Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN STUDI KASUS INDIVIDU

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN


AKI+COMFR.COVID-19+HIPERTENSI DIRUMAH SAKIT X TAHUN
2021

DOSEN PEMBIMBING :
Dini Junita, S.Gz, M.Si
Yenita, S.Gz

Disusun oleh :
Anggita Dina Hastuti Putri (2017-31-023)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI


TAHUN 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Studi Kasus Manajemen Asuhan Gizi Klinik Tentang


“ Penatalaksanaan Diet Pada Pasien
AKI+Comfr.Covid-19+Hipertensi di RS X Tahun 2021”

Telah mendapat persetujuan dan disahkan oleh :

Kota Jambi, Januari 2021

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Yenita, S.Gz Dini Junita, S.Gz, M.Si

Diketahui Oleh
Ketua Program
Studi

Merita, S.Gz, M.Si


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan gizi klinik yang bertujuan
meningkatkan wawasan dan pengalaman lapangan bidang klinik.
Laporan ini sebagai penanggung jawaban kami secara tertulis selama mengikuti
Praktek Lapangan kerja , dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
perkuliahan di Semester VII Prodi Ilmu Gizi Stikes Baiturrahim Jambi. Dalam proses
pengambilan data dan penyusunan laporan ini, penulis banyak menemui kendala dan
hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak, laporan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, perkenankanlah dengan
setulus hati penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Bapak Dr.Filius Chandra, SE, MM selaku Ketua Sekolah Tinggi Kesehatan
Baiturrahim Jambi
2. Ibu Merita, S.Gz, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Gizi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Baiturrahim Jambi
3. Ibu Kasyani, S.Gz. MPH Selaku koordinator praktek kerja lapang bidang gizi dan
dietetik
4. Ibu Dini Junita, S.Gz, M.Si selaku pembimbing Institusi Pendidikan Stikes
Bairurrahim Jambi
5. Ibu Yenita S.Gz selaku pembimbing Clinical Instructure
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seluruhnya bahwa laporan ini masih
jauh dari kata sempurna . Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala
masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata kami
berharap laporan ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua dan apa yang kita
lakukan mendapatkan Ridho dari Allah Subhannahu wa Ta’ala.

Jambi, januari 20211

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................................
DAFTAR TABEL .....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................................
B. Tujuan ...........................................................................................................
C. Manfaat .........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
A. AKI (Gangguan ginjal akut atau Acute Kidney) ............................................
1. Definisi ....................................................................................................
2. Etiologi ....................................................................................................
3. Epidemiologi ...........................................................................................
4. Manifestasi klinis ....................................................................................
5. Patofisiologi ............................................................................................
6. Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) .....................................................
B. COVID-19 .....................................................................................................
1. Definisi ....................................................................................................
2. Etiologi ....................................................................................................
3. Epidemiologi ...........................................................................................
4. Manifestasi klinis ....................................................................................
5. Patofisiologi ............................................................................................
6. Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) ....................................................
C. HIPERTENSI ................................................................................................
1. Definisi ....................................................................................................
2. Etiologi ....................................................................................................
3. Epidemiologi ...........................................................................................
4. Manifestasi klinis ....................................................................................
5. Patofisiologi ............................................................................................
6. Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) ....................................................
BAB III GAMBARAN UMUM PASIEN ................................................................
A. Identitas pasien ..............................................................................................
B. Assesment .....................................................................................................
C. Diagnosa Gizi ................................................................................................
D. Intervensi .......................................................................................................
E. Catatan Kemajuan Pasien .............................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................
A. Evaluasi data assesment ................................................................................
B. Evaluasi diagnosa gizi ...................................................................................
C. Evaluasi Intervensi ........................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 pemeriksaan nilai normal
Tabel 3.1 identitas pasien
Tabel 3.2 berkaitan dengan riwayat penyakit
Tabel 3.3 berkaitan dengan riwayat gizi
Tabel 3.4 antropometri
Tabel 3.5 pemeriksaan biokimia
Tabel 3.6 vital sign
Tabel 3.7 asupan gizi
Tabel 3.8 recall 1x24 jam
Tabel 3.9 asupan saat di rawat di RS
Tabel 4.0 terapi medis
Tabel 4.1 rencana monitoring dan evaluasi
Tabel 4.2 catatan kemajuan pasien
Tabel 4.3 klinis
Tabel 4.4 monitoring dan evaluasi data biokimia/laboratorium
Tabel 4.5 perkembangan diet pasien
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gangguan ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI) dapat diartikan sebagai
penurunan cepat dan tiba-tiba atau parah pada fungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini
biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia
(peningkatan konsentrasi BUN). Akan tetapi biasanya segera setelah cedera ginjal
terjadi, tingkat konsentrasi BUN kembali normal, sehingga yang menjadi patokan
adanya kerusakan ginjal adalah penurunan produksi urin.
Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu sindrom klinik akibat adanya gangguan
fungsi ginjal yang terjadi secara akut, ditandai dengan berkurangnya volume urin
dalam 24 jam. Penderita gagal ginjal akut dilakukan perbaikan aliran darah ke
ginjal, dengan menghentikan penggunaan obat-obatan yang merusak ginjal dan
memperberat kerja ginjal atau mengangkat sumbatan pada saluran kencing.
Stadium ini, fungsi ginjal masih dapat dikembalikan seperti semula (Erwinsyah,
2009).
COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah penyakit yang disebabkan oleh
jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di Wuhan
Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. COVID-19 ini dapat menimbulkan gejala
gangguan pernafasan akut seperti demam diatas 38°C, batuk dan sesak nafas bagi
manusia. Selain itu dapat disertai dengan lemas, nyeri otot, dan diare. Pada penderita
COVID-19 yang berat, dapat menimbulkan pneumonia, sindroma pernafasan akut,
gagal ginjal bahkan sampai kematian.COVID-19 dapat menular dari manusia ke
manusia melalui kontak erat dan droplet (percikan cairan pada saat bersin dan batuk),
tidak melalui udara. Bentuk COVID-19 jika dilihat melalui mikroskop elektron
(cairan saluran nafas/ swab tenggorokan) dan digambarkan kembali bentuk COVID-
19 seperti virus yang memiliki mahkota.( Kemenkes,RI)
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan peningkatan
tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri, 2017). Penyakit hipertensi
atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis penyakit yang mematikan di dunia
dan faktor risiko paling utama terjadinya hipertensi yaitu faktor usia sehingga tidak
heran penyakit hipertensi sering dijumpai pada usia senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014),
sedangkan menurut Setiati (2015), hipertensi merupakan tanda klinis
ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem kardiovaskular, di mana penyebab
terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/ multi faktor sehingga tidak bisa
terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal (Setiati, 2015).
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas yang dilakukan oleh tenaga gizi,
melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan
gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi (Kemenkes RI,
2013).
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka laporan kasus ini disusun untuk
menganalisis tentang Penatalaksanaan Asuhan Gizi Terstandar pada PASIEN
Aki+Comfr Covid-19+ Hipertensi.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) pada pasien
Aki+Comfr Covid-19+Hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan assesment gizi pada pasien Aki+Comfr Covid-
19+Hipertensi.
b. Mampu menentukan diagnosa gizi pada pasien Aki+Comfr Covid-
19+Hipertensi.
c. Mampu menentukan intervensi gizi pada pasien Aki+Comfr Covid-
19+Hipertensi.
d. Mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi pada pasien Aki+Comfr
Covid-19+Hipertensi.
e. Mengimplementasikan rencana asuhan gizi yang dilakukan pada pasien
Aki+Comfr Covid-19+Hipertensi.
f. Melakukan edukasi dietetik pada pasien Aki+Comfr Covid-19+Hipertensi.
1.3 Manfaat
1. Bagi Akademik
Dapat menghasilkan ahli gizi yang kreatif, aktif, mampu merencanakan dan
melaksanakan tugas dengan baik, serta dapat mengontrol dan mengevaluasi
dengan penuh tanggung jawab.
2. Bagi Mahasiswa
Dapat memahami, melaksanakan, menganalisa, mengetahui, dan memperoleh
ilmu serta kemampuan dalam menerapkan ilmu yang didapat dalam manajemen
asuhan gizi klinik rumah sakit.
3. Bagi Pasien
Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga pasien dalam usaha
penyembuhan penyakit dengan memberikan terapi diet dan diharapkan dapat
menerapkan diet dengan baik di dalam maupun di luar rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Gangguan ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI)
a. Definisi
Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu sindrom klinik akibat adanya
gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara akut, ditandai dengan berkurangnya
volume urin dalam 24 jam. Penderita gagal ginjal akut dilakukan perbaikan
aliran darah ke ginjal, dengan menghentikan penggunaan obat-obatan yang
merusak ginjal dan memperberat kerja ginjal atau mengangkat sumbatan pada
saluran kencing. Stadium ini, fungsi ginjal masih dapat dikembalikan seperti
semula (Erwinsyah, 2009).
b. Etiologi
Etiologi AKI dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan
patogenensis AKI, yakni (1) penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal
tanpa menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal (AKI prarenal, ~55%); (2)
penyakit yang secara langsung menyebabkan gangguan pada parekim ginjal
(AKI renal/intrinsik,~40%); (3) penyakit yang terkait dengan obstruksi saluran
kemih (AKI pascarenal,~5%). Angka kejadian penyebab AKI sangat
tergantung dari tempat terjadinya AKI.
c. Epidemiologi
AKI menjadi penyakit komplikasi pada sekitar 5-7% acute care
admission patient dan mencapai 30% pada pasien yang di admisi di unit
perawatan intensif (ICU). AKI juga menjadi komplikasi medis di Negara
berkembang, terutama pasien dengan latar belakang adanya penyakit diare,
penyakit infeksi seperti malaria, leptospirosis, dan bencana alam seperti
gempa bumi. Insidennya meningkat hingga 4 kali lipat di United State sejak
1988 dan diperkirakan terdapat 500 per 100.000 populasi pertahun. Insiden ini
bahkan lebih tinggi dari insiden stroke.
Terkait dengan epidemiologi AKI, terdapat variasi definisi yang
digunakan dalam studi klinis dan diperkirakan menyebabkan variasi yang luas
dari laporan insiden dari AKI itu sendiri (1-31%) dan angka mortalitasnya (19-
83%). Dalam penelitian Hoste (2006) diketahui AKI terjadi pada 67 % pasien
yang di rawat di ruang intensif dengan maksimal RIFLE yaitu 12% kelas R,
27% kelas I dan 28% kelas F. Hospital mortality rate untuk pasien dengan
maksimal RIFLE kelas R, I dan F berturut- turut 8.8%, 11.4% dan 26.3%
dibandingkan dengan pasien tanpa AKI yaitu 5.5%.8 Namun hasil penelitian
Ostermann (2007) menunjukkan Hospital mortality rate yang lebih tinggi
yaitu 20.9%, 45.6% dan 56.8% berturut- turut untuk maksimal kelas RIFLE R,
I, dan F.
d. Manifestasi klinis
1. Perubahan haluaran urine : oliguria (ekresi urine < 400ml dalam 24 jam
2. Peningkatan BUN dan kadar kreatinin
3. Hiperkalemia ( ketidakmampuan ginjal mengeksresikan kalium ) dan
katabolisme protein menyebabkan pelepasan kalium dan katabolisme
protein menyebabkan pelepasan kalium dari intra sel
4. Anemia
5. Mual persisten, muntah dan diare
6. Nafas berbau urin
e. Patofisiologi
Terdapat tiga kategori ARF (Acute Renal Failure) atau gagal ginjal
akut, yaitu prerenal, renal dan postrenal dengan mekanisme patofisiologi
berbeda.
a). Prerenal
Prerenal ditandai dengan berkurangnya pasokan darah ke ginjal.
Penyebab umumnya yaitu terjadinya penurunan volume intravaskular karena
kondisi seperti perdarahan, dehidrasi, atau hilangnya cairan gastrointestinal.
Kondisi berkurangnya curah jantung misalnya gagal jantung kongestif atau
infark miokard dan hipotensi juga dapat mengurangi aliran darah ginjal yang
mengakibatkan penurunan perfusi glomerulus dan prerenal ARF (Stamatakis,
2008).
Penurunan aliran darah ginjal ringan sampai sedang mengakibatkan
tekanan intraglomerular yang disebabkan oleh pelebaran arteriola aferen
(arteri yang memasok darah ke glomerulus), penyempitan arteriola eferen
(arteri yang membawa darah dari glomerulus), dan redistribusi aliran darah
ginjal ke medula ginjal. Fungsional ARF terjadi ketika mekanisme adaptif
terganggu dan hal tersebut sering disebabkan oleh obat-obatan, antara lain:
NSAID (Non Steroid Anti Inflammatory Drug) merusak dilasi mediator
prostaglandin dari arteriola aferen. ACEI (Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitor) dan ARB (Angiotensin Receptor Blocker) menghambat angiotensin
II dimediasi oleh penyempitan arteriola eferen. Siklosporin dan takrolimus
terutama dalam dosis tinggi merupakan vasokonstriktor ginjal yang poten.
Semua agen tersebut dapat mengurangi tekanan intraglomerular dengan
penurunan GFR (Glomerular Filtration Rate) (Stamatakis, 2008).
b). Renal
Gagal ginjal intrinsik, disebut juga sebagai intrarenal ARF disebabkan
oleh penyakit yang dapat mempengaruhi integritas tubulus, pembuluh
glomerulus, interstitium, atau darah. ATN (Acute Tubular Necrosis)
merupakan kondisi patofisiologi yang dihasilkan dari obat (aminoglikosida
atau amfoterisin B) atau iskemik terhadap ginjal (Stamatakis, 2008).
c). Postrenal
Postrenal terjadi karena obstruksi aliran kemih oleh beberapa sebab,
antara lain: hipertrofi prostat jinak, tumor panggul, dan pengendapan batu
ginjal (Stamatakis, 2008).
f. Proses asuhan gizi terstandar (PAGT)
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah suatu metode
pemecahan masalah yang sistematis dalam menangani problem gizi, sehingga
dapat memberikan asuhan gizi yang aman, efektif, dan berkualitas tinggi.
Terstandar yang dimaksud yaitu menggunakan struktur dan kerangka kerja
yang konsisten sehingga setiap pasien yang bermasalah giz akan mendapatkan
empat langkah proses asuhan gizi, yaitu assessment, diagnosis, intervensi,
monitoring dan evaluasi (Kemenkes RI, 2014). Adapun asuhan gizi tersebut
adalah.
a. Nutrition Assessment
Assessment gizi atau nutrition assessment dilakukan
dengan maksud sebagai berikut (Aritonang, 2012).
1) Menggali informasi yang memadai untuk mengidentifikasi
masalah gizi.
2) Membedakan atau memilah data yang penting dan tidak
penting.
3) Datayangdikumpulkanterdiridarilimakategori(A,B,C,D+
N riwayat personal).
4) Pengumpulan data gizi dilakukan dengan cara observasi
langsung (data primer) atau dari dokumen medic (data
seunder).
5) Setelah data terkumpul, dilakukan analisis dan interpretasi
dengan cara membandingkanya dengan standar untuk
menemukan ketidaknormalan dari data.
6) Datayangtidaknormaldapatmenjadifaktorpotensialterhadap
timbulnya masalah gizi (problem).
Berikut ini adalah langkah-langkah assessment gizi (Kemenkes RI, 2014).
1) Kumpulkan dan pilih data yang merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatan
2) Kelompokkan data berdasarkan kategori assessment gizi:
a) Antropometri
b) Biokimia
c) Fisik dan Klinis
d) Riwayat gizi
e) Ekologi, sosial, ekonomi.
3) Data diinterpretasi dengan membandingkan terhadap
kriteria atau standar yang sesuai untuk mengetahui terjadinya penyimpangan.
Data assessment gizi dapat diperoleh melalui interview atau wawancara;
catatan medis; observasi serta informasi dari tenaga kesehatan lain yang
merujuk (Kemenkes RI, 2014). Pelaksanaan assessment gizi terdapat kategori
sebagai berikut.
a. Antropometri
Pengukuran LLA, status gizi ditentukan dengan persentil LLA.
b. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia membaca dari hasil rekam medis.
c. Fisik dan Klinis
Pemeriksaan fisik dan klinis dilaksanakan dengan cara mengamati kondisi
pasien dan membaca hasil rekam medis. Sedangkan pemeriksaan lainnya
sebagai berikut.
2.1 Tabel pemeriksaan nilai normal
Macam pemeriksaan Nilai normal
Tekanan darah Sistole: ≤ 120 mmHg
Diastole: ≤ 80 mmHg
Nadi 60-100 menit
Respirasi rate 20-30 kali/menit
Suhu 36-37° C
Sumber: Anggraeni, 2012
d. Riwayat Gizi
Pengumpulan data riwayat gizi dilakukan dengan cara interview, termasuk
interview khusus seperti recall makanan 24 jam, food frequency questioner
(FFQ) atau dengan metode assessment gizi lainnya.

3. Covid-19
a. Definisi
Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona
adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID-19 ini sampai saat ini masih belum diketahui.
b. Etiologi
Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini
masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan
wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu
Sarbecovirus. 15 Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of
Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2. Sekuens SARSCoV-2 memiliki
kemiripan dengan coronavirus yang diisolasi pada kelelawar, sehingga muncul
hipotesis bahwa SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar yang kemudian
bermutasi dan menginfeksi manusia. Mamalia dan burung diduga sebagai
reservoir perantara.
c. Epidemiologi
Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus COVID-19
di China setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal
Februari 2020. Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan provinsi
di sekitar, kemudian bertambah hingga ke provinsi-provinsi lain dan seluruh
China.Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi
COVID-19 di China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara seperti
Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang,
Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada,
Finlandia, Prancis, dan Jerman.COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia
pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kasus.Data 31 Maret 2020
menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus
kematian. Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini
merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Per 30 Maret 2020, terdapat
693.224 kasus dan 33.106 kematian di seluruh dunia. Eropa dan Amerika
Utara telah menjadi pusat pandemi COVID-19, dengan kasus dan kematian
sudah melampaui China. Amerika Serikat menduduki peringkat pertama
dengan kasus COVID-19 terbanyak dengan penambahan kasus baru sebanyak
19.332 kasus pada tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan 6.549
kasus baru. Italia memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu
11,3%.
d. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas,
mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia
berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan
atau sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1% pasien jatuh ke
dalam keadaan kritis. Berapa besar proporsi infeksi asimtomatik belum
diketahui.21 Viremia dan viral load yang tinggi dari swab nasofaring pada
pasien yang asimptomatik telah dilaporkan.
Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran
napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk
(dengan atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti
nasal, atau sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan suplementasi oksigen.
Pasien COVID-19 dengan pneumonia berat ditandai dengan demam, ditambah
salah satu dari gejala: (1) frekuensi pernapasan >30x/menit (2) distres
pernapasan berat, atau (3) saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. Pada
pasien geriatri dapat muncul gejala-gejala yang atipikal.
Sebagian besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan
gejala-gejala pada sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan sesak
napas.1 Berdasarkan data 55.924 kasus, gejala tersering adalah demam, batuk
kering, dan fatigue. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah batuk produktif,
sesak napas, sakit tenggorokan, nyeri kepala, mialgia/artralgia, menggigil,
mual/muntah, kongesti nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptisis, dan kongesti
konjungtiva. 1 Lebih dari 40% demam pada pasien COVID-19 memiliki suhu
puncak antara 38,1-39°C, sementara 34% mengalami demam suhu lebih dari
39°C.
e. Patofisiologi
Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus
dengan sel manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan
memfasilitasi ekspresi gen yang membantu adaptasi severe acute respiratory
syndrome virus corona 2 pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi
gen, atau delesi, akan menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan
outbreak di kemudian hari.
Severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2)
menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang
ditemukan pada traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus kecil
sebagai reseptor masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor
ACE2 pada permukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai
pengatur receptor binding domain (RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki
fungsi dalam fusi membran antara sel virus dan sel inang.
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam
sitoplasma sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan
pp1ab dan membentuk kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya,
RTC akan mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan
pembentukan protein struktural dan tambahan.
Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein
nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel
virus. Virion kemudian akan berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari
sel-sel yang terinfeksi melalui eksositosis. Virus-virus yang dikeluarkan
kemudian akan menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal, dan limfosit T, dan
traktus respiratorius bawah, yang kemudian menyebabkan gejala pada pasien.
f. Proses asuhan gizi terstandar (PAGT)
Pelayanan asuhan gizi dan dietetik merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh nutrisionis dan dietisien yang mengacu pada International Dietetic and
Nutrition Terminology yang disusun oleh Academy of Nutrition and Dietetic
(AND).
Langkah Langkah Asuhan Gizi meliputi :
1. Pengkajian Gizi : Diambil dari data sekunder ( data yang
tertera dalam rekam medik)
2. Diagnosis gizi
3. Intervensi Gizi
a. Pemberian makanan dan zat gizi, termasuk modifikasi dalam
bentuk,volume, komposisi energi dan zat gizi serta waktu pemberian,
b. Edukasi Gizi : dilakukan secara virtual
c. Konseling Gizi : dilakuan secara virtual
d. Koordinasi asuhan
4. Monitoring dan Evaluasi
a. Asupan makanan dan daya terima
b. Status gizi (Antropometri)
c. Fisik
d. Biokimia (bila ada penyakit penyerta, dll)
4. Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013;
Ferri, 2017). Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah
satu jenis penyakit yang mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama
terjadinya hipertensi yaitu faktor usia sehingga tidak heran penyakit
hipertensi sering dijumpai pada usia senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014),
sedangkan menurut Setiati (2015), hipertensi merupakan tanda klinis
ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem kardiovaskular, di mana
penyebab terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/ multi faktor
sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal (Setiati,
2015).
b. Etiologi
Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi
terbagi atas dua bagian, yaitu :
• Hipertensi Primer (Esensial)
Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa antara 90%
- 95%. Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis yang dapat
diidentifikasi, dan juga kemungkinan kondisi ini bersifat multifaktor
(Smeltzer, 2013; Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014).
Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan, akan tetapi bisa dikontrol
dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor genetik mungkin
berperan penting untuk pengembangan hipertensi primer dan bentuk
tekanan darah tinggi yang cenderung berkembang secara bertahap
selama bertahun-tahun (Bell, Twiggs, & Olin, 2015).
• Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan darah
dan disertai penyebab yang spesifik, seperti penyempitan arteri renalis,
kehamilan, medikasi tertentu, dan penyebab lainnya. Hipertensi
sekunder juga bisa bersifat menjadi akut, yang menandakan bahwa
adanya perubahan pada curah jantung (Ignatavicius, Workman, &
Rebar, 2017).
c. Epidemiologi
Secara global prevalensi tertinggi peningkatan tekanan darah usia
≥18 tahun pada tahun 2014 terdapat di Afrika sebesar 30% dan terendah
terdapat di Amerika yaitu sebesar 18%. Di kawasan Asia Tenggara,
Indonesia menduduki peringkat ke-6 dengan prevalensi hipertensi sebesar
24% setelah Bhutan (27,7%), Timor Leste (26%), Nepal (25,9%), India
(25,9%) dan Bangladeshn(25,1%), sedangkan prevalensi hipetensi terendah
yaitu Srilanka sebesar 21,6%) (WHO, 2015).
Prevalensi hipertensi tertinggi di Indonesia berdasarkan pengukuran
pada umur ≥18 tahun menurut hasil Riskesdas 2013 terdapat di Bangka
Belitung (30,9%) dan prevalensi kejadian hipertensi terendah terjadi di
Papua (16,8%). Dilihat secara Nasional prevalensi kejadian hipertensi pada
tahun 2013 di provinsi Bali sebesar 19,9% (Kemenkes.RI, 2014).
Epidemiologi hipertensi berdasarkan orang dapat diklasifikasikan menurut
umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga. Semakin tinggi umur maka
prevalensi hipertensi akan cenderung meningkat (Kemenkes RI, 2013).
d. Manifestasi klinis
Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak
memiliki tanda/ gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati
seperti terjadi pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas,
wajah tampak kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga
berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah,
mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah di hidung) (Fauzi, 2014;
Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017).
Selain itu, hipertensi memiliki tanda klinis yang dapat terjadi, diantaranya
adalah (Smeltzer, 2013):
a. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas lain
selain tekanan darah tinggi.
b. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat,
penyempitan arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots) (infarksio
kecil), dan papiledema bisa terlihat pada penderita hipertensi berat.
c. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang saling
berhubungan dengan sistem organ yang dialiri pembuluh darah yang
terganggu.
d. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan angina
atau infark miokardium.
e. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal
jantung.
f. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan BUN,
serta kadar kreatinin).
g. Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan iskemik transien
[TIA] [yaitu perubahan yang terjadi pada penglihatan atau kemampuan
bicara, pening, kelemahan, jatuh mendadak atau hemiplegia transien atau
permanen]).
e. patofisiologi
Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total
resistensi/ tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil
Cardiac Output didapatkan melalui perkalian antara stroke volume (volume
darah yang dipompa dari ventrikel jantung) dengan hearth rate (denyut
jantung). Sistem otonom dan sirkulasi hormonal berfungsi untuk
mempertahankan pengaturan tahanan perifer. Hipertensi merupakan suatu
abnormalitas dari kedua faktor tersebut yang ditandai dengan adanya
peningkatan curah jantung dan resistensi perifer yang juga meningkat
(Kowalak, 2011; Ardiansyah, 2012).
Berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya hipertensi, teori
teori tersebut antara lain (Kowalak, 2011):
a. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah arteri
yang mengakibatkan retensi perifer meningkat.
b. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal dan
berasal dalam pusat vasomotor, dapat mengakibatkan peningkatan retensi
perifer.
c. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal atau
hormonal.
d. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang
disebabkan oleh retensi vaskuler perifer.
e. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk angiotensin II yang
menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan volume darah.
Tekanan darah yang meningkat secara terus-menerus pada pasien
hipertensi dapat menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat. Hal ini
terjadi karena peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Agar
kekuatan kontraksi jantung meningkat, ventrikel kiri mengalami hipertrofi
sehingga kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung juga meningkat.
Dilatasi dan kegagalan jantung bisa terjadi, jika hipertrofi tidak dapat
mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena hipertensi memicu
aterosklerosis arteri koronaria, maka jantung bisa mengalami gangguan
lebih lanjut akibat aliran darah yang menurun menuju ke miokardium,
sehingga timbul angina pektoris atau infark miokard. Hipertensi juga
mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah yang semakin
mempercepat proses aterosklerosis dan kerusakan organorgan vital seperti
stroke, gagal ginjal, aneurisme dan cedera retina (Kowalak, 2011).
f. Proses asuhan gizi terstandar (PAGT)
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah suatu proses
terstandar sebagai suatu metode pemecahan masalah yang sistematis dalam
menangani problem gizi sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang
aman, efektif dan berkualitas tinggi. Terdapat empat langkah dalam proses
asuhan gizi yaitu asesmen atau pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi
gizi serta monitoring dan evaluasi gizi. Keempat langkah dalam proses
asuhan gizi terstandar telah saudara pelajari pada mata kuliah diet penyakit
infeksi. Dalam pembahasan asuhan gizi pada pasien hipertensi juga
mengikuti langkah-langkah yang sama dengan kasus penyakit lainnya.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Asesmen atau Pengkajian Gizi
Langkah awal pada proses asuhan gizi terstandar adalah asesmen
atau pengkajian gizi. Pada kegiatan pengkajian gizi, data dikelompokkan
dalam lima domain yaitu riwayat terkait gizi dan makanan, data
antropometri, data biokimia, tes medis dan prosedur, data pemeriksaan
fisik focus gizi dan data riwayat klien (Dirjen Bina Gizi dan KIA, 2014).
Pengumpulan data riwayat gizi dan makanan pada pasien hipertensi
meliputi data riwayat kebiasaan makan, makanan pantangan, makanan
kesukaan, ada tidaknya alergi serta rata-rata asupan makan pasien sehari.
Pada penderita hipertensi terdapat kecenderungan bahwa penderita
umumnya suka mengkonsumsi makanan tinggi garam dan natrium, tinggi
lemak, tinggi gula dan terdapat kebiasaan minum kopi. Hal-hal inilah yang
harus menjadi perhatian dan perlu ketelitian untuk menggali informasi.
Setelah itu dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
mendapatkan data antropometri. Bila pasien tidak dapat diukur tinggi
badannya maka dapat diukur rentang lengan, tinggi lutut, lingkar lengan
atas dan lingkar pinggang. Banyak kasus hipertensi mengalami kelebihan
berat badan, sehingga aktivitas fisik cenderung menjadi berkurang.
Selanjutnya dicatat data hasil pemeriksaan biokimia seperti kadar
hemoglobin, protein total, albumin, gula darah, profil lipid (kolesterol total,
trigliserida, kolesterol high density lipoprotein (HDL) dan low density
lipoprotein (LDL) , tes fungsi hati, ginjal dan enzim jantung, pemeriksaan
urinalisa dan kultur urine dll serta pemeriksaan EKG.
Data pemeriksaan fisik klinis dicatat tentang keadaan umum pasien
: nyeri dada, sesak nafas, sakit kepala, gangguan kesadaran, nyeri tengkuk.
Pemeriksaan klinis : pengukuran tekanan darah, penampakan konjungtiva
anemis atau tidak, nadi, respirasi, suhu, adanya oedema atau tidak.
Sedangkan untuk data riwayat personal pasien yang harus dikumpulkan
terdiri dari riwayat obat-obatan atau suplemen yang sering dikonsumsi,
sosial budaya, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit dan data umum
pasien. Setelah diperoleh informasi lengkap yang berkaitan dengan data
pengkajian gizi pasien hipertensi, selanjutnya data dianalisis untuk
menentukan masalah gizi pada pasien.
b. Diagnosa Gizi
Diagnosa Gizi merupakan gambaran keadaan masalah gizi atau
risiko masalah gizi yang terjadi saat ini dan dapat berubah sesuai dengan
respon pasien, khususnya terhadap intervensi gizi yang didapatkan.
Diagnosa gizi ini merupakan rangkuman masalah gizi, dimana seluruh data
yang dikumpulkan pada pengkajian gizi diolah dan diidentifikasi menjadi
informasi. Informasi inilah yang akan menjadi input pada proses
menetapkan diagnosa gizi. Penulisan kalimat diagnosa gizi terstruktur
dengan konsep PES atau problem etiologi dan sign/symstoms (ADA,
2008). Beberapa contoh diagnosis gizi yang biasa ditemukan pada
penderita hipertensi :
1) NI 5 : kelebihan asupan zat gizi berkaitan dengan kebiasaan makan
dalam porsi besar
ditandai oleh hasil recall > 150% kebutuhan dan IMT >25.
2) NI 8 : kekurangan asupan serat berkaitan dengan seringnya
mengkonsumsi makanan gorengan dan kurang menyukai sayur dan buah
ditandai oleh asupan serat harian 14 gram dan frekuensi buang air besar
(BAB) hanya 3 kali seminggu.
3) NC 3.3 : overweight berkaitan dengan kelebihan asupan energi ditandai
oleh IMT 28
4) NC 2.1 : gangguan utilitas zat gizi berkaitan dengan kegagalan fungsi
ginjal ditandai oleh
tekanan sistolik/diastolik 165/95 mm Hg.
5) NB 1.5 : Gangguan pola makan berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang ditandai
oleh seringnya mengkonsumsi makanan kaleng dan minuman bersoda
6) NB 1.3 : ketidaksiapan melakukan diet atau perubahan pola makan
berkaitan dengan kurangnya motivasi ditandai oleh ketidakpatuhan
terhadap anjuran diet dan masih
mengkonsumsi makanan yang diawetkan dengan garam.
c. Intervensi Gizi
Intervensi Gizi merupakan kegiatan atau langkah ke tiga dalam
proses asuhan gizi terstandar. Intervensi Gizi merupakan suatu tindakan
yang terencana yang ditujukan untuk memperbaiki status gizi dan
kesehatan, merubah perilaku gizi dan kondisi lingkungan yang
mempengaruhi masalah gizi pasien. Adapun tujuan dari intervensi gizi
adalah untuk mengatasi masalah gizi yang teridentifikasi dalam diagnosa
gizi. Terdapat dua komponen dalam intervensi gizi yaitu perencanaan
intervensi dan implementasi.
Perencanaan intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang
ditegakkan.
Intervensi Gizi dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu pemberian
makanan (ND), edukasi gizi (E), konseling gizi (C) dan koordinasi asuhan
gizi (RC).
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana tenaga gizi
mengkomunikasikan rencana intervensi gizi yang sudah ditetapkan kepada
pasien/klien dan kepada pihak terkait lainnya misalnya kepada bagian
produksi makanan, perawat termasuk keluarga pasien/klien.
Contoh intervensi gizi pada pasien hipertensi :
1) Diagnosa gizi sudah ditentukan yaitu : Penurunan kebutuhan natrium
berkaitan dengan
hipertensi ditandai dengan riwayat hipertensi selama 10 tahun, tekanan
darah tinggi
(160/95 mmHg), natrium tinggi.
2) Tujuan intervensi : membantu memperbaiki kualitas hidup pasien
melalui penurunan
tekanan darah.
3) Rencana intervensi:
Domain pemberian makanan : bentuk makanan lunak, rute per oral
Diet Rendah Garam III
Jadwal makan utama 3 kali (pukul 07.00; 12.00;18.00) selingan pukul
10.00 dan 16.00 Domain Edukasi Gizi (E) dan domain konseling gizi (C).
Diberikan edukasi gizi dengan materi tentang pengaturan makanan bagi
penderita hipertensi, bagaimana memilih makanan yang boleh dikonsumsi
dan makanan mana yang harus dibatasi. Kegiatan edukasi dan konseling
gizi sebaiknya melibatkan keluarga terutama dalam mempersiapkan
makanan. Menjelaskan cara memilih makanan apabila membawa makanan
dari rumah.
Domain koordinasi asuhan gizi (RC) : kolaborasi antara tim kesehatan dan
memberhentikan atau merujuk pasien ke pelayanan kesehatan lain.
d. Monitoring dan Evaluasi Gizi
Langkah selanjutnya yang merupakan langkah terakhir dalam proses
asuhan gizi terstandar adalah monitoring dan evaluasi gizi. Kegiatan ini
dilakukan untuk mengetahui respon pasien/klien terhadap intervensi dan
tingkat keberhasilannya. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara
memonitor perkembangan, mengukur hasil dan mengevaluasi hasil. Pada
monitoring dan evaluasi gizi, data digunakan untuk mengevaluasi dampak
dari intervensi gizi sesuai dengan outcome dan indikator asuhan gizi.
Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan intervensi
gizi tersebut adalah asupan makan dan minum (konsumsi selama dirawat),
asupan ini dimonitor setiap hari, nilai laboratorium terkait gizi, perubahan
berat badan, keadaan fisik klinis pasien. Selanjutnya saudara dapat
membaca dan menyimak kembali topik tentang monitoring dan evaluasi
pada modul sebelumnya agar dapat menyusun kegiatan ini dengan lebih
baik.
BAB III
GAMBARAN UMUM PASIEN
4.1 Assesment
A. Anamnesa
a. Identitas pasien
Tabel 3.1 identitas pasien
Nama : Tn. Jasrizal No RM :-
Umur : 80 Tahun Ruang : Isolasi covid

Jenis Kelamin : Laki-laki Tgl Masuk : 03-01-2021


Pekerjaan : Dokter Tgl Kasus : 16-01-2021
Pendidikan : Dokter Alamat : Padang
Agama : Islam Diagnosis medis :AKI+Comfr.
Covid19+
Hipertensi

b. Berkaitan dengan riwayat penyakit


Tabel 3.2 berkaitan dengan riwayat penyakit
Keluhan Utama - Penurunan nafsu makan
- Lemah
- Sesak
- Batuk
Riwayat Penyakit - AKI+Comfr. Covid19+ Hipertensi
Sekarang

Riwayat Penyakit - Hipertensi


Dahulu
Riwayat Penyakit -
Keluarga

c. Berkaitan dengan riwayat gizi


Tabel 3.3 berkaitan dengan riwayat gizi
Data Sosio ekonomi Penghasilan : 10Jt/bln
Jumlah anggota keluarga : 5
Suku : Minang
Aktifitas fisik Ringan
Alergi makanan Tidak terdapat alergi makanan
Masalah Mual (ya), Muntah (ya),
gastrointestin Diare (tidak), Konstipasi (tidak), Anoreksia (tidak) Perubahan
al pengecapan/penciuman (tidak )
Penyakit kronik -
Kesehatan mulut Sulit menelan (ya) , Stomatitis (tidak), Gigi lengkap (ya)
Pengobatan -

Perubahan berat -
Badan
Mempersiapkan Fasilitas memasak :-
Makanan Fasilitas menyimpan makanan
:-
Riwayat / pola Riwayat makan : Sebelum
makan masuk rumah sakit, Tn. J pola
makan sehat makan teratur 3x
sehari, dengan porsi 2 centong
nasi, lauk ikan, daging ayam,
sayur bayam dan buah-buahan
jeruk, apel, pepaya. Setelah
masuk RS asupan makan Tn. J
Diet dari rumah sakit : Nasi
1/3, lauk ikan 1/2, telur ½,
daging ayam 1/2 dan 1 gls susu
nefrisol.

Kesimpulan Anamnesis : Tn. J mengeluh sesak nafas, penurunan nafsu makan, lemah,
dan batuk sehingga perlu penangganan dan pengobatan khusus bagi setiap keluhan. Tn.
J di diagnosa Aki+Comfr. Covid19+ Hipertensi perlu penangganan lebih lanjut untuk
mengatasinya dan Tn. J mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Tn. J mengalami
gastrointestinal seperti mual dan muntah. Tn. J juga mengalami gangguan menelan.
Perlu adanya tindakan untuk dapat meningkatkan asupan makanan Tn. J dikarenakan
berdasarkan hasil recall saat di RS Tn. J rata-rata hanya mengkonsumsi ½ porsi dari
makanan yang disediakan.
B. Antropometri
Tabel 3.4 antropometri
Jenis Pengukuran Hasil
Pengukuran
TB/PB (cm) 168 cm
Rentang Lengan (cm) -
Tinggi lutut (cm) -
Berat Badan (kg) 64 kg
LILA (cm) -
L. pinggul (cm) -
L. pinggang (cm) -
Lingkar perut (cm) -
Indeks Massa Tubuh 22,7 kg/m2
Berat Badan Ideal (BBI) 61,2 kg

Kesimpulan Antropometri : Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi BB normal


(22,7 kg/m2), karena batasan BB normal yaitu 18,55-22,9 kg/m2 menggunakan WHO
WPR/IASO/IOTF dalam the Asia pacificPerspective : Redefining Obesity and its Treatment.

<18,5 kg/m2 : BB kurang

18,5-22,9 kg/m2 : normal

≥ 23 : BB lebih

23-24,9 kg/m2 : at risk (dengan resiko)


C. 2Pemeriksaan
25-29,9 kg/m laboratorium
: obese I,
Tabel 3.5 pemeriksaan laboratorium
≥30 kg/m2 : obese II
Data Tanggal Nilai Normal Kategori
Laboratoriu Pemeriksaan
m 11-01-2021
Darah Lengkap
Hemoglobin 11, 6 g/dL 11.7 – 15.5 g/dL Rendah
Hematokrit 34,9% 32 – 62 % Normal
RBC 4,03/uL 4.3 – 5,6 /uL Normal
MCH 28,8 pg 27 – 31 pg Normal
MCV 86,6fL 76 – 96 fL Normal
MCHC 33.2 g/dL 29 – 36 g/dl Normal
Leukosit 4,94 3/uL 3.6 – 11 10 3/uL Normal
RDW 12,6 % 11.6 – 14.8 % Normal
PH darah 7,471 7,35 – 7,45 Tinggi
Kimia Darah
Ureum 135,1 mg/dL 15 - 39 mg/dL Tinggi
Kreatinin 2,76 mg/dL 0.6 – 1.3 mg/dL Tinggi
Glukosa 42 mg/dL 80 – 160 mg/dL Rendah
pCO2 23,5 mmHg 35-45 mmHg Rendah
PO2 62,5 mmHg 80-100 mmHg Rendah

Kesimpulan Pemeriksaan Biokimia/Data Laboratorium: berdasarkan hasil uji lab


didapatkan bahwa Tn. J mengalami gagal ginjal kronik dibuktikan dengan hasil
pemeriksaan ureum dan kreatinin tinggi, pasien juga mengalami anemia yang
dibuktikan dengan pemeriksaan hemoglobin rendah.
D. Pemeriksaan fisik dan klinis
a. Kesan umum
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Sadar
b. Vital sign
Tabel 3.6 vital sign
Vital Sign Hasil Nilai Normal Keteranga
Pemeriksaan n
(11-01-2021)
Tensi (mg/Hg) 160/90 mmHg 90/60 mmHg-120/80 mmHg Tinggi

Respirasi (x/menit) 16 ×/mnt 12-20 ×/menit Normal

Nadi (x/menit) 110 ×/mnt 60-100 ×/menit Tinggi

Suhu (ºC) 36,5 36-37° C Normal

Kesimpulan Pemeriksaan Klinis: Hasil dari pemeriksaan fisik&klinis dimana tekanan


darah dan denyut nadi pasien tinggi.

E. Asupan zat gizi


a. Asupan sebelum masuk RS
Tn. J pola makan sehat makan teratur 3x sehari, pasien menghabiskan
semua makanan sebanyak 1/3 porsi yang terdiri dari nasi, lauk ikan,
daging ayam, sayur bayam, sayur toge dan buah-buahan jeruk, apel,
pepaya.
Tabel 3.7 asupan gizi
Asupan Energi Protein Lemak Karbohidrat
(Kkal) (g) (g) (Kh)
Asupan oral 100 3,9 0,7 19
Kebutuhan 1.865 48 41,4 325
% Asupan 5,4 8,1 1,7 5,9
b. Asupan saat di rawat di RS ( sebelum intervensi )
Berdasarkan hasil Recall 1 x 24 jam
Nama Ruangan : Covid-19
Tanggal : 15 Januari 2021

Tabel 3.8 recall 1x24 jam


Asupan Energi Protein Lemak Karbohidrat
(Kkal) (g) (g) (Kh)
Asupan oral 245,5 14,3 8,5 21,8
Kebutuhan 1.865 48 41,4 325
% Asupan 13 30 20,5 7
Tabel 3.9 asupan saat di rawat di RS
No Waktu Makan Jenis Makanan Makanan yang
dikonsumsi
1/3
1. Makan Pagi Nasi Porsi
Lauk nabati ½ Porsi
Sayuran Tidak di makan
Lauk hewani ½ Porsi
1/3
2. Makan Siang Nasi Porsi
Lauk nabati ½ Porsi
Sayuran Tidak di makan
Lauk hewani ½ Porsi
1/3
3. Makan Malam Nasi Porsi
Lauk nabati ½ Porsi
Sayuran Tidak di makan
Lauk hewani ½ Porsi
Susu nephrishol 1 gls

Kesimpulan Asupan Zat Gizi: Berdasarkan recall asupan saat dirawat di RS Tn.J rata
- rata tidak menghabiskan makanan yang disediakan dan rata-rata hanya
mengkonsumsi ½ porsi makanan dari yang disediakan.
F. Terapi medis
Tabel 4.0 terapi medis
No. Nama Obat Fungsi Obat Efek Samping Obat
1. Bicnat - Mengurangi asam pada - Mual
lambung - Haus
- Mengobati sakit maag - Perut kembung
- Mengobati gangguan - Kram perut
pencernaan - Berat badan naik drastis
- Bengkak di tangan
- Dada terasa sakit
- Sakit kepala parah
- Nafsu makan hilang
- Lemas
-
2. Furosemide - Mengatasi penumpukan - Pusing
cairan di dalam tubuh - Vertigo
- Mual dan muntah
- Diare
- Penglihatan buram
- Sembelit

3. Asam folat Mengatasi berbagai kondisi - Demam tinggi


yang disebabkan karena - Kulit memerah
kurangnya asupan folat, - Napas menjadi
seperti masalah hati, pendek
kecanduan alkohol, - Ruam kulit
peradangan pada dinding - Dada sesak
saluran pencernaan, serta - Kesulitan
dialisis ginjal bernapas
- Mengigil
4. Salbutamol Mengatasi sesak napas akibat - Jantung berdebar
penyempitan pada saluran - Tungkai, lengan, tangan,
udara pada paru-paru atau kaki gemetaran.
(bronkospasme) - Sakit kepala
- Nyeri atau kram otot

5. Azitromisin Mengobati infeksi bakteri di - Sakit kepala


berbagai organ dan bagian - Mual
tubuh, seperti saluran - Muntah
pernapasan, mata, kulit, dan - Sakit perut
alat kelamin. - Diare

6. Dexa Mengatasi peradangan, - Nafsu makan meningkat


reaksi alergi, dan penyakit - Berat badan bertambah
autoimun - Perubahan siklus
menstruasi
- Gangguan tidur
- Pusing
- Sakit kepala
- Sakit perut

7. Omeprazol Mengatasi gangguan - Rendahnya kadar kalium


lambung, seperti penyakit dalam darah
lambung dan tukak lambung. - Gangguan pencernaan
- Kekurangan vitamin
B12
8. Levo Mengobati penyakit akibat - Gangguan pencernaan
infeksi bakteri, seperti seperti diare
pneumonia, sinusitis, - Mual dan muntah
prostatitis, konjungtivits, - Pusing, sakit kepala, dan
infeksi saluran kemih dan gangguan tidur
saluran kulit.

9. Remdisivier Mengatasi infeksi virus -


corona atau Covid-19

10 Mecobolamin Mengobati neuropati perifer - Mual


. (saraf tepi) dengan - Muntah
memperbaiki gangguan - Diare
metabolisme asam nukleat
dan protein di dalam jaringan
saraf

11 Vit K Membantu proses - Mudah berkeringat


. pembekuan darah - Gangguan indera
pengecap
- Bibir membiru
- Pusing seperti hendak
pingsan
- Sesak nafas
- Kulit dsn putih mata
menguning
12 Beritec Mengatasi serangan asma - Gangguan tidur
. akut dan penyakit paru - Sakit kepala
obstruktid kronis - Kram otot
- Tremor di bagian tangan

G. Diagnosis gizi
➢ NI.1.4 kekurangan intake energi (P), berkaitan dengan adanya faktor
psikologi penurunan nafsu makan (E), ditandai dengan konsumsi
makanan sumber energi persentansenya dari hasil recall hanya 13 %
(S/S).
➢ NI.2.1 Kekurangan intake makanan dan minuman oral (P), berkaitan
dengan adanya faktor psikologi penurunan nafsu makan (E), ditandai
dengan konsumsi makanan karbohidrat seperti nasi hanya 13% (S/S).
➢ NI.5.6.1 Kekurangan intake lemak (P), berkaitan dengan adanya faktor
psikologi penurunan nafsu makan (E), ditandai dengan konsumsi
makanan lemak persentansenya dari hasil recall hanya 20,5 % (S/S).
➢ NI.5.7.1 Kekurangan intake protein (P), berkaitan dengan adanya
faktor psikologi penurunan nafsu makan (E), ditandai dengan konsumsi
makanan protein persentasenya dari hasil recall hanya 30% (S/S).
➢ NI.5.8.1 Kekurangan intake karbohidrat (P), berkaitan dengan adanya
faktor psikologi penurunan nafsu makan (E), ditandai dengan konsumsi
makanan karbohidrat persentasenya dari hasil recall hanya 7% (S/S).
➢ NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (P), berkaitan dengan
disfungsi organ lain terkait dengan penyakit gagal ginjal kronik yang
mengarah kepada perubahan biokimia (E), ditandai dengan Ureum
(135,1mg/dL) tinggi dan Kreatinin (2,76mg/dL) tinggi (S/S).

Kesimpulan Diagnosis Gizi: Tn. J perlu perbaikan dalam peningkatan intake energi,
protein, lemak dan karbohidrat, serta perlu perbaikan mengenai pola konsumsi makanan
dan pemberian obat agar dapat menormalkan kadar ureum, kreatinin, tekanan darah, dan
keadaan fisik Tn. J
H. Intervensi gizi
a. Planning
Terapi Diet
Jenis Diet : Rendah Protein II
Garam rendah II
Bentuk makanan : Lunak
Cara pemberian : Oral
Frekuensi : 3x makanan utama, 2x selingan
b. Tujuan Diet
• Rendah protein II
a) Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan
memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan
kerja ginjal.
b) Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah
yang tinggi (ureumia)
c) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
d) Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal
ginjal, dengan memperlambat turunnya laju filtrasi
glomerulus
• Garam rendah II
Membantu menghilangkan tetensi garam atau air dalam
jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada
pasien hipertensi.

c. Syarat / Prinsip Diet


• Rendah protein II
A. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB
B. Protein rendah, yaitu 0,75 g/kg BB.
C. Lemak cukup, yaitu 20% dari keutuhan energi total.
D. Karbohidrat cukup, yaitu 69,7%
E. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria,
atau anuria.
F. Kalium dibatasi (40-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium
darah > 5,5 mEq), oliguria, atau anuria.
G. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah
pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan.
H. Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam
folar, vitamin C, dan vitamin D.

• Garam rendah II
1. Cukup energi, protein, mineral dan vitamin.
2. Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit
3. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya tetensi garam
atau air dan/ atau hipertensi.

Sumber : penuntun diet , editor : DR. Sunita Almatsier, M.Sc.


I. Perhitungan kebutuhan zat gizi
➢ BMR = (10XBB)+(6,25XTB)-(5XU)+5
= (10X64)+(6,25X168)-(5X80)+5
= 640 + 1.050 – 400 + 5
= 1.295 Kkal
➢ Energi (Kkal) = BMR x FA x FS
= 1.295 x 1,2 x 1,2
= 1.865 Kkal
Range 10% ≥ 1.678 kkal atau ≤ 2.051 kkal

➢ Lemak (g) = 20% x TEE


= 20% x 1.865 kkal
= 373 kkal

Lemak (gr) = 373: 9 kal/gr = 41,4 gr

Range 10% ≥ 37,3 g atau ≤ 45,54 g

➢ Protein (g) = 0,75 x BB/kg

= 0,75 x 64 kg

= 48 gr

% Protein = 48 gr x 4 kkal/g x 100%


1.865kkal
= 10,3 %

Range 10% ≥ 43,2 g atau ≤ 53 g

➢ Karbohidrat (g) = sisa dari kebutuhan energy total, yaitu 69,7


%
➢ % KH = 100% - (%P + %L)
= 100% - (10,3% + 20%)
= 100% - (30,3%)
= 69,7%
➢ Karbohidrat (g) = 69,7% × 1.865 kkal
= 1.300 kal : 4 gr
= 325 gr

Range 10% ≥ 292,5 g atau ≤ 357,5 g

J. Menu makanan sehari

Makan Pagi
1. Nasi tim
2. Semur ayam
3. Sayur bayam+wortel
4. Jeruk manis
5. Air putih
Makan Malam
1. Nasi tim
2. Semur daging
3. Tumis sayur sawi+wortel
4. Buah pepaya
5. Air putih
6.
Makan Siang
1. Nasi tim
2. Ikan pepes
3. Tumis kangkung
4. Buah Pear
5. Air putih
Selingan sore
1. Buah potong
2. Air putih

Selingan siang
A. Buah Apel
B. Ubi Rebus
C. Air putih

K. Rencana monitoring dan evaluasi

Tabel 4.1 rencana monitoring dan evaluasi


Monitoring Evaluasi Pelaksanaan
Antropometri Mempertahankan berat badan Akhir pengamatan
tetap normal
Biokimia Memantau pemeriksaan Hari ke tiga pengamatan
laboratorium yang bermasalah, kasus
terkait Hb, PH darah, Ureum,
Kreatinin, Glukosa, pCO2, PO2
Fisik Memantau keadaan pasien Setiap hari
mengenai penurunan nafsu
makan, lemah, sesak nafas,
batuk, mual, muntah.
Klinis Memantau tekanan darah dan Setiap hari
nadi hingga normal
Asupan zat gizi Memantau asupan makan Setiap hari
pasien

Pemeriksaan Yang diukur Pengukuran Evaluasi/target


Antropometri - Berat badan - Timbangan - Normal
- Tinggi badan - Microtoice - Normal
Biokimia - Hemoglobin Hasil pemeriksaan - Normal
- PH darah laboratorium - Normal
- Ureum - Normal
- Kreatinin - Normal
- Glukosa - Normal
- pCO2 - Normal
- PO2 - Normal
Fisik - Tekanan darah Tensimeter - Normal
- Nadi - Normal
Asupan gizi - Energi Perhitungan - 1.865
- Protein kebutuhan gizi - 48
- Lemak - 41,4
- Karbohidrat - 325

Kesimpulan : berdasarkan tabel diatas hasil monitoring dan evaluasi diharapkan bisa
mempertahankan berat badan normal, menormalkan nilai laboratorium terkait hemoglobin,
PH darah, Ureum, Kreatinin, Glukosa, pCO2,PO2. Kemudian mengurangi keluhan pasien
yaitu sesak nafas, penurunan nafsu makan, lemah, batuk, mual dan muntah.menormalkan
tekanan darah dan nadi. Asupan makan pasien dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan.

L. Cacatan kemajuan pasien


Tabel 4.2 catatan kemajuan pasien
Nama pasien : Tn.J
Tanggal Assesment Diagnosa Interven Monitoring Evaluasi
si
03/01/2 • Antropom • NI.1.4 Bentuk - Antropo - Antropo
020 etri Intake makana metri metri :
Status gizi energi n lunak, - Fisik dan memperta
pasien normal tidak melalui klinis hnakan
( IMT : 22,7 mencu oral/mul - Biokimia BB
kg/m2) kupi ut, - Asupan normal.
• Fisik dan (P), dengan - Fisik dan

klinis: berkait frekuen klinis:


penurunan an si memanta
nafsu denga makan 3 u
makan, n kali penuruna
mual, adany makana n nafsu
muntah, a n utama makan,
sesak, faktor dan 2x sesak
lemah dan psikol selingan nafas,
batuk. ogi . batuk,
Serta penuru Dengan mual,
tekanan nan total muntah
darah nafsu energi dan
160/80 makan :245,5 lemah.
mmHg ( (E), kkal, Memanta
tinggi ) ditand protein: u tekanan
dan nadi ai 14,3 g, darah dan
100x/m denga lemak : nadi.
(tinggi). n 8,5 g, - Biokimia
• Biokimia : konsu karbohi :
hb: 11,6 msi drat : memanta
g/dL makan 21,8 g ( u
(rendah), an recall pemeriks
PH darah: sumbe 24 jam aan
7,471(ting r sebelum laboratori
gi), energi interven um yang
ureum: seperti si) bermasala
135,1 nasi h terakait,
mg/dL ( hanya hemoglob
tinggi ), ½ in, PH
kreatinin: porsi darah,
2,76 (S/S). Ureum,
mg/dL • NI.5.3. Kreatinin,
(tinggi), 1 Glukosa,
glukosa: Intake pCO2,PO
42 mg/dL karboh 2.
(rendah), idrat - Asupan:
pCO2: 23 tidak memanta
mmHg adeku u asupan
(rendah), at (P), makanan.
PO2: 62,5 barkait
mmHg an
(rendah). denga
• Asupan n
zat gizi adany
pasien : a
energi, faktor
protein, psikol
lemak dan ogi
karbohidra penuru
t. nan
nafsu
makan
(E),
ditand
ai
denga
n
konsu
msi
makan
an
sumbe
r
karboh
idrat
seperti
nasi
hanya
½
porsi
(S/S).
• NC.2.
2
Peruba
han
nilai
laborat
orium
terkait
gizi
(P),
berkait
an
denga
n
disfun
gsi
organ
lain
terkait
denga
n
penya
kit
gagal
ginjal
kronik
yang
menga
rah
kepad
a
peruba
han
bioki
mia
(E),
ditand
ai
denga
n
Ureum
(135,1
mg/dL
)
tinggi
dan
Kreati
nin
(2,76
mg/dL
)
tinggi
(S/S).

04/01/2 • Antropom • NI.1.4 Bentuk - Antropo


020 etri Intake makana metri - Antropo
Status gizi energi n lunak, - Fisik dan metri :
pasien normal tidak melalui klinis memperta
( IMT : 22,7 mencu oral/mul - Biokimia hnakan
kg/m2) kupi ut, - Asupan BB
• Fisik dan (P), dengan normal.
klinis: berkait frekuen - Fisik dan

penurunan an si klinis:
nafsu denga makan 3 memanta
makan, n kali u
mual, adany makana penuruna
muntah, a n utama n nafsu
sesak, faktor dan 2x makan,
lemah dan psikol selingan sesak
batuk. ogi . nafas,
• Penurunan penuru Dengan batuk,
kesadaran nan total mual,
Serta nafsu energi muntah
tekanan makan :245,5 dan
darah (E), kkal, lemah.
180/90 ditand protein: - Penuruna
mmHg ( ai 14,3 g, n
tinggi ) denga lemak : kesadaran
dan nadi n 8,5 g, Memanta
105x/m konsu karbohi u tekanan
(tinggi). msi drat : darah dan
• Biokimia : makan 21,8 g ( nadi.
hb: 11,6 an recall - Biokimia
g/dL sumbe 24 jam :
(rendah), r sebelum memanta
PH darah: energi interven u
7,471(ting seperti si) pemeriks
gi), nasi aan
ureum: hanya laboratori
135,1 ½ um yang
mg/dL ( porsi bermasala
tinggi ), (S/S). h terakait,
kreatinin: • NI.5.3. hemoglob
2,76 1 in, PH
mg/dL Intake darah,
(tinggi), karboh Ureum,
glukosa: idrat Kreatinin,
42 mg/dL tidak Glukosa,
(rendah), adeku pCO2,PO
pCO2: 23 at (P), 2.
mmHg barkait Asupan:
(rendah), an memantau
PO2: 62,5 denga asupan
mmHg n makanan
(rendah). adany
Asupan zat gizi a
pasien : energi, faktor
protein, lemak psikol
dan karbohidrat. ogi
penuru
nan
nafsu
makan
(E),
ditand
ai
denga
n
konsu
msi
makan
an
sumbe
r
karboh
idrat
seperti
nasi
hanya
½
porsi
(S/S).
NC.2.2
Perubahan
nilai
laboratorium
terkait gizi
(P), berkaitan
dengan
disfungsi
organ lain
terkait dengan
penyakit
gagal ginjal
kronik yang
mengarah
kepada
perubahan
biokimia (E),
ditandai
dengan
Ureum
(135,1mg/dL)
tinggi dan
Kreatinin
(2,76mg/dL)
tinggi (S/S).
05/01/2 • Antropom • NI.1.4 Bentuk - Antropo - Antropo
020 etri Intake makana metri metri :
Status gizi energi n lunak, - Fisik dan memperta
pasien normal tidak melalui klinis hnakan
( IMT : 22,7 mencu oral/mul - Biokimia BB
kg/m2) kupi ut, - Asupan normal.
• Fisik dan (P), dengan - Fisik dan

klinis: berkait frekuen klinis:


penurunan an si memanta
nafsu denga makan 3 u
makan, n kali penuruna
mual, adany makana n nafsu
muntah, a n utama makan,
sesak, faktor dan 2x sesak
lemah dan psikol selingan nafas,
batuk. ogi . batuk,
• Penurunan penuru Dengan mual,
kesadaran nan total muntah
Serta nafsu energi dan
tekanan makan :245,5 lemah.
darah (E), kkal, - Penuruna
180/90 ditand protein: n
mmHg ( ai 14,3 g, kesadaran
tinggi ) denga lemak : , dan KU
dan nadi n 8,5 g, jelek
105x/m konsu karbohi Memanta
(tinggi). msi drat : u tekanan
• Biokimia : makan 21,8 g ( darah dan
hb: 11,6 an recall nadi.
g/dL sumbe 24 jam - Biokimia
(rendah), r sebelum :
PH darah: energi interven memanta
7,471(ting seperti si) u
gi), nasi pemeriks
ureum: hanya aan
135,1 ½ laboratori
mg/dL ( porsi um yang
tinggi ), (S/S). bermasala
kreatinin: • NI.5.3. h terakait,
2,76 1 hemoglob
mg/dL Intake in, PH
(tinggi), karboh darah,
glukosa: idrat Ureum,
42 mg/dL tidak Kreatinin,
(rendah), adeku Glukosa,
pCO2: 23 at (P), pCO2,PO
mmHg barkait 2.
(rendah), an Asupan:
PO2: 62,5 denga memantau
mmHg n asupan
(rendah). adany makanan
Asupan zat gizi a
pasien : energi, faktor
protein, lemak psikol
dan karbohidrat. ogi
penuru
nan
nafsu
makan
(E),
ditand
ai
denga
n
konsu
msi
makan
an
sumbe
r
karboh
idrat
seperti
nasi
hanya
½
porsi
(S/S).
• NC.2.
2
Peruba
han
nilai
laborat
orium
terkait
gizi
(P),
berkait
an
denga
n
disfun
gsi
organ
lain
terkait
denga
n
penya
kit
gagal
ginjal
kronik
yang
menga
rah
kepad
a
peruba
han
bioki
mia
(E),
ditand
ai
denga
n
Ureum
(135,1
mg/dL
)
tinggi
dan
Kreati
nin
(2,76
mg/dL
)
tinggi
(S/S).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. evaluasi data Assesment
i. monitoring dan evaluasi data antropometri
Pengukuran antropometri dilakukan pada awal pengambilan data kasus hingga hari
terakhir monitoring dan di dapatkan hasil pengukuran berat badan pada awal pengambilan
yaitu 64 kg dan tinggi badan 162 cm dengan status gizi normal. Hasil pengukuran hari kedua
yaitu berat badan pasien 64 kg dan tinggi badan 162 cm dengan status gizi normal. Hasil
pengukuran hari ketiga yaitu berat badan pasien 64 kg dan tinggi badan 162 cm dengan status
gizi paasien tetap normal.
ii. monitoring data fisik dan klinis
a) fisik
Pengamatan perkembangan kondisi fisik pasien dilakukan setiap hari. Pada saat
masuk rumah sakit pasien mengeluh lemah, sesak nafas, batuk, mual muntah dan kurang
nafsu makan. Monitoring hari ke-1 kondisi pasien sadar, nafsu makan menurun, lemah, sesak
dan batuk. Monitoring hari ke-2 penurunan kesadaran pada pasien, lemah, sesak dan batuk.
Monitoring hari ke-3 penurunan kesadaran pasien, lemah,sesak, batuk dan kondisi pasien
memburuk.
b) klinis
tabel 4.3 klinis
Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan
03/01/2021 04/01/2021 05/01/2021
Tekanan darah 160/80 180/90 180/80 120/80 Tinggi
mmHg mmHg mmHg mmHg
Nadi 100x/m 105x/m 80x/m 60- Tinggi
100x/m
Suhu 36,5ºC 36,8ºC 37ºC 36,5-37,3 Normal
ºC

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik pada pasien dari tanggal 03 januari 2021sampai
dengan tanggal 05 januari 2021 kondisi pasien semakin memburuk,selain itu hasil
pemeriksaan tekanan darah dan nadi belum normal.
i. monitoring dan evaluasi data biokimia/laboratorium

Tabel 4.4 monitoring dan evaluasi data biokimia/laboratorium

Data Tanggal Nilai Normal Kategori


Laboratoriu Pemeriksaan
m 11-01-2021
Darah Lengkap
Hemoglobin 11, 6 g/dL 11.7 – 15.5 g/dL Rendah
Hematokrit 34,9% 32 – 62 % Normal
RBC 4,03/uL 4.3 – 5,6 /uL Normal
MCH 28,8 pg 27 – 31 pg Normal
MCV 86,6fL 76 – 96 fL Normal
MCHC 33.2 g/dL 29 – 36 g/dl Normal
Leukosit 4,94 3/uL 3.6 – 11 10 3/uL Normal
RDW 12,6 % 11.6 – 14.8 % Normal
PH darah 7,471 7,35 – 7,45 Tinggi
Kimia Darah
Ureum 135,1 mg/dL 15 - 39 mg/dL Tinggi
Kreatinin 2,76 mg/dL 0.6 – 1.3 mg/dL Tinggi
Glukosa 42 mg/dL 80 – 160 mg/dL Rendah
pCO2 23,5 mmHg 35-45 mmHg Rendah
PO2 62,5 mmHg 80-100 mmHg Rendah
Data Tanggal pemeriksaan Nilai normal Ketegori
laboratorium 04,05januari 2021
Ureum 140,5 mg/dL 15-39 mg/dL Tinggi
Kreatinin 3,36 mg/dL 0.6 – 1.3 mg/dL Tinggi
Glukosa 110 mg/dL 80 – 160 mg/dL Normal

Berdasrkan hasil tabel pemeriksaan nilai laboratorium/biokimia dari pemeriksaan


laboratorium yang ke-1 masuk RS pada pasien menunjukkan bahwa HB,PH darah, Ureum,
Kreatinin pasien adalah tinggi sedangkan Glukosa, pCO2,PO2 pasien adalah rendah. Hasil
pemeriksaan nilai laboratorium/biokimia pada hari kedua dan ketiga pasien menunjukkan
bahwa ureum, kreatinin pasien adalah masih tetap tinggi.

B. Evaluasi diagnosa gizi


Dari hasil pengamatan hari pertama dan terakhir pasien masih kekurangan
intake energi, protein, lemak dan karbohidrat. Nafsu makan pasien belum membaik,
hal ini dibuktikan dengan hari pertama pengamatan pasien menghabiskan makanan
sebanyak 1/3 porsi (60% habis), pada pengamatan hari kedua sebanyak 1/3 porsi
(60% habis), dan pengamatan hari ketiga sebanyak 11/3 porsi (60% habis) dari porsi
makan yang diberikan kepada pasien. Sedangkan untuk menu dengan bahanan
makanan sayuran pasien hanya menghabiskan 25% saja.
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan pada hari pertama pasien masuk rumah
sakit dan hari ketiga pengamatan. Hasil dari pemeriksaan laboratorium pasien dilihat
dari nilai ureum 40,5 mg/dL dan kreatinin 3,36 mg/dL masih belum membaik.
C. Evaluasi intervensi
Pemberian makanan pada pasien diberikan makanan berupa lunak pada saat
intervensi. Frekuensi makan pasien diberikan berupa 3 kali makanan utama dan 2 kali
makanan selingan. Makanan untuk intervensi disesuaikan dengan keadaan pasien
yang memiliki keluhan sesak nafas, nafsu makan menurun, mual, muntah dan lemah.
Pengamatan perkembangan diet pasien dari awal intervensi sampai akhir intervensi
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
tabel 4.5 perkembangan diet pasien
Implementasi Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Jenis diet Diet rendah protein Diet rendah protein Diet rendah protein
II & garam rendah II & garam rendah II & garam rendah
II II II
Asupan makan E : 831,75 kkal E : 831,75 kkal E : 831,75 kkal
P : 18,03 gr P : 18,03 gr P : 18,03 gr
L : 0,48gr L : 0,48gr L : 0,48gr
KH : 188,19 gr KH : 188,19 gr KH : 188,19 gr
Bentuk makanan Makanan lunak Makanan lunak Makanan lunak
Cara pemberian Oral Oral Oral
Frekuensi 3x makanan utama 3x makanan utama 3x makanan utama
dan 2x selingan dan 2x selingan dan 2x selingan

Rencana implementasi yang diberikan kepada pasien bertujuan untuk memberikan


asupan makanan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Jenis diet yang diberikan
kepada pasien adalah diet Diet rendah protein II & garam rendah II. Pemberian makan pasien
diberikan melalui oral dalam bentuk makanan lunak dengan frekuensi 3x makanan utama dan
2x selingan. Asupan energi sesuai dengan kebutuhan pasien yaitu 1.865 kkal, protein 48gr,
lemak 41,4 gr dan karbohidrat 325 gr.

Pengamatan asupan dilakukan untuk melihat daya terima pasien terhadap makanan
yang diberikan selama proses perawatan yang dilakukan selama 3 hari yaitu 3 januari 2021
sampai dengan 5 januari 2021. Dari pengamatan yang dilakukan, nafsu makan pasien belum
membaik.hal ini dapat dilihat pada monitoring hari ke-1 sampai hari ke-3 pasien sudah
menghabiskan makanan sebanyak 1/3 porsi (60%) dengan kandungan E : 831,75 kkal P :
18,03 gr L : 0,48gr KH : 188,19 gr.
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari studi kasus ini adalah pasien merupakan pasien
rawat inap dengan di diagnosa medis AKI+Comfr covid-10+Hipertensi. Kebutuhan gizi
pasien sberdasarkan kebutuhan pasien yaitu energi 1.865 Kkal, protein 48g, lemak 41,4 g,
dan karbohidrat 325 g. Diet yang diberikan pada pasien berupa diet rendah protein II,
diberikan melalui oral dengan frekuensi 3 kali makanan utama dan 2 kali selingan. Tujuan
pemberian diet ini adalah untuk mempertahankan status gizi pasien agar tetap normal,
menormalkan nilai laboratorium, meningkatankan energy pasien.

Asupan zat gizi makanan pada hari pertama terkait energi, protein, lemak dan
karbohidrat tidak sama seperti yang direncanakan, dikarenakan pada hari pertama
pengamatan pasien mengalami keluhan yang dirasakannya ketika baru masuk ruma sakit.
Sedangkan untuk hari ke 2 dan ke 3 hasilnya sama seperti pemeriksaan hari pertama, akan
tetapi pada hari ke 3 pasien sudah mengalami penurunan kesadaran.

B. Saran

Keluarga pasien juga diharapkan selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien
untuk mempercepat proses penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA

Erwinsyah, (2009). Hubungan antara Quick of Blood (QB) dengan penurunan kadar ureum
dan kreatinin pada pasien CKD yang Menjalani hemodialisa di RSUD Mattaher Jambi.
Skripsi, Jakarta. Universitas Indonesia

Kemenkes RI.2020. jaga diri dan keluarga anda dari virus corona-covid 19.

WHO. 2013. World Health Day 2013 : Measure Your Blood Pressure, Reduce Your Risk.
diambil dari: http://www.who.int. Diakses 12 mei 2015

Fauzi, Isma. 2014. Buku Pintar Deteksi Din Gejala, & Pengobatan Asam Urat, Diabetes &
Hipertensi. Yogyakarta: Araska.

Ferri, F.F. 2017. Ferri’s Clinical Advisor 2017:5 Books in 1. Philadelphia: Elsevier, Inc.

Setiati Siti, et al. Buku Ajar Ilmu Pneyakit Dalam. 6th rev. Jakarta : Internal : Publishing
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2015. H. 2014-1134.

Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri.

Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Cetakan Ketujuh, Bandung: CV. Alfabeta.

Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta :EGC

Ardiansyah, M. 2012. Medical Bedah. Yogyakarta: DIVA Press

Ignatavicius, Workman, & Rebar. 2017. Medical Surgical Nursing: Concepts For
Interprofessional Collaborative Care.

Anda mungkin juga menyukai