DEPARTEMEN GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
JANUARI
2024
LEMBAR PENGESAHAN
“Proses Asuhan Gizi Terstandar pada Kasus Anak dengan Diagnosis Prolonged
fever, Drug induced hepatitis, Gizi buruk, dan Hipokalemia di RSUD Cibinong”
ii
LEMBAR PENGESAHAN
“Proses Asuhan Gizi Terstandar pada Kasus Pasca-Bedah Pasien Stoghorn dengan
Komplikasi Diabetes Mellitus di RSUD Cibinong”
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas pertolongannya,
penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Penulisan laporan ini dilakukan untuk
memenuhi salah satu syarat dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Rumah Sakit.Tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, akan sulit bagi penulis untuk menyelesaikan
laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada:
1. Ibu dan Bapak yang amat penulis cintai yang sudah memberi dukungan dalam bentuk doa
dan material tiada henti, sehingga penulis diizinkan dan dapat mengikuti PKL ini sampai
tuntas. Semoga Allah membalas semua kebaikan Ibu dan Bapak. Allahumma Aamiin.
2. Ibu Catur Endri Esmiati, S.Gz, RD selaku pembimbing dalam pelaksanaan PKL di RSUD
Cibinong yang telah memberikan kritik dan saran agar laporan penulis menjadi lebih baik.
3. Ibu Nur Aliah, S.Gz., RD selaku pembimbing lapangan yang memberikan arahan selama
kami melaksanakan PKL
4. Ibu Suci Reno Monalisa, S.KM, M.K.M, RD selaku CI dalam pelaksanaan PKL di RSUD
Cibinong yang yang memberikan arahan selama kami melaksanakan PKL
5. Ibu Asti Martina Siagian, S.Gz selaku pembimbing lapangan yang membimbing dan
mengoreksi selama PKL Klinis di RSUD Cibinong serta para ahli gizi ruangan lainnya yang
turut membimbing.
6. Ibu Dr. Ir. Diah Mulyawati Utari, M.Kes sebagai pembimbing akademis yang memberikan
kritik dan saran selama pelaksanaan PKL.
Ucapan terima kasih nampaknya belum cukup untuk sebuah ungkapan syukur, maka
penulis berdoa agar Allah membalas semua kebaikan pihak yang terlibat dalam proses
pembelajaran selama PKL sampai tersusunnya laporan MAGK ini. Semoga laporan ini
memberi manfaat untuk pihak RSUD Cibinong dan juga para pembaca. Laporan ini tentunya
tak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Maka, atas hal tersebut penulis mohon maaf.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................................................. v
BAB I ......................................................................................................................................... x
BAB II ....................................................................................................................................... 2
v
BAB III........................................................................................ Error! Bookmark not defined.
vi
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. Error! Bookmark not defined.
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Kriteria Tes Laboratorium untuk Mendiagnosis Prediabetes dan Diabetes ............. 3
Tabel 2. 2 Klasifikasi dan Derajat Tekanan Darah .................................................................... 5
Tabel 2. 3 Penentuan status gizi (IMT/U) anak usia 5 - 18 tahun ........................................... 11
Tabel 2. 4 Efek pH Urine pada Pembentukan Batu Ginjal ...................................................... 12
Tabel 3.1. 1 Data Antropometri Ny. SS ................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.1. 2 Hasil Pemeriksaan Biokimia Ny. SS ................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.1. 3 Hasil Pemeriksaan Fisik dan Klinis Ny. SS ......... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.1. 4 Food Recall 24 Hour Ny. SS ............................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.1. 5 FFQ Ny. SS dalam Satu Minggu ......................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.1. 6 Data Riwayat Obat Ny. SS .................................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.1. 7 Perhitungan Kebutuhan Gizi Ny. SS ................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.1. 8 Perencanaan Menu 80% Kebutuhan Ny. SS ........ Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.1. 9 Distribusi Satuan Penukar 80% Kebutuhan Ny. SSError! Bookmark not
defined.
Tabel 3.1. 10 Rencana Monitoring dan Evaluasi Ny. SS......... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.1. 11 Persentase Asupan Makan Ny. SS ..................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.1. 12 Monitoring Fisik dan Klinis Ny. SS .................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.1. 13 Monitoring Pengetahuan Ny. SS ....................... Error! Bookmark not defined.
No table of figures entries found.
Tabel 3.3. 1 Data Biokimia Tn. AM ........................................ Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.3. 2 Data Asesmen Fisik dan Klinis Tn. AM .............. Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.3. 3 Food Recall 24 Hour Tn. AM .............................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.3. 4 Tabel FFQ Tn. AM .............................................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.3. 5 Data Riwayat Obat Tn. AM ................................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.3. 6 Perhitungan Kebutuhan Sehari Tn. AM .............. Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.3. 7 Perencanaan Menu 80% Kebutuhan Satu Hari Tn. AMError! Bookmark not
defined.
Tabel 3.3. 8 Distribusi Penukar dalam Sehari Tn. AM ............ Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.3. 9 Rencana Monitoring dan Evaluasi Tn. AM ......... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.3. 10 Persentase Asupan Makan Tn. AM ................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.3. 11 Monitoring Fisik dan Klinis Tn. AM ................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.3. 12 Monitoring Pengetahuan Pasien Tn. AM .......... Error! Bookmark not defined.
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 1Patofisiologi Kasus Penyakit Dalam .................................................................. 14
Gambar 2.1 2 Patofisiologi Kasus Penyakit Anak ................................................................... 15
Gambar 2.1 3 Patofisiologi Kasus Bedah ................................................................................ 16
Gambar 3.1 1 Grafik Monitoring Asupan Ny. SS ................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.2 1 Grafik Monitoring Asupan An. ZA................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.3. 1 Grafik Monitoring Asupan Tn. AM ................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.1 1 Lampiran Implementasi Penyakit Dalam .......... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.1 2 Lampiran Implementasi Stase Penyakit Anak .. Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.1 3 Lampiran Implementasi Stase Bedah ................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.1. 1 Lampiran Edukasi Pasien Anak ....................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.1. 2 Lampiran Media Edukasi Diet TKTP .............. Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.1. 3 Lampiran Edukasi Pasien Penyakit Dalam ...... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.1. 4 Lampiran Media Edukasi Diet Diabetes MellitusError! Bookmark not
defined.
Gambar 4.1. 5 Lampiran Media Edukasi Diet Batu Ginjal...... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.1. 6 Lampiran Edukasi Pasien Penyakit Bedah....... Error! Bookmark not defined.
x
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Penyakit Pasien
2.1.1 Cardiovascular Disease
Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung dan pembuluh darahnya. Berbagai macam
masalah dapat timbul pada sistem kardiovaskular, beberapa di antaranya meliputi
endokarditis, penyakit jantung rematik, dan kelainan sistem konduksi. Penyakit
kardiovaskular, juga dikenal sebagai penyakit jantung, mengacu pada 4 entitas berikut:
penyakit arteri koroner (CAD) yang juga disebut sebagai penyakit jantung koroner (CHD),
penyakit serebrovaskular, penyakit arteri perifer (PAD), dan aterosklerosis aorta. CAD
terjadi akibat penurunan perfusi miokard yang menyebabkan angina akibat iskemia dan
dapat mengakibatkan infark miokard (MI), dan/atau gagal jantung. Penyakit ini
menyumbang sepertiga hingga setengah dari seluruh kasus penyakit kardiovaskular.
Penyakit serebrovaskular adalah penyakit yang berhubungan dengan stroke, juga disebut
kecelakaan serebrovaskular, dan serangan iskemik transien (TIA). Penyakit arteri perifer
(PAD) adalah penyakit arteri yang terutama menyerang anggota badan yang dapat
menyebabkan klaudikasio. Aterosklerosis aorta adalah entitas yang terkait dengan
aneurisma toraks dan perut. Kegiatan ini mengulas evaluasi dan pengobatan penyakit
kardiovaskular serta peran tim medis dalam mengevaluasi dan menangani kondisi tersebut.
Penyakit jantung adalah penyakit yang mengganggu sistem pembuluh darah atau lebih
tepatnya menyerang jantung dan urat-urat darah (Olvera Lopez E, 2023).
Penyakit jantung terjadi akibat proses berkelanjutan, dimana jantung secara perlahan
akan kehilangan kemampuannya untuk melakukan fungsinya secara normal. Pada awal
penyakit, jantung mampu mengkompensasi ketidakefisienan fungsinya dan
mempertahankan sirkulasi darah normal melalui pembesaran dan peningkatan denyut nadi.
Dalam keadaan tidak terkompensasi (decompensatio cordis), sirkulasi darah yang tidak
normal menyebabkan sesak napas (dyspnea), rasa lelah dan rasa sakit di daerah jantung.
Berkuranganya aliran darah dapat menyebabkan kelainan pada fungsi ginjal, hati, otak,
serta tekanan darah, yang berakibat terjadinya resorpsi (penyerapan ulang) natrium. Hal ini
akhirnya menimbulkan edema. Penyakit jantung menjadi akut bila disertai infeksi
(endocarditis atau carditis), gagal jantung, setelah miokard infark, dan setelah operasi
jantung. Secara umum, penyakit jantung merupakan gangguan yang terjadi pada sistem
2
pembuluh darah besar sehingga menyebabkan jantung dan peredaran darah tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan organ jantung dan
pembuluh darah antara lain gagal jantung, jantung koroner, dan jantung rematik. (Suryani,
2018).
Gejala penyakit jantung bervariasi berdasarkan kondisi yang Anda alami dan dapat
mencakup: nyeri dada, nyeri, kelemahan atau mati rasa pada kaki dan/atau lengan, sesak
napas, detak jantung sangat cepat atau lambat, atau jantung berdebar, rasa pusing, pusing
atau pingsan, kelelahan, anggota badan bengkak.
3
Menurut Eva Decroli (2019) kejadian DM tipe 2 dapat terjadi karena resistensi insulin.
Resistensi insulin terjadi karena penurunan kerja insulin yang ada di otot, lemak dan hati.
Sehingga pankreas akan mengeluarkan insulin lebih banyak. Ketika sel beta yang
mengeluarkan insulin di pankreas mengalami gangguan (disfungsi), maka terjadi
ketidakadekuatan produksi insulin, sehingga terjadi resistensi insulin. Pada saat resistensi
insulin terjadi maka akan terjadi peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia). Apabila
hiperglikemia terjadi terus menerus, maka dapat menyebabkan DM yang progresif dan
berakibat pada komplikasi.
2.1.3 Hipertensi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang
paling sering muncul di negara berkembang seperti Indonesia. Hipertensi adalah gangguan
poligenik kompleks dengan banyak gen dan kombinasi gen yang mempengaruhi tekanan
darah. Sebagian kejadian hipertensi disebabkan oleh peristiwa patologis selama kehidupan
embrionik, janin, dan awal pasca kelahiran (misalnya kekurangan nutrisi janin selama
kehamilan yang menyebabkan berat badan lahir rendah).
Di samping itu, terdapat pengaruh faktor lingkungan yang paling penting, yaitu
kelebihan berat badan/obesitas, diet tidak sehat, diet natrium berlebih, asupan kalium yang
tidak memadai, aktivitas fisik yang tidak memadai, merokok, dan konsumsi alkohol.
Kejadian hipertensi biasanya tidak memiliki tanda dan gejala. Gejala yang sering muncul
adalah sakit kepala, rasa panas di tengkuk, atau kepala berat. Namun gejala tersebut tidak
bisa dijadikan patokan ada tidaknya hipertensi pada diri seseorang. Satu-satunya cara untuk
mengetahuinya adalah dengan melakukan pengecekan tekanan darah.
4
Seseorang dikatakan menderita hipertensi dan berisiko mengalami masalah kesehatan
apabila setelah dilakukan beberapa kali pengukuran, nilai tekanan darah tetap tinggi, nilai
tekanan darah sistolik > 140 mmHg atau diastolic > 90 mmHg . Kondisi ini menyebabkan
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Ada berbagai macam
batasan tingginya tekanan darah untuk dapat disebut hipertensi. Menurut World Health
Organization (WHO) dan Joint National Committee (JNC) menetapkan batasan hipertensi
adalah tekanan darah menetap 140/90 mmHg diukur pada waktu istirahat. Pengertian hipertensi
berarti tekanan darah sistolik senantiasa berada diatas 140 mmHg, tekanan diastolik diatas 90
mmHg, Tekanan darah yang ideal adalah jika tekanan sistoliknya 120 mmHg dan diastoliknya
80 mmHg. Tabel dibawah ini memberikan informasi tentang tekanan darah untuk orang dewasa
menurut JNC-7. Adapun menurut International Society of Hypertension Global Hypertension
Practice Guidelines (2020), berikut ini merupakan klasifikasinya.
Tabel 2. 2 Klasifikasi dan Derajat Tekanan Darah
6
Pemeriksaan laboratorium SGOT, SGPT, dan bilirubin total dapat menunjukkan
apabila terjadi kerusakan hati. Enzim ini sering dihubungkan dengan kerusakan sel hati
(Aminah, 2016). Prinsip dasar dalam terapi TBC adalah obat antituberkulosis oral (OAT),
yang terdiri dari empat regimen obat yaitu isoniazid (INH), rifampisin (RIF), pirazinamid
(PZA) dan ethambutol (EMB) untuk anak dengan acid-fast bacilli (AFB) positif. Untuk
anak AFB negatif pada fase intensif yaitu 2 bulan pertama diberikan tiga regimen obat
tanpa EMB. Selanjutnya pada tahap pemeliharaan atau pengobatan TBC 4 bulan ke depan
diberikan dua obat (RIF dan INH). Hepatotoksisitas akibat obat antituberkulosis (ADIH)
adalah efek samping yang paling sering terjadi.
7
sintesis purin dan pirimidin, membentuk amin melalui dekarboksilasi.
c. Sintesis trigliserida, membentuk very low density lipoprotein (VLDL), oksidasi asam
lemak untuk energi dan keton.
Toksisitas akan meningkat ketika obat ini dikombinasikan.4 Isoniazid merupakan obat
yang paling efektif dalam pengobatan TB. Sekitar 10% pasien yang mendapat isoniazid
akan mengalami peningkatan aktivitas aspartat dan alanin transaminase di plasma. Selain
itu, rifampisin juga dapat menyebabkan hepatotoksisitas. Kombinasi isoniazid dengan,
rifampisin akan memicu metabolisme isoniazid sehingga akan terbentuk hidrazin yang
lebih banyak. Pemberian dosis rifampisin lebih dari 15 mg/kg dapat memicu
hepatotoksisitas pada anak. Pirazinamid juga dapat menimbulkan hepatotoksisitas dan
biasanya muncul pada 15% pasien yang diberi dosis 40-50 mg/kg, 2-3% disertai jaundice..
Beberapa penelitian telah menemukan mekanisme terapi gizi dan efeknya terhadap
pengobatan hepatotoksik akibat penggunaan OAT seperti pada tabel di bawah ini
10
asupan gizinya karena berbagai alasan, sehingga rentan terhadap penyakit gizi buruk.
(Kemenkes, 2018)
Gizi buruk adalah suatu keadaan yang ditandai dengan berat badan menurut tinggi
badan atau panjang badan <70% dari median atau nilai z-score<-3 SD (WHO Child Growth
Standard) dengan atau tanpa adanya edema. Bila disertai edema sedang atau berat, nilai Z-
score bisa >-3SD. Secara klinis gizi buruk terbagi menjadi kwashiorkor, marasmus, dan
marasmik-kwashiorkor, walau pada tatalaksananya tidak tidak ada perbedaan kecuali
pengurangan jumlah cairan yang yang diberikan pada fase stabilisasi bila terdapat edema
berat. Dilihat dari penyebabnya, marasmus merupakan hasil kumulatif masukan energi dan
protein yang tidak adekuat yang terjadi perlahan-lahan. sementara kwashiorkor terjadi
selain karena kurangnya asupan makanan, juga berkaitan dengan respons tubuh terhadap
adanya infeksi dan stres oksidatif.
Tabel 2. 3 Penentuan status gizi (IMT/U) anak usia 5 - 18 tahun
11
hipooksaluria). Hiperkalsiuria merupakan faktor genetik dan menjadi 50% penyebab
terbentuknya batu ginjal. penyebab batu ginjal yang lain adalah asam urat, kelebihan
asupan vitamin D, infeksi saluran kemih , dan adanya penyumbatan saluran kemih. di
antara faktor riiko di atas, rendahnya volume urin adalah faktor utama pembentukan batu
ginjal.
Pembentukan batu ginjal merupakan proses yang kompleks, melibatkan tingkat
kejenuhan urine, jumlah, dan jenis bahan-bahan terlarut dalam urine, proses nucleation,
pertumbuhan kristal retensi kristal dan pembentukan batu yang melibatkan faktor-faktor
pemicu, penghambat, dan kompleksator dalam urine. batu ginjal terjadi jika konsentrasi
dari garam terlarut melebihi ambang kelarutan urine sehingga mencapai titik jenuh. Tingkat
kejenuhan tergantung pada kelarutan zat pelarut yang dipengaruhi oleh jumlah substansi
terlarut, volume urin, dan pH. Perubahan dari salah satu kondisi tersebut akan memicu
terbentuknya batu ginjal. Pada suatu kondisi tertentu meskipun kejenuhan telah tercapai,
tetapi tidak terjadi batu, fenomena ini disebabkan adanya zat-zat yang mencegah terjadinya
batu ginjal yaitu sitrat, osteopontin, dan Tamm-Horsfall protein.
Pada pasien dengan DM tipe 2 sering ditemukan batu asam urat. kondisi
hiperinsulinemia merupakan kontributor terbentuknya batu kalsium, yaitu dengan
meningkatkan pengeluaran kalsium melalui urine. Asam urat merupakan hasil akhir dari
metabolisme purin yang berasal dari makanan, sintesis de novo dan katabolisme jaringan.
Sekitar setengah dari muatan purin berasal dari sumber endogen dan jumlahnya konstan,
setengahnya berasal dari luar tubuh (makanan), digunakan untuk menghitung asam urat
dalam urin. Kelarutan asam urat bergantung pada volume urine, jumlah asam urat yang
dikeluarkan, dan pH urine. Batu asam urat terbentuk saat urine mencapai titik jenuh dengan
asam urat yang tidak terdisosiasi, yang terjadi pada pH urine kurang dari 5,5.
Hal terpenting dalam pembentukan batu asam urat adalah rendahnya pH urine karena
peningkatan NAE (net acid excretion) dan gangguan buffering sebagai akibat dari
12
rendahnya asupan makanan yang bersifat basa atau kelebihan makanan yang bersifat asam.
Beberapa penyakit berkaitan dengan kejadian batu asam urat adalah inflammatory bowel
disease (IBD), risiko dehidrasi pada IBD menyebabkan urine menjadi asam. Kondisi limfo
proliferasi dan mielo-proliferasi meningkatkan pemecahan sel yang menghasilkan purin
sehingga meningkatkan kadar asam urat. selain manajemen diabetes, pada pasien dengan
batu asam urat dan hiperurisemia pada batu kalsium oksalat perlu pembatasan bahan
makanan sumber purin. Penggunaan ikan, daging, dan unggas yang kaya purin sebaiknya
digunakan sekadar untuk memenuhi kebutuhan protein sehari. sedangkan bahan makanan
tinggi purin sebaiknya dihindari yaitu jeroan, ikan teri, sarden, kaldu daging, kaldu dan
kuah daging. Pada kondisi tertentu perlu diberikan medikasi berupa allopurineal, Batu asam
urat adalah satu-satunya batu yang dapat diatasi tanpa tindakan medis, yaitu dengan
mengubah suasana urine menjadi basa. Selain itu, penambahan bahan tambahan secara
sengaja maupun tidak dalam makanan dan produk obat telah menimbulkan jenis batu ginjal
baru yang mengandung melamin dan indinavir. Komposisi pembentuk batu ginjal dapat
tunggal maupun jamak.
13
2.2 Patofisiologi Penyakit Pasien
2.2.1 Patofisiologi Kasus Penyakit Dalam
14
2.2.2 Patofisiologi Kasus Anak
15
2.2.2 Patofisiologi Kasus Pasca Bedah
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Alsahli, M., & Gerich, J. E. (2015). Hypoglycemia in Patients with Diabetes and Renal Disease.
Journal of clinical medicine, 4(5), 948–964. https://doi.org/10.3390/jcm4050948
Gandasoebrata. 2006. Pemeriksaan Urin, Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian rakyat.
p:35
Leslie SW, Sajjad H, Murphy PB. Renal Calculi. [Updated 2023 Mar 11]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK442014/
Unger T, Borghi C, Charchar F, Khan N, Poulter N, Prabhakaran D et al. 2020 International
Society of Hypertension Global Hypertension Practice Guidelines. Hypertension.
2020;75(6):1334-1357.
Safira, Z., Sudarwati, S., Departemen, A. A., Kesehatan, I., Fakultas, A., Universitas, K., Rsup,
P. /, & Sadikin, H. (2018). Profil Pasien Tuberkulosis Anak dengan Anti-tuberculosis Drug
Induced Hepatotoxicity di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung (Vol. 19,
Issue 5).
Suryani, Isti, Nitta Isdiany, and Dewi Kusumayanti. 2018. Dietetik Penyakit Tidak Menular.
1st ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Faiz, Saifun, Mahmudul Haque, and Kamrul Hoque. 2020. “Antitubercular Drug-Induced
Hepatotoxicity : A Comprehensive Review.” Journal of Army Medical College Chattogram
3(1): 33–37.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT). 1st ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Nuraini, Iskari Ngadiarti, and Yenny Moviani. 2017. Dietetika Penyakit Infeksi. 1st ed. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Suryani, Isti, Nitta Isdiany, and Dewi Kusumayanti. 2018. Dietetika Penyakit Tidak Menular.
1st ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Labatjo, Rahma, Imran Tumenggung, and Mahyudin Bami. 2022. “PELATIHAN PROSES
ASUHAN GIZI TERSTANDAR.” 6(1): 3–12.
Naning, Roni, and Djauhar Ismail. 2009. “Gizi Kurang Sebagai Faktor Risiko Hepatitis Drug
Induced Karena Obat Anti Tuberkulosis.” 1(1): 45–49.
Wang, Jinyu. 2023. “Nutritional Intervention Is Promising in Alleviating Liver Injury during
Tuberculosis Treatment : A Review.” (September).
Helmyati, Siti, Nur Rahmawati, Purwanto, and Endri Yulianti. 2022. Buku Saku Interaksi Obat
Dan Makanan. 5th ed. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
18
Handayani, Dian et al. 2015. Nutrition Care Process. 1st ed. eds. Dian Handayani and Olivia
Anggraeny. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kasih, Klara, and Sulastina. 2019. “ANALISIS LAJU ENDAP DARAH PADA PASIEN
TUBERKULOSIS PARU.” Jurnal ‘Aisyiyah Medika 4(1): 44–52.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan Dan Tatalaksana Gizi Buruk
Pada Balita. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019.
Khalil, M. O., Al-Tikrity, M. A., Saffo, H. A., & Yassin, M. A. (2021). Severe Hypokalemia
as a Rare Presentation of Disseminated Tuberculosis. Oman medical journal, 36(6), e328.
https://doi.org/10.5001/omj.2021.38
Otsu Kcl 7.46 Injeksi / Otsu Kcl 7.46 Injection in bahasa Indonesia - Produk - pengobatan.org.
(n.d.). Retrieved October 09, 2023, from https://www.pengobatan.org/indonesia-id/otsu-
kcl-746-injection
Olvera Lopez E, Ballard BD, Jan A. Cardiovascular Disease. [Updated 2023 Aug 22]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535419/
Rodriguez-Araujo, G., & Nakagami, H. (2018). Pathophysiology of cardiovascular disease in
diabetes mellitus. Cardiovascular endocrinology & metabolism, 7(1), 4–9.
https://doi.org/10.1097/XCE.0000000000000141
Rosyid, Alfian et al. 2021. Manajemen Tuberkulosis. 1st ed. Surabaya: Airlangga University
Press.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2022. PANDUAN PREVENSI
PENYAKIT KARDIOVASKULAR ATEROSKLEROSIS. Jakarta: Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia Dan Asosiasi Dietisien Indonesia. 2019. Penuntun Diet Dan
Terapi Gizi. 1st ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rosyid, Alfian, Afif Hidayati, and Robby Nurhariansyah. 2021. Manajemen Tuberkulosis. 1st
ed. Surabaya: Airlangga University Press.
Singh S, Kerndt CC, Davis D. Ringer's Lactate. [Updated 2023 Aug 14]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK500033/
Tranexamic acid. (n.d.). Retrieved from https://go.drugbank.com/drugs/DB00302
19