SYOK SEPTIK
Diajukan kepada :
dr. Dedy Hartono, Sp.An
Disusun oleh :
Winda Alviranisa (20204010293)
Novyan Sri Aditya Her Suryani (20204010295)
SYOK SEPTIK
Disusun oleh :
Winda Alviranisa (20204010293)
Novyan Sri Adiya Her Suryani (20204010295)
Oleh :
Dokter Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan
karunia yang telah senantiasa dilimpahkan oleh-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Tutorial Klinik Anestesi yang berjudul “Syok Septik”
sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian akhir di bagian Ilmu
Anestesiologi dan Terapi Intensif, dan juga untuk memberikan informasi kepada
masyarakat.
Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa tugas Tutorial Klinik ini sangat
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan kerendahan
hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penelitian ke depannya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada:
1. Allah SWT yang senantiasa telah memberikan nikmat tak terhingga kepada
penulis sehingga bisa menyelesaikan tugas Tutorial Klinik ini.
2. dr. Dedy Hartono, Sp.An selaku dokter pembimbing dalam menyelesaikan
tugas Tutorial Klinik ini.
3. Teman-teman koass seperjuangan di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Akhir kata dari penulis. Penulis sangat berharap semoga Allah SWT pahala
yang setimpal atas segala kebaikan apapun yang penulis dapatkan dari pihak-
pihak di atas. Aamiin Aamiin Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin. Penulis juga sangat
berharap semoga tugas Tutorial Klinik ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
iii
iv
DAFTAR ISI
TUTORIAL KLINIK.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................2
LAPORAN KASUS................................................................................................2
A. Identitas Pasien..........................................................................................2
B. Anamnesis..................................................................................................2
C. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................5
D. Diagnosis Kerja..........................................................................................6
E. Tatalaksana................................................................................................7
F. Follow Up..................................................................................................8
BAB III..................................................................................................................13
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................13
A. Definisi.....................................................................................................13
B. Etiologi.....................................................................................................16
C. Epidemiologi............................................................................................16
D. Patofisiologi.............................................................................................17
E. Diagnosis.................................................................................................18
F. Penatalaksanaan.......................................................................................19
v
BAB I
PENDAHULUAN
Sepsis dan syok septik adalah salah satu penyebab utama mortalitas pada
pasien dengan kondisi kritis. Berdasarkan consensus internasional dalam The
Journal of the American Medical Assosiation (JAMA) sepsis merupakan
terjadinya disfungsi organ yang mengancam nyawa diakibat karena disregulasi
respon tubuh terhadap infeksi. Buletin WHO (World Health Organization)
terbitan tahun 2010 mengatakan bahwa sepsis merupakan penyebab kematian
utama di ruang perawatan intensif pada negara maju, dan insidensinya mengalami
kenaikan. Di Amerika, terjadi 750.000 kasus sepsis setiap tahunnya. Angka
kejadian sepsis meningkat pada kondisi seperti standar hidup dan higienis yang
rendah, malnutrisi, infeksi kuman. Menurut hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas)
tahun 2013 yang diterbitkan oleh Kemenkes menyebutkan bahwa penyakit infeksi
utama yang ada di Indonesia meliputi ISPA, pneumonia, tuberkulosis, hepatitis,
diare, malaria. Dimana infeksi saluran pernafasan dan tuberkulosis termasuk 5
besar penyebab kematian di Indonesia.
Sampai saat ini sepsis dan syok septik masih merupakan tantangan besar bagi
dunia kedokteran. Seiring penjalanan sepsis menjadi syok septik, risiko kematian
meningkat secara signifikan. Setiap jam keterlambatan pemberian antibiotik telah
terbukti meningkatkan angka kematian syok septik sebesar 7,6%. Sebaliknya,
pasien systemic inflammatory response syndrome (SIRS) non-infeksi yang salah
didiagnosis sebagai sepsis, dapat secara tidak tepat diobati dengan antibiotik
spektrum luas, sehingga menunda pengobatan inflamasi sistemik yang mendasari
dan memberikan kontribusi untuk munculnya resistensi antibiotik. Kompleksnya
patogenesis dan patofislogi sepsis melibatkan hampir semua jenis sel, jaringan,
dan sistem organ. Dalam artikel ini dibahas definisi, etiologi, dan
patogenesis/patofisiologi sepsis dan syok septik yang meliputi patogen penyebab
infeksi dengan faktor virulensinya, respon pejamu, respon inflamasi, sistem
koagulasi yang terganggu, dan disfungsi organ.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. L
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 56 tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Sewon, Bantul
Agama : Islam
Nomor RM : 69-68-48
Tanggal Masuk IGD : 6 Juni 2022 pukul 20.22 WIB
Tanggal Masuk HCU : 7 Juni 2022 pukul
Ruang : HCU
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Demam sejak 4 hari SMRS
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki usia 56 tahun datang diantar keluarganya ke IGD RSUD
Panembahan Senopati Bantul dengan keluhan utama demam sejak sekitar
empat hari yang lalu. Keluhan disertai mual, pusing cekot-cekot, badan pegal-
pegal, nafsu makan menurun dan diare. BAK tidak ada keluhan. Pasien
mengatakan sudah berobat ke dokter sebelumnya, namun belum membaik.
3
A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum dan Kesadaran
a. Keadaan Umum : Sedang
b. Kesadaran : E4V5M6
2. Tanda Vital
a. TD : 113/97 mmHg
b. RR : 20 x/menit
c. SpO2 : 99%
d. Suhu : 39,1ºC
e. HR : 89 x/menit
f. VAS :4
3. Kepala – Leher
a. Kulit : kecoklatan, kelainan (-).
b. Kepala : normocephal, mesocephal, rambut hitam.
c. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+), cowong (-/-)
d. Hidung : bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-).
e. Mulut: mukosa lembab, buka mulut >3 jari.
f. Telinga : bentuk normal, sekret (-/-).
g. Leher : Pembesaran limfonodi (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).
Kesan: Hasil pemeriksaan kepala – leher tidak didapatkan abnormalitas.
c. Pulmo
● Inspeksi : Simetris, retraksi dada (-)
● Palpasi : Pergerakan dada kesan simetris.
● Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru.
● Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Kesan: Hasil pemeriksaan thorax – cor – pulmo dalam batas normal.
5. Abdomen
● Inspeksi : Supel, deformitas (-), bekas luka (-).
● Auskultasi : Bising Usus (+) meningkat.
● Perkusi : Timpani.
● Palpasi : Nyeri tekan (-)
Kesan: Hasil pemeriksaan abdomen terdapat peningkatan bising usus.
6. Ekstremitas
a. Superior : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 dtk.
b. Inferior : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 dtk, nyeri tekan
gastrocnemius (+/+)
Kesan: Terdapat nyeri tekan pada gastrocnemius kedua ekstremitas inferior.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium Darah Lengkap (DL)
Tanggal : 6 Juni 2022
JENIS PEMERIKSAAN SATUAN HASIL RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hitung Jenis
Batang % 0 2–5
Limfosit % 6 20 – 35
Monosit % 5 4–8
Eosinofil % 0 2–4
Basofil % 0 0–1
Segmen % 89 51 – 67
KIMIA KLINIK
Fungsi Hati
Fungsi Ginjal
Ureum mg/dl 43 17 – 43
Diabetes
Elektrolit
Kesan:
● Kardiomegali
● Pulmo tak tampak kelainan
D. Diagnosis Kerja
● Obs. Febris hari ke 5
● Trombositopenia
● DCA
E. Tatalaksana
● IVFD NaCl 20 tpm
● Inj. Cefotaxime 1gr/8 jam
● Inj. Metoclopramide 10mg/8 jam
● Inj. Hidrokortison 100mg/24 jam
● Inj. Pantoprazole 40mg/12 jam
● Inj. Furosemide 20mg/12 jam
● Sistenol 1 gr jika demam
● Curcuma 3x1 PO
8
F. Follow Up
WAKTU KRONOLOGIS PENDUKUNG
Selasa, S Pasien mengelukan diare sebanyak kurang lebih 10x Lab 7.6.22
7/06/2022 dengan konsistensi cair, mual (+), nyeri perut, sesak
napas, dan badan terasa lemas. Hb : 80 (turun)
Bangsal
HMT: 30.5
Respirasi : 24x/menit
FESES
SpO2 : 95%
Makroskopis
Warna : kuning
A
Konsistensi :
Syok Sepsis Lunak
Lendir : +
Syringe Pump. Vascon mulai 0,05 mcg 🡪 2,25 cc/jam Leukosit : 2-3
Eritrosit: 0-1
Serat
10
pH: 7,38
pCO2: 28.0
P02: 231.0
HCO3: 16.2
SO2: 100
BE: -9,1
TCO2: 17.1
Laktat: 4.0
A-aDO2: 169
pAo2: 400
RI: 0,7
PF: 382
paO2/pAO2:
0,58
Rabu, S Pasien mengatakan sesak napas (+), batuk (-), BAB Ureum: 106
8/06/2022 cair (-)
11
Respirasi : 26 kali/menit
Hematokrit:
31.4
KIMIA
KLINIK
Gas Darah
pH: 7,36
pCO2: 35
P02: 140
Oedem pulmo mix pneumonia
HCO3: 19.9
Cardiomegali
SO2: 99
BE: -5,7
A
TCO2: 21
Syok Sepsis
Laktat: 1.3
Observasi Febris Hari ke 6 ec Suspek Leptospira
pAo2: 391
P
RI: 1.8
Bolus NaCl 0,9% 500 cc dilanjutkan IVFD NaCl 30
cc/jam
12
Syringe Pump. Vascon mulai 0,05 mcg 🡪 2,25 cc/jam PF: 236
Vascon 0,1 mcg (4,5cc/jam) Vascon 0,15 (6,75
cc/jam) paO2/pAO2:
0,36
Curcuma 3x1 PO
Aminoral 3x1
TD : 141/119 mmHg
Suhu : 36,4 oC
Respirasi : 26 kali/menit
Diuresis : 2,18
Syok Sepsis
Inj. Furosemid 20 mg
Curcuma 3x1 PO
Aminoral 3x1
Hematokrit:
14
Batang: 0
A Segmen: 67
Ureum : 197
P Creat: 4.57
Kalium: 3.55
Curcuma 3x1 PO
Aminoral 3x1
15
O2 NK 3 lpm
HCU
O
TD : 100/60 mmHg
Suhu : 36.3ºC
Respirasi : 24 kali/menit
Syok Septik
Curcuma 3x1 PO
Aminoral 3x1
O2 NK 3 lpm
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Istilah sepsis berasal dari bahasa Yunani “sepo” yang artinya membusuk
dan pertama kali dituliskan dalam suatu puisi yang dibuat oleh Homer (abad 18
SM). Kemudian pada tahun 1914 Hugo Schottmuller secara formal
mendefinisikan “septicaemia” sebagai penyakit yang disebabkan oleh invasi
mikroba ke dalam aliran darah. Walaupun dengan adanya penjelasan tersebut,
istilah seperti “septicaemia”, sepsis, toksemia dan bakteremia sering digunakan
saling tumpang tindih.1
Sepsis adalah adanya respon sistemik terhadap infeksi di dalam tubuh
yang dapat berkembang menjadi sepsis berat dan syok septik. Sepsis berat dan
syok septik adalah masalah kesehatan utama dan menyebabkan kematian terhadap
jutaan orang setiap tahunnya. Sepsis Berat adalah sepsis disertai dengan kondisi
disfungsi organ, yang disebabkan karena inflamasi sistemik dan respon
prokoagulan terhadap infeksi. Syok Septik didefinisikan sebagai kondisi sepsis
dengan hipotensi refrakter (tekanan darah sistolik < 65 mmHg, atau penurunan >
40 mmHg dari ambang dasar tekanan darah sistolik yang tidak responsif setelah
diberikan cairan kristaloid sebesar 20 sampai 40 mL/kg). Kriteria untuk diagnosis
sepsis dan sepsis berat pertama kali dibentuk pada tahun 1991 oleh American
College of Chest Physician and Society of Critical Care Medicine Consensus
(Tabel 1).2
Pada tahun 2001, SCCM, ACCP dan European Society of Critical Care
Medicine (ESICM) merevisi definisi sepsis dan menambahkan tingkat dari sepsis
dengan akronim PIRO (Predisposition, Infection, Response to the infectious
challenge, and Organ dysfunction). Kemudian pada tahun 2016, SCCM dan
ESCIM mengeluarkan konsensus internasional yang ketiga yang bertujuan untuk
mengidentifikasi pasien dengan waktu perawatan di ICU dan risiko kematian yang
Tabel 1. Kriteria berdasarkan Konsensus Konfrensi ACCP/SCCM 1991
17
18
578
21
B. Etiologi
Masuknya mikroba ke aliran darah bukan merupakan sesuatu yang mendasar
terhadap timbulnya sepsis berat, karena infeksi lokal dengan penyebab bakteri
yang menghasilkan produk patogen seperti eksotoksin, dapat juga memicu respon
inflamasi sistemik sehingga menimbulkan disfungsi organ di tempat lain dan
hipotensi. Kultur darah yang positif hanya ditemukan pada sekitar 20-40% kasus
sepsis berat dan persentasenya meningkat seiring tingkat keparahan dari sepsis,
yaitu mencapai 40- 70% pada pasien dengan syok septik. Bakteri Gram negatif
atau positif mencakup sekitar 70% isolat, dan sisanya ialah jamur atau campuran
mikroorganisme. Pada pasien dengan kultur darah negatif, agen penyebab sering
ditegakkan berdasarkan kultur atau pemeriksaan mikroskopik dari bahan yang
berasal dari fokus infeksi.4
Sepsis berat terjadi sebagai akibat dari infeksi yang didapat dari komunitas
dan nosokomial. Pneumonia ialah penyebab paling umum, mencapai setengah
dari semua kasus, diikuti oleh infeksi intraabdominal dan infeksi saluran kemih.
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae ialah bakteri Gram positif
paling sering, sedangkan Escherichia coli, Klebsiella spp, dan Pseudomonas
aeruginosa predominan di antara bakteri Gram negatif.5
C. Epidemiologi
Sepsis dan syok sepsis merupakan keadaan dengan morbiditas dan mortalitas
yang tinggi. Sepsis masih menjadi penyebab kematian utama di beberapa negara
di Eropa. Hampir 50% pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU)
merupakan pasien sepsis. Insiden sepsis di Amerika sendiri yaitu 3 kasus per 1000
populasi dengan mortalitas 28,6% atau 215.000 kematian dari 750.000 pasien
terdiagnosis pertahunnya (McLymont, 2016). Di ICU RSUP dr Kandau Manado
sebanyak 65,7% kematian disebabkan karena sepsis. Angka syok septik di RSUP
dr Soetomo Surabaya sebesar 14,58% dan 58,33% sisanya merupakan sepsis
(Tambajong, 2016). Penelitian metaanalisis oleh Jawad et al. mendapatkan bahwa
insidens sepsis dalam populasi berkisar 22- 240 kasus per 100.000 orang, sepsis
berat 13-300 kasus per 100.000 orang, dan syok septik 11 kasus per 100.000
22
orang, dengan angka kematian mencapai 30% untuk sepsis, 50% untuk sepsis
berat, dan 80% untuk syok septik (Shankaar-Hari, 2017).
D. Patofisiologi
Sepsis dipahami sebagai keadaan yang melibatkan aktivasi awal dari
respon pro-inflamasi dan anti-inflamasi tubuh. Bersamaan dengan kondisi ini,
abnormalitas sirkular seperti penurunan volume intravaskular, vasodilatasi
pembuluh darah perifer, depresi miokardial, dan peningkatan metabolisme akan
menyebabkan ketidakseimbangan antara penghantaran oksigen sistemik dengan
kebutuhan oksigen yang akan menyebabkan hipoksia jaringan sistemik atau syok.
Presentasi pasien dengan syok dapat berupa penurunan kesadaran, takikardia,
penurunan kesadaran, anuria. Syok merupakan manifestasi awal dari keadaan
patologis yang mendasari. Tingkat kewaspadaan dan pemeriksaan klinis yang
cermat dibutuhkan untuk mengidentifikasi tanda awal syok dan memulai
penanganan awal.7
Patofisiologi keadaan ini dimulai dari adanya reaksi terhadap infeksi. Hal
ini akan memicu respon neurohumoral dengan adanya respon proinflamasi dan
antiinflamasi, dimulai dengan aktivasi selular monosit, makrofag dan neutrofil
yang berinteraksi dengan sel endotelial. Respon tubuh selanjutnya meliputi
mobilisasi dari isi plasma sebagai hasil dari aktivasi selular dan disrupsi
endotelial. Sitokin proinflamasi seperti tumor nekrosis faktor α, interleukin-1β,
dan interleukin-6 akan mengaktifkan rantai koagulasi dan menghambat
fibrinolisis. Sedangkan Protein C yang teraktivasi (APC), adalah modulator
penting dari rantai koagulasi dan inflamasi, akan meningkatkan proses fibrinolisis
dan menghambat proses trombosis dan inflamasi.8
Aktivasi komplemen dan rantai koagulasi akan turut memperkuat proses
tersebut. Endotelium vaskular merupakan tempat interaksi yang paling dominan
terjadi dan sebagai hasilnya akan terjadi cedera mikrovaskular, trombosis, dan
kebocoran kapiler. Semua hal ini akan menyebabkan terjadinya iskemia jaringan.
Gangguan endotelial ini memegang peranan dalam terjadinya disfungsi organ dan
hipoksia jaringan global.9
23
E. Diagnosis
Pada tahun 2016, SCCM/ESICM mengevaluasi kriteria identifikasi pasien
sepsis, dengan membandingkan kriteria tradisional SIRS dengan metode lain,
yaitu Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) scoring. Berdasarkan analisis
direkomendasikan SOFA score untuk menilai derajat disfungsi organ pada pasien
sepsis.
Disfungsi organ dapat diidentifikasi sebagai perubahan akut skor total
SOFA (Sequential (Sepsisrelated) Organ Failure Assessment) ≥2 sebagai
konsekuensi dari adanya infeksi. Skor SOFA meliputi 6
fungsi organ, yaitu respirasi, koagulasi, hepar,
kardiovaskular, sistem saraf pusat, dan ginjal dipilih
berdasarkan telaah literatur, masing-masing memiliki
nilai 0 (fungsi normal) sampai 4 (sangat abnormal) yang
memberikan kemungkinan nilai dari 0 sampai 24. Skoring
SOFA tidak hanya dinilai pada satu saat saja, namun dapat
24
F. Penatalaksanaan
Dalam Surviving Sepsis Campaign 2018 terdapat perubahan bermakna dari
rangkaian 3 jam, 6 jam, menjadi rangkaian 1 jam awal dengan tujuan diharapkan
terdapat perubahan manajemen resusitasi awal, terutama mencakup penanganan
hipotensi pada syok sepsis.
Tabel 5. Bundle Elements With Strength of Recommendations and Under-Pinning
Quality of Evidence
26
Pemberian cairan merupakan terapi awal resusitasi pasien sepsis, atau sepsis
dengan hipotensi dan peningkatan serum laktat. Cairan resusitasi adalah dengan
pemberian 30 ml/kgBB cairan kristaloid. Perhatikan pemberian cairan pada
kondisi tertentu seperti penyakit ginjal kronis, dekompensasi kordis.
Berikut ini beberapa teknik untuk menilai respon cairan:
1. Passive leg raising test.
Penilaian ini untuk menilai pasien sepsis kategori responder atau
non-responder, dengan sensitivitas 97% dan spesifisitas 94%. Bila pulse
pressure bertambah > 10% dari baseline, dianggap responder. Penilaian ini
bertujuan untuk menilai peningkatan cardiac output dengan penambahan
volume.
2. Fluid challenge test
Mengukur kemaknaan perubahan isi sekuncup jantung (stroke
volume) atau tekanan sistolik arterial, atau tekanan nadi (pulse pressure).
Pemberian cairan dapat mengembalikan distribusi oksigen dalam darah
dan perfusi ke organ vital untuk mencegah ganguan kerusakan organ.
3. Stroke Volume Variation (SVV)
Penilaian variasi isi sekuncup jantung akibat perubahan tekanan
intra-toraks saat pasien menggunakan ventilasi mekanik. Syarat penilaian
responsivitas cairan dengan metode ini adalah:
a. Pasien dalam kontrol ventilasi mekanis penuh
b. Volume tidal 8-10 mL/kgBB (predicted body weight),
c. Tidak ada aritmia. Pasien masuk kategori
responder bila SVV ≥12%.
Selain SVV, Pulse Pressure Variation (PPV) juga dapat dipergunakan
untuk menilai responsivitas cairan.
● Pemberian Vasopressor
Manajemen resusitasi awal bertujuan untuk mengembalikan perfusi jaringan,
terutama perfusi organ vital. Jika tekanan darah tidak meningkat setelah
resusitasi cairan, pemberian vasopressor tidak boleh ditunda. Vasopressor harus
28
31
32
33