Anda di halaman 1dari 35

PRESENTASI KASUS

LARINGITIS KRONIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Kepaniteraan Klinik Bagian


Ilmu THT Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta

Disusun oleh :
Fitri Diyah Karina
20184010062

Diajukan kepada :
dr. Bakti Setio Gustomo, Sp.THT KL

BAGIAN ILMU THT


RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

PRESUS
LARINGITIS KRONIS

Telah dipresentasikan pada tanggal :

November 2018

Oleh :
FITRI DIYAH KARINA
20184010062

Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu THT
RSUD KRT Setjonegoro, Wonosobo

dr. Bakti Setio Gustomo, Sp.THT-KL

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdullilahhirobil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang tiada henti mengiringi setiap
langkah penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan menyelesaikan Presentasi
Kasus (Presus) dengan tema”LARINGITIS KRONIS”. Presentasi Kasus ini
disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Kepaniteraan Klinik bagian Ilmu
THT di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

Penulis meyakini bahwa karya tulis ilmiah ini tidak akan dapat tersusun
tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. dr. Bakti Setio Gustomo, Sp.THT-KL. selaku pembimbing Kepaniteraan
Klinik bagian Ilmu THT di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo yang telah
berkenan memberikan bantuan, pengarahan, dan bimbingan dari awal
sampai selesainya penulisan Presentasi Kasus ini.
2. Pasien di Poliklinik THT yang sudah bersedia meluangkan waktunya
untuk dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
3. Bapak ibu perawat di bagian THT RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo
yang telah berkenan membantu berjalannya Kepaniteraan Klinik bagian
Ilmu THT.
Semoga pengalaman dalam membuat Presentasi Kasus ini dapat
memberikan hikmah bagi semua pihak. Mengingat penyusunan Presentasi Kasus
ini masih jauh dari kata sempurna, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat menjadi masukan berharga sehingga menjadi acuan untuk penulisan
Presentasi Kasus selanjutnya.
Wonosobo, November 2018

iii
iv

Penulis
DAFTAR ISI

PRESENTASI KASUS.............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

LAPORAN KASUS.................................................................................................1

A. Identitas Pasien..........................................................................................1

B. Anamnesis.................................................................................................1

C. Pemeriksaan Fisik......................................................................................3

4. Usulan Pemeriksaan Penunjang................................................................6

5. Diagnosis...................................................................................................8

6. Penatalaksanaan.........................................................................................8

BAB II......................................................................................................................9

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................9

A. ANATOMI................................................................................................9

B. DEFINISI................................................................................................18

C. EPIDEMIOLOGI....................................................................................18

D. ETIOLOGI..............................................................................................20

E. PATOFISIOLOGI...................................................................................20

F. GEJALA KLINIS....................................................................................22

G. DIAGNOSIS...........................................................................................22

H. PENATALAKSANAAN........................................................................24

I. PROGNOSIS...........................................................................................26

BAB III..................................................................................................................27

v
vi

KESIMPULAN......................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. N

Umur : 40 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Wonosobo

Status Perkawinan : Sudah Menikah

NO RM : 715442

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Pasien mengeluh nyeri tenggorokan dan suara serak

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang pasien datang ke poli THT RSUD KRT. Setjonegoro dengan

keluhan nyeri tenggorokan kurang lebih sejak 2 tahun yang lalu. Pasien

mengaku sering kambuh-kambuhan dan akhirnya mencoba berobat di RS

dan sembuh. Tetapi pasien datang kembali lagi ke poli karena merasakan

sakit yang begitu hebat dan mengaku yang terparah sejak 1 bulan yang

lalu. Diikuti demam , hidung tersumbat, nyeri menelan (+) dan suara

serak saat berbicara (+) . Pasien mengaku sedang batuk dan pilek (+)

sesak nafas (-). Pekerjaan pasien sehari-hari menerima jasa pinjaman

1
2

kredit sehingga setiap hari berhubungan dengan orang banyak dan

penggunaan suara yang berlebih

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit Bronchitis (+)

Riwayat alergi (+)

Riwayat sering batuk dan pilek (+)

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat diabetes melitus disangkal

Riwayat asma disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan disangkal

Riwayat trauma disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang serupa dalam keluarga disangkal.

Riwayat penyakit keganasan disangkal

Riwayat penyakit kronis disangkal

5. Anamnesis Sistem

Sistem Serebrospinal : pasien dalam keadaan sadar, pusing (-),

nyeri kepala (-)

Sistem Respirasi : sesak (-), pilek (+), batuk (+)

Sistem Kardiovaskular : dada tidak berdebar-debar, nyeri dada (-)

Sistem Digestif : BAB lancar, lendir (-) darah (-) mual (-)

muntah (-)

Sistem Urogenital : BAK lancar, tidak nyeri


3

Sistem Muskuloskeletal : nyeri otot dan sendi (-)

6. Resume anamnesa

Seorang wanita , usia 40 tahun mengeluh nyeri tenggorokan 2 tahun

yang lalu, sekitar 1 bulan yang lalu kambuh lagi diikuti nyeri ketika

menelan (+), suara serak (+) batuk pilek (+)

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum & Tanda Vital

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Compos Mentis

c. Vital Sign :

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 75x/menit

Respirasi : 18x/menit

Temperatur :36,5°C

SpO2 : 96%

2. Status Generalisata

a. Kepala :

 Bentuk : mesochepal

 Muka : tidak terdapat luka ataupun jejas,nyeri pipi kanan

dan kiri (-)

 Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil

isokhor (+/+), refleks cahaya (+/+)


4

 Hidung : tidak terdapat nafas cuping hidung, tidak ada

deformitas pada tulang hidung, sekret (+), darah (-)

CND : CN lapang, CI eutrofi, massa (-), SD (-)

CNS : CN lapang, CI eutrofi, massa (-), SD (-)

 Telinga

AD : MAE lapang, MT intak, serumen minimal

AS : MAE lapang, MT intak, serumen minimal

 Mulut dan mandibula : bibir simetris, tidak tampak pucat

dan kering, tonsil tidak edem dan tidak hiperemis, gigi lengkap

tidak ada karies ,sianosis (-).

b. Leher :

Pembesaran kelenjar getah bening (-),JVP tidak meningkat.

c. Thorax :

 Pulmo

Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding

dada kanan dan kiri simetris saat statis dan dinamis, tidak

ada retraksi dinding dada.

Palpasi : Vokal fremitus paru kanan sama dengan

paru kiri.

Perkusi : Suara sonor pada seluruh lapang paru.

Auskultasi : Suara dasar vesikuler pada paru-paru kanan

dan kiri, tidak ditemukan suara tambahan


5

 Cor

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : SI> SII murni , irama regular, murmur (-),

gallop (-)

d. Abdomen :

Inspeksi : Datar

Auskultasi : Bising usus (+) DBN

Perkusi : Timpani

Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-)

e. Ekstremitas : Sianosis (-) & CRT <2 detik pada seluruh

ekstremitas

Tangan : Tremor (-/-), akral hangat (+/+)

Kaki : Akral hangat (+/+)

3. Status Lokalis

a. Regio laring

 Inspeksi : mukosa l.aring tampak hiperemis (+)membengkak,

terutama di daerah atas dan bawah pita suara, tanda peradangan

(+)
6

4. Usulan Pemeriksaan Penunjang

a. Rontgen foto vertebra cervicalis AP+Lateral

Hasil :

- Struktur tulang baik, paravertebral mass (-)

- Tak tampak penyempitan discus intervertebralis

- Tak tampak penyempitan for intervertebra


7

- Bentukan wedging corpus vertebra (-) spur formation

(-) lesi lytic (-)

Kesan :

- Tak tampak kelainan pada Ft VC

b. Rontgen thorax PA

Hasil :
- Cor : tak tampak membesar
- Pulmo : corakan bronkovaskuler kasar
 Diaphragma dbn dan sinus dbn

Kesan :

- Cor : tak membesar


- Paru : aspect tenang
8

5. Working Diagnosis

Laringitis Kronis

6. Diagnosis banding

- Benda asing pada laring

- Faringitis

- Bronkitis

7. Penatalaksanaan

- Tab cefixime 2x100mg

- Tab metilpradnisolon 3x4mg

- Tab trifed 2x1

- Betadine gargle 1

8. Prognosis

- Ad vitam : dubia ad bonam

- Ad santionam : dubia ad bonam

- Ad functionam : dubia ad bonam


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI

1. Laring

Larynx (laring) atau tenggorokan merupakan salah satu saluran pernafasan

(tractus respiratorius). Laring membentang dari laryngoesophageal

junction dan menghubungkan faring (pharynx) dg trachea. Laring terletak

setinggi Vertebrae Cervical IV – VI.

Cartilago laring

Laring dibentuk oleh beberapa cartilage, antara lain :

 Cartilago yg berjumlah tunggal

- Cartilago epigloticca

Cartilago elastic berbentuk daun terletak diposterior dari radix linguae.

Berhubungan dengan corpus ossis hyoidea dianteriornya dan cartilage

9
10

thyroidea di posteriornya. Sisi epiglottis berhubungan dengan cartilge

arytenoidea melalui plica aryepiglotica. Sedangkan disuperiornya bebas

dan membrane mucosa nya melipat ke depan dan berlanjut meliputi

permukaan posterior lidah sebagai plica glossoepiglottica mediana et

lateralis. Dimana diantaranya terdapat cekungan yang disebut dengan

valecullae.

- Cartilago thyroidea

Terdiri atas 2 lamina cartylago hyaline yang bertemu di linea mediana

anterior menjadi sebuah tonjolan sudut V yang disebut dengan

Adam’s apple/ commum adamum/ prominentia piriformis (jakun).

Pinggir posterior tiap lamina menjorok ke atas membentuk cornu

superior dan ke bawah membentuk cornu inferior. Pada permukaan

luar lamina terdapat line oblique sebagai tempat melekatnya m.

sternothyroideus, m. thyrohyoideeus, dan m. constrictor pharyngis

inferior.
11

- Cartilago cricoidea

Merupakan cartilage yang berbentuk cincin utuh dan terletak di

bawah dari cartilago thyroidea. Cartilage ini mempunyai arcus

anterior yang sempit dan lamina posterior yang lebar. Pada bagian

lateral nya ada facies articularis sirkular yang akan bersendi dengan

cornu inferior cartilage thyroidea. Sedangkan di bagian atasnya

terdapat facies articularis yang akan bersendi dengan basis cartilage

arytenoidea.
12

 Cartilago yang berjumlah sepasang

- Cartilago arythenoidea

Merupakan cartilage kecil Cartilago arytenoidea berbentuk pyramid

yang terletak di belakang dari larynx pada pinggir atas lamina

cartilage cricoidea. Masing-masing cartilago memiliki apex di

bagian atas dan basis di bagian bawahnya. Dimana bagian apex nya

ini akan menyangga dari cartilage corniculata, sedangkan pada

bagian basis nya bersendi dengan cartilage cricoidea. Pada basis nya

terdapat 2 tonjolan yaitu proc. Vocalis yang menonjol horizontal ke

depan merupakn perlekatan dari lig. Vocale, dan proc. Muscularis

yang menonjol ke lateral dan merupakan perlekatan dari m.

crycoarytenoideus lateralis et posterior.

- Cartilago cuneiformis
13

Merupakan cartilage kecil berbentuk batang yang terdapat di dalam

1 plica aryepigloticca yang berfungsi untuk menyokong plica

tersebut.

- Cartilago cornicula

2 buah nodulus kecil yang bersendi dg apex cartilaginis arytenoidea

dan merupakan tempat lekat plica aryepiglottica sehingga

menyebabkan pinggir atas plica aryepiglottica dextra et sinistra agak

meninggi.

Aditus Laryngis

Merupakan pintu masuk larynx yang menghadap ke dorsocranial dan

menghadap ke laryngopharynx.

Aditus laryngis memiliki syntopi :

- Ventral : pinggir atas epiglottis

- Lateral : plica aryepiglottica.

- Dorsocaudal : membrane mucosa antar cartilage arytenoidea.

Cavitas Laryngis

Cavitas laryngis terbentang dari aditus laryngis hingga ke pinggir

bawah cartilage cricoidea dan di bagi menjadi 3 bagian :

- Bagian atas (vestibulum laryngis) :

Terbentang dari aditus laryngis hingga ke plica vestibularis. Rima

vestibularis adalah celah di antara plica vestibularis. Sedangkan, lig.

Vestibulare terletak dlm plica vestibularis


14

- Bagian tengah (Recessus laryngeus):

Terbentang dari plica vestibularis hingga setinggi plica vocalis

yang berisi lig. Vocalis. Rima glottidis adalah celah di antara plico

vocalis. Diantara plica vestibularis dan plica vocalis ini terdapat

recessus kecil yaitu sinus laryngis dan ventriculus laryngis.

- Bagian bawah. (Fossa infraglottidis)

Syndesmosis Laryngeus

Adalah jaringan ikat yang menghubungkan antara skelet laryng yang

berupa ligament ataupun membrane. Syndesmosis laryngeus terbagi

menjadi :

- Membrana atau ligament extrinsik : menghubungkan skeleton

larynx dengan bangunan sekitar

1. Membrana Thyrohyoidea

Membran fibroelastis yang menghubungkan pinggir atas cartylago

thyroidea dan pinggir depan cornu superiornya dengan tepi atas

facies posterior corpus hyoidei dan cornu majus nya melewati

belakang facies posterior corpus hyoidei dipisahkan oleh bursa

mucosa. Bagian ventromedialnya menebal membentuk lig.

thyrohyoideum medianum. Pinggir dorsalnya juga menebal

membentuk lig. thyrohyoideum lateral yang membentang dari cornu

superior cartilago thyroidea ke cornu majus. Di dalam nya sering

terdapat cartylago triticea.

2. Ligamen Hyoepiglotticum
15

Menghubungkan facies anterior epiglottis dengan pinggir atas corpus

os. hyoideus dan cornu majusnya.

3. Ligamen Cricotracheal

menghubungkan cartilago cricoidea dengan anulus trachealis I

- Membrana atau ligamenta intrinsik : menghubungkan antar cartilago

laryng

1. Membrana Quadrangularis 

menghubungakn sisi epiglottis dengan cartilago arytenoidea dan

corniculata. Tepi atasnya bebas dan menebal disebut

lig.Aryepiglotticum, mucosa yang menutupinya membentuk plica

aryepiglottica. Ke arah caudal membran ini mendekati linea

mediana dan berakhir bebas setinggi fovea triangularis dan

menebal disebut lig. vestibulare (lig.ventriculare).

2. Conus elasticus (Membrana cricothyroidea)

Terletak di bagian caudal membrane quadrangularis.

Menghubungkan cartilago cricoidea dan thyroidea. di sebelah

caudal melekat pada pinggir atas cartilago cricoidea, ke arah

craniomedial berakhir bebas sebagai lig.vocale yang membentang

antara proc. vocalis dan sudut cartylago thyroidea. Bagian depan

conus elasticus menebal membentuk lig.cricothyroidea medianus.


16

Conus elasticus beserta membrane quadrangulare disebut sebagai

membrane fibroelastica laryngeus.

3. Lig. Thyroepiglotticum

Menghubungkan petioles epiglottidis dengan cartylago thyroidea

4. Capsula articularis cricothyroidea

Membungkus sendi cricothyroidea dan diperkuat oleh lig.

ceratocricoideum (lig.cricothyroideum lateral) pars anterior, lateral

dan posterior.

5. Capsula articularis cricoarytenoidea

Membungkus sendi cricoarytenoideus dan diperkuat oleh ligamen

cricoarytenoideum

Musculi Laryngei

- Otot-Otot Intrinsik Laryng

Otot yang perlekatan di bagian laryng. Otot ini memiliki

peranan untuk mengubah panjang dan ketegangan plica vocalis

dalam produksi suara dan mengubah ukuran rima glottidis

untuk masuknya udara ke paru. Otot-otot yang termasuk dan

innervasinya yakni adalah :

1. M. Cricothyroideus (R.externus n. laryngeus superior)

2. M. Cricoarytenoidea posterior (Safety Muscle) (R.Posterior

n. laryngeus inferior)

3. M. Cricoarytenoidea lateral (R. anterior n. laryngeus

inferior)
17

4. M. Arytenoidea transversus (R. Posterior n. Laryngeus

inferior)

5. M. M. arytenoidea obliquus (R. anterior n. laryngeus

inferior)

6. M. Thyroarytenoidea (R. anterior n. laryngeus inferior)

Adapun fungsinya :

1. Mengatur Rima Glottidis

a. Membuka : m.cricoarytenoidea posterior

b. Menutup : m. cricoarytenoidea lateral, m. Arytenoidea

transversa, m. cricothyroidea, dan m. Thyroarytenoidea

2. Mengatur ketegangan lig.vocale

a. Menegangkan : m.cricothyroidea

b. Mengendorkan : m. Thyroarytenoidea

3. Mengatur aditus laryngeus

a. Membuka : m. Thyroepiglotticus

b. Menutup : m. aryepiglotticus dan m. arytenoideus obliquus

- Otot-Otot Ekstrinsik Laryng

Merupakan otot-otot di sekitar laryng yang mempunyai salah

satu perlekatan pada laryng atau os.hyoideus. Berfungsi untuk

menggerakkan laryng secara keseluruhan. Otot ekstrinsik

laryng terbagi atas :


18

a. Otot-otot Depressor :

+ m. Omohyoideus

+ m. sternohyoideus

+ m. sternothyroideus

b. Otot-otot Elevator :

+ m. Mylohyoideus

+ m. Stylohyoideus

+ m. Thyrohyoideus

+ m. Stylopharyngeus

+ m. Palatopharyngeus

+ m. constrictor pharyngeus medius

+ m. constrictor pharyngeus inferior

Vaskularisasi Larynx

Suplai arteri berasal dr R. laryngeus superior a. thyroidea superior.

Dan bagian bawah divaskularisasi oleh R. laryngeys inferior a.

thyroidea inferior. Sdgkn aliran limfe nya bermuara ke nodi

lymphoidei cervicales profundi.

B. DEFINISI

Laringitis merupakan peradangan pada laring yang dapat menyebabkan suara

parau. Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan menebal dan

kadang-kadang pada pemeriksaan patologik terdapat metaplasi skuamosa.

Laringitis kronik adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang
19

terjadi dalam jangka waktu lama. Laringitis kronik terjadi karena pemaparan oleh

penyebab yang terus menerus. Laringitis kronik dapat dibedakan menjadi

laryngitis kronik non spesifik dan laryngitis kronik spesifik ( laryngitis

tuberkulosa dan laryngitis luetika)

C. EPIDEMIOLOGI

Dari penelitian di Seattle – Amerika, didapatkan angka serangan laringitis pada

bayi usia 0-5 bulan didapatkan 5.2 dari 1000 anak per tahun, pada bayi usia 6-12

bulan didapatkan 11 dari 1000 anak per tahun, pada anak usia 1 tahun didapatkan

14.9 dari 1000 anak per tahun, pada anak usia 2-3 tahun didapatkan 7.5 dari 1000

anak per tahun, dan pada anak usia 4-5 tahun didapatkan 3.1 dari 1000 anak per

tahun.

Dari penelitian di Chapel Hill – NC, didapatkan data-data perbandingannya yaitu

24.3, 39.7, 47, 31.2, dan 14.5, dan dari data-data tersebut didapatkan 1.26%

membutuhkan perawatan di rumahsakit. Di Tuscon – AZ didapatkan angka

serangan croup selama tahun pertama kehidupan 107 kasus dari 961 anak.

Laringitis atau croup mempunyai puncak insidensi pada usia 1-2 tahun. Sebelum
20

usia 6 tahun laki-laki lebih mudah terserang dibandingkan perempuan, dengan

perbandingan laki-laki/perempuan 1.43:1

D. ETIOLOGI

Penyebab dari laryngitis kronik sering disebabkan oleh sinusitis kronis,

deviasi septum yang berat, polip hidung, bronchitis kronik atau tuberculosis

paru. Penyebab tersering pada orang dewasa antara lain yaitu

1. Merokok; merokok dapat mengiritasi laring, dapat menyebabkan

peradangan danpenebalan pita suara

2. Alkoholik; alcohol dapat menyebabkan iritasi kimia pada laring.

3. Gastroesophageal reflux disease (GERD); GERD adalah suatu kelainan

dimana asamlambung naik kembali melalui esophagus dan tenggorokan,

sehingga dapat menyebabkaniritasi pada laring.

4. Pekerjaan yang terus menerus terpapar oleh debu dan bahan kimia;

banyakpekerja-pekerja pabrik yang menderita laryngitis kronik seperti pada

pekerja pabrik pupuk,pestisida.

5. Penggunaan suara yang berlebih.

E. PATOFISIOLOGI
21

Pada keadaan normal, plika vokalis membuka secara halus, membentuk suara

melalui pergerakan dan getaran. Dalam keadaan laryngitis, plika vokalis

mengalami inflamasi dan iritasi sehingga tekanan yang diperlukan untuk

proses fonasi mengalami peningkatan, maka terjadi kesulitan dalam

memproduksi tekanan fonasi yang adekuat. Udara yang melewati kedua

plikavokalis yang mengalami edema menyebabkan suara yang dihasilkan

mengalami distorsi,sehingga hasil yang dikeluarkan menjadi parau. Bahkan

pada beberapa kasus suara dapat menjadi lemah atau bahkan tidak terdengar.

Laringitis kronis merupakan inflamasi dari mukosa laring dan pita suara

yang berlangsung lebih dari 3 minggu. Parainfluenza virus, yang merupakan

penyebab terbanyak dari laringitis, masuk melalui inhalasi dan menginfeksi

sel dari epitelium saluran nafas lokal yang bersilia, ditandai dengan edema

dari lamina propria, submukosa, dan adventitia, diikuti dengan infitrasi

selular dengan histosit, limfosit, sel plasma dan lekosit polimorfonuklear

(PMN). Terjadi pembengkakan dan kemerahan dari saluran nafas yang

terlibat, kebanyakan ditemukan pada dinding lateral dari trakea dibawah pita

suara. Karena trakea subglotis dikelilingi oleh kartilago krikoid, maka

pembengkakan terjadi pada lumen saluran nafas dalam, menjadikannya

sempit, bahkan sampai hanya sebuah celah. Daerah glotis dan subglotis pada

bayi normalnya sempit, dan pengecilan sedikit saja dari diameternya akan

berakibat peningkatan hambatan saluran nafas yang besar dan penurunan

aliran udara. Seiring dengan membesarnya diameter saluran nafas sesuai

dengan pertumbuhan maka akibat dari penyempitan saluran nafas akan


22

berkurang. Sumbatan aliran udara pada saluran nafas atas akan berakibat

terjadinya stridor dan kesulitan bernafas yang akan menuju pada hipoksia

ketika sumbatan yang terjadi berat. Hipoksia dengan sumbatan yang ringan

menandakan keterlibatan saluran nafas bawah dan ketidakseimbangan

ventilasi dan perfusi akibat sumbatan dari saluran nafas bawah atau infeksi

parenkim paru atau bahkan adanya cairan.

F. GEJALA KLINIS

Laringitis ditandai dengan suara yang serak, yang disertai dengan puncak

suara (vocal pitch) yang berkurang atau tidak ada suara (aphonia), rasa

tersangkut ditenggorokan sehingga pasien sering mendehem meskipun tidak

mengeluarkan sekret ,batuk menggonggong, dan stridor inspirasi. Dapat

terjadi juga demam sampai 39-40, walaupun pada beberapa anak dapat tidak

terjadi. Gejala tersebut ditandai khas dengan perburukan pada malam hari,

dan sering berulang dengan intensitas yang menurun untuk beberapa hari dan

sembuh sepenuhnya dalam seminggu. Gelisah dan menangis sangat

memperburuk gejala-gejalanya. Anak mungkin memilih untuk duduk atau

dipegangi tegak. Pada anak yang lebih dewasa penyakitnya tidak begitu

parah. Pada anggota keluarga lainnya mungkin didapatkan penyakit saluran

pernafasan yang ringan. Kebanyakan pasien hanya bergejala stridor dan sesak

nafas ringan sebelum mulai sembuh. Gejala tersebut sering disertai dengan

gejala-gejala seperti pilek, hidung tersumbat, batuk dan sakit menelan. Pada
23

kebanyakan pasien gejala tersebut timbul 1 sampai 3 hari sebelum gejala

sumbatan jalan nafas terjadi .

G. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

o Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan suara yang serak, coryza,

faring yang meradang dan frekuensi pernafasan dan denyut jantung

yang meningkat, disertai pernafasan cuping hidung, retraksi

suprasternal, infrasternal dan intercostal serta stridor yang terus

menerus, dan anak bisa sampai megap-megap (air hunger). Bila terjadi

sumbatan total jalan nafas maka akan didapatkan hipoksia dan saturasi

oksigen yang rendah. Bila hipoksia terjadi, anak akan menjadi gelisah

dan tidak dapat beristirahat, atau dapat menjadi penurunan kesadaran

atau sianosis. Dan kegelisahan dan tangisan dari anak dapat

memperburuk stridor akibat dari penekanan dinamik dari saluran

nafas yang tersumbat. Dari penelitian didapatkan bahwa frekuensi

pernafasan merupakan petunjuk yang paling baik untuk keadaan

hipoksemia. Pada auskultasi suara pernafasan dapat normal tanpa

suara tambahan kecuali perambatan dari stridor. Kadang-kadang dapat

ditemukan mengi yang menandakan penyempitan yang parah,

bronkitis, atau kemungkinan asma yang sudah ada sebelumnya.

Dengan laringoskopi sering didapatkan kemerahan pada laring yang

difus bersama dengan pelebaran pembuluh darah dari pita suara. Pada
24

literatur lain disebutkan gambaran laringoskopi yang pucat, disertai

edema yang berair dari jaringan subglotik. Kadang dapat ditemukan

juga bercak-bercak dari sekresi. Dari pergerakan pita suara dapat

ditemukan asimetris dan tidak periodik.

o Pada pemeriksaan rontgen leher dapat ditemukan gambaran staplle

sign (penyempitan dari supraglotis) pada foto AP dan penyempitan

subglotis pada foto lateral, walaupun kadang gambaran tersebut tidak

didapatkan

o Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, kecuali didapatkan

eksudat maka dapat dilakukan pemeriksaan gram dan kultur dengan

tes sensitivitas. Tetapi kultur virus positif pada kebanyakan pasien.

Dari darah didapatkan lekositosis ringan dan limfositosis.

H. PENATALAKSANAAN

Indikasi masuk rumah sakit apabila :

·         Usia penderita dibawah 3 tahun

·         Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted

·         Diagnosis penderita masih belum jelas


25

·         Perawatan dirumah kurang memadai

Perawatan Umum

1.      Istirahat berbicara dan bersuara selama 7 hari atau lebih (vocal rest)

2.      Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit

3.      Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint bila

ada muncul sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam fisiologis

(saline 0,9 %) yang dikemas dalam bentuk semprotan hidung atau nasal

spray

Perawatan Khusus

Terapi Medikamentosa

1. Antibiotika golongan penisilin

Anak 50 mg/kg BB dibagi dalam 3 dosis

Dewasa 3 x 500 mg perhari.

Menurut Reveiz L, Cardona AF, Ospina EG dari hasil penelitiannya

menjelaskan dari penggunaan penisilin V dan eritromisin pada 100

psien didapatkan antibiotic yang lebih baik yaitu eritromisin karena

dapat mengurangi suara serak dalamsatu minggu dan batuk yang

sudah dua minggu.

2.      Kortikosteroid diberikan untuk mengatasi edema laring.

Pencegahan

Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat

tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum

banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar lendir yang
26

terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk

dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah

tenggorokan kering. jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan

karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita

suara, meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan

menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lender.

I. PROGNOSIS

Prognosis laringitis kronis adalah dubia ad bonam . Pemulihannya selama

satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini

dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat

menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan

pemasangan endotrakeal atau trakeostomi


BAB III

KESIMPULAN

Laringitis kronis merupakan kelainan pada laring yakni peradangan kronis

pada laring yang biasanya kelanjutan dari penyakit sinusitis kronis,deviasi septum

yang berat, polip hidung atau bronchitis kronis.Penyakit ini bagi penderita anak

kurang dari 3 tahun bisa menjadi penyakit yang berat. Hal ini dikarenakan pada anak

dapat menimbulkan udem laring dan subglotis sehingga obstruksi jalan nafas yang

sangat berbahaya dalam waktu beberapa jam saja penderita akan mengalami obstruksi

total jalan nafas sementara itu pada orang dewasa tidak terjadi secepat pada anak.

Laringitis akut ini juga dapat tejadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti

influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza

(tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,

Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan

Streptococcus pneumoniae. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim /

cuaca, pemakaian suara yang berlebihan, trauma, bahan kimia, merokok dan minum-

minum alkohol dan alergi.

Adapun gejala klinis yang sering kita temukan pada laringitis kronis ini

adalah suara parau bahkan sampai hilangnya suara atau afoni, sesak nafas bahkan

stridor, nyeri tenggorokan, nyeri menelan dan berbicara, gejala common cold dan

inflenza, dan pada pemeriksaan fisik kita akan menemukan mukasa laring yang

hiperemis, membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga

didapatkan tanda radang kronis dihidung atau sinus paranasal atau paru. Obstruksi

jalan nafas akan ditemukan apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang

27
28

terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak

menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, dan pada pemeriksaan

fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan

keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.

Untuk penatalaksaan dari laringitis kronis ini adalah pemberian antibiotic

yang adekuat dan kortikosteroid. Umumnya penderita laringitis kronis tidak perlu

dirawat dirumah sakit namun ada indikasi dirawat di rumah sakit apabila

penderitanya berumur kurang dari setahun, tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau

axhausted, diagnosis penderita masih belum jelas dan perawatan dirumah kurang

memadai.

Prognosis untuk penderita laringitis kronis ini umumnya baik dan

pemulihannya selama satu-dua minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3

tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga

dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan

pemasangan endotrakeal atau trakeostomi.

.
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2,


Jakarta:FKUI,2003,931.
2. Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok   Kepala Leher, edisi ke 5, Jakarta:FKUI,2003,190-200
3. Cody R, Thane. Kern B. Lugene, Pearson W. Bruce. Serak dan Kelainan Suara.
Dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan. Alih bahasa Samsudin
Sonny, Editor, Adrianto Petrus, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1991,
Hal 340-354
4. Benovetz,JD, Gangguan Laring Jinak, Dalam : Adam, Boies, Higler, Editor.
BOIES. Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 3, Jakarta ; EGC, 1997, Hal 378-396
http://www.yoursurgery.com/ diakses 27 Oktober 2018.
5. Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit.
6. THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76
7. Faradilla N Laringitis Akut, Faculty of Medicine – University of Riau Pekanbaru,
Riau 2009
8. Gambar Croup Steeple sign Available at
http://en.wikipedia.org/wiki/File:Croup_steeple_sign.jpg
9. Laryngitis, NHS Direct Online Health Encyclopaedia,
http://www.nhsdirect.nhs.uk/articles/article, 
Date Acces 27 Oktober 2018

29

Anda mungkin juga menyukai