Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI

DIRUANG PERAWATAN DALAM RSUD dr. ABDUL AZIZ

SINGKAWANG

Makalah ini Dibuat Sebagai Syarat Untuk Kenaikan Pangkat / Jabatan

Disusun Oleh
VERONIKA YESSY, AMd.Kep
NIP. 19810120 200604 2 020

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG


RSUD dr. ABDUL AZIZ SINGKAWANG
TAHUN 2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI

DIRUANG PERAWATAN DALAM RSUD dr. ABDUL AZIZ

SINGKAWANG

Makalah ini Dibuat Sebagai Syarat Untuk Kenaikan Pangkat / Jabatan

Disusun Oleh
VERONIKA YESSY, AMd.Kep
NIP. 19810120 200604 2 020

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG


RSUD dr. ABDUL AZIZ SINGKAWANG
TAHUN 2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


HIPERTENSI DIRUANG PERAWATAN DALAM RSUD dr. ABDUL AZIZ
SINGKAWANG

Nama : VERONIKA YESSY, AMd.Kep

NIP : 19810120 200604 2 020

Jabatan :Perawat Mahir

Unit Kerja :Perawat Poliklinik RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang

Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat Ahli Madya
Keperawatan.

Singkawang, Juni 2022

Ka.bid Keperawatan dan Kebidanan Ka.subbid Sumber Daya


Keperawatan dan Kebidanan

MULYADI, SKM HIDAYAT, SKM


NIP. 19651006 1978031008 NIP. 197601102000121001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas Kuasa-Nya
yang telah memberikan segala nikmat dan kesempatan sehingga penyusunan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hipertensi di
Ruang Perawatan Dalam RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang” dapat terselesaikan.
Adapun makalah ini dibuat sebagai syarat untuk kenaikan pangkat.
Pada kesempatan ini, perkenankan pula saya untuk mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Bapak dr. H. Achmad Hardin,Sp.PD.FINASIM selaku Direktur Rumah


Sakit Umum Daerah Abdul Aziz Singkawang
2. Ibu Rusmala,Amd.Kep selaku Kepala Poliklinik Rumah Sakit Umum
Daerah Abdul Aziz Singkawang
3. Rekan rekan sejawat perawat yang banyak membantu dalam pembuatan
makalah ini.
4. Ny. T selaku pasien yang bersedia bekerjasama dalam menerima asuhan
keperawatan.
Penulis menyadari, masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah
ini, karena terbatasnya pengetahuan dan pengalaman dari penulis. Untuk itu saran
dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis,
masyarakat, tenaga kesehatan pada umumnya dan khususnya sejawat perawat.

Singkawang, Juni 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………..……………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR………………………………………………….... iii
DAFTAR ISI…………..…………………………………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 2
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian………………………….………………………… 4
2. Etiologi …………………………………………….............. 4
3. Klasifikasi……………………….…………………………... 6
4. Patofisiologi …………..……….……………………………. 7
5. Pathway……………………………………..…………..…… 8
6. Tanda dan Gejala………………………………………......... 9
7. Komplikasi ………………………………………………..… 9
8. Pemeriksaan Diagnostik …………………………………….. 10
9. Penatalaksanaan Medis………………………………………. 11
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian…………………………………………………….. 13
2. Diagnosa Keperawatan………………..………………….…… 17
3. Rencana Keperawatan……………………………………...…. 17
4. Implementasi Keperawatan…………………………..……….. 21
5. Evaluasi Keperawatan ……………….…………….…………. 22
6. Aplikasi pemikiran kritis asuhan keperawatan………………...24

iv
BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian…………………………………………….……….. 25
B. Analisa Data…………………………………………………… 32
C. Diagnosa Keperawatan………………..………………….…… 33
D. Rencana Keperawatan……………………………………...…. 33
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan……………………... 37

BAB IV PEMBAHASAN........................................................................ 44

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………… 51
B. Saran……………………………………………………………. 52

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan salah satu
penyakit kardiovaskuler yang paling umum dan paling banyak disandang
masyarakat. Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan penurunan suplai oksigen
dan nutrisi (Pudiastuti, 2013). Penyakit hipertensi juga dikenal dengan istilah
silent killer karena gejalanya hanya sedikit, bahkan terkadang tanpa gejala
(Palmer, 2007). Hal ini yang menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi
menjadi penyakit paling umum dan paling banyak disandang masyarakat
Data World Health Organization (WHO) tahun 2017 menunjukkan sekitar
1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di
dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat
setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang
terkena hipertensi dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal
akibat hipertensi dan komplikasinya (WHO, 2019). Riskesdas Kalimantan
Barat 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran
tekanan darah pada penduduk usia ≥ 18 tahun sebesar 34,1%. Jumlah pasien
Hipertensi yang melakukan kunjungan pelayanan Kesehatan di wilayah
Puskesmas Jelimpo pada tahun 2021 Rawat Jalan dengan Hipertensi sebanyak
780 pasien. (Rekam Medis Puskesmas Jelimpo, 2021).
Gejala yang sering dikeluhkan penderita hipertensi adalah sakit kepala,
pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epitaksis, dan
kesadaran menurun (Nurarif A.H. & Kusuma H., 2016). Hipertensi terjadi
karena dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko. Faktor-faktor risiko yang
menyebabkan hipertensi adalah umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol, genetik,
stres, asupan garam, merokok, pola aktivitas fisik, penyakit ginjal dan diabetes
melitus (Sinubu R.B., 2015). Menurut data yang telah dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan, hipertensi dan penyakit jantung lain meliputi lebih dari

1
2

sepertiga penyebab kematian, dimana hipertensi menjadi penyebab kematian


kedua setelah stroke.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hipertensi
di Ruang Perawatan Dalam RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang.
B. Rumusan Masalah
Angka kejadian Hipertensi terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Maka dari itu penulisi merumuskan sebuah masalah dalam asuhan keperawatan
yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hipertensi di
Ruang Perawatan Dalam RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Hipertensi di Ruang Perawatan Dalam RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang.
2. Tujuan khusus
a. Untuk melakukan pengkajian dalam asuhan keperawatan pada klien
dengan Hipertensi di Ruang Perawatan Dalam RSUD dr. Abdul Aziz
Singkawang
b. Menentukan diagnosa keperawatan dalam asuhan keperawatan pada klien
dengan Hipertensi di Ruang Perawatan Dalam RSUD dr. Abdul Aziz
Singkawang
c. Melakukan perencanaan tindakan keperawatan dalam asuhan
keperawatan pada klien dengan Hipertensi di Ruang Perawatan Dalam
RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang
d. Melakukan tindakan keperawatan dalam asuhan keperawatan pada klien
dengan Hipertensi di Ruang Perawatan Dalam RSUD dr. Abdul Aziz
Singkawang
e. Melakukan Evaluasi dalam asuhan keperawatan pada klien dengan
Hipertensi di Ruang Perawatan Dalam RSUD dr. Abdul Aziz
Singkawang.
3

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini dapat menambah wawasan dan pengembangan ilmu
pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi
secara komprehensif mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien
Pasien dapat menerima asuhan keperawatan yang komprehensif selama
asuhan keperawatan ini berlangsung.
b. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan sebagai
tambahan pengalaman untuk meningkatkan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan Hipertensi.
c. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan secara komprehensif khususnya tindakan dalam
penanganan Hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase
diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung
(Triyanto,2014).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin
tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia A. Price, 2015).
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara
terus menerus lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014).

Jadi dapat disimpulkan Hipertensi adalah suatu keadaan yang


menyebabkan tekanan darah di atas normal.

2. Etiologi
Aspiani (2014) menyatakan bahwa penyebab hipertensi terbagi menjadi dua
golongan yaitu :
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang memengaruhi yaitu : (Aspiani, 2014)
1) Genetik

25
5

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko


tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat
dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan
darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita
menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia
bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat
dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada
perempuan.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita
dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi
berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan
cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh.
Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan pada volume
darah. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah yang
menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya peningkatan
tekanan darah didalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan
tekanan darah meningkat.
4) Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam
keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
5) Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup
sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok,
dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam
waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama
merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol
yang sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan
6

tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien
diminta untuk menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam
batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari
komplikasi yang bisa terjadi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas.salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadi akibat
stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn
renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung
meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung meningkatkan
sintesis andosteron danreabsorbsi natrium. Apabiladapat dilakukan
perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal yang terkena diangkat,tekanan
darah akan kembali ke normal (Aspiani, 2014).
3. Klasifikasi
Menurut Martha (2012), Penyakit darah tinggi atau hipertensi dikenal
dengan 2 tipe klasifikasi, di antaranya Hipertensi Primary dan Hipertensi
Secondary.
a. Hipertensi primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan
darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor
lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan
pencetus awal untuk terkena penyakit hipertensi. Begitu pula seseorang
yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin
terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orangorang yang kurang
olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.
b. Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadi penigkatan
tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami atau menderita
penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem
hormon tubuh. Sedangkan pada ibu hamil, tekanan secara umum meningkat
7

saat kehamilan berusia 20 minggu, terutama pada wanita yang berat


badannya di atas normal atau gemuk.
4. Patofisiologi
Hipertensi dapat disebabkan oleh umur, jenis kelamin, gaya hidup dan
obesitas. Hipertensi menyebabkan kerusakan vaskuler pembuluh darah,
perubahan struktur, penyumbatan pembuluh darah, vasokontriksi dan
gangguan sirkulasi. Gangguan sirkulasi di otak mengakibatkan resistensi
pembuluh darah otak naik, siplai oksigen otak menurun yang menyebabkan
penderita mengalami nyeri kepala dan gangguan pola tidur. Hipertensi
menybabkan gangguan pada ginjal yang mengakibatkan vasokontriksi
pembuluh darah, blood flow menurun, respon RAA, rangsang aldosterone,
retensi Na, edema yang menimbulkan masalah keperawatan kelebihan
volume cairan. Hipertensi juga mengganggu system pembuluh darah yang
mengakibatkan vasokontriksi, iskemik, moikard yang mengakibatkan
afterload meningkat yang dapay menimbilkan masalah keperawatan
penurunan curah jantung dan intoleransi aktivitas (Hariawan and Tatisina
2020).
8

5. Pathway
Umur, Jenis Kelamin, Gaya hidup, Obesitas

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah Retina

Resistensi Suplai Vasokonstriksi Sistemik Koroner Spasme


Pembuluh O2 otak Pembuluh darah artiole
Darah otak naik menurun ginjal Vasokonstriksi Iskemi miocard
Diplopia

Blood flow Afterload Nyeri Dada


Nyeri Gangguan Resti Injuri
Kepala pola tidur Respon RAA
Penurunan
Sinkop Rangsang Fatigue
curah
aldosterone jantung
Gangguan Intoleransi
Retensi Na aktifitas
perfusi
jaringan
Edema

Kelebihan
volume cairan

Gambar 2.1 Pathway hipertensi menurut (Hariawan and Tatisina 2020).


9

6. Tanda dan Gejala


Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami
nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah
akibat dari vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan
tekanan vasculer cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala
sampe tengkuk pada klien hipertensi.

7. Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam
jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai
organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu :


(Aspiani,2014)

a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di


otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang
terpajan tekanan darah tinggi.
b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk
12 trombus yang bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh
darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen
miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia,
hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita
hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan
mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi.
Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan
diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi ini disebut
gagal jantung.
10

d. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak


sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-
zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan
terjadi penumpukan dalam tubuh.
8. Pemeriksaan diagnostik / Penunjang
a. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi
(diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
h. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11

j. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
l. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
m. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
n. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi (Smeltzer, 2010).
Pemeriksaan Penunjang yang memungkinkan untuk direkomendasikan
kepada pasien sesuai kondisi saat ini yaitu EKG dan Pemantauan
pengukuran Tanda Vital terutama Tekanan Darah dan Nadi.
9. Penatalaksaan Medis
a. Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat
penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi , berbagai
macam cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah
yaitu : (Aspiani, 2014).
b. Pengaturan diet
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi sistem renin- angiostensin sehingga sangata
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitat
12

pada dinding vaskular.


3) Diet kaya buah sayur.
4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
c. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat
badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi
beban kerja jantung dan voume sekuncup. Pada beberapa studi
menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan
hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yangs
angat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1
kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan
menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karenan
umumnya obat penurunan penurunan berat badan yang terjual bebas
mengandung simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan
tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan
terjadinya eksaserbasi aritmia.

d. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat


untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung..
olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin
perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30
menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk
menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang
dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
e. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti
merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi
efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan
aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
f. Penatalaksanaan Farmakologis
1) Terapi oksigen
2) Pemantauan hemodinamik
13

3) Pemantauan jantung
4) Obat-obatan :
(a) Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone,
Dyrenium Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal
meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai diuretik
(tiazid) juga dapat menurunkan TPR. Penghambat enzim
mengubah angiostensin II atau inhibitor ACE berfungsi untuk
menurunkan angiostenin II dengan menghambat enzim yang
diperlukan untuk mengubah angiostenin I menjadi angiostenin
II. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung dengan
menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan
menurunakan sekresi aldosterne, yang akhirnya meningkatkan
pengeluaran natrium.
Penatalaksanaan yang pernah dijalankan oleh pasien yaitu mengubah gaya
hidup dan Pengaturan diet rendah garam tetapi pasien merasakan sedikit
perubahan saja yang dialaminya. Sehingga pasien ingin melakukan terapi
apapun untuk membantu menurunkan tekanan darahnya.
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Identitas Pasien meliputi : Nama, Umur, Agama, Jenis Kelamin, Alamat,
suku bangsa.
a. Riwayat Keperawatan :
Pada pemeriksaan riwayat kesehatan pasien, biasanya didapat adanya
riwayat peningkatan tekanan darah, adanya riwayat keluarga dengan
penyakit yang sama, dan riwayat meminum obat antihipertensi. Status
kesehatan umum selama setahun yang lalu, keluhan-keluhan kesehatan
utama, serta pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan.
b. Dasar Pengkajian
1) Aktivitas/Istirahat
14

Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton. Tanda :


frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, dan takipnea.

2) Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
dan penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi serta
perspirasi.
Tanda : kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dan kenaikan
tekanan darah) diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Hipotensi
postural mengkin berhubungan dengan regimen obat.
Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaaan
denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan
radialis/brakhialis, denyut (popliteal, tibialis posterior, dan pedialis)
tidak teraba atau lemah.
Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi
primer)
Kulit pucat, sianosis, dan diaphoresis (kongesti, hipoksemia).Bisa juga
kulit berwarna kemerahan (feokromositoma).
3) Integritas Ego
Gejala : riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euporia, atau
marakronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Selain ini
juga ada faktor-faktor multiple, seperti hubungan, keuangan, atau hal-
hal yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,
tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang
(khususnya sekitar mata)., gerakan fisik cepat, pernapasan menghela,
dan peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi
Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau yang telah lalu, seperti
infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
5) Makanan atau cairan
Gejala : Makanan yang disukai dapat mencakup makaan tinggi garam,
15

tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan digoreng, keju, telur),


gula-gula yang berwarna hitam, dan kandungan tinggi kalori, mual
dan muntah, penambahan berat badan (meningkat/turun), riwayat
penggunaan obat diuretic.
Tanda : Berat badan normal, bisa juga mengalami obesitas. Adanya
edema (mungkin umum atau edema tertentu); kongesti vena, dan
glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah penderita diabetes).
6) Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital.
(Terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam).
7) Nyeri/ ketidaknyamanan
1) Angina ( penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung).

2) Nyeri hilang timbul pada tungkai atau klaudikasi (indikasi


arteriosklerosis pada arteriekstremitas bawah).
3) Sakit kepala oksipital berat, seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
4) Nyeri abdomen/massa (feokromositoma).
8) Pernapasan
Secara umum, gangguan ini berhubungan dengan efek
kardiopulmonal, tahap lanjut dari hipertensi menetap/berat.
Gejala:
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja.
2) Takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal parok-sismal.
3) Batuk dengan atau tanpaa pembentukan sputum.
4) Riwayat merokok.

Tanda:

1) Distress respirasi atau penggunaan otot aksesori pernapasan.


2) Bunyi napas tambahan (krakles atau mengi).
3) Sianosis.
16

9) Keamanan
1) Gangguan koordinasi/cara berjalan.
2) Episode parestesia unilateral transient.
3) Hipotensi postural.

10) Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : faktor risiko keluarga; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM, penyakit ginjal, factor risiko etnik, penggunaan pil KB atau
hormon (Padila, 2012).
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hemoglobin/hematokrit, bukan pemeriksaan diagnostik tetapi
mengkaji hubungan sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
mengindikasikan factor-faktor risiko, seperti hiperkoakuliginiras.
2) BUN/kreatinin; memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3) Glukosa; hiperglikema (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
4) Kalium serum; hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab)atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5) Kalsium serum; peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan hipertensi.
6) Kolesterol dan trigeliserida serum; peningkatan kadar dapat
mengindikasikan adanya pembentukan plak ateromatosa (efek
kardiovaskuler).
7) Pemeriksaan tiroid; hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi
dan hipertensi.
8) Urinalisa; darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan/atau adanya diabetes.
9) VMA urine (metabolit katekolamin); kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokromositoma (penyebab). VMA urine 24 jam dapat
dilakukan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang
timbul.
17

10) Asam urat; hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor


risiko terjadinya hipertensi.
11) Steroid urine; kenaikkan steroid dalam urine dapat
mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi
piutitari, sindrom cushing. Kadar pada rennin juga dapat meningkat.
12) IVP; dapat mengidentifkasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal dan batu ginjal/batu ureter.
13) Foto dada; dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area
katup, deposit pada dan/ atau taktik aorta, serta pembesaran jantung.
14) CT-scan; mengkaji tumor serebral, CSV, ensefralopati, atau
feokromositoma.
15) EKG; dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, dan
gangguan konduksi. Catatan : luas dan peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi (Ardiansyah,
Muhamad, 2012).
2. Masalah Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (D.0077)
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah (D.0009)
c. Ansietas berhubungan dengan Krisis situasional (D.0080)
3. Perencanaan
Tabel 2.1 Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan keperawatan (I. 08238)
berhubungan
diharapkan Tingkat nyeri Observasi
dengan Agen menurun (L.08066) a. Observasi tanda-tanda vital
dengan Kriteria hasil : b. Identifikasi lokasi,
pencedera
1. Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
fisiologis menurun frekuensi, kualitas, dan
2. Meringis menurun intensitas nyeri.
(D.0077)
3. Sikap protektif c. Identifikasi skala nyeri
menurun d. Identifikasi respons nyeri non
18

4. Gelisah menurun verbal


5. Kesulitan tidur e. Identifikasi pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
6. Frekuensi nadi f. Identifikasi pengaruh nyeri
membaik pada kualitas hidup
g. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
h. Monitor efek samping
penggunaan analgesic
Terapeutik
a. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
b. Kontrol lingkungan yang
memperat rasa nyeri
membantu mengurangi rasa
nyeri pasien
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
e. Anjurkan teknik
nonfarmakologis (teknik
napas dalam)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Perfusi Perifer Setelah dilakukan Intervensi utama Perawatan
Tidak Efektif tindakan keperawatan Sirkulasi (I.02079)
berhubungan diharapkan perfusi Observasi
dengan perifer meningkat a. Periksa sirkulasi perifer (mis.
peningkatan (L.02011) dengan nadi perifer, edema, pengisian
tekanan darah Kriteria hasil : kapiler, warna, suhu, ankle-
(D.0009) a. Denyut nadi perifer bracial index)
meningkat b. Identifikasi faktor resiko
b. Warna kulit pucat gangguan sirkulasi ( mis.
menurun diabetes, perokok, orang tua,
c. Pengisian kapiler hipertensi dan kadar kolesterol
membaik tinggi)
19

d. Akral membaik c. Monitor panas, kemerahan,


e. Turgor kulit nyeri, atau bengkak pada
membaik ekstremitas
Terapeutik
a. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
b. Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
c. Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada
area yang cedera
d. Lakukan pencegahan infeksi
e. Lakukan perawatan kaki dan
kuku
f. Lakukan hidrasi
Edukasi
a. Anjurkan berhenti merokok
b. Anjurkan berolahraga rutin
c. Anjurkan mengecek air mandi
untuk menghindari kulit
terbakar
d. Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolesterol jika perlu
e. Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
f. Anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat
beta
g. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
(mis. melembabkan kulit
kering pada kaki)
h. Anjurkan program rehabilitasi
vascular
i. Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi ( mis.
rendah lemak jenuh, minyak
ikan omega 3
j. Infromasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
(mis. rasa sakit yang tidak
20

hilang saat istirahat, luka tidak


sembuh, hilangnya rasa)
3. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas I.09314
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan Krisis diharapkan tingkat a. Identifikasi saat tingkat
situasional ansietas menurun ansietas berubah ( mis.
(D.0080) (L.09093), dengan Kondisi, waktu, stressor)
kriteria hasil: b. Identifikasi kemampuan
a. Verbalisasi mengambil keputusan
kebingungan c. Monitor tanda-tanda
menurun ansietas (verbal dan
b. Verbalisasi nonverbal)
khawatir akibat Terapeutik
kondisi yang a. Ciptakan suasana
dihadapi menurun teraupeutik untuk
c. Perilaku gelisah menumbuhkan
menurun kepercayaan
d. Perilaku tegang b. Temani pasien untuk
menurun mengurangi kecemasan,
jika memungkinkan
c. Pahami situasi yang
membuat ansietas
d. Dengarkan dengan penuh
perhatian
e. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
f. Tempatkan barang pribadi
yang memberikan
kenyamanan
g. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
h. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
a. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
b. Informasikan secara
factual mengenal
diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
c. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
21

d. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
e. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
f. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
g. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
h. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat
anti ansietas, jika perlu

Sumber : SDKI,SLKI, SIKI

4. Implementasi/Tahap Pelaksanaan Asuhan Keperawatan


Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi (Wartonah, 2015).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti & Muryanti, 2017).
Jenis Implementasi Keperawatan Dalam pelaksanaannya terdapat tiga
jenis implementasi keperawatan, yaitu :
a. Independent Implementations adalah implementasi yang diprakarsai
sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya
sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity
daily living (ADL), memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur,
22

menciptakan lingkungan yang terapeutik, memberikan dorongan motivasi,


pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-kultural, dan lain-lain.
b. Interdependen/Collaborative Implementations Adalah tindakan
keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim
kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral,
obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain.
c. Dependent Implementations Adalah tindakan keperawatan atas dasar
rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan
sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai
dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik)
sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan
menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta
hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan
perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017)
Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif (proses) Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas
proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini
dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana
keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah
dilaksanaan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen
yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan
klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data
dengan teori) dan perencanaan.
23

Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut: Kartu


SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan
perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan
pengkajian ulang.
1) S ( Subjektif ): data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali
pada klien yang afasia.
2) O (Objektif): data objektif yang siperoleh dari hasil observasi perawat,
misalnya tanda-tanda akibat penyimpangan fungsi fisik, tindakan
keperawatan, atau akibat pengobatan.
3) A (Analisis/assessment): Berdasarkan data yang terkumpul kemudian
dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau
masalah potensial, dimana analisis ada 3, yaitu (teratasi, tidak teratasi, dan
sebagian teratasi) sehingga perlu tidaknya dilakukan tindakan segera. Oleh
karena itu, seing memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan
perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.
4) P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang
pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang
akan dating (hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan
memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujuan
yang spesifik dan priode yang telah ditentukan.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang
dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan.
Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan
keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada
evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan,
menanyakan respon klien dan keluarga terkait pelayanan keperawatan,
mengadakan pertemuan pada akhir layanan. Adapun tiga kemungkinan hasil
evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan pada tahap
evaluasi meliputi :
1) Tujuan tercapai/masalah teratasi : jika klien menunjukan perubahan
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
24

2) Tujuan tercapai sebagian/masalah sebagian teratasi : jika klien


menunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi : jika klien tidak
menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul
masalah/diagnosa keperawatan baru.

6. Aplikasi pemikiran kritis dalam asuhan keperawatan


Kasus dengan masalah hipertensi terus meningkat salah satunya
disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup yang suka dengan
makanan cepat saji atau yang sering dijumpai seperti sea food, yang banyak
mengandung lemak jahat atau kolesterol. Makanan yang asin, dan malasnya
berolahraga sangat berdampak berperan dalam menambah jumlah pasien
hipertensi (Wahdah, 2011). Selain itu masih ada banyak lagi penyebab
lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi seperti kegemukan
(obesitas), stres, merokok, dan mengkonsumsi alkohol, gaya hidup yang
tidak sehat juga dapat memicu terjadinya hipertensi. Hipertensi yang tidak
segera ditangani dengan baik, sangat beresiko tinggi terjadinya komplikasi.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat tekanan darah yang tinggi antara lain
stroke atau turunnya intensitas kinerja pada saraf pusat, gagal jantung, gagal
ginjal, dan pendengaran menurun. Jika komplikasi terus berlanjut, ini dapat
menyebabkan kematian (Marliani, 2007).
BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

A. PENGKAJIAN
Tanggal/Hari Pengkajian : Senin / 06 Juni 2022 Jam : 10.00 WIB
I. IDENTITAS PASIEN
Inisial Pasien : Ny. T
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Melayu
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Alamat : Jalan Pramuka no. 55 kelurahan condong
Asuransi : BPJS/UMUM
No. Reg : 00202
Diagnosa Medis : Hipertensi

II. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

Keluhan Utama:
Pasien mengatakan rasa tidak nyaman dikepala sedikit pusing, pasien
mengatakan tengkuk leher tegang.
Riwayat Keluhan Utama:
Pasien masuk RS pada tanggal 5 Juni 2022, pada saat dikaji Tanggal 6
Juni Pasien mengatakan rasa tidak nyaman dikepala sedikit pusing,
pasien mengatakan nyeri tengkuk leher terasa tegang. Pasien
mengatakan cemas dengan penyakitnya. Pasien mengeluh sulit tidur
dan lelah. Pasien tampak merintih. Pasien tampak gelisah dan sulit
tidur. Pasien tampak lelah.
P : Nyeri Q : tertusuk R : Kepala leher S : 4 T : Hilang timbul.
Upaya yang Telah Dilakukan:
Pasien mengatakan biasa berobat dipuskesmas.
Terapi/operasi yang pernah dilakukan:
Pasien mengatakan tidak pernah dilakukan operasi dan obat-obatan
yang biasa diminum yaitu paracetamol saja. Pasien mengatakan sudah 4

25
26

bulan ini menderita Darah tinggi.


Riwayat Kesehatan Keluarga:
Pasien mengatakan didalam keluarga ada yang menderita
hipertensi.
Genogram :

Keterangan:
27

Riwayat Kesehatan Lingkungan :


Pasien mengatakan tetangganya ada yang sakit hipertensi.
Riwayat Kesehatan Lainnya:
Pasien mengatakan ia tidak ada menderita penyakit berat lainnya hanya baru-baru ini
didapatkan Tekanan darah tinggi.

III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan Fisik Umum :
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Tingkat kesadaran : Compos mentis, GCS : 15 , E: 4 M : 6 V: 5
3. Tanda-tanda Vital :
S : 36C. N : 85 x/mnt. TD : 140/90 mmHg. RR 20x/mnt
BB : 60 Kg
TB : 155 cm

Kekuatan Otot: ( ki ) ( ka )
5555 5555
5555 5555

Pemeriksaan Head To Toe :

1) Kepala : Bentuk bulat, simetris, tidak ada benjolan


2) Mata : Mata kanan dan kiri tampak simetris, reaksi terhadap cahaya
baik, conjunctiva merah muda, sclera putih, fungsi penglihatan
normal, operasi tidak pernah, alat bantuan yang digunakan tidak ada,
kelainan yang ditemui tidak ada
3) Hidung : Tidak ada pernafasan Cuping hidung, posisi septum nasal
ditengah, lubang hidung bersih, tidak ada secret, tulang hidung dan
septum nasi tidak ada pembengkakan dan tidak ada polip
28

4) Mulut : Mulut bersih, mukosa bibir lembab, bentuk bibir normal, gigi
bersih, kebiasaan gosok gigi 2xsehari, tidak ada kesulitan menelan,
tidak ada kemerahan, tidak ada pembesaran tonsil
5) Telinga : bentuk telinga sedang, simetris kanan dan kiri. Lubang
telinga bersih, tidak ada serumen berlebih, pendengaran berfungsi
dengan baik
6) Leher : Tidak ada benjolan, dan tidak ada pembengkakan kelenjar
getih bening
7) Pemeriksaan Thoraks
Bentuk dada : normal chest, susunan ruas tulang belakang : normal,
pola nafas : irama teratur, tidak ada gangguan irama pernafasan, tidak
ada otot bantu nafas, perkusi thorak : resonan, tidak ada alat bantu
nafas, vokal fremitus : getaran pada punggung sisi kanan dan kiri
sama, suara nafas : vesikuler, Tidak ada suara nafas tambahan
8) Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut datar, tidak ada bekas operasi, tidak ada
benjolan, warna kulit sawo matang
Auskultasi : Bising usus 12x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, massa, Hepar Lien tidak ada
kelainan Ginjal tidak ada nyeri tekan, tidak ada asietas.
Perkusi : Tympani
9) Ekstremitas : Ekstremitas atas kiri dan kanan tampak simetris dan
ekstremitas bagian bawah kiri dan kanan tampak simetris tidak ada
masalah.

10) Persyarafan
Memory panjang, perhatian dapat mengulang, bahasa baik, kongnisi
baik, orientasi orang, saraf sensori nyeri tusuk. Tingkat kesadaran
compos mentis. tidak ada kelainan nervus cranialis
29

11) Kulit
Warna sawo matang, Tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, akral
hangat, turgor kulit elastis, CRT < 3 dtk, tidak ada oedema, kebersihan
kulit bersih, Kemampuan melakukan ADL mandiri
12) Genetalia : Kebersihan genitalia bersih, tidak ada keluhan
kencing, kemampuan berkemih spontan, produksi urin warna kuning
pekat, tidak ada nyeri tekan.
IV. Pola Aktivitas
1. Nutrisi, cairan & metabolic BB: 60 kg, TB: 155 cm
BAB 2 hari sekali konsistensi keras, diet lunak, jenis diet : Diet rendah
garam, tidak ada penurunan nafsu makan, porsi makan habis, klien
mengatakan tidak ada masalah mengunyah atau menelan, tidak ada
alergi makanan
2. Istirahat
Kebiasaan tidur : Cahaya yang redup
Lama tidur : tidur pada malam hari pada pukul 9 malam bangun pada
pukul 5. Tidur siang ± 1 jam.
3. Eliminasi
Tidak ada nyeri abdomen, Kebiasaan BAB 2 hari sekali, konsistensi
lembab, warna kuning, bau khas feses, tempat yang digunakan kamar
mandi, peristaltic usus 12x/mnt, tidak ada masalah eliminasi alvi.
4. Seksual dan reproduksi
Tidak ada gangguan hubungan seksual karena berbagai kondisi (
fertilitas, libido, ereksi, menstruasi, kehamilan, pemakaian alat
kontrasepsi atau kondisi sakit. Riwayat menstruasi (keturunan,
keluhan): tidak ada keluhan, pemeriksaan ginekologi misalnya pap
smear: tidak ada
30

5. Persepsi diri, konsep diri dan mekanisme koping


a) Yang dilakukan jika menghadapi suatu masalah (misalnya memecahkan
masalah, mencari pertolongan/berbicara dengan orang lain, makan,
tidur, minum obat- obatan, marah, diam, dll) Jika ada masalah
kesehatan klien dan keluarga langsung berobat. Upaya klien dalam
menghadapi masalahnya sekarang. Klien mengatakan hanya bisa
berdoa dan berobat semoga bisa sembuh. Perasaan cemas/takut : klien
mengatakan ada sedikit perasaan cemas dengan penyakitnya
sekarang
b) Konsep diri
Citra diri : klien mengatakan senang dengan tubuhnya dan menyukai
seluruh anggota tubuhnya
Ideal diri : klien mengatakan ingin sehat dan ingin cepat sembuh
dari penyakitnya
Harga diri : klien mengatakan cukup puas dengan harga dirinya
Konflik dalam peran : tidak ada konflik dalam peran
c) Prsepsi Diri
1) Hal yang dipikirkan saat ini : klien mengatakan saat ini ingin
cepat sembuh dan segera pulang kerumah
2) Harapan setelah menjalani perawatan : klien ingin sembuh total
dan dapat beraktivitas seperti biasanya
3) Kesan terhadap perawat : klien percaya kepada perawat tentang
kesembuhannya
6. Interaksi sosial
a. Tanda Subjektif
1) Orang terdekat & lebih berpengaruh: suami dan anak
2) Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai
masalah : kepada suami dan anaknya
3) Tidak ada kesulitan dalam keluarga hubungan dengan orang tua,
saudara, pasangan,
31

4) Tidak ada kesulitan berhubungan dengan tenaga kesehatan,


klien lain
b. Tanda (obyektif)
1) Kemampuan berbicara : jelas
2) Pola bicara tidak biasa/kerusakan : tidak ada masalah
3) Penggunaan alat bantu bicara : tidak ada alat bantu bicara
4) Adanya jaringan laringaktomi/trakeostomi : tidak ada
5) Komunikasi non verbal/verbal dengan keluarga/orang lain :
tidak ada
6) Perilaku menarik diri : tidak ada
7. Pola nilai kepercayaan danspiritual
1) Sumber kekuatan bagi pasien: keluarga
2) Perasaan menyalahkan tuhan : tidak ada
3) Bagaimana klien menjalankan kegiatan agama atau
kepercayaan, macam : sholat dan mengaji
4) Adakah keyakinan/kebudayaan yang dianut pasien
yang bertentangan dengan kesehatan : tidak ada

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal : 6 Juni 2022
Hemoglobin 12 g/dL
Hematokrit 37 Vol%
Trombosit 156 10^3/µL
Leukosit 7500 10^3/µL

VI. TERAPI MEDIS


Tanggal : 6 Juni 2022
Infus RL
Captopril 2x5 mg
Asam mefenamat 2x500 mg
Sanvita vitamin 3x50 mg

Singkawang, 5 Juni 2022

Veronika Yessy
32

B. ANALISA DATA
Tabel 3.1 Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : Nyeri akut
- Pasien mengatakan rasa tidak nyaman Agen (D.0077)
dikepala sedikit pusing Pencedera
- Pasien mengatakan nyeri tengkuk leher terasa fisiologis
tegang.
- Pasien mengeluh sulit tidur dan lelah
P : Nyeri Q : tertusuk R : Kepala leher S : 4
T : Hilang timbul.
DO :
- Pasien tampak gelisah dan sulit tidur
- Pasien tampak merintih.
- Pasien tampak lelah

2. DS : Peningkatan Perfusi perifer


- Pasien mengatakan nyeri tengkuk leher Tekanan Darah tidak efektif
terasa tegang. ( D.0009)
DO :
- Akral teraba dingin
- Warna kulit pucat
- Turgor kulit menurun
- TTV : TD : 140/90 mmHg
- N : 85x/menit RR : 20x/menit
- S : 360C
3. DS : Krisis Ansietas (D.0080)
- Pasien mengatakan cemas dengan Situasional
penyakitnya
DO :
- Pasien tampak gelisah dan sulit tidur
- Akral teraba dingin
- Warna kulit pucat
33

C. Diagnosa Keperawatan
Tabel 3.2 Diagnosa Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Masalah Paraf
Muncul Teratasi
1. Nyeri akut berhubungan 06-06-2022 08-06-2022
dengan Agen Pencedera
fisiologis (D.0077)
2. Perfusi perifer tidak efektif 06-06-2022 08-06-2022
berhubungan dengan
Peningkatan Tekanan Darah
(D.0009)
3. Ansietas berhubungan dengan 06-06-2022 08-06-2022
Krisis situasional (D.0080)

D. Rencana Keperawatan
Tabel 3.3 Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan tindakan keperawatan (I. 08238)
dengan Agen diharapkan Tingkat nyeri Observasi
Pencedera menurun (L.08066) a. Observasi tanda-tanda vital
fisiologis dengan Kriteria hasil : b. Identifikasi lokasi, karakteristik,
(D.0077) 1. Keluhan nyeri durasi, frekuensi, kualitas, dan
menurun intensitas nyeri.
2. Meringis menurun c. Identifikasi skala nyeri
3. Sikap protektif d. Identifikasi respons nyeri non
menurun verbal
4. Gelisah menurun e. Identifikasi pengetahuan dan
5. Kesulitan tidur keyakinan tentang nyeri
menurun f. Identifikasi pengaruh nyeri pada
6. Frekuensi nadi kualitas hidup
membaik g. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
h. Monitor efek samping
penggunaan analgesic
Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
b. Kontrol lingkungan yang
memperat rasa nyeri membantu
mengurangi rasa nyeri pasien
c. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
34

b. Jelaskan strategi meredakan nyeri


c. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
e. Anjurkan teknik nonfarmakologis
(teknik napas dalam)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Perfusi Perifer Setelah dilakukan Intervensi utama Perawatan Sirkulasi
2. Tidak Efektif tindakan keperawatan (I.02079)
berhubungan diharapkan perfusi Observasi
dengan perifer meningkat a. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi
Peningkatan (L.02011) dengan perifer, edema, pengisian kapiler,
Tekanan Kriteria hasil : warna, suhu, ankle-bracial index)
Darah a. Denyut nadi perifer b. Identifikasi faktor resiko gangguan
(D.0009) meningkat sirkulasi ( mis. diabetes, perokok,
b. Warna kulit pucat orang tua, hipertensi dan kadar
menurun kolesterol tinggi)
c. Pengisian kapiler c. Monitor panas, kemerahan, nyeri,
membaik atau bengkak pada ekstremitas
d. Akral membaik Terapeutik
e. Turgor kulit a. Hindari pemasangan infus atau
membaik pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
b. Hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
c. Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada area
yang cedera
d. Lakukan pencegahan infeksi
e. Lakukan perawatan kaki dan kuku
f. Lakukan hidrasi
Edukasi
a. Anjurkan berhenti merokok
b. Anjurkan berolahraga rutin
c. Anjurkan mengecek air mandi
untuk menghindari kulit terbakar
d. Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolesterol jika perlu
e. Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
f. Anjurkan menghindari penggunaan
obat penyekat beta
g. Anjurkan melakukan perawatan
kulit yang tepat (mis.
melembabkan kulit kering pada
35

kaki)
h. Anjurkan program rehabilitasi
vascular
i. Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi ( mis.
rendah lemak jenuh, minyak ikan
omega 3
j. Infromasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan (mis.
rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
3. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas I.09314
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan Krisis diharapkan tingkat a. Identifikasi saat tingkat
situasional ansietas menurun ansietas berubah ( mis.
(D.0080) (L.09093), dengan Kondisi, waktu, stressor)
kriteria hasil: b. Identifikasi kemampuan
a. Verbalisasi mengambil keputusan
kebingungan c. Monitor tanda-tanda ansietas
menurun (verbal dan nonverbal)
b. Verbalisasi Terapeutik
khawatir akibat a. Ciptakan suasana teraupeutik
kondisi yang untuk menumbuhkan
dihadapi menurun kepercayaan
c. Perilaku gelisah b. Temani pasien untuk
menurun mengurangi kecemasan, jika
d. Perilaku tegang memungkinkan
menurun c. Pahami situasi yang membuat
ansietas
d. Dengarkan dengan penuh
perhatian
e. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
f. Tempatkan barang pribadi
yang memberikan kenyamanan
g. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
h. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
a. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
b. Informasikan secara factual
mengenal diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
c. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
d. Anjurkan melakukan kegiatan
36

yang tidak kompetitif, sesuai


kebutuhan
e. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
f. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi ketegangan
g. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
h. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat anti
ansietas, jika perlu
E. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No. Hari / Implementasi Paraf Evaluasi Paraf
Dx TGL/
Jam
1. Senin/ 06- 1. Mengkaji lokasi, S:
06-2022 karakteristik, durasi, V. Yessy - Pasien mengatakan rasa V. Yessy
10.30 frekuensi, kualitas, tidak nyaman dikepala
intensitas nyeri sedikit pusing mulai
R : Pasien mengatakan berkurang
rasa tidak nyaman P : Nyeri
dikepala sedikit pusing. Q : tertusuk
P : Nyeri R : Kepala leher
Q : tertusuk S:4
R : Kepala leher T : Hilang timbul.
10.45 S:4 O:
T : Hilang timbul. - Pasien tampak gelisah
dan sulit tidur
1. Mengkaji skala nyeri - Pasien tampak merintih.
R : Skala 4, pasien tampak - Pasien tampak lelah
merintih. Pasien tampak - Pasien diajarkan
gelisah dan sulit tidur. relaksasi nafas dalam
A : Masalah Nyeri akut
2. Mengajarkan teknik
teratasi sebagian
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
P : Intervensi Dilanjutkan
R : Pasien diajarkan
1. Mengkaji lokasi,
relaksasi nafas dalam
karakteristik, durasi,
3. Mengkaji faktor yang
frekuensi, kualitas, intensitas
memperberat dan
nyeri
memperingan nyeri
2. Mengkaji skala nyeri
R : Pasien mengatakan
3. Mengajarkan teknik
nyeri tengkuk leher terasa nonfarmakologis untuk
tegang. mengurangi nyeri
Pasien mengeluh sulit 4. Mengkaji faktor yang
tidur dan lelah. Pasien memperberat dan
tampak lelah memperingan nyeri
5. Berkolaborasi pemberian
analgetik
4. Berkolaborasi pemberian
analgetik
R : Pasien mendapatkan
obat asam mefenamat
2x500 mg

37
38

2. Senin/ 06- S:
06-2022 1. Mengkaji sirkulasi V. Yessy - Pasien mengatakan V. Yessy
11.00 perifer (mis. nadi nyeri tengkuk leher
perifer, edema, terasa tegang
pengisian kapiler, O:
warna, suhu, ankle- - Pasien tampak pucat
bracial index) - Akral teraba dingin
11.10 H : Nadi : 85 x/menit, pasien - Turgor kulit menurun
tampak pucat, S : 360C, akral - CRT > 3 detik
teraba dingin, TD : 140/90 - TTV : S : 360C.
mmHg, RR : 20x/mnt. Turgor - N : 85 x/mnt.
kulit menurun. - TD : 140/90 mmHg
- RR : 20x/mnt

2. Mengkaji faktor resiko A:


gangguan sirkulasi Masalah Perfusi perifer tidak
( mis. diabetes, perokok, efektif teratasi sebagian
orang tua, hipertensi dan
kadar kolesterol tinggi) P : Intervensi Dilanjutkan
R : Pasien mengatakan nyeri 1. Mengkaji sirkulasi
tengkuk leher terasa tegang perifer ( mis. nadi
perifer, edema, pengisian
3. Mengkaji panas,
kemerahan, nyeri, atau kapiler, warna, suhu,
bengkak pada ankle-brakial index)
ekstremitas 2. Mengkaji faktor resiko
R : Pasien mengatakan gangguan sirkulasi (mis.
nyeri tengkuk leher terasa diabetes, perokok, orang
tegang tua, hipertensi dan kadar
kolesterol tinggi)
3. Mengkaji panas,
kemerahan, nyeri atau
bengkak pada
ekstremitas
3. Senin/ 06- 1. Mengkaji tingkat S:
06-2022 ansietas V. Yessy - Pasien mengatakan V. Yessy
11.30 R : Pasien mengatakan cemas dengan
cemas dengan penyakitnya
penyakitnya O:
2. Mengkaji tanda - Pasien tampak
12.00 ansietas gelisah dan sulit tidur
R : Pasien mengatakan - Akral teraba dingin
bingung dengan kondisi
- Warna kulit pucat
tubuhnya
3. Memahami situasi yang
39

membuat ansietas A : Masalah Ansietas teratasi


R : Pasien tampak sebagian
gelisah dan sulit tidur
4. Menganjurkan P : Intervensi Dilanjutkan
mengungkapkan 1. Mengkaji tingkat
perasaan ansietas
R : Pasien mengatakan 2. Mengkaji tanda
cemas dengan ansietas
penyakitnya 3. Memahami situasi
yang membuat ansietas
4. Menganjurkan
mengungkapkan
perasaan

No. Hari / Implementasi Paraf Evaluasi Paraf


Dx TGL/
Jam
1. Selasa/ 1. Mengkaji lokasi, S:
07-06- karakteristik, durasi, V. Yessy - Pasien mengatakan rasa V. Yessy
2022 frekuensi, kualitas, tidak nyaman dikepala
08.00 intensitas nyeri sedikit pusing mulai
R : Pasien mengatakan berkurang
rasa tidak nyaman P : Nyeri
dikepala sedikit pusing Q : tertusuk
mulai berkurang R : Kepala leher
P : Nyeri S:3
Q : tertusuk T : Hilang timbul.
R : Kepala leher O:
08.30 S:3 - Pasien tampak gelisah
T : Hilang timbul. berkurang dan sulit tidur
- Pasien tampak lebih
2. Mengkaji skala nyeri rileks.
R : Skala 3, pasien tampak - Pasien tampak lelah
lebih rileks. Pasien - Pasien diajarkan
tampak gelisah berkurang relaksasi nafas dalam
dan sulit tidur.
A : Masalah Nyeri akut
teratasi sebagian

P : Intervensi Dilanjutkan
40

1. Mengkaji lokasi,
3. Mengajarkan teknik karakteristik, durasi,
nonfarmakologis untuk frekuensi, kualitas, intensitas
mengurangi nyeri nyeri
R : Pasien diajarkan 2. Mengkaji skala nyeri
relaksasi nafas dalam 3. Mengajarkan teknik
4. Mengkaji faktor yang nonfarmakologis untuk
memperberat dan mengurangi nyeri
memperingan nyeri 4. Mengkaji faktor yang
R : Pasien mengatakan memperberat dan
nyeri tengkuk leher terasa memperingan nyeri
tegang mulai berkurang 5. Berkolaborasi pemberian
analgetik
Pasien mengeluh sulit
tidur berkurang dan lelah.
Pasien tampak lelah
berkurang.
5. Berkolaborasi pemberian
analgetik
R : Pasien mendapatkan
obat asam mefenamat
2x500 mg
2. Selasa/ S:
07-06- 1. Mengkaji sirkulasi V. Yessy - Pasien mengatakan V. Yessy
2022 perifer (mis. nadi nyeri tengkuk leher
09.00 perifer, edema, terasa tegang
pengisian kapiler, O:
warna, suhu, ankle- - Pasien tampak lebih
bracial index) segar
H : Nadi : 83 x/menit, pasien - Akral teraba dingin
09.15 tampak lebih segar, S : - Turgor kulit mulai
36,10C, akral teraba dingin, meningkat
TD : 140/70 mmHg, RR : - TTV : S : 36,10C.
20x/mnt. Turgor kulit mulai - N : 83 x/mnt.
meningkat. - TD : 140/70 mmHg
- RR : 20x/mnt

2. Mengkaji faktor resiko A:


gangguan sirkulasi Masalah Perfusi perifer tidak
( mis. diabetes, perokok, efektif teratasi sebagian
orang tua, hipertensi dan P : Intervensi Dilanjutkan
kadar kolesterol tinggi) 1. Mengkaji sirkulasi
R : Pasien mengatakan nyeri perifer ( mis. nadi
tengkuk leher terasa tegang
perifer, edema,
mulai berkurang
pengisian kapiler,
41

3. Mengkaji panas, warna, suhu, ankle-


kemerahan, nyeri, atau brakial index)
bengkak pada 2. Mengkaji faktor resiko
ekstremitas
gangguan sirkulasi
R : Pasien mengatakan
nyeri tengkuk leher terasa (mis. diabetes,
tegang mulai berkurang perokok, orang tua,
hipertensi dan kadar
kolesterol tinggi)
3. Mengkaji panas,
kemerahan, nyeri atau
bengkak pada
ekstremitas
3. Selasa/ 1. Mengkaji tingkat S:
07-06- ansietas V. Yessy - Pasien mengatakan V. Yessy
2022 R : Pasien mengatakan cemas dengan
09.30 cemas dengan penyakitnya mulai
penyakitnya mulai berkurang
berkurang O:
2. Mengkaji tanda - Pasien tampak
10.00 ansietas gelisah dan sulit tidur
R : Pasien mengatakan berkurang
bingung dengan kondisi
- Akral teraba dingin
tubuhnya mulai
berkurang - Warna kulit lebih
3. Memahami situasi yang segar
membuat ansietas
R : Pasien tampak A : Masalah Ansietas teratasi
gelisah berkurang dan sebagian
sulit tidur berkurang
4. Menganjurkan P : Intervensi Dilanjutkan
mengungkapkan 1. Mengkaji tingkat
perasaan ansietas
R : Pasien mengatakan 2. Mengkaji tanda
cemas dengan ansietas
penyakitnya mulai 3. Memahami situasi
berkurang yang membuat ansietas
4. Menganjurkan
mengungkapkan
perasaan
42

No. Hari / Implementasi Paraf Evaluasi Paraf


Dx TGL/
Jam
1. Rabu/ 08- 1. Mengkaji lokasi, S:
06-2022 karakteristik, durasi, V. Yessy - Pasien mengatakan rasa V. Yessy
08.00 frekuensi, kualitas, intensitas tidak nyaman dikepala
nyeri sedikit pusing berkurang
R : Pasien mengatakan rasa P : Nyeri
tidak nyaman dikepala Q : tertusuk
sedikit pusing berkurang R : Kepala leher
P : Nyeri S:2
Q : tertusuk T : Hilang timbul.
R : Kepala leher
08.30 S:2 O:
T : Hilang timbul. - Pasien tampak gelisah
berkurang dan sulit tidur
2. Mengkaji skala nyeri berkurang
R : Skala 2, pasien tampak - Pasien tampak lebih
lebih rileks. Pasien tampak rileks.
gelisah berkurang dan sulit - Pasien tampak lelah
tidur.
- Pasien diajarkan
3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
nonfarmakologis untuk A : Masalah Nyeri akut
mengurangi nyeri teratasi
R : Pasien diajarkan relaksasi
nafas dalam P : Intervensi Dihentikan

4. Mengkaji faktor yang


memperberat dan
memperingan nyeri
R : Pasien mengatakan nyeri
tengkuk leher terasa tegang
berkurang
Pasien mengeluh sulit tidur
berkurang dan lelah. Pasien
tampak lelah berkurang.

5. Berkolaborasi pemberian
analgetik
R : Pasien mendapatkan obat
asam mefenamat 2x500 mg
43

2. Rabu/ 08- S:
06-2022 1. Mengkaji sirkulasi perifer V. Yessy - Pasien mengatakan V. Yessy
09.00 (mis. nadi perifer, edema, nyeri tengkuk leher
pengisian kapiler, warna, terasa tegang
suhu, ankle-bracial index) O:
H : Nadi : 80 x/menit, pasien - Pasien tampak lebih
tampak lebih segar, S : 36,10C, segar
09.15 akral teraba hangat, TD : 130/80 - Akral teraba hangat
mmHg, RR : 20x/mnt. Turgor - Turgor kulit
kulit membaik membaik
2. Mengkaji faktor resiko - TTV : S : 36,10C.
gangguan sirkulasi ( mis. - N : 80 x/mnt.
diabetes, perokok, orang - TD : 130/80 mmHg
tua, hipertensi dan kadar - RR : 20x/mnt
kolesterol tinggi)
R : Pasien mengatakan nyeri A:
tengkuk leher terasa tegang Masalah Perfusi perifer tidak
mulai berkurang efektif teratasi
P : Intervensi Dihentikan
3. Mengkaji panas,
kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada ekstremitas
R : Pasien mengatakan nyeri
tengkuk leher terasa tegang
mulai berkurang
3. Rabu/ 08- 1. Mengkaji tingkat ansietas S:
06-2022 R : Pasien mengatakan V. Yessy - Pasien mengatakan V. Yessy
09.30 cemas dengan penyakitnya cemas dengan
mulai berkurang penyakitnya mulai
2. Mengkaji tanda ansietas berkurang
R : Pasien mengatakan O:
10.00 bingung dengan kondisi - Pasien tampak
tubuhnya mulai berkurang gelisah dan sulit tidur
3. Memahami situasi yang berkurang
membuat ansietas
- Akral teraba hangat
R : Pasien tampak gelisah
berkurang dan sulit tidur - Warna kulit lebih
berkurang segar
4. Menganjurkan
mengungkapkan perasaan A : Masalah Ansietas teratasi
R : Pasien mengatakan
cemas dengan penyakitnya P : Intervensi Dihentikan
mulai berkurang
44

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis Proses Keperawatan Dengan Konsep Teori dan Kasus Terkait
Pengkajian saat dikaji pada kasus dan teori pada dasarnya sama. Hipertensi
adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu
periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas
90mmHg. (Aspiani, 2014).

Persamaan dan perbedaan antara teori (Aspiani 2014) dan Klien.


Persamaannya pada saat kita membaca teori bahwa penyebab hipertensi bisa
karena Genetik, jenis kelamin, diet, berat badan, dan gaya hidup. Pada pasien
diketahui penyakit hipertensinya berasal dari gaya hidup pasien selama ini.
Tanda dan gejala hipertensi seperti Sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman
pada tengkuk, berdebar, telinga berdenging. Terdapat kesamaan tanda dan
gejala dengan teori namun tidak semua tanda dan gejala didalam teori sama
dengan tanda dan gejala pada pasien yang dikarenakan setiap pasien memiliki
respon yang berbeda-beda. Pada pasien timbul tanda dan gejala Sakit kepala
dan tidak nyaman pada tengkuk. Secara teori Pemeriksaan penunjang pada
pasien dengan Hipertensi biasa muncul apabila didapatkan tekanan darah
sistolik dengan nilai 130-139 mmhG dan tekanan diastolik dengan nilai 80-89
mmHg. Pada kasus pasien mengalami nilai tekanan darah sistolik 140 mmHg
dan tekanan diastolik dengan nilai 90 mmHg. Penatalaksanaan pada pasien
Hipertensi bisa dilakukan melalui Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan
modifikasi gaya hidup, Pengaturan diet, Penurunan berat badan, Olahraga
Teratur, Memperbaiki gaya hidup, dan Penatalaksanaan Farmakologis.
Perbedaannya, disini kita harus menyesuaikan dengan keadaan serta respon
pasien yang berbeda sehingga menimbulkan tanda dan gejala yang berbeda
dengan teori karena pada teori hanya kumpulan tanda dan gejala yang
ditemukan secara umum yang telah dibuktikan dari serangkaian penelitian.
tetapi tidak semua pasien pada saat dikaji sama dengan teori.
45

Pasien masuk RS pada tanggal 5 Juni 2022, pada saat dikaji Tanggal 6 Juni
Pasien mengatakan rasa tidak nyaman dikepala sedikit pusing, pasien
mengatakan nyeri tengkuk leher terasa tegang. Pasien mengatakan cemas
dengan penyakitnya. Pasien mengeluh sulit tidur dan lelah. Pasien tampak
merintih. Pasien tampak gelisah dan sulit tidur. Pasien tampak lelah.
P : Nyeri Q : tertusuk R : Kepala leher S : 4 T : Hilang timbul.
Pada Tahap Pengkajian pasien sangat kooperatif dan menerima tindakan
keperawatan yang dilakukan untuk melaksanakan asuhan keperawatan. Tidak
ada penghambat dalam melakukan pengkajian. Dalam melakukan pengkajian
Peneliti memantau dan terus mengkaji masalah yang ada pada pasien dengan
menggunakan pendekatan bina hubungan saling percaya dan komunikasi
terapeutik.
Diagnosa Keperawatan yang muncul secara teori yaitu Penurunan Curah
jantung (D.0008), Nyeri akut (D.0077), dan Intoleransi Aktivitas (D.0056).
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada kasus yaitu Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis (D.0077), Perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Darah (D.0009), dan Ansietas
berhubungan dengan Krisis Situasional (D.0080). Terdapat perbedaan
Diagnosa Keperawatan antara teori dan kasus yang ada dikarenakan
menyesuaikan dengan kondisi yang dialami pasien.
Setiap diagnosa yang akan diambil ditelaah dan disesuaikan dengan gejala
dan tanda yang terdapat pada setiap diagnosa SDKI. Tidak ada penghambat
dalam menentukan diagnosa keperawatan, gejala dan tanda disesuaikan dengan
diagnosa yang ada. Menyesuaikan gejala dan tanda yang muncul pada pasien
dengan diagnosa secara teori.
Didalam kasus intervensi yang dilakukan pada diagnosa 1 sesuai dengan
tujuan tindakan keperawatan adalah Tingkat nyeri menurun dengan kriteria
hasil nyeri menurun, gelisah menurun, keluhan sulit tidur menurun, merintih
menurun dengan intervensi keperawatan yaitu : Mengkaji lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Mengkaji skala nyeri, Mengajarkan
teknik nonfarmokologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi nafas dalam),
46

mengkaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, dan berkolaborasi


pemberian analgetik. Pada diagnosa 2 sesuai dengan tujuan tindakan
keperawatan adalah perfusi perifer tidak efektif meningkat dengan kriteria hasil
Denyut nadi perifer meningkat, warna kulit pucat menurun, akral membaik,
dan turgor kulit membaik dengan intervensi keperawatan yaitu : Mengkaji
sirkulasi perifer ( mis. nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
ankle-brakial index), Mengkaji faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. diabetes,
perokok, orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi), dan Mengkaji
panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas. Pada diagnosa 3
sesuai dengan tujuan tindakan keperawatan adalah ansietas menurun dengan
kriteria hasil Verbalisasi kebingungan menurun, verbalisasi khawatir akibat
kondisi yang dihadapi menurun, dan perilaku gelisah menurun dengan
Intervensi keperawatan yaitu : Mengkaji tingkat ansietas, mengkaji tanda
ansietas, memahami situasi yang membuat ansietas, dan menganjurkan
mengungkapkan perasaan. Intervensi Keperawatan yang dilakukan
menyesuaikan dengan keadaan serta respon pasien.
Dalam melakukan implementasi keperawatan pada pasien, penulis hanya
melakukan beberapa rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Rencana
tindakan dipilih berdasarkan kondisi pasien yang ada sehingga tidak semua
rencana tindakan dilakukan.
Evaluasi pada pasien didokumentasikan dalam SOAP, sesuai dengan teori.
Pada Kasus Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3
hari didapatkan hasil yaitu diagnosa 1 Nyeri akut teratasi, diagnosa 2 Perfusi
perifer tidak efektif teratasi, dan diagnosa 3 Ansietas teratasi.
B. Analisis Penerapan Intervensi Berdasarkan Evidance Based Nursing
Practice
Didalam jurnal yang berjudul “Pengetahuan tentang penanganan penyakit
hipertensi pada penderita hipertensi” disebutkan bahwa Hipertensi merupakan
penyakit kronis serius yang dapat merusak organ tubuh. Hampir 1 miliar orang
atau 1 dari 4 orang dewasa menderita tekanan darah tinggi. Banyak
faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi, seperti pola hidup yang
47

buruk, lingkungan, pendidikan, pengalaman, dan dan kurangnya


pengetahuan masyarakat mengenai penaganan yang harus dilakukan pada
penderita hipertensi. Oleh karena itu, sangat diperlukan bagi penderita
hipertensi untuk memiliki pengetahuan tentang penanganan penyakit
hipertensi di rumah, karena hal ini akan mempengaruhi status kesehatannya
(Triyanto, 2014).

Pengetahuan tentang hipertensi yang dimiliki oleh penderita hipertensi


sangat diperlukan, terutama pengetahuan tentang cara penanganan penyakitnya
agar tercapai status kesehatan yang optimal.dengan penanganan yang benar,
tekanan darah tinggi dapat dikendalikan dan resiko kekambuhan dapat
berkurang. Dikombinasikan dengan perubahan pola hidup dan obat anti
hipertensi, tekanan darah biasanya akan dapat dipertahankan dalam kisaran
yang tidak merusak jantundan organ lainnya (Dewi Yulyan Nur Yusuf,
2013).

Pengetahuan tentang Penanganan penyakit hipertensi pada pasien


hipertensi merupakan suatu cara yang harus dilaksanakan sehingga
diharapkan pasien Hipertensi dapat melakukan penanganan dan mencegah
kekambuhan penyakitnya melalui pengetahuan dan pemahaman yang baik
dengan tujuan untuk menciptakan keadaan kesehatan yang optimal bagi
penderita. Menurut Notatmodjo (2007) pengetahuan seorang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor seperti Pengalaman, tingkat pendidikan
dan sumber informasi. Hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian
besar responden mempunyai pengetahuan yang kurang sehingga hal ini
sangat berpengaruh terhadap tingkat kemampuan masyarakat dalam
penanganan Hipertensi secara keseluruhan. Informasi yang kurang
didapatkan baik dari media sosial ataupun kurangnya terpapar dengan
sumber informasi hal ini merupakan penyebab dari kurangnya
pengetahuan tersebut. Hasil pengetahuan responden tentang penanganan
secara farmakologi didapatkan sebagian besar memiliki pengetahuan
kurang.
48

Hipertensi sering disebut dengan “silent killer” karena penderita hipertensi


sering kali tidak pernah mengalami gangguan kesehatan atas penyakit yang
dideritanya atau gejala apapun selama bertahun – tahun. Tanpa disadari,
penderita hipertensi akan mengalami komplikasi dari organ penting di dalam
tubuh, seperti jantung, otak dan ginjal (Triyanto, 2014).

Penyakit hipertensi sangat erat kaitannya dengan gaya hidup


sehingga untuk penanganannya diperlukan waktu lama dengan modifikasi
pola hidup dalam jangka waktu yang lama disertai obat - obatan. Untuk
menanggulangi penyakit hipertensi bisa dicoba bermacam upaya antara lain
pengendalian tekanan darah dengan metode pemberian pengobatan Pengobatan
farmakologi berbentuk pemberian obat dengan Jenis - jenis medikasi
antihipertensi seperti diuretik, penyekat betaadregenik ataupun beta-blocker,
vasodilator, penyekat saluran kalsium serta penghambat enzim pengubah
angiotensin( ACE).( Wulandari F, 2012).

Pengalaman membuktikan bahwa semakin lama pasien mengidap


penyakit maka kecenderungan menganggap hal yang biasa terhadap gejala
yang muncul juga tinggi sehingga pasien cenderung tidak melakukan
pengobatan karena dianggap gejala biasa dan mereka mengkonsumsi obat
jika gejala sudah parah dirasakan. Hasil Penelitian terhadap pengetahuan
pasien tentang penanganan penyakit hipertensi secara non farmakologi
sebagian besar responden didapatkan baik. Penanganan yang dimaksudkan
adalah modifikasi gaya hidup, diet rendah garam, kurangi mengkonsumsi
alkohol, tidak merokok, berolahraga atau pun latihan raga, serta
mengkonsumsi obat hipertensi. Salah satu komponen yang pengaruhi
perawatan diri penderita hipertensi ialah self efficacy. Pengidap hipertensi
yang mempunyai self efficacy baik bisa menciptakan manfaat dalam
penindakan hipertensi contohnya kepatuhan dalam komsumsi obat anti
hipertensi( Warren-Findlow J, Seymour RB, Huber LRB, 2012).
49

Untuk menanggulangi hipertensi bisa dicoba bermacam upaya ialah


bisa dicoba pengendalian tekanan darah dengan metode pemberian
pengobatan non farmakologis berbentuk: modifikasi style hidup, kurangi
berat tubuh, pembatasan konsumsi natrium, modifikasi diet rendah lemak,
pembatasan alkohol, pembatasan kafein, metode relaksasi, serta
menghentikan kerutinan merokok (Joyce BM and Jane HH, 2014).

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang gejalanya


berlanjut pada target organ, seperti stroke otak, jantung koroner,pembuluh
darah, dan otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam
kesehatan masyarakat di Indonesia dan beberapa negara di dunia. Diperkirakan
± 80% kenaikan kasus hipertensi dari 639 juta pada tahun 2000 akan terjadi di
Negara berkembang pada tahun 2025. Sehingga pada tahun 2025, jumlah
penderita hipertensi akan mencapai 1,15 milyar. Prediksi ini berdasarkan angka
penderita dan pertambahan penduduk saat ini. 3Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007 prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas
di Indonesia adalah sebesar 31,7%, dengan insiden komplikasi penyakit
kardiovaskuler lebih banyak pada perempuan (52%)dibandingkan laki-laki
(48%).
Modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah dan mengobati
tekanan darah tinggi. Merokok adalah faktor risiko utama untuk morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler. Kuantitas penderita hipertensi di Indonesia
diperkirakan mencapai 15 juta orang, tetapi hanya 4%penderita hipertensi
terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50%diantaranya tidak
menyadari sebagai penderita hipertensi, sehingga mereka cenderung sebagai
penderita hipertensi berat karena tidak menghindari dan mengetahui faktor
risikonya. Adapun 90% merupakan penderita hipertensiesensial.3Oleh sebab
itu diperlukanupaya-upaya pencegahan bagi penderita hipertensi dan orang-
orang yang beresiko tinggi untuk terkena hipertensi mengingat prevalensi yang
tinggi dan komplikasi yang ditimbulkan cukup berat.
50

Penyakit Hipertensi biasanya terjadi pada saat gaya hidup tidak teratur.
Didalam jurnal yang berjudul “ Upaya Pencegahan Hipertensi” menyebutkan
anjuran dalam upaya penurunan tekanan darah melalui modifikasi gaya hidup
yaitu dengan penurunan berat badan,penerapan perencanaan makan dengan
dietaryapproaches to stop hypertension (DASH), pembatasan asupan garam
NaCl, membatasi asupan alcohol dan olah raga teratur mencakup berjalan,
jogging, bersepeda, dan berenang setidaknya 30 menit per hari.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :

1. Pasien masuk RS pada tanggal 5 Juni 2022, pada saat dikaji Tanggal 6 Juni
Pasien mengatakan rasa tidak nyaman dikepala sedikit pusing, pasien
mengatakan nyeri tengkuk leher terasa tegang. Pasien mengatakan cemas
dengan penyakitnya. Pasien mengeluh sulit tidur dan lelah. Pasien tampak
merintih. Pasien tampak gelisah dan sulit tidur. Pasien tampak lelah. P :
Nyeri Q : tertusuk R : Kepala leher S : 4 T : Hilang timbul.
2. Diagnosa Keperawatan yang muncul pada kasus yaitu Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077), Perfusi perifer
tidak efektif berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Darah (D.0009),
dan Ansietas berhubungan dengan Krisis Situasional (D.0080).
3. Didalam kasus intervensi yang dilakukan pada diagnosa 1 sesuai dengan
tujuan tindakan keperawatan adalah Tingkat nyeri menurun dengan kriteria
hasil Nyeri menurun, gelisah menurun, keluhan sulit tidur menurun,
merintih menurun dengan intervensi keperawatan yaitu : Mengkaji lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Mengkaji skala
nyeri, Mengajarkan teknik nonfarmokologis untuk mengurangi nyeri
(Terapi Foot Massage), mengkaji faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri, dan berkolaborasi pemberian analgetik. Pada diagnosa
2 sesuai dengan tujuan tindakan keperawatan adalah perfusi perifer tidak
efektif meningkat dengan kriteria hasil Denyut nadi perifer meningkat,
warna kulit pucat menurun, akral membaik, dan turgor kulit membaik
dengan intervensi keperawatan yaitu : Mengkaji sirkulasi perifer ( mis. nadi
perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle-brakial index),
Mengkaji faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. diabetes, perokok, orang
tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi), dan Mengkaji panas, kemerahan,

37
52

nyeri atau bengkak pada ekstremitas. Pada diagnosa 3 sesuai dengan tujuan
tindakan keperawatan adalah ansietas menurun dengan kriteria hasil
Verbalisasi kebingungan menurun, verbalisasi khawatir akibat kondisi yang
dihadapi menurun, dan perilaku gelisah menurun dengan Intervensi
keperawatan yaitu : Mengkaji tingkat ansietas, mengkaji tanda ansietas,
memahami situasi yang membuat ansietas, dan menganjurkan
mengungkapkan perasaan. Intervensi Keperawatan yang dilakukan
menyesuaikan dengan keadaan serta respon pasien.
4. Evaluasi pada pasien didokumentasikan dalam SOAP, sesuai dengan teori.
Pada Kasus Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan
selama 3 hari didapatkan hasil yaitu diagnosa 1 Nyeri akut teratasi, diagnosa
2 Perfusi perifer tidak efektif teratasi, dan diagnosa 3 Ansietas teratasi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Bagi Klien
Hasil asuhan keperawatan ini disarankan bagi pasien untuk selalu memberi
motivasi untuk menangani hipertensi yang dialaminya.
2. Bagi penulis
Asuhan Keperawatan ini dapat dijadikan ilmu dalam meningkatkan
wawasan.
DAFTAR PUSTAKA
A, Sylvia., M, Lorraine. (2015). Patofisiologi Edisi 6 Vo 2 Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Anna Palmer, 2007, Simpel Guide Tekanan Darah Tinggi, Erlangga, Jakarta
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans
Info Media.
Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC. Hal : 45-47.
Brunner dan Suddarth. (2014).Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Martha, Karina, (2012), Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi, Yogyakarta:
Araska
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan
keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan kriteria
Hasil, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Sheps, S. G., 2005, Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi,
26,158, Jakarta, PT Intisari Mediatama.
Smeltzer & Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2). Jakarta : EGC
Susilo, Y., Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta:
Penerbit Andi
Sustrani L. 2006. Hipertensi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Syamsudin. 2011. Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular Dan Renal. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika pp 31
Tarwoto dan Wartonah.,2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
. Edisi :4 .Jakarta
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Penerbit Salemba
Medika.

37

Anda mungkin juga menyukai