkan kalau ada beberapa zat bisa tembus sedangkan
yang lain tidak disebutnya semi-permeabel. Saringan ini disebut membran. Membran
ini terdiri dari membran sel dan kapiler. Membran sel dapat ditembus air dan
mengikuti gradien tekanan osmotik. Sedangkan membran kapiler permeabel
terhadap semua zat kecuali sel dan protein serta mengikuti gradien tekanan. Cara
pindahnya zat dilakukan secara aktif (butuh energi) seperti transpor aktif dengan
pompa Na dan K dan pasif (gabutuh energi) seperti difusi, osmosis, filtrasi.

Kalau diurutkan dari dalam keluar, kehilangan cairan bisa terjadi pada
intraselular, interstitial, dan intravaskular. Kehilangan cairan bisa terjadi pada kondisi
perdarahan, dehidrasi ringan, maupun dehidrasi berat. Kondisi itu bergantung pada
volume dan kecepatan hilangnya cairan.

Kalau sedikit volume (2 L)


cairan hilang secara cepat dalam
waktu 15-30 menit memaksa
kompartemen intravaskular untuk
mengeluarkan cairannya. Hal ini
terjadi pada perdarahan/ hemoragia.
Hal ini dikarenakan intravaskular yang
erat kaitannya dengan pembuluh
darah dan terjadi penurunan aliran
darah ke seluruh tubuh.

86
Kalau sedikit volume (2 L)
cairan yang hilang dan terjadi secara
lambat dalam 6-12 jam, cairan yang
hilang berasal dari gabungan
kompartemen ekstraseluler yakni
interstitial dan intravaskular. Hal ini
cenderung terjadi pada kondisi
dehidrasi ringan.

Kalau banyak volume (4 L)


yang hilang dan terjadi secara lambat
seperti pada kasus diare dan muntah,
hemodinamik tubuh masi cukup baik
namun banyak volumen interstitial
yang kehilangan banyak cairan. Hal
ini menyebabkan dehidrasi berat.

Kalau terjadi banyak volume


kehilangan cairan (6 L) dan tidak
dilakukan terapi pengganti cairan,
interstitial dan intravaskular akan
kehilangan banyak cairan sehingga
dapat terjadi dehidrasi kronis dan
syok.

Syok dapat terjadi pada kondisi dehidrasi berat dengan tanda sbb;

87
Apabila terjadi kehilangan cairan ekstraseluler, terdapat tanda-tanda yang
terjadi yakni;

Ringan Sedang Berat

Sistem Saraf Baik Mengantuk Refleks tendon


Pusat
Apatis Anestesi pada akral
Respon lambat Stupor
Anoreksia Koma
Aktivitas turun
Kardiovaskuler Takikardi Takikardi Sianosis
Hipotensi Hipotensi
Nadi lemah Akral dingin
Vena kolaps Nadi tak teraba
Detak jantung jauh
Jaringan Mukosa lidah Lidah kecil, lunak, Atonia
kering keriput
Mata cekung
Turgor turun Turgor cukup turun
Turgor sangat turun
Urin Pekat Pekat Oligouria
menurun
Defisit 3-5 % 6-8 % 10 %
Kehilangan darah diklasifikasikan dalam 4 kelas sebagai berikut

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Kehilangan darah (ml) <750 750-1500 1500-2000 >2000


Kehilangan darah (% volume) <15% 15-30% 30-40% >40%
Denyut nadi (x/ menit) <100 <120 >120 >140
Tekanan darah Normal Normal Menurun Menurun
Tekanan nadi Normal Menurun Menurun Menurun
atau naik
Frekuensi napas 14-20 20-30 30-40 >40

88
Produksi urin (ml/jam) >30 20-30 5-15 Tidak
berarti
CNS (Status mental) Sedikit Agak Cemas, Bingung,
cemas cemas bingung lesu
Pengganti cairan Kristaloid Kristaloid Kristaloid Kristaloid
dan darah dan darah

II. Syok
A. Definisi
Syok adalah sindrom kegagalan sirkulasi oleh sistem kardiovaskular
dalam mencukupi kebutuhan oksigen jaringan tubuh. Pada syok, ada
gangguan aliran darah (hemodinamik) sehingga Oksigen yang diedarkan ke
tubuh jadi kurang mencukupi kebutuhan jaringan. Gangguan aliran darah
(perfusi) bisa berupa penurunan darah balik, curah jantung, pengisian
ventrikel, gangguan pompa jantung, sistem sirkulasi, dll. Perfusi yang tidak
adekuat menyebabkan hipoksia seluler, asidosis metabolik, gangguan
metabolisme seluler, kegagalan organ, dan bisa berujung pada kematian.

B. Diagnosis Syok
Syok bisa didiagnosis dengan adanya 3 komponen

1. Terjadinya hipotensi arterial sistemik (TD <90 mmHg, Mean Arterial


Pressure (MAP) <50 mmHg disertai takikardi)

2. Gejala klinis hipoperfusi – melihat 3 window pada KGN (kulit keriput


karena vasokonstriksi, kulit basah dan dingin, serta sianosis, ginjal dengan
produksi urin <0.5 ml/jam, dan neurologis dengan perubahan status
mental ditandai dengan penurunan kesadaran)

3. Peningkatan laktat – menunjukkan abnormalitas metabolisme O2 seluler

C. Jenis Syok
1. Syok Hipovolemia

Syok hipovolemia artinya terjadi kondisi volume cairan tubuh yang


sangat rendah akibat kehilangan cairan yang sangat banyak yang pada
akhirnya menyebabkan penurunan curah jantung. Hal ini bisa disebabkan

89
oleh blood loss (trauma, kehamilan ektopik, perdarahan post-partum,
perdarahan gastrointestinal, batuk darah) maupun non-blood loss
(muntah, diare, pankreatitis akut, diabetes ketoasidosis).

2. Syok Kardiogenik

Syok kardiogenik terjadi karena jantung gagal memompa darah sehingga


terjadi penurunan curah jantung karena masalah pada preload (pada
pneumotoraks, efusi pericardium, hemoperikardium), kontraktilitas
(infeksi virus, asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia), dan afterload (emboli,
pheochromocytoma).

3. Syok Distributif

Syok distributif disebabkan penurunan resitensi pembuluh darah perifer


karena vasodilatasi pembuluh darah dan peningkatan permeabilitas
pembuluh. Terjadi maldistribusi (distribusi darah ketempat yang tidak
seharusnya) volume darah. Ada 3 jenis syok distributif yakni

a. Syok anafilaktik: karena kejadian akut oleh alergen dari makanan,


obat-obatan, cairan kontras, dan sengatan lebah.

b. Syok sepsis: karenaendotoksin oleh infeksi bakteri,parasit, dan jamur

c. Syok neurogenik: terjadi karena disfungsi saraf otonom dan ganglia


simpatis yang mensarafi torakolumbal sebagai pertahanan tonus
pembuluh darah perifer. Syok neurogenik seringkali disebabkan
cedera tulang belakang, anastesi spinal, luka, dll.

4. Syok Obstruktif

Syok obstruktif disebabkan pasien gamampu ngehasilin curah jantung


yang cukup karena darah yang keluar dari ventrikel terjebak dan gabisa
diedarkan. Hal ini terjadi pada kasus tamponade pericardium.

D. Manajemen Syok
Manajemen awal syok terdiri dari ventilasi, resusitasi cairan, dan pemberian
agen vasoaktif. Apabila terjadi syok, pertahankan saturasi O 2 > 92 %, lakukan
intubasi bila diperlukan. Atasi penyebab syok kalau memungkinkan dan
upayakan peningkatan Tekanan Darah agar aliran O2 ke jairngan bisa
meningkat juga. Pertahankan Mean Arterial Pressure (MAP) 60 mmHg.

90
III. Pemilihan Terapi Cairan
A. Resusitasi

Cairan resusitasi yang ideal digunakan adalah yang menghasilkan cairan


intravaskular bertahan lama dan komposisinya semirip mungkin dengan
cairan ekstraseluler, dan gaada efek samping metabolik dan sistemik.
Namun sejauh ini, belum dapat ditemukan cairan yang memenuhi kriteria itu,
so yang paling deket ya cairan ini

1. Kristaloid

Cairan kristaloid bisa menembus membran semipermeabel secara bebas.


Kristaloid terdiri dari air dan elektrolit bersifat isotonik terhadap cairan
ekstrasel. NaCl 0.9 % adalah jenis kristaloid yang paling sering digunakan.
Contoh lain berupa Ringer Laktat (RL) dan Ringer Asetat (RA).

Komposisi kristaloid terdiri dari

2. Koloid

Cairan koloid tidak dapat menembus membrane semipermeabel. Berat


molekulnya besar sehingga susah keluar dari intravaskuler. Koloid
cenderung menetap di pembuluh darah lebih lama dibanding kristaloid
karena tidak bisa disaring langsung oleh ginjal. Contoh yang beredar di
pasaran ada koloid alami (albumin) dan sisntetis (Gelofusin, Dekstran,
Starch (HES). Indikasi penggunaan koloid dilakukan pada pasien syok
hemoragik sebelum transfusi darah serta hipoalbuminemia berat akibat
luka bakar.

91
Komposisi koloid terdiri dari

3. Perbandingan kristaloid dan koloid

Kristaloid Koloid
Keuntungan Komposisi elektrolit Tahan lama di intravaskuler
seimbang
Volume yang dibutuhkan
Berfungsi sebagai buffer tidak banyak
laktat/asetat
Meningkatkan COP
Tidak ada reaksi alergi
Resiko oedema minimal
Efek terhadap homeostasis
Meningkatkan aliran darah
minmal
mikrovaskuler
Memudahkan diuresis
Sampai pada mikrosirkulasi
Murah
Kerugian Sedikit emnambah volume Volume overload
plasma
Mengganggu homeostasis
Volume yang dibutuhkan
Akumulasi di jaringan
banyak
Efek samping mengganggu
Oedema/ kelebihan cairan
fungsi ginjal
Mengurangi COP
Reaksi anafilaksik
Hipotermia
Lebih mahal

92
B. Rumatan/ Maintenance

Cairan rumatan adalah cairan yang digunakan untuk memelihara


keseimbangan cairan tubuh pasien yang stabil. Contohnya seperti KAEN-3A,
KAEN-3B.

C. Nutrisi Parenteral

Cairan parenteral diberikan pada pasien yang tidak mau dan tidak bisa
makan peroral. Contohnya Asam amino.

IV. Managemen Resusitasi Cairan


A. Target Resusitasi Cairan

1. Mempertahankan normovolemia dan stabilitas hemodinamik dengan TD


Sistolik 800-100 mmHg, hematocrit 25%-30%, trombosit >50.000/m3,
0
temperature >35 C.
2. Tercapai keseimbangan antara kompartemen cairan
3. Mempertahankan tekanan Colloid Osmotic Pressure (COP) secara adekuat
4. Meningkatkan aliran darah mikrovaskuler
5. Mencegah terjadinya koagulopati
6. Normalisasi hantaran O2 ke jaringan sel dan metabolisme seluler
B. Metode Mengetahui Kebutuhan Cairan

1. Perkirakan normal volume darah (BV)

Blood Volume/kg (mL/kg)


Bayi prematur 95
Bayi aterm 85
Pediatrik 80
Laki-laki 75
Wanita 65

2. Perkirakan % darah yang hilang dengan menghitung volume defisit (VD)

VD = BV x % loss

93
3. Tentukan volume resusitasi (RV)

Whole Blood RV = VD

Colloid RV = 1,5 x VD Kristaloid RV = 3-4 x

C. Resusitasi Cairan

Resusitasi cairan dilakukan dengan pertama kali menjaga airway, lakukan


terapi oksigen maksimal, intubasi dan ventilator bila dibutuhkan.
Selanjutnya lakukan bolus cepat kristaloid dalam 10-15 menit dengan dosis
anak < 1th 10 cc/kgBB dan dewasa 20 cc/kgBB. Pemberian bolus dapat
diulang sesuai kebutuham dan selalu evaluasi kesadaran, denyut nadi, dan
ronkhi setiap selesai bolus cairan. Pasang infus 2 jalur bila diperlukan dan bila
tidak merespon bisa tambahkan koloid sesuai dosis. Terapi definitifnya
dilakukan operasi Cito.

D. Monitoring

Monitoring dilakukan terhadap kesadaran, denyut nadi, perfusi jaringan,


ECG, Pulse oxymetri, MAP, dan urin.

E. Komplikasi

Komplikasi yang timbul berupa Oedema Paru, Myocardium Oedema,


Abdominal Compartment Syndrome, dan efek pada susunan saraf pusat.

F. Respon Terhadap Terapi Cairan Awal

94
G. Evaluasi Resusitasi Cairan

Secara umum, evaluasi resusitasi cairan dilakukan terhadap

Keadaan umum Kesadaran dan perfusi jaringan (ada sianosis


atau tidak)

Produksi urin Dewasa = 0.5-2 cc/kgBB

Anak = 2-4 cc/kgBB

Keseimbangan asam-basa pH tubuh

95

Anda mungkin juga menyukai