Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PKL GIZI KLINIK

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk PKL Gizi Klinik

Disusun Oleh :

DYAN VIOLETA

NIM 6511418001

PROGRAM STUDI GIZI S1

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

2021

i
ASUHAN GIZI PADA KASUS TB PARU DAN HIV POSITIF

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk PKL Gizi Klinik

Disusun Oleh :

DYAN VIOLETA

NIM 6511418001

PROGRAM STUDI GIZI S1

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

2021

ii
PENGESAHAN

Laporan Kasus PKL Gizi Klinik dengan judul Asuhan Gizi pada Kasus TB Paru

dan HIV Positif yang disusun oleh Dyan Violeta , NIM 6511418001 telah

diterima persetujuan pada tanggal September 2020

Mengetahui

Pembimbing Akademik, Pembimbing Lapangan,

Natalia Desy Putriningtyas, S.Gz., M.Gizi. Florentinus Nurtitus,S.SiT., RD

NIP. 198412252019032007 NIP.197307221996031001

iii
PRAKATA

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan

taufik dan hidayah-Nya kepada kita sekalian dan juga memberi kesehatan,

khususnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan PKL Gizi

Klinik ini dengan baik. Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul “Asuhan

Gizi Pada Kasus Penyakit TB Paru dan HIV Positif ” dibuat sebagai

pertanggung jawaban mahasiswa selama melaksanakan praktik kerja Lapangan.

Ucapan terimakasih penulis berikan bagi pihak – pihak yang terkait terlaksananya

Praktik Kerja Lapangan kepada :

1. Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya.

2. Kedua orang tua serta seluruh keluarga tercinta yang selalu mendukung

penulis baik moril maupun materil.

3. Bapak Dr. Irwan Budiono, M.Kes.(Epid), selaku Ketua Jurusan Ilmu

Kesehatan Masyarakat.

4. Bapak Mursid Tri S.,M.Gizi selaku dosen pemimbing PKL Gizi Klinik

atas arahan,nasehat, dan saran yang diberikan.

5. Bapak Florentinus Nurtitus, S.SiT., RD selaku pembimbing lapangan atas

saran, ilmu dan bimbingan yang diberikan.

6. Seluruh pihak terkait yang telah membantu dan berpartisipasi dalam

keberlangsungan PKL Gizi Klinik.

Selama penyusunan dan penulisan laporan ini kami banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih dapat

menyelesaikan laporan ini.

iv
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak terdapat

kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kami memohon maaf atas

ketidaksempurnaan ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami

harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan laporan ini.

Semarang, September 2021

Penulis,

Dyan Violeta

v
DAFTAR ISI

LAPORAN PKL GIZI KLINIK...................................................................................................i


PENGESAHAN....................................................................................................................iii
PRAKATA...........................................................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................ix
BAB I.................................................................................................................................10
PENDAHULUAN................................................................................................................10
BAB II................................................................................................................................31
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................31
2.1 TUBERCOLOSIS PARU.......................................................................................31
2.1.1. Definisi...............................................................................................................31
2.1.2. Etiologi...............................................................................................................32
2.1.3. Patofisiologi.......................................................................................................32
2.1.4. Manifestasi Klinis..............................................................................................33
2.1.5. Upaya Penanggulangan......................................................................................34
2.2. HIV AIDS.............................................................................................................34
2.2.1 Pengertian HIV................................................................................................34
2.2.2 Epidemiologi...................................................................................................35
2.2.2. Penularan HIV AIDS..........................................................................................36
2.2.3. Manifestasi Klinis..............................................................................................36
2.3. Kandidiasis Oral....................................................................................................37
2.4. Malnutrisi..............................................................................................................38
PEMBAHASAN, MONITORING, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT......................................40
4.1 Kesimpulan............................................................................................................45
4.2 Saran......................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................47
LAMPIRAN........................................................................................................................48

vi
DAFTAR TABEL

vii
DAFTAR SINGKATAN

BMR : Basal Metabolic Rate

IMT : Indeks Massa Tubuh

RR : Respiration Rate

SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

SGPT : Serum Glutamic Pyruvate Transaminase

viii
ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1. SKRINNING

Tabel 1.1. Skrinning Pasien

Nama Responden : Tn. X


Umur : 19 tahun
Diagnosis Medis : TB paru, kandidiasis oral, dan HIV positif

Tabel skrining MST untuk dewasa


No Parameter Skor
.
1. Apakah pasien mengalami penurunan BB
yang tidak diinginkan dalam 6 bulan
terakhir?
a. Tidak ada penurunan BB
b. Tidak yakin/tidak tahu/terasa baju lebih
longgar
c. Jika ya, berapa penurunan BB tersebut? 3
* 1-5 kg 1
* 6-10 kg
* 11-15 kg
** >15 kg
2. Apakah asupan makan berkurang karena
tidak nafsu makan?
a. Tidak
b. Ya 1
SKOR 5
Interpretasi
MST= 0-1 tidak berisiko malnutrisi
MST= ≥ 2 berisiko malnutrisi

Kesimpulan : Berdasarkan hasil skrining dengan menggunakan table


skrining MST dewasa, diperoleh hasil bahwa pasien beresiko malnutrisi

10
11

sehingga membutuhkan pengkajian lebih lanjut.


2. ASSESMENT
2.1. Data Riwayat Makan ( Food History )

Tabel 2.2. Data Riwayat Makan

Terminologi Data Standar Interpretasi /


Pembanding Identifikasi
Masalah
FH.1.1.1.1 Asupan Energi 2.932,5 kkal Recall Saat
Total Sehat = 800.7
kkal ( 27,30 % )

Sebelum Masuk
Rumah Sakit =
152.9 ( 5,21 % )

Dalam 24 jam
dirumah sakit
hanya
menghabiskan
1/3 dari porsi
rumah sakit
1300 kkal = 433
kkal ( 14,7 % )
FH-1.2.2.3 Pola makan Pola makan
tidak teratur
FH.1.2.2.1 Sebelum sakit, Anjuran PUGS Pola makan
Jumlah Makanan pasien makan porsi pasien belum
 Makanan
besar dua hingga sesuai dengan
pokok 3-
tiga kali sehari. anjuran gizi
4 porsi
Makan pagi, siang, seimbang
 Sumber
dan malam hampir
protein
12

sama, biasanya nasi (nabati


satu hingga satu dan
setengah gelas air hewani)
mineral, disertai 2-4 porsi
lauk hewani,  Sayur 3 -
seringnya telur 4 porsi
ceplok/balado  Buah 2 -
satu1 butir, 3 porsi
terkadang ikan lele  Gula 4
goreng satu ekor. sdm/hari
Sayuran seringnya  Garam 1
tumis kangkung sdt/hari
atau daun singkong  Minyak 5
rebus dua hingga sdm/hari
tiga sendok makan,
tempe goreng satu
sampai dua potong.
Buah-buahan
sesekali pepaya
satu potong (beli di
tukang rujak).
Pasien tidak suka
makan makanan
selingan
Setelah
didiagnosis TB
paru (dua bulan
yang lalu), pasien
makan tiga kali
sehari seperti saat
sehat, namun
13

sering tidak habis.


Makanan yang
dikonsumsi berupa
nasi satu centong,
lauk dan sayuran
seperti saat sakit
tapi sering tidak
habis. Sejak
sepuluh hari yang
lalu (saat pasien
mulai sesak),
asupan semakin
sedikit, pasien
hanya dua kali
makan berupa
bubur nasi
empat/lima sendok
dengan kuah sup
dan susu bubuk
coklat satu sachet
(tidak setiap hari).
Dalam 24 jam
terakhir pasien
hanya dapat
mengonsumsi
sepertiga porsi
makanan yang
diberikan RS
(bubur 1300 kkal).
FH-1.5.1.1 Asupan lemak total 65 gr Saat Sehat 38,4
gr ( 59 % )
14

SMRS = 2.39 gr
( 3,7 % )
FH-1.5.2.1 Asupan Protein 33,75 gr Saat sehat =
total 38,2 gr ( 113
%)

SMRS = 3.39 gr
( 10 % )
FH-1.5.3.1 Asupan 439,9 gr Saat sehat =
Karbohidrat total 80.2 gr ( 18,2
%)
SMRS = 29.6
( 6,7 % )
FH-2.1.2.5 Alergi makanan Tidak ada alergi
makanan
FH.3.1.1. DPJP utama berupa
Pengobatan yang FDC 1 x 3 tab,
diresepkan Nistatin drop 4 x 1
ml, omeprazole
injeksi 1 x 40 mg,
ceftriaxone injeksi
2 x 1 g, infus NaCl
3%/24 jam dan
ringer laktat 500
ml/8 jam
FH-4.1.1 Tingkat Belum pernah
pengetahuan ada edukasi diet
Kesimpulan :
Tn.X memiliki tingkat asupan energi, lemak, protein dan karbohidrat sebesar
37,41 %, 31,35 %, 61,5 % dan 12,45 %. Menurut Depkes ( 1996 ) asupan Tn.
X deficit tingkat berat karena <70% AKG.
Pasien laki laki berusia 19 tahun dengan diagnosis penyakit TB Paru, HIV
15

Positif dan Kandidiasis Oral dengan status gizi Malnutrisi. Pasien belum
bekerja. Pasien mengeluh sesak nafas saat istirahat dan beraktivitas disertai
lemas, mual dan nafsu makan menurun. Obat yang dikonsumsi oleh pasien
ialah Niastin, Omeprazole, Cefrtriaxone. Pasien memiliki pola makan yang
tidak teratur, makanan pokok yang sering dikonsumsi pasien yaitu nasi. Pasien
tidak suka mengonsumsi makanan selingan.

2.2. Data Pengukuran Antropometri


Tabel 2.3. Data Pengukuran Antropometri

Pemeriksaan antropometri didapatkan


Tinggi Badan 175 cm
Berat Badan estimasi 48 kg
LLA 17 cm,
IMT 15,6 kg/m2.
Status Gizi Kurang ( berdasarkan IMT, menggunakan WHO/IASO.IOTF
dalam The Asia Pasific Perspective : Redefining Obesity and Its Treatment )

Kesimpulan : berdasarkan perhitungan IMT 15,6 kg/m2 diketahui pasien


memiliki status gizi kurang ( malnutrisi ) menggunakan WHO/IASO.IOTF
dalam The Asia Pasific Perspective : Redefining Obesity and Its Treatment )

2.3. Data Biokimia


Jenis Hasil Nilai Keterangan
Pemeriksaan Pemeriksaan Normal
BD.1.10.1 10,5 mg/dL 11,4 – 17,7 Rendah
Hemoglobin g/dl
BD.1.10.2 30% 37 – 48 % Rendah
16

Hematokrit
Leukosit 12900/μL 4.700 – Tinggi
10.300/ccm
BD.1.10.4 417.000/μL 150.000 – Tinggi
Trombosit 350.000/cc
m
Limfosit 12%
Laju Endap 53 mm/jam
Darah
Gula Darah 160 mg/dL
Sewaktu
BD.1.2.5 122 mEq/L 136-144 Rendah
Natrium meq/L
BD.1.2.7 4,6 mEq/L 3,80 – 5,50 Normal
Kalium meq/L
BD.1.2.6 115 mEq/L 98 – 108 Tinggi
Klorida meq/L
BD.1.2.1 Ureum 30 mg/dL 10 – 50 Normal
mg/dL
BD.1.2.2 0,6 mg/dL
Kreatinin
BD.1.11.1 2,0 mg/dL 3,8 – 4,4 Rendah
Albumin mg/dL
Anti HIV Positif
Kesimpulan :
Diagnosis medis pasien ialah Penyakit TB Paru, HIV Positif dan Kandidiasis
Oral dengan status gizi Malnutrisi. Hal ini ditunjukkan dari data pemeriksaan
nilai Hemoglobin, Hematokrit, Natrium dan Albumin Rendah sedangkan nilai
Leukosit dan Trombosit Tinggi, dan Anti HIV Reaktif. Sedangkan, nilai
lainnya dalam keadaan Normal
Table 2.4. Data Biokimia

2.4. Data Fisik Klinis


Tabel 2.5. Data Fisik Klinis
Data fisik Hasil Batas normal Keterangan
17

PD.1.1.9 110/70 mm Hg 130-150/ 80-90 Rendah


Tanda Klinis mmHg
Tekanan Darah
PD.1.1.9 84x/menit, 60-100 x/menit Normal
Tanda Klinis
Nadi
PD.1.1.9 37° C 370C Normal
Tanda Klinis
Suhu
PD.1.1.9 28x/menit 16-20 x/ menit Tinggi
Tanda Klinis
RR
Kode Data Awal
Pasien tampak sakit sedang dengan
kesadaran compos mentis. Penilaian
kapasitas fungsional menggunakan
PD.1.1.1
indeks Barthel didapatkan skor 10 yaitu
Penampilan keseluruhan
ketergantungan sedang dan kekuatan
genggaman pasien lebih lemah dari
pemeriksa
Pasien merasa sesak nafas, terpasang
nasal kanul dengan O2 2-3 liter/menit. .
PD.1.1.4
Pemeriksaan foto toraks didapatkan
Sistem jantung-paru
gambaran TB milier, akral hangat
dengan capillary refill time (CRT) > 2”
Nafsu makan masih menurun, ada
PD.1.1.5 sedikit rasa mual.
Sistem pencernaan Abdomen tampak datar , bising usus (+)
normal, supel, dan tidak ada nyeri tekan
PD.1.1.8 Pasien mengalami konjungtiva anemis
Mata dan sclera tidak ikterik
PD.1.1.10
Rambut pasien mudah dicabut
Rambut
18

PD.1.1.14
Pasien mengalami wasting otot
Otot
Pasien tidak ada kesulitan menelan,
PD.1.1.17
pembesaran kelenjar getah bening
Kerongkongan dan menelan
(KGB) tidak teraba membesar.
PD.1.1.13 didapatkan bercak putih di lidah dan
Mulut mukosa mulut (kandidiasis oral)
Kesimpulan :
Berdasarkan tabel perkembangan data clinik/fisik diatas, pada pemeriksaan
klinik tekanan darah rendah dan respiration rate Tinggi. Sedangkan untuk
pemeriksaan secara keseluruhan Pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran
compos mentis, Pasien merasa sesak nafas, terpasang nasal kanul dengan O2
2-3 liter/menit. . Pemeriksaan foto toraks didapatkan gambaran TB milier,
akral hangat dengan capillary refill time (CRT) > 2”, Nafsu makan masih
menurun, ada sedikit rasa mual, Pasien mengalami konjungtiva anemis dan
sclera tidak ikterik, Rambut pasien mudah dicabut, Pasien mengalami wasting
otot, Pasien tidak ada kesulitan menelan, pembesaran kelenjar getah bening
(KGB) tidak teraba membesar didapatkan bercak putih di lidah dan mukosa
mulut (kandidiasis oral).

2.5. Riwayat Klien


Table 2.6. Data Riwayat Klien
Standar
Interpretasi / Identifikasi
Kode Data Awal Pembandin
Masalah
g
CH.1.1.1
19 tahun - -
Umur
CH.1.1.2
Laki-laki - -
Gender
CH.1.1.3 Sex Laki-laki - -
CH.1.1.6. Dari riwayat
Pendidikan pendidikan
19

diketahui bahwa
pasien lulusan
SMU, dan
pasien tidak
melanjutkan
pendidikan
kuliah dengan
alasan biaya
CH.1.1.10 Pasien memiliki Larangan Pasien tidak mematuhi
Penggunaan kebiasaan merokok pedoman kesehatan
rokok merokok sejak
SMP, baru
berhenti kira-
kira sejak 3
bulan yang lalu.
CH.2.1.1 Pasien IMT 18,5 – Status gizi pasien dibawah
Keluhan mengalami 22,9 kg/m2 normal (IMT 15,4 kg/m2)
pasien terkait malnutrisi. ,
gizi keluhan sesak
masih ada
namun
berkurang
dibandingkan
saat di rumah.
Nafsu makan
belum baik
sehingga belum
dapat
menghabiskan
makanan dari
RS. Sesak
20

dirasakan sama
saat istirahat dan
beraktivitas.
Keluhan batuk
berdahak,
demam, muntah
dan diare tidak
ada
CH 2.2 Pasien juga
Riwayat obat- pernah
obatan mengonsumsi
obat-obatan
terlarang dengan
jarum suntik ±
tiga tahun yang
lalu selama
dua/tiga bulan
CH.2.2.1 Terapi yang
Perawatan/tera didapatkan dari
pi medis DPJP utama
berupa FDC 1 x
3 tab, Nistatin
drop 4 x 1 ml,
omeprazole
injeksi 1 x 40
mg, ceftriaxone
injeksi 2 x 1 g,
infus NaCl
3%/24 jam dan
ringer laktat 500
ml/8 jam
CH.3.1.1 Tergolong social - -
21

Faktor sosio ekonomi


ekonomi menengah
kebawah.
Pekerjaan kedua
orang tua pasien
hanya
berdagang di
warung di depan
rumah. Biaya
pengobatan
menggunakan
BPJS. Masih
tinggal bersama
kedua orang
tuanya di
lingkungan
padat penduduk
di daerah
Kampung Ledug
Tangerang
CH.3.1.6 Pasien belum
- -
Pekerjaan bekerja,.
Kesimpulan :
Pasien berusia 19 tahu berjenis kelamin laki laki. Pasien tidak memiliki
penyakit terdahulu maupun riwayat keluarga, Pasien mengalami malnutrisi. ,
keluhan sesak masih ada namun berkurang dibandingkan saat di rumah,
Tergolong social ekonomi menengah kebawah. Pasien belum bekerja,.
STANDAR PEMBANDING
Dik: AD 1.1.1 Berat Badan = 48 kg
AD 1.1.2 Tinggi Badan = 175 cm
BBI = (TB-100) – [(TB-100) x 10%]
= (175-100) – [(175-100) x 10 %]
22

= 75 - (75 x 10%)
= 75-,5
= 67,5 kg
CS-1.1.1 Estimasi kebutuhan energi total (Mifflin St-Jeor)
BMR = (10 x 85) + (6,25 x 175 cm) – (5x67,5) + 5
= ( 850 ) + ( 1.093,7 ) – ( 337,5 ) + 5
= 1.611,25
TEE = BMR x FA x FS
= 1.611,25 x 1,3 x 1,4
= 2.932,5 kkal
CS-2.2.1 Estimasi Kebutuhan Protein Total
Protein
= 2g/kgBB
= 2 x 67,5 : 4
= 33,75 gr
CS-2.1.1 Estimasi Kebutuhan Lemak Total
Lemak
= 20 % X TEE
= (20% x 2.932,5 kkal) : 9
= 65 gr
CS-2.3.1 Estimasi Kebutuhan karbohidrat total
Karbohidrat
= 60% X TEE
= 60% x 2.932,5
= 1.759,5 : 4
= 439,9 gr
CS-2.4.1 Estimasi kebutuhan serat total
Kebutuhan serat 100 kalori = 1gr Kebutuhan serat
2.932,5 kkal = 29,325 gr serat/hari
CS-3.1.1 Estimasi Kebutuhan Cairan Total
Kebutuhan cairan normal per hari yaitu 25cc x BBkg = .... per 24
jam
= 25 cc x 67,5 kg = 1.687,5 ml /24 jam
Pembatasan cairan per hari yaitu 70% s.d 80% x 1.687,5 ml =
1.181,2 – 1.350ml
23

CS-4.1.2 Estimasi Kebutuhan Vitamin C = 90 mg/hari (AKG 2019)


CS-4.1.4 Estimasi Kebutuhan Vitamin E = 15 mg/ hari (AKG 2019)
CS-4.1.8 Estimasi Kebutuhan Vitamin B3 = 16 mg/hari (AKG 2019)
CS-4.2.5 Estimasi Kebutuhan Kalium = 4700 mg/hari (AKG 2019)
CS-4.2.7 Estimasi Kebutuhan Natrium = 1300 mg/hari (AKG 2019)

Termin Domain Data Kebutu Asupan Kategori

ologi han (%)


CS- Asupan Recall Saat 2.932,5 ( 27.30 % + Defisit
Sehat = 800.7 kkal 5,21 % + tingkat
1.1.1 Energi
kkal ( 27,30 % ) 14, 7 % ) : 3 Berat
Total
= 37,41 %
Sebelum Masuk
Rumah Sakit =
152.9 ( 5,21 % )

Dalam 24 jam
dirumah sakit
hanya
menghabiskan
1/3 dari porsi
rumah sakit
1300 kkal = 433
kkal ( 14,7 % )
CS- Lemak Saat Sehat 38,4 65 gr ( 59 % + 3,7 Defisit
gr ( 59 % ) %):2= tingkat
2.1.1 Total
31,35 % Berat
SMRS = 2.39 gr
( 3,7 % )
CS- Protein Saat sehat = 33,75 ( 113 % + Defisit
38,2 gr ( 113 gr 10 % ) : 2 = tingkat
2.2.1 Total
%) 61,5 % Berat
24

SMRS = 3.39 gr
( 10 % )
CS- Karbohid Saat sehat = 439,9 ( 18,2 % + Defisit
80.2 gr ( 18,2 gr 6,7 % ) : 2 tingkat
2.3.1 rat Total
%) = 12,45 % Berat
SMRS = 29.6
( 6,7 % )

 Riwayat Penyakit Pasien


Keluhan sesak nafas sejak 10 hari sebelum masuk
RS disertai lemas, mual dan nafsu makan menurun.
Sesak dirasakan sama saat istirahat dan beraktivitas.
Keluhan Utama
Keluhan batuk berdahak, demam, muntah dan diare
tidak ada. Tiga hari SMRS sesak memberat dan
pasien tidak mau makan,
Diagnosis kerja gizi pada pasien ini adalah
Riwayat Penyakit malnutrisi berat, kaheksia, hipermetabolisme
Sekarang sedang (anemia, leukositosis, hipoalbuminemia,
hiponatremia) pada TB milier dan SIDA
Pada riwayat penyakit dahulu dan keluarga tidak
Riwayat Penyakit
didapatkan penyakit asma, DM, jantung, dan tidak
Dahulu dan Penyakit
ada yang memiliki riwayat pengobatan paru rutin
Keluarga
dalam keluarga dan lingkungan sekitar rumah.

2.6. Terapi Medis


Table 2.8. Jenis Terapi Medis
Interaksi dengan
Jenis Obat/tindakan Fungsi zat gizi
Ceftriaxone injeksi 1 x 2 Mengobati berbagai macam Tidak disarankan
g infeksi bakteri, salah satunya dikonsumsi bersama
25

tuberkulosis kalsium, dapat


menyebabkan
kerusakan pada
paru-paru dan ginjal
FDC 1 x 3 tab Penderita yang
hipersensitif
Obat ini digunakan untuk terhadap komponen
mengobati infeksi bakteri obat, penderita
Mycobaterium tuberculosis neuritis optik,
(TBC), Mycobacterium penderita yang tidak
kansasii, dan Mycobacterium dapat mendeteksi
xenopi adanya gangguan
penglihatan,
gangguan hati.
Omeprazole injeksi 1 x untuk membantu mengobati Tidak boleh
40 mg infeksi jamur pada usus dan diberikan
mulut, seperti sariawan atau bersamaan dengan
candidiasis (infeksi akibat Saccharomyces
jamur Candida) pada rongga boulardii, karena
mulut. dapat mengurangi
efek terapeutik dari
Saccharomyces
boulardii.
Nistatin drop 4 x 1 ml Nystatin merupakan obat Tidak diketahui
antijamur yang bekerja dengan secara pasti
cara merusak membran sel interaksi obat yang
jamur. Akibatnya sel jamur muncul jika
akan berhenti tumbuh dan nystatin digunakan
berkembang. bersamaan dengan
obat lainnya.
Nystatin dapat
26

menyebabkan efek
interaksi ringan bila
digunakan dengan
produk ragi yang
dihasilkan
oleh Saccharomyce
s cerevisiae.
Ringer laktat 500 ml/8 Ringer laktat merupakan jenis
jam cairan kristaloid yang
mengandung kalsium, kalium,
laktat, natrium, klorida, dan
air. Cairan ringer laktat
umumnya diberikan untuk
menggantikan cairan tubuh
yang hilang saat mengalami
luka, cedera, atau menjalani
operasi yang menyebabkan
kehilangan darah dengan cepat
dalam jumlah yang banyak

3. DIAGNOSIS GIZI
Tabel 3.9. Kemungkinan Diagnosis Gizi

Kemungkinan Diagnosa Gizi


DOMAIN INTAKE
Terminolog
Problem Etiologi Sign & Symptoms
y
NI.2.1 Asupan oral Terbatasnya daya
inadekuat terima makanan
akibat faktor
fisiologis TB Paru,
HIV Positif dan
27

Kandidiasis Oral
IMT hanya 15,6

kg/m2 , wasting
Malnutrisi otot, estimasi
Mengalami penyakit
NC.4.1.2 penyakit atau asupan energi <
TB
kondisi kronis 50%-75%, dan
penurunan berat
badan
DOMAIN KLINIS
Pada pemeriksaan
laboratorium saat
Pasien mengalami pasien datang ke
hipermetabolisme RS, kadar Hb 10,5
Perubahan sedang anemia, mg/dL, Ht 30%,
NC.2.2 nilai lab leukositosis,
leukosit 12900/μL,
terkait gizi hipoalbuminemia, trombosit
hiponatremia 417.000/μL, limfosit
12%, natrium 122
mEq/L,
DOMAIN BEHAVIORAL
NB-1.1 Kurang Pasien belum pernah Pasien suka
pengetahuan mendapat edukasi
mengonsumsi
terkait diet
makanan manis
makanan dan
gizi seperti kue manis,

teh manis, dan

minuman bersoda,

suka mengonsumsi

makanan yang
28

bersantan dan suka

mengonsumsi
gorengan.

Kualitas hidup Gaya hidup yang Kebiasaan merokok,


NB.2.5 tidak sehat dan konsumsi obat-
yang buruk
obatan terlarang.
RUMUSAN DIAGNOSIS GIZI
Asupan oral inadekuat berkaitan dengan Terbatasnya daya terima makanan
akibat faktor fisiologis akibat penyakit TB Paru, HIV Positif dan Kandidiasis
Oral ditandai dengan
Malnutrisi penyakit atau kondisi kronis berkaitan dengan Mengalami

penyakit TB ditandai dengan IMT hanya 15,6 kg/m2 , wasting otot, estimasi
asupan energi < 50%-75%, dan penurunan berat badan
Perubahan nilai lab terkait gizi berkaitan dengan Pasien mengalami
hipermetabolisme sedang anemia, leukositosis, hipoalbuminemia,
hiponatremia ditandai dengan Pada pemeriksaan laboratorium saat pasien
datang ke RS, kadar Hb 10,5 mg/dL, Ht 30%, leukosit 12900/μL, trombosit
417.000/μL, limfosit 12%, natrium 122 mEq/L
Kurang pengetahuan terkait makanan dan gizi berkaitan dengan Pasien belum

pernah mendapat edukasi diet ditandai dengan Pasien suka mengonsumsi

makanan manis seperti kue manis, teh manis, dan minuman bersoda, suka

mengonsumsi makanan yang bersantan dan suka mengonsumsi gorengan.


Kualitas hidup yang buruk berkaitan dengan Gaya hidup yang tidak sehat
ditandai dengan Kebiasaan merokok, dan konsumsi obat-obatan terlarang.

PRIORITAS DIAGNOSIS GIZI


Terminology Problem Etiologi Sign & Symptomps
NC.4.1.2 Malnutrisi Mengalami IMT hanya 15,6 kg/m2 ,
penyakit atau penyakit TB wasting otot, estimasi
kondisi asupan energi < 50%-
kronis 75%, dan penurunan berat
29

badan

4. INTERVENSI
4.1. Planning
a. Tujuan Meningkatkan asupan oral 80% secara bertahap
dalam jangka waktu 6 hari
b. Prinsip Syarat Diet - Kebutuhan energi diberikan di atas
kebutuhan normal dengan
memperhitungkan faktor stress dan
faktor aktivitas yaitu sebesar
2.932,5 kkal diberikan secara
bertahap
- Asupan protein tinggi yaitu 2 g/kg
BB yaitu 33,75 diberikan secara
bertahap
- Lemak cukup 20% dari energi total
yaitu sebesar 65 gr diberikan secara
bertahap
- Karbohidrat diberikan sebesar 439,9
gr diberikan secara bertahap
- Kebutuhan vitamin dan mineral
dianjurkan sesuai kebutuhan normal
atau RDA
- Makanan disajikan dalam bentuk
mudah dicerna
- kebutuhan serat total 29,325 gr
serat/hari
- Kebutuhan Cairan Total 1.181,2 –
1.350ml
30

- Kebutuhan Vitamin C = 90 mg/hari


(AKG 2019)
- Kebutuhan Vitamin E = 15 mg/ hari
(AKG 2019)
- Kebutuhan Vitamin B3 = 16
mg/hari (AKG 2019)
- Kebutuhan Kalium = 4700 mg/hari
(AKG 2019)
- Kebutuhan Natrium = 1300 mg/hari
(AKG 2019)
c. Perhitungan Dik: AD 1.1.1 Berat Badan = 48 kg
Kebutuhan Energi AD 1.1.2 Tinggi Badan = 175 cm
& Zat Gizi BBI = (TB-100) – [(TB-100) x 10%]
= (175-100) – [(175-100) x 10 %]
= 75 - (75 x 10%)
= 75-,5
= 67,5 kg
CS-1.1.1 Estimasi kebutuhan energi total
(Mifflin St-Jeor)
BMR = (10 x 85) + (6,25 x 175 cm) –
(5x67,5) + 5
= ( 850 ) + ( 1.093,7 ) – ( 337,5 ) + 5
= 1.611,25
TEE = BMR x FA x FS
= 1.611,25 x 1,3 x 1,4
= 2.932,5 kkal
CS-2.2.1 Estimasi Kebutuhan Protein Total
Protein
= 2g/kgBB
= 2 x 67,5 : 4
= 33,75 gr
CS-2.1.1 Estimasi Kebutuhan Lemak Total
Lemak
31

= 20 % X TEE
= (20% x 2.932,5 kkal) : 9
= 65 gr
CS-2.3.1 Estimasi Kebutuhan karbohidrat
total
Karbohidrat
= 60% X TEE
= 60% x 2.932,5
= 1.759,5 : 4
= 439,9 gr
d. Terapi Diet,  Terapi Diet :
Bentuk Makanan, Diet TETP (Tinggi Energi Tinggi Protein)
dan Cara  Bentuk Makanan :
Pemberian Saring
 Cara Pemberian :
Rute Oral
 Frekuensi
3 kali makanan utama 3 kali makanan selingan
Perencanaan Menu
Waktu Makan Menu Makanan Bahan Makanan Berat
Sarapan Bubur Tepung beras 30 g
07.00 WIB
40 g
Ikan kakap 75 g
Telur ayam 50 g
Kacang polong 30 g
Selingan Siang Formula Enteral Tepung susu 24 g
10.00 WIB
Tepung maizena 4g
Telur ayam 30 g
Air jeruk 20 g
Margarin 2g
Susu skim 8g
Gula pasir 16 g
Rolade Kentang Kentang 76 g
Telur ayam 10 g
Makan Siang Bubur Tepung Tepung beras 30 g
13.00 WIB
32

Tim Tahu Tahu 50 g


Semur daging Daging 100 g
Sayur bening bayam Bayam 50 g
Buah Pepaya 100 g
Selingan Sore Puding Hunkwe Tepung Hunkwe 30 g
17.00 WIB
Gula Aren 10 g
Formula Enteral Tepung susu 24 g
Tepung maizena 4g
Telur ayam 30 g
Air jeruk 20 g
Margarin 2g
Susu skim 8g
Gula pasir 16 g
Makan Malam Bubur Tepung Tepung beras 30 g
19.00 WIB
Sup Salmon Wortel Salmon fresh 75 g
kacang merah
Wortel 45 g
Kacang Merah 30 g
Tempe Bacem Tempe 50 g

Selingan Malam Formula Enteral Tepung susu 24 g


21.00 WIB
Tepung maizena 4g
Telur ayam 30 g
Air jeruk 20 g
Margarin 2g
Susu skim 8g
Gula pasir 16 g
TOTAL ENERGI 2270.9
kkal

5. MONITORING DAN EVALUASI


Anamnesis Yang Diukur Pengukuran Evaluasi/Target
Asupan Zat Energy, protein, Setiap hari Asupan makan
Gizi lemak, pasien tercukupi
Karbohidrat minimal 80% dari
total kebutuhan gizi

EDUKASI GIZI
Asupan oral Memberikan Pentingnya Tempat konseling
33

tidak informasi pemenuhan asupan di bangsal, sasaran


adekuat kepada pasien dengan baik untuk pasien atau
atau keluarganya mempercepat proses keluarga pasien,
supaya dapat pemulihan akibat media leaflet.
mengontrol penyakit luka bakar
asupannya
dengan baik
sehingga dapat
segera tercukupi
asupan
energinya
Peningkata Memberikan Pemberian materi diet
n kebutuhan pengetahuan dan TETP
energy dan pemahaman
zat gizi kepada pasien
atau keluarga
pasien mengenai
adanya
peningkatan
kebutuhan
energy dan zat
gizi pasien.
Penerapan Konseling
1) Sasaran konseling: pasien dan keluarga pasien
2) Tujuan konseling:
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien untuk
tentang pengetahuan tentang penerapan diet energi tinggi protein
bagi penderita HIV AIDS.
3) Target konseling:
 Pasien dan keluarga pasien memahami apa yang disampaikan
 Keluarga dapat memberikan motivasi kepada pasien
34

4) Waktu konseling:
 Waktu yang dibutuhkan untuk konseling adlaah sekitar 30 menit
5) Metode konseling:
 Metode yang digunakan untuk konseling adalah ceramah dan Tanya
jawab
6) Media konseling:
 Media atau alat bantu yang digunakan untuk konseling adalah leaflet
dan buku fotto makanan
7) Materi konseling:
 Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.
 Pentingnya mengkonsumsi makanan bergizi bagi penderita HIV/AIDS
dan TB Paru
35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TUBERCOLOSIS PARU

2.1.1. Definisi

WHO dalam Annual Report

on Global TB Control (2003)

menyatakan terdapat 22 negara

dikategorikan sebagai high burden

countries terhadap tuberkulosis

paru, termasuk Indonesia.

Tuberkulosis paru merupakan

penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis dan paling sering

bermanifestasi di paru.

Mikobakterium ini ditransmisikan

melalui droplet di udara, sehingga

seorang penderita tuberkulosis paru

merupakan sumber penyebab

penularan tuberkulosis paru pada

populasi di sekitarnya. Sampai saat

ini penyakit tuberkulosis paru masih

menjadi masalah kesehatan yang


36

utama, baik di dunia maupun di

Indonesia. Menurut WHO (2006)

dilaporkan angka prevalensi kasus

penyakit tuberkulosis paru di

Indonesia 130/100.000, setiap tahun

ada 539.000 kasus baru dan jumlah

kematian sekitar 101.000 pertahun,

angka insidensi kasus Tuberkulosis

paru BTA (+) sekitar 110/100.000

penduduk. Penyakit ini merupakan

penyebab kematian urutan ketiga,

setelah penyakit jantung dan

penyakit saluran pernapasan

(Depkes, 2008). Sekitar 75%

penderita tuberkulosis paru adalah

kelompok usia produktif secara

ekonomis (15- 50 tahun).

Diperkirakan seorang penderita

tuberkulosis paru dewasa akan

kehilangan rata-rata waktu kerjanya

3 sampai 4 bulan, hal tersebut

berakibat pada kehilangan

pendapatan tahunan rumah


37

tangganya sekitar 20-30%. Jika

meninggal akibat penyakit

tuberkulosis paru, maka akan

kehilangan pendapatannya sekitar

15 tahun, selain merugikan secara

ekonomis, Tuberkulosis paru juga

memberikan dampak buruk lainnya

secara sosial bahkan kadang

dikucilkan oleh masyarakat

2.1.2. Etiologi

Sumber penularan penyakit

Tuberkulosis adalah penderita

Tuberkulosis BTA positif pada

waktu batuk atau bersin. Penderita

menyebarkan kuman ke udara dalam

bentuk droplet (percikan dahak).

Droplet yang mengandung kuman

dapat bertahan di udara pada suhu

kamar selama beberapa jam. Orang

dapat terinfeksi kalau droplet

tersebut terhirup ke dalam saluran

pernafasan. Setelah kuman

Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh


38

manusia melalui pernafasan, kuman

Tuberkulosis tersebut dapat

menyebar dari paru kebagian tubuh

lainnya melalui sistem peredaran

darah, saluran nafas, atau

penyebaran langsung ke bagian-

bagian tubuh lainnya. Daya

penularan dari seorang penderita

ditentukan oleh banyaknya kuman

yang dikeluarkan dari parunya.

Makin tinggi derajat positif hasil

pemeriksaan dahak, makin menular

penderita tersebut. Bila hasil

pemeriksaan dahak negatif (tidak

terlihat kuman), maka penderita

tersebut dianggap tidak menular.

Seseorang terinfeksi Tuberkulosis

ditentukan oleh konsentrasi droplet

dalam udara dan lamanya

menghirup udara tersebut.

2.1.3. Patofisiologi

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan

melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel
39

yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang

terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan

di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit.

Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi

peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan

memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari

pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami

konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut.

2.1.4. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak

spesifik tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak

adanya tanda dan gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :

a. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.

b. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang /

mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent

(menghasilkan sputum)

c. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah

paru

d. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang

sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.


40

e. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri

otot dan keringat di waktu di malam hari

2.1.5. Upaya Penanggulangan

Upaya penanggulangan penyakit TB sudah dilakukan melalui berbagai program

kesehatan di tingkat Puskesmas, berupa pengembangan strategi penanggulangan

TB yang dikenal dengan strategi DOTS (directly observed treatment, short course

= pengawasan langsung menelan obat jangka pendek), yang telah terbukti dapat

menekan penularan, juga mencegah perkembanggannya MDR (multi drugs

resistance = kekebalan ganda terhadap obat) TB, tetapi hasilnya masih dirasakan

belum sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu diharapkan adanya

perhatian dari pihak pihak terkait dalam upaya meningkatkan keterlibatan peran

pelayanan penanganan TB paru selanjutnya. Oleh karena itu tulisan ini dibuat

untuk mengungkapkan masalah faktor yang berpengaruh dan upaya yang harus

dilakukan dalam penanggulangan penyakit TB paru

2.2. HIV AIDS

2.2.1 Pengertian HIV

HIV adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS

adalah kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired berarti

didapat, bukan keturunan. Immuno terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita.

Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan

kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat

kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita

lahir. Meskipun cenderung fluktuatif, data kasus HIV AIDS di Indonesia terus
41

meningkat dari tahun ke tahun. Seperti pada gambar di bawah ini, terlihat bahwa

selama sebelas tahun terakhir jumlah kasus HIV di Indonesia mencapai

puncaknya pada tahun 2019, yaitu sebanyak 50.282 kasus. Berdasarkan data

WHO tahun 2019, terdapat 78% infeksi HIV baru di regional Asia Pasifik. Untuk

kasus AIDS tertinggi selama sebelas tahun terakhir pada tahun 2013, yaitu 12.214

kasus

2.2.2 Epidemiologi

Virus masuk ke dalam tubuh

manusia terutama melalui perantara

darah, semen, dan sekret vagina.

Setelah memasuki tubuh manusia,

maka target utama HIV adalah

limfosit CD 4 karena virus

mempunyai afinitas terhadap

molekul permukaan CD4. Virus ini

akan mengubah informasi

genetiknya ke dalam bentuk yang

terintegrasi di dalam informasi

genetik dari sel yang diserangnya,

yaitu merubah bentuk RNA

(ribonucleic acid) menjadi DNA

(deoxyribonucleic acid)

menggunakan enzim reverse


42

transcriptase. DNA pro-virus

tersebut kemudian diintegrasikan ke

dalam sel hospes dan selanjutnya

diprogramkan untuk membentuk

gen virus. Setiap kali sel yang

dimasuki retrovirus membelah diri,

informasi genetik virus juga ikut

diturunkan. Cepat lamanya waktu

seseorang yang terinfeksi HIV

mengembangkan AIDS dapat

bervariasi antar individu. Dibiarkan

tanpa pengobatan, mayoritas orang

yang terinfeksi HIV akan

mengembangkan tanda-tanda

penyakit terkait HIV dalam 5-10

tahun, meskipun ini bisa lebih

pendek. Waktu antara mendapatkan

HIV dan diagnosis AIDS biasanya

antara 10–15 tahun, tetapi terkadang

lebih lama. Terapi antiretroviral

(ART) dapat memperlambat

perkembangan penyakit dengan

mencegah virus bereplikasi dan oleh


43

karena itu mengurangi jumlah virus

dalam darah orang yang terinfeksi

(dikenal sebagai 'viral load').

2.2.2. Penularan HIV AIDS

1) Media penularan HIV/AIDS

HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari individu yang

terinfeksi, seperti darah, air susu ibu, air mani dan cairan vagina. Individu tidak

dapat terinfeksi melalui kontak sehari-hari biasa seperti berciuman, berpelukan,

berjabat tangan, atau berbagi benda pribadi, makanan atau air.

2) Cara penularan HIV/AIDS

a) Hubungan seksual : hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang

telah terpapar HIV.

b) Transfusi darah : melalui transfusi darah yang tercemar HIV.

c) Penggunaan jarum suntik : penggunaan jarum suntik, tindik, tato, dan pisau

cukur yang dapat menimbulkan luka yang tidak disterilkan secara bersama-sama

dipergunakan dan sebelumnya telah dipakai orang yang terinfeksi HIV.

2.2.3. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala HIV bervariasi tergantung pada tahap infeksi. Meskipun orang yang

hidup dengan HIV cenderung paling menular dalam beberapa bulan pertama,
44

banyak yang tidak menyadari status mereka sampai tahap selanjutnya. Beberapa

minggu pertama setelah infeksi awal, individu mungkin tidak mengalami gejala

atau penyakit seperti influenza termasuk demam, sakit kepala, ruam, atau sakit

tenggorokan. Ketika infeksi semakin memperlemah sistem kekebalan, seorang

individu dapat mengembangkan tanda dan gejala lain, seperti kelenjar getah

bening yang membengkak, penurunan berat badan, demam, diare dan batuk.

Tanpa pengobatan, mereka juga bisa mengembangkan penyakit berat seperti

tuberkulosis, meningitis kriptokokus, infeksi bakteri berat dan kanker seperti

limfoma dan sarkoma kaposi.

2.3. Kandidiasis Oral

Kandidiasis Oral merupakan kelainan dari mukosa mulut yang disebabkan oleh

jamur patogen dengan genus candida. Penyakit ini sering ditemui pada pasien

dengan infeksi HIV&AIDS. Infeksi Kandidiasis Oral memiliki beberapa

gambaran klinis. Secara klinis ada tujuh tipe Kandidiasis Oral yang dapat

dijumpai yaitu kandidiasis pseudomembran, eritematus, kandidiasis hiperplastik,

angular cheilitis, kandidiasis atrofik kronis, glosisitis rhomboid medial dan Black

hairy tongue. Secara epidemiologi menurut laporan World Health Organization

(WHO) tahun 2001 frekuensi Kandidiasis Oral antara 5,8% sampai

98,3%.Kejadian KO dihubungkan dengan faktor-faktor predisposisi seperti usia,

jenis kelamin, kebiasaan merokok, penggunaan antibiotik oral, dan pengobatan

antirertoviral. Menurut penelitian Shiboski dan kawan-kawan, kejadian

Kandidiasis Oral meningkat pada usia lebih dari 35 tahun. Faktor predisposisi

untuk timbulnya Kandidiasis Oral pada pasien dengan HIV&AIDS disebabkan


45

terutama oleh faktor jumlah sel CD4 yang menurun. Patofisiologi terjadinya

Kandidiasis Oral pada pasien HIV&AIDS diperankan oleh beberapa faktor seperti

virulensi dari spesies Candida, imunitas selular yang diperankan terutama oleh sel

CD4 dan imunitas alamiah oleh sel keratinosit rongga mulut. Timbulnya gejala

klinis sangat tergantung antara kolonisasi Candida spp. pada mukosa mulut,

virulensi Candida spp., dan kerusakan dari sistem imun mukosa dan progresifitas

dari infeksi HIV. Penelitian mengenai spesies Candida sebagai penyebab

kandidiasis oral telah sering dilakukan. Beberapa hasil penelitian menunjukan

hasil yang berbeda beda.Perbedaan hasil penelitian menurut Belet dan kawan-

kawantergantung dari beberapa faktor seperti letak geografis, faktor risiko, pola

kepekaan anti jamur, metode penelitian, dan karakteristik sampel. 14Sampai saat

ini di Indonesia keberadaan spesies Candida non-albicans sebagai penyebab

Kandidiasis Oral pada pasienHIV&AIDS belum banyak diteliti. Hasil penelitian

di Surabaya oleh Hasruliana dan kawan-kawanpada tahun 2007 menunjukkan

dominasi spesies Candida non-albicans

2.4. Malnutrisi

Salah satu masalah gizi yang masih tetap terjadi hingga saat ini yaitu malnutrisi.

Definisi malnutrisi menurut WHO merupakan kondisi medis yang disebabkan

oleh asupan atau pemberian nutrisi yang tidak benar maupun yang tidak

mencukupi. Malnutrisi lebih sering dihubungan dengan asupan nutrisi yang

kurang atau sering disebut undernutrition (gizi kurang) yang bisa disebabkan oleh

penyerapan yang buruk atau kehilangan nutrisi yang berlebihan. Namun istilah

malnutrisi juga mencakup overnutrition (gizi lebih).Sesorang akan mengalami


46

malnutrisi jika tidak mengkonsumsi makanan dengan jumlah, jenis, dan kualitas

gizi yang memadai untuk diet yang sehat dalam jangka waktu yang lama.Secara

global malnutrisi masih menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Pada

tahun 2014 terdapat 2-3 juta orang mengalami malnutrisi disetiap negara,

walaupun malnutrisi tidak secara langsung menyebabkan kematian pada anak,

namun malnutrisi dihubungkan dengan penyebab dari 54% kematian pada anak-

anak di Negara berkembang pada tahun 2001. Prevalensi gizi kurang di dunia

pada anak dengan umur dibawah lima tahun dari tahun 2010-2012 masih terbilang

tinggi yaitu 15%, namun sudah mengalami penurunan dari 25%. Prevalensi

malnutrisi tidak hanya meningkat di Negara maju tetapi juga di Negara

berkembang. Selain gizi kurang, diperkirakan 44 juta (6,7%) anak dibawah umur

lima tahun mengalami gizi lebih dan jumlah ini terus meningkat tiap tahunnya.

Anak gizi lebih didefinisikan dengan nilai berat badan untuk tinggi badan

melebihi dua standar deviasi atau lebih dari nilai median standar pertumbuhan

anak menurut WHO.3,5 Global National Report 2014, menyebutkan bahwa

Indonesia sendiri memiliki angka gizi kurang maupun gizi lebih yang tinggi.

Walaupun sudah terjadi penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada

anak usia 5-12 tahun dari tahun 2010 (47,8%) menjadi 41,9% pada tahun 2013,

namun diikuti dengan peningkatan prevalensi gizi lebih pada tahun 2010 (9,2%)

menjadi 18,8% tahun 2013.


47

BAB III

PEMBAHASAN, MONITORING, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

Tabel 3. 1 Monitoring Evaluasi

MONITORING DAN EVALUASI Kesimpulan (Asesmen,


Diagnosis Gizi, Intervensi
Antropometri Biokimia Fisik klinis Asupan
Tgl Diagnosis Gizi)
16 okt Penyakit TB Tinggi Badan Kadar Hb 10,5 Klinis: Vital signs Energi = - Asesmen
2015 Paru, HIV 175 cm mg/dL (Rendah) 37,41 % Berdasarkan hasil skrining
Positif dan Berat Badan Ht 30% - Tensi: 110/70 Lemak = dengan menggunakan table
Kandidiasis estimasi 48 kg (Rendah) ml/dl (Rendah) 31,35 % skrining MST dewasa,
Oral leukosit - Suhu: 37℃ Protein = diperoleh hasil bahwa pasien
12900/μL (normal) 61,5 % beresiko malnutrisi sehingga
(Tinggi) - Nadi: 84 /menit Karbohidrat = membutuhkan pengkajian
trombosit (Normal) 12,45 % lebih lanjut. Tn.X memiliki
417.000/μL - Rr: 28x/menit tingkat asupan energi,
(Trombosit) (Tinggi) lemak, protein dan
limfosit 12%, Fisik: karbohidrat sebesar
LED 53 - Pada 37,41 %, 31,35 %, 61,5 %
48

mm/jam, GDS pemeriksaan dan 12,45 %. Menurut


160 mg/dL, kepala dan leher Depkes ( 1996 ) asupan Tn.
natrium 122 didapatkan X deficit tingkat berat karena
mEq/L (Rendah) rambut mudah <70% AKG.
kalium 4,6 dicabut, Pasien laki laki berusia 19
meq/L, klorida konjungtiva tahun dengan diagnosis
115 mEq/L anemis, sklera penyakit TB Paru, HIV
(Tinggi) dan tidak ikterik, Positif dan Kandidiasis Oral
antiHIV positif. terpasang nasal dengan status gizi
Pemeriksaan kanul dengan O2 Malnutrisi. Pasien belum
laboratorium 2-3 liter/menit bekerja. Pasien mengeluh
selanjutnya dan tidak sesak nafas saat istirahat dan
ditemukan kadar terpasang NGT, beraktivitas disertai lemas,
ureum 30 didapatkan mual dan nafsu makan
mg/dL, kreatinin bercak putih di menurun. Obat yang
0,6 mg/dL, lidah dan dikonsumsi oleh pasien ialah
albumin 2,0 mukosa mulut Niastin, Omeprazole,
mg/dL, dan (kandidiasis Cefrtriaxone. Pasien
kadar CD4 14 oral), memiliki pola makan yang
49

sel/μl pembesaran tidak teratur, makanan pokok


kelenjar getah yang sering dikonsumsi
bening (KGB) pasien yaitu nasi. Pasien
tidak teraba tidak suka mengonsumsi
membesar. makanan selingan.
Pemeriksaan berdasarkan perhitungan
toraks IMT 15,6 kg/m2 diketahui
didapatkan pasien memiliki status gizi
jantung dan paru kurang ( malnutrisi )
dalam batas menggunakan
normal. Pada WHO/IASO.IOTF dalam
pemeriksaan The Asia Pasific
abdomen terlihat Perspective : Redefining
datar, bising usus Obesity and Its Treatment ).
positif normal, Diagnosis medis pasien ialah
supel dan tidak Penyakit TB Paru, HIV
ada nyeri tekan. Positif dan Kandidiasis Oral
Pada ekstrimitas dengan status gizi
tidak terlihat Malnutrisi. Hal ini
50

edema, terlihat ditunjukkan dari data


muscle wasting, pemeriksaan nilai
akral hangat Hemoglobin, Hematokrit,
dengan capillary Natrium dan Albumin
refill time (CRT) Rendah sedangkan nilai
> 2”. Penilaian Leukosit dan Trombosit
kapasitas Tinggi, dan Anti HIV
fungsional Reaktif. Sedangkan, nilai
menggunakan lainnya dalam keadaan
indeks Barthel Normal.
didapatkan skor Berdasarkan tabel
10 yaitu perkembangan data
ketergantungan clinik/fisik diatas, pada
sedang dan pemeriksaan klinik tekanan
kekuatan darah rendah dan respiration
genggaman rate Tinggi. Sedangkan
pasien lebih untuk pemeriksaan secara
lemah dari keseluruhan Pasien tampak
pemeriksa sakit sedang dengan
51

kesadaran compos mentis,


Pasien merasa sesak nafas,
terpasang nasal kanul
dengan O2 2-3 liter/menit. .
Pemeriksaan foto toraks
didapatkan gambaran TB
milier, akral hangat dengan
capillary refill time (CRT) >
2”, Nafsu makan masih
menurun, ada sedikit rasa
mual, Pasien mengalami
konjungtiva anemis dan
sclera tidak ikterik, Rambut
pasien mudah dicabut,
Pasien mengalami wasting
otot, Pasien tidak ada
kesulitan menelan,
pembesaran kelenjar getah
bening (KGB) tidak teraba
52

membesar didapatkan bercak


putih di lidah dan mukosa
mulut (kandidiasis oral).
Pasien berusia 19 tahu
berjenis kelamin laki laki.
Pasien tidak memiliki
penyakit terdahulu maupun
riwayat keluarga, Pasien
mengalami malnutrisi. ,
keluhan sesak masih ada
namun berkurang
dibandingkan saat di rumah,
Tergolong social ekonomi
menengah kebawah. Pasien
belum bekerja,.
- Diagnosis
Asupan oral inadekuat
berkaitan dengan
Terbatasnya daya terima
53

makanan akibat faktor


fisiologis akibat penyakit TB
Paru, HIV Positif dan
Kandidiasis Oral ditandai
dengan
Malnutrisi penyakit atau
kondisi kronis berkaitan
dengan Mengalami penyakit
TB ditandai dengan IMT
hanya 15,6 kg/m2 , wasting
otot, estimasi asupan energi
< 50%-75%, dan penurunan
berat badan
Perubahan nilai lab terkait
gizi berkaitan dengan Pasien
mengalami
hipermetabolisme sedang
anemia, leukositosis,
hipoalbuminemia,
54

hiponatremia ditandai
dengan Pada pemeriksaan
laboratorium saat pasien
datang ke RS, kadar Hb 10,5
mg/dL, Ht 30%, leukosit
12900/μL, trombosit
417.000/μL, limfosit 12%,
natrium 122 mEq/L
Kurang pengetahuan terkait
makanan dan gizi berkaitan
dengan Pasien belum pernah
mendapat edukasi diet
ditandai dengan Pasien suka
mengonsumsi makanan
manis seperti kue manis, teh
manis, dan minuman
bersoda, suka mengonsumsi
makanan yang bersantan dan
suka mengonsumsi
55

gorengan.
Kualitas hidup yang buruk
berkaitan dengan Gaya
hidup yang tidak sehat
ditandai dengan Kebiasaan
merokok, dan konsumsi
obat-obatan terlarang.
- Intervensi :
Diet Energi Tinggi Protein
Tinggi
57

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

1. Hasil penilaian antropometri status gizi pasien ialah malnutrisi

2. Hasil penilaian biokimia Kadar Hb 10,5 mg/dL (Rendah) Ht 30%

(Rendah) leukosit 12900/μL (Tinggi) trombosit 417.000/μL (Trombosit)

limfosit 12%, LED 53 mm/jam, GDS 160 mg/dL, natrium 122 mEq/L

(Rendah) kalium 4,6 meq/L, klorida 115 mEq/L (Tinggi) dan antiHIV

positif. Pemeriksaan laboratorium selanjutnya ditemukan kadar ureum 30

mg/dL, kreatinin 0,6 mg/dL, albumin 2,0 mg/dL, dan kadar CD4 14 sel/μl

3. Hasil penilaian fisik dan klinik adalah pasien memiliki tekanan darah

dalam kategori rendah, suhu kategori normal, sedangkan respiration rate

dalam kategori tinggi

4. Hasil penilaian dietary asupan pasien adalah pola makan tidak teratur.

5. Diet yang diberikan tinggi energi dan tinggi protein

4.2 Saran

1. Sebaiknya keluarga pasien lebih memahami asupan makan pasien untuk

memenuhi kebutuhan pasien

2. Dalam memberikan asupan makan kepada pasien ketika dirumah, pasien

dan keluarga harus lebih memperhatikan makanan yang dianjurkan, tidak

dianjurkan, dan makanan yang dibatasi

3. Diharapkan pasien mengubah kebiasaan makannya sehingga dapat

menurunkan berat badan, dan menormalkan kembali kadar biokimia

pasien berkaitan dengan penyakit yang dideritanya.


58

DAFTAR PUSTAKA

https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-2020-HIV.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2238/3/BAB%20II.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/BAB%20II.pdf
file:///C:/Users/USER/Downloads/1.%20FAKTOR%20FAKTOR%20YANG
%20MEMPENGARUHI%20KEJADIAN%20TB%20PARU%20DAN%20UPAYA
%20PENANGGULANGANNYA%20-%20EDZA%20ARIA%20WIKURENDRA,
%20S.KL,%20M.KL%20(1).pdf
file:///C:/Users/USER/Downloads/1510-2811-1-SM.pdf
file:///C:/Users/USER/Downloads/31484-205-61383-1-10-20170704.pdf

58
59

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan Kebutuhan


Dik: AD 1.1.1 Berat Badan = 48 kg

AD 1.1.2 Tinggi Badan = 175 cm

BBI = (TB-100) – [(TB-100) x 10%]


= (175-100) – [(175-100) x 10 %]
= 75 - (75 x 10%)
= 75-,5
= 67,5 kg
CS-1.1.1 Estimasi kebutuhan energi total (Mifflin St-Jeor)

BMR = (10 x 85) + (6,25 x 175 cm) – (5x67,5) + 5

= ( 850 ) + ( 1.093,7 ) – ( 337,5 ) + 5

= 1.611,25

TEE = BMR x FA x FS

= 1.611,25 x 1,3 x 1,4

= 2.932,5 kkal

CS-2.2.1 Estimasi Kebutuhan Protein Total

Protein
= 2g/kgBB
= 2 x 67,5 : 4
= 33,75 gr

CS-2.1.1 Estimasi Kebutuhan Lemak Total

Lemak
= 20 % X TEE
= (20% x 2.932,5 kkal) : 9
= 65 gr

CS-2.3.1 Estimasi Kebutuhan karbohidrat total

59
60

Karbohidrat
= 60% X TEE
= 60% x 2.932,5

= 1.759,5 : 4

= 439,9 gr

Lampiran 2 Rekomendasi Menu Sehari

60

Anda mungkin juga menyukai